Post on 09-Nov-2020
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Studi
3.1.1 Profil Wilayah Sungai0Musi
Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatera Selatan,
Indonesia. Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan yang terpanjang di pulau
Sumatera dan membelah Kota Palembang menjadi dua bagian. Jembatan Ampera yang
menjadi ikon Kota Palembang pun melintas di atas sungai ini. Sejak zaman Kerajaan
Sriwijaya hingga sekarang sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi
masyarakat.
DAS/Musi/secara/geografis/terletak/pada 103° 34’ 12 ― – 105° 0’ 36‖ BT dan 02°
58’ 12‖ - 04° 59’ 24‖ LS dengan/luas 7.760.222, 86 Ha. Secara/administrasi/DAS/Musi
termasuk/pada 4/(empat)/provinsi/yaitu/Sumatera/Selatan,/Bengkulu,/Jambi dan/Lampung.
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera/Selatan/yang/masuk/ke/dalam/DAS/Musi meliputi
17/(tujuh belas)/Kabupaten/Kota atau/seluruh/Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi
Sumatera Selatan. Kabupaten/ di/Provinsi/ Bengkulu/ yang/masuk/pada/DAS Musi
meliputi/Kabupaten/Rejang/Lebong/dan/Kabupaten/Kepahiang,/sedangkan/Kabupaten di
Provinsi/Jambi/yang/masuk/pada/DAS/Musi/meliputi/Kabupaten/Sarolangun, Kabupaten
Tanjung/ Jabung/ Timur,/ Kabupaten /Batanghari, /dan /Kabupaten/Muaro/Jambi./Dan
kabupaten/di Provinsi/Lampung/Barat yang/masuk pada/DAS Musi/meliputi/Kabupaten
Lampung Barat dan Kabupaten Way Kanan. Adapun Batas wilayah Kota Palembang yaitu:
Utara : Kab. Banyu Asin
Timur : Kab. Banyu Asin
Barat : Kab. Banyu Asin
Selatan : Kab Muara Enim
DAS/Musi/terbagi \/ke/dalam //22 Sub//DAS, yaitu//Sub/DAS//Banyuasin,/Sub//DAS
Batang/APelidang,//Sub//DAS//Batanghari//Leko,//Sub//DAS--Baung,-- Sub-DAS-Bungin,
Sub-DAS-Calik,--Sub—DAS--Deras,-Sub-DAS-Kelingi,-Sub-DAS-Kikim,- Sub--DAS
Komering-,Sub-DAS-Lakitan,-Sub-DAS-Lalan,-Sub-DAS-Lematang,-Sub-DAS-Macan,
20
Sub-DAS-Medak,-Sub-DAS-Musi-Hilir,-Sub-DAS Musi Hulu,-Sub-DAS-Ogan, Sub-
DAS-Rawas,-Sub-DAS Soleh,-Sub DAS-Semangus-dan-Sub-DAS-Sugihan.
Gambar 3.1 Batas Luasan DAS di Wilayah Sungai Musi
3.1.2 Penggunaan Lahan
Pemanfaatan DAS Musi bagi kehidupan masyarakat sangat kompleks, digunakan
sebagai tempat khusus mencari nafkah, langsung atau tidak langsung. Pemanfaatan DAS
Musi bidang pertanian baik langsung maupun tidak langsung telah dimulai sejak lama.
Persawahan dengan sistem irigasi sederhana, setengah teknis dan teknis serta di daerah
pasang surut merupakan bentuk pemanfaatan air secara langsung. DAS Musi juga
dimanfaatkan untuk pengusahaan padi sawah, perkebunan karet, kopi, kelapa sawit,
tegalan, pemukiman dan lainnya.Kepentingan dan pemanfaatan DAS Musi berpotensi
menimbulkan masalah yang kompleks. Masalah ini merupakan beban bagi DAS Musi
berakibat menurunnya fungsi dan mutu air serta habitatnya. Bila masalah ini terus
berlangsung tanpa usaha pencegahan dan perbaikan, sehingga bukan tidak mungkin DAS
21
Musi berbalik menjadi sumber potensi petaka dan kesengsaraan bagi semua bentuk dan
jenis kehidupan. Misalnya maalah pendangkalan, mengindikasikan adanya erosi karena
banyaknya pembukaan lahan pertanian, perkebunan dan beragam pencemaran sehingga
berubahnya bentuk bentangan lahan di beberapa lokasi DAS Musi. Maka penanganannya
harus terintegrasi yang melibatkan semua pihak (termasuk masyarakat yang hidup dan
memanfaatkan DAS Musi) dengan upaya pencegahan dan penanggulangan yang arealnya
cukup luas dari hulu sampai ke muara
Pengendapan lumpur yang terjadi di DAS Musi mencapai 2,5 ton per tahun.
Pengendapan lumpur ini mempengaruhi pelayaran sepanjang alur DAS Musi, terutama
menuju Pelabuhan Boom Baru yang disinggahi kapal 10.000 ton ke bawah. Sementara,
pencemaran limbah cair dan padat mempengaruhi kualitas sungai yang dijadikan sebagai
bahan baku air bersih (PDAM) dan sebagian masyarakat juga memanfaatkan sebagai
kebutuhan rumah tangga (MCK). Disepanjang DAS Musi juga menerima berbagai limbah
domestik, pertanian, pertambangan, industri, peternakan, kesehatan (rumah sakit), ekonomi
(pasar/pertokoan) dan transportasi yang mengakibatkan bertambahnya beban pencemaran.
Hal ini menyebabkan ketersediaan dan kualitas air DAS Musi cenderung menurun secara
bertahap. Dampak lebih jauh akan dapat mengancam fungsi DAS Musi dan gilirannya
membawa dampak negatif bukan hanya pada lahan sekitarnya, tetapi pada manusia dan
mahluk hidup lain.
Di bagian Hulu DAS Musi juga terdapat berbagai masalah, seperti semakin
tingginya trend perubahan hutan alam ke hutan tanaman industri dari perkebunan skala
besar, peladang berpindah (perkebunan dan pertanian), pertambangan, transmigrasi dan
lainnya. Hal ini tidak terjadi jika kegiatan itu mematuhi rambu-rambu peraturan yang ada.
Potensi penyimpangan dari ketentuan visi, misi, dan strategi serta rekomendasi konsep
pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan masih terjadi karena kepentingan
pribadi dan kelompok tertentu. Bila permasalahan ini terus berlangsung tanpa upaya
pencegahan dan perbaikan, dikawatirkan dapat menyebabkan kesengsaraan bagi semua
mahluk hidup di sepanjang dan sekitar Musi.
3.2 Lokasi Pengambilan Sampel Parameter Kualitas air
Sampel parameter kualitas air yang digunakan dalam studi ini diambil dari beberapa
titik lokasi di aliran sungai Musi. Parameter yang diambil adalah parameter BOD, COD,
besi (Fe), Tembaga (Cu), Sulfida (FeS), Fosfat (P), Minyak & Lemak. Penelitian ini
22
dilakukan pada 4 titik yaitu terletak di titik Pulokerto, PT. HEVEA MK II, Jembatan Musi
II, dan PT. Badja Baru
Tabel 3.1 Lokasi Pemantauan Parameter Kualitas Air
No. Lokasi Sungai Koordinat
Bujur Selatan Bujur Timur
1 Pulokerto Musi 3o01’ 52,08‖S 104
o40’42,58‖E
2 PT. HEVEA MK II Musi 3o01’ 04,62‖S 104
o41’52,32‖E
3 Jembatan Musi II Musi 3o01’ 08,19‖S 104
o43’08,63‖E
4 PT. Radja Baru Musi 3o01’ 26,86‖S 104
o44’04,90‖E
Sumber: Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Palembang
Gambar 3.2 Pulokerto Gambar 3.3 PT. Hevea MK II
Gambar 3.4 Jembatan Musi II Gambar 3.5 PT. Badja Baru
23
Gambar 3.6. Citra Satelit Pemantauan Parameter Kualitas Air (Google Earth)
24
3.2.1 Kondisi Lingkungan Sekitar Lokasi Pemantauan Kualitas Air
Secara topografis wilayah Sumsel terdiri atas rawa-rawa dan payau yang
dipengaruhi pasang surut dan dataran rendah serta lembah yang luas. Bukit Barisan
sebagai daerah pegunungan dan juga merupakan mata air sungai Musi yang mengalir ke
arah Timur dan bermuara di selat Bangka. Panjang sungai Musi lebih kurang 750 km
dengan debit air bervariasi antara 2.700 m3/detik pada musim kemarau dan mencapai
4.000 m3/detik pada musim penghujan. Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi melewati
beberapa kabupaten/kota di Propinsi Sumsel.
Selain Musi, ada beberapa anak sungai yang tergolong besar (karena sebagian
besar bermuara ke sungai Musi) yaitu sungai Lematang, sungai Ogan, sungai Kikim,
sungai Enim, sungai Komering, sungai Rawas, sungai Rupit, sungai Batanghari Leko,
dan sungai Keramasan. Di sepanjang Musi dan anak sungai Musi tersebut dihuni oleh
berbagai habitat (flora dan fauna) yang sangat bermanfaat bagi kehiodupan bukan hanya
manusia tetapi juga mahluk hidup lain.
Berdasarkan kunjungan lapangan yang telah dilakukan, dapat diamati bahwa
kualitas air di lokasi studi sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah sekitar. Jenis aktifitas
tertentu dapat menjadi sumber pencemar bagi air sungai. Di wilayah lokasi studi dapat
diamati bahwa ada dua sumber pencemar utama air sungai. Ini disebabkan di sepanjang
lokasi studi didominasi oleh kawasan industri/pabrik (non-domestik) dan kawasan
pemukiman penduduk (domestik)
A. Industri/Pabrik disekitar Lokasi Studi
Disepanjang Sungai Musi dapat kita temukan lebih dari 60 (enam puluh)
industri/pabrik. Letak pabrik-pabrik tersebut berjajar sepanjang di sebelah kanan
aliran sungai. Tersebar berbagai macam industri/pabrik seperti pabrik kertas,
detergent, makanan, dan pabrik minuman.
Berikut merupakan nama-nama industri/pabrik yang berada di kawasan lokasi studi
dan berpeluang menjadi sumber pencemaran air sungai.
Tabel 3.2 Daftar Nama Industri/Pabrik disekitar Lokasi Studi
No Nama Industri/Pabrik
1. PT. Hevea MK II
2. PT.Badja Baru
25
3.3 Data Pendukung Studi
Untuk keperluan studi ini, beberapa data yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Peta lokasi titik pengambilan sampel kualitas air.
Digunakan untuk mengetahui penyebaran titik-titik lokasi pengambilan sampel
parameter kualitas air. Peta lokasi pengambilan sampel kualitas air diperoleh
dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang
2. Data parameter kualitas air bulanan selama 12 tahun (2012-20116),
Parameter kimia berupa BOD, COD, besi (Fe), Tembaga (Cu), Sulfida (FeS),
Fosfat (P), Minyak & Lemak Data parameter kualitas air yang digunakan
adalah data sekunder mutu air yang merupakan hasil monitoring mutu air dari
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang
3.4.Tahapan Penyelesaian Studi
Tahapan penelitian guna meneliti kualitas air Sungai Musi adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data sekunder kualitas air Sungai Musi selama 5 tahun, parameter
kualitas air yang digunakan adalah BOD, COD, besi (Fe), Tembaga (Cu), Sulfida
(FeS), Fosfat (P), Minyak & Lemak. Data ini didapat dari Dinas Lingkungan Hidup
dan Kebersihan Kota Palembang, Sumatera Selatan.
2. Data yang telah terkumpul akan dianalisis sesuai dengan input data pada worksheet
QUAL2Kw, yaitu:
a. Data klimatologi (arah dan kecepatan angin, temperatur udara) digunakan untuk
mengetahui kondisi iklim di sepanjang Sungai Musi yang mungkin akan
berpengaruh paad koefisien reaksi dalam air.
b. Data profil memanjang dan melintang sungai digunakan untuk menentukan
segmen sungai yang dikelomppokkan dalam beberapa reach.
c. Data debit dan kualitas air Sungai Musi digunakan untuk acuan dalam menentukan
ketepatan model.
d. Data debit dan kualitas air limbah Industri dan limbah rumah tangga dijadikan
sebagai input pencemaran point sources yang masuk ke Sungai Musi.
3. Pembangunan Model
Kegiatan pembangunan model meliputi:
26
a. Entry data: 5 tahun yang telah dianalisis dimasukkan ke dalam sel-sel model
QUAL2Kw versi 5.1. dalam format Microsoft Excel berdasarkan peta yang telah
dibuat.
b. Penentuan koefisien model:
Model di-running berulang-ulang hingga diperoleh hasil model sesuai (mendekati)
dengankondisi yang sebenarnya. Penyesuaian model dilakukan dengan ―trial and
error‖ nilai koefisien model.
4. Simulasi dan perhitungan daya tampung
SecaraAumumAsimulasiA dilakukanAuntukA merepresentasikan tahun 2016
(eksisting) serta estimasi 5 tahun yang akan datang (2021) yang terbagi ke dalam 5
skenarioAagarAtujuanApermodelanAdapatAdicapai.AAdapunAPenjelasanAskenario
sebagaiAberikut :
a. Simulasi 1
Simulasi/1/dilakukan/dengan/melakukan/input/data/eksisting/baik/pada kualitas air
di/sungai /maupun /data/ sumber/ pencemar/tertentu/dan/tak/tentu (konsentrasi/dan
debit)/serta/pengambilan/air/(debit). Beban/ limbah/rumah/tangga/yang/langsung
masuk/ke/Sungai/Musi/dikategorikan/sebagai/sumber/pencemar/tak/tentu (non-
point sources)/ yang/ jumlahnya/diestimasi/dengan/menggunakan/data /jumlah
penduduk/dikalikan/dengan/faktor/emisi./Beban/pencemar/dari/industri/adalah
Industri \/yang/mengarahkan//effluentnya///langsung//ke//Sungai/Musi.
b. Simulasi 2
Pada Simulasi 2 merupakan kondisi dimana dilakukan trial and error pada point
source hingga nilai kualitas air di hilir sesuai dengan batas baku mutu air kelas II.
Baku mutu yang di pakai adalah Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Hasil
simulasi ini dapat digunakan untuk perhitungan daya tampung beban pencemaran,
yaitu besarnya beban yang boleh dibuang ke sungai tanpa menyebabkan air sungai
tercemar (tidak melampaui baku mutu).
c. Simulasi 3
Simulasi 3 ini dilakukan dengan menghilangkan beban pencemar(point source),
dan data di hulu (headwater) sesuai baku mutu kelas II. Demikian pula kualitas
non-point source dianggap baik, sama dengan baku mutu air limbah. Dalam
kondisi tanpa masuka beban pencemaran ini, dapat diketahui besarnya selisih
27
beban pencemaran sungai minimum dengan beban pencemaran maksimum sesuai
baku mutu.
d. Simulasi 4
Simulasi 4 ini dilakukan pengujian pengaruh debit terhadap profil kualitas air dan
beban pencemaran sungai. Yang akan di simulasikan adalah devit rata-rata, debit
maksimum, dan debit minimum. Dari ketiganya akan dilihat perbandingan
perbedaan yang terjadi sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh debit
terhadap kualitas air sungai dan beban pencemarannya
Selanjutnya adalah perhitungan beban pencemaran pada simulasi 2 dan 3 dengan
formula empiris yang telah terlampir pada bab tinjauan pustaka. Setelah didapatkan nilai
beban pencemaran pada simulasi 2 dan simulasi 3, nilai daya tampung beban
pencemaran dihasilkan dari selisih beban pencemaran kedua simulasi tersebut sesuai
dengan formula yang telah terlampir pada bab tinjauan pustaka.
28
3.5. Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.7 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Peta Lokasi
Monitoring
Mutu Air dan
Lokasi Industri
Data
Kualitas Air
Sungai
Musi
Data Hidrologis
-Debit Head Water
-Debit Point
Sources
-Manning Formula
Data
Klimatologis
-Tutupan Awan
-Temperatur
Udara
-Kecepatan
Pembangunan Model dengan
menggunakan QUAL2Kw
Kalibrasi Koefisien
Model QUAL2Kw
Simulasi Skenario :
1.Kondisi Eksisting
2.Kondisi Beban Penuh
3.Kondisi Beban Kosong
4.Kondisi Qrata-rata, Qmax, &Qmin
Penentuan Beban
Pencemaran & Daya
Tampung
Selesai
Ya
Tidak