Post on 07-Jul-2019
INDEKS PERSEPSI PEMANGKU KEPENTINGAN
TERHADAP RESTORASI EKOSISTEM GAMBUT
2018
LAPORAN
i
Ringkasan Eksekutif Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen serius untuk merestorasi gambut bekas terbakar dan terdegradasi melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Badan Restorasi Gambut (BRG). Badan non-struktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden ini diberikan tugas pokok dan fungsi untuk mengkoordinasi dan memfasilitasi restorasi gambut di 7 (tujuh) provinsi yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua. Target restorasi yang diamanahkan kepada BRG seluas kurang lebih 2 (dua) juta hektar dan dilaksanakan pada tahun 2016-2020. Untuk keberhasilan program restorasi gambut perlu dukungan dan kerjasama banyak pihak. Karena itu perlu diketahui sejauh apa persepsi serta komitmen keterlibatan para pemangku kepentingan terhadap program restorasi gambut. Indeks persepsi ini disusun untuk tujuan itu. Selain itu juga untuk menetapkan baseline dan metodologi untuk survei persepsi pemangku kepentingan di masa depan dan memberikan rekomendasi pengembangan strategi komunikasi bagi BRG. Indeks didasarkan pada hasil survei persepsi dengan sampling error sebesar 1,59%, dilakukan di 10 Kota/Kabupaten, terdiri dari: Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak, Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Kubu Raya, Kota Pontianak, Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Tapin pada bulan Oktober 2018. Total responden 3.802 yang terbagi dalam 4 kelompok, yaitu:
• Masyarakat yang terlibat dalam program restorasi gambut, seperti Kelompok Perempuan, Perangkat Desa, Kelompok Masyarakat Peduli Api/Sekat Kanal/Gambut, Guru SD, Da’i/Ustadz/Tokoh Agama dan Kader petani sekolah lapang
• Masyarakat Umum, terdiri dari: Ibu rumah tangga, Karyawan dan PNS serta Pedagang/wirausahawan
• Generasi Milenial, terdiri dari: Pelajar usia diatas 17 tahun dan Mahasiswa
• Pembentuk Opini, terdiri dari: Pemda Provinsi, Pemda Kabupaten/Kota, Akademisi/pengamat lokal, Anggota DPRD Provinsi, Anggota DPRD Kota/Kabupaten, Lembaga Swadaya Masyarakat, Perusahaan perkebunan/kehutanan, Media/jurnalis lokal dan Organisasi massa kepemudaan dan keagamaan
Berdasarkan hasil analisis diperoleh data bahwa indeks persepsi para pemangku kepentingan terhadap restorasi gambut secara umum adalah 76,72 (Kategori Baik menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No. 14 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik). Berdasarkan kategori kota/kabupaten terlihat bahwa indeks persepsi di Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki pencapaian paling tinggi yaitu 82,47 sedangkan indeks di Kota Pekanbaru memiliki indeks paling rendah yaitu 72,62. Berdasarkan kelompok responden terlihat bahwa kelompok Pembentuk Opini di daerah memiliki pencapaian paling tinggi 78,36, sedangkan indeks kelompok masyarakat umum memiliki indeks paling rendah yaitu 75,24.
Indeks keterikatan pemangku kepentingan terhadap restorasi gambut secara umum adalah 81,04 (Kategori Baik). Indeks keterikatan menunjukkan komitmen dukungan pada restorasi gambut di masa selanjutnya. Berdasarkan kategori kota/kabupaten terlihat bahwa
ii
indeks keterikatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki pencapaian paling tinggi yaitu 87,54 sedangkan indeks di Kota Pekanbaru memiliki indeks paling rendah yaitu 76,38. Instansi yang menurut responden paling sering menyampaikan informasi tentang kegiatan restorasi gambut adalah Pemerintah Pusat (38,72%), Perangkat Desa (16,76%), Tim Restorasi Gambut Daerah (14,65%), Pemerintah Daerah (13,24%), dan Tokoh Masyarakat (9,67%). Instansi yang menurut para responden paling dipercaya untuk menyampaikan informasi terkait kegiatan restorasi gambut adalah Pemerintah Pusat (42,00%), Perangkat Desa (15,10%), Pemerintah Daerah (11,95%), Tim Restorasi Gambut Daerah (11,38%) dan Tokoh Masyarakat ( 9,93%). Berdasarkan saran dari para responden serta analisis hasil survei dapat ditarik kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:
1. Perlu meningkatkan keterlibatan perusahaan dalam program restorasi gambut. Keterlibatan yang diharapkan terutama dalam upaya mengurangi atau mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan, pemadaman kebakaran hutan dan lahan dan pemberdayaan masyarakat dalam restorasi gambut
2. Perlu meningkatan keterlibatan para pemangku kepentingan, terutama pemerintah daerah, perguruan tinggi dan LSM dalam program restorasi gambut. Keterlibatan yang diharapkan terutama dalam upaya penyebarluasan informasi dan pengetahuan dalam program restorasi gambut, peningkatan kemampuan masyarakat dalam mitigasi resiko akibat kebakaran dan kebanjiran, peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat
3. Perlu meningkatkan upaya untuk menyebarluaskan informasi mengenai ekosistem gambut dan restorasi gambut melalui berbagai media, baik media massa, media sosial maupun melalui aktivitas-aktivitas pertemuan yang dilakukan warga seperti pengajian, arisan, dan pertemuan PKK.
4. Perlu meningkatkan keterlibatan dan kesadaran masyarakat khususnya generasi milenial tentang pentingnya restorasi gambut melalui aktivitas di media sosial, dan melalui berbagai kegiatan seperti seminar/diskusi, lomba-lomba atau aktivitas lain yang sesuai dengan selera generasi milenial.
5. Perlu meningkatkan koordinasi dengan lembaga penegak hukum untuk memberikan sanksi yang tegas terhadap pihak-pihak yang melakukan pelanggaran hukum di bidang lingkungan/pembakaran hutan dan lahan gambut.
6. Perlu menyediakan saluran informasi yang mudah diakses termasuk media sosial sebagai media penyampaian pengaduan yang berkaitan dengan pelaksanaan program restorasi gambut dan berkaitan dengan pelanggaran hukum.
7. Perlu meningkatkan efektivitas dalam program pembasahan gambut melalui sumur bor, sekat kanal, dan lain-lain.
8. Bentuk komunikasi tatap muka, media televisi (nasional) dan media digital menjadi yang utama dalam sosialisasi tentang restorasi gambut.
iii
Kata Pengantar
Pada 2018, Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia (BRG) memasuki tahun ketiga pelaksanaan tugasnya. Setelah menyusun perencanaan dan melakukan persiapan pada 2016 dan mulai aktif menjalankan kegiatan di tingkat tapak pada tahun-tahun selanjutnya, BRG memandang penting untuk mengetahui sejauh mana para pemangku kepentingan mempersepsikan pelaksanaan restorasi gambut. Untuk itulah kegiatan penyusunan Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap upaya restorasi gambut yang dilakukan Pemerintah sesuai perintah Presiden ini dilaksanakan. Pelaksanaan survei diselenggarakan selama satu bulan secara serentak di 10 kabupaten/kota, dengan menjangkau lebih dari 3800 responden. Untuk mendapatkan analisis yang kredibel, survei dan penyusunan indeks ini mengacu ke standar baku yang diatur dalam Permen PANRB, serta dilaksanakan oleh lembaga konsultan independen yaitu P.T. Akurat Supromindo Konsul. Kami berharap survei ini dapat menggambarkan pemahaman, persepsi dan ekspektasi masyarakat secara utuh terhadap restorasi gambut. Dengan hasil inilah perbaikan terhadap pelaksanaan restorasi pada 2019 dapat lebih kami upayakan. Kami juga bersyukur atas respon jujur dan terbuka dari para responden termasuk kritik-kritiknya, serta mengapresiasi tim enumerator dan analis, dan seluruh pihak yang membantu pelaksanaan survei. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Pemerintah Norwegia dan UN Office for Project Service (UNOPS) yang mendukung pelaksanaan survei.
Jakarta, 10 Januari 2019
Kepala Badan Restorasi Gambut R.I.
Nazir Foead
iv
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif ................................................................................................................... i
Kata Pengantar ......................................................................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................................................... iv
I. Pendahuluan ......................................................................................................................... 1
II. Kajian Literatur ................................................................................................................... 3
2.1 Ekosistem Gambut ........................................................................................................... 3
2.2 Partisipasi Pemangku Kepentingan dalam Restorasi Ekosistem Gambut ........................ 4
III. Metode Survei ..................................................................................................................... 6
3.1 Desain Kuesioner Survei .................................................................................................. 6
3.2 Metode Sampling ............................................................................................................. 7
3.3 Metode Pelaksanaan Survei ........................................................................................... 10
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Survei ........................................................................ 10
IV. Karakteristik Responden ................................................................................................... 14
V. Hasil dan Analisis Survei ................................................................................................... 16
5.1 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut ......... 16
5.2 Indeks Persepsi Berdasarkan Faktor Pembentuknya ...................................................... 18
5.3 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut Berdasarkan Atribut Pelayanan/Program ....................................................................... 20
5.4 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut Tingkat Kabupaten/Kota ................................................................................................ 23
1. Kota Pekanbaru ........................................................................................................ 23
2. Kabupaten Siak ......................................................................................................... 25
3. Kabupaten Kepulauan Meranti ................................................................................. 28
4. Kabupaten Ogan Komering Ilir ................................................................................ 31
5. Kabupaten Musi Banyuasin ...................................................................................... 34
6. Kabupaten Muaro Jambi .......................................................................................... 37
7. Kota Pontianak ......................................................................................................... 41
8. Kabupaten Kubu Raya .............................................................................................. 44
9. Kabupaten Pulang Pisau ........................................................................................... 47
v
10. Kabupaten Tapin ..................................................................................................... 50
5.5 Indeks Keterikatan Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut .... 52
5.6 Pengetahuan Mengenai Ekosistem Gambut dan Partisipasi Pemangku Kepentingan dalam Program Restorasi Ekosistem Gambut ................................................................ 54
5.7 Interaksi dan Keterlibatan/Partisipasi Pemangku Kepentingan dalam Kegiatan Restorasi Ekosistem Gambut .......................................................................................... 55
5.8 Sumber Informasi Pemangku Kepentingan dalam Kegiatan Restorasi Ekosistem Gambut ........................................................................................................................... 57
5.9 Media Informasi Pemangku Kepentingan ...................................................................... 58
5.10 Saran dan Informasi yang Dibutuhkan Pemangku Kepentingan dalam Upaya Restorasi Ekosistem Gambut.......................................................................................................... 59
VI. Kesimpulan dan Rekomendasi ......................................................................................... 61
6.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 61
6.2 Rekomendasi .................................................................................................................. 61
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 63
Lampiran .................................................................................................................................. 65
1
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan wilayah gambut tropis terbesar di Asia Tenggara.
Ekosistem gambut tersebar di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Ekosistem ini
memiliki peran penting terhadap penyerapan karbon serta memiliki keanekaragaman
hayati tinggi.
Dalam beberapa dekade terakhir, kerusakan ekosistem gambut meningkat. Salah
satunya akibat pembukaan dan pembakaran lahan gambut. Hal itu menimbulkan
dampak buruk pada lingkungan, kesehatan, dan ekonomi. Emisi gas rumah kaca dari
ekosistem gambut juga meningkat.
Beberapa kebijakan telah diambil Pemerintah Indonesia untuk melindungi ekosistem
gambut. Di antaranya melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2014 yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. Sejumlah peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Surat Edaran juga telah diterbitkan untuk perlindungan
gambut. Selain itu, Instruksi Presiden mengenai penghentian sementara penerbitan izin
di lahan gambut terus diperbaharui.
Tahun 2015 kebakaran hutan dan lahan adalah yang terburuk sejak kurun 18 tahun
terakhir dan terjadi sebagian pada ekosistem gambut. Tidak kurang dari 33 persen area
ekosistem ini terbakar. Oleh sebab itu pemulihan ekosistem gambut dengan jalan
restorasi adalah keniscayaan.
Sebagai bentuk komitmen serius pemerintah, Presiden Joko Widodo membentuk Badan
Restorasi Gambut (BRG) pada awal 2016 dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden
Nomor 1 Tahun 2016. Badan non-struktural yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden ini diberikan tugas pokok dan fungsi untuk mengkoordinasi dan
memfasilitasi kegiatan restorasi gambut di 7 (tujuh) provinsi yakni Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan
Papua; dengan target restorasi seluas kurang lebih 2 (dua) juta hektar pada kurun waktu
tahun 2016-2020.
2
Dalam kurun waktu dua tahun program restorasi dijalankan tentunya banyak tantangan
dalam pelaksanaannya. Untuk mencapai target restorasi, Pemerintah perlu
mendapatkan dukungan banyak pihak. Pemerintah perlu mengembangkan strategi
penjangkauan yang memadai dan meningkatkan visibilitas kegiatan di berbagai
pemangku kepentingan agar menguntungkan secara ekologis dan ekonomis bagi
masyarakat sekitar kawasan ekosistem gambut.
Untuk mengetahui bagaimana persepsi para pemangku kepentingan terhadap
pelaksanaan restorasi ekosistem gambut selama ini perlu dilakukan survei persepsi
yang kemudian dianalisis ke dalam indeks persepsi masyarakat terhadap restorasi
ekosistem gambut.
1.2 Maksud dan Tujuan
Survei ini memberikan data mengenai persepsi para pemangku kepentingan terhadap
kegiatan yang terkait restorasi ekosistem gambut. Selain itu, tercakup komitmen
dukungan dan keterlibatan mereka terhadap upaya perlindungan ekosistem gambut
secara umum.
Maksud dari dilaksanakannya survei yaitu:
a. Memahami persepsi berbagai pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem
gambut
b. Memetakan isu-isu yang berkembang di kalangan pemangku kepentingan
Sementara tujuan survei adalah:
a. Menetapkan baseline dan metodologi untuk pelaksanaan survei yang sama/serupa di
masa depan
b. Mendapatkan indeks persepsi pemangku kepentingan mengenai restorasi ekosistem
gambut
c. Memberikan rekomendasi sebagai dasar pengembangan strategi komunikasi BRG
3
II. Kajian Literatur
2.1 Ekosistem Gambut
Beberapa daerah di Indonesia memberikan penamaan khas untuk tanah gambut,
misalnya sepuk (Kalimantan Barat), dan tanah rawang atau tanah payo (Riau dan
Jambi) (Noor, 2010). Pembentukan lapisan gambut biasanya terjadi karena laju
pelapukan (dekomposisi) lebih lambat dibandingkan dengan penimbunan. Proses
pelambatan pelapukan ini disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan fisik dan
biologis, seperti jenuh air, miskinnya unsur hara, kekurangan oksigen (anaerobik), dan
keasaman tinggi (pH rendah). Pembentukan gambut di Indonesia diperkirakan terjadi
sejak masa Holosin (sekitar 5.000-10.000 tahun yang lalu).
Gangguan terhadap ekosistem gambut umumnya dipicu oleh kegiatan penebangan
pohon, alih guna lahan (konversi) ke peruntukan lain yang disertai dengan
pembangunan jaringan kanal drainase secara berlebihan (Dohong, 2016). Akibatnya
gambut mengalami kekeringan dan rentan terbakar. Penebangan hutan rawa gambut
dan pembangunan drainase buatan (kanal, parit) di lahan gambut menyebabkan air di
lahan gambut terkuras secara berlebihan sehingga menyebabkan gambut sulit untuk
dibudidayakan, menjadi kering serta mudah terbakar.
Degradasi ekosistem gambut salah satunya ditandai dengan semakin menurunnya
permukaan tanah gambut. Hal ini dapat terjadi karena gambut mengalami pemampatan
dan penurunan (subsidence), atau hilangnya massa gambut. Ekosistem gambut yang
terdegradasi pada umumnya ditumbuhi oleh semak-belukar atau paku resam karena
ditelantarkan (Wahyunto, dkk., 2013).
Salah satu cara pencegahan kerusakan ekosistem gambut adalah melalui pembangunan
sekat kanal (canal blocking) atau konstruksi yang mengatur tata air pada ekosistem
gambut (Stoneman dan Brooks, 1997; Suryadiputra, dkk., 2005, Dohong, 2016).
Penimbunan kanal merupakan teknik pembasahan gambut lainnya di mana kanal-kanal
drainase terbuka di lahan gambut diisi kembali dengan tanah (gambut) dan/atau bahan
organik setempat (lapukan batang, dahan, seresah kayu, dan lain-lain) sehingga kanal
mengalami pendangkalan dan sedimentasi. Dengan demikian daya kuras (drainability)
air yang keluar melalui badan kanal dapat dikurangi dan simpanan air (retensi) dapat
4
dipertahankan di ekosistem gambut (Houterman dan Ritzema, 2009; Applegate, dkk.,
2002; Dohong, 2016).
Pemberlakuan moratorium gambut merupakan salah satu bagian dari sistem
perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut. Untuk itu, harus diupayakan agar
pengelolaan gambut berbasis pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di mana
emisi gas rumah kaca (GRK) diminimalkan dan sedapat mungkin berkontribusi
terhadap kesejahteraan masyarakat. (Sumaryanto, dkk., 2013)
2.2 Partisipasi Pemangku Kepentingan dalam Restorasi Ekosistem
Gambut
Upaya restorasi dan rehabilitasi gambut tidak terlepas dari pendekatan partisipatif, yaitu
dengan melibatkan masyarakat secara aktif sejak perencanaan (penyusunan rancangan)
dan implementasi kegiatan restorasi (Barkah dan Siddiq, 2009; Suryadiputra, dkk.,
2005). Pelibatan masyarakat secara aktif diperlukan untuk turut menjaga kelestarian
lingkungan dan lahan gambut secara keseluruhan. Di sisi lain, memberikan manfaat
ekonomi bagi masyarakat tersebut.
Banyak laporan yang menunjukkan bahwa keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan
ditentukan oleh faktor sosial ekonomi (Suryadiputra, 2007; van Eijk dan Kumar, 2009;
Jatmiko, dkk., 2012; Tata dan Pradjadinata, 2014) sehingga aspek sosial ekonomi
seharusnya juga menjadi prioritas dalam kegiatan rehabilitasi.
Aspek sosial ekonomi dalam rehabilitasi hutan dan lahan terdiri atas beberapa elemen,
yaitu kelembagaan, kondisi pasar, kenaikan pendapatan, dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat sekitar. (Jatmiko, dkk., 2012)
Giesen (2015) menyebutkan bahwa banyak komoditas yang bisa dikembangkan yang
merupakan komoditas asli hutan rawa gambut. Berdasarkan survei di Asia Tenggara
diketahui terdapat 534 jenis komoditas dan 514 di antaranya terdapat di Indonesia.
Manfaat utama adalah sebagai penghasil kayu yang terdiri dari 222 jenis, untuk obat
221 jenis, bahan pangan ada 165 jenis, dan kegunaan lainnya ada 192 jenis. Perlu
diketahui juga bahwa banyak jenis yang memiliki manfaat ganda. Terdapat pula 32
jenis yang telah diketahui potensial sebagai sumber bahan baku kertas.
Robbins dan Stephen (2003) menyatakan bahwa persepsi satu individu terhadap satu
objek sangat mungkin berbeda dengan persepsi individu yang lain terhadap objek yang
5
sama. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu
karakteristik pribadi pelaku persepsi, target yang dipersepsikan, dan lingkungan atau
situasi di mana persepsi itu dilakukan. Perbedaan persepsi para pemangku kepentingan
ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan dampak dari tujuan pengelolaan
terhadap kondisi kehidupan.
Perbedaan pandangan masyarakat dalam memahami lahan gambut dan sistem pertanian
yang dikembangkan merupakan informasi empirik yang sangat penting untuk
diketahui. Misalnya petani suku Banjar memandang lahan gambut cocok untuk
ditanami padi sawah, tetapi petani dari suku Bugis menganggap bahwa ekosistem
gambut lebih tepat ditanami nenas dan kelapa, juga padi seperti di Riau dan Kalimantan
Timur. (Noor dan Jumberi, 2007)
Masyarakat ternyata masih lebih banyak yang tidak tahu tentang rencana restorasi lahan
gambut yang digagas oleh pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi
mengenai program restorasi gambut masih sangat perlu untuk ditingkatkan. Walaupun
lebih banyak yang tidak tahu, tetapi masyarakat mendukung program ini. Masyarakat
juga lebih banyak yang bersedia untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam
melaksanakan program restorasi gambut. (Ramdhan, 2017)
6
III. Metode Survei
Survei Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut di Indonesia
dilakukan berdasarkan pendekatan riset kuantitatif. Sesuai dengan pendekatannya, maka
metode pelaksanaan kegiatan yang dipakai adalah survei lapangan (field survey).
Pengumpulan data dilakukan secara langsung dan bebas dengan menggunakan medium
kuesioner.
3.1 Desain Kuesioner Survei
Tahapan pertama sebelum pengambilan data pada survei ini adalah membuat desain
kuesioner yang dilakukan dengan memperhatikan beberapa prinsip dasar penyusunan
kuesioner, antara lain:
1. Isi dan tujuan pertanyaan dalam kuesioner harus sesuai dengan tujuan penelitian
2. Bahasa yang dipergunakan dalam pertanyaan harus mudah dimengerti
3. Pertanyaan tidak menimbulkan makna ganda sehingga menyulitkan responden
dalam menjawabnya
4. Pertanyaan yang diberikan merupakan hal yang aktual, mudah diingat responden,
bukan pertanyaan yang perlu berpikir keras dalam menjawabnya
5. Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya tidak terlalu banyak agar responden tidak
jenuh menjawab/mengisinya
6. Urutan pertanyaan dalam kuesioner biasanya diacak, atau dimulai dari yang umum
menuju ke hal yang spesifik, atau dapat dimulai dari hal yang mudah menuju ke
hal yang lebih sulit
Bentuk/jenis pertanyaan dalam kuesioner terdiri dari:
1. Pertanyaan tertutup (close-ended question)
Pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan dalam kuesioner yang mengharapkan
responden untuk memilih salah satu alternatif pilihan jawaban yang telah tersedia
(multiple choice). Pertanyaan tertutup ini akan membantu responden untuk
menjawab dengan cepat dan memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data.
7
2. Pertanyaan terbuka (open ended question)
Pertanyaan terbuka merupakan pertanyaan yang mengharapkan responden
menjawab dalam bentuk uraian kata-kata responden sendiri dan untuk menggali
lebih jauh mengenai jawaban responden, biasa disebut dengan istilah probing.
Sejumlah referensi yang digunakan dalam penyusunan kuesioner:
1. Hasil observasi
2. Pengalaman pelaksana terhadap tema penelitian yang sama/serupa
3. Pengumpulan data sekunder, yaitu laporan terkait program restorasi ekosistem
gambut baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
4. Data pemangku kepentingan yang pernah terlibat dalam pemulihan lahan
gambut
3.2 Metode Sampling
1. Metode Penghitungan Sampel
Pertimbangan karakteristik populasi akan menentukan teknik pengambilan sampel,
dengan maksud untuk mengurangi atau menghilangkan bias. Sementara kemampuan
estimasi berkaitan dengan presisi dalam mengestimasi populasi dari sampel serta cara
agar sampel dapat digeneralisasikan atas populasinya. Upaya untuk mencapai presisi
yang lebih baik memerlukan penambahan sampel; seberapa besar sampel serta
penambahannya akan tergantung pada variasi dalam kelompok, tingkat kesalahan
yang ditoleransi, serta tingkat kepercayaan.
Rumus dari Krejcie dan Morgan digunakan dalam survei ini dalam menentukan
jumlah pemangku kepentingan yang akan dijadikan sampling, besaran sampel dan
populasi:
8
2. Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk kategori kelompok masyarakat
yang terlibat dalam restorasi ekosistem gambut adalah kuota minimum. Sedangkan
untuk kategori responden lainnya, seperti pemerintah provinsi, pemerintah kota,
pemerintah kabupaten, akademisi/pengamat lokal, anggota DPRD, generasi milenial
lokal, LSM lokal, pengusaha lokal, serta media/wartawan lokal, digunakan teknik
non-probability sampling dengan metode quota sampling. Pertimbangannya adalah
sebagai berikut:
a. Sudah dimilikinya kerangka sampel (sampling frame) berupa daftar anggota
populasi pemangku kepentingan. Oleh karena itu dapat dilakukan penarikan
kesimpulan secara statistik (statistical inference) tentang parameter populasi.
b. Pengambilan sampel dalam setiap kelompok responden dilakukan sesuai kuota
sampling yang sudah ditentukan, yaitu: (i) berdasarkan kelompok; (ii) area
survei.
Prosedur pengambilan sampel responden yang menggunakan metode non-probability
sampling dengan metode quota sampling dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Metode non-probability sampling adalah metode pemilihan sampel dari suatu
populasi dengan tidak menggunakan kaidah-kaidah probabilitas. Metode ini
digunakan apabila metode probability sampling tidak dapat digunakan terutama
terkait dengan pengurangan biaya, waktu, tenaga, dan permasalahan yang
timbul dalam pembuatan kerangka sampel.
b. Metode quota sampling sering disebut sebagai judgment sampling tiga tahap,
yaitu:
1. Tahap pertama, merumuskan kategori kendali atau kuota dari populasi yang
akan diteliti. Pada tahap ini terindentifikasi empat kelompok, yaitu:
9
2. Tahap kedua, menentukan pengambilan sampel yang didasarkan pada
pertimbangan situasi dan kondisi
3. Tahap ketiga, penentuan responden. Sampel dipilih secara acak melalui
penentuan jumlah sampel tiap kategori di masing-masing jenis responden
yang dipilih, dengan pertimbangan kelayakan sebagai sampel dan
kemampuannya memberikan informasi yang dibutuhkan
10
3.3 Metode Pelaksanaan Survei
Pada tahap pengumpulan data dengan metode on the spot, beberapa hal yang
dilakukan adalah: Wawancara (interview). Mekanisme dalam melakukan wawancara
dengan responden dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Daftar responden dihubungi terlebih dahulu oleh pihak pelaksana, untuk
penentuan waktu dan tempat wawancara.
2. Setelah terjadi kesepakatan, pewawancara bersiap menemui responden.
3. Dalam proses wawancara, pewawancara menuliskan semua jawaban responden
pada lembar kuesioner. Pewawancara tidak diperkenankan mengubah,
menghapus, atau menambahkan jawaban yang diberikan responden.
4. Untuk memperlancar proses responden menjawab pertanyaan, dibuatkan kartu
bantuan (show card), atau pewawancara meminjamkan lembar kuesioner agar
responden lebih memahami pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Setelah
seluruh pertanyaan dalam lembar kuesioner terisi, kelengkapan jawaban
diperiksa kembali. Sesi ditutup dengan apresiasi pewawancara terhadap
responden.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Survei
Pada tahap pengolahan dan analisis data survei, kegiatan yang dilaksanakan adalah:
1. Proses Cleaning
a. Memeriksa dan memvalidasi kelengkapan kuesioner bila telah cukup terisi dan
dijawab dengan benar serta sesuai dengan kerangka lingkup tujuan survei
b. Melaksanakan koreksi kuesioner jika memang diperlukan, serta membuang
jawaban yang tidak lengkap
2. Coding dan Entry Data
Coding adalah kegiatan pemberian kode atau skor tertentu atas semua pilihan
jawaban yang ada di tiap pertanyaan kuesioner. Pemberian skor dilakukan oleh
tenaga ahli konsultan. Pemberian skor sangat berpengaruh terhadap indeks yang
akan dihasilkan dari pengolahan data. Oleh karena itu, untuk keperluan ini perlu
dibuatkan sebuah panduan pemberian skor.
11
Setelah semua kuesioner selesai diberi kode atau skor, maka tahap selanjutnya
adalah entry data. Entry data II ini merupakan kelanjutan dari sistem double entry
data yang bertujuan untuk melengkapi dan memperbaiki (editing) data yang telah
di-entry pada tahap I di lokasi survei, sehingga data primer yang diperoleh dari
responden pada lembar kuesioner adalah data yang benar-benar valid dan akurat
setelah melewati 2 (dua) kali proses kendali mutu (quality control) data.
3. Pengolahan Data
Setelah entry data selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah pengolahan data
primer hasil survei. Proses pengolahan data untuk memperoleh keluaran (output)
dari kegiatan ini berupa:
a. Indeks persepsi pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem gambut
b. Persepsi pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem gambut
c. Pemetaan isu-isu yang berkembang terkait upaya restorasi ekosistem gambut
d. Rekomendasi berupa strategi dan program komunikasi BRG
4. Proses Tabulasi Data
Memasukkan seluruh data hardcopy (data kuesioner) yang terdiri dari identitas
responden, pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka ke dalam bentuk softcopy
sesuai aplikasi yang digunakan.
5. Proses Analisis Survei
a. Importance-Performance Analysis
Analisis matriks importance-performance dilakukan dengan menggunakan
analisis kuadran (quadrant analysis) dengan tujuan mempermudahkan proses
memahami analisis. Analisis ini menggambarkan skala prioritas perbaikan.
Sumbu X adalah nilai importance dari tiap atribut pelayanan dan sumbu Y
adalah nilai performance dari tiap atribut tersebut. Nilai tersebut membagi
empat kuadran, dan tiap kuadran memiliki makna
12
Gambar 3.1. Metode Importance – Performance Analysis
Kuadran 1 - Maintain Performance. Memuat aspek/atribut yang dianggap
penting oleh responden dan memiliki performa di atas rata-rata. Artinya
aspek/atribut tersebut memiliki performa yang bagus dan perlu dipertahankan.
Kuadran 2 - Reduce Emphasis. Memuat aspek/atribut yang dianggap kurang
penting oleh responden tetapi memiliki performa di atas rata-rata. Artinya upaya
peningkatan aspek atribut dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali
karena pengaruhnya terhadap harapan pelanggan kecil, meskipun untuk
mengupayakannya membutuhkan energi dan biaya yang besar.
Kuadran 3 - Medium Low Priority. Memuat aspek/atribut yang dianggap
kurang penting oleh responden dan memiliki performa di bawah rata-rata.
Kuadran 4 - Focus Effort. Memuat aspek/ atribut yang dianggap penting oleh
responden tetapi memiliki performa di bawah rata-rata. Artinya aspek/atribut
tersebut sangat perlu ditingkatkan performanya agar tidak mengecewakan
harapan pemangku kepentingan.
b. Analisis Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan
Skala likert 4 point digunakan untuk mengetahui nilai-nilai variabel yang
mempengaruhi tingkat kepuasan pemangku kepentingan (persepsi) dan tingkat
1 Maintain
Performance
3
Medium Low Priority
4 Focus Effort
2 Reduce Emphasis
Tingkat Kepentingan
Ting
kat K
epua
san
X
Y
13
kepentingan. Setiap pertanyaan survei, masing-masing unsurnya diberi nilai.
Nilai dihitung dengan menggunakan "nilai rata-rata tertimbang" pada masing-
masing unsur. Dalam penghitungan survei, setiap unsur memiliki penimbang
yang sama. Nilai penimbang ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:
Bobot nilai rata − rata tertimbang = Jumlah BobotJumlah Unsur
+ 1x
=N
N = bobot nilai per unsur
Untuk memperoleh nilai indeks digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang
dengan rumus sebagai berikut:
SKM =Total dari Nilai Persepsi Per Unsur
Total Unsur Terisix Nilai Penimbang
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian SKM yaitu antara 25 – 100,
maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar 25,
dengan rumus sebagai berikut:
Gambar 3.2. Nilai Persepsi, Nilai Interval, Nilai Interval Konversi,
Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan Referensi: Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No. 14 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik.
NILAI PERSEPSI
NILAI INTERVAL (NI)
NILAI INTERVAL KONVERSI
(NIK)
MUTU PELAYANAN
(X)
KINERJA UNIT
PELAYANAN
(Y) 1 1,0 – 2,5996 25,00 – 64,99 D Tidak Baik
2 2,6 – 3,064 65,00 – 76,60 C Kurang Baik
3 3,0644 – 3,532 76,61 – 88,30 A Baik
4 3,5324 – 4,00 88,31 – 100,00 B Sangat Baik
Indeks Per Atribut x 25
14
IV. Karakteristik Responden
Dalam melakukan analisis perlu dilihat antara jumlah responden dan jumlah populasi
sehingga dapat dikatakan mewakili data dengan baik. Dengan memakai tingkat kepercayaan
95% maka didapat jumlah sampling sebanyak 3.802 dari 3.849 responden yang dihubungi.
Karakteristik responden dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 4.1 Persentase Responden berdasarkan Usia
Berdasarkan usia, responden yang berumur 17-24 tahun memiliki proporsi 27,05%, disusul 35-39 tahun
14,92% dan 30-34 tahun 13,76%.
Gambar 4.2 Persentase Responden berdasarkan Jumlah Pengeluaran Bulanan
27.05%
12.34%13.76%
14.92%
11.79%9.44%
8.07%
2.64%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
17-24 th 25-29 th 30-34 th 35-39 th 40-44 th 45-49 th 50-54 th 55-60 th
Usia
3.67%
5.69%
10.91%
8.12%
21.96%
28.29%
21.36%
0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00%
> = IDR 500 Ribu
500 - 700 Ribu
700 Ribu - 1 Juta
1 - 1,5 Juta
1,5 - 2 Juta
2 - 3 Juta
> 3 Juta
Sosial Ekonomi Status (Rupiah)
15
Berdasarkan Sosial Ekonomi Status (SES), responden yang memiliki SES Rp. 2-3 juta sebanyak
28,29%, disusul dengan SES Rp. 1,5-2 juta sebesar 21,96% dan di atas Rp. 3 juta sebanyak
21,36%.
Gambar 4.3 Persentase Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan status pendidikan, responden yang berpendidikan SMU adalah yang tertinggi, yaitu sebanyak
51%, disusul dengan sarjana 17% dan SMP sebanyak 12%.
Gambar 4.4 Persentase Responden berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan status pekerjaan, responden yang tertinggi adalah pelajar, yaitu sebesar 21,23% dan
disusul sebagai Karyawan 18,52% dan Pekerja non formal 18,31%.
11.38% 12.39%
50.74%
5.43%
17.02%
3.05%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
SD SMP SMU Diploma Sarjana Pasca Sarjana(S2/S3)
Pendidikan
6.96%
21.23%
13.63%
18.31%
5.02%
10.91%
18.52%
2.97%
2.46%
0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00%
Tidak bekerja atau mencari pekerjaan
Pelajar/mahasiswa
Ibu rumah tangga
Pekerja non-formal…
Profesional
Wiraswasta/pedagang
Karyawan
Manajer/kepala bagian/perwira…
Direktur/pemilik/pejabat tinggi/perwira…
Pekerjaan
16
V. Hasil dan Analisis Survei
5.1 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem
Gambut
Survei Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut
dibentuk dari tiga faktor, yaitu program restorasi ekosistem gambut, manfaat yang telah
dirasakan dengan kehadiran program restorasi ekosistem gambut, dan media
komunikasi. Pencapaian indeks persepsi ini menggunakan metode rataan (mean score)
dan tersaji dalam grafik di bawah ini:
Gambar 5.1 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut
Grafik di atas menunjukkan bahwa indeks persepsi pemangku kepentingan terhadap
restorasi ekosistem gambut adalah 76,72 (kategori baik) menurut Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2017
Tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara
Pelayanan Publik.
Berdasarkan kategori kota/kabupaten terlihat bahwa indeks di Kabupaten Ogan
Komering Ilir (OKI) memiliki pencapaian paling tinggi (82,47), sedangkan indeks di
Kota Pekanbaru memiliki indeks paling rendah (72,62). Indeks persepsi pemangku
kepentingan terhadap restorasi ekosistem gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir,
17
Kabupaten Musi Banyuasin, Kota Pontianak, dan Kabupaten Pulang Pisau memiliki
pencapaian di atas rata-rata. Sisanya, pencapaiannya di bawah rata-rata dari indeks
total.
Survei ini juga membagi kelompok pemangku kepentingan menjadi masyarakat umum,
masyarakat yang terlibat program restorasi ekosistem gambut, generasi milenial, dan
para pembentuk opini di daerah. Pencapaian indeks persepsi pemangku kepentingan
terhadap restorasi ekosistem gambut tersaji pada gambar di bawah ini:
Gambar 5.2 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Kelompok Pemangku Kepentingan
Dari indeks persepsi berdasarkan kelompok pemangku kepentingan terlihat bahwa
indeks kelompok pembentuk opini adalah 78,36. Indeks ini memiliki pencapaian paling
tinggi. Sedangkan kelompok masyarakat umum memiliki indeks paling rendah, yaitu
75,24.
18
5.2 Indeks Persepsi Berdasarkan Faktor Pembentuknya
1. Berdasarkan Kota atau Kabupaten
Gambar 5.3 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan Terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor dan Sebaran Kota/Kabupaten
Pada grafik di atas terlihat bahwa secara total faktor manfaat yang telah dirasakan
dengan kehadiran program restorasi ekosistem gambut memiliki indeks persepsi
tertinggi, yaitu 81,28. Sedangkan faktor media komunikasi memiliki indeks
terendah, yaitu 74,06.
Faktor program restorasi ekosistem gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir
memiliki pencapaian paling tinggi (82,10), sementara di Kota Pekanbaru memiliki
indeks paling rendah (69,86). Begitu juga untuk faktor manfaat yang telah
dirasakan dengan kehadiran program restorasi ekosistem gambut, indeks tertinggi
dicapai di Kabupaten Ogan Komering Ilir yakni 87,42, sedangkan di Kota
Pekanbaru memiliki indeks paling rendah yaitu 77,52. Faktor media komunikasi di
Kabupaten Musi Banyuasin memiliki pencapaian paling tinggi yakni 78,63. Indeks
paling rendah untuk faktor ini berada di Kabupaten Siak (68,63).
19
2. Berdasarkan Kelompok Pemangku Kepentingan
Untuk faktor program restorasi ekosistem gambut, indeks pencapaian paling tinggi
(76,01) dimiliki oleh masyarakat yang terlibat program restorasi ekosistem gambut.
Sementara indeks paling rendah dimiliki oleh masyarakat umum (73,66). Untuk
faktor manfaat yang telah dirasakan dengan kehadiran program restorasi ekosistem
gambut, indeks tertinggi dimiliki kelompok pemuka masyarakat (84,88),
sedangkan indeks paling rendah dimiliki kelompok masyarakat umum (78,87).
Faktor media komunikasi pada kelompok masyarakat terlibat program restorasi
ekosistem gambut memiliki pencapaian paling tinggi (74,50), sedangkan pada
kelompok masyarakat umum memiliki indeks paling rendah (73,18).
Gambar 5.4 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor dan Kelompok Pemangku Kepentingan
Faktor program restorasi ekosistem gambut, indeks pencapaian paling tinggi
(76,01) dimiliki oleh masyarakat yang terlibat program restorasi ekosistem
gambut. Sementara indeks paling rendah dimiliki oleh masyarakat umum (73,66).
Untuk faktor manfaat yang telah dirasakan dengan kehadiran program restorasi
ekosistem gambut, indeks tertinggi dimiliki kelompok pemuka masyarakat
(84,88), sedangkan indeks paling rendah dimiliki kelompok masyarakat umum
(78,87). Faktor media komunikasi pada kelompok masyarakat terlibat program
restorasi ekosistem gambut memiliki pencapaian paling tinggi (74,50), sedangkan
pada kelompok masyarakat umum memiliki indeks paling rendah (73,18).
Masyarakat
Umum
Generasi
Milenial
Masyarakat
Terlibat
Pembentuk
Opini
Program Restorasi Ekosistem
Gambut 73,66 73,8 76,01 75,9
Manfaat yang telah dirasakan
dengan kehadiran Program
Restorasi Ekosistem Gambut
78,87 79,17 83,32 84,88
Media Komunikasi 73,18 74,17 74,5 74,29
20
5.3 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem
Gambut Berdasarkan Atribut Pelayanan/Program
a. Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pemangku kepentingan terhadap restorasi
ekosistem gambut pada faktor program restorasi ekosistem gambut tergambar pada
grafik berikut:
Gambar 5.5 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi
adalah restorasi ekosistem gambut di daerah, yaitu 77,54. Sedangkan atribut yang
memiliki indeks persepsi paling rendah adalah partisipasi perusahaan dalam restorasi
gambut dengan indeks sebesar 71,32.
Dari 10 atribut yang terdapat pada faktor program restorasi ekosistem gambut, nilai
kepentingan tertinggi terdapat pada atribut keterlibatan pemerintah daerah dan
perangkat desa dalam restorasi gambut yaitu sebesar 68,44.
Atribut yang memiliki nilai di bawah indeks rata-rata dan kepentingan yang relatif
tinggi perlu dijadikan fokus dalam perbaikan di masa depan.
A1 Program restorasi ekosistem gambut di daerah saya.
A6 Keberlanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di masa depan.
A2 Keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi ekosistem gambut.
A7 Penyampaian informasi tentang ekosistem gambut dan restorasi gambut oleh pemerintah
A3 Keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem gambut.
A8 Penanganan pengaduan tentang ekosistem gambut oleh pemerintah.
A4 Partisipasi perusahaan dalam merestorasi ekosistem gambut.
A9 Kualitas sekat kanal, sumur bor, dll. Bentuk pembasahan ekosistem gambut.
A5 Peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi ekosistem gambut. A10 Penegakan hukum di ekosistem gambut.
77.54 76.3176.92
71.3272.75
77.4575.12 73.06 74.90
71.69
0.00%
68.44% 65.36%
36.59%28.73%
40.03%
33.16% 23.13%26.71%
26.57%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10Kepuasan %Paling Penting
21
b. Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor manfaat yang dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.6 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi Ekosistem Gambut
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
berkurangnya kebakaran (82,04). Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi
paling rendah adalah manfaat kesehatan (80,70).
Dari lima atribut yang terdapat pada faktor manfaat yang dirasakan dengan kehadiran
program restorasi ekosistem gambut, nilai kepentingan tertinggi terdapat pada atribut
berkurangnya kebakaran (63,48).
82.0480.70 81.37 81.78 81.23
63.48%
39.46% 37.05%22.14% 24.73%
0%10%20%30%40%50%60%70%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
Berkurangnyakebakaran
Manfaatkesehatan
Manfaat untukkesejahteraan
masyarakatsekitar
ekosistemgambut
Meningkatnyapengetahuan
danketerampilan
memanfaatkangambut
Meningkatkankesadaran dankeikutsertaanmasyarakat
menjagaekosistem
gambutKepuasan %Paling Penting
22
c. Faktor Media Komunikasi
Atribut pembentuk indeks persepsi pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem
gambut pada faktor Media Komunikasi tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.7 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Media Komunikasi
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
akses melalui media sosial (Facebook, Twitter, dll) dan televisi (76,55). Sedangkan
atribut yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah ceramah/pertemuan/diskusi
(76,26).
Dari delapan atribut yang terdapat pada faktor media informasi, nilai kepentingan
tertinggi terdapat pada atribut akses informasi melalui internet (11,55).
76.37 75.09 76.55 76.55
70.72 71.8769.28
76.26
11.55%
6.62%
10.02%8.75%
3.19%
5.60%
2.41%
5.46%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8
Kepuasan %Paling Penting
23
5.4 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut Tingkat Kabupaten/Kota
1. Kota Pekanbaru
a. Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut Atribut pembentuk indeks persepsi
pada faktor program restorasi ekosistem gambut di Kota Pekanbaru tergambar pada
grafik berikut:
Gambar 5.8 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut
berdasarkan Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut di Kota Pekanbaru
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
peran LSM dan perguruan tinggi dalam restorasi ekosistem gambut (72,31). Sedangkan
atribut yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah partisipasi perusahaan
dalam restorasi gambut (64,88).
A1 Program restorasi ekosistem gambut di daerah saya.
A6 Keberlanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di masa depan.
A2 Keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi ekosistem gambut.
A7 Penyampaian informasi tentang ekosistem gambut dan restorasi gambut oleh pemerintah
A3 Keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem gambut.
A8 Penanganan pengaduan tentang ekosistem gambut oleh pemerintah.
A4 Partisipasi perusahaan dalam merestorasi ekosistem gambut.
A9 Kualitas sekat kanal, sumur bor, dll. Bentuk pembasahan ekosistem gambut.
A5 Peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi ekosistem gambut. A10 Penegakan hukum di ekosistem gambut.
72.15
71.7271.67
64.88
72.31 71.5870.53 69.04 69.13
65.5542.82%
55.13%
39.74%
23.08%
22.05% 20.26%
22.56%10.26%
14.87%
25.38%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10
Performance %Paling Penting
24
Dari 10 atribut yang terdapat pada faktor program restorasi ekosistem gambut, nilai
kepentingan tertinggi terdapat pada atribut keterlibatan pemerintah daerah dan
perangkat desa dalam restorasi gambut (55,13).
Atribut yang memiliki nilai di bawah indeks rata-rata dan kepentingan yang relatif
tinggi perlu dijadikan perhatian utama dalam perbaikan di masa depan.
b. Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor manfaat yang dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut di Kota Pekanbaru tergambar pada
grafik berikut:
Gambar 5.9 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi Ekosistem Gambut di Kota Pekanbaru
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
berkurangnya kebakaran (79,28). Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi
paling rendah adalah manfaat kesehatan (76,22).
Dari lima atribut yang terdapat pada faktor manfaat yang telah dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut, nilai kepentingan tertinggi terdapat
pada atribut berkurangnya kebakaran (48,97).
78.1476.22
77.32 79.2876.63
48.97%34.36% 21.54%
11.28%16.15%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
Berkurangnyakebakaran
Manfaatkesehatan
Manfaat untukkesejahteraan
masyarakatsekitar
ekosistemgambut
Meningkatnyapengetahuan
danketerampilan
memanfaatkangambut
Meningkatkankesadaran dankeikutsertaanmasyarakat
menjagaekosistem
gambutKepuasan %Paling Penting
25
c. Faktor Media Komunikasi
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor media komunikasi di Kota Pekanbaru
tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.10 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Media Komunikasi di Kota Pekanbaru
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
akses melalui televisi (75,45), sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi paling
rendah adalah akses melalui surat kabar/majalah (64,94).
Dari delapan atribut yang terdapat pada faktor media informasi nilai kepentingan
tertinggi terdapat pada atribut akses informasi melalui internet (13,85).
2. Kabupaten Siak
a. Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor program restorasi ekosistem gambut
di Kabupaten Siak tergambar pada grafik berikut:
73.88
68.75
74.4575.45
64.91
69.58
64.94
72.7313.85%
7.18%
12.31%
13.33%
2.31%3.85%
1.28%6.15%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8Kepuasan %Paling Penting
26
Gambar 5.11 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut dalam Atribut
Pelayanan/Program di Kabupaten Siak
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
kualitas sekat kanal, sumur bor, dan bentuk pembasahan gambut lain (81,03).
Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah penegakan
hukum di ekosistem gambut (61,70).
Dari 10 atribut yang terdapat pada faktor program restorasi ekosistem gambut nilai
kepentingan tertinggi terdapat pada atribut program restorasi ekosistem gambut di
daerah saya yaitu sebesar 71,51.
Atribut yang memiliki nilai di bawah indeks rata-rata dan kepentingan yang relatif
tinggi dijadikan perlu dijadikan fokus untuk perbaikan di masa depan. Dalam hal ini,
terdapat dua atribut yang penting, yaitu partisipasi perusahaan dalam merestorasi
gambut dan peran LSM serta perguruan tinggi dalam merestorasi gambut.
A1 Program restorasi ekosistem gambut di daerah saya.
A6 Keberlanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di masa depan.
A2 Keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi ekosistem gambut.
A7 Penyampaian informasi tentang ekosistem gambut dan restorasi gambut oleh pemerintah
A3 Keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem gambut.
A8 Penanganan pengaduan tentang ekosistem gambut oleh pemerintah.
A4 Partisipasi perusahaan dalam merestorasi ekosistem gambut.
A9 Kualitas sekat kanal, sumur bor, dll. Bentuk pembasahan ekosistem gambut.
A5 Peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi ekosistem gambut. A10 Penegakan hukum di ekosistem gambut.
79.71
77.00 76.74
68.34 69.48
80.40
71.57 71.88
81.03
61.70
71.57%
57.83% 54.22%
23.61%20.24%
23.37%
18.80% 13.98%
30.84%
11.81% 0%10%20%30%40%50%60%70%80%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10Performance %Paling Penting
27
b. Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor manfaat yang dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut di Kabupaten Siak tergambar pada
grafik berikut:
Gambar 5.12 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut di Kabupaten Siak
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
berkurangnya kebakaran (83,33). Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi
paling rendah adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan
gambut (78,89).
Dari lima atribut yang terdapat pada faktor manfaat yang dirasakan dengan kehadiran
program restorasi ekosistem gambut nilai kepentingan tertinggi terdapat pada atribut
berkurangnya kebakaran yaitu sebesar 35,18.
83.3382.99 81.93 79.85 78.89
35.18%
23.13%9.88%
5.78% 6.99%
0%5%10%15%20%25%30%35%40%
50.0055.0060.0065.0070.0075.0080.0085.0090.00
Berkurangnyakebakaran
Manfaatkesehatan
Manfaat untukkesejahteraan
masyarakatsekitar
ekosistemgambut
Meningkatnyapengetahuan
danketerampilan
memanfaatkangambut
Meningkatkankesadaran dankeikutsertaanmasyarakat
menjagaekosistem
gambutKepuasan %Paling Penting
28
c. Faktor Media Komunikasi
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor media komunikasi di Kabupaten Siak
tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.13 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Media Komunikasi di Kabupaten Siak
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
akses melalui website (www.brg.go.id) dan kanal media sosial BRG yaitu 77,44.
Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah akses melalui
brosur dengan indeks sebesar 58,04.
Dari delapan atribut yang terdapat pada faktor media informasi nilai kepentingan
tertinggi terdapat pada atribut akses melalui sosial media (facebook, twitter, dll) yaitu
sebesar 7,71.
3. Kabupaten Kepulauan Meranti
a. Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor program restorasi ekosistem gambut di
Kabupaten Kepulauan Meranti tergambar pada grafik berikut:
73.7677.44 73.81
74.37
60.8660.73
58.04
75.50
7.47%
4.82%
7.71%
3.61%
2.41% 0.48% 0.48%0.96%
0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8Kepuasan %Paling Penting
29
Gambar 5.14 Indeks Persepsi Pemangku Kepenti
ngan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut dalam Atribut Pelayanan/Program di Kabupaten Kepulauan Meranti
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
penanganan pengaduan tentang gambut oleh pemerintah (76,87). Sedangkan atribut
yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah partisipasi perusahaan dalam
restorasi gambut (69,34).
Dari 10 atribut yang terdapat pada faktor program restorasi ekosistem gambut nilai
kepentingan tertinggi terdapat pada atribut program restorasi ekosistem gambut di
daerah saya yaitu sebesar 61,50.
Atribut yang memiliki nilai di bawah indeks rata-rata dan kepentingan yang relatif
tinggi dijadikan fokus untuk perbaikan di masa depan. Dalam hal ini, terdapat dua
atribut yang penting dijadikan fokus, yaitu partisipasi perusahaan dalam merestorasi
gambut dan peran LSM serta perguruan tinggi dalam merestorasi gambut.
A1 Program restorasi ekosistem gambut di daerah saya.
A6 Keberlanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di masa depan.
A2 Keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi ekosistem gambut.
A7 Penyampaian informasi tentang ekosistem gambut dan restorasi gambut oleh pemerintah
A3 Keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem gambut.
A8 Penanganan pengaduan tentang ekosistem gambut oleh pemerintah.
A4 Partisipasi perusahaan dalam merestorasi ekosistem gambut.
A9 Kualitas sekat kanal, sumur bor, dll. Bentuk pembasahan ekosistem gambut.
A5 Peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi ekosistem gambut. A10 Penegakan hukum di ekosistem gambut.
76.73 76.86 76.07
69.34 70.09
76.73 77.15 76.87 77.04
72.4961.50%
47.03%43.15%
31.27% 21.45%
28.17%
26.10% 23.00% 24.29% 19.90%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10
Performance %Paling Penting
30
b. Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor manfaat yang dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut di Kabupaten Kepulauan Meranti
tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.15 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut di Kabupaten Kepulauan Meranti
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan gambut (81,28).
Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah manfaat
kesehatan (79,36).
Dari lima atribut yang terdapat pada faktor manfaat yang dirasakan dengan kehadiran
program restorasi ekosistem gambut, nilai kepentingan tertinggi terdapat pada atribut
berkurangnya kebakaran, yaitu sebesar 54,01.
c. Faktor Media Komunikasi
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor Media Komunikasi di Kabupaten
Kepulauan Meranti tergambar pada grafik berikut:
80.0779.36 80.33 81.28
80.02
54.01%40.31% 24.29%
9.82%6.98%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
Berkurangnyakebakaran
Manfaatkesehatan
Manfaat untukkesejahteraan
masyarakatsekitar
ekosistemgambut
Meningkatnyapengetahuan
danketerampilan
memanfaatkangambut
Meningkatkankesadaran dankeikutsertaanmasyarakat
menjagaekosistem
gambutKepuasan %Paling Penting
31
Gambar 5.16 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Media Komunikasi di Kabupaten Kepulauan Meranti
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
akses melalui televisi (78,07). Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi paling
rendah adalah akses melalui brosur (66,60).
Dari delapan atribut yang terdapat pada faktor media informasi nilai kepentingan
tertinggi terdapat pada atribut akses informasi melalui internet yaitu sebesar 5,17.
4. Kabupaten Ogan Komering Ilir
a. Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi
Ekosistem Gambut pada faktor program restorasi ekosistem gambut di Kabupaten
Ogan Komering Ilir dapat digambarkan pada grafik berikut:
75.34
71.15
75.35
78.07
73.26 71.13
66.60
73.99
5.17%
2.84%
4.13%
1.81% 0.52% 0.52% 0.00%
2.84%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8Kepuasan %Paling Penting
32
Gambar 5.17 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut dalam Atribut Pelayanan/Program
di Kabupaten Ogan Komering Ilir
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi
adalah program restorasi ekosistem gambut di daerah saya (91,23). Sedangkan atribut
yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah partisipasi perusahaan dalam
merestorasi ekosistem gambut (75,61).
Dari 10 atribut yang terdapat pada faktor program restorasi ekosistem gambut nilai
kepentingan tertinggi terdapat pada atribut program restorasi ekosistem gambut di
daerah saya (71,58).
Atribut yang memiliki nilai di bawah indeks rata-rata dan kepentingan yang relatif
tinggi perlu dijadikan perhatian untuk perbaikan di masa depan. Dalam hal ini,
terdapat lima atribut yang penting dijadikan fokus, yaitu partisipasi perusahaan dalam
merestorasi gambut, peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi gambut,
penanganan pengaduan tentang gambut oleh pemerintah, kualitas sekat kanal, sumur
bor, dll bentuk pembasahan gambut, dan penegakan hukum di lahan gambut.
A1 Program restorasi ekosistem gambut di daerah saya.
A6 Keberlanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di masa depan.
A2 Keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi ekosistem gambut.
A7 Penyampaian informasi tentang ekosistem gambut dan restorasi gambut oleh pemerintah
A3 Keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem gambut.
A8 Penanganan pengaduan tentang ekosistem gambut oleh pemerintah.
A4 Partisipasi perusahaan dalam merestorasi ekosistem gambut.
A9 Kualitas sekat kanal, sumur bor, dll. Bentuk pembasahan ekosistem gambut.
A5 Peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi ekosistem gambut. A10 Penegakan hukum di ekosistem gambut.
91.23
83.87 84.68
75.61 76.20
84.88 83.27 81.45 81.41 78.3971.58%
49.61%35.14%
12.66%
13.18%
26.10%
16.54%
12.40%19.64%
4.65%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%
50.0055.0060.0065.0070.0075.0080.0085.0090.0095.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10Performance %Paling Penting
33
b. Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor manfaat yang dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir
tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.18 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi Ekosistem Gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
berkurangnya kebakaran (93,15). Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi
paling rendah adalah manfaat kesehatan (84,29).
Dari lima atribut yang terdapat pada faktor manfaat yang telah dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut nilai kepentingan tertinggi terdapat pada
atribut berkurangnya kebakaran yaitu sebesar 65,63.
c. Faktor Media Komunikasi
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor media komunikasi di Kabupaten Ogan
Komering Ilir tergambar pada grafik berikut:
93.15
84.29 84.82 86.7688.10
65.63%
26.87%31.52%
29.46…31.52%
0%10%20%30%40%50%60%70%
50.0055.0060.0065.0070.0075.0080.0085.0090.0095.00
100.00
Berkurangnyakebakaran
Manfaatkesehatan
Manfaat untukkesejahteraan
masyarakatsekitar
ekosistemgambut
Meningkatnyapengetahuan
danketerampilan
memanfaatkangambut
Meningkatkankesadaran dankeikutsertaanmasyarakat
menjagaekosistem
gambutKepuasan %Paling Penting
34
Gambar 5.19 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Media Komunikasi di Kabupaten Ogan Komering Ilir
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
akses melalui internet (82,81). Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi paling
rendah adalah akses melalui surat kabar/majalah (71,68).
Dari delapan atribut yang terdapat pada faktor media informasi nilai kepentingan
tertinggi terdapat pada atribut akses melalui internet yaitu sebesar 11,63.
5. Kabupaten Musi Banyuasin
a. Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor program restorasi ekosistem gambut di
Kabupaten Musi Banyuasin tergambar pada grafik berikut:
82.81
77.7880.10 80.49
71.68
76.4774.98
78.39
11.63%
7.24%
5.43%
10.34%
0.52%
9.30%
0.26%
5.43%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8Kepuasan %Paling Penting
35
Gambar 5.20 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut
berdasarkan Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut dalam Atribut Pelayanan/Program di
Kabupaten Musi Banyuasin
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
penanganan pelanggaran hukum di ekosistem gambut (81,78). Sementara atribut yang
memiliki indeks persepsi paling rendah adalah keterlibatan pemerintah daerah dan
perangkat desa dalam restorasi gambut (78,39).
Dari 10 atribut yang terdapat pada faktor program restorasi ekosistem gambut nilai
kepentingan tertinggi terdapat pada atribut keterlibatan pemerintah daerah dan
perangkat desa dalam restorasi gambut (36,29).
Atribut yang memiliki nilai di bawah indeks rata-rata dan kepentingan yang relatif
tinggi dijadikan fokus untuk perbaikan di masa depan. Dalam hal ini, terdapat delapan
atribut yang dijadikan fokus, yaitu program restorasi ekosistem gambut di daerah saya,
keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi gambut,
keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi gambut saat ini, partisipasi
perusahaan dalam merestorasi gambut, peran LSM dan perguruan tinggi dalam
merestorasi gambut, keberkelanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di masa yang
A1 Program restorasi ekosistem gambut di daerah saya.
A6 Keberlanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di masa depan.
A2 Keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi ekosistem gambut.
A7 Penyampaian informasi tentang ekosistem gambut dan restorasi gambut oleh pemerintah
A3 Keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem gambut.
A8 Penanganan pengaduan tentang ekosistem gambut oleh pemerintah.
A4 Partisipasi perusahaan dalam merestorasi ekosistem gambut.
A9 Kualitas sekat kanal, sumur bor, dll. Bentuk pembasahan ekosistem gambut.
A5 Peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi ekosistem gambut. A10 Penegakan hukum di ekosistem gambut.
79.85 78.…79.50 80.96 76.88 80.76 80.71 78.54 79.16
81.78
29.50%
36.29% 33.68% 34.20%32.64% 30.55%
28.46%23.76%
20.10%
31.33%
0%5%10%15%20%25%30%35%40%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10Performance %Paling Penting
36
akan datang, penyampaian informasi tentang gambut dan restorasi ekosistem gambut
oleh pemerintah, dan penanganan pengaduan tentang gambut oleh pemerintah.
b.Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor manfaat yang telah dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut di Kabupaten Musi Banyuasin dapat
digambarkan pada grafik berikut:
Gambar 5.21 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi Ekosistem Gambut di Kabupaten Musi Banyuasin
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
berkurangnya kebakaran (85,02). Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi
paling rendah adalah manfaat kesehatan (81,07).
Dari lima atribut yang terdapat pada faktor manfaat yang telah dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut nilai kepentingan tertinggi terdapat pada
atribut berkurangnya kebakaran yaitu sebesar 26,63.
85.02
81.07 81.2684.30 82.44
26.63%
17.23%21.93%
15.93%
22.19%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
50.0055.0060.0065.0070.0075.0080.0085.0090.00
Berkurangnyakebakaran
Manfaatkesehatan
Manfaat untukkesejahteraan
masyarakatsekitar
ekosistemgambut
Meningkatnyapengetahuan
danketerampilan
memanfaatkangambut
Meningkatkankesadaran dankeikutsertaanmasyarakat
menjagaekosistem
gambutKepuasan %Paling Penting
37
c. Faktor Media Komunikasi
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor media komunikasi di Kabupaten Musi
Banyuasin dapat digambarkan pada grafik berikut:
Gambar 5.22 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Media Komunikasi di Kabupaten Musi Banyuasin
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
ceramah/pertemuan/diskusi (81,31). Atribut yang memiliki indeks persepsi terendah
adalah akses melalui radio (75,48).
Dari delapan atribut yang terdapat pada faktor media informasi nilai kepentingan
tertinggi terdapat pada atribut akses melalui internet yaitu sebesar 17,75.
6. Kabupaten Muaro Jambi
a. Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor program restorasi ekosistem gambut di
Kabupaten Muara Jambi dapat digambarkan pada grafik berikut:
79.1479.88
80.9977.17
75.48 78.34 78.30
81.31
17.75%
12.01%
10.44%7.83%
4.96%
4.96%3.13%
9.40%
0%2%4%6%8%10%12%14%16%18%20%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8Kepuasan %Paling Penting
38
Gambar 5.23 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut dalam Atribut Pelayanan/Program di Kabupaten Muaro Jambi
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi gambut saat ini (78,08).
Sementara atribut yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah partisipasi
perusahaan dalam merestorasi gambut (71,98).
Dari 10 atribut yang terdapat pada faktor program restorasi ekosistem gambut nilai
kepentingan tertinggi terdapat pada atribut keterlibatan pemerintah daerah dan
perangkat desa dalam restorasi ekosistem gambut yaitu sebesar 52,28.
A1 Program restorasi ekosistem gambut di daerah saya.
A6 Keberlanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di masa depan.
A2 Keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi ekosistem gambut.
A7 Penyampaian informasi tentang ekosistem gambut dan restorasi gambut oleh pemerintah
A3 Keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem gambut.
A8 Penanganan pengaduan tentang ekosistem gambut oleh pemerintah.
A4 Partisipasi perusahaan dalam merestorasi ekosistem gambut.
A9 Kualitas sekat kanal, sumur bor, dll. Bentuk pembasahan ekosistem gambut.
A5 Peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi ekosistem gambut. A10 Penegakan hukum di ekosistem gambut.
75.3878.03 78.08
71.98
75.0276.92
74.84 74.65 75.60 73.64
34.01%
52.28%49.49%
29.19%17.51%
25.89%
25.63%8.38%
15.23%
9.39%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10
Performance %Paling Penting
39
b. Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor manfaat yang dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut di Kabupaten Muaro Jambi tergambar
pada grafik berikut:
Gambar 5.24 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi Ekosistem
Gambut di Kabupaten Muaro Jambi
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
berkurangnya kebakaran (79,60). Sementara atribut yang memiliki indeks persepsi
terendah adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan
ekosistem gambut (77,42).
Dari lima atribut yang terdapat pada faktor manfaat yang dirasakan dengan kehadiran
program restorasi ekosistem gambut nilai kepentingan tertinggi terdapat pada atribut
berkurangnya kebakaran yaitu sebesar 61,93.
79.6079.07 79.36 77.42 78.53
61.93%
36.55%46.19%
13.71% 14.72%
0%10%20%30%40%50%60%70%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
Berkurangnyakebakaran
Manfaatkesehatan
Manfaat untukkesejahteraan
masyarakatsekitar
ekosistemgambut
Meningkatnyapengetahuan
danketerampilan
memanfaatkangambut
Meningkatkankesadaran dankeikutsertaanmasyarakat
menjagaekosistem
gambutKepuasan %Paling Penting
40
c. Faktor Media Komunikasi
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor Media Komunikasi di Kabupaten Muaro
Jambi tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.25 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut
berdasarkan Faktor Media Komunikasi di Kabupaten Muaro Jambi
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
akses melalui website (www.brg.go.id) dan medsos BRG (75,49). Atribut yang
memiliki indeks persepsi terendah adalah akses melalui brosur (67,61).
Dari delapan atribut yang terdapat pada faktor media informasi nilai kepentingan
tertinggi terdapat pada atribut akses melalui media sosial (Facebook, Twitter, dll) yaitu
sebesar 2,28.
75.0775.4974.81 75.30
72.67 70.70
67.61
75.35
1.78%
0.51%
2.28%
0.51%
0.25% 0.25% 0.00%
0.51%
0%
1%
1%
2%
2%
3%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8Kepuasan %Paling Penting
41
7. Kota Pontianak
a. Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor program restorasi ekosistem gambut di
Kota Pontianak tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.26 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut dalam Atribut
Pelayanan/Program di Kota Pontianak
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi tertinggi adalah
peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi gambut (77,93). Atribut yang
memiliki indeks persepsi terendah adalah penanganan pelanggaran hukum di ekosistem
gambut (61,38).
Dari 10 atribut yang terdapat pada faktor program restorasi ekosistem gambut, nilai
kepentingan tertinggi terdapat pada atribut keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam
upaya restorasi gambut saat ini yaitu sebesar 47,31.
Terdapat enam atribut yang perlu dijadikan fokus perbaikan di masa depan, yaitu
keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi gambut,
A1 Program restorasi ekosistem gambut di daerah saya.
A6 Keberlanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di masa depan.
A2 Keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi ekosistem gambut.
A7 Penyampaian informasi tentang ekosistem gambut dan restorasi gambut oleh pemerintah
A3 Keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem gambut.
A8 Penanganan pengaduan tentang ekosistem gambut oleh pemerintah.
A4 Partisipasi perusahaan dalam merestorasi ekosistem gambut.
A9 Kualitas sekat kanal, sumur bor, dll. Bentuk pembasahan ekosistem gambut.
A5 Peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi ekosistem gambut. A10 Penegakan hukum di ekosistem gambut.
76.29 75.37 75.02
70.43
77.9376.29
72.95
68.0271.15
61.3830.95%
45.52% 47.31%
26.09%
16.88%
25.58%20.97%
21.48%
11.00%
39.13%
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10Performance %Paling Penting
42
keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi gambut saat ini, partisipasi
perusahaan dalam merestorasi gambut, penyampaian informasi tentang gambut dan
restorasi ekosistem gambut oleh pemerintah, penanganan pengaduan tentang gambut
oleh pemerintah, dan penegakan hukum di lahan gambut.
b. Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor manfaat yang telah dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut di Kota Pontianak tergambar pada
grafik berikut:
Gambar 5.27 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi Ekosistem Gambut di Kota Pontianak
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi tertinggi adalah
manfaat untuk kesejahteraan masyarakat sekitar ekosistem gambut (81,61). Atribut
yang memiliki indeks persepsi terendah adalah berkurangnya kebakaran (79,17).
Dari lima atribut yang terdapat pada faktor manfaat yang dirasakan dengan kehadiran
program restorasi ekosistem gambut, nilai kepentingan tertinggi terdapat pada atribut
berkurangnya kebakaran yaitu sebesar 35,55.
79.17 80.94 81.6179.30 79.45
35.55%
14.07%19.18%
12.79% 15.35%
0%5%10%15%20%25%30%35%40%
50.0055.0060.0065.0070.0075.0080.0085.00
Berkurangnyakebakaran
Manfaatkesehatan
Manfaat untukkesejahteraan
masyarakatsekitar
ekosistemgambut
Meningkatnyapengetahuan
danketerampilan
memanfaatkangambut
Meningkatkankesadaran dankeikutsertaanmasyarakat
menjagaekosistem
gambutKepuasan %Paling Penting
43
c. Faktor Media Komunikasi
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor media komunikasi di Kota Pontianak
tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.28 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Media Komunikasi di Kota Pontianak
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi tertinggi adalah
akses melalui internet (79,77). Sementara atribut yang memiliki indeks persepsi
terrendah adalah akses melalui brosur (74,88).
Dari delapan atribut yang terdapat pada faktor media informasi nilai kepentingan
tertinggi terdapat pada atribut akses melalui media sosial (Facebook, Twitter, dll) yaitu
sebesar 11,25.
79.77 78.82
79.16
79.7276.29 76.57
74.8878.87
8.95%
2.81%
11.25%
10.23%
2.81%
5.88%
1.02%
3.58%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8Kepuasan %Paling Penting
44
8. Kabupaten Kubu Raya
a. Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi
Ekosistem Gambut pada faktor program restorasi ekosistem gambut di Kabupaten
Kubu Raya dapat digambarkan pada grafik berikut:
Gambar 5.29 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut dalam Atribut Pelayanan/Program di Kabupaten Kubu Raya
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi gambut, yaitu 75,85. Sedangkan
atribut yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah penanganan pelanggaran
hukum di ekosistem gambut dengan indeks sebesar 67,56.
Dari 10 atribut yang terdapat pada faktor program restorasi ekosistem gambut nilai
kepentingan tertinggi terdapat pada atribut keterlibatan pemerintah daerah dan
perangkat desa dalam restorasi gambut, yaitu sebesar 43,75%.
A1 Program restorasi ekosistem gambut di daerah saya. A6 Keberlanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di
masa depan.
A2 Keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi ekosistem gambut.
A7 Penyampaian informasi tentang ekosistem gambut dan restorasi gambut oleh pemerintah
A3 Keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem gambut.
A8 Penanganan pengaduan tentang ekosistem gambut oleh pemerintah.
A4 Partisipasi perusahaan dalam merestorasi ekosistem gambut.
A9 Kualitas sekat kanal, sumur bor, dll. Bentuk pembasahan ekosistem gambut.
A5 Peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi ekosistem gambut. A10 Penegakan hukum di ekosistem gambut.
72.65
70.…
72.57
68.91
75.85 75.5770.53 68.89 70.77
67.56
30.68%
43.75%34.94%
20.74% 21.31%
31.53%26.99%
18.18%11.93%
22.73%
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10Performance %Paling Penting
45
Terdapat enam atribut yang perlu dijadikan perhatian ke depan, yaitu program restorasi
ekosistem gambut di daerah saya, keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa
dalam restorasi gambut, keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi
gambut saat ini, partisipasi perusahaan dalam merestorasi gambut, peran LSM dan
perguruan tinggi dalam merestorasi gambut, keberkelanjutan upaya restorasi ekosistem
gambut di masa depan, penyampaian informasi tentang gambut dan restorasi ekosistem
gambut oleh pemerintah, penanganan pengaduan tentang gambut oleh pemerintah,
kualitas sekat kanal, sumur bor, dan bentuk pembasahan gambut lain, dan penanganan
pelanggaran hukum di lahan gambut.
b. Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem
gambut pada faktor manfaat yang telah dirasakan dengan kehadiran program restorasi
ekosistem gambut di Kabupaten Kubu Raya tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.31 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut di Kabupaten Kubu Raya
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan gambut yaitu 84,85.
81.97 83.32 83.8784.85
83.75
34.38% 30.40%
22.44%
15.34% 19.32%
0%5%10%15%20%25%30%35%40%
50.0055.0060.0065.0070.0075.0080.0085.0090.00
Berkurangnyakebakaran
Manfaatkesehatan
Manfaat untukkesejahteraan
masyarakatsekitar
ekosistemgambut
Meningkatnyapengetahuan
danketerampilan
memanfaatkangambut
Meningkatkankesadaran dankeikutsertaanmasyarakat
menjagaekosistem
gambutKepuasan %Paling Penting
46
Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah berkurangnya
kebakaran dengan indeks sebesar 81,97.
Dari lima atribut yang terdapat pada faktor manfaat yang telah dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut nilai kepentingan tertinggi terdapat pada
atribut berkurangnya kebakaran yaitu sebesar 34,38%.
c. Faktor Media Komunikasi
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor media komunikasi di Kabupaten Kubu
Raya tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.32 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut Berdasarkan Faktor Media Komunikasi di Kabupaten Kubu Raya
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
ceramah/pertemuan/diskusi yaitu 74,83. Sedangkan atribut yang memiliki indeks
persepsi paling rendah adalah akses melalui radio dengan indeks sebesar 70,26.
73.70
71.51
74.7574.41
70.2674.03 71.18 74.83
10.80%7.67%
13.35%
8.24%6.53%
10.23% 7.10%5.97%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8Kepuasan %Paling Penting
47
Dari delapan atribut yang terdapat pada faktor media informasi nilai kepentingan
tertinggi terdapat pada atribut akses melalui media sosial (Facebook, Twitter, dll) yaitu
sebesar 13,35%.
9. Kabupaten Pulang Pisau
a. Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pemangku kepentingan terhadap restorasi
eeekosistem gambut pada faktor program restorasi ekosistem gambut di Kabupaten
Pulang Pisau tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.33 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut dalam Atribut
Pelayanan/ Program di Kabupaten Pulang Pisau
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi gambut saat ini yaitu 79,44.
Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah peran LSM dan
perguruan tinggi dalam merestorasi gambut dengan indeks sebesar 71,41.
A1 Program restorasi ekosistem gambut di daerah saya. A6 Keberlanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di
masa depan.
A2 Keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi ekosistem gambut.
A7 Penyampaian informasi tentang ekosistem gambut dan restorasi gambut oleh pemerintah
A3 Keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem gambut.
A8 Penanganan pengaduan tentang ekosistem gambut oleh pemerintah.
A4 Partisipasi perusahaan dalam merestorasi ekosistem gambut.
A9 Kualitas sekat kanal, sumur bor, dll. Bentuk pembasahan ekosistem gambut.
A5 Peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi ekosistem gambut. A10 Penegakan hukum di ekosistem gambut.
76.09 76.…79.44
74.29
71.41
77.32
75.2572.08 74.61 72.25
36.39%38.01%40.97%
28.03%
26.15%
34.77%
33.42%
22.64% 23.99%
13.48%0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10Performance %Paling Penting
48
Dari 10 atribut yang terdapat pada faktor program restorasi ekosistem gambut nilai
kepentingan tertinggi terdapat pada atribut keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam
upaya restorasi gambut saat ini, yaitu sebesar 40,97%.
Terdapat enam atribut yang penting diperhatikan, yaitu program restorasi ekosistem
gambut di daerah saya, keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam
restorasi ekosistem gambut, keterlibatan/ partisipasi masyarakat dalam upaya
merestorasi ekosistem gambut saat ini.
Partisipasi perusahaan dalam merestorasi gambut, peran LSM dan perguruan tinggi
dalam merestorasi gambut, keberkelanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di masa
depan, penyampaian informasi tentang gambut dan restorasi ekosistem gambut oleh
pemerintah, penanganan pengaduan tentang gambut oleh pemerintah, serta kualitas
sekat kanal, sumur bor, dan bentuk pembasahan gambut lain, juga perlu diperhatikan.
b. Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem
gambut pada faktor manfaat yang dirasakan dengan kehadiran program restorasi
gambut di Kabupaten Pulang Pisau tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.34 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut di Kabupaten Pulang Pisau
81.90 81.60 83.14
80.96
81.49
27.76%
29.65%
18.60%
11.59%11.32%
0%5%10%15%20%25%30%35%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
Berkurangnyakebakaran
Manfaatkesehatan
Manfaat untukkesejahteraan
masyarakatsekitar
ekosistemgambut
Meningkatnyapengetahuan
danketerampilan
memanfaatkangambut
Meningkatkankesadaran dankeikutsertaanmasyarakat
menjagaekosistem
gambutKepuasan %Paling Penting
49
C1 Akses melalui internet C4 Akses melalui radioC2 Akses melalui website ( www.brg.go.id ) dan
medsos BRGC5
Akses melalui surat kabar / majalah
C3 Akses melalui sosial media (facebook, twitter, dll)
C6Akses melalui brosur
C4 Akses melalui televisi C7 Ceramah / Pertemuan / Diskusi
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
manfaat untuk kesejahteraan masyarakat sekitar ekosistem gambut yaitu 83,14.
Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah pengetahuan
dan keterampilan memanfaatkan gambut dengan indeks sebesar 80,96.
Dari lima atribut yang terdapat pada faktor manfaat yang dirasakan dengan kehadiran
program restorasi ekosistem gambut nilai kepentingan tertinggi terdapat pada atribut
manfaat kesehatan yaitu sebesar 29,65%.
c. Faktor Media Komunikasi
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor media komunikasi di Kabupaten Pulang
Pisau tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.35 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Media Komunikasi di Kabupaten Pulang Pisau
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
ceramah/pertemuan/diskusi yaitu 78,42. Sedangkan atribut yang memiliki indeks
persepsi paling rendah adalah akses melalui brosur dengan indeks sebesar 70,47.
73.48 73.8175.09 75.32
71.59
73.8770.47
78.42
4.58%
2.70% 3.23%
4.04%
3.23%
5.12%
3.50%
0.27%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8Kepuasan %Paling Penting
50
Dari delapan atribut yang terdapat pada faktor media informasi nilai kepentingan
tertinggi terdapat pada atribut akses melalui surat kabar/majalah yaitu sebesar 5,12%.
10. Kabupaten Tapin
a. Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor program restorasi ekosistem gambut di
Kabupaten Tapin tergambar pada grafik berikut:
Gambar 5.36 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Program Restorasi Ekosistem Gambut dalam Atribut
Pelayanan/ Program di Kabupaten Tapin
Berdasarkan grafik tersebut, atribut yang memiliki indeks persepsi paling tinggi adalah
penanganan pelanggaran hukum di ekosistem gambut (82,20). Atribut yang memiliki
indeks persepsi terendah adalah peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi
gambut (62,38).
Dari 10 atribut yang terdapat pada faktor program restorasi ekosistem gambut, nilai
kepentingan paling tinggi terdapat pada atribut keterlibatan/partisipasi masyarakat
dalam upaya merestorasi gambut saat ini (72,56).
A1 Program restorasi ekosistem gambut di daerah saya.
A6 Keberlanjutan upaya restorasi ekosistem gambut di masa depan.
A2 Keterlibatan pemerintah daerah dan perangkat desa dalam restorasi ekosistem gambut.
A7 Penyampaian informasi tentang ekosistem gambut dan restorasi gambut oleh pemerintah
A3 Keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem gambut.
A8 Penanganan pengaduan tentang ekosistem gambut oleh pemerintah.
A4 Partisipasi perusahaan dalam merestorasi ekosistem gambut.
A9 Kualitas sekat kanal, sumur bor, dll. Bentuk pembasahan ekosistem gambut.
A5 Peran LSM dan perguruan tinggi dalam merestorasi ekosistem gambut. A10 Penegakan hukum di ekosistem gambut.
75.37 74.62
75.4668.49
62.38
74.05 74.44
69.21 69.14
82.20
33.77%
50.40%
72.56%
27.44% 5.80%
40.11%
15.04%10.03% 13.72%
8.44%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10Performance %Paling Penting
51
b. Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor manfaat yang dirasakan dengan
kehadiran program restorasi ekosistem gambut di Kabupaten Tapin tergambar pada
grafik berikut:
Gambar 5.37 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut Berdasarkan Faktor Manfaat yang Dirasakan dengan Kehadiran Program Restorasi
Ekosistem Gambut di Kabupaten Tapin
Berdasarkan grafik di atas, atribut yang memiliki indeks persepsi tertinggi adalah
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan gambut (83,85).
Sedangkan atribut yang memiliki indeks persepsi paling rendah adalah berkurangnya
kebakaran (77,99).
Dari lima atribut yang terdapat pada faktor manfaat yang dirasakan dengan kehadiran
program restorasi ekosistem gambut, nilai kepentingan tertinggi terdapat pada atribut
berkurangnya kebakaran yaitu sebesar 52,26.
c. Faktor Media Komunikasi
Atribut pembentuk indeks persepsi pada faktor media komunikasi di Kabupaten Tapin
tergambar pada grafik berikut:
77.9978.16 80.06
83.85 82.9457.26%
28.50%
46.44%
33.77% 35.88%
0%10%20%30%40%50%60%70%
50.0055.0060.0065.0070.0075.0080.0085.0090.00
Berkurangnyakebakaran
Manfaatkesehatan
Manfaat untukkesejahteraan
masyarakatsekitar
ekosistemgambut
Meningkatnyapengetahuan
danketerampilan
memanfaatkangambut
Meningkatkankesadaran dankeikutsertaanmasyarakat
menjagaekosistem
gambutKepuasan %Paling Penting
52
Gambar 5.38 Indeks Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut berdasarkan Faktor Media Komunikasi di Kabupaten Tapin
Berdasarkan grafik tersebut, akses melalui media sosial (Facebook, Twitter, dll)
menjadi atribut yang memiliki indeks persepsi tertinggi (76,97). Sedangkan atribut
yang memiliki indeks persepsi terendah adalah akses melalui brosur (65,81).
Dari delapan atribut yang terdapat pada faktor media informasi, nilai kepentingan
tertinggi terdapat pada atribut ceramah/pertemuan/diskusi yaitu sebesar 5,01.
5.5 Indeks Keterikatan Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut Survei keterikatan pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem gambut dibentuk
dari lima faktor: (1) merasa bangga menjadi bagian dari program restorasi ekosistem
gambut, (2) merasa lebih aman dengan adanya program restorasi ekosistem gambut, (3)
merasa program restorasi ekosistem gambut adalah program yang baik, (4) percaya
bahwa program restorasi ekosistem gambut akan membuat kehidupan lebih baik, dan
(5) menganggap banyak masyarakat terlibat dalam program restorasi ekosistem gambut.
Pencapaian indeks survei ini tersaji pada gambar berikut:
76.7076.23
76.9775.24
70.23 67.2565.81
73.17
1.06%
0.00%
2.64%
3.96%
0.00%
0.79%
1.58%
5.01%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8Kepuasan %Paling Penting
53
Gambar 5.39 Indeks Keterikatan Pemangku Kepentingan terhadap Restorasi Ekosistem Gambut
Gambar di atas memperlihatkan nilai indeks keterikatan pemangku kepentingan
terhadap restorasi ekosistem gambut sebesar 81,04 (kategori baik). Indeks keterikatan
ini di Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki pencapaian tertinggi yaitu 87,54,
sedangan indeks paling rendah dimiliki Kota Pekanbaru, yaitu 76,38. Indeks keterikatan
pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem gambut di beberapa kabupaten/kota
memiliki pencapaian di atas rata-rata, di antaranya di Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Kabupaten Siak, Kabupaten Kubu Raya, dan Kota Pontianak. Sisanya memiliki
pencapaian indeks di bawah rata-rata dari indeks total.
Survei ini juga dikelompokkan berdasarkan kategori pemangku kepentingan, yakni
masyarakat umum, masyarakat yang terlibat program restorasi ekosistem gambut,
generasi milenial, dan pembentuk opini di daerah. Pencapaian keterikatan persepsi
pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem gambut tersaji pada gambar ini:
54
Gambar 5.40 Grafik Indeks Keterikatan Responden Secara Umum berdasarkan Kelompok Responden
Indeks kelompok masyarakat yang terlibat program restorasi gambut mencapai angka
82,95 dan menjadi yang tertinggi. Indeks kelompok generasi milenial memiliki nilai
indeks paling rendah, yaitu 79,47.
5.6 Pengetahuan Mengenai Ekosistem Gambut dan Partisipasi Pemangku Kepentingan dalam Program Restorasi Ekosistem Gambut
Gambaran tingkat pengetahuan responden terkait gambut disajikan dalam gambar
berikut:
Nama Kota/ Kabupaten YA TIDAK
Kota Pekanbaru 98,21% 1,79%
Kab. Siak 98,55% 1,45%
Kab. Kep Meranti 98,97% 1,03%
Kab. Ogan Komering Ilir 98,45% 1,55%
Kab. Musi Banyuasin 93,21% 6,79%
Kab. Muaro Jambi 100,00% 0,00%
Kota Pontianak 95,91% 4,09%
Kab. Kubu raya 99,43% 0,57%
Kab. Pulang Pisau 90,03% 8,63%
Kota Palangkaraya 80,74% 19,26%
Gambar 5.41 Grafik Pengetahuan Mengenai Ekosistem Gambut
55
Gambar di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar (95,55%) responden mengetahui
dan pernah mendengar tentang gambut. Bahkan hampir seluruh kabupaten kota yang
disurvei sudah mengetahui tentang gambut.
Menurut responden gambut adalah lahan yang mudah terbakar, lahan yang
banyak akar mati, lahan yang tanahnya asam, lahan dataran rendah dan sering
kebanjiran, tanah hitam, lahan rawa, lahan yang mengandung zat asam, lahan
banyak akar, dan tanah dari sisa-sisa tanaman yang membusuk.
Beberapa hal yang sudah dilakukan terkait partisipasi responden dalam kegiatan
restorasi ekosistem gambut, di antaranya:
1) Revegetasi/Reboisasi/ Penghijauan.
2) Restorasi.
3) Pembuatan sekat kanal.
4) Pembuatan damplot.
5) Penanaman kelapa sawit.
6) Pembuatan sumur bor.
7) Penyiraman/pemadaman api.
8) Sosialisasi ekosistem gambut.
9) Pemberian kapur/dolomit.
10) Pembentukan dan pelatihan petugas kebakaran.
11) Pembuatan kanal.
5.7 Interaksi dan Keterlibatan/Partisipasi Pemangku Kepentingan dalam Kegiatan Restorasi Ekosistem Gambut
Bentuk interaksi dan keterlibatan/partisipasi responden dalam kegiatan restorasi
ekosistem gambut tersaji pada gambar berikut:
56
Gambar 5.42 Interaksi dan Keterlibatan/Partisipasi Responden dalam Kegiatan Restorasi Ekosistem Gambut
Total 1.583 responden yang terlibat program restorasi gambut, gambar di atas
memperlihatkan beberapa bentuk keterlibatan responden dalam kegiatan restorasi
ekosistem gambut, yakni pembuatan sekat kanal dan sumbur bor (36,02%), pemadaman
kebakaran (32,10%), dan pertanian tanpa bakar (29,74%).
Terkait pemahaman tentang restorasi ekosistem gambut, 53,69% responden
mengatakan sebagai upaya membuat gambut dapat dimanfaatkan, 49,93% mengatakan
upaya membuat gambut tidak terbakar, dan 18,07% mengatakan bahwa restorasi
ekosistem gambut adalah upaya agar tidak banjir.
Gambar 5.43 Pemahaman Responden terkait Restorasi Ekosistem Gambut
57
Untuk pemahaman mengenai upaya yang termasuk dalam pembasahan gambut, 38,93%
responden mengatakan dengan pembuatan kanal, 35,93% mengatakan dalam bentuk
pembuatan sekat kanal/tabat, 23,75% responden mengatakan salah satu yang termasuk
pembahasahan gambut adalah pembangunan sumur bor, dan 23,72% dalam bentuk
pemadaman kebakaran.
5.8 Sumber Informasi Pemangku Kepentingan dalam Kegiatan Restorasi Ekosistem Gambut
Sumber informasi responden dalam kegiatan restorasi ekosistem gambut tersaji pada
grafik di bawah ini:
Gambar 5.44 Grafik Sumber Informasi Responden dalam Kegiatan Restorasi Ekosistem Gambut
Grafik di atas memperlihatkan bahwa sumber informasi mengenai kegiatan restorasi
ekosistem gambut yang paling dipercaya adalah pemerintah pusat (87,97%), disusul
pemerintah daerah (74,89%), perangkat desa (54,53%), tokoh masyarakat (43,74%),
dan tim restorasi ekosistem gambut daerah (42,30%). Pihak-pihak tersebut oleh
responden dianggap pernah menyampaikan informasi mengenai kegiatan restorasi
ekosistem gambut.
0.00%
2.15%
4.02%
2.00%
3.84%
3.57%
11.38%
9.93%
15.10%
11.95%
42.00%
0.00%
2.00%
3.57%
2.00%
2.97%
4.07%
14.65%
9.67%
16.76%
13.24%
38.72%
0.89%
13.00%
14.24%
16.73%
19.20%
22.04%
42.30%
43.74%
54.53%
74.89%
87.97%
Lainnya
Perusahaan
Universitas
Tokoh Adat
Tokoh Agama
Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM)
Tim Restorasi Gambut Daerah
Tokoh Masyarakat
Perangkat Desa
Pemerintah Daerah
Pemerintah Pusat
Pernah Menyampaikan Informasi Program GambutPaling Sering MenyampaikanPaling Dipercaya
58
Instansi yang menurut responden paling sering menyampaikan informasi
restorasi ekosistem gambut adalah pemerintah pusat (38,72%), perangkat desa
(16,76%), tim restorasi ekosistem gambut daerah (14,65%), pemerintah daerah
(13,24%), dan tokoh masyarakat (9,67%). Sedangkan instansi yang menurut
responden paling dipercaya untuk menyampaikan informasi terkait kegiatan
restorasi ekosistem gambut adalah Pemerintah Pusat (42%), perangkat desa
(15,10%), pemerintah daerah (11,95%), Tim Restorasi Gambut Daerah (11,38%),
dan tokoh masyarakat (9,93%).
5.9 Media Informasi Pemangku Kepentingan Media informasi yang biasa dibaca, ditonton, didengar, atau diikuti responden tersaji
pada grafik berikut:
Gambar 5.45 Grafik Media Informasi Responden
1.23%
2.86%
4.23%
7.49%
4.12%
7.62%
11.93%
12.37%
17.15%
24.72%
35.22%
0.45%
0.68%
1.31%
3.47%
0.55%
5.41%
13.19%
7.07%
14.87%
20.17%
33.65%
1.08%
9.75%
11.85%
12.32%
13.19%
25.43%
30.34%
34.36%
40.77%
52.38%
75.99%
Lainnya
Media Tradisional
Radio Lokal
Televisi Lokal
Media Lini Bawah SepertiKalender dan Poster
Media Online
Media Komunitas
Media Cetak
Media Sosial [Facebook,Twitter, Instagram Youtube…
Tatap Muka Langsung
Televisi Nasional
Media yang diaksesMedia paling sering diaksesMemuat informasi mengenai restorasi gambut
59
Grafik di atas memperlihatkan bahwa media informasi yang biasa diakses responden
dalam menerima informasi adalah televisi nasional (75,99%), tatap muka langsung
(52,38%), media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, dll (40,77%),
media cetak (34,36%), dan media komunitas (30,34%). Kemudian media yang biasa
diakses untuk mendapatkan informasi mengenai restorasi ekosistem gambut adalah
televisi nasional (35,22%), tatap muka langsung (24,72%), media sosial seperti
Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, dan lain-lain (17,15%), media cetak (12,37%),
dan media komunitas (11,93%).
Selain media di atas, beberapa forum yang biasa dimanfaatkan responden untuk
berkumpul dan mendapatkan berbagai informasi, di antaranya:
1) Pertemuan Kelompok Tani
2) Pertemuan kelompok masyarakat
3) Rapat/musyawarah desa
4) Pertemuan Karang Taruna atau Remaja Masjid
5) Yasinan/pengajian
6) Arisan
7) Pertemuan PKK/Posyandu
8) Kelompok Peduli Api
9) Himpunan mahasiswa
10) Musyawarah desa
11) Karang Taruna
12) Forum diskusi warga
5.10 Saran dan Informasi yang Dibutuhkan Pemangku Kepentingan dalam Upaya Restorasi Ekosistem Gambut
1. Beberapa Saran dari Responden:
Dilakukan revegetasi atau penghijauan
Pemberian bibit pohon untuk ditanam di lahan gambut
Pelatihan pemanfaatan lahan gambut
60
Membuka peluang kerja di lahan gambut
Revitalisasi ekonomi masyarakat di sekitar lahan gambut
Program berkelanjutan
Melibatkan masyarakat di sekitar lahan gambut
Kampanye/sosialisasi tentang lahan gambut
Imbauan agar tidak membakar hutan di lahan gambut
Penanaman kembali lahan yang terbakar
Memberikan bantuan untuk pengolahan lahan gambut
Tindakan hukum terhadap pelanggaran terkait lahan gambut
2. Beberapa Layanan Informasi yang Dibutuhkan oleh Pemangku Kepentingan
terkait Program Restorasi Ekosistem Gambut:
Informasi tentang restorasi ekosistem gambut
Informasi tentang mengatasi kebakaran dan perlunya penghijauan
Pengetahuan tentang cara pengelolaan lahan gambut
Informasi tentang permodalan dan pemasaran hasil kerajinan tangan
Sosialisasi tentang restorasi ekosistem gambut
Layanan pengaduan tentang penanganan ekosistem gambut
61
VI. Kesimpulan dan Rekomendasi Setelah survei dijalankan pada bulan Oktober 2018 terhadap 3.802 responden di 10 lokasi, didapat
hasil yang menjadi bahan analisis dalam pembentukan kesimpulan dan rekomendasi.
6.1 Kesimpulan 1. Indeks persepsi pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem gambut adalah 76,72
(kategori baik). Dalam indeks persepsi pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem
gambut berdasarkan kategori kota/kabupaten terlihat bahwa Kabupaten Ogan Komering
Ilir memiliki indeks pencapaian tertinggi, yaitu 82,47, sedangkan Kota Pekanbaru memiliki
indeks paling rendah, yaitu 72,62.
2. Dalam indeks persepsi pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem gambut
berdasarkan kelompok pemangku kepentingan terlihat bahwa indeks kelompok pembentuk
opini di daerah adalah 78,36 dan merupakan pencapaian tertinggi. Sementara itu indeks
kelompok masyarakat umum memiliki indeks paling rendah, yaitu 75,24.
3. Indeks keterikatan pemangku kepentingan terhadap restorasi ekosistem gambut adalah
81,04 (kategori baik). Dalam indeks keterikatan pemangku kepentingan terhadap restorasi
ekosistem gambut berdasarkan kategori kota/kabupaten terlihat bahwa Kabupaten Ogan
Komering Ilir memiliki indeks pencapaian tertinggi, yaitu 87,54, sedangkan Kota
Pekanbaru memiliki indeks paling rendah, yaitu 76,38.
4. Instansi yang menurut pemangku kepentingan paling sering menyampaikan informasi
terkait kegiatan restorasi ekosistem gambut adalah Pemerintah Pusat (38,72%), perangkat
desa (16,76%), Tim Restorasi Gambut Daerah (14,65%), pemerintah daerah (13,24%), dan
tokoh masyarakat (9,67%).
5. Instansi yang menurut pemangku kepentingan paling dipercaya untuk menyampaikan
informasi mengenai kegiatan restorasi ekosistem gambut adalah Pemerintah Pusat (42%),
perangkat desa (15,10%), pemerintah daerah (11,95%), Tim Restorasi Gambut Daerah
(11,38%), dan tokoh masyarakat (9,93%).
6.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis IPA (Importance Performance Analysis) hal yang menjadi skala
prioritas yang harus ditingkatkan dalam program restorasi adalah :
1. Perlunya peningkatan keterlibatan perusahaan yang berada pada ekosistem gambut dalam
proses pemulihan lahan gambut, terutama dalam upaya mengurangi atau mencegah
terjadinya kebakaran, pemadaman kebakaran, dan upaya pemberdayaan masyarakat.
62
2. Perlunya peningkatan keterlibatan pemangku kepentingan lain terutama pemerintah
daerah, perguruan tinggi, dan LSM dalam program restorasi ekosistem gambut, terutama
dalam upaya-upaya:
a. Penyebarluasan informasi dan pengetahuan dalam pemulihan ekosistem gambut;
b. Peningkatan kemampuan masyarakat dalam mitigasi risiko akibat kebakaran dan
kebanjiran;
c. Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat; dan
d. Pemberdayaan ekonomi masyarakat.
3. Perlunya peningkatan upaya untuk menyebarluaskan informasi mengenai ekosistem
gambut dan restorasi ekosistem gambut melalui berbagai media, baik media massa, media
sosial, maupun melalui aktivitas-aktivitas pertemuan yang dilakukan warga seperti
pengajian, arisan, dan pertemuan PKK.
4. Perlunya peningkatan keterlibatan masyarakat khususnya generasi milenial melalui upaya
penyebaran informasi tentang pentingnya restorasi ekosistem gambut di kanal media sosial,
serta melalui berbagai seminar/diskusi, lomba-lomba, atau aktvitas lain yang sesuai dengan
selera generasi milenial.
5. Perlunya peningkatan koordinasi dengan lembaga penegak hukum untuk memberikan
sanksi yang tegas terhadap pihak-pihak yang melakukan pelanggaran hukum di ekosistem
gambut.
6. Perlunya disediakan saluran yang mudah diakses (termasuk media sosial) sebagai media
penyampaian pengaduan yang berkaitan dengan pelaksanaan program restorasi ekosistem
gambut dan berkaitan dengan pelanggaran hukum.
7. Perlunya peningkatan efektivitas dalam program pembasahan ekosistem gambut melalui
sumur bor, sekat kanal, dan lain-lain.
8. Perlunya penguatan relasi dengan LSM, pemerintah daerah, perguruan tinggi, perusahaan,
pembentuk opini di daerah, masyarakat umum, dan generasi milenial.
9. Bentuk komunikasi tatap muka, penggunaan media televisi nasional dan media digital perlu
menjadi yang medium utama dalam sosialisasi tentang gambut dan restorasi ekosistem
gambut.
63
Daftar Pustaka
Barkah, B. & Siddiq, M. 2009. Penyekatan parit/kanal dan pengelolaan bersama masyarakat di
areal hutan rawa gambut MRPP Kabupaten Musi Banyuasin. Report No. 20/TA Final/SOP.
No.03. PSF Rehabilitation Rev.0. Palembang, Indonesia: German Technical Cooperation –
Merang REDD Pilot Project (MRPP).
Brooks, Stuart, dan Stoneman, Rob. 1997. Conserving Bogs: The Management Handbook. The
Stationery Office, South Gyle Crescent, Edinburgh. England.
Dohong, Alue. 2016. An assesment of the restoration efforts of degraded peatland in Central
Kalimantan. Indonesian Phd Thesis, School of Geography, Planning and Environmental
Managament, The University of Quensland. doi: 10.14264/uql.2016.771
Giesen, W. 2015. Paludiculture (Swamp Cultivation): Alternative Species As An Option for
Sustainable Peatland Development in Indonesia. Innovation Brief. Euroconsult Mott
MacDonald. Netherlands.
Houterman, J, dan Ritzema, H.P. 2009. Land and Water Management in the Ex-Mega Rice Project
Area in Central Kalimantan. Government of Indonesia and Royal Netherlands Embassy,
Jakarta. Jakarta.
Jatmiko, A., Sadono, R., daN Faida, L.R.W. 2012. “Evaluasi Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Menggunakan Analisis Multikriteria”. Jurnal Ilmu Kehutanan. 6(1):30-44.
Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut: Potensi dan Kendala. Kanisius. Yogyakarta.
Noor, M. dan A. Jumberi. 2007. “Pemanfaatan dan Pengelolaan Lahan Gambut: Pengalaman dan
Pembelajaran dari Petani”, hlm 61-72. Dalam B. Prayudi, dkk., (eds.) Prosiding Lokakarya
Percepatan Penerapan Iptek & Inovasi Teknologi Mendukung Ketahanan Pangan dan
Revitalisasi Pembangunan Pertanian. BPTP Jambi.
Ramdhan, Muhammad. 2017. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Restorasi Lahan
Gambut di Kalimantan Tengah. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Robbins dan Stephen, 2003. Perilaku Organisasi. Gramedia. Jakarta
Suhardiman, A. Hidayat, A. Applegate, Grahame B. dan Colfer,Carol JP. 2002. Manual
praktek mengelola hutan dan lahan. Jakarta.
64
Sumaryanto, Mamat, H.S., dan Irawan, 2013. Strategi Pengembangan Ekonomi Masyarakat di
Kawasan Lahan Gambut. Hlm. 379-387 dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan
Gambut Berkelanjutan. 4 Mei 2012. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan pertanian, Bogor.
Suryadiputra, I.N.N, Alue Dohong, Roh,S.B. Waspodo, Lili Muslihat, Irwansyah R. Lubis, Ferry
Hasundungan, dan Iwan T.C. Wibisono, 2005. Panduan Penyekatan Parit dan Saluran di
Lahan Gambut Bersama Masyarakat. Bogor: Wetlands International. Bogor.
Suryadiputra, N. 2007. Options for Rehabilitation of Degraded Peatland. Technical Meeting and
Stakeholders Outreach Workshop on Mining 67 Prospek Paludikultur Lahan Gambut Indonesia
67 Impacts of Palm Oil and Bio-Fuel Production in SE Asia on Peatlands, Biodiversity and
Climate Change. Kuala Lumpur, 31-October-2 November 2007. [paper presentation].
Tata, H.L. & Pradjadinata, S. 2014. Rehabilitasi Ekosistem Gambut terdegradasi dengan
pola partisipatif. Dalam: Widyatmoko, A.Y.B.C., Nirsatmanto, A., Baskorowati, L.,
Leksono, B., Mahfudz, Prabawa, S.B. (eds). Prosiding Seminar nasional Benih Unggul
untuk Hutan Tanaman, Restorasi, dan Antisipasi Perubahan Iklim. Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Pp: 303-312. Bogor. Badan
Penelitiann dan Pengembangan Kehutanan. SEAMEO-BIOTROP.
Van Eijk, P., & Kumar, R. 2009. Bio-Rights dalam teori dan praktik: Sebuah mekanisme
pendanaan untuk pengentasan kemiskinan dan konservasi lingkungan. Wstafingen, the
Netherlands: Wetlands International.
Wahyunto, S. Ritung, K. Nugroho, Y. Sulaeman, Hikmatullah, C. Tafakresno, Suparto, dan
Sukarman. 2013. Atlas Lahan Gambut Terdegradasi di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan
Papua. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
65
Lampiran LEMBAR KUISIONER
66
67
68
69
70
71