Post on 09-Aug-2015
description
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI
Nama : By. A
Umur : 40 hari
Jenis kelamin : Laki - laki
Berat Badan : 5 kg
Panjang Badan : 59 cm
Agama : Islam
Alamat : 7 Ulu, Palembang
Kebangsaan : Indonesia
MRS : 23 April 2012
B. ANAMNESIS
(alloanamnesis dengan ibu penderita, 28 April 2012)
Keluhan Utama: Sesak Nafas
Keluhan Tambahan : Batuk
Riwayat Perjalanan Penyakit
Lima hari SMRS penderita mengalami demam (+),batuk (+),pilek (+),sesak nafas (-),
mencret (-), Penderita juga mengalami muntah sebanyak 3 kali per hari, isinya adalah
makanan yang dimakan. Penderita masih bisa minum, rewel (+). Penderita belum di bawa
berobat oleh orang tuanya.
Dua hari SMRS, os demam makin tinggi, batuk (+), pilek (+), sesak nafas (+), sesak
tidak berhubungan dengan cuaca, aktivitas dan posisi, muntah (-), mencret (-). Os dibawa
berobat ke bidan dan diberikan obat sirup, namun belum ada perubahan. Os menghisap
susu dengan lemah.
Dua jam SMRS, penderita mengalami sesak nafas yang semakin berat, sesak tidak
dipengaruhi cuaca dan posisi tubuh, mengi (-), batuk (+), demam tinggi (+), biru (-), pucat
(-). Tidak ada riwayat sesak sebelumnya, BAK normal, BAB normal.os langsung di bawa
ke Puskesmas, diberi obat racikan, karena kondisi os tidak kunjung membaik, os dirujuk
ke RSMH.
1
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit dalam keluarga disangkal.
Riwayat Keluarga
Deni, 28 th, Pedagang, SMA Dewi, 23th, IRT, SMA
2 tahun 6 bulan 40 hari
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita merupakan anak kedua dari ayah seorang pedagang dan ibu seorang ibu
rumah tangga.
Kesan : sosioekonomi kurang
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan : Cukup bulan
Partus : Spontan, presentasi kepala
Ditolong oleh : Bidan
Berat badan lahir : 2800 gram
Keadaan saat lahir : Langsung Menangis
Riwayat Makan
ASI : lahir – sekarang
Bubur susu : -
Nasi biasa : -
2
Riwayat Perkembangan
Tengkurap : -
Duduk : -
Merangkak : -
Berjalan : -
Bicara : -
Kesan : -
Riwayat Imunisasi
BCG : 1 kali
DPT : -
Polio : Polio I
Hepatitis B : -
Campak : -
Kesan : -
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 28 April 2012
Keadaan Umum
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 124 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup
Pernapasan : 77 x/menit dan dangkal
Suhu : 36,8 oC
Berat Badan : 5 kg
Panjang Badan : 59 cm
Status Gizi : BB/U= 5 / 4,9 x 100% = 103,64%
PB/U= 59 / 55 x 100% = 107,37%
BB/PB= 5 / 5,6 x100% = 89,20%
Kesan: gizi baik
Keadaan Spesifik
Kepala
Kulit : Anemis (-), ikterik (-).
Bentuk : Normosefali, simetris, UUB belum menutup
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
3
Mata : Pupil bulat isokor ø 3mm, reflek cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra
(-/-)
Hidung : Sekret (+), napas cuping hidung (+).
Telinga : Sekret (-), serumen plak (-) .
Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-).
Tenggorokan : Tonsil T0-T0, tidak hiperemis (+)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat.
Torak
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, retraksi (+) Inter Costalis, Sub Clavicularis, Epigastrium
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru.
Auskultasi : vesikuler meningkat, wheezing (-/-), rhonki (+/+) basah halus
nyaring.
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis dan pulsasi tidak terlihat.
Palpasi : Thrill tidak teraba dan iktus kordis teraba.
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, irama reguler, bising (-).
Abdomen : Turgor kembali < 2 detik.
Inspeksi : Datar dan simetris.
Palpasi : Lemas, shifting dullness (-), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Dalam batas normal.
Auskultasi : Bising usus normal.
Punggung : Gibbus (-)
Genitalia : laki-laki, normal.
Lipat paha dan genitalia : Pembesaran kelenjar getah bening (-).
Ekstremitas : Akral dingin (-), sianosis (-), capillary
refill < 2 detik, edema pretibia (-/-)
Pemeriksaan Neurologis
4
Fungsi motorik
Pemeriksaan Tungkai
Kanan
Tungkai
Kiri
Lengan
Kanan
Lengan
Kiri
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Reflek fisiologis + normal + normal + normal + normal
Reflek patologis - - - -
Fungsi sensorik : Dalam batas normal.
Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal.
GRM : Tidak ada.
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
-
E. MASALAH
M1: Keadaan umum
Rd: Pemeriksaan darah rutin, urin rutin, dan feses rutin.
M2: Bronkopneumonia
Rd: Foto rontgen torak AP dan lateral
Rto: IVFD D5% + ¼ NS dengan gtt IX (makro).
Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis 4 x 125 mg per hari.
Gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis 2 × 7,5 mg per hari.
Rtm: ASI/PASI on demand.
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pendahuluan
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam
penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Pneumonia adalah salah satu penyakit
yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya di dapatkan di
praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi
penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia.
Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu
pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga
sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering
merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh
tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang
dewasa.
II.2 Definisi
Bronkopneumonia atau disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Bronkopneumonia
merupakan peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang
berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).
II.3 Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia
menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering
merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh
tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang
dewasa.
6
Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita karena
pneumonia. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 kematian
balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia
menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap
hari, atau 1 balita setiap 5 menit
II.4 Etiologi
Bronkopneumonia terjadi secara umum dapat disebabkan oleh faktor infeksi dan non infeksi.
Faktor Infeksi
- Pada neonatus : Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
- Pada bayi :
Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa,
B. pertusis
- Pada anak-anak :
Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.
- Pada anak besar – dewasa muda :
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.
Faktor Non Infeksi.
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
- Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung ( zat
hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
- Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,
termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti
palatoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian
makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit
7
tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung
asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan .
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat
seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan
faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
II.5 Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan
bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan
terapi yang lebih relevan.
Pembagian secara anatomis :
-Pneumonialobaris yaitu radang paru yang mengenai satu atau lebih dari satu lobus.
-Pneumonialobularis (bronkopneumonia) yaitu radang yang mengenai lobules-lobulus dan
tersebar di dalam paru.
-Pneumonia interstisialis (bronkiolitis) yaitu radang yang mengenai jaringan interstisial paru
dan bronchitis.
Pembagian secara etiologi :
- Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
pneumonia, Haemofilus influenzae.
- Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus, Adenovirus
- Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis, Coccidiomycosis, Blastomycosis,
Cryptoccosis.
- Corpus alienum
- Aspirasi : Makanan, kerosene (benzene,minyak tanah) cairan amnion, benda asing
- Pneumoniahipostatik
- Sindroma loeffler
8
II.6 Patogenesis
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di
dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai
cara, antara lain :
- Inhalasi langsung dari udara
- Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
- Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
- Penyebaran secara hematogen
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk
mencegah infeksi yang terdiri dari :
- Susunan anatomis rongga hidung
- Jaringan limfoid di nasofaring
- Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain yang
dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
- Refleks batuk.
- Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
- Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
- Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.
- Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai
antimikroba yang non spesifik.
- Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai
ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya.
- Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang
meliputi empat stadium, yaitu :
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
9
imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal
ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga
anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48
jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi
di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah
tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
10
II.7 Diagnosis
Gambaran Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal
disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya
tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana
pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Dinding thorak terlihat retraksi intercostali dan kalau berat disertai retraksi
epigastrium. Stemfremitus teraba mengeras bila beberapa kelainan kecil
menyatu. Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan, tetapi kalau sarang
bronkopneumonia menjadi satu, pada perkusi terdengar redup. Pada auskultasi
terdengar vesikuler mengeras, ronkhi basah halus dan sedang nyaring yang
terdengar pada stadium permulaan dan stadium resolusi sedangkan pada
stadium hepatisasi ronkhi tidak terdengar.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan
pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi
virus atau mycoplasma.
2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
3. Peningkatan LED.
4. Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur
dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).
5. Analisa gas darah ( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena
pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab
tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata
11
laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan
berdasarkan:
1. Bronkopneumonia sangat berat : Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup
minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
2. Bronkopneumonia berat : Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih
sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
3. Bronkopneumonia: Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
- 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan
- 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun
- 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.
4. Bukan bronkopenumonia : Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas,
tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.
Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:
1. kultur sputum atau bilasan cairan lambung
2. kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus
3. deteksi antigen bakteri
II.8 Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan hasil resistensi dari kuman, akan
tetapi mengingat hal ini sulit dilakukan, maka di bagia IKA pengobatan langsung diberikan
Antibiotika polifarmasi selama 10-15 hari
- Ampicillin 100 mg/kgbb/hari dalam 3-4 dosis
- Klorampenikol dengan dosis:
Umur <6 bulan: 25-50 mg/kgbb/hari
Umur >6 bulan: 50-75 mg/kgbb/hari
Dosis dibagi dalam 3 dosis
Atau Gentamisin dengan dosis 3-5 mg/kgbb/hari diberikan dalam 2 dosis
Suportif:
IVFD, oksigen, pembersih jalan nafas
Bila terjadi impending decompensation cordis:
- Pengurangan cairan sampai ¾ kebutuhan
- Diberikan diuretika dan NaCl distop
12
- Bila tak teratasi baru diberikan digitalisasi
Pada penderita bronkopneumonias post morbili:
- Sementara mencari aktivitas TBC diberikan INH profilaksis paling sedikit 3 bulan
- Bila disertai gejala PCM berat dan klinis defisiensi vitamin A diberikan Vit.A
terapeutik 200.000 IU peroral pada hari I, II kemudian minggu kedua dan
dianjutkan setiap 6 bulan.
Tabel pemilihan antibiotika berdasarkan etiologi :
Mikroorganisme
Streptokokus dan StafilokokusM.
Pneumonia
H. Influenza
Klebsiella dan P. Aeruginosa
Penicilin G 50.000-100.000 unit/hari IV
atauPenicilin Prokain 6.000.000 unit/hari IM
atau
Ampicilin 100-200 mg/kgBB/hari atau
Ceftriakson 75-200 mg/kgBB/hari
Eritromisin 15 mg/kgBB/hari
Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari
Sefalosporin
II.9. DIAGNOSIS BANDING
Secara klinis pneumonia yang disebabkan oleh kuman (bakteri), virus tidak dapat dibedakan.
Keadaan yang menyerupai pneumonia secara klinik:
Bronkhiolitis
Payah jantung
Aspirasi benda asing
II.10 KOMPLIKASI
Dengan antibiotik komplikasi hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi yang dapat
dijumpai : Empiema, OMA, lompliasi lain ialah seperti Meningitis, Perikarditis,
Osteomielitis, peritonitis lebih jarang dilihat.
II.11 PROGNOSIS
13
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada
anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat
dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi
esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan
tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama
dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh
faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
II.12 PENCEGAHAN
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia ini.
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan
tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan
makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga,
dan lain-lain
Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi
antara lain:
Vaksinasi Pneumokokus
Vaksinasi H. influenza
Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
Vaksin influenza yang diberikan
BAB III
14
ANALISA KASUS
Bayi laki - laki, usia 40 hari, datang dengan keluhan sesak nafas sejak ± dua hari
SMRS . Sesak nafas timbul secara perlahan atau tidak mendadak. Terdapat juga batuk dan
febris. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nafas cuping hidung, takipneu, retraksi dinding
dada, vesikuler meningkat, dan adanya bunyi nafas ronki basah halus nyaring. Berdasarkan
data di atas, penderita didiagnosis menderita bronkopneumonia. Diagnosis banding yang
mungkin adalah bronkiolitis akut. Namun, bronkiolitis akut ini dapat disingkirkan dengan
melihat tanda dan gejala yang ada pada penderita. Sesak pada bronkiolitis timbul secara
mendadak, sedangkan sesak pada penderita timbul secara perlahan. Pada bronkiolitis akut
juga ditemukan demam subfebris, bukan febris. Selain itu, pada bronkiolitis akut juga
ditemukan ronki dan wheezing, sedangkan pada penderita hanya ditemukan ronki.
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, aspirasi, jamur, cacing, dan senyawa
hidrokarbon. Untuk mengetahui bakteri penyebab bronkopneumonia, harus dilakukan kultur
sputum. Pada penderita ini tidak dilakukan sehingga tidak dapat ditentukan secara pasti
etiologinya. Oleh sebab itu, WHO mengajukan pedoman diagnosis dan tatalaksana yang lebih
sederhana untuk pneumonia. Berdasarkan pedoman tersebut penderita tergolong pneumonia
berat. Pneumonia berat ditandai dengan adanya retraksi, tanpa sianosis dan anak masih
sanggup minum. Oleh sebab itu, anak harus dirawat dan diberikan antibiotik.
Penatalaksanaan di rumah sakit terhadap anak ini adalah sebagai berikut:
IVFD D5% + ¼ NS dengan gtt IX (makro).
Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis 4 x 125 mg per hari.
Gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis 2 × 7,5 mg per hari.
Parasetamol 10-15 mg/kgBB/sekali pemberian parasetamol sirup 3 × 40 mg per
hari.
ASI/PASI on demand.
Oksigen nasal 1 L/menit.
Follow-up Pasien
15
Tanggal Pemeriksaan Fisik Rencana Tatalaksana29 April 2012
S: sesak nafas (+), batuk (+), BAK normal, BAB normal.
O: KU: Sensorium: compos mentisNadi: 127 ×/menitRR: 65 x /menitT: 36,3 °C
KS: Kepala dan leher: NCH (+), mata cekung (-), konjuntiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-), kelenjar getah bening tidak membesar.
Thorax: simetris, retraksi (+) Cor: bunyi jantung I dan II normal,
bising jantung (-)Pulmo: vesikuler meningkat, wheezing (-), rhonki (+)
Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, turgor kembali < 2 detik.
Ekstremitas: sianosis (-), anemis (-), akral dingin (-)
IVFD D5% + ¼ NS dengan gtt IX (makro).
Ampisilin 4 x 125 mg per hari.
Gentamisin 2 × 7,5 mg per hari.
Parasetamol sirup 3 × 40 mg per hari (Jika demam)
Oksigen nasal 1 L/menit.
ASI/PASI on demand.
30 April 2012
S: batuk (+), BAK normal, BAB normal.
O: KU: Sensorium: compos mentisNadi: 112 ×/menitRR: 45 ×/menitT: 37 °C
KS: Kepala dan leher: NCH (-), mata cekung (-), konjuntiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-),kelenjar getah bening tidak membesar.
Thorax: simetris, retraksi (-) Cor: bunyi jantung I dan II normal,
bising jantung (-)Pulmo: vesikuler, wheezing (-), rhonki (-)
Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, turgor kembali < 2 detik.
Ekstremitas: sianosis (-), anemis (-), akral dingin (-)
IVFD D5% + ¼ NS dengan gtt IX (makro).
Ampisilin 4 x 125 mg per hari.
Gentamisin 2 × 7,5 mg per hari.
Parasetamol sirup 3 × 40 mg per hari (Jika demam)
Oksigen nasal 1 L/menit.
ASI/PASI on demand.
16
01 Mei 2012
S: batuk (+), BAK normal, BAB normal
O: KU: Sensorium: compos mentisNadi: 95 ×/menit, isi dan tegangan
cukupRR: 30 ×/menitT: 36,7 °C
KS: Kepala dan leher: NCH (-), mata cekung (-), konjuntiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-),kelenjar getah bening tidak membesar.
Thorax: simetris, retraksi (-)Cor: bunyi jantung I dan II normal,
bising jantung (-)Pulmo: vesikuler, wheezing (-),
rhonki (-)Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, turgor kembali < 2 detik.Ekstremitas: sianosis (-), anemis (-), akral dingin (-)
IVFD D5% + ¼ NS dengan gtt IX (makro).
Ampisilin 4 x 125 mg per hari.
Gentamisin 2 × 7,5 mg per hari.
Parasetamol sirup 3 × 40 mg per hari (Jika demam)
Oksigen nasal 1 L/menit.
ASI/PASI on demand.
02 Mei 2012
S: Batuk (-), BAK normal, BAB normal.
O: KU: Sensorium: compos mentisNadi: 95 ×/menit, isi dan tegangan
cukupRR: 29 ×/menitT: 37 °C
Kepala dan leher: NCH (-), mata cekung (-), konjuntiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-),kelenjar getah bening tidak membesar.Thorax: simetris, retraksi (-)
Cor: bunyi jantung I dan II normal, bising jantung (-)
Pulmo: vesikuler, wheezing (-), rhonki (-)Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, turgor kembali < 2 detik.Ekstremitas: sianosis (-), anemis (-), akral dingin (-)
A: penderita dipulangkan.
Ampisilin 4 x 125 mg per hari.
Gentamisin 2 × 7,5 mg per hari.
Parasetamol sirup 3 × 40 mg per hari (Jika demam)
ASI/PASI on demand. Mengingatkan ibu
untuk segera ke rumah sakit jika anak kembali sesak hebat dan keadaannya memburuk.
17
LAPORAN KASUSBRONKOPNEUMONIA
Oleh
Irwin Fitriansyah, S.Ked 04108705029Hendry Dimas, S.Ked 04108705050Tiara Wima Yolanda, S.Ked 04081001010
Fakultas KedokteranUniversitas Sriwijaya
Palembang2012
18