Post on 09-May-2019
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 1
2012
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil'Alamin serta
mengucapkan puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Buku Laporan Evaluasi
Penyelenggaraan Perizinan Tahun 2012.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan buku ini, mulai dari tahap
pengumpulan data sampai pengolahan data dan sampai penerbitan buku
ini. Tahun 2012 merupakan tahun ke-4 (empat) Penerbitan Buku Laporan
Evaluasi Penyelenggaraan Perizinan, yang telah dimulai sejak tahun 2009.
Besar harapan kami apa yang tertuang dalam buku Laporan Evaluasi
Penyelenggaraan Perizinan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, semoga
Allah SWT menyertai kita semua.
Bandung, Februari 2013
Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
Provinsi Jawa Barat
Drs. H. A. Sofyan Sastrawiria, M.Si
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 2
2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. MAKSUD 1
C. TUJUAN 2
D. RUANG LINGKUP 2
BAB 2. SEKILAS TENTANG BPPT 3
A. LATAR BELAKANG 3
B. DASAR HUKUM 4
C. STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA 6
D. PRODUK UNGGULAN BPPT 9
BAB 3. PENYELENGGARAAN PERIZINAN 11
A. KEWENANGAN 11
B. PELAKSANAAN 12
C. TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN 18
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 20
A. GAMBARAN UMUM PENYELENGGARAAN 20
B. PENYELENGARAAN PERIZINAN MENURUT BIDANG 25
1. Perhubungan 25
2. Ketenagakerjaan 28
3. ESDM 31
4. Kesehatan 34
5. Penataan Ruang (Kimrum) 37
6. Binamarga 39
7. Penanaman Modal 40
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 3
2012
8. Peternakan 43
9. Perikanan 47
10. PSDA 49
11. Komunikasi dan Informasi 51
12. Kehutanan 53
13. Perindustrian dan Perdagangan 53
14. Perkebunan 54
15. Pendidikan 55
16. Lingkungan Hidup 55
17. Sosial 56
C. INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT 57
D. TINGKAT PENGADUAN MASYARAKAT 61
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 63
A. KESIMPULAN 63
B. SARAN 66
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 4
2012
DAFTAR TABEL
3.1. Jenis Izin/Non Izin yang dikelola oleh BPPT Tahun 2012 dan
Jumlah Perizinan Sesuai Pergub No. 49 Tahun 2011 13
3.2. Jenis Izin yang Dikelola BPPT Tahun 2011 14
3.3. Jenis Non Izin yang Dikelola di BPPT Tahun 2011 16
4.1. Perkembangan Jumlah dan Jenis Perizinan Tahun 2009, 2010,
2011 dan 2012 22
4.2. Durasi Rata-Rata Tertimbang Tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 23
4.3. Jumlah Permohonan Perizinan Tahun 2012 23
4.4. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Pemohon Perizinan 25
4.5. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perhubungan Tahun 2012 26
4.6. Persentase Sebaran Wilayah Aktivitas Usaha Bidang
Perhubungan Tahun 2012 28
4.7. Rekapitulasi Perizinan Bidang Nakertrans Tahun 2012 28
4.8. Persentase Negara Asal Tenaga Kerja Asing Kewenangan
Provinsi Jawa Barat 29
4.9. Persentase Jabatan Tenaga Kerja Asing Kewenangan Provinsi
Jawa Barat 30
4.10. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Ketenagakerjaan 31
4.11. Rekapitulasi Perizinan Bidang ESDM Tahun 2012 31
4.12. Persentase Jenis Sumur Untuk Usaha Pada Bidang ESDM 33
4.13. Persentase Jenis Pemanfaatan Sumur Untuk Usaha Pada Bidang
ESDM 33
4.14. Persentase Zona Konservasi Untuk Usaha Pada Bidang ESDM 34
4.15. Rekapitulasi Perizinan Bidang Kesehatan Tahun 2012 35
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 5
2012
4.16. Persentase Jenis Alat kesehatan yang Didistribusikan di Jawa
Barat Tahun 2012 36
4.17. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Kesehatan Tahun
2012 37
4.18. Rekapitulasi Perizinan Bidang Penataan Ruang Tahun 2012 38
4.19. Persentase Sebaran Wilayah Bidang Penataan Ruang Tahun
2012 39
4.20. Rekapitulasi Perizinan Bidang Binamarga Tahun 2012 39
4.21. Persentase Sebaran Wilayah Bidang Binamarga Tahun 2012 40
4.22. Persentase Jenis Penggunaan Tanah Bidang Binamarga Tahun
2012 40
4.23. Rekapitulasi Perizinan Bidang Penanaman Modal Tahun 2012 41
4.24. Perbandingan Nilai Investasi Tahun 2011 dan 2012 43
4.25. Rekapitulasi Perizinan Bidang Penanaman Modal Tahun 2012 43
4.26. Rekapitulasi Perizinan Bidang Peternakan Tahun 2012 44
4.27. Persentase Produk Pangan dan Non Pangan Bidang Peternakan
yang di Impor Selama Tahun 2012 45
4.28. Persentase Produk Pangan Bidang Peternakan yang di Impor
Selama Tahun 2012 45
4.29. Persentase Negara Pengimpor Produk Bidang Peternakan
Selama Tahun 2012 46
4.30. Persentase Daerah/Provinsi Tujuan Pengiriman Produk
Peternakan Dari Jawa Barat Selama Tahun 2012 46
4.31. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perikanan Tahun 2012 47
4.32. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perikanan Tahun 2012 48
4.33. Persentase Jenis Alat Tangkap Yang Digunakan Pada Usaha
Penangkapan Ikan 49
4.34. Rekapitulasi Perizinan Bidang PSDA Tahun 2012 49
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 6
2012
4.35. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang PSDA Tahun 2012 50
4.36. Persentase Jenis Penggunaan Tanah Pada Izin Serah Pakai
Tanah Bidang PSDA Tahun 2012 51
4.37. Rekapitulasi Perizinan Bidang Komunikasi & Informasi Tahun
2012 52
4.38. Persentase Sebaran Wilayah Bidang Komunikasi & Informasi
Tahun 2012 52
4.39. Rekapitulasi Perizinan Bidang Kehutanan Tahun 2012 53
4.40. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perindustrian & Perdagangan
Tahun 2012 54
4.41. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Perindustrian &
Perdagangan Tahun 2012 54
4.42. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perkebunan Tahun 2012 55
4.43. Rekapitulasi Perizinan Bidang Pendidikan Tahun 2012 55
4.44. Rekapitulasi Perizinan Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2012 56
4.45. Rekapitulasi Perizinan Bidang Sosial Tahun 2012 56
4.46. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun 2012 60
4.47. Nilai IKM Tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 61
4.48. Persentase Jenis Pengaduan Tahun 2012 62
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 7
2012
DAFTAR GAMBAR
2.1. Struktur Organisasi BPPT Provinsi Jawa Barat 7
4.1. Persentase Jenis Izin dan Non Izin Tahun 2012 20
4.2. Jumlah Perizinan Tahun 2012 21
4.3. Perkembangan Pelayanan Perizinan Selama Tahun 2012 24
4.4. Perkembangan Nilai Investasi Selama Tahun 2012 42
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 8
2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rekapitulasi Jumlah Berkas Permohonan dan
Penyelesaian Perizinan Strategis Selama Tahun 2012 69
Lampiran 2. Rekapitulasi Jumlah Berkas Permohonan dan
Penyelesaian Ijin Selama Tahun 2012 72
Lampiran 3. Rekapitulasi Jumlah Berkas Permohonan dan
Penyelesaian Non Ijin Selama Tahun 2012 77
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 9
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perizinan merupakan pelayanan publik yang sangat menonjol dalam
tata pemerintahan. Kenyataan yang terjadi saat ini hubungan antara
pemerintahan dan masyarakat dalam hal perizinan masih kurang baik, karena
pelayanan perizinan yang dilakukan pemerintah oleh masyarakat seringkali
dinilai berbelit-belit, tidak memiliki prosedur yang jelas, tidak transparan,
waktu penyelesaian tidak jelas dan ketidakjelasan biaya yang harus
dikeluarkan.
Laporan Tahunan ini disusun agar dapat dijadikan sebagai salah satu
tolak ukur penyempurnaan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)
Provinsi Jawa Barat dalam rangka meningkatkan kinerja sebagai sebuah
Badan yang khusus menangani pelayanan administratif perizinan. Sehingga
pada akhirnya dapat mengubah pola pandang masyarakat tentang
pelayanan perizinan yang dilakukan oleh pemerintah.
B. MAKSUD
Penyusunan buku laporan tahunan ini dimaksudkan untuk
memberikan informasi penyelenggaraan perizinan selama kurun waktu satu
tahun, yaitu sejak Januari – Desember 2012.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 10
2012
C. TUJUAN
Penyusunan buku laporan tahunan ini bertujuan untuk :
a. Merumuskan kebijakan perizinan guna meningkatkan kualitas
pelayanan perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa
Barat;
b. Mengevaluasi sejauhmana peningkatan kinerja dari penyelenggaraan
pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012;
c. Mengevaluasi kekurangan dan kelemahan dari penyelenggaraan
pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012;
d. Mengetahui hambatan dan kendala dari penyelenggaraan pelayanan
perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012;
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup di dalam laporan tahunan ini meliputi sekilas BPPT
Provinsi Jawa Barat disertai landasan peraturan kelembagaan dan
operasional, dengan menunjukkan jenis dan jumlah produk perizinan yang
dihasilkan serta kinerja perizinan yang meliputi durasi waktu, ratio
pengaduan serta hasil survey kepuasan masyarakat.
Dalam penyusunan laporan tahunan ini sumber data diperoleh dari
jumlah berkas permohonan Ijin/Non Ijin yang masuk ke BPPT sejak Januari
sampai Desember 2012.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 11
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
E. LATAR BELAKANG
Perizinan merupakan pelayanan publik yang sangat menonjol dalam
tata pemerintahan. Kenyataan yang terjadi saat ini hubungan antara
pemerintahan dan masyarakat dalam hal perizinan masih kurang baik, karena
pelayanan perizinan yang dilakukan pemerintah oleh masyarakat seringkali
dinilai berbelit-belit, tidak memiliki prosedur yang jelas, tidak transparan,
waktu penyelesaian tidak jelas dan ketidakjelasan biaya yang harus
dikeluarkan.
Laporan Tahunan ini disusun agar dapat dijadikan sebagai salah satu
tolak ukur penyempurnaan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)
Provinsi Jawa Barat dalam rangka meningkatkan kinerja sebagai sebuah
Badan yang khusus menangani pelayanan administratif perizinan. Sehingga
pada akhirnya dapat mengubah pola pandang masyarakat tentang
pelayanan perizinan yang dilakukan oleh pemerintah.
F. MAKSUD
Penyusunan buku laporan tahunan ini dimaksudkan untuk
memberikan informasi penyelenggaraan perizinan selama kurun waktu satu
tahun, yaitu sejak Januari – Desember 2012.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 12
2012
G. TUJUAN
Penyusunan buku laporan tahunan ini bertujuan untuk :
e. Merumuskan kebijakan perizinan guna meningkatkan kualitas
pelayanan perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa
Barat;
f. Mengevaluasi sejauhmana peningkatan kinerja dari penyelenggaraan
pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012;
g. Mengevaluasi kekurangan dan kelemahan dari penyelenggaraan
pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012;
h. Mengetahui hambatan dan kendala dari penyelenggaraan pelayanan
perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012;
H. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup di dalam laporan tahunan ini meliputi sekilas BPPT
Provinsi Jawa Barat disertai landasan peraturan kelembagaan dan
operasional, dengan menunjukkan jenis dan jumlah produk perizinan yang
dihasilkan serta kinerja perizinan yang meliputi durasi waktu, ratio
pengaduan serta hasil survey kepuasan masyarakat.
Dalam penyusunan laporan tahunan ini sumber data diperoleh dari
jumlah berkas permohonan Ijin/Non Ijin yang masuk ke BPPT sejak Januari
sampai Desember 2012.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 13
2012
BAB 3
PENYELENGGARAAN PERIZINAN
A. KEWENANGAN
Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 dan
Peraturan Gubernur Nomor 49 Tahun 2011, semua jenis perizinan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dintegrasikan
pelayanannya ke BPPT Provinsi Jawa Barat yang meliputi : Izin dan Non Izin.
Setiap perizinan yang meliputi Izin dan non Izin tersebut kewenangan
penandatanganannya dilaksanakan oleh Kepala Badan kecuali untuk
beberapa perizinan yang bersifat strategis penandatanganannya
dilaksanakan oleh Gubernur. Meskipun demikian perizinan yang bersifat
strategis rangkaian proses administrasinya tetap dilakukan melalui Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu.
Menurut Perda No. 7 Tahun 2010, ruang lingkup perizinan yang
diselenggarakan oleh Badan berdasarkan urusan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah, meliputi sektor :
1. Perkebunan; 12. Pengairan;
2. Perikanan; 13. Energi dan sumber daya mineral;
3. Kehutanan; 14. Komunikasi dan informasi;
4. Kesehatan; 15. Penanaman modal;
5. Perhubungan; 16. Penataan ruang;
6. Ketenagakerjaan; 17. Lingkungan hidup;
7. Perindustrian; 18. Pertanahan;
8. Perdagangan; 19. Sosial;
9. Pendidikan; 20. Koperasi;
10. Peternakan; 21. Pertanian; dan
11. Kebinamargaan; 22. Ketahanan pangan.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 14
2012
Dari 22 sektor perizinan yang dintegrasikan di BPPT Provinsi Jawa
Barat tersebut, terdiri atas 205 jenis perizinan meliputi 118 Izin dan 87 Non
Izin (Rekomendasi) (Tabel 3.1).
B. PELAKSANAAN
Jenis perizinan yang telah dilakukan di BPPT selama tahun 2012
meliputi 17 sektor, yang terdiri dari :
1. Perkebunan;
2. Perikanan;
3. Kehutanan;
4. Kesehatan;
5. Perhubungan;
6. Ketenagakerjaan;
7. Perindustrian & Perdagangan;
8. Pendidikan;
9. Peternakan;
10. Kebinamargaan;
11. Energi Sumber Daya Mineral;
12. Komunikasi dan Informasi;
13. Penanaman Modal;
14. Penataan Ruang;
15. Lingkungan Hidup;
16. Sosial;
17. Pengairan (PSDA).
Dari 17 sektor tersebut, terbagi menjadi 46 jenis Izin dan 24 jenis Non
Izin (Rekomendasi). Jumlah Izin dan non Izin pada masing-masing sektor
adalah sebagaimana Tabel 3.1.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 15
2012
Tabel 3.1 : Jenis Izin/Non Izin yang dikelola oleh BPPT Tahun 2012 dan
Jumlah Perizinan Sesuai Pergub No. 49 Tahun 2011
NO SEKTOR
JUMLAH JENIS
PERIZINAN YANG
DIKELOLAH BPPT
TAHUN 2012
JUMLAH PERIZINAN
SESUAI PERGUB No.
49 TAHUN 2011
JUMLAH
IZIN
JUMLAH
NON
IZIN
JUMLAH
IZIN
JUMLAH
NON
IZIN
1 KEBINAMARGAAN 1 - 1 -
2 ESDM 1 1 6 3
3 KEHUTANAN 1 1 11 6
4 KESEHATAN* 7 5 6 10
5 PENATAAN RUANG - 1 2 3
6 KOMINFO 1 - 3 2
7 KETENAGAKERJAAN 5 1 9 9
8 PENANAMAN MODAL 6 - 12 -
9 PENDIDIKAN 1 - 1 1
10 PERHUBUNGAN 12 4 33 24
11 PERIKANAN 3 1 8 7
12 PERINDUSTRIAN &
PERDAGANGAN
1 2 3 8
13 PERKEBUNAN 1 1 2 1
14 PETERNAKAN* 2 7 2 10
15 PENGAIRAN 2 - 6 1
16 SOSIAL 1 - 2 1
17 KOPERASI - - 1 -
18 LINGKUNGAN HIDUP 1 - 2 1
19 PERTANAHAN - - - -
20 TANAMAN PANGAN - - 1 0
21 KETAHANAN PANGAN - - - -
22 KEPARIWISATAAN &
KEBUDAYAAN
- - 5 2
TOTAL 46 24 116 89
Terdapat jenis perizinan yang dilayani di BPPT tahun 2012, namun masih belum
tercantum di Pergub No. 49 tahun 2011.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 16
2012
Dari 46 jenis Izin yang secara riil terintegrasi, jumlah Izin terbanyak
adalah sektor perhubungan yaitu 12 jenis Izin kemudian disusul oleh sektor
kesehatan sebanyak 7 jenis Izin. Nama masing-masing Izin yang secara riil
terintegrasi dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 : Jenis Izin yang Dikelola BPPT Tahun 2011
NO JENIS IZIN
1. a. Pendaftaran Penanaman Modal dan Pendaftaran Perluasan
Penanaman Modal
2. b. Izin Prinsip Penanaman Modal ( IP2M ) [baru&perluasan]
3. c. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal ( IPRPM ), meliputi :
c.1. Perubahan Investasi;
c.2. Perubahan Kapasitas Produksi;
c.3. Perubahan Perpanjangan Waktu dan
4. e. Izin Usaha ( IU )
5. f. Izin Usaha Perluasan ( IUL )
6. i. Pencatatan Perubahan Penanaman Modal ( P3M )
7. Penilaian Amdal Bagi Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang
Mempunyai Dampak Penting Terhadap Lingkungan Hidup di
Provinsi, sesuai dengan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah, 60 hari kerja;
8. Izin Serah Pakai Tanah (ISPT) ,
9. Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum (IUKU) yang
Sarana Maupun Energi Listriknya Lintas Kabupaten/Kota,
10. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) dengan
Kapasitas Produksi 2.000 s.d 6.000 m3 per tahun,
11. Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional (PP IKOT),
12. Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional (IU IKOT), 14 hari kerja;
13. Pemberian Izin Rumah Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan, 14 hari
kerja, meliputi :
a. Penetapan Izin Mendirikan; dan
b. Penetapan Izin Penyelenggaraan;
14. Izin Pendirian Rumah Sakit Khusus Kelas B,
15. Izin Pelayanan Medis sub Spesialis Khusus Unit Hemodialisa,
16. Cabang Penyalur Alat Kesehatan
17. Cabang Pedagang Besar Farmasi
18. Izin Usaha Jasa Titipan untuk Kantor Cabang,
19. Izin Serah Pakai Tanah Pemerintah Provinsi (ISPTPP) Bantaran Sungai,
20. Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air (SIPPA) Permukaan, 2
21. Izin Penyelenggaraan Operasional Sekolah Luar Biasa (SLB),
22. Surat (Keputusan) Izin Trayek Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP),
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 17
2012
NO JENIS IZIN
a. Perpanjangan AKDP
b. Perubahan AKDP
c. Baru AKDP
23. Surat (Keputusan) Izin Operasi Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP),
14 hari kerja;
a. Perpanjangan TAXI
b. Perubahan Taxi
c. Baru Taxi
24. Izin Insidentil,
25. Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (SIUJPT),
26. Surat Izin Usaha Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut
(SIUPEMKL) dan Herregistrasi,
27. Surat Izin Usaha Perusahaan Bongkar Muat (SIUPBM) dan
Herregistrasi,
28. Surat Izin Usaha Perusahaan Pelayaran Rakyat (SIUPPER) dan
Herregistrasi,
29. Izin Usaha Tally di Pelabuhan dan Herregistrasi,
30. Izin Usaha Penyewaan Alat Angkutan Laut/Penunjang Angkutan Laut
(PPAL),
31. Surat Izin Usaha Ekspedisi Muatan Pesawat Udara (SIUEMPU) dan
Herregistrasi,
32. Surat Izin Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara dan Herregistrasi,
33. Surat Izin Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan Jasa Pengurusan
Transportasi dan Herregistrasi,
34. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP),
35. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI),
36. Surat Pembudidayaan Ikan (SPbI) di Laut,
37. Surat Izin Usaha Perdagangan B2 (Bahan Berbahaya) Pengecer
Terdaftar,
38. Izin Penebangan Pohon pada Perkebunan Besar di Jawa Barat, 4 hari
39. Izin Membawa Hewan Kesayangan dan Bibit Ternak Antar
Provinsi/Pulau, 2 hari kerja;
40. Izin Usaha Distributor Obat Hewan,
41. Pemberian Izin Pengumpulan Uang atau Barang Skala Provinsi;
42. Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
Perpanjangan,
43. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA), 3 hari kerja, meliputi
:
a. Perpanjangan IMTA;
b. Pencabutan IMTA
c. Alih/Mutasi jabatan
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 18
2012
NO JENIS IZIN
44. Izin Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar Kerja Lokal
(LPTKS-AKL), 12 hari kerja;
45. Izin Pembentukan Kantor Cabang Pelaksana Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS),
46. Izin Tempat Penampungan TKI ke Luar Negeri Skala Provinsi,
Untuk non Izin, dari 24 jenis non Izin yang secara riil dilaksanakan,
jumlah non Izin pada sektor peternakan adalah yang terbanyak yaitu 7 non
Izin kemudian disusul oleh sektor kesehatan sebanyak 5 non Izin. Nama
masing-masing non Izin yang secara riil terintegrasi dapat dilihat pada Tabel
3.3 berikut.
Tabel 3.3 : Jenis Non Izin yang Dikelola di BPPT Tahun 2011
NO. JENIS NON IZIN
1. Rekomendasi Teknis atas Penyediaan, Peruntukan, Penggunaan dan
Pengusahaan Air Tanah pada Cekungan Air Tanah Lintas
Kabupaten/Kota,
2. Rekomendasi Perubahan Status dan Fungsi Hutan, Perubahan Status
dari Lahan Milik Menjadi Kawasan Hutan, dan Penggunaan Serta
Tukar Menukar Kawasan Hutan,
3. Rekomendasi Penyalur Alat Kesehatan (Alkes),
4. Rekomendasi Pedagang Besar Farmasi (PBF),
5. Rekomendasi Izin Mendirikan dan Penyelenggaraan Sarana
Kesehatan Tertentu, meliputi :
a. Rumah Sakit Kelas A/Utama atau yang Setara,
b. Rumah Sakit Kelas B Pendidikan,
c. Rumah Sakit Khusus Kelas A,
d. Laboratorium Kesehatan Kelas Utama/Pelayanan Laboratorium
Rumah Sakit Kelas A dan Rumah Sakit Kelas B Pendidikan,
e. Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan Kelas A,
f. Rumah Sakit Lapangan,
g. Rumah Sakit PMA/PMDN,
h. Pelayanan Radioterapi,
i. Kedokteran Nuklir,
j. Klinik Kedokteran Spesialis/Kedokteran Gigi Spesialis (PAM), dan
k. Pelayanan Medis Sub Spesialis Khusus,
6. Rekomendasi Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Kelas II,
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 19
2012
NO. JENIS NON IZIN
7. Rekomendasi Izin Industri Komoditi Kesehatan Pedagang Besar
Farmasi (PBF) dan Pedagang Besar Alat Kesehatan (PBAK), meliputi :
a. Rekomendasi Izin Prinsip Industri Farmasi,
b. Rekomendasi Izin Usaha Industri Farmasi,
c. Rekomendasi Izin Prinsip Industri Obat Tradisional,
d. Rekomendasi Izin Industri Obat Tradisional,
e. Rekomendasi Izin Produksi Kosmetika,
f. Rekomendasi Sertifikasi Produksi Alat Kesehatan dan PKRT Kelas B
dan C,
g. Rekomendasi Izin Industri Bahan Baku Farmasi,
h. Rekomendasi Izin Pedagang Besar Farmasi dan Pedagang Besar
Bahan Baku Farmasi,
i. Rekomendasi Izin Penyalur Alat Kesehatan,
j. Rekomendasi dalam rangka Pemberian Izin Importir Produsen,
k. Rekomendasi dalam rangka Pemberian Izin Importir Terdaftar,
dan
l. Rekomendasi dalam rangka Pemberian Izin Importir/Eksportir
Obat Narkotika dan Psikotropika serta Prekursor Farmasi,
8. Rekomendasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara,
9. Kartu Pengawasan,
10. Rekomendasi Ketinggian Bangunan di Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan ( RKB )
11. Rekomendasi Pendirian Kantor Cabang Usaha Penunjang Angkutan
Udara (Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara dan Ekspedisi
Muatan Pesawat Udara) (RPKC - UPAU)
12. Rekomendasi Penetapan Lokasi Pelabuhan Khusus,
13. Surat Keterangan Andon, 10 hari kerja;
14. Rekomendasi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) B2 (Bahan
Berbahaya) Distributor Terdaftar,
15. Rekomendasi Sub-Distributor Minuman Beralkohol,
16. Rekomendasi Perpanjangan/Pembaharuan Hak Guna Usaha (HGU)
Perkebunan,
17. Rekomendasi Pemasukan/Pengeluaran Hewan/Ternak/Produk
Hewan antar Provinsi/Pulau,
18. Rekomendasi Importasi/Ekportasi Obat Hewan,
19. Rekomendasi Pemasukan/Pengeluaran Hewan/Ternak dari dan ke
Luar Negeri,
20. Rekomendasi Importasi/Eksportasi Produk Hewan,
21. Sertifikasi Mutu Pakan Ternak 72 hari kerja;
22. Rekomendasi Labelisasi Mutu Pakan Ternak 72 hari kerja;
23. Rekomendasi Izin Karantina Hewan Sementara ( IKHS )
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 20
2012
NO. JENIS NON IZIN
24. Rekomendasi Pendirian Lembaga Pelayanan Penempatan Tenaga
Kerja Swasta Antar Kerja Antar Daerah (LPTKS-AKAD),
C. TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN
Secara keseluruhan proses pelaksanaan pelayanan perizinan yang
dilakukan oleh BPPT Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :
1. Pemohon Mengambil Formulir dan Mendapatkan Informasi
Persyaratan,
2. Pemohon Mengisi Formulir dan Melengkapi Persyaratan,
3. Formulir dan perlengkapan Persyaratan disampaikan ke Loket
pendaftaran,
4. Petugas Pendaftaran memeriksa kelengkapan persyaratan dengan
ketentuan apabila sesuai dengan persyaratan, petugas memberikan
resi penerimaan berkas dan melakukan registrasi permohonan,
5. Petugas Pendaftaran mengembalikan berkas permohonan dan
persyaratan dengan ketentuan apabila tidak lengkap/tidak sesuai
dengan persyaratan maka segera diperbaiki oleh pemohon,
6. Berkas yang telah diregistrasi oleh petugas pendaftaran kemudian
diteruskan kepada petugas verifikasi dan validasi,
7. Apabila hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas tidak
memenuhi persyaratan untuk dilakukan pemprosesan, berkas
dikembalikan kepada pemohon,
8. Apabila hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas
memenuhi persyaratan tanpa pemerikasaan lapangan dan/pengkajian
oleh tim teknis, naskah Izin dan / non Izin proses untuk
ditandatangani oleh kepada badan,
9. Apabila hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas
memenuhi persyaratan administrasi tetapi memerlukan pemerikasaan
lapangan dan/pengkajian oleh tim teknis melakukan pemerikasaan
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 21
2012
lapangan dan/atau pengkajian yang di koordinasikan oleh bidang
pelayanan,
10. Tim Teknis membuat laporan hasil pemeriksaan lapangan dan/atau
pengkajian dilengkapi dengan berita acara kepada kepala badan
dengan tembusan kepada kepala OPD yang bersangkutan,
11. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan dan/atau pengkajian
dinyatakan bahwa berkas tidak memenuhi pernyaratan, Kepala Badan
membuat surat penolakan atas permohonan tersebut,
12. Apabila berdasarkan pemeriksaan lapangan dan/atau pengkajian
dinyatakan bahwa berkas memenuhi pernyaratan, Kepala Badan
menandatangani Izin dan/atau non Izin,
13. Perizinan yang sudah ditandatangani oleh kepala badan disampaikan
kepada bidang administrasi, selanjutnya diterbitkan surat ketetapan
retribusi daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan dan di
informasikan kepada pemohon bahwa proses perizinan telah selesai,
14. Pemohon mengambil surat ketetapan retribusi daerah (SKRD) atau
dokumen lain yang dipersamakan dan membayar retribusi di loket
pembayaran yang telah disediakan,
15. Berdasarkan bukti pembayaran dan/atau resi penerimaan berkas yang
telah diregistrasi, pemohon mengambil perizinan ke loket
pengambilan pada bidang administrasi,
16. Naskah/Penolakan Izin dan/atau Non Izin yang sudah ditandatangani
diserahkan oleh bidang administrasi kepada pemohon.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 22
2012
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM PENYELENGGARAAN
Sepanjang tahun 2012 terdapat 37.221 permohonan perizinan yang
masuk ke Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat. 43.52 %
diantaranya merupakan permohonan Izin dan 55.94 % merupakan permohonan
Non Izin/Rekomendasi (Gambar 4.1). Izin yang dimaksud disini adalah dokumen
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Daerah atau
ketentuan peraturan perundang-undangan yang merupakan bukti legalitas,
menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorangan, badan hukum dan/atau
bukan badan hukum, Pemerintah, Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melakukan
usaha atau kegiatan tertentu. Sedangkan pengertian dari Non Izin adalah
dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan
Daerah atau ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai syarat/bukti
untuk mendukung dikeluarkannya izin kepada seseorang, badan hukum dan/atau
bukan badan hukum, Pemerintah, Pemerintah Kabupaten/Kota dalam bentuk
tanda daftar rekomendasi, atau dalam bentuk lain.
Gambar 4.1. Persentase Jenis Izin dan Non Izin Tahun 2012
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%
Izin
Non Izin
43.52%
55.94%
Persentase
PERSENTASE IZIN & NON IZIN
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 23
2012
Dari jumlah permohonan perizinan yang masuk, 96.78 % dapat
diselesaikan pada tahun 2012 dan sisanya sebanyak 3.22 % masih dalam proses
penyelesaian (Gambar 4.2). Selama tahun 2012 juga terdapat permohonan izin
yang dikembalikan atau ditolak. Banyak hal yang mendasari penolakan berkas
tersebut, diantaranya adalah : (1) berkas permohonan tidak lengkap sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan, (2) setelah dilakukan telaahan
permohonan perizinan yang diajukan bukan kewenangan provinsi melainkan
kewenangan Pusat Ataupun kewenangan Kabupaten/Kota sesuai dengan PP 38
tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, (3)
terdapat ketidaksesuaian antara persyaratan yang dilampirkan dengan kondisi
sebenarnya di lapangan, dan (4) berdasarkan hasil kajian teknis/lapangan, lokasi
yang diajukan sudah tidak dapat dimanfaatkan sehubungan dengan kondisi
lingkungan.
Gambar 4.2. Jumlah Perizinan Tahun 2012
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Pada Gambar 4.2 di atas dapat dilihat jumlah perizinan yang dapat
diselesaikan selama tahun 2012 sejumlah 35.488. Dari jumlah tersebut 208
merupakan perizinan Strategis, 15.391 diterbitkan dalam bentuk Izin dan 19.888
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
Permohonan Diterbitkan Ditolak
37,221 35,488
531
Data Perizinan Tahun 2012
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 24
2012
merupakan Rekomendasi yang diterbitkan oleh Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Provinsi Jawa Barat.
Jumah permohonan perizinan dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan, seperti yang terlihat pada Tabel 4.1 berikut. Begitu pula halnya
dengan jumlah perizinan yang diterbitkan terjadi peningkatan di setiap tahunnya.
Pada Tabel 4.1 terdapat jumlah jenis perizinan, yaitu jumlah jenis perizinan yang
aktif dilakukan di setiap tahunnya. Terjadi peningkatan jumlah jenis perizinan
yang aktif dilaksanakan sejak tahun 2009 sampai tahun 2012. Peningkatan ini
berkorelasi terhadap peningkatan jumlah permohonan yang masuk ditiap
tahunnya. Hal demikian harus diiringi dengan peningkatan sarana dan prasarana
serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni.
Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah dan Jenis Perizinan Tahun 2009, 2010,
2011 dan 2012
No. Tahun Jumlah Permohonan
Masuk
Jumlah Permohonan
Selesai
Jumlah Jenis
Perizinan Aktif
1. 2009 4.403 3.987 30
2. 2010 7.037 6.484 60
3. 2011 10.894 9.013 63
4. 2012 37.221 35.488 70
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Durasi rata-rata tertimbang penyelesaian proses perizinan selama tahun
2012 adalah 11 hari kerja. Durasi ini lebih lama jika dibandingkan dengan durasi
rata-rata tertimbang pada tahun 2011 yang hanya 10 hari kerja (Tabel 4.2). Durasi
rata-rata tertimbang ini merupakan rata-rata durasi penyelesaian proses perizinan
dari setiap jenis perizinan yang ditangani oleh BPPT Provinsi Jawa Barat.
Durasi rata-rata penyelesaian proses perizinan di tahun 2012 melebihi
target durasi yang telah direncanakan yaitu 10 hari kerja. Beberapa hal yang
menjadi kendala tidak tercapainya target durasi tersebut adalah keterbatasan
sarana dan prasarana di lingkungan BPPT Provinsi Jawa Barat. Dengan jumlah
permohonan yang meningkat, seharusnya didukung oleh penggunaan teknologi
yang memadai. Selain itu jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di BPPT Provinsi
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 25
2012
Jawa Barat masih sangat kurang mencukupi. Sehingga beban kerja tiap pegawai
di BPPT cukup berat, hal ini sangat berkorelasi dengan lamanya proses
penyelesaian perizinan yang ditangani oleh BPPT Provinsi Jawa Barat.
Tabel 4.2. Durasi Rata-Rata Tertimbang Tahun 2009, 2010, 2011
dan 2012
No. Tahun Durasi Rata-Rata Tertimbang
(hari kerja)
Target Durasi
(hari kerja)
1. 2009 9 14
2. 2010 13 14
3. 2011 10 12
4. 2012 11 10
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Berdasarkan Perda 7 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan Terpadu terdapat 22 sektor perizinan yang ditangani oleh BPPT. Sampai
tahun 2012 terdapat 17 sektor pelayanan perizinan yang aktif dilayani oleh BPPT
Provinsi Jawa Barat. Dari ke 17 sektor perizinan tersebut, jumlah permohonan
terbesar adalah sektor Perhubungan yaitu sebesar 82.40 % kemudian diikuti oleh
sektor Ketenagakerjaan. Untuk lebih lengkap mengenai persentase permohonan
yang masuk ke BPPT dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3. Jumlah Permohonan Perizinan Tahun 2012
NO. SEKTOR JUMLAH
PERMOHONAN PERSENTASE
1. Perhubungan 30,668 82.397 %
2. Ketenagakerjaan 3,547 9.530 %
3. ESDM 691 1.857 %
4. Kesehatan 480 1.290 %
5. Kimrum 332 0.892 %
6. Binamarga 318 0.854 %
7. Penanaman Modal 308 0.819 %
8. Peternakan 300 0.811 %
9. Perikanan 234 0.629 %
10. PSDA 163 0.438 %
11. Kominfo 116 0.312 %
12. Kehutanan 18 0.048 %
13. Perindag 17 0.046 %
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 26
2012
NO. SEKTOR JUMLAH
PERMOHONAN PERSENTASE
14. Perkebunan 14 0.038 %
15. Pendidikan 7 0.019 %
16. Lingkungan Hidup 7 0.019 %
17. Sosial 1 0.003 %
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Perkembangan pelayanan perizinan selama tahun 2012 di BPPT Provinsi
Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 4.3. pada Gambar tersebut dapat diketahui
jumlah permohonan perizinan tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar
3.578 permohonan dan terendah terjadi pada bulan September yaitu sebesar
2.766 permohonan.
Gambar 4.3. Perkembangan Pelayanan Perizinan Selama Tahun 2012
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Secara umum, Kabupaten Bandung (16.90 %), Kabupaten Bogor (13.40 %),
Kota Depok (9.97 %), Kabupaten Bekasi (7.32 %) dan Kota Bandung (7.10 %)
merupakan lokasi usaha terbesar para pemohon perizinan. Hal ini menunjukkan
bahwa potensi kegiatan usaha di Provinsi Jawa Barat terpusat di ke lima wilayah
tersebut.
-
1,000
2,000
3,000
4,000
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT OKT NOV DES
Perkembangan Layanan Perizinan Tahun 2012
MASUK SELESAI
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 27
2012
Tabel. 4.4. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Pemohon Perizinan
NO. KABUPATEN/KOTA PERSENTASE
1. Kab. Bandung 16.90%
2. Kab. Bogor 13.40%
3. Kota Depok 9.97%
4. Kab. Bekasi 7.32%
5. Kota Bandung 7.10%
6. Kota Bekasi 7.10%
7. Kota Bogor 6.05%
8. Kab. Cirebon 4.92%
9. Kota Cimahi 3.84%
10. Kab. Bandung Barat 3.13%
11. Kab. Sumedang 2.27%
12. Kab. Majalengka 2.13%
13. Kota Cirebon 2.00%
14. Kab. Indramayu 1.87%
15. Kab. Ciamis 1.85%
16. Kab. Karawang 1.82%
17. Kab. Subang 1.59%
18. Kab. Purwakarta 1.52%
19. Kab. Sukabumi 1.27%
20. Kab. Garut 1.17%
21. Kota Sukabumi 0.76%
22. Kab. Kuningan 0.67%
23. Kab. Cianjur 0.55%
24. Kab. Tasikmalaya 0.41%
25. Kota Tasikmalaya 0.37%
26. Kota Banjar 0.05%
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
B. PENYELENGGARAAN PERIZINAN MENURUT BIDANG
1. Perhubungan
Selama tahun 2012 terdapat 30.944 permohonan perizinan bidang
Perhubungan yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa Barat dan 29.707
diantaranya dapat diterbitkan Izin maupun Rekomendasinya. Perizinan
terbesar pada bidang Perhubungan adalah pengurusan Rekomendasi Kartu
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 28
2012
Pengawasan (KP) sebanyak 19.409 kemudian diikuti pengurusan Izin Surat
(Keputusan) Izin Trayek Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) sebanyak
9.941. Durasi rata-rata tertimbang bidang Perhubungan adalah 9 hari kerja.
Kartu Pengawasan ini digunakan sebagai alat kontrol untuk setiap
kendaraan Angkutan Kota Dalam Provinsi yang beroperasi di Jawa Barat,
apakah kendaraan tersebut beroperasi sesuai dengan izin lintasan trayek
yang telah ditetapkan oleh Dinas yang berwenang, dalam hal ini adalah Dinas
Perhubungan.
Jumlah retribusi yang diperoleh dari pengurusan perizinan bidang
Perhubungan selama tahun 2012 sebesar Rp. 935.332.680,00. Retribusi ini
dibayarkan oleh pemohon untuk pengurusan izin Trayek AKDP dan Kartu
Pengawasan.
Tabel 4.5. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perhubungan Tahun 2012
No Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
1 Surat (Keputusan) Izin Trayek
Angkutan Kota Dalam Provinsi
(AKDP)
9,941 9,250 -
a. Perpanjangan AKDP 8,132 7,588 16 14
b. Perubahan AKDP 1,804 1,662 18 14
c. Baru AKDP 5 - - 14
2 Surat (Keputusan) Izin Operasi
Angkutan Kota Dalam Provinsi
(AKDP)
1,100 1,099 -
a. Perpanjangan Taxi 431 431 13 14
b. Perubahan Taxi 669 668 12 14
c. Baru Taxi - - - 14
3 Izin Insidentil 321 320 1 1
4 Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan
Transportasi (SIUJPT)
50 44 10 14
5 Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan
Ekspedisi Muatan Kapal Laut
(SIUPEMKL) dan Heregristasi
5 4 5 14
6 Surat Izin Usaha Perusahaan
Bongkar Muat (SIUPBM)
16 13 8 14
7 Surat Izin Usaha Perusahaan
Pelayaran Rakyat (SIUPPER)
3 3 2 14
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 29
2012
No Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
8 Izin Usaha Tally di Pelabuhan dan
Herregistrasi
1 - - 14
9 Izin Usaha Penyewaan Alat
Engkutan Laut/Penunjang
Angkutan Laut (PPAL)
22 22 3 14
10 Surat Izin Usaha Ekspedisi Muatan
Pesawat Udara (SIUEMPU) dan
Herregistrasi
2 2 - 14
11 Surat Izin Usaha Kegiatan
Penunjang Bandar Udara dan
Herregistrasi
2 2 5 14
12 Surat Izin Pembukaan Kantor
Cabang Perusahaan Jasa
Pengurusan Transportasi dan
Herregistrasi
1 1 20 14
13 Kartu Pengawasan ( KP ) 19,409 18,899 6 14
14 Rekomendasi Ketinggian Bangunan
di Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan ( RKB )
66 46 31 14
15 Rekomendasi Pendirian Kantor
Cabang Usaha Penunjang Angkutan
Udara (Usaha Kegiatan Penunjang
Bandar Udara dan Ekspedisi
Muatan Pesawat Udara) (RPKC -
UPAU)
1 1 3 14
16 Rekomendasi penetapan lokasi
pelabuhan khusus
4 1 - 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Berdasarkan jumlah permohonan perizinan untuk bidang Perhubungan
yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa Barat dapat diketahui bahwa aktivitas
usaha di bidang Perhubungan tertinggi berada di 4 wilayah, yaitu Kabupaten
Bandung (18.6 %), Kabupaten Bogor (14.9 %), Kota Depok (11.9 %), Kota
Bekasi (7.8 %), dan sisanya tersebar di 22 Kabupaten dan Kota di Provinsi
Jawa Barat (Tabel 4.5). Sejak Tahun 2011 bulan November sampai Desember
Tahun 2012 diketahui bahwa jumlah kendaraan umum yang aktif beroperasi
di Jawa Barat adalah 37.181 unit (sumber : Data Base Bidang Perhubungan).
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 30
2012
Tabel 4.6. Persentase Sebaran Wilayah Aktivitas Usaha
Bidang Perhubungan Tahun 2012
No. Wilayah Persentase
1. Kab. Bandung 18.6 %
2. Kab. Bogor 14.9 %
3. Kota Depok 11.9 %
4. Kota Bekasi 7.8 %
5. Wilayah Lainnya 46.8 5
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
2. Ketenagakerjaan
Sampai saat ini BPPT Provinsi Jawa Barat masih menangani perizinan
bidang Ketenagakerjaan yang merupakan kewenangan Kabupaten/Kota, hal
ini dilakukan karena masih terdapat Kabupaten yang belum menangani
proses perizinan untuk bidang Ketenagakerjaan.
Selama tahun 2012 terdapat 6 jenis perizinan yang aktif dilayani oleh
BPPT untuk Bidang Ketenagakerjaan (Tabel 4.7). permohonan terbesar adalah
Izin Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
Perpanjangan yaitu sebanyak 1.958 permohonan dan Izin Memperkerjakan
Tenaga Kerja Asing sebanyak 1.557 permohonan. Secara keseluruhan
permohonan tersebut dapat diselesaikan di tahun yang sama. Durasi rata-
rata tertimbang penyelesaian perizinan bidang Ketenagakerjaan adalah 4 hari
kerja. Total pendapatan daerah yang diperoleh dari Dana Pengembangan
Keterampilan dan Keahlian (DPKK) Tenaga Kerja Asing selama tahun 2012
adalah sebesar $ 1.103.200,00 atau setara dengan Rp. 10.609.474.400,00.
Tabel 4.7. Rekapitulasi Perizinan Bidang Nakertrans Tahun 2012
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
1. Pengesahan Rencana Penggunaan
Tenaga Kerja Asing ( RPTKA )
Perpanjangan
1,958 1,953 4 7
2. Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja
Asing ( IMTA ), meliputi :
1,557 1,531
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 31
2012
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
a. Perpanjangan IMTA 1,445 1,432 4 3
b. Pencabutan IMTA 106 97 4 3
c. Mutasi/Alih Jabatan 6 2 3 3
3. Izin Lembaga Penempatan Tenaga
Kerja Swasta Antar Kerja Lokal
(LPTKS - AKL)
14 13 5 12
4. Izin Pembentukan Kantor Cabang
Pelaksana Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia Swasta ( PPTKIS )
38 28 11 7
5. Izin Tempat Penampungan TKI ke
Luar Negeri Skala Provinsi ( TPTKI -
LN )
1 - - 14
6. Rekomendasi Pendirian Lembaga
Pelayanan Penempatan Tenaga
Kerja Swasta Antar Kerja Antar
Daerah (LPTKS-AKAD),
1 1 38 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Dari hasil rekapitulasi data bidang Ketenagakerjaan dapat diketahui
jumlah Tenaga Kerja terbanyak berasal dari Negara Korea Selatan yaitu
sebesar 33.30 %, kemudian Jepang (13.70 %) dan Taiwan (10.92 %). Tenaga
Kerja Asing ini sebagian besar berprofesi sebagai Manajer yaitu sebesar 28.1
% (Tabel 4.9).
Tabel 4.8. Persentase Negara Asal Tenaga Kerja Asing Kewenangan
Provinsi Jawa Barat
No Negara Persentase (%)
1 Korea Selatan 33.30
2 Jepang 13.70
3 Taiwan 10.92
4 Republik Rakyat China 9.31
5 India 6.32
6 Philipina 4.60
7 Amerika Serikat 3.53
8 Malaysia 2.36
9 Inggris 2.25
10 Lainnya 13.70
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 32
2012
Tenaga Kerja Asing (TKA) yang beraktivitas di wilayah kewenangan
Provinsi Jawa Barat dapat dikelompokkan dalam 15 kelompok Jabatan seperti
yang terlihat pada Tabel 4.9 di bawah.
Tabel. 4.9. Persentase Jabatan Tenaga Kerja Asing Kewenangan
Provinsi Jawa Barat
No Jabatan Persentase (%)
1 Manager 28.1
2 Direktur 16.1
3 Pengajar 14.4
4 Direktur Utama 8.8
5 Tenaga Ahli 6.7
6 Supervisor 6.4
7 Quality Control 6.1
8 Marketing 4.6
9 Chief 2.3
10 Komisaris 2.3
11 Desainer 1.5
12 Wakil Presdir .9
13 Pekerja Sosial .8
14 Pembina Rohani .6
15 Teknisi .4
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Penyerapan jumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) yang kewenangan
perijinannya berada di dalam kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
adalah 4.843 orang, sedangkan penyerapan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
sebanyak 847.491 orang selama tahun 2012.
Sebaran wilayah usaha untuk bidang Ketenagakerjaan dapat dilihat
pada Tabel 4.10. Lokasi usaha yang menyerap Tenaga Asing terbesar adalah
Kabupaten Bandung kemudian Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten
Bekasi. Besarnya persentase ini berkorelasi positif dengan aktivitas usaha di
wilayah tersebut. Umumnya perindustrian tersebut bergerak di bidang Tekstil
dan pabrik pembuatan onderdil kendaraan bermotor.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 33
2012
Tabel 4.10. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Ketenagakerjaan
No. Wilayah Persentase (%)
1. Kab. Bandung 28.5
2. Kab. Bandung Barat 16.2
3. Kab. Bekasi 14.7
4. Kab. Bogor 8.1
5. Kab. Ciamis 7.6
6. Kab. Cianjur 5.2
7. Kab. Cirebon 3.9
8. Kab. Garut 3.0
9. Kab. Indramayu 2.6
10. Wilayah Lainnya 10.2
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
3. ESDM
Bidang ESDM terdiri dari 6 jenis izin dan 3 jenis rekomendasi. Selama
tahun 2012 hanya ada 2 jenis perizinan yang aktif yaitu Izin Usaha
Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum (IUKU) yang sarana maupun
engergi listriknya Lintas Kabupaten/Kota dan Rekomendasi Teknis atas
penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada
cekungan air tanah Lintas Kabupaten/Kota (ABT). Terdapat 691 permohonan
bidang Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang masuk ke BPPT Provinsi
Jawa Barat selama tahun 2012, dengan durasi rata-rata tertimbang 67 hari
kerja.
Tabel 4.11. Rekapitulasi Perizinan Bidang ESDM Tahun 2012
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
1 Izin Usaha Pertambangan Umum Lintas
Kabupaten/Kota
- - - 30
2 Izin Badan Usaha Jasa Pertambangan
Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Lintas Kabupaten/Kota
- - - 30
3 Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk
Kepentingan Umum (IUKU) yang
sarana maupun engergi listriknya Lintas
4 4 64 30
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 34
2012
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
Kabupaten/Kota
4 Pemberian Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik untuk Kepentingan
Sendiri ( IUK ) yang Sarana Instalasinya
Mencakup Lintas Kabupaten/Kota
- - - 30
5 Izin Usaha Pertambangan Mineral,
Batubara dan Panas Bumi pada Wilayah
Lintas Kabupaten/Kota dan Paling Jauh
12 (duabelas) Mil Laut Diukur dari Garis
Pantai ke Arah Laut Lepas dan/atau ke
Arah Perairan Kepulauan
- - - 30
6 Izin Usaha Pertambangan Moneral dan
Batubara untuk Operasi Produksi yang
Berdampak Lingkungan Langsung
Lintas Kabupaten/Kota dan Paling Jauh
12 (duabelas) Mil Laut Diukur dari Garis
Pantai ke Arah Laut Lepas dan/atau ke
Arah Perairan Kepulauan
- - - 30
7 Rekomendasi Teknis atas penyediaan,
peruntukan, penggunaan dan
pengusahaan air tanah pada cekungan
air tanah Lintas Kabupaten/Kota (ABT)
803 400 67 30
8 Rekomendasi penggunaan wilayah
kerja kontrak kerja sama untuk
kegiatan lain di luar kegiatan migas
pada lintas kabupaten/kota
- - - 30
9 Rekomendasi pendirian gudang bahan
peledak dalam rangka kegiatan usaha
migas di daerah operasi daratan dan di
daerah operasi paling jauh 12 (dua
belas) mil laut diukur dari garis pantai
ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan
- - - 30
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Sesuai dengan Perda Jabar no. 8 tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Air Tanah, pemberian Rekomendasi Teknis atas penyediaan,
peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air
tanah Lintas Kabupaten/Kota (ABT) ini diberikan dalam rangka kegiatan :
a) pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi sumberdaya
manusia;
b) penelitian dan pengembangan; dan
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 35
2012
c) kegiatan lain sesuai kesepakatan, dengan prinsip saling
menguntungkan.
Dalam prakteknya, pengambilan air tanah dalam pengusahaan bidang
ESDM kurang lebih 88 % telah menggunakan alat bor, meskipun pada
beberapa perusahaan masih ada yang menggunakan tenaga manusia.
Adapun jenis sumur yang dibuat sekitar 75 % berupa sumur bor dan
selebihnya berupa sumur gali, dimana sumur gali ini terdiri dari sumur gali,
pantek, dan turap mata air. Sumur bor ini memiliki kedalaman lebih dari 40-
42 meter sedangkan untuk sumur gali memiliki kedalaman kurang dari 40-42
meter.
Tabel 4.12. Persentase Jenis Sumur Untuk Usaha Pada Bidang
ESDM
No. Jenis Sumur Persentase (%)
1. Bor 75.0
2. Pantek 21.7
3. Gali 2.2
4. Turap 1.1
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Kurang lebih 77 % dari pengambilan air tanah ini digunakan untuk
penunjang produksi di Perusahaan yang bersangkutan, selain itu umumnya
digunakan untuk bahan baku produksi, mandi cuci kakus (MCK) dan untuk
pemeliharaan fasilitas tempat usaha sebagaimana terlihat pada Tabel 4.13 di
bawah.
Tabel 4.13. Persentase Jenis Pemanfaatan Sumur Untuk Usaha
Pada Bidang ESDM
No Jenis Pemanfaatan Persentase (%)
1. Penunjang Produksi 77.2
2. Bahan Baku Produksi 18.3
3. MCK 3.9
4. Pemeliharaan Fasilitas .6
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Berdasarkan permohonan perizinan bidang ESDM yang masuk ke BPPT
Provinsi Jawa Barat, wilayah pengambilan air untuk pengurusan Rekomendasi
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 36
2012
Teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah
pada cekungan air tanah Lintas Kabupaten/Kota (ABT) terbagi dalam 5 zona
seperti yang tampak pada Tabel 4.14 di bawah.
Sesuai dengan Perda Jabar no. 8 tahun 2012, zona pemanfaatan air
tanah meliputi zona aman, rawan, kritis dan rusak berdasarkan kriteria
penurunan muka air tanah dan/atau penurunan kualitas air tanah dan/atau
terjadinya amblesan tanah. Berdasarkan pertimbangan penurunan muka air
tanahnya, tingkat kerusakan kondisi air tanah dapat dibagi menjadi 4 (empat)
tingkatan, yaitu :
1) Aman : penurunan muka air tanah < 40%,
2) Rawan : penurunan muka air tanah 40% - 60%,
3) Kritis : penurunan muka air tanah 60% - 80% dan
4) Rusak : penurunan muka air tanah > 80%.
Tabel 4.14. Persentase Zona Konservasi Untuk Usaha Pada Bidang
ESDM
No. Zona Konservasi Persentase (%)
1. Rawan 41.7
2. Aman 36.7
3. Kritis 10.6
4. Resapan 5.6
5. Rusak 5.6
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
4. Kesehatan
Dari 18 jenis perizinan bidang Kesehatan yang telah dilimpahkan ke
BPPT Provinsi Jawa Barat, hanya ada 11 perizinan yang aktif di tahun 2012
(Tabel 4.15). jumlah total permohonan yang masuk sebanyak 480 dan 370
diantaranya telah diterbitkan di tahun 2012 sedangkan sisanya masih dalam
proses penyelesaian. Durasi rata-rata tertimbang penyelesaian perizinan
bidang Kesehatan adalah 50 hari kerja. Durasi ini melebihi durasi waktu yang
telah ditetapkan dalam Pergub No. 49 Tahun 2011 yaitu 14 hari kerja.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 37
2012
Dibutuhkan koordinasi lebih lanjut dengan OPD terkait untuk mengatasi
masalah durasi pada bidang Kesehatan ini.
Tabel 4.15. Rekapitulasi Perizinan Bidang Kesehatan Tahun 2012
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
1 Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat
Tradisional (PP - IKOT)
5 4 24 14
2 Izin Usaha Industri Kecil Obat
Tradisional (IU-IKOT)
11 10 63 14
3 Pemberian Izin Rumah Sakit Umum
Kelas B Non Pendidikan
23 23 - 14
b. Penetapan Izin Penyelenggaraan
(IPRSU-B)
23 23 38 14
4 Izin Pendirian Rumah Sakit Khusus
Kelas B
1 - - 14
5 Izin Pelayanan Medis Sub Spesialis
Khusus Unit Hemodialisa
1 1 84 14
6 Cabang Penyalur Alat Kesehatan 22 17 47 14
7 Cabang Pedagang Besar Farmasi 58 43 41 14
8 Rekomendasi Pedagang Besar Farmasi
(R-PBF)
60 45 47 14
9 Rekomendasi Izin Mendirikan dan
Penyelenggaraan Sarana Kesehatan
tertentu, meliputi :
9 7 - 14
b. Rumah Sakit Kelas B Pendidikan
(IMRS-B)
1 - - 14
c. Rumah Sakit Khusus Kelas A
(IMRSK-A)
2 2 65 14
d. Laboratorium Kesehatan Kelas
Utama/Pelayanan Laboratorium
Rumah Sakit Kelas A dan Rumah
Sakit Kelas B Pendidikan (LRS)
6 5 47 14
10 Rekomendasi Produksi dan Distribusi
Alat Kesehatan Perbekalan Kesehatan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) Kelas II
17 1 55 14
11 Rekomendasi Rekomendasi Izin
Industri Komoditi Kesehatan Pedagang
Besar Farmasi (PBF) dan Pedagang
Besar Alat Kesehatan (PBAK), meliputi :
273 219 -
a. Rekomendasi Izin Prinsip Industri
Farmasi (RIPIF)
1 - - 14
b. Rekomendasi Izin Usaha Industri
Farmasi (RIUIF)
41 27 44 14
c. Rekomendasi Izin Prinsip Industri 5 4 62 14
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 38
2012
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
Obat Tradisional (RIP-IOT)
d. Rekomendasi Izin Industri Obat
Tradisional (RI - IOT)
9 7 81 14
e. Rekomendasi Izin Produksi
Kosmetik (RIPK)
44 37 43 14
f. Rekomendasi Sertifikasi Produksi
Alat Kesehatan dan PKRT Kelas B
dan C (RSPAK)
36 43 62 14
h. Rekomendasi Izin Pedagang Besar
Farmasi dan Pedagang Besar Bahan
Baku Farmasi (PB3F)
16 9 78 14
i. Rekomendasi Izin Penyalur Alat
Kesehatan (R - PAK)
121 92 50 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Permohonan terbesar selama tahun 2012 adalah Rekomendasi Izin
Penyalur Alat Keseharan (R-PAK) yaitu sebanyak 121 permohonan dan 92
permohonan dapat diterbitkan di tahun 2012 dan sisanya masih dalam
proses penyelesaian. Umumnya alat kesehatan yang banyak didistribusikan
adalah Alat Kesehatan Elektromedik Non Radiasi seperti yang tampak pada
Tabel 4.16 berikut.
Tabel 4.16. Persentase Jenis Alat kesehatan yang Didistribusikan di
Jawa Barat Tahun 2012
NO JENIS ALAT KESEHATAN PERSENTASE (%)
1. Elektromedik Non Radiasi 28.6
2. Non Elektromedik Non Steril 23.8
3. Non Elektromedik Steril 19.0
4. Diagnostik In Vitro 14.3
5. Diagnostik Reagensia 4.8
6. Elektromedik Non Steril 4.8
7. Elektromedik Steril 4.8
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Persentase wilayah terbesar untuk permohonan perizinan bidang
Kesehatan terletak pada Kota Bandung yaitu sebesar 30.24 %, untuk lebih
lengkap mengenai sebaran wilayah bidang Kesehatan dapat dilihat pada
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 39
2012
Tabel 4.17. Tabel tersebut menunjukkan sebaran wilayah permohonan
bidang Kesehatan dalam 9 wilayah terbesar.
Tabel 4.17. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Kesehatan
Tahun 2012
NO. WILAYAH PERSENTASE
1. Kota Bandung 30.24%
2. Kab. Bekasi 15.66%
3. Kota Bekasi 11.48%
4. Kab. Bogor 8.38%
5. Kota Bogor 5.65%
6. Kota Depok 5.28%
7. Kota Cirebon 4.19%
8. Kab. Bandung Barat 3.46%
9. Kab. Bandung 3.10%
10. Willayah Lainnya 12.57%
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
5. Penataan Ruang (Kimrum)
Perizinan bidang Penataan Ruang ini termasuk dalam kelompok
Perizinan Strategis yang pengesahannya sebagian dilakukan oleh Gubernur
Jawa Barat. Perizinan Strategis ini merupakan perizinan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Daerah atau ketentuan
peraturan perundang-undangan, yang memiliki karakteristik tertentu, dengan
kriteria meliputi perizinan yang membutuhkan kajian komprehensif dari
pihak terkait, jangka waktu tertentu, berdampak luas terhadap lingkungan
hidup, konservasi, pemanfaatan penataan ruang Provinsi dan berdampak
pada kesejahteraan masyarakat.
Tidak semua permohonan perizinan bidang Penataan Ruang yang
ditandatangani oleh Gubernur, hanya permohonan yang memiliki luas di atas
5.000 m2 yang ditandatangai oleh Gubernur, sedangkan luas di bawah 5.000
m2 disahkan oleh Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa
Barat.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 40
2012
Terdapat 3 jenis perizinan bidang Penataan Ruang yang telah
diintegrasikan ke Badan Pelayanan Prijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat.
Namun pada tahun 2012 hanya terdapat 1 jenis perizinan yang aktif
diselenggarakan. Selama tahun 2012 terdapat 332 permohonan perizinan
bidang Penataan Ruang (Tabel 4.18) dengan durasi penyelesaian rata-rata 64
hari kerja, sedangkan durasi penyelesaian bidang Penataan Ruang
berdasarkan Peraturan Gubernur No. 49 tahun 2011 adalah 30 hari kerja.
Tabel 4.18. Rekapitulasi Perizinan Bidang Penataan Ruang Tahun
2012
No. Jenis Layanan Izin Dan Non
Izin Masuk Selesai Tolak Durasi
Target
Durasi
1 Rekomendasi Pemanfaatan
Ruang Kawasan Bandung Utara
332 198 103 64 30
2 Izin Penyelenggara Pengelolaan
Persampahan Lintas
Kabupaten/Kota
- - - - 30
3 Izin Lokasi Kawasan Siap
Bangun (Kasiba) dan
Lingkungan Siap Bangun (Lisiba)
Lintas Kabupaten/Kota
- - - - 30
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Untuk permohonan perizinan bidang Penataan Ruang terdapat
sejumlah permohonan yang dikembalikan, beberapa hal yang menjadi dasar
pengembalian permohonan tersebut adalah :
1. Telah terdapat bangunan di lokasi yang dimohon,
2. Berada pada zona IA yaitu lokasi dimohon tidak memenuhi daya
dukung dan daya tampung lingkungan,
3. Terdapat perubahan site plan untuk Koefisien Daerah Hijau (KDH).
Tabel 4.19. Persentase Sebaran Wilayah Bidang Penataan Ruang
Tahun 2012
NO. WILAYAH PERSENTASE (%)
1. Kota Bandung 81.5
2. Kab. Bandung 9.0
3. Kab. Bandung Barat 6.6
4. Kota Cimahi 3.0
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 41
2012
Permohonan terbanyak untuk bidang Penataan Ruang berasal dari
Kota Bandung, yaitu sebesar 81.5 %. Hal tersebut didukung oleh tingginya
jumlah penduduk di Kota Bandung sedangkan lahan kosong yang tersedia
semakin sempit, sehingga dibutuhkan area pemukiman baru dimana area
tersebut berada di Kawasan Bandung Utara yang merupakan Zona Resapan
Air untuk wilayah Bandung Raya. Karena itulah permohonan Rekomendasi
pemanfaatan Bandung Utara masuk dalam kelompok Perizinan Strategis.
6. Binamarga
Selama tahun 2012 terdapat 318 permohonan yang masuk dan 199
berkas yang diterbitkan selama tahun 2012. Sejumlah perizinan yang
diterbitkan tersebut ada sebagian permohonan yang masuk di tahun 2011,
yaitu sejumlah 48 berkas permohonan. Dibutuhkan 33 hari kerja untuk
menyelesaikan proses Izin Serah Pakai Tanah, durasi waktu ini melebihi durasi
waktu yang telah ditetapkan dalam Pergub no. 49 tahun 2011 yaitu 14 hari
kerja.
Tabel 4.20. Rekapitulasi Perizinan Bidang Binamarga Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Tolak Durasi Target
Durasi
1 Izin Serah Pakai Tanah 318 199 - 33 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Berdasarkan data hasil rekapitulasi diketahui bahwa pemohon
terbanyak untuk pengurusan Izin Serah Pakai Tanah berasal dari Kota
Bandung. Untuk lebih detai mengenai sebaran potensi wilayah pengurusan
Izin Serah Pakai Tanah dapat dilihat pada Tabel 4.21. Sebaran wilayah untuk
pengurusan izin bidang Binamarga pada Tabel 4.21 dikelompokkan dalam 5
wilayah terbesar.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 42
2012
Tabel 4.21. Persentase Sebaran Wilayah Bidang Binamarga Tahun
2012
No. Wilayah Persentase (%)
1. Kota Bandung 25.1
2. Kab. Garut 12.6
3. Kab. Bandung 9.5
4. Kab. Tasikmalaya 6.0
5. Kab. Bogor 5.5
6. Wilayah Lainnya 41.2
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Penggunaan tanah pada pengurusan Izin Serah Pakai Tanah secara
umum dapat dikelompokkan dalam 6 jenis penggunaan (Tabel 4.22). Hampir
dari setengah permohonan Izin Serah Pakai Tanah digunakan sebagai fasilitas
jalan keluar masuk yaitu sebanyak 45.2 %, sedangkan tanah yang digunakan
sebagai tempat tinggal hanya sebanyak 2.0 % dari sejumlah izin yang
diterbitkan untuk bidang Binamarga.
Tabel 4.22. Persentase Jenis Penggunaan Tanah Bidang Binamarga
Tahun 2012
No. Jenis Penggunaan Persentase (%)
1. Fasilitas Jalan Keluar Masuk 45.2
2. Penempatan Utilitas Kabel 19.1
3. Bangunan Darurat 18.1
4. Penempatan Utilitas Pipa 12.6
5. Tanaman 3.0
6. Rumah Tinggal 2.0
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
7. Penanaman Modal
Selama tahun 2012 hanya ada 7 jenis izin yang aktif dilayani dari 12
jenis izin yang telah diintegrasikan untuk bidang Penanaman Modal.
Terdapat 315 permohonan yang masuk ke Badan Pelayanan Perijinan
Terpadu Provinsi Jawa Barat selama tahun 2012 dan 270 perizinan yang
diterbitkan untuk bidang Penanaman Modal selama 2012. Durasi rata-rata
penyelesaian perizinan bidang Penanaman Modal secara keseluruhan adalah
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 43
2012
10 hari kerja. Durasi penyelesain ini masih di atas durasi waktu yang telah
ditetapkan di dalam Pergub no. 49 tahun 2011; yaitu 3 hari kerja untuk Izin
Prinsip, 5 hari kerja untuk Izin Prinsip Perubahan dan 7 hari kerja untuk Izin
Usaha. Jumlah izin yang paling banyak dimohon adalah permohonan Izin
Prinsip yaitu sebanyak 134 permohonan.
Tabel 4.23. Rekapitulasi Perizinan Bidang Penanaman Modal
Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Tolak Durasi Target
Durasi
1 Pendaftaran Penanaman Modal
dan Pendaftaran Perluasan
Penanaman Modal
14 8 6 7 1
2 Izin Prinsip Penanaman Modal
(IP2M)
134 123 9 8 3
3 Izin Prinsip Perubahan
Penanaman Modal (IPRPM),
meliputi :
70 59 9 -
1. Perubahan Investasi; - - - - 5
2. Perubahan Kapasitas
Produksi;
70 59 9 5 5
3. Perubahan Perpanjangan
Waktu.
- - - - 5
4 Perubahan Lokasi - - - - 5
5 Izin Usaha (IU) 55 43 10 17 7
6 Izin Usaha Perluasan (IUL) 38 33 2 18 7
7 Izin Usaha Perubahan (IUR) 2 2 - - 5
8 Izin Usaha Penggabungan
Perusahaan Penanaman Modal
(IUP3M)
- - - - 5
9 Pencatatan Perubahan
Penanaman Modal (P3M)
2 2 - 5 1
10 Pengantar Perubahan Status
dan PMDN ke PMA (P2S)
- - - - 1
11 Usulan Persetujuan Fasilitas
Fiskal Nasional bagi
Penanaman Modal yang
menjadi Kewenangan Provinsi
(UPF2N)
- - - - 5
12 Surat Pengaktifan Kembali
Angka Pengenal Importir
Produsen yang sudah
dibekukan (SP-APIP)
- - - - 12
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 44
2012
Nilai investasi dari permohonan Izin Prinsip yang masuk ke Badan
Pelayanan Terpadu Provinsi Jawa Barat sejak Januari sampai Desember tahun
2012 adalah Rp 38,753,868,056,145, sedangkan nilai investasi dari Izin Usaha
adalah Rp 8,700,166,653,897. Pada gambar berikut dapat dilihat
perkembangan nilai investasi untuk setiap bulannya selama tahun 2012.
Gambar 4.4. Perkembangan Nilai Investasi Selama Tahun 2012
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Nilai investasi Izin Prinsip tertinggi terjadi di bulan Juli yaitu sebesar Rp
10,969,358,298,122 dan nilai investasi izin Usaha terjadi pada bulan Maret
yaitu sebesar Rp 2,096,423,657,103. Izin Prinsip merupakan permohonan
yang disampaikan oleh perusahaan untuk mendapatkan izin dari pemerintah
dalam memulai kegiatan usaha. Permohonan izin bidang Penanaman Modal
yang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah Jenis
usaha dengan nilai investasi di atas 10 miliar.
Berdasarkan data perizinan yang dimiliki oleh Badan Pelayanan
Perijinan Provinsi Jawa Barat nilai investasi telah mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun 2011 seperti yang tampak pada Tabel berikut.
Nilai investasi Izin Prinsip meningkat 81.4 % dan Izin Usaha meningkat
sebesar 66 %.
Rp-
Rp2
Rp4
Rp6
Rp8
Rp10
Rp12
I
N
V
E
S
T
A
S
I
(Tri
llio
ns)
NILAI INVESTASI 2012
IZIN PRINSIP IZIN USAHA
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 45
2012
Tabel 4.24. Perbandingan Nilai Investasi Tahun 2011 dan 2012
No. Tahun
Izin Prinsip
(Rp)
(triliun)
%
Peningkatan
Izin Usaha
(Rp)
(triliun)
%
Peningkatan
1. 2011 7.2 81.4 %
2.9 66 %
2. 2012 38.7 8.7
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Penyerapan jumlah tenaga kerja selama 2012 adalah 18.863 orang laki-
laki dan 21.789 orang wanita. Jumlah wanita lebih tinggi jika dibandingkan
dengan jumlah tenaga kerja pria.
Tabel 4.25. Rekapitulasi Perizinan Bidang Penanaman Modal
Tahun 2012
No. Wilayah Persentase (%)
1. Kab. Bekasi 36.3
2. Kab. Bandung 20.9
3. Kab. Bogor 15.4
4. Kota Bekasi 5.5
5. Kab. Bandung Barat 4.4
6. Wilayah Lainnya 17.6
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Lokasi usaha bidang Penanaman Modal secara umum dibagi dalam 5
besar, dan usaha ini terpusat di wilayah Kabupaten Bekasi yaitu sebesar 63.3
%. Kabupaten Bekasi selama ini dikenal memiliki beberapa kawasan industri,
sehingga hal tersebut berbanding lurus dengan jumlah investasi atau
penanaman modal.
8. Peternakan
Terdapat 9 perizinan yang aktif selama tahun 2012, terdiri dari 2 jenis
Izin dan 7 jenis Non Izin. Total permohonan masuk sebanyak 303
permohonan dan 287 permohonan yang diterbitkan selama tahun 2012.
Durasi rata-rata penyelesaian perizinana bidang Peternakan adalah 10 hari
kerja. Permohonan perizinan terbesar adalah permohonan Rekomendasi
Importasi/Eksportasi Produk Hewan yaitu 118 berkas permohonan.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 46
2012
Tabel 4.26. Rekapitulasi Perizinan Bidang Peternakan Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Tolak Durasi Target
Durasi
1 Izin Membawa Hewan
Kesayangan dan Bibit Ternak
Antar Provinsi/Pulau
33 33 - 3.3 2
2 Izin Usaha Distributor Obat
Hewan ( IU - DOH )
5 3 2 19.3 14
3 Rekomendasi
Pemasukan/Pengeluaran
Hewan/Ternak/Produk Hewan
antar Provinsi/Pulau
16 15 - 13.6 14
4 Rekomendasi Ijin Produsen
Obat Hewan
- - - - 14
5 Rekomendasi
Importasi/Ekportasi Obat
Hewan
1 1 - 27.0 14
6 Rekomendasi
Pemasukan/Pengeluaran
Hewan/Ternak dari dan ke Luar
Negeri
102 101 1 9.0 14
7 Rekomendasi Ijin Prinsip
Produsen Obat Hewan
- - - - 14
8 Rekomendasi
Importasi/Eksportasi Produk
Hewan
118 113 1 10.7 14
9 Rekomendasi Pemasukan dan
Pengeluaran Benih, Bibit
Ternak dan Ternak Potong :
- - - -
a. Rekomendasi
Pemasukan/Pengeluaran
DOC
- - - - 1
b. Rekomendasi Surat
Pengeluaran Hewan antar
pulau di dalam wilayah
Indonesia
- - - - 14
c. Rekomendasi Import Sapi
Bibit Bakalan dan Kerbau,
14 hari kerja;
- - - - 14
d. Rekomendasi Ekspor Hewan - - - - 14
10 Sertifikasi Mutu Pakan Ternak 9 8 1 15.3 72
11 Pemberian NKV untuk unit
usaha produk pangan asal
hewan wilayah Provinsi
- - - - 72
12 Rekomendasi Labelisasi Mutu
Pakan Ternak
1 - - - 72
13 Rekomendasi Izin Karantina
Hewan Sementara ( IKHS )
18 13 2 21.6 14
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 47
2012
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Produk peternakan yang di impor ke Indonesia terbagi dalam 2
kelompok besar, yaitu Pangan dan Non Pangan. Produk pangan ini
umumnya berupa daging, produk olahan dan susu. Sedangkan produk non
pangan yang di impor ke Indonesia berupa produk kulit hewan (sapi dan biri-
biri) baik itu masih dalam bentuk mentah ataupun yang sudah diawetkan.
Tabel 4.27. Persentase Produk Pangan dan Non Pangan Bidang
Peternakan yang di Impor Selama Tahun 2012
No. Jenis Produk Persentase (%)
1. Pangan 98.5
2. Non Pangan 1.5
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Hampir setengah dari jumlah produk yang di Impor ke Indonesia
merupakan Produk Olahan Susu yaitu sebesar 714.932 ton atau sekitar 47 %.
Produk olahan susu ini berupa mentega, keju, whey, yoghurt, dls. Produk
tersebut umumnya digunakan sebagai bahan dasar ataupun bahan
tambahan dalam industri makanan.
Tabel 4.28. Persentase Produk Pangan Bidang Peternakan yang di
Impor Selama Tahun 2012
No. Produk Peternakan Persentase
(%)
Jumlah
(Ton)
1. Produk Olahan Susu 46.9 714.932
2. Daging Mentah 36.1 190.715
3. Produk Susu 13.5 115.336
4. Produk Olahan 2.2 71.038
5. Daging Olahan 1.2 1.386
6. Pakan Hewan .2 990
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Negara-negara pengimpor produk peternakan dikelompokkan dalam 5
negara terbanyak pengimpor (Tabel 4.29). Kurang lebih 32 % produk
peternakan ini di impor dari Negara Australia, kemudian New Zealand, USA,
Perancis dan Philipina.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 48
2012
Tabel 4.29. Persentase Negara Pengimpor Produk Bidang
Peternakan Selama Tahun 2012
No. Negara Persentase (%)
1 Australia 32.2
2 New Zealand 20.4
3 USA 11.2
4 Perancis 7.7
5 Philipina 3.8
6 Negara Lainnya 24.7
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Dari hasil analisis data perizinan yang dimiliki Badan Pelayanan
Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat selama tahun 2012 dapat diketahui
bahwa dari 16 permohonan Rekomendasi Pemasukan/Pengeluaran
Hewan/Ternak/Produk Hewan antar Provinsi/Pulau (P2HAP), 19 % daerah
tujuan pengirimannya adalah provinsi Jawa Timur (Tabel 4.30). Produk hewan
ini umumnya berupa daging olahan seperti nugget, bakso, sosis dan keju.
Tabel 4.30. Persentase Daerah/Provinsi Tujuan Pengiriman Produk
Peternakan Dari Jawa Barat Selama Tahun 2012
No. Provinsi Tujuan Persentase (%)
1. Jawa Timur 19.6
2. Sumatera Utara 8.9
3. Riau 8.0
4. Sulawesi Selatan 6.3
5. Sumatera Selatan 6.3
6. Provinsi Lainnya 50.9
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Serupa dengan produk hewan yang diimpor, produk hewan yang
dikirimkan ke luar provinsi Jawa Barat ini dikelompokkan dalam 3 jenis, yaitu :
1. Daging Olahan sebanyak 63.39 %,
2. Daging Mentah sebanyak 35 %, dan
3. Produk Susu Olahan sebanyak 2 %.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 49
2012
Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa Jawa Barat memiliki
banyak produsen (Pabrik) pengolahan bahan makanan asal produk hewan
yang selain untuk dikonsumsi sendiri di wilayah Jawa Barat juga untuk
dikirimkan ke berbagai daerah di Indonesia.
9. Perikanan
Selama tahun 2012 terdapat 4 perizinan yang aktif dilaksanakan di
Badan Pelayanan Prijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat. 55 % permohonan
perizinan bidang Perikanan merupakan permohonan Surat Izin Penangkapan
Ikan (SIPI) yaitu 126 berkas permohonan. Dari total permohonan bidang
Perikanan yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa Barat, 89 % dapat diterbitkan di
tahun 2012.
Tabel 4.31. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perikanan Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Tolak Durasi Target
Durasi
1. Surat Izin Usaha Perikanan
(SIUP)
87 80 4 10 14
2. Surat Izin Pengkapan Ikn
(SIPI)
126 115 6 9 14
3. Surat Pembudidayaan IKan
(SPbI)
12 11 1 32 14
4. Surat Pembudidayaan Ikan
(SPbI) di Perairan Umum I
Kabupaten/Kota
- - - - 14
5. Surat Izin Kapal Penangkap
dan Pengangkut Ikan (SIKPPI)
- - - - 14
6. Surat Izin Kapal Pengakut
Ikan (SIKPI)
- - - - 14
7. Izin Usaha Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan
- - - - 14
8. Rekomendasi Izin
Pembudidayaan Ikan Laut
(RIPIL)
- - - - 14
9. Surat Keterangan Andon
(SKA)
9 2 7 15 14
10. Rekomendasi Ekspor Ikan
Hidup (REIH)
- - - - 14
11. Rekomendasi Import Ikan
Hidup (RIIH)
- - - - 14
12. Rekomendasi Sarana Produksi - - - - 14
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 50
2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Tolak Durasi Target
Durasi
Perikanan (RSPP)
13. Rekomendasi Usaha
Pembudidayaan Ikan dengan
Menggunakan Tenaga Asing
(RUBPI)
- - - - 5
14. Rekomendasi Usaha
Penangkapan Ikan dengan
menggunakan Tenaga Asing
(RUTPI)
- - - - 5
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Berikut merupakan persentase sebaran wilayah permohoan perizinan
bidang Perikanan. 64 % lokasi usaha perikanan berasal dari Kabupaten
Indramayu. Usaha perikanan yang banyak dilakukan di daerah Indramayu
adalah usaha penangkapan ikan yang ditandai dengan banyaknya jumlah
permohonan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) di daerah tersebut. Jika
dilihat dari letak geografis, kabupaten Indramayu berada di sepanjang pesisir
pantai utara, sehingga usaha perikanan di daerah ini juga sangat besar.
Tabel 4.32. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perikanan Tahun 2012
No. Wilayah Persentase (%)
1. Kab. Indramayu 64.1%
2. Kota Cirebon 12.6%
3. Kab. Sukabumi 7.3%
4. Kab. Bandung Barat 7.3%
5. Kab. Subang 3.9%
6. Kab. Cirebon 1.9%
7. Kab. Cianjur 1.0%
8. Kab. Purwakarta 1.0%
9. Kab. Sumedang 1.0%
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Sejak bulan Oktober 2012 permohonan Surat Izin Penangkapan Ikan
(SIPI) dikenai retribusi yang penghitungannya berdasar jenis alat tangkap dan
ukuran mesin. Jumlah retribusi dari bidang Perikanan selama 2012 adalah Rp
12.343.00,00. Kurang lebih sebesar 52 % alat tangkap yang banyak digunakan
adalah jenis Gill Net.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 51
2012
Tabel 4.33. Persentase Jenis Alat Tangkap Yang Digunakan Pada
Usaha Penangkapan Ikan
No. Jenis Alat Tangkap Persentase (%)
1. Gill Net 51.7
2. Jaring Cumi 16.9
3. Dogol 14.6
4. Long Line 5.6
5. Purse Seine 5.6
6. Gill Net Dasar 2.2
7. Bubu 1.1
8. Cantrang 1.1
9. Longline Mini 1.1
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
10. PSDA
Selama tahun 2012 terdapat 163 berkas perizinan bidang PSDA yang
masuk ke BPPT Provinsi Jawa Barat, dan terdapat 177 permohonan yang
diterbitkan izinnya di tahun 2012 dengan rata-rata durasi penyelesaian
selama 68 hari kerja. Sebagian izin yang diterbitkan ini merupakan berkas
permohonan yang masuk di tahun 2011. Izin yang paling banyak diproses
pada bidang PSDA adalah permohonan Surat Izin Pengambilan dan
Pemanfaatan Air (SIPPA) yaitu sebanyak 120 izin yang diterbitkan.
Tabel 4.34. Rekapitulasi Perizinan Bidang PSDA Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
1 Izin Serah Pakai Tanah Pemerintah
Provinsi (ISPT - PP) Bantaran Sungai
82 57 52 14
2 Surat Izin Pengambilan dan
Pemanfaatan Air (SIPPA)
81 120 -
A. Baru 6 1 - 21
B. Daftar Ulang 75 119 76 21
3 Izin Atas Penyediaan, Peruntukan,
Penggunaan dan Pengusahaan Sumber
Daya Air pada Wilayah Sungai Lintas
Kabupaten/Kota (PSDA)
- - - 21
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 52
2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
4 Izin Pembangunan, Pemanfaatan,
Pengubahan dan/atau Pembongkaran
Bangunan dan/atau Saluran Irigasi
pada Jaringan Irigasi Primer dan
Sekunder dalam Daerah Irigasi Lintas
Kabupaten/Kota
- - - 21
5 Izin Penyelenggaraan Prasarana dan
Sarana Air Minum untuk Lintas
Kabupaten/Kota
- - - 21
6 Izin Penyelenggaraan Prasarana dan
Sarana Air Limbah Lintas
Kabupaten/Kota
- - - 21
7 Rekomendasi Pengembangan Sistem
air limbah lintas Kabupaten/Kota
- - - 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Jika dikelompokkan dalam 5 wilayah terbesar sebaran lokasi kegiatan
usaha bidang PSDA dapat dikelompokkan seperti yang tertera pada Tabel
4.35 berikut. Dari tabel tersebut diketahui bahwa lokasi kegiatan bidang
PSDA terbesar dilakukan di Kabupaten Cirebon yaitu sebesar 38 %.
Tabel 4.35. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang PSDA
Tahun 2012
No. Sebaran Wilayah Persentase (%)
1 Kab. Cirebon 38.4
2 Kab. Tasikmalaya 14.5
3 Kab. Sukabumi 13.8
4 Kab. Bogor 8.7
5 Kab. Bandung 6.5
6 Wilayah Lainnya 18.1
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Letak tanah bantaran sungai yang dalam penggunaannya harus
mengajukan permohonan izin ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam hal
ini adalah BPPT, terletak dalam lintasan sungai :
1. Cimanuk – Cisanggarung;
2. Citanduy – Ciwulan;
3. Ciliwung – Cisadane;
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 53
2012
4. Ciwulan – Cilaki;
5. Cisadea – Cibareno.
Tabel 4.36. Persentase Jenis Penggunaan Tanah Pada Izin Serah
Pakai Tanah Bidang PSDA Tahun 2012
No. Jenis Penggunaan Persentase (%)
1. Rumah Tinggal 30.5
2. Tanaman Padi 25.4
3. Tanaman Palawija 13.6
4. Palawija 10.2
5. Jembatan Jalan Masuk Perumahan 6.8
6. Usaha Lainnya 5.1
7. Bendungan Untuk PLTM 3.4
8. Perikanan 1.7
9. Usaha Pool Material 1.7
10. Wisata Arung Jeram 1.7
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Pada Tabel di atas dapat diketahui bahwa dari permohonan izin Serah
Pakai Tanah, sebagian besar digunakan untuk Rumah Tinggal yaitu sebesar
30 %, kemudian 25 % untuk Tanaman Padi , bahkan ada pula yang digunakan
untuk keperluan usaha Arung Jeram.
Pada pengurusan Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air (SIPPA)
sebagian besar air ini digunakan untuk keperluan Penunjang Proses Produksi,
Bahan Baku Air Mineral/Air Minum, Pembangkit Listrik, Kolam Renang dan
MCK.
11. Komunikasi dan Informasi
Dari 7 jenis perizinan bidang Kominfo yang terintegrasi, hanya ada 1
jenis yang aktif selama tahun 2012 yaitu Izin Usaha Jasa Titipan untuk Kantor
Cabang (JasTip) seperti yang tampak pada tabel 3.37 berikut.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 54
2012
Tabel 4.37. Rekapitulasi Perizinan Bidang Komunikasi & Informasi
Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
1 Izin Penyelenggaraan Telekomunikasi
Khusus untuk Keperluan Pemerintah
dan Badan Hukum yang Cakupan
Areanya Provinsi Sepanjang tidak
menggunakan spektrum frekuensi
radio
- - - 14
2 Izin Kantor Cabang dan Loket
Pelayanan Operator (KC-LPO)
- - - 10
3 Izin Usaha Jasa Titipan untuk Kantor
Cabang (JasTip)
116 111 11 14
4 Penerbitan Surat Keputusan Izin Lokasi
(SKIL)
- - - 14
5 Pertimbangan dan Usulan Pencabutan
dan Pembatalan Surat Keputusan Izin
Lokasi (P2SKIL)
- - - 14
6 Rekomendasi terhadap permohonan
Ijin penyelenggaraan jaringan tetap
lokal wireline (end to end) cakupan
Provinsi
- - - 14
7 Rekomendasi persyaratan administrasi
dan kelayakan data teknis terhadap
permohonan ijin penyelenggaraan
televisi
- - - 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Dari data perizinan yang diperoleh selama tahun 2012, sebaran wilayah
usaha bidang Komunikasi dan Informasi (Kominfo) terbesar terletak di Kota
Bandung, seperti yang tampak pada tabel 4.38 berikut.
Tabel 4.38. Persentase Sebaran Wilayah Bidang Komunikasi &
Informasi Tahun 2012
No. Wilayah Persentase (%)
1. Kota Bandung 39.7
2. Kota Cirebon 7.8
3. Kab. Bogor 6.9
4. Kab. Purwakarta 5.2
5. Kota Tasikmalaya 5.2
6. Wilayah Lainnya 35.3
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 55
2012
12. Kehutanan
Dari 18 perizinan yang terintegrasi, hanya 2 jenis perizinan yang aktif
selama tahun 2012 (Tabel. 4.39). Permintaan izin terbanyak adalah
permohonan Rekomendasi Perubahan Status dan Fungsi Hutan, Perubahan
Status dari Lahan Milik Menjadi Kawasan Hutan dan Penggunaan serta Tukar
Menukar Kawasan Hutan. Durasi rata-rata tertimbang penyelesaian perizinan
bidang Kehutanan adalah 86 hari kerja.
Tabel 4.39. Rekapitulasi Perizinan Bidang Kehutanan Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Tolak Durasi Target
Durasi
1 Rekomendasi Perubahan
Status dan Fungsi Hutan,
Perubahan Status dari Lahan
Milik Menjadi Kawasan Hutan
dan Penggunaan serta Tukar
Menukar Kawasan Hutan
13 5 4 140 30
2 Izin Usaha Industri Primer Hasil
Hutan Kayu (IUIPHHK) dengan
Kapasitas Produksi 2.000 s.d
6.000 m3 per tahun
5 4 - 17.5 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Pada tabel di atas ada 4 berkas permohonan yang ditolak, umumnya
hal ini dikarenakan berkas permohonan masih belum lengkap.
Nilai investasi yang bisa diperoleh dari pengurusan Izin Usaha Industri
Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) adalah Rp. 24.870.000.000,00. Sedangkan
jumlah tenaga kerja yang terserap dalam pengusahaan Industri Primer Hasil
hutan selama 2012 adalah 873 orang.
13. Perindustrian dan Perdagangan
Selama tahun 2012 hanya terdapat 3 jenis perizinan yang aktif dari 11
perizinan yang telah terintegrasi. Jumlah permohonan masuk selama 2012
adalah 17, 15 diantaranya dapat diselesaikan di tahun yang sama dan 2
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 56
2012
permohonan ditolak. Dalam penyelesaian perizinan bidang Perindustrian &
Perdagangan dibutuhkan durasi waktu rata-rata selama 55 hari kerja.
Tabel 4.40. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perindustrian &
Perdagangan Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Tolak Durasi Target
Durasi
1 Surat Izin Usaha
Perdagangan B2 (Bahan
Berbahaya) Pengecer
Terdaftar (SIUP B2 - PT)
1 - 1 - 14
2 Rekomendasi Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP)
B2 (Bahan Berbahaya)
Distributor Terdaftar
2 2 - 97.00 14
3 Rekomendasi Sub-Distributor
Minuman Beralkohol
14 13 1 48.45 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Dari data perizinan yang dimiliki BPPT mengenai pengurusan perizinan
bidang Perindustrian & perdagangan dapat diketahui bahwa Kota Bandung
merupakan wilayah terbesar untuk pengusahaan bidang Perindustrian &
perdagangan, yaitu sebagai agen Sub-distributor minuman beralkohol.
Tabel 4.41. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Perindustrian
& Perdagangan Tahun 2012
No. Wilayah Persentase (%)
1. Kota Bandung 64.7
2. Kab. Subang 17.6
3. Kab. Bekasi 11.8
4. Kab. Bogor 5.9
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
14. Perkebunan
Perizinan bidang Perkebunan terdiri dari 1 jenis perizinan Strategis dan
2 perizinan umum. Sesuai dengan ketentuan dalam Pergub No. 49 tahun
2011, perizinan strategis ini disahkan oleh Gubernur langsung. Selama tahun
2012 terdapat 14 permohonan perizinan yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 57
2012
Barat, namun dari sejumlah tersebut belum ada permohonan izin yang
diterbitkan.
Tabel 4.42. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perkebunan Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
1 Rekomendasi
Perpanjangan/Pembaharuan Hak
Guna Usaha (HGU) Perkebunan
4 - - 30
2 Izin Penebangan Pohon pada
Perkebunan Besar di Jawa Barat
10 - - 14
3 Surat Izin Usaha Perkebunan Lintas
Kabupaten/Kota di Jawa Barat
- - - 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
15. Pendidikan
Selama tahun 2012 terdapat 7 permohonan yang masuk untuk
pengurusan Izin Penyelenggaraan Operasional Sekolah Luar Biasa (SLB), dan
5 permohonan dapat diterbitkan dengan durasi waktu penyelesaian rata-rata
150 hari kerja.
Tabel 4.43. Rekapitulasi Perizinan Bidang Pendidikan Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Tolak Durasi
1 Izin Penyelenggaraan Operasional
Sekolah Luar Biasa (SLB)
7 5 1 150
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
16. Lingkungan Hidup
Pada tahun 2012 perizinan yang aktif untuk bidang Lingkungan Hidup
adalah Penilaian Amdal Bagi Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Mempunyai
Dampak Penting Terhadap Lingkungan Hidup di Provinsi sesuai dengan
Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah yaitu
sebanyak 7 berkas. Hanya ada 1 izin yang diterbitkan di tahun 2012 dengan
durasi penyelesaian selama 127 hari kerja. Durasi ini melewati batas waktu
yang ditetapkan dalam Pergub No. 49 tahun 2011 yaitu selama 60 hari kerja.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 58
2012
Tabel 4.44. Rekapitulasi Perizinan Bidang Lingkungan Hidup Tahun
2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
1 Izin Pengumpulan Limbah B3 skala
Provinsi (Sumber Limbah Lintas
Kabupaten/Kota) Kecuali Minyak
Pelumas/Oli Bekas
- - - 45
2 Rekomendasi Izin Pengumpulan
Limbah B3 Skala Nasional
- - - 45
3 Penilaian Amdal Bagi Jenis Usaha
dan/atau Kegiatan yang Mempunyai
Dampak Penting Terhadap
Lingkungan Hidup di Provinsi sesuai
dengan Norma, Standar, Prosedur
dan Kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah
7 1 127 60
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
17. Sosial
Terdapat 1 permohonan Izin bidang Sosial yaitu Pemberian Izin
Pengumpulan Uang atau Barang Skala Provinsi, izin tersebut dapat
diselesaikan dalam 1 hari kerja.
Tabel 4.45. Rekapitulasi Perizinan Bidang Sosial Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Durasi Target
Durasi
1 Pemberian Rekomendasi Izin Undian
Skala Provinsi
- - - 30
2 Pemberian Izin Pengumpulan Uang
atau Barang Skala Provinsi
1 1 1 14
3 Pemberian Izin Pengangkatan Anak
Antar WNI
- - - 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 59
2012
C. INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
Beberapa pengertian mengenai beberapa parameter yang terdapat
pada Indikator Kepuasan Masyarakat yang harus diperhatikan adalah :
1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi
tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil
pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat
masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur
penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara
harapan dan kebutuhannya.
2. Penyelenggara pelayanan publik adalah instansi pemerintah.
3. Instansi Pemerintah adalah Instansi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah termasuk BUMN/BUMD dan BHMN.
4. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, maupun dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Unit pelayanan publik adalah unit kerja/kantor pelayanan pada
instansi pemerintah termasuk BUMN/BUMD dan BHMN, yang
secara langsung maupun tidak langsung memberikan pelayanan
kepada penerima pelayanan.
6. Pemberi pelayanan publik adalah pegawai instansi pemerintah
yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
7. Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, lembaga
instansi pemerintah dan dunia usaha, yang menerima pelayanan
dari aparatur penyelenggara pelayanan publik.
8. Kepuasan pelayanan adalah hasil pendapat dan penilaian
masyarakat terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh
aparatur penyelenggara pelayanan publik.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 60
2012
9. Biaya pelayanan publik adalah segala biaya (dengan nama atau
sebutan apapun) sebagai imbal jasa atas pemberian pelayanan
publik, yang besaran dan tatacara pembayarannya ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
10. Unsur pelayanan adalah faktor atau aspek yang terdapat dalam
penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat sebagai variabel
penyusunan indeks kepuasan masyarakat untuk mengetahui
kinerja unit pelayanan.
11. Responden adalah penerima pelayanan publik yang pada saat
pencacahan sedang berada di lokasi unit pelayanan, atau yang
pernah menerima pelayanan dari aparatur penyelenggara
pelayanan.
Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja pelayanan
administrasi penanaman modal terdiri dari 14 (empat belas) unsur yang
menjadi indikator kepuasan masyarakat terhadap suatu bentuk pelayanan
publik. Keempatbelas indikator tersebut terdiri dari :
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur
pelayanan.
2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif
yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan
jenis pelayanannya.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian
petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta
kewenangan dan tanggung jawabnya).
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan, terutama terhadap konsistensi waktu kerja
sesuai ketentuan yang berlaku.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 61
2012
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang
dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan
penyelesaian pelayanan.
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan
keterampilan yang dimiliki petugas dalam
memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit
penyelenggara pelayanan.
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan
dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang
dilayani.
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku
petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat
terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang
dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana
pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat
memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.
14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan
lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang
digunakan sehingga masyarakat merasa tenang untuk
mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan
dari pelaksanaan pelayanan.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 62
2012
Tabel 4.46. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun 2012
No. UNSUR PELAYANAN
NILAI
RATA-
RATA
MUTU
PELAYANAN
KINERJA
UNSUR
LAYANAN
U1 Prosedur pelayanan 2.95 B Puas
U2 Persyaratan pelayanan 2.81 B Puas
U3 Kejelasan petugas pelayanan 3.02 B Puas
U4 Kedisiplinan petugas pelayanan 3.05 B Puas
U5 Tanggung jawab petugas
pelayanan
3.03 B Puas
U6 Kemampuan petugas pelayanan 2.97 B Puas
U7 Kecepatan pelayanan 2.67 B Puas
U8 Keadilan mendapatkan pelayanan 2.96 B Puas
U9 Kesopanan dan keramahan
petugas
3.12 B Puas
U10 Kewajaran biaya pelayanan 3.44 A Sangat
Puas
U11 Kepastian biaya pelayanan 3.39 A Sangat
Puas
U12 Kepastian jadwal pelayanan 2.93 B Puas
U13 Kenyamanan lingkungan 3.19 B Puas
U14 Keamanan pelayanan 3.08 B Puas
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Nilai rata-rata dari ke-14 unsur penilaian pelayanan pada table di atas
adalah 3.02, kemudian nilai rata-rata ini dikalikan dengan nilai dasar, dimana
nilai dasar ini merupakan Nilai yang telah ditetapkan SK Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No. KEP/25/M.PAN/2/2004. Dengan
penghitungan sebagai berikut :
IKM Unit Pelayanan = NRR x Nilai Dasar
= 3.02 x 25
= 75.63
Dari penghitungan di atas dapt diketahui Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) unit pelayanan di BPPT Provinsi Jawa Barat adalah 75.63. Dengan nilai
sebesar itu, mutu pelayanan yang diperoleh adalah B yang berarti Kinerja
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 63
2012
Pelayanan BPPT Provinsi Jawa Barat berada dalam kategori BAIK, karena
mempunyai nilai antara 62,5 – 81,25.
Unsur pelayanan yang mencapai nilai rata-rata, nilai rata-rata
tertimbang, dan IKM tertinggi, adalah Kewajaran Biaya Pelayanan, sedang
unsur dengan capaian nilai rata-rata, nilai rata-rata tertimbang, dan IKM
paling rendah adalah Kecepatan Pelayanan. Pada BPPT pemerintah provinsi
Jawa Barat, menurut persepsi masyarakat unsur pelayanan yang paling
penting adalah mengenai Kemudahan Prosedur Pelayanan yang berlaku,
sedangkan yang dinilai tidak terlalu penting adalah kenyamanan di
lingkungan.
Tabel 4.47. Nilai IKM Tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012
No Tahun
Nilai Rata2
Tertimbang Nilai IKM Kategori
1 2009 2.96 74.11 Baik
2 2010 3.05 76.27 Baik
3 2011 3.09 77.18 Baik
4 2012 3.02 75.63 Baik
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Jika dibandingkan dengan tahun 2010 dan 2011, IKM tahun 2012
secara keseluruhan mengalami penurunan menjadi 75.63, namun jika dilihat
per unit penilaian, ada unsur penilaian yang hasilnya Sangat Memuaskan
yaitu Unsur Kewajaran Biaya dan Kepastian Biaya (Tabel. 4.46).
D. TINGKAT PENGADUAN MASYARAKAT
Selama ini penanganan pengaduan di BPPT Provinsi Jawa Barat
dilakukan dengan cara pemohon mendatangi bagian Pengaduan ataupun
melalui line telepon. Secara keseluruhan isi pengaduan dibagi dalam 3 jenis,
yaitu : 1) masalah durasi, 2) kesalahan cetak, dan 3) lain-lain. (Tabel 4.48)
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 64
2012
Tabel 4.48. Persentase Jenis Pengaduan Tahun 2012
No. Jenis Pengaduan Persentase
1. Kesalahan Cetak 56.46 %
2. Durasi 34.92 %
3. Lain-lain 8.62 %
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Total pengaduan yang masuk adalah 441 pengaduan atau kurang lebih
1.24 % dari jumlah perizinan yang diterbitkan selama tahun 2012. Jika dilihat
dari intensitas pengaduan, jumlah terbesar berasal dari bidang Perhubungan
(62.13 %), kemudian Ketenagakerjaan (15.42 %) dan Kesehatan (9.07 %).
Namun jika dilihat dari jumlah perizinan yang telah diterbitkan berdasarkan
bidang perizinan, persentase pengaduan terbanyak adalah bidang
Perindustrian & Perdagangan (33.33 %), kemudian Komunikasi & Informasi
(13.51 %), bidang Kesehatan (10.81 %).
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 65
2012
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1) Terdapat 37.221 permohonan dan 35.488 perizinan yang diterbitkan di
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat selama tahun
2012. Jumlah tersebut labih tinggi jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sejak 2009 sampai 2011.
2) Durasi waktu rata-rata penyelesaian perizinan tahun 2012 di BPPT
Provinsi Jawa Barat adalah 11 hari kerja, durasi tersebut melebihi target
durasi yang telah direncanakan yaitu 10 hari kerja. Hal ini terjadi salah
satunya disebabkan oleh kurangnya sarana prasarana serta kurangnya
Sumber Daya Manusia (SDM) di BPPT. Dengan jumlah permohonan
perizinan yang terus meningkat namun tidak didukung oleh
ketersediaan sarana prasarana dan jumlah SDM yang memadai, maka
target durasi tidak akan tercapai.
3) Jumlah permohonan terbesar berasal dari sektor Perhubungan sebesar
82 %, kemudian sektor Ketenagakerjaan 9.5 % dan pada peringkat ketiga
adalah sektor ESDM 1.8 %.
4) Jumlah retribusi yang diperoleh dalam pengurusan perizinan pada
tahun 2012 adalah sebagai berikut :
a. Dari bidang Perhubungan sebesar : Rp. 935.332.680,00
(Pusat periode Januari – Desember)
b. Dari bidang Perikanan sebesar : Rp. 12.343.000,00
(Oktober – Desember)
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 66
2012
5) Dilihat dari permohonan perizinan yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa
Barat, jumlah pemohon terbanyak berasal dari Kabupaten Bandung
(16.90 %), kemudian Kabupaten Bogor (13.40 %) diikuti oleh Kota Depok
(9.97 %), Kabupaten Bekasi (7.32 %) dan Kota Bandung ( 7.10 %). Hal ini
menunjukkan bahwa potensi kegiatan usaha di Provinsi Jawa Barat
terpusat di ke lima wilayah tersebut.
6) Sektor yang dengan frekwensi permohonan perijinan terbesar adalah
sektor perhubungan dengan persentase sebesar 82.4 % (30.668 perijnan)
dari total jumlah permohon perijinan yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa
Barat (37.221 permohonan) yang selanjutnya disusul oleh sektor
ketenagakerjaan dengan persentase 9.5 % (3.547). Dari 30.668 perijinan
sektor perhubungan 19.409 diantaranya atau 63 % diantaranya
merupakan permohonan Kartu Pengawasan (KP). Untuk sektor
ketenagakerjaan, perijinan dengan persentase permohonan terbesar
adalah Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
sebesar 55.2 % (1.958) selanjutnya disusul Ijin Mempekerjakan Tenaga
Kerja Asing (IMTA) sebesar 44 % (1.557).
7) Masih banyak terdapat perizinan yang penyelesaiannya melebihi durasi
waktu yang telah ditetapkan di dalam Pergub No. 49 tahun 2011. Target
durasi untuk tahun 2012 adalah 10 hari kerja, namun pada kenyataannya
rata-rata durasi penyelesaian perizinan di tahun 2012 adalah 11 hari
kerja. Berdasarkan hasil evaluasi, faktor-faktor penyebab tidak
terpenuhinya target durasi waktu pada beberapa perjinan adalah
dikarenakan :
o Terdapat beberapa prosedur dan peryaratan perijinan yang belum
dipahami secara sama oleh BPPT dan OPD teknis seperti prosedur
pengembalian berkas ke pemohon ketika terjadi ketidaklengkapan
berkas atau karena adanya informasi perubahan persyaratan
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 67
2012
(adanya ketentuan teknis baru) yang tidak dikomunikasikan secara
baik antara BPPT dan OPD teknis.
o Keterbatasan SDM baik secara kuantitas dan kualitas. Banyaknya
program kegiatan (diluar kegiatan perijinan) pada beberapa OPD
teknis yang dikelola dengan kuantitas SDM yang tebatas berakibat
kepada susahnya pensinkronisasian didalam penentuan jadwal
peninjauan lapangan oleh OPD teknis dan BPPT. Katerlambatan
pelaksanaan peninjauan lapangan berakibat kepada peningkatan
waktu penyelesaian perijinan. Sebagai lembaga baru, dengan jumlah
SDM yang terbatas, personil BPPT Prov Jabar dituntut untuk dapat
mengetahui peraturan-peraturan perijinan yang jumlahnya bisa
mencapai puluhan bahkan ratusan. Hal tersebut diperlukan usaha
dan waktu yang tidak sedikit untuk personil BPPT Jabar mengetahui
peraturan-peraturan tersebut, hal ini tentunya berbeda ketika
personil tersebut hanya menangani satu jenis tertentu.
o Masih tebatasnya data base dan sistem informasi juga memberikan
kontribusi kepada penyelesaian perijinan.
8) Merujuk kepada hasil survey kepuasan masyarakat tahun 2012,
Indeks Kepuasan Masyarakat untuk layanan perijinan berada pada
kategori baik. Penilaian tingkat kepuasan masyarakat pada
kategori baik untuk layanan perjinan ini sama dengan hasil survey
yang dilakukan pada tahun 2009, 2010 dan 2011. Jika dilihat dari
nilai tiap unsure pelayanan, Kewajaran Biaya Pelayanan dan
Kepastian Biaya Pelayanan berada dalam kategori sangat
memuaskan dengan grade A, namun lain halnya dengan usur
pelayanan dari segi Kecepatan Pelayanan berada dalam kisaran
nilai terendah yaitu 2.67.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 68
2012
9) Ratio pengaduan terhadap layanan dan produk perijinan adalah sebesar
1.18 %, hal ini dapat diartikan bahwa dari 100 permohonan yang masuk,
1.18 permohonan diantaranya menyampaikan pengaduan yang terkait
dengan kualitas layanan atau kualitas produk. Hal dominan yang
diadukan oleh pemohon adalah terkait kesalahan cetak pada naskah
perizinan yang diterbitkan.
B. SARAN
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, bersama ini kami sampaikan
beberapa saran yang ditujukan untuk institusi sendiri, OPD teknis dan pimpinan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam upaya peningkatan pelayanan perijinan
dilingkup Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :
1. Dalam upaya memenuhi standar pelayanan minimal yang ditetapkan
sesuai dengan Pergub No. 49 Tahun 2011 dan Kebijakan Mutu Pelayanan
Perijinan di BPPT Provinsi Jawa Barat, maka perlu adanya peningkatan
input dalam pelayanan perzinan berupa SDM, Sarana dan Prasarana,
sistem informasi-teknologi serta Dana. Peningkatan input tersebut
seiring dengan adanya peningkatan jumlah jenis/item perizinan yang
ditangani BPPT dan peningkatan output perizinan.
2. Hasil rekapitulasi data permohonan dari segi lokasi pemohon yang
diperoleh dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam
menetapkan sektor kunci pembangunan pada tiap daerah (untuk
menetapankan sektor kunci yang lebih valid, dapat digunakan analisis
lebih lanjut seperti analisis Input – Output atau analisis Sistem Neraca
Sosial Ekonomi Jawa Barat yang dapat menghasilkan koefesien Forward/
Backward Linkage dan koefesien multiplier effect). Sektor kunci ini bisa
menjadi perhatian bagi Pemerintah dalam mengalokasikan program dan
pembiayaan pembagunan.
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun 2012 69
2012
3. Untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat konsumen perizinan
maka operasional pelayanan perijinan keliling (site mobile services)
dapat difokuskan ke wilayah yang tidak terdapat gerai/outlet perijinan
seperti : Sukabumi, Indramayu dan Bekasi.
4. Mengingat frekuensi perijiinan pada sektor perhubungan dan
ketenagakerjaan adalah yang terbanyak, maka pengalokasian sumber
daya manusia (pengolah layanan izin) sebaiknya lebih banyak dibanding
sektor lainnya.
5. Fokus peningkatan pelayanan perizinan terpadu diarahkan kepada
peningkatan pelayanan percepatan perizinan yang ditetapkan, maka :
- Bersama-sama dengan OPD terkait perlu dilakukan pembahasan
dan penyempurnaan Standard Operational Procedure (SOP)
termasuk persyaratan perijinan yang berlaku saat ini dan secara
teratur perlu dilakukan pertemuan untuk mereview SOP tersebut
dengan tetap mengacu kepada SOP sesuai dengan standar ISO
9001;2008.
- Perlu dipercepat pembangunan system informasi – teknologi
perijinan sehingga basis data perijinan menjadi up to date, valid,
informatif, terkoneksi dengan OPD, aman, aksesbilitas tinggi dan
efesien.
6. Peningkatan kemampuan unit pengaduan melalui pelatihan dan
dukungan sistem informasi, hal ini bertujuan untuk :
- Mendorong masyarakat agar tidak segan menyampaikan
pengaduan,
- Menganalisis, memberikan solusi dan menyelesaikan setiap
pengaduan yang masuk sesuai dengan target durasi waktu yang
ditetapkan.