Post on 14-Nov-2020
CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI BENTUKPENGGUNAAN LAHAN DI SUB-SUB DAS KHILAU SUB DAS BULOK
DAS SEKAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
RATIH RINDA NINGSIH
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI BENTUKPENGGUNAAN LAHAN DI SUB-SUB DAS KHILAU SUB DAS BULOK
DAS SEKAMPUNG
Oleh
RATIH RINDA NINGSIH
Karbondioksida merupakan salah satu Gas Rumah Kaca (GRK), yang jumlahnya
sangat dominan di bumi. Hal ini disebabkan karena meningkatnya laju emisi
karbon Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung, selain itu
terjadinya perubahan penggunaan lahan berpengaruh terhadap jumlah karbon
yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karbon tersimpan,
menganalisis jumlah serapan karbondioksida dan pelepasan oksigen pada berbagai
tutupan lahan di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung. Metode
yang digunakan untuk menghitung karbon tersimpan dengan menggunakan
persamaan allometrik untuk menduga biomassa pohon. Biomassa Expansion
Factor digunakan untuk estimasi biomassa nekromassa, tumbuhan bawah dan
serasah. Penyerapan karbondioksida diduga dengan mengkalikan jumlah karbon
dengan nilai konversi atom karbon ke karbondioksida, sedangkan pelepasan
oksigen diduga dengan jumlah karbon sekruitrasi dikali dengan nilai konversi
karbon ke oksigen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karbon tersimpan
Ratih Rinda Ningsihtertinggi pada tutupan lahan hutan primer sebesar (141,69 ton/ha) jika
dibandingkan tutupan lahan agroforestri (75,33 ton/ha), semak belukar sebesar
(24,74 ton/ha), tanaman semusim sebesar (11,13 ton/ha) dan sawah sebesar (3,45
ton/ha). Jumlah serapan karbondioksida yang terdapat di hutan primer sebesar
(519,99 ton/ha) jika dibandingkan tutupan lahan agroforestri (276,45 ton/ha ),
semak belukar sebesar (90,80 ton/ha), tanaman semusim sebesar (40,86 ton/ha)
dan sawah sebesar (12,66 ton/ha). Pelepasan oksigen yang terbesar terdapat di
tutupan lahan hutan primer sebesar (379,60 ton/ha), jika dibandingkan tutupan
lahan agroforestri (201,81ton/ha), semak belukar (66,29 ton/ha), tanaman
semusim (29,82 ton /ha) dan tutupan lahan sawah hanya mampu melepaskan
oksigen sebesar (9,24 ton/ha).
Kata kunci: karbondioksida, penggunaan lahan, biomassa dan karbon tersimpan.
ABSTRACT
STOCK CARBON IN VARIOUS FORMS OF LAND USE IN THEKHILAU SUB-SUB WATERSHED BULOK SUB-WATERSHED
SEKAMPUNG WATERSHED
By
RATIH RINDA NINGSIH
Carbon dioxide is one of the Greenhouse Gases (GHGs), that amount is very
dominant on earth. This is cause increased the rate of carbon emission Khilau
Sub-watershed Bulok Sub-watershed Sekampung watershed, besides that changes
oxcur in land use affect the amount of carbon produced. The purpose this reseach
are to determine analyze of carbon stored, analyze of carbon dioxide uptake and
release of oxygen in various land covers in the Khilau Sub-watershed Bulok Sub-
watershed Sekampung watershed. The method used to calculate stored carbon by
using allometric equations to estimate tree biomass. Biomass expansion factor is
used to estimate necromass, understorey and litter biomass. Carbon dioxide
absorption is estimated by multiplying the amount of carbon by the conversion
value of carbon atoms to carbon dioxide. The release of oxygen was estimated by
carbon sequestration times the convertion value of carbon absorption oxygen.
The results of this research stored carbon uptake in primary forests is (141,69 tons
/ ha) compared to agroforestry land cover (75,33 tons / ha), shrubs (24,74 tons /
Ratih Rinda Ningsihha), annual crops (11,13 tons) tons / ha) and paddy fields (3,45 tons / ha). The
carbon dioxide uptake in primary forests is (519.99 tons / ha) compared to
agroforestry land cover (276.45 tons / ha), shrubs (90.80 tons / ha), annual crops
(40.86 tons) tons / ha) and paddy fields (12.66 tons / ha). The release of oxygen in
primary forests is (379,60 tons / ha), compared to agroforestry land cover (201,81
tons / ha), shrubs (66,29 tons / ha), annual crops (29,82 tons / ha) and paddy fields
cover is only able to release oxygen by (9,24 tons / ha).
Keywords: carbon dioxide, land use, stored biomass and carbon storage.
CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI BENTUKPENGGUNAAN LAHAN DI SUB-SUB DAS KHILAU SUB DAS BULOK
DAS SEKAMPUNG
Oleh
RATIH RINDA NINGSIH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Natar, pada tanggal 30 Maret 1997, sebagai anak pertama
dari dua bersaudara, anak dari Bapak Khoirin dan Ibu Sugiarti. Pendidikan formal
penulis diawali pada tahun 2009 di Sekolah Dasar Negeri 06
Merak Batin, Madrasah Tsanawiyah Guppi Natar pada tahun
2012, dan Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah
Sunanul Huda pada tahun 2015 di tahun yang sama penulis
diterima sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN) dengan Beasiswa Bidikmisi.
Penulis juga aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva)
sebagai anggota. Penulis telah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
tahun 2019 di Desa Sangkaran Bhakti, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten
Way Kanan, Lampung selama 40 hari. Tahun 2018 penulis telah melakukan
kegiatan Praktik Umum (PU) di KPH Balapulang Perum Perhutani Divisi
Regional I Jawa Tengah pada tahun 2018. Artikel ilmiah yang telah ditulis
berjudul Cadangan Karbon Tersimpan di Tata Guna Lahan Sub-Sub DAS Khilau
sub DAS Sekampung yang diterbitkan di Jurnal Hutan Tropis Volume 8 Nomor 1
Edisi Maret 2020.
BismillahirrahmanirrahimKupersembahkan untuk Ayahanda Khoirin dan Ibunda Sugiarti Tersayang
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Cadangan Karbon Tersimpan
Pada Berbagai Bentuk Penggunaan Lahan di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS
Bulok DAS Sekampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Shalawat beserta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
beserta para sahabatnya hingga ke akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada beberapa pihak sebagai berikut :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung sekaligus selaku dosen pembimbing pertama
yang atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, motivasi, kritik, dan
saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. Indra Gumay F., S. Hut. M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku selaku Pembimbing Akademik.
4. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku dosen pembimbing kedua atas
iii
kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi, kritik, dan saran dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., selaku dosen penguji atas arahan,
saran dan kritik yang telah diberikan sampai selesainya penulisan skripsi ini.
6. Segenap dosen Jurusan Kehutanan yang telah memberikan ilmu pengetahuan
bidang kehutanan selama penulis menuntut ilmu di Universitas Lampung.
7. Bapak Sutisna, selaku Ketua Gapoktan yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian.
8. Keluarga dan teman dekat penulis terutama orang tua yaitu Ayahanda Khoirin
dan Ibunda Sugiarti yang selalu memberikan doa, semangat, kasih sayang
serta dukungan moril maupun materil hingga penulis dapat meniti langkah
sejauh ini.
9. Teman seperjuangan kehutanan 2015 “TW15TER” khususnya Selin
Handayani, Dewi Purnamasari, Wiwik Oktaviani, Debi Pratiwi Putri dan
Risky Novia Sari semoga kebersamaan, kekeluargaan, dan tali silaturrahim
dapat terus terjalin dengan baik.
10. Sahabat seperjuangan Praktek Umum (PU) Destia Novasari, Agus Syaifullah,
Agung Tri Cahyo, Rio Rahmad Akmal, Wahyu Kurniawan, Khusnul
Khotimah, Kartika Puspa .A, Abdul Rouf K. A, Memo Dinda .N, Rama Adika
P, Veronika Rekno D. M dan Yogi Sulistio.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi.
Bandar Lampung, Oktober 2019
Ratih Rinda Ningsih
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 11.2 Rumusan Masalah....................................................................... 21.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 31.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 31.5 Kerangka Pemikiran.................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7
2.1 Peranan Tipe Ekosistem Hutan Terhadap Serapan Karbon ........ 72.2 Karbon dan Biomassa ................................................................. 82.3 Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap
Emisi Karbon .............................................................................. 82.4 Keberadaan Karbon .................................................................... 9
III. METODE PENELITIAN ................................................................ 10
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................... 103.2 Alat dan Bahan............................................................................ 113.3 Pengumpulan Data ...................................................................... 11
3.3.1 Data Primer .................................................................... 113.3.2 Data Sekunder ................................................................. 11
3.4 Pelaksanaan Penelitian................................................................ 123.4.1 Metode dan Sampling ..................................................... 12
3.5 Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 133.5.1 Perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) ......................... 133.5.2 Biomassa Pohon .............................................................. 153.5.3 Nekromassa ..................................................................... 173.5.4 Biomassa Serasah............................................................ 193.5.5 Biomassa Tumbuhan Bawah........................................... 19
Halaman3.5.6 Karbon Tersimpan........................................................... 203.5.7 Karbon Total dalam Plot ................................................. 203.5.8 Penyerapan CO2.............................................................. 213.5.9 Pelepasan Oksigen .......................................................... 21
3.6 Analisis data Biomassa, Karbon Tersimpan, PenyerapanKarbondioksida dan Pelepasan Oksigen pada Tiap KelasPenggunaan Lahan ...................................................................... 22
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 234.5 Indeks Nilai Penting ................................................................. 234.6 Analisis data Biomassa di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok
DAS Sekampung ...................................................................... 294.7 Analisis data Karbon Tersimpan di Sub-Sub DAS Khilau Sub
DAS Bulok DAS Sekampung .................................................. 314.8 Analisis data Penyerapan Karbondioksida di Sub-Sub DAS
Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung ............................... 324.9 Analisis data Pelepasan Oksigen di Sub-Sub DAS Khilau
Sub DAS Bulok DAS Sekampung. .......................................... 34
5 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 365.5 Simpulan ..................................................................................... 365.6 Saran ........................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 38
LAMPIRAN............................................................................................. 44 Tabel 12-44........................................................................................... 45 Gambar 5-9........................................................................................... 71
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Model persamaan allometrik................................................................ 15
2. Estimasi biomasa pohon menggunakan persamaan allometrik di Hutanberdasarkan zona iklimnya............................................................................. 16
3. Indeks Nilai Penting pada fase pohon-fase semai di HutanPrimer Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung ....... 23
4. Indeks Nilai Penting pada fase pohon-fase semai di AgroforestriSub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung ................... 25
5. Indeks Nilai Penting pada fase pohon-fase semai di Semakbelukar Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung ...... 26
6. Indeks Nilai Penting pada fase pohon-fase semai di Tanamansemusim Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung.... 27
7. Indeks Nilai Penting pada fase pohon-fase semai di SawahSub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung .................. 29
8. Biomassa pada penggunaan lahan Sub-Sub DAS KhilauSub DAS Bulok DAS Sekampung....................................................... 30
9. Karbon tersimpan pada penggunaan lahan Sub-Sub DAS KhilauSub DAS Bulok DAS Sekampung....................................................... 31
10. Karbondioksida pada penggunaan lahan Sub-Sub DAS KhilauSub DAS Bulok DAS Sekampung....................................................... 32
11. Pelepasan oksigen pada penggunaan lahan Sub-Sub DAS KhilauSub DAS Bulok DAS Sekampung....................................................... 34
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Kerangka pemikiran ................................................................................ 6
2. Peta lokasi penelitian Sub-Sub DAS Khilau........................................... 10
3. Petak ukur pengambilan data biomassa .................................................. 13
4. Keutuhan pohon ...................................................................................... 17
5. Pengambilan biomassa seresah di sawah ................................................ 71
6. Proses pengovenan biomassa serasah dan tumbuhan bawah .................. 71
7. Pengambilan biomassa serasah pada penggunaan lahan tanaman
semusim.................................................................................................. 72
8. Pengambilan data tumbuhan bawah....................................................... 72
9. Proses pembuatan plot ........................................................................... 73
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan iklim saat ini menjadi isu yang sering diperbincangkan di tingkat
nasional dan internasional terutama di forum pemerhati lingkungan. Hal ini
disebabkan karena adanya indikasi terjadinya peningkatan temperatur rata-rata di
atmosfer, laut dan daratan di bumi. Tingginya temperatur udara yang disebabkan
emisi karbon yang berasal dari salah satunya penggunaan bahan bakar fosil (Rizki
et al., 2016). Salah satu metode untuk menurunkan emisi karbon adalah melalui
penanaman vegetasi penyerap karbon yaitu hutan. Hutan mampu menyerap dan
menyimpan karbon dalam bentuk biomassa yang berada di vegetasi, sehingga
dapat menurunkan konsentrasi karbondioksida di atmosfer (Khudzaeva, 2012).
Tingginya perubahan penggunaan lahan berdampak terhadap jumlah karbon di
emisikan ke atmosfer (Setiawan et al., 2015).
Indonesia merupakan salah satu negara yang meretifikasi tiga kesepakatan
konvensi Rio De Janeiro mengenai degradasi lahan, perubahan iklim dan
keanekaragaman hayati. Implementasi program Cross Cutting Capacity
Development (CCCD), kesepakatan tersebut dilakukan pada DAS (Daerah Aliran
Sungai) mikro dengan luasan <5.000 ha. Berdasarkan ketetapan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) No.13 tahun 2018 menetapkan Sub-
2
Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung sebagai Site Project CCCD.
Hal ini disebabkan karena lokasinya yang dekat dengan TAHURA (Taman Hutan
Raya) DAS tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang sangat strategis untuk
dipertahankan. Besarnya kerusakan lahan berupa perubahan penggunaan lahan
yang terjadi di Sub DAS Bulok akan berpengaruh terhadap fluktuasi debit air.
Degradasi lahan tersebut tentunya akan berpengaruh juga terhadap jumlah karbon
yang dihasilkan di Sub-Sub DAS Khilau.
Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung sangat strategis untuk
dijadikan sebagai laboratorium kecil, karena dengan luasan < 5.000 ha akan
mempermudah pengelolaan dan pengawasan. Oleh karena itu, Universitas
Lampung dan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)
mengadakan kerja sama dalam rangka menduga jumlah karbon tersimpan di Sub-
Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung . Kerja sama ini
mendapatkan pendanaan penelitian dari United Nations Development Programme
(UNDP). Hasil penelitian ini di harapkan dapat membantu pengelola Sub-Sub
DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung dalam pengambilan kebijakan
terkait rehabilitasi lahan untuk meningkatkan jumlah karbon tersimpan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian karbon tersimpan pada berbagai bentuk penggunaan
lahan di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung, adalah:
1. Seberapa besar perbedaan karbon tersimpan pada berbagai penggunaan lahan
di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung?
3
2. Seberapa besar perbedaan jumlah serapan CO2 pada berbagai penggunaan
lahan di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung?
3. Seberapa besar perbedaan jumlah pelepasan pada berbagai penggunaan
lahan di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian karbon tersimpan pada berbagai penggunaan lahan di Sub-Sub
DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung.
1. Menganalisis karbon tersimpan pada berbagai penggunaan lahan di Sub-Sub
DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung.
2. Menganalisis perbedaan jumlah serapan pada berbagai penggunaan lahan
(hutan, tanaman semusim, agroforestri, persawahan dan semak-belukar) di
Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung.
3. Menganalisis perbedaan jumlah pelepasan pada berbagai penggunaan lahan
(hutan, tanaman semusim, agroforestri, persawahan dan semak-belukar) di
Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini sebagai sumber informasi bagi peneliti, pengelola dan
pemerintah daerah terkait upaya rehabilitasi Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS
Bulok DAS Sekampung.
4
1.5 Kerangka Pemikiran
Meningkatnya aktifitas dan populasi manusia mengakibatkan peningkatan
konsentrasi GRK (Gas Rumah Kaca). Terakumulasinya gas-gas rumah kaca
berupa gas metan (CH4), Cloro Fluoro Carbon (CFC), Per Fluoro Carbon (PFC)
karbon dioksida (CO2) di atmosfer berdampak pada pemanasan global (Lugina et
al., 2011). Tingginya laju pemanasan global di akibatkan oleh rendahnya daya
serap karbon pada berbagai penggunaan lahan. Hal ini, terjadi karena tingginya
kebutuhan manusia akan ruang dan lahan.
Berdasarkan konvensi Rio yang menghasilkan tiga kesepakatan mengenai
degradasi lahan, keanekaragaman hayati dan perubahan iklim, melalui program
CCCD implementasi kesepakatan tersebut dilaksanakan untuk perbaikan DAS
mikro dengan luasan lahan <5.000 ha. Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok
DAS Sekampung sebagai lokasi yang ditetapkan KLHK No.13 tahun 2018
sebagai Site Project CCCD, dengan pertimbangan bahwa lokasi ini telah
mengalami degradasi lahan. Degradasi lahan tersebut berupa perubahan
penggunaan lahan yang menyebabkan menurunya jumlah karbon yang
dihasilkan pada setiap tutupan lahan.
Berdasarkan hasil observasi sebagian besar tutupan lahan di Sub-Sub DAS Khilau
Sub DAS Bulok DAS Sekampung diduga bukan hutan. Hal ini terjadi karena
penggunaan lahan yang awalnya hutan primer diduga berubah menjadi hutan
sekunder seperti agroforestri, semak belukar dan tanaman semusim. Pola tanam
agroforestri antara tanaman kehutanan dan perkebunan sangat berpengaruh
terhadap jumlah karbon yang dihasilkan pada setiap tutupan lahan. Meskipun
5
dalam hal ini tanaman kehutanan hanya dijadikan tanaman penaung dan pembatas
(Natalia et al., 2014; Aprianto et al., 2016). Keadaan ini yang terjadi di hutan
HPT Sumatra Selatan yang mengalami perubahan penggunaan lahan.
Menyebabkan rendahnya kemampuan hutan dalam menyerap karbon (Prayitno
dan Bakri, 2014). Oleh karena itu, untuk mengetahui jumlah karbon yang
tersimpan di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung, maka perlu
dilakukan pengukuran kandungan biomassa. Pengukuran ini dapat dilakukan
dengan menggunakan metode destruktif dan non destruktif. Persamaan allometrik
digunakan untuk mengetahui biomassa yang terdapat pada satu jenis spesies
tanaman.
Biomassa nekromassa yang telah rebah dapat dihitung menggunakan metode
destruktif (melakukan pemotongan) dengan pengambilan bagian pohon dan di
oven hingga diketahui berat keringnya. Biomassa seresah dan tumbuhan bawah
dapat diketahui dengan menggunakan metode destruktif, sama dengan pengukuran
biomassa nekromassa rebah. Pengukuran biomassa tumbuhan bawah dan serasah
dilakukan dengan pengovenan untuk mengetahui berat keringnya. Kemudian nilai
berat kering tumbuhan bawah dan seresah dimasukkan kedalam rumus Biomass
Expansion Factor, sehingga dapat diketahui jumlah biomassa tersimpan.
Perhitungan karbon tersimpan pada tutupan lahan di Sub-Sub DAS Khilau Sub
DAS Bulok DAS Sekampung sangat penting dilakukan. Agar mengetahui karbon
tersimpan pada tutupan lahan yang telah mengalami perubahan penggunaan lahan
di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung. Kerangka teoritis
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Gambar 1. Kerangka teoritis.
Peningkatan Gas Rumah Kaca
Pemanasan global
Serapan karbon pada berbagai bentuk penggunaan lahan
Pengukuran karbon pada berbagai penggunaan lahan
Pengukuran biomassa
pohon
Pengukuran biomassa
seresah dan tumbuhan
bawah
Metode non
destruktif Metode destruktif
Persamaan allometrik
Penggunaan lahan (hutan, semak-belukar, agroforestri, persawahan dan
tanaman semusim)
Biomassa
Nekromassa
Metode non destruktif dan
Metode destruktif
Rumus Biomass
Expansion Factor
Berat jenis kayu mati
Biomassa permukaan atas tanah
Karbon tersimpan pada berbagai penggunaan lahan
di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung
Upaya meningkatkan C tersimpan di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS
Bulok DAS Sekampung
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan Tipe Ekosistem Hutan terhadap Serapan Karbon
Keberadaan ekosistem memiliki peranan yang penting dalam mitigasi pemanasan
global. Laju peningkatan emisi CO2 harus diimbangi proses fotosintetis oleh
tumbuhan dan organisme lainnya (Stevanus dan Sahuri, 2014). Menurut
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (1999) Hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan alam memiliki pengaruh besar dalam
menjaga keseimbangan ekosistem (Samsoedin et al., 2009).
Hutan primer memiliki simpanan karbon tertinggi disebabkan oleh perlindungan
dan pemantauan kawasan hutan secara intensif. Oleh karena itu, hutan primer
dapat membantu proses mitigasi emisi karbon (Rochmayanto, 2010 ; Noor’an et
al., 2015).
Kawasan hutan mempunyai peranan penting sebagai sumber emisi karbon
(Source) yang mampu menyerap dan menyimpan karbon dalam bentuk biomassa
(Antono, 2013). Hutan mencakup hampir 40% dari total lahan secara signifikan
berkontribusi mengurangi dampak negatif perubahan iklim. Efek tersebut dapat
8
membantu penyerapan karbon. Proses ini sangat berperan penting dalam
menekan jumlah karbondioksida (Sutton, 2008). Oleh karena itu, pentingnya
tutupan lahan berupa semak belukar, dan hutan dalam menyerap dan menyimpan
karbon. Penyerapan karbon secara optimal dapat menekan dampak buruk dari
perubahan iklim (Prasetyo et al., 2011).
2.2 Karbon dan Biomassa
Karbon merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan sehari-hari.
Karbon pohon, nekromassa, seresah dan tumbuhan bawah merupakan sumber
karbon yang sangat penting bagi ekosistem (Yunita, 2016). Karbon organik
pohon dapat diperkirakan dengan metode non destruktif mengukur tinggi pohon
untuk mengetahui jumlah biomassa dan karbon (Chavan, 2010).
Biomassa adalah total jumlah materi hidup di atas permukaan tanah dan
dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas. Jumlah kandungan
karbon (C) tersimpan dalam berbagai organ tanaman memiliki potensi menyerap
CO2. Persamaan allometrik dapat digunakan untuk menentukan jumlah karbon
dari biomassa tanaman (Sutaryo, 2009).
2.3 Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Emisi Karbon
Meningkatnya jumlah populasi manusia yang sangat besar di berbagai negara
akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Penggunaan lahan pemukiman
9
cenderung akan menurunkan jumlah tutupan vegetasi hutan sehingga
berdampak terhadap meningkatnya emisi karbon (Sheikh et al., 2009).
Perubahan penggunaan lahan akan mempengaruhi kondisi ekologis dari suatu
DAS. Areal semak dan sawah yang di konversi menjadi areal ruang terbangun
akan berpengaruh terhadap cadangan karbon yang ada di sekitar DAS (Wasis et
al., 2012). Tingginya perubahan penggunaan lahan menyebabkan penurunan
jumlah luasan penggunaan lahan. Oleh karena itu, akan berpengaruh terhadap
jumlah vegetasi yang berada di lokasi tersebut (Pratama dan Slamet, 2016).
2.4 Keberadaan Karbon
Keberadaan karbon sangat dipengaruhi oleh jumlah biomassa pohon, tumbuhan
bawah dan nekromassa, sehingga menyebabkan bertambah atau berkurangnya
potensi biomassa akan berpengaruh terhadap jumlah serapan karbon (Chanan,
2012). Karbon yang berasal dari biomassa pohon dengan tegakan yang umurnya
lebih tua dan lebih tinggi, akan memiliki jumlah karbon yang besar jika di
bandingkan dengan tegakan pohon yang muda (Yuniawati et al., 2011). Setiap
vegetasi menghasilkan kualitas biomassa yang berbeda. Biomassa menjadi
sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah
(Windusari et al., 2012).
10
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilakukan Sub-Sub DAS Khilau sub DAS Bulok DAS
Sekampung pada bulan Maret 2019 seluas lebih kurang 625,98 ha di kawasan
Hutan Lindung Register 21 Perintian Batu KPH Pesawaran. Penetapan lokasi
Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung sebagai lokasi penelitian
berdasarkan keputusan KLHK tahun 2018 yang menetapkan lokasi tersebut
sebagai wilayah project CCCD. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber : data primer (2018).
Gambar 2. Peta lokasi penelitian Sub-Sub DAS Khilau.
11
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System
(GPS), pita meter, haga meter, lembar pengamatan (tally sheet), tali rafia, gunting,
oven, timbangan neraca analitik dengan ketelitian 0,01 gram, gergaji, plastik
ukuran 1 kg, spidol permanen, kamera, tress bag dan seperangkat laptop dengan
software Ms. Excel 2010. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa
vegetasi dari berbagai bentuk penggunaan lahan di Sub-Sub DAS Khilau Sub
DAS Bulok DAS Sekampung .
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Data Primer
Data primer yang di kumpulkan peneliti secara langsung berupa data berikut:
1. Jenis, tinggi, diameter tanaman pada setiap fase pertumbuhan (Pohon, tiang,
pancang), sedangkan pada fase semai diketahui jenis dan jumlah tanaman
untuk pengukuran biomassa dan perhitungan Indeks Nilai Penting (INP).
2. Jenis nekromassa, tinggi/panjang, diameter dan tingkat keutuhan nekromassa
untuk pengukuran biomassa nekromassa.
3. Berat basah seresah untuk pengukuran biomassa seresah.
4. Berat basah tumbuhan bawah untuk pengukuran biomassa tumbuhan bawah.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan berupa data tutupan lahan Sub-Sub DAS Khilau
Sub DAS Bulok DAS Sekampung, berat jenis kayu dan berbagai literatur-
12
literatur yang berasal dari buku, jurnal dan data-data publikasi mengenai
pendugaan cadangan karbon dan data pendukung lainnya. Data sekunder dapat di
kumpulkan dengan cara mencari referensi melalui internet atau mengunjungi
perpustakaan.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Metode dan Sampling
Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode cluster sampling yang
merupakan teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit yang
kecil, dengan melakukan pengkelasan untuk setiap tutupan lahan (Supardi,1993).
Metode cluster sampling digunakan karena berdasarkan citra satelit, di Sub-Sub
DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung diketahui terdapat lima kelas
tutupan lahan (hutan, semak-belukar, agroforestri, tanaman semusim dan
persawahan).
Pada setiap tutupan lahan dilakukan pengambilan sampel sebanyak 4 (empat) kali
ulangan. Oleh karena itu, total keseluruhan plot sampel yang digunakan sebanyak
20 plot untuk mengukur karbon tersimpan di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS
Bulok DAS Sekampung. Penentuan petak ukur persegi sebagai plot sampel dapat
memberikan kemudahan dalam memberikan informasi data yang berbeda- beda
untuk tiap fase pertumbuhan. Petak ukur plot sampel dapat dilihat pada Gambar 3
(Saharjo dan Gago, 2011).
13
Gambar 3. Petak ukur pengambilan data biomassa.
Keterangan gambar:
A. Merupakan petak berukuran 2 m x 2 m, digunakan untuk pengambilan sampel
serasah dan tumbuhan bawah dengan tinggi <1,5 m.
B. Merupakan petak contoh 5 m x 5 m, digunakan untuk tingkat pancang dengan
diameter <10 cm dan tinggi tanamannya >1,5 m
C. Merupakan petak contoh ukuran 10 m x 10 m, digunakan untuk tingkat tiang
dengan diameter 10-20 cm.
D. Merupakan petak contoh ukuran 20 m x 20 m, digunakan untuk pengambilan
nekromassa dan tingkat pohon dengan diameter >20 cm.
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1 Perhitungan Indeks Nilai Penting (INP)
Perhitungan INP didapatkan dari penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR),
Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR) tersebut. Menurut
Indriyanto (2006) berpendapat bahwa besarnya INP pada suatu vegetasi dapat
menjadi parameter tingkat penguassan spesies tanaman dalam komunitas
tumbuhan adalah sebagai berikut:
1. Kerapatan
Kerapatan atau densitas adalah jumlah individu per unit luas atau per unit
volume (Indriyanto, 2006).
D
C
B A
14
K=
KR=
x 100%
2. Frekuensi
Frekuensi merupakan intensitas ditemukannya suatu spesies organisme dalam
pengamatan keberadaan organisme pada suatu ekosistem (Indriyanto, 2006).
F =
FR =
x 100%
3. Dominansi
Dominansi merupakan penguasaan suatu jenis dalam suatu vegetasi atau
komunitas terhadap jenis yang lain. Penelitian ini dominansi ditentukan
dengan jalan menghitung luas bidang dasar (LBDs) masing- masing jenis
(Indriyanto, 2006).
D =
DR =
x 100%
4. Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks nilai penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai
untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies
dalam suatu komunitas tumbuhan (Indriyanto, 2006).
INP = KR + FR + DR
Keterangan :
INP : Indeks Nilai Penting
KR : Kerapatan Relatif
15
FR : Frekuensi Relatif
DR : Dominansi Relatif
INP fase tumbuhan bawah menggunakan perhitungan seperti berikut:
(Indriyanto, 2006).
INP = KR + FR
Keterangan :
INP : Indeks Nilai Penting
KR : Kerapatan Relatif
FR : Frekuensi Relatif
3.5.2 Biomassa Pohon
Pengambilan data biomassa dilakukan dengan menggunakan metode non
destruktive (tidak menebang pohon) pada setiap pohon yang berada di dalam plot
20 m x 20 m. Pohon yang dijadikan akan dihitung biomassanya harus dilengkapi
data jenis pohon, diameter dan tinggi pohon tersebut. Hasil pengukuran diameter
pohon dan tinggi pohon dianalisis dengan menggunakan persamaan allometrik
yang telah ada untuk menduga biomassa pohon (Hairiah dan Rahayu, 2007).
Persamaan allometrik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Model persamaan allometrik
No Jenis Tegakan Persamaan Allometrik
1 Mahoni BK= 0,902 (D2H)
0,08 2 Sonokeling BK= 0,745 (D
2H)
0,64 3 Jati BK= 0,015 (D
2H)
1,08 4 Sengon BK= 0,020 (D
2H)
0,93 5 Akasia BK= 0,077 (D
2H)
0,90 6 Kopi BK= 0,281 (D)
2,06 7 Palem BK= EXP(-2,134)D
2,530 8 Kakao BK= 0,1208 (D)
1,98
Sumber: Hairiah dan Rahayu, (2007).
16
Keterangan:
BK = Berat kering (Kg/Pohon).
H = Tinggi total tanaman (m).
D = Diameter setinggi dada (cm)
π = Jari- Jari (3,14)
ρ = Berat Jenis kayu (0,7 g/cm3) dan Berat jenis kayu mati (0.4 g/cm
3).
Penentuan estimasi biomassa pada tiap pohon dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan allometrik berdasarkan zona iklim Sub-Sub DAS Khilau
Sub DAS Bulok DAS Sekampung dengan curah hujan 1765,049 (mm/tahun) pada
tahun 2017. Persamaan ini dapat digunakan untuk perhitungan biomassa pohon
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Estimasi biomasa pohon menggunakan persamaan allometrik di hutan
berdasarkan zona iklimnya
Curah hujan
(mm/tahun)
Rumus Alometrik
Kering (<1500) 1. (AGB)est = 0.112*(ρD2H)
0.916
2. (AGB)est = ρ*exp (-0.667+1.784*ln(D)+0.207*
(ln (D))2-0.0281*(ln(D))
3)
Humid/lembab (1500-
4000)
1. (AGB)est = 0.0509*ρD2H
2. (AGB)est = ρ*exp (-1.499+2.148*ln(D)+0.207*
(ln (D))2-0.0281*(ln(D))
3)
Basah (>4000) 1. (AGB)est = 0.0776*(ρD2H)
0.94
2. (AGB)est = ρ*exp (-1.239+1.980*ln(D)+0.207*
(ln (D))2-0.0281*(ln(D))
3)
Sumber: Chave et al. (2005).
Keterangan:
AGBest = biomasa pohon bagian atas tanah (kg/pohon)
D = diameter batang setinggi dada (cm)
H = tinggi pohon (m)
ρ = berat jenis kayu ( g/cm³)
17
3.5.3 Nekromassa
Nekromassa merupakan pohon atau bagian pohon yang telah mati baik masih
berdiri atau sudah rebah. Ketika melakukan pengukuran biomassa nekromassa
dapat menggunakan dua metode yaitu metode non-destruktif untuk pohon yang
masih berdiri dan metode destruktif untuk pohon yang telah rebah.
Pengukuran biomassa nekromassa yang masih berdiri dilakukan dengan metode
non-destruktif dengan mengambil data mengenai jenis pohon, diameter dan tinggi
pohon . Pengukuran nekromassa dilakukan sama dengan pengukuran biomassa
pohon yaitu dengan persamaan allometrik namun nilai persamaan allometrik dan
berat jenisnya berbeda yang dilakukan penafsiran tingkat keutuhan pohon
berdasarkan Gambar 3. (Lugina et al., 2011).
A B C D
Gambar 4. Keutuhan pohon.
Keterangan gambar :
A. pohon normal
B. pohon mati tanpa daun dengan tingkat keutuhan faktor koreksi 0,9.
C. pohon mati tanpa daun dan ranting dengan tingkat keutuhan faktor koreksi 0,8.
D. pohon tanpa daun, cabang ,dan ranting dengan tingkat keutuhan faktor koreksi
0,7.
18
Pengukuran biomassa pohon mati dengan cara mengetahui berat kering kayu
dengan volume kayu berdasarkan diameter pangkal kayu dan diameter ujung kayu
serta mengetahui jenis kayu sehingga volume kayu
dapat diketahui (Hairiah et al., 2011). Rumus untuk mengetahui volume kayu
adalah:
Vkm : 0,25
)² x P
Keterangan :
Vkm : volume kayu mati (m³)
Dp : diameter pangkal (cm)
Du : diameter ujung kayu mati (cm)
P : panjang kayu mati (m)
: 22/ 7 atau 3,14
Beberapa jenis pohon telah diketahui berat jenisnya, akan tetapi beberapa jenis
lainnya belum diketahui. Nekromassa yang belum diketahui berat jenisnya dapat
diketahui dengan cara memotong bagian dari pohon. Kemudian ditimbang berat
basahnya dan selanjutnya dilakukan pengovenan kayu. Pengovenan dilakukan
pada suhu 80 º C selama 48 jam (Hairiah et al., 2011). Nekromassa yang telah
diketahui berat jenisnya dapat dihitung dengan cara mengukur diameter pangkal
dan ujung bagain nekromassa (Lugina et al., 2011).
BJ :
Keterangan :
BJ : berat jenis kayu (kg/m³)
BK : berat kering kayu (kg)
Vkm : volume kayu mati (m³)
Setelah mengetahui volume kayu mati dan berat jenis kayu kemudian dilakukan
penentuan biomassa kayu dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hairiah et
al., 2011).
19
Bkm : Vkm x Bjkm
Keterangan :
Bkm : biomassa kayu mati (kg)
Vkm : volume kayu mati (m³)
Bjkm : berat jenis kayu mati (kg/m³)
3.5.4 Biomassa Serasah
Pengukuran biomassa serasah dilakukan pada plot berukuran 2 m x 2 m.
Serasah yang ada dalam plot tersebut dijadikan sebagai sampel serasah seberat
100-300 gr. Apabila berat yang didapat kurang dari 100 gr maka semua sampel
serasah yang didapat dijadikan sebagai sub contoh. Sampel serasah yang didapat
selanjutnya di oven dengan suhu 80 ᵒC selama 48 jam pengovenan dilakukan
sama seperti pengovenan nekromassa.
Kemudian seresah dapat dihitung dengan menggunakan rumus Biomass
Expansion Factor (Brown, 1997).
Total BK =
Keterangan:
BK : Berat Kering (g)
BB :Berat Basah (g)
3.5.5 Biomassa Tumbuhan Bawah
Penggukuran biomassa tanaman bawah dilakukan dengan menggunakan metode
destruktif pada petak ukur 2 m x 2 m. Tumbuhan bawah yang berada dalam
20
petak ukur 2 m x 2 m diambil dengan menggunakan gunting. Pengukuran
dataiomassa pada tanaman bawah dihitung dengan metode yang sama dengan
metode pengukuran biomassa serasah.
3.5.6 Karbon Tersimpan
Karbon tersimpan pada vegetasi hutan dapat di estimasi menggunakan nilai
biomassa yang yang diperoleh dari persamaan allometrik ataupun dengan
persamaan IPCC (2006) yang menyatakan bahwa 47% biomassa dari vegetasi
hutan yang tersusun karbon. Oleh karena itu, perhitungan karbon yang
tersimpan dapat diubah dalam bentuk karbon (ton/ha) yaitu dengan cara nilai
biomassa dikalikan dengan faktor konversi seperti yang dinyatakan dalam
rumus berikut:
C = Biomassa total x 0,47
3.5.7 Karbon Total dalam Plot
Setelah mengetahui jumlah karbon pada tiap fase tanaman maka selanjutnya
dihitung jumlah karbon pada tiap plot pengamatan. Rumus yang digunakan
untuk menghitung total biomassa sebagai berikut (BSN, 2011):
C plot = C pohon + C nekromassa + C serasah + C tumbuhan bawah
Perhitungan cadangan karbon dalam suatu areal hutan dilakukan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
21
C total : (
Keterangan:
C total : total cadangan karbon (ton)
n plot : total plot
C plot : total kandungan karbon per hektare (ton/ha)
Luas areal : luas tolal lahan (ha)
3.5.8 Penyerapan Karbondioksida
Perhitungan potensi penyerapan gas CO2 diperoleh melalui perkalian
kandungan karbon terhadap besarnya serapan CO2, maka perhitungan dilakukan
berdasarkan 1 juta metric ton karbon ekivalen dengan 3,67 juta/ ton CO2 yang
diserap dari atmosfer. Serapan karbondioksida (C ) di estimasi dengan
menggunakan rumus Hardjana (2009) sebagai berikut:
C = Cn x 3,67
Keterangan:
C =Serapan karbondioksida (ton/ha)
Cn = Kandungan karbon persatuan luas (ton/ha)
3,67 = Angka ekivalen atau konversi unsur C ke C (massa atom C=12 dan
O=16, C (1x12)+(2x16) = 44; konversinya (44:12) = 3,67).
3.5.9 Pelepasan Oksigen
Serapan Oksigen ( ) di estimasi dengan menggunakan rumus pengembangan
dari rumus serapan C sebagai berikut:
= C n x 0,73
Keterangan:
= Serapan Oksigen (ton/ha)
C n = Serapan C persatuan luas (ton/ha)
0,73 = Angka ekivalen atau konversi unsur C ke (massa atom C=12 dan
O=16, C (1x12)+(2x16) = 44; konversinya (32:44) = 0,73.
22
3.6 Analisis data Biomassa, Karbon Tersimpan, Penyerapan
Karbondioksida dan Pelepasan Oksigen pada Tiap Kelas Penggunaan
Lahan
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y
bersifat homogen atau tidak, pada data biomassa, karbon tersimpan, penyerapan
karbondioksida dan pelepasan oksigen pada berbagai tutupan lahan. Jika X2
hitung < X2 tabel, maka data yang diperoleh homogen, sehingga dapat dilanjutkan
dengan analisis ragam. Jika terdapat perbedaan nyata antar perlakuan dapat
dilakukan uji lanjut dengan BNT taraf 5% (Murniati, 2017). Uji tersebut
dilakukan untuk mengetahui perbedaan biomassa, karbon tersimpan, pelepasan
karbondioksida dan pelepasan oksigen pada berbagai tutupan lahan.
36
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Karbon tersimpan tertinggi pada tutupan lahan hutan primer sebesar (141,69
ton/ha) jika dibandingkan tutupan lahan agroforestri (75,33 ton/ha ), semak
belukar sebesar (24,74 ton/ha), tanaman semusim sebesar (11,13 ton/ha) dan
sawah sebesar (3,45 ton/ha).
2. Jumlah serapan karbondioksida yang terdapat di hutan primer sebesar (519,99
ton/ha) jika dibandingkan tutupan lahan agroforestri (276,45 ton/ha ), semak
belukar sebesar (66,29 ton/ha), tanaman semusim sebesar (40,86 ton/ha) dan
sawah sebesar (12,66 ton/ha).
3. Pelepasan oksigen yang terbesar terdapat di tutupan lahan hutan primer sebesar
(379,60 ton/ha), jika dibandingkan tutupan lahan agroforestri (201,81ton/ha),
semak belukar (66,29 ton/ha), tanaman semusim (29,82 ton /ha) dan tutupan
lahan sawah hanya mampu melepaskan oksigen sebesar (9,24 ton/ha).
5.2 Saran
Sebaiknya lebih diperkaya lagi tanaman berkayu pada setiap tutupan lahan
(agroforestri, semak belukar dan tanaman semusim ) di Sub-Sub DAS Khilau Sub
37
DAS Bulok DAS Sekampung. Agar tidak hanya tutupan lahan hutan yang
menghasilkan karbon tersimpan > 138 ton/ha dengan kategori baik. Oleh karena
itu diharapkan setiap tutupan lahan dapat menghasilkan karbon di atas permukaan
tanah dalam jumlah yang besar, sehingga dapat menjaga keseimbangan
lingkungan melalui siklus karbon. Bertambahnya jumlah tanaman berkayu secara
tidak langsung akan meningkatkan keanekaragaman biodiversitas flora dan fauna
pada setiap tutupan lahan di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS
Sekampung.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
DAFTAR PUSTAKA
Asmi, M. T.,Qurniati, R dan Haryono, D. 2013. Komposisi Tanaman Agroforestri
dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Pesawaran
Indah Kabupaten Pesawaran Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 1 (1): 55-64.
Aprianto, D., Wulandari, C., dan Masruri, N W. 2016. Karbon Tersimpan pada
Kawasan Sistem Agroforestry di Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi
Kabupaten Tanggamus. Jurnal Sylva Lestari. 4 (1):21-30.
Antono, H.T. 2013. Estimasi Pendugaan Biomassa Hutan Sekunder dan Daerah
Reklamasi Menggunakan Data Citra Alos Palsar. Statistika. 13(2):93-101.
Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest,
a Primer. FAO Forestry Paper 134. Buku. FAO Rome. 55 hlm.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011. Pengukuran dan Perhitungan
Cadangan Karbon. Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan
Karbon Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting). BSN. Jakarta.
16 p.
Chave, J., Andalo, S., Brown, M.A.C., Chambers, D.J.Q., Eamus, H.F.O., lster,
F., Fromard, N., Higuchi, T., Kira, J.P., Lescure, B.W., Nelson, H., Ogawa,
H., Puig, B., Rie' ra, T.dan Yamakura. 2005. Tree Allometry and Improved
Estimation of Carbon Stocks and Balance in Tropical Forests. Oecologia .
145: 87–99.
Chavan, B.L. 2010. Sequestered Standing Carbon Stock in Selective Tree Species
Grown in University Campus at Aurangabad, Maharashtra, India.
International Journal of Engineering Science and Technology. 2(7):3003-
3007.
Chanan, M. 2012. Pendugaan Cadangan Karbon (C) Tersimpan di Atas
Permukaan Tanah pada Vegetasi Hutan Tanaman Jati (Tectona Grandis
Linn.F)(di RPH Seguruh BKPH Seguruh KPH Malang Perum Perhutani II
Jawa Timur). J. Gamma, 7(2):61-73.
40
Chairul, Muchktar E, Mansyurdin, Tesri M, Indra G.2016. Struktur Kerapatan
Vegetasi dan Estimasi Kandungan Karbon Beberapa Kondisi Hutan di Pulau
Siberut Sumatera Barat. Jurnal Metamorfosa. 3(1): 15-22.
Destaranti Nadia, Slistiyani, Yani Edy. 2017. Struktur dan Vegetasi Tumbuhan
Bawah pada Tegakan Pinus di RPH Kalirajut dan RPH Baturraden
Banyumas. Jurnal Scripta biologica . 4(3):155–160.
Hardjana, A.K. 2009. Potensi Biomassa dan Karbon pada Hutan Tanaman Acacia
Mangium di HTI PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur . Jurnal
Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan. 7(4): 237 – 249.
Hairiah, K. dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran “Karbon Tersimpan” di
Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Buku. World Agroforestry Center,
ICRAF,SEA. Bogor. 77 hlm.
Hairiah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan
Karbon: dari tingkat lahan ke bentang lahan. Buku Petunjuk praktis. Edisi
kedua. World Agroforestry Centre, ICRAF SEA Regional Office, Universitas
Brawijaya. Malang. 36 hlm.
Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Buku . PT Bumi Aksara. Jakarta. 144-210 hlm.
IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change). 2006. Intergovermental
Panel on Climate Change Guidelones for National Greenhouse Gas
Inventories: bab 5. Buku. IGES. Kanagawa. 32 hlm.
Junaidi A. 2008. Kontribusi Hutan Sebagai Rosot Karbondioksida. Info Hutan.
5(1) : 1-7.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.2018. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Kehutanan. Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.1999. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang penetapan Sub-Sub DAS yang
mengalami degradasi. Jakarta.
Khudzaeva, E . 2012. Sebaran Stok Karbon Berdasarkan Karaktristik Jenis Tanah
(Studi Kasus : Area Hutan Halmahera Timur, Kab Maluku Utara). studia
informatika: Jurnal Sistem Informasi . 5(1): 1-5.
Lugina, M., K. L. Ginoga., A. Wibowo, A. Bainnaura, dan T. Partiani. 2011.
Prosedur Operasi Standar untuk Pengukuran dan Perhitungan Stok Karbon
di Kawasan Konservasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan
Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Buku. 28 hlm.
41
Monde, A., Sinukaban, N., Murtilaksono, K. dan Pandjaitan, N. 2008. Dinamika
Karbon (C) Akibat Alih Guna Lahan Hutan Menjadi Lahan Pertanian.
J. Agroland .15 (1) : 22 – 26.
Mulyana, L., Febryano, I.,G. Safe’i, R dan Banuwa, I.,S. 2017. Performa
Pengelolaan Agroforestri di Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
Rajabasa. Jurnal Hutan Tropis. 5 (2). 127-133 hlm.
Murniati, W. 2017. Rancangan Acak Kelompok Lengkap ( RAKL ) Pada
Pengaruh Harga Barang dan Jasa terhadap Inflasi. Jurnal Ilmiah Ilmu
Akuntansi, Keuangan dan Pajak. 1(2): 14-28.
Mutiasari, T. 2016. Karbon Tersimpan di Atas Permukaan Tanah di Laboratorium
Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 50 hlm.
Noor’an, R .F. I., Jaya, I. N .S. dan Puspaningsih, N. 2015. Pendugaan Perubahan
Stok Karbon di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Media Konservasi.
20(2): 177-186.
Natalia, D., Yuwono, S B dan Qurniati, R. 2014. Potensi Penyerapan Karbon pada
Sistem Agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 2(1):11-20.
Prasetyo, A., Hikmat, A. dan Prasetyo, L. B. 2011. Pendugaan Perubahan
Cadangan Karbon di Tambling Wildlife Nature Conservation Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan. Media Konservasi .16 (2) : 87 – 91.
Pratama, W. dan Slamet, B .Y. 2016. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Terhadap Karakteristik Hidrologi di DAS Bulok. Jurnal Sylva Lestari.
4 (3): 11-20.
Prayitno, M B dan Bakri. 2014. Dampak Perubahan Tataguna Lahan terhadap
Cadangan Karbon di Lahan Suboptimal. Prosiding Seminar Nasional Lahan
Suboptimal. Palembang: 26-27 September 2014. 453-461 hlm.
Rahmawati, U., Gustina, M., Ali, H dan Ismi, R. K. 2019. Efektivitas
Penambahan Mikroorganisme Lokal (Mol) Buah Maja sebagai Aktivator
dalam Pembuatan Kompos. JNPH. 7(1): 35-40.
Rizki, G .M.,Bintoro, A., dan Hilmanto, R . Perbandingan Emisi Karbon dengan
Karbon Tersimpan di Hutan Rakyat Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari
Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Sylva Lestari. 4( 1):89-96.
Rizon, M.2005. Profil Kandungan Karbon pada Setiap Fase Pengelolaan Lahan
Hutan oleh Masyarakat menjadi Repong Damar. Tesis. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 91 hlm.
42
Rahayu, S. B, Lusiana, B., Noordwijk, M. V.(2007). Pendugaan Cadangan
Karbon di Atas Permukaan Tanah pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan
di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. ICRAF. Bogor.
Rochmayanto, Y., Darusman, D dan Rusolono, T. 2010. Perubahan Kandungan
Karbon dan Nilai Ekonominya pada Konversi Hutan Rawa Gambut menjadi
Hutan Tanaman Industri Pulp. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman .7(2):93–
106.
Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa. Wetlands International Indonesia
Programme. Buku. Bogor. 39 hlm.
Stevanus, C T., dan Sahuri. 2014. Potensi Peningkatan Penyerapan Karbon di
Perkebunan Karet Sembawa, Sumatra Selatan. Widyariset. 17(3): 363–372.
Samsoedin; I., Dharmawan; I .W. S., dan Chairil, A. S. Sistem Silvikultur Tebang
Pilih untuk Mitigasi Perubahan Iklim melalui Kerangka REDD+. Jurnal
Penelitian Kehutanan dan Konservasi Alam. 4( 1) : 47-56.
Setiawan, G., Syaufinab, L dan Puspaningsih, N. 2015. Estimasi Hilangnya
Cadangan Karbon dari Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Bogor.
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 5 (2): 141-147.
Supardi. 1993. Populasi dan Sampel Penelitian. Laporan Penelitian. No 17 Tahun
13 Triwulan 6. UNISIA.
Sheikh, M A.,Kumar, M.,and Rainer W Bussmann, R N. Altitudinal Variation
in Soil Organic Carbon Stock in Coniferous Subtropical and Broadleaf
Temperate Forests in Garhwal Himalaya. Carbon Balance and
Management. 4(6).
S u t to n, M. A., S i m p s o n, D., Lev y, P. E.,Smith, R. I.,R e i s, S., Oi j e n, M and
V r ies , V. D. 2008. Uncertainties in the Relationship Between
Atmospheric Nitrogen Deposition and Forest Carbon
Sequestration. Global Change Biology . 14 : 1–7.
Siregar.,Y.F.,Wasis., B dan Hilwan.,I. 2018. Potensi Cadangan Karbon Hutan
Nabundong KPH Wilayah VI Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia (JIPI). 23 (1): 67-73.
Saharjo, B.,H dan Gago, C. 2011. Suksesi Alami Paska Kebakaran pada Hutan
Sekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten Ermera-Timor
Leste. Jurnal Silvikultur Tropika. 2(1): 40 – 45.
Windusari, Y., Nur, A.P. S., Indra, Y.,dan Hilda, Z . 2012. Dugaan Cadangan
Karbon Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah di Kawasan Suksesi Alami
pada Area Pengendapan Tailing PT Freeport Indonesia. Biospecies. 5(1):22-
28.
43
Wasis, B., Saharjo, B .H., Arifin, H. S.,Dan Prasetyo, A. N .N. 2012. Perubahan
Penutupan Lahan dan Dampaknya Terhadap Stok Karbon Permukaan pada
Daerah Aliran Sungai Ciliwung. Jurnal Silvikultur Tropika. 3(2):108-113.
Yuniawati., Ahmad, B., dan Elias. 2011. Estimasi Potensi Biomassa dan Massa
Karbon Hutan Tanaman Acacia Crassicarpa di Lahan Gambut (Studi Kasus di
Areal HTI Kayu Serat di Pelalawan, Propinsi Riau). Penelitian Hasil Hutan.
29 (4): 343-355.
Yunita, L. 2016. Pendugaan Cadangan Karbon Tegakan Meranti (Shorea
Leprosula) di Hutan Alam pada Area Silin PT Inhutani II Pulau Laut
Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis.4 (2): 187-197.
Yuliasmara, Wibawa A, Prawoto A A. 2009. Karbon Tersimpan pada Berbagai
Umur dan Sistem Pertanaman Kakao: Pendekatan Allometrik. Pelita
Perkebunan. 25(2): 86-100.