Post on 12-May-2018
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 KONSEP TEMA
Astronomi sangat erat kaitannya dengan keberadaan angkasa luar di sekitar kita, sehingga angkasa
luarlah yang akan menjadi setting utama pada museum ini. Konsep besar yang di angkat pada museum
ini adalah konsep Kelahiran Bintang, dimana pada museum ini akan dijelaskan proses lahirnya bintang
sampai terbentuknya galaksi. Para pengunjung akan diposisikan sebagai Space Traveler atau penjelajah
luar angkasa yang akan melihat dan menyusuri rangkaian kejadian yang terjadi dalam proses kelahiran
bintang baru.
Gambar 5. 1 Konsep Tema Museum
Sumber: analisis 2014
Siklus hidup bintang, seperti yang telah digambarkan di atas, digunakan sebagai acuan skenario dalam
museum ini. Bagian yang akan di ambil dan digunakan dalam skenario museum ini bermula dari tahap
bintang besar sampai terbentuknya bintang baru. Kejadian supernova merupakan pemicu kelahiran
bintang yang penggambarannya diharapkan dapat menarik perhatian pengunjung. Secara garis besar,
skenario ini mengajak pengunjung yang dipersiapkan untuk menjadi space traveler di berangkatkan
menuju luar angkasa, mendekati sebuah bintang besar yang kemudian meledak (supernova), tersedot ke
dalam blackhole yang diciptakannya, menyusuri waktu melalui wormhole sebelum pada akhirnya
menyaksikan terbentuknya alam semesta (big bang) dan kembali ke bumi.
Gambar 5. 2 Skenario alur museum astronomi
Sumber: analisis 2014
Konsep ini akan membagi keseluruhan museum menjadi empat bagian; zona intoduction, zona outer
space, zona epilog, dan zona penunjang. Setiap bagiannya tersusun atas satu atau lebih ruang yang akan
memberikan stimulasi pada pengunjung melalui urutan skenario museum yang ada. Penataan objek
pameran dibedakan dan dikelompokkan melalui waktu dan lokasinya untuk menciptakan pengalaman
dalam ruang yang berbeda dan sesuai dengan konsep pada setiap zona. Zona penunjang berisi fasilitas
tambahan yang berguna untuk kelancaran museum seperti adanya café, observatory deck, lecture hall,
dan lain sebagainya. Penggunaan konsep ini diharapkan mampu memberikan info, pengetahuan,
memupuk rasa keingintahuan dan apresiasi masyarakat luas terhadap alam sekitar, terutama angkasa
luar. Melalui museum ini, para pengunjung di ajak untuk merasakan kebesaran sang pencipta melalui
tiruan akan kreasi-Nya dan memupuk rasa apresiasi manusia terhadap sekitar.
5.2 KONSEP ZONASI
5.2.1 POLA KEGIATAN MUSEUM
Kegiatan di dalam museum yang terkait langsung dengan pengunjung terbagi atas dua macam kegiatan,
yaitu kegiatan rutin museum dan kegiatan eventual. Kegiatan rutin museum adalah kegiatan yang
dilakukan dalam museum pada umumnya yang meliputi kegiatan apresiasi benda pamer oleh
pengunjung, dimana pengunjung mengikuti dan melihat-lihat benda pamer museum sesuai dengan
skenario yang ada, termasuk juga kegiatan pengelolaan oleh staf dan karyawan museum. Sedangkan
kegiatan eventual adalah kegiatan yang bersifat tidak tetap dan melibatkan pengadaan dan
pengkondisian area yang disesuaikan pada peristiwa tertentu.
Dua macam kegiatan ini dipisahkan melalui pembedaan ruang dengan tujuan agar tidak menciptakan
kebingungan dan kepadatan kegiatan dalam satu ruangan. Pengelompokkan ruang sesuai dengan
kegiatannya ini akan memberikan pilihan kepada pengunjung, area mana yang akan dikunjungi terlebih
dahulu.
Gambar 5. 3 Pola Kegiatan dalam Museum
Sumber: analisis 2014
Ruangan untuk kegiatan rutin museum meliputi area lobby, seluruh ruang pamer yang berurutan sesuai
dengan skenario pamer museum, dan area pengelola. Sedangkan ruangan yang digunakan untuk
pengadaan kegiatan yang bersifat eventual adalah area support hall, open lecture hall, observatory deck,
dan community area. Area ini dapat di akses melalui lobby dan support hall, sehingga memudahkan
pengunjung mengeksplorasi kegiatan-kegiatan dalam museum. Kegiatan eventual ini meliputi seminar,
pengadaan ruang pamer temporer, gathering, peneropongan bersama, dan workshop.
5.2.2 SKENARIO MUSEUM
Skenario museum astronomi ini berkisar pada proses kelahiran bintang dan posisi manusia sebagai
pengamatnya. Pada zona introduction, pengunjung akan dipersiapkan untuk terbang ke angkasa luar.
Layaknya astronot, pengunjung akan melewati tahapan seperti yang para astronot alami sebelum
berangkat ke luar angkasa dengan proses yang di sederhanakan. Pada zona ini pulalah pengunjung
diperkenalkan kepada angkasa luar secara singkat melalui tayangan bernarasi.
Setelah melalui zona introduction, pengunjung akan “diterbangkan” menuju zona outer space. Pada
zona ini pengunjung akan melihat benda langit lengkap dengan penjelasannya. Pengunjung akan
mengembara di galaksi dan mendekati sebuah bintang besar yang pada akhirnya mengalami supernova.
Kejadian supernova ini kemudian memicu munculnya blackhole. Bintang dengan ukuran super massive
tersebut menciptakan blackhole dengan ukuran yang besar pula dengan inti (singularitas) yang berputar.
Pengunjung kemudian akan tersedot ke dalam blackhole karena berada di dalam cakrawala peristiwa
(event horizon) blackhole tersebut.
Singularitas yang berputar ini kemudian menciptakan wormhole atau sebuah lubang cacing yang
berkemampuan “melipat” ruang dan waktu, menciptakan jalur alternatif menuju ke alam semesta lain
(alternate universe). Namun dalam skenario museum ini, pengunjung diceritakan akan melihat masa lalu
untuk mengenali perkembangan astronomi masa lampau. Setelah melalui wormhole, pengunjung akan
keluar pada white hole.
Gambar 5. 4 Tata Ruang Sesuai dengan Skenario Museum
Sumber: Analisis 2014
Pada whitehole pengunjung akan menyaksikan bagian kecil dari big bang yaitu proses terbentuknya
alam semesta kita. Whitehole memiliki kemampuan untuk mengeluarkan benda-benda yang tersedot
melalui blackhole dengan kecepatan yang sama, sehingga memungkinkan terjadinya small bangs yang
menciptakan dan melahirkan bintang baru. Baru setelahnya, pengunjung akan di daratkan kembali ke
bumi yang merupakan zona epilog.
Pada zona epilog pengunjung akan melihat instrumen, alat observasi dan transportasi, serta fenomena
dan bencana yang terjadi di angkasa. Zona epilog ini memposisikan pengunjung, sebagai space traveler,
dalam posisinya di angkasa luar landing ke bumi. Hal ini kurang lebih mempengaruhi penataan benda
pamer zona. Semakin memasuki ke dalam zona epilog, suasana yang ditampilkan semakin menyerupai
bumi.
Setelah itu, pengunjung akan dibawa menuju observation deck sebelum mengakhiri perjalanannya di
dalam museum astronomi ini. Pada observation deck pengunjung dapat melihat keadaan dan kondisi
langit karena area ini merupakan area terbuka. Area ini menunjukkan akhir dari perjalanan pengunjung
dalam museum dengan posisinya yang telah berada di bumi. Terdapat pula support hall yang
tersambung dengan observation deck dimana pengunjung dapat beristirahat melalui café, membeli
souvenir di gift shop, melaksanakan ibadah, sampai dengan mengunjungi komunitas astronomi.
5.2.3 TATA RUANG
Zonasi ruang disusun sesuai dengan rangkaian kejadian yang terjadi setelah supernova secara berurutan.
Angkasa luar menjadi zona utama dalam museum dimana proses supernova dan runtutan kejadian
setelahnya terjadi. Ruang-ruang yang ada di dalam museum di kelompokkan berdasarkan zonasinya.
Pada zona introduction terdiri atas assembly hall dan introduction room. Pada assembly hall pengunjung
akan melihat beberapa materi display yang memiliki kaitan dengan astronot dan penerbangan ke luar
angkasa. Sedangkan pada introduction room, pengunjung akan diperkenalkan sedikit tentang angkasa
luar melalui teknik display tertentu yang bertujuan untuk memberikan stimulasi dan meningkatkan
ketertarikan pengunjung.
Melanjutkan dari zona introduction, terdapat zona Outer Space yang terdiri atas ruang pamer outer
space yang berkelanjutan menuju sub-zona blackhole, wormhole, dan berakhir pada sub-zona Past Time.
Zona ini merupakan area pamer utama pada museum. Sub zona yang menjadi penyusun zona ini diambil
dari tahapan proses kelahiran bintang baru seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Setelah melalui
ruang pamer outer space, pengunjung akan diberikan pilihan untuk mengikuti jalan cerita supernova
(memasuki ruang blackhole-wormhole-past time) atau langsung menuju zona epilog tanpa harus melalui
skenario kelahiran bintang.
Pada zona epilog pengunjung akan melihat tahap akhir dari proses kelahiran bintang baru, yaitu pada
ruang white hole, sebelum akhirnya “mendarat” di bumi dan melihat benda-benda astronomi modern.
Benda display pada ruang pamer present time disusun sesuai dengan urutan pendaratan dari angkasa
luar menuju bumi (galaksi-tata surya-bumi-atmosfer-langit-daratan bumi). Setelah itu, pengunjung akan
dibawa menuju observatorium deck untuk dapat mengamati keadaan langit secara langsung baik melalui
pengamatan mata telanjang atau menyewa teropong milik komunitas. Di sinilah skenario museum akan
berakhir.
Gambar 5. 5 Pembagian Ruang Sesuai Zonasi
Sumber: Analisis 2014
5.3 KONSEP DISPLAY MUSEUM
Pemilihan objek pamer dan teknik display sangatlah penting, mengingat keberadaannya sebagai
pengantar pesan yang ingin disampaikan oleh museum kepada pengunjung. Pemilihan teknik display ini
menitik beratkan pada kepuasan pengunjung, dengan tujuan agar tidak menimbulkan rasa bosan
ataupun lelah dalam mengobservasi dan menikmati isi museum.
Museum Astronomi ini menggunakan bermacam-macam ragam teknik display, baik teknik dinamis
maupun statis (dua dan tiga dimensional). Penggunaan objek dinamis lebih di utamakan dimana
pengunjung dapat dilibatkan aktif secara fisik tanpa membebani mereka.
5.3.1 KONSEP MATERI DISPLAY
Materi display pada Museum Astronomi dibagi dalam tiga zona utama yaitu; zona introduction, zona
outer space, dan zona epilog. Setiap zona memiliki ciri khasnya masing-masing yang dapat dibedakan
melalui perbedaan tempat dan waktu. Ciri khas inilah yang menjadi pertimbangan pemilihan objek
display, dimana objek display dikelompokkan sesuai dengan tempat, waktu, dan skenario museum.
Tabel 5. 1 Teknik Terapan pada materi display museum
Zona Materi Display Teknik Penyajian Keterangan Pola Interaksi
Zona Introduction
Persiapan astronot menuju luar angkasa
Replika Tiruan dengan skala, baju astronot dan perlengkapannya
Skala 1:1, pengunjung dapat mengamatinya secara langsung, dan mencobanya
Panel Deskripsi 2D
Panel penjelasan mengenai astronot
Wall panel dan standing panel
Digital Viewing Pemutaran video pelepasan astronot di angkasa
Menggunakan layar sebesar dinding
Interior Penataan interior yang menyerupai area pemberangkatan astronot
Suasana dimana pengunjung dilingkupi interior
Pemberangkatan menuju angkasa luar (introduction room)
Digital Viewing Menggunakan layar proyeksi digital untuk memaparkan suasana angkasa luar
Layar digital pada dinding ruangan (penuh dari atas kebawah)
Interior Penataan interior yang menyerupai interior space ship
Melingkupi pengunjung, dapat disentuh
Zona Luar Angkasa
Tata Surya (Planet dan Matahari)
Replika Tiruan dengan skala Dimensi planet beserta satelitnya (jika ada) dengan ukuran beragam antara 1m x 1m x 1m sampai dengan 2m x 1,5m x 2m sehingga pengunjung dapat memasukinya
Panel Dokumentasi dan Foto
Foto dokumentasi planet tata surya beserta narasi pendek
Panel dengan ukuran tinggi 0,5 - 1,5 meter dari permukaan lantai
Bintang Replika Tiruan dengan skala, terdapat deskripsi info
Replika dengan ukuran 2x besar manusia, dapat dimasuki pengunjung
Galaksi Panel Dokumentasi dan Foto
Foto dokumentasi mengenai galaksi dengan narasi
Besar beragam dari tinggi 40cm sampai dengan 2m
Digital Viewing Menggunakan layar proyeksi digital untuk memaparkan suasana galaksi
Layar digital pada sebagian dinding ruangan (penuh dari atas kebawah)
Supernova Diorama proses terjadinya
Step by step kejadian supernova
Diorama skala manusia, pengunjung dapat melalui/ berada di dalamnya
Digital viewing Menggunakan layar proyeksi yang diletakkan disekitar pengunjung untuk memaparkan suasana
Layar 1 sisi ruang dengan moving image
Penataan Interior Penggunaan warna gelap yang dominan (angkasa) dan warna cahaya supernova
Penataan interior yang menyerupai angkasa luar dengan kejadian supernova yang melingkupi pengunjung
Sub: Black Hole Black Hole Interior Penataan interior dengan suasana mencekam lengkap dengan kemampuannya untuk menarik masuk pengunjung (menyedot)
Interior yang melingkupi pengunjung, sehingga pengunjung dapat merasakan suasana secara langsung
Sub: Worm Hole
Sejarah dan Perkembangan Astronomi
Diorama Timeline Diorama yang menjelaskan perkembangan astronomi melaui scenes
Diorama yang dapat dilihat melalui ketinggian, pengunjung tidak dapat masuk di dalamnya.
Penjelasan verbal melalui suara
Narasi verbal mengenai sejarah
Pengunjung harus memencet tombol
singkat (activation) agar suara keluar
Tokoh dan Teori Astronomi
Replika Tiruan dengan skala 1:1
Patung skala 1:1 tokoh, diperbolehkan untuk interaksi jarak dekat
Panel Deskripsi Panel 2D yang member penjelasan tentang teori yang dikemukakan
Wall panel yang terletak disebelah replika, dapat disentuh, tinggi max 1,2m
Suara Replika suara dari tokoh asli yang singkat dan dapat diperdengarkan langsung melalui activation
Pengunjung harus memencet tombol agar suara keluar, suara pada display
Instrumen Astronomi Klasik
Replika Tiruan dengan skala Skala 1:1 – skala 1:20
Peragaan Penggunaan
Pengarahan cara penggunaan alat
Simulasi pada replika skala 1:1 dengan arahan dari guide
Sub: White Hole
White hole Interior Penataan interior dengan suasana serba putih lengkap dengan kemampuannya untuk melontarkan pengunjung ke luar ruangan
Pengadaan interior yang melingkupi pengunjung dalam satu ruang
Big Bang Diorama Proses Diorama penjelasan tahapan Big Bang
Diorama seukuran tubuh manusia sehingga mengijinkan pengunjung menjelajahi di dalamnya
Digital Viewing Pemaparan terbentuknya planet
3D digital viewing dalam satu ruang penuh, ada interaksi pengunjung terhadap tayangan 3D
Zona Epilog Instrumen Astronomi Modern
Replika Tiruan dengan skala Replika beragam ukuran (1:1,
(Satelit, Space Station, dsc)
sampai dengan 1:10)
Peragaan Penggunaan
Pengarahan cara penggunaan alat
Simulasi penggunaan alat pada benda asli/ replika skala 1:1
Digital Viewing Berisi pemaparan penggunaan instrumen astronomi
Panel Dokumentasi dan Foto
Foto beserta penjelasannya
Besar beragam: 1 sisi dinding full, tinggi 1,5 m Bisa berbentuk standing atau menggantung
Alat Observasi Panel Deskripsi Panel penjelasan kegunaan alat observasi
Standing panel dengan ukuran 40x80cm Wall panel dengan tinggi 1 m
Replika Tiruan dengan skala Replika beragam ukuran (1:1, sampai dengan 1:10)
Peragaan Penggunaan
Peragaan penggunaan alat observasi
Simulasi penggunaan replika
Transportasi Angkasa
Replika Tiruan dengan skala Replika partial skala 1:1, replika skala 1:100 terdisplay menggunakan level lantai yang berbeda
Peragaan Penggunaan
Peragaan penggunaan transportasi angkasa
Skala 1:1, potongan replika hanya sebagian (bagian simulasi saja)
Interior Interior menyerupai keadaan dalam sebuah spaceship
Melingkupi pengunjung dalam bentuk ruangan
Cabang Ilmu Astronomi
Panel Deskripsi Deskripsi penjelasan tertulis
Wall panel dilengkapi gambar deskripsi dengan tinggi 1,5m dari ketinggian 0,5m
dari lantai
Bencana dan Fenomena Angkasa
Diorama Proses Penjelasan proses terjadinya melalui scenes
Diorama ukuran manusia, pengunjung dapat masuk ke dalamnya
Suara Narasi verbal Suara yang dapat didengar melalui aktivasi, suara meruang
Digital Viewing Pemaparan kejadian secara digital melalui layar proyeksi
Layar sebesar sisi ruang, touch screen.
Sumber: Analisis 2014
Sesuai dengan lokasi yang dijadikan sebagai tema, zona luar angkasa memiliki objek display yang
letaknya berada di luar angkasa. Begitu pula dengan zona past time dan present time yang berisi objek
display seputar perkembangan ilmu astronomi yang disesuaikan dengan masanya. Sesuai dengan nama
zonanya, baik dari segi interior sampai dengan penggunaan teknik display dipilih dengan selektif agar
dapat menciptakan suasana yang menyerupai nama zonanya.
5.3.2 KONSEP PENYAJIAN
Benda atau materi display pada museum ini menggunakan berbagai macam teknik yang mayoritas
dikemas dalam teknologi. Beberapa teknik penyajian yang digunakan pada museum ini bertujuan untuk
menciptakan cara display objek pamer yang tidak membosankan dan terkesan dinamis.
A. Replika
Replika yang dimaksud dalam teknik materi display di museum ini adalah penggunaan objek 3D
yang merupakan tiruan identik dari benda yang asli dengan skala atau ukuran tertentu. Replika
dengan skala 1:1 biasanya disertai dengan simulasi penggunaan objek replika.
Gambar 5. 6 Dimensi Penyajian Replika
Sumber: analisis 2014
Gambar 5. 7 Contoh Penyajian Replika
Sumber: analisis 2014
B. Panel 2D
Panel 2D merupakan panel yang dapat berupa gambar maupun deskripsi tertulis mengenai
informasi objek pamer tertentu. Panel deskripsi dapat dipasang menggantung, menempel di
dinding, atau berupa standing panel.
Gambar 5. 8 Dimensi Penyajian Panel
Sumber: analisis 2014
C. Diorama
Diorama merupakan penggambaran akan kejadian melalui situasi atau suasana tertentu yang
disajikan ke dalam frame dengan skala yang diperkecil.
Gambar 5. 9 Dimensi Penyajian Diorama
Sumber: Analisis 2014
Gambar 5. 10 Contoh Penyajian Diorama
Sumber: analisis 2014
D. Digital Viewing (audio visual)
Teknik digital viewing menggunakan teknologi layar dan proyeksi film, sehingga dapat
menghasilkan objek pamer yang dinamis (visualisasi).
Gambar 5. 11 Dimensi Penyajian Digital Viewing
Sumber: analisis 2014
Gambar 5. 12 Contoh Penyajian Digital Viewing
Sumber: Analisis 2014
E. Suara
Teknik display suara merupakan teknik display yang dapat diperdengarkan setelah melakukan
kegiatan activation seperti menekan tombol.
F. Interior
Berupa penataan interior sebuah ruangan yang dapat menimbulkan kesan tertentu sehingga
memaksimalkan pengalaman keruangan pengunjung, misalnya penataan interior yang
menyerupai interior di dalam sebuah istana padahal hanya berada di dalam ruangan biasa.
Biasanya dikenal sebagai thematic interior.
5.3.3 PENCAHAYAAN
Pencahayaan pada museum astronomi ini menjadi salah satu bagian desain yang sangat diperhitungkan.
Penggunaan tata cahaya yang tepat pada museum bertema astronomi sangat penting, khususnya
pencahayaan buatan dalam ruangan, sehingga mampu menciptakan suasana yang sesuai dengan konsep
zona dan tema ruangan. Pencahayaan yang tepat dapat menciptakan kesan yang berbeda serta
menambahkan efek estetik pada benda display. Khususnya pada ruang pamer luar angkasa (outer space)
penggunaan pencahayaan hanya digunakan seperlunya saja (diatur intesitasnya), untuk mengkondisikan
ruang pamer yang gelap sesuai dengan keadaan di angkasa luar namun tetap representatif dan
informatif.
Jenis pencahayaan buatan yang digunakan pada museum ini beragam. Berikut adalah pemilihan bentuk
penerangan yang digunakan untuk setiap jenis teknik display yang digunakan, seperti yang dijelaskan
pada 15able dibawah ini:
Tabel 5. 2 Pencahayaan pada Materi Display
Sumber: analisis 2014
Berikut adalah pemilihan bentuk penerangan yang digunakan untuk setiap ruang pamer. Hal ini
bertujuan agar dapat menciptakan suasana yang sesuai dengan konsep ruang pamer, seperti yang
dijelaskan pada 15able dibawah ini:
Tabel 5. 3 pencahayaan pada Ruang Pamer
Sumber: analisis 2014
Dari tabel diatas, mayoritas penggunaan teknik pencahayaan pada museum ini berupa accent lighting.
Penggunaan accent lighting dinilai tepat karena jenis pencahayaan ini dapat menunjukkan aksen pada
objek bias, terutama pada objek display. Sedangkan bentuk pencahayaan yang digunakan beragam,
namun untuk objek display, penggunaan cahaya mayoritas berbentuk spot lightin yang diharapkan
dapat menciptakan efek dramatis pada objek display.
5.4 PROGRAM RUANG
Penyusunan program ruang pada museum astronomi mengacu pada zonasi ruang pamer yang
dibedakan menurut posisi manusia di luar angkasa, sesuai dengan skenario museum. Zona introduction,
zona outer space, dan zona epilog merupakan tiga zona utama pada museum astronomi ini. Penyusunan
zona ini di urutkan berdasarkan urutan kejadian yang dilalui pengunjung.
Pertimbangan terhadap penataan zonasi menitik beratkan pada konten display pada tiap zonanya.
Penataan zonasi ini, selain mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan skenario museum, juga
menitik beratkan pada ketertarikan pengunjung. Pada zona introduction pengunjung akan dibuat
penasaran dengan konten museum berikutnya, karena pada zona inilah pengunjung akan distimulasi
mengenai astronomi. Pada zona outer space, pengunjung akan dibuat takjub dengan display materi yang
tidak biasa. Sedangkan pada zona epilog, pengunjung diajak untuk melihat kemajuan teknologi manusia
di bidang astronomi. Dengan begitu kepuasan dan rasa penasaran pengunjung akan terjaga sampai pada
akhir kunjungan.
Tabel 5. 4 Bentuk Ruang Pamer
Ruang Pamer Berbentuk
Ruang
Ruang Pamer Berbentuk Hall Ruang Pamer Berbentuk
Koridor
Introduction Room Assembly Hall Sub Zone: Black Hole
Outer Space Area Sub Zone: Worm Hole
Past Area Sub Zone: White Hole
Present Area
Sumber: Analisis 2014
Bentuk ruang pamer di dalam museum ini beragam. Ada yang berbentuk Ruang, Hall, maupun koridor.
Pengggunaan jenis ruang yang beragam ini bertujuan untuk memberikan pergantian nuansa pada
pengunjung agar tidak menimbulkan kebosanan dalam menelusuri ruang pamer demi ruang pamer
dalam museum ini.
Terdapat pula area transisi diantara dua zona yang ada di museum ini. Pengadaan zona transisi tidak
hanya bertujuan untuk menghindari kelelahan pengunjung dalam mengobservasi pameran (museum
fatigue) namun juga untuk menciptakan pergantian ruang yang lebih halus sehingga mampu
memberikan stimuli pada pengunjungnya.
Gambar 5. 13 Bubble Diagram Program Ruang dalam Museum
Sumber: Analisis 2014
Museum ini memiliki tiga tipe ruang dalam museum ini, yaitu ruang publik, ruang privat, dan ruang
penunjang. Ruang publik dapat dikunjungi oleh pengunjung ini tersusun atas ruang pamer (sesuai
dengan skenario), fasilitas penunjang seperti toilet dan semacamnya. Ruang privat memiliki tingkat
privasi yang tinggi. Ruang privat tersusun atas kantor, adminstrasi, gudang penyimpanan dan ruang
konservasi yang sifatnya tertutup dan hanya dapat diakses oleh pengelola. Sedangkan pada ruang
penunjang berisi fasilitas tambahan museum yang bersifat umum dan berfungsi sebagai penunjang dan
merupakan atraksi museum, terdiri atas: support hall, gift shop, café, community space, open lecture
hall, library, auditorium, dan observation deck. Area ini tersambung langsung dengan area public dan
dapat diakses langsung melalui pintu masuk kedua (second entrance).
5.5 KEBUTUHAN RUANG
Luasan pada Museum Astronomi ini ditentukan oleh jumlah kebutuhan ruang dalam museum. Berikut
tabel kebutuhan ruang pada museum yang dikelompokkan sesuai dengan zonasi:
Tabel 5. 5 Kebutuhan Area Entrance
No. Nama Ruang Kapasitas Ruang
(orang/unit)
Standar (m2)
Sumber Sirkulasi Total (m2)
RUANG PUBLIK
Lobby 50 orang 2m2/orang Neufert 30% 130 m2
Loket Tiket 3 orang 2m2 /orang Neufert 30% 7,8 m2
Tiket Hall 50 orang 2m2 /orang Neufert 30% 130 m2
Pusat Informasi 3 orang 2m2 /orang Neufert 30% 7,8 m2
Keamanan 2 orang 2m2 /orang Neufert 30% 5,2 m2
Selasar 50 orang 2m2 /orang Neufert 30% 130 m2
RUANG SERVIS
Toilet Pengunjung 10 orang 2m2 /orang Neufert 20% 24 m2
Toilet Pengelola 5 orang 2m2 /orang Neufert 20% 12 m2
Ruang Kebersihan 1 unit 4 m2 Asumsi 20% 4,8 m2
TOTAL LUAS AREA 451,6 m2
Sumber: Analisis 2014
Tabel 5. 6 Kebutuhan Ruang Area Introduction
No. Nama Ruang Kapasitas Ruang
(orang/unit)
Standar (m2)
Sumber Sirkulasi Total (m2)
ZONA INTRODUCTION
Assembly Hall 80 orang 2m2/orang Neufert 30% 208 m2
Replika Astronot 4 unit 5 m2/unit Asumsi 40% 28 m2
Diorama 3 unit 5 m2/unit Asumsi 40% 19,5 m2
Etalase Pamer 5 unit 4 m2/unit Asumsi 40% 28 m2
Replika Houston Control Room
1 unit 70 m2/unit Asumsi 40% 98 m2
Panel 2D 5 unit 1,5 m2/unit Asumsi 40% 10,5 m2
Introduction Room 50 orang 2m2/orang Neufert 30% 130 m2
Video Server Room 1 unit 10 m2/unit Asumsi 20% 12 m2
Control Room 1 unit 10 m2/unit Asumsi 20% 12 m2
AREA SERVIS DAN PENGELOLA
Monitoring dan Keamanan
1 unit 10 m2/unit Asumsi 20% 12 m2
Control Room 1 unit 10 m2/unit Asumsi 20% 12 m2
TOTAL LUAS AREA 570 m2
Sumber: Analisis 2014
Tabel 5. 7 Kebutuhan Ruang Area Pamer Outer Space
No. Nama Ruang Kapasitas Ruang
(orang/unit)
Standar (m2)
Sumber Sirkulasi Total (m2)
ZONA OUTER SPACE
Ruang Pamer Utama 50 orang 2m2/orang Neufert 30% 130 m2
Display Replika (Besar) 3 unit 10 m2/unit Asumsi 40% 42 m2
Display Replika (Sedang)
5 unit 4 m2/unit Asumsi 40% 28 m2
Display Replika (Kecil) 8 unit 2 m2/unit Asumsi 40% 22,4 m2
Diorama Besar 3 unit 10 m2/unit Asumsi 40% 42 m2
Diorama Kecil 5 unit 6 m2/unit Asumsi 40% 42 m2
Digital Area 3 area 15 m2/area Asumsi 40% 58,5 m2
Etalase Display 8 unit 4 m2/unit Asumsi 40% 44,8 m2
Objek 2D 10 unit 1,5 m2/unit Asumsi 40% 21 m2
SUB ZONA: BLACK HOLE
Ruang Black Hole 50 orang 2m2/orang Neufert 30% 130 m2
Lorong Blackhole 1 unit 45 m2/unit Asumsi 40% 63 m2
Digital Display 1 area 15 m2/area Asumsi 40% 21 m2
SUB ZONA: WORM HOLE
Ruang Worm Hole 50 orang 2m2/orang Neufert 30% 130 m2
Lorong Worm Hole 1 unit 45 m2/unit Asumsi 40% 63 m2
Digital Display 1 area 15 m2/area Asumsi 40% 21 m2
ZONA PAST TIME
Ruang Pamer Past Time
30 orang 2m2/orang Neufert 30% 78 m2
Replika Tokoh 4 unit 3 m2/unit Asumsi 40% 16,8 m2
Replika Ruang 4 unit 9 m2/unit Asumsi 40% 50,4 m2
Display Replika (sedang)
10 unit 4 m2/unit Asumsi 40% 56 m2
Diorama (kecil) 3 unit 6 m2/unit Asumsi 40% 25,2 m2
Etalase Display 5 unit 4 m2/unit Asumsi 40% 28 m2
Objek 2D 5 unit 1,5 m2/unit Asumsi 40% 10,5 m2
AREA SERVIS DAN PENGELOLA
Maintenance Room 1 unit 10 m2/unit Asumsi 20% 12 m2
Control Room 1 unit 10 m2/unit Asumsi 20% 12 m2
TOTAL LUAS AREA 1147,6 m2
Sumber: Analisis 2014
Tabel 5. 8 Kebutuhan Ruang Area Transisi
No. Nama Ruang Kapasitas Ruang
(orang/unit)
Standar (m2)
Sumber Sirkulasi Total (m2)
AREA TRANSISI
Toilet Pengunjung 15 orang 2m2 /orang Neufert 20% 36 m2
Break area 50 orang 2m2/orang Neufert 30% 130 m2
AREA SERVIS DAN PENGELOLA
Toilet Pengelola 5 orang 2m2 /orang Neufert 20% 12 m2
Janitor Room 1 unit 4 m2/unit Asumsi 20% 4,8 m2
TOTAL LUAS AREA 182,8 m2
Sumber: Anlaisis 2014
Tabel 5. 9 Kebutuhan Ruang Area Epilog
No. Nama Ruang Kapasitas Ruang
(orang/unit)
Standar (m2)
Sumber Sirkulasi Total (m2)
SUB ZONA: WHITE HOLE
Ruang White Hole 30 orang 2m2/orang Neufert 30% 78 m2
Lorong White Hole 1 unit 45 m2/unit Asumsi 40% 63 m2
Digital Room 1 unit 100 m2/unit Asumsi 40% 140 m2
ZONA PRESENT TIME
Ruang Pamer Utama 50 orang 2m2/orang Neufert 30% 130 m2
Diorama (besar) 2 unit 10 m2/unit Asumsi 40% 28 m2
Diorama (kecil) 3 unit 6 m2/unit Asumsi 40% 25,2 m2
Replika (Besar) 4 unit 10 m2/unit Asumsi 40% 56 m2
Replika (sedang) 5 unit 4 m2/unit Asumsi 40% 28 m2
Simulator 3 unit 5 m2/unit Asumsi 40% 21 m2
Objek 2D 10 unit 1,5 m2/unit Asumsi 40% 21 m2
Etalase Display 10 unit 4 m2/unit Asumsi 40% 56 m2
Digital Display Area 3 area 15 m2/area Asumsi 40% 63 m2
AREA SERVIS DAN PENGELOLA
Maintenance Room 1 unit 10 m2/unit Asumsi 20% 12 m2
Control Room 1 unit 10 m2/unit Asumsi 20% 12 m2
TOTAL LUAS AREA 733,2 m2
Sumber: Analisis 2014
Tabel 5. 10 Kebutuhan Ruang Area Support
No. Nama Ruang Kapasitas Ruang
(orang/unit)
Standar (m2)
Sumber Sirkulasi Total (m2)
ZONA SUPPORT
Hall Utama 50 orang 2m2/orang Neufert 30% 130 m2
Open Lecture Hall 50 orang 2m2/orang Neufert 30% 130 m2
Kafe 50 orang 2m2/orang Neufert 30% 130 m2
Area Makan Kafe 20 unit 6 m2/unit Asumsi 40% 168 m2
Dapur 1 unit 50 m2/unit Asumsi 30% 65 m2
Gift Shop 4 unit 15m2/unit Asumsi 30% 78 m2
Observatory Deck 50 orang 2m2/orang Neufert 30% 130 m2
Area Duduk (observatory deck)
10 unit 5 m2/unit Asumsi 30% 65 m2
Musholla 1 unit 50m2/unit Asumsi 20% 60 m2
Planetarium 30 orang 2m2/orang Neufert 30% 78 m2
Area Komunitas 20 orang 2m2/orang Neufert 30% 52 m2
Perpustakaan 1 unit 100m2/unit Asumsi 30% 130 m2
Auditorium 100 orang 2m2/orang Neufert 30% 260 m2
AREA SERVIS DAN PENGELOLA
Toilet 20 Orang 2m2/orang Neufert 30% 52 m2
Ruang Perlengkapan 1 unit 20 m2/unit Asumsi 20% 24 m2
Monitoring dan Keamanan
1 unit 30 m2/unit Asumsi 20% 36 m2
Area Administrasi 10 orang 2m2 /orang Neufert 30% 26 m2
TOTAL LUAS AREA 1614 m2
Sumber: Analisis 2014
Tabel 5. 11 Kebutuhan Ruang Area Pengelola
No. Nama Ruang Kapasitas Ruang
(orang/unit)
Standar (m2)
Sumber Sirkulasi Total (m2)
RUANG PENGELOLA
Ruang Kerja Karyawan 40 orang 4 m2/orang Asumsi 20% 192 m2
Ruang Rapat Utama 40 orang 2 m2/orang Neufert 30% 104 m2
Ruang Rapat 2 20 orang 2 m2/orang Neufert 30% 52 m2
Ruang Direktur 1 orang 15 m2/orang Asumsi 20% 18 m2
Ruang Kurator 3 orang 10m2 / orang Chasani, Rahmad Sujud (2007)
20% 36 m2
Ruang Keuangan 3 orang 4,5m2/orang Neufert 30% 17,55 m2
Ruang Arsip 100.000 arsip 3,6 m2/10.000 arsip
Neufert 30% 46,8 m2
Ruang HRD 3 orang 4 m2/orang Asumsi 20% 14,4 m2
Ruang Kerja Konservator
3 orang 4 m2/orang Asumsi 20% 14,4 m2
Ruang Konservasi 1 unit 30 m2/unit Asumsi 30% 39 m2
Gudang Koleksi 2 unit 100 m2/unit Asumsi 30% 260 m2
Ruang Makan Staff 40 orang 2 m2/orang Neufert 30% 104 m2
Dapur dan Pantry 1 unit 100 m2/unit Asumsi 20% 120 m2
Ruang Cuci 2 unit 30 m2/unit Asumsi 20% 72 m2
Inventori Museum 1 unit 60 m2/unit Asumsi 20% 72 m2
Ruang Loker dan Ganti 20 orang 3 m2/orang Asumsi 20% 72 m2
Ruang Kontrol dan Teknis
5 orang 2m2 /orang Neufert 30% 13 m2
Ruang Server 5 orang 2m2 /orang Neufert 30% 13 m2
Toilet Pengelola 10 orang 2m2 /orang Neufert 20% 24 m2
Musholla Pengelola 20 orang 2m2 /orang Asumsi 20% 24 m2
Elevator Barang 2 unit 7,5 m2/unit Neufert 20% 18 m2
Loading Dock Unit 3 unit 15 m2/unit Asumsi 30% 58,5 m2
TOTAL LUAS AREA 1384,65 m2
Sumber: Analisis 2014
Tabel 5. 12 Total Luas Ruang Dalam
Total Luas Area Entrance 451,6 m2
Total Luas Area Introduction 570 m2
Total Luas Area Ruang Pamer Outer Space 1147,6 m2
Area Transisi 182,8 m2
Total Luas Area Epilog 733,2 m2
Total Luas Area Support 1614 m2
Total Luas Area Pengelola 1384,65 m2
TOTAL LUAS RUANG DALAM 6083,85 m2
Sumber: analisis 2014
Tabel 5. 13 Kebutuhan Ruang Area Parkir
No. Nama Ruang Kapasitas Ruang
(orang/unit)
Standar (m2)
Sumber Sirkulasi Total (m2)
ZONA PARKIR
Parkir Mobil 50 mobil 15m2/mobil Neufert 30% 975 m2
Parkir Motor 100 motor 3m2 /motor Neufert 30% 390 m2
Parkir Bus 10 bus 45m2 /bus Neufert 30% 580 m2
Ticketing 4 unit 2m2 /unit Asumsi 20% 9,6 m2
Parkir Loading Dock 3 unit 50 m2 /unit Asumsi 20% 180 m2
Parkir Staff dan Pengelola - Mobil
20 Mobil 15m2/mobil Neufert 30% 390 m2
Parkir Staff dan Pengelola - Motor
50 motor 3m2 /motor Neufert 30% 195 m2
TOTAL LUAS AREA LUAR 2719,6 m2
Sumber: Analisis 2014
5.6 KONSEP VISUAL
5.6.1 MASSA BENTUK DAN EKSTERIOR
Bentuk bangunan museum harus dapat mewadahi fungsinya dengan baik, mengakomodasi jenis
pameran yang diwadahinya, serta mampu memberikan pengunjung pengalaman keruangan yang
mengesankan. Bentuk bangunan ini juga diharapkan dapat merespon keadaan lingkungan sekitar
dengan baik. Dengan tema astronomi, bangunan diharapkan mampu memberikan visualisasi akan
impresi terhadap angkasa luar sesuai dengan citra dan karakternya.
Gambar 5. 14 Bentuk Massa Bangunan
Sumber: Analisis 2014
Bentuk bangunan diambil dari bentuk galaksi spiral yang kemudian ditransformasikan sehingga
menghasilkan bentuk yang sedemikian rupa. Massa bangunan museum Astronomi ini akan membentuk
beberapa massa bangunan terpisah. Pengaturan ini bertujuan untuk memecah massa agar tidak
membentuk satu massa yang terlalu massif. Penggunaan dua massa ini juga bertujuan untuk
memperbanyak masuknya pencahayaan alami untuk ruang-ruang besar yang bersifat umum seperti hall.
Gambar 5. 15 Aksis massa bangunan pada site
Sumber: Analisis 2014
Massa bangunan dalam site memiliki orientasi tertentu. Orientasi ini mengikuti garis aksis yang berasal
dari view terbaik yang didapat dari dalam site. Garis aksis ini menjadi acuan orientasi bangunan dalam
site yang kemudian dipadukan dengan massa bangunan terbentuk dan kondisi topografi pada site.
Gambar 5. 16 Massa Bangunan Museum Sementara
Sumber: analisis 2014
5.6.2 FASAD
Tema astronomi yang diangkat pada museum ini kurang lebih akan mempengaruhi fasad bangunan.
Fasad dijadikan pencitraan utama pengunjung terhadap bangunan ini, sebelum memasukinya. Fasad
bangunan museum astronomi ini secara visual harus dapat memberikan kesan tema museum yang
sesuai dengan impresinya. Impresi yang dihasilkan dari tema astronomi ini adalah futuristik, canggih,
tanpa batas, dan misterius. Beberapa impresi tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam fasad
bangunan.
Gambar 5. 17 Pertimbangan Fasad Museum
Sumber: analisis 2014
Untuk dapat menciptakan impresi yang sesuai, pemilihan material menjadi salah satu pertimbangan.
Fasad bangunan akan menggunakan dominasi material beton, metal, dan kaca. Tujuan penggunaan
material ini adalah untuk dapat menciptakan kesan yang misterius dan futuristik namun sedikit dingin.
Material ini kemudian akan di padukan satu sama lain dan diolah agar dapat menciptkan bukaan-bukaan
yang menarik sehingga fasad tidak terlihat membosankan dan terkesan terlalu ‘angkuh’.
Gambar 5. 18 Material Fasad
Sumber: analisis 2014
Dilihat dari segi fungsi, fasad yang akan digunakan pada Museum Astronomi ini akan dirancang dengan
pertimbangan cahaya mengingat tema astronomi yang diangkat sangat erat kaitannya dengan keadaan
angkasa luar yang cenderung gelap. Sehingga untuk menciptakan suasana tersebut di dalam bangunan,
penataan bentul bukaan dan jumlahnya pada bangunan harus dapat dipertimbangkan dengan baik
sehingga banyaknya cahaya matahari yang masuk dapat dikontrol dengan baik. Penggunaan bayangan
atau permainan bayangan pada fasad bangunan juga dapat menciptakan ketertarikasn sendiri.
5.6.3 INTERIOR
Penataan interior bangunan akan menyesuaikan konsep yang digunakan pada setiap zonanya. Pada
umumnya, menyesuaikan dengan tema museum yaitu astronomi, interior akan menggunakan warna-
warna gelap seperti; hitam, biru tua, yang kemudian dipadukan dengan warna-warna cerah yang
melambangkan cahaya seperti; kuning, biru muda, dan putih. Penggunaan pencahayaan buatan pun
akan disusun dan dibatasi intensitasnya untuk menciptakan ruang luar angkasa yang menyerupai
aslinya.
Pada sub zona black hole, menyesuaikan dengan namanya, akan menggunakan warna hitam sebagai
warna utama untuk menciptakan suasana mencekam yang dipadukan dengan penggunaan cahaya
buatan sebagai penunjuk arah. Pada zona ini digunakan travelator datar pada lantai ruang untuk
menciptakan perasaan tersedot ke dalam lubang hitam. Sedangkan pada sub zona worm hole, akan
digunakan penataan pencahayaan secara melingkar, membungkus ruangan, dengan dominasi warna
abu-abu sehingga menciptakan kesan berada di dalam terowongan waktu.
Gambar 5. 19 Interior Ruang Worm Hole
Sumber: analisis 2014
Gambar 5. 20 Interior Ruang Introduction
Sumber: analisis 2014
Begitu pula pada sub zona white hole, interior dan pencahayaan akan ditata sedemikian rupa dengan
penggunaan warna putih sebagai warna utama. Sedangkan pada ruang pamer past, interior akan ditata
menyerupai setting ruang kerja pada masa lalu yang biasanya dominan menggunakan warna coklat
muda dengan pencahayaan berwarna kuning. Sedangkan penataan interior pada zona introduction
menggunakan tema pemberangkatan menuju luar angkasa sehingga pengadaan interiornya menyerupai
pesawat luar angkasa (shuttle plane).
5.6.4 LANSEKAP
Lansekap merupakan area pertama yang akan dijamah oleh pengunjung saat pertama kali memasuki site
museum. Tata lansekap yang baik akan memberikan kesan pertama yang baik pula pada museum. Tata
lansekap museum astronomi ini mempertimbangkan titik-titik yang akan menjadi daya tarik pengunjung
dari dalam maupun luar site.
Gambar 5. 21 Penataan Lansekap Site
Sumber: analisis 2014
Tata vegetasi akan disusun agar mampu mengarahkan sirkulasi pengunjung. Pada penataan lansekap
akan menggunakan garis-garis lengkung untuk memberikan kesan sirkulasi yang dinamis dan tidak
membosankan. Penggunaan garis lengkung ini juga bertujuan untuk memecah bentuk-bentuk geometris
yang berasal dari massa bangunan.
5.7 KONSEP SIRKULASI
5.7.1 SIRKULASI RUANG LUAR
Sirkulasi ruang luar pada museum ini meliputi sirkulasi kendaraan yang dibedakan menjadi tiga: sirkulasi
kendaraan pengunjung, sirkulasi kendaraan pengelola dan staf, serta sirkulasi kendaraan servis. Ketiga
jalur sirkulasi tersebut memiliki tingkat privasi yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat privasi ini akan
mempengaruhi akses dan visibilitas area tersebut. Semakin tinggi tingkat privasinya, maka semakin tidak
terlihatnya area tersebut di mata publik.
Gambar 5. 22 Sirkulasi Ruang Luar
Sumber: analisis 2014
Sirkulasi kendaraan pengunjung memiliki tingkat privasi publik, sirkulasi kendaraan pengelola dengan
tingkat semi privat dan sirkulasi kendaraan servis dengan tingkat privat. Untuk area parkir pengelola dan
loading dock (servis) terletak cukup jauh dari area parkir pengunjung dengan letak yang cukup
tersembunyi sehingga tidak terekspos orang luar. Dua jenis sirkulasi ini memiliki entrance tersendiri
pada bagian selatan jalan masuk utama site sehingga tidak bercampur kepadatannya dengan entrance
pengunjung.
Letak parkir pengunjung ditata berdekatan dengan dua entrance bangunan museum. Begitu memasuki
site museum, kendaraan pengunjung akan di periksa keamanannya oleh pihak sekuritas sebelum
akhirnya diperbolehkan untuk parkir di dalam site. Setelah di periksa, pandangan pengunjung akan
dibatasi menggunakan penataan lansekap sampai dengan area site yang berkantong pada bagian selatan
dimana pengunjung pengunjung dapat melihat fasad site, lengkap dengan tata lansekapnya, dengan
tujuan untuk menciptakan impresi dan menstimulasi pengunjung. Sirkulasi pada jalur pengunjung
menggunakan sirkulasi terbuka yang mengijinkan pengunjung mengeksplorasi site museum secara
bebas kecuali pada jalur yang bersifat privat dan semi privat.
5.7.2 SIRKULASI RUANG DALAM
Ruang pamer dalam museum memiliki jenis sirkulasi yang berbeda, disesuaikan dengan alur
skenarionya. Pemilihan jenis sirkulasi pada setiap ruang pamer menitik beratkan pada jenis teknik
display materi dan bentuk ruang pamer. Sehingga, dengan pemilihan sirkulasi yang tepat, seluruh
informasi yang berada pada materi display dapat tersampaikan dan terapresiasi dengan baik oleh
pengunjung.
Sirkulasi pada museum ini secara garis besar bersifat satu arah, terutama pada area pamer museum.
Pengunjung yang telah memasuki zona introduction harus menyelesaikan skenarionya untuk dapat
keluar atau kembali menuju area entrance museum. Penggunaan jenis sirkulasi ini terbilang mudah dan
tidak membingungkan pengunjung. Dengan menggunakan jenis sirkulasi ini seluruh ruang pamer pada
museum dapat terjamah oleh pengunjung.
Gambar 5. 23 Sirkulasi dalam Ruang Pamer
Sumber: Analisis 2014
Titik awal kedatangan pengunjung diutamakan pada lobby pengunjung dan titik akhir pengunjung dalam
mengeksplorasi museum pada support hall. Dua ruang ini menjadi zona entrance dimana lobby menjadi
main entrance dan support hall menjadi secondary entrance, yang saling berhubungan satu sama lain.
Hal ini bertujuan untuk memberi kemudahan pada pengunjung untuk mengunjungi area penunjang
museum (mengkoneksikan area entrance-penunjang-area pamer).
Lobby pengunjung, support hall, dan open lecture hall memiliki sirkulasi terbuka. Zona introduction
memiliki dua jenis sirkulasi yaitu sirkulasi terbuka untuk assembly hall yang memperbolehkan
pengunjung untuk mengunjungi open lecture hall dan sirkulasi satu arah untuk introduction room secara
tidak langsung memaksa pengunjung untuk melanjutkan eksplorasi menuju zona selanjutnya sesuai
dengan skenario.
Pada ruang pamer outer space menggunakan sirkulasi bercabang. Pada ruang pamer ini pengunjung
diberi pilihan untuk mengeksplorasi skenario museum secara penuh (melalui sub zona outer space ) atau
mengambil jalur yang lebih singkat (ruang pamer outer space-transisi-zona epilog). Penggunaan tipe
sirkulasi terbuka mengijinkan pengunjung untuk menyusun sendiri pola kunjungannya.
5.7.2.1 SIRKULASI PENGUNJUNG
Sirkulasi pengunjung diarahkan untuk dapat melalui seluruh ruangan pamer dalam museum. Hal ini
memiliki tujuan agar seluruh bagian dalam museum, termasuk materi display, dapat terapresiasi dengan
baik sehingga pesan dan informasi yang diberikan melalui museum tersampaikan. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, museum ini memiliki dua pintu masuk. Dua pintu masuk ini merupakan pintu
masuk yang mempunyai tingkat privasi publik, sehingga boleh dilalui oleh pengunjung.
Gambar 5. 24 Jalur Sirkulasi Pengunjung dalam Museum
Sumber: Analisis Penulis
5.7.2.2 SIRKULASI PENGELOLA
Pengelola memiliki sebuah area yang khusus dengan tingkat privasi zona yang tinggi (privat), karena itu
pengelola memiliki entrance tersendiri yang terpisah. Entrance ini menghubungkan area parkir
pengelola (semi privat) dengan lobby pengelola. Lobby pengelola ini menghubungkan area kerja dan
istirahat pengelola. Pada setiap ruang, pengelola memiliki pemetaan atas jenis pekerjaannya yang
dilakukannya.
Area parkir ini pengelola juga menjadi area parkir tenant pengisi museum. Namun, untuk para tenant
aksesnya diarahkan langsung menuju pintu masuk kedua melalui support hall. Maka dari itu letak parkir
staf ini cukup berdekatan dengan support hall.
Gambar 5. 25 Jalur Sirkulasi Pengelola dalam Museum
Sumber: Analisis Penulis
Pengelola memiliki pusat aktifitas pada kantor dimana pekerjaan manajemen, keuangan, humas, dan
pengawasan berlangsung. Di dalam kantor ini pula berlangsung kegiatan rapat dan segala jenis
pengelolaan sampai dengan manajemen barang koleksi museum. Melalui lobby staf, pengelola dapat
mengakses ruang staf dimana ruang loker dan ruang istirahat pengelola berada.
Loading dock memiliki posisi yang dekat dengan area parkir staf, namun memiliki tingkat privasi yang
lebih tinggi (privat) dengan jalur akses yang terpisah pula. Loading dock sengaja diposisikan dekat
dengan tempat penyimpanan barang koleksi untuk memudahkan transport barang. Pada loading dock
terdapat ruang manajer yang mengawasi barang transport masuk dan keluar museum. Posisinya juga
berdekatan dengan kantor agar prosesnya dapat terpantau oleh pengelola.
Gambar 5. 26 Ruang dalam Area Pengelola
Sumber: Penulis
5.8 UTILITAS
5.8.1 MEKANIKAL ELEKTRIKAL
Gambar 5. 27 Layout Planetarium
Sumber: UASC Planetarium Plan- visualdictionaryonline.com
Planetarium pada museum Astronomi ini menggunakan sistem mekanikal eletrikal dengan layout yang
sama pada planetarium pada umumnya. Menggunakan layar lengkung pada langit-langit dengan
proyektor digital di tengah ruangan dan juga kursi penonton yang dapat direbahkan sehingga visual dari
tayangan planetarium dapat dinikmati secara maksimal. Masih menggunakan bentuk ruang lingkaran
dengan atap berbentuk dome. Namun atap dome ini dapat disamarkan bentuknya seperti yang terlihat
pada gambar potongan planetarium di bawah.
Gambar 5. 28 Potongan Planetarium
Sumber: visualdictionaryonline.com
Sedangkan untuk digital viewing, menggunakan layar proyeksi digital (menyerupai TV besar) dengan
ruang yang di kondisikan gelap. Gambar yang dikeluarkan oleh layar ini dapat bergerak dan beberapa
diantaranya dapat berinteraksi dengan pengunjung melalui layar touch screen. Tayangan pada digital
viewing ini berasal dari satu player yang kemudian didistribusikan pada layar-layar melalui router
sehingga dapat menghasilkan gambar yang selaras dan sama pada satu ruang. Teknik ini tidak
menggunakan penataan cahaya karena layar itu tersendiri sudah menjadi sumber cahaya yang dramatik.
Gambar 5. 29 Sistem Digital Viewing
Sumber: analisis 2014
Jalur distribusi aliran listrik pada museum ini menggunakan dua sumber listrik yang berasal dari PLN dan
Genset. Sumber utama listrik pada museum ini menggunakan sumber aliran listrik dari PLN yang
kemudian disambungkan menuju main distribution panel (MDP) menuju ke kapasitor. Kapasitor akan
mendistribusikan energi menuju seluruh bagian bangunan melalui sub distribution panel (SDP) yang
tersebar pada setiap zona bangunan museum, sebelum pada akhirnya di salurkan pada panel pembagi
(PP) dan dapat digunakan.
Genset digunakan hanya pada saat insidentil saja, seperti saat terjadi mati lampu. Genset menyimpan
energi listrik dari PLN yang berasal dari MDP. Energi ini kemudian disimpan agar dapat digunakan
sewaktu-waktu apabila sumber energi utama dari PLN tidak dapat digunakan.
Gambar 5. 30 Skema distribusi jaringan listrik
Sumber: analisis 2014
5.8.2 SISTEM PENGHAWAAN
Sistem penghawaan yang digunakan pada museum ini mayoritas menggunakan sistem penghawaan
buatan. Sistem penghawaan buatan yang digunakan berupa AC sentral pada ruangan-ruangan yang
besar seperti ruang pamer berbentuk hall. Untuk ruang pamer berbentuk koridor, penghawaan
menggunakan AC Split. Penggunakan AC split juga digunakan pada area pengelola, yaitu pada ruang
konservasi dan gudang.
Untuk ruang kerja pengelola diutamakan menggunakan penghawaan alami dengan bantuan exhaust
atau kipas angin. Area observatory deck menggunakan penghawaan alami juga karena area ini
merupakan area semi terbuka, begitu pula pada sebagian area café yang merupakan area semi terbuka.
5.8.3 SISTEM JARINGAN AIR
Pada sistem jaringan air bangunan museum ini menggunakan sistem up feed. Sistem ini menggunakan
sumber air yang berasal dari sumur yang kemudian dipompa menuju upper tank sebelum pada akhirnya
dipompa menuju seluruh bangunan museum. Jalur distribusi air kotor menggunakan two pipes system
dimana saluran pembuangan air kotor seperti air hujan dan air kotor yang berasal dari kamar mandi
dibuang menggunakan saluran yang terpisah. Dua saluran pembuangan ini diolah dalam tempat yang
berbeda sebelum pada akhirnya dibuang dan berakhir pada sumur resapan/riol.
Gambar 5. 31 Skema Jaringan Air
Sumber: Analisis 2014
5.8.4 SISTEM PENGAMANAN DAN KEBAKARAN
Sebagai salah satu usaha pencegahan menyebarnya api pada saat terjadi kebakaran, bangunan
menggunakan material yang memiliki resistensi terhadap api (uncombustible material). Selain itu
bangunan juga dilengkapi dengan jalur evakuasi kebakaran yang ada pada setiap zona dalam museum
lengkap dengan keterangan dan penanda (sign) yang jelas yang berakhir pada area terbuka di luar
bangunan museum.
Pada setiap ruangan dalam museum tentunya akan dilengkapi dengan alat-alat pemadam kebakaran
seperti fire extinguisher, fire hydrant, fire alarm, splinker dengan ketentuan jarak yang disesuaikan.
Instalasi smoke detector dipasang pada ruang pamer dan konservasi untuk mengamankan ruang pamer
yang berisi objek pamer.
Keamanan pada museum ini menggunakan bantuan kamera pengawas CCTV. Kamera ini akan dipasang
pada sudut-sudut mati bangunan dan pada ruang-ruang yang menyimpan barang penting dan sangat
ketat penjagaannya seperti ruang gudang, konservasi dan ruang pamer. Seluruh kamera CCTV yang ada
baik di dalam maupun luar museum akan diawasi oleh pengelola di dalam ruang kontrol.