Post on 10-Aug-2015
Cover dalam
TSUNAMIBahan Pengayaan Bagi Guru SD/MI
Penulis: Dra. Lili Nurlaili, M.EdNara Sumber: Subandono Diposaptono
PUSAT KURIKULUMBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALJAKARTA, 2009
Modul AjarPengintegrasian Pengurangan Risiko
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko TsunamiBahan Pengayaan Bagi Guru SD/MI
Penulis: Dra. Lili Nurlaili, M.EdNara Sumber: Subandono DiposaptonoEditor: Ninil R Miftahul Jannah dan Dian AfriyanieIlustrator Sampul : Adinda Mubarina (SD Glagah Yogya Timur Yogyakarta)
Ilustrator Isi: Rizki Goni, Feri Rahman, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rigan A.T.
Lay Out Isi:Galang Gumilar, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rudini Rusmawan, Ardi H, Agusbobos.
ISBN : 978-979-725-234-2
Program Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SCDRR)Jl. Tulung Agung No. 46, Jakarta 10310, INDONESIA
Telp : +62 21 390 5484 (hunting)Fax : +62 21 391 8604E-mail : secretariat@sc-drr.orgWebsite : www.sc-drr.org
Program masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana (Safer Communities through Disaster Risk Reduction disingkat SCDRR), merupakan proyek kerja sama antara United Nations Development Programme (UNDP), BAPPENAS, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri, dengan dukungan dana UNDP, Department for International Development (DFID) Pemerintah Inggris dan Australian Agency For International Development (AusAID)
SAMBUTAN
Indonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia berada di kawasan yang disebut cincin api, dimana risiko untuk terjadi bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir dan
longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korban jiwa, kerugian materil dan meninggalkan banyak orang untuk berjuang membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya.
Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap tingkat kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat bencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapi bencana. Sekolah adalah pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan kita ilmu pengetahuan tetapi juga bekal untuk kelangsungan hidup kita, kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan bagian dari ketrampilan untuk kelangsungan hidup kita. Sekolah juga seringkali menjadi tempat penghubung dan tempat belajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling cepat dan mereka tidak hanya mampu memadukan pengetahuan beru ke dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga dan masyarakatnya dalam hal prilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkan di sekolah. Oleh karenanya, menjadikan pencegahan bencana menjadi salah satu fokus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami tanda-tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan mencegah bencana, merupakan suatu langkah awal yang penting dalam membangun ketangguhan bencana seluruh masyarakat. Jadi kesiapsiagaan haruslah menjadi bagian dari materi yang diberikan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Pusat Kurikulum sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengembangan model-model kurikulum sebagai referensi satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulumnya, telah berhasil dalam menyusun serangkaian modul ajar dan modul pelatihan untuk pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam tingkat satuan pendidikan. Secara keseluruhan modul ini terdiri atas 15 modul ajar dan 3 modul pelatihan, yaitu:
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA.
KEPALA PUSAT KURIKULUM
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA.Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana untuk SD,
SMP dan SMA.
Penyusunan modul-modul tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pusat Kurikulum dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS dalam sebuah Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development yang didanai oleh United Nations Development Program (UNDP) yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana.
Setiap modul ajar dilengkapi dengan contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan model bahan ajar. Sedangkan modul pelatihan terdiri dari panduan fasilitasi dan bahan bacaan bagi pelatih mengenai penyelenggaraan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, sekolah siaga bencana, pendidikan PRB, dan strategi pengintegrasian pendidikan PRB ke dalam kurikulum satuan pendidikan.
Diharapkan modul-modul tersebut dapat bermanfaat dan dijadikan bahan acuan bagi para pihak yang berkepentingan dalam kesiapsiagaan di sekolah.
Jakarta, Desember 2009Kepala Pusat Kurikulum
Dra. Diah Harianti, M.Psi
SAMBUTAN
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letak geografisnya pada posisi pertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan wilayah yang rawan bencana. Selain itu dengan kompleksitas kondisi demografi, sosial dan ekonomi di
Indonesia yang berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat terhadap ancaman bencana, serta minimnya kapasitas masyarakat dalam menangani bencana menyebabkan risiko bencana di Indonesia menjadi tinggi. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlah negara yang paling banyak dilanda bencana alam (ISDR 2006-2009, World Disaster Reduction Campaign, UNESCO).
Berangkat dari hal tersebut dan guna mendukung paradigma pengurangan risiko bencana di sektor pendidikan, maka Pusat Kurikulum-sebuah unit eselon II di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS tengah melaksanakan kegiatan Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development melalui dana hibah UNDP. Kegiatan ini bertujuan membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana.
Dalam kerjasama ini, Pusat Kurikulum telah mengembangkan kurikulum khususnya dalam mengintegrasikan materi-materi dan kompetensi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani yang ada di sekolah mulai dari jenjang SD atau yang sederajat sampai SMA atau yang sederajat. Model pengintegrasian materi dan kompetensi PRB dengan mata pelajaran-mata pelajaran ini bertujuan agar muatan kurikulum dan beban belajar tidak menjadi lebih berat. Disamping mengintegrasikan ke mata pelajaran yang sudah ada PRB juga bisa dijadikan muatan lokal (Mulok) serta ekstra kurikuler.
Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini disusun dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang bencana dan mensosialisasikan langkah-langkah preventif untuk mengurangi risiko bencana yang dapat menimpa di wilayah Indonesia. Tanpa adanya upaya terus-menerus untuk mendiseminasikan informasi tentang ancaman dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkannya, sulit bagi kita untuk mewujudkan guru dan peserta didik yang tangguh dalam menghadapi bencana.
Modul ini dapat menjadi salah satu solusi yang memungkinkan bagi para guru untuk mengajarkan peserta didik dari hari ke hari di sekolah secara berkesinambungan, sehingga proses, internalisasi pengetahuan kebencanaan bukan hanya dipahami
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
dan diketahui dalam ingatan belaka tapi juga mendorong munculnya respon cepat penyelamatan yang benar dari peserta didik ketika menghadapi bencana.
Diharapkan modul ini dapat dimanfaatkan, antara lain:Sebagai alat pemandu dalam membantu para guru dalam melakukan
pengajaran tentang pengurangan risiko bencana kepada peserta didik di sekolah sebagai upaya membangun kesiapsiagaan dan keselamatan dari bencana di sekolah.
Membuka peluang dan membangun kreatifitas guru dalam menerapkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana yang disesuaikan dengan konteks sekolah yang dibinanya
Memberikan gambaran secara lebih sistematis dan komprehensif cara pengintegrasian pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana ke dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri di Sekolah.
Mendorong inisiatif para guru, sekolah dan gugus dalam mengupayakan pengurangan risiko bencana dan membangun budaya keselamatan di sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar.
Semoga Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini menjadi bermanfaat dan membantu bagi semua guru untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan membentuk sikap anak untuk menjadi lebih tanggap terhadap ancaman bencana.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional
Prof. Dr. H. Mansyur Ramly
SAMBUTAN
Menyikapi situasi kejadian bencana dan kenyataan luasnya cakupan wilayah tanah air yang memiliki berbagai ancaman bencana, pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah inisiatif guna mengurangi risiko bencana ditanah
air. Pada akhir tahun 2006 Bappenas meluncurkan buku Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006 – 2009, sebagai komitmen dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan nasional, yang merupakan pelengkap dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005 – 2009 yang telah ada. Berdasarkan RAN PRB 2006 – 2009 tersebut, Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk program pencegahan dan pengurangan risiko bencana, sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mulai tahun 2007. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah menerbitkan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarah dalam upaya penanggulangan bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturan turunannya, serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008.
Untuk mendukung prakarsa – prakarsa yang telah dimulai oleh Pemerintah Indonesia tersebut, UNDP bekerjasama dengan Bappenas, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri telah menginisiasi sebuah program yang ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana dalam pembangunan atau yang dikenal dengan Program Safer Communities Through Disaster Risk Reduction in Development (SCDRR in Development). Program SCDRR ini kan berlangsung selama 5 tahun (2007 – 2012) dan dirancang untuk mendorong agar pengurangan risiko bencana menjadi sesuatu yang lazim dalam proses pembangunan yang terdesentralisasi. Untuk mewujudkan hal itu maka upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana kedalam proses pembangunan mutlak harus dijalankan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui 4 pilar sasaran program SCDRR, yaitu : (1) Diberlakukannya kebijakan, peraturan dan kerangka kerja regulasi pengurangan risiko bencana; (2) Diperkuatnya kelembagaan pengurangan risiko bencana dan kemitraan diantara mereka; (3) Dipahaminya risiko bencana dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut oleh masyarakat dan pengambil kebijakan melalui pendidikan dan penyadaran publik; (4) Didemonstrasikannya pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari program pembangunan.
Terkait dengan sasaran ketiga mengenai perlunya pendidikan dan penyadaran publik terhadap pengurangan risiko bencana, selama beberapa tahun ini pemerintah bersama-sama beberapa lembaga swadaya masyarakat, dan institusi pendidikan di tingkat nasional maupun daerah telah melakukan berbagai upaya dalam pendidikan kebencanaan, termasuk memasukkan materi kebencanaan kedalam muatan lokal, pelatihan untuk guru, kampanye dan advokasi, hingga school road show untuk kegiatan simulation drill di sekolah-sekolah. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut belum terkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang dapat
DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS
SELAKU NATIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR
disepakati bersama. Dilain pihak, pemetaan aktivitas pendidikan diberbagai wilayah rawan bencana di Indonesia serta intervensi dan dukungan peningkatan kapasitas untuk pendidikan masih sangat minim dan terpusat, khususnya di wilayah Jawa dan Sumatera. Kajian kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana yang telah dilakukan di berbagai wilayah menunjukkan rendahnya tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006 – 2007). Hal ini sangat ironis, karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak, yang merupakan kelompok rentan yang perlu dlindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
Di sisi lain, tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencana kedalam sistem pendidikan juga telah banyak dikaji, seperti : (1) Beratnya beban kurikulum siswa; (2) Kurangnya pemahaman guru mengenai bencana ; (3) Kurangnya kapasitas dan keahlian guru dalam integrasi PRB kedalam kurikulum; (4) Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yang terdistribusi dan dapat diakses oleh guru; (5) Terbatasnya sumberdaya (tenaga, biaya dan sarana); dan (6) Kondisi bangunan fisik sekolah, sarana dan prasarana pada ummnya memprihatinkan, tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi tahan gempa.
Untuk menjawab tantangan tersebut dan guna melaksanakan integrasi pengurangan risiko bencana ke dalam sistem pendidikan, dalam rangka mewujudkan budaya aman dan siaga bencana, maka SCDRR telah mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kedalam Sistem Pendidikan Nasional. Strategi ini akan disahkan melalui suatu bentuk kebijakan ditingkat nasional yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan baik intra maupun ekstrakurikuler secara nasional.
Untuk mendukung implementasi kebijakan tesebut, maka SCDRR mendukung Pusat Kurikulum, Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun modul ajar dan modul pelatihan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam intra dan ekstrakurikuler. Modul-modul ini berisi model pembelajaran, materi ajar lengkap dengan panduan pengajarannya, dalam hal integrasi PRB kedalam intra dan ekstrakurikuler.
Diharapkan modul-modul yang disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional ini dapat menjadi acuan standar dan/atau memperkaya bahan-bahan yang sudah ada dan sudah disusun oleh berbagai pihak lainnya, sehingga dapat bermanfaat dan digunakan oleh praktisi pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan sekolah terutama didaerah rawan bencana. Terima Kasih.
Jakarta, Desember 2009
Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Bappenas
Selaku National Project Director SCDRR
Dr.Ir Suprayoga Hadi, MSP
DAFTAR ISI
SAMBUTAN KEPALA PUSAT KURIKULUM III
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL V
SAMBUTAN DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS SELAKU NATIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR VII
DAFTAR ISI IX
DAFTAR TABEL XI
DAFTAR GAMBAR XIII
DAFTAR KOTAK XV
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Landasan dan Pedoman 1 1.1.1 Landasan Filosofis 3 1.1.2 Landasan Sosiologis 4 1.1.3 Landasan Yuridis 4 1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk 5 1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke Dalam Sistem Pendidikan Nasional 6
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 7 1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 7 1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 8
BAB II FENOMENA DAN PERISTIWA TSUNAMI 10
2.1 Fenomena Tsunami di Indonesia 10
2.2 Peristiwa Tsunami di Indonesia 18
BAB III PENGURANGAN RISIKO TSUNAMI 22
3.1 Pengurangan Risiko Bencana 22 3.1.1 Bencana 23
Daftar Isi
x
3.1.2 Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas 25 3.1.3 Pengurangan Risiko Bencana 27 3.1.4 Upaya Pengurangan Risiko Bencana 27
3.2 Kesiapsiagaan Tsunami 30 3.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Tsunami 30 3.2.2 Tindakan Saat Terjadi Tsunami 32 3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Tsunami 35
BAB IV MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO TSUNAMI 39
4.1 Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami 39
4.2 Pemetaan Indikator Siswa 41
4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar 41
BAB V PENGINTEGRASIAN MATERI POKOK PENGURANGAN RISIKO TSUNAMI KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DASAR (SD/MI) 44
5.1 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Mata Pelajaran 44
5.1.1 Identifikasi Materi Pembelajaran Tentang PRB 44 5.1.2 Analisis Kompetensi Dasar (KD) Yang Memungkinkan dapat diinyegrasikan dengan PRB 445.1.3 Menyusun Silabus yang Terintegrasi PRB 45 5.1.4 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 45
5.2 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Muatan Lokal 70
5.2.1 Analisis Konteks Muatan Lokal 5.2.2 Penyusunan Standar Kompetensi (SD) dan Kompetensi Dasar (KD) Muatan Lokal Pengurangan Risiko Tsunami 725.2.3 Penyusunan Silabus dan RPP Muatan Lokal Pengurangan Risiko Tsunami 73
DAFTAR ISTILAH 84
DAFTAR PUSTAKA 88
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aktifitas Tsunami di Indonesia 19Tabel 2.2 Kejadian Tsunami di Indonesia sejak tahun 1961-2007 20 Tabel 4.1 Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami 40Tabel 4.2 Pemetaaan Indikator Siswa 41 Tabel 5.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami 46Tabel 5.2 Pemetaan Standar Kompetensi (SK)- Kompetensi Dasar (KD) ke dalam Mata Pelajaran IPA 47Tabel 5.3 Pemetaan Standar Kompetensi (SK)- Kompetensi Dasar (KD) ke dalam Mata Pelajaran IPS 48Tabel 5.4 Pemetaan Standar Kompetensi (SK)- Kompetensi Dasar (KD) ke dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 50Tabel 5.5 Pemetaan Standar Kompetensi (SK)- Kompetensi Dasar (KD) ke dalam Mata Pelajaran Penjas 52Tabel 5.6 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Muatan Lokal PRB untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah 73
Daftar Tabel
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mesjid di Aceh yang selamat dari tsunami 10 Gambar 2.2 Perbedaan gelombang angin dan gelombang tsunami 17 Gambar 2.3 Peta distribusi Tsunami di Indonesia tahun 1600 -2007 20 Gambar 3.1 Proses terjadinya bencana 23 Gambar 3.2 Wilayah di Asia yang terkena dampak tsunami 26 Desember 2004 24Gambar 3.3 Persentase orang terkena Bencana Berdasarkan Jenis Bencana 25
Daftar Gambar
xiv
DAFTAR KOTAKKotak 5.1.1 Contoh Rencana pelaksanaan pembelajaran terintegrasi PRB tsunami 61Kotak 5.2.1 Contoh Rencana pelaksanaan pembelajaran terintegrasi PRB tsunami 64 Kotak 5.3.1 Contoh Rencana pelaksanaan pembelajaran terintegrasi PRB tsunami 66Kotak 5.4.1 Contoh Rencana pelaksanaan pembelajaran terintegrasi PRB tsunami 67 Kotak 5.5.1 Contoh Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tsunami 78
Daftar Kotak
xvi
1.1 Landasan dan Pedoman
Berdasarkan hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana (World Conference on Disaster Reduction) yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana.
Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi non-pemerintah (NGO), institusi akademik, dan sektor swasta berkumpul di Kobe, Jepang, pada World Conference on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konferensi tersebut mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005- 2015 : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana (HFA). Kerangka aksi ini diadopsi oleh 168 negara dan menetapkan tujuan yang jelas – secara substansial mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun kerugian terhadap aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat dan negara – dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setidaknya pada tahun 2015.
HFA menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah isu sentral kebijakan pembangunan, selain juga menjadi perhatian berbagai bidang ilmu, kemanusiaan, dan lingkungan. Bencana merusak hasil-hasil pembangunan, memelaratkan rakyat dan negara. Tanpa usaha yang serius untuk mengatasi kerugian akibat bencana, bencana akan terus menjadi penghalang besar dalam pencapaian Sasaran Pembangunan Millenium. Untuk membantu pencapaian hasil yang diinginkan, HFA mengidentifikasi lima prioritas aksi yang spesifik: (1) Membuat pengurangan risiko bencana sebagai prioritas; (2) Memperbaiki informasi risiko dan peringatan dini; (3) Membangun budaya keamanan dan ketahanan; (4) Mengurangi risiko pada sektor-sektor utama; (5) Memperkuat kesiapan untuk bereaksi.
BAB IPENDAHULUAN
Pendahuluan
2
HFA memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas.
Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasuk-kannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anak-anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2014 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for Sustainable Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7) menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko bencana.
‘Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah’ yang dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy for Disaster Reduction) hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidak sebentar dan pastilah sangat mahal.
Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru, pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atas isu manajemen bencana, mendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional, pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikan antara lain: (1) pendidikan tentang risiko bencana menguatkan anak-anak dan
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
3
membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalam masyarakat; (2) fasilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup dan melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian bencana alam; dan (3) pendidikan tentang risiko bencana dan fasilitas keselamatan di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.
Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-anak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan keselamatan dan keamanan sekolah.
Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar-mengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegah membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan aset/milik masyarakat pada saat kejadian bencana. Menyelenggarakan pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat.
Mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/regional/nasional/ internasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi secara aktif. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat.
Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah secara berkelanjutan. Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah-sekolah bisa dilaksanakan dengan mengintegrasikan materi pembelajaran pengurangan risiko bencana ke dalam (1) mata pelajaran pokok/paket, (2) muatan lokal, dan (3) ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Atau secara khusus mengembangkan dan menyelenggarakan kurikulum muatan lokal dan ektrakurikuler/pengembangan diri yang didedikasikan khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana.
1.1.1 Landasan FilosofisBencana merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat, oleh karena itu, secara filosofis, pengurangan risiko
Pendahuluan
4
bencana merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara Republik Indonesia, yaitu melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa dikuatkan pula dengan hak setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dari ancaman ketakutan untuk untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28 G ayat (1) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.
1.1.2 Landasan SosiologisAda tiga pertimbangan sosiologis yang patut diketengahkan, yaitu Pertama secara geografis, demografis dan geologis, Indonesia merupakan negara rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, seperti kegagalan atau mal praktik teknologi. Kedua, adalah bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi sosial masyarakat, telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang berakibat pada terjadinya bencana. Ketiga, adalah kondisi struktur manajemen bencana itu sendiri. Kematian, cidera dan kerugian materi, serta masalah lingkungan dan ekonomi dapat dikurangi apabila penyelenggaraan penanggulangan bencana telah dilakukan secara komprehensif yang mencakup pendekatan yang bersifat pencegahan, pengurangaan risiko, tindakan kesiapsiagaan tindakan tanggap terhadap bencana, serta upaya pemulihan. Disamping itu, pendekatan yang mengedepankan pentingnya partisipasi dari semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah, mengambil peran yang aktif dalam menciptakan manajemen bencana yang efektif. Serta pentingnya partisipasi publik dan pemangku kepentingan dalam penanganan bencana.
1.1.3 Landasan YuridisPertimbangan yuridis adalah menyangkut masalah-masalah hukum serta peran hukum dalam penanganan bencana. Hal ini dikaitkan dengan peran hukum dalam pembangunan, baik sebagai pengatur perilaku, maupun instrumen untuk penyelesaian masalah. Hukum sangat diperlukan, karena hukum atau peraturan perundang-undangan dapat menjamin adanya kepastian dan keadilan dalam penanganan bencana. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ditempatkan guna memberikan jawaban atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penanganan bencana, merupakan landasan yuridis paling dekat untuk pelaksanaan usaha-usaha pengurangan risiko bencana di Indonesia.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
5
1.1.4 Pedoman pengembangan produkProgram pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB) bertujuan untuk meminimalisir risiko bencana dan meningkatkan kapasitas sekolah dalam melaksanakan pengurangan risiko bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, dan peringatan dini. PRB oleh satuan pendidikan dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan materi pendidikan pengurangan risiko bencana dalam kurikulum yang berlaku di sekolah, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler, dan bahan ajar.
Dasar hukum yang menjadi pedoman perancangan dan pengembangan serial modul dan modul pelatihan adalah: 1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional2. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak3. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana4. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 20255. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 20096. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan7. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana8. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2008 tentang Pengesahan ASEAN
Agreement on Disaster Management and Emergency Response (Persetujuan ASEAN mengenai Penanggulangan Bencana dan Penanganan Darurat)
9. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
10. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi11. Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan12. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan Mendiknas No. 6 Tahun 2007
13. Peraturan Mendiknas No. 40 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balitbang Depdiknas
14. Peraturan Mendiknas No. 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Provinsi
15. Peraturan Mendiknas No. 24 tTahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA
16. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP
Pendahuluan
6
1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Sistem Pendidikan NasionalUU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2):
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah
Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penyusunan kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolah dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan kurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.
Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 menyebutkan:1 Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/
MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik
2 Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK dan departemen yang mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK
Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar sesuai dengan kondisi geografis dan demografis untuk daerah, kebutuhan, potensi dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik, yang selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1: 1 Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan
menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan.
2 Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan.
3 Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
7
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 Ayat 1, juga telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan bencana dalam terminologi ‘pendidikan layanan khusus’. Yakni “pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi”.
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana
1.2.1 Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan Untuk Pembangunan BerkelanjutanPada bulan Desember 2002, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 57/254 untuk menempatkan Dekade Pendidikan Bagi Pembangunan Berkelanjutan (Decade of Education for Sustainable Development - DESD), mulai 2005-2014, dibawah koordinasi UNESCO. Pendidikan untuk pengurangan bencana (alam) telah diidentifikasi sebagai masalah inti yang akan dibahas di bawah DESD. Pendidikan dipandang dalam konsep yang lebih luas. Sebagaimana didefinisikan dalam Bab 36 dalam Agenda 21, “Pendidikan sangat penting untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesadaran etika, nilai-nilai dan sikap, keterampilan dan perilaku yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan. Baik formal dan pendidikan non-formal sangat diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan “. Pendidikan dan pengetahuan berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya (alam) serta kerentanan dan ancaman yang ada yang dihadapi oleh masyarakat. Juga memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan keterampilan hidup.
Dasawarsa ini didukung oleh Kerangka Aksi Hyogo 2005 – 2015 yang menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat. Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam program pendidikan. Pendidikan pengurangan risiko bencana yang mencakup semua aspek peningkatan kesadaran publik, pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan budaya pencegahan melalui identifikasi dan pemahaman risiko, serta belajar mengenai langkah-langkah pengurangan risiko bencana, dan tanggap bencana.
Oleh karena itu Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana - sebagai bagian dari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) - harus melekat dengan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development - ESD), dan mendukung kerangka ESD yang mencakup 3 aspek, yaitu: 1 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah interdisipliner.
Oleh karena itu, pertimbangan penting diberikan kepada dampak, dan hubungan antara, masyarakat, lingkungan, ekonomi dan budaya.
2 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana dan meningkatkan
Pendahuluan
8
pemikiran kritis dan pemecahan masalah, dan ketrampilan hidup sosial dan emosional untuk pemberdayaan kelompok rentan atau terkena bencana.
3 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana mendukung Tujuan Pembangunan Milenium. Tanpa mempertimbangkan Pengurangan Risiko Bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya pembangunan termasuk inisiatif DESD dihancurkan dalam hitungan detik.
Kerangka kerja Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana atau pendidikan pengurangan risiko bencana dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDR sebagai berikut: “Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.”
HFA pada PRIORITAS AKSI 3, Poin Aktivitas kunci termaktub rekomendasi bahwa PRB dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan formal dan informal.
“Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau pemuda dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (2005-2015) dari PBB “.
1.2.2 Konsep Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko BencanaPendidikan pengurangan risiko bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayakan peserta didik dalam upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari penddidikan bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana. Tetapi mengembangkan motivasi, keterampilan, dan pengetahuan agar dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risiko bencana.
Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah: 1 Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan2 Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana 3 Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang
kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan prilaku dan motivasi,
4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana
5 Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara individu maupun kolektif
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
9
6 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana7 Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana8 Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali
komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana
9 Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak
2.1 Fenomena Tsunami di Indonesia
Bencana merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen pemicu, ancaman dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Bencana secara sederhana didefinisikan sebagai suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya mereka sendiri. Pemicu merupakan faktor-faktor luar yang menjadikan potensi ancaman yang tersembunyi muncul ke bermukaan sebagai ancaman nyata. Ancaman adalah kejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan.
Apakah yang dimaksud dengan tsunami? Secara harfiah, tsunami berasal dari Bahasa Jepang. Tsu berarti “pelabuhan” dan nami berarti “gelombang”. Secara umum tsunami diartikan sebagai gelombang laut yang besar di pelabuhan. Jadi, secara bebas kita bisa mendeskripsikan tsunami sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Gangguan impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik di laut, erupsi vulkanik (meletusnya gunung api) di laut, longsoran di laut, atau jatuhnya meteor di laut.
Dalam literatur berbahasa Inggris, tsunami kadang-kadang disebut pula sebagai tidal wave atau gelombang pasang. Istilah ini sebenarnya tidak tepat karena sama
sekali tidak mempunyai hubungan dengan fenomena pasang surut air laut sebagaimana lazimnya, yang ditentukan oleh gaya tarik benda-benda astronomis (gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari).
BAB II FENOMENA DAN PERISTIWA TSUNAMI
Gambar 2.1 Mesjid di Aceh yang selamat dari Tsunami (sumber: google)
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD/MI
11
Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsif ini bersifat transien, yakni gelombangnya bersifat sesar. Gelombang seperti ini berbeda dengan gelombang laut lainnya yang bersifat kontinyu seperti gelombang laut yang ditimbulkan oleh gaya gesek angin atau gelombang pasang surut yang ditimbulkan oleh gaya tarik benda angkasa.
Perbedaan gelombang tsunami dengan gelombang yang dibangkitkan oleh angin adalah terletak pada gerakan airnya. Gelombang yang dibangkitkan oleh angin hanya menggerakkan partikel air laut di permukaan air laut bagian atas. Namun pada gelombang tsunami menggerakkan seluruh kolom air dari permukaan sampai dasar laut.
Ciri lainnya dari tsunami adalah panjang gelombangnya yang besar, bisa mencapai puluhan kilometer. Kecepatan rambatnya di laut yang dalam berkisar dari 400 sampai 1.000 km/jam. Kecepatan penjalan tsunami tersebut sangat tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat mencapai ribuan kilometer dari pusatnya.
Dalam buku literatur oseanografi fisik atau coastal engineering, terdapat teori yang mengatakan bahwa gelombang tsunami disebut gelombang perairan dangkal apabila nilai perbandingan antara kedalaman laut dengan panjang gelombang lebih kecil dari seperduapuluh. Karena nilai perbandingan antara kedalaman laut dengan panjang gelombang tsunami lebih kecil dari seperduapuluh (1/20) maka tsunami sering dianggap sebagai gelombang perairan dangkal
Pemicu TsunamiTsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan berskala besar terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit. Pada dasarnya tsunami dapat terjadi apabila dasar laut mengalami perubahan secara tiba-tiba dan bergerak secara vertikal. Berikut ini beberapa faktor-faktor yang bisa menimbulkan tsunami.
1. Longsoran Lempeng Bawah Laut Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di pertemuan antar lempeng tektonik. Celah retakan antara kedua lempeng tektonik ini disebut dengan sesar. Pada sesar terjadi gerakan vertical antara kedua lempeng yang bisa menimbulkan longsoran. Sebagai contoh, di sekeliling tepian Samudra Pasifik yang biasa disebut dengan lingkaran api, lempeng samudra yang lebih padat menghunjam masuk ke bawah lempeng benua, sementara lempeng benua cenderung naik secara vertikal. Proses ini dinamakan dengan penghunjaman. Gerakan subduksi sangat efektif menimbulkan longsoran bawah laut yang bisa membangkitkan gelombang tsunami.
2. Gempa Bumi Bawah Laut Gempa tektonik merupakan salah satu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng bumi. Jika gempa semacam ini terjadi di bawah laut, maka air di atas wilayah lempeng yang bergerak tersebut berpindah dari posisi keseimbangannya menimbulkan gelombang. Gelombang terjadi karena air
Fenomena dan peristiwa Tsunami
12
ini bergerak akibat pengaruh gravitasi mencari posisi keseimbangannya yang baru. Bila gempa yang terjadi menimbukan gerakan yang bersifat vertikal (naik atau turun),maka gelombang tsunami dapat terjadi.
3. Aktivitas Vulkanik Adanya gunung berapi yang terletak di dasar samudra dapat menaikkan air dan membangkitkan gelombang tsunami. Contoh yang terjadi pada meletusnya Gunung Krakatau di Selat Sunda tahun 1883 yang menimbukan gelombang tsunami setinggi lebih dari 30 m, menerjang dan menyapu pantai di sebelah barat Jawa dan sebelah selatan Sumatera.
4. Tumbukan Benda Luar AngkasaTumbukan dari benda luar angkasa seperti meteor merupakan gangguan terhadap air laut yang datang dari luar permukaan air. Kejadian tsunami yang disebabkan faktor ini sangat jarang terjadi, namun dampaknya bisa jadi lebih merusak, karena datangnya yang sulit diduga dimana tempatnya akan jatuh. Di samping itu juga, besar dan kecepatan meteor ketika tumbukan dengan permukaan laut sangat menentukan besarnya gelombang tsunami yang akan ditimbulkannya.
Karakteristik TsunamiPerilaku gelombang tsunami sangat berbeda dari ombak laut biasa. Gelom-bang tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi dan dapat merambat menyeberangi samudra tanpa banyak kehilangan energi. Hal ini karena amplitudo gelombang begitu kecil tapi sangat panjang. Seperti diketahui energi gelombang dipengaruhi oleh besar amplitudo dan panjang gelombang. Dengan amplitude yang begitu kecil, energi gelombang tidak mudah hilang atau terserap, sementara panjang gelombang yang begitu panjang menjamin gelombang mampu merambat dengan kecepatan tinggi. Tsunami dapat merambat melalui wilayah yang berjarak ribuan kilometer dari sumbernya, sehingga mungkin ada selisih waktu beberapa menit antara munculnya gelombang ini dengan bencana yang akan ditimbulkannya di pantai. Begitu mendekati pantai ke tempat yang lebih dangkal, amplitude gelombang membesar yang diikuti dengan melambatnya kecepatan rambat gelombang. Gelombang meninggi menerjang segala macam benda yang menghalanginya.
Periode tsunami cukup bervariasi, mulai dari 2 menit hingga lebih dari 2 jam. Panjang gelombangnya sangat besar, antara 100 – 1000 km. Bandingkan dengan ombak laut biasa di pantai yang mungkin hanya memiliki periode beberapa detik dan panjang gelombang beberapa meter. Oleh karena itulah pada saat masih di tengah laut, gelombang tsunami hampir tidak nampak dan hanya terasa seperti ayunan air saja.
Bila lempeng samudra bergerak naik, air di sekitar wilayah tersebut akan ikut naik, namun di sekitar pantai akan surut. Selanjutnya gelombang tsunami akan datang menerjang pantai.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD/MI
13
PERBANDINGAN GELOMBANG TSUNAMI DAN OMBAK LAUT BIASA
Parameter Gelombang
Tsunami
2 menit - 2 jam
100 - 1000 km
≤ 10 detik
≤ 50 m
Ombak Biasa
Periode gelombang
Panjang gelombang
Bila lempeng samudra bergerak turun, air laut di pantai tersebut akan ikut surut. Pada pantai yang landai, surutnya air bisa mencapai lebih dari 500 meter menjauhi pantai. Masyarakat yang tidak sadar akan datangnya bahaya kemungkinan akan tetap tinggal di pantai karena rasa ingin tahu apa yang sedang terjadi. Atau justru mereka memanfaatkan momen saat air laut surut tersebut untuk mengumpulkan ikan-ikan yang banyak bertebaran di pantai.
Bila lempeng samudra bergerak turun (atau naik), di wilayah pantai air laut akan surut sebelum datangnya tsunami. Gelombang tsunami mempunyai amplitude yang memperhitungkan kedalaman laut. Ini yang membedakan dengan gelombang pada ombak biasa. Gelombang tsunami diakibatkan perubahan struktur bumi di kedalaman laut, sementara ombak biasa diakibatkan oleh arus udara (angin). Oleh karena itu, gelombang tsunami sangat dipengaruhi kedalaman laut. Makin dangkal kedalaman laut, makin lambat perambatan gelombang. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan yang setara dengan akar kuadrat hasil perkalian antara percepatan gravitasi (g = 9,8 m/det2 ) dan kedalaman air laut.
v ≈ √ (g d)
dimana
v = kecepatan
g = gravitasi = 9,8 m/det2
d = kedalaman
Sebagai contoh, di Samudra Hindia, dimana kedalaman air pada daerah gempa sebelah barat Aceh sekitar 2000 meter, gelombang tsunami merambat dengan kecepatan 140 m/det (504 km/jam) dengan hanya sedikit energi yang hilang, bahkan untuk jarak yang jauh. Sementara pada kedalaman 10 meter, mendekati pantai kecepatannya hampir mencapai 10 m/det (36 km/jam), sama dengan kecepatan lari manusia tercepat, kita harus lari dengan sepenuh tenaga agar bisa lolos dari gelombang tersebut.
Energi dari gelombang tsunami merupakan fungsi perkalian antara besar gelombang dan kecepatannya. Besar gelombang ditentukan oleh tinggi (amplitudo) dan panjang gelombang. Makin besar amplitude dan panjang
Fenomena dan peristiwa Tsunami
14
gelombang, maka energi gelombang juga makin besar. Nilai energi ini dianggap konstan, yang berarti besar gelombang berbanding terbalik dengan kecepatan merambat gelombang. Oleh karena itu, ketika gelombang mencapai daratan, tingginya meningkat sementara kecepatannya menurun. Saat memasuki wilayah pantai yang lebih dangkal, kecepatan gelombang tsunami menurun sedangkan tingginya meningkat, menciptakan gelombang yang berpotensi sangat merusak.
Karena
λ v = -
T
Maka
v ~ λ
dimana
v = kecepatan
λ = panjang gelombang
T = periode
Karena kecepatan bergantung pada panjang gelombang, maka makin lambat kecepatan rambat gelombang, panjang gelombang juga makin pendek. Sementara itu, periode gelombang dianggap konstan.
Sementara itu, energi gelombang sebanding dengan kuadrat kecepatan rambat gelombang.
E ~ v2 ~ λ A
dimana
E = Energi gelombang
A = amplitude (tinggi gelombang)
Persamaan di atas menunjukkan bahwa ketika kecepatan rambat v berkurang, maka panjang gelombangnya ? juga menurun, sementara tinggi gelombang A justru meningkat.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD/MI
15
Sumber: Wikipedia
Kedalaman (m) Kecepatan (km/jam)
7000 400020002001005010
9437135041591138036
Panjang Gelombang (km)282213 15148342311
Selagi orang-orang yang berada di tengah laut bahkan tidak menyadari adanya tsunami, gelombang tsunami dapat mencapai ketinggian hingga 30 meter atau lebih ketika mencapai wilayah pantai dan daerah yang lebih dangkal. Tsunami dapat menimbulkan kerusakan yang sangat parah di wilayah yang jauh dari sumber terjadinya gelombang, meskipun peristiwa terjadinya gelombang di tengah laut itu sendiri kemungkinan tidak dapat dirasakan oleh seseorang yang kebetulan berada di atas permukaannya.
Gelombang tsunami bergerak maju ke segala arah dari sumbernya, sehingga wilayah yang berada di sekitar daerah sumber gelombang berpotensi akan terkena dampaknya. Namun demikian, gelombang tsunami dapat saja berbelok akibat adanya gangguan berupa benda padat seperti daratan. Bukan hanya itu, gangguan tersebut dapat meredam energi gelombang dan mengubah pola gelombang, seperti periode, panjang gelombang, dan kecepatan rambatnya. Hal ini bergantung peristiwa alam yang mempengaruhinya dan kondisi geografis wilayah sekitarnya.
Fenomena dan peristiwa Tsunami
16
Megatsunami Berbagai bukti yang menunjukkan bahwa megatsunami, yaitu tsunami yang mencapai ketinggian gelombang hingga 100 meter, memang mungkin terjadi. Peristiwa yang langka ini biasanya disebabkan oleh sebuah pulau yang cukup besar amblas ke dasar samudra. Megatsunami juga bisa disebabkan oleh adanya benda angkasa luar dengan massa yang cukup besar, jatuh ke laut dengan kecepatan tinggi. Energi yang ditimbulkannya cukup besar untuk menimbulkannya megatsunami. Faktor lain yang berpotensi menimbulkan megatsunami adalah jatuhnya sebongkah besar es (di Antartika) ke laut dari ketinggian ratusan meter. Gelombang yang ditimbulkannya dapat menyebabkan kerusakan yang sangat dahsyat pada cakupan wilayah pantai yang sangat luas.
SeicheSatu hal yang berkaitan dengan tsunami antara lain adalah seiche, yaitu fluktuasi atau pengalunan permukaan danau atau badan air yang kecil yang disebabkan oleh gempa-bumi kecil, angin, atau oleh keragaman tekanan udara. Seringkali gempa yang besar menyebabkan tsunami dan seiche sekaligus, atau sebagian seiche justru terjadi karena tsunami.
Tsunami Dengan Gelombang TertinggiGelombang tsunami tertinggi yang tercatat sampai saat ini adalah tsunami di Alaska pada tahun 1958 yang disebabkan oleh amblasnya lempeng tektonik di Teluk Lituya. Tsunami ini memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan menghancurkan pohon-pohon dan tanah pada dinding fjord. Saat gelombang tsunami kembali ke laut, gelombang tersebut langsung menyebar dan tingginya menurun dengan cepat. Tingginya gelombang saat berada di pantai lebih disebabkan karena topografi wilayahnya, daripada karena energi yang dikeluarkan oleh peristiwa amblasnya lempeng.
Fjordsuatu teluk sempit di antara tebing-tebing atau lahan terjal. Biasa djumpai di Norwegia, Alaska, Selandia Baru, dll. Sebelumnya fjord ini merupakan sungai gletser yang terbentuk di wilayah pegunungan di kawasan pantai. Saat suhu menjadi hangat, sungai gletser ini mencair, akibatnya permukaan air laut naik dan membanjiri lembah di sela-sela pegunungan tersebut.
Tanda PeringatanTsunami bisa terjadi kapan saja, pada saat musim hujan ataupun musim kemarau baik siang maupun malam hari. Tanda peringatan akan terjadinya bencana tsunami antara lain:1. Biasanya diawali gempa bumi yang sangat kuat dan biasanya sekurang-
kurangnya 6,5 skala richter, berlokasi di bawah laut. Setiap orang akan dapat merasakan gempa tersebut jika berada di dekat dengan pusat gempa. Namun tsunami bisa tetap terjadi meskipun tidak merasakan goncangan sama sekali. Disamping itu, tsunami tidak selalu diawali gempa bumi di laut, bisa juga karena meletusnya gunung api di laut, longsoran tanah di laut atau jatuhnya meteor di laut.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD/MI
17
2. Bila Anda menyaksikan permukaan laut turun secara tiba-tiba, waspadalah karena itu tanda gelombang raksasa akan datang (merupakan tanda peringatan datangnya tsunami)
3. Timbul bau garam dan angin dingin di pantai. Hal ini menunjukkan bahwa di laut lepas sedang terjadi turbulensi air laut.
4. Laut menjadi berubah warna atau mendengar suara gemuruh lebih keras dari biasanya. Hal itu akibat resonansi bunyi gulungan air dengan dasar laut yang terus mengalami pendangkalan. Berarti gelombang tsunami sedang mendekat.
Di atas telah dijelaskan tanda-tanda akan terjadinya tsunami, tsunami juga disebabkan oleh Gempa dalam skala besar yang menimbulkan patahan berdimensi ratusan kilometer jaraknya dari pusat gempa. Hal itu juga menyebabkan timbulnya deformasi vertikal di sumber gempa. Deformasi berupa penurunan permukaan dasar laut mengakibatkan penjalaran energi menjadi gelombang tsunami di pantai.
Gambar 2.2 Perbedaan gelombang angin dan gelombang tsunami (sumber: google)
Selain tenggelamnya pulau-pulau kecil, rusaknya industri turisme pantai dan infrastruktur pesisir, hancurnya industri perikanan, dan rusaknya pertanian yang ditimbulkan oleh tsunami, maka banyak aspek kehidupan lain yang juga akan terkena dampak negatif tsunami.
Dalam rangka mengantisipasi dampak negatif tersebut, pemerintah Indonesia melakukan 3 (tiga) macam riset tentang tsunami: 1. Riset yang ditujukan untuk mengidentifikasi lokasi pusat gempa dan
karakteristik gempa.2. Riset yang diarahkan untuk membuat model penjalaran tsunami dan
prediksi tinggi gelombang tsunami pada saat mencapai pantai.3. Riset yang ditujukan untuk mencari cara-cara yang tepat dalam pemantauan
tsunami dan perlindungan pantai terhadap bahaya tsunami.
Fenomena dan peristiwa Tsunami
18
Perkembangan riset tsunami di Indonesia masih dalam tahap pengembangan yang melibatkan berbagai instansi terkait seperti Badan Meteorologi dan Geo Fisika (BMG), BPPT, LIPI, dan ITB. Akan tetapi riset ini berjalan lamban karena beberapa faktor penghambat antara lain: 1. Minimnya jumlah ilmuwan dan fasilitas yang tersedia. 2. Kurang tertariknya ilmuwan melakukan riset tsunami mungkin dikarenakan
kegiatan ini secara ekonomi tergolong “kering”. 3. Fasilitas untuk pemantauan, baik untuk pemantauan gempa sebagai
sumber dan penyebab tsunami juga masih dirasa kurang. Idealnya untuk tiap jarak 100 km di sepanjang pantai yang ada di kepulauan Indonesia diletakkan satu alat pemantau gempa dan gelombang.
4. Masih kurangnya koordinasi dan komunikasi di antara pusat-pusat kegiatan riset tsunami yang ada di Indonesia
2.2 Peristiwa Tsunami di Indonesia
Selama ini, tindakan dalam usaha penanggulangan bencana dilakukan oleh pemerintah yang pelaksanaannya kemudian dilakukan bersama antara pemerintah daerah dengan organisasi-organisasi terkait dan masyarakat yang tertimpa bencana. Pada saat menghadapi bencana, masyarakat yang belum mampu untuk menanganinya sendiri harus menunggu bantuan yang kadang-kadang tidak segera datang.
Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana disuatu wilayah, tindakan pencegahan bencana perlu dilakukan oleh masyarakat. Pada saat bencana terjadi, korban yang timbul umumnya disebabkan oleh kurangnya persiapan. Persiapan yang baik akan bisa membantu masyarakat untuk melakukan tindakan yang tepat guna dan tepat waktu.
Bencana bisa menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Dengan mengetahui cara pencegahannya masyarakat bisa mengurangi risiko ini. Penanggulangan bencana ini hendaknya menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pihak-pihak yang terkait. Kerjasama ini sangat penting untuk memperlancar proses penanggulangan bencana.
Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada lempeng bumi yang labil, memiliki pantai terpanjang kedua di dunia. Lempeng bumi yang labil disisi barat Sumatra, di selatan Jawa ke timur Indonesia dan berputar ke utara melalui Nusa Tenggara, Maluku, dan diteruskan ke Sulawasi. Lempeng bumi yang labil ini mempunyai potensi besar terjadinya gempa bumi pada dasar laut dalam yang memungkinkan terjadinya tsunami.
Potensi tersebut menjadi lebih besar lagi karena sebagian besar pusat gempa tektonik terletak di bawah dasar laut dalam yang posisinya relatif dekat dengan pantai terutama pantai barat Sumatra dan pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi
Berdasarkan hubungan antara tsunami, aktivitas kegempaan, dan karakteristik seismotektonik, latief, et.al (2000) membagi ke dalam enam zona seismotektonik.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD/MI
19
Busur Banda
Selat Maluku
ABCDEF
Busur Sunda bagian barat Busur Sunda bagian timur
Selat Makasar
Papua bagian utara
1911359
323
109
17,4310,0932, 118,26
29,362,75100
Zona Daerah Jumlah tsunami
Presentasi Kejadian (%)
Jumlah korban jiwa
>300.0003.2605.5701.0207.570360
Tabel 2.1 Aktivitas tsunami di Indonesia
(sumber: Hidup akrab dengan gempa dan tsunami)
Zona A meliputi Busur Sunda bagian barat yang terletak di sebelah barat laut Selat Sunda antara lain Pulau Sumatera dan Pulau Andalas. Pada zona A telah terjadi tsunami sebanyak 19 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini adalah 17,73%, 17 diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 2 lainnya diakibatkan oleh meletusnya gunung api di bawah laut.
Zona B meliputi Busur Sunda bagian timur yang terbendang antara Selat Sunda ke timur sampai Sumba. Wilayah itu meliputi Pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa dan Sumba. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 11 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 10,09%. 10 kali diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 1 lainnya diakibatkan oleh meletusnya gunung api di bawah laut.
Zona C terletak di Laut Banda antara lain Flores, Timor, Kepulauan Banda, Kepulauan Tanimbar, Seram, dan Pulau Buru. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 35 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 32,11%. 32 kali diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 2 lainnya diakibatkan oleh meletusnya gunung api di bawah laut dan 1 tsunami diakibatkan oleh longsoran. Tsunami Flores 1992 merupakan tsunami yang terjadi di zona ini.
Zona D berada di Selat Makassar. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 9 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 8,26%. Tsunami di daerah ini semuanya diakibatkan oleh gempa bumi dan menimbulkan korban jiwa sekitar 1.020 orang.
Zona E terletak di Laut Maluku termasuk di dalamnya Sangihe dan Halmahera. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 32 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 29,36%. 28 kali diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 lainnya diakibatkan oleh meletusnya gunung api di bawah laut.
Fenomena dan peristiwa Tsunami
20
Zona F berada di sebelah utara Papua. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 2,75%. 2 kali diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 2 lainnya diakibatkan oleh meletusnya gunung api di bawah laut.
Gambar 2. 3 Peta distribusi Tsunami di Indonesia tahun 1600 -2007 (sumber: Hidup akrab dengan gempa dan tsunami).
Kalau diinventarisasi berdasakan laporan media massa dan dari berbagai sumber, maka sepanjang tahun 1961 – 2007 ada sekitar 22 kejadian tsunami yang melanda kawasan pesisir di Indonesia. Daerah bencana beserta dampak tsunami bisa dilihat pada tabel 3 dibawah ini:
-
Jumlah korban (tewas/luka)
2/6 110/479 71 tewas 58/100
392 tewas64/97
316 tewas2/25
27/200
13/40083/108
7 tewas1.952/2.126
38/4003/63
107 tewas34 tewas4 tewas
>210.000 tewasTidak terdata
668 tewas
Daerah Bencana
NTT, Flores TengahSumatera
Maluku, Seram dan SananaTinambung (Sulsel)
Tambo (Sulteng)Majene (Sulsel)
NTT, Flores dan P. Atauro
NTT, Larantuka
NTT dan P. alorNTT, Flores dan P. Babi
Banyuwangi (Jatim)Palu (sulteng)P. Biak (Papua)
Tabuna Maliabu (Maluku)Banggai (Sulteng)NAD dam Sumut
Pulau Nias
NTB dan Pulau Sumbawa
NTB, Sumbawa, Bali dan Lombok
NTT, Flores Timur, dan P. Pantar
Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
Bengkulu dan Sumatera Barat
No
12345678
10
121314151617181920
9
11
21
22
Tahun
19611964196519671968196919771977
1982
198919921994199619961998200020042005
1979
1987
2006
2007
Pusat Gempa
8,2 LS & 122,0 BT5,8 LS & 95,6 BT
2,4 LS & 126,0 BT3,7 LS & 119,3 BT0,7 LS & 119,7 BT3,1 LS & 118,8 BT
11,1 LS & 118,5 BT8,0 LS & 125,3 BT
8,4 LS & 123,0 BT
8,1 LS & 125,1 BT8,5 LS & 121,9 BT5,8 LS & 95,6 BT5,8 LS & 95,6 BT
0,5 LS & 136,0 BT2,0 LS & 124,9 BT0,6 LS & 119,9 BT2,9 LS & 95,6 BT
2,06 LS & 97,01 BT
8,4 LS & 115,9 BT
8,4 LS & 124,3 BT
9,4 LS & 107,2 BT
4,67 LS & 101,3 BT
Run-up maksimum (meter)
Tidak terdata Tidak terdata Tidak terdata Tidak terdata
8-1010
Tidak terdata Tidak terdata
Tidak terdata
Tidak terdata
Tidak terdata
11,2-26,219,1
13,72,75
3343,5
Tidak terdata
Tidak terdata
7,6
3,6
Tabel 2.2 Kejadian Tsunami di Indonesia sejak tahun 1961 – 2007
Sumber: Hidup akrab dengan gempa dan tsunami.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD/MI
21
-
Jumlah korban (tewas/luka)
2/6 110/479 71 tewas 58/100
392 tewas64/97
316 tewas2/25
27/200
13/40083/108
7 tewas1.952/2.126
38/4003/63
107 tewas34 tewas4 tewas
>210.000 tewasTidak terdata
668 tewas
Daerah Bencana
NTT, Flores TengahSumatera
Maluku, Seram dan SananaTinambung (Sulsel)
Tambo (Sulteng)Majene (Sulsel)
NTT, Flores dan P. Atauro
NTT, Larantuka
NTT dan P. alorNTT, Flores dan P. Babi
Banyuwangi (Jatim)Palu (sulteng)P. Biak (Papua)
Tabuna Maliabu (Maluku)Banggai (Sulteng)NAD dam Sumut
Pulau Nias
NTB dan Pulau Sumbawa
NTB, Sumbawa, Bali dan Lombok
NTT, Flores Timur, dan P. Pantar
Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
Bengkulu dan Sumatera Barat
No
12345678
10
121314151617181920
9
11
21
22
Tahun
19611964196519671968196919771977
1982
198919921994199619961998200020042005
1979
1987
2006
2007
Pusat Gempa
8,2 LS & 122,0 BT5,8 LS & 95,6 BT
2,4 LS & 126,0 BT3,7 LS & 119,3 BT0,7 LS & 119,7 BT3,1 LS & 118,8 BT
11,1 LS & 118,5 BT8,0 LS & 125,3 BT
8,4 LS & 123,0 BT
8,1 LS & 125,1 BT8,5 LS & 121,9 BT5,8 LS & 95,6 BT5,8 LS & 95,6 BT
0,5 LS & 136,0 BT2,0 LS & 124,9 BT0,6 LS & 119,9 BT2,9 LS & 95,6 BT
2,06 LS & 97,01 BT
8,4 LS & 115,9 BT
8,4 LS & 124,3 BT
9,4 LS & 107,2 BT
4,67 LS & 101,3 BT
Run-up maksimum (meter)
Tidak terdata Tidak terdata Tidak terdata Tidak terdata
8-1010
Tidak terdata Tidak terdata
Tidak terdata
Tidak terdata
Tidak terdata
11,2-26,219,1
13,72,75
3343,5
Tidak terdata
Tidak terdata
7,6
3,6
Tabel 2.2 Kejadian Tsunami di Indonesia sejak tahun 1961 – 2007
Sumber: Hidup akrab dengan gempa dan tsunami.
-
Jumlah korban (tewas/luka)
2/6 110/479 71 tewas 58/100
392 tewas64/97
316 tewas2/25
27/200
13/40083/108
7 tewas1.952/2.126
38/4003/63
107 tewas34 tewas4 tewas
>210.000 tewasTidak terdata
668 tewas
Daerah Bencana
NTT, Flores TengahSumatera
Maluku, Seram dan SananaTinambung (Sulsel)
Tambo (Sulteng)Majene (Sulsel)
NTT, Flores dan P. Atauro
NTT, Larantuka
NTT dan P. alorNTT, Flores dan P. Babi
Banyuwangi (Jatim)Palu (sulteng)P. Biak (Papua)
Tabuna Maliabu (Maluku)Banggai (Sulteng)NAD dam Sumut
Pulau Nias
NTB dan Pulau Sumbawa
NTB, Sumbawa, Bali dan Lombok
NTT, Flores Timur, dan P. Pantar
Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
Bengkulu dan Sumatera Barat
No
12345678
10
121314151617181920
9
11
21
22
Tahun
19611964196519671968196919771977
1982
198919921994199619961998200020042005
1979
1987
2006
2007
Pusat Gempa
8,2 LS & 122,0 BT5,8 LS & 95,6 BT
2,4 LS & 126,0 BT3,7 LS & 119,3 BT0,7 LS & 119,7 BT3,1 LS & 118,8 BT
11,1 LS & 118,5 BT8,0 LS & 125,3 BT
8,4 LS & 123,0 BT
8,1 LS & 125,1 BT8,5 LS & 121,9 BT5,8 LS & 95,6 BT5,8 LS & 95,6 BT
0,5 LS & 136,0 BT2,0 LS & 124,9 BT0,6 LS & 119,9 BT2,9 LS & 95,6 BT
2,06 LS & 97,01 BT
8,4 LS & 115,9 BT
8,4 LS & 124,3 BT
9,4 LS & 107,2 BT
4,67 LS & 101,3 BT
Run-up maksimum (meter)
Tidak terdata Tidak terdata Tidak terdata Tidak terdata
8-1010
Tidak terdata Tidak terdata
Tidak terdata
Tidak terdata
Tidak terdata
11,2-26,219,1
13,72,75
3343,5
Tidak terdata
Tidak terdata
7,6
3,6
Tabel 2.2 Kejadian Tsunami di Indonesia sejak tahun 1961 – 2007
Sumber: Hidup akrab dengan gempa dan tsunami.
3.1 Pengurangan Risiko Tsunami
Pengelolaan yang tidak baik dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam dan keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan terjadinya bencana alam, bencana akibat ulah manusia, dan kedaruratan kompleks. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah.
Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunungapi, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya.
Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi berulang setiap tahun. Bahkan sekarang ini peristiwa bencana menjadi lebih sering dan terjadi silih berganti, misalnya dari kekeringan, kemudian kebakaran, lalu diikuti banjir. Akibatnya muncul anggapan bahwa bencana tersebut sebagai sesuatu hal yang memang harus terjadi. Padahal semua itu merupakan fenomena alamiah yang melekat pada bumi dan timbulnya korban dan kerugian disebabkan oleh beberapa faktor ketidaksiapan. Beberapa faktor tersebut adalah :
1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya 2. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya
alam
BAB III PENGURANGAN RISIKO TSUNAMI
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
23
3. Kurangnya informasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan; dan
4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.
3.1.1 Bencana
Bencana merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen, ancaman, dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Ancaman merupakan kejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan. Kerentanan adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial ekonomi dan lingkungan hidup yang meningkatkan kerawanan suatu komunitas terhadap dampak ancaman bencana. Risiko merupakan suatu peluang dari timbulnya akibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka, kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan mata pencaharian dan ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi antara ancaman bencana dan kondisi kerentanan.
Dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Menurut ISDR bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri.
Adapun komponen yang berpengaruh terhadap besar kecilnya dampak suatu bencana antara lain sebagai berikut: bahaya, kerentanan, risiko bencana, dan kapasitas.
Terjadinya Bencana
Bahaya
Kerentanan
Kejadian
RISIKOBENCANA
BENCANA
Gambar 3.1 Proses terjadinya bencana
Pengurangan Risiko Tsunami
24
Berdasarkan sumber bencananya, terdapat tiga jenis bencana: (1) bencana alam, yaitu bencana yang murni yang disebabkan oleh peristiwa alam, contohnya gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung. (2) bencana akibat ulah manusia, yaitu bencana yang disebabkan oleh kekhilapan manusia seperti kebakaran dan kornsleting listrik. (3) bencana kompleks, yaitu bencana yang diakibatkan oleh gabungan antara perilaku alam dan ulah manusia sebagai contoh banjir akibat hujan diluar normal dan penggundulan hutan.
Bahaya Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana yang sangat tinggi. Beberapa potensi bencana yang ada antara lain adalah bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, dan lain-lain. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama dan potensi bahaya ikutan. Potensi bahaya utama ini dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.
Gambar 3. 2: Wilayah di Asia yang terkena dampak tsunami 26 Desember 2004
Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama yang tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi negara Indonesia.
Disamping tingginya potensi bahaya utama, Indonesia juga memiliki potensi bahaya ikutan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator misalnya likuifaksi, persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan kepadatan industri berbahaya. Potensi bahaya ikutan \ ini sangat tinggi terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman kumuh perkotaan), dan
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
25
jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan indikator diatas, perkotaan Indonesia merupakan wilayah dengan potensi bencana yang sangat tinggi.
3.1.2 Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas
Banjir, 38 %
Gempa,31 %
Kebakaran, 17 %
Epidemik,4 %
Massmovwet,
2 %Letusan
Gunung Api,3 %
Kekeringan,6 %
Gambar 3.3 Persentase Orang Terkena Bencana Berdasarkan Jenis Bencana
Gambar di atas menunjukkan persentase orang terkena bencana berdasarkan jenis bencana di Indonesia antara kurun waktu 1980 – 2008. Kejadian bencana di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang rapuh dalam menghadapi ancaman bencana.
Perbedaan kemampuan dalam mengenali karakteristik bahaya membuat besaran risiko yang mengena pada situasi bencana juga akan berbeda. Semakin mampu untuk mengenali dan memahami fenomena bahaya itu dengan baik, maka manusia akan semakin dapat mensikapinya dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat memperkecil risiko bencana. Kehancuran dahsyat yang terjadi akibat gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara, serta DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, juga memunculkan kebingungan bagaimana harus mensikapinya; hiruk pikuk di Alor dan Palu saat terjadi gempa menunjukkan betapa bangsa Indonesia belum mampu dengan baik menghadapi ancaman bahaya yang melingkupi.
Pengurangan Risiko Tsunami
26
Ancaman BencanaAncaman bencana seperti yang tertuang dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. Sedangkan menurut Dr. Krishna S. Pribadi ancaman bencana merupakan: 1. Suatu peristiwa besar yang jarang terjadi, dalam lingkungan alam atau
lingkungan binaan, yang mempengaruhi kehidupan, harta atau kegiatan manusia, sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan bencana.
2. Suatu fenomena alam atau buatan manusia yang dapat menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan permukiman, kegiatan budi daya atau industri.
Ancaman bencana dapat bersifat membahayakan bagi suatu lingkungan akibat kondisi lingkungan yang rentan.
KerentananKerentanan adalah seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan atau suatu daerah akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampak suatu bahaya tertentu, bergantung kepada kondisinya, jenis konstruksi dan kedekatannya kepada suatu daerah yang berbahaya atau rawan bencana. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerentanan tersebut adalah :1. Institusi lokal yang lemah dalam membuat kebijakan dan peraturan serta
penegakan kebijakan tersebut, terutama terkait dengan penanggulangan bencana dan upaya pengurangan risiko bencana, termasuk di dalamnya adalah lemahnya aparat penegak hukum;
2. Kurangnya penyebaran informasi mengenai kebencanaan, baik melalui penyuluhan, pelatihan serta keahlian khusus yang diperlukan dalam upaya-upaya pengurangan risiko bencana; dan
3. Penduduk terkait dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat.
Kenyataan menunjukkan kerentaan cukup tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang berisiko bencana. Karena kurangnya pemahaman adanya bahaya sekitarnya, maka masyarakat dikatakan rentan terhadap bencana. Bangunan dibantaran sungai, bangunan tepat di lereng tempat mengairnya lahar gunung berapi, bangunan di tepi pantai, bangunan yang permanen dan tidak tahan gempa dan lain-lain merupakan contoh kerentaan suatu lingkungan
KapasitasKapasitas adalah kemampuan dari masyarakat dalam menghadapi bencana. Misalnya pengetahuan rendah, maka kapasitasnya rendah, contohnya:1. Tidak tahu kalau di dekat rumahnya terdapat ancaman tanah longsor2. Tidak tahu kalau membangun rumah di bantaran kali dapat menyebabkan
banjir3. Tidak tahu kalau mengikis tebing untuk diambil tanahnya dapat
menyebabkan longsor,
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
27
4. Tidak tahu kalau menebang pohon tanpa mengganti dengan pohon baru dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor
5. Tidak memiliki keterampilan bagaimana membuat rumah tahan gempa6. Tidak memiliki keterampilan bagaimana meng-evakuasi kalau terjadi
gempa7. Tidak memiliki keterampilan bagaimana menyelamatkan diri dan orang
lain ketika terjadi bencana, dan lain-lain.
3.1.3 Pengurangan Risiko BencanaPengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kejadian yang merugikan.
3.1.4 Upaya Pengurangan Risiko Bencana Mitigasi BencanaTujuan dari mitigasi bencana gempa bumi adalah untuk mengembangkan strategi mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan dari alam sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi dan biaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkan oleh bencana gempa bumi. Rencana mitigasi bencana gempa bumi dapat meningkatkan cara pandang yang luas dan terintegrasi terhadap sistem pengurangan risiko bencana yang meliputi elemen-elemen berikut :1. Identifikasi bencana dan kerentanannya serta evaluasi risiko bencana
tersebut.2. Strategi pengurangan bencana yang bersumber dari wilayah dan dimiliki
oleh pemegang kebijakan.3. Seperangkat peraturan, perundang-undangan dan regulasi yang
menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk interaksi antara berbagai organisasi dan institusi yang berbeda.
4. Mekanisme koordinasi institusi yang kuat.5. Sistem yang solid untuk mengendalikan pemenuhan dan penguatan kode
dan standar untuk konstruksi bangunan yang aman.6. Perencanaan dan tataguna lahan dan pemukiman yang menggabungkan
kepedulian akan bencana dan pengurangan risiko.7. Penggunaan peralatan komunikasi untuk pengurangan risiko akibat
bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bencana, pendidikan, pelatihan dan penilaian.
8. Manajemen kesiapsiagaan dan kedaruratan berdasarkan pemahaman risiko.
9. Kerjasama dan koordinasi antar instansi, antar kota, antar organisasi.
Dalam upaya mengurangi risiko bencana maka diperlukan kesiapsiagaan yang lebih baik. Oleh karena itu siswa juga harus harus memahami pengertian
Pengurangan Risiko Tsunami
28
dari tsunami, sebab-sebab terjadinya, dampaknya, serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan sebelum, saat dan setelah terjadinya tsunami tersebut.
Penanggulangan BencanaDalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pasal 33-38, dinyatakan, bahwa: Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi:1. prabencana;2. saat tanggap darurat; dan3. pasca bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi:1. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan2. dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud meliputi:1. perencanaan penanggulangan bencana;2. pengurangan risiko bencana;3. pencegahan;4. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;5. persyaratan analisis risiko bencana;6. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;7. pendidikan dan pelatihan; dan8. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:1. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;2. pemahaman tentang kerentanan masyarakat;3. analisis kemungkinan dampak bencana;4. pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;5. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana;
dan6. alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi:1. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;2. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;3. pengembangan budaya sadar bencana;4. peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
29
5. penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.
Pencegahan meliputi:1. Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau
ancaman bencana;2. kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang
secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;
3. pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana;
4. penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan5. penguatan ketahanan sosial masyarakat.
Berdasarkan informasi dari Undang-undang tersebut, banyak hal yang dapat diidentifikasi, dijadikan bahan pengayaan bagi guru, yang tidak diajarkan ke siswa. Selain kompetensi yang harus dikuasai siswa tentu harus dikuasai guru, sebaiknya kepala sekolah dan guru menambah kompetensi lainnya seperti:1. menyusun Program untuk meningkatkan keamanan sekolah terhadap
Bencana.2. menyusun rencana aksi sekolah, seperti.3. perencanaan penanggulangan bencana;4. pengurangan risiko bencana;5. pencegahan;6. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;7. persyaratan analisis risiko bencana;8. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;9. Perencanaan penanggulangan bencana meliputi: pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; pemahaman tentang kerentanan masyarakat; analisis kemungkinan dampak bencana; pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana; dan alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
10. Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi: pengenalan dan pemantauan risiko bencana; perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; pengembangan budaya sadar bencana; peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana;
dan
Pengurangan Risiko Tsunami
30
penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.
11. Pencegahan meliputi: identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau
ancaman bencana; kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam
yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;
pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana;
penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan penguatan ketahanan sosial masyarakat.
3.2 Kesiapsiagaan
3.2.1 Tindakan sebelum terjadi tsunamiPenanggulangan bencana tsunami selama ini dilakukan oleh pemerintah yang pelaksanaannya kemudian dilakukan bersama antara pemerintah daerah dengan organisasi-organisasi yang terkait dan masyarakat yang tertimpa bencana. Seharusnya masyarakat dapat melakukan beberapa tindakan dalam rangka pengurangan risiko bencana tsunami yaitu:1. Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai kurang dari 10
meter dari permukaan laut. Berdasarkan penelitian, daerah ini merupakan daerah yang mengalami kerusakan terparah akibat bencana Tsunami, badai dan angin ribut.
2. Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti bakau, palem, ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya
3. Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat 4. Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atas5. Bagian dinding yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai
Selain itu, bencana dapat direduksi apabila masyarakat sadar dan siapsiaga menghadapi bencana, caranya dengan mempersiapkan diri dengan cara:1. Mempromosikan budaya pencegahan dan keselamatan menghuni di
kawasan ini. 2. Mempersiapkan rencana manajemen menghadapi bencana3. Mendorong terbentuknya kepanitiaan dan gugus tugas di wilayah ini.4. Mempersiapkan peralatan tepat guna untuk pelatihan bagi generasi muda
atau siswa dalam mereduksi terjadinya bencana.5. Membiayai kegiatan-kegiatan yang mengarah pada reduksi terjadinya
bencana baik diakibatkan oleh alam maupun kegiatan manusia.6. Mereduksi risiko melalui organisasi formil maupun non formil (pemerintah
dan swasta).
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
31
Ada beberapa strategi perencanaan wilayah dalam rangka mencari solusi rancangan untuk menghadapi bencana Tsunami, antara lain:1. Dalam lingkup makro, pemilihan kegiatan untuk daerah tertentu harus
tepat, misalnya: perencanaan evakuasi dan jalur mitigasi. Bercermin dari kasus di Banda
Aceh dan Pangandaran maka dapat ditawarkan escape hill, jalur mitigasi dan early warning system dan pengamatan visual ke laut.
perencanaan zoning, yakni:- defend artinya pantai dilengkapi dengan barrier untuk menahan
terjangan gelombang.- retreat artinya menarik kegiatan menjauhi garis pantai, dan sepanjang
pantai ditanami dengan penghijauan yang berfungsi sebagai sabuk hijau.
- accomodate artinya meletakkan kegiatan yang cocok di daerah garis pantai, misalnya daerah ini dibuat tambak.
- counter attack artinya pantai dilengkapi denga sarana penghadang gelombang mencocokkan aktivitas dengan kondisi pantai dan yang terakhir menjauhkan kegiatan vital dari garis pantai.
2. Dalam lingkup mikro, ada beberapa alternatif antara lain: Menghindari daerah terpaan. Menghindari daerah bahaya tsunami,
adalah dengan metode penanggulangan yang paling efektif. Pada perencanaan wilayah, hal ini mencakup penempatan bangunan dan infrastruktur di bagian tapak yang tinggi atau menaikkan struktur di atas terpaan tsunami atau menguatkan podium (tempat berpijak bangunan).
Batas air
Memperlambat arus air. Teknik memperlambat arus air termasuk membuat penahan serta daya hancur gelombang. Hutan buatan yang dirancang khusus, saluran air, jalur hijau, dapat memperlambat dan menahan arus dan puing-puing yang dibawa ombak. Agar teknik ini efektif harus ada perkiraan yang tepat dari terpaan yang akan terjadi.
Pengurangan Risiko Tsunami
32
Elemen GunaMenghambatGelombang
Membelokkan kekuatan air. Teknik pembelokkan kekuatan tsunami, menjauh dari struktur bangunan yang lemah, yaitu dengan menata struktur, melalui penggunaan tembok-tembok bersudut dan saluran air, dan menggunakan permukaan dengan lapisan yang memudahkan jalannya air.
Dinding Bypass
Menghambat terpaan air. Struktur kokoh seperti tembok, terasering (penahan gundukkan/tanah curam berbentuk anak tangga) atau jalur hijau, struktur parkir dan kontruksi lain yang kokoh dapat menahan kekuatan gelombang. Menahan, bagaimanapun juga dapat mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang ke arah lain.
DindingPenahan
Selain itu pengurangan risiko kerusakan akibat tsunami dapat diperkecil bila: menyediakan jarak ruang yang maksimum antar bangunan, meninggikan bangunan di atas batas ketinggian terpaan banjir dan menempatkan akses-akses utama di luar area banjir, dan jalan-jalan akses penunjang tegak lurus dengan tepi pantai.
3.2.2 Tindakan saat terjadi bencana.
Beberapa tindakan yang perlu dilakukan untuk menghindari bertambahnya jumlah korban pada saat terjadi bencana akan diuraikan di bawah ini.
1. Tindakan untuk mengurangi kemungkinan risikoBeberapa tindakan untuk mengurangi kemungkinan risiko yaitu:
Mewujudkan keberdayaan individu, keluarga, komunitas, masyarakat, dan negara; serta mengatasi ketidakberlanjutan pembangunan
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
33
Membangun pondasi rasa aman yang segala kegiatannya mendorong untuk ketercukupan kebutuhan dasar.
Membangun berbagai perangkat pengurangan risiko bencana (PRB) dan kegiatan-kegiatan yang dapat mengurangi risiko bencana melalui mencegah dan memitigasi bahaya, serta meredam kerentanan dari ancaman
Seluruh kemampuan komunitas digunakan untuk menangani ancaman. Sehingga tidak diperlukan bantuan eksternal karena kemampuan yang ada dapat menanganinya
Mengidentifikasi, mengevaluasi, & memonitor risiko-risiko bencana dan meningkatkan pemanfaatan peringatan dini
Menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk membangun suatu budaya aman dan ketahanan pada semua tingkatan
Mengurangi faktor-faktor risiko dasar Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana dengan respon yang
efektif pada semua tingkatan Selain itu, lakukanlah mengungsi dengan cepat, jika ada pemberitahuan
untuk mengungsi. Otoritas lokal tidak akan meminta orang untuk meninggalkan tempat, jika memang sungguh-sungguh keadaan belum dalam bahaya. Kita perlu menuruti nasehat mereka. Selanjutnya, dengarkan radio dan televisi lokal dan ikuti instruksi dari pejabat yang menangani keadaan darurat.
Pada saat terjadi bencana pakailah pakaian pelindung dan sepatu yang kokoh. Karena wilayah bencana dan bekasnya berisi banyak risiko. kuncilah rumah. jika kita hanya mempunyai waktu sedikit seperti kasus tsunami, rebut kebutuhan yang telah disediakan dalam kotak persediaan bencana dan pergilah.
Jangan lupa membawa kotak P3K, meliputi resep dokter, gigi palsu, kacamata, dan alat bantu pendengar. kotak persedian bencana. pakaian pengganti dan sleeping bag. Serta kunci mobil dan atau motor (jika punya mobil/motor).
2. Penyelamatan Diri Di dalam Ruangan
Cara-cara yang dilakukan untuk menyelamatkan diri pada saat tsunami berlangsung apabila sedang berada di dalam ruangan:
- Jangan panik- Segera berlari mencari tempat yang lebih tinggi - Naik ke lantai yang lebih tinggi atau atap rumah . - Tidak perlu menunggu peringatan tsunami- Selamatkan diri anda, bukan barang anda- Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah mencari tempat yang
tinggi
Pengurangan Risiko Tsunami
34
- Tetaplah bertahan di daerah ketinggian sampai ada pemberitahuan resmi dari pihak berwajib tentang keadaan aman
- Jika anda berpegangan atap rumah saat gelombang tsunami berlangsung jangan membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa - oleh gelombang.
- Anda dapat membalikan badan saat gelombang berbalik arah kembali ke laut
- Tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda
Di luar RuanganPrinsip-prinsip sebagai cara untuk menyelamatkan diri pada saat tsunami berlangsung apabila sedang berada di luar ruangan
- Jangan panik- Bila sedang berada di pantai atau dekat laut dan merasakan bumi
bergetar,- Segera berlari ke tempat yang tinggi dan jauh dari pantai. - Naik ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah atau memanjat pohon. - Tidak perlu menunggu peringatan Tsunami- Tsunami dapat muncul melalui sungai dekat laut, jadi jangan berada di
sekitarnya- Selamatkan diri anda, bukan barang anda- Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah berlari- Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat digunakan
sebagai rakit- Selamatkan diri melalui jalur evakuasi tsunami ke tempat evakuasi yang
sudah disepakati bersama- Tetaplah bertahan di daerah ketinggian sampai ada pemberitahuan
resmi dari pihak berwajib tentang keadaan aman- Jika anda berpegangan pada pohon saat gelombang tsunami
berlangsung jangan membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa oleh gelombang.
- Anda dapat membalikan badan saat gelombang berbalik arah kembali ke laut
- Tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda
Di dalam Gedung BertingkatBeberapa tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan diri pada saat tsunami berlangsung apabila sedang berada di dalam gedung bertingkat:
- Jangan panik - Segera berlari menuju lantai yang paling tinggi - Naik ke lantai yang lebih tinggi atau atap gedung. - Tidak perlu menunggu peringatan tsunami
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
35
- Selamatkan diri anda, bukan barang anda- Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah menuju lantai yang
tertinggi- Tetaplah bertahan sampai ada pemberitahuan resmi dari pihak berwajib
tentang keadaan aman- Jika anda berpegangan pada sesuatu balok atau kayu di lantai gedung
tersebut saat gelombang tsunami berlangsung, jangan membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa oleh gelombang.
- Anda dapat membalikan badan saat gelombang berbalik arah kembali ke laut
- Tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda
3.2.3 Tindakan Sesudah Terjadi Bencana
Segera setelah bencana tsunami menimpa, masyarakat dari berbagai daerah di sekitar bencana dan dari daerah-daerah yang jauh bahkan dari luar negeri berbondong-bondong mendatangi daerah-daerah bencana untuk memberikan bantuan darurat serta membantu membersihkan puing, mendirikan tenda dan MCK darurat dan mengerjakan apa saja untuk mengurangi penderitaan mereka yang selamat.
Tidak ada satu kelompok atau satu organisasi tunggal yang dapat menangani keseluruhan akibat bencana. Karena bencana merupakan permasalahan kompleks yang menuntut adanya penanganan kolektif yang melibatkan berbagai disiplin dan kelompok kelembagaan yang berbeda – dengan kata lain, melalui kemitraan. Ini merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan.
Masyarakat harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya langkah-langkah yang harus dilakukan setelah bencana tsunami terjadi dengan cara:1. kapasitas untuk mengelola selama kejadian-kejadian yang mendatangkan
malapetaka 2. kapasitas untuk memulihkan diri setelah bencana tsunami 3. kapasitas untuk menyerap tekanan atau kekuatan-kekuatan yang
menghancurkan, melalui perlawanan atau adaptasi
Masyarakat perlu memperkuat kapasitas mereka, karena tidak ada masyarakat yang sepenuhnya aman dari bahaya alam ataupun bahaya-bahaya terkait kegiatan manusia. Masyarakat merupakan sesuatu yang kompleks dan seringkali tidak berbentuk satu kesatuan. Di antara orang-orang yang tinggal di suatu daerah yang sama ada perbedaan-perbedaan dalam hal kekayaan, status sosial dan pekerjaan, dan mungkin pula ada pembagian-pembagian lain yang lebih serius di dalam masyarakat.
Pengurangan Risiko Tsunami
36
1. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan setelah tsunami berlalu yaitu: Hindari instalasi listrik bertegangan tinggi dan laporkan jika menemukan
kerusakan kepada PLN Hindari memasuki wilayah kerusakan kecuali setelah dinyatakan aman Jauhi reruntuhan bangunan Laporkan diri ke lembaga pemerintah, lembaga adat atau lembaga
keagamaan Upayakan penampungan sendiri kalau memungkinkan. Ajaklah sesama
warga untuk melakukan kegiatan yang positif. Misalnya mengubur jenazah, mengumpulkan benda-benda yang dapat digunakan kembali, sembahyang bersama, dan lain sebagainya. Tindakan ini akan dapat menolong kita untuk segera bangkit, dan membangun kembali kehidupan
Bila diperlukan, carilah bantuan dan bekerja sama dengan sesama serta lembaga pemerintah, adat, keagamaan atau lembaga swadaya masyarakat
Ceritakan tentang bencana ini kepada keluarga, anak, dan teman anda untuk memberikan pengetahuan yang jelas dan tepat. Ceritakan juga apa yang harus dilakukan bila ada tanda-tanda tsunami akan datang.
Tenang dan sabar. Tetap tenang dan berpikir rasional akan membantu menyelamatkan kita dan terhindar dari tindakan yang tidak masuk akal. Biasanya banyak orang yang akan mencari pemenuhan kebutuhan untuk keselamatan keluarganya sendiri. Kesabaran akan membantu semua orang terbebas dari situasi sulit dengan mudah.
Mendengarkan radio dan televisi lokal yang memberitakan informasi dan instruksi. Otoritas lokal akan menyediakan jalan keluar yang sesuai dengan situasi terakhir.
Memeriksa luka-luka. Memberi bantuan P3K untuk diri sendiri dan kemudian membantu orang lain sampai mendapat bantuan.
Membantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus – bayi, orang jompo, orang dengan kecacatan – dan orang lain yang membutuhkan bantuan.
Melihat kemungkinan kerusakan di rumah. Bencana dapat menyebabkan kerusakan yang besar karenanya kita harus berhati-hati.
Menggunakan lampu senter atau lentera yang menggunakan baterei. Menghindari penggunaan lilin. Lilin dapat menyebabkan kebakaran. Memeriksa saluran listrik dan gas yang dapat mengakibatkan
kebakaran. Memeriksa bagian bangunan yang dianggap rawan untuk segera
dirobohkan. Mengambil gambar dari kerusakan untuk kebutuhan klaim asuransi. Hubungi anggota keluarga lain untuk pemberitahuan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
37
Yakin kita mempunyai persediaan air yang cukup, jika aliran air terputus, karena air mudah tercemar pada saat terjadi bencana.
2. Menjalin KerjasamaPenanggulangan bencana tsunami hendaknya menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah serta pihak-pihak terkait. Kerjasama ini sangat penting untuk memperlancar proses penanggulangan bencana. Dalam setiap kejadian bencana di Indonesia ada beberapa pihak yang bekerja sama dalam melakukan usaha-usaha penanganannya. Adalah hak masyarakat untuk menghubungi instansi terkait ini karena keberadaan pihak-pihak ini adalah untuk mendampingi masyarakat dalam usaha penanggulangan bencana. Hubungan dengan pihak-pihak ini sebaiknya dijalin dalam tahap sebelum bencana, saat bencana dan setelah bencana. Untuk memperkuat kesiapsiagaan, masyarakat bisa mendapatkan pelatihan dan bantuan dari instansi/organisasi dibawah ini : Dinas Sosial : Adalah instansi Pemerintah yang menangani bidang
kesejahteraan dalam membantu masyakakat yang dilanda bencana. Tentara Nasional Indonesia (TNI) : Bisa memberi pelatihan kepada
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang operasi di lapangan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG): Adalah instansi Pemerintah yang memberi informasi tentang perkembangan cuaca, gempa bumi dan kegiatan gunung berapi.
Search and Rescue (SAR): Adalah lembaga yang bertugas dalam hal melakukan pencarian, pertolongan dan penyelamatan terhadap orang yang mengalami musibah atau diperkirakan hilang dalam suatu bencana.
Rumah Sakit (Unit Gawat Darurat): Adalah instansi pemerintah maupun swasta yang memiliki kapasitas/kewenangan dalam hal pelayanan kesehatan masyarakat luas. Dalam hal penanganan bencana, rumah sakit melakukan penanganan korban bencana baik dalam penanganan penderita gawat darurat maupun tindakan-tindakan perawatan korban bencana secara berkelanjutan.
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat): Adalah instansi pemerintah yang memiliki tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan di tingkat lapisan masyarakat terkecil, dan instansi ini memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan penanganan penderita gawat darurat sebelum dilakukan evakuasi selanjutnya ke rumah sakit.
Polisi Daerah: Adalah instansi pemerintah yang memiliki kewenangan dalam hal keamanan dan ketertiban masyarakat sekaligus memiliki fungsi sebagai pihak yang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat darurat dalam penanganan bencana di masyarakat. Instansi kepolisian biasanya ada di setiap tingkatan masyarakat hingga yang terkecil.
Hansip/Linmas: adalah kelompok masyarakat yang ditugaskan untuk membantu tugas kepolisian dalam melakukan pengamanan wilayah domisili tugas mereka. Kelompok ini terdiri dari anggota-anggota
Pengurangan Risiko Tsunami
38
masyarakat terpilih dan dipercayai untuk melakukan pengawasan terhadap keamanan dan ketertiban wilayah.
Palang Merah Indonesia (PMI): Adalah lembaga yang bertugas untuk membantu masyarakat dalam meringankan penderitaan masyarakat yang dilanda bencana.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) : LSM lokal bisa bekerja sama dengan masyarakat dalam menanggulangi bencana dan membantu masyarakat untuk membina hubungan ke luar.
Media Massa: Media Massa Cetak maupun Elektronik (televisi dan radio) bisa menyebarkan berita tentang bencana dan bisa membantu untuk mencari bantuan.
Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB): Terdiri atas anggota-anggota masyarakat yang pembentukannya adalah hasil dari keputusan masyarakat bersama.
Satkorlak/Satlak/BPBD: badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.
BNPB: lembaga pemerintah non-departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IVMATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN
RISIKO TSUNAMI
4.1 Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami
Muatan pendidikan pengurangan risiko bencana untuk siswa SD/MI disusun dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kepentingan dan kemampuan peserta didik dan lingkungannyaMuatan pendidikan PRB dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki peluang atau kesempatan untuk selamat dan membantu orang lain agar selamat ketika Tsunami terjadi. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut perlu peningkatan kompetensi/kapasitas peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan, termasuk kearifan lokal yang dimiliki masyarakat dalam lingkungan tersebut. Kegiatan pembelajaran PRB berpusat pada peserta didik.
b. Keragaman risiko bahaya dan karakteristik daerah dan lingkunganSetiap daerah memiliki risiko, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan PRB sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus mengakomodir keragaman tersebut yang relevan dengan kebutuhan pendidikan PRB.
c. Kondisi sosial budaya masyarakat setempatPengembangan muatan pendidikan PRB dilakukan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat diperlukan, termasuk kearipan lokal yang ada.
d. Peningkatan kesadaran akan adanya risiko bencana akibat gempaMuatan pendidikan PRB dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kesadaran siswa akan adanya risiko bahaya tsunami. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman terjadinya tsunami, hal-hal yang terjadi ketika dan setelah tsunami.
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami
40
e. Peningkatan kompetensi/kapasitas diri agar dapat mengurangi bahaya bencana yang diakibatkan tsunami
Pendidikan PRB dilakukan secara sistematik dan terpadu dengan pendidikan mata pelajaran lain, untuk meningkatkan kompetensi siswa secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal, agar selamat ketika tsunami terjadi. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.
f. Menyeluruh dan berkesinambunganSubstansi muatan pendidikan PRB mencakup keseluruhan dimensi kompetensi yang diperlukan, dimensi kognitif, psikomotor dan afektif.
g. Belajar sepanjang hayat Pengembangan muatan pendidikan PRB diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Adapun materi pembelajaran pengurangan risiko tsunami untuk setiap jenjang kelas adalah sebagai berikut:
MATERI PEMBELAJARAN KELAS
A. Sebelum Terjadi Bencana Tsunami
B. Tindakan Saat Terjadi Tsunami
C. Tindakan Setelah Terjadi Tsunami
Tabel 4.1 Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
41
4.2 Pemetaan Indikator Siswa
Kompetensi tersebut dapat dielaborasi ke dalam indikator-indikator sebagai berikut :
MATERI PEMBELAJARAN
A. Sebelum Terjadi Bencana Tsunami
B. Tindakan Saat Terjadi Tsunami
C. Tindakan Setelah Terjadi Tsunami
INDIKATOR PERILAKUKELAS
B. Pemetaan Indikator Siswa
4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar
Terapan pendidikan kesiapsiagaan bencana maupun pendidikan bencana, bermuara pada (1) Pemahaman tentang bencana, (2) Pemahaman tentang kerentanan, (3) Pemahaman tentang kerentanan fisik dan fasilitas-fasilitas penting untuk keadaan darurat bencana, dan (4) Sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana.
Tujuan pendidikan pengurangan risiko bencana, dalam pelaksanaan di sekolah perlu dijabarkan menjadi indikator perilaku siswa. Penetapan indikator perilaku siswa dalam pengurangan risiko bencana mempertimbangan beberapa aspek, yaitu:
1. Perkembangan psikologis anak, diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi yang diberikan kepada anak agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan anak dan peristiwa bencana yang dialami oleh anak.
2. Berbasis lingkungan, dengan mengutamakan nilai-nilai kearifan lokal. Ini mempunyai makna bahwa siswa diajak untuk bersahabat dengan alam lingkungan sekitar yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal.
Tabel 4.2 Pemetaaan Indikator Siswa
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami
42
3. Mempunyai nilai aplikatif yang tinggi, karena siswa bisa langsung menerapkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang benar-benar diperlukan pada saat bencana maupun tanggap darurat.
Adapun pendekatan yang dapat dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran PRB, agar lebih menyenangkan siswa, sebaiknya digunakan pendekatan cooperative learning dan simulasi, serta pendekatan dan metode lainnya jika diperlukan. Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan terhadap bencana (UN-ISDR).
Pengintegrasian materi ajar PRB di dalam kurikulum harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan Kuikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu perlu adanya kajian terhadap mata pelajaran-mata pelajaran yang dapat dikembangkan dengan materi ajar PRB tsunami.
BAB V
PENGINTEGRASIAN MATERI POKOKPENGURANGAN RISIKO TSUNAMI KE
DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUANPENDIDIKAN MENENGAH (SD/MI)
Integrasi pendidikan pengurangan risiko bencana kedalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimaknai sebagai menggabungkan muatan pendidikan PRB dan muatan KTSP, atau memasukkan muatan pendidikan PRB dalam
muatan KTSP. Pengintegrasian pendidikan PRB dilakukan dengan memperhatikan keterpaduan dan kesinambungan muatan pendidikan PRB dan muatan KTSP (termasuk program ekstrakurikuler yang dimiliki sekolah), sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan pendidikan PRB. Pengintegrasian muatan pendidikan PRB dapat dilakukan dengan muatan mata pelajaran pokok, mata pelajaran muatan lokal, dan/atau program ekstrakurikuler. Pengintegrasian dilakukan secara terpadu sehingga menyatu, saling terkait dan berkesinambungan secara harmonis.
Pengintegrasian dilakukan dengan mempertimbangkan muatan pendidikan PRB, standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pokok dan muatan lokal, objek kajian mata pelajaran pokok, program pembiasaan, dan/ atau ketersediaan sumber daya guru yang akan melaksanakannya. Cara pengintegrasian yang dipilih mempunyai implikasi tuntutan pengerjaan administratif yang berbeda-beda sebelum pelaksanaan pendidikan PRB dilakukan.
Pengintegrasian pendidikan PRB ada baiknya dilakukan secara terpadu dan menyeluruh kepada salah satu cara berikut: mata pelajaran pokok, muatan lokal, atau kegiatan ekstra kurikuler. Agar perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi mudah dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Selanjutnya adalah, bila muatan pendidikan PRB dintegrasikan dengan muatan mata pelajaran, merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar muatan pendidikan PRB. Membuat perencanaan pembelajaran dan evaluasi muatan Pendidikan PRB atas dasar standar kompetensi dan kompetensi dasar muatan Pendidikan PRB kedalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Bila muatan Pendidikan PRB diintegrasikan dengan program pembiasaan, maka selanjutnya adalah menyusun program pelaksanaan muatan pendidikan PRB tersebut.
Permen Diknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses mengamanatkan bahwa proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
44
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, proses pembelajaran juga harus menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Berbagai model pembelajaran dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar agar anak mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan tingkat perkembangannya. Untuk itu, guru perlu mengupayakan kegiatan pembelajaran tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat diberikan pada siswa adalah model pembelajaran terintegrasi.
Pembelajaran integrasi yang memasukkan materi tertentu ke dalam suatu bidang studi dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan, diharapkan akan dapat memotivasi anak dalam belajar dan memberikan pengetahuan, sikap, atau keterampilan yang bermakna bagi anak.
Terdapat beberapa alternatif cara mengitegrasikan pendidikan PRB kedalam kurikulum satuan pendidikan. Pertama adalah mengintegrasikan muatan pendidikan PRB kedalam mata pelajaran pokok. Kedua adalah mengintegrasikan muatan pendidikan PRB kedalam mata muatan Lokal. Ketiga adalah mengintegrasikan muatan pendidikan PRB kedalam kegiatan ekstra kurikuler. Keempat adalah mengintegrasikan secara lintas mata pelajaran, atau kedalam beberapa mata pelajaran pokok, mata pelajaran muatan lokal, dan/atau kegiatan ekstra kurikuler.
5.1 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Mata Pelajaran.
Setelah mengetahui tentang bencana dan pengurangan risiko bencana, dibawah ini akan diuraikan tahapan-tahapan dalam integrasi materi PRB dalam pendidikan. Tahapan dalam pengintegrasian materi PRB terhadap mata pelajaran di tingkat SD sebagai berikut:
1. Identifikasi Materi Pembelajaran tentang Pengurangan Risiko Bencana
Materi pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan.Konsep mengenai pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran pokok dalam kurikulum, diantaranya: IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Penjas Orkes.
2. Analisis Kompetensi Dasar yang Memungkinkan dapat diintegrasikan dengan PRB
Kompetensi-kompetensi dasar yang terdapat pada KTSP dapat diintegrasikan dengan materi PRB dalam bentuk model KTSP daerah bencana. Model ini disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi, dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik di daerah bencana yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi satuan pendidikan di daerah lain yang punya karakteristik yang sama.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
45
Setelah kurikulum, bahan ajar sebagai acuan yang lebih operasional dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, merupakan komponen yang sangat berperan dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai bencana dan kesiapsiagaan bencana terhadap warga negara, khsusnya peserta didik. Melalui bahan ajar yang disusun pada pembelajaran tematik dan di setiap mata pelajaran dapat diintegrasikan mengenai jenis-jenis bencana beserta penyebabnya, usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam menghindari terjadinya beberapa bencana, apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana, dampak yang ditimbulkan oleh bencana dan usaha-usaha yang dalam mengurangi dampak tersebut, apa yang dilakukan setelah bencana itu terjadi, dan lain-lain.
3. Menyusun Silabus yang Terintegrasi Pengurangan Risiko BencanaSilabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar yang diintegrasikan dengan nilai-nilai pengurangan risiko bencana (PRB).Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.Silabus Integrasi PRB dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah dan jenis ancaman bencana yang rentan di wilayahnya. Langkah-langkah penyusunan silabus yang mengintegrasikan PRB diantaranya adalah sebagai berikut.a. Mengkaji dan menentukan standar kompetensi (SK) yang dapat
diintegrasikan dengan PRB.b. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan SK
yang diintegrasikan.c. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (dengan mengacu pada
SK dan KD).d. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran yang sesuai dengan PRB
tsunami.e. Mengembangkan kegiatan pembelajaran berintegrasi PBR tsunami,
seperti penyampaian informasi bahaya tsunami, simulasi penyelamatan diri, pertolongan pertama, dan lainnya.
f. Menentukan Jenis Penilaian.g. Menentukan alokasi waktu. h. Menentukan sumber belajar yang berhubungan dengan PRB tsunami.
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Rencana pembelajaran merupakan langkah awal dari suatu menejemen pembelajaran yang berisi kebijakan strategic tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam rencana pembelajaran selalu terdapat komponen yang saling berkaitan yaitu tujuan, bahan ajar, metode/
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
46
teknik, media, alat evaluasi, dan penjadwalan setiap langkah kegiatan. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan diintegrasikan dengan nilai-nilai usaha pengurangan risiko bencana (PRB).Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun untuk setiap komptensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. RPP yang terintegrasi PRB tsunami disusun sesuai dengan kompetensi dasar yang relevan dengan materi ajar PRB tsunami.Untuk lebih jelasnya, tahapan pengintegrasian dijelaskan sebagai berikut.
5.1.1 Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami.Setelah dianalisis, pengurangan risiko tsunami dapat diintegrasikan pada beberapa mata pelajaran. Pemetaan materi pembelajaran untuk pengintegrasian pengurangan risiko tsunami adalah sebagai berikut.
Tabel 5.1: Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami
MATERI PEMBELAJARANTAHAPAN PERISTIWANO
1. Sebelum Terjadi Bencana Tsunami
2. Tindakan Saat Terjadi Tsunami
3. Tindakan Setelah Terjadi Tsunami
5.1.2 Analisis Kompetensi Dasar (KD) yang dapat diintegrasikanBerikut adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk beberapa mata pelajaran di tingkat satuan pendidikan dasar (SD/MI) yang dapat diintegrasikan dengan materi pengurangan risiko tsunami.
Tabe
l 5.2
Tab
el P
emet
aan
SK-K
D k
e da
lam
mat
a pe
laja
ran
IPA
B. T
inda
kan
Saat
Ter
jadi
Tsu
nam
i
KLS/
SMT
MAT
ERI P
EMBE
LAJA
RAN
PRB
IND
IKAT
OR
PERI
LAKU
SIS
WA
(IN
DIK
ATO
R PE
MBE
LAJA
RAN
PRB
)
MAT
APE
LA-
JARA
NST
AN
DA
R KO
MPE
TEN
SI (S
K)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
(KD
)
KLS/
SMT
MAT
ERI P
EMBE
LAJA
RAN
PRB
IND
IKAT
OR
PERI
LAKU
SIS
WA
(IN
DIK
ATO
R PE
MBE
LAJA
RAN
PR
B)
MAT
APE
LA-
JARA
NST
AN
DA
R KO
MPE
TEN
SI (S
K)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
(KD
)
IVA
. Seb
elum
Ter
jadi
Ben
cana
Tsu
nam
i
IV IV IV
C. T
inda
kan
Sete
lah
Terj
adi
T
suna
mi
V V
A. S
ebel
um T
erja
di B
enca
na
T
suna
mi
VB.
Tin
daka
n Sa
at T
erja
di T
suna
mi
VC.
Tin
daka
n Se
tela
h Te
rjad
i
Tsu
nam
i
Taha
p 1.
Iden
ti�k
asi M
ata
Pem
bela
jara
n ap
a sa
ja y
ang
dapa
t ter
inte
gras
i den
gan
PRB.
KLS/
SMT
MAT
ERI P
EMBE
LAJA
RAN
PRB
IND
IKAT
OR
PERI
LAKU
SIS
WA
(IN
DIK
ATO
R PE
MBE
LAJA
RAN
PR
B)
MAT
APE
LA-
JARA
NST
AN
DA
R KO
MPE
TEN
SI (S
K)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
(KD
)
VIA
. Seb
elum
Ter
jadi
Ben
cana
Tsu
nam
i Ka
rakt
eris
tik d
aera
h
baha
ya ts
unam
i
IPA
KLS/
SMT
MAT
ERI P
EMBE
LAJA
RAN
PRB
IND
IKAT
OR
PERI
LAKU
SIS
WA
(IN
DIK
ATO
R PE
MBE
LAJA
RAN
PR
B)
MAT
APE
LA-
JARA
NST
AN
DA
R KO
MPE
TEN
SI (S
K)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
(KD
)
IPS
IVA
. Seb
elum
Ter
jadi
Ben
cana
Tsu
nam
i
IVB.
Tin
daka
n Sa
at T
erja
di T
suna
mi
tsu
nam
i
kar
kter
istik
dae
rah
bah
aya
tsun
ami
VIB.
Tin
daka
n Sa
at T
erja
di T
suna
mi
ben
cana
tsun
ami
VIC.
Tin
daka
n Se
tela
h Te
rjad
i Ts
unam
i t
suna
mi
VIPe
ta b
ahay
a ts
unam
i t
suna
mi
VITa
nda-
tand
a ba
haya
tsun
ami
bah
aya
tsun
ami
Tabe
l Pem
etaa
n SK
-KD
ke
dala
m m
ata
pela
jara
n IP
S5.
3 Ta
bel P
emet
aan
Stan
dar K
ompe
tens
i (SK
)Kom
pete
nsi D
asar
(KD
) ke
dala
m M
ata
Pela
jara
n IP
S
KLS/
SMT
MAT
ERI P
EMBE
LAJA
RAN
PRB
IND
IKAT
OR
PERI
LAKU
SIS
WA
(IN
DIK
ATO
R PE
MBE
LAJA
RAN
PR
B)
MAT
APE
LA-
JARA
NST
AN
DA
R KO
MPE
TEN
SI (S
K)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
(KD
)
IPS
IVC.
Tin
daka
n Se
tela
h Te
rjad
i
Tsu
nam
i
VA
. Seb
elum
Ter
jadi
Ben
cana
Tsu
nam
i
glob
e
VB.
Tin
daka
n Sa
at T
erja
di T
suna
mi
VC.
Tin
daka
n Se
tela
h Te
rjad
i
Tsu
nam
i
VIA
. Seb
elum
Ter
jadi
Ben
cana
Tsu
nam
i
VIB.
Tin
daka
n Sa
at T
erja
di T
suna
mi
VIC.
Tin
daka
n Se
tela
h Te
rjad
i
Tsu
nam
i
KLS/
SMT
MAT
ERI P
EMBE
LAJA
RAN
PRB
IND
IKAT
OR
PERI
LAKU
SIS
WA
(IN
DIK
ATO
R PE
MBE
LAJA
RAN
PR
B)
MAT
APE
LA-
JARA
NST
AN
DA
R KO
MPE
TEN
-SI (
SK)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
(KD
)
IVA
. Seb
elum
Ter
jadi
Ben
cana
Ts
unam
i Se
jara
h ts
unam
i Pe
nger
tian
tsun
ami
BAH
ASA
IND
ON
ESIA
tsu
nam
i
tsu
nam
i
IVB.
Tin
daka
n Sa
at T
erja
di T
suna
mi
IVC.
Tin
daka
n Se
tela
h Te
rjad
i Ts
unam
i t
suna
mi
Tabe
l Pem
etaa
n SK
-KD
ke
dala
m m
ata
pela
jara
n Ba
hasa
Indo
nesi
a
5.4
Tabe
l Pem
etaa
n St
anda
r Kom
pete
nsi (
SK)-K
ompe
tens
i Das
ar (K
D) k
e da
lam
Mat
a Pe
laja
ran
Baha
sa In
done
sia
KLS/
SMT
MAT
ERI P
EMBE
LAJA
RAN
PRB
IND
IKAT
OR
PERI
LAKU
SIS
WA
(IN
DIK
ATO
R PE
MBE
LAJA
RAN
PR
B)
MAT
APE
LA-
JARA
NST
AN
DA
R KO
MPE
TEN
-SI (
SK)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
(KD
)
BAH
ASA
IND
ON
ESIA
VA
. Seb
elum
Ter
jadi
Ben
cana
Tsu
nam
i
VB.
Tin
daka
n Sa
at T
erja
di T
suna
mi
VC.
Tin
daka
n Se
tela
h Te
rjad
i
Tsu
nam
i
VIA
. Seb
elum
Ter
jadi
Ben
cana
Ts
unam
i
VIB.
Tin
daka
n Sa
at T
erja
di T
suna
mi
VIC.
Tin
daka
n Se
tela
h Te
rjad
i
Tsu
nam
i
KLS/
SMT
MAT
ERI P
EMBE
LAJA
RAN
PRB
IND
IKAT
OR
PERI
LAKU
SIS
WA
(IN
DIK
ATO
R PE
MBE
LAJA
RAN
PR
B)
MAT
APE
LA-
JARA
NST
AN
DA
R KO
MPE
TEN
-SI (
SK)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
(KD
)
PEN
-JA
SIV
A. S
ebel
um T
erja
di B
enca
na
T
suna
mi
IVB.
Tin
daka
n Sa
at T
erja
di T
suna
mi
IVC.
Tin
daka
n Se
tela
h Te
rjad
i
Tsu
nam
i
VA
. Seb
elum
Ter
jadi
Ben
cana
Tsu
nam
i
VB.
Tin
daka
n Sa
at T
erja
di T
suna
mi
Tabe
l Pem
etaa
n SK
-KD
ke
dala
m m
ata
pela
jara
n Pe
ndid
ikan
Jasm
ani
5.5
Tabe
l Pe
met
aan
Stan
dar K
ompe
tens
i (SK
) Kom
pete
nsi D
asar
(KD
) ke
dala
m M
ata
Pela
jara
n Pe
ndid
ikan
jasm
ani
KLS/
SMT
MAT
ERI P
EMBE
LAJA
RAN
PRB
IND
IKAT
OR
PERI
LAKU
SIS
WA
(IN
DIK
ATO
R PE
MBE
LAJA
RAN
PR
B)
MAT
APE
LA-
JARA
NST
AN
DA
R KO
MPE
TEN
-SI (
SK)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
(KD
)
PEN
-JA
SV
B. T
inda
kan
Saat
Ter
jadi
Tsu
nam
i
VC.
Tin
daka
n Se
tela
h Te
rjad
i
Tsu
nam
i
VIA
. Seb
elum
Ter
jadi
Ben
cana
Tsu
nam
i
VIB.
Tin
daka
n Sa
at T
erja
di T
suna
mi
VIC.
Tin
daka
n Se
tela
h Te
rjad
i
Tsu
nam
i
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
54
5.1.3. Penyusunan Silabus Integrasi Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar (SK/KD)Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/ tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.Di dalam menyusun silabus, haruslah memperhatikan beberapa prinsip antara lain: 1. Ilmiah adalah : Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan
dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan (dikaitkan dengan PRB tsunami).
2. Relevan adalah : Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik (contoh: peserta didik di Sekolah Dasar mendapat materi tentang bencana tsunami relevan dengan tingkat kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian di SD).
3. Sistematis adalah: Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi (dikaitkan juga PRB tsunami)
4. Konsisten adalah: Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian (yang mampu menilai materi PRB tsunami).
5. Memadai adalah: Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar (sesuai dengan jenjang pendidikan dasar).
6. Aktual dan Kontekstual adalah: Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi (terutama dikaitkan dengan PRB tsunami).
7. Fleksibel adalah: Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat (misal: peserta didik yang pernah terkena bencana tsunami tentu akan lebih mendalami materi dibandingkan peserta didik yang belum pernah mengalaminya).
8. Menyeluruh adalah: Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). Hal ini dimungkinkan karena PRB tsunami dapat diaplikasikan peserta didik pada saat terjadinya tsunami.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
55
Adapun Komponen Silabus adalah: 1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Indikator 4. Materi Pokok/Pembelajaran 5. Kegiatan Pembelajaran (mengacu pada indikator)6. Penilaian 7. Alokasi Waktu 8. Sumber Belajar
Langkah-langkah pengembangan silabus sebagai berikut: 1. Mengkaji dan menentukan standar kompetensi 2. Mengkaji dan menentukan kompetensi Dasar 3. Merumuskan indikator pencapaiankompetensi 4. Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran 5. Mengembangkan kegiatan pembelajaran 6. Menentukan jenis penilaian 7. Menentukan alokasi waktu 8. Menentukan sumber belajar
7.1
Men
yim
-
p
ulka
nhas
il
p
erco
baan
bah
wa
gay
a
(
doro
ngan
d
an ta
rikan
)
d
apat
m
engu
bah
ger
ak s
uatu
b
enda
perc
obaa
n ba
hwa
gaya
da
pat
men
guba
h ge
rak
suat
u be
nda
1. M
enje
lask
an
pen
gert
ian
ts
unam
i
2. M
endi
skus
ikan
jeni
s-je
nis
ts
unam
i
3. M
ende
skrip
sika
n
Dae
rah
raw
an
tsun
ami
4. M
enun
jukk
an
c
ara-
cara
pen
yela
mat
an
d
irisa
at te
rjadi
nya
ts
unam
i
Pape
r and
pe
ncil
test
Perf
orm
ance
te
st
Perf
orm
ance
te
st
Perf
orm
ance
te
st
4x35
men
it
Kom
pete
nsi
Das
ar
Mat
eri P
em-
bela
-ja
ran
tsu
nam
i
je
nis
tsun
ami
ter
jadi
nya
tsun
ami
dis
kusi
dae
rah
raw
an ts
unam
i
dae
rah
raw
an ts
unam
i
kel
ompo
k tin
daka
n ya
ng
dila
kuka
n sa
at te
rjadi
nya
tsu
nam
i
car
a pe
nyel
amat
an d
iri
yan
g di
laku
kan
saat
t
erja
diny
a ts
unam
i
kel
ompo
k da
mpa
k ts
unam
i
dis
kusi
Kegi
atan
Pem
bela
jara
nIn
dika
tor
Peni
laia
nA
loka
siW
aktu
Sum
ber/
baha
nbe
laja
r
1. B
uku-
buku
t
enta
ng
t
suna
mi
2. g
amba
r-
gam
bar
te
ntan
g
tsun
ami
Mod
el S
ilabu
s te
rint
egra
si P
RB T
suna
mi
Nam
a Se
kola
h
: M
ata
Pela
jara
n
:
IPA
Kel
as/S
emes
ter
:
IV/2
Sta
ndar
Kom
pete
nsi
: 7. M
emah
ami g
aya
dap
at m
engu
bah
ger
ak d
an/a
tau
ben
tuk
suat
u be
nda
Kom
pete
nsi
Das
arM
ater
i Pem
-be
laja
ran
Kegi
atan
Pem
bela
jara
nIn
dika
tor
Peni
laia
nA
loka
siW
aktu
Sum
ber/
baha
nbe
laja
r
1.1
Men
gena
l
k
erag
aman
k
enam
paka
n
a
lam
dan
b
uata
n se
rta
pem
bagi
an
wila
yah
wak
tu
di I
ndon
esia
d
enga
n
m
engg
u-
n
akan
pet
a/at
las/
glo
be d
an
med
ia
lain
nya
kera
gam
an
kena
mpa
kan
alam
dan
bu
atan
se
rta
pem
bagi
an
wila
yah
wak
tu
di In
done
sia
deng
an
men
ggun
akan
pe
ta/
atla
s/gl
obe
dan
med
ia la
inny
a
sej
arah
tsun
ami
ter
jadi
nya
tsun
ami
ter
jadi
nya
tsun
ami
dis
kusi
pet
a da
erah
raw
an ts
unam
i
dae
rah
raw
an ts
unam
i
kel
ompo
k un
tuk
men
sim
ulas
ikan
men
olon
g k
orba
n ts
unam
i
men
olon
g ko
rban
tsu
nam
i
kel
ompo
k ha
sil s
imul
asi
dis
kusi
1. M
enje
lask
an
sej
arah
tsun
ami
2. M
endi
skus
ikan
pro
ses
terja
diny
a
tsun
ami
3. M
engg
amba
rkan
dae
rah
raw
an
ts
unam
i
4. M
ensi
mul
asik
an
korb
an ts
unam
i
Pape
r and
pe
ncil
test
Perf
orm
ance
te
st
Perf
orm
ance
te
st
Perf
orm
ance
te
st
4x35
men
it1.
Buk
u-bu
ku
ten
tang
tsu
nam
i 2.
gam
bar-
g
amba
r
tent
ang
ts
unam
i
Mod
el S
ilabu
s te
rint
egra
si P
RB T
suna
mi
Nam
a Se
kola
h
:M
ata
Pela
jara
n
: IPS
Kela
s/Se
mes
ter
: V
/1St
anda
r Kom
pete
nsi
: 1. M
engh
arga
i ber
baga
i pen
ingg
alan
dan
toko
h se
jara
h ya
ng b
ersk
ala
nasi
onal
pad
a m
asa
Hin
du-B
udha
Kom
pete
nsi
Das
arM
ater
i Pem
-be
laja
ran
Kegi
atan
Pem
bela
jara
nIn
dika
tor
Peni
laia
nA
loka
siW
aktu
Sum
ber/
baha
nbe
laja
r
5.2
Men
cerit
a-ka
n is
i dr
ama
pend
ek y
ang
disa
mpa
ikan
se
cara
lisa
n
Dra
ma
pend
ek
car
a pe
nyel
amat
an d
iri
peng
ertia
n
3. M
ende
skrip
sika
n
cara
-car
a pe
nyel
a-m
atan
diri
saa
t
Pape
r and
pe
ncil
test
Perf
orm
ance
te
st
Perf
orm
ance
te
st
Perf
orm
ance
te
st
4x35
men
it
ten
tang
t
enta
ng
Mod
el S
ilabu
s te
rint
egra
si P
RB T
suna
mi
Nam
a Se
kola
h
:
Mat
a Pe
laja
ran
:
Kela
s/Se
mes
ter
:St
anda
r Kom
pete
nsi
:
Kom
pete
nsi
Das
arM
ater
i Pem
-be
laja
ran
Kegi
atan
Pem
bela
jara
nIn
dika
tor
Peni
laia
nA
loka
siW
aktu
Sum
ber/
baha
nbe
laja
r
12.1
Men
gena
l
berb
agai
upay
a
dala
m
m
enja
ga
ke
bers
ihan
lingk
unga
n
kebe
rsih
an
lingk
unga
n
dis
kusi
dis
kusi
1. M
enje
lask
an
sej
arah
2. M
endi
skus
ikan
3. M
engg
amba
rkan
4. M
ensi
mul
asik
an
Pape
r and
pe
ncil
test
Perf
orm
ance
te
st
Perf
orm
ance
te
st
Perf
orm
ance
te
st
g
amba
r
Mod
el S
ilabu
s te
rint
egra
si P
RB T
suna
mi
Nam
a Se
kola
h
:
Mat
a Pe
laja
ran
: Pen
jas
Kela
s/Se
mes
ter
:
Stan
dar K
ompe
tens
i
:
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
60
5.1.4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar. RPP paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang meliputi 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Dalam menyusun RPP yang akan diintegrasikan tentang bencana tsunami perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain:1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik (misal: peserta didik
yang telah mengerti tentang tsunami dan yang belum). 2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik (contoh: peserta didik diajak
untuk memecahkan masalah apabila terjadinya bencana tsunami).3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis yang berkaitan dengan
bencana tsunami.4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut dikaitkan dengan bencana
tsunami. 5. Keterkaitan dan keterpaduan antara materi bencana tsunami dengan
indikator pencapaiannya.Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi (misal: gambar-gambar dan informasi dari Internet mengenai tsunami).
Langkah-langkah menyusun RPP yang mengintegrasikan PRB Tsunami: 1. Mengisi kolom identitas. 2. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan.3. Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan (terdapat pada
silabus yang telah disusun). 4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang
telah ditentukan. (Lebih rinci dari KD dan Indikator, pada saat-saat tertentu rumusan indikator sama dengan tujuan pembelajaran, karena indikator sudah sangat rinci sehingga tidak dapat dijabarkan lagi).
5. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran dikaitkan dengan PRB tsunami.
6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. 7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan
awal, inti, dan akhir dikaitkan dengan PRB tsunami.8. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan sesuai dengan
PRB tsunami. 9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik
penskoran, dll sesuai dengan PRB tsunami.
Dibawah ini akan merupakan contoh penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
61
Kotak 5.1.1 Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terintegrasi PRB Tsunami
Sekolah : Sekolah Dasar Negeri 1 Tangerang Selatan (Tangsel)
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : IV/2
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit (1 X pertemuan)
A. Standar Kompetensi : 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda
B. Kompetensi Dasar : 7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda
C. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari kompetensi dasar ini, peserta didik mampu:
1. Mendeskripsikan pengertian tsunami
2. Mengidentifikasi jenis-jenis tsunami
3. Menganalisis daerah rawan tsunami
4. Mempresentasikan cara-cara penyelamatan diri saat terjadinya tsunami
D. Materi Pembelajaran :
Perubahan kenampakan bumi
E. Model/Metode Pembelajaran :
Diskusi, tanya jawab, problem solving, presentasi
F. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran : 1) Awal :
- Menunjukkan peta Indonesia- Menceritakan daerah rawan bencana di Indonesia
2) Inti : - Mengamati gambar peristiwa tsunami- Tanya jawab tentang pengertian tsunami- Membaca teks tentang tsunami - Tanya jawab tentang jenis-jenis tsunami - Mendiskusikan proses terjadinya tsunami - Membuat kesimpulan hasil diskusi- Mendiskusikan dalam kelompok tindakan yang dilakukan saat terjadinya
tsunami- Mendemonstrasikan cara-cara penyelamatan diri yang dilakukan saat
terjadinya tsunami3) Akhir
- Menunjukkan pada peta daerah rawan tsunami - Menugaskan peserta didik mencari dari berbagai sumber tentang tsunami
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
62
G. Sumber belajar :
Buku-buku yang relevan tentang tsunami, gambar-gambar tentang tsunami
H. Penilaian :
Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan pengertian tsunami
2. Mendiskusikan jenis-jenis tsunami
3. Mendeskripsi-kan Daerah rawan tsunami
4. Menunjukkan cara- cara penyelamatan diri saat terjadinya tsunami
Teknik
Paper and pencils test
Performance test
Performance test
Performance test
Bentuk - pilihan ganda- isian singkat
- diskusi - tanya jawab
- penugasan
- Presentasi
Instrumen
terlampir
terlampir
terlampir
Terlampir
PENILAIAN
K. Sumber belajar : Buku-buku yang relevan tentang tsunami, gambar-gambar tentang tsunami L. Penilaian
Lampiran
I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat antara a, b, c dan d1. Yang harus kita lakukan ketika tsunami adalah . . .
a. Jangan panikb. Segera pergi ke tempat terbukac. Berlindung di bawah mejad. a, b, c benar
2. Dampak negatif tsunami adalah . . .a. Tanah suburb. Korban jiwac. Senangd. Keuntungan
3. Faktor penyebab terjadinya tsunami adalah . . .a. Penggundulan hutanb. Tanah longsor
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
63
c. Pergerakan lapisan bumid. Banjir
4. Tsunami yang disebabkan oleh tekanan atmosfir disebut . . .a. Tsunami asmosfir b. Tsunami tektonikc. Tsunami longsorand. Tsunami lokal
5. Yang bukan termasuk penyebab terjadinya tsunami adalah . . .a. Pergeseran lapisan tanahb. Letusan gunung berapic. Runtuhan di bawah permukaan tanahd. Erosi
II. Isilah titik-titik di bawah ini1. Pengertian tsunami adalah . . .2. Penyebab tsunami adalah . . .3. Tindakan penyelamatan yang harus dilakukan ketika tsunami terjadi adalah . .
.4. Sebutkan jenis-jenis tsunami. . .5. Sebutkan 5 daerah yang rawan tsunami . . .
KUNCI JAWABAN:I
1. D 2. B 3. C 4. A 5. D
II 1. Tsunami adalah gelombang besar yang diakibatkan oleh pergeseran bumi di
dasar laut 2. Faktor penyebab tsunami: Tsunami paling sering disebabkan oleh gempa bumi,
tetapi dapat pula dikarenakan tanah longsor, letusan gunung berapi, dan sangat jarang oleh meteor atau benturan lain di permukaan lautan.
3. Cara penyelamatan: - Bila sedang berada di pantai atau dekat laut dan merasakan bumi bergetar,
segera berlari ke tempat yang tinggi dan jauh dari pantai. - Naik ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah atau memanjat pohon. - Tidak perlu menunggu peringatan Tsunami.- Tsunami dapat muncul melalui sungai dekat laut, jadi jangan berada di
sekitarnya.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
64
4. Jenis-jenis tsunami adalah 1. Tsunami iring udara; 2. Tsunami atmosfer; 3. Tsunami local; 4. Mikrotsunami.
5. Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Sulawesi.
III.a) Diskusikanlah dalam kelompok kamu masing-masing tentang jenis-jenis
tsunami. b) Buatlah laporan hasil diskusi kelompokmu dengan lengkap dan baik. c) Presentasikanlah hasil diskusi kelompokmu di depan kelas agar kelompok lain
dapat menanggapinya dan memberikan masukan.
IV. a) Carilah dari berbagai sumber (buku, majalah, media, internet dll) tentang
daerah-daerah rawan tsunami di Indonesia.b) Buatlah laporan hasil temuanmu dengan lengkap dan baik disertai data, tabel,
gambar, grafik dan lainnya, sehingga hasil laporanmu menjadi lengkap dan bermanfaat buatmu dan teman-temanmu lainnya.
c) Kumpulkanlah portofolio hasil laporanmu pada gurumu tepat waktu.
V. a) Perhatikanlah gambar-gambar yang ditayangkan oleh gurumu di depann kelas.
Gambar tersebut menunjukkan cara-cara penyelamatan diri saat terjadinya tsunami (misal: gambar sebelum terjadi tsunami, saat tsunami dan setelah tsunami)
b) Latihlah dalam kelompokmu gambar-gambar tersebut c) Demonstrasikanlah gerakan pada gambar tersebut di depan kelas (cara–cara
penyelamatan sebelum, saat dan setelah tsunami)
Kotak 5.2.1 Contoh Rencana pelaksanaan pembelajaran terintegrasi PRB tsunami
Sekolah : Sekolah Dasar Negeri 1 Tangerang Selatan (Tangsel)
Mata Pelajaran : IPS
Kelas/Semester : V/1
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit (1 X pertemuan)
A. Standar Kompetensi : 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia
B. Kompetensi Dasar : 1.1 Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya
C. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari kompetensi dasar ini, peserta didik mampu :
1. Mendeskripsikan sejarah tsunami
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
65
2. Mendiskusikan proses terjadinya tsunami
3. Menggambarkan daerah rawan tsunami
4. Mensimulasikan cara-cara menolong korban tsunami
D. Materi Pembelajaran : Keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya.
E. Model/Metode Pembelajaran :
Diskusi, tanya jawab, problem solving, presentasi.
F. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran : 1) Awal :
- Mengamati gambar - Quis tentang tsunami- Membaca teks tentang sejarah tsunami
2) Inti : - Tanya jawab tentang proses terjadinya tsunami - Mendiskusikan penyebab terjadinya tsunami - Membuat kesimpulan hasil diskusi - Menemutunjukkan pada peta daerah rawan tsunami - Memberi warna pada peta, daerah rawan tsunami- Mendiskusikan dalam kelompok untuk mensimulasikan menolong korban
tsunami - Mensimulasikan cara-cara menolong korban tsunami- Mendiskusikan dalam kelompok hasil simulasi - Mempresentasi-kan hasil diskusi
3) Akhir :- Menunjukkan pada peta daerah rawan tsunami - Menugaskan peserta didik mencari dari berbagai sumber tentang tsunami
I. Sumber belajar : Buku-buku yang relevan tentang tsunami, gambar-gambar tentang tsunami
J. Penilaian :
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
66
Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan sejarah tsunami
2. Mendiskusikan proses terjadinya tsunami
3. Menggambarkan Daerah rawan tsunami
4. Mensimulasi-kan cara- cara menolong korban tsunami
Teknik
Paper and pencils test
Performance test
Performance test
Performance test
Bentuk - pilihan ganda- isian singkat
- diskusi - tanya jawab
- penugasan
- Presentasi
Instrumen
terlampir
terlampir
terlampir
Terlampir
PENILAIAN
I. Sumber belajar : Buku-buku yang relevan tentang tsunami, gambar-gambar tentang tsunami J. Penilaian
5.3.1 Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terintegrasi PRB Tsunami
Sekolah : Sekolah Dasar Negeri 1 Tangerang Selatan (Tangsel)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VI/1
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit (1 X pertemuan)
A. Standar Kompetensi : 5. Memahami wacana lisan tentang berita dan drama pendek
B. Kompetensi Dasar : 5.2 Menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan
C. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari kompetensi dasar ini, peserta didik mampu:
1. Mendeskripsikan pengertian tsunami
2. Mengidentifikasi jenis-jenis tsunami
3. Menganalisis daerah rawan tsunami
4. Mempresentasikan cara-cara penyelamatan diri saat terjadinya tsunami
D. Materi Pembelajaran : Drama pendek
E. Model/Metode Pembelajaran :
Diskusi, tanya jawab, problem solving, presentasi
F. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran : 1) Awal :
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
67
- Menunjukkan peta Indonesia- Menceritakan daerah rawan bencana di Indonesia
2) Inti : - Mengamati gambar peristiwa tsunami- Tanya jawab tentang pengertian tsunami- Membaca teks tentang tsunami - Tanya jawab tentang jenis-jenis tsunami - Mendiskusikan proses terjadinya tsunami - Membuat kesimpulan hasil diskusi- Mendiskusikan dalam kelompok tindakan yang dilakukan saat terjadinya
tsunami- Mendemonstrasikan cara-cara penyelamatan diri yang dilakukan saat
terjadinya tsunami3) Akhir
- Menunjukkan pada peta daerah rawan tsunami - Menugaskan peserta didik mencari dari berbagai sumber tentang tsunami
K. Sumber belajar : Buku-buku yang relevan tentang tsunami, gambar-gambar tentang tsunami
L. Penilaian :
Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan pengertian tsunami
2. Mendiskusikan jenis-jenis tsunami
3. Mendeskripsi-kan Daerah rawan tsunami
4. Menunjukkan cara- cara penyelamatan diri saat terjadinya tsunami
Teknik
Paper and pencils test
Performance test
Performance test
Performance test
Bentuk - pilihan ganda- isian singkat
- diskusi - tanya jawab
- penugasan
- Presentasi
Instrumen
terlampir
terlampir
terlampir
Terlampir
PENILAIAN
K. Sumber belajar : Buku-buku yang relevan tentang tsunami, gambar-gambar tentang tsunami L. Penilaian
5.4.1 Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terintegrasi PRB Tsunami
Sekolah : Sekolah Dasar Negeri 1 Tangerang Selatan (Tangsel)
Mata Pelajaran : Penjas
Kelas/Semester : V/1
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit (1 X pertemuan)
A. Standar Kompetensi : 12. Menerapkan budaya hidup sehat
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
68
B. Kompetensi Dasar : 12.1 Mengenal berbagai upaya dalam menjaga kebersihan lingkungan
C. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari kompetensi dasar ini, peserta didik mampu:
1. Mendeskripsikan sejarah tsunami
2. Mendiskusikan proses terjadinya tsunami
3. Menggambarkan daerah rawan tsunami
4. Mensimulasikan cara-cara menolong korban tsunami
D. Materi Pembelajaran :
Perubahan kenampakan bumi
E. Model/Metode Pembelajaran :
Diskusi, tanya jawab, problem solving, presentasi
F. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran : 1) Awal :
- Mengamati gambar - Quis tentang tsunami- Membaca teks tentang sejarah tsunami
2) Inti : - Mengamati gambar peristiwa tsunami- Tanya jawab tentang pengertian tsunami- Membaca teks tentang tsunami - Tanya jawab tentang jenis-jenis tsunami - Mendiskusikan proses terjadinya tsunami - Membuat kesimpulan hasil diskusi- Mendiskusikan dalam kelompok tindakan yang dilakukan saat terjadinya
tsunami- Mendemonstrasikan cara-cara penyelamatan diri yang dilakukan saat
terjadinya tsunami3) Akhir :
- Menunjukkan pada peta daerah rawan tsunami - Menugaskan peserta didik mencari dari berbagai sumber tentang
tsunami
G. Sumber belajar : Buku-buku yang relevan tentang tsunami, gambar-gambar tentang tsunami
H. Penilaian :
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
69
Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan sejarah tsunami
2. Mendiskusikan proses terjadinya tsunami
3. Menggambarkan Daerah rawan tsunami
4. Mensimulasi-kan cara- cara menolong korban tsunami
Teknik
Paper and pencils test
Performance test
Performance test
Performance test
Bentuk - pilihan ganda- isian singkat
- diskusi - tanya jawab
- penugasan
- Presentasi
Instrumen
terlampir
terlampir
terlampir
Terlampir
PENILAIAN
I. Sumber belajar : Buku-buku yang relevan tentang tsunami, gambar-gambar tentang tsunami J. Penilaian
5.1.5 Penyusunan Bahan AjarBahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Jadi dapatlah dikatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Sedangkan fungsi bahan ajar adalah : 1. Pedoman bagi guru 2. Pedoman bagi siswa3. Alat evaluasi
Tujuannya adalah: 1. Membantu siswa 2. Memberikan banyak pilihan 3. Memudahkan guru4. Lebih menarik Langkah-langkah Menyusun Bahan Ajar yang Mengintegrasikan PRB Tsunami 1. Memahami Teknik Penyusunan Bahan Ajar 2. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran tentang PRB Tsunami 3. Menganalisis Kompetensi Dasar yang Dapat Diintegrasikan materi PRB
tsunami 4. Menyusun Silabus dan RPP yang mengintegrasikan Materi PRB tsunami 5. Menyusun Bahan Ajar yang Mengintegrasikan Materi PRB tsunami
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
70
5.2 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana dalam Muatan Lokal
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran Muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing.
Muatan Lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi dan harus diwujudkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal mendukung dan melengkapi mata pelajaran yang lain.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap jenis Muatan Lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran Muatan Lokal. Pelaksanaan pembelajaran Muatan Lokal dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sesuai dengan kompetensi yang dicapai.
5.2.1. Analisis Konteks Muatan LokalAnalisis konteks diperlukan untuk menjawab sejumlah pertanyaan: Mengapa pelajaran pengurangan risiko Tsunami diperlukan? Seberapa penting siswa memiliki kompetensi tersebut? Bagaimana ketersediaan bahan ajar? Siapa yang mengajarkan? Adakah guru yang terlatih untuk mengajarkan
hal tersebut? Bagaimana metode pembelajarannya? Jangan sampai pembelajaran hanya
bersifat teori, karena yang diperlukan bukan penguasaan teori, melainkan sikap dan prilaku.
Bagaimana sistem penilaiannya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan mengkaji peluang dan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing daerah dan sekolah.
Adapun pengembangan mata pelajaran muatan lokal pengurangan risiko tsunami yang dilakukan oleh sekolah atau komite sekolah, hendaknya memperhatikan langkah-langkah berikut:
1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerahKegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
71
berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam.
Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:- Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas
pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan
- Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan;
- Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya.
2. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokalBerdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk memahami dan mangantisipasi bencana yang terjadi, pelestarian alam dan pengembangan daerah, serta konservasi alam dan pemberdyaannya.
3. Menentukan bahan kajian muatan lokalKegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
- Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;- Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;- Tersedianya sarana dan prasarana;- Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;- Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;- Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;- Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan
situasi daerah.
4. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP.
Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
72
5.2.2. Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Pengurangan Risiko TsunamiStandar kompetensi merupakan kemampuan yang menyeluruh mencakup tiga ranah kemampuan (kognitif, psikomotor, dan afektif ). Kompetensi dasar merupakan bagian atau dapat juga disebut tahapan dari pencapaian standar kompetensi. Indikator, merupakan ciri atau bukti bahwa kompetensi tersebut dikuasai oleh siswa.
Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:1. Pengembangan Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu proses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu. Sedangkan kompetensi itu didefinisikan sebagai kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Penentuan Standar Kompetensi dengan didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan.
2. Pengembangan Kompetensi DasarKompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai dan ahli lain yang relevan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
73
STANDAR KOMPETENSI
1. Mengetahui arti dan jenis tsunami dan karakteristiknya
2. Memiliki kepedulian terhadap bencana tsunami yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggalnya
KOMPETENSI DASAR
1.1 Mendeskripsikan pengertian tsunami 1.2 Mengenal jenis-jenis tsunami dan karakteristiknya
1.1 Menyebutkan upaya-upaya kesiapsiagaan yang harus dilakukan untuk dirinya sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat1.2 Menunjukkan peran aktif dalam kegiatan peduli bencana tsunami (misal: mengumpulkan mainan, dana, alat sekolah, buku bacaan yang dapat disumbangkan kepada korban)
5.2.3. Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Langkah-langkah Pengembangan Silabus muatan lokal PRB sebagai berikut: 1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar muatan lokal PRB tsunami, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
- urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI,
- keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran muatan lokal PRB Tsunami ,
- keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/PembelajaranMengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
- potensi peserta didik,- relevansi dengan karakteristik daerah,- tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik,- kebermanfaatan bagi peserta didik,- struktur keilmuan,
5.6 Tabel Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Muatan Lokal PRB untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
74
- aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran,- relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan,
dan- alokasi waktu.
3. Mengembangkan Kegiatan PembelajaranKegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
- Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
- Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
- Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
4. Merumuskan Indikator Pencapaian KompetensiIndikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5. Menentukan Jenis PenilaianPenilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
75
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
- Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.- Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
- Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
- Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
- Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
- Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
- Pelaporan mata pelajaran muatan lokal dinilai secara kuantitatif.6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan jumlah jam pelajaran tiap minggu untuk mata pelajaran muatan lokal 2 jam pelajaran. Jika jumlah jam pelajaran dianggap belum mencukupi dalam satu minggu maka kekurangan jam pelajaran tersebut dapat mengambil dari 4 jam pelajaran pada struktur kurikulum yang ditentukan. Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
7. Menentukan Sumber BelajarSumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
76
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.
Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Muatan Lokal PRB Tsunami Setelah silabus selesai dibuat, maka guru perlu merencanakan pelaksanaan pembelajaran untuk satu kali tatap muka. Adapun komponen dari RPP berisi antara lain:1. Tujuan Pembelajaran,2. Materi Ajar,3. Metode Pembelajaran,4. Kegiatan Pembelajaran,5. Sumber Belajar,6. Penilaian.
Kom
pete
nsi
Das
arM
ater
i Pem
-be
laja
ran
Kegi
atan
Pem
bela
jara
nIn
dika
tor
Peni
laia
nA
loka
siW
aktu
Sum
ber/
baha
nbe
laja
r
2.2
Men
unju
k-
k
an p
eran
a
ktif
dala
m
keg
iata
n
p
edul
i
b
enca
na
tsun
ami
Pedu
li be
ncan
a ts
unam
i
pe
ristiw
a ts
unam
i
be
ntuk
kep
edul
ian
te
rhad
ap b
enca
na
ts
unam
i
di
laku
kan
men
olon
g
korb
an b
enca
na
ts
unam
i
da
n te
naga
unt
uk
m
emba
ntu
korb
an
be
ncan
a ts
unam
i
1. M
engi
dent
i�ka
si
b
entu
k-be
ntuk
kep
edul
ian
te
rhad
ap b
enca
na
ts
unam
i
2. B
erpe
ran
aktif
dal
am k
egia
tan
p
edul
i ben
cana
tsun
ami
Perf
orm
ance
te
st
Perf
orm
ance
te
st
4x35
men
it1.
Buk
u-bu
ku
ten
tang
tsu
nam
i
Mod
el S
ilabu
s M
ulok
PRB
Tsu
nam
i
Nam
a Se
kola
h
: M
ata
Pela
jara
n
:
Kel
as/S
emes
ter
: I
V/1
Sta
ndar
Kom
pete
nsi
:
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
78
5.5.1 Contoh Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tsunami
Sekolah : Sekolah Dasar Negeri
Mata Pelajaran : Pengurangan Risiko Bencana Tsunami
Kelas/Semester : IV/1
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit (1 X pertemuan)
A. Standar Kompetensi : 2. Memiliki kepedulian terhadap bencana tsunami yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggalnya
B. Kompetensi Dasar : 2.2 Menunjukkan peran aktif dalam kegiatan peduli bencana tsunami (misal : mengumpulkan mainan, dana, alat sekolah, buku bacaan yang dapat disumbangkan kepada korban)
C. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari kompetensi dasar ini, peserta didik mampu:
1. Mengidentifikasi bentuk-bentuk kepedulian terhadap bencana tsunami
2. Berperan aktif dalam kegiatan peduli bencana tsunami
D. Materi Pembelajaran :
Bencana tsunami, bentuk-bentuk kepedulian bencana
E. Model/Metode Pembelajaran :
Diskusi, tanya jawab, VCT pelaksanaan
F. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran : 1) Awal :
- Menceritakan bencana tsunami yang terjadi di Indonesia melalui gambar dan video (kalau ada)
2) Inti : - Mengamati gambar peristiwa tsunami- Tanya jawab bentuk-bentuk kepedulian terhadap bencana tsunami- Mendiskusikan peranan yang dapat dilakukan menolong korban bencana
tsunami - Menggalang dana dan tenaga untuk membantu korban bencana tsunami
3) Akhir- Menemutunjukkan pada peta daerah-daerah terkena bencana tsunami - Menugaskan peserta didik mengumpulkan dana dan buku-buku layak
pakai dari lingkungan sekitar
Sumber belajar : Buku-buku yang relevan tentang tsunami, gambar-gambar tentang tsunami
Penilaian :
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
79
Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Mengidenti�-kasi bentuk-bentuk kepedulian terhadap bencana tsunami
2. Berperan aktif dalam kegiatan peduli bencana tsunami
Teknik
Performance test
Performance test
Bentuk - diskusi - tanya jawab
- diskusi - VCT pelaksanaan
Instrumen
terlampir
terlampir
PENILAIAN
Buku-buku yang relevan tentang tsunami, gambar-gambar tentang tsunami
5.3 Pengintegrasian Materi Pengurangan Risiko Tsunami Pada Kegiatan Pengembangan Diri
Kegiatan ekskul lebih dikenal dengan istilah kegiatan pengembangan diri (istilah di dalam KTSP). Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri juga merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir, sedangkan untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan :1. Bakat 2. Minat3. Kreativitas4. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan5. Kemampuan kehidupan keagamaan6. Kemampuan sosial7. Kemampuan belajar8. Wawasan dan perencanaan karir9. Kemampuan pemecahan masalah10. Kemandirian
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Tsunami Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
80
Fungsi Kegiatan EkstraKurikuler 1. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.
2. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
3. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
4. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Prinsip Kegiatan EkstraKurikuler1. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan
potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.2. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan
dan diikuti secara sukarela peserta didik.3. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut
keikutsertaan peserta didik secara penuh.4. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang
disukai dan mengembirakan peserta didik.5. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun
semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil. 6. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.
Jenis Kegiatan EkstraKurikuler1. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa
(LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).
2. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.
3. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan.
4. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Untuk SD/MI
81
Format Kegiatan EkstraKurikuler1. Individual, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik
secara perorangan.2. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh
kelompok-kelompok peserta didik. 3. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik
dalam satu kelas.4. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik
antar kelas/ antar sekolah/madrasah.
Pelaksanaan Kegiatan EkstraKurikuler1. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat rutin, spontan dan keteladanan
dilaksanakan secara langsung oleh guru, konselor dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah.
2. Kegiatan ekstrakurikuler yang terprogram dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat dan pelaksana sebagaimana telah direncanakan.
Penilaian Ekstrakurikuler 1. Hasil dan proses kegiatan ekstrakurikuler dinilai secara kualitatif dan
dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung jawab kegiatan.
MAT
ERI K
EGIA
TAN
1. M
emah
ami
A
rti d
an je
nis
b
enca
na
ts
unam
i &
k
arak
teris
tikny
a
2. M
engi
dent
i�ka
si
ri
way
at k
ejad
ian
b
enca
na ts
unam
i
3. M
enga
nalis
is
d
ampa
k be
ncan
a
tsun
ami d
an
p
ence
gaha
nnya
M
ater
i Keg
iata
n
TU
JUA
N P
EMBE
LAJA
RAN
art
i dan
jeni
s be
ncan
a
tsu
nam
i dan
k
arak
teris
tikny
a
ben
cana
tsun
ami y
ang
ter
jadi
di I
ndon
esia
d
an li
ngku
ngan
nya
pen
yeba
b te
rjadi
nya
ben
cana
tsun
ami,
dan
dam
pak
yang
diti
mbu
lkan
- n
ya s
erta
pen
cega
hann
ya
M
ETO
DO
LOG
I A
LOK
ASI
W
AK
TU
2 x
45’
2 x
45’
2 x
45’
M
EDIA
Flip
char
t
Fl
ipch
art
Fl
ipch
art
dan
buku
-buk
u la
in
yang
rele
van
dan
buku
-buk
u la
in
yang
rele
van
dan
buku
-buk
u la
in
yang
rele
van
SUM
BER
BELA
JAR
/ RE
FERE
NSI
C. P
engi
nteg
rasi
an P
ada
Kegi
atan
Eks
trak
urik
uler
Prog
ram
Keg
iata
n Ek
skul
(Pra
muk
a) y
ang
men
gint
egra
sika
n PR
B Ts
unam
i
Cont
oh P
enyu
suna
n Si
labu
s In
tegr
asi P
RB T
suna
mi d
alam
Keg
iata
n Ek
stra
kurik
uler
(Pra
muk
a)
Buku
“Ayo
Sia
ga B
enca
na”
dan
buku
-buk
u la
in
yang
rele
van
Buku
“Ayo
Sia
ga B
enca
na”
dan
buku
-buk
u la
in
yang
rele
van
MAT
ERI K
EGIA
TAN
4. M
enun
jukk
an
P
erila
ku
k
esia
psia
gaan
ben
cana
tsun
ami
5. B
erpe
ran
aktif
seb
agai
pra
muk
a
d
alam
pro
gram
Kes
iaps
iaga
an
B
enca
na ts
unam
i
TU
JUA
N P
EMBE
LAJA
RAN
kes
iaps
iaga
an b
enca
na
sec
ara
sede
rhan
a da
n p
rakt
is, y
ang
mun
gkin
dap
at
dila
kuka
n di
ri se
ndiri
, k
elua
rga,
sek
olah
, d
an m
asya
raka
t
upa
ya k
esia
psia
gaan
b
enca
na d
i lin
gkun
gan
sek
olah
dan
mas
yara
kat
dal
am h
al k
esia
psia
gaan
b
enca
na
keg
iata
n ke
siap
siag
aan
ben
cana
tsun
ami
diw
ilaya
hnya
M
ETO
DO
LOG
I
pe
ran
pe
ndap
at
la
pang
an
ALO
KA
SI
WA
KTU
4 x
45‘
6 x
45’
M
EDIA
Flip
char
t
Flip
char
t
SUM
BER
BELA
JAR
/ RE
FERE
NSI
Daftar Istilah
84
DAFTAR ISTILAHPengurangan Risiko Bencana Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang merugikan.
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara
Pengarusutamaan PRBProses dimana pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana dikedepankan oleh organisasi/individu yang terlibat di dalam pengambilan keputusan dalam pembangunan ekonomi, fisik, politik, sosial-budaya suatu negara pada level nasional, wilayah daerah dan/atau lokal; serta proses-proses dimana pengurangan risiko bencana dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tersebut
Pendidikan Siaga Bencana Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecakapan hidup dalam mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian dan langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Komite Sekolah Organisasi mandiri yang dibentuk dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Ia menjadi ruang bagi orangtua, masyarakat, dan pihak sekolah menyampaikan aspirasi dan merumuskan kebijakan bagi peningkatan pendidikan di sekolah. Ia merupakan badan independen yang tidak memiliki hubungan hirarkis dengan Kepala Sekolah. Ia menjadi mitra kepala sekolah dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam memajukan sekolah.
KTSP Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Sekolah dan kepala sekolah mengembangkan KTSP dan silabus berdasarkan a). Kerangka dasar kurikulum, b). Standar kompetensi, dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Provinsi.
Kurikulum Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Tsunami Untuk SD/MI
85
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.
Standar Kompetensi ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatuproses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu.
Kompetensi kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik.
Standar Nasional Pendidikan Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Lingkup standar nasional pendidikan meliputi: a. standar isi, b. standar proses, c. standar kompetensi lulusan, d. standar pendidik dan tenaga kependidikan, e. standar sarana dan prasarana, f. standar pengelolaan, g. standar pembiayaan, h. standar penilaian pendidikan.
Sumber/bahan belajar adalah rujukan, obyek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi,
Daftar Istilah
86
serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Bencana adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang dapat terjadi secara tibatiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, di mana masyarakat setempat dengan segala kemampuan dan sumberdayanya tidak mampu untuk menanggulanginya.
Bahaya adalah situasi, kondisi, atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan.
Kerentanan adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu masyarakat untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu. Kerentanan dapat berupa kerentanan fisik, ekonomi, sosial dan tabiat, yang dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab.
Kemampuan adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk, mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana
Risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang timbul karena suatu bahaya menjadi bencana. Risiko dapat berupa kematian, luka, sakit, hilang, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana dan jika mungkin dengan meniadakan bahaya.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Tsunami Untuk SD/MI
87
Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik, maupun non fisik-struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan.
Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Peringatan Dini adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi, yang menjangkau masyarakat, segera, tegas tidak membingungkan, resmi
Tanggap Darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
Bantuan Darurat merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi dan air bersih
Pemulihan adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll).
Rehabilitasi adalah upaya langkah yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.
Rekonstruksi adalah program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
Penanggulangan Bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana, mencakup tanggap darurat, pemulihan, pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan
Daftar Pustaka
88
DAFTAR PUSTAKABadan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Jakarta: Implementasi Pengurangan Risiko Bencana di Indonesia 2007-2008
SC-DRR/UNDP.2008. Jakarta: Draft Nol Strategi Nasional Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Dalasm Sistem Pendidikan
Konsorsium Pendidikan Bencana.2008. Jakarta. Draft Kerangka Kerja Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah
UN/ISDR. 2007. Perkataan Menjadi Tindakan: Panduan Untuk Mengimplementasikan Kerangka Kerja Hyogo.
UN/ISDR. 2009. Terminology on Disaster Risk Reducation ERA/UNDP. 2008. Yogyakarta. Draft Panduan Desa Tangguh. Tidak dipublikasikan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Jakarta: Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesi. 2005. Jakarta. Naskah Akademis Undang-Undang Penanggulangan Bencana
INEE/UNESCO. 2004. Paris. Minimum Standards for Education in Emergencies, Chronic Crises and Early Reconstruction.
Tsunami Evaluation Coalition (TEC). SIDA. 2008. Laporan Ringkas: Sebuah Riak Dalam Pembangunan? Perspektif Jangka Panjang Tanggap Bencana Tsunami Samudera Hindia, 2004
RiskRED. 2008. Concept Note: Formal and Informal Education for Disaster Risk Reduction A contribution from Risk RED for the International Conference on School Safety, Islamabad, May 2008
UNSECO. 2007. Bangkok. Natural Disaster Preparedness and Education for Sustainable Development
The German Committee for Disaster Reduction (DKKV) & the UN ISDR Thematic Platform on Knowledge and Education (TPK&E). Bonn. 2009. Concept Note Learning to Live with Risk - Disaster Risk Reduction to encourage Education for Sustainable Development. World Conference on Education for Sustainable Development (WCESD) 31 March – 2 April 2009, Bonn
Lassa, Jonatan. 2008. Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas. Presentasi dalam Lokakarya Pembelajaran Pengembangan Model Desa Tangguh, ERA/UNDP, Yogyakarta, Desember 2008
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Tsunami Untuk SD/MI
89
Diposaptono, Subandono, Budiman. Hidup akrab dengan Gempa dan Tsunami. Buku ilmiah populer. Bogor. Januari 2008.
Jannah, Ninil RM. 2008. Pengintegrasian Materi Tentang Bencana Kedalam Pendidikan Nasional, Memadukan Pendekatan Praktis dan Teoritis. Makalah presentasi dalam Lokakarya Pengintegrasian Materi Pendidikan Bencana Dalam Kurikulum Sekolah, diselenggarakan MPBI di Yogyakarta 25 September 2008.
PLAN Internasional Indonesia. 2009. Jakarta. Konsep Keselamatan Sekolah dan Sekolah Ramah Anak. Tidak dipublikasikan, ditulis untuk Konsorsium Pendidikan Bencana
H, Anastasia Rima. 2009. Jakarta. Sistem Pendidikan Nasional. Tidak dipublikasikan, ditulis untuk Konsorsium Pendidikan Bencana
Konsorsium Pendidikan Bencana. 2009. Jakarta. Laporan Lokakarya di 4 Wilayah dalam Review Draft Nol Strategi Nasional Pengurangan Risiko Bencana di Dalam Sistem Pendidikan. Tidak dipublikasikan.