Post on 17-Apr-2022
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB IV
SUNTINGAN TEKS
A. Inventarisasi Naskah
Langkah pertama dalam penyuntingan teks adalah inventarisasi naskah.
Inventarisasi naskah adalah mengumpulkan naskah-naskah yang akan menjadi objek
penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode studi katalog,
yaitu mencari informasi tentang naskah melalui katalog naskah. Katalog yang
digunakan dalam mencari naskah adalah katalog-katalog yang di dalamnya tercatat
naskah-naskah Melayu. Ada dua jenis katalog yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu katalog online dan katalog terbitan. Katalog online yang digunakan peneliti
adalah sebagai berikut.
1. Katalog naskah Aceh yang diakses melalui laman http://www.manuscript-
aceh.org
2. Katalog naskah Cambridge Digital Library yang diakses melalui laman
http://www.cudl.lib.cam.ac.uk
3. Katalog naskah Islamic Heritage Project, Houghton Library, Harvard University
yang diakses melalui laman http://pds.lib.harvard.edu
4. Katalog naskah Pustaka Digital Manuskrip Melayu, Koleksi University of Malaya
yang diakses melalui laman http://www.mymanuskrip.fsktm.um.edu.my
5. Katalog naskah Leipzig University Library yang diakses melalui laman
http://www.islamic-manuscripts.net
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Katalog naskah terbitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Achadiatai Ikram, dkk. (Ed.). 2001. Katalog Naskah Buton Koleksi Abdul Mulku
Zahari. Edisi I. Jakarta: Manassa-the Toyota Foundation-Yayasan Obor
Indonesia.
2. Amir Sutaarga, dkk. 1972. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat
Dep. P dan K. Jakarta: Departemen P & K.
3. Behrend, T. E. (Ed.). 1990. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1.
Jakarta: Djambatan.
4. Behrend, T. E. (Ed.). 1998. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia-
Ecole Francaise D‘Extreme orient.
5. Behrend, T. E. Dan Tutik Pudjiastuti (Ed.). 1997. Katalog Induk Naskah-Naskah
Nusantara Jilid 3-A Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia-Ecole Francaise D‘Extreme Orient.
6. Edi S. Ekadjati (Ed.). 1988. Naskah Sunda: Inventarisasi dan Pencatatan.
Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran dan the Toyota
Foundation.
7. Howard, Joseph H. 1966. Malay Manuscripts a Bibliographical Guide. Kuala
Lumpur: University of Malaya Library.
8. Juynboll, H. H. 1899. Catalogus van de Maleische en Sundaneesche
Handschriften der Leidsche Universiteits-Bibliotheek. Leiden: E. J. Brill.
9. Lindsay, Jennifer, et. al. 1994. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
10. Ricklefs, M.C. & P. Voorhoeve. 1977. Indonesian Manuscripts in Great Britain:
A Catalogue of Manuscripts in Indonesian Languages in British Public
Collections. London: Oxford University Press.
11. Wieringa, E. P. 1998. Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts: in the
Library of Leiden University and Other Collections in the Netherlands (volume
one). Leiden: Legatum Warnerianum in Leiden University Library.
Dari katalog-katalog tersebut, naskah HRK hanya terdapat pada katalog
naskah Islamic Heritage Project, Houghton Library, Harvard University, dengan
kode naskah MS Indo 27. Naskah HRK yang hanya tersimpan di Harvard University
berisi cerita yang bercorak kepahlawanan, menceritakan kisah perjalanan hidup tokoh
Putera Jaya Pati anak raja Kulawandu. Dengan demikian naskah HRK pada penelitian
ini adalah naskah tunggal dan diteliti dengan menggunakan metode naskah tunggal.
B. Deskripsi Naskah HRK
Tahap kedua dalam penyuntingan adalah deskripsi naskah. Deskripsi naskah
dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seluk beluk naskah dari sisi fisik.
Deskripsi menurut KBBI, berarti pemaparan dengan kata-kata secara jelas dan
terperinci. (KBBI, 2008: 347) Dalam hal ini deskripsi naskah adalah memaparkan
seluk beluk naskah secara rinci.
Deskripsi naskah meliputi beberapa hal, yaitu judul naskah, tempat
penyimpanan naskah, nomor naskah, jumlah halaman, jumlah baris, huruf dan tulisan,
bahasa, cap kertas, cara penulisan, kertas, bentuk teks, umur naskah, tempat dan
tanggal penulisan, keadaan naskah, ringkasan isi, dan catatan lain mengenai naskah.
Deskripsi naskah HRK diuraikan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1. Judul naskah
Dalam katalog naskah online Islamic Heritage Project, Houghton Library,
Harvard University ( http://pds.lib.harvard.edu), naskah ini berjudul Hikayat Raja
Kulawandu. Pemberian judul ini dilakukan oleh pemilik naskah sebelumya yang
bernama E. Thalman seperti diinformasikan dalam deskripsi yang terdapat dalam
katalog online tersebut. Teks dengan judul Hikayat Raja Kulawandu pernah menjadi
objek penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Haji Saleh dengan judul Finding
Love in Hikayat Raja Kulawandu, yang terdapat di dalam sebuah buku kumpulan
penelitian dari National University of Singapore berjudul Lost Time and Untold Tales
From the Malay World, yang diterbitkan NUS Press pada tahun 2009. Informasi yang
diperoleh melalui penelitian mengenai teks dengan judul yang sama dari penelitian
dalam buku tersebut, menunjukkan judul naskah dengan kode MS indo 27 sebagai
Hikayat Raja Kulawandu.
Dalam buku yang memuat kumpulan penelitian dari Muslim Institude Al-
Andalus berjudul Critical Muslim Love and Death yang diterbitkan oleh Muslim
Institute and Hurst Publishers tahun 2013 ditemukan penelitian yang dilakukan oleh
Shanon Shah dengan judul Can Malay Kiss? juga menggunakan naskah dengan kode
MS indo 27 dengan judul Hikayat Raja Kulawandu sebagai salah satu objek kajian
dalam penelitiannya. Namun dari kedua penelitian yang ditemukan tersebut tidak
dijumpai penjelasan mengenai suntingan teksnya.
Melalui penelusuran lebih lanjut mengenai hikayat Melayu dalam buletin
online dengan judul buletin Mimbar Kata, ditemukan artikel dengan judul Hikayat
Putera Jaya Pati. Dalam artikel tersebut diceritakan mengenai tokoh putera Jayapati
yang merupakan anak dari Maharaja Kalawandu, sebagai bahan ajar dalam
penceritaan mengenai pendidikan hikayat Melayu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Karena judul naskah tidak tertulis pada halaman naskah di bagian manapun,
maka penulis merasa perlu untuk memberikan judul yang baik terhadap naskah ini.
Meskipun menurut informasi yang telah disebutkan sebelumnya mengenai judul
terdapat beberapa alternatif untuk memberi judul dalam naskah ini. Namun,
berdasarkan pertimbangan mengenai faktor keterbacaan dan hasil pembacaan yang
lebih teliti pada bagian awal penceritaan teks, ditemukan sebuah keterangan mengenai
nama tokoh berpengaruh yang lebih sesuai untuk dijadikan judul teks, yaitu Hikayat
Raja Kalawandu.
2. Tempat Penyimpanan naskah
Naskah HRK tersimpan di perpustakaan Universitas Havard, Amerika Serikat.
dengan kode naskah MS Indo 27, Kode naskah tersebut tertulis pada cap
perpustakaan pada halaman pelindung sebagaimana gambar berikut.
Gambar 1
Kode Pada Naskah HRK
Naskah HRK merupakan naskah sumbangan dari E.Thalman untuk Universitas
Havard pada bulan Oktober 1948, hal ini diketahui melalui cap perpustakaan
pada halaman belakang naskah dan informasi yang dihimpun berdasarkan
deskripsi naskah dalam laman (http://pds.lib.harvard.edu). sebagaimana gambar
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 2
Kode Kepemilikan Pada Naskah HRK
3. Jumlah Halaman
Naskah HRK terdiri dari 322 halaman. Sebanyak 229 halaman yang bertuliskan
teks HRK, sebanyak 8 halaman pelindung (tanpa nomor halaman) di halaman
muka atau setelah cover depan dan 15 halaman pelindung (tanpa nomor
halaman) di bagian belakang atau sebelum cover belakang.
4. Jumlah Baris
Jumlah baris tiap halaman adalah10 baris kecuali pada halam 231 yaitu 11 baris.
Pada halaman pertama jumlah 10 baris sudah termasuk bacaan pembuka. Pada
halaman akhir jumlah 10 baris sudah termasuk kolofon naskah.
5. Huruf dan Tulisan
a. Jenis huruf
Naskah HRK menggunakan tulisan Arab dan Arab-Melayu atau huruf Jawi.
b. Bentuk huruf
Bentuk huruf yang digunakan tegak lurus.
c. Keadaan tulisan
Tulisan dalam naskah HRK sangat jelas dan mudah dibaca. Tidak ada
halaman yang rusak yang menyebabkan tulisan naskah tidak terbaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
d. Jarak antarhuruf
Jarak huruf agak renggang sehingga mudah dibaca. Perhatikan contoh
berikut.
Gambar 3
Jarak Antara Huruf Dalam Naskah HRK
e. Goresan pena.
Goresan pena dalam naskah HRK terlihat tebal, sedangkan goresan pena
dalam penomoran halaman naskah HRK tidak terlalu tebal. Peneliti
mengasumsikan bahwa nomor halaman naskah ditambahkan oleh pemilik
naskah. Perhatikan contoh berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 4
Penomoran Halaman Naskah HRK
f. Warna tinta
Warna tinta yang digunakan adalah tinta hitam, namun ada beberapa bagian
yang ditulis dengan menggunakan tinta merah. Adapaun kata-kata yang
tertulis dengan tinta merah adalah nama tokoh utama ‗putera jaya pati‘ dan
kosa kata yang menjadi tumpuan awal kalimat seperti ‗maka‘, ‗syahdan‘,
‗sebermula‘, ‗adapun‘, ‗hatta‘. Selain itu kalimat-kalimat yang
menggunakan bahasa Arab yang terdapat pada teks juga ditulis
menggunakan tinta merah.
6. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam teks HRK adalah bahasa Melayu dan Arab.
7. Kertas
Bahan yang digunakan untuk menulis teks adalah kertas.Warna kertas sudah
kecoklat-coklatan karena usia naskah yang cukup tua.
8. Cap Air
Tidak ada cap air yang terdapat pada naskah HRK
9. Cara Penulisan
a. Pemakaian tiap kuras.
Naskah HRK ditulis dengan cara bolak-balik. Kedua sisi kertas digunakan
untuk penulisan. Cara penulisan ini disebut dengan cara penulisan recto dan
verso.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Pengaturan ruang
Ruang teks berbentuk persegi panjang. Teks ditulis dari kanan ke kiri.
c. Penomoran halaman naskah
Penomoran pada halaman naskah menggunakan angka ( 1, 2, 3, dst).
Goresan pena serta bentuk angka pada penomoran halaman berbeda dengan
yang ada di dalam naskah. Peneliti mengasumsikan bahwa penambahan
nomor halaman dilakukan oleh pembaca atau pemilik naskah.
10. Bentuk Teks
Teks HRK berbentuk prosa. Struktur penulisan menyerupai kitab-kitab agama.
11. Tempat dan Tangal Penyalinan
Teks disalin pada tanggal 14 hari bulan 5 dulhijah 1253 masehi. Keterangan ini
terdapat pada halaman 299 baris ke 9—10. ―tamat surat ini sampai 14 hari bulan
5 dulhijah 1253 Sanah Wa Katabihi Muhammad Ali Bin Abdul Latif Munsi.‖
12. Umur Naskah
Naskah ini telah berumur 163 tahun 2 bulan. Usia terhuitung sejak penyalinan
teks HRK hingga sekarang.
13. Keadaan Naskah
Keadaan naskah cukup baik. Naskah lengkap dan tidak ada bagian yang hilang
maupun sobek. Secara keseluruhan HRK merupakan cerita kepahlawanan
melayu yang menceritakan anak Raja Kulawandu bernama Putera Jaya Pati dari
negeri Langgam Jaya. Suatu ketika dipisahkan dengan orangtuanya oleh jin
yang menyamar menjadi kuda emas, dan membawanya berguru kepada
Begawan Narada. Bersama murid yg lain ia belajar berperang dan ilmu
kesaktian yang menjadi bekal untuk perjalanan hidupnya. Keseluruhan isi teks
HRK dapat dilihat pada ikhtisar isi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
C. Ikhtisar Isi Teks
Teks HRK ini secara umum berisi cerita kepahlawanan yang menceritakan
anak Raja Kulawandu bernama Putera Jaya Pati dari negeri Langgam Jaya. Pada awal
pengisahan diceritakan mengenai raja kulawandu yang merupakan baginda raja di
negeri Langgam Jaya. Negeri langgam Jaya adalah negeri yang adil, makmur dan
termasyhur diantara negeri yang lain. Raja Kulawandu dengan permaisuri
menginginkan kehadiran seorang putera sebagai penerus keturunan dan tahta kerajaan
Langgam Jaya. Karena tidak lekas diberi keturunan maka Raja Kulawandu meminta
tolong ahli nujum untuk melihat didalam nujumnya mengenai kelahiran anak Raja
Kulawandu. Ahli nujum mengabarkan bahwa baginda akan memperoleh anak laki-
laki yang hebat dan harus mendermakan hartanya kepada fakir miskin (HRK, hal 1-8).
Harapan Raja Kulawandu akan anak laki-laki terkabul, permaisuri telah hamil.
Raja Kulawandu sangat bahagia dan memperlakukan permaisuri yang sedang hamil
dengan sangat istimewa, karena sangat mengasihi permaisuri dan mengharapkan
kehadiran seorang anak dari permaisuri. Setelah genap usia kandungannya, permaisuri
melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat baik rupanya (HRK, hal. 8-11). Raja
Kulawandu meminta saran ahli nujum untuk menamai anaknya. Ahli nujum melihat
didalam nujumnya dan mengatakan anak Raja Kulawandu akan menjadi raja yang
hebat, namun pada umur tujuh tahun akan dipisahkan dari orang tuanya, diculik oleh
binatang berkaki empat dan dipertemukan lagi dengan Raja Kulawandu pada umur
tiga puluh tahun. Raja kulawandu dan permaisuri bersedih hati mendengar berita
tersebut, dan dinamai anaknya Putera Jaya Pati (HRK, hal. 11-19).
Putera Jaya Pati sejak kecil diasuh layaknya anak raja besar. Ketika Putera
Jaya Pati berumur tujuh tahun, Raja Kulawandu tidak mau sedikitpun berpisah dengan
anaknya serta mengumpulkan semua anak menteri dan hulubalang istana untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
menjadi pengasuh Putera Jaya Pati (HRK, hal 19-20). Suatu hari saat bermain Raja
Kulawandu tertidur dan tidak mengawasi Putera Jaya Pati. Putera Jaya Pati dihampiri
jin yang menjelma kuda emas. Putera Jaya Pati terhasut dan menaiki kuda tersebut.
Putera Jaya Pati dilarikan kuda emas masuk hutan menuju bukit Mahabiru (HRK, hal.
20-25). Menerima kenyataan bahwa anaknya dilarikan kuda emas membuat Raja
Kulawandu dan permaisuri bersedih. Raja Kulawandu memerintahkan semua menteri
dan hulubalang mencari Putera Jaya Pati. Setelah pencarian yang lama ke seluruh
penjuru negeri, Putera Jaya Pati tidak ditemukan. Raja Kulawandu dan semua isi
istana bersedih hati. Raja Kulawandu bertitah untuk menghukum setiap orang yang
tertawa dengan keras, sehingga negeri Langgam Jaya menjadi sepi dan sunyi. (HRK,
hal. 25-32)
Putera Jaya Pati dilarikan oleh kuda emas dibawa ke bukit Mahabiru. Maksud
kuda emas melarikan Putera Jaya Pati agar dia berguru kepada Begawan Narada,
karena Putera Jaya Pati akan menghadapi perang yang besar nantinya. Putera Jaya
Pati menerima penjelasan kuda emas dan memutuskan untuk berguru kepada
Begawan Narada. (HRK, hal. 32-40)
Begawan Narada menyambut dengan hormat kedatangan Putera Jaya Pati dan
menerimanya sebagai murid. Begawan Narada mengajarkan ilmu kesaktian dan tata
cara berperang kepada Putera Jaya Pati bersama dengan anak raja-raja dan pertapa
murid Begawan Narada. Karena sangat pandai dalam mempelajari ilmu kesaktian dan
tata cara berperang, Begawan Narada sangat mengasihi Putera Jaya Pati dibandingkan
muridnya yang lain. (HRK, hal. 40-45)
Pada suatu hari Begawan Narada ingin menguji murid-muridnya dengan
menjadikan dirinya raksasa yang sangat besar dan menakutkan ketika murid-
muridnya sedang bermain. Semua murid Begawan Narada lari dan bersembunyi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
kecuali Putera Jaya Pati, karena ia hendak melawan raksasa tersebut. Perang kesaktian
pun terjadi dengan hebatnya antara Putera Jaya Pati dan raksasa jelmaan Begawan
Narada selama tujuh hari tujuh malam. Setelah dirasa cukup menguji Putera Jaya Pati,
Begawan Narada pun menjadikan dirinya seperti semula. Mengetahui bahwa yg
dilawan itu tidak lain adalah gurunya sendiri maka Putera Jaya Pati pun menyesal dan
meminta ampun kepada Begawan Narada. .Begawan Narada menjelaskan maksudnya
menjelma raksasa itu untuk menguji keberanian dan kesaktian murid-muridnya.
(HRK, hal. 45-53)
Melihat ilmu dan kesaktian Putera Jaya Pati yang sangat hebat dan karena
semua ilmu yg dimiliki Begawan Narada sudah diajarkan kepada Putera Jaya Pati,
Begawan Narada memerintahkan Putera Jaya Pati untuk berguru kepada orang lain.
Begawan Narada memberikan cambul hikmah berisi empat pahlawan jin dan semua
rakyatnya. Pahlawan jin tersebut bernama Sangga Mukasin, Sang Kuda Kampa, Sang
Setyara, dan Teratek Semandu. Putera Jaya Pati memutuskan untuk pulang ke
negerinya serta berpamitan kepada Begawan Narada dan semua murid-murid
seperguruannya. (HRK, hal. 53-62)
Dalam perjalanan pulang Putera Jaya Pati tersesat dan berhenti di sebuah tasik
ajaib. Ketika beristirahat di tepi tasik ajaib tersebut Putera Jaya Pati bertemu dengan
tengkorak bernama Bujang Jura. Bujang Jura mengingatkan Putera Jaya Pati untuk
berhati-hati, karena ada raksasa yang suka membunuh manusia saat istirahat dan tidur
di sekitar tasik. Mengetahui hal tersebut Putera Jaya Pati berpura-pura tidur hendak
melawan raksasa penunggu tasik ajaib. Raksasa muncul hendak menebas Putera Jaya
Pati. Putera Jaya Pati berhasil merebut pedang yang digunakan raksasa itu dan
membunuhnya. (HRK, hal. 62-70)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Putera Jaya Pati melanjutkan perjalanan pulangnya dan melihat sebuah negeri
yang bernama Gangga Wijaya. Putera Jaya Pati bertemu Malik Indera dan menanyai
hal tantang negeri Gangga Wijaya. Malik Indera menceritakan mengenai seluk beluk
kerajaan Gangga Wijaya. Putera Jaya Pati memutuskan untuk pergi ke negeri tersebut
dan tinggal bersama Malik Indera. Malik Indera mempertemukan Putera Jaya Pati
dengan Candra Nurlela putri raja Gangga Wijaya. Putera Jaya Pati jatuh cinta kepada
Candra nurlela begitu juga sebaliknya. (HRK, hal. 70-126)
Suatu hari Putera Jaya Pati berjalan-jalan di sekitar negeri Gangga Wijaya dan
bertemu sebuah bukit. Putera Jaya Pati menuju bukit tersebut dan bertemu dengan dua
ekor jin yang sedang berseteru memperebutkan panah kesaktian. Putera Jaya Pati
mengelabuhi kedua jin tersebut dengan kepandaiannya dan berhasil memiliki panah
sakti tersebut. (HRK, hal. 126-137)
Putera Jaya Pati kembali ke negeri Gangga Wijaya dan hendak menemui tuan
puteri Candra Nurlela. Ketika Putera Jaya Pati betemu dengan tuan puteri, Raja Indera
Peri datang ke istana Gangga Wijaya Hendak mengawinkan anaknya Raja Indera
Warna dengan tuan puteri Candra Nurlela. Raja Gangga Wijaya Menyuruh dayang
untuk memanggilkan tuan puteri agar menghadap. Dayang melaporkan tuan puteri
tidak mau menghadap dan dia sedang bersama Putera Jaya Pati. Baginda Gangga
Wijaya marah dan menyuruh hulubalangnya menangkap Putera Jaya Pati. Putera Jaya
Pati meminta bantuan keempat jin melawan hulubalang raja Gangga Wijaya.
Hulubalang raja Gangga Wijaya kalah sehingga Raja Gangga wijaya meminta
bantuan Raja Indera Peri. (HRK, hal. 137-178)
Mengetahui kabar yang demikian, Raja Indera Peri dan anaknya Raja Indera
Warna memerintahkan pasukannya untuk berperang. Bertemulah pasukan Raja Peri
yang dipimpin Indera Warna dan ketiga saudaranya dengan pasukan Putera Jaya Pati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
yang dipimpin empat pahlawan jin. Terjadilah perang yang dahsyat antara kedua
belah pihak. Banyak pasukan Raja Peri yang mati dan terluka, begitu juga pasukan
Putera Jaya Pati. Mengetahui keempat pahlawan jin hampir dikalahkan, Putera Jaya
Pati turun dari mahligai Tuan puteri untuk membantu. (HRK, hal. 178-198)
Bertemulah Putera Jaya Pati dengan Raja Indera Warna dalam peperangan.
Terjadilah perang kesaktian yang sangat hebat antara kedua anak raja tersebut,
sehingga semua pasukan berhenti berperang untuk melihatnya. Raja Indera Warna
berhasil dikalahkan oleh Putera Jaya Pati dan dibunuhnya. Mengetahui Raja Indera
Warna terbunuh, ketiga saudaranya marah dan hendak melawan Putera Jaya Pati.
Ketika tiga saudara Raja Indera Warna hendak menyerang Putera Jaya Pati maka
dicegat oleh empat pahlawan jin dan dilawannya. Ketiga bersaudara itupun mati
dibunuh pahlawan jin keempat itu. Melihat keempat anaknya semua mati dibunuh,
Raja Indera Peri mundur dan pulang ke negerinya membawa mayat keempat anaknya.
Sehingga menanglah Putera Jaya Pati berperang dengan Raja Indera Peri (HRK, hal.
198-217)
Setelah memenangkan pertempurannya Putera Jaya Pati kembalilah ke
mahligai tuan puteri hendak mengabarkan kepada tuan puteri bahwa Raja Indera Peri
sudah kalah. Keesokan harinya Putera Jaya Pati menyambut keempat pahlawan jin
dan segala rakyatnya untuk berpesta kemenangan. Dari jauh Putera Jaya Pati melihat
banyak pasukan yang datang saat pesta berlangsung. Ternyata itu adalah murid-murid
Begawan Narada yang datang hendak membantu perang Putera Jaya Pati. Maka
disambutnya semua saudara seperguruannya yang datang itu dan diceritakan semua
tentang perang dengan Raja Indera Peri oleh Putera Jaya Pati. (HRK, hal. 217-240)
Mengetahui calon menantunya Raja Indera Peri telah dikalahkan Putera Jaya
Pati, maka raja Gangga Wijaya menunggu tindakan Putera Jaya Pati selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Putera Jaya Pati membawa serta tuan puteri dan semua pasukannya ke negeri Gangga
Wijaya dan menghadap baginda Raja Gangga Wijaya hendak mengawini tuan puteri.
Raja Gangga Wijaya menyetujui untuk menikahkan Putera Jaya Pati dengan tuan
puteri Candra Nurlela. Setelah sudah selesai acara perkawinan, Putera Jaya Pati
meminta ijin kepada baginda Raja Gangga Wijaya untuk pulang serta membawa
pulang tuan puteri ke negerinya bertemu dengan ayah dan ibunya. (HRK, hal. 240-
277)
Pulanglah Putera Jaya Pati ke negerinya Langgam Jaya membawa pasukan
yang banyak serta dengan tuan puteri. Dalam perjalanan pulang itu tak henti-hentinya
Putera Jaya Pati mennjukkan kasih sayangnya terhadap tuan puteri. Setelah melalui
perjalanan yang panjang akhirnya sampailah Putera Jaya Pati ke negeri Langgam
Jaya. Sampai diketahui oleh salah seorang rakyatnya dan melapor kehadapan Raja
Kulawandu. Tanpa berpikir panjang segeralah baginda Raja Kulawandu beserta
permaisuri berlari menemui anaknya yang telah lama terpisah itu lalu bertemulah
keduanya dengan Putera Jaya Pati. Mengetahui anaknya pulang beserta tuan puteri
dan pasukannya itu maka disambut dengan meriahnya. Baginda Raja Kulawandu
mengangkat Putera Jaya Pati menjadi raja di negeri Langgam Jaya bergelar Maharaja
Bikrama Indera Dewa. Syahdan maka negeri Langgam Jaya pun kembali ramai. Serta
dengan dipimpin Putera oleh Jaya Pati yang baik, maka kembali makmur negeri itu.
Berkat kemurahan hati Putera Jaya Pati maka rakyatnya pun semuanya berbahagia,
sehingga kekallah kebahagiaan Putera Jaya Pati dengan tuan puteri Candra Nurlela
itu.Tamat. (HRK, hal. 277-299)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
D. Kritik Teks
Kata ―kritik‖ berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya ―seorang hakim‖,
krinein berarti ―menghakimi‖, kriterion berarti ―dasar penghakiman‖. Kritik teks
memberikan dasar evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada
tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang
sedekat-dekatnya dengan teks aslinya (constitutio textus). (Siti Baroroh Baried, et, al.,
1994: 61).
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kritik teks sebagai
penilaian terhadap suatu teks dan memberikan alternatif perbaikannya untuk
mendapatkan teks yang baik dan benar.
Ada enam jenis kesalahan yang biasa terdapat pada naskah lama. dalam
naskah HRK kesalahan tersebut meliputi
1. Lakuna, yaitu pengurangan huruf, kata, suku kata, kata, atau bahkan kalimat.
2. Adisi, yaitu penambahan huruf, kata, suku kata, kata, atau bahkan kalimat.
3. Ditografi, yaitu perangkapan huruf, kata, suku kata, kata, atau bahkan kalimat.
4. Substitusi, yaitu penggantian huruf, kata, suku kata, kata, atau bahkan kalimat.
5. Transposisi, yaitu perpindahan huruf, kata, suku kata, kata, atau bahkan kalimat.
6. Ketidakkonsistenan penulisan, yaitu berupa penulisan yang berbeda dari suatu
kata atau frasa yang sama.
Kritik teks tersebut disusun dalam sebuah tabel. Tabel-tabel tersebut adalah
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 2
Lakuna yang Terdapat pada Teks HRK
No. Halaman:Baris Tertulis Arab Melayu Tertulis Latin Edisi
1. 6:7
denga segala dengan segala
2. 6:8
menengar mendengar
3. 25:7
menengar mendengar
4. 26:3
menengar mendengar
5. 57:3
menengar mendengar
6. 61:4
anakda anakanda
7. 90:9
nakku anakku
8. 97:9
dang dayang
9. 102:2
taguhkan tangguhkan
10. 103:2
apa kan apa akan
11. 106:6 basahan kain basahan
12. 113:4
dang dayang
13. 113:10
dang dayang
14. 122:5
taku takut
15. 127:4
kan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
16. 142:2
mari kemari
17. 147:5 jahat jahabat
18. 147:9
mencim mencium
19. 161:4
tia tiada
20. 163:7
ha hatta
21. 257:2
terla terlalu
22. 271:8
menengar mendengar
23. 272:1
sekian sekalian
24. 274:5
menengar mendengar
25. 283:9
menengar mendengar
Tabel 3
Adisi yang Terdapat pada Teks HRK
No. Halaman:Baris Tertulis Arab Melayu Tertulis Latin Edisi
1. 12:1
sunjud sujud
2. 15:5
pulak pula
3. 55:6
diperlajarinya dipelajari
4. 83:4
mari mandi mandi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
5. 86:9
kotam kota
6. 105:1
dayang
dangsangga
warna
dayang sangga
warna
7. 118:2 harebab rebab
8. 180:7
matimbullah timbullah
9. 259:1
terlentang telentang
Tabel 4
Substitusi yang Terdapat pada Teks HRK
No. Halaman:Baris Tertulis Arab Melayu Tertulis Latin Edisi
1. 5:2
apalah apakah
2. 6:5
perkasana perkasanya
3. 8:6
perinyatah perintah
4. 22:5
nyadurnya tidurnya
5. 30:10
kemanatah kemanakah
6. 37:10 tempah tempat
7. 43:5
sertha serta
8. 46:3
bersirahan bersiratan
9. 47:5
kepada kepala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
10. 70:4
zadah jadah
11. 74:2 andra candra
12. 109:8
berhadrat berhasrat
13. 110:6
canggi janggi
14. 158:6
sukuk suluk
15. 162:7
tita-tita tiba-tiba
16. 186:7
nekermanai tepermanai
17. 195:8
ngeranlah heranlah
18. 213:3
juaca cuaca
19. 224:4
hubatkan hambatkan
20. 226:10
sulpak suluk
21. 245:5
apatah apakah
22. 281:4
iyapun itupun
23. 290:1
ditentangnyanya ditentanginya
24. 295:5
bagibda baginda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 5
Ditografi yang Terdapat pada Teks HRK
No. Halaman:Baris Tertulis Arab Melayu Tertulis Latin Edisi
1. 3:8
karena raja
besar-besar
adapun akan
segala raja-raja
besar itu
karena adapun akan
segala raja-raja
besar itu
2. 95:4
tuan tuan tuan
3. 110:6
terbabangkanlah terbangkanlah
4. 198:7
dihadapan
dihadapannya
dihadapannya
5. 219:1
maka maka maka
6. 273:5
hendak
berhandak
hendak
7. 297:4
dadatang datang
4 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 6
Transposisi yang Terdapat pada Teks HRK.
No. Halaman:Baris Tertulis Arab Melayu Tertulis Latin Edisi
1. 251:6
mencangupaba
kan
mengucapkan
2. 286:6
diayabkan diabaikan
Tabel 7
Ketidakkonsistenan yang Terdapat pada Teks HRK.
No. Tertulis Terbaca Halaman Jumlah
1.
mengadap
(4:9), (4:10), (11:1), (18:3),
(26:1), (27:10), (28:1), (29:2),
(88:10), (93:2), (93:3), (94:2),
(103:4), (106:4), (141:9),
(149:3), (150:7), (151:10),
(152:10), (153:6), (156:5),
(161:7), (174:10), (181:5),
(219:4), (223:3), (242:9),
(244:4), (249:7), (252:1),
(252:8), (252:9), (257:3),
(258:7), (277:1), (283:8),
(283:10), (297:2), (298:4).
39
menghadap
(238:4), (238:6), (238:10),
(239:9).
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2.
pengadapan (32:1), (180:7), (283:1). 3
penghadapan
(10:9), (11:4), (228:5), (254:2),
(264:8).
5
3.
diadap
(2:8), (141:1), (257:4), (262:8),
(283:1).
5
dihadap
(38:3), (49:3), (198:7), (224:1),
(224:9), (228:5), (255:4),
(255:7), (255:8), (262:9),
(263:3), (264:9).
12
E. Suntingan Teks
1. Pedoman Transliterasi
Dalam transliterasi teks, digunakan tanda-tanda khusus sebagai berikut.
1. Angka di dalam kurung ((1), (2), (3),…) yang terletak di sebelah kanan baris
menunjukkan permulaan halaman naskah.
2. Kata, frasa, atau kalimat yang diberi angka (1, 2, 3) di kanan atas dapat dilihat
pada catatan kaki. Angka ini ditulis menempel pada kata, frasa, atau kalimat
yang dimaksud. Angka ini menunjukkan alternatif perbaikan yang dilakukan
penulis terhadap teks HRK.
3. garis miring dua (//), digunakan untuk menunjukkan akhir halaman dalam teks
HRK.
Pedoman ejaan yang digunakan dalam suntingan HRK ini adalah sebagai berikut.
1. Ejaan dalam suntingan ini disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia baku
menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2. Kosa kata yang berasal dari bahasa Arab dan Melayu yang sudah diserap ke
dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan EYD.
3. Kosa kata arkhais dan kosa kata yang menunjukkan ciri khas bahasa Melayu
ditulis dengan huruf tebal (bold).
4. Kosa kata dan istilah-istilah dalam bahasa Arab yang belum diserap ke dalam
bahasa Indonesia dan kosa kata khusus dalam bidang agama ditulis miring dan
sesuai dengan pedoman transliterasi.
5. Kosa kata yang berakhiran dengan ha ( ) ditulis apa adanya (tidak diubah),
sebagai ciri khas bahasa Melayu, misalnya nyatah, papah
2. Pedoman Transliterasi
1. Huruf ‗ain ( ) yang terletak di tengah dan disukunkan, diedisikan menjadi (k),
pada kosa kata yang telah diserap dalam bahasa Indonesia dan (‗) jika belum
diserap.
2. Kosa kata Arab yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia diedisikan
dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Tasydid ( ) dilambangkan dengan huruf rangkap pada kosa kata bahasa Arab
yang belum diserap dalam bahasa Indonesia, misalnya„azza wa jallā.
b. Tanda panjang alif () uaw ,( أ ), dan ya ( ) sebagai penanda vokal panjang
diedisikan dengan memberi garis di atasnya, yaitu ā, ū, ī.
c. Kata sandang (..ال) yang diikuti huruf kamariah dan terletak di awal kalimat
diedisikan dengan /al-/, dan /l-/ apabila terletak di tengah kalimat atau frasa
sedangkan kata sandang (..ال) yang diikuti huruf syamsiah diedisikan menjadi
huruf syamsiah yang mengikutinya.
d. Setiap kata, baik fiil maupun isim ditulis terpisah kecuali kata-kata tertentu
yang penulisannya sudah lazim dirangkaikan karena ada huruf atau harakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
yang dihilangkan. Dalam transliterasi ini, penulisan kata tersebut
dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya.
3. Huruf diftong, yaitu ( ) dan ( ) ditulis dengan vokal /au/ dan /ai/, misalnya
handai taulan.
4. Ta marbuthah yang mati atau sukun diedisikan dengan /h/ atau /t/, misalnya
berbuat.
5. Hamzah ( ) sukun ditransliterasikan dengan /k/ atau /‘/, misalnya encik.
6. Kosa kata yang merupakan dialek Melayu Minangkabau akan tetap ditulis apa
adanya dan diedisikan dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Penggunaan vokal /a/ pada kata-kata yang saat ini menggunakan vokal /e/,
misalnya dangan, naraka.
b. Penggunaan huruf hamzah ( ) untuk menunjukkan hambat akhir /k/ setelah
vokal, misalnya purak-purak.
Pedoman transliterasi yang digunakan dalam penyuntingan teks HRK adalah
sistem yang digunakan oleh Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(sekarang menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta) (Heijer,
1992:7). Akan tetapi, tidak semua fonem tercakup dalam sistem ini sehingga ada
penambahan beberapa fonem untuk melengkapi fonem-fonem bahasa Melayu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 8
Pedoman Translitrasi
No. Huruf Arab
Melayu
Nama Latin No. Huruf Arab
Melayu
Nama Latin
‗ .18 ` أ .1
2. B 19. Gh
3. T 20. F
4. S 21. Q
5. J 22. K
6. H 23. L
7. Kh 24. M
8. D 25. N
9. Z 26. H
10. R 27. W
11. Z 28. Y
12. S 29. C
13. Sy 30. G
14. Sh 31 P
15. Dl 32. Ng
16. Th 33. Ny
17. Zh 34. q/k
Catatan: Dalam teks HRK ini huruf dengan gambar atau dapat di translitrasikan
dengan G
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
3. 3. Suntingan Teks
Alkisah ini hikayat orang dahulu kala, diceterakan oleh orang yang
empunya cetera ini. Ada suatu negeri pada pihak Magrib Langgam Jaya nama
negerinya itu, dan nama rajanya Kulawandu. Maka terlalulah besar kerajaan,
serta dengan adil murahnya dan sangat limpah karunianya akan segala fakir
miskin dan kepada segala menteri hulubalang dan rakyatnya sekalian. Maka
terlalulah masyhur namanya raja itu daripada segala negeri yang asing-asing.
Syahdan maka terlalulah banyak dagang menteri berniaga ke negeri itu, maka
jadilah masyhur dan makmur.
Baginda itu // pandai mengambil hati sekalian dagang menteri,
daripada segala negeri asing-asing dan lagi terlalu pandai baginda itu
memuliakan hati segala menteri hulubalang dan rakyatnya, serta dengan segala
dagang menteri pun terlalulah sukanya pergi datang ke negeri itu.
Adapun akan raja itu tiada beranak, maka baginda pun bertitah kepada
biduanda, menyuruh pergi memanggil mangkubumi, maka mangkubumi pun
datanglah dengan segeranya. Pada tatkala itu baginda pun sedang ramai
diadap1 orang di balairung, serta sampai maka sembah mangkubumi, ―Daulat
tuanku syah alam Zhāla`l-Lāh fi `l-„ālam, ampun tuanku beribu-ribu ampun. //
Apa mulanya maka dipanggil patik kemari ini?‖
Maka titah baginda, ‖Hai mangkubumi, adapun hamba memanggil
saudara hamba ini, maka hendaklah saudara hamba memanggil segala ahli
alnujum. Karena hamba hendak menyuruh ia melihat di dalam nujumnya itu,
adakah hamba ini dianugerahkan Allah Subhānahu wa ta‟ālā anak akan hamba
atau tidak kah. Karena hamba ini sangatlah berkehendak akan putera laki-laki
1 Tertulis
2
1
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
seorang, karena raja besar-besar2 Adapun akan segala raja-raja besar itu jika
tiada ia beranak, tiadalah bercahaya negeri itu, karena anak itulah cahaya
negeri dan cahaya istana.‖ //
Maka sembah mangkubumi, ‖Sebenarnyalah seperti titah duli tuanku
itu, jika demikian banyaklah mana titah patik junjung keatas jamal patik.
Ampun tuanku, karena adat raja besar-besar apabila tiada berputera laki-laki
barang seorang pun, niscaya tiadalah kebajikan di akhirat kelaknya tuanku.‖
Maka mangkubumi pun menyembah kepada baginda, lalu ia menyuruh
pergi seorang orang besar memanggil segala ahli alnujum dan saterawan.
Maka segala ahli alnujum dan saterawan pun datanglah dengan segeranya
mengadap3 mangkubumi. Maka sekalian mereka itupun dibawa oleh
mangkubumi masuk kedalam mengadap4 baginda, serta datang // lalu sujud
sekaliannya pun pada baginda.
Maka titah baginda, ‖Hai segala ahli alnujum, kamu lihat apak5ah
didalam nujum kamu sekalian itu, adakah hamba ini beroleh anak atau
tiadakah?‖
Maka segala ahli alnujum dan saterawan itupun menyembah serta
membukakan nujumnya, dan serta membilang-bilang raumalnya itu seraya
tersenyum menggerak-gerakkan kepalanya. Telah sudah maka segala ahli
alnujum dan saterawan itupun sujud serta berdatang sembah demikian
sembahnya.
2 Tertulis
3 Tertulis
4 Tertulis
5 Tertulis
4
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
―Daulat tuanku syah alam, patik sekalian memohonkan ampun beribu-
ribu ampun penuh limpah sudi terjunjung diatas jamal patik sekalian. Ampun
// tuanku, jika duli tuanku hendak berputera, maka hendaklah tuanku derma
karunia akan segala fakir miskin, supaya mudah-mudahan dianugerahkan
Allah Subhānahu wa ta‟ālā duli tuanku beroleh putera laki-laki yang
sempurnanya seperti pahlawan dan perkasanya6 dan masyur pada segala ilmu
akan kesaktiannya, terlebih daripada duli tuanku akan martabatnya paduka
anakanda itu daripada berkah dengan7 segala mukmin dan segala fakir
miskin.‖
Setelah baginda mend8engar sembah segala ahli alnujum dan
saterawan demikian itu, maka baginda pun menyuruh memanggil penghulu
gudang, seraya ia disuruh membuka gudang mengambil emas dan // perak.
Telah sudah maka disuruhnya beri oleh baginda derma sedekah akan
segala fakir dan miskin. Maka segala fakir dan miskin pun jadi kayalah
daripada sangat banyak dikaruniai oleh baginda itu, dan beberapa pula di
anugerahi oleh baginda akan segala ahli alnujum dan saterawan itu daripada
emas dan perak dan serta dipersalin oleh baginda terlalu banyak akan dia.
Maka segala mereka itupun tunduk sujud menjunjung anugerah
baginda itu dan serta beberapa pula puji-pujian akan baginda itu. Maka
baginda pun berangkatlah masuk ke istana, maka sekalian mereka itupun
pulanglah masing-masing // ke rumahnya. Maka baginda pun duduklah
bersuka-sukaan dengan dengan segala isi istana serta dengan permaisuri, dan
6 Tertulis
7 Tertulis
8 Tertulis
4
7
8
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
beberapa pula baginda meminta doa kepada Allah Subhānahu wa ta‟ālā serta
baginda memohonkan anak yang sempurna serta budiman dan dermawan.
Hatta maka segala yang membaca surat inipun maklumlah perin9tah
baginda itu dengan permaisuri. Sehari-hari ia berkehendak akan itu tiadalah
berhenti siang dan malam, daripada ia meminta anak itu.
Bermula tiada berapa lamanya maka permaisuri pun hamillah, apabila
dilihat oleh baginda akan permaisuri hamil itu maka baginda pun // terlalulah
suka cita hatinya, makin bertambah-tambah pula ia kasih akan isterinya. Jika
hendak makan disuapnya dan jika hendak mandi dimandikannya oleh baginda
dan jika hendak tidur di elokkannya oleh baginda seperti menating minyak
yang panas. Demikian lakunya baginda kasih akan isterinya itu.
Setelah genaplah bulannya maka permaisuri pun menyakitlah hendak
berputera. Maka ketika itu langit pun membangun pelangi dan guruh pun
berbunyilah sayup-sayup antara ada dengan tiada. Maka hujan pun turunlah
rintik-rintik kepada enam belas hari bulan rajab kepada hari isnain // pada
ketika waktu matahari rembang maka permaisuri pun berputeralah seorang
laki-laki. Terlalu amat elok rupanya dan warna tubuhnya pun putih kuning
gilang-gemilang dan warna mukanya pun seperti bulan purnama empat belas
hari bulan kilau-kilauan cahaya mukanya.
Maka baginda pun terlalulah kasih dan mesranya, serta dengan suka
citanya seperti beroleh gunung emas rasanya. Lalu baginda pun menyuruh
memalu bunyi-bunyian kepada hari itu. Maka berhimpunlah segala menteri
9 Tertulis
10
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
hulubalang dibalai penghadapan10
, maka terlalulah ramainya. Maka segala
menteri hulubalang dibalai itupun sekaliannya masuklah kedalam istana //
mengadap11
baginda dan serta membawa persembahan kerbau, lembu,
kambing, ayam, itik, angsa dipersembahkan orang kepada baginda akan jadi
makanan orang hendak berjaga-jaga itu.
Maka baginda pun keluarlah ke balai penghadapan12
menyuruh orang
berjaga-jaga empat puluh hari empat puluh malam, serta dengan bersuka-
sukaan makan minum dan memalu bunyi-bunyian. Maka baginda pun
menyuruh mangkubumi pergi memanggil ahli alnujum dan saterawan
sekalian itu. Maka mangkubumi pun menyembah lalu menyuruh orang pergi
memanggil ahli alnujum dan saterawan sekalian. Maka mereka itupun
pergilah memanggil segala ahli alnujum dan // saterawan sekalian pun
datanglah serta sampai lalu sun13
jud menyembah kepada baginda.
Maka titah baginda, ‖Hai segala ahli alnujum tuan hamba sekalian lihat
apalah olehmu di dalam nujum tuan hamba sekalian, apa yang baik kita
namakan anakku ini?‖
Maka sekaliannya pun menyembah lalu membukakan nujumnya serta
membilang-bilang raumalnya lalu menggerak-gerakkan kepalanya seraya
sembahnya. ‖Daulat tuanku syah alam, ampun tuanku beribu-ribu ampun.
Serta patik mengharapkan diampun beribu-ribu ampun diatas jamal patik.
10 Tertulis
11 Tertulis
12 Tertulis
13 Tertulis
12
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Ampun tuanku, jika dengan kurnia duli yang maha mulia, maka beranilah
patik berdatang sembah.‖
Maka titah baginda, ‖Hai // ahli alnujum katakanlah oleh tuan hamba
supaya aku dengar baik dan jahat sekalipun, janganlah tuan hamba takut
melainkan aku serahkan kepada Allah Subhānahu wa ta‟ālā.”
Maka sembah segala ahli al nujum itu, ‖Ampun tuanku beribu-ribu
ampun, akan paduka anakanda baginda ini terlalulah sangat pahlawannya,
serta dengan perkasanya seorang pun tiada segala anak raja-raja didalam dunia
ini akan dapat melawan anakanda baginda itu. Tetapi akan paduka anakanda
baginda ini tiada berapa lamanya ia duduk bersama-sama dengan tuanku.
Syahdan bahwa akan datanglah fitnah yang besar kepada paduka anakanda
baginda itu.‖ //
Maka titah baginda, ‖Hai ahli alnujum daripada mazhab yang mana
datangnya fitnah itu?‖ Maka sembah ahli alnujum, ―Ya tuanku daripada
binatang empat kaki datangnya tuanku‖.
Setelah sudah maka baginda pun terlalulah duka cita, maka tiadalah
terkata kata lagi setelah itu. Maka sembah pula segala ahli alnujum itu. ‖Ya
tuanku maka janganlah sangat duli tuanku menaruh gundah dan masygul di
dalam hatinya tuanku ini. Adapun akan paduka anakanda baginda itu apabila
datang kepada tiga puluh tahun umurnya, maka bertemulah dengan paduka
anakanda baginda itu serta dengan selamat sempurnanya datang mendapatkan
tuanku. Beberapa pula banyak rakyatnya // yang datang itu serta dengan
paduka anakanda baginda itu. Ampun tuanku demikianlah pendapat patik-
patik sekalian ini.‖
13
15
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Demi didengar oleh baginda akan sembah segala ahli al nujum dan
saterawan demikian itu. Maka baharulah suka sedikit hati baginda olehnya.
Mendengarkan anakanda baginda itu datang pulak14
konon. Maka baginda pun
memberi anugerah akan segala ahli alnujum dan saterawan itu.
Hatta maka haripun malamlah, maka baginda pun berangkatlah
masuklah ke dalam istana. Setelah sudah maka segala ahli alnujum dan
saterawan menyembah baginda, seraya bermohon kembali ke rumahnya.
Maka permaisuri pun bertanya kepada baginda, ‖Ya kakanda, sudahkah //
dinamai anak kita ini?‖
Maka titah baginda, ―Tiadalah kakanda namai lagi, karena kata segala
ahli alnujum itu akan anak kita ini tiada konon berapa lamanya bersama-sama
dengan kita.‖
Maka permaisuri pun serta mendengar khabar yang demikian itu
maka hatinya pun berdebat-debar seraya berkata, ‖Ya kakanda, bagaimana
gerangan tiada lama dikata ahli alnujum itu khabarkanlah. Boleh adinda tahu
serta sedap hati adinda ini halnya tiada lama anakanda itu bersama-sama
dengan kita?‖
Maka baginda pun berceteralah akan segala kata-kata ahli alnujum
itu pada permaisuri. Setelah sudah didengarnya oleh permaisuri kata yang
demikian itu, maka permaisuri // pun pingsanlah tiada khabar akan dirinya.
Maka segeralah ditolong oleh segala isi istana akan permaisuri itu. Maka
permaisuri pun ingatlah akan dirinya daripada pingsan itu, lalu di peluk dan
diciumnya akan anakanda baginda itu serta ditangisinya demikian bunyinya.
14Tertulis
16
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
‖Wahai anakku dan buah hatiku dan cahaya mataku, dimana gerangan
bunda hendak cahari tuan kelak dan dimana gerangan bunda tanyai tuan dan di
laut mana gerangan bunda renangi dan di pantai mana gerangan bunda ikuti
tuan dan di teluk rantau mana gerangan bunda berjumpa dengan tuan. Kemana
gerangan bunda // sampai karena bunda ini perca perempuan, aduh biji mata
bunda.‖
Setelah sudah maka lalu dipeluk dan diciumnya kepala anakanda
baginda itu, maka segala orang yang mengadap15
semuanya itupun belas dan
kasihan hatinya melihat kelakuan permaisuri itu, serta mendengar
perkataannya itu. Maka semuanya pun merataplah seperti ombak mengelana
bunyinya suara orang di dalam istana baginda itu.
Adapun akan baginda kedua laki istri itupun tiadalah khabarkan
dirinya dua tiga kali pingsan, maka ditolong oleh mangkubumi seraya
berdatang sembah. ‖Ya tuanku syah alam, apa yang demikian?‖ Maka baginda
pun ingatlah akan // dirinya dan permaisuri pun ingatlah daripada pingsan itu.
Setelah sudah maka anakanda baginda pun dinamai oleh baginda
Putera Jaya Pati. Timang-timangan Putera Jaya Indera, maka dipeliharakan
oleh baginda akan anakanda baginda itu dengan sepertinya bagaimana adat
raja yang besar-besar. Demikianlah maka dipungut oleh baginda segala anak
orang besar-besar, akan jadi inang pengasuhnya akan anakanda baginda itu.
Maka menteri hulubalang yang ada beranak laki-laki dan perempuan,
kesemuanya di bawa persembahkan anak itu kepada baginda akan jadi
pengasuh Putera Jaya Pati. Semuanya itu // kanak-kanak belaka umurnya pun
baharu tujuh tahun.
15 Tertulis
17
18
20
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Maka Putera Jaya Pati pun sampailah kepada umurnya tujuh tahun.
Maka baginda pun beringatlah kepada kata ahli alnujum itu, maka tiadalah
baginda itu mau bercerai dengan anakanda barang sangat seketika jua pun.
Maka adalah kepada suatu hari baginda pun berangkat terbit ke padang
tempat bermain serta membawa anakanda baginda itu bermain-main serta
dengan segala budak-budak ke padang itu. Maka baginda pun tiadalah mau
bercerai barang seketika jua pun dengan paduka anakanda. Maka segala
budak-budak bermain-main itupun terlalulah ramainya di tengah // padang itu.
Maka baginda pun membawa anakanda baginda itu naik ke balai kecil duduk
melihat budak-budak bermain itu berdua dengan puteranya.
Maka Putera Jaya Pati pun terlalulah ingin hendak pergi bermain
bersama-sama dengan budak-budak yang banyak itu. maka Putera Jaya Pati
bermohonlah kepada ayahnya hendak pergi bermain dengan budak budak itu,
maka baginda pun tiadalah mau melepasakan anakanda baginda itu pergi
bermain dengan budak-budak itu. Maka baginda pun duduk bersandar di
bantal seraga itu.
Seketika maka angin pun bertiup sepoi-sepoi, maka baginda pun
terlalailah di bantal seraga itu. Maka dilihat // oleh budak-budak itu akan
baginda sudah lena itu maka budak-budak itupun berajaklah pergi bermain-
main bersama Putera Jaya Pati. Maka Putera Jaya Pati pun terlalulah amat
suka hatinya, serta melihat ayahnya tidur itu. Maka terlalulah ti16
durnya, lalu
ia pun turunlah perlahan-lahan pergi bermain-main bersama dengan segala
budak-budak itu.
16 Tertulis
22
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Sebermula maka tersebutlah perkataan ada seorang jin terbang di
udara, maka dilihatnya budak-budak banyak bermain itu maka pikirnya di
dalam budak-budak itu maka budak itulah anak raja di dalam negeri ini. Maka
terlalulah baik rupanya, tumbuhan dengan besar // panjangnya serta dengan
sikapnya pun terlalu perkasanya maka jin itupun turunlah ke bumi serta
menjadikan dirinya kuda emas seekor.
Setelah sudah maka iapun datang perlahan-lahan kepada tempat budak-
budak bermain itu. Setelah dekat maka dilihatnya oleh budak-budak itu akan
seekor kuda emas datang itu maka budak-budak yang banyak itupun berlari-
lari ke hadapan Putera Jaya Pati. Maka Putera Jaya Pati pun serta melihatkan
kuda emas itu, maka ia pun segeralah berlari-lari mendapatkan kuda emas itu.
Serta sampai lalu ditangkapnya kuda itu bulu kepalanya, setelah sudah maka
dilompatinya naik ke atas belakang // kuda itu. Setelah tetaplah Putera Jaya
Pati di atas belakang kuda.
Hatta maka kuda itupun berjalanlah perlahan lahan, lalu dilarikannya
ke dalam hutan menuju bukit Mahabiru perginya. Maka segala budak-budak
yang banyak itupun kesemuanya habislah tercengang-cengang melihat
kelakuan kuda itu melarikan Putera Jaya Pati. Maka sekaliannya budak-budak
itupun berlari-lari kembali serta dengan tangisnya. Setelah sampai maka
baginda pun terkejut daripada beradu itu. Maka dilihatnya oleh baginda akan
budak budak itu berlari–lari serta dengan tangisnya, maka baginda pun melihat
kepada anakanda baginda tempat // duduknya itu sudah tiada. Maka baginda
pun berdebar-debar rasa hatinya.
Maka titah baginda. ‖Hai budak-budak, mengapa maka engkau
sekalian ini berteriak-teriak?‖
24
23
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Maka kata budak-budak itu ‖Ya tuanku, akan paduka anakanda itu
sudah dilarikan oleh seekor kuda emas pergi ke dalam hutan beserta dia
tuanku.‖ Setelah baginda mend17
engar sembah budak-budak itu maka baginda
pun menangis, rebah pingsan tiada khabarkan dirinya.
Lalu gemparlah segala orang di dalam negeri itu mengatakan Putera
Jaya Pati sudah dilarikan oleh kuda emas ke dalam hutan. Setelah itu maka
segala menteri hulubalang // sekalian pun datanglah mengadap18
baginda dan
setengah pergi persembahkan kepada permaisuri.
Demi permaisuri mend19
engar sembah orang demikian itu, maka ia pun
tiada sadarlah akan dirinya, rebah pingsan. Maka segera datang ditolong oleh
segala isi istana serta disapunya dengan air mawar, maka permaisuri pun
sadarlah akan dirinya daripada pingsan itu. Maka segala menteri hulubalang
pun masuklah menolong baginda pingsan itu, maka disapunya oleh
mangkubumi muka baginda dengan air mawar. Maka baginda pun sadarlah
daripada pingsan itu lalu berangkat // masuk ke istana. Maka serta sampai
dilihat oleh baginda orang banyak menolong permaisuri pingsan itu maka
baginda pun pingsan pula, serta melihat hal permaisuri itu maka mangkubumi
pun segeralah pergi menolong baginda pingsan itu serta disiram dengan air
mawar.
Setelah sudah maka baginda pun sadarlah akan dirinya dan permaisuri
pun ingatlah daripada pingsan itu. Lalu menangis pula terlalulah gemuruh
bunyinya. Maka terdengarlah kepada segala isi negeri. Maka semuanya pun
17 Tertulis
18 Terulis
19 Tertulis
26
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
masuklah ke dalam kota lalu mengadap20
baginda dan segala bini // menteri
hulubalang sekalian pun masuk mengadap21
permaisuri. Serta sampai lalu
menangis bunyinya seperti tagar di langit, tiada apa kedengaran apalagi yang
lain hingga bunyi orang menangis juga tiga hari tiga malam tiada berhenti
menangis itu.
Hatta setelah sudah maka titah baginda menyuruh orang pergi
mencahari anakanda itu. Maka pergilah segala menteri hulubalang dan rakyat
sekalian mengikut kuda emas yang melarikan Putera Jaya Pati itu, lalu masuk
ke dalam hutan yang besar-besar yang tiada pernah sampai oleh segala
manusia dan kepada segenap gunung // lalu ke negeri orang sekalian habis
dicahari itupun tiada juga bertemu.
Maka masing-masing itupun pulanglah mengadap22
baginda serta
sampai lalu dipersembahkan segala hal ahwal ia pergi mencahari paduka
anakanda baginda itu tiada bertemu.
Maka baginda pun terlalulah sangat rindu dendam akan anakanda
baginda, maka permaisuri pun menangislah bergulung-gulung diatas peraduan
yang keemasan, serta menjatuhkan dirinya ke serambi istana itu serta dengan
ratapnya demikian bunyinya ratap dan tangisnya itu.
‖Wahai buah hatiku dan batu kepala bunda dan cahaya // mata bunda,
kemana gerangannya tuan pergi dengan seorang diri tuan, dimana gerangan
tuan berhenti dan di pulau mana gerangan tuan singgah dan di gunung mana
gerangan tuan bernaung dan di negeri mana gerangan tuan jalani dan di
20Tertulis
21 Tertulis
22 Tertulis
28
29
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
padang mana gerangan tuan lalui dan di taman mana gerangan tuan singgah
bermain dan di balai mana gerangan tuan berhenti dan di sungai mana
gerangan tuan renangi dan di telaga rantau mana gerangan tuan masuki. Wahai
diagunglah anakku tuan, wahai anakku marilah tuan cahaya mata bunda
kemanala23
h bunda hendak ikuti // tuan. Wahai dagang piatulah tuan dengan
seorang diri tuan didalam kasih bunda tiba-tiba tuan meninggalkan bunda,
dimana lagi bunda pergi mencahari tuan, karena bunda perca perempuan.‖
Maka segala isi istana pun belas hatinya lalu menangis sekalian, seperti
bunyi ombak mengelana lakunya. Tiadalah apa yang kedengaran lagi pada
segenap ceruk lorong itu, hingga bunyi orang menangis juga.
Syahdan maka negeri Langgam Jaya pun menjadi sunyilah seperti
orang sakit senegeri maka demikianlah rupanya. Maka baginda pun tiadalah
pernah keluar kebalai // pengadapan24
lagi, jika barang siapa tertawa dan
hingar disuruhnya hukumkan kepada orang itu. Sementara menanti orang
pergi mencahari paduka anakanda baginda itu. Demikianlah perintahnya
sehari-hari, negeri Langgam Jaya pun tiadalah orang menaruh suka sehari pun,
maka jadi sunyilah negeri itu.
Sebermula maka tersebutlah perkataan Putera Jaya Pati dilarikan oleh
kuda itu, adapun akan kuda itu asalnya daripada jin gufran yang amat tangkas
kesana kemari. Maka sampailah kuda itu keatas bukit maha biru itu setelah
sampai maka Putera Jaya Pati // pun jatuhlah dari atas kuda itu, maka Putera
Jaya Pati pun duduklah menangis seorang dirinya, ia teringat akan ayah
bundanya.
23 Tertulis
24 Tertulis
31
33
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Lalu maka kata kuda itu, ‖Hai anak manusia, janganlah tuan hamba
duduk menangis, karena aku dengar segala ahli alnujum dan saterawan akan
tuan hamba ini konon hendak masuk perang besar dengan segala jin dan peri,
dewa dan mambang, raksasa dan indera candra yang sakti, maka inilah aku
bawa engkau kemari ini baiklah engkau naik ke gunung ini pergi pada
Begawan Narada itu berguru kepadanya berbagai-bagai // ilmu dan
hikmahnya.‖
Setelah sudah kuda itu berkata demikian itu, maka kuda itupun gaiblah,
maka Putera Jaya Pati pun seraya berfikir didalam hatinya. ‖Jika demikian
baiklah aku ikut seperti kata kuda itu.‖
Setelah sudah ia berfikir maka ia pun naiklah keatas gunung itu, serta
diserahkan dirinya kepada Allah taala, ialah yang memelihara akan hambanya.
Maka beberapa pula ia melihat kakian Allah taala kepada tempat itu.
Maka ia lalu bertemu dengan orang yang bertapa diatas gunung itu terlalu
banyaknya. Maka serta dilihat oleh orang yang bertapa itu seorang kanak-
kanak // terlalu amat baik rupanya yang diatas itu, maka segera ditegur oleh
orang yang katanya. ‖Hai kanak-kanak, hendak kemana engkau terlari-lari
ini?‖
Maka sahut Putera Jaya Pati, ‖Tiada kemana sahaja, hamba hendak
bermain-main kepada tuan hamba disini.‖
Maka segala orang bertapa itupun heranlah melihat akan rupanya
Putera Jaya Pati itu, didalam hatinya. ‖Bukan budak ini anak orang keluaran
kelakuannya akan anak raja besar juga rupanya, maka sifatnya pun berlainan
daripada orang banyak dan pakaian pun lain juga‖.
34
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Maka kata segala orang bertapa // itu, ‖Marilah tuan pergi kepada
Begawan Narada dan kepada teratak hamba ini berhenti.‖
Maka kata kata Putera Jaya Pati, ―Baiklah‖. Lalu dibawanya duduk
bersama-sama, maka segala orang bertapa pun kemarilah melihat rupanya
Putera Jaya Pati itu. Maka kata orang yang bertapa itu, ‖Darimana tuan datang
ini dan anak siapa tuan hamba ini dan apa namanya tuan hamba ini?‖
Maka kata Putera Jaya Pati itu, ‖Adapun hamba ini anak maharaja
Kulawandu dan nama hamba Putera Jaya Pati.‖ Maka segala hal ahwalnya
daripada permulaannya datang kesudahannya // semuanya habis diceterakan.
Segala orang yang bertapa itupun heranlah dalam hatinya, bahwa
sesungguhnyalah ia ini anak raja besar juga lakunya ini. Adapun akan rupanya
jika makanan dapat dimakan jika minuman dapat diminum, maka segala orang
bertapa itupun membawa makanan daripada ubi dan pisang, nangka,
cempedak manggistan dan langsat, rambutan sekalian akan makanan Putera
Jaya Pati sebarang kadarnya.
Telah sudah Putera Jaya Pati makan segala buah-buahan itu maka
dibawanya kepada tempat25
Begawan Narada. Maka Putera Jaya // Pati pun
berjalanlah mengikut segala orang yang bertapa itu, setelah sampai ia keatas
gunung itu.
Maka pada ketika itu Begawan Narada pun sedang ramai dihadap26
oleh segala anak muridnya. Maka Putera Jaya Pati pun datanglah dibawa oleh
segala orang yang bertapa itu kepada Begawan Narada serta sampai, maka
Begawan Narada itupun tahulah akan Putera Jaya Pati anak maharaja
25Tertulis
26 Tertulis
37
38
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Kulawandu yang datang itu. Maka Begawan Narada pun menyuruh segala
anak raja-raja muridnya itu disuruh pergi mengelu-elukan Putera Jaya Pati itu,
serta sampai kepada // Putera Jaya Pati.
Maka anak raja-raja itupun memberi salam maka sekaliannya pun
disahut oleh Putera Jaya Pati “Wa „alaikum salām” Serta berjabat tangan
dengan segala anak raja-raja itu dipersilakan oleh tuanku mendapatkan
ayahanda beta Begawan Narada. Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya
berkata serta, ―Sukurlah hamba akannya bertemu dengan tuan hamba sekalian
ini, lagi pun sahaja hamba hendak mendapatkan ayahanda disini.‖ Maka ia
pun turut berjalanlah.
Setelah sampai ke balai // Begawan Narada itu, maka dilihat oleh
Begawan Narada. Maka ia pun turun memberi hormat akan Putera Jaya Pati,
maka Putera Jaya Pati pun menyembah kepada Begawan Narada, maka
Begawan Narada pun menyambut tangan Putera Jaya Pati lalu dibawa naik
duduklah dibalai bersama-sama. Maka Putera Jaya Pati pun berjabat tangan
dengan segala anak raja-raja itu.
Maka kata Begawan Narada, ‖Ya anakku Putera Jaya Pati pergilah
bermain ketaman ayahanda itu, melihat akan bunga-bungaan dan tanam-
tanaman ayahanda itu.‖
Maka Putera Jaya Pati pun // menyembah lalu ia pergi mandi dengan
segala anak raja-raja itu. Maka Begawan Narada pun menyuruh segala anak
raja-raja mambang kedua mengangkat hidangan akan santapan kehadapan
Putera Jaya Pati itu. Setelah sudah maka kata Begawan Narada, ‖santaplah
tuan barang-barang yang ada rupanya‖. Maka Putera Jaya Pati pun seraya
menyembah lalu makan bersama-sama dengan segala anak raja-raja itu.
39
40
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Setelah sudah makan maka makan sirih dan memakai bau-bauan. Maka
Begawan Narada pun mengunjukkan puannya kepada Putera Jaya Pati seraya
katanya, ‖Makanlah sirih anakku tuan sekalian.‖ Maka Putera Jaya Pati pun
menyembah // serta dengan segala anak raja-raja itu seraya menyambut puan
itu serta dengan beberapa hormatnya, lalu dimakannya sirih itu serta dengan
segala anak raja yang banyak itu, serta memakai bau-bauan.
Setelah sudah maka kata Begawan Narada, ‖Apa maksud anakku
datang kemari ini?‖
Maka sembah Putera Jaya Pati, ‖Ampun tuanku, akan patik ini
dilarikan oleh seekor kuda emas tuanku, lalu jatuh kegunung ini. Maka
daripada patik pergi tiada berketahuan, maka jadilah patik datang
mendapatkan tuanku hendak patik berguru dan bertapa kepada tuanku disini.‖
Maka kata Begawan Narada itu. ‖Adapun akan anakku ini jadi //
hulubalang besar, lagipun anakku hendak berperang dengan segala raja-raja
sakti. maka baiklah anakku berguru dan bertapa supaya jangan tewas anakku
daripada segala raja-raja itu.‖
Syahdan maka Begawan Narada pun mengajarlah akan serta27
orang
bertapa itu kepada Putera Jaya Pati. Maka Putera Jaya Pati pun bertapalah ia
bersama-sama dengan Begawan Narada itu. Maka segala pranata hikmah
orang berperang dan hikmah tikam menikam yang sakti itupun diperajarkan
oleh Putera Jaya Pati.
Hatta maka Putera Jaya Pati pun tahulah akan hikmah orang
menurunkan // hujan api dan batu dan hujan senjata dan beberapa pula hikmah
27 Tertulis
42
43
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
yang lain. Semuanya habislah diperajarkan daripada Begawan Narada itu,
karena sangat kasihnya terlebih daripada segala anak raja-raja itu.
Maka ada kepada suatu hari, maka diambil oleh Putera Jaya Pati suatu
lalang, lalu dicitanya, maka jadilah seekor kuda hijau lengkap dengan gang
pelananya serta alat pakaian kerajaan. Maka Putera Jaya Pati pun naiklah
keatas kuda itu lalu dipacunya bawa pergi bermain-main serta dengan segala
anak raja-raja itu. Akan sikapnya Putera Jaya Pati terlalu amat pantas //
kelakuannya memacu kuda itu, setelah sudah maka dikembalikan menjadi
lalang pula.
Setelah hari malam maka pulanglah masing-masing ketempatnya,
demikianlah kepada tiap-tiap hari akan Putera Jaya Pati pergi bermain-main
dengan segala anak raja-raja mencoba ilmunya berbagai-bagai kejadiannya
dan akan kesaktiannya.
Maka ada kepada suatu hari ia pergi bermain-main, maka Begawan
Narada pun tahulah sudah akan Putera Jaya Pati itu serta dengan segala
muridnya pergi mencoba ilmunya itu. Maka Begawan Narada pun menjadikan
dirinya raksasa terlalu amat besar panjangnya serta dengan hebatnya dan //
dahsyatnya akan rupanya pun tiada berketahuan dan matanya pun merah
seperti api bernyala-nyala dan taringnya bersirata28
n dan tubuhnya seperti
sebuah bukit.
Maka ia pun bertampak suaranya seperti halintar membelah
demikianlah bunyinya. Maka diusirnya segala anak raja-raja itupun habis lari
cerai-berai, seorang pun tiada bertahan karena terlalu dahsyatnya raksasa itu,
maka ia bertampak berhamburan air liurnya kehadapannya sendiri.
28 Tertulis
46
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum melihat kelakuam segala anak
raja-raja itu habis membawa dirinya tiada // berketahuan perginya itu. Maka
Putera Jaya Pati pun seraya bertampak serta melompat kehadapan raksasa itu
sambil ia membantun sepuhan kayu akan dipegangnya, lalu dipukulnya kepala
raksasa itu maka kayu itupun habis patah-patah tiada mengenai kepala29
raksasa itu.
Maka Putera Jaya Pati pun terlalulah amarahnya, maka lalu dicitanya
nama gurunya Begawan Narada yang diatas gunung itu, maka keluarlah
berbagai senjata daripada pedang dan panah kesaktian. Maka lalu dipanahkan
keudara, gemuruh bunyinya. Maka keluarlah api bernyala-nyala seperti
gunung, datang mengusir // raksasa itu.
Maka segera dipukul oleh raksasa itu dengan kayu, maka api itupun
habislah padam, maka raksasa itupun marah lalu mengeluarkan panahnya.
Maka dipanahnya keudara, maka keluarlah hujan batu akan menempati Putera
Jaya Pati. Maka segera dibalas oleh Putera Jaya Pati dengan panah awan,
maka hujan itupun tiada mengenai Putera Jaya Pati karena dilindungi oleh
awan itu.
Maka dipanahkan oleh raksasa itu dengan panah angin, maka awan
itupun habis mengelak. Segera dipanahkan oleh Putera Jaya Pati dengan panah
air // maka air itupun berombak-ombak datangnya itu hendak mengenai
raksasa itu, maka ia pun terlalulah marahnya.
29 Tertulis
48
47
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Maka segera dipanah oleh Putera Jaya Pati dengan panah bukit batu.
Maka terdendang dihadap30
an raksasa itu maka air itupun tiada boleh lalu
setelah dilihat oleh Putera Jaya Pati akan senjatanya tiada berguna itu maka ia
pun terlalulah marahnya.
Maka segera dipanah oleh Putera Jaya Pati dengan panah bukit besi
kurasani, maka bukit batu itupun habis terpelanting ditempa oleh bukit
kurasani itu. Maka raksasa itupun terlalulah marahnya, serta melihat //
senjatanya tewas itu maka segeralah ia pun memanah keudara. Maka anak
panah itupun menjadi naga terlalu besar panjangnya, maka terlalulah gemuruh
bunyinya datang itu hendak menelan Putera Jaya Pati. Maka segera dibalas
oleh Putera Jaya Pati dengan panah pamega, maka naga itupun habis putus-
putus dipegat oleh mega itu.
Adapun akan perang raksasa dengan Putera Jaya Pati itu tujuh hari
tujuh malam tiadalah berhenti, maka terlalulah ramainya perang itu seorang
pun tiada beralahan. Maka dilihat oleh segala anak raja-raja itu akan Putera //
Jaya pati dapat melawan raksasa itu, maka sekaliannya pun datanglah
perlahan-lahan berdiri dibaliknya Putera Jaya Pati.
Maka raksasa itupun menjadikan dirinya garuda, disitulah dilihat oleh
Putera Jaya Pati akan raksasa itu menjadi garuda terbang keudara. Hatta maka
ia pun segeralah menjadikan dirinya walimana lalu mengikut garuda itu
keudara, serta bertemu keduanya lalu berperanglah sambar-menyambar,
pagutt-memagut terlalu ramainya gegak gempita bunyi diatas udara itu.
Maka segala anak raja-raja itupun tercenganglah tiada terkata-kata
akan perangnya // itu dari masyrik datang ke magrib keduanya berperang itu.
30 Tertulis
52
50
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Seketika garuda undur dan seketika walimana undur. Tampak kelakuan
keduanya itu, maka dengan demikian maka Begawan Narada pun
mengembalikan rupanya seperti sediakala.
Setelah dilihat oleh Putera Jaya Pati akan gurunya Begawan Narada
yang dilawannya itu sudah pulang seperti rupanya sediakala itu, lalu ia datang
dengan segeranya menyembah kaki gurunya itu seraya berkata, ‖Ampun
tuanku beribu-ribu ampun akan dosanya patik, sekali-kali tiada patik ketahui
duli tuanku // ini yang patik lawan, ampun tuanku sangatlah harap patik akan
diampuni.‖
Maka Begawan Narada pun segera menyambut tangan Putera Jaya Pati
seraya katanya, ‖Janganlah tuan takut akan ayahanda, karena ayahanda hendak
melihat kelakuan tuan-tuan sekalian ini, beranikah atau tiadakah, jika tiada
bukanlah anak raja-raja yang gagah perkasanya itu.‖
Hatta setelah sudah maka dibawanya pulang naik ke balai duduk
bersama-sama dengan dia itu. Maka segala anak raja itupun sekaliannya
kemalu-kemaluanlah lakunya, lalu datang menyembah Begawan Narada dan
serta berjabat tangan dengan Putera // Jaya Pati, serta memberi hormat.
Maka Begawan Narada pun berkata, ‖Hai anakku Putera Jaya Pati,
baiklah anakku pergi mencahari guru yang lain pula, karena ilmu pada
ayahanda ini habislah sudah ayahanda ajarkan pada anakku‖.
Maka Putera Jaya Pati pun menyembah seraya katanya, ‖Adapun akan
diampun kurnia tuanku akan ini telah limpahlah patik junjung ke atas jamal
patik.‖
Setelah sudah maka hidangan pun diangkat oranglah ke hadapan
Begawan Narada dan Putera Jaya Pati dan segala anak raja-raja itu
53
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
sekaliannya pun // makanlah masing-masing kepada hidangannya. Setelah
sudah maka lalu makan sirih pada corong emas dan perak masing-masing
kepada corongannya dan serta memakai bau-bauan.
Hatta maka berapa lamanya akan Putera Jaya Pati duduk di bukit
mahabiru itu, maka segala ilmu hikmah dan bijaksana Begawan Narada itu
habis diperl31
ajarnya oleh Putera Jaya Pati dan diajari oleh Begawan Narada
itu.
Hatta datanglah kepada suatu hari maka Putera Jaya Pati pun
teringatlah akan ayahanda dan bundanya, lalu bertitik airmatanya seperti
embun luruh daripada // daunnya. Demikianlah pada ketika itu Putera Jaya
Pati pun berpikirlah di dalam hatinya, ―Jika demikian baiklah aku bermohon
kepada guruku ini.‖
Maka pada ketika yang baik Putera Jaya Pati pun bermohonlah kepada
gurunya itu. Syahdan katanya, ‖Ampun tuanku beribu-ribu ampun akan patik
hamba yang hina ini, lamalah sudah patik meninggalkan ayahanda bunda
baginda patik. Maka bagaimana gerangan hal baginda itu maka tiadalah patik
ketahui. Ampun tuanku, jika dilimpah ampun serta rahim akan patik maka
hendak bermohonlah // pada ke bawah duli tuanku, hendak kembali pulang ke
negeri patik itu.‖
Maka Begawan Narada pun belas kasihan hatinya mend32
engar
perkataan Putera Jaya Pati seraya berkata, ‖Baiklah anakku kembali, karena
ayahanda bunda baginda tuan itu sangatlah rindu dan dendam akan tuan.‖
31 Tertulis
32 Tertulis
55
57
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Maka Putera Jaya Pati pun tunduk berlinang-linang airmatanya, lalu ia
duduk sujud pada kaki gurunya itu menyembah dan berjabat tangan serta
minta ampun.
Maka segala anak raja-raja itupun datanglah menyembah dan berjabat
tangan dengan Putera Jaya Pati dan // berpeluk, bercium serta bertangis-
tangisan. Setelah sudah kata Putera Jaya Pati, ‖Tinggallah dan saudaraku
sekalian mana yang salah bebal hamba janganlah saudaraku ambil di hati
saudaraku kesemuanya‖.
Maka segala anak raja-raja itupun belas kasihan hatinya lalu menangis
seraya katanya, ‖Hai saudaraku Putera Jaya Pati, jikalau ada suatu hal
saudaraku dijalan atau dalam negeri orang sekalipun, maka citalah hamba apa
sekalian insya Allah taala segeralah juga hamba apa sekalian datang
mendapatkan tuan hamba.‖
Maka kata // Putera Jaya Pati, ‖Baiklah besarlah kasih saudara hamba
sekalian akan hamba yang dagang seorang diri.‖
Maka kata Begawan Narada, ‖Hai anakku Putera Jaya Pati, tuan
ambillah cambul hikmah ayahanda ini akan tuan, jika ada sesuatu hal anakku,
citalah nama ayahanda niscaya keluarlah empat orang pahlawan jin serta
dengan rakyatnya pun sekalian seperti jin dan dewa, mambang dan peri, indra,
candra beribu-ribu kati banyaknya, maka sekalian itu lengkap dengan alat
peperangan.
Maka dicitalah oleh Begawan Narada akan pahlawan jin empat orang //
itu, maka ia pun datanglah dengan segeranya keempat itu. Adapun namanya
pahlawan jin itu seorang bernama Sangga Mukasin dan seorang bernama Sang
59
60
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Kuda Kampa dan seorang bernama Sang Satyara dan seorang bernama Teratek
Semandu.
Maka keempat itupun datanglah lalu menyembah baginda, maka titah
baginda, ‖Hai hulubalangku yang keempat, engkau ini telah kuberikan kepada
anakku Putera Jaya Pati, jangan engkau apa melalui barang apa katanya itu
dan barang sesuatu pekerjaannya engkau kerjakan dengan sesungguh hati,
karena sudah aku berikan kepadanya.‖ //
Maka kata keempat pahlawan itu, ‖Baiklah mana titah duli tuanku,
patik sekalian junjung kerjakan dan tiadalah patik melalui titah duli tuanku itu,
jikalau patik melalui jadi durhakalah patik sekalian akan paduka anakan33
da
itu itu seperti patik durhaka pada ke bawah duli tuanku.‖
Setelah sudah maka pahlawan jin keempat itupun menyembah
Begawan Narada dan kepada Putera Jaya Pati lalu ia bermohon masuk
kedalam cambul hikmah itu. Maka cambul itupun diunjukkan kepada Putera
Jaya Pati, maka segera disambut oleh Putera Jaya Pati dengan sukacitanya
daripada gurunya Begawan Narada // itu.
Syahdan maka Begawan Narada pun seraya memeluk mencium akan
Putera Jaya Pati itu, maka Putera Jaya Pati pun berjabat tangan dengan segala
anak raja-raja itu sekaliannya dan serta bertangis-tangisan. Setelah sudah maka
Putera Jaya Pati pun bermohonlah kepada gurunya itu dan serta dengan segala
anak raja-raja itu. Setelah sudah maka lalu ia pun berjalanlah turun dari atas
gunung maha biru itu, berjalan mana sepergi kakinya masuk hutan, terbit
padang tiada berketahuan jalannya itu.
33Tertulis
62
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Antara berapa lamanya ia berjalan itu, hatta maka Putera Jaya Pati pun
// bertemulah dengan suatu padang yang teramat luas, maka beberapa lamanya
ia berjalan itu tiada juga berjumpa dengan hutan dan beberapa pula ia melalui
bukit dan gunung. Hatta maka sampailah kepada suatu persimpangan jalan,
lalu jatuh ketepi tasik Sumandra.
Bermula akan tasik itu airnya terlalu amat jernihnya, serta angin pun
bertiup sepoi-sepoi. Maka Putera Jaya Pati pun singgah kepada tempat itu,
seketika berhenti ditepi tasik itu. Maka air tasik itupun berombak-ombak,
maka ikan didalam tasik itupun timbullah seraya tertawa-tawa dan mengili-ili
lalu berkata, ‖Datang tuan // Putera Jaya Pati, anak maharaja Kulawandu
kami.‖
Maka Putera Jaya Pati pun terlalu heran, serta melihat tasik itu ikannya
pun pandai berkata-kata. Maka Putera Jaya Pati pun memuji-muji akan
kebesaran Tuhan yang maha mulia itu, maka lalu diambilnya kerangnya itu,
lalu dimakannya. Akan kulitnya itu dibuangkan kedalam tasik itu. Hatta
seketika lagi lalu timbul pula kulit kerang itu seraya tertawa, maka Putera Jaya
Pati pun heranlah akan dirinya.
Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun berjalanlah daripada tempat
itu. Seketika ia berjalan maka ia pun // berasalah letih, lalu ia berhenti dibawah
pohon kayu yang besar. Seketika duduk maka angin pun bertiuplah sepoi-
sepoi, maka Putera Jaya Pati pun akan mengantuk hendak tidur, maka ia pun
melihat kekiri dan kekanan maka terpandang kepada pohon delima dan
buahnya pun terlalu banyak bermasak-masakan.
Maka diambil oleh Putera Jaya Pati akan buah delima itu lalu
dimakannya, maka kulitnya itu dibuangkan kedalam tasik itu, maka kulit
63
65
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
delima itupun timbul serta berbunga dan berbuah seketika itu juga masak
buahnya. Maka Putera Jaya Pati pun // heranlah akan dirinya serta melihat
kebesaran Tuhan Rabbi „l-alamin.
Maka seketika ia duduk itu, maka ia pun mendengar suara orang
menegur dia itu, seraya katanya, ‖Hai manusia, ingat-ingat tuan hamba duduk
itu.‖
Maka Putera Jaya Pati pun terkejut serta mendengar suara itu, maka ia
pun berpaling kekiri dan kekanan mencahari akan suara itu. Maka ia bertemu
dengan tengkorak orang terguling ditanah. Maka kata Putera Jaya Pati, ‖Hai
tengkorak, engkaukah yang menegur aku tadi?‖
Maka sahut tengkorak itu, ‖Ampun tuanku, patiklah yang menegur //
tuanku itu.‖
Maka disahut oleh Putera Jaya Pati, ‖Siapa engkau ini dan apa
sebabnya maka engkau selaku ini?‖
Maka sahut tengkorak itu, ‖Ya tuanku, adapun patik ini hamba pada
kebawah duli tuanku dan kepada paduka ayahanda tuanku dan nama patik
Bujang Jura. Maka patik berhenti seketika disini maka angin pun bertiup
sepoi-sepoi, maka patik pun mengantuk hendak tidur. Seketika lagi maka
keluarlah raksasa seorang dari dalam tasik ini, serta dengan sebilah pedang
pada tangannya maka serta sampai lalu diparangnya patik dengan pedang itu.
Ampun tuanku, sebab itulah maka patik mengingatkan // tuanku jua, akan
patik kemari ini dengan suruhan paduka ayahanda tuanku juga. Ampun
tuanku, sekarang ini jikalau tuanku bertemu dengan barang sesuatu pun
hendaklah tuanku beringat baik-baik, karena tuanku seorang diri, tetapi insya
Allah taala tiada mengapa.‖
66
67
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Maka kata Putera Jaya Pati, ‖Baiklah hai tengkorak, tunggulah engkau,
aku hendak berjalan.‖ Maka kata tengkorak itu, ―Silakanlah tuanku berjalan
itu baik-baik‖.
Syahdan maka Putera Jaya Pati pun berjalan itu, adapun tempat
ditengah jalan itu ada sepohon kayu terlalu besar serta dengan rindangnya.
Maka // Putera Jaya Pati pun berhentilah dibawah pohon kayu itu, seketika
maka ia pun teringatlah akan pesan tengkorak itu, maka ia pun pura-pura tidur.
Maka angin pun bertiup sepoi-sepoi, maka ia pun beringatlah.
Maka datanglah raksasa itu dengan sebilah pedangnya, serta sampailah
diparangnya kepada Putera Jaya Pati dengan pedangnya itu. Maka Putera Jaya
Pati pun segeralah melompatlah ditangkapnya pergelangan tangannya raksasa
itu, maka lalu dirampasnya ambil pedang itu daripada tangan raksasa itu.
Maka dapatlah kepada tangan Putera Jaya Pati pedang raksasa itu, maka lalu
diparangnya // pedang itu juga kepada raksasa itu kena leher penggal dua,
maka raksasa itupun matilah. Maka Putera Jaya Pati pun suka citalah hatinya,
sebab ia beroleh pedang daripada raksasa haram j34
adah itu.
Syahdan maka Putera Jaya Pati pun berjalanlah pula ia dari situ dan
beberapa lagi ia melihat kemuliaan Allah Subhānahu wa ta‟ālā. Hatta berapa
lamanya ia berjalan itu, maka Putera Jaya Pati pun bertemulah dengan suatu
padang. Maka ditengah padang itu kelihatanlah suatu cahaya dari jauh. Maka
terlalu amat gilang-gemilang rupanya cahaya itu.
Maka Putera Jaya Pati pun menuju // cahaya itu. Berjalan seketika lagi,
maka dilihatnya pula seorang orang tuha berjalan ditengah padang itu. Hatta
34 Tertulis
71
69
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
maka Putera Jaya Pati pun segeralah mendapatkan orang tuha itu. Syahdan
telah sampai dekat, maka bertemulah keduanya. Setelah itu maka ujar Putera
Jaya Pati, ‖Hai orang tuha malam hamba hendak kemana itu, berhentilah
dahulu hamba hendak bertanya khabar sedikit‖.
Hatta maka orang tuha itupun memandang kepada Putera Jaya Pati,
maka lalu dikata orang tuha itu, ‖Ya anakku, hendak kemana tuan ini?‖
Maka kata Putera Jaya Pati, ‖Ya mamakku, adapun // hamba ini
hendak bertanya, apa yang bercahaya-bercahaya ditengah padang itu?‖
Maka kata orang itu, ‖Ya anakku orang muda, itulah mahligai tuan
puteri Candra Nurlela.‖
Maka kata Putera Jaya Pati, ―Apa nama mamakku ini dan nama
rajanya dan apa nama negerinya ini?‖
Maka diceterakannya oleh Malik Indera akan namanya dan nama
negeri itu serta nama rajanya itu raja Gangga Wijaya. Setelah sudah maka
orang tuha itupun bertanya pula, ‖Hai anakku orang muda, apa nama tuan
hamba ini dan darimana tuan datang kemari ini dengan seorang diri tuan
hamba ini?‖
Syahdan maka // diceterakan oleh Putera Jaya Pati akan segala hal
ahwal ia sesat berjalan, lalu jatuh kepada padang itu akan nama padang itu
Sandera.
Maka kata Malik Indera, ―Ya anakku orang muda, marilah tuan hamba
duduk berhenti dirumah hamba.‖ Maka kata Putera Jaya Pati, ―Baiklah.‖
Maka Malik Indera pun membawalah Putera Jaya Pati kerumahnya,
maka Malik Indera pun berfikir sambil ia berjalan itu, ―Bahwa sekali inilah
baharu aku beroleh anak angkat yang baik parasnya, dan serta diceterakan
72
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
pranata raja dalam negeri itu dan anak raja itu dua orang seorang perempuan
dan seorang laki-laki // namanya Indera Sumandralila dan yang perempuan itu
bernama puteri Candra35
Nurlela.
Adapun akan tuan puteri itu sudah bertunang dengan anak Raja Peri
namanya Raja Indera Warna, maka anak raja itu terlalu kesaktian. Maka
seorang pun tiadalah lebih dari segala anak raja-raja indera, candra, dewa dan
mambang peri sekalian itu tiada dapat melawan dia dan menantang matanya
pun tiada dapat, dan tiada boleh melalui kata-katanya itu.
Syahdan akan rupanya tuan puteri itupun terlalu amat baik parasnya,
dan mukanya pun bercahaya-cahaya seperti bulan // penuh purnama empat
belas hari bulan. Akan keningnya pun seperti nilam matanya seperti
mangnikam dan jarinya seperti pualam. Adapun akan sifatnya tuan puteri itu
tiadalah dapat dibagaikan dan dibandingkan pada jaman ini. Maka segala anak
raja-raja dari masyrik datang ke magrib sekaliannya pun gilalah akan tuan
puteri itu.
Beratus-ratus anak raja-raja menjadi gila karena tuan puteri itu sudah
ditunangkan dengan anak Raja Peri. Maka anak Raja Peri itupun daripada
kerasnya hendak dilawan oleh baginda itu tiada berlawan. Maka itulah
ditunangkan // oleh paduka ayahanda baginda tuan puteri itu. Maka tuan puteri
itupun tiada ia suka dan bundanya tuan puteri itupun tiada mau memberi tuan
puteri itu akan anak raja Peri itu. ―Demikian halnya hai anakku, katakanlah
bangsanya tuan akan mamak ini.‖
Maka Putera Jaya Pati pun berfikir dalam hatinya lalu dikatakannyalah
bangsanya itu. Maka Malik Indera pun berfikir seraya berkata, ―Bahwa
35 Tertulis
74
76
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
sesungguhnyalah tuanku ini anak raja besar dan bijaksana lagi dengan
perkasanya maka dapat tuanku sampai kemari ini serta katanya maukah tuan
akan tuan // puteri itu. Jika tuanku mau, patiklah pertemukan tuanku dengan
tuan puteri itu. karena patiklah menunggui taman tuan puteri itu dan patik
mengantarkan bunga-bungaan kepada tuan puteri itu.‖
Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum mendengar kata Malik Indera
itu, maka kata Putera Jaya Pati, ―Janganlah mamak hamba berkata demikian
itu, karena hamba ini orang dagang lagi garib. Bagaimana hendak
menyerahkan diri kepadanya itu lagipun gilakah tuan puteri itu membuangkan
yang kaya hendak mengambilkan orang miskin ini? Kedua, perkaranya tiada
dapat hamba melawan raja-raja // itu karena hamba ini tiada kesaktian.
Maka Malik Indera pun tersenyum mendengar kata Putera Jaya Pati
itu. Maka seketika berjalan itu, maka ia pun sampailah kerumahnya. Maka
Malik Indera pun membawa Putera Jaya Pati naik kerumahnya. Maka isteri
Malik Indera pun heranlah serta melihat rupanya Putera Jaya Pati itu. Maka
serupa dengan rupa tuan puteri, bagai orang bersaudara lakunya itu seraya
bertanya pada suaminya itu, ―Ya kakanda, darimana datangnya orang muda
yang baik parasnya ini? Seumur hidupku ini, tiada pernah aku melihat // yang
demikian ini, dan tiadalah ada bandingan daripada segala anak raja-raja
didalam negeri ini.‖
Hatta maka jawab Malik Indera itu, ―Adapun orang muda ini anak
angkat kita, pergilah diri bermasakkan nasi, kita perjamu ia makan.‖
Maka isteri Malik Indera pun segeralah bangkit pergi bermasak nasi
dan gulai berbagai enak rasa cita. Maka Malik Indera pun seraya membawa
Putera Jaya Pati pergi mandi ketaman tempat permandian tuan puteri itu.
78
79
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Hatta maka dilihatnya oleh Putera Jaya Pati serta dihimatnya akan
taman itu tujuh lapis, // pagarnya dan sasaknya berbagai-bagai kaca diseling
dengan gading, tempat tuan puteri mandi itu dan beberapa pula tempat
berupam dan berlimau tujuh tingkat bertatahkan ratna mutu mangnikam.
Berumbai-rumbaikan mutiara dan segala buah-buahan dan bunga-bungaan
dalam itupun bermasukkan dan segala bunga-bungaan pun berkembanganlah.
Maka Putera Jaya Pati pun mandilah pada tempat permandian tuan
puteri mandi itu. Setelah sudah maka Malik Indera pun membawa Putera Jaya
Pati pulang kerumahnya. Serta sampai lalu naik duduk seketika maka
hidangan pun diangkat // oleh isteri Malik Indera kehadapan Putera Jaya Pati.
Maka Putera Jaya Pati makanlah. Setelah sudah makan, maka makan
sirih serta memakai bau-bauan. Maka isteri Malik Indera pun bertanya pula,
―Ya kakanda, darimana juga datangnya orang muda ini dan anak siapa dan
daripada bangsanya?‖
Maka Malik Indera pun menceterakan kepada isterinya itu daripada
permulaannya datang kepada kesudahannya, dan lagipun anak raja besar juga.
Maka kata isteri Malik Indera, ―Ya tuanku duduklah tuanku di negeri ini, jika
tuanku berkehendak akan tuan // puteri itupun patiklah pertemukan tuanku.‖
Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum akan mendengar perkataan isteri
Malik Indera itu seraya berkata, ―Ya bundaku janganlah, bunda berkata
demikian itu. Manakah ia mau akan hamba ini orang dagang yang garib serta
dengan seorang diri. Lagipun tuan puteri itu sudah ia bertunang dengan anak
raja Peri itu, miskin dibuangnya oleh tuan puteri itu.‖
Maka dalam duduk berkata itu ada bunyi suara orang tertawa dan
mengelilingi terlalu ramainya. Seketika lagi maka dilihat oleh Putera Jaya Pati
81
82
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
orang banyak datang beriringan // dengan tuan puteri. Maka kata Putera Jaya
Pati, ―Hai bundaku, orang mana itu?‖
Maka kata isteri Malik Indera, ‖Ya tuanku, itulah puteri yang datang
itu ia hendak mari36
mandi. Jika anakku hendak melihat rupa tuan puteri itu,
berlindunglah tuanku pada tempat yang sunyi tuanku duduk.‖
Maka Putera Jaya Pati pun segeralah ia pergi berlindung dibalik
dinding itu. Maka tuan puteri pun datanglah serta dengan segala dayang-
dayang dan inang pengasuhnya lalu masuk kedalam taman itu bermain-main,
dan serta memungut bunga-bungaan dan buah-buahan dengan segala //
dayang-dayang itu.
Maka dilihat oleh Putera Jaya Pati akan rupanya tuan puteri itu, bahwa
sesungguhnyalah seperti kata Malik Indera tiada bersalahan, dan barang
kelakuannya pun sedap manis dipandang oleh Putera Jaya Pati itu. Maka
Putera Jaya Pati pun khayallah. Maka segera ia mengucap kebesaran Allah
Subhānahu wa ta‟ālā.
Maka Malik Indera pun heranlah melihat Putera Jaya Pati itu terlalulah
birahinya akan tuan puteri itu, daripada ia orang bijaksana, maka boleh
disamarkan dengan makan sirih pinang.
Syahdan maka, seketika lagi tuan puteri menyuruh seorang dayang-
dayang // pergi memanggil isteri Malik Indera itu. Setelah sampai lalu naik
suatu anak tangga, maka dilihatnya ada seorang orang muda terlalu baik
parasnya. Patut sekali dengan rupa tuan puteri itu, sedap manis jangan dikata
lagi akan rupanya orang muda itu.
36 Tertulis
84
83
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Sebermula akan rupa Malik Indera pun bercahaya-cahaya, sebab
terkena sinar muka Putera Jaya Pati itu. Maka dayang-dayang itupun heranlah
serta tercengang-cengang tiada terkata-kata. Maka segera ditegurlah oleh
Malik Indera katanya, ―Hendak kemana hai dayang?‖
Maka kata dayang-dayang itu, ―Hamba disuruh oleh tuan puteri
memanggil // tuan hamba.‖
Maka dayang-dayang itupun rebah pingsan. Maka Malik Indera pun
segera menyapu air kemuka dayang-dayang itu. Setelah sudah maka dayang-
dayang itupun sadarlah, lalu bangkit serta dengan letih lesunya. Maka
diawasnya orang bawa kembali kepada tuan puteri serta sampai.
Maka tuan puteri pun bertanya, ―Apa sebabnya maka dayang-dayang
demikian ini lakunya?‖
Maka diceterakan oleh Malik Indera segala hal ahwalnya itu kepada
tuan puteri. Maka tuan puteri pun tersenyum seraya menyuruh memanggil
pula kepada dayang-dayang yang lain. Lalu pergi pula dayang-dayang
memanggil diluar pagar Malik // Indera.
Maka Putera Jaya Pati pun bersembunyi pada suatu tempat. Setelah
sudah maka isteri Malik Indera pun memanggil dayang-dayang itu masuk
kedalam pagarnya. Maka dayang-dayang itupun naiklah kerumah Malik
Indera itu. Maka dilihatnya Putera Jaya Pati duduk bersembunyi itu. Maka
pikirnya sungguhlah seperti kata-kata itu.
Maka Putera Jaya Pati pun duduknya itu memandang kepada balik
muka dayang-dayang itupun seraya berkata kepada isteri Malik Indera, ―Tuan
86
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
dipanggil oleh tuan puteri ke taman kotam37
angsoka seketika hendak
bermain-main.‖ Adapun ia berkata-kata itu hatinya berdebar-debar. //
Maka kata isteri Malik Indera, ―Hai dayang-dayang, makanlah sirih
dahulu!‖
Maka dayang-dayang itupun makanlah sirih itu, setelah sudah makan
maka dayang-dayang itupun turunlah ia berjalan ketaman angsoka dengan
isteri Malik Indera mendapatkan tuan puteri ketaman itu, serta membawa sirih
sekapur diiringkan oleh dayang-dayang itu.
Maka kata dayang-dayang itu, ―Ya nenekku, siapa yang duduk
dirumah nenekku itu?‖
Maka kata isteri Malik Indera, ‖Itulah anak angkat beta, baharu datang
daripada berlayar.‖ Maka dalam berkata-kata itu ia pun sampailah ketaman itu,
lalu masuk mengadap38
tuan puteri.
Maka titah tuan puteri, // ―Mengapa maka nenek lambat datang, maka
aku duduk menanti lama disini.‖
Maka sembah isteri Malik Indera itu, ―Tuanku, patik hamba ini ada
susah sedikit.‖
Maka kata dayang-dayang itu, ―Ya tuanku, maka adalah seorang orang
muda dirumah nenek ini, maka terlalu amat baik rupanya patik lihat.‖
Maka kata tuan puteri, ―Hai nenekku orang muda mana dirumah nenek
itu?‖
37 Tertulis
38 Tertulis
88
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Maka sembah isteri Malik Indera itu, ‖Ya tuanku itulah anak angkat
nenek, baharu datang daripada berlayar tuanku.‖
Maka kata segala dayang-dayang yang pergi itu, ―Patik sekalian pun
heranlah melihat akan rupanya anak angkat // nenek itu seperti bulan purnama
empat belas hari bulan, bercahaya-cahaya mukanya seperti dapat diminum,
maka seorang pun tiada setaranya didalam negeri kita ini.‖
Maka kata tuan puteri, ‖Hai nenek, adakah sungguh seperti kata
dayang-dayang ini?‖
Maka sembah isteri Malik Indera itu, ―Sungguh tuanku, tetapi sayang
sedikit ia orang dagang yang garib.‖
Maka titah tuan puteri, ―Darimana datangnya itu, dan anak siapa dan
apa namanya dan apa mulanya ia datang kemari ini?‖
Maka sembah isteri Malik Indera itu, ―a39
nakku akan namanya Putera
Jaya Pati dan bangsanya daripada manusia // dan ialah anakmas Raja
Kulawandu dan nama negerinya Langgam Jaya. Sebab pun ia datang kemari
ini dilarikan oleh kuda emas, maka itulah halnya tuanku yaitu lalu jatuh
kemari ini, maka patik ambil akan anak angkat.‖
Maka tuan puteri pun tersenyum mendengar sembah isteri Malik
Indera itu. Maka pikir dalam hatinya, ―Sebagaimana gerangan aku hendak
melihat rupanya Putera Jaya Pati itu.‖ Maka tuan puteri pun seraya berkata,
―Beta pun heranlah tahu akan nenekku ada menaruh anak angkat yang baik
parasnya itu.‖
39 Tertulis
90
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Hatta maka kata tuan puteri, ―Betapa perinya // kita hendak melihat
rupa anak angkat nenekku itu, malu pula beta akan ia kalau-kalau tiada ada
tegurnya, siapa tahunya anak angkat nenek itu.‖
Maka sembah isteri Malik Indera itu, ―Ampun tuanku, batu kepala
patik janganlah bertitah demikian itu, maka beranikah patik membawa tuanku
batu kepala patik hamba tuha ini tuanku. Jika didengar oleh paduka ayahanda
dan bunda serta paduka kakanda tuanku, maka matilah patik dibunuhnya.‖
Syahdan maka kata tuan puteri, ―Bahwa sesungguhnyalah seperti kata
nenekku itu, tetapi kita hendak melihat dia itu bagaimana bicaranya?‖
Maka sembah // isteri Malik Indera itu, ―Maka adapun jika anak
manusia itu datang mengadap40
tuanku maukah tuanku menegur dia. Biarlah
patik membawa dia mengadap41
tuanku disini.‖
Maka kata tuan puteri, ―Baiklah nenek bawa ia kemari.‖ Sambil suka
tertawa seraya berkata, ―Malu-malu terdengar kepada paduka ayahanda bunda
maka itulah beta takutkan kalau tiada patuh salahnya.‖
maka pada penglihat isteri Malik Indera itu sangatlah tuan puteri
berkehendak akan hendak melihat Putera Jaya Pati itu. Maka sembah isteri
Malik Indera itu, ―Ya tuanku, Adapun akan Putera Jaya Pati sangatlah ia //
hendak pulang ke negerinya, sebab itulah ia hendak datang mengadap42
tuanku, karena bangatku nan ia hendak pulang itu katanya. Ampun tuanku
maka titah tuan puteri beta ini pun demikian juga hendak menyambut ia
40 Tertulis
41 Tertulis
42 Tertulis
92
93
94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
kemahligai beta ini pun tiada berani, kalau-kalau tiada ia mau pergi kelak
maka beroleh malulah beta akan dia.‖
Didalam tuan puteri duduk berkata-kata itu sambil tersenyum dan serta
berdebar-debar hatinya kalau-kalau Putera Jaya Pati itu pulang kenegerinya
maka kata tuan puteri, ‖Hai nenek, tinggalah dahulu beta hendak pulang.‖
Maka isteri Malik Indera pun menyembah seraya berkata, // ―Baiklah
tuanku, silakanlah tuanku pulang kemahligai, lagi pun hari sudah tinggi.‖
Setelah sudah maka tuan puteri pun berjalanlah pulang dengan
birahinya. Maka isteri Malik Indera pun pulanglah kerumahnya. Adapun
tuantuan43
puteri berjalan itu setelah sampailah ia kerumahnya, lalu
kemahligai itu. Setelah sudah maka tuan puteri pun sangatlah ia gila birahinya
itu tiada berketahuan lagi didalam hatinya itu, seperti hendak balik kerumah
Malik Indera pada rasanya. Maka lalu dibawanya tidur dan bermain-main
menghiburkan hatinya itupun tiada juga mau sembah makan, sangat // pula
birahinya itu.
Hatta maka dipanggilnya dayang-dayang itu kedalam peraduan, maka
katanya, ‖Hai kakak dayangku, sebagaimana gerangannya akan rupanya anak
manusia itu, baikkah daripada jin dan peri dan dewa dan mambang itu,
tiadakah ceterakanlah kepada aku dengan sebenarnya.‖
Maka sembah segala dayang-dayang itu, ―Ampun tuanku beribu-ribu
ampun, adapun akan anak manusia itu baiklah ia daripada jin peri dan dewa
mambang dan indera candra sekalipun tiada akan samanya dengan rupa anak
manusia itu kepada penglihatan patik. Lagipun serta dengan bijaksananya
terlebih manis barang lakunya itu dan suaranya pun // terlalu merdu
43 Tertulis
94
96
97
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
kedengaran tatkala ia berkata-kata itu dengan artawan dan dermawan serta
dengan sederhana barang lakunya pantas manis tiadalah bandingannya
didalam alam dunia ini pada penglihatan patik ini tuanku.‖
Maka tuan puteri pun makan sangat pula gila mabuk dan gairah birahi
didalam hatinya itu hendak melihat rupa Putera Jaya Pati itu. Maka dipanggil
pula dayang Sangga Warna. Maka ia pun segeralah datang lalu duduk
menyembah.
Maka titah tuan puteri, ―Hai daya44
ng Sangga Warna, pergilah diri lihat
rupanya Putera Jaya Pati itu, sungguhlah seperti kata segala dayang-dayang //
ini atau tiadakah, karena ia hendak pulang bangat konon ke negerinya. Maka
segeralah diri pergi beritahu akan nenek aku itu, serta katakan kita suruh tahan
ia dahulu anak angkatnya itu barang dua tiga hari sahaja. Dengan barang tipu
dia nenek itulah aku tahu akan adanya pada nenek juga.‖ Maka dayang Sangga
Warna pun seraya menyembah lalu turun segera berjalan pergi kerumah Malik
Indera.
Adapun pada tatkala itu maka Malik Indera pun serta dengan isterinya
duduk berkata-kata tiga dengan Putera Jaya Pati. Maka pada ketika itu dayang
Sangga Warna pun sampailah // ia kerumah itu, serta terlihat kepada Putera
Jaya Pati. Maka ia pun berpikir dalam hatinya akan orang muda ini hendak
pulang bangunnya. Maka inilah ia duduk berkira-kira.
Maka Malik Indera segera menegur dayang Sangga Warna katanya,
―Hai dayang, naiklah kerumah beta ini.
Maka ia pun naiklah keatas rumah, maka duduk dekat isteri Malik
Indera itu. Maka dayang Sangga Warna mengamat-amati akan memandang
44 Tertulis
98
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Putera Jaya Pati itu. Maka pikir dalam hatinya, ―Sungguhlah seperti kata
dayang Warna Pualam itu tiadalah lagi bersalahan.‖
Maka kata isteri Malik Indera itu, ―Hai dayang, apa // bicaranya maka
engkau datang kemari ini?‖
Maka kata dayang Sangga Warna itu, ―Adapun beta datang ini, disuruh
oleh tuan puteri mendapatkan nenek. Serta menyuruhkan nenek menahani
anak angkat nenek hendak pulang itu barang dua tiga hari sahaja.‖ Maka
segala titah tuan puteri itu semua pun disampaikan oleh dayang Sangga Warna
kepada isteri Malik Indera.
Maka kata isteri Malik Indera itu, ―Esok harilah ia hendak pulang.‖
Setelah didengar oleh dayang Sangga Warna akan kata isteri Malik Indera itu,
maka dayang Sangga Warna pun bermohonlah hendak pulang.
Maka Putera Jaya Pati pun // segeralah menegur dayang Sangga
Warna, ―Kemana kakak dayang ini datang dan apa kerjaannya gerangan
kakak?‖
Maka segera disahut oleh dayang Sangga Warna, ―Tiada kemana
sahaja, patik kemari mendapatkan nenek ini disuruh oleh tuan puteri.‖ Maka
Putera Jaya Pati pun tersenyum mendengar kata dayang Sangga Warna itu.
Setelah sudah maka dayang Sangga Warna pun menyembah,
bermohon pulang kepada Putera Jaya Pati. Lalu ia turun berjalan pulang.
Maka isteri Malik Indera pun memanggil Putera Jaya Pati. Maka ia pun datang
dekat.
Maka kata isteri Malik Indera, ―Ya tuanku, adapun akan dayang itu
disuruh oleh // tuan puteri memanggil tuan patik, katakan esok hari tuanku
101
100
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
hendak pulang, makan itulah disuruh tang45
guhkan serta tahani. Karena tuan
puteri itu hendak melihat rupanya tuan, konon maka tuan puteri hendak
menyuruh orang bermain tanduk wayang dihalaman mahligai tuan puteri,
sampai hamba membawa tuanku pergi melihat orang bermain-main itu.
Karena banyak orang melihat tiada mengapanya, jika dilihat orang pun tiada
akan jadi apa.‖
Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum mendengar kata isteri Malik
Indera itu serta katanya, ―Pergilah bunda kepada tuan puteri itu, // katakanlah
sembah kepada tuan puteri itu jika tuan puteri hendak mengasihi beta, apa
a46
kan banyak bicaranya, malu beta jika sesungguhnya tuan puteri itu suka
diatas beta. Pada malam inilah beta mengadap47
tuan puteri itu.‖
Serta demikian katanya, ―Kain basahan sambil berdiri, kain pualam
dalam istana. Suruhan daripada tuan puteri, kalam malam beta kesana.‖
―Talak nilam dalam istana, putik belimbing cantu-bercantu, kalam
malam beta kesana, jantik dendang bukakan pintu.‖
Maka isteri Malik Indera pun tersenyum mendengarkan pantun Putera
Jaya Pati. Setelah sudah // Putera Jaya Pati berpesan itu, hatta isteri Malik
Indera pun turunlah pergi ke taman mengambil bunga-bungaan dalam taman
itu, akan persembahan kepada tuan puteri. Supaya jangan dimurkai oleh tuan
puteri akan ia. Maka serta sampai lalu masuk keperaduan, maka
dipersembahkan bunga-bungaan dan buah-buahan itu kepada tuan puteri.
Maka titah tuan puteri, ―Apa haluan dibawa oleh nenekku ini?‖
45 Tertulis
46 Tertulis
47 Tertulis
103
104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Maka sembah isteri Malik Indera, ―Ampun tuanku, suatu pun tiada
hanyalah bunga dan buah delima juga akan persembahkan patik.‖
Maka tuan puteri pun tersenyum // seraya berkata, ‖Kita pun menyuruh
dayang dang48
Sangga Warna pergi kepada nenek kemarin itu, beta hendak
suruh orang bermain pelbagai permainan dihalaman balai ini. Nenek bawa
anak angkat nenek itu supaya beta boleh melihat rupanya.‖
Setelah sudah maka isteri Malik Indera pun berdatang sembah
demikian sembahnya, ―Ampun tuanku beribu-ribu ampun, patik hamba
dibawah duli tuan puteri, laki hamba yang khas. Ampun tuanku jika sungguh
tuan puteri hendak mengasihi akan anak angkat patik dagang itu, lagi garib
serta dengan hina seorang // dirinya. Terpelanting datang dibawa oleh angin
kepada patik. Maka janganlah tuan puteri bersusah-susah insya Allah taala
minta dipertemukan Allah taala jua pada malam dan siang hendak mengadap49
tuan puteri serta disuruhnya patik persembahkan pantun pada kebawah duli
tuan puteri demikian bunyinya.‖
―Salam yang teramat mulia. kain50
basahan sambil berdiri, kain pualam
dalam istana. Suruhan daripada tuan puteri, kalam malam beta kesana.‖
Talak nilam dalam istana, putik belimbing cantu-bercantu. kalam
malam beta kesana, jantik dendang bukakan pintu.‖
Setelah tuan puteri mendengar pantun itu, // maka ia pun tersenyum
sambil berkata, ―Arif sangat rupanya anak angkat nenek ini.‖ Maka segala
dayang-dayang itupun suka tertawa mendengar pantun itu.
48 Tertulis
49 Tertulis
50 Tertulis
105
106
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Hatta maka tuan puteri pun seraya membalas pantun itu, demikian
bunyinya, ―Titik bangkuan diseberang sana, terpenggal kebatang malapari.
Jika tuan orang bijaksana, silakanlah abang coba kemari.‖ Maka isteri Malik
Indera pun seraya tersenyum serta bermohon pulang kerumahnya, lalu turun
berjalan.
Setelah sampai kerumahnya itu maka isteri Malik Indera pun
tersenyum seraya duduk berkata, ―Hai anakku Putera // Jayapati, demikianlah
pantun tuan puteri itu, ―Titik bangkuan diseberang sana, terpenggal kebatang
malapari. Jika tuan bijaksana, silakanlah abang coba kemari.‖
Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum mendengarkan pantun tuan
puteri itu. Seketika duduk maka hari pun malamlah, maka segala dayang-
dayang tuan puteri pun berdatang sembah,‖Ya tuanku, adapun pada rasa hati
patik ini akan Putera Jaya Pati itu datang juga ia kemari pada malam ini. Baik
juga tuanku berhas51
rat akan makanan.‖
Maka titah tuan puteri, ‖Pada rasa hatiku pun demikian juga, tiada
dapat tiada akan datang juga // Putera Jaya Pati itu kemari pada malam ini.
Karena ia pun orang bijaksana.‖
Maka tuan puteri pun menyuruh bermasak nikmat berbagai-bagai
rupanya dan rasa citanya. Maka tuan puteri pun memakai pakaian yang
keemasan, serta memakai bau-bauan yang teramat harum baunya. Maka tuan
puteri pun duduk diatas peraduan serta membaca hikayat para bujangga Arifin
namanya. Akan suaranya tuan puteri itu seperti kumbang menyari bunga,
demikianlah merdu suaranya itu
51Tertulis
109
108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Bermula maka tersebutlah perkataan Putera Jaya Pati itu, setelah hari
pun malam maka Putera Jaya Pati // pun memakailah pakaian yang indah-
indah, serta memakai bau-bauan. Setelah sudah ia memakai itu lalu turun ke
taman. Maka diambilnya lalang, dipujanya akan lalang itu, maka jadilah
seekor kuda hijau lengkap dengan gang pelananya. Setelah sudah maka Putera
Jaya Pati pun naiklah keatas kuda itu serta katanya, ―Hai J52
anggi Ampar,
terba53
bangkanlah aku kemahligai tuan puteri itu!‖
Maka kuda itupun terbanglah kemahligai tuan puteri. Hatta setelah
sampai, maka Putera Jaya Pati pun melompat naik kemahligai itu seraya
katanya, ―Hai Janggi Ampar, pergilah engkau dahulu, dini hari sekarang
engkau // kemari!‖ Maka kuda itupun gaiblah.
setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun menolak pintu, lalu ia masuk
kedalam istana tuan puteri seraya duduk berdiri dibalik tirai dewangga yang
keemasan. Maka lalu terdengarlah kepada Putera Jaya Pati akan suaranya tuan
puteri membaca hikayat itu terlalu merdunya didengar oleh Putera Jaya Pati.
Hatta maka, Putera Jaya Pati pun tersenyum.
Arkian maka, mahligai tuan puteri itupun cerahlah seperti bulan masuk
kedalam mahligai itu, dan bau-bauan pun terlalulah amat harum baunya. Maka
tirai itupun berkata serta // dengan sukanya, ―Silakanlah tuanku mendapatkan
paduka adinda tuan puteri ada ia duduk menanti tuanku.‖
Maka terdengarlah kepada tuan puteri suara orang berkata-kata dan
menegur itu. Maka segala dayang-dayang pun berlari-lari datang serta
sembahnya, ―Silakanlah tuanku duduk.‖
52 Tertulis
53 Tertulis
110
112
111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum mendengar sembah dayang-
dayang itu. Maka Putera Jaya Pati pun berpantun demikian bunyinya,
―Cempedak berbuah dalam pakan, boleh tangar di pematang. Jika tiada pun
dipersilakan, mendengar madah tuan beta datang.‖
Maka segala dayang-dayang itupun ramailah tertawa-tawa seraya
berpantun, ―Buluh dibelah // ditepi kota, malapari condong kelubuk. Oleh
itulah patik persembahkan, daripada berdiri baiklah duduk.‖
Maka Putera Jaya Pati pun berjalan diluar tirai dewangga itu sambil
berpantun, ―Susun kelapa dikarang daya54
ng kembayat, bekas beradu didalam
bilik. Siapa gerangan membaca hikayat, suaranya terlintas kerumah malik.‖
Setelah didengar oleh tuan puteri akan pantun Putera Jaya Pati itu
maka hati tuan puteri pun berdebar-debarlah seraya berpikir dalam hatinya,
―Datanglah sudah Putera Jaya Pati ini.‖
Maka tuan puteri pun seraya mengikutkan pantun, ―Bunga dikarang
oleh daya55
ng merdu, Lela akan // senang didalam cambul. Siapa gerangan
bertanya itu, madahnya datang serta cumbu.‖ maka segala dayang-dayang
itupun tertawa sambil menutup mulutnya. Serta berkata, ‖Bijaksana sekali
orang ini.‖
Setelah didengar oleh Putera Jaya Pati akan pantun tuan puteri itu,
maka ia pun tersenyum seraya dibalasnya pantun itu, ―Pati dirapah malapari,
belanak dijala akan sahaya. Inilah bernama Putera Jaya Pati, anak maharaja
Kulawandu.‖
54 Tertulis
55 Tertulis
113
114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Maka Putera Jaya Pati pun seraya menyingkap tirai dewangga itu, lalu
masuk kedalam tirai itu. Maka dilihat oleh Putera Jaya Pati rupanya tuan
puteri itu gilang-gemilang // seperti bulan penuh purnama terang cuaca
demikianlah rupanya. Maka Putera Jaya Pati pun heranlah seketika tiada
khabarkan dirinya. Setelah ia sadar, maka tuan puteri pun berpantun, ―Ungka
dalam malapari, makan kalam habis selubuk. Sekian lama tuan berdiri, seperti
orang makan yang mabuk.‖
Maka Putera Jaya Pati pun seraya berpantun, ―Korek parit tambak
dihalaman, balai dibangun oleh laksamana. bagaimana hati tak siuman,
pinggang bagai setangkai bunga.‖
Maka tuan puteri pun menaruh hikayat, lalu berpantun, ―Dian dua
pelita pun dua, tualang dirumah laksamana. Kenal tidak // mengenal pun tidak,
tiba-tiba datang bertanya.‖
Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya berpantun, ―Rebab diratib
oleh biduan, akan pengulit raja beradu. Sebab pun beta menjadi rawan, isteri
malik membawa cumbu.‖
Maka tuan puteri pun tersenyum seraya diamat-amati akan rupanya
Putera Jaya Pati itu gilang gemilang warna tubuhnya, seperti cahaya
mangnikam cemerlang cahayanya bersinar. Akan cahaya pelita pun udamlah
karena sinar muka Putera Jaya Pati.
Syahdan maka hati tuan puteri itupun tiadalah tertahan lagi, lalu rebah
pingsan tiada khabarkan dirinya // itu. Hatta maka Putera Jaya Pati pun
segera mengambil air mawar lalu membasuh muka tuan puteri itu, maka tuan
puteri pun sadarlah akan dirinya. Telah itu maka tuan puteri itupun memuji-
muji akan kebesaran tuhan Rābbā `l-„ālamīn sedang yang dijadikan lagi
116
115
117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
sekian. Jika yang menjadikan lagi maka serta diisyaratkannya kepada dayang-
dayang itu menyuruh mengangkat hidangan kehadapan Putera Jaya Pati.
Maka hidangan pun diangkat oranglah kehadapan keduanya itu maka
tuan puteri pun seraya berpantun, ―Anak bondan menjala sepat, mencampak
jala didalam kolam. Jika tuan hendak bersahabat, // mengapa pula datang
malam?‖
Maka Putera Jaya Pati pun seraya tersenyum lalu berpantun,
―ha56
rebab kecapi bertali nilam, bilah temu dalam gantang. sebab pun beta
datangnya malam, beroleh cumbu waktu petang.‖
Maka tuan puteri pun tersenyum seraya menyuruh mengangkat akan
kursi kehadapannya Putera Jaya Pati. Maka dayang Sangga Warna pun
menyembah, lalu meletakkan kursi kehadapan Putera Jaya Pati sambil ia
berpantun, ―Titik belah akan bangkuan, dibelah temu dibatu besi. Datanglah
duduk arif bangsawan, sudahlah patik meletakkan kursi.‖
Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum lalu duduk // seraya berpantun,
―Batang selasih tiada berduri, bilah temu dibatang keduduk. Datanglah kursi
daripada tuan puteri, sudah bercumbu lalu duduk.‖ Maka Putera Jaya Pati pun
duduklah diatas kursi dalam istana itu bersama dengan tuan puteri, duduk
berpantun dan bersuluk.
Hatta maka tuan puteri pun menyuruh mengangkat hidangan pula
daripada segala jenisnya aneka bagai rasanya. Maka hidangan pun diangkat
oranglah, lalu diletakkan kehadapan keduanya itu. Setelah sudah keduanya
santap, maka minuman pula diangkat kehadapan Putera Jaya Pati seraya
56 Tertulis
118
119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
berpantun, // ―Nobat berbunyi dinihari, akan pengawalku Maharaja Peri.
Serbat diminum bukannya khayali sehingga pengobat hati birahi.‖
Maka tuan puteri pun seraya mengambil piala yang bertatahkan ratna
mutu mangnikam. Maka dituangnya serbat itu, lalu diunjukkannya kepada
Putera Jaya Pati. Maka segera disambut oleh Putera Jaya Pati akan piala itu,
lalu diminumnya. Serta sudah maka Putera Jaya Pati pun menuangkan pula
minuman, lalu diunjukkan kepada tuan puteri. Maka tuan puteri pun
minumlah. Setelah sudah, maka kata tuan puteri, ―Gilakah tuan ini, maka mari
mahligai beta // ini?‖
Maka jawab Putera Jaya Pati, ―Jika gila pun karena tuan juga.‖ Seraya
berpantun, ―Bidadari mambang daun tawaran, bermain diatas kota. Memberi
bimbang tambahan rawan, tuanlah jadi cermin mata.‖
Maka tuan puteri pun tersenyum seraya berpantun, ―Sungguh pun
banyak kuda di padang, ada seekor bangun bertulis. Sungguh pun banyak
muda ku pandang, hanyalah tuan kiat menjelis.‖
Maka tuan puteri pun menundukkan kepalanya malu rasanya tuan
puteri itu, maka Putera Jaya Pati pun seraya tersenyum lalu katanya, ―Beta pun
hendak bermohonlah kepada tuan puteri karena // malu beta dan hari pun
hampir akan siang.‖ Maka kata tuan puteri, ―Hendak pulang kemana ini, ke
rumah Malik Inderakah atau hendak pulang ke negeri kah?‖
Maka kata Putera Jaya Pati sambil tersenyum, ―Beta ini hendak pulang
ke negeri beta, duduk pun tiada pekerjanya lagi. Maka beta pun takut57
karena
seorang diri. Lagi pun terselat di negeri orang.‖
57 Tertulis
121
120
122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Maka pikir didalam hatinya tuan puteri, ―Jika sudah pulang Putera Jaya
Pati ini, tiadalah dapat aku mencahari suami yang demikian ini.‖
Maka hati tuan puteri pun berdebar-debar seperti hendak menangis.
Mukanya pun merah seperti bunga raya, dan segala dayang-dayang // pun
kepilu-piluan mendengar kata itu. Maka tuan puteri pun menyuruh
mengunjukkan puannya sambil berpantun demikian bunyinya, ‖Dari pauh
mambang ia dari, patah cokmar penggalkan lagi. Dari jauh datang kemari,
sedang kamar ditinggalkan pergi.‖
Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya berpantun, ―Kijang jantan
dihambat kelana, mati berlaga di gandasuli. Dendam tuan tiada akan lama,
segera juga beta kembali.‖
Maka tuan puteri sukalah sedikit hatinya lalu tertawa seraya berpantun,
―Tumpah padi dipohon kapas, raja berangkat datang berlabuh. Remuk mati
akan melepas, mati abang tiada akan sungguh.‖
Maka Putera Jaya Pati // pun berfikir didalam hatinya, ―Bijak sekali
tuan puteri ini, sayangnya ia sudah bertunang. Didalam pada itupun insya
Allah taala aku ambil juga, maka puas hatiku.‖
Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun berpantun pula, ―Air bah
didalam kota, keladi siamang bulunya kasar. Jika berubah bagai dikata,
bukanlah inang anak raja besar.‖ Maka segala dayang-dayang itupun lalu
tertawa. Maka malampun akan fajar menyingsing, hari akan siang. Maka
Putera Jaya Pati pun bermohonlah kepada tuan puteri, lalu keluar dengan asik
hatinya.
123
124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Syahdan maka dicitanya Janggi Ampar, maka kuda itupun datanglah, //
maka Putera Jaya Pati pun naiklah keatas kuda itu seraya katanya, ―Hai Janggi
Ampar terbangkanlah aku kerumah Malik Indera itu!‖
Maka kuda itupun terbanglah menuju rumah Malik Indera, setelah
sampai maka Putera Jaya Pati pun turunlah dari atas kuda seraya berkata, ―Hai
Janggi Ampar, pergilah engkau petang sekarang mari!‖ Maka kuda itupun
gaiblah dengan seketika itu juga. Setelah sudah, maka Putera Jaya Pati pun
naiklah kerumah Malik Indera. Maka Malik Indera pun heranlah dua laki isteri
melihat kesaktian Putera Jaya Pati itu, berpikir didalam hatinya. ―Dapat juga
Putera // Jayapati ini mangambil tuan puteri itu, karena ia terlalu saktinya.‖
Maka Malik Indera pun keduanya tersenyum seraya berkata,
―Silakanlah tuanku duduk.‖
Maka Putera Jaya Pati pun duduklah, maka hidangan pun diangkat
oleh isteri Malik Indera itu. Telah sudah maka Putera Jaya Pati pun tersenyum,
lalu santap dengan Malik Indera. Serta sudah santap sirih dan memakai bau-
bauan maka Putera Jaya Pati pun berkata kepada Malik Indera kedua laki
isterinya, ―Hai mamakku hamba kedua, beta mohon hendak pergi bermain-
main melihat termasa negeri ini petang sekarang // beta pulang.‖
Maka kata Malik Indera kedua laki isterinya, ―Baik-baik tuan pergi itu
dengan seorang dirinya tuanku, kalau-kalau ditempuh langgar orang jadi tiada
baik. Karena tuanku anak raja besar, dimana a58
kan dikenal orang.‖
Maka kata Putera Jaya Pati, ―Tiada mengapanya hai ibuku, beta pergi
pun tiada beta mendapatkan orang. Sekedar beta pergi hendak melihat
kelakuan orang jangan diperkononkan orang.‖ Setelah sudah berkata-kata,
58 Tertulis
127
126
125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
maka Putera Jaya Pati pun turunlah berjalan menuju keluar kota negeri itu,
sambil ia melihat kelakuan negeri.
Setelah sampailah keluar kota, lalu ia menuju ada suatu bukit // padang
terlalu luasnya, serta dengan elok ratanya padang itu dan adapula sebuah bukit
yang lain terlalu besarnya dengan tingginya ditengah padang itu. Maka bukit
itu tiada pernah barang siapa pun boleh naik keatasnya. Maka Putera Jaya Pati
pun berhentilah di kaki bukit itu serta melihat kakian Allah Subhānahu wa
ta‟ālā berbagai-bagai pranatahnya dan rupanya itu. Seketika duduk maka
panas pun sangatlah kerasnya.
Sebermula maka tersebutlah perkataan adalah dua ekor jin duduk
berbantah dibalik bukit itu. Maka ia dakwai adalah suatu panah kesaktian,
maka ia berdakwai kata seorang // akan panah itu aku yang empunya dan kata
seorang pula aku yang empunya panah ini. Demikianlah dakwainya kedua jin
itu, maka seorang pun tiada pernah sampai pada tempat itu dan segala
binatang pun tiada barang sesuatu bangsanya. Maka ia kedua itulah sahaja
duduk berbantah.
Seorang memegang anak panah dan seorang memegang ibu panah itu,
demikianlah kelakuan jin kedua itu. Antara berapa lamanya ia duduk
berdakwai itu tiada juga selesainya. Bagaikan hendak berbunuh-bunuhan.
Keduanya itu sama keras dan sama berani seorang pun tiada mau beralahan.
Kedua itu sama berkehendak akan // panah itu.
Hatta maka, Putera Jaya Pati pun berjalanlah pergi kepada tempat itu.
Seketika berjalan maka Putera Jaya Pati pun sampailah kepada tempat itu,
dilihatnya jin dua ekor duduk berdakwai. Setelah dilihatnya maka kata Putera
Jaya Pati, ―Hai jin, apa sebabnya maka engkau kedua ini duduk berbantah
128
130
129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
kepada tempat ini sebagai akan hendak berbunuh-bunuhan lakunya dan pusaka
apa yang engkau berdakwai itu?‖ Maka jin kedua itupun terkejutlah hatinya,
serta disahutnya suara Putera Jaya Pati itu. Maka ia pun berasa takut didalam
hatinya serta terpandang kepada Putera Jaya Pati itu.
Hatta maka // kata jin itu serta dengan lemah lembutnya, ―Hai manusia
yang baik paras dan sempurna budi bicara serta budiman lagi arif bijaksana
dan pandai berkata-kata terus bicara. adapun kami berdakwai ini, maka adalah
suatu panahan kami berjumpa diatas bukit ini. Maka kami dua orang
berjumpa, seorang berjumpa anak panah itu dan seorang berjumpa ibunya
panah itu. Maka inilah kami berdakwaikan. Maka harta ini pusaka datuk
nenekku, maka tiada ada seorang pun hendak memutuskan dakwai ini. Maka
hamba pintalah tuan hamba tolong selesaikan pekerjaan // ini, dengan karena
Allah taala.‖
Setelah sudah maka kata Putera Jaya Pati, ―Baiklah, tetapi jika tuan
hamba kedua ini mau mendengarkan bicara hamba, maka boleh hamba
selesaikan dengan mudahnya juga.‖
Maka jin kedua itupun berkata, ―Hai manusia, mau juga hamba
dengarkan bicara tuan hamba itu. Jika tiada hamba apa kedua ini
mendengarkan, tiadakah juga selesainya pekerjaan ini sampai akan mati pun
tiada juga putusnya dakwai ini.‖
Maka kata Putera Jaya Pati, ―Jika demikian, apa perkenaannya
panahan ini dan apa kejadiannya?‖
Maka kata jin kedua itu, ―Adapun perkenaannya panahan ini terlalu //
kesaktiannya, sebarang apapun yang kita berkehendak itu citalah, maka
keluarlah berbagai-bagai rupanya dan serta sudah kita panahkan, seketika kita
132
133
131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
panggil pula kembali ia mendapatkan kita dengan segeranya. Demikianlah
pranatahnya panahan ini.‖
Setelah didengar oleh Putera Jaya Pati seperti kata jin itu maka Putera
Jaya Pati pun suka citalah didalam hatinya seraya berkata, ―Jika demikian itu,
berilah akan hamba panah itu supaya hamba panahkan. Maka tuan hamba
kedua ikutilah akan anak panah itu, jika barang siapa yang dapat, ialah yang
empunya dia ini yang sebenarnya. Maka demikianlah hukumnya // yang
hamba ketahui. Maka jadilah tuan-tuan siapa empunya harta ini maka ialah
yang dapat.‖
Maka kata jin kedua itu, ―Sebenarnyalah seperti bicara tuan hamba ini,
maka hamba kedua pun sukalah seperti hukum tuan hamba itu.‖
Hatta maka jin kedua itupun kabullah, setelah sudah maka Putera Jaya
Pati pinta panah itu. Maka ia pun memberilah panah itu kepada Putera Jaya
Pati, setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun memegang panah itu seraya
katanya, ―Hai tuan hamba kedua, hamba telah bersungguh-sungguh hati
barang siapa yang dapat beruntunglah orang itu.‖
Setelah sudah berkata-kata maka Putera Jaya Pati pun melepaskan //
anak panah itu berdengung-dengung bunyi perginya itu. Hatta maka jin kedua
itupun berlari-larilah menghambat anak panah itu, rebah bangkit berdahulu-
dahuluan keduanya, sambil ia berkelahi keduanya itu hendak berdahulu-
dahuluan. Jatuh terpelanting tertiarab itupun bangkit lari juga bersungguh-
sungguh hatinya mengikuti akan anak panah itu.
Maka tiada juga beralahan seorang pun, maka yang dirasa pula ia
kedua itu lari berdahulu-dahuluan. Maka yang kemudian itu dipegangnya
tangan yang dahulu itu ditariknya maka bertempur dan bergocoh telentang
134
135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
tiarab keduanya. Bangun lari pula jin yang tiada berakal keduanya itu,
tiadalah ia // berhenti barang sesaat jua pun, karena keduanya sama
berkehendak akan panah itu.
Hatta maka Putera Jaya Pati pun mencita balik anak panah itu, maka
anak panah itupun datanglah mendapatkan ibunya. Maka jin tiada berbudi
kedua itupun tiadalah tersebut lagi kelakuannya. kemana-mana perginya itu
tiada diketahuinya. Syahdan maka Putera Jaya Pati pun berjalanlah pulang
menuju jalan kerumah Malik Indera, serta dengan suka citanya, karena beroleh
panahan itu.
Hatta maka tiada berapa saat akan berjalan itu maka ia pun sampailah
kerumah Malik Indera itu, maka serta // sampai lalu ia naik keatas rumah itu,
maka segeralah ditegur oleh Malik Indera kedua laki isteri itu seraya berkata,
―Silakanlah tuanku duduk.‖
Maka Putera Jaya Pati pun duduklah berkata-kata dengan Malik Indera
itu. Seketika duduk itu maka hari pun hampir akan petang, maka Putera Jaya
Pati pun bangun pergi mandi. Setelah sudah lalu naik kerumah, maka
hidangan pun diangkat oleh isteri Malik Indera itu kehadapan Putera Jaya Pati.
Maka ia pun makanlah, setelah sudah lalu makan sirih dan memakai bau-
bauan serta memakai selengkap pakaian kerajaan.
Seketika itu maka // hari pun malamlah. Maka ia pun mencitalah
kudanya Janggi Ampar. Maka kuda itupun datanglah serta dengan lengkapnya.
Maka Putera Jaya Pati pun naiklah keatas kuda itu, setelah sudah maka Putera
Jaya Pati, ―Hai Janggi Ampar, terbangkanlah aku kemahligai tuan puteri itu!‖
Maka serta sampai Putera Jaya Pati pun melompat naik keatas mahligai
tuan puteri itu seraya berkata, ‖Hai Janggi Ampar, pergilah engkau. Barang
136
137
138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
kala aku panggil maka datanglah engkau dengan segeranya.‖ Maka kuda
itupun gaiblah.
Maka Putera Jaya Pati pun berjalanlah masuk kedalam istana tuan
puteri, maka tuan puteri pun sudah ada khadir menanti. Maka // Putera Jaya
Pati pun sampailah. Maka dipersilakan oleh tuan puteri. Maka ia pun duduk
bersalam-salam dengan tuan puteri itu, serta bermain-main dan berpantun
bersuluk terlalu ramainya dalam istana tuan puteri itu.
Dengan demikian itu tiga hari tiga malam akan Putera Jaya Pati duduk
melakukan kesukaannya makan dan minum serta dengan pantun suluknya.
Maka Putera Jaya Pati pun mabuklah seperti orang makan cendawan, dihasut
akan kasihnya kepada tuan puteri itu.
Syahdan maka tuan puteri pun tiadalah dapat bercerai seketika jua pun,
maka inangda tuan puteri pun seraya berpantun, ―Pinang muda // jangan
disalai, jika disalai hilanglah rasa. Orang muda janganlah lalai, jika dilalai
nyawa binasa.‖
Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya berpantun, ―Perisai bertali
rambut-rambut, didandan akan cemara. Adakah besi tahu kan takut, adakah
muda gentar akan mara.‖ Maka tuan puteri pun tersenyum seraya berpantun
dalam itu. Maka hari pun sianglah, maka Putera Jaya Pati pun tiadalah ia
pulang kerumah Malik Indera lagi.
Syahdan maka pada hari itu pesuruh daripada Raja Peri pun datanglah
akan bapanya Raja Indera Warna, setelah sampai lalu masuk mengadap59
Raja
Gangga Wijaya. Maka tatkala itu akan beginda pun // sedang ramai diadap60
59 Tertulis
60 Tertulis
140
141
139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
oleh orang penuh sesak. Maka serta sampai lalu disembahnya, ―Ampun
tuanku, patik ini disuruh oleh paduka kakanda Raja Indera Peri, akan
memberitahukan duli tuanku ini. Adapun paduka kakanda itu telah datanglah
ia, sudah keempat beranaknya daripada belakang patik, serta dengan segala
rakyatnya pun terlalu banyak. Akan datang itu hendak mengerjakan paduka
anakanda itu ranjuna dengan tuan puteri.‖
Maka Raja Gangga Wijaya pun menyuruh paduka anakanda baginda
itu pergi mengelu-elukan baginda itu, serta menyuruhkan segala menteri
hulubalang menghiasi negeri. Setelah sudah maka permaisuri // pun menyuruh
dayang-dayang pergi memberitahu tuan puteri, serta katanya, ―Lamalah sudah
anakku tiada pernah ke61
mari, aku pun dendam dan rindu akan ia itu. Maka
suruhlah ia kemari, karena Raja Peri pun sudah datang.‖
Maka dayang-dayang itupun pergilah ke mahligai itu, serta sampai
dayang-dayang itu. Lalu bertemulah dengan inangda, serta dengan segala
dayang-dayang itu. Tengah ia duduk berkata-kata, maka dayang itupun
bertanya akan mak inang itu, ―Dimana tuan puteri tiada keluar, beradukah lagi
tuan puteri ini?
Maka inangda tuan puteri pun terkejutlah serta melihat dayang-dayang
bertanya akan tuan puteri itu seraya berkata, ―Marilah // hai dayang-dayang.‖
Maka dayang-dayang itupun duduklah seraya menyembah kepada
inangda tuan puteri itu, serta katanya, ―Beta ini disuruh oleh permaisuri
menyambut tuan puteri pergi kesana, karena Raja Peri pun sudah datang
hendak mengahwinkan tuan puteri pada bulan ini juga.‖
61 Tertulis
142
143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Maka inangda tuan puteri pun terkejutlah hatinya, lalu ia masuk
kedalam peraduan tuan puteri. Maka pada ketika itu tuan puteri baharulah
bangun daripada beradu itu, serta dengan Putera Jaya Pati. Maka inangda pun
menaharub di kaki tuan puteri, serta dengan tangisnya lalu berdatang sembah,
―Ampun tuanku beribu-ribu ampun, bolehkah // kata patik hamba tuha ini
janganlah tuanku kedua ini lagi bermain. Adapun sekarang ini hilanglah
seraya mahligai patik dan hilanglah mahkota patik dan hilanglah cahaya mata
patik dan hilanglah junjungan batu kepala patik dan hilanglah nyawa badan
patik.‖
Setelah sudah maka tuan puteri pun terkejutlah melihat lakunya mak
inang itu serta katanya, ―Hai mak inang, apa mulanya maka demikian ini,
berilah tahu kepada beta?‖
Maka sembah inangda ―Ya tuanku maka adalah paduka bunda tuanku
menyuruh dayang kemari, menyambut tuanku keistana paduka bunda esok
hari, karena Raja // Peri sudah datang serta dengan Raja Laila Indra daripada
belakangnya, serta membawa rakyat terlalu banyak kawanan datangnya
tuanku. Adapun jika diketahuinya oleh paduka ayahanda bunda tuanku, apalah
halnya kita akan pekerjaan kita ini?‖
Maka tuan puteri pun tiadalah terkata-kata lagi seperti akan hendak
pingsan dan air mata pun berlinang-linang, lalu tunduk berpikir dalam hatinya,
―Jika aku tiada pergi, dimurkai oleh paduka ayahanda bunda baginda, jika aku
pergi maka hatiku sudah kasih akan Putera Jaya Pati ini.‖
Hatta maka Putera Jaya Pati pun tahulah akan hatinya pikir // tuan
puteri itu, lalu dipegangnya tangan tuan puteri itu, dibawanya duduk bersalam-
salam. Maka Putera Jaya Pati pun berkata, ―Pergilah tuan karena disambut
144
145
146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
oleh paduka ayahanda dan bunda tuan, janganlah lambat kalau dimurkai oleh
paduka ayahanda bunda tuan. Lagi pun karena tunang tuan pun sudah datang,
jika tuan pergi pun adalah pesan kakanda sedikit kepada tuan. Jika sudah tuan
bersuami pun tuan kenanglah akan jahabat kakanda dagang yang garib ini
dan serta miskin lagi piatu ini. Maka sangatlah harapnya kakanda ini hendak
menjadi hamba kepada tuan, maka sekarang ini sudah dengan kehendak //
Allah Subhānahu wa ta‟ālā akan perceraian kita ini.‖ Serta dengan beberapa
lemah lembut memberikan belas hati tuan puteri itu dengan manisnya. Seperti
air madu lakunya, seraya berpantun, ―Jika tuan meraki kain, ambil benang
dari hat janda. Jika tuan berlaki lain, kenang-kenang akan jahaba62
t
kakanda.‖
Maka tuan puteri pun tersenyum seraya berpantun, ―Anyar tinggal
didalam kembal ,birah keladi dagang kuah kambing. Hendak tinggal tiada
tertinggal, sudah menjadi darah dan daging.‖
Maka Putera Jaya Pati pun seraya mameluk menciu63
m tuan puteri itu
seraya berpantun, ―Terbang burung cendra // wasih, menghampar sayap penuh
dunia. Tuanlah seorang penyuruh kasih, dipertemukan Allah dalam dunia.‖
Maka tuan puteri pun sukalah sedikit didalam hatinya seraya
berpantun, ―Tetak buluh sampaian kain, rama-rama terbang ke judah. Jika
sepuluh datang yang lain, mana kan sama telah yang sudah.‖
Maka Putera Jaya pati pun tersenyum seraya berpantun, ―Bukan kalung
jalan kekallah, ketika dengan bukit cempalu. Dipinta tolong kepada Allah,
jangan kita beroleh malu.‖
62
Tertulis
63 Tertulis
148
147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Setelah sudah maka tuan puteri mendengar pantun Putera Jaya Pati
demikian itu, maka air mata tuan puteri pun tiadalah berasa lagi berhamburan
// seperti mangnikam terhamburan daripada gerangannya itu demikianlah
rupanya.
Lalu ia berkata-kata, ―Hai mak inang, tiadalah beta pergi mengadap64
paduka ayahanda bunda, karena sudah antangku demikian ini. Dimana kan
dapat disalahkan jika beta pergi pun tiadalah diampuni oleh paduka ayahanda
bunda dan tiadalah hidup beta lagi. Jika demikian baiklah beta mati dengan
anak manusia ini.‖
Setelah sudah maka inangda pun heranlah tiada terkata-kata lagi. Kata
Putera Jaya Pati, ―Jangan tuan melalui titah paduka ayahanda bunda itu,
menjadi durhakalah. Lagi pun tuan hendak // dikerjakan oleh ayahanda bunda
tuan.‖
Maka kata tuan puteri, ―Tiadalah kakanda beta pergi, jika beta pergi
pun tiadalah diampunnya oleh paduka ayahanda bunda itu akan dosanya beta
ini.‖ Hatta setelah didengar oleh inangda kata tuan puteri itu, maka ia pun
keluarlah serta dengan tangisnya. Maka segala dayang-dayang yang disuruh
oleh permaisuri itupun, serta hendak bangkit masuk mengadap65
tuan puteri
kedalam istana itu.
Maka tuan puteri pun segeralah keluar dengan Putera Jaya Pati, Maka
dayang-dayang itupun heranlah melihat seorang laki-laki terlalu amat elok
rupanya dan cahayanya // seperti matahari sedang terbit, demikianlah rupanya.
Maka dayang-dayang itupun tercenganglah tiada terkata-kata. Maka titah tuan
64 Tertulis
65 Tertulis
149
151
150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
puteri, ―Hai dayang-dayang, pergilah engkau, katakan sembah beta kebawah
duli paduka ayahanda dan bunda.‖
―Adapun beta hendak pergi tiada boleh ada kesusahan sedikit.‖ Maka
dayang-dayang itupun tahulah akan hatinya, kata tuan puteri itu. Maka kata
Putera Jaya Pati, ―Hai dayang, katakan kepada ayahanda bunda tuan puteri.
Maka tuan puteri empunnya sembah kebawah duli paduka ayahanda bunda.
Akan dini hari sekarang tuan puteri masuk mengadap66
.‖ Maka berkata-kata
itu sambil tersenyum akan senyum // itu terlalu manis rupanya seperti laut
madu dan giginya hitam berkilat-kilat seperti sayap kumbang.
Maka dayang-dayang itu termangu-mangu, maka kata inangda, ―Hai
dayang-dayang, apa bicaranya karena tuan puteri sudah berkasih-kasihan
dengan orang muda ini?‖
Maka kata dayang-dayang itu, ―Jika sebagai ini matilah tuan puteri ini
dan kita sekalian ini, baiklah kita pergi sembahkan kebawah duli yang
dipertuan dengan sebenarnya akan pranata ini.‖
Syahdan maka dengan demikian itu inangda pun tiadalah terbicara lagi,
maka dayang-dayang itupun bermohonlah pada inangda lalu pulang
mengadap67
baginda kedua laki isteri itu. Hatta maka // serta sampai lalu sujud
menyembah baginda serta dengan tangisnya dan tiada terkata-kata. Maka titah
baginda, ―Hai dayang-dayang, apa mulanya anakku itu?‖
Maka sembah dayang-dayang, ―Ampun tuanku beribu-ribu ampun
keatas jamal patik hamba ini, adapun akan sembah paduka anakanda baginda
itu kepada duli tuanku. Akan paduka anakanda baginda itu tiadalah mari
66 Tertulis
67 Tertulis
152
153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
mengadap68
duli tuanku gunanya. Karena ada kesukaran anakanda baginda itu.
Ampun tuanku itulah sembah paduka anakanda baginda itu. Maka patik lihat
ada seorang laki-laki terlalu baik rupanya serta parasnya pun baik, maka
duduk bersama-sama dengan paduka // anakanda baginda ia.‖
Hatta maka titah baginda dengan amarahnya, ―Anak celaka itu
diberinya malu pulik kita.‖ Maka baginda pun sangatlah murkanya, dan
mukanya pun merah seperti yuang raya kembang pagi lakunya. Lalu bertitah
dengan murkanya kepada permaisuri, ―Lihatlah anak celaka pilak ini
menghitamkan mukaku.‖
Setelah sudah maka baginda pun keluarlah kebalai serta dengan
amarahnya, dan mukanya pun merah padma. Serta sampai lalu, ―Hai segala
menteriku, segeralah engkau pergi tangkap laki-laki yang duduk di mahligai
anak celaka bedebah itu. Bawa kepadaku serta dengan ikatnya.‖
Maka segala menteri // hulubalang pun sujud menyembah kepada
baginda serta dengan takutnya, karena baginda itu sangatlah murkanya akan
tuan puteri. Maka segala menteri hulubalang pun berjalanlah pergi dengan
segeranya ke mahligai tuan puteri itu. Sampai dengan tampak soraknya terlalu
gemuruh bunyinya, maka sekaliannya pun berseru-seru dengan nyaring
suaranya, ―Hai laki-laki yang tiada berbudi, segeralah engkau turun ke
halaman balai ini. Jika lambat, niscaya aku naik keatas mahligai ini. Aku jerat
leher kamu, aku bawa persembahkan kebawah duli syah alam.‖
Maka lalu dikepungnya keliling mahligai itu, serta dengan alat senjata
terlalu gemuruh bunyi. // Tampak soraknya segala menteri hulubalang
dihalaman mahligai tuan puteri itu. Hatta maka segala dayang-dayang isi
68 Tertulis
155
154
156
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
mahligai itupun habis lari bersembunyi, serta dengan teriak tangis dan
berhamburan dengan tahani kencangnya sepanjang jalan itu. Hanyalah
inangda tuan puteri juga masuk mengadap69
tuan puteri kedalam peraduan
dengan tangisnya maka, serta sampai lalu disembahnya, serta katanya, ―Wahai
tuanku, orang mengepung sudah datang tuanku, terlalu banyaknya penuh
masuk dihalaman balai ini.‖
Hatta maka tuan puteri pun tiada terkata-kata, lalu tunduk menangis.
Setelah sudah maka kata Putera Jaya Pati, // ―Ya adinda janganlah tuan sangat
menangis dan sesalkan sudahlah antang kita demikian, dimana kan dapat
disalahkan.‖
Maka lalu ia berpantun demikian bunyinya, ―Kuda berpasa didalam
kampung, anak angsa didalam gadai. Muda perkasa jangan dikepung, jika
binasa badanmu handai.‖
Maka tuan puteri pun serta dengan inangda itu sedaplah hatinya sedikit
mendengar pantun Putera Jaya Pati itu. Maka tuan puteri pun membalas
pantun itu demikian bunyinya, ―Pohon cabai diatas kata, tumpah padi
dibawahnya. Jika sungguh bagai dikata, patah lagi akan salahnya.‖ Maka
Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya pantun // Jika tak tumbuh pria melata,
anak ikan didalam peti. Jika tak sungguh bagai dikata, bukanlah beta Putera
Jaya Pati.‖
Maka tuan puteri tunduk kepalanya seraya berpantun, ―Jika tumbuh
pria dikota, pun didalam cambul cerana. Jika sungguh bagai dikata, tuanlah
jadi kumala istana.‖
69 Tertulis
157
158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya berpantun dan sul70
uk
lalu berkata, ―Ya adinda, biarlah beta lenyap seorang diri beta.‖
Serta disambut tuan puteri dibawanya duduk serta makan sirih dan
memujuk tuan puteri dengan kata-kata yang manis-manis. Maka tuan puteri
pun makin pula rawan hatinya. Bermula // akan orang mengepung itupun
terlalu gegak gempita bunyinya, serta dengan tampak soraknya. Maka Putera
Jaya Pati pun seraya berpantun, ―Gajah lekur kuda beraksa, puan dimana aku
hempaskan. Salam labur salam binasa, tuan dimana abang lepaskan.‖
Maka tuan puteri pun tersenyum mendengarkan pantun Putera Jaya
Pati itu, maka tuan puteri pun tiadalah membalas pantun Putera Jaya Pati itu.
Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun memimpinkan tangan tuan puteri,
lalu dibawanya pergi duduk dimuka pintu mahligai itu.
Syahdan maka dicitanya nama gurunya Begawan Narada, maka
keluarlah // jin empat orang akan pahlawan daripada sekalian jin yang amat
banyak itu. Maka jin itupun datanglah menyembah Putera Jaya Pati, maka
sembahnya, ―Ya tuanku, apa pekerjaan tuanku memanggil patik ini dan musuh
yang mana hendak disuruh patik melawan, maka sangatlah ingin rasanya patik
hendak berperang.‖
Maka kata Putera Jaya Pati, ―Hai saudaraku, lawanlah akan hulubalang
raja Gangga Wijaya yang dibawah mahligai ini!‖
Maka pahlawan jin keempat itupun seraya menyembah sarta dengan
tertawanya lalu turun dari mahligai itu ke tanah, seraya bersikap akan dirinya
laku seperti harimau // hendak menerkam kawan kumbang tiada
membilangkan lawannya. Serta ia menyerbukan dirinya kedalam rakyat yang
70 Tertulis
159
160
161
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
banyak itu, serta sampai lalu diamuknya seketika lagi. Maka hulubalang dan
rakyat Raja Gangga Wijaya pun habislah lari tiada71
menderita diamuknya
oleh jin keempat itu, dengan seketika itu juga patah perangnya, undur masuk
kedalam kotanya.
Maka pahlawan jin keempat itupun datanglah mengadap72
Putera Jaya
Pati, maka Putera Jaya Pati pun memberikan puannya seraya katanya, ―Hai
saudaraku makanlah sirih!‖ Maka jin empat itupun menyembah, lalu makan
sirih itu.
Syahdan maka segala hulubalang // raja itu serta sampai lalu duduk
menyembah, serta dipersembahkan kepada baginda, ―Ampun tuanku beribu-
ribu ampun, penuh limpah sedia terjunjung keatas jamal patik. Ampun tuanku,
maka terlalulah besarnya pekerjaan paduka anakanda itu. Akan laki-laki
itupun bukanya sebarang-barang perkasanya, sedang patik sekalian
mengepung dimahligai tuan puteri itu. Maka patik lihat seorang pun tiada
tiba73
-tiba keluarlah empat orang pahlawan jin, maka terlalulah perkasanya.
Jikalau dihimpun kesemuanya pun rakyat tuanku ini tiada juga terlawan, maka
sangatlah saktinya hendak melawan dia itu.‖
Maka serta baginda mendengar sembah segala // menteri hulubalang
demikian itu maka baginda pun terlalu amarahnya, merah padma warna
mukanya itu. Lalu menitahkan empat orang hulubalang membawa rakyat pada
seorang selaksa rakyatnya. Maka titah baginda, ―Pergilah engkau tangkap laki-
laki itu, bawa kemari serta dengan ikatnya!‖
71 Tertulis
72 Tertulis
73 Tertulis
162
163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Maka segala hulubalang rakyat sekalian pun menyembah baginda lalu
berjalan pergi lawan maka dikepungnya keliling mahligai itu. Hatta74
maka
dilihat oleh Putera Jaya Pati akan rakyat banyak datang mengepung itu, maka
dicitanya kumala hikmah itu. Maka dengan seketika itu juga keluarlah jin
beribu-ribu ratus akan pelbagai-bagai bangsanya daripada jin // dan dewa dan
mambang dan peri dan indra candra maka penuhlah medan itu.
Maka bertemulah kedua pihak rakyat itu, lalu berperanglah terlalu
ramainya gegak gempita bunyinya, serta dengan tampak soraknya antara
kedua pihak itu. Maka seketika berperang itu, maka patahlah segala rakyat raja
itu lari masuk kedalam kotanya. Maka serta sampai dipersembahkan pada
baginda, ―Ampun tuanku, akan segala hulubalang rakyat sekalian sudahlah
patah perangnya.‖
Maka titah baginda, ―Darimana pula datangnya rakyat orang muda itu,
maka terlalu banyaknya dan anak siapa orang muda itu?‖
Maka sembah orang itu, ―Duli tuanku syah alam, maka tiadalah // patik
ketahui darimana-mana datangnya itu, hanya patik lihat ia seorang jua. Maka
sekonyong-konyong datang rakyatnya terlalu banyak seperti anak lebah, maka
berbagai-bagai jenisnya dan bangsanya daripada jin peri dewa mambang indra
candra dialah belaka tuanku patik lihat.‖
Maka baginda pun heranlah akan dirinya lalu menyuruh segala raja-
raja yang besar-besar serta dengan menteri hulubalang dan pahlawan yang
gagah dan dengan beraninya membawa rakyat delapan laksa. Kepada seorang
maka titah baginda, ―Pergilah tangkap orang muda itu, bawa kepada aku
dengan hidupnya!‖
74 Tertulis
165
164
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Maka segala raja-raja menteri hulubalang rakyat pun pergilah
memulihkan // perangnya yang patah itu. Setelah dilihat oleh Putera Jaya Pati
makin banyak pula rakyat raja itu datang mengepung dia itu. Maka dicitanya
pula rakyat terlalu banyak tiadalah terhisabkan lagi banyaknya datang itu.
Berpuluh-puluh ribu keluar daripada kumala hikmah dan berlaksa-laksa kati
keluar daripada jin dan peri dewa-dewa dan mambang berbagai bangsanya
maka serta datang, lalu menyerbukan dirinya masuk kedalam rakyat raja itu
maka terlalulah gemuruh bunyinya dengan tampak soraknya.
Maka pahlawan jin keempat itupun seraya bermohon ia hendak
berperang dengan rakyat raja itu // maka kata Putera Jaya Pati, ―Hai saudaraku
keempat, lawanlah oleh saudaraku akan segala hulubalang raja itu. Jangan kita
beroleh malu akan orang.‖
Maka kata pahlawan jin keempat itu, ―Janganlah tuanku gundah hati,
tiada kita beroleh malu akan orang ini, karena tiada beraninya.‖ Setelah sudah
maka jin keempatnya pun menyembah lalu turun dari atas mahligai itu lalu
masuk berperang dengan segala rakyat yang tiada tepermanai. Serta dengan
gembiranya, maka barang yang telentang itu habis dibunuhnya.
Maka segala rakyat raja itupun habis undur karena banyak matinya dan
luka pun banyak juga, maka tiadalah menderita // lagi diamuk oleh jin
keempat itu, maka datang pula bantunya berpuluh-puluh laksa tiadalah terkira-
kira lagi banyaknya. Maka penuhlah medan peperangan itu akan rakyat Putera
Jaya Pati pun sekonyong-konyong penuhlah medan itu maka tiada tepermanai
banyaknya.
Maka segala hulubalang dan rakyat Putera Jaya Pati pun serta dengan
rakyat raja itupun berperanglah terlalu ramainya, maka seketika berperang itu
168
166
167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
maka rakyat raja itupun setengahnya masuk bersembunyi dibawah mahligai
membawa takutnya. Maka terlalulah ramainya dibawah mahligai tuan puteri
itu karena rakyat Putera Jaya Pati terlalu banyak bangsanya // hendak melawan
rakyat raja itu.
Maka sekaliannya orang didalam negeri itupun sangatlah herannya
serta berkata-kata sama sendirinya, ―Haruslah orang muda itu dapat ia
mengambil tuan puteri itu, karena terlalu kesaktiannya. Maka dapat ia
mengadakan rakyat berkati-kati, bijaksana sekali-sekali orang muda itu.‖
Adapun akan tuan puteri serta dengan inangda dan dayang-dayang sekalian itu
amat sukacita melihatkan Putera Jaya Pati itu sangat kesaktiannya serta
dengan perkasanya.
Adapun akan Putera Jaya Pati itu orang duduk berperang, akan dia itu
duduk berpeluk dan bercium dan bermadah cumbu dengan // tuan puteri itu.
Tiadalah dihiraukan akan pekerjaan perang itu, mana setahu pahlawan jin
keempat itulah. Adapun akan perang pahlawan jin keempat itu terlalulah
gempita bunyinya maka lebuduli pun berterbanganlah keudara. Terang cuaca
menjadi kelam kabutlah tiada apa kelihatan lagi, maka jadi campur baurlah
rakyat antara kedua pihak itu. Maka tiadalah berkenalan hingga bunyi tampak
soraknya segala menteri hulubalang kedua pihak tentara itu, maka tiadalah
kedengaran yang lain lagi melainkan gemerincing bunyi segala senjata.
Seketika berperang itu maka banyaklah matinya, maka darah pun //
banyaklah tumpah kebumi, mengalir seperti air sebak rupanya. Maka
terlalulah menarub lakunya, tumpah menumpah tikam menikam, usir
mengusir terlalu ramainya daripada banyak darah tumpah ke bumi itu, maka
169
170
171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
lebuduli itupun hilanglah, maka kelihatanlah orang itu, maka patahlah rakyat
Putera Jaya Pati itu habis lari kebawah mahligai itu.
Hatta maka dilihat oleh pahlawan jin keempat itu akan hal yang
demikian itu, maka pahlawan jin itupun marahlah maka ia pun menyerbukan
dirinya masuk kedalam rakyat yang tiada tepermanai itu, serta ia // mengamuk.
Barang yang bertemu dengan dia itu habis dibunuhnya, maka tiadalah
menderita lagi akan rakyat raja itu pada amuk pahlawan jin itu, kelakuannya
seperti binatang luka bangunnya. Jika berbanjar seratus sekali pun dengan
sekali tetak juga habis mati.
Adapun ia mengamuk itu tiada memandang kekanan dan kekiri, seperti
orang gila lakunya itu. Maka terlalulah banyaknya mati dan luka, maka
bangkai segala manusia pun bertimbun-timbun seperti gunung dan senjatanya
pun seperti ranjau didalam laut darah itu. Seketika diamuk oleh orang empat
itu, maka segala hulubalang raja itupun patahlah perangnya habis lari cerai
berai // tiada berketahuan perginya, setengah masuk kedalam kotanya.
Serta sampai lalu dipersembahkan kepada baginda demikian
sembahnya, ―Ya tuanku, adapun akan orang muda itu terlalu saktinya. Serta
dengan beraninya, maka tiadalah dapat patik sekalian melawan dia itu.‖
Maka demi baginda mendengar sembah segala hulubalang itu, maka
baginda pun tiadalah terkata-kata lagi. Seketika berpikir maka titah baginda,
―Jika demikian perintahnya baiklah kita memberitahu akan Raja Indera Peri
itu, biarlah ia berperang. Lagi pun ia juga empunya kerjaan berperang itu,
barang siapa menang itulah menantu kita. Jika kita bermati-mati sekali pun
tiada akan gunanya, // karena sudah orang muda itu dengan anak kita.‖
173
174
172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Maka sembah segala hulubalang itu, ―Ampun tuanku, sebenarnyalah
seperti titah tuanku itu. Lagi pun akan paduka anakanda Indera Sumandralila
tiada. Setelah sudah putus bicara itu maka baginda pun menyuruh orang pergi
membawa khabar kepada Raja Indera Peri itu, maka segala menteri
hulubalang itupun seraya menyembah lalu berjalan pergi kepada raja Indera
Peri itu.
Adapun pada hari itu tiadalah jadi berperang antara dua tiga hari
berdiamlah. Adapun pahlawan jin keempat itu setelah lihatnya pada hari itu
tiada berperang, maka ia pun masuklah mengadap75
// Putera Jaya Pati. Maka
kata Putera Jaya Pati, ―Ya saudaraku, apa bicaranya kita ini akan pekerjaan
hendak berperang dengan Raja Indera Peri itu?‖
Maka sembah pahlawan jin empat itu, ―Hai tuanku, akan pekerjaan
perang itu terlalulah sukar, karena kita tiada berkuat, maka tiadalah tempat
hendak berhenti akan penat. Ampun tuanku, patik persembahkan karena
rakyat kita sangatlah kesukarannya. Adapun akan pekerjaan perang itu diatas
patiklah akan mengerjakan pekerjaan itu, janganlah tuanku menaruh masygul
didalam hati tuanku jangankan sebanyak itu jika sepuluh kian lagi pun patik
lawan juga, tiadalah // undur dan tiada patik memalingkan muka patik, serta
tiadalah patik memberi malu akan tuanku. Demikianlah sembah patik hamba.‖
Maka Putera Jaya Pati pun terlalulah sukanya serta mendengar sembah
pahlawan jin keempat itu.
Syahdan maka Putera Jaya Pati pun segeralah ia menumbangkan
kumala hikmah itu di tengah padang Indera itu, maka dengan seketika itu juga
jadilah sebuah negeri lengkap dengan kota paritnya. Setelah sudah mahligai
75 Tertulis
175
176
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
tuan puteri itupun dibawanya masuk ke dalam kota itu oleh segala rakyat jin
dan peri itu. Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun menjamulah segala
rakyat itu makan // minum, serta dengan bersuka-sukaan pelbagai permainan
gegak gempita bunyinya tiadalah apa yang kedengarannya lagi. Demikianlah
sehari-sehari menantikan sementara berperang itu.
Bermula segala orang yang dititahkan oleh baginda itupun sampailah
kepada Raja Indera Peri itu seraya katanya, ―Apa pekerjaan engkau datang
ini?‖
Maka sembah segala hulubalang itu, ―Ampun tuanku beribu-ribu
ampun, akan paduka adinda itu sudahlah dipukul oleh seorang laki-laki. Maka
terlalulah kesaktiannya orang muda itu, maka akan hulubalang duli tuanku pun
banyaklah matinya.‖
Setelah didengarnya oleh raja Sumandra Lila itu, maka ia pun terjun
dari atas balai itu. Tiadalah // sempat ia bermohon lagi kepada Raja Indera Peri
itu, serta berlari-lari hendak segera akan sampai ke negerinya. Maka Raja
Indera Warna pun segeralah terjun memegang tangan Raja Sumandra Lila itu
seraya katanya, ―Sabarlah dahulu kakanda, maka kita suruhkan hulubalang
kita dapatlah akan melawan laki-laki itu.‖
Demi didengarnya oleh segala hulubalang Peri demikianlah kata
rajanya itu, maka segala hulubalang itupun berlompatanlah, serta dengan
tampak soraknya seraya katanya, ―Ya tuanku, suruhkanlah patik sekalian ini
padalah sekedar laki-laki itu.‖
Demi didengarnya oleh raja Indera Peri akan cakap segala hulubalang
itu, serta dengan tampak soraknya // hendak pergi membunuh itu. Maka Raja
Indera Peri pun menitahkan hulubalangnya bawa kembali ke negerinya segala
177
178
179
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
pekakasnya hendak kahwin itu. Setelah sudah maka baginda pun berangkatlah
dengan segala bunyi-bunyian terlalu ngitmat bunyinya, seperti langit akan
runtuh lakunya berjalan itu, serta dengan amarahnya menuju negeri Raja
Gangga Wijaya itu. Siang dan malam tiada berhenti karena hendak segera
sampai. Antara beberapa hari maka sampailah.
Hatta maka dilihat oleh Raja Indera Peri dan Raja Indera Warna akan
kota sebuah negeri baru terlentang di tengah padang itu. Maka titah Raja
Indera Warna, ―Inilah rupanya laki-laki // itu bangunnya.‖ Maka sembah
orang-orang itu, ―Inilah dianya tuanku.‖
Maka titah Raja Indera Peri, ―Dimana baik kita berhenti?‖ Maka
sembah Raja Indera Warna, ―Disinilah baik tuanku, akan tempatnya pun baik
dan lagi sama bertentang dengan kota itu.‖
Hatta maka Raja Indera Peri pun memujalah hikmahnya, maka dengan
seketika itu juga maka jadilah sebuah negeri lengkap dengan kota paritnya dan
serta dengan istananya dan balai pengadapan76
pun ma77
timbulah. Setelah
sudah maka baginda pun menitahkan segala hulubalang dan rakyat sekalian
keluar ke medan peperangan kepada hari itu juga, karena baginda itu sangatlah
murkanya. Setelah sudah baginda // bertitah itu maka segala menteri
hulubalang rakyat sekalian pun keluarlah ke medan peperangan. Serta dengan
tampak soraknya terlalu ngitmatnya bunyinya, serta berseru-seru meminta
lawan hendak berperang itu.
76 Tertulis
77 Tertulis
180
181
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Hatta maka di dengar oleh rakyat Putera Jaya Pati akan orang meminta
lawan itu, maka ia pun segeralah masuk mengadap78
Putera Jaya Pati
persembahan khabar itu, ―Ampun tuanku akan segala hulubalang rakyat Peri
itu sudah datang ke medan peperangan, serta ia meminta lawan.‖
Setelah didengar oleh Putera Jaya Pati dan pahlawan jin keempat itu
akan sembah demikian itu, maka pahlawan jin empat itu pun geramlah
hatinya serta naik // kiranya dan matanya pun merah seperti api bernyala-
nyala. Maka sembahnya, ―Ampun tuanku, patik hendak masuk ke medan
melawan rakyat Raja Peri itu tuanku, janganlah junjungan patik keluar lagi.
Jika sudah patik keempat bersaudara ini mati melenakan mana pandai
tuankulah.‖
Setelah didengar oleh Putera Jaya Pati akan sembah pahlawan jin
keempat itu maka ia pun suka hatinya seraya bertitah, ―Hai saudaraku baik-
baik saudaraku berperang dengan hulubalang Peri itu, karena ia pun banyak
hikmahnya.‖
Maka sembah pahlawan jin keempat itu, ―Ampun tuanku, tiada
mengapa.‖ Setelah sudah maka pahlawan jin keempat itupun // bertalut
menyembah Putera Jaya Pati. Maka ia pun masuklah ke medan peperangan
serta dengan segala rakyat bala tentaranya sekalian. Setelah sampai maka ia
pun mengerahkan rakyatnya menempuh ke dalam rakyat Peri itu, dengan
tampak soraknya, setelah bertemulah kedua pihak itu maka berperanglah
terlalu ramainya gegak gempita bunyinya maka samalah gagah beraninya.
Maka seketika berperang itu maka lebuduli pun berbangkitlah ke
udara, siang cuaca menjadi kelam kabut. Tiadalah kelihatan orang berperang,
78 Tertulis
182
183
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
maka jadi campur baurlah antara keduanya itu dan tiadalah apa kedengaran
lagi hingga bunyi sorak dan tampak segala hulubalang dan rakyat sekalian
seperti tagar // di langit membelah. Demikianlah bunyinya tampak sorak
segala hulubalang yang berani dan harap segala yang penakut juga kedengaran
dan gemerincing bunyi senjata segala hulubalang dan darah pun mengalirlah
seperti air sebak.
Siang dan malam tiadalah berhenti perangnya itu tujuh hari tujuh
malam, maka medan peperangan itupun penuhlah dengan bangkai gajah dan
kuda dan manusia. Maka segala badan manusia pun seperti buah luruh dari
pada pohonnya dan kepalanya segala manusia itu terpelanting seperti anak keti
dan bertimbun-timbun mayat itu seperti bukit dan gunung. Demikianlah
banyaknya rakyat antara kedua pihak itu mati di medan // peperangan itu.
Seketika maka terang cuacalah medan itu, maka kelihatanlah orang
berperang itu karena banyak darah tumpah ke bumi. Maka masing-masing pun
menyembelih kepada rakyatnya, lalu berperanglah. Maka ditempuh oleh
pahlawan jin, Indera Peri itu bersungguh-sungguh hatinya, maka patahlah
rakyatnya jin itu. Setelah dilihatnya oleh pahlawan jin keempat akan segala
rakyatnya habis patah perangnya. maka ia pun terlalu amarahnya, seraya
menyerbu akan dirinya seperti singa yang galak lakunya menerkam masuk
rakyat yang banyak itu. Serta memarang dengan kedua bilah tangannya, maka
seketika diamuknya. Maka segala rakyat Raja Peri // pun habis lari pecah
belah tiada berketahuan perginya adanya undur masuk kedalam kotanya.
Setelah dilihat oleh Raja Indera akan segala rakyatnya habis patah
perangnya lari tiada berketahuan perginya itu maka ia pun terlalulah
amarahnya, seraya melompat naik ke atas kudanya yang bernama Tizya
185
184
186
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Birama itu, lalu dipacunya masuk ke tengah medan peperangan, serta
menyerbukan dirinya kedalam rakyat yang tiada tepe79
rmanai itu serta,
menetak dengan kedua belah tangannya. Maka seketika diamuknya oleh raja
Indera Warna itu, maka segala rakyat jin pun banyaklah matinya dan luka
mana yang tinggal itu habis cerai berai tiada berketahuan // larinya seperti
kapas dibusur terbangnya demikianlah adanya itu.
Hanyalah pahlawan jin keempat itu juga terdiri ditengah medan
peperangan itu, maka ia pun tiadalah terkata-kata lagi melihat kelakuan anak
raja itu mengusir rakyatnya, seperti harimau menghambat kawan kumbang
demikianlah rupanya.
Setelah dilihat oleh Raja Indera Warna akan pahlawan jin keempat itu
maka Raja Indera Warna pun makin sangat pula amarahnya lalu dipanahnya
akan Sangga Mukasin itu. Maka kenalah dadanya tiada lut maka anak panah
itupun terpelanting ke bumi. Maka pahlawan jin keempat itupun sangatlah
amarahnya, // seperti singa yang galak lakunya. Lalu diserbunya masuk
kepada anak raja itu, hendak ditangkapnya tiada dapat. Maka Raja Indera
Warna pun terlalu amarahnya, dilihat senjatanya tiada berguna itu maka segera
ia memanahkan ke udara, maka turunlah hujan dan angin pun terlalu kerasnya
datang menempuh pahlawan jin keempat itu. Maka ia pun heranlah
tercengang-cengang tiada terkata-kata.
Maka lalu dikerabangkan rambutnya keempat itu, maka hari pun
malamlah. Maka genderang kembali pun dipalu oranglah, maka raja Indera
Warna pun kembalilah ke istananya, maka pahlawan jin keempat itupun
masuklah ke dalam kotanya. Maka serta sampai // lalu dipersembahkan
79 Tertulis
188
189
187
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
oranglah kepada Putera Jaya Pati mengatakan patah perang pahlawan jin
keempat. Maka ia sudah masuk berhenti ke dalam kota ini, demi didengar oleh
Putera Jaya Pati akan sembah orang itu maka Putera Jaya Pati pun terlalu
amarahnya. Maka mukanya pun merah seperti bunga raya kembang pagi,
seraya berkata, ―Esok hari aku keluar sendiri.‖
Setelah sudah maka ia pun masuklah mendapatkan tuan puteri, serta
sampai maka kata Putera Jaya Pati, ―Ya adinda, tuan kakanda mohonlah
kepada tuan hendak pergi berperang esok hari dengan tunang tuan itu, jika
kakanda mati dibunuhnya // oleh tunang tuan itu, maka tuan kafankan dengan
kain dipinggang tuan dan mandikan kakanda dengan air mata tuan itu.‖
Demi tuan puteri mendengar kata Putera Jaya Pati, maka hati tuan
puteri pun tiadalah tertahan lagi. Maka air matanya pun keluarlah tiada berasa,
maka dipegang oleh tuan puteri hulu keris Putera Jaya Pati itu seraya katanya,
―Jika kakanda hendak keluar berperang, marilah keris kakanda ini, biarlah beta
membunuh akan diri beta dahulu. Jika kakanda sayang akan beta, daripada
bercerai dengan kakanda.‖
Maka segera dipegang oleh Putera Jaya Pati akan tangan tuan puteri itu
seraya // katanya, ―Gilakah tuan ini maka hendak membunuh diri sahaja,
kakanda hendak bergurau dengan tuan. Kepada perasaan jika berperang pun
tiada mengapa.‖
Maka kata tuan puteri, ―Jika kakanda tiada percaya akan seperti kata
beta ini, kakanda bunuhlah beta dahulu. Kemudian kakanda keluar pergi
berperang.‖
Maka Putera Jaya Pati pun belas kasihan hatinya mendengar kata tuan
puteri itu, maka dibujuknya dengan kata-kata yang manis, akan memberi
190
191
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
rawan hatinya tuan puteri itu, maka hati tuan puteri pun lembutlah sedikit.
Maka akan Putera Jaya Pati pun semalam-malam itu tiadalah boleh beradu //
lena-lena dengan memujuk dan cumbu seperti orang penyudah kasih. Setelah
itu maka hari pun sianglah pada hari itu daripada pagi-pagi. Maka Raja Indera
Warna pun menyuruh memalu genderang peperangan. Maka Putera Jaya Pati
pun menyuruh memalu genderang peperangan menurut lawannya itu. Bermula
maka antara kedua pihak rakyat pun keluarlah dari dalam kotanya.
Syahdan maka Putera Jaya Pati pun keluarlah ke balai, dilihatnya
sudah berhimpun segala hulubalang rakyatnya. Setelah sudah maka Putera
Jaya Pati pun berjalanlah diiiringkan oleh pahlawan jin keempat itu, serta
dengan segala rakyatnya seperti harimau // hendak menerkam kawan
kumbang. Demikianlah rupanya itu bersaf-saf di tengah medan peperangan itu
serta meminta lawannya. Setelah dilihat oleh Raja Indera Peri banyak rakyat
lawannya keluar itu, dan meminta lawan. Maka Raja Indera Peri pun keluarlah
dengan segala rakyatnya yang tiada tepermanai itu.
Adapun pada hari itu Raja Gangga Wijaya dan anakanda baginda pun
ada di medan serta dengan segala bala tentaranya itu melihat antara kedua
pihak hendak berperang itu. Syahdan maka raja Indera Warna pun mengikut
perangnya terlalu hebat rupanya yang menjadi cucuk // itu seorang saudaranya
yang bernama Indera Gangga Peri dan yang di jadikan tubuhnya itu Raja
Indera Warna sendiri dan yang menjadikan sayap kanan dan sayap kiri itu
saudara akan Raja Indera Peri bernama Peri Indera dan yang menjadi
tubuhnya itu Raja Indera Peri, dengan segala hulubalang rakyatnya maka
dinamakan ikut perang itu Naga Berebut setelah sudah maka ia keluar ke
medan peperangan itu.
193
192
194
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Hatta maka Putera Jaya Pati pun serta mengikutkan perangnya akan
raja jin yang keempat itu, bernama Sangga Mukasin menjadi cucuk dan sang
Kuda Kampa menjadi sayap kanan dan Sang Satyara menjadi sayap // kiri dan
Sang Teratek Sumandu menjadi tubuh dan Putera Jaya Pati menjadi tubuh.
Dinamai ikut perang itu Naga Bergigit.
Setelah sudah maka dipalu oranglah genderang peperangan terlalu
ramainya antara kedua pihak itu, maka Indera Gangga Peri pun berseru-seru
meminta lawan. Maka Sangga Mukasin pun berperanglah dengan Gangga
Peri, maka perang kedua cucuk itu dari pada waktu zuhur sampai waktu asar
tiadalah berhenti, maka Sangga Mukasin pun he80
ranlah hatinya lalu
diamuknya dengan sungguh-sungguh hatinya. Maka seketika diamuknya itu
maka rakyat Indera Peri pun undur tiada tertahan lagi. Setelah dilihat oleh //
raja indera warna akan saudaranya itu seorang dirinya ditengah medan itu,
maka raja Indera Warna pun menitahkan saudaranya yang menjadi sayap
kanan dan sayap kiri itu membantukan saudaranya.
Maka segala rakyat jin pun tiadalah tertahan diamuk oleh rakyat Peri
itu. Maka larilah rakyat itu membuangkan dirinya tiada berketahuan perginya,
setelah dilihat oleh Putera Jaya Pati akan rakyat habis lari, maka ia pun
menitahkan pahlawan jin empat itu semua memulihkan perang itu. Maka
pahlawan jin itu masuklah ke medan, setelah dilihat oleh raja Indera Warna
banyak pula // rakyat keluar daripada sebelah lawannya. Maka ia pun
menyuruh segala raja-raja itu keluar serta dengan segala rakyatnya yang tiada
tepermanai itu, lalu masuk berperanglah seperti guruh di langit bunyinya.
80 Tertulis
197
195
196
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Demikianlah dicetera akan oleh orang yang empunya cetera ini akan
perang Putera Jaya Pati dengan Raja Indera Warna itu empat puluh hari empat
puluh malam tiadalah berhenti, dan tiadalah apa yang kedengaran lagi
hanyalah suara segala hulubalang yang berani dan arif segala yang penakut
dan serta bercampur baur dengan suara gajah kuda, dan bunyi segala senjata
hulubalang juga gemerincing seperti guruh di langit akan runtuh dan kilat
senjata segala senjata gemerlapan seperti akan // kiamat lakunya.
Maka bantu daripada Raja Indera Warna banyaklah datangnya serta
sampai lalu masuk berperanglah. maka beberapa pun datang itupun tiada juga
tertahan. Maka segala rakyat Putera Jaya Pati pun banyaklah mati dan luka
karena terlalulah sangat banyak lawannya itu. Lalu patah berundur, setelah
dilihat oleh pahlawan jin keempat itu maka ia pun terlalu amarahnya, lalu ia
menempuh dengan sesungguh hatinya barang yang terlentang dihadapan81
dihadap82
annya habis dibunuhnya seketika diamuknya.
Maka patahlah perang rakyat Peri itu habis lari cerai berai tiada
berketahuan perginya membawa dirinya. Setelah dilihat oleh Raja Indera
Warna // akan rakyat habis lari itu maka Raja Indera Warna pun terlalu
amarahnya, seperti harimau menerkam lakunya. Maka ia pun masuklah
sendirinya mengamuk kedalam rakyat jin itu. Barang yang telentang habis
dibunuhnya, seketika lagi maka rakyat jin itupun undurlah daripada sangat
kharab ditempuh oleh raja Indera Warna itu.
Setelah dilihat oleh Putera Jaya Pati akan segala rakyat raja Indera
warna, maka ia pun menyerbukan dirinya kedalam rakyat Raja Indera Warna
81 Tertulis
82 Tertulis
198
199
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
itu, lalu diparangnya dengan pedang yang boleh daripada raksasa itu. Hatta
maka beberapa ketika berperang itu terang cuaca pun menjadi kelam kabut
tiada // apa kelihatan, maka darah pun banyak tumpah kebumi seperti air
sebak, maka lebuduli pun hilanglah, maka kelihatanlah orang berperang itu.
Maka segala gajah, kuda pun berenanglah dalam laut darah itu.
Maka Putera Jaya Pati pun bertemulah dengan Raja Indera Warna
maka Janggi Ampar pun digambar oleh Putera Jaya Pati, maka dilihat oleh
raja Indera Warna akan seorang-orang muda tersilah seperti matahari baharu
terbit demikianlah rupanya. Maka Raja Indera Warna pun berpikir didalam
hatinya. ―Orang muda inilah yang bernama Putera Jaya Pati, bangunnya patut
sekali dengan rupanya terlalu manis seperti harimau // menerkam kawan
kumbang lakunya.
Maka kata oleh Putera Jaya Pati, ―Akulah yang bernama Putera Jaya
Pati.‖ Lalu digambarkan kudanya serta dekat, maka diparang oleh Raja Indera
Warna akan Putera Jaya Pati kena pada pinggangnya. Tiada lut maka
memancar-mancar api keluar daripada tubuhnya itu, maka Putera Jaya Pati
pun membalas. Lalu diparangnya akan Raja Indera Warna kena tiada lut juga
keluar api memancar-mancar daripada tubuhnya itu.
Akan perang anak raja kedua itu daripada pertolehan sampai tengah
hari tiada juga beralahan, maka senjata keduanya pun habis binasa. Maka raja
Indera Warna pun terlalu amarahnya, maka segera // dipanahnya keudara
maka turunlah hujan api, datang hendak menimpa Putera Jaya Pati. Maka
segala rakyat Putera Jaya Pati pun undurlah mendapatkan tuannya. Maka
Putera Jaya Pati pun segeralah memanahkan anak panahnya ke udara. Maka
turunlah air dengan angin terlalu kerasnya, maka api itupun padamlah, maka
200
202
201
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
angin itupun datanglah hendak menimpa Raja Indera Warna, maka segera
dipanah oleh raja itu ke udara maka turunlah taufan yang amat keras, maka air
dan angin itupun surutlah.
Maka Putera Jaya Pati pun seraya memanah ke bumi, maka keluar air
dari dalam bumi itu serta berombak-ombak seperti akan tenggelam // dunia ini.
Maka Raja Indera Warna pun segeralah memanahkan ke udara, maka turunlah
batu. Maka batu itupun datanglah hendak menimpa Putera Jaya Pati maka ia
pun seraya memanah keudara maka turunlah bukit besi khurasani, maka
tertahanlah batu itu. Maka Raja Indera Warna pun segera ia memanah dengan
panah naga, maka hujan batu pun itu habis ditelan oleh naga. Maka dibalas
oleh Putera Jaya Pati dengan panah mega maka naga itupun habis putus-putus
dipegat oleh mega itu.
Maka Raja Indera Warna pun memanah bukit, maka terdendanglah
bukit batu itu datang kehadapan Putera Jaya Pati, maka Putera Jaya // Pati pun
memanah bukit khurasani kehadapan bukit itu, maka bukit batu itupun habis
pecah hancur. Maka raja Indra Warna pun terlalu amarahnya, maka ia pun
seraya bertumpuk, maka keluarlah suatu murka terlalu besarnya kepalanya
seribu, dan tangannya dua ribu dan kakinya pun dua ribu.
Maka segala tangannya itu memegang senjata berbagai-bagai dan
tangkainya seperti akan sampai keudara, maka datang mengusir segala rakyat
Putera Jaya Pati. Maka Putera Jaya Pati pun menjadikan dirinya raksasa terlalu
besarnya, akan kepalanya dua ribu dan tangannya empat ribu dan kakinya pun
empat ribu. Maka sekalian tangannya // memegang senjata daripada
mangnikam dan baiduri. Maka ia pun bertampak akan suaranya seperti tagar
dilangit akan runtuh dan bumi akan belah seraya mengusir murka itu.
203
205
204
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Maka keduanya anak raja itupun berperanglah terlalu ramainya. Maka
kedua pihak rakyat itupun tiadalah jadi berperang karena melihat anak raja
kedua itu maka terlalu ramainya, maka jadi heranlah karena sama kesaktian
dan sama gagah beraninya dan sama tiada beralahan. Maka anak raja kedua
itupun mengembalikan rupanya yang sedia itu maka lalu bertetakkan
pedangnya, maka tubuh anak raja kedua itupun keluarlah api memancar-
mancar keudara, maka terlalulah hebatnya // dilihat orang.
Maka anak raja kedua itupun terbanglah ke udara berperang pula diatas
udara itu, maka terlalu gemuruh bunyinya itupun tiada juga beralahan. Maka
Raja Indera Warna pun menjadikan dirinya walimana maka Putera Jaya Pati
pun menjadikan dirinya garuda. Maka walimana dengan garuda itupun
berperanglah sambar menyambar pagut- memagut diudara itu terlalulah
ramainya, serta dengan gegak gempita bunyinya tiada juga beralahan. Maka
keduanya itupun mengembalikan rupanya lalu turun ke bumi, lalu berperang
dibumi.
Maka beberapa lamanya berperang itu maka Raja Indera Warna pun
menjadikan dirinya naga // kepala tujuh maka besarnya seperti sebuah pulau,
setelah dilihat oleh Putera Jaya Pati akan raja itu menjadi naga, maka ia pun
segera menjadi ular naga terlalu besarnya seperti gunung sebuah akan culanya
berceranggah dan kepalanya sepuluh akan sisiknya daripada intan dan culanya
daripada mangnikam maka terlalulah indah-indah rupanya.
Setelah sudah maka turunlah kedalam laut keduanya bertangga-tangga,
maka terlalulah ramainya dan berjuangkan kepalanya. Maka air laut itupun
berombak-ombak seperti akan sampai keudara lakunya. dan segala ikan dan
gajah mina dan segala mereka satwa didalam laut itupun bertemu naga, dan
206
207
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
terkejut akan // anak raja kedua itu. Maka segala raja-raja dan menteri
hulubalang rakyat sekalian pun tiadalah jadi berperang. Heran melihat anak
raja kedua itu sama mengadu kesaktian.
Berapa antaranya ia berperang itu tiada juga beralahan, maka keduanya
itupun mengembalikan rupanya. Setelah sudah maka Raja Indera Warna pun
terlalu amarahnya, karena tiada bertewasan itu. Lalu ia bertampak serta
mengambil anak panahnya yang bernama Dewa Laksana, lalu dipujanya.
Maka itulah senjata yang kehabisan, serta katanya, ―Hai Dewa Laksana,
pergilah engkau makan orang muda itu. Jika tiada engkau membunuh, niscaya
menjadi // airlah engkau, aku pun matilah.‖ Maka katanya, ―Hai orang muda,
ingat-ingat engkau akan panahku inilah kehabisan senjataku.‖
Maka kata Putera Jaya Pati, ―Datangkanlah senjatamu itu, aku hendak
memakan dia.‖
Hatta maka Raja Indera Warna pun segeralah memanahkan anak
panahnya itu keudara, berdengung-dengung bunyinya. Akan hujan panah itu
bernyala-nyala seperti api. Seketika maka datanglah anak panah itu hendak
mengenai Putera Jaya Pati betul dengan dadanya serta dekat, maka diludah
oleh Putera Jaya Pati, maka anak panah itupun hancur menjadi air.
Maka raja Indera Warna pun heranlah melihat senjatanya yang sakti itu
tiada mau // membunuh. Maka ia pun berpikir didalam hatinya, ―Jika
demikian, matilah aku sekali ini.‖ Setelah sudah ia berpikir itu, maka ia pun
berdiamlah dirinya menantikan senjata Putera Jaya Pati itu. Syahdan maka
Putera Jaya Pati pun mengeluarkan anak panahnya yang bernama Dewa
Laksana Dewa itu, yang diperoleh daripada gurunya Begawan Narada, serta
dikenakan pada busurnya itu seraya katanya, ―Hai Dewa Laksana Dewa,
210
209
208
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
pergilah engkau membunuh raja Indera Warna itu, jika tiada engkau
membunuh aku buangkan engkau kedalam laut.‖
Maka ia berkata pula, ―Hai Raja Indera Warna, terimalah engkau akan
senjataku ini.‖ Demi // didengarnya kata Putera Jaya Pati itu dan serta
dilihatnya anak panah yang dipegang oleh Putera Jaya Pati seperti api
bernyala-nyala, dan ujungnya seperti matahari baharu terbit, demikianlah
bercahaya rupanya.
Maka ia pun hendak memalingkan kudanya, maka segera dilepaskan
oleh Putera Jaya Pati akan anak panahnya itu berdengung-dengung bunyinya
seperti angin perginya, maka anak panah itupun kenalah dada raja Indera
Warna, terus kebelakangnya. Maka raja Indera Warna pun jatuhlah dari atas
kudanya, lalu mati.
Maka anak panah itupun kembalilah kepada busurnya setelah dilihat
oleh Raja Gangga Peri akan // Raja Indera Warna sudah mati itu, maka ia pun
memacu kudanya mendapatkan Putera Jaya Pati. Maka rakyat sekalian pun
bersoraklah seperti petir dilangit bunyinya, maka Raja Gangga Peri pun
menyerbukan dirinya kedalam rakyat jin itu, maka segera dipintasi oleh
Sangga Mukasin dari hadapan, serta katanya, ―Siapa engkau ini, maka berani
hendak melawan tuanku itu. Maka lawanlah aku ini dahulu.‖
Setelah dilihat oleh Raja Gangga Peri akan pahlawan jin mencegat ia
itu, maka segera ditetaknya dengan pedangnya. Maka ditangkis oleh pahlawan
jin dengan perisainya, maka pahlawan jin // kedua itupun berperanglah.
Setelah dilihat oleh rakyat kedua pihak tentara akan penghulunya berperang
itu, maka ia pun menyerbukan dirinya. Maka jadi perang besarlah, terang
211
212
213
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
c83
uaca menjadi kelam kabut, tiadalah apa kedengaran hanya tampak sorak
segala hulubalang berani dan harabab, segala yang penakut dan serta sorak
dengan suara gajah, kuda yang kedengaran gemerincing bunyi senjatanya
segala hulubalang itu.
Seketika berperang itu maka darah pun banyaklah tumpah kebumi,
maka kelihatanlah orang berperang itu tikam menikam tetak- menetak,
tumpah-menumpah, usir-mengusir, dan yang bertikam bercekik pinggang
sama mati, dan ada yang mengamuk, diamuk orang pulik // dan ada yang
menikam ditikam orang pula. Maka terlalu ramainya perang itu, seperti orang
bermain lakunya.
Maka Raja Surana pun bertemulah dengan Sangga Mukasin dan Sang
Kuda Kampar bertemu dengan Raja Indera, dan Sang Teratek Sumandu pun
bertemu dengan Prabu Peri. Maka sekalian itupun bertikam keras berhujung-
hujungan dan bertetakkan pedang. Seorang dari kanan seorang dari kiri,
beralih kekanan datang tetak dari kiri maka ia pun serba salah. Maka Raja Peri
Indera pun hendak lari, maka ditangkap oleh Sangga Mukasin rambutnya, lalu
dihempaskan ke bumi // luluh lantak tulangnya. Setelah dilihat anak raja itu
mati, maka keduanya pun menyerbukan dirinya kedalam tentara Peri itu. Maka
Raja Surana pun sudah mati dibunuh Sang Kuda Kampa, ditikam kena ulu
hatinya. Maka sorak kaum jin pun gemuruh tiada berputusan bunyinya, setelah
dilihat oleh Raja Gangga Peri saudaranya habis mati itu, maka ia pun terlalu
amarahnya, maka ditetaknya dengan sungguh hatinya. Maka ditangkiskan oleh
Sangga Mukasin dengan perisainya, maka tergancar tangkisnya itu kepada
bahunya, keluar api memancar tiada lut. Maka ia pun terlalu marah, lalu ia
83 Tertulis
214
215
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
melompat // menangkap rambut Raja Indera Gangga Peri itu, lalu dijantasnya
lehernya penggal dua, maka dilemparnya kepada kaum Peri itu.
Setelah dilihat sudah mati itu, maka ia pun menyerbukan dirinya
kedalam rakyat Peri itu, maka makin pula ramainya sorak segala rakyat jin itu
tiada berputusan, seperti langit akan runtuh lakunya itu. Maka segala rakyat
Peri itupun larilah tiada berketahuan, setengah membawa rakyatnya dan
setengah membawa mayat anak raja keempat itu kepada Raja Indera Peri,
demi baginda melihat mayat anakanda baginda keempat itu. Maka tiadalah
terkata-kata lagi // maka baginda pun pingsanlah, maka disiram muka baginda
oleh menterinya dengan air mawar, maka baginda pun sadarlah daripada
pingsannya itu. Lalu duduk mendekap mayat anaknya itu menangis.
Adapun perang pahlawan jin empat itupun menanglah, karena rakyat
Peri itu sudah tiada berkepala, maka larilah ia pulang ke negerinya, setengah
tiada berketahuan membawa dirinya. Maka Raja Indera Peri pun pulanglah ke
negerinya, membawa mayat anaknya keempat itu.
Maka tiadalah tersebut perkataannya bermula, maka raja Gangga
Wijaya pun dua hari sudah tiada keluar lagi, ia duduk berbicara dua // beranak
Raja Indera Sumandralila hendak keluar berperang maka tiada diberi oleh
bapanya, karena salah hematnya melihat akan kesaktian Putera Jaya Pati itu,
seraya berkata dua beranak itu, ―Anak siapa gerangannya orang muda itu,
maka terlalu kesaktiannya, terlebih daripada Raja Indera Peri, karena pada
masa ini tiada pernah kita lihat dan mendengar segala raja didalam dunia ini,
terlebih kesaktiannya daripada Raja Indera Peri itu.‖
Maka sembah Raja Indera Sumandralila itu, ―Ampun tuanku, patik
kurang perkasa tuanku. Anak siapa-siapa pun patik tiada ketahui, akan
216
217
218
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
kelakuan itu bukannya anak orang barang-barang // akan rupanya pun seperti
anak raja yang besar-besar juga, maka terlalu kesaktiannya itu.‖
Maka seketika lagi berhimpunlah segala menteri hulubalang dan rakyat
Raja Gangga Wijaya sekalian masuk mengadap84
baginda kedua berputera itu.
Maka titah baginda, ‖Hai segala menteriku, apa bicara kita, baiklah bantu Raja
Indera Peri itu atau jangankah?‖
Maka sembah segala menteri hulubalang, ―Daulat tuanku syah alam,
ampun tuanku beribu-ribu ampun. Jika benar kebawah duli tuanku, maka
beranilah patik sekalian berdatang sembah.‖
Maka titah baginda, ―Hai menteriku, katakanlah bicara tuan hamba itu,
aku dengar.‖ Setelah sudah maka // maka dipersembahkan, ―Ampun tuanku,
kepada bicara patik hamba yang bebal ini baiklah tuanku berdiam dahulu,
sementara kita lihat mainnya orang itu barang sehari dua hari lagi, apa akan
jadinya. Karena tiadalah pernah kita sekalian melihat pada zaman ini orang
demikian itu. Maka baharu sekarang inilah kita lihat perkasanya serta dengan
rupanya pun terlalu baiknya tiadalah ada bandingan segala anak raja-raja
didalam negeri dan teluk rantau kita dan lagi pun hendak kita bantu Raja
Indera Peri itu, karena ia tiada mau mufakat dengan kita, serta mengajak
berbicara dengan tuanku barang sesuatu, tiga bulan sudah ia // berperang itu ia
memberi khabar yang baik dan jahat pun tiada diberi, melainkan serta datang
maka berperanglah dengan Putera Jaya Pati itu.‖
Syahdan maka titah baginda, ―Siapa yang bernama Putera Jaya Pati itu
dan anak siapa dan dari mana ia datang itu dan apa bangsanya?‖
84 Tertulis
219
220
221
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Maka sembah menteri itu, ―Ampun tuanku, itulah Putera Jaya Pati
anak maharaja Kulawandu konon khabarnya akan darimana-mana anaknya
itu tiada patik periksa, maka tiada dapat tiada datang juga sesuatu bicara yang
baik daripadanya, karena ia pun anak raja besar juga.‖
Dalam tengah duduk berkata-kata itu maka // maka85
orang pun
datanglah membawa khabar mengatakan patah perangnya Raja Indera Peri
dan Raja Indera Warna pun sudah mati dan segala saudaranya dan segala anak
raja-raja yang bersama itupun sekalian habis mati dibunuh oleh Putera Jaya
Pati dan Raja Indera Peri pun sudahlah pulang ke negerinya membawa mayat
anaknya empat itu.
Maka baginda pun heranlah mendengar khabar itu seraya berkata,
―Sekarang ini apa bicara kita?‖ Maka sekaliannya pun menyembah, maka
sembah segala menteri hulubalang itu, ―Baiklah tuanku nanti dahulu kita
dengar khabar akan bicaranya anak raja itu, karena ia pun anak raja besar
juga // serta dengan saktinya dan serta dengan arif bijaksana masyakah
kurang bicaranya kepada ia itu. Maka pikir didalam hatinya patik ini datang
juga Putera Jaya Pati itu mengadap86
duli tuanku, jika tiada ia datang pun
penyuruh daripadanya itu datang juga, dalam pada itupun jika tiada ia datang
maka patik sekalianlah pergi kepadanya.‖ Maka titah baginda, ―Baiklah jika
demikian kata-kata tuan hamba itu.‖
Sebermula maka terbitlah perkataannya Putera Jaya Pati, setelah sudah
patah perang Raja Indera Peri itu, maka ia pun kembalilah serta dengan
pahlawan jin keempat dan segala tentaranya masuk kedalan kota. Maka serta
85 Tertulis
86 Tertulis
223
222
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
sampai lalu // naik kebalai duduk berkata-kata serta dihadap87
oleh pahlawan
jin keempat serta dengan segala menteri hulubalang rakyat bala tentaranya
sekalian. Maka kata Putera Jaya Pati, ―Hai saudaraku Sang Kuda Kampa,
hendaklah saudara hamba ham88
batkan segala orang kita yang luas itu, serta
beri tempat kepada ia sekalian itu, jangan jadi pecah belah.‖ Sudah berkata-
kata itu maka Putera Jaya Pati pun turunlah berjalan naik kemahligai tuan
puteri itu.
Adapun pada ketika itu tuan puteri duduk menangis serta dihadap89
segala dayang-dayang baik perwira sekalian. Hatta maka Putera Jaya Pati pun
datang seraya // berkata, ―Mengapa tuan adinda ini menangis, sayangkah tuan
akan Raja Indera Warna itu mati sebab tuan duduk menangis ini. Jika kakanda
tahu, tiadalah kakanda bunuh dia.‖
Maka tuan puteri pun terkejut lalu tunduk dengan malunya berdiam
dirinya seraya menyapu air matanya, maka dimaniskan mukanya itu seraya
memandang kepada Putera Jaya Pati seraya katanya, ―Gilakah beta tangiskan
anak raja itu, yang beta tangiskan ini karena kakanda lambat datang. Maka
sebab itulah maka beta menangis ini, karena tiada selesai perangan kakanda
dengan anak raja itu siapa // tahu pekerjaan perang itu baik dan jahat itu sama
keduanya. Karena beta ini perempuan tiada kemana sampainya.‖ Maka Putera
Jaya Pati pun tersenyum mendengar kata yang lemah lembut itu.
Setelah sudah maka tuan puteri pun bangkit seraya pergi duduk dekat
Putera Jaya Pati, maka Putera Jaya Pati pun seraya memeluk dan mencium
87 Tertulis
88 Tertulis
89 Tertulis
224
225
226
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
tuan puteri itu seraya bergurau dan bersendanya. Seketika maka hidangan pun
diangkat oranglah kehadapan Putera Jaya Pati dan tuan puteri kedua pun
santap sehidangan dengan Putera Jaya Pati sambil bergurau dan bersenda serta
berpantun sulu90
k // Setelah sudah santap maka kemudian santap sirih dan
memakai bau-bauan. Seketika maka hari pun malamlah, maka Putera Jaya Pati
mendukung tuan puteri, bawa masuk dalam peraduannya serta memujuk
isterinya dengan kata yang manis-manis melembutkan hatinya. Maka tuan
puteri pun terlalailah keduanya.
Seketika maka hari pun sianglah, maka Putera Jaya Pati pun serta
dengan tuan puteri keduanya bangunlah daripada beradu, lalu pergi mandi
kedua laki isteri. Telah sudah mandi dan memakai bau-bauan, maka kata
Putera Jaya Pati, ―Tinggalah tuan, kakanda hendak keluar kebalai
mendapatkan segala menteri // hulubalang dan pahlawan.‖
Maka kata tuan puteri, ―Segeralah kakanda kembali mendapatkan beta
ini.‖ maka Putera Jaya Pati pun berkata sambil tersenyum, ―Baiklah tuan,
segera juga kanda mendapatkan tuan.‖
Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun keluarlah kebalai
penghadapan91
, duduk dihadapi92
oleh pahlawan jin keempat itu serta dengan
segala menteri hulubalang rakyatnya. Maka seketika duduk maka hidangan
pun diangkat oranglah kehadapan pahlawan jin keempat itu dan serta dengan
segala menteri hulubalang. Setelah sudah maka makanlah masing-masing
kepada hidangannya dan raja samanya raja menteri samanya menteri //
90 Tertulis
91 Tertulis
92 Tertulis
229
228
227
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
hulubalang samanya hulubalang, rakyat samanya rakyat, masing-masing
kepada pangkatnya diantaranya.
Ssetelah sudah makan maka minuman pula diangkat orang, maka piala
yang bertatahkan ratna mutu mangnikam pun diperedarkan oranglah. Setelah
sudah maka minumlah terlalu ramainya bersulang-sulangan, maka segala
bunyinya seperti adat segala raja-raja yang besar-besar. Adapun Putera Jaya
Pati menjamu segala menteri hulubalang rakyatnya serta dengan pahlawan jin
keempat itu empat puluh hari empat puluh malam, serta dengan bersuka-
sukaan maka tiadalah tersebut lagi perkataan itu.
Sebermula maka // tersebutlah perkataan ada seorang jin terbang
diudara kepada tatkala Putera Jaya Pati berperang itu. Hatta maka dilihatnya
oleh jin itu, maka dengan takdir Allah taala maka jin itupun bertemulah
dengan anak raja-raja yang empat puluh berguru kepada Begawan Narada
yang bersama-sama Putera Jaya Pati. Maka diceterakan oleh jin itu kepada
anak raja-raja itu. Setelah didengarnya oleh segala anak raja-raja itu akan kata
jin demikian itu, maka anak raja-raja yang empat puluh itupun pergilah kepada
Begawan Narada bermohon hendak pergi melihat Putera Jaya Pati berperang
itu. Maka dilepaskan oleh Begawan // Narada.
Setelah sudah masing-masing pulanglah ke negerinya pergi bermohon
kepada ayah bundanya, serta menghimpunkan segala menteri hulubalang dan
rakyat. Setelah sudah maka segala anak raja-raja itupun masing-masing
berjalanlah menuju negeri Gangga Wijaya siang dan malam tiada berhenti
berjalan itu. Maka tiada berapa lamanya maka sampailah ke negeri raja itu,
maka kata segala anak raja-raja itu, ―Yang mana kota Putera Jaya Pati, karena
230
231
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
dua kotanya.‖ Maka kata segala anak raja-raja itu, ―Inikah gerangannya yang
sebelah kanan yang bercahaya itu?‖
Maka kata anak raja Dewa, ―Yang mana-mana pun marilah kita pergi
masa kan tiada alamatnya?‖ Maka ia pun // berjalanlah menuju jalan besar
masuk kedalam kota itu.
Adapun ketika itu Putera Jaya Pati pun tengah duduk menjamu
pahlawan jin keempat, serta dengan segala menteri hulubalang dan rakyat
sekalian itu. Maka dilihat oleh Putera Jaya Pati daripada sebelah gunung
mahabiru itu akan payung bersusun-susun datang. Maka dibawah payung itu
segala anak raja-raja mambang kedua dengan segala anak raja-raja jin, peri,
dewa, mambang, indera candra semuanya datang dengan segala rakyatnya
lengkap dengan alat peperangan lakunya maka terlalulah ramainya.
Telah dekat maka dikenal oleh Putera Jaya Pati akan yang datang itu
anak raja-raja // Yang empat puluh seguru dengan dia itu. setelah sudah maka
Putera Jaya Pati pun serta dengan segala menteri hulubalang dan pahlawan jin
keempat itupun pergilah mengelu-elukan segala anak raja-raja itu. Setelah
dilihat oleh segala anak raja-raja itu akan Putera Jaya Pati datang itu, maka
segala anak raja-raja itupun turunlah dari atas kudanya, dan masing-masing
berjatah tangan dengan Putera Jaya pati, setelah sudah maka kata Putera Jaya
Pati, ―Marilah adinda kakanda sekalian, kita naik kebalai. Tiada baik kita
berkata-kata disini.‖
Maka sahut segala anak raja-raja itu, ―Silakanlah kakanda dahulu.‖
Maka Putera Jaya Pati pun membawa segala anak raja-raja itu // Naik
kebalairung maka kursi pun diatur oranglah, maka segala anak raja-raja itupun
duduklah diatas kursi itu, setelah sudah maka sirih pada corong pun diatur
232
233
234
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
oranglah kehadapan segala anak raja-raja itu, dan corong perak tembaga suasa
pun diatur orang pula kehadapan segala menteri hulubalang rakyat sekalian.
Setelah sudah maka makanlah masing-masing pada pangkatnya.
Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun berceteralah akan segala
perihal ahwalnya ia berjalan itu lalu bertemu dengan tuan puteri itu dan Peri ia
berperang dengan anak Raja Indra Peri, maka anak raja itupun matilah
dibunuhnya. Maka bapanya anak // raja itupun lari membawa anaknya yang
mati itu pulang ke negerinya itu.
Maka segala anak raja-raja itupun heranlah serta mendengar khabar
yang demikian itu, seraya katanya, ―Mengapa maka kakanda tiada memberi
khabar akan adinda sekalian ini, hendak melihat termasa kakanda berperang
itu.‖
Maka kata Putera Jaya Pati, ―Ya kakanda sekalian, sebab pun tiada
dinda memberi khabar akan kakanda sekalian karena kerja sedikit.‖ Seketika
berkata-kata maka hidangan pun diangkat oranglah kehadapan segala anak
raja-raja itu.
Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun berkata, ―Hai saudara hamba
sekalian, santaplah tuan jangan diabaikan, beta mana sekedar kakanda //
karena tiada dengan sepertinya.‖ Maka segala anak raja-raja itupun seraya
tersenyum mendengar kata Putera Jaya Pati itu. Maka santaplah masing-
masing pada hidanganya, raja sama raja, menteri sama menteri, hulubalang
sama hulubalang, rakyat atas kepada kaum, mambang sama mambang, dewa
sama dewa, candra sama candra, jin sama jin, peri sama peri, maka kenalah
masing-masing pada hidanganya, maka terlalulah ramainya.
236
235
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Setelah sudah maka minuman pun diangkat orang, maka piala yang
bertatahkan ratna mutu mangnikan itupun diperedarkan oranglah. Setelah
sudah maka minumulah sulang-menyulang, maka terlalu ramainya. Telah
berapa // cawan diminum itu maka ia pun mabuklah masing-masing, mukanya
seperti bunga selasih. Maka segala bunyi-bunyian pun dipalu oranglah
daripada rebab, kecapi, dandi, muri, serdam, kopak, ceracap, suling, bangsi
maka terlalulah ramainya. Maka biduan yang baik suara pun bernyanyilah, dan
segala yang asyik berahinya itupun bangkitlah menari berpasak-pasakan.
Adapun akan Putera Jaya Pati menjamu segala anak raja-raja itu
sekira-kira tujuh hari tujuh malam. Setelah sudah lepas daripada makan
minum itu, maka kata Putera Jaya Pati pada segala anak raja-raja itu,
―Darimana tuan-tuan sekalian beroleh khabar akan // kakanda berperang?‖
Maka kata segala anak raja-raja itu, ―Ya kakanda, maka adalah seorang
jin membawa khabar akan kakanda berperang itu.‖ Syahdan maka setelah
sudah maka kata anak raja-raja itu kepada Putera Jaya Pati, ―Ya kakanda,
maka sekarang ini sudahkah kakanda pergi menghadap93
paduka ayahanda itu
raja Gangga Wijaya itu?‖
Maka kata Putera Jaya pati, ―Tiada lagi tuan kakanda pergi
menghadap94
, karena baharulah selesai daripada berperang. Lagi pun takut
kakanda kalau dimurka oleh paduka ayahanda baginda itu akan kakanda.
Karena tiada baik lagi hatinya baginda itu.‖
93 Tertulis
94 Tertulis
237
238
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Maka kata sekalian anak raja-raja itu, ―Jika demikian, baiklah kakanda
pergi menghadap95
// baginda itu, karena baginda itupun raja besar juga. Lagi
pun sebaiknya kita sekalian mendapatkan baginda itu, karena dia kakanda pun
sudah menang ini, supaya jangan kecil hati ayahanda dan serta paduka
kakanda dan adinda itu tuan puteri. Kalau-kalau ada bicaranya baginda itu
yang baik.‖
Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya berkata kepada anak raja
Peri dan Mambang dan Dewa, ―Mana bicara saudara hambalah, jika sudah
baik maulah kakanda turutkan.‖ Maka sembah segala anak raja-raja itu jika
demikian, ―Esok hari daripada pagi-pagi biarlah patik menghadap96
baginda
itu.‖ Telah sudah putus bicara, maka Putera Jaya Pati // pun masuklah
mendapatkan tuan puteri.
Adapun tuan puteri pada ketika itu ia duduk tengah berkata-kata
dengan inangda serta dengan dayang-dayang sekalian. Akan segala anak raja-
raja itu datang mendapatkan Putera Jaya Pati pelbagai bangsanya itu, maka
Putera Jaya Pati pun datanglah dari belakang tuan puteri itu, serta sampai lalu
duduk bertolakan dari batuan puteri seraya berkata, ―Apa gerangannya cakap
orang ini?‖
Maka kata tuan puteri, ―Tiada apa cakap beta ini, katanya sungguh
kakanda anak raja-raja konon datang banyak mendapatkan kakanda ini.‖
Maka kata Putera Jaya Pati, ―Sungguh tuan akan anak raja-raja itu
datang mendapatkan // kakanda, karena sekalian itu seguru dengan kakanda,
95 Tertulis
96 Tertulis
239
240
241
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
sebab itulah maka ia datang.‖ Maka kata Putera Jaya Pati, ―Sudahkah tuan
santap?‖
Maka kata tuan puteri, ―Tiada lagi beta makan, karena beta menanti
kakanda datang.‖
Maka kata Putera Jaya Pati, ―Sungguhlah rupanya tuan kasih akan
kakanda, maka santap pun tuan menanti.‖ Seketika maka hidangan pun
diangkat oranglah kehadapan Putera Jaya Pati dan tuan puteri, maka kata
Putera Jaya pati, ―Marilah tuan kita makan.‖ Maka tuan puteri pun membasuh
tangannya, lalu makanlah kedua laki istri itu. Setelah sudah makan lalu makan
sirih dan memakai bau-bauan. Setelah sudah // maka Putera Jaya Pati pun
memimpin tangan tuan puteri masuk kedalam peraduan, maka beradulah laki
isteri.
Telah hari siang dari pagi-pagi maka anak raja mambang kedua pun
berkata, ―Ya kakanda adinda sekalian duduklah disini, biarlah beta pergi dua
bersaudara.‖
Maka kata segala anak raja-raja itu, ―Baiklah silakanlah dahulu.‖ Maka
anak raja kedua itupun pergilah berjalan, lalu masuk kota raja itu, maka serta
sampai dipersembahkan oranglah kepada baginda bahwa akan penyuruh
daripada Putera Jaya Pati anak raja mambang kedua datang hendak
mengadap97
tuanku, adapun baginda itu salamanya ia berperang dengan Putera
Jaya Pati itu, maka ia pun terlalulah // masygul didalam hatinya, lagi pun
menantunya Raja Indera Peri sudah mati dibunuh oleh Putera Jaya Pati, maka
raja itu besar kerajaannya daripada segala raja-raja yang lain. Sebab itulah
maka baginda pun sangat duka cita, dan Putera Jaya Pati itu tiada berketahuan
97 Tertulis
242
243
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
bangsanya, sungguh pun terlebih kesaktiannya daripada Raja Indera Warna
itu, serta dengan rupanya itu. Karena banyak negeri yang bernama Kulawandu
tiada dapat khabar yang tentu, maka baginda pun berangkatlah kebalairung
seraya bertitah, ―Suruh anak raja-raja itu masuk kemari!‖
Setelah sudah maka pergilah bintara persilakan anak raja itu maka serta
sampai dipersembahkan ampun, // ―Tuanku dipersilakan oleh paduka
ayahanda masuk kedalam tuanku ini.‖ Maka kata anak raja mambang kedua
itu, ―Bersusah-susah pula mendapatkan beta ini, akan beta pun sahaja hendak
mengadap98
baginda disini juga.‖
Setelah sudah maka ia pun berjalanlah masuk, setelah sampai kebalai
maka titah baginda, ―Silakanlah tuan kedua naik kebalai.‖
Maka anak raja mambang kedua itupun seraya menyembah lalu naik
duduk serta dipersembahkan, ―Daulat tuanku beribu-ribu ampun, serta patik
memohonkan ampun.‖ Sambil bangkit berdiri menjunjung duli baginda serta
dengan takdimnya. Maka baginda pun heranlah melihat akan tertib anak raja
kedua itu, maka baginda pun bertitah, ―Silakanlah // anakku duduk diatas kursi
ini.‖ Maka anak raja kedua itupun duduklah seraya menyembah baginda,
setelah sudah maka sirih puan corong emas itupun diatur oranglah kehadapan
anak raja kedua itu.
Maka baginda pun bertitah, ―Makanlah sirih anakku kedua ini dan
apak99
ah bicaranya anakku kedua datang kepada ayahanda. Tuan katakanlah
bangsanya Putera Jaya Pati itu dengan sebenarnya dan nama ayah bundanya
98 Tertulis
99 Tertulis
244
245
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
kepada ayahanda, supaya sedaplah hati ayahanda. Karena tiada berketahuan
khabarnya maka itulah tiada sedap hati ayahanda.‖
Maka anak raja itupun seraya menyembahkan kata-kata demikian
bunyinya wa yathula „l-Lāhi „amarka „l-sulthānā „azhim wa „l-Hān // al
makram Zhāla`l-Lāh fi `l-„ālam masyhur fi `l-gharib wa `l-„ājim amin tuanku
beribu-ribu ampun penuh limpah seraya terjunjung keatas jamal patik. Ampun
tuanku patik maklumkan dengan sebenarnya hal ahwal anakanda Putera Jaya
Pati kebawah lebu telapakan ampun tuanku diperbanyak-banyak akan ampun
akan paduka anakanda itu, karena ia orang muda, maka tiada sampai
bicaranya. Adapun hamba Allah ini bersusun-susun dengan bebalnya. Ampun
tuanku akan paduka anakanda itu Putera Jaya Pati anak raja besar juga tuanku,
tiadalah boleh dikeji orang akan namanya tuanku ini.‖
Maka diceterakanlah segala hal ahwal Putera Jaya Pati itu // daripada
ibu bapanya dan nama negerinya, setelah sudah maka baginda pun baharulah
tahu akan menantunya itu akan anak raja besar samalah dengan Raja Indera
Warna, maka baginda pun sukalah hatinya dan mukanya pun berseri-serilah,
karena boleh seperti sekehendaknya berolehan anak raja besar serta dengan
arif bijaksana lagi dengan saktinya, maka titah baginda, ―Wahai sayangnya
aku tiada ketahui selamanya ini, jika aku ketahui sudahlah ayahanda
menyuruh sambut kemari ini. Kecil hatilah anakanda itu akan ayahanda ini.‖
Maka sembah anak raja kedua itu, ―Ampun tuanku, akan patik ini
Putera Jaya Pati, terlebih ampun tuanku juga.‖ Seketika berkata-kata // itu
maka hidangan pun diangkat oranglah kehadapan anak raja kedua itu, setelah
sudah maka titah baginda, ―Santaplah tuan anaku kedua barang rupanya.‖
247
248
246
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Maka anak raja kedua itupun seraya menyembah lalu makanlah. Setelah sudah
makan lalu makan sirihlah dan memakai bau-bauan.
Telah selesailah daripada makan minum itu maka sembah anak raja
kedua itu, ―Ampun tuanku sebagaimana akan sembah patik ini adakah lulus
akan dia ampun tuanku atau tiadakah?‖
Maka titah baginda, ―Apatah salahnya anak hamba sekalian hendak
berkasih-kasihan dengan hamba ini orang tuha juga sudi anak hamba itu
Putera Jaya Pati akan hamba ini. Esok harilah hamba pinta anak hamba //
kedua itu persilakan anakanda Putera Jaya Pati itu kemari.‖ Maka sembah
anak raja kedua, ―Insya Allah taala janganlah tuanku bertitah demikian itu,
karena yang salah itu Putera Jaya Pati juga. melainkan diperbanyak-banyak
ampun duli syah alam diatas jamal patik itu jika sudi duli tuanku akan patik itu
insya Allah taala maka esok harilah akan paduka anakanda itu patik bawa
mengadap100
duli yang maha mulia‖
Maka baginda pun memberi persalin akan anak raja kedua itu dengan
pakaian yang keemasan sama dengan dia itu, setelah sudah maka sembah anak
// raja kedua itu, ―Ya tuanku, adapun patik kemari ini disuruh oleh paduka
anakanda itu persembahkan kehendaknya tiada patik kemari ini hendak
menerima ayapan dan pakaian.‖
Maka baginda pun tersenyum seraya berpikir didalam hatinya, ―Bijak
sekali Putera Jaya Pati itu, sedangkan penyuruhnya lagi sekian bijaksana juga
yang menyuruh itu.‖ Beberapa pula telah sudah maka titah baginda, ―Hai
anakku katakan kasih hamba akan Putera Jaya Pati itu‖ Maka kata anak raja
100 Tertulis
249
250
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
kedua itu, ―Baiklah tuanku, patik sembahkan.‖ Maka anak raja kedua itu pun
menjunjung duli baginda lalu turun berjalan.
Adapun pada ketika itu Putera Jaya Pati sudah keluar duduk dibalai
bersama-sama // dengan anak raja-raja yang tinggal itu dan pahlawan jin
keempat itu serta dengan segala menteri hulubalang rakyat. Setelah sampai
anak raja kedua itu kebalai lalu naik duduk, maka Putera Jaya Pati pun
tersenyum seraya berkata, ‖Hai saudara hamba, adakah berlaku sembah kita
dan kehendak kita luluskah atau tiadakah?‖
Maka anak raja kedua itupun menyembah seraya menguca101
pkan
selamat baginda itu serta dengan kata-katanya kepada Putera Jaya Pati serta
titah baginda menyuruh pergi esok hari. Maka segala anak raja-raja yang
banyak itupun ramailah tertawa-tawa mendengar kata anak raja kedua itu,
maka kata Putera Jaya Pati, ―Jika demikian titah baginda // baiklah kita pergi
mengadap102
baginda itu esok hari.‖ Maka kata Putera Jaya Pati serta dengan
anak raja-raja yang banyak itu, ―Benarlah seperti titah kakanda itu, karena
baginda itu orang tuha sepatutlah kakanda merendahkan diri kakanda biarlah
beta sekalian mengiringkan kakanda esok hari.‖
Setelah itu maka hari pun malamlah, pada ketika itu maka Putera Jaya
Pati pun masuklah kedalam mendapatkan tuan puteri serta datang duduk
bertindih riba dengan tuan puteri serta katanya, ―Tuan esok hari kakanda pergi
mengadap103
paduka ayahanda, karena kakanda sudah menyuruh pergi
101 Tertulis
102 Tertulis
103 Tertulis
251
252
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
mengadap104
ayahanda itu.‖ Maka segala kata-kata anak raja kedua itupun
habis dikatakan kepada tuan // puteri maka tuan puteri pun sukalah hatinya
mendengar ayahanda baginda itu tiada murka serta suaminya itu. Setelah jauh
malam maka Putera Jaya Pati pun mendukung isterinya masuk ke peraduan,
maka beradulah dua laki isteri itu.
Setelah keesokan harinya, maka Putera Jaya Pati pun memakailah
pakaian yang mulia-mulia dan serta yang keemasan bertatahkan ratna mutu
mangnikam yang tiada pernah dilihat orang itupun dikenakan oleh tuan puteri
pada tubuh suaminya, serta dibubuhnya bau-bauan akan suaminya seraya
katanya, ―Aduhai kakanda, tiadalah jemu mata memandang kakanda ini.‖
Maka kata Putera Jaya Pati, ―Janganlah tuan berkata begitu, rupa tuan yang
teramat // elok itu tiadalah boleh dihati patik yang seperti gambar yang
ditulis.‖ Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun keluarlah kebalai
penghadapan105
.
Hatta pada ketika itu, segala anak raja-raja itupun sudahlah memakai
masing-masing pada kegemarannya, duduk menanti Putera Jaya Pati serta
berhadir Gangga pun berjalan itu, seketika maka Putera Jaya Pati pun serta
dipandang oleh segala anak raja-raja itu akan rupanya gilang gemilang seperti
akan lenyap dipandang mata. Karena kena pakaian yang bertatahkan ratna
mutu mangnikam, maka kata Putera Jaya Pati, ―Marilah tuan adinda sekalian
kita berjalan keluar, karena hari sudah tinggi.‖
Maka kata segala // anak raja-raja itu, ―Silakanlah tuan kakanda
berjalan dahulu.‖ Maka Putera Jaya Pati pun turunlah dari balai itu lalu naik
104 Tertulis
105 Tertulis
254
253
255
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
keatas gajah yang bernama Birama Dewa, gadingnya itu seperti penyuluh, lalu
beraturlah hendak berjalan itu. Pertama-tama yang dihadapan106
itu Sangga
Mukasin, dan dikanan Sang Kuda Kampa, dan dikiri Sang Satyara, dan
dibelakang Sang Teratek Sumandu. Akan dibelakangnya lima laksa jin
berjalan dihadapannya107
memegang pedang terhunus, dan lima laksa
hulubalang Indera berjalan dihadapan108
, dan kanannya yang pandai memanah,
dan lima laksa hulubalang dikirinya yang pandai bermain tombak, dan
rakyatnya yang tiada tepermanai // itu dibelakang sekalian itu.
Adapun akan segala anak raja-raja yang empat puluh itu berkeliling
akan Putera Jaya Pati, seperti harimau akan menerkam kawan kumbang
lakunya sekalian itu. Di atas kuda semberani mengiringkan Putera Jaya Pati.
Maka berapa yang iram gunung yang keemasan itupun berkembanganlah
diatas segala anak raja-raja itu dan tinggal panji-panji pun berkibaranlah
seperti angkatan orang hendak berperang lakunya, itu serta dengan hebat dan
dahsyat pada segala yang melihat itu.
Maka berjalanlah menuju negeri Gangga Wijaya itu, setelah sampai
lalu masuk kedalam kota serta dengan segala anak raja-raja itu maka
dipersembahkan // oranglah kepada baginda mengatakan Putera Jaya Pati
sudah sampai kedalam kota serta dengan segala anak raja-raja huluhalang
rakyat terlalu109
banyak. Maka sekaliannya itu hendak mengadap110
duli yang
106 Tertulis
107 Tertulis
108 Tertulis
109 Tertulis
110 Tertulis
256
257
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
dipertuan, maka baginda pun keluarlah bersama-sama dibalai agung, serta
diadap111
oleh segala raja-raja yang memakai mahkota empat puluh, serta
dengan menteri hulubalang rakyat sekalian, maka titah baginda kepada
seorang menteri, ―Pergilah mengelu-elu akan Putera Jaya Pati itu‖ Maka
segala menteri dan anak raja-raja itupun menyembah baginda lalu pergi
mengelu-elu akan Putera Jaya Pati, serta sampai maka dilihatnya oleh Putera
Jaya Pati akan banyak raja-raja yang datang hendak mengelu-elukan // ia itu,
maka ia pun turunlah dari atas gajah Birama Dewa itu berjalan ditanah.
Setelah dilihat oleh segala anak raja-raja itu akan Putera Jaya Pati
berjalan itu, maka ia pun sekaliannya turunlah dari atas kudanya. Maka kata
segala anak raja-raja itu, ―Patik ini disuruh oleh paduka ayahanda menyambut
tuanku, maka kata Putera Jaya Pati, ―Bersusah-susah pula baginda hendak
disambut, maka beta pun sahaja hendak mengadap112
juga.‖
Lalu berjalan ditengah pasar itu, maka segala orang pasar itupun
sekaliannya berlari-lari daripada hendak berdahulu-dahuluan jadi rebah
rempah tiada berketahuan, timpa menimpa sama sendirinya, setengah pecah
mukanya dan hidungnya // dan ada yang patah tangan kakinya dan dayang
rebah ter113
lentang, tertiarab bangkit pula lari juga kehadapan, setelah sudah
sampai dekat maka terpandanglah kepada Putera Jaya Pati. Maka ia pun
berseru-seru meminta nanti, lalu menombak-nombak dadanya sendiri dan
berkata, ―Jika boleh jadi lakiku sebarang maksudnya itu tiadalah aku
salahkan,‖ setengah pula berkata, ―Jika boleh jadi lakiku malam dan siang aku
111 Tertulis
112 Tertulis
113 Tertulis
258
259
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
berulit dengan dia,‖ dan setengah pula berkata, ―Jika boleh jadi menantuku
tiadalah kuberi keluar dari dalam peraduannya, biarlah panah dengan pedang
anaknya itu.‖
Maka masing-masing pun duduklah dengan birahinya habislah
terhambur mangnikamnya // tiada khabarkan dirinya, dan setengah berkata,
―Jika boleh jadi tuanku, maka sukalah hatiku mengikut dia,‖ masing-masing
dengan asik birahinya akan Putera Jaya Pati itu tiadalah khabarkan dirinya
itu, barang yang terdiri itu maka terdirilah ia setengah berkata, ―Hendak ku
ambil jadi lakiku,‖ maka kata setengah pula, ―Aku berkehendak akan dia!‖
Maka lalu berbantahlah keduanya, maka sekalinya orang pun ramailah suka
tertawa-tawa akan melihat kelakuan perempuan itu.
Maka segala rakyat Putera Jaya Pati pun heranlah melihat pranatah
orang dalam negeri Gangga Wijaya itu, karena melihat rupa Putera Jaya Pati
itu kesemuanya habis tiada khabarkan dirinya // datang pecah mukanya pun
tiada sadarkan dirinya, maka segala anak lakinya pun amarahkan isterinya,
seraya katanya, ―Mengapa maka kelakuanmu demikian ini?‖ Maka kata
isterinya itu, ―Karena gemar aku melihat rupa Putera Jaya Pati.‖ dan beberapa
pula budak-budak yang mati lemas karena ibunya pergi melihat itu.
Syahdan maka baginda pun berpikir didalam hatinya serta berkata,
―Akan Putera Jaya Pati datang ini seperti orang hendak berkahwin lakunya,
jika demikian baiklah aku kerjakan sekali.‖ Maka baginda pun masuklah
kedalam mendapatkan permaisuri serta sampai lalu duduk dekat seraya
berkata, ―Ya adinda, suruhlah sambut anak kita itu // kemari. Adinda hiaskan
kita kahwinkan sekali.‖
260
261
262
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Maka permaisuri, ―Tiadakah dikata orang akan kita, karena tiada
dengan sepertinya?‖
Maka titah baginda, ―Bagaimana kakanda tiada perbuat demikian,
karena datang itu seperti orang hendak ber kahwin lakunya itu.‖ setelah sudah
maka permaisuri pun menyuruh dayang-dayang pergi menyambut tuan puteri,
serta datang lalu dihiaskan oleh permaisuri memakai pakaian yang keemasan.
Setelah sudah maka didudukkan oranglah didalam pelaminannya itu, setelah
sudah maka diadap114
oleh inangda dan dayang-dayang perwira sekalian
penuh sesak dihadapan115
pelaminannya itu serta dengan segala bani raja-raja
dan menteri hulubalang sekalian // masing-masing duduk beratur kepada
masin-masing tempatnya.
Setelah sudah maka diatur oranglah pawai kiri kanan tuan puteri itu,
dan dihadapan116
tuan puteri itu empat puluh orang pawai memegang puan
emas, dan di kanan tuan puteri itu empat puluh pawai memegang kain
sampaian tuan puteri itu, dan di kiri tuan puteri itu empat puluh pawai
memegang kain basahan dikiri tuan puteri itu dan dibelakang tuan puteri itu
empat puluh pawai memegangkan dia emas. Setelah sudah siap dan lengkap
diatur orang, maka tuan puteri pun didudukkan oranglah didalam
pelaminannya itu, seperti bulan dipagar bintang demikianlah // rupanya tuan
puteri itu, dan bercahaya-cahaya warna mukanya seperti bulan penuh purnama
empat belas hari bulan. Demikianlah rupanya tuan puteri itu lenyap akan
dipandang orang, dan tiadalah ada bandingannya tuan puteri itu kepada zaman
114 Tertulis
115 Tertulis
116 Tertulis
263
264
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
itu, seorang pun tiada boleh hendak disamakan seperti tuan puteri itu didalam
dunia ini. Setelah sudah sekaliannya itu diatur oranglah maka, duduklah
masing-masing kepada tempatnya dengan sopan santunnya itu.
Hatta maka baginda pun keluarlah ke balai penghadapan117
, duduk
serta dihadap118
oleh segala menteri hulubalang dan rakyatnya penuh sesak
diatas balai dan dibawah balai itu tiadalah // bersela lagi, telah itu maka
baginda pun bertitah kepada seorang menteri menyuruh mengambil gajah
Kumala Birama serta disuruh kenakan segala perhiasannya dan serta diatur
kelengkapan berarak itu.
Seketika lagi maka Putera Jaya Pati pun sampailah kepintu kota dalam
itu, maka baginda pun menyuruh empat puluh raja-raja serta dengan menteri
hulubalang pergi mengelu-elukan Putera Jaya Pati itu. Setelah sampai kepada
hadapan balai, maka kata segala raja-raja itu, ―Silakanlah tuanku naik sekali
keatas gajah itu, titah baginda suruh arakan tuanku ini, maka Putera Jaya Pati
pun dengan // segeranya naik keatas gajah itu, maka diarak oranglah berjalan
keliling negeri itu serta dengan segala bunyi-bunyian terlalu ngitmat bunyinya
serta dengan tampak soraknya berkeliling negeri itu maka terlalu ramainya,
maka segala anak raja-raja yang keempat puluh itupun masing-masing
menunjukkan kesaktianya bagai-bagai kepada masing-masing dengan
kepandaiannya itu, maka terlalulah ramainya, tiadalah apa kedengaran yang
lain lagi melainkan tampak sorak serta dengan bunyi-bunyian itulah yang
kedengaran, serta dengan permainan berbagai-bagai jenisnya, tiadalah pernah
117 Tertulis
118 Tertulis
266
265
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
orang bermain demikian itu, maka terlalulah gegak gempita bunyinya, jika
halintar membelah sekali pun tiadalah // kedengaran lagi.
Hatta maka beraraklah terlalu ramainya keliling negeri itu, setelah
sampai tiga kali berkeliling negeri, maka sampailah keistana baginda itu, dan
serta sampai maka gajah itupun dibawa oranglah kehadapan balairung itu,
maka segala anak raja-raja itupun dibawa oranglah lalu naik kebalai itu.
Setelah sudah selesai maka anak raja-raja itupun naiklah, maka Putera Jaya
Pati pun dipimpin oleh anak raja-raja Indera dua orang itu, dan seorang dari
kiri dan seorang dari kanan akan memegang Putera Jaya Pati itu dibawanya
naik keatas balai, serta sampai maka segeralah disambut oleh baginda tangan //
Putera Jaya Pati itu, dibawanya masuk dalam istana lalu didudukkan di kanan
tuan puteri.
Akan rupanya seperti bulan purnama empat belas hari bulan dipagar
bintang demikianlah dipandang oleh orang sekalian, tiadalah jemu mata
memandang antara keduanya itu sama baik parasnya seperti bulah dibelah dua.
Demikianlah setelah sudah maka nasi hadap-hadap pun disuap oleh segala bini
raja-raja yang tuha-tuha, setelah sudah maka tirai kelambu yang keemasan
itupun dilabuhlah oranglah, maka duduklah Putera Jaya Pati dengan tuan
puteri dalam tirai kelambu tujuh lapis, bersuka-sukaan kedua laki isterinya itu.
Syahdan maka baginda pun // keluarlah kebalai berjamu akan segala
anak raja-raja dan menteri hulubalang rakyat sekalian makan minum bersuka-
sukaan, maka segala anak raja-raja itupun menyuruh perbuatkan perarakkan
tujuh pangkat akan hendak mengarakkan Putera Jaya Pati itu sekali lagi.
Setelah sudah lengkap perarakan itu, maka Putera Jaya Pati pun dinaikkan
oranglah keatas perarakan itu, setelah sudah maka diarakan oranglah
267
268
269
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
berkeliling negeri itu, setelah sampai tujuh kali berkeliling negeri itu, maka
diarak oranglah kembali kemahligai tuan puteri itu.
Setelah sampai maka dimandikan oleh permaisuri dengan air mawar,
setelah sudah mandi maka permaisuri pun // kembalilah keistananya, maka
tinggal Putera Jaya Pati dengan tuan puteri, maka duduklah bersuka-sukaan
kedua laki isterinya itu. Telah berapa lamanya, maka selesailah daripada
pekerjaannya itu. Maka segala anak raja-raja itupun bermohonlah kepada
baginda dan kepada Putera Jaya Pati hendak pulang ke negerinya, maka titah
baginda, ―Hai anakku sekalian, janganlah anakku lupakan ayahanda ini,
karena ayahanda sudah tuha.‖
Maka sembah segala anak raja-raja itupun, ―Ampun tuanku, mana titah
patik sekalian junjung keatas jamal patik. Ampun tuanku, jika ada barang
suatu sakit sukarnya baginda tuanku memberi khabar akan patik sekalian ini,
ampun tuanku.‖ // Setelah sudah maka baginda pun mengurniakan persalin
segala anak raja-raja dengan selengkapnya pakaian yang keemasan serta
dengan segala menteri hulubalang rakyat sekalian atas kepada kadarnya
masing-masing. Setelah sudah, maka segala anak raja-raja itupun seraya
menyembah baginda, serta katanya, ―Daulat tuanku syah alam, adapun ampun
kurnia duli tuanku ini penuh limpah diatas segala anggota patik sekalian ini
dan serta patik itu Putera Jaya Pati, ampun tuanku.‖ Demi baginda
mend119
engar kata segala anak raja-raja itu, maka baginda pun tersenyum dan
serta melihat lakunya, maka pikir baginda dalam hatinya, ―Bijaksana sekali
rupanya Putera // Jaya Pati itu lakunya, sedangkan segala sahabatnya lagi
119 Tertulis
270
272
271
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
sekal120
ian manis barang lakunya, serta dengan budi bahasanya pun baik, lagi
pun pandai ia berkata-kata.‖
Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun berkata, ―Hai saudaraku
sekalian, maka hamba pun hendak bermohonlah kepada baginda hendak
berhendak121
kembali ke negeri hamba, hamba pun lamalah sudah meninggal
akan paduka ayahanda baginda hamba ini.‖
Maka sembah segala anak raja-raja itu jika demikian, ―Sebaiknyalah
beta sekalian mengiringkan kakanda bersama-sama ke negeri kakanda itu.‖
Maka titah baginda, ―Jika demikian, sebenarnyalah bicara anakku
sekalian ini antarkan paduka kakanda // ini dahulu ke negerinya, maka
kemudian anakku sekalian pulang kenegerinya masing-masing.‖
Maka sembah segala anak raja-raja itu, ―Ampun tuanku, akan kira-kira
patik sekalian ini pun demikianlah yang baiknya.‖
Maka Putera Jaya Pati pun menyembah serta berjabat tangan dengan
segala anak raja-raja yang empat puluh itu berjalan pulang kemahligai tuan
puteri itu, setelah sampai maka Putera Jaya Pati pun masuklah mendapatkan
tuan puteri. Setelah itu maka kata Putera Jaya Pati, ―Ya adinda, maukah tuan
pergi, kakanda hendak bawa tuan pulang ke negeri kakanda itu, mendapatkan
paduka // ayahanda bunda disana.‖ Maka tuan puteri pun seraya berkata, ―Ya
kakanda, tuan jangankan kakanda hendak bawa ke negeri, jika kakanda
hendak bawa menyelam kedalam laut api sekali pun beta turuti juga, maka
tiadalah mau beta meninggalkan kakanda ini.‖
120 Tertulis
121 Tertulis
273
274
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum mend122
engar kata tuan puteri
itu, setelah keesokan harinya, maka Putera Jaya Pati serta dengan tuan puteri
pergilah hendak bermohon kepada baginda kedua laki isteri itu, maka serta
sampai lalu segera ditegur oleh baginda anakanda baginda kedua laki isteri itu,
―Marilah tuan duduk dekat ayahanda ini.‖ Maka Putera Jaya Pati pun
duduklah seraya menyembah baginda kedua // laki isteri. Maka tuan puteri pun
menyembah paduka ayahanda bunda baginda itu seketika duduk maka sirih
pada corong emas pun diletakkan oranglah kehadapan Putera Jaya Pati.
Setelah sudah maka titah baginda, ―Santaplah sirih tuan.‖ Maka Putera
Jaya Pati pun seraya menyembah lalu santap sirih, setelah sudah maka Putera
Jaya Pati pun dan tuan puteri pun bermohonlah kepada ayahanda bunda kedua
itu, serta bertangisan-tangisan. Maka titah baginda, ―Hai anakku Putera Jaya
Pati, petaruhan ayahandalah akan adinda ini barang yang salah bebalnya
adinda ini, melainkan ampun mengapa kan adinda ini karena ia orang muda
tiada tahu cara bahasa seorang, // melainkan tuanlah ajarkan adinda ini baik
dan jahatnya.‖
Setelah sudah maka sembah Putera Jaya Pati, ―Ampun tuanku beribu-
ribu ampun penuh limpah sudi terjunjung keatas jamal patik. Ampun tuanku
janganlah duli tuanku bertitah demikian itu, janganlah tuanku banyak didalam
hati tuanku akan paduka anakanda duli tuanku itu setimbang nyawa badan
patiklah tuanku, adapun jika patik berbuat salah akan paduka anakanda itu,
harapkan kepada Allah taala akan patik hamba ini tuanku menjadi durhakalah
kebawah duli yang maha mulia dan anakanda ini. Jika disini pun anak raja,
jika di negeri patik pun anak raja juga. Jika ada hayat patik Insya // Allah
122 Tertulis
275
276
277
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
taala setahun sekali pun patik mengadap123
juga kebawah duli tuanku, serta
membawa paduka anakanda ini. Maka titah baginda pada bicara ayahanda pun
demikian juga.‖ Maka Putera Jaya Pati pun sujud pada kaki baginda kedua
laki isteri itu, serta menyembah.
Setelah sudah lalu ia turun berjalan keluar, maka baginda pun
menyuruh anakanda baginda itu sampai keluar kota. Maka berhentilah baginda
duduk melihatkan tuan puteri hingga tiada kelihatan pada mata baginda itu,
maka baginda pun kembalilah dengan segala menteri hulubalang rakyatnya
sekalian itu serta dengan duka citanya. Maka jadi sunyilah negeri itu seperti
orang mati senegeri // lakunya, maka pilu belas hatinya segala yang tinggal
itu.
Sebermula akan Putera Jaya Pati berjalan itu telah sampailah
kekotanya, maka ia pun masuklah kedalam kotanya mengembalikan kumala
hikmahnya. Dengan seketika itu juga maka gaiblah negeri itu serta dengan
segala isinya, hanyalah yang tinggal bersama-sama itu pahlawan jin keempat
itu serta dengan sekalian rakyatnya juga. Setelah beberapa hari berjalan itu
melalui hutan padang yang luas-luas dilalui, dan beberapa pula melalui
gunung dan bukit yang besar-besar.
Syahdan akan Putera Jaya Pati berjalan itu barang dimana tempat yang
baik, maka ia berhenti dan berburu serta memungut bunga-bungaan // akan
tuan puteri. Antara berapa lamanya ia berjalan itu maka bertemulah dengan
hulu air terlalulah besarnya, maka Putera Jaya Pati pun singgah mengambil
ikan kepada tempat itu. Maka terlalulah banyak ikannya bertimbun-timbun
dibawa kehadapan tuan puteri, maka tuan puteri pun terlalulah suka melihat
123 Tertulis
278
279
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
ikan terlalu banyak itu, maka tuan puteri serta dengan segala dayang-dayang
itupun ramailah mengambil ikan itu serta dipermasakkan masing-masing
dengan kesukaannya. Setelah sudah masak maka makanlah masing-masing,
setelah sudah makan maka Putera Jaya Pati pun berjalanlah daripada tempat
itu.
Berapa hari lamanya dan beberapa pula ia melihat kakian Allah
Subhānahu wa ta‟ālā // berbagai-bagai didalam hutan itu. Hatta tiada berapa
lamanya berjalan itu, siang dan malam tiada berhenti. Maka sampailah kepada
suatu negeri takluk kepada negeri Langgam Jaya itu yang bernama negeri
Branta Pura Nilam Dewata, maka raja itupun segeralah keluar mengeluarkan
Putera Jaya Pati, maka Putera Jaya Pati pun masuklah berhenti di negeri itu
antara dua tiga hari, maka Putera Jaya Pati pun bertanya kepada raja itu, ―Ya
ayahanda, berapa jauhnya negeri Langgam Jaya itu daripada sini?‖
Maka kata raja itu, ―Adalah tiga hari perjalanan lagi tuanku dari sini.‖
Setelah keesokan harinya dari pagi-pagi hari bawalah berjalan, maka hari pun
hampir akan siang pagi-pagi. // Maka Putera Jaya Pati pun berjalanlah menuju
negeri Langgam Jaya itu. Hatta tiada berapa lamanya berjalan itu, maka Putera
Jaya Pati pun sampailah ke dusun, hampir negeri Langgam Jaya itu, maka
segala orang dusun itu124
pun gemparlah hendak lari masuk kedalam negeri,
menyatakan musuh banyak datang ke negeri kita ini.
Maka dalam orang yang banyak itu ada seorang orang tuha baik budi
bicaranya maka katanya, ―Jika demikian baik juga kita pergi dahulu kepada
orang yang datang itu bertanyakan khabar darimana ia datang banyak-banyak
itu.‖ Kemudian maka pergilah dua tiga orang tuha-tuha bertanyakan khabar
124 Tertulis
280
281
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
itu, setelah sampai kepada orang yang banyak itu maka ditanyai oleh orang
tuha-tuha // itu, ―Hai tuan-tuan sekalian ini darimana datang dan hendak
kemana, dan apa pekerjaan tuan-tuan datang kemari ini?‖ Maka sahut rakyat
itu, ―Hai orang tuha, Adapun kami datang ini dari negeri Gangga Wijaya, dan
penghulu kami nama Putera Jaya Pati anak maharaja Kulawandu, dan akan
nama negeri kami Langgam Jaya.‖ Demi didengar oleh orang tuha itu akan
kata orang itu, maka orang tuha itupun terlalulah sukacita hatinya serta
katanya, ―Jika demikian anak raja kamilah yang dilarikan oleh kuda emas itu,
baiklah kita pergi mengadap125
baginda.‖ Setelah sudah berkata, maka ia pun
kembalilah dengan segeranya hendak mengadap126
baginda. Maka seketika ia
berjalan, maka ia pun sampailah kebalai // pengadapan127
, maka baginda pun
sedang ramai diadap128
oleh orang, serta sampai maka orang tuha itupun
datang lalu sujud pada kaki baginda itu, serta berdatang sembah, ―Daulat
tuanku syah alam, beribu-ribu ampun diatas jamal patik hamba tua ini. Ampun
tuanku, adapun akan paduka anakanda itu Putera Jaya Pati sudah ia datang
tuanku serta dengan isterinya sekali, dan rakyatnya pun terlalulah banyak
mengiringkan paduka anakanda itu, seperti ombak mengelana rupanya
daripada laki-laki dan perempuan, tiada terhisabkan banyaknya itu.‖
Maka terlalulah sukacita hati baginda laki isteri serta mened129
ngar
khabar anaknya itu datang, maka segeralah baginda berangkat lalu turun dari
125 Tertulis
126 Tertulis
127 Tertulis
128 Tertulis
129 Tertulis
282
283
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
// istana pergi mendapatkan anakanda baginda itu, maka tiadalah sempat
mengambil kain bajunya lagi. Maka orang tuha itupun segeralah mengikut
baginda berjalan itu serta membawa pemaisuri, maka permaisuri berjalan itu
akan rambutnya pun terkerabanglah sambil berlari-lari tiada sempat
bersanggul lagi.
Setelah sampai keluar kota maka dipersembahkan oranglah kepada
Putera Jaya Pati, serta dengan tuan puteri mengatakan paduka ayahanda bunda
baginda datang itu serta dengan tangisnya. Maka Putera Jaya Pati pun
segeralah turun daripada kenaikannya mendapatkan paduka ayahanda dan
bunda bagindanya, setelah sampai maka terpandanglah Putera Jaya Pati
kepada ayahanda bundanya itu. Maka segeralah ia // berlari datang sujud pada
kaki ayahanda baginda kedua laki isterinya, maka baginda kedua pun
memeluk mencium paduka anakanda baginda itu, serta bertangis-tangingan
tiga beranak itu.
Maka seketika lagi pedati tuan puteri pun datanglah dibawa orang
kehadapan baginda kedua laki isteri, maka tuan puteri pun segeralah turun
daripada padatinya itu lalu ia sujud pada kaki baginda kedua laki isteri. Maka
permaisuri pun memeluk mencium tuan puteri, setelah sudah bertangis-
tangisan, maka baginda pun membawalah anakanda baginda kedua laki isteri
itu pulang. Maka berjalanlah baginda keempat beranak itu, sambil berjalan itu
bertangis-tangisan, maka payung air magunnya pun dikembangkan oranglah //
beratas-atas.
Maka segala anak raja-raja itupun berjalanlah masuk kedalam kota
negeri Langgam Jaya, serta mengiringkan baginda anak beranak itu. Setelah
sampailah ke istana, maka duduklah segala anak raja-raja itu di balairung,
284
285
286
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
setelah berapa ketika duduk itu, maka hidangan pun diangkat oranglah ke
hadapan segala anak raja-raja itu. Setelah sudah, maka titah baginda,
―Santaplah tuan anakku sekalian, jangan diabai130
kan ayahanda karena tiada
sampai dengan sepertinya.‖ Maka segala anak-anak raja-raja itupun
menyembah, seraya nembasuh tangan, lalu makanlah.
Setelah sudah makan maka hidangan, minuman pula diangkat orang
kehadapan segala anak raja-raja itu akan piala yang bertatahkan ratna mutu
mangnikam itupun diperedarkan // oleh bintara kehadapan segala anak raja-
raja itu, maka segala anak raja-raja itupun minumlah bersulang-sulangan,
maka segala bunyi-bunyian pun dipalu oranglah seperti adat raja-raja yang
besar-besar berjamu. Demikianlah maka terlalulah ramainya.
Adapun baginda berjamu segala anak raja-raja dan menteri hulubalang
serta dengan rakyatnya sekalian hina dina itu, empat puluh hari empat puluh
malam tiadalah berhenti. Maka segala rakyat pun tiadalah pulang makan
kerumahnya, melainkan makan ia pun karena baginda juga. Maka segala anak
raja-raja itupun heranlah melihat kakian baginda itu serta berkata-kata sama
sendirinya, ―Tiadalah pernah kita melihat raja-raja yang makin kakiannya dan
serta dengan murahnya.‖
Setelah genaplah empat // puluh hari empat puluh malam akan baginda
menjamu itu, maka baginda pun berkata kepada anakanda baginda, ―Hai
anakku dan buah hatiku dan cahaya mataku. Adapun ayahanda ini berkaul jika
anaku datang ayahanda bunda hendak kerjakan menjadi raja tuan ini,
demikianlah hajat ayahanda. Maka sekarang ini, sampailah sudah seperti kaul
ayahanda bunda ini.‖
130 Tertulis
287
288
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Maka sembah Putera Jaya Pati, ―Daulat tuanku bertambah-tambah,
maka janganlah duli tuanku bertitah demikian ini, karena ada lagi hayat duli
tuanku ini tiadalah harus patik ini menjadi raja.‖
Maka titah baginda, ―Janganlah anakku berkata demikian itu, karena
ayahanda pun sudah tua.‖ Maka Putera Jaya Pati pun berdiam dirinya, maka //
sembah segala menteri yang tuha-tuha dan mangkubumi, ―Ampun tuanku,
ikutkanlah seperti titah paduka ayahanda baginda itu, karena kaul paduka
ayahanda sudah terlanjur. Jika tiada tuanku ikut seperti kehendak baginda itu,
maka tiadalah lepas kaulnya itu, niscaya tertanggunglah keatas paduka
ayahanda tuanku ini.‖
Maka sembah Putera Jaya Pati, ―Jika demikian ini, mana titah patik
junjung keatas jamal patik ini.‖
Syahdan maka pada hari itu juga dilengkapkan oleh mangkubumi
segala tahta kerajaan, maka pada ketika itu juga Putera Jaya Pati pun dihiasi
oranglah dengan pakaian kerajaan yang kekuningan dan bermahkota yang
bercahaya-cahaya gilang gemilang berseri-seri // tiada dapat ditentangi131
nya
lagi dan tuan puteri pun dihiasi oleh permaisuri memakai pakaian yang
keemasan bertatahkan ratna mutu mangnikam akan pakaian baiduri
dipakaikan. Setelah sudah maka rupa tuan puteri pun makin bertambah-
tambah baiknya.
Setelah sudah memakai itu maka dinaikkan oranglah keatas perarakan
yang keemasan itu, setelah sudah maka diarakkan oranglah Putera Jaya Pati
serta dengan tuan puteri itu berkeliling negeri Langgam Jaya itu serta dengan
segala bunyi-bunyian seperti akan runtuh langit lakunya, terlalu ngitmat serta
131 Tertulis
289
290
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
dengan gegak gempita dengan bunyi bedil seperti bedatah, maka segala anak
raja-raja itupun sekaliannya mengadulah kesaktiannya masing-masing kepada
kepandaiannya // panah menanah keudara, maka terlalulah ramainya.
Maka dipanahkan oleh anak raja Mambang akan panahnya keudara,
maka turunlah hujan air mawar. Maka dibalas oleh anak raja Indera dengan
panah Narwastu, maka dipanahkan oleh anak raja Candra dengan panah angin
sepoi-sepoi, maka segala kain baju orang pun garanglah. Maka segeralah
dipanahkan oleh anak raja Dewa dengan hujan bunga rampai emas dan perak,
maka segala orang pun samailah berebut-rebut bunga rampai itu. Maka
terlalulah ramainya, ada yang pecah muka hidungnya dan yang setengah
berkaul sama sendirinya bertempur bergocoh rebah rempah itupun, serta
bangkit pula. Maka segeralah dipanah // oleh anak Raja Peri dengan panah
Garuda, maka dibalaskan oleh anak Raja Jin dengan panah Walimana, maka
garuda dengan walimana itupun berperanglah keduanya sambar menyambar,
pagut-memagut, pukul memukul maka terlalulah ramainya. Maka sorak segala
rakyat pun gemuruh bunyinya jika halintar membelah sekalipun tiadalah
kedengaran, seperti orang berperang sungguh lakunya itu.
Setelah genap tujuh kali diarak berkeliling negeri itu, maka sampailah
kebalairung, maka segeralah disambut oleh baginda tangan anakanda baginda
itu, lalu dinaikkannya keatas singgasana bertatahkan ratna mutu mangnikam
berumbai-rumbaikan mutiara itu. Maka permaisuri pun memegang tangan tuan
puteri itu // lalu dinaikkannya keatas peterana yang keemas.
Maka baginda kedua laki isteri pun menyembahlah anakanda baginda
kedua itu, maka disambut oleh Putera Jaya Pati akan sembah baginda itu,
setelah sudah maka dikeluarkan oleh baginda akan gelaran anakanda baginda
291
292
293
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
itu Maharaja Bikrama Indera Dewa timang-timangan paduka, seraya sultan
Putera Jaya Pati sifat Aladin Syah Alam Berdaulat Zhāla`l-Lāh fi `l-„ālam.
Setelah sudah baginda mengikrarkan anakanda baginda itu, maka lalu baginda
pun undurlah dari tempat itu. Maka segala menteri hulubalang rakyat sekalian
pun hina dina isi negeri itupun sujud menyembah tiga kali berdiri dan tiga kali
sujud serta // mengatakan, ―Daulat tuanku paduka seraya sultan Putera Jaya
Pati Sifat Aladin Syah Alam Berdaulat Zhāla`l-Lāh fi `l-„ālam.‖ Setelah sudah
menjunjung duli itu, lalu duduk sekaliannya maka segala tuan-tuan yang alim
dan kadi dan pakah pun sekaliannya membaca doa barang dikekalkan Allah
Subhānahu wa ta‟ālā kiranya kerajaan baginda itu sampai kepada anak
cucunya selama-lamanya itu.
Maka sekalian khalayak yang banyak itupun mengatakan, ―amīn ya
Rābbā `l-„ālamīn‖ Serta menyapukan tangannya kepada mukanya, maka
sekaliannya pun sujud pula tiga kali. Setelah sudah maka baginda pun
menyuruhkan orang membukakan gudang, mengambil emas dan perak //
disedekahkannya kepada segala fakir dan miskin, serta dengan segala rakyat
hina dina, dan serta memberikan persalinan akan segala menteri hulubalang
dan rakyat sekalian masing-masing kepada kadarnya, dan memberi persalinan
akan segala anak raja-raja itu daripada segala pakaian yang baik.
Setelah sudah bagin132
da memberi persalinan dan serta derma kurnia
itu, maka paduka seraya Bikrama Indra Dewa pun memberi anugerah akan
segala anak raja-raja itu, dan akan segala menteri huluhalang rakyatnya, maka
segala fakir dan miskin hina dina sekalian pun menjadi kayalah daripada
132 Tertulis
294
295
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
sebab banyak kurnia baginda dua beranak itu, yang kaya // bertambah-tambah
pula jadi kayanya.
Setelah sudah selesai daripada kerja itu maka segala anak raja itupun
bermohonlah hendak pulang ke negerinya masing-masing, maka titah baginda
Maharaja Bikrama Indera Dewa itu, ―Hai segala saudaraku, baiklah adinda
sekalian pulang ke negeri tuan-tuan, karena lama sudah tuan-tuan sekaliannya
meninggalkan, lagi pun kalau-kalau tuan-tuan dedam akan paduka ayahanda
bunda disini itu. Adapun yang kasih segala saudara hamba sekalian melainkan
Allah dan Rasulullah akan membalas.‖
Maka sembah segala anak raja-raja itu, ―Janganlah tuanku titah
demikian itu akan patik sekalian ini, jikalau ada hayat patik serta // dengan
daulat tuanku insya Allah taala, akan datang juga patik sekalian mengadap133
duli tuanku ini.‖
Maka titah Maharaja Bikarama Indera Dewa, ―Jikalau demikian
kiranya, saudara-bersaudaralah hendaklah kekal dari dunia d134
datang
keakhirat, saudara juga maka hamba pun demikian juga.‖
Setelah sudah berkata-kata itu maka segala anak raja-raja itupun
berpeluk dan bercium serta bertangis-tangisan dengan baginda itu serta dengan
segala anak raja-raja yang dalam negeri Langgam Jaya ini, serta dengan
menteri huluabalang pun bertangis-tangisan juga, menteri samanya menteri,
hulubalang samanya hulubalang, rakyat samanya rakyat.
Setelah sudah maka titah baginda Maharaja Bikrama // Indera Dewa,
―Hai segala saudaraku, janganlah lama tuan-tuan bercerai dengan hamba, ini
133 Tertulis
134 Tertulis
296
297
298
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
karena hamba ini dengan tiada bersaudara, melainkan tuan-tuanlah jadi
saudara kepada hamba. Maka segeralah tuan-tuan datang bermain-main ke
negeri hamba ini, serta mengadap135
paduka ayahanda baginda.‖
Maka sembah segala anak raja-raja itu, ―Baiklah tuanku, mana titah
tuanku patik sekalian junjung.‖ Setelah sudah maka sekaliannya pun
berbangkit menjunjung duli baginda kedua itu, setelah sudah maka lalu turun
berjalanlah masing-masing menuju negerinya itu. Maka tiadalah tersebut
perkataannya lagi masing-masing pulang itu dengan sukacitanya karena
berolehan harta terlalu banyak itu.
Syahdan maka negeri Langgam // Jaya pun terlalulah ramainya, maka
Maharaja Bikrama Indera Dewa pun terlalulah dalam kerajaan negeri
Langgam Jaya itu serta dengan murahnya dan adatnya dan serta mengasihi
segala rakyat sekalian serta dengan budi bahasanya dan mengasihi segala
dagang menteri yang datang berniaga ke negeri itu, dan baginda pun terlalu
pandai daripada mengambil hati segala rakyat bala tentaranya itu, maka jadi
kasih sekalian mereka itu akan baginda itu. Maka kekallah baginda itu
bersuka-sukaan dua laki isteri itu adanya tamat surat ini sampai 14 hari bulan
5 Dzulhijah 1253 Sanah Wa Katabihi Muhammad Ali Bin Abdul Latif Munsi.
F. Daftar Kosa Kata Sukar
Arti dari kosa kata sukar yang terdapat dalam suntingan teks disajikan dalam
tabel berikut.
135 Tertulis
299
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
Tabel 8
Kosa Kata Bahasa Arab
Kosa Kata Arti
1) Zhila`l-Lāh fi `l-„ālam : bayangan allah di dunia
2) Subhānahu wa ta‟ālā : maha suci dan maha mulia
3) Isnain : hari senin
4) Wa „alaikum salām : dan semoga diberi keselamatan
5) Rabba „l-alamin : tuhan semesta alam
6) Sanah : tahun
7) Wa katabihi : dan kitab-kitab-Nya
Tabel 9
Kosa Kata Arkhais
Kosa Kata Arti
1) Cetera : cerita, tuturan yg membentangkan bagaimana terjadinya suatu
hal peristiwa, kejadian, dsb.
2) Saterawan : sastrawan, ahli sastra; pujangga; pengarang prosa dan puisi;
orang pandai-pandai; cerdik cendekia.
3) Khabar : kabar, laporan tentang peristiwa yang biasanya belum lama
terjadi.
4) Gufran : keampunan, pengampunan.
5) Manggistan : buah manggis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
6) Gang : tangkai, pegangan
7) Halintar : halilintar, kilat, mata petir.
8) Terdendang : tampak terbentang lebar, terpapar, tampak nyata
9) Gegak gempita : gegap gempita, riuh rendah, meriah sekali, ribut sekali,
10) Tuha : sudah lama hidup, lanjut usia tidak muda lagi
11) Mangnikam : manikam, intan, batu permata
12) dihimatnya : dihormatinya dengan amat hormat dan sopan
13) Berlimau : mandi dengan air yang telah dicampurkan buah limau dan
bunga-bungaan
14) Artawan : orang yang mempunyai banyak hartanya, orang kaya
15) Cantu-bercantu : bertaut kembali, bertemu melekat atau berhubungan
16) Jantik : cantik, elok, molek tentang wajah, muka perempuan
17) Pengulit : lagu atau nyanyian untuk menidurkan
18) Bandan : burung yang kepalanya berjambul seperti ayam hutan
19) Khayali : bersifat gambaran dalam angan-angan, fantasi, tidak nyata
20) Pranatah : pranata, sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta
adat istiadat dan norma yg mengatur tingkah laku itu, dan
seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompleks
kebutuhan manusia dalam masyarakat
21) Tertiarab : tertiarap, jatuh tengkurap, jatuh dengan muka menelungkup di
tanah
22) Khadir : hadir, ada, datang
23) Ranjuna : renjana, rasa hati yg kuat rindu, cinta kasih, berahi, dan
sebagainya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
24) Menaharub : ?
25) Kahwin : kawin, membentuk keluarga dengan lawan jenis, bersuami
atau beristri, menikah
26) Jahabat : perkenalan, perbuatan berkaitan dengan perkenalan
27) Hat : khat, tulisan tangan khususnya tulisan indah, garis, guratan
pada tangan, rajah
28) Anyar : manyar, burung kecil, termasuk burung pemakan biji-bijian,
suku ploceidae dari bangsa burung berkicau, hidupnya di
tempat terbuka dekat sumber air, dan terkenal akan
kemahirannya membuat sarang yg indah
29) Antangku : tentangku, perihal, terhadap aku
30) Yuang Raya : bunga raya, bunga raya, juga dikenali sebagai bunga sepatu
dan kembang sepatu hibiscus rosasinensis ialah sejenis
tumbuhan berbunga sepanjang tahun dalam genus hibiscus
yang sering ditanam sebagai pokok hiasan.
31) Tahaya : ?
32) Berpasa : berpuasa, melakukan kegiatan puasa
33) Memujuk : membujuk, berusaha meyakinkan seseorang bahwa yang
dikatakannya benar untuk memikat hati, melunakkan hati ,
dan sebagainya, merayu.
34) Gajah Lekur : binatang gajah yang memiliki jalur-jalur putih, belang putih
memanjang
35) Lebuduli : serbuk halus dari tanah
36) Ngitmat : nikmat, enak, merasa puas, mengalami sesuatu yang
menyenangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
37) Bertalut : Tidak berkeputusan
38) Kharab : Harap, berkeinginan sesuatu
39) Tersilah : Terlihat, kelihatan, dapat dilihat
40) Khurasani : Besi yang baik mutunya berasal dari Khorassan
41) Harabab : Rebab, alat musik gesek menyerupai biola bertali dua atau
tiga, biasanya digesek dengan cara ditegakkan di lantai dan
penggeseknya berada di belakang rebab
42) Tergancar : melakukan kegiatan yang sangat cepat
43) Dijantasnya : memukul dengan pukulan yang melambung dari samping
dengan posisi lengan membentuk siku-siku
44) Berpasak-pasak : Berpasang-pasangan, kegiatan yang dilakukan dua orang
45) Takdim : Takzim, amat hormat dan sopan
46) Bedatah : Pedada, sejenis tumbuhan yang tumbuh di hutan-hutan bakau
berakar napas yg keluar dari dalam lumpur, bentuk daunnya
bulat telur, ujungnya tumpul dan membundar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
F. Daftar Kosa Kata Sukar
Arti dari kosa kata sukar yang terdapat dalam suntingan teks disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 8
Kosa Kata Bahasa Arab
Kosa Kata Arti
8) Zhāla`l-Lāh fi `l-„ālam : Bayangan Allah di dunia
9) Subhānahu wa ta‟ālā : Maha suci dan maha mulia
10) Isnain : Hari senin
11) Wa „alaikum salām : Dan semoga diberi keselamatan
12) Rabba „l-alamin : Tuhan semesta alam
13) Sanah : Tahun
14) Wa katabihi : Dan Kitab-Kitab-Nya
Tabel 9
Kosa Kata Arkhais
Kosa Kata Arti
47) Cetera : Cerita, tuturan yg membentangkan bagaimana terjadinya suatu
hal (peristiwa, kejadian, dsb).
48) Saterawan : Sastrawan, ahli sastra; pujangga; pengarang prosa dan puisi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
(orang) pandai-pandai; cerdik cendekia.
49) Khabar : Kabar, laporan tentang peristiwa yang biasanya belum lama
terjadi.
50) Gufran : Keampunan, pengampunan.
51) Manggistan : Buah manggis
52) Gang : Tangkai, pegangan
53) Halintar : Halilintar, kilat, mata petir.
54) Terdendang : (tampak) terbentang lebar, terpapar, tampak nyata
55) Gegak gempita : Gegap gempita, riuh rendah, meriah sekali, ribut sekali,
56) Tuha : Sudah lama hidup, lanjut usia (tidak muda lagi)
57) Mangnikam : Manikam, intan, batu permata
58) dihimatnya : Dihormatinya dengan amat hormat dan sopan
59) Berlimau : Mandi dengan air yang telah dicampurkan buah limau dan
bunga-bungaan
60) Artawan : Orang yang mempunyai banyak hartanya, orang kaya
61) Cantu-bercantu : bertaut kembali, bertemu melekat atau berhubungan
62) Jantik : Cantik, elok, molek (tentang wajah, muka perempuan
63) Pengulit : Lagu atau nyanyian untuk menidurkan
64) Bandan : Burung yang kepalanya berjambul seperti ayam hutan
65) Khayali : bersifat gambaran dalam angan-angan, fantasi, tidak nyata
66) Pranatah : Pranata, sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta
adat istiadat dan norma yg mengatur tingkah laku itu, dan
seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompleks
kebutuhan manusia dalam masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
67) Tertiarab : tertiarap, jatuh tengkurap, jatuh dengan muka menelungkup di
tanah
68) Khadir : hadir, ada, datang
69) Ranjuna : Renjana, rasa hati yg kuat (rindu, cinta kasih, berahi, dan
sebagainya)
70) Menaharub : ?
71) Kahwin : Kawin, membentuk keluarga dengan lawan jenis, bersuami
atau beristri, menikah
72) Jahabat : Perkenalan, perbuatan berkaitan dengan perkenalan
73) Hat : Khat, tulisan tangan (khususnya tulisan indah), garis, guratan
pada tangan, rajah
74) Anyar : Manyar, burung kecil, termasuk burung pemakan biji-bijian,
suku Ploceidae dari bangsa burung berkicau, hidupnya di
tempat terbuka dekat sumber air, dan terkenal akan
kemahirannya membuat sarang yg indah
75) Antangku : Tentangku, perihal, terhadap aku
76) Yuang Raya : Bunga Raya, Bunga raya, juga dikenali sebagai bunga sepatu
dan kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) ialah sejenis
tumbuhan berbunga sepanjang tahun dalam genus Hibiscus
yang sering ditanam sebagai pokok hiasan.
77) Tahaya : ?
78) Berpasa : Berpuasa, melakukan kegiatan puasa
79) Memujuk : Membujuk, berusaha meyakinkan seseorang bahwa yang
dikatakannya benar (untuk memikat hati, melunakkan hati ,
dan sebagainya), merayu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
80) Gajah Lekur : Binatang gajah yang memiliki jalur-jalur putih, belang putih
memanjang
81) Lebuduli : serbuk halus dari tanah
82) Ngitmat : Nikmat, enak, merasa puas, mengalami sesuatu yang
menyenangkan
83) Bertalut : Tidak berkeputusan
84) Kharab : Harap, berkeinginan sesuatu
85) Tersilah : Terlihat, kelihatan, dapat dilihat
86) Khurasani : Besi yang baik mutunya (berasal dari Khorassan)
87) Harabab : Rebab, alat musik gesek menyerupai biola bertali dua atau
tiga, biasanya digesek dengan cara ditegakkan di lantai dan
penggeseknya berada di belakang rebab
88) Tergancar : melakukan kegiatan yang sangat cepat
89) Dijantasnya : memukul dengan pukulan yang melambung dari samping
dengan posisi lengan membentuk siku-siku
90) Berpasak-pasak : Berpasang-pasangan, kegiatan yang dilakukan dua orang
91) Takdim : Takzim, amat hormat dan sopan
92) Bedatah : Pedada, sejenis tumbuhan yang tumbuh di hutan-hutan bakau
berakar napas yg keluar dari dalam lumpur, bentuk daunnya
bulat telur, ujungnya tumpul dan membundar