Post on 14-Apr-2017
Bacaan Populer
Untuk Usia 6-9 tahun
Keluarga bahagia
Kata pengantar
Sambutan
MANFAATKAN HALAMAN RUMAH
Nama saya Kristin saat ini saya duduk di kelas IV
sekolah dasar, umur saya 9 tahun, saya mempunyai seorang
kakak laki-laki bernama Jhon, dia kelas 1 SMA, kata teman-
teman sekolah saya, rumah saya halamannya luas dan
banyak pohon-pohon, nenek saya juga tinggal bersama kami,
setiap hari nenek sibuk dengan tanaman bunga dan sayur-
mayur. Nenek juga sangat senang menanam jahe, lengkuas,
temuluwak, sambiloto dan tanaman yang bisa dipakai untuk
membuat obat tradisional. Ibu guru pernah bilang, semua
jenis tanaman yang ditanam nenek adalah jenis tanaman
apotik hidup.
Pagi itu nenek sibuk dengan tanaman bayamnya, tubuh
nenek terlihat kelelahan merawat tanaman itu. Saya
mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepada nenek,
“Nek, kenapa susah-susah mengurus bayam?, kalau
mau masak kan lebih baik beli ke toko sayur, tinggal
minta uang sama bapak deng mama”.
Mendengar pertanyaan itu, nenek terkejut, sehabis itu nenek
tersenyum, sepertinya hari ini nenek senang sekali, sambil
berkata,
“Kamu tahu, nenek punya tanaman sayur ini paling
hebat dari pada sayur yang dijual di toko sayur, dan
tanaman obat nenek, ini juga paling berkhasiat dari
pada obat yang di jual di toko obat”.
Mendengar ucapan nenek yang bangga dengan tanamanya,
saya bertanya lagi,
“Hebatnya apa Nek?, Nenek punya tanaman bayam
sama-sama warna hijau deng di toko sayur, malah
nenek pu tanaman sayur banyak daunnya yang
berlubang dan tanaman obat nenek juga kalau mau
pakai, masih kerja lama, harus tumbuklah, ada yang
harus direbus lagi, trus kasih panas di api, hebatnya
dimana Nek? sedangkan bayam yang dong jual di toko,
bagus trada dia pu lubang macam nenek punya”,
Saya melihat wajah nenek marah, sambil mencari jawaban
untuk membela tanamanya, nenek berbicara dengan keras
sepertinya nenek marah tapi sambil dia tersenyum dia
menjawab,
“Kamu tidak tahu bahwa nenek punya tanaman ini
semua nenek pupuk dengan daun matoa dan sisa
potongan rumput yang dibabat dari depan rumah, tidak
pakai pupuk yang dijual di toko, yang baunya saja bikin
mau muntah dan kalau ada belalang yang makan daun,
nenek tinggal ambil dan kubur di bawah pohonnya jadi
pupuk, bukan macam mereka yang tanam banyak
itu, dikasih pupuk yang beli di toko yang baunya bisa
bikin muntah, apalagi kalau ada belalang yang makan,
daun tanaman tinggal semprot pakai obat yang dibeli
dari toko, dan disemprotkan bila terhirup kepala terasa
pusing dan bila kena mata terasa perih sekali, dan
hebatnya lagi, nenek punya tanaman ini, nenek rawat
penuh kasih sayang”.
Nenek bercerita dengan semangat, saya mau bertanya lagi
tetapi takut, setiap pertanyaan jawaban nenek panjang dan
lama, saya hanya pikir, nenek mungkin sudah tua sehingga
kalau berbicara lama dan kadang sulit untuk dimengerti,
seperti tanaman yang dirawat penuh kasih sayang.
Tiba-tiba mama memanggil,
“Kristin tolong mama petik bayam untuk buat sayur !”,
Saya menjawab,
“Mama kenapa tidak beli di toko sayur saja tidak capek-
capek petik ?“,
Mama menjawab,
”Sayur yang nenek tanam lebih bagus dari pada sayur
yang dijual di toko”,
Mendengar jawaban mama, nenek langsung senyum-
senyum, sambil mendendangkan lagu Yosim Pancar yang
biasa dipakai untuk mengiringi tarian adat dalam rangka
penyambutan tamu kehormatan atau pesta adat.
Saya petik bayam yang ditanam nenek, pada awalnya malas
untuk melakukan, tapi lama-kelamaan asik juga memetik
sayur yang ditanam nenek. Sambil memetik bayam mama
berkata,
“Kris dari pada beli sayur, di rumah kan banyak sayur
yang ditanam nenek, uang yang untuk beli sayur kan
bisa mama tabung untuk biaya sekolah Kris dan
kakakmu”,
Mendengar cerita mama tersebut saya senang sekali bahwa
biaya sekolah saya sudah disiapkan sama mama dan bapak.
“Kris tolong bapak ambilkan jahe yang nenek tanam,
untuk obati bapak punya kaki yang terkilir” ,
Suara bapak membuyarkan lamunan saya tentang sekolah,
saya berfikir lagi-lagi tanaman nenek yang dicari,
“Bapak kenapa tidak beli obat saja?, di toko obat lebih
praktis lagi, tidak pakai tumbuk jahe dan serai,”
jawabku.
Bapak menjawab,
“Tanaman nenek lebih bagus, dari pada obat di toko lagi
pula, uang yang dipakai beli obat dan belum tentu
bagus, kan? uangnya lebih baik ditabung untuk biaya
sekolah kamu dan kakakmu”.
Hari itu saya benar-benar senang kedua orang tua saya
telah mempersiapkan biaya sekolah saya dan mempunyai
nenek yang rajin dan gemar menanam sayur-sayuran dan
jenis tanaman obat-obatan.
CITA- CITAKU
Sore itu mama, bapak, nenek dan kakak santai di
bawah pohon matoa, sambil makan buah matoa yang diambil
dari pohonnya sendiri, keluarga saya bahagia sekali makan
buah matoa, sambil bercerita. Saya melihat mereka makan
buah matoa dan langsung ikut bergabung,
“Kris kamu baru bangun ka?”, kata bapak,
Memang saya hari ini merasa lelah sekali karena tadi di
sekolah ada upacara bendera, kebetulan hari ini hari Senin, di
sekolah saya setiap hari Senin upacara bendera yang
dipimpin oleh kepala sekolah dan yang menjadi petugas
upacara bergantian kelas 5 dan kelas 6,
“Iya Pak, kris tadi kelelehan, habis pulang sekolah
makan dan istirahat sambil membaca buku pelajaran
tertidur, sampai sekarang”,
Memang di keluarga saya sehabis makan siang bersama
keluarga, istirahat atau tidur siang sebentar dan sebelum tidur
biasanya saya membaca buku pelajaran sekolah.
“Jhon, tolong nenek ambilkan buah pinang!, nanti kita
bagikan ke nenek di sebelah dan yang sebagian nanti
buat persediaan kalau ada tamu datang”, kata nenek.
Mendengar nenek minta tolong, kakak langsung memanjat
pohon pinang dan menurunkannya satu oki yang sudah tua.
Setelah menaruh pinang di para-para, kakak lanjut memetik
sirih di samping rumah. Keluarga saya sebenarnya jarang
makan pinang, tetapi kalau ada tamu, baik tamu nenek atau
bapak dan mama mereka menghidangkan pinang, kapur dan
sirih.
Saya menikmati buah matoa bersama keluarga yang
rasanya manis dan enak.
“Jhon, Kris, sudah sore cepat mandi!, jangan mandi
malam-malam nanti Malaria !”, kata mama.
Kakak mengajak saya untuk pergi ke rumah dan mandi,
kebetulan di rumah saya mempunyai dua kamar mandi.
Setelah selesai mandi, saya dan kakak menonton TV lokal
Papua, kebetulan acaranya adalah film Papua yang berjudul
Cinta Dari Wamena yang salah satu pemain utamanya
adalah teman akrab bapak, dan sering datang ke rumah
sekedar mengobrol dengan bapak dan keluarga.
“Kris dan Jhon mari tong makan!”, terdengar suara
mama.
Saya dan kakak langsung berangkat ke tempat makan,
karena keluarga saya kalau makan malam, selalu bersama-
sama, jika kurang satu orang saja, makan belum bisa dimulai
walupun kita sudah siap di meja makan, keluarga kami selalu
menunggu anggotanya yang belum siap kecuali ada yang
mempunyai keperluan di luar rumah dan biasanya
memberitau lewat telepon rumah, bahwa ia tidak bisa makan
bersama karena ada kepentingan di luar, yang sering seperti
itu adalah bapak dan mama apalagi kalau bapak atau mama
ditugaskan kantornya keluar daerah, kita hanya makan
bersama nenek, tapi yang sering terlambat ke meja makan
adalah nenek, dengan alasan yang macam-macam, tapi
keluarga saya tetap menghormati nenek. Sebelum makan
bersama, keluarga kami selalu berdoa dan yang memimpin
doa bergantian.
Saya resah kalau yang pimpin doa adalah nenek, dan
kali ini yang mendapat giliran adalah nenek, doanya panjang
sekali, sampai perut saya sudah terasa lapar, doanya belum
juga selesai. Tapi saya bangga punya nenek yang hebat dan
sayang sama keluarga. Setelah doa selesai kami makan
bersama,
“Jhon, jangan lupa belajar yaa kamu kan sudah kelas
dua sebentar lagi kelas III !, kamu belajar yang rajin
sehingga nantinya lulus dengan nilai yang bagus dan
dapat meneruskan kuliah yang kamu minati”, kata
bapak,
“Memangnya kamu ingin kuliah dimana Jhon dan ambil
jurusan apa ?”, ucap mama.
Kakak dengan tegas menjawab, “Bapak, Mama dan Nenek Jhon kalau sudah lulus SMA
akan kuliah di Jurusan Kedokteran di Uncen, Jhon ingin
menjadi dokter, biar bisa mengabdi pada masyarakat,
dan membuka praktek di malam hari seperti yang
dilakukan oleh dokter seribu. Jhon kalau praktek satu
pasien biayanya 2000 saja. Yang penting bisa bayar
asisten Jhon”,
Mendengar itu nenek langsung memeluk kakak,
“Cucuku hebat, cucuku baik semoga cita-citamu
tercapai”, sambil nenek mencium kakak berkali-kali,
Bapak terharu mendengar ucapan kakak,
“Jhon, bapak dan mama setuju kamu sekolah di
kedokteran, bapak dan mama akan berusaha
menyiapkan biayanya, yang penting kamu serius
dengan niatmu untuk melayani masyarakat dengan
tulus hati”,
“Kris baru cita-cita mu apa?”, nenek bertanya dengan
suara keras.
Saya bingung mau menjawab apa ke nenek, saya masih
kelas 3 SD dan ditanya cita-cita, saya tidak mau kalah dengan
kakak,
“Kris ingin jadi pilot, Nek, biar bapak dan mama kalau
dinas ke pulau Jawa naik pesawat yang Kris bawa”,
“Hebat itu Kris jarang ada pilot wanita apalagi putri
papua seperti kamu”, nenek mendekat langsung
memeluk dan mencium saya juga.
“Ayo mulai belajar, biar cita-cita kamu tercapai”, kata
bapak sambil meninggalkan meja makan.
GAMBAR KELUARGA MAKAN BERSAMA
TERBIASA MEMBACA
“Tok-tok”, bunyi pintu yang diketuk, saya terbangun dari
tidur, terdengar samar-samar nenek memanggil.
“Kris, Kris bangun, sudah pagi nanti terlambat ke
sekolah”,
Saya buru-buru bangun dan berdoa kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena di hari ini saya masih diberi nafas
kehidupan, itu pesan nenek, sehabis bangun tidur kita
diwajibkan berdoa dan tidak lupa merapikan tempat tidur
sebelum mandi. Saya ambil handuk dan pergi ke kamar
mandi, sebenarnya pagi itu udara sangat dingin untuk mandi,
masih ada perasaan malas, tapi apa daya, hari ini adalah hari
pertama ulangan kenaikan kelas. Selesai mandi dan
menggunakan pakaian sekolah, tak lupa mengecek kembali
persiapkan peralatan untuk mengikuti ulangan hari ini, yang
telah saya siapkan tadi malam, saya melihat kakak saya juga
mulai sibuk mempersiapkan diri untuk bersekolah, aroma
harum dari dapur membuat perut saya berbunyi minta untuk
diisi. Sambil menunggu bapak dan mama selesai berpakaian,
karena bapak dan mama setiap hari bekerja sebagai PNS,
nenek pun ikut sibuk sekali hari ini saya lihat nenek hari ini
juga kelihatan rapi sekali.
“Kris panggil kakakmu kita sarapan jangan lupa nenek
sekalian dipangil!”, nenek berkata. Hampir setiap pagi mama berkata seperti itu jika ingin
sarapan pagi. Di ruang makan bapak sudah menunggu,
pakaiannya rapi dan kelihatan gagah sekali di pagi hari ini,
setelah semua lengkap, bapak mulai memimpin doa makan,
dalam doanya ada kalimat yang meminta pertolongan untuk
kedua anaknya kepada Tuhan agar dalam mengerjakan
ulangan tidak mengalami hambatan dan makanan yang kita
makan menjadikan kekuatan untuk aktifitas hari ini. Selesai
berdoa kita makan bersama, selama di meja makan di pagi ini
tidak ada yang bersuara semua menikmati makanan yang
dihidangkan oleh mama dibantu sama nenek.
“Kris mari sudah kita berangkat nanti terlambat!”, pinta
kakak saya,
Saya dan kakak tak lupa salim tangan bapak, mama dan
nenek sambil cium tangan masing masing.
Setiap hari kerja atau hari sekolah seperti ini, saya dan
kakak saya menggunakan motor untuk pergi sekolah
bersama-sama. Kakak saya mengantarkan saya dulu ke
sekolah baru kakak melanjutkan ke sekolahnya karena
tempat sekolahnya berbeda. Teman-teman saya di sekolah
sudah ramai sekali, mereka duduk di teras sekolah sambil
membaca buku pelajaran yang akan dijadikan ulangan hari
ini.
“Kris kenapa kamu tidak membaca buku, kamu tidak
tahu ya hari ini kita ulangan ?”, kata Maryaningsih,
“Saya tadi malam sudah belajar, mudah-mudahan yang
saya pelajari tadi malam keluar dalam ulangan hari ini”,
saya menjawab.
“Hebat kamu Kris, kita semua takut menghadapi
ulangan hari ini, baru kamu tinggal santai-santai”, kata
Markus.
Dalam hati saya berfikir tadi malam teman-teman
mungkin tidak belajar, apakah nenek atau orang tuanya tidak
menyuruh mereka belajar, saya bersyukur mempunyai
keluarga yang saling perhatian, dan saling mengingatkan
terutama nenek yang super hebat. “Kring kring kring” bunyi
bel sekolah, sebagai tanda harus masuk kelas, sebelum
masuk kelas kita berbaris berbanjar dua kebelakang.
“Siap grak, maju jalan!”, teriak ketua kelas sambil
menunjuk barisan mana yang terlebih dahulu masuk
kelas,
Setiap hari masuk kelas, diawali berbaris dan masuk satu-
persatu, sambil berjabat tangan dengan ibu guru.
Setelah semua murid masuk kelas, ketua kelas berteriak lagi,
ucapkan salam pada ibu guru,
“Selamat pagi bu guru”, teriak ketua kelas,
Kita semua berteriak, ibu guru juga dengan semangat
menjawab,
“Selamat pagi anak-anak”,
Petugas doa maju ke depan kelas,
“Kawan-kawan semua sebelum kita memulai kegiatan
hari ini, mari kita berdoa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing berdoa mulai”,
Semua hening tidak ada yang bersuara,
“Selesai”, kata petugas doa hari itu.
“Anak-anak hari ini kita ulangan hari pertama, anak-
anak sudah siap?”, Ibu guru bertanya.
Anak-anak serentak menjawab,
“Sudah Ibu guru”.
Suasana di kelas hari ini berbeda dengan biasanya, semua
tegang untuk menghadapi ulangan, tiba-tiba ibu guru berkata,
“Ayo anak-anak semua berdiri!, kita akan melakukan
gerakan badan terlebih dahulu sebelum kita
mengerjakan ulangan hari ini, supaya ketegangan dan
ketakutan kita berkurang untuk mengerjakan ulangan”,
Anak-anak semua berdiri, dan ibu guru membelakangi
anak-anak sambil berdiri tegak dan mengangkat kedua
tangan dan menurunkan tangan kedepan secara perlahan-
lahan, sambil mengatur pernafasan sampai tangan
menyentuh lantai dan mengangkat kembali tangan sambil
menahan nafas, begitu tangan sampai diatas posisi lurus
dengan badan, tiba-tiba ibu guru menjatuhkan tangan dengan
cepat sambil berteriah “haaaaaa”.
Ibu guru dan murid-murid melakukan gerakan itu
sebanyak tiga kali, sehingga kelas ramai sekali. Anak-anak
merasa senang dan merasa beban untuk mengerjakan
ulangan sedikit ringan.
“Anak-anak, sebelum duduk anak-anak harus
mengumpulkan buku catatan ke depan kelas semua
dan yang tertinggal hanya alat tulis, penghapus dan
mistar”, kata ibu guru.
Anak-anak semua maju ke depan untuk mengumpulkan
semua catatan sehingga tidak ada yang menyontek saat
mengerjakan ulangan.
Ibu guru membagikan kertas soal ulangan dan lembar
jawaban kepada semua anak-anak, ruangan kembali sunyi,
“Anak-anak sudah mendapatkan kertas ulangan semua
dan lembar jawaban?”, kata ibu guru,
“Sudah ibu guru”, jawab anak-anak.
Ulangan pun dimulai, waktu untuk mengerjakan soal
ulangan ini adalah satu setengah jam, apabila sebelum satu
setengah jam selesai, anak-anak bisa mengumpulkan ke
depan dan mengambil tasnya masing-masing, dipersilahkan
langsung keluar pulang dan mempersiapkan ulangan hari
berikutnya. Saya mulai menulis nama saya dan kelas diatas
lembar jawaban, dilanjutkan membaca soal dari nomor satu
dan menjawabnya di lembar jawaban, sehabis nomor satu
lanjut ke nomor dua, dan seterusnya sampai selesai.
Saya bersukur sekali soal yang keluar itu sudah sering
saya baca, sehingga saya mudah sekali menjawabnya. Inilah
keuntungan kalau mendengar nasehat nenek dan orang tua,
setiap hari tugas saya adalah belajar dan membantu
pekerjaan rumah yang ringan-ringan seperti menyapu,
membersihkan meja dan merapikan tempat tidur sendiri,
kalau tidak belajar, nenek akan menasehati saya panjang
lebar.
Dalam hati berterima kasih kepada nenek saya yang
hebat, saya sayang nenek yang selalu mengingatkan saya
untuk belajar. Saya maju ke depan membawa soal dan
jawaban,
“Ibu guru, Kristin sudah selesai”, kata saya pada Ibu
guru,
“Kris kamu cepat sekali mengerjakannya”, kata Ibu guru,
Saya menjawab,
“Iya Ibu guru, soal yang keluar dalam ulangan hari ini
sering aku baca di rumah, berkat bimbingan nenek saya
dan kedua orang tua saya”,
Ibu guru mengangguk-angguk dan tersenyum, ibu percaya
kepada saya, karena dari kelas satu saya selalu peringkat
satu di kelas.
“Iya Kris, kamu boleh ambil tasmu dan langsung pulang
saja, sampai di rumah kamu jangan lupa
mempersiapkan diri untuk ulangan berikutnya”.
Saya dalam menyelesaikan soal ulangan, memerlukan waktu
setengah Jam, masih tersisa waktu satu jam.
PERSAHABATANKU
“Kristin, Kristin. . . . “, terdengar ada yang memanggil,
saya buru-buru keluar untuk melihat siapa yang memanggil
saya
“Eee Maryaningsih masuk ayo mari masuk”,
Maryaningsih adalah teman satu kelasku, dan tinggalnya
dekat dengan rumahku.
“Kris siapa yang datang ?”, suara nenek dari dapur,
“Maryaningsih Nek”, jawabku,
“Maryaningsih sebelah rumah itu?”, kata nenek,
“Iya Nek”, jawabku,
“Mari ke dapur sini ajak Maryaningsing bantu nenek
putar papeda”, kata nenek,
“Ning kamu bisa makan Pepeda tidak?”, kataku, “Aku bisa makan, tetapi aku kesini tidak lama karena
aku di suruh ibuku untuk pinjam taplak meja, untuk
acara pengajian sebentar malam”, kata ningsih.
Nenek mendengar ucapan ningsih baru berkata,
“Iya mari makan dulu sama sama nenek baru nanti
nenek ambilkan taplak yang sudah nenek setrika, mau
pinjam berapa lembar Ning?”,
Ningsih menjawab,
“Dua Nek kalau ada kalau tidak ada yaa satu saja tidak
apa-apa, yang penting Ningsih temanin Nenek makan
Papeda dulu, baru nenek kasih pinjam taplak meja”.
Mendengar ribut-ribut di dapur mama keluar kamar sambil
berkata,
“Ohh Ningsih too kamu kok jarang main kesini ?”, sapa
ibu,
“Iya Tante Ningsih bantu ibu jaga kios sepulang
sekolah, saya kemari di suruh ibu, untuk pinjam taplak
meja untuk pengajian sebentar malam”,
“oooh”, kata mamak sambil mengangguk-anguk,
lansung bilang sama nenek,
“Nek tolong pinjamkan taplak meja yang nenek
simpan”, kata mama,
“ehh ehh sabar dulu, Nenek tadi sudah bilang temanin
nenek makan papeda dulu baru nenek ambilkan, mau
lima juga nenek pinjamin”,
Sebenarnya hati Maryaningsih senang sekali makan Papeda
sudah lama tidak makan Papeda, apa lagi pakai ikan kuah
kuning, tapi ningsih malu.
Setelah nenek mengancam begitu Ning bilang sama
Kristin,
“Ayo cepat kita bantu nenek putar papeda biar cepat
selesai”, ucap Ningsih.
Nenek, Kristin dan Ningsih segera masak air supaya mendidih
untuk menyiram Sagu, dan diaduk sampai papeda mengental
baru makan bersama-sama.
“Tambah Ning, ini Papeda masih banyak dan ikannya
juga masih”, kata nenek.
“Iya nek terimakasih mingsih sudah kenyang sekali”,
jawab Ningsih “Iya sudah kalau begitu kamu tunggu
nenek didepan yaa nenek bereskan piring dulu baru
nanti nenek ambilkan taplak meja”.
Ningsih dan Kristin berjalan keluar menuju teras rumah
sambil bercerita,
“Kristin kira-kira hasil ulangan kita bagus tidak ya?”,
tanya Ningsih, “Bagus kalau sebelum ulangan kita
belajar dan tidak bagus jika sebelum ulangan kita tidak
sering belajar”, kata krestin.
“Ini Ningsih taplak meja yang ibumu pinjam dua potong,
nanti kalau kasih pulang gak usah cuci juga tidak apa-
apa, tapi kalau masih mau main, main dulu kalau mau
pulang ya tidak apa-apa”, kata nenek sambil
menyerahkan dua potong taplak meja ke Maryaningsih,
“Iya Nek terima kasih telah meminjamkan taplak
mejanya dan hidangan Papedanya yang rasanya enak
sekali, Ningsih pamit dulu ya Nek soalnya ningsih harus
bantu ibu untuk persiapan pengajian sebentar malam”,
Ningsih lalu melangkah pulang sambil berkata,
“Kris aku pulang dulu yaa kasihan ibuku kerja sendiri,
tidak ada yang membantu dadaaa…”,
Kristin mengantarkan Ningsih sampai pintu pagar rumah
sambil berkata
“Kapan-kapan main kesini ya Ning !”, sambil menutup
pagar rumah Kristin masuk ke dalam rumah.
”Nek kapan kita giliran ibadah dirumah ?”, kata Kristin,
nenek tidak menjawab malah angkat tangan dan menghitung
jarinya,
Krestin mengulangi pertanyaan kepada neneknya Kristin pikir
nenek tidak dengar, “
Nek kapan ibadah lagi giliran dirumah kita?”, nenek
berteriak “Kristin ini nenek baru hitung, kamu diam dulu
jangan sampai salah nenek menghitungnya”,
Kristin heran dengan gaya nenek menghitung memakai jari,
“Kurang lima hari lagi Kris”, kata nenek,
“Hore hore berarti bersamaan hari penerimaan rapot
kenaikan kelas saya nek dan kenaikan kelas kakak”,
kata Kristin.
Nenek tinggal senyum senyum sambil berkata
“Kris kamu jangan senang dulu siapa tau nanti kamu
terima rapot hasil kamu tidak naik kelas”, kata nenek,
secepat kilat Kristin lari memeluk neneknya,
“Nek jangan bilang begitu, Kristin sedih kalau nenek
bilang begitu”, sambil Kristin memeluk nenek manja.
Nenek membelai rambut Kristin dan mencium keningnya lalu
berkata
“Nenek hanya main main Kris, cucu nenek yang paling
nenek sayang pasti naik kelas”, kata nenek.
PENUH SUKA CITA
Tumpukan buku di kamar sengaja saya turunkan
semua, dan mencoba untuk menyusun kembali menurut jenis
mata pelajaran, buku Bahasa Indonesia dari kelas I,II,III,IV,V
dan VI saya tumpuk sendiri, dan semua jenis pelajaran yang
sama dari kelas I sampai dengan kelas VI ditumpuk menurut
jenis pelajaranya. Ada beberapa buku yang telah rusak tapi
masih bisa di baca, buku yang telah tersusun rapi
memudahkan saya untuk membaca kembali pelajaran dari
kelas I sampai dengan Kelas VI, setelah selesai
mengkelompokan buku mata pelajaran terasa capek, tapi hati
merasa senang, karena bila suatu saat membutukan buku
yang diperlukan tidak kesulitan untuk mendapatkannya,
semua ini saya lakukan karena teringat saran bapak sebelum
bapak berangkat ditugaskan kantornya ke jakarta,
“Kris kamu sekarang sudah kelas VI, apa kamu sudah
mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir
nasional?”,
saya bingung harus menjawab apa ke bapak,
“Belum Pak, Cristin bingung”,
Karena kata ibu guru UAN soalnya dari kelas I sampai kelas
VI, sedangkan menurut kepala sekolah yang banyak
keluarnya di soal UAN adalah pelajaran kelas IV,V dan VI.
“Begini Kris kalau begitu minta tolong sama kakakmu
untuk mengkelompokkan jenis mata pelajaran yang
sama dari kelas satu sampai dengan kelas VI, untuk
memudahkan belajar”,
Setelah saya selesai merapian buku enaknya duduk di
teras depan sambil melihat pemandangan .
“Kris, Kris kemari!”,
Suara bapak menbuyarkan lamunan, membayangkan betapa
cantiknya saya bila suatu saat nanti tercapai cita-cita saya
menjadi seorang pilot pesawat, koperku bagus, ditemani co
pilot, pramugari dan pramugara berjalan di ruang tunggu yang
dipadati calon penumpang pesawat yang akan saya
terbangkan, semua penumpang memandag dengan kagum,
lalu kubalas senyuman yang manis menambah pesona
kecantikan diriku.
“Iya pak ada apa?”,
Suara bapak tadi begitu kurang terdengar karena lamunanku.
“Ini Bapak belikan oleh-oleh dari Jakarta buat kamu
Kris”,
memang bapak kalau selalu ditugaskan dari kantornya ke
Jakarta selalu kami di belikan oleh-oleh walaupun harganya
tidak mahal, bapak selalu membawa oleh-oleh.
Tadi pagi bapak baru pulang dari Jakarta langsung
mandi dan makan, mungkin capek bapak tidur sampai siang.
Mendengar oleh-oleh aku langsung menghapiri. Bungkusan
rapi sekali seperti kado.
“Buka bungkusnya jangan disini Kris, lebih baik kamu
buka dikamar sana, Bapak takut nanti meledak
mengenai Bapak”,
Mendengar ucapan itu, langsung saya lari ke kamar
penasaran apa isi dari bungkusan yang rapi ini. Didalam
kamar tanganku gemetar untuk membukanya, sampul
bukusnya saya buka perlahan-lahan, setelah sampul
bungkusnya terlepas, terlihat kardus kotak persegi empat,
karena penasaran tulisan yang berada di kotak tersebut tidak
sempat kubaca, secara perlahan dan hati-hati saya buka
kotak itu,
“Horee horee aku punya”, aku berteriak sekuat-
kuatnya, sambil aku lari memeluk bapak yang sedang
membaca koran.
Saya peluk bapak kuat-kuat kucium pipi, dan tangannya
sambil berkata “Terima kasih Pa”, telah membelikan saya
barang yang sangat saya impikan yang sudah lama untuk
memilikinya dan telah mendidik dan menyangi, saya bersukur
kepada Tuhan yang telah memberikan bapak yang begitu
sayang padaku, saya sangat beruntung di banding teman-
temanku yang sebaya, mereka belum tentu mendapat kasih
sayang yang seperti saya rasakan. Mendengar kalimat yang
saya ucapkan bapak sedikit terharu,
“Kris Bapak juga bangga mempunyai putri seperti kamu,
pintar, baik, cantik bisa sayang sama kedua orang tua,
kakak dan nenek, dan yang terpenting rajin ibadah,
hadiah HP yang bapak belikan dipergunakan sebai-
baiknya, bapak harap kamu bisa telpon temanmu kalau
ada urusan yang penting, misalnya tanya pelajaran atau
bagaimana mempersipkan UAN yang senbentar lagi
berlangsung, kamu sudah besar harus bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang tidak
baik, agama pun mengajurkan kita untuk berbuat baik
dan penuh kasih sayang.
Air mata bapak mulai jatuh. Melihat air mata bapak jatuh,
“Bapak menangis ya?, macam anak kecil saja”,
Mendengar ucapakku, bapak langsung memegang erat
tanganku, sambil memukul-mukul tanganku, tapi bapak
memukulnya dengan lembut, tidak menimbulkan rasa sakit.
Bapak dan mama memang tidak pernah memukul saya dan
kakak, walau sesekali kiata berbuat salah. Kalau kakak atau
saya melakukan kesalahan, bapak atau mamak, memanggil
untuk duduk berdua dan di beri nasehat bahwa perbuatan
yang kita lakukan tidak benar, dan jangan sampai terulang
kembali, perbuatan yang tidak benar tidak diperkenankan
sama Tuhan walaupun orang tidak tau apa yang kita perbuat
tapi Tuhan tetap maha tahu dan ingat kebaikan dan
keburukankan itu sama menular, kalau sering bergaul dengan
oarang yang baik, perbuatan kita juga baik dan kalau sering
bergaul dengan orang yang tidak baik, pasti lama-kelamaan
kita juga ikut berbuat tidak baik. Sepertinya bapak malu
karena air matanya jatuh.
“ Sana pergi, pergi minta ajari kakakmu untuk
mengunakan HP, jangan mengganggu Bapak lagi baca
koran”,
Bapak sengaja mendorongku supaya cepat pergi, saya
cepat-cepat mencari kakak di kamarnya, tetapi saya melihat
kakak lagi beres-beres buku pelajaran, sambil detemani
mama yang sedang duduk di kursi belajarnya kakak. Saya
berfikir kasian kakak kalau saat ini saya menganggunya,
karena kakak juga menghadapi ujian SMA kelas III bulan
depan, saya tidak berani mengagunya, lebih baik hadiah HP
pemberian Bapak saya simpan dulu, dan bila ada
kesempatan kakak istirahat baru saya minta diajari
mengunakan HP ini.
UJIAN AKHIR NASIONAL
Hari yang sangat menegangkan, karena hari ini saya
dan kakak sama-sama menghadapi ujian akhir nasional,
kakak mengikuti ujian akhir nasional tingkat SMA, sedangkan
saya mengikuti ujian akhir tingkat SD. Sebelum saya sarapan
pagi sudah kuperiksa dulu peralatanku untuk mengikuti ujian,
saya sengaja duduk paling awal di ruang makan, membaca
pelajaran yang nanti menjadi jadwal ujian, sambil menunggu
semua anggota keluarga berkumpul di ruang makan, saya
berharap bapak yang nantinya membawa doa disaat sarapan
pagi, agar memohonkan kelancaran dalam mengikuti ujian,
baik saya dan kakak, dan diberi kelulusan dengan nilai yang
baik, tapi bila nenek yang berdoa bisanya hanya seputar
makanan yang kita makan, untuk dijadikan kekuatan,
kesehatan untuk hari ini,dan masa yang akan datang, tidak
mendoakan cucunya yang lagi tegang menghadapai ujian.
Satu persatu memasuki ruang makan, tapi nenek belum
juga muncul, biasanya kalau nenek terlambat ke meja makan,
nenek sibuk membaca panduan buku doa yang nenek
simpan, dan bila keluar nanti dia tidak langsung duduk, nenek
berdiri langsung membawakan doa kita makan. Bapak sudah
siap dengan pakain kerjanya, sedangkan mama kali ini
berpakaian biasa tidak memapakai baju kerja, karena mama
mengambil cuti untuk menemani anak-anaknya mengahadapi
ujian.
“Sudah lengkap semua?”, kata nenek dengan gaya
yang meyakinkan.
Bapak hanya mengangguk saja memberi isarat ke nenek kita
sudah lengkap.
Perkiraan saya tidak salah, neneklah yang membawa
doa di hari yang menegangkan ini.
“Mari kita berdoa, agar kita di beri kekuatan dan
kesehatan di hari ini dan masa yang akan datang”,
Inilah kalimat pembukaan doa nenek yang tidak pernah
berubah. Tapi lama sekali nenek tidak melanjutkan doanya,
tangan memegang perut, dan wajahnya agak pucat,
“Maaf, kali ini nenek tidak bisa mempin doa karena
perut nenek sakit, silahkan salah satu memimpin doa,
dan di lanjutkan dengan makan, nenek mau kebelakang
dulu, nanti nenek sarapan setelah dari belakang” ,
Aku menyesal kenapa tadi saya berfikir yang macam-macam,
kasian nenek, perutnya sakit dan mukanya sedikit pucat, saya
merasa berdosa telah berburuk sangka terhadap nenek.
Pagi itu bapak menganti nenek untuk memimpin doa,
tidak lupa bapak berdoa untuk saya dan kakak memohonkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa agar di beri kemudahan dan
kelancaran dalam mengikuti ujian dan diberi kelulusan
dengan nilai yang baik agar dan tercapai apa yang di cita-
citakan kelak di kemudian hari. Setelah selesai berdoa, kita
semua makan bersama.
“Kris nanti mama antar, kasihan kakakmu kalau antar
kamu, nanti kakakmu capek dan tidak konsentrasi untuk
mengerjakan soal ujian”,
Mendengar ucapan mama saya senang sekali, karena kalau
mama antar kesekolah pasti pulangnya dijemput lagi, tidak
perlu menunggu ojek yang terkadang berebut denga teman-
teman. apa lagi mama saat ini sedang libur sengaja
mengambil cuti untuk menemani ptra-putrinya yang sedang
ujian. Selesai makan kuperiksa kembali barangku yang akan
kubawa kesekolah bolpaint, pensil, mistar dan penghapus
serta kartu ujian, semua di dalam tas.
Sebelum saya berangkat, saya melihat nenek di
kamarnya dulu. “Nek bagaimana perutnya masih
sakit?”,
Nenek kelihatan kaget dengan suara saya,
“Sudah mulai sembuh kres, tadi malam nenek makan
sambal terlalu banyak, makanya perut nenek sakit”,
Jawab nenek masih sedikit merasa nyeri perutnya.
“Nek, Kris berangkat sekolah dulu ya, doakan Kris bisa
menjawab soal ujian ya Nek”,
Sambil berjabat tangan sambil mencium tangan nenek. Saya
dipeluk nenek dengan erat sambil berkata,
“Kris kamu cucu Nenek yang paling cantik, baik dan
pintar Nenek doakan supaya bisa menyelesaikan
semua soal ujian dengan baik, sana berangkat jangan
samapai terlambat”,
Saya berangkat ke sekolah diantar mama.
Aku menunggu mama di depan sekolah hari ini
merupakan hari terakhir saya dan kakak mengikuti ujian akhir
nasional. Mama mengantar jemput aku ke sekolah setiap hari.
“Kris, Kris…”,
Terdengar suara mama memangil, mama di seberang jalan
melambaikan tangannya, memberi isyarat supaya saya
menghampirinya,
“Kris besok kan sudah selesai ujiannya sekarang
temanin mama ke pasar, beli Sagu dan ikan, kasian
nenek sudah satu minggu tidak makan Papeda, karena
kita semua sibuk mengurus kamu dan kakakmu selama
ujian berlangsung, kapan pengumuman kelulusannya
Kris?”,
“Pengumumannya dua minggu dari sekarang Ma”, saya
menjawab.
Sambil aku duduk di belakang dan memeluk pinggang mama,
langsung mama tancap gas pergi ke pasar.
Dua minggu telah berlalu, pagi ini orang tua wali murid
pergi kesekolah untuk mengambil pengumuman kelulusan.
Bapak yang mengambil hasil ujian kakak, sedangkan mama
mengambil pengumuman kelulusan saya. Semua orang tua
murid berkumpul di ruang kelas, sedangkan anak-anaknya
terlihat banyak yang yang menyembunyikan kegelisahan
dengan cara bermain-main, ada yang asik cerita, ada pula
yang murung.
Terdengar suara Ningsih menyapaku,
“Sudah di dalam, ibumu juga sudah datang belum?”,
Balas aku bertanya pada Ningsih, “Ibuku tidak bisa ke sekolah karena jaga adik dan jaga
kios, yang mewakili ke sekolah pamanku, karena
bapakku pulang kampung, nenekku sakit keras di
kampung”.
Kasihan Ningsih, hari ini merupakan hari yang sangat
menegangkan, sedangkan kedua orang tuannya tidak bisa
menemani.
“Tidak apa-apa Ning, bapak dan ibumu tidak bisa ke
sekolah jangan sedih yang penting ada pamanmu yang
mewakili, bapakmu pulang kampung karena nenekmu
sedang sakit, kita doakan saja nenekmu cepat sembuh
dan bapakmu cepat kembali”,
Kugandeng tangan Ning, kuajak masuk kelas duduk ditempat
yang telah disiapkan khusus untuk murid murid kelas VI.
Suasana dikelas hari ini sangat ramai sekali, wali murid
duduk di bagian depan, sedangkan murid-murid duduk di
bagian belakang. Biasanya ruangan ini kecil tapi hari ini sekat
yang memisahkan dua kelas itu di buka semua murid dan wali
murid bisa tertampung dalam satu ruangan. Suasana jadi
hening, ketia kepala sekolah dan wakil kepala sekolah
memasuki ruangan kelas diikuti semua guru SD yang
mengajar di sekolah itu.
“Selamat pagi semua”, kepala sekolah menyapa semua
orang di dalam ruangan.
Kepala sekolah memulai dengan sambutannya,
menerangkan bawa angkatan tahun ini ada tiga orang yang
tidak lulus. Mendengar ada tiga orang tidak lulus saya dan
ning berpelukan, jangan sampai salah satu dari kita ada yang
tidak lulus.
“Baik bapak-bapak dan ibu-ibu tibalah saatnya kita
membacakan tiga siswa dengan kelulusan nilai terbaik”,
Ruangan hening seketika, tidak ada yang bersuara, kecuali
suara kepala sekolah yang sangat keras,
“Untuk kelulusan dengan nilai terbaik urutan ketiga
adalah. . . . . atas nama hendrik”,
Semua yang ada di ruangan bertepuk tangan,
“Hendrik dan walinya dipersilakan maju kedepan”,
“Untuk kelulusan dengan nilai terbaik urutan kedua
adalah. . . . . atas nama Maryaningsih”,
Semua yang ada diruangan bertepuk tangan,
“Maryaningsih dan walinya dipersilakan maju kedepan”,
Setelah ningsih dipanggil ke depan dia memeluku,
“Kris aku lulus”,
Lalu berdiri ke depan ditemani pamannya. Hatiku gelisah
sekali ningsih teman akrabku menduduki urutan ke dua
sedangkan aku ketiga pun tidak dapat, aku melihat mama dan
mamapun melihat aku, air mataku mulai menetes, aku sedih
sekali kenapa aku tidak berdiri didepan sana walupun tidak
urutan kedua seperti Ningsih, urutan ketigapun aku sudah
senang, bisa bahagiakan orang tua dengan cara menjadi
yang terbaik di sekolah. Saya benar-benar tidak bisa
menahan tangisku, melihat saya sedih mama menghapiriku,
“Kris mama tidak marah kalau kamu tidak dapat
peringkat, jangan nangis, mama ikut sedih ini
seandainya Kris tidak lulus pun mama tidak akan
marah”,
Terasa hangat badanku dipeluk mama, perasaanku sedikit
membaik setelah mama disampingku sambil memeluk.
“Untuk kelulusan dengan nilai terbaik urutan pertama
adalah...... urutan peratama adalah...... urutan pertama
adalah...... “,
Mendengar suara kepala sekolah yang tinggal bilang
“adalah”, “adalah” terus dan jaraknya lama sekali membuat
jengkel, sudah banyak “adalah” “adalah” lagi, masih berhenti
tidak cepat-cepat menyebut nama masih lepas kaca matalah,
bersihkan kaca dengan sapu tangan, memasang kembali
pelan-pelan.
“Saya ulangi untuk kelulusan dengan nilai terbaik urutan
pertama adalah. . . . . . . atas nama Kristina !” ,
Kedengarannya nama saya disebut kepala sekolah, langsung
kulepaskan pelukkan dari mama,
“Mama Kristin lulus. . . . . Kristin lulus. . . . . .lulus”,
Saya senang sekali berteriak lulus sambil melompot-lompat.
Saya lihat mama tidak merasa senang malah air matanya
turun semakin deras,
“Ma Kristin lulus, kenapa mama tidak senang malah
menangis?”,
“Kris mama senang, kamu lulus, tapi kan tidak seperti
itu caranya, lebih baik panjatkan doa dulu, terima kasih
kepada Tuhan dengan kelusan terbaikmu dan kamu
juga harus ingat banyak temanmu, yang belum
mengetahui hasilnya tentang lulus dan tidaknya, itu
tidak baik kamu lakukan secara berlebihan, lebih baik
nanti kita rayakan di rumah saja, sama-sama keluarga,
lagi pula kakakmu juga belum tentu lulus kita belum
dengar hasilnya”.
Mendengar ucapan mama saya jadi sadar kita tidak
boleh terlalu senang dengan keberhasilan kita didepan orang
banyak,
“Krestina dan walinya diharap maju ke depan”,
terdengar kepala sekolah memanggil kembali, untuk
maju kedepan.
Di depan kelas aku berjabat tangan dengan Ningsih
dilanjutkan berpelukan saling mengucapkan selamat, setelah
itu jabat dengan dengan Hendrik dan tidak lupa pula ku
ucapkan selamat kepada Hendrik.
Setelah menerima amplop hasil ujian kelulusan, mama
dan saya langsung keluar,
“Kristin tunggu dulu jangan pulang dulu, teman-teman
pesan begitu tadi”, kata Ningsih.
“Ma’af Ning aku harus cepat pulang soalnya mau
menunggu hasil kelulusan kakakku di rumah, nanti
kalau ada yang penting, telpon saya atau ning kerumah
ya”,
Mendengar jawabanku begitu, Ning tidak bisa
memaksa, Ning teman akrabku dan tahu taatnya aku
terhadap orang tua.
“Kris kalau sudah tidak ada kepentingan mari kita
pulang”, terdengar suara mama,
“Mari Ma siapa tahu kakak sudah di rumah”,
Sesampainya dirumah, Nenek, Bapak, dan Kakak
sudah menunggu kedatangan saya dan mama, mereka
kelihatan murung sekali.
“Bapak saya lulus dengan nilai terbaik”, saya setengah
berbisik karena mereka dari tadi terlihat sedih, saya
takut kalau kakak tidak lulus.
”Syukur kepada Tuhan kamu dan kakakmu sama –
sama lulus dengan nilai terbaik”,
Setelah mendengar aku lulus wajah mereka ceria semua,
“Mari kita mengucap syukur kepada tuhan yang mana
Jhon dan Kristin diberi kesempatan dengan lulus
terbaik”,
Setelah itu bapak berdiri memimpin doa syukur kami.
Setelah doa selesai kita saling berpelukan satu sama lain.
. . . . . . . . . .