Post on 15-Oct-2020
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
BAB IV
PREVENSI KORUPSI DALAM AL-QUR’AN
A. Pengertian Prevensi
Slogan „mencegah lebih utama daripada memberantas”. Dalam ilmu Us}u>l
Fiqh dikenal kaidah:
Menolak kemafsadatan didahulukan daripada mengambil kemaslahatan1
Selain untuk slogan kesehatan, kaidah tersebut juga telah digunakan secara
umum untuk hal-hal yang dapat menimbulkan aspek-aspek yang tidak diinginkan,
walaupun kadang-kadang tanpa disadari dengan seksama tentang hakikat daripada
makna atau arti dari kata “pencegahan” tersebut.
Dalam Webster’s New American Dictionary dimuat antara lain sebagai
berikut:
“Prevent vb to stop from being done or coming to pass; to hinder,
obstruct...”2
Cegah adalah untuk menghentikan dari tindakan melakukan, atau datang; untuk
menghambat, merintangi...
Selanjutnya,
“Prevention The act of hindering or obstruction”3
Pencegahan adalah tindakan menghambat atau merintangi
1Rahmat Syafe‟i, Ilmu Ushul Fiqh (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 290.
2Merriam Webster, Webster’s New American Dictionary (New York: Merriam-Webster.
inc, 1996), 1137. 3Ibid.
57
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan:
Pencegahan adalah proses, cara menahan agar sesuatu tidak terjadi, merintangi,
mengihktiarkan supaya jangan terjadi4
Dengan demikian, arti kata atau makna dari pencegahan korupsi berarti
membuat rintangan/hambatan agar tidak terjadi tindak pidana korupsi. Untuk
dapat membuat rintangan/hambatan tindak pidana korupsi, maka diperlukan
pemahaman yang seksama terhadap semua faktor yang menyebabkan timbulnya
korupsi serta semua hal-hal yang mendukung atau mempengaruhinya.5
Perilaku manusia yang melanggar aturan Islam tentunya menjadi buah
problematika manusia yang perlu dicari solusi yang tepat. Saat ini, perilaku
korupsi merupakan problem besar yang dihadapi bangsa ini dengan implikasinya
mencakup segala lini kehidupan. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah
meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun,
baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun
dari segi kualitas maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin
sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Model maupun bentuk korupsi pun semakin beragam sehingga
penanganannya memerlukan reformasi ke arah yang lebih sinkron dan relevan
dengan praktikal korupsi yang semakin menjamur di berbagai elemen di
masyarakat. Sehingga, pertanyaan besar akan muncul di benak masyarakat,
bagaimana penindakan hukum yang dapat membuat jera para koruptor dan
bagaimana hukum yang selama ini berlangsung di Indonesia dalam menindak
4KBBI Offline, ver. 1.5.1
5Leden Marpaung, Tindak Pidana Korupsi; Pemberantasan dan Pencegahan (Jakarta:
Djambatan, 2007), 81.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
kasus korupsi dengan melihat fakta yang terjadi selama ini, serta bagaimana
kondisi perekonomian dapat berjalan dengan perilaku korupsi. Terlebih lagi
reformasi ini memberikan penanaman paham anti korupsi.6
Perlu diketahui bahwa perilaku korupsi merupakan fenomena siklus sebab-
akibat. Siklus sebab-akibat ini dengan adanya keterkaitan di antara faktor dan
dampak yang mempengaruhi segala lini kehidupan. Hal itu menjadi fakta betapa
sulit memberantas korupsi dengan pola sistematis dan terorganisir. Oleh karena
itu, setiap sisi kehidupan perlu diberlakukan reformasi perilaku dan pola pikir
kehidupan. Setiap sektor harus berjalan beriringan menuju arah pembaharuan dan
perbaikan.7
B. Upaya-Upaya Prevensi
Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa
bencana, bukan saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak pidana korupsi yang
meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak ekonomi
masyarakat, dan karena itu semua, tindakan korupsi tidak lagi dapat digolongkan
sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa.
Begitupun dalam upaya pencegahannya, tidak lagi dapat dilakukan secara biasa,
tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa.
6ZaenalArifin,https://www.academia.edu/Reformasi_Pemberantasan_Korupsi_Perspektif
_Islam (Kamis, 6 November 2014, 09.06) 7Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
Ajaran Islam dalam al-Qur‟an secara universal telah memberikan
bimbingan yang terbaik di semua sektor kehidupan manusia. Islam adalah sumber
kehidupan untuk menunjukkan kemaslahatan manusia. Korupsi sendiri perlu
dicegah dengan bimbingan al-Qur‟an yang mencakup semua sektor kehidupan
sebagai ujung tombak reformasi pencegahannya.8
Adapun upaya-upaya preventif yang perlu digalakkan dalam rangka
mencegah timbulnya tindakan korupsi yang dapat disarikan dari al-Qur‟an adalah
sebagai berikut:
1. Penanaman Nilai-Nilai Moral (Akhlâk al- Karîmah)
Secara etimologis, kata moral berarti dari kata mos dalam bahasa
Latin, bentuk jamaknya adalah mores, yang artinya adalah tata cara atau adat
istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai
akhlak, budi pekerti, atau susila. Sedangkan menurut terminologis, Widjaja
mengatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan
kelakuan (akhlak). 9
Quraish Shihab mengemukakan, akhlak merupakan kondisi kejiwaan
yang menjadikan pemiliknya melakukan sesuatu secara mudah, tanpa
memaksakan diri, bahkan melakukannya secara otomatis. Jika yang dilakukan
merupakan sesuatu yang baik, maka ketika itu dinilai memiliki akhlak
kârimah/ mulia/ terpuji, dan bisa juga sebaliknya ketika ia melakukan sesuatu
yang buruk maka akan dinilai menyandang akhlak yang buruk. Baik dan
8ZaenalArifin,https://www.academia.edu/Reformasi_Pemberantasan_Korupsi_Perspektif
_Islam (Kamis, 6 November 2014, 09.06) 9Shidarta, Moralitas Profesi Hukum (Bandung: Reflika Aditama, 2009), 18-19.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
buruk tersebut berdasar nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat di mana yang
bersangkutan berada.10
Bentuk jamak pada kata „akhlak‟ mengisyaratkan banyak hal yang
dicakup olehnya. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa akhlak bukan saja
aktivitas yang berkaitan dengan hubungan antar-manusia, tetapi juga
hubungan manusia dengan Allah, dengan lingkungan, serta hubungan diri
manusia secara pribadi.11
Berkaitan dengan akhlak, al-Ghazali mengemukakan bahwa nilai-nilai
etis yang banyak diajarkan oleh Islam besumber pada empat hal, yaitu:
a) al-H}ikmah, yaitu kemampuan kogntif dalam menetapkan pilihan
yang terbaik, dalam pemikiran, sikap maupun tindakan.
b) al-‘Ada>lah, yaitu kondisi mental yang memiliki kemampuan
pengendalian terhadap nafsu, emosi maupun subjektifitas, dan
mengarahkan kecenderungannya pada kebenaran dan objektivitas.
c) al-‘Iffah, yaitu ketahanan diri dalam menata sikap dan tindakan,
sehinggatidak terjebak dalam ketamakan materi, prestise dan selera
hedonistik.
d) al-Shaja>‘ah, yaitu keberanian secara moral untuk melakukan tugas
maupun kewajiban dengan pertimbangan nalar dan integritas
moral.
Keempat hal di atas disebut oleh al-Ghazali dengan ummaha>t al-
akhla>q (induk ajaran moral), dan menentukan kesadaran dan kegiatan batin
10
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Jilid 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2011), 755. 11
Ibid., 756.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
seseorang (a‘ma>l al-qulu>b) yang pada gilirannya akan mempengaruhi
penampilan sikap, laku dan tindakan fisik (a‘ma>l al-jawa>rih}).12
Salah satu ayat al-Qur‟an yang menyiratkan tentang pendidikan moral
adalah surat al-Tah}ri>m [66] ayat 6:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.13
al-T}abari dalam tafsirnya mengungkapkan tentang ayat ini, bahwa
hendaklah orang yang benar keimanannya terhadap Allah dan rasul-Nya
memelihara dirinya, hendaklah satu sama lain saling mengajarkan sesuatu
yang membuat mereka dapat berlindung dan terhindar dari neraka, yaitu
apabila mereka beramal dalam ketaatan kepada Allah dan hendaklah orang
yang beriman mengajak beramal ketaatan kepada Allah yang dapat
melindungi mereka dari api neraka.14
Dalam pandangan Islam, akhlak mulia diukur dengan kesesuaian
akhlak itu dengan sifat dasar manusia atau jati dirinya. Semakin sesuai sifat
12
M. Tholhah Hasan, “Islam dan Etika Pembangunan; Tinjauan dari Aspek Ihsan” dalam
Moralitas Pembangunan; Perspektif Agama-Agama di Indonesia, ed. M. Masyhur Amin
(Yogyakarta: LKPSM, 1994), 26. 13
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 66:6. 14
al-T}abari, Tafsi>r al-T}abari …, 491.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
atau aktifivitas dengan jati diri, maka semakin terpuji, demikian juga
sebaliknya. Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya Allah menciptakan Adam atas peta-Nya.15
Dalam arti, manusia dianugerahi Allah daya yang bila diasah dan diasuh
dengan baik akan berhasil menjadikannya manusia utuh yang mampu
meneladani sifat-sifat Allah sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk.
Dalam konteks ini, Nabi SAW bersabda: “Berakhlaklah dengan akhlak/sifat-
sifat Allah”.16
Dalam konteks penanaman akhlak mulia seseorang, yang menjadi hal
paling utama dan pertama adalah kualitas peran orang tua dalam mendidik
anak di usia dini. Dalam hal ini, sangat tepat bila para orang tua meneladani
cara Luqman as. mendidik anaknya, seperti yang diabadikan dalam al-Qur‟an.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".17
15
Muslim, S}ah}i>h Muslim (t.k: t.p, t.t), Vol. 4, 207. 16
Shihab, Membumikan Al-Qur’an..., 759. 17
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 31: 13.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Mahahalus
lagi Maha mengetahui.18
Prinsip pertama yang ditekankan oleh Luqman adalah perlunya
menghindari syirik/mempersekutukan Allah yang kemudian dilukiskan sifat-
Nya sebagai Maha Mengetahui, sehingga jika ada sesuatu perbuatan baik atau
buruk walau seberat biji sawi, dan berada pada tempat yang paling
tersembunyi, misalnya dalam batu karang, sekecil, sesempit dan sekokoh
apapun batu itu, atau di langit yang demikian luas dan tinggi, atau di dalam
perut bumi yang sedemikian dalam, bahkan di mana pun keberadaannya,
niscaya Allah akan mendatangkannya lalu memperhitungkan dan memberinya
balasan, karena Allah Mahahalus enjangkau segala sesuatu lagi Maha
Mengetahui segala sesuatu sehingga tidak satupun luput dari-Nya. Demikian
butir pertama nasihat Luqman.19
Sungguh tepat Luqman ketika menetapkan butir di atas sebagai butir
pertama dan utama, bukan saja karena sifat-sifat Yang Maha Esa merupakan
tolak ukur akhlak mulia, tetapi juga karena kepercayaan akan Ketuhanan Yang
Maha Esa harus menjadi titik tolak akhlak yang luhur. Buah kepercayaan ini
18
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 31:16. 19
Shihab, Membumikan Al-Qur’an..., 761.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
antara lain keutuhan pribadi dan kepercayaan diri yang pada gilirannya
mengenyahkan sifat tercela dan menghasilkan sifat terpuji.20
Prinsip yang kedua yang ditekankan Luqman adalah mengikuti mereka
yang menerapkan tuntunan Ilahi dan selalu kembali kepada-Nya. Mengikuti
mereka dalam prinsip hidup mereka serta pijakan langkah mereka.
Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.21
Pesan ini antara lain mengandung makna penghormatan terhadap
pendahulu, yaitu pahlawan pejuang bangsa yang telah berjasa membebaskan
dari jajahan Belanda dan berjuang membangun bangsa ini, sambil berusaha
mengikuti prinsip-prinsip dasar dari jejak langkah mereka. Bukanlah sifat
seorang yang berakhlak mulia, yang melupakan para pendahulu, lebih-lebih
yang berjasa di antara mereka walau jasa mereka menurut ukuran masa tidak
berarti lagi.22
Prinsip ketiga yang ditekankan oleh Luqman adalah melaksanakan
salat secara baik dan bersinambung.
20
Ibid. 21
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 31:15. 22
Shihab, Membumikan Al-Qur’an..., 764.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).23
Shalat adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan, yang jika
dilaksanakan dengan baik dan benar akan menghindarkan pelakunya dari
perbuatan buruk, baik buruk menurut pandangan agama maupun adat istiadat,
sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan.24
Shalat mencegah pelakunya dari perbuatan keji, berarti salat adalah
amal ibadah yang pelaksanaannya membuahkan sifat keruhanian dalam diri
manusia, dan dengan demikian, salat adalah cara untuk memperoleh potensi
keterhindaran dari keburukan. Memang, tidaklah secara otomatis atau secara
langsung dengan salat itu terjadi keterhindaran dimaksud. Sangat boleh jadi
dampak dari potensi itu tidak muncul karena adanya hambatan-hambatan bagi
kemunculannya.25
Shalat, bahkan aneka ibadah yang ditetapkan agama, bukan saja cara
untuk memelihara manusia dari aneka pengaruh negatif yang bersumber dari
23
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 31:17. 24
Ibid., 29:45. 25
Shihab, Membumikan Al-Qur’an..., 764.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
dalam diri manusia dan lingkungan luarnya, tetapi juga merupakan cara untuk
mendaki menuju puncak karakter terbaik, yang dalam ajaran Islam adalah
upaya untuk meneladani sifat-sifat Tuhan yang tidak terbatas itu. Karena itu,
salat harus terus berlanjut hingga akhir hayat. Karena itu pula, pembentukan
akhlak mulia adalah suatu proses tanpa henti.26
Prinsip keempat yang dikemukakan Luqman adalah sabar dan tabah
menghadapi hidup.
...
...dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
27
Sabar mewujud dalam diri seorang yang mampu melaksanakan
dorongan nafsunya, tapi ditahannya demi mencapai sesuatu yang baik atau
lebih baik. Jika demikian, yang bersabar adalah seorang yang kuat, bukan
yang lemah.28
Hampir seluruh keadaan dan situasi yang dihadapi manusia
membutuhkan kesabaran, karena situasi dan keadaan tersebut tidak keluar dari
kecenderungan jiwanya, seperti ingin sehat, kaya, populer dan sebagainya.
Dalam hal ini, kesabaran dituntut bukan saja guna memperoleh apa yang
disenangi itu, tetapi juga ketika telah memperolehnya. Ketika itu manusia
harus mampu menahan diri agara kecenderungan tersebut tidak
26
Shihab, Membumikan Al-Qur’an..., 764. 27
Al-Qur‟an dan terjemahnya, 31:17. 28
Shihab, Membumikan Al-Qur’an..., 766.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
mengantarkannya melampaui batas sehingga membawa hanyut dan
terjerumus dalam bahaya.29
Dari keempat prinsip yang ditekankan Luqman di atas, dapat dijadikan
acuan oleh para orang tua, guru, ulama, dan para pendidik lainnya dalam
upaya menanamkan kesadaran moral terhadap masyarakat dan generasi
penerus bangsa selanjutnya, karena kesadaran moral merupakan faktor penting
untuk menciptakan tindakan manusia yang ber-akhla>q al-kari>mah, berperilaku
susila, agar tindakannya sesuai dengan norma yang berlaku. Perbuatan
manusia yang berdasarkan kesadaran moral, maka perbuatannya akan selalu
direalisasikan sebagaimana yang seharusnya menurut agama, kapan saja, dan
di mana saja, meskipun tidak ada orang yang melihatnya. Melalui langkah
tersebut diharapkan masyarakat tidak terdorong untuk melakukan tindakan
korupsi dan mampu meningkatkan kepekaan moral, sehingga terdorong untuk
membela dan melindungi harta rakyat.
2. Keteladanan Pemimpin
Kepemimpinan bukan keistimewaan, tetapi tanggung jawab, bukan
fasilitas, tetapi pengorbanan, juga bukan leha-leha, tetapi kerja keras, bukan
pula kesewenang-wenangan bertindak, tetapi kewenangan melayani.
Selanjutnya, kepemimpinan adalah keteladanan berbuat dan kepeloporan
bertindak.30
29
Ibid. 30
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi (Bandung: Mizan, 2013), 65.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
Ima>m dan khali>fah adalah dua istilah yang digunakan al-Qur‟an untuk
menunjuk “pemimpin”. Kata ima>m terambil dari kata amma-
ya’ummu, yang berarti menuju, menumpu, dan meneladani. Kata khali>fah
berakar dari kata khalafa yang pada mulanya berarti “di belakang”. Dari sini
kata khali>fah seringkali diartikan “pengganti” (karena yang menggantikan
selalu berada di belakang, atau datang sesudah yang digantikannya).31
al-T}abra>si dalam tafsirnya mengemukakan bahwa kata „ima>m’
memiliki makna yang sama dengan khali>fah. Hanya saja kata ima>m digunakan
untuk keteladanan, karena ia terambil dari kata yang mengandung arti di
depan, berbeda dengan khali>fah yang terambil dari kata “belakang”.32
Para pakar setelah menelusuri al-Qur‟an menetapkan empat sifat yang
harus dipenuhi oleh para nabi, yang pada hakikatnya adalah pemimpin
umatnya, yaitu:33
a) al-S}idq, yakni kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap serta
melaksanakan tugasnya. Allah sendiri yang menyifati para nabi-Nya
dengan gelar s}iddi>q, firman-Nya:
Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami
jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi.34
31
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi (Bandung: Mizan, 2013), 65. 32
Ibid. 33
Ibid. 34
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 19:50.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
Seorang nabi dan rasul pasti memiliki sifat jujur dalam setiap perkataan,
perbuatan dan perilakunya, maka tidak mungkin seorang nabi dan rasul
berdusta demi kepentingan sendiri, atau untuk keluarganya.
b) al-Ama>nah, atau kepercayaan yang menjadikan terpelihara dengan sebaik-
baiknya apa-apa yang diserahkan kepadanya, baik dari Tuhan maupun dari
orang-orang yang dipimpinnya, sehingga tercipta rasa aman dari semua
pihak. Sifat ini tersurat dalam al-Qur‟an surat al-Shu‘ara>’ [26]: 106-107.
Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: "mengapa kamu tidak
bertakwa?, sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu.35
Nabi dan rasul adalah manusia yang selalu memegang amanah apapun
yang Allah berikan sekalipun berat untuk disampaikan. Sekalipun nyawa
menjadi taruhannya, nabi dan rasul akan tetap memegang amanah yang
diembannya. Amanah yang diberikan kepada para nabi dan rasul adalah
risalah dan syari'at Allah, maka mustahil para nabi dan rasul berkhianat
atas amanah yang Allah berikan kepadanya.
c) al-Fat}a>nah, yaitu kecerdasan yang melahirkan kemampuan menghadapi
dan menanggulangi persoalan yang muncul seketika sekalipun. Firman
Allah:
35
Ibid., 26:106-107.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi
kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha bijaksana lagi Maha mengetahui.36
d) al-Tabli>gh, yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab, atau
dapat diistilahkan dengan „keterbukaan‟.37
Sifat ini tersurat dalam al-
Qur‟an surat Ya>si>n [36]: 17.
Dan kewajiban Kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan
jelas.38
Nabi dan rasul wajib menyampaikan ajaran dan syari'at yang Allah
turunkan melalui wahyu-Nya. Tidak boleh satu ayatpun yang
disembunyikan, walau terkadang ayat tersebut menegur sikap atau
keputusan nabi, maka seorang nabi dan rasul tidak ada yang
menyembunyikan wahyu Allah dan Mereka selalu mengatakan yang benar
walau seringkali kebenaran itu ditolak oleh kaum kafir.
36
Ibid., 6:83. 37
Shihab, Secercah Cahaya..., 65. 38
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 36:17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
Menurut Quraish Shihab, dalam ayat lain yang berbicara tentang
kepemimpinan yang baik, ditemukan lima sifat pokok yang hendaknya
dimiliki oleh pemimpin. Kelima sifat tersebut terungkap dalam dua ayat yaitu:
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini
ayat-ayat kami.39
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka
mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya
kepada kamilah mereka selalu menyembah.40
Dari kedua ayat di atas dapat diambil rumusan sifat kepemimpinan,
sebagai berikut:
a) Kesabaran dan ketabahan
b) Yahdu>na bi amrina>, mengantar masyarakatnya ke tujuan yang
sesuai dengan petunjuk Allah.
c) Wa awh}ayna> ilaihim fi‘la al-khaira>t, telah membudaya pada diri
mereka kebajikan.
39
Ibid., 32:24. 40
Ibid., 21:73.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
d) ‘A>bidi>n, beribadah, termasuk melaksanakan salat dan menunaikan
zakat.
e) Yu>qinu>n, penuh keyakinan.
Dari kelima sifat tesebut, al-s}abr (ketekunan dan ketabahan)
hendaknya dijadikan konsiderans dalam pengangkatan untuk menegaskan
bahwa inilah sifat yang amat pokok bagi seorang pemimpin. Sedangkan sifat-
sifat lainnya menggambarkan sifat mental yang melekat pada diri pemimpin,
dan sifat-sifat yang diperagakan dalam kenyataan.41
Sifat kedua mengandung arti bahwa seorang pemimpin minimal harus
mampu menunjukkan jalan kebahagiaan kepada rakyatnya, dan yang lebih
terpuji adalah pemimpin yang dapat mengantar rakyatnya ke pintu gerbang
kebahagiaan, atau dengan kata lain, seorang pemimpin tidak sekedar
menunjukkan, tetapi hendaknya mampu pula memberi contoh sosialisasinya,
sama halnya dengan imam salat yang memberi contoh makmumnya. Hal ini
dapat dicapai bila kebajikan telah mendarah daging dalam diri pemimpin, atau
dengan kata lain, pemimpin memiliki akhlak luhur sebagaimana dipahami dari
sifat ketiga dan keempat yang disebut di atas. Itu semua dapat terlaksana
karena adanya keyakinan penuh yang menghiasi dada seorang pemimpin.42
Selain itu, dalam konteks pencegahan korupsi, Sahid S.H seorang
pakar hukum Indonesia, sebagaimana yang telah dikutip Surachmin,
mengemukakan bahwa keteladanan oleh pimpinan dalam kehidupan sehari-
harinya akan dapat memberikan citra yang baik bagi diri dan lingkungannya
41
Shihab, Secercah Cahaya..., 69. 42
Ibid., 70.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
yang akan diikuti oleh warga masyarakat. Berkenaan dengan perilaku yang
baik tersebut pula, perlu kiranya seorang pimpinan menetapkan kode etik
secara rinci tentang perbuatan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan
disertai dengan pengenaan sanksi terhadap pelaku pelanggaran.43
Dari penjelasan-penjelasan di atas, seyogianya sifat-sifat seperti itulah
yang seharusnya dijadikan tolak ukur masyarakat dalam memilih pemimpin
atau wakil rakyatnya, sehingga dengan demikian, apabila sosok pemimpin
rakyat memiliki karakter dengan sifat kepemimpinan tersebut, dapat
dipastikan sang pemimpin akan melaksanakan tugas kepemimpinannya
dengan jujur dan amanah. Pemimpin yang amanah akan menjalankan tugasnya
disertai dengan perasaan bahwa gerak-geriknya tak luput dari pengawasan
Tuhan, naluri ketaatannya mengantarkan sang pemimpin untuk berorientasi
pada kemakmuran rakyatnya. Pemimpin yang amanah akan menganggap
bahwa tugas kepemimpinannya adalah titipan dari Yang Maha kuasa sehingga
ia tidak akan mengkhianatinya dengan mengkorupsi uang rakyat untuk
kepentingan pribadinya. Ia melaksanakan kepemimpinannya bukan sekedar
sebagai tugas dinas, akan tetapi kemakmuran rakyatnya lebih didahulukan
daripada kepentingan pribadinya.
3. Penegakan Hukum
Hukum korupsi adalah haram, yang merupakan kemungkaran dan
merugikan orang lain bahkan negara. Pemberlakuan hukum dalam suatu
43
Surachmin, Strategi dan Teknik Korupsi (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 96.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
negara secara maksimal perlu diterapkan secara tegas. Perlu diadakannya
kajian hukum yang relevan dan tepat sasaran terhadap para koruptor sesuai
dengan porsinya. Hal itu harus didukung oleh oknum-oknum penegak hukum
yang jujur, amanah dan adil berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam
menindak koruptor. Sebagaimana firman Allah dalam al-Ma>idah [5]:8
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.44
Dalam tafsir al-Mara>ghi dikatakan, hendaklah menjadi adat kebiasaan
orang-orang yang beriman untuk selalu menegakkan kebenaran baik terhadap
diri sendiri maupun orang lain dengan cara menyuruh mereka melakukan yang
makruf dan mencegah dari kemungkaran. “ kesaksian yang
dimaksud di sini adalah menyatakan kebenaran kepada hakim, supaya dia
memutuskan hukum berdasarkan kebenaran itu atau hakim itulah yang
menyatakan kebenaran dengan memutuskan atau mengakuinya bagi yang
melakukan kebenaran.45
44
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 5:8. 45
al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar dkk (Semarang: Toha
Putra, 1989), Vol. 6, 122.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
Dalam proses penegakan hukum, keberanian serta ketegasan para
penegak hukum menjadi kekuatan utama untuk tercapainya keputusan yang
lahir dari proses hukum yang sesuai prosedurnya, seringkali para penegak
hukum bersikap kurang tegas apabila korupsi dilakukan secara kelompok
ataupun keinstitusian, pimpinan institusi malah condong untuk menutup-
nutupi dan membebaskan serta mengulur-ulur proses penindakan. Oleh karena
itu, penegak hukum dituntut memiliki sifat berani dalam berbuat adil,
memberi putusan yang tidak terpengaruh oleh hawa nafsu serta tidak
menyimpang dari kebenaran sebagaimana peringatan yang pernah diterima
Nabi Daud as yang diangkat sebagai khalifah, diingatkan oleh dua oang yang
berselisih dan datang mengadu kepada beliau, Allah merekam peristiwa
tersebut dalam surat S}a>d [38] ayat 22.
Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena kedatangan
mereka, mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut; (kami) adalah dua
orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang
lain; Maka berilah keputusan antara Kami dengan adil dan janganlah kamu
menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus.46
Dari ucapan kedua orang itu, yang pada hakikatnya bukan bertikai,
tetapi merupakan cara yang dilakukan Tuhan untuk memperingatkan Nabi
Daud as. Terlihat betapa pentingnya keadilan, sampai-sampai permintaan
untuk memberi putusan yang hak diikuti lagi dengan peringatan agar tidak
46
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 38:22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
menyimpang dari kebenaran yang pada dasarnya mengandung makna yang
sama dengan permintaan pertama.47
Peringatan serupa datang dari Allah dan dikemukakan pula dalam surat
S}a>d [38] ayat 26.
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.48
Dari ayat di atas dapat ditangkap jelas peringatan Allah kepada
penegak hukum agar bertindak adil dan tidak mengikuti keinginan hawa nafsu,
karena hawa nafsu cenderung membisikkan di dalam hati perbuatan-perbuatan
yang menyimpang dari tugas penegak hukum yang dikehendaki Allah.
Penegakan hukum yang adil dan jujur akan membantu mencegah timbulnya
perilaku koruptif dan akan melahirkan kondisi masyarakat yang berbudaya
baik. Dengan kondisi penegak hukum yang berkarakter jujur dan adil,
masyarakat akan berpikir seribu kali dan segan untuk melakukan tindakan-
tindakan yang berbau koruptif seperti penyuapan dan gratifikasi.
47
Shihab, Secercah Cahaya..., 68. 48
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 38:26.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
78
4. Pendidikan Anti Korupsi
Fenomena korupsi terjadi di negara Indonesia yang mayoritas
penduduknya taat beragama. Untuk membangkitkan dan membangun kembali
citra bangsa Indonesia dari prestasi korupsi yang sangat memprihatinkan ini,
maka sangatlah perlu melibatkan fungsi dan kontribusi pendidikan
antikorupsi. Salah satu ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang pendidikan anti-
korupsi tersirat dari larangan berkhianat yang terdapat dalam surat al-Anfa>l [8]
ayat 27:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.49
Ayat di atas menyatakan tentang larangan Allah kepada orang-orang
yang beriman agar tidak mengkhianati, yakni mengurangi sedikit pun hak
Allah, sehingga mengkufurinya dan juga tidak mengkhianati terhadap
Rasulullah, dan tidak pula mengkhianati terhadap amanah-amanah yang
dipercayakan dari siapapun.
Jabatan merupakan amanah yang dipercayakan masyarakat terhadap
pejabat atau penguasa, yang seharusnya dipelihara dengan baik dan dapat
membawa manfaat dan maslahat kepada masyarakat. Jabatan kepemimpinan
di mata agama Islam yang dipandang sebagai amanah ini pernah ditegaskan
49
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 8:27.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
79
melalui penjelasan dari Abu Dzar bahwasanya jabatan itu akan menjadi
sebuah penghinaan dan penyesalan nanti pada hari kiamat, kecuali bagi orang
yang memikulnya dengan sungguh-sungguh menunaikannya menurut hak-hak
yang terdapat di dalam jabatan tersebut, beliau berkata:
Wahai Rasulullah mengapa Engkau tidak memberikanku jabatan?, beliau
mengatakan: “Rasulullah lalu meletakkan tangannya di atas pundakku seraya
bersabda: “Wahai Abu Dzar engkau ini lemah, dan jabatan itu adalah amanah,
dan sesungguhnya jabatan itu akan menjadi sebuah penghinaan dan penyesalan
nanti pada hari kiamat, kecuali bagi orang yang memikulnya dengan sungguh-
sungguh menunaikannya menurut hak-hak yang terdapat di dalam jabatan
tersebut.50
Tetapi kenyataan yang terjadi di negeri ini atau di negara-negara lain,
para pejabat atau pemegang kekuasaan bertindak menyimpang dari tujuan
yang dipercayakan, amanat yang seharusnya membawa kemakmuran bagi
masyarakat malah dijadikan ladang untuk memperkaya diri dengan
menyalahgunakan wewenangnya yakni mengkorupsi uang rakyat. Hal ini
boleh jadi disebabkan karena sudah menjadi budaya yang dianggap biasa oleh
masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka mereformasi budaya yang keliru
dan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih perlu melibatkan peran
pendidikan dan mensosialisasikannya kepada semua elemen masyarakat,
dalam hal ini yaitu pendidikan anti-korupsi
Menurut Azyumardi Azra, pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting bagi manusia agar secara fungsional manusia diharapkan 50
Muhammad ibn ‘Ali ibn Muhammad al-S}auka>}ni>, Nail al- Awt}a>r (Beirut: Dar Ibn
Kathi>r, 1997) 522.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
80
mampu memiliki kecerdasan spiritual dan emosional untuk menjalani
kehidupannya dengan bertanggung jawab secara pribadi, sosial maupun
profesional.51
Pendidikan anti-korupsi merupakan salah satu alternatif usaha
pencegahan korupsi melalui partisipasi sektor pendidikan. Sebenarnya,
gagasan pendidikan anti-korupsi bermula dari kegelisahan beberapa pihak
yang memandang bahwa usaha pemerintah belum membuahkan hasil secara
optimal dalam menuntaskan kasus korupsi, justru sebaliknya, kasus korupsi di
Indonesia menunjukkan adanya peningkatan cukup drastis. Sebagai bentuk
tindak lanjutnya, maka timbul gagasan untuk melibatkan sektor pendidikan,
yaitu pendidikan anti-korupsi. Secara sederhana, istilah anti-korupsi dimaknai
sebagai kebijakan atau usaha untuk mencegah dan menghilangkan peluang
bagi berkembangnya korupsi.52
Pendidikan anti-korupsi adalah usaha secara sadar dan terencana
mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai dan
praksis anti-korupsi. Dalam prosesnya, pendidikan anti-korupsi bukan sekedar
media bagi transfer pengetahuan (kognitif), dan tetapi juga menekankan
pembentukan karakter (afektif), dan sekaligus kesadaran moral dalam
melakukan aksi perlawanan (psikomotorik) terhadap perilaku korupsi.53
Pencegahan korupsi melalui pendidikan harus dilakukan secara terus
menerus (continue), karena pendidikan merupakan salah satu harapan dan
51
Darmaningtyas, dkk, Membongkar Idiologi Pendidikan; Jelajah UU Sisdiknas,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2004), 16. 52
Arya Maheka, Mengenali dan Memberantas Korupsi (Jakarta: KPK, t.t), 31. 53
Azyumardi Azra, “Pendidikan Anti-korupsi” dalam harian Republika, 24 Agustus 2006
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
81
sarana yang cukup efektif dalam melahirkan generasi yang berkualitas.
Menurut Ivan Haidar, pendidikan anti-korupsi didasarkan pada upaya
preventif dan preservatif. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah
internalisasi sikap permissive atas tindakan korupsi, sedangkan upaya
preservatif bertujuan untuk memberikan perlindungan dan kemampuan
resistensi bagi individu atau elemen sosial yang sudah menyerap nilai-nilai
anti-korupsi.54
Tujuan pendidikan anti-korupsi dengan berlandaskan pada upaya
preventif dan preservatif tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Membangun sikap dan perilaku anti-korupsi.
2) Membentuk kesadaran akan bahaya korupsi.
3) Mempromosikan nilai-nilai kejujuran dan tidak mudah menyerah demi
kebaikan.
4) Membangun komitmen moral kebangsaan dan tata nilai kolektif dalam
melahirkan generasi baru yang lebih jujur dan anti-korupsi.55
Dengan kemunculan generasi anti-korupsi nantinya, diharapkan
lahirlah kader-kader bangsa yang memiliki karakter budaya yang baik,
jujur, mengenal dan menyadari akan buruknya dampak korupsi, sehingga
mereka akan menjadi agen yang membantu bersama-sama memerangi
perilaku korupsi.
54
Ibid. 55
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
82
5. Sanksi Moral dan Sanksi Sosial
Kedua jenis sanksi ini tidak bisa ditemukan dalam berbagai rumusan
pasal UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Hal ini dapat dimengerti karena bahasa hukum berbeda dengan bahasa moral
atau akhlak. Bahasa hukum pidana dengan berbagai rumusan pasal-pasalnya
lebih pada pelaksanaan teknis menerapkan sanksi-sanksi, baik berupa pidana
kurungan, pidana penjara, pidana seumur hidup, pidana denda, maupun pidana
mati. Tidak ada satu pun jenis sanksi yang dihubungkan dengan persoalan
moral atau akhlak.56
Terminologi korupsi yang banyak terjadi di berbagai negara akhir-
akhir ini, belum atau tidak bisa ditemukan dalam ajaran Islam masa Rasulullah
SAW, namun perilaku seseorang untuk berbuat curang dan menyimpang yang
mirip dengan korupsi sudah pernah terjadi sejak zaman Nabi Muhammad
SAW. misalnya, kasus kecurigaan sebagian peserta Perang Uhud, yaitu
pasukan pemanah yang harus tetap bertahan pada posisi semula sebagaimana
ditegaskan oleh Rasulullah SAW, ternyata mereka berhamburan turun untuk
ikut berebut ghani>mah (harta rampasan perang). Pada saat itu beliau bersabda:
Kalian pasti mengira bahwa kami akan melakukan ghulu>l (korupsi) terhadap
rampasan perang dan kalian mengira kami tidak akan membagikannya kepada
kalian.
Pada saat itulah turun Surat Ali „Imran [3] ayat 161:
56
Irfan, Korupsi dalam..., 154.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
83
Tidak mungkin Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang.
Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari
kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-
tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan
(pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.57
Ayat ini menepis anggapan sebagian orang yang mencurigai
Rasulullah SAW akan berbuat korupsi terhadap harta rampasan perang.
Bahkan ditegaskan bahwa siapapun yang berbuat korupsi pasti akan
dipermalukan kelak di hari kiamat, sebab ia akan membawa harta hasil
korupsi tersebut di depan banyak orang. Berkaitan dengan sanksi akhirat,
sebagaimana ditegaskan dalam ayat di atas, dalam hadis riwayat al-Bukhari
dan Muslim, Rasulullah SAW menegaskan bahwa harta hasil korupsi itu akan
dipikul oleh koruptor dimaksud dan ia akan dipermalukan di hadapan Allah
untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.58
Dalam sebuah hadis, Rasulullah menyatakan bahwa kelak di hari
kiamat seorang koruptor sama sekali tidak bisa mengelak dan
menyembunyikan aib yang pernah dilakukannya. Walaupun kriteia harta yang
akan ditampakkan di akhirat kelak, sebagaimana disebut dalam hadis di atas
hanya terbatas kambing, sapi, dan unta yang masing-masing akan
mengeluarkan suaranya. Hal ini bukan berarti jika harta yang dikorupsi berupa
uang jutaan rupiah atau jutaan dolar tidak akan ditampakkan. Ini adalah
57
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 3:161. 58
Irfan, Korupsi dalam..., 154.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
84
transparansi hukuman di hadapan Allah SWT. Siapapun tidak bisa mengelak,
mulut bisa terkunci tetapi tangan berbicara dan kaki pun menyaksikan semua
perbuatan yang pernah dilakukan semasa hidup di dunia. Sebagaimana Allah
berfirman:
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan
mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka
usahakan.59
Di samping itu, perintah Rasulullah SAW untuk menyalati jenazah
kepada para sahabat sedang beliau sendiri tidak berkenan melaksanakannya
sangat mengejutkan. Tidak biasanya beliau bersikap seperti itu, apalagi setelah
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa jenazah tersebut semasa hidupnya
sempat mengkorupsi perhiasan semacam intan atau manik-manik yang
nilainya tidak mencapai batas minimal pencurian, yaitu dua dirham. Atas
dasar hadis ini, Imam al-Nawawi menganjurkan agar para ulama dan orang-
orang saleh seyogyanya tidak ikut menyalati orang fasik agar menjadi
pelajaran dan mencegah bagi yang lain meniru menjadi fasik.60
Dengan demikian, seorang koruptor yang meninggal perlu diberikan
sanksi moral atau sanksi sosial seperti ini. Meskipun sanksi moral ini tidak
lagi efektif bagi koruptor yang telah meninggal, hal ini akan sangat
59
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 36:65. 60
Irfan, Korusi dalam..., 156.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
85
bermanfaat bagi pihak-pihak lain. Hal ini juga dapat dikategorikan sanksi
ta‘zi>r kepada masyarakat luas. Atas dasar imam al-Nawawi di atas, disarankan
kepada para ulama, para ustad, amil, ketua Majelis Ulama Indonesia di
manapun berada, sebaiknya jika ada seorang koruptor meninggal dunia tidak
perlu ikut menyalati. Hal ini perlu disampaikan karena para ulama adalah
pewaris/penerus Nabi dan sangat layak bila selalu berusaha meniru dan
meneladani Nabi Muhammad SAW.61
Sanksi moral atau sanksi sosial dalam bentuk lain juga pernah
dilakukan oleh Rasulullah SAW kepada seorang yang bernama Ibnu al-
Latabiyyah, seorang pejabat yang bertugas memungut zakat di distrik/kawasan
Bani Sulaim. Ia pernah mengaku di hadapan Rasulullah SAW bahwa dalam
tugasnya mendapatkan hadiah. Ia melaporkan kepada Rasulullah SAW,
“wahai Rasulullah, ini adalah harta hasil pungutan zakat untukmu (negara),
tetapi yang ini dihadiahkan untukku.”62
Mendengar laporan seperti itu, Rasulullah secara tegas bersabda
kepada Ibnu al-Latabiyyah, “mengapa kamu tidak duduk-duduk saja di rumah
bapak dan ibu kamu sehingga hadiah itu datang sendiri untuk kamu, kalau
kamu memang benar demikian.” Kemudian Rasulullah langsung naik mimbar
untuk berpidato kepada publik tentang ketidakbenaran sikap dan tindakan
seorang petugas yang menerima hadiah ketika melaksanakan tugasnya.63
61
Irfan, Korusi dalam..., 157. 62
Ibid. 63
al-Nawawi, Sharh} Sahih Muslim (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Arabiy, 1997), 1832-
1833.}
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
Sanksi moral atau sanksi sosial yang diberikan Rasulullah SAW
kepada Ibnu al-Latabiyyah terletak pada pidato atau “jumpa pers” yang beliau
lakukan. Hal ini tentu saja sangat mengejutkan pelaku, ia tidak mengira kalau
tindakan menerima hadiah itu akan dipublikasikan kepada publik oleh
Rasulullah SAW.
Sanksi sosial atau sanksi moral seperti dicontohkan Rasulullah seperti
ini masih relevan dan bisa dilakukan untuk para koruptor yang telah nyata-
nyata terbukti bersalah. Untuk para koruptor yang hingga kini belum
tertangkap sebaiknya dimasukkan dalam daftar pencarian orang (DPO) dan
dipublikasikan secara terbuka sebagaimana dalam memperlakukan orang-
orang yang dianggap sebagai teroris.
Sanksi moral lain yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah dalam
kasus terbunuhnya seorang hamba sahaya bernama Mid„am atau dalam
riwayat lain bernama Kirkirah di sebuah tempat Wadi al-Qura, ia meninggal
akibat terkena lemparan panah misterius yang menembus dadanya. Pada saat
itu sahabat serentak mendoakan “semoga ia masuk surga”, mendengar doa
para sahabat ini Rasulullah SAW justru bersabda “demi Tuhan yang diriku
berada di tangan-Nya, sesungguhnya mantel yang diambilnya pada waktu
penaklukkan Khaibar dari rampasan perang yang belum dibagi akan menyulut
api neraka yang akan membakarnya.”64
Sabda Rasulullah SAW ini sangat mengejutkan semua orang yang
mendengarnya, lebih-lebih orang yang merasa melakukan ghulu>l atau korupsi,
64
Shams al-Haqq al-Azi>m Aba>di>, ‘Aun al-Ma‘bu>d (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
1994), Vol. 5, 155.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
87
seperti yang dilakukan Mid„am/Kirkirah. Ketika itu ada seseorang yang
langsung menyerahkan satu atau dua utas tali sepatu yang dikorupsi dari harta
rampasan perang yang statusnya sebagai harta negara. Tersangka korupsi
seutas atau dua utas tali sepatu itu lari menuju Rasulullah SAW karena
ketakutan dengan sabda Rasulullah SAW.65
Atas dasar hadis yang telah
diuraikan pada masalah ghulu>l, dapat diketahui bahwa pada awalnya banyak
pihak yang tidak mengetahui siapa sesungguhnya Mid„am/Kirkirah dan apa
yang telah diperbuatnya terhadap harta rampasan perang. Para sahabat pada
umumnya tidak mengira ternyata Rasulullah SAW sangat bersikap tegas
dalam menyampaikan dakwahnya.
Uraian mengenai sanksi moral dan sanksi sosial di atas, dapat
disimpulkan bahwa praktek-praktek penggelapan atau korupsi di zaman
Rasulullah SAW baru terbatas pada benda dan harta-harta negara yang nilai
nominalnya masih relatif kecil. Terhadap semua kasus di atas, Rasulullah
SAW tetap memberikan sanksi berupa sanksi takzir dengan cara
dipublikasikan kepada masyarakat luas, dihukum dengan sikap beliau yang
tidak berkenan menyalatkan jenazahnya dan diancam akan dipermalukan di
depan Allah kelak di Akhirat.
Dengan menerapkan seperti sikap Rasulullah SAW tersebut, tindakan
korupsi akan dapat tercegah, sebab, orang yang hendak melakukan tindakan
korupsi akan berpikir seribu kali untuk beraksi melancarkan rencana jahatnya,
sehingga lambat laun ia akan menyadari bahwa perilaku korupsi akan
65
Shams al-Haqq al-Azi>m Aba>di>, ‘Aun al-Ma‘bu>d (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
1994), Vol. 5, 155.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
88
berdampak menghinakannya di mata publik dan bahkan menghinakannya di
kehidupan selanjutnya.