Post on 16-Jun-2019
30
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
4.1. Definisi Penyakit Jantung
Jantung adalah kantung berdenyut da terbuat dari otot yang sangat kuat.
Otot ini disebut otot jantung (miokardia) yang tidak pernah lelah berkontraksi
sekali atau lebih dalam setiap detik. Tugas utama jantung ialah memompa darah
keseluruh organ tubuh dan menampungnya kembali setelah dibersihkan di paru-
paru. Kemampuan otot jantung melaksanakan tugas tersebut berangsur-angsur
menurun sejalan dengan pertambahan usia.
Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan jantung
tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain:
Otot jantung yang lemah. Ini adalah kelainan bawaan sejak lahir. Otot jantung
yang lemah membuat penderita tak dapat melakukan aktivitas yang berlebihan,
karena pemaksaan kinerja jantung yang berlebihan akan menimbulkan rasa sakit
di bagian dada, dan kadangkala dapat menyebabkan tubuh menjadi kebiru-
biruan. Penderita lemah otot jantung ini mudah pingsan. (Abata, 2014)
Adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri, oleh karena tidak
sempurnanya pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua serambi saat
penderita masih di dalam kandungan. Hal ini menyebabkan darah bersih dan
darah kotor tercampur. Adapun mengenai macam-macam penyakit jantung,
akan bisa kita bedakan sebagai berikut :
31
4.1.1. Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa
Yunani kuno yang berarti athero (yang berarti bubur atau pasta) dan
sclerosis (keras). Aterosklerosis adalah kondisi di mana terjadi
penyempitan dan pengerasan di dalam pembuluh darah arteri akibat
pengendapan kolesterol dan zat-zat lemak lainnya. Penyakit ini juga
dikenal dengan istilah pengapuran pembuluh darah.
4.1.2. Infark Miokard Akut
Infark Miokard merupakan kematian otot jantung yang disebabkan
oleh penyumbatan pada arteri koroner. Otot-otot jantung pun akan tidak
tersuplai darah sehingga mengalami kerusakan dan bahkan kematian.
Infark miokard akut atau disebut juga dengan AMI (Akut Miokard
Infark) adalah sebuah kondisi kematian pada miokard (otot jantung)
akibat dari aliran darah ke bagian otot jantung terhambat atau juga
terganggu. Infark miokard akut ini disebabkan adanya penyempitan
ataupun sumbatan pembuluh darah koroner. Dan pembuluh darah
koroner ini adalah pembuluh darah yang memberikan makan serta
nutrisi ke otot jantung untuk menjalankan fungsinya.
4.1.3. Kelainan Katup Jantung
Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung
mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur
dengan maksimal oleh jantung. Tegasnya, terdapat ketidakmampuan
32
katup jantung untuk membuka lebar dan sempurna sehingga darah tidak
mengalir sempurna dari vertikel kiri ke aorta. Penyakit katup jantung
diakibatkan dari kerusakan mekanik katup jantung, bisa juga tersebab
kongenital. Ini dapat mengakibatkan penyempitan pembukaan katup
(stenosis) atau penutupan tak lengkap dari katup.
4.1.4. Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF)
adalah keadaan jantung yang tidak dapat memompa darah secara
maksimal agar dapar disalurkan secukupnya keseluruh tubuh yang
memerlukan. Dikatakan gagal bukan karena jantung berhenti bekerja,
tapi karena tidak bisa memompa secara maksimal. Akibatnya darah bisa
masuk ke paru-paru atau bagian tubuh lainnya. Ini terjadi sebab laju
darah yang dipompa keluar dari jantung lebih lambat daripada laju darah
yang kembali ke jantung melalui pembuluh vena, menyebabkan
terjadinya akumulasi cairan dalam jaringan.
4.1.5. Kardiomiopati
Penyakit ini adalah karena adanya kerusakan atau gangguan pada
otot jantung, sehingga dinding-dinding jantung menjadi tidak bergerak
secara sempurna ketika memompa darah dan menyedot darah. Penderita
kardiomiopati memiliki resiko tinggi mengidap arritmatia dan gagal
jantung. Penyakit ini bukan diakibatkan oleh kelainan arteri koroner,
kelainan jantung bawaan (congenital), hipertensi atau penyakit katup.
33
Kardiomiopati yang secara harfian berarti penyakit miokardium, atau
otot jantung, ditandai dengan hilangnya kemampuan jantung untuk
memompa darah dan berdenyut secara normal.
4.1.6. Arritmatia
Arritmatia memiliki arti “irama jantung tidak normal” diakibatkan
oleh ganguan rangsang dan penghantaran rangsang jantung yang berat
maupun ringan. Arritmatia yang pada umumnya dikenal sebagai
gangguan jantung, adalah kondisi dimana laju detak jantung terlalu
cepat, terlalu lambat atau tidak teratur. Sedangkan takikardia adalah
kondisi dimana jantung berdetak terlalu cepat. Kemudian radikardia
terjadi ketika detak terlalu lambat. Acapkali arritmatia dapat
menyababkan jantung tidak memompakan cukup darah ke tubuh,
sehingga menyebabkan kemungkinan kerusakan pada otot, jantung dan
organ vital lainnya.
4.1.7. Rematik Jantung
Penyakit jantung rematik atau dalam bahasa medisnya Rheumatic
Heart Disease (RHD) atau Penyakit Jantung Rematik (PJR) ini adalah
kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung
yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran. Terutama katup mitral
(stenosis katup mitral) yang disebabkan oleh demam rematik.
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah salah satu bentuk penyakit
yang paling serius dari penyakit jantung masa kanak-kanak dan remaja.
34
Penyakit jantung rematik disebabkan karena terjadi kerusakan pada
seluruh jantung dan selaputnya. Penyakit ini merupakan komplikasi dari
demam rematik dan biasanya terjadi setelah serangan demam rematik.
4.1.8. Inflamasi Jantung
Radang atau inflamasi adalah reaksi jaringan hidup terhadap
semua bentuk jejas yang berupa reaksi vascular yang hasilnya
merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis
(Robbins & Kumar, 1994). Tujuan inflamasi yaitu untuk memperbaiki
jaringan yang rusak serta mempertahankan diri terhadap infeksi
(Soesatyo, 2002).
Penyakit jantung inflamasi yaitu penyakit yang menjadikan
jaringan jantung sekitarnya atau otot meradang dari paparan akibat
infeksi yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus dan parasit pada
jantung sehingga menyebabkan inflamasi atau peradangan ada jantung.
Penyakit ini terjadi di dinding jantung, di selaput yang menyelimuti
jantung dan bagian dalam jantung yang disebabkan oleh racun dan
infeksi.
4.1.9. Serangan Jantung
Serangan jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan
jantung sama sekali tidak berfungsi. Kondisi ini biasanya terjadi
mendadak, dan sering disebut gagal jantung. Penyebab gagal jantung
35
bervariasi, namun penyebab utamanya biasanya adalah terhambatnya
suplai darah ke otot-otot jantung, oleh karena pembuluh-pembulh darah
yang biasanya mengalirkan darah ke otot-otot jantung tersebut tersumbat
atau mengeras, entah oleh karena lemak dan kolesterol ataupun oleh
karena zat-zat kimia seperti penggunaan obat yang berlebihan yang
mengandung Phenol Propano Alanin (ppa) yang masih banyak ditemui
dalam obat-obat seperti Decolgen dan nikotin.
4.1.10. Penyakit Jantung Koroner
Perlu kita ketahui bahwa penyakit jantung terutama penyakit
jantung koroner merupakan bahaya yang mematikan hamper diseluruh
belahan dunia ini. Rasa tidak enak seperti ditindih beban berat di dada
bagian tengah adalah keluhan klasik penderita penyempitan pembuluh
koroner.
Penyakit jantung banyak macamnya. Secara medis dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu penyakit jantung genetis (bawaan)
dan penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner muncul sebagai
akibat dari tersumbatnya arteri koroner oleh tumpukan lemak. Ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti berikut ini : merokok, banyak
mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi, kegemukan atau obesitas,
malas berolahraga, kurang istirahat, sering stress yang tinggi, tekanan
darah tinggi, mengidap penyakit diabetes. Itulah di antara beberapa
penyebab penyakit jantung koroner yang perlu diwaspadai.
36
4.1.11. Tumor Jantung
Tumor adalah setiap jenis pertumbuhan yang tidak normal, baik
bersifat kanker (malignant) atau bukan kanker (benign). Kanker jantung
adalah suatu pertumbuhan bersifat abnormal yang berupa sejenis tumor
ganas yang terjadi pada jantung. Kanker yang menyerang jantung ini
disebabkan oleh penumpukan lemak jenuh pada jaringan jantung ang
tidak bisa dicerna dan kemudian akan menimbulkan infeksi dan
berujung pada keganasan kanker. Tumor yang dimulai di jantung
disebut tumor primer, yang bisa terbentuk di setiap jaringan jantung dan
bisa bersifat kanker atau bukan kanker. Tumor jantung primer langka,
terjadi kurang dari 1 berbanding 2000 orang. Tumor yang berasal dari
beberapa bagian lain dari tubuh, biasanya paru-paru, payudara, darah
atau kulit dan kemudian menyebar (metastasize) ke jantung disebut
tumor sekunder, namun selalu bersifat kanker. Tumor jantung sekunder
pada jantung adalah 30 sampai 40 kali lebih sering terjadi dibandingkan
tumor jantung primer. Sekitar 100% orang yang menderita kanker paru-
paru dan kanker payudara paling sering terjadi merambah ke jantung.
4.2. Kriteria Diagnosa Penyakit Jantung
Untuk diagnosa penyakit jantung, ada 13 kriteria yang digunakan.
Berikut adalah kriteria dalam diagnosa penyakit jantung :
37
1. Umur pasien
Range umur pasien dalam tabel dibawah ini adalah acuan untuk
penyakit Jantung.
Tabel 4.1 : Tabel range umur dalam penyakit jantung
No Range Keterangan
1 <33 Muda
2 33-58 Paruh Baya
3 >58 Tua
(Nurhayati, 2012)
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin secara umum yang diakui seluruh dunia adalah laki-
laki dan perempuan.
Tabel 4.2 : Tabel keterangan jenis kelamin
No Value Keterangan
1 0 Perempuan
2 1 Laki-laki
3. Jenis Nyeri Dada
Nyeri pada bagian dada merupakan salah satu gejala atau indikasi
akan penyakit jantung karena berkurangnya pasokan darah dalam
jantung (Abata, 2014), namun tidak semua nyeri dada mengarah
pada penyakit jantung. Ada beberapa jenis nyeri pada dada, antara
lain : typical angina, atypical angina, non-angina pain dan
asymptomatic. Typical angina merupakan tipe atau jenis yang paling
umum dari angina. Orang-orang dengan typical angina mempunyai
gejala-gejala angina pada basis yang regular dan gejala-gejalanya
38
sedikit banyaknya dapat diprediksi, contohnya ketika manaiki tangga
menyebabkan nyeri dada. Untuk kebanyakan pasien, gejalanya
terjadi selama pengerahan tenaga dan umumnya berlangsung kurang
dari lima menit. Dan jenis nyeri ini dapat diredakan dengan istirahat
atau obat, seperti nitroglycerin di bawah lidah. Kemudian atypical
angina kurang umum dan lebih serius. Gejalanya lebih parah dan
kurang dapat diprediksi daripada pola typical angina. Lebih dari itu,
nyerinya lebih sering, berlangsung lebih lama, terjadi waktu istirahat
dan tidak bisa diredakan dengan nitroglycerin di bawah lidah.
Sedangkan non-angina pain adalah nyeri pada dada namun bukan di
karenakan penyakit jantung, melainkan karena masalah otot pada
bagian sekitar dada. Kemudian asymptomatic berarti tidak
menyadari atau tidak ada nyeri pada dada.
Tabel 4.3 : Tabel keterangan jenis nyeri dada
No Value Keterangan
1 1 Typical Angina
2 2 Atypical Angina
3 3 Non-Angina Pain
4 4 Asymptomatic
4. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah mengalir
di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan
tubuh manusia (Gunawan, 2001)
39
Tabel 4.4 : Tabel range tekanan darah
No Range Keterangan
1 <120 Rendah
2 120-140 Normal
3 >140 Tinggi
5. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) dalam satuan mg/dl
Merupakan lipoprotein plasma yang mengandung sedikit
trigliserida, fosfolipid sedang, protein sedang, dan kolesterol tinggi.
LDL mempunyai peran utama sebagai pencetus terjadinya penyakit
sumbatan pembuluh darah yang mengarah ke serangan jantung,
stroke dan lain-lain.
Tabel 4.5 : Tabel range kolesterol LDL
No Range Keterangan
1 <130 Rendah
2 130-160 Sedang
3 >160 Tinggi
6. Kadar Gula (>120 mg/dl)
Kadar gula adalah tingkat glukosa di dalam darah. Satuan yang
digunakan untuk kadar gula adalah mg/dl (miligram per deciliter).
Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat pasien
puasa 12 jam sebelum pemeriksaan (gula darah puasal nuchter) atau
2 jam setelah makan (gula darah post prandial).
Tabel 4.6 : Tabel keterangan kadar gula darah
No Value Keterangan
1 0 Tidak
2 1 Ya
40
7. Elektrokardiografi
Elektrokardiografi adalah rekaman gelombang depolarisasi atau
potensial aksi yang dihasilkan oleh serat otot jantung. Alat yang
digunakan untuk merekamnya dinamakan elektrokardiograf.
(Herman, 2014). ST-T Abnormal adalah kelainan pada gelombang
ST-T (Inversi gelombang T atau ST). Sedangkan Hipertrophy atau
lengkapnya Left Ventricular Hypertrophy (LVH) merupakan
kompensasi jantung menghadapi tekanan darah tinggi. LVH sering
berhubungan dengan depresi segmen ST dan inversi dalam dari
gelombang T. (Asih & Effendy, 2004)
Tabel 4.7 : Tabel keterangan data elektrokardiografi
No Value Keterangan
1 0 Normal
2 1 ST-T Abnormal
3 2 Hypertrophy
8. Detak Jantung Maksimum
Detak jantung maksimum atau maximum heart rate adalalah jumlah
detak jantung per satuan waktu, biasanya dinyatakan dalam denyut
per menit atau beats per minute (bpm) yang dicapat seseorang secara
maksimal tergantung usia.
Tabel 4.8 : Tabel range detak jantung maksimum
No Range Keterangan
1 <60 Rendah
2 60-142 Sedang
3 >142 Tinggi
41
9. Angina Induksi
Adanya gejala dalam keadaan diinduksi oleh latihan yang tampak
sebagai angina.
Tabel 4.9 : Tabel keterangan latihan angina induksi
No Value Keterangan
1 0 Tidak
2 1 Ya
10. Oldpeak
Atau bisa disebut puncak tua yang menjadikan ST depresi
disebabkan oleh olahraga relatif untuk beristirahat. ST depresi
(segmen ST dibawah garis isoelektrik) artinya sama dengan ST
elevasi hanya kedalaman infarknya yang berbeda. Pada ST elevasi
otot yang infark meliputi otot jantung dalam sampai yang terluar
(disebut Transmural) sedangkan pada ST Depresi otot yang terkena
infark hanya meliputi otot jantung bagian dalam (subendocardial).
Depresi ST mungkin horizontal (Flat) lebih spesifik untuk iskemia,
miring ke atas (Upsloping) tidak spesifik atau miring kebawah
(Downsloping) paling terpercaya untuk iskemia. Penyebab depresi
ST antara lain : Iskemia miokardium: deperesi ST horizontal dan
gelombang T tegak, dapat di sebabkan oleh penyakit arteri koronaria
atau penyebab lain mislanya : anemia atau stonosis aorta. Toksisitas
digoksin: miring kebawah. Perubahan non-spesifik depresi segmen
ST yang sering berupa miring ke atas mungkin merupakan varian
normal dan deperkirakan tidak berkaitan dengan patologi apapun.
42
Dalam pemeriksaan EKG olahraga yang tampakanya memicu
perubahan–perubahan iskemik, tingkat ,waktu, dan sifat perubahan
ST dapat membantu menghitung kemungkinan penyakit jantung
iskemik.
Tabel 4.10 : Tabel range Oldpeak
No Range Keterangan
1 <1.5 Normal
2 1.6-2.55 Beresiko
3 >2.55 Buruk
11. Segmen ST
Segmen ST adalah panjang mulai dari akhir kompleks QRS sampai
ke awal gelombang T. Segmen ST ini merupakan representasi
periode saat semua bagian ventrikel berada dalam keadaan
depolarisasi yang menyeluruh dan tumpang tindih dengan awal
repolarisasi sehingga saling menetralkan.
Gambar 4.1 : Segmen ST pada pemeriksaan EKG
43
Gambar 4.2 : Jenis Segmen ST pada pemeriksaan EKG
Tabel 4.11 : Tabel keterangan segmen ST
No Value Keterangan
1 1 Upsloping
2 2 Flat
3 3 Downsloping
12. Pembuluh Darah
Saluran-saluran tempat mengalirnya darah. Jika darah keluar dari
pembuluh darah, maka darah akan membeku. Pembuluh darah yang
membawa darah keluar dari jantung disebut arteri. (Herman, 2014).
Dalam penelitian ini, atribut pembuluh darah menunjukkan
gangguan pada pembuluh darah manusia. Arteri koroner merupakan
penyumbatan pembuluh darah yang dapat menghentikan aliran darah
ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri dan menjadi
penyebab penyakit jantung koroner (Utami, 2009). Aneurisma
adalah dilatasi segmental dari arteri. Penyebabnya adalah
44
abnormalitas congenital pada pembuluh darah arteri. Aneurisma
dapat membuat dinding arteri menjadi lemah, kekuatan tekanan
darah pada aorta dapat menambah dilatasi segmental pada pembuluh
darah tersebut (Baradero, Dayrit, & Siswandi, 2005). Sedangkan
arteri perfier adalah istilah medis untuk penyakit yang menyerang
arteri yang menyuplai darah ke tungkai. Penyebabnya adalah arteri
berada dalam keadaan stress berat akibat peningkatan tekanan darah
dan penyempitan arteri tersebut menyebabkan aliran darah
berkurang. Penyakit arteri perifer menyebabkan nyeri pada tungkai
dan kaki sehingga penderita akan sulit berjalan. (Palmer & Williams,
2007)
Tabel 4.12 : Tabel keterangan pembuluh darah
No Value Keterangan
1 0 Normal
2 1 Arteri Koroner
3 2 Aneurisma
4 3 Arteri Perifer
13. Thalassemia
Thalassemia merupakan penyakit kelainan darah yang diturunkan /
diwariskan, karena adanya kelainan genetik yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam sintesis atau produksi rantai globin.
Akibatnya, produksi hemoglobin berkurang, kondisi sel darah merah
mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari usia sel darah merah
normal (<120 hari), sehingga penderita akan mengalami gejala
45
anemia / kurang darah (Elastria & Lerin, 2014). Thalassemia
menyebabkan jantung berdebar, sehingga jantung bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan hemoglobin dan semakin lama jantung
akan menjadi lemah dan mudah berdebar-debar. Fixed Defect
merupakan jenis thalasemia mayor adalah jenis thalasemia yang
menunjukkan gejala anemia berat, pembesaran hati dan limpa.
Sedangkan Reversable Defect adalah jenis thalasemia minor yang
tidak menunjukkan gejala yang berarti, selain anemia ringan. (Pandi
& Wirakusumah, 2012)
Tabel 4.13 : Tabel keterangan thalassemia
No Value Keterangan
1 3 Normal
2 6 Fixed Defect
3 7 Reversable Defect
46
4.3. Contoh Kasus
Tabel 4.14 : Tabel dataset kasus penyakit Jantung
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 k10 k11 k12 k13 sakit
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Tidak Beresiko Flat Arteri
Perifer
Normal Positif
Tua Perempuan Non-Anginal
Pain
Rendah Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Beresiko Flat Normal Reversable
Defect
Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Atyipical
Angina
Normal Tinggi Tidak Normal Sedang Tidak Normal Upsloping Normal Reversable
Defect
Positif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Sedang Ya Normal Flat Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Positif
Tua Perempuan Atyipical
Angina
Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Normal Upsloping Arteri
Koroner
Normal Negatif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Sedang Tidak Normal Upsloping Normal Reversable
Defect
Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Ya Hypertrophy Sedang Ya Normal Flat Arteri
Koroner
Fixed
Defect
Positif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Rendah Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Normal Flat Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Positif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Flat Aneurisma Reversable
Defect
Positif
Tua Perempuan Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Buruk Flat Arteri
Perifer
Reversable
Defect
Positif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Flat Normal Reversable
Defect
Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Normal Upsloping Normal Reversable
Defect
Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Tua Laki-Laki Typical Angina Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Buruk Flat Aneurisma Normal Positif
Tua Perempuan Asymptomatic Rendah Sedang Tidak Normal Sedang Tidak Beresiko Flat Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Sedang Ya Beresiko Flat Aneurisma Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Ya Hypertrophy Tinggi Ya Buruk Downsloping Normal Reversable
Defect
Positif
Tua Laki-Laki Typical Angina Rendah Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Ya Beresiko Flat Normal Normal Negatif
47
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 k10 k11 k12 k13 sakit
Paruh
Baya
Laki-Laki Typical Angina Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Ya Normal Upsloping Normal Reversable
Defect
Negatif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Buruk Flat Aneurisma Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Atyipical
Angina
Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Flat Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Rendah Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Flat Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Rendah Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Atyipical
Angina
Normal Tinggi Ya Hypertrophy Tinggi Ya Normal Upsloping Arteri
Perifer
Normal Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak Normal Sedang Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Ya Normal Flat Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Rendah Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Beresiko Flat Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Positif
Tua Perempuan Non-Anginal
Pain
Rendah Tinggi Ya Hypertrophy Sedang Tidak Normal Upsloping Arteri
Koroner
Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Flat Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Positif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Tidak Beresiko Upsloping Normal Fixed
Defect
Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Buruk Downsloping Normal Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Normal Flat Normal Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Ya Hypertrophy Tinggi Ya Normal Upsloping Aneurisma Reversable
Defect
Positif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Beresiko Upsloping Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Positif
Tua Laki-Laki Typical Angina Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Tidak Normal Upsloping Normal Normal Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
48
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 k10 k11 k12 k13 sakit
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Reversable
Defect
Positif
Tua Perempuan Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Ya Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Atyipical
Angina
Rendah Tinggi Ya Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Reversable
Defect
Negatif
Tua Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Ya Normal Sedang Tidak Beresiko Flat Arteri
Koroner
Fixed
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Ya Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Rendah Sedang Tidak Hypertrophy Sedang Tidak Normal Upsloping Arteri
Perifer
Normal Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Rendah Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Upsloping Arteri
Koroner
Normal Positif
Tua Laki-Laki Atyipical
Angina
Tinggi Tinggi Tidak Normal Sedang Ya Normal Flat Arteri
Perifer
Fixed
Defect
Positif
Tua Perempuan Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Tidak Normal Flat Arteri
Perifer
Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Sedang Ya Beresiko Flat Normal Fixed
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Atyipical
Angina
Normal Tinggi Ya Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Tua Perempuan Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Ya Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Upsloping Arteri
Koroner
Normal Negatif
Tua Perempuan Atyipical
Angina
Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Aneurisma Normal Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Atyipical
Angina
Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Flat Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Atyipical
Angina
Rendah Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Arteri
Koroner
Normal Negatif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Buruk Flat Arteri
Koroner
Normal Positif
Muda Laki-Laki Atyipical
Angina
Rendah Rendah Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Arteri
Koroner
Normal Negatif
Muda Laki-Laki Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak ST-T
Abnormal
Sedang Ya Beresiko Flat Normal Fixed
Defect
Positif
Muda Laki-Laki Asymptomatic Normal Rendah Tidak Hypertrophy Sedang Ya Buruk Flat Arteri
Koroner
Normal Positif
49
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 k10 k11 k12 k13 sakit
Tua Perempuan Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Ya Normal Sedang Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Tua Perempuan Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Normal Tinggi Ya Normal Flat Normal Normal Positif
Tua Laki-Laki Atyipical
Angina
Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Tidak Normal Flat Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Tinggi Rendah Ya Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Sedang Ya Normal Flat Normal Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Tua Perempuan Typical Angina Tinggi Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Tua Laki-Laki Typical Angina Tinggi Tinggi Ya Hypertrophy Tinggi Tidak Beresiko Downsloping Normal Fixed
Defect
Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Normal Flat Arteri
Koroner
Fixed
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Ya Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Atyipical
Angina
Normal Tinggi Ya Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Upsloping Aneurisma Normal Positif
Paruh
Baya
Perempuan Non-Anginal
Pain
Rendah Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Flat Arteri
Koroner
Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Rendah Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Positif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Sedang Ya Buruk Flat Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Perempuan Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Ya Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Tua Laki-Laki Atyipical
Angina
Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Tua Perempuan Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak ST-T
Abnormal
Sedang Tidak Normal Flat Normal Normal Negatif
Tua Perempuan Asymptomatic Rendah Tinggi Tidak Normal Sedang Tidak Normal Upsloping Aneurisma Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Ya Normal Flat Arteri
Perifer
Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Rendah Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Ya Buruk Flat Normal Normal Negatif
50
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 k10 k11 k12 k13 sakit
Paruh
Baya
Perempuan Non-Anginal
Pain
Rendah Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Muda Perempuan Non-Anginal
Pain
Rendah Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Flat Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Atyipical
Angina
Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Rendah Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Normal Sedang Tidak Beresiko Flat Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Sedang Ya Beresiko Flat Normal Reversable
Defect
Positif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Normal Upsloping Normal Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Beresiko Flat Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Rendah Tinggi Tidak Normal Sedang Ya Normal Flat Normal Fixed
Defect
Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Typical Angina Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Upsloping Aneurisma Normal Negatif
Tua Laki-Laki Atyipical
Angina
Normal Tinggi Ya Hypertrophy Sedang Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Tua Laki-Laki Typical Angina Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Buruk Downsloping Normal Reversable
Defect
Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Atyipical
Angina
Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Atyipical
Angina
Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Tidak Buruk Flat Normal Reversable
Defect
Positif
Tua Laki-Laki Atyipical
Angina
Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Ya Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Tua Perempuan Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Beresiko Flat Normal Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Rendah Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Normal Flat Arteri
Koroner
Normal Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Aneurisma Reversable
Defect
Positif
51
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 k10 k11 k12 k13 sakit
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Rendah Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Normal Flat Arteri
Koroner
Normal Positif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Flat Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Rendah Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Positif
Tua Perempuan Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak Normal Sedang Tidak Normal Upsloping Normal Reversable
Defect
Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Atyipical
Angina
Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Non-Anginal
Pain
Rendah Sedang Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Flat Normal Normal Negatif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Sedang Tidak Normal Flat Normal Normal Positif
Paruh
Baya
Perempuan Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Tinggi Tinggi Ya Hypertrophy Sedang Tidak Normal Flat Arteri
Perifer
Reversable
Defect
Positif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Flat Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Flat Normal Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Rendah Tinggi Tidak Normal Tinggi Ya Normal Flat Normal Normal Negatif
Tua Perempuan Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Buruk Flat Aneurisma Reversable
Defect
Positif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Tinggi Ya Normal Upsloping Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Positif
Muda Perempuan Atyipical
Angina
Rendah Sedang Tidak Normal Sedang Tidak Normal Flat Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak ST-T
Abnormal
Sedang Ya Buruk Flat Normal Normal Positif
Muda Laki-Laki Atyipical
Angina
Rendah Rendah Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Tua Perempuan Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Positif
Paruh
Baya
Perempuan Non-Anginal
Pain
Normal Rendah Ya Normal Sedang Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Muda Laki-Laki Atyipical
Angina
Normal Sedang Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
52
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 k10 k11 k12 k13 sakit
Paruh
Baya
Perempuan Atyipical
Angina
Normal Sedang Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Flat Normal Normal Negatif
Muda Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Perempuan Asymptomatic Tinggi Tinggi Ya Hypertrophy Sedang Ya Buruk Downsloping Aneurisma Reversable
Defect
Positif
Tua Perempuan Typical Angina Tinggi Sedang Tidak Normal Sedang Tidak Buruk Downsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Ya Hypertrophy Sedang Ya Beresiko Downsloping Normal Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak ST-T
Abnormal
Sedang Tidak Beresiko Flat Arteri
Perifer
Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Sedang Ya Buruk Flat Aneurisma Normal Positif
Paruh
Baya
Laki-Laki Asymptomatic Tinggi Tinggi Tidak ST-T
Abnormal
Sedang Ya Normal Flat Arteri
Koroner
Reversable
Defect
Positif
Tua Perempuan Non-Anginal
Pain
Tinggi Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Upsloping Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Non-Anginal
Pain
Normal Sedang Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Downsloping Arteri
Koroner
Normal Negatif
Paruh
Baya
Perempuan Non-Anginal
Pain
Tinggi Sedang Tidak ST-T
Abnormal
Tinggi Tidak Normal Upsloping Arteri
Koroner
Normal Negatif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Tidak Normal Sedang Ya Beresiko Flat Aneurisma Reversable
Defect
Positif
Paruh
Baya
Perempuan Non-Anginal
Pain
Normal Tinggi Tidak Hypertrophy Tinggi Tidak Normal Flat Normal Normal Negatif
Paruh
Baya
Laki-Laki Atyipical
Angina
Normal Sedang Tidak Normal Tinggi Tidak Normal Upsloping Arteri
Koroner
Normal Negatif
Tua Laki-Laki Typical Angina Tinggi Rendah Ya Hypertrophy Rendah Tidak Normal Flat Arteri
Koroner
Normal Negatif
Tua Laki-Laki Asymptomatic Normal Tinggi Ya Normal Rendah Ya Normal Upsloping Aneurisma Reversable
Defect
Positif
Keterangan inisialisasi kriteria dari dataset (tabel 4.14) diatas dapat
dilihat pada tabel 4.15 berikut ini :
53
Tabel 4.15 : Keterangan inisialisasi kriteria
Inisalisasi Kriteria Keterangan Inisalisasi Kriteria
K1 Range umur pasien
K2 Jenis kelamin
K3 Jenis nyeri dada yang dirasakan
K4 Range tekanan darah
K5 Range kolesterol
K6 Keterangan apakah gula darah >120 mg/dl
K7 Hasil pemeriksaan elektrokardiografi
K8 Detak jantung maksimum yang dicapai
K9 Angina induksi
K10 Oldpeak
K11 Segmen ST
K12 Hasil pemeriksaan pembuluh darah
K13 Thalassemia
Sakit Label atau hasil diagnosa penyakit jantung
4.4. Pemodelan Naïve Bayes
Pemodelan Naïve Bayes dilakukan untuk mendapat hasil perhitungan
manual dari contoh kasus yang diteliti dengan memasukkan rumus naïve bayes
kedalam perhitungan. Lihat contoh dataset pada tabel 4.14 kasus penyakit
54
jantung pada halaman 41, didapatkan perhitungan jumlah data dan jumlah
probabilitas sebagai berikut :
Tabel 4.16 : Jumlah data setiap kriteria
Kriteria Kelompok Peluang
Positif Negatif
Umur
Muda 3 5
Paruh Baya 33 42
Tua 26 25
Jenis Kelamin Laki-Laki 52 38
Perempuan 10 34
Jenis Nyeri
Dada
Asymtomatic 2 8
Non-Anginal Pain 5 20
Atypical Angina 7 26
Typical Angina 48 18
Tekanan
Darah
Rendah 8 20
Normal 34 40
Tinggi 20 12
Kolesterol
Rendah 1 5
Sedang 1 9
Tinggi 60 58
Kadar Gula Ya 9 12
Tidak 53 60
EKG
Normal 20 43
ST-T 4 2
Hypertrophy 38 27
Detak
Jantung
Maksimum
Rendah 1 1
Sedang 39 16
Tinggi 22 55
Angina
Induksi
Ya 33 13
Tidak 29 59
55
Kriteria Kelompok Peluang
Positif Negatif
Oldpeak
Normal 36 63
Beresiko 13 6
Buruk 13 3
Segmen ST
Upsloping 17 47
Flat 41 21
Downsloping 4 4
Pembuluh
Darah
Normal 22 57
Arteri Koroner 20 11
Aneurisma 12 3
Arteri Perifer 8 1
Thalassemia
Normal 17 60
Fixed 6 3
Reversable 39 9
LABEL Nilai Peluang
Sakit Positif 62
Negatif 72
Keterangan tabel :
1. P (Positif), N (Negatif) : Data penyakit jantung pada tabel 4.14
2. Umur : muda, paruh baya, tua = data umur pada tabel 4.14
Menentukan jumlah umur=muda, Sakit=positif dengan mencari dimana
baris umur=muda dan Sakit=positif, maka didapatkan jumlah 3
Menentukan jumlah umur=muda, Sakit=negatif dengan mencari dimana
baris umur=muda dan Sakit=negatif, maka didapatkan jumlah 5
Menentukan jumlah umur=paruh baya, Sakit=positif dengan mencari
dimana baris umur=paruh baya dan Sakit=positif, maka didapatkan
jumlah 33
56
Menentukan jumlah umur=paruh baya, Sakit=negatif dengan mencari
dimana baris umur=paruh baya dan Sakit=negatif, maka didapatkan
jumlah 42
Menentukan jumlah umur=tua, Sakit=positif dengan mencari dimana
baris umur=tua dan Sakit=positif, maka didapatkan jumlah 26
Menentukan jumlah umur=tua, Sakit=negatif dengan mencari dimana
baris umur=tua dan Sakit=negatif, maka didapatkan jumlah 25
3. Jenis Kelamin : Laki-laki, perempuan = data jenis kelamin pada tabel 4.14
Menentukan jumlah jenis kelamin=laki=laki, Sakit=positif dengan
mencari dimana baris jenis kelamin=laki=laki dan Sakit=positif, maka
didapatkan jumlah 52
Menentukan jumlah jenis kelamin=laki=laki, Sakit=negatif dengan
mencari dimana baris jenis kelamin=laki=laki dan Sakit=negatif, maka
didapatkan angka 38
Menentukan jumlah jenis kelamin=perempuan, Sakit=positif dengan
mencari dimana baris jenis kelamin=perempuan dan Sakit=positif, maka
didapatkan angka 10
Menentukan jumlah jenis kelamin=perempuan, Sakit=negatif dengan
mencari dimana baris jenis kelamin=perempuan dan Sakit=negatif,
maka didapatkan angka 34
4. Untuk menentukan semua jumlah data dapat dilakukan seperti menentukan
jumlah data pada kriteria umur dan jenis kelamin.
57
Tabel 4.17 : Jumlah probabilitas setiap kriteria
Kriteria Kelompok Peluang
Positif Negatif
Umur
Muda 3/62 5/72
Paruh Baya 33/62 42/72
Tua 26/62 25/72
Jenis Kelamin Laki-Laki 52/62 38/72
Perempuan 10/62 34/72
Jenis Nyeri
Dada
Asymtomatic 2/62 8/72
Non-Anginal Pain 5/62 20/72
Atypical Angina 7/62 26/72
Typical Angina 48/62 18/72
Tekanan
Darah
Rendah 8/62 20/72
Normal 34/62 40/72
Tinggi 20/62 12/72
Kolesterol
Rendah 1/62 5/72
Sedang 1/62 9/72
Tinggi 60/62 58/72
Kadar Gula Ya 9/62 12/72
Tidak 53/62 60/72
EKG
Normal 20/62 43/72
ST-T 4/62 2/72
Hypertrophy 38/62 27/72
Detak
Jantung
Maksimum
Rendah 1/62 1/72
Sedang 39/62 16/72
Tinggi 22/62 55/72
Angina
Induksi
Ya 33/62 13/72
Tidak 29/62 59/72
Oldpeak
Normal 36/62 63/72
Beresiko 13/62 6/72
Buruk 13/62 3/72
58
Kriteria Kelompok Peluang
Positif Negatif
Segmen ST
Upsloping 17/62 47/72
Flat 41/62 21/72
Downsloping 4/62 4/72
Pembuluh
Darah
Normal 22/62 57/72
Arteri Koroner 20/62 11/72
Aneurisma 12/62 3/72
Arteri Perifer 8/62 1/72
Thalassemia
Normal 17/62 60/72
Fixed 6/62 3/72
Reversable 39/62 9/72
LABEL Nilai Peluang
Sakit Positif 62/134
Negatif 72/134
Keterangan tabel :
Untuk mengetahui angka probabilitas dihitung Sakit=positif dan Sakit=negatif,
maka didapatkan jumlah Sakit=positif adalah 62 dan Sakit=Negatif adalah 72
Karena Sakit=positif berjumlah 62, maka semua angka dengan label
Sakit=positif dibagi 62. Contoh kriteria umur semua angka dibagi 62
untuk label positif.
Karena Sakit=negatif berjumlah 72, maka semua angka dengan label
Sakit=negatif dibagi 72. Contoh kriteria umur semua angka dibagi 72
untuk label positif.
Contoh kasus : Seorang pasien perempuan bernama Ratmi yang berusia
57 tahun memiliki hasil pemeriksaan tidak merasakan keluhan sakit
pada dada yang berarti Asymptomatic, namun hasil pemeriksaan
laboratorium adalah sebagai berikut : Tekanan tekanan darah 128,
59
kolesterol LDL 303, kadar gula sebesar 107 mg/dl sehingga tidak
melebihi ambang batas yaitu 120 mg/dl, hasil pemeriksaan
elektrokardiorafi menunjukkan adanya gejala hypertrophy, detak jantung
maksimumnya mencapai 159 bps, Ratmi tidak mengalami angina
induksi, hasil pemeriksaan oldpeak menunjukkan hasil normal, pada
segmen ST terlihat adanya Upsloping, serta pada pembuluh darah ada
kelainan arteri koroner dan hasil thalassemia menunjukkan hasil normal.
Maka untuk menentukan apakah Ratmi positif atau negatif penyakit
jantung, bisa ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut :
Mengacu pada rumus nomor 2 (dua) yang terdapat pada BAB II. Maka
didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :
1. Likelihood of “positif” (mengalikan semua kriteria data baru dimana
Sakit=positif)
𝑃 𝐶𝑖 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 =33
62×
10
62×
48
62×
34
62×
60
62×
53
62×
38
62×
22
62×
29
62×
36
62
×17
62×
20
62×
17
62×
62
134
𝑃 𝐶𝑖 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 = 0,53 * 0,16 * 0,77 * 0,55 * 0,96 * 0,85 * 0,61 * 0,35 *
0,46 * 0,58 * 0,27 * 0,32 * 0,27 * 0,46 = 0,0000200
2. Likelihood of “negatif” (mengalikan semua kriteria data baru dimana
Sakit=negatif)
60
𝑃 𝐶𝑖 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 =42
72×
34
72×
18
72×
40
72×
58
72×
60
72×
27
72×
55
72×
59
72×
63
72
×47
72×
11
72×
60
72×
72
134
𝑃 𝐶𝑖 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 = 0,58 * 0,47* 0,25 * 0,55 * 0,80 * 0,83 * 0,37 * 0,76 *
0,81 * 0,87 * 0,65 * 0,15 * 0,83 * 0,53 = 0,0002356
3. Probability of “positif” =𝑃(𝐶𝑖|𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 )
𝑃 𝐶𝑖 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 +𝑃(𝐶𝑖|𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 )
=0,0000200
0,0000200 + 0,0002095= 7,82 %
4. Probability of “negatif” =𝑃(𝐶𝑖|𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 )
𝑃 𝐶𝑖 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 +𝑃(𝐶𝑖|𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 )
=0,0000200
0,0000200 + 0,00002095= 92,18 %
Probability Positif merupakan peluang kemungkinan bahwa pasien yang di
diagnosa menderita sakit jantung, sedangkan Probability Negatif merupakan
peluang kemungkinan bahwa pasien tidak menderita sakit jantung. Karena
probability of “positif” < probability of “negatif”, maka data baru diatas
menunjukkan bahwa Sakit = Negatif atau berarti kemungkinan sebesar 92,18 %
pasien tidak menderita penyakit jantung.