Post on 09-Jun-2018
27
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Tuberkolosis Paru pada Anak
1. Pengertian TB Paru
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman
TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
(Kemenkes RI,2002). TB paru adalah TB yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura (selaput paru) (Tim Kelompok Kerja PPOK, 2003).
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Bakteri
Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun dalam
jaringan tubuh, (Kemenkes RI, 2002).
Penderita TB BTA positif menyebarkan kuman melalui batuk atau
bersin ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan di selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap
dan lembab. Penularan juga dapat terjadi secara langsung jika dahak
penderita diludahkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari, kemudian
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
28
mengering dan menyatu dengan debu, jika debu ini terhisap maka orang
tersebut akan terinfeksi (Crofton dkk, 2002).
2. Gejala Tuberkolosis Paru Anak
Penanganan kasus Tuberkolosis Paru (TB Paru) dibagi dalam dua
kelompok yaitu TB anak (0-14 tahun) dan dewasa (> 15 tahun).
Penanggulangan kasus TB anak lebih sulit dibandingkan TB dewasa,
khususnya dalam penemuan penderita dan diagnosis TB anak. Anak yang
mengalami gejala TB juga belum tentu terkena penyakit TB paru, sehingga
harus didukung dengan uji tuberkulin dan foto rontgen (Kemenkes RI,
2002).
Seorang anak dicurigai menderita TB jika:
a. Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB BTA
positif (+).
b. Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam waktu
3-7 hari).
c. Terdapat gejala umum TB.
Gejala umum TB pada anak menurut Kemenkes RI (2008):
a. Asymptomatis, penyakit TB anak tidak mempunyai gejala yang khas dan
sering diketahui tanpa gejala.
b. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi
yang baik, nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh
(failure to thrive).
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
29
c. Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan thypoid,
malaria atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya
multipel, paling sering muncul di daerah leher, ketiak, dan lipatan paha
(inguinal)
e. Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari
(setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan
nyeri dada
f. Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak
sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan
tanda-tanda cairan dalam abdomen
3. Penemuan Penderita TB Paru Anak
Penemuan penderita TB pada anak merupakan hal yang sulit.
Diagnosis TB anak sebagian besar didasarkan atas gambaran klinis,
gambaran radiologis dan uji tuberkulin (Kemenkes RI, 2002).
4. Diagnosis TB Paru Anak
Diagnosis paling tepat untuk menentukan penyakit TB adalah dengan
ditemukannya kuman TB dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya
sputum, bilas lambung, biopsi, dan lain-lain. Diagnosis pada anak sangat
sulit dan jarang didapatkan hasilnya, sehingga sebagian besar diagnosis TB
anak didasarkan atas gambaran klinis, foto thorak rongent dan uji
tuberkulin. Sitem skoring untuk menentukan TB paru anak meliputi
beberapa item, yaitu: 1) Ada riwayat kontak erat dengan kasus TB baik
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
30
diketahui maupun suspek, 2) Gambaran radiologik mengarah ke TB, 3) Tes
tuberkulin posistif, 4) BTA positif, 5) Batuk > 2 minggu, 6) Kemungkinan
respon terhadap pemberian obat anti TB (berat badan naik 10% setelah
pengobatan 2 bulan, gejala menurun), 7) Reaksi cepat BCG, yaitu timbul
kemerahan di lokasi suntikan dalam 3-7 hari setelah imunisasi, dan 8)
Pembesaran kelenjar limfe superfisial yang spesifik (Kemenkes RI, 2007).
5. Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin perlu dilakukan untuk identifikasi infeksi dengan
mikobakterium tuberkulosis, menaksir hasil suatu vaksinasi BCG,
mengetahui prevalensi dan insidensi infeksi tuberkulosis. Uji tuberkulin
tidak 100% sensitif dan spesifik, tapi uji ini masih banyak digunakan karena
belum ada metode lain yang lebih baik dan dapat digunakan secara luas. Uji
kulit ini juga dapat digunakan pada bayi, anak dan dewasa.
Standarisasi teknik uji tuberkulin adalah menggunakan uji Mantoux
yang disuntikkan intradermal di permukaan volar lengan bawah. Manifestasi
yang ditunjukkan pada 6-12 jam sesudah penyuntikan adalah mulainya
terjadi delayed hypersensitivity yang klasik yaitu reaksi lokal berupa eritema
karena vasodilatasi primer, edema karena reaksi antara antigen yang
disuntikkan dengan antibodi dan indurasi yang dibentuk oleh sel-sel
mononukleus sering disertai rasa gatal, dan bisa pula nyeri saat disentuh.
Hasil pemeriksaan imunopatologi uji tuberkulin, antara 6–12 jam ditemukan
dilatasi pembuluh darah kapiler, hiperemi dan infiltrasi sel lekosit netrofil.
Sel lekosit netrofil terus menurun setelah 12–72 jam, sebaliknya monosit
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
31
akan meningkat mulai 6–12 jam sampai dengan 72 jam. Sel monosit terdiri
dari 80-90% limfosit dan 10–20% sel makrofag.
Uji Mantoux yang dipakai ada 2 jenis yaitu Old tuberkulin (OT) dan
Purified Protein Derivative (PPD). PPD yang sering dipakai yaitu PPD–S
(Seibert) dan PPD-RT 23 (Renset 23). Kekuatan uji tuberkulin dinyatakan
dalam International Tuberculin Unit atau TU, 1 TU = 0,01 mg OT atau
0,00002 mg PPD. Dosis baku uji Mantoux adalah 0,1 ml PPD dengan
kekuatan intermediate yaitu 5 TU, disuntikkan secara intradermal di bagian
volar lengan depan dengan menggunakan satu syringe plastik dan 1 jarum
pendek berukuran 26 atau 27G yang dimiringkan kearah atas. Benjolan
berwarna putih berdiameter 6–10 mmakan muncul pada saat suntikan.
Reaksi terhadap tuberkulin sudah terjadi 5-6 jam sesudah penyuntikan,
tetapi maksimal indurasi terjadi 48-72 jam sehingga pembacaan dilakukan
pada 48–72 jam. Bisa saja terjadi reaksi hipersensitivitas cepat terhadap
tuberkulin atau pengencernya, dan untuk membedakannya dengan reaksi
hipersensitivitas tipe lambat reaksi ini akan hilang dalam 24 jam.
Hasil uji tuberkulin dinyatakan dengan mengukur diameter
transversalindurasi dalam mm, yaitu:
Indurasi 0-4 mm berarti uji tuberkulin negatif. Arti klinisnya menunjukkan
bahwa tidak ada infeksi dengan Mycobacterium tuberculosis.
Indurasi 5-9 mm berarti uji tuberkulin meragukan. Hal ini dapat terjadi
karena kesalahan teknis, reaksi silang dengan atipik mikobakterium atau
setelah vaksinasi BCG.
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
32
Indurasi ≥ 10 mm berarti uji tuberkulin positif. Arti klinisnya
menunjukkan bahwa sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis. Pada anak yang telah mendapat imunisasi BCG diameter
indurasi 15 mm keatas baru dinyatakan positif, sedangkan pada anak
kontak erat dengan penderita tuberkulosis aktif indurasi 5 mm keatas
harus dinyatakan positif.
6. Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) Penyakit TB Paru Anak
Semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak
eratdengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan
pemeriksaanmenggunakan sistem skoring. Hasil evaluasi dengan skoring
sistem menunjukkan hasil skor < 5, maka anak tersebut diberikan Isoniazid
(INH) dengandosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan. Anak yang belum
pernahmendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dapat dilakukan setelah
pengobatanpencegahan selesai (Kemenkes RI, 2007).
7. Pengobatan Penyakit TB Paru Anak
Sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan
cukupadekuat. Setelah pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) 6 bulan,
lakukan evaluasi baik klinismaupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis
pada TB anak merupakanparameter terbaik untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Perbaikan klinis yang nyata akan dijumpai walaupun gambaran
radiologik tidakmenunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap
dihentikan.
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
33
Tujuan pengobatan TB paru adalah :
a. Menyembuhkan penderita
b. Mencegah kematian
c. Mencegah kekambuhan
d. Menurunkan tingkat penularan
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan
diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik
pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan
dengan berat badan anak.
Tabel 2.1. Dosis OAT Kombinasi Dosis Tetap (KDT) pada anak
Berat badan (kg) 2 bulan tiap hari
RHZ (75/50/150)
4 bulan tiap hari
RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-19 2 tablet 2 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
Sumber: Kemenkes, 2007
Panduan OAT disediakan dalam bentuk paket terdiri dari kombinasi 2
atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat
badan pasien. Pasien yang mengalami efek samping OAT KDT, disediakan
program pengobatan pengganti, yaitu OAT kombipak.
Tabel 2.2. Dosis OAT Kombipak pada anak
Jenis Obat BB < 10 kg BB 10-19 kg BB 20-32 kg
Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampicin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirasinamid 150 mg 300 mg 600 mg
Sumber: Kemenkes, 2007
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
34
Keterangan
R : Rifampicin
H : Isoniazid
Z : Pyrazinamide
Dosis yang diberikan untuk anak:
a.2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama,
kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7
bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
b. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan
pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu
selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi
terhadap INH). Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin
diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan
rifampisin 15 mg/kgbb.
Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk
kasus(Kemenkes, 2007):
TB tidakberat
INH : 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari
TB berat (milierdan meningitis TBC)
INH : 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
35
Dosis
prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
B. Konsep Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Menurut Sari dan Irdawati (2009), kecemasan berbeda dengan rasa
takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap suatu yang berbahaya,
kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian
tersebut.Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi ini
dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal.
Kecemasan merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab
yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan khawatir, tidak
nyaman dan merasa terancam (Mariyam, 2010). Stress psikososial
merupakan keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan terhadap
diri seseorang, sehingga individu tersebut terpaksa mengadakan adaptasi
untuk menanggulanginya. Dari kondisi tersebut maka dapat timbul
kecemasan bahkan hingga mengalami depresi (Hawari, 2002).
Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa kecemasan adalah
suatu bentuk perasaan yang timbul karena adanya suatu hal yang
dipersepsikan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan bersifat
mengancam.
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
36
2. Klasifikasi Kecemasan
Berdasarkan Stuart (2001), kecemasan terbagi menjadi empat tingkat,
yaitu:
a. Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini persepsi individu akan menyebar
dan menjdikan individu tersebut lebih berhati-hati dan waspada..
Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan
serta kreativitas. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan
akan peristiwa dalam peristiwa kehidupan sehari-hari.
b. Kecemasan sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi,
sehingga memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting
dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini mempersempit
lapang persepsi individu. Dengan demikian individu mengalami tindak
pehatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika
diarahkan untuk melakukannya.
c. Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu.
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta
tidak berfikir tentang hal lain. Kecemasan berat dialami ketika individu
yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman sehingga
individu memperlihatkan respon takut dan distress. Semua perilaku
ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
37
d. Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah,
ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena
mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat kecemasan ini sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus
dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.
Berdasarkan Kemenkes (2007), kecemasan individu terbagi menjadi dua,
Gambar. 2.1. Rentang Respons Kecemasan
3. Gejala- GejalaKecemasan
Gejala kecemasan menurut Atwater (1983, dalam Nadia, 2007) adalah
sebagai berikut:
a. Gejala emosi
Gejala-gejala emosi yang dapat timbul dari dalam adalah suasana
hati yang muram, perasaan sedih yang mendadak, kehilangan minat
terhadap aktifitas sosial yang biasa dilakukan, merasa tegang, lekas
marah.
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
38
b. Gejala fisiologis
Kecemasan yang diasosiasikan dengan perubahan-perubahan pada
organ dan system tubuh seperti pada system denyut jantung, aliran darah,
keadaantegang, pusing, sesak napas, dada berdebar, sakit sekitar dada
dan perut dengan atau tanpa simtom yang lainnya seperti, sakit
punggung, sakit kepala, mual, iritasi pada kulit seperti jerawat.
c. Gejala kognitif
Berfikir mengenai hal-hal yang negative sehingga akan
menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan, cemas atau
gugup, sukar berkosentrasi, menjadi susah tidur (insomnia) dan sulit
mengambil keputusan.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Berdasarkan Ohio Developmental Disabilities Council (ODDC)
(2010), kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor
sosial ekonomi, yang meliputi pekerjaan, pendapatan/status ekonomi,
jaminan kesehatan anak, komposisi kepala keluarga;dimana faktor sosial
ekonomi dipengaruhi olah faktor demografi, yang terdiri dari usia, jenis
kelamin, budaya, status kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan; dan faktor
lainnya yang mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan, seperti
ketersediaan fasilitas kesehatan, dan dukungan sosial.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, individu
dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat
(Stuart & Laria, 2001). Teori perilaku meyebutkan kecemasan merupakan
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
39
produk frustasi yaitu segala sesuatu karena mengganggu kemampuan
individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori pembelajaran
meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil dihadapkan suatu ketakutan
berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan
selanjutnya (Purba dkk, 2009).
Kajian keluarga menyebutkan kecemasan merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Kecemasan juga terkait dengan tugas
perkembangan individu dalam keluarga (Stuart & Laria, 2001).
Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepine, obat-obat yang meningkatkan neuroregulator inhibisi
asam gama aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam
mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu,
kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki
efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai
oleh gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu
untuk mengatasi stressor (Stuart& Laria, 2001).
C. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak
sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan
terhadap suatu obyek tertentu (Mubarak, 2007).
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
40
Notoadmodjo (2007), menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah individu melakukan penginderaan
terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Lebih lanjut
Notoadmodjo mengemukakan sebelum seseorang berperilaku, individu
tersebut harus mengerti terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku
tersebut bagi dirinya atau keluarganya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan pengetahuan
tentang TB Paru merupakan hasil dari tahu setelah individu melakukan
penginderaan/pengalaman tentang TB Paru, baik dari pengertian, hingga
prosedur pengobatan TB Paru pada anak.
2. Tahap Pengetahuan
Notoadmodjo (2007), menyatakan bahwa pengetahuan dapat terjadi
oleh seseorang dengan melalui beberapa tahap:
a. Awarnes (kesadaran)
Kesadaran adalah suatu interaksi seseorang yang disadari ditempat
dan waktu tertentu serta pada lingkungan social tertentu guna tercapainya
suatu tujuan.
b. Interest (tertarik)
Interest adalah keinginan seseorang untuk melakuakan sesuatu
dengan melakukan aksi atau perlakuan apapun agar keinginanya dapat
terpenuhi.
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
41
c. Evaluation (menimbang-nimbang)
Menimbang-nimbang adalah suatu proses berfikir tentang baik-
buruknya suatu kreativitas yang mengantarkan seseorang mencapai cita-
cita.
d. Trial (mencoba)
Mencoba adalah sebuah proses usaha secara terus pada sesuatu
yang telah diamati atau diteliti seseorang.
e. Adoption (adaptasi)
Adaptasi adalah hubungan social antara sesame manusia baik dari
kebudayaan, dan lingkungannya.
3. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dalam masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka akan lebih mudah menerima hal–
halbaru dan mudah menyesuaikan dengan hal-hal baru seperti pada orang
tua anak penderia TB paru.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak
akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.
c. Budaya
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
42
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan
seseorang karena informasi–informasi baru akan disaring kira - kira
sesuai atau tidak dengan budaya yang dianut.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya pendidikan yang lebih tinggi pengalamannya akan lebih luas.
Semakin tinggi pengalaman/pengetahuan orang tua dalam merawat anak
TB Parudapat membentuk rasa percaya diri sehingga mempengaruhi
pikiran dan perawatan orang tuapada anaknya sebagai penderita TB Paru.
e. Sosial ekonomi
Merupakan tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan bersosialisasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
orang tua anak penderita TB Paru.
4. Tingkatan Pengetahuan
Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
langsung atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari responden atau subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan
responden yang ingin diukur atau diketahui, dapat disesuaikan dengan
tingkat pengetahuan dari responden (Notoadmodjo, 2003).
Nadia (2007), menjelaskan jika kecemasan dipengaruhi oleh tingkat
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh individu pada saat
mengalami kondisi krisis. Pendapat ini dipertegas oleh Notoadmodjo
(2003), pengetahuan merupakan faktor yang penting dalam proses adaptasi
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
43
terhadap kondisi yang baru. Wong et al (2007), melaporkan level
kecemasan pasien trauma muskuloskeletal menurun setelah diberikan
intervensi tambahan pengetahuan selama 3 bulan.
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori menurut Arikunto
(2004), yaitu :
a. baik, apabila skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi.
b. sedang, apabila skor jawaban responden 60%-75% dari nilai tertinggi
c. kurang, apabila skor jawaban responden < 60% dari nilai tertinggi.
D. Status Ekonomi
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat
berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari
pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006).
Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup
keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer
maupun sekunder (Soetjiningsih, 2004). Sedangkan Badan Koordinasi
Keluarga Berencana (BKKBN) (2013) menjelaskan jika status ekonomi
merupakan keseimbangan antara pemasukan/penghasilan keluarga dan
pengeluaran keluarga dalam setiap bulan.
Littik (2007) memaparkan jika status ekonomi menggambarkan
penghasilan rata-rata keluarga tiap bulan. Tingkat pendapatan dapat menjadi
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
44
tolok ukur status ekonomi keluarga. Rendahnya tingkat pendapatan dapat
mengakibatkan daya beli keluarga menurun.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, disimpulkan jika status ekonomi
merupakan gambaran tingkat kesejahteraan berdasarkan keseimbangan antara
tingkat pendapatan keluarga dan pengeluaran keluarga setiap bulan.
Berdasarkan Suparyanto (2009) tingkat pendapatan terbagi menjadi tiga
tipe yaitu:
1. Tipe Kelas Atas (> Rp 2.000.000).
2. Tipe Kelas Menengah (Rp 1.000.000 -2.000.000).
3. Tipe Kelas Bawah (< Rp 1.000.000)
Status ekonomi berdasarkan BKKBN (2013), terbagi menjadi tiga
kategori yaitu, kategori pertama adalah status ekonomi yang adekuat/tinggi jika
pendapatan per bulan lebih besar dari pengeluaran sehingga cukup untuk
memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kategori ke-dua adalah
status ekonomi cukup, jika jumlah pendapatan per bulan sama besar dengan
jumlah pengeluaran per bulan, sehingga pendapatan hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. kategori terakhir adalah status
ekonomi rendah yaitu jika penghasilan keluarga per bulan belum dapat
mencukupi pengeluaran/kebutuhan keluarga per bulan.
Kompleksnya permasalahan yang dihadapi orang tua anak penderita TB
Paru, tidak terkecuali yang berkaitan dengan masalah ekonomi. Keberadaan
anggota keluarga dengan gangguan kesehatan kronis, seperti TB Paru
menyebabkan meningkatnya penggunaan fasilitas kesehatan, obat, dan alat
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
45
bantu kesehatan secara berkelanjutan, sehingga mempengaruhi kondisi status
ekonomi keluarga (ODDC, 2010). ODDC melanjutkan permasalahan status
ekonomi merupakan tekanan bagi keluarga khususnya orang tua sehingga
mempengaruhi kondisi emosi orang tua. Nadia (2007) dalam penelitiannya
menyimpulkan keberadaan anggota keluarga yang sakit kronis menimbulkan
beragam permasalahan keluarga yang baru seperti permasalahan sosial dan
keuangan terkait pengobatan pasien. Pendapat lainnya disampaikan oleh
Siringoringo (2011) yang menerangkan jika permasalahan keluarga dan
permasalahan ekonomi merupakan faktor utama penyebab kecemasan kerja
sehingga cenderung lebih sering merasakan kelelahan fisik.
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
46
E. KerangkaTeori
Berdasarkan landasan teori-teori di atas, maka dapat digambarkan
kerangka teori dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
Gambar Skema 2.2. Kerangka Teori Faktor-Faktor Kecemasan
ODDC(2010)ModifikasiStuart & Laria (2001) .
*Keterangan : yang bergaris tebal merupakan variabel penelitian.
Kecemasan Orang Tua
Anak Penderita TB
Paru
Faktor Sosial Ekonomi :
Pekerjaan,
Konflik
pendapatan/status
ekonomi,
jaminan kesehatan anak,
komposisi kepala
keluarga
Faktor Lingkungan :
ketersediaan fasilitas
kesehatan, dan
dukungan sosial
Demografi:
Usia
jenis kelamin,
budaya,
kesehatan/konsumsi obat
pendidikan, dan
pengetahuan
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
47
F. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan kerangka teori di atas, maka dapat
digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel BebasVariabelTerikat
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang harus dibuktikan kebenarannya dikemudian hari (Sugiyono, 2008).Dalam
penelitian ini rumusan hipotesis yang akan di uji kebenarannya adalah
hubungan pengetahuan dan status ekonomi dengan kecemasan orang tua
terhadap proses pengobatan anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto,
sehingga hipotesis penelitian adalah terdapat hubungan pengetahuan dan status
ekonomi dengan kecemasan orang tua terhadap proses pengobatan TB paru di
BP4 Purwokerto.
Kecemasan Orang Tua
Pengetahuan:
Pengertian
Penyebab
Karakteristik
Proses Pengobatan
Pencegahan TB Paru
Status Ekonomi
Status ekonomi tinggi
Status ekonomi cukup
Status ekonomi rendah
Hubungan Pengetahuan dan..., Eka Purwanti, S1 Keperawatan UMP, 2015