Post on 15-Oct-2021
43
BAB V
STRATEGI PUBLIC RELATIONS HOTEL SHERATON MUSTIKA
YOGYAKARTA RESORT & SPA
5.1. Strategi Public Relations Coordinator Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta
Resort and Spa
5.1.1. Press Release
Siaran pers atau lebih sering disebut press release merupakan
salah satu metode yang paling sering digunakan praktisi humas dalam
menyebarkan informasi. Press release adalah informasi dari individu atau
organisasi yang disampaikan kepada media massa dengan maksud untuk
diberitakan (Morissa, 2008: 216).
Mengeluarkan press release merupakan tindakan pertama yang
dilakukan oleh Khairul Anwar selaku Public Relations Coordinator (PRC)
Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa, terkait judul berita
yang muncul dari Metro TV. Dalam press release ini, berisi informasi
untuk mengklarifikasi atas judul dari berita yang dimuat oleh Metro TV,
karena pemberitaan tersebut bisa membuat masyarakat menganggap
bahwa Hugo’s dan Embassy Café merupakan kepemilikan dari Hotel
Sheraton dan nantinya bisa memunculkan asumsi bahwa Hotel Sheraton
tidak menjamin keamanan dari tamunya, yang tentunya bisa berdampak
44
pada citra buruk terhadap hotel. Sebab media pemberitaan menjadi
perhatian utama bagi praktisi PR untuk mengetahui persepsi publik
terhadap perusahaan, terutama saat perusahaan dalam situasi krisis (Nova,
2009: 205). Press release tersebut dikeluarkan dengan tujuan untuk
mengklarifikasi pemberitaan yang muncul dari Metro TV, dimana
materinya menyangkut hal-hal yang penting ingin disampaikan kepada
khalayak luas, mengenai usaha dan aktifitas perusahaan dan organisasi
(Danandjaja, 2011: 122), yaitu posisi Hugo’s dan Embassy Café selaku
penyewa salah satu gedung milik Hotel Sheraton. Tidak hanya sekedar
mengkonfirmasi kepada pihak Metro TV, tetapi juga dengan tujuan agar
masyarakat luas mengetahui inforimasi tersebut, agar tidak menjadi krisis
yang berkepanjangan bagi Hotel Sheraton.
Konsumen dari Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa
telah mengetahui posisi dari Hugo’s dan Embassy Café, namun tidak
demikian dengan masyarakat umum. Karena pemberitaan, pengumuman,
opini publik, media massa, pengungkapan pendapat, mempunyai
hubungan yang sangat erat antara satu dengan yang lainnya dan akan
saling mempengaruhi didalam perkembangannya (Rumanti, 2002: 62).
Maka yang dihindari oleh Khairul Anwar adalah opini publik mengenai
citra Hotel Sheraton sebagai tempat terjadinya pembunuhan, sebab sebagai
seorang Public Relations juga memiliki peran dan ikut menentukan
bagaimana pengaruh terhadap publiknya (Rumanti, 2002: 62), sehingga
45
dengan mengeluarkan press release tersebut juga ikut memberikan
informasi terhadap masyarakat luas bahwa manajemen dari Hotel
Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa berbeda dengan manajemen
Hugo’s dan Embassy Café. Walaupun berbeda manajemen Hotel Sheraton
juga tetap memberikan dukungan terhadap Hugo’s dan Embassy Café
ketika dilakukan proses pemeriksaan dari pihak kepolisian, hingga
akhirnya tidak lagi bisa beroperasi dan berhenti menyewa gedung Mini
Malioboro milik Hotel Sheraton. Penyebaran press release ini juga
dibantu oleh Pubic Relations PT. Mustika Ratu dan disebarkan untuk
wilayah Jakarta dan sekitarnya, karena pemilik dari Hotel Sheraton juga
merupakan pemilik dari PT. Mustika Ratu, sehingga dalam menyebarkan
press release ini bisa terfokus dan tersebar sesuai yang diharapkan.
5.1.2. Surat Pernyataan Kepada Tamu Hotel
Hotel Sheraton merupakan salah satu merek hotel jejaring
internasional, yaitu Starwood Worldwide, Inc. dan telah berkembang
hampir diseluruh dunia, sehingga telah memiliki panduan khusus dalam
beroperasi, mulai dari struktur manajemen hingga ketentuan dan
peraturan-peraturan yang ada. Maka semua merek hotel jaringan Starwood
Worldwide, Inc. memiliki panduan yang sama.
Ketika ada kejadian pembunuhan di Hugo’s dan Embassy Café
dan adanya pemberitaan dari Metro TV, maka yang dilakukan oleh
46
Khairul Anwar yaitu mengikuti panduan yang diberikan oleh Starwood
Worldwide, Inc. dalam menghadapi krisis, dan instruksi yang dilakukan
adalah memberikan surat pernyatan kepada tamu hotel yang saat itu
menginap di Hotel Sheraton, yang berisi informasi mengenai perbedaan
manajemen dari Hotel Sheraton dan Hugo’s Café, juga Hotel Sheraton
menjamin keamanan dari para tamu yang menginap saat itu.
Letak bangunan hotel yang cukup jauh dari jalan raya, serta adanya
pemeriksaan dari pihak keamanan ketika akan memasuki kawasan hotel,
menjadikan salah satu jaminan yang diberikan dari hotel untuk para tamu.
Selain itu Hotel Sheraton juga memiliki kamera pengintai yang tidak dapat
dilihat oleh para tamu, untuk mengawasi keadaan kawasan hotel.
Sehingga ketika ada tindakan kriminal bisa segera ditangani oleh pihak
keamanan hotel.
Dengan keamanan yang dimiliki oleh Hotel Sheraton, maka dalam
surat pernyataan tersebut pihak hotel juga menawarkan kepada para tamu
yang mungkin memiliki ketakutan, untuk menjalani self experience dari
keamanan yang dimiliki oleh Hotel Sheraton, mulai dari memasuki
kawasan hotel hingga sampai pada lobi hotel. Dengan harapan para tamu
hotel akan merasa lebih aman dan nyaman selama berada dalam kawasan
hotel. Hal ini berarti PRC Hotel Sheraton telah menjalankan fungsi
kehumasan dengan baik, karena humas yang baik adalah humas yang
mampu mengubah sikap-sikap yang negatif ke positif dengan cara
47
menguraikan apa yang menjadi kenyataan sebenarnya, tanpa maksud
memutarbalikkan atau memanipulasi kenyataan (Jefkins, 1992: 55).
5.1.3. Program Earth Hour 2013
Earth Hour (bahasa Indonesia: Jam Bumi) adalah sebuah kegiatan
global yang diadakan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) pada
Sabtu terakhir bulan Maret setiap tahunnya. Kegiatan ini berupa
pemadaman lampu yang tidak diperlukan di rumah dan perkantoran
selama satu jam untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya tindakan
serius menghadapi perubahan iklim. Kegiatan yang dicetuskan WWF dan
Leo Burnett ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 2007
(www.news.detik.com/2012)1.
Perubahan iklim yang terjadi akibat dari pemanasan global yang
terjadi diseluruh dunia, akibat lainnya yaitu peningkatan permukaan air
laut, suhu global cenderung meningkat, gangguan ekologis, juga gangguan
ekosistem.
Adanya program Earth Hour, Starwood Worldwide, Inc. serentak
di seluruh dunia dengan Sembilan merek hotel yang berada dalam jaringan
ini, untuk mengikuti program Earth Hour setiap tahunnya, dan mulai
melakukan kegiatan tersebut sejak tahun 2008 hingga sekarng. Kegiatan
1 Rizky http://news.detik.com/read/2012/04/01/183927/1882315/471/sayangi-bumi-dengan-earth-hour.
diunduh pada tanggal 30 Mei 2013, pukul 21.00 WIB.
48
Earth Hour dilakukan sebagai bentuk kepedulian Hotel Sheraton dan
hotel-hotel jaringan Starwood Worldwide, Inc. lainnya terhadap kondisi
bumi.
Pada kegiatan Earth Hour 2013, sedikit berbeda dari kegiatan di
tahun-tahun sebelumnya sebab ketika acara ini akan diselenggarakan,
beberapa hari sebelumnya yaitu pada 19 Maret 2013 telah terjadi
pembunuhan di Hugo’s dan Embassy Café yang terletak di dalam kawasan
Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa. Juga pada hari akan
diselenggarakan acara Earth Hour, yaitu pada 23 Maret 2013, muncul
pemberitaan dari Metro TV yang berjudul “Empat Tewas Izin Café Milik
Moryati Sudibyo Dicabut”, sehingga mengakibatkan keadaan Hotel
Sheraton agak terganggu.
Penyelenggaran rangkaian acara Earth Hour pada 23 Maret 2013,
Hotel Sheraton juga mengadakan kegiatan tanam pohon bakau pada 21
Maret 2013 dan dilaksanakan di kawasan mangrove Pasir Mendit Desa
Jangkaran Kec. Temon Kab. Kulonprogo, Yogyakarta. Dalam aksi ini
Hotel Sheraton dan Earth Hour Yogyakarta menanam 1000 bibit yang
terdiri dari Rhizophora sp, Avicennia sp dan Bruguiera gymnorrhiza. Pada
saat itu Khairul Anwar mendapat telepon dari salah seorang awak media,
yang menanyakan tujuan dari diadakan aksi tanam pohon bakau ini,
karena terkait kasus pembunuhan yang terjadi pada 19 Maret 2013 di
Hugo’s dan Embassy Café, dan beliau mengklarifikasi dari pertanyaan
49
yang diajukan oleh awak media tersebut. Karena kegiatan ini telah
direncanakan dari jauh-jauh hari sebelumnya, bahkan tidak menyangka
akan terjadi kasus pembunuhan di Hugo’s dan Embassy Café.
Gambar 5.1.3.A
Penanaman Pohon yang dilakukan oleh General
Manager Muhamad Munir dan Executive Chef Eko
Pada 23 Maret 2013, ketika akan diselenggarakan perayaan Earth
Hour, pada siang hari pukul 13:19 WIB muncul pemberitaan dari Metro
TV dan dalam situs jejaring sosial twitter yang dimiliki oleh Metro TV,
berita tersebut mendapat enam retwit dari pengikutnya, sehingga pada saat
itu juga Khairul Anwar langsung menyelesaikan masalah tersebut,
sebelum semakin tersebar dan salah persepsi dari masyarakat. Akibat dari
pemberitaan tersebut, sempat membuat Hotel Sheraton dalam kondisi
krisis yaitu mendapat telepon dari media yang menanyakan kebenaran dari
50
berita tersebut, namun krisis tersebut dengan segera bisa terlewati dan
bahkan krisis tersebut tidak memberikan dampak yang serius. Juga pada
pelaksanaan acara Earth Hour malam harinya, berlangsung dengan lancar
tanpa ada hambatan, hasil dari acara Earth Hour tersebut juga menjadi
tolak ukur Khairul Anwar selaku PRC Hotel Sheraton, menyatakan bahwa
Hotel Sheraton mampu melewati krisis tersebut dan juga media yang
sempat mengikuti pemberitaan dari Metro TV mengucapkan selamat
kepada Khairul Anwar karena bisa menyelenggarakan kegiatan Earth
Hour tersebut dengan baik.
Gambar 5.1.3.B
Pembakaran Angka 60, Sebagai Bukti
Dimulainya Pemadaman Listrik Selama 60
Menit di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta
Resort & Spa
51
5.1.4. Fashion Show – The Beauty of Javanese Woman
Dalam rangka memperingati hari Kartini yang jatuh pada 21
April, Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa
menyelenggarakan peragaan busana yang bertema “The Beauty of
Javanese Woman”, pada 20 April 2013. Tujuan diadakan peragaan
busana ini sebagai bentuk apreasi Hotel Sheraton terhadap wanita masa
kini. Acara peragaan busana ini Hotel Sheraton juga mengajak dua
orang Polisi Wanita dari Polisi Militer Yogyakarta untuk ikut
berpartisipasi dalam acara peragaan busana tersebut sebagai salah satu
model.
Acara peragaan busana ini diselenggarakan di lobi timur Hotel
Sheraton, dengan kapasitas tamu yang disediakan mencapai 100 orang
dan juga dihadiri oleh awak media lokal Yogyakarta. Acara ini
berlangsung mulai pukul 19.30-21.00 WIB, di ikuti oleh 7 perancang
busana Yogyakarta, yaitu Philip Iswandoro, Manik Puspito, Anteng
Hadiyati, Yulvita Paramitha, Dewi Syifa, Lia Mustafa dan Tyas Santhi
Fatmasari. Acara ini berlangsung dengan lancar dan meriah, terlihat dari
kursi tamu yang hampir sebagian besar telah terisi dan juga awak media
yang datang untuk meliput acara peragaan busana ini. Masing-masing
dari perancang busana membawakan tema yang berbeda-beda, Philip
Iswandoro dengan konsep Kadjen, Manik Puspito dengan konsep
Beautiful Lady, Anteng Hadiyati dengan konsep Back to Nature,
52
Yulvita Paramitha dengan konsep Classic Lure, Dewi Syifa dengan
konsep My Green – Genthong Batik, Lia Mustafa dengan konsep
Keagungan Cinta dan Tyas Santhi Fatmasari dengan konsep Kembang
Pereng.
Gambar 5.1.4.A
Acara Peragaan Busana
“The Beauty of Javanese Woman”
Kesuksesan acara peragaan busana ini membuktikan bahwa
Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta bisa melalui masa krisis, walaupun
krisis tersebut hanya berlangsung sementara dan bahkan tidak
memberikan dampak negatif bagi keberlangsungan operasional hotel.
Hal tersebut tidak lepas dari peranan PRC Hotel Sheraton, yang sangat
sigap ketika menghadapi masalah dan menangani krisis. Karena tujuan
pokoknya adalah membangun opini, persepsi, dan citra positif bagi
53
perusahaan (Nova, 2009: 44). Dan citra bukanlah sesuatu yang terkecil
terpisah dari bisnis. Citra adalah bisnis itu sendiri (Afdhal, 2004: 43).
Sehingga sangat perlu bagi seorang public relations untuk bersikap siap
siaga karena krisis bisa datang kapan saja dan bisa merusak citra baik
sebuah perusahaan, yang tentunya akan berimbas pada keberlangsungan
bisnis dari perusahaan tersebut.
5.1.5. Soft Selling
Kegiatan soft selling yang dilakukan oleh Khairul Anwar yaitu
melalui kerja sama dengan komunitas Fotografer yang ada dikota
Yogyakarta, dimana dalam kurun waktu enam bulan (Januari – Juni
2013) telah dilakukan tiga kali “Photo Hunting” dikawasan kolam renang
Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa, mulai dari awal april,
akhir april hingga akhir mei.
Acara Photo Hunting ini merupakan permintaan dari komunitas
fotografer yang ada di Yogyakarta, untuk melakukan kegiatan foto
dikawasan Hotel Sheraton.
Diadakan acara Photo Hunting ini bertepatan dengan terjadinya
kasus pembunuhan di Hugo’s dan Embassy Café, melalui kegiatan ini
juga para fotografer dengan sendirinya merasakan pengalaman dari
keamanan yang dimiliki oleh Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Resort
& Spa, mulai dari pemeriksaan di pintu masuk dan hingga menuju lobi
54
hotel yang berada cukup jauh dari jalan raya, sehingga tidak mudah
untuk mencapai bangunan hotel jika tidak menggunakan kendaraan
beroda.
Selain itu, melalui kegiatan ini juga Hotel Sheraton juga bisa
melakukan penjualan kepada masyarakat secara tidak langsung. Yaitu
melalui gambar yang di foto oleh para fotografer, yang dengan
sendirinya menjual pemandangan yang dimiliki oleh Hotel Sheraton.
Dengan lima kolam renang yang dimiliki dan didesain secara unik oleh
arsitektur Bill Bensley yang telah dikenal mendunia sebagai arsitektur,
dan telah mendesain kolam renang hotel-hotel besar lainnya. Hal ini juga
menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Hotel Sheraton.
Sehingga melalui gambar-gambar yang ada, pemandangan serta
keunggulan tersebut menjadi salah satu kelebihan dari gambar yang
dihasilkan oleh para fotografer dan tentunya menunjukkan keunggulan
dari seorang fotografer dalam membingkai pemandangan kedalam
sebuah foto. Prinsip dasar publisitas ini mengambil dasar pemikiran dari
pepatah kuno (the old maxim) yang mengatakan “a good photo is worth a
thousand words” (Danandjaja, 2011: 122). Karena dengan hasil gambar
yang baik dan menarik akan membuat orang bertanya mengenai foto
tersebut dan juga dengan pengalaman yang dialami oleh para fotografer
juga tentunya akan memberikan informasi dari mulut ke mulut mengenai
tingkat keamanan yang dimiliki oleh Hotel Sheraton, hal tersebut telah
55
diungkapkan langsung oleh salah seorang fotografer terhadap Khairul
Anwar ketika berkunjung ke Hotel Sheraton untuk mengikuti acara
“Photo Hunting”.
5.2. Analisa Strategi Public Relations Coordinator Hotel Sheraton Mustika
Yogyakarta Resort and Spa
5.2.1. Press Release
Adanya pemberitaan yang muncul dari Metro TV, membuat PRC
dan juga GM menganggap bahwa release yang berisi penjelasan dari
status Hugo’s kafe dan Hotel Sheraton merupakan strategi yang tepat
untuk dilakukan, karena konten dari berita tersebut sudah benar adanya
akan tetapi judul dari berita tersebut yang tidak sesuai dan bisa
mengakibatkan citra buruk bagi pemilik dan perusahaan. Selain itu
dengan release ini juga, PRC ingin memberitahukan kepada masyarakat
luas tentang keberadaan status Hugo’s kafe di Hotel Sheraton, agar tidak
terjadi salah persepsi oleh masyarakat, karena lokasi kafe yang berada
dalam kawasan hotel membuat masyarakat umum sering salah kaprah.
Menurut peneliti strategi ini dilakukan tepat pada waktunya,
dimana krisis yang dialami oleh Hotel Sheraton masuk pada Tahap
Prodomal yang diungkapkan oleh Rhenald Kasali (2003) dalam anatomi
krisis yaitu tahap dimana krisis baru muncul dan belum mempunyai
56
dampak yang luas terhadap citra perusahaan (Wasesa, 2005: 19).
Khairul Anwar merasa bahwa perlu mengeluarkan press release untuk
mengklarifikasi pemberitaan tersebut, dengan kelebihan dari siaran pers
yang ada, yaitu lebih sederhana, informasi terfokus dan selektif, sebaran
luas, dan efektivitas waktu (Chatra & Nasrullah, 2008: 165), mampu
menjadi solusi bagi krisis yang dialami oleh Hotel Sheraton. Walaupun
demikian siaran pers juga memiliki kelemahan, yaitu kurang
menimbulkan minat pers menempatkan siaran pers pada lokasi berita-
berita penting dan juga dianggap tidak memenuhi standar pemeberitaan
surat kabar (Chatra & Nasrullah, 2008: 167). Tidak demikian dalam
krisis ini, press release yang dikeluarkan oleh Khairul Anwar justru bisa
membawa Hotel Sheraton melewati masa krisis akibat dari pemberitaan
di Metro TV dalam media sosial Twitter. Jika krisis ini dibiarkan sama
saja dengan menunjukkan sosok PR yang buruk. Karena manajemen
Public Relations yang tidak baik, memiliki potensi untuk membiarkan
komentar negatif dari media terus berkembang yang dapat
mempengaruhi reputasi, atau tidak dapat menangkap peluang untuk
menggunakan media sebagai alat untuk mempromosikan diri
(Hannington dalam Purworini, 2011: 77).
Dalam press release yang dikeluarkan berisi konfirmasi dan
informasi, untuk menjelaskan mengenai keberadaan dari Hugo’s and
Embassy Café di kawasan Hotel Sheraton, sehingga media lokal,
57
nasional dan masyarakat luas bisa mengetahui lokasi dari Hotel
Sheraton. Walaupun adanya pemberitaan dari Metro TV yang sempat
membuat Hotel Sheraton berada dalam posisi krisis, akan tetapi dari
kejadian pembunuhan di Hugo’s and Embassy Café pada 19 Maret
2013, Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa justru
mendapat pemberitaan dari berbagai media, baik lokal maupun nasional.
Karena dalam pemberitaan yang ada, akan menyebutkan lokasi dari
Hugo’s café yang berada dalam kawasan Hotel Sheraton. Hal tersebut
justru menjadi keuntungan, dengan demikian masyarakat luas akan
mengetahui keberadaan Hotel Sheraton di kota Yogyakarta tanpa harus
banyak melakukan promosi ke seluruh Indonesia. Walaupun
mendapatkan keuntungan dari pemberitaan tersebut, tetapi citra hotel
yang merupakan lokasi pembunuhan dari dua kali kasus pembunuhan di
Hugo’s Café akan tetap mengikuti Hotel Sheraton. Karena Hotel
Sheraton adalah penyewa gedung Mini Maliobor yang disewa oleh
Hugo’s Café sejak di buka pertama kali, hingga akhirnya ditutup.
5.2.2. Surat Pernyataan Kepada Tamu Hotel
Hal ini dilakukan oleh PRC, karena terkait judul pemberitaan
dari Metro TV, selain itu adanya garis polisi di TKP membuat tamu
hotel bertanya tentang kejadian tersebut. Walaupun telah memberikan
konfirmasi secara tertulis, PRC menganggap perlu untuk lebih
58
menyakinkan para tamu hotel dengan memberikan surat pernyataan ini,
hal ini dilakukan berdasarkan dari panduan yang dimiliki oleh seluruh
Hotel Sheraton yang ada diseluruh dunia dan kegiatan humas yang
sesungguhnya juga menuntut keterbukaan, sedangkan keterbukaan
membutuhkan komunikasi yang baik (Jefkins, 1992: 51). Maka surat
tersebut perlu diberikan kepada para tamu hotel dan ternyata surat
tersebut juga mampu membuat tamu hotel menjadi tenang.
Strategi Public Relations harus mempertimbangkan cara-cara
yang dapat mengintegrasikan semua aktivitasnya, dan cara paling praktis
dan definitif saat ini adalah mendasarkan program-program Public
Relations pada analisis audiens atau stakeholder (Oliver, 2007:6), untuk
itu penting bagi PRC Hotel Sheraton untuk memberikan surat
pernyataan tersebut kepada tamu hotel yang menginap saat itu, karena
Public Relations adalah manajemen reputasi organisasi (Oliver, 2007:
4), sehingga reputasi dari hotel pun akan bertumpuh pada Khairul
Anwar. Sebagai hotel yang ada berada dalam jaringan internasional,
tentunya memiliki keuntungan tersendiri, karena memiliki aturan dasar
yang pasti dalam menjalankan manajemen dari perusahaan tersebut dan
dalam menghindari serta menangani krisis, hal tersebut dilakukan untuk
menjaga citra setiap perusahaan yang saling terkait dan juga
menghindari resiko yang diakibatkan oleh informasi yang tidak kredibel
adalah banyaknya celah yang bisa dilihat oleh publik, termasuk pihak
59
lain yang memiliki kepentingan berseberangan, untuk dengan mudah
mengubah citra menjadi negatif (Wasesa, 2005: 16). Maka dengan
diberikannya surat pernyataan bagi tamu tersebut, bisa memberikan
kenyamanan bagi tamu dan mencegah tersebarnya isu-isu negatif yang
bisa terjadi kapan saja yang dapat mempengaruhi tamu. Karena jika para
tamu terpengaruhi oleh isu-isu negatif, tentunya Hotel Sheraton akan
kehilangan konsumen dan beralih ke hotel-hotel lainnya yang berada di
Yogyakarta dan hal ini akan membuat penjualan produk dari Hotel
Sheraton menurun, yang berakibat pada kerugian. Dan hal tersebut yang
dihindari oleh Hotel Sheraton, sehingga sebelum hal tersebut terjadi
pihak hotel telah mengklarifikasi terlebih dahulu kepada tamu-tamu
hotel yang saat itu menginap.
5.2.3. Program Earth Hour 2013
Program ini merupakan program tahunan yang telah dilakukan
oleh Hotel Sheraton sejak dimulai tahun 2007 dan dilakukan bersama-
bersama dengan jejaringan Hotel Sheraton diseluruh dunia. Acara ini
telah direncanakan jauh sebelum adanya kejadian 19 Maret 2013, dan
tanpa diduga pada hari pelaksanaan acara “Earth Hour” ini siangnya
hotel mendapatkan adanya pemberitaan yang muncul dari Metro TV,
sehingga kelancaran acara ini merupakan bukti bahwa hotel dalam
keadaan stabil dan juga semakin meyakinkan kepada para tamu hotel
60
akan keamanan dari Hotel Sheraton. Juga menunjukkan kepada
masyarakat sekitar dan dunia, bahwa Hotel Sheraton peduli akan
lingkungan mereka dengan melakukan pemadaman listrik selama satu
jam. Karena tanpa adanya suatu program yang terencana, praktisi humas
akan terpaksa beroperasi secara instinktif sehingga ia mudah kehilangan
arah (Jefkins, 1992: 50).
Mampu memanfaatkan keadaan dan sebuah acara, merupakan
suatu pembuktian bagi PRC Hotel Sheraton Khairul Anwar menjalankan
peranan sebagai PR dengan baik, karena Public Relations adalah fungsi
manajemen yang membantu tujuan organisasi, mendefinisikan filosofi,
dan memfasilitasi perubahan organisasional (Oliver, 2007: 11). Tujuan
dari Hotel Sheraton di seluruh dunia adalah sebagai bentuk bahwa Hotel
Sheraton juga peduli terhadap keadaan bumi saat ini dan tidak hanya
memberikan kerugian. Dan tindakan yang dilakukan oleh PRC Hotel
Sheraton adalah tetap berjalan pada rencana yang telah dilakukan dan
acara tetap berjalan sebagaimana mestinya, bahkan terlaksana dengan
sangat baik. Ikut melakukan “Earth Hour” merupakan salah satu bukti
bahwa Hotel Sheraton juga ikut peduli dengan perubahan cuaca akibat
pemanasan global dan dukungan perusahaan dilaksanakan dalam jangka
waktu yang relatif panjang untuk memberikan dampak yang nyata pada
isu yang dipilih (Primahendra, 2011: 87), karena kadang suatu kejadian
mampu membuat sebuah perusahaan goyang dan tidak dapat
61
menyelesaikan krisis yang terjadi tepat pada waktunya. Untuk itulah,
antisipasi krisis harus benar-benar disiapkan secara matang. Persiapan
yang matang untuk menghadapi sebuah krisis akan mempercepat proses
pemulihan krisis yang terjadi (Wasesa, 2005: 20). Walaupun acara ini
terlihat berjalan dengan baik dan lancar, akan tetapi jika dilihat lebih
dalam lagi, terdapat tujuan lain yaitu pembuktian bahwa Hotel Sheraton
tidak terganggu dengan adanya kasus pembunuhan di Hugo’s café,
bahkan menunjukkan pemberitaan dari Metro TV tidak memberikan
dampak yang bisa merusak nama baik Hotel Sheraton. Juga
menunjukkan bahwa Hotel Sheraton tidak memiliki keterkaitan dalam
kasus pembunuhan yang terjadi di Hugo’s Café pada 19 Maret 2013,
selain kerjasama sebagai pemilik gedung Mini Malioboro yang di sewa
oleh Hugo’s Café. Sehingga Hotel Sheraton tetap melaksanakan acara
Earth Hour walaupun polisi masih tetap memasang garis polisi pada
seputaran lokasi gedung Mini Malioboro dan melakukan penyelidikan di
TKP.
5.2.4. Fashion Show – The Beauty of Javanese Woman
Acara ini dilakukan oleh PRC Hotel Sheraton sebagai bukti
apresiasi perusahaan terhadap Kartini masa kini, dan bekerjasama
dengan perancang-perancang batik yang ada di kota Yogyakarta, serta
62
mengajak dua orang Polisi Wanita Militer untuk ikut berpartisipasi
dalam acara ini, dan ingin menunjukkan contoh sosok Kartini masa kini.
Sebagai hotel jejaring internasional, Hotel Sheraton Mustika
Yogyakarta Resort and Spa sangat apresiasi terhadap kebudayaan lokal
yang ada, karena tanggung jawab sosial perusahaan diperlukan untuk
menciptakan keseimbangan dan keberlanjutan hidup dan hubungan baik
kemitraan yang saling timbal-balik antara perusahaan dengan
stakeholder (Budimata, 2004: 80). Pelaksanaan acara ini dengan
mengajak perancang-perancang batik lokal yang ada di Yogyakarta dan
mengangkat budaya batik, serta mengajak dua orang Polisi Wanita
Militer untuk ikut bergabung dalam peragaan busana tersebut, menjadi
suatu pembuktian juga bagi media dan masyarakat bahwa Hotel
Sheraton mampu menjaga keamanan di hotel dan juga menyatakan
bahwa hotel memiliki hubungan yang baik dengan pihak keamanan.
Terlihat dari hasil akhir acara ini, dimana pada saat itu penulis ikut hadir
dalam acara tersebut dan melihat bahwa kursi-kursi para tamu yang
hampir sebagian besar penuh dan dihadiri oleh media dan beberapa
orang dari komunitas fotografer yang ada di Yogyakarta. Juga PRC
mendapat pujian dari salah satu media yang hadir dalam acara peragaan
busana ini, yang dapat dikatakan sebagai salah satu bukti keberhasilan
strategi yang digunakan oleh Khairul Anwar, jika bagian humas banyak
63
menerima pujian atau penghargaan dari pihak eksternal, maka berarti
program yang telah dijalankan dinilai berhasil (Morissan, 2008: 225).
Dalam strategi ini, penulis melihat bahwa terdapat tujuan lain
dengan mengajak Polisi Wanita Militer, yaitu Hotel Sheraton ingin
menunjukkan bahwa pihak hotel memiliki hubungan baik dengan Polisi
Militer Yogyakarta, dan tentunya dengan pihak keamaan lainnya Hotel
Sheraton juga menjalin hubungan yang baik. Juga menunjukkan bahwa
Hotel Sheraton mampu menjaga keamaan hotel, terlihat dari kerjasama
yang dilakukan dengan pihak Polisi Militer Yogyakarta. Walaupun PRC
Hotel Sheraton tidak mengatakan demikian, akan tetapi adanya kejadian
pembunuhan pada 19 Maret 2013 menunjukkan bahwa pihak Hugo’s
Café tidak dapat menjamin keamanan konsumennya, maka sebagai
pihak yang memiliki gedung Mini Malioboro Hotel Sheraton tidak ingin
citra tersebut melekat pada mereka juga. Sehingga dengan adanya
kerjasama Hotel Sheraton dengan Polisi Wanita Militer tampak ingin
menunjukkan kepada masyarakat bahwa Hotel Sheraton menjamin
keamaan tamunya baik yang saat itu menginap maupun yang nantinya
akan menginap.
5.2.5. Soft Selling
Kerjasama ini lakukan oleh PRC untuk membangun hubungan
baik dengan komunitas Fotografer yang ada di Yogyakarta, sekalian
64
untuk mempromosikan pemandangan yang ada di Hotel Sheraton
Mustika Yogyakarta Resort and Spa kepada masyarakat tanpa harus
melakukan agenda promosi langsung kepada masyarakat, dengan
harapan melalui gambar yang diambil oleh para fotografer mampu
mewakili itu semua. Juga memberikan pengalaman pribadi langsung
kepada para fotografer mengenai tingkat keamanan yang dimiliki oleh
hotel, tanpa harus mengumumkan secara perorangan akan tetapi dengan
sendirinya klien akan merasakan pengalaman tersebut.
Menurut Fraser P.Seitel dalam menjelaskan tugas dan tanggung
jawab praktisi PR, salah satunya adalah dengan melakukan interaksi
dengan komunitas (Orchestrating interaction with community)
(Danandjaja, 2011: 28), selain itu strategi yang dipilih oleh Khairul
Anwar, merupakan tugas salah satu tugas oleh seorang PR yaitu
mempromosikan produk dan layanan (Danandjaja, 2011: 65), dimana
salah satu produk dari Hotel Sheraton adalah produk pernikahan dan
juga bisa melakukan foto pernikahan. Sehingga bekerja sama dengan
komunitas fotografer, PRC tidak perlu memberitahukan kepada
masyarakat dan membiarkan gambar yang dihasilkan oleh para
fotografer yang berbicara, karena memang benar bila dikatakan bahwa
foto gambar seringkali menggungkapkan banyak hal daripada kata-kata
(Jefkins, 1992: 197). Selain itu, tujuan PRC memberikan pengalaman
pribadi terhadap para fotografer yang melakukan sesi foto di hotel,
65
merupakan strategi yang sangat baik dan tidak terlihat memaksakan
orang percaya tapi dengan melakukan sendiri orang akan menjadi
percaya, dan hal tersebut berhasil dengan adanya pernyataan dari salah
satu fotografer yang menyatakan bahwa keamanan hotel sangat ketat.
Karena aktivitas seorang Public Relations adalah menyelenggarakan
komunikasi timbal-balik antara lembaga dengan publik yang bertujuan
untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya
suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi, demi kemajuan
lembaga, atau citra positif lembaga bersangkutan (Nova, 2009:34).
5.3. Perbandingan Panduan Menghadapi Krisis Oleh Morissan dan Strategi
Public Relations Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa
5.3.1. Panduan Menghadapi Krisis Morissan
Keberhasilan dalam menangani krisis membutuhkan kemampuan
untuk melakukan antisipasi terhadap kondisi yang rentan serta
kemungkinan munculnya keadaan darurat (emergencies), keahlian
dalam meencanakan strategi yang dapat merespons segala kemungkinan
skenario darurat, pengenalan terhadap krisis pada tahap paling awal serta
kemampuan untuk merespons secepat mungkin sebagai bagian dari
proses perencanaan manajemen krisi secara sistematis (Cutlip, 2000:
391).
66
Berikut untuk lebih jelasnya panduan menghadapi krisis:
Persiapkan rencana krisis (crisis plan). Hubungi orang-orang yang
ahli (expert) untuk memberikan analisis dan penjelasannya
mengenai krisis yang terjadi. Siapkan langkah-langkah atau
rencana kegiatan terkait pelaksanaan komunikasi dalam keadaan
krisis.
Laporan ke manajemen puncak. Beri tahu manajemen puncak
mengenai krisis yang terjadi serta rencana komunikasi yang telah
dipersiapkan. Minta manajemen untuk memperhitungkan dampak
yang ditimbulkan akibat adanya krisis guna mengantisipasi
pertanyaan dari karyawan, badan pemerintah dan media.
Menunjuk juru bicara. Salurkan seluruh pertanyaan kepada juru
bicara yang ditunjuk, yaitu orang-orang yang sudah dilatih terlebih
dahulu. Beri tahu resepsionis, operator telepon, sekretaris, dan
pihak lainnya untuk tidak memberikan komentar atau informasi
apa pun kepada pihak luar kecuali menyalurkan seluruh untuk
siaga selama 24 jam agar dapat melayani media setiap saat.
Mendirikan news center. Pusat pelayanan media atau news center
hendaknya berada di tempat yang berjauhan dari lokasi krisis. Jika
menungkinkan sediakan telepon, faks, komputer, printer, dan
tempat untuk melakukan wawancara televisi. Berikan keterangan
67
kepada wartawan secepat mungkin begitu tersedia informasi
terbaru. Sediakan informasi tambahan yang dibutuhkan media
untuk menulis laporannya secara akurat seperti latar belakang
perusahaan (company profile) dan keterangan lainnya.
Bersikap terbuka dengan menceritakan apa adanya tanpa ada
bagian yang disembunyikan atau orang lain yang akan bercerita.
Wartawan akan mencari sumber lain, salah satunya kepada
pengamat, untuk mendapatkan jawaban yang tidak diperolehnya.
Jika hal ini terjadi, praktisi humas akan kehilangan kontrolnya
terhadap media. Jangan pula member keterangan secara mencicil.
Berikan informasi secara lengkap dan menyeluruh.
Jangan berspekulasi dan jangan terpancing dengan pertanyaan
wartawan yang menginginkan keterangan yang bersifat spekulasi.
Jangan mengecilkan masalah atau menganggap enteng masalah
yang sebenarnya serius. Media akan terus mencari tahu dan
kebenarannya akan segera terungkap.
Jangan mengatakan “no comment” atau membuat komentar,
namun tidak untuk diberitakan atau off-the-record. Jika tidak dapat
mengatakan sesuatu kepada wartawan untuk diberitakan, maka
jelaskan mengapa, dan katakana kapan keterangan atau informasi
akan diberikan. Jika informasi betul-betul tidak tersedia, aktakan
68
demikian. Juru bicara harus meyakinkan wartawan untuk
menghubungi mereka secepat mungkin jika sudah tersedia
informasi yang mereka butuhkan.
Tunjukkan keprihatinan orgnasisasi atas krisi yang terjadi dan juga
kepada orang-orang yang terlibat atau terpengaruh oleh krisi yang
terjadi. Pada saat yang sama jelaskan apa yang tengah dilakukan
dan apa yang akan direncakan perusahaan atau organisasi untuk
mengatasi masalah yang terjadi.
Jangan memilih-milih media atau wartawan. Semua media harus
dianggap sama.
Jangan mencari keuntungan atas liputan media massa terhadap
perusahaan pada saat krisis dengan mempromosikan perusahaan,
produk dan jasa. Jangan melakukan hal-hal yang dapat dianggap
melakukan iklan gratis dengan memanfaatkan kehadiran media
pada saat perusahan tengah disorot terkait dengan krisis yang
terjadi (Morissan, 2008: 175).
Jangan mencari keuntungan atas liputan
media massa
Jangan memilih-
milih media atau
wartaawan
Tunjukkan keprihatinan
perusahaan atas krisis
Jangan mengataka
n “no comment”
Persiapkan rencana krisis
(crisis plan)
Jangan mengecil
kan masalah
Menunjuk juru
bicara
Laporan ke manajemen puncak
Bersikap terbuka
Mendirikan
news center
Jangan berspekulas
i dan terpancing
69
Panduan menghadapi krisis oleh Morissan, oleh penulis
digambarkan seperti Piramida dengan penjelasan dari hal yang umum ke
khusus. Maka poin paling umum adalah persiapkan rencana krisis (crisis
plan), yaitu bagaimana PR menyelesaikan krisis tersebut dengan
strategi-strategi yang dipilih sesuai situasi yang dialami oleh perusahaan
tersebut. Karena isu, komplain ataupun masalah adalah hal yang tidak
bisa dianggap sepele oleh seorang Public Relations, bermula dari hal-hal
tersebut bisa menimbulkan suatu krisis bagi perusahaan.
Pada poin berikutnya menunjuk juru bicara, mendirikan news
center, laporan ke manajemen puncak, adalah tahapan yang lebih jelas
untuk dilakukan oleh seorang Public Relations dalam suatu perusahaan
ketika menghadapi krisis.
Kemudian pada poin selanjutnya, seperti jangan mencari
keuntungan atas liputan media massa terhadap perusahaan, jangan
memilih-milih media atau wartawan, tunjukkan keprihatian perusahaan
atas krisis, jangan mengatakan “no comment”, jangan mengecilkan
masalah, jangan berspekulasi dan terpancing, dan bersikap, merupakan
tindakan-tindakan yang sudah seharusnya dilakukan oleh seorang Public
Relations (Nurudin, Syaifulah, 2004: 94). Sehingga poin-poin tersebut
adalah tindakan khusus yang dilakukan seorang PR, dan tidak perlu lagi
70
diperingatkan tidak dan melakukan hal tersebut, karena bagi seorang
Public Relations citra merupakan hal terpenting bagi suatu perusahaan.
5.3.2. Strategi PR Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa
Ketika terjadi krisis pada 19 Maret 2013, Public Relations Hotel
Sheraton yaitu Khairul Anwar dengan segera melakukan strategi PR
untuk menangani krisis tersebut agar tidak semakin parah dan
membahayakan citra hotel, berikut strategi Public Relations yang
dilakukan:
Mengeluarkan press release yang mengkonfirmasi mengenai status
dari Hugo’s and Embassy café di Hotel Sheraton.
Memberikan surat pernyataan kepada para tamu hotel yang saat itu
menginap, bahwa Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Resort &
Spa menjamin keamanan para tamu selama berada dalam hotel dan
siap memberikan inspeksi kepada para tamu jika meragukan
keamanan hotel.
Tetap menjalankan program-program kegiatan hotel yang telah
direncanakan dan memanfaatkan program kegiatan tersebut sebagai
pembuktian dan pernyataan bahwa keadaan hotel aman, juga
mampu melewati krisis yang sempat terjadi.
71
Melakukan kerjasama dengan organisasi-organisasi yang ada
dimasyarakat, seperti bekerja sama dengan komunitas fotografer.
Dengan keunggulan taman yang dimiliki oleh Hotel Sheraton,
memberikan daya tarik bagi para komunitas fotografer untuk bisa
melakukan pengambilan foto di lokasi taman Hotel Sheraton. Hal
ini memberikan keuntungan bagi hotel, selain mendapatkan
promosi yang dilakukan secara tidak langsung melalui hasil-hasil
gambar yang didapat oleh para fotografer, pihak hotel juga bisa
membuktikan bahwa keamanan dari Hotel Sheraton cukup baik dan
ketat untuk menjaga keamanan dari para tamu mengunjugi hotel.
Pada strategi PR yang dilakukan oleh Khairul Anwar PRC Hotel
Sheraton, yaitu langsung kepada tindakan prakteknya. Dimana pada
kejadian pembunuhan di Hugo’s Café, Khairul Anwar telah
mempersiapkan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi, sehingga
beliau telah mempersiapkan tahapan yang harus dilakukan pada awalnya.
Khairul Anwar mengeluarkan press release sebagai tahap awal yang
dilakukan, karena beliau telah memprediksikan bahwa media akan
Mengeluarkan press release
Memberikan surat
pernyataan
Melakukan kerjasama
Memanfaatkan program kegiatan
72
mengaitkan antara manajemen Hugo’s Café dan Hotel Sheraton, maka
pada press release ini berisikan konfirmasi dan informasi mengenai
posisi dari Hugo’s Café dengan Hotel Sheraton. Dalam mempersiapkan
strategi ini, Khairul Anwar juga menerapkan tahapan yang diungkapkan
oleh Morissan ketika menghadapi krisis, yaitu dengan tidak mengatakan
no comment kepada awak media dan bersikap terbuka, dimana PRC tetap
melayani pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh media baik lewat
media sosial, telepon maupun pesan singkat. Selain itu Khairul Anwar
juga melakukan tahapan lainnya, dengan tidak mengecilkan masalah dan
tidak berspekulasi juga tidak terpancing dengan pemberitaan yang ada.
Dengan munculnya pemberitaan dari Metro TV lewat media sosial
twitter, selaku PRC Hotel Sheraton Khairul Anwar langsung melaporkan
kepada bapak Muhamad Munir selaku GM, dan langsung menghubungi
pihak Metro TV. Pada saat itu Khairul Anwar menghubungi dengan cara
yang baik, tanpa terpancing emosi dan tidak melontarkan kata-kata yang
sopan, juga PRC berperan sebagai juru bicara dari pihak Hotel Sheraton
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari awak media.
Tahap berikutnya yang dilakukan adalah memberikan surat
pernyataan kepada para tamu, untuk memberikan rasa aman terkait dari
pemberitaan yang ada di media televisi dan cetak. Selanjutnya adalah
memanfaatkan program kegiatan yang telah direncanakan, karena telah
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi pada
73
Hotel Sheraton, sehingga Khairul Anwar melakukan tindakan
memanfaatkan program-program kegiatan yang telah direncanakan
seperti kegiatan Earth Hour dan Fashion Show. Karena untuk
membatalkan acara-acara tersebut tidak mungkin terjadi, segala sesuatu
telah dipersiapkan dan tinggal melaksanakan kegiatan tersebut, maka
hasil dari kegiatan tersebut yang menjadi tolak ukur bagi Khairul Anwar
dalam menangani krisis yang dialami oleh Hotel Sheraton.
Melalui dua kegiatan yang dilakukan tersebut, yaitu Earth Hour
dan Fashion Show menunjukkan perhatian perusahaan terhadap
lingkungan sekitar, juga isu yang berkembang. Namun kegiatan ini
sekaligus menunjukkan bahwa pihak Hotel Sheraton mengambil
keuntungan dari hal tersebut, dimana pada saat itu perusahaan sedang
disorot terkait kasus pembunuhan di Hugo’s Café. Karena dalam waktu
diadakannya kegiatan-kegiatan tersebut, media saat itu sedang ramai
memberitakan kasus pembunuhan yang terjadi di Hugo’s Café pada 19
Maret 2013. Dan pihak hotel tetap menjalankan program kegiatan
mereka dan menjadikan kesuksesan dari kegiatan tersebut sebagai
evaluasi dari krisis yang dialami. Juga dalam menilai evaluasi dari krisis
ini, PRC tidak menilainya dari pihak media secara menyeluruh,
melainkan hanya melalui media-media tertentu yang pada saat itu
diundang dalam acara tersebut dan yang melakukan kerja sama dengan
pihak Hotel Sheraton.
74
Begitu juga pada tahap terakhir, yaitu melakukan kerjasama,
perjanjian ini tidak mungkin dibatalkan tanpa ada alasan yang mendesak,
sehingga dengan tetap menjalankan kerjasama dengan komunitas-
komunitas fotografer Khairul Anwar bisa membuktikan secara individual
mengenai tingkat keamanan yang dimiliki oleh Hotel Sheraton. Selain itu
melalui kerjasama ini, Hotel Sheraton bisa melakukan penjualan dan
promosi tanpa harus mengeluarkan dana yang besar, dengan adanya
Photo Hunting yang dilakukan oleh para fotografer, secara tidak
langsung Hotel Sheraton telah melakukan penjualan dan promosi.
5.3.3. Strategi Public Relations
Dari hasil penelitian ini, strategi Public Relations yang dapat
disarankan oleh penulis bagi para PRO yang ada di Indonesia, yaitu
tahapan menghadapi krisis oleh Rosady Ruslan dalam buku Praktik dan
Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra, berikut
matriks gambaran sederhana ilustrasi program pengendalian krisis
Public Relations:
Pada tahap yang pertama, masalah krisis yaitu
mengidentifikasinya. Hal ini untuk melihat penyebab dari masalah
Masalah Krisis
Program Manajemen
Krisis
Pendekatan (Approach)
Evaluasi Akhir
Hasil (Target)
75
tersebut yang kemudian menyebabkan krisis. Yang kemudian akan
berdampak pada strategi yang akan terapkan, agar tidak tidak membuang
waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena itu, faktor utama penyebab krisis
yang significant tersebut harus terlebih dahulu diidentifikasi, untuk
diambil tindakan (action plan) atau langkah-langkah penanggulangan
atau jalan keluarnya secara tepat, cepat, dan benar (Ruslan, 1999: 76).
Tahap kedua, setelah mengetahui faktor penyebab masalah krisis
dan juga mengidentifakasi seberapa berbahaya krisis yang dialami, maka
selanjutanya adalah membuat program manajemen krisis, program-
program apa yang akan dilakukan dalam menangani krisis tersebut.
Tahap yang ketiga adalah pendekatan, dalam menangani krisis yang
terjadi seorang PRO akan memilih menggunakan pendekatan media yang
akan digunakan. Seperti yang dilakukan oleh PRC Hotel Sheraton,
Khairul Anwar, pendeketan yang digunakan adalah media press release,
karena yang terjadi salah judul pemberitaan, sehingga dalam release
tersebut berisi konfirmasi dan informasi. Pada tahap ke empat evaluasi
akhir, hal ini untuk melihat perkembangan dari strategi yang dilakukan
dalam menangani krisis tersebut dan sejauh mana efisiensi dari strategi
yang telah dipilih. Maka pada tahap yang terakhir, yaitu hasil (target),
akan dilihat dari evaluasi akhir strategi-strategi yang digunakan, sudah
mencapai hasil atau target yang diinginkan, dan dari situ bisa dilihat
perlu melakukan strategi baru atau tidak. Kegiatan Public Relations
76
dalam manajemen krisis tersebut tergantung dari sifat dan jenis atau
kualitas maupun kuantitas dari krisis itu ( Ruslan, 1999: 83).
Tahapan ini diharapkan bisa bermanfaat bagi para public relations
officer dalam menghadapi krisis atau mengalami kasus yang sama
dengan Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa, sehingga bisa
segera menangani dan menyelesaikan krisis yang terjadi. Mampu cepat
mengetahui dan mengenali keadaan krisis akan lebih mempermudah bagi
para praktisi humas dalam memilih strategi yang tepat, karena dengan
persiapan yang matang untuk menghadapi sebuah krisis akan
mempercepat proses pemulihan krisi yang terjadi hingga tidak perlu
sampai pada tahap yang paling parah (Wasesa, 2006: 20).