Post on 17-Jan-2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Definisi
ini menunjukkan bahwa objek aktivitas utama bank adalah masyarakat luas karena
dana yang terhimpun dari masyarakat akhirnya akan disalurkan kepada
masyarakat dari masyarakat juga termasuk individu (Lubis,2010:5).
Bank umum merupakan salah satu institusi keuangan yang sangat berperan
dalam perekonomian setiap negara. Walaupun eksistensinya sangat bergantung
kepada kepercayaan masyarakat, namun saat ini Bank Umum hampir
mempengaruhi semua aspek kehidupan. Berbagai jasa dan fasilitas yang
disediakan oleh Bank Umum sangat menentukan kelancaran produksi, distribusi
dan konsumsi di tengah masyarakat. Sama hal nya dengan bank umum ada juga
bank syariah yang merupakan satu lembaga intermediasi yang menyediakan jasa
keuangan bagi masyarakat dimana seluruh aktifitas nya di jalankan berdasarkan
etika dan prinsip-prinsip Islam sehingga bebas dari unsur riba (bunga), bebas dari
kegiatan spekulatif non produktif seperti perjudian (masyir), bebas dari kegiatan
yang meragukan (gharar), bebas dari perkara yang tidak sah (bathil) dan hanya
membiayai usaha-usaha yang halal.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
UU No.10/1998 memuat ketentuan baru mengenai pengelolaan bank
berdasarkan hukum Islam, yang disebut dengan prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah. Jadi pengertian bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
2.1.1 Sejarah Perkembangan Bank Berdasarkan Prinsip Operasi
a) Bank Konvensional
Indonesia mengenal dunia perbankan dari bekas penjajahnya, yaitu
Belanda. Oleh karena itu, sejarah perbankan pun tidak lepas dari pengaruh
negara yang menjajahnya baik untuk bank pemerintah maupun bank swasta
nasional. Pada 1958, pemerintah melakukan nasionalisasi bank milik
Belanda mulai dengan Nationale Handelsbank (NHB) selanjutnya pada
tahun 1959 yang diubah menjadi Bank Umum Negara (BUNEG kemudian
menjadi Bank Bumi Daya) selanjutnya pada 1960 secara berturut-turut
Escomptobank menjadi Bank Dagang Negara (BDN) dan Nederlandsche
Handelsmaatschappij (NHM) menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan
(BKTN) dan kemudian menjadi Bank Expor Impor Indonesia (BEII).
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat sejarah bank-bank milik
pemerintah, yaitu :
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Bank Sentral
Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU
No 13 Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dnegan UU No 23 Tahun
1999.Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang di
nasionalkan pada tahun 1951.
Bank Rakyat Indonesia dan Bank Expor Impor
Bank ini berasal dari De Algemene Volkskrediet Bank, kemudian dilebur
setelah menjadi bank tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia
(BNI) Unit II yang bergerak di bidang rural dan expor impor (exim),
dipisahkan lagi menjadi:
1. Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia dengan UU
No 21 Tahun 1968.
2. Yang membidangi Exim dengan UU No 22 Tahun 1968 menjadi
Bank Expor Impor Indonesia.
Bank Negara Indonesia (BNI '46)
Bank ini menjalani BNI Unit III dengan UU No 17 Tahun 1968 berubah
menjadi Bank Negara Indonesia '46.
Bank Dagang Negara (BDN)
BDN berasal dari Escompto Bank yang di nasionalisasikan dengan PP
No 13 Tahun 1960, namun PP (Peraturan Pemerintah) ini dicabut dengan
diganti dengan UU No 18 Tahun 1968 menjadi Bank Dagang Negara.
BDN merupakan satu-satunya Bank Pemerintah yangberada di luar Bank
Negara Indonesia Unit.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Bank Bumi Daya (BBD) BBD semula berasal dari Nederlandsch
Indische Handelsbank, kemudian menjadi Nationale Handelsbank,
selanjutnya bank ini menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV dan
berdasarkan UU No 19 Tahun 1968 menjadi Bank Bumi Daya.
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Bank ini didirikan di daerah-daerah tingkat I. Dasar hukumnya adalah
UU No 13 Tahun 1962.
Bank Tabungan Negara (BTN)
BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank
Tabungan Pos tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia
Unit V dan terakhir menjadi Bank Tabungan Negara dengan UU No 20
Tahun 1968.
Bank Mandiri
Bank Mandiri merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya (BBD),
Bank Dagang Negara (BDN), Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
dan Bank Expor Impor Indonesia (Bank Exim). Hasil merger keempat
bank ini dilaksanakan pada tahun 1999.
a) Bank Syariah
Di Indonesia perbankan syariah baru muncul pertama pada tahun
1991 dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh
Majelis Ulama Indonesia(MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Bank Muamalat sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-
an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal.
Kamudian, IDB memberikan suntikan dana sehingga pada periode 1999-
2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.
Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-
undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun
1992 tentang Perbankan serta lebih spesifiknya pada Peraturan Pemerintah
N0 72 tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Sampai
saat ini, pada tahun 2007, terdapat setidaknya 3 institusi bank syariah di
Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan
Bank Mega Syariah.
Sementara bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah
adalah 19 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara
Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero). Sistem syariah
juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah
berkembang 104 BPR Syariah. Hanya saja, aset perbankan syariah periode
Maret 2006 baru tercatat 1,40 persen dari total aset perbankan. Sedangkan
untuk pertumbuhan asetnya, sistem perbankan Islam telah mengalami
pertumbuhan yang cukup pesat sebesar 74% per tahun selama kurun waktu
1998 sampai 2002 (nominal dari Rp. 479 milyar pada tahun 1998 menjadi
2.718 milyar pada tahun 2001).
Dana pihak ketiga telah meningkat dari Rp. 392 Milyar menjadi
1.806 milyar. Volume usaha mengalami pertumbuhan rata-rata pertahun
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
sebesar 64,98 % pada periode 2001-2003, bahkan pada tahun 2004
pertumbuhannya mencapai 80,56 %. Dari sisi ekspansi untuk pembiayaan
meningkat sebesar 101,08 % dengan pertumbuhan dana yang dihimpun
dari pihak ketiga sebesar 85,33%.
Berdasarkan perhitungan Bank Indonesia sampai akhir November 2004
rasio antara pembiayaan dan penghimpunan dana (financing to deposit
ratio/FDR) mencapai 104,81 % dan ini merupakan angka tertinggi bila
dibandingkan dengan semua perbankan syariah di negara-negara lain.
Angka LDR (Loan Deposit Ratio) mencapai tingkat yang lebih tinggi
dibanding perbankan konvensional Indonesia yang mencapai rata-rata
sebesar 48%.
2.1.2 Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional
Bank umum menerapkan dua cara dalam menjalankan usahanya
dibidang jasa perbankan,yaitu:
a. Bank konvensional, mayoritas bank yang berkembang di Indonesia
merupakan bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini
tidak terlihat dari sejarah bangsa indonesia, dimana asal mula bank
indonesia oleh bangsa Belanda.
b. Bank berdasarkan prinsip syariah, bank yang berdasarkan prinsip
syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dana mengenakan atas dasar prinsip Syariah.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah
Bank Syariah Bank Konvensional
melakukan investasi yang halal
saja.
Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual beli atau sewa.
Profit dan Falah Oriented.
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan.
Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah.
Invetasi halal dan haram.
Memakai perangkat bunga.
Profit oriented.
Hubungan dengan nasabah bank
hubungan debitur-kreditur.
Tidak terdapat dewan sejenis.
Sumber : Antonio (2001:34)
Dari perbedaan-perbedaan diatas, hal yang paling mendasar yang
membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah dalam
manajemen keuangan, yaitu konsep bagi hasil yang merupakan sebuah solusi
dari system bunga yang selama ini diterapkan pada bank-bank konvensional.
Dengan tegas bank syariah menolak konsep bunga karena menurut Fiqih
Islam konsep bunga termasuk riba, sedangkan riba itu hukumnya haram.
2.1.3 Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga pada Bank Syariah dan
Konvensional
Tidak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa bagi hasil tidak ada
bedanya dengan pemberian/pengambilan bunga sehingga mereka
beranggapan bahwa bank syariah dengan bank konvensional sama saja yang
membedakan hanya istilah saja. Tingkat pemahaman terhadap bank syariah
termasuk dalam operasionalnya masil relatif kurang. Menurut (Machmud,
Amir. Rukmana:2010:10). Untuk dapat memahami perbedaaan yang sangat
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
mendasar antara bagi hasil dan tingkat suku bunga terlebih dahulu harus
dipahami hal-hal berikut yaitu:
1. Dasar perniagaan adalah untuk mencari keuntungan sehingga setiap pemilik
modal mengharapkan setiap uang yang dikeluarkan akan mendapatkan
keuntungan. Hal ini sesuai dengan kaidah fikih, yaitu:
pembayaran/pembiayaan dibalasa dengan ganjaran. Oleh karena itu, Islam
menggalakkan umatnya untuk berdagang.
2. Dalam pandangan Islam, uang yang disimpan tanpa digunakan tidak akan
bertambah, justru jumlahnya semakin menurun dari tahun ke tahun karena ia
wajib membayar zakat sebanyak 2,5% per tahun hingga sampai di bawa nisab
(batas minimal jumlah harta yang harus dikeluarkan). Islam mengakui konsep
bunga yang diperoleh seseorang jika menyimpan uangnya di bank dan
dianggap sesuatu yang riba, kecuali jika bank itu diberikan kekuasaan untuk
memakai uang tersebut. Lalu jika bank mendapat keuntungan, keuntungan
tersebut dibagi dengan orang tersebut berdasarkan persentase keuntungan
yang didapat, bukan persentase uang yang disimpan. Oleh karena itu, jumlah
yang diterima dari bank itu dianggap sebagi keuntungan.
3. Islam tidak mengakui bunga dalam pembayaran utang, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, yaitu setiap utang yang membawa keuntungan material bagi
si pemberi utang adalah riba.
4. Tujuan Islam mengaharamkan riba adalah selain karena mengandung unsur
penindasan, riba juga merupakan sistem yang hanya mengutamakan
kepentingan individu saja tanpa memerhatikan kepentingan masyarakat,
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
padahal islam lebih mengutamakan kepentingan masyarakat daripada
individu. Perbedaan sistem bagi hasil dengan sistem bunga dapat juga dilihat
dari tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2
Perbedaan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga
Bagi Hasil Bunga
Penentuan bagi hasil dibuat
sewaktu perjanjian dengan
berdasarkan kepada untung/rugi
Jumlah nisbah bagi hasil
berdasarkan jumlah keuntungan
yang teah dicapai.
Bagi hasil tergantung pada hasil
proyek. Jika proyek tidak
mendapat keuntungan atau
mengalami kerugian, risikonya
ditanggung kedua belah pihak.
Jumlah pemberian hasil
keuntungan meninggkat sesuai
dengan peningkatan keuntungan
yang didapat.
Penerimaan/pembagian
keuntungan adalah halal
Penentuan bunga dibuat
sewaktu perjanjian tanpa
berdasarkan untung/rugi
Jumlah persen bunga
berdasarkan jumlah uang
(modal) yang ada.
Pembayaran bunga tetap seperti
perjanjian tanpa diambil
pertimbangan apakah proyek
yang dilaksanakan pihak kedua
untung atau rugi.
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat walaupun jumlah
keuntungan berlipat ganda.
Pengambilan/pembayaran bunga
adalah haram.
Sumber: Machmud dan Rukmana (2010:10)
2.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Menurut Kasmir (2002 : 185-186) , salah satu alat untuk mengukur
kesehatan bank adalah dengan analisis CAMEL. Unsur-unsur penilaian dalam
analisis CAMEL adalah sebagai berikut :
1. Capital
Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu
Bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Rasio) yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva
tertimbang menurut resiko (ATMR).
2. Assets
Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki Bank. Rasio
yang diukur ada 2 macam yaitu :
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva
produktif
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva
produktif yang diklasifikasikan.
3. Management
Penilaian didasarkan kepada manajemen permodalan, manajemen
aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas dan manajemen
umum. Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.
4. Earning
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu melihat
kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini
didasarkan kepada 2 macam yaitu :
a. Rasio laba terhadap total asset (Return on Assets)
b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).
5. Liquidity
Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank
didasarkan kepada 2 macam rasio yaitu :
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
a. LDR (Loan to Deposit Ratio). Rasio ini digunakan untuk menilai
likuiditas suatu bank. Jumlah kredit yang diberikan adalah kredit yang
diberikan bank yang sudah dicairkan. Dana pihak ketiga meliputi
simpanan yang berupa giro, tabungan, dan berbagai jenis deposito.
Sedangkan KLBI asalah volume pemberian pinjaman (kredit) yang
diberikan bank Indonesia kepada pihak yang bersangkutan. Nilai
kredit LDR dihitung sebagai berikut:
Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0
Untuk rasio LDR dibawah 110%, nilai kredit = 100
Selanjutnya, nilai kredit tersebut dikalikan dengan bobot CAMEL
untuk LDR 5% sehingga diperoleh nilai CAMEL untuk komponen
LDR.
b. Rasio Net Call Money
Net Call Money merupakan selisih antara volume transaksi call money
yang diberikan pleh suatu bank umum kepada bank lain dengan
volume transaksi call money yang diterima oleh bank lain.
Menurut Lukman (2009 : 143), tata cara penilaian tingkat kesehatan bank
dengan menggunakan metode CAMEL dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3
Penilaian Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL
Uraian Yang dinilai Rasio Nilai
Kredit
Bobot
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Capital Kecukupan modal CAR O s/d
100
25 %
Asset Kualitas aktiva
produktif
BDR
CAD
Max 100
Max 100
25%
5%
Management Kualitas
manajemen
Manajemen modal
Manajemen aktiva
Manajemen umum
Manajemen Rentabilitas
Manajemen Liquiditas
Total
max 100
25%
Earning Kemampuan
mengahsilkan laba
ROA
BOPO
Max 100
Max 100
10%
Liquidity Kemampuan
menjamin
LDR
NCM/CA
Max 100
Max 100
10%
Sumber : (Lukman, 2009:149)
CAR = Capital Adequacy Ratio
BDR = Bad Debt Ratio
CAD = Cadangan Aktiva yang Diklasifikasikan
ROA = Return On Assets
BOPO = Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
LDR = Loan to Deposit Ratio
NCM-CA = Net Call Money to Current Assets
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
2.3 Penelitian Terdahulu
Sari (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kurangnya Minat Masyarakat Muslim Menabung di Bank Syariah
di Kota Medan” menyimpulkan Dalam pengambilan keputusan untuk tidak
menabung di Bank Syariah di Kota Medan, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor pelayanan sarana, faktor bertransaksi, faktor
keyakinan (agama), selain itu Dalam pengambilan keputusan untuk tidak
menabung di bank syariah di kota Medan, faktor yang mempengaruhi adalah
kurangnya informasi untuk menabung di Bank Syariah dengan persentase 40%
atau berjumlah 20 responden dari 50 responden yang ada, serta membandingkan
antar bank Syariah dengan Bank Konvensional juga merupakan faktor dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan untuk tidak menabung di Bank Syariah di
Kota Medan dengan persentase 20% atau sebanyak 10 responden dari total 50
responden yang ada.
2.4 Faktor Yang Di Persepsikan Menjadi Pendukung Dan Penghambat
Masyarakat Untuk Menggunakan Jasa Perbankan Syariah
Karim & Affif (2006) dalam Priaji (2011) menjelaskan mengenai faktor-
faktor yang dipersepsikan oleh masyarakat sebagai pendukung dan penghalang
mereka untuk mengunakan jasa perbankan syariah. Berikut merupakan faktor
yang dipersepsikan menjadi pendukung atau penghambat masyarakat untuk
menggunakan jasa perbankan syariah:
1. Faktor yang dipersepsi sebagai pendukung:
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
a. Memperoleh ketenangan
b. Berpartisipasi dalam rencana baik untuk persaudaraan
c. Keselamatan di dunia dan akhirat
d. Menyimpan uang dengan cara yang diarahkan oleh islam
2. Faktor yang dipersepsi sebagai penghambat
a. Tidak melihat manfaat praktis dari produk
b. Kurangnya informasi tentang produk bank syariah
c. Ada hambatan mental untuk menjadi nasabah yang dipersepsi harus
menyesuaikan dengan aturan yang ketat
d. Laba-rugi dan sistem bagi hasil dirasakan lebih rendah dari bunga di
bank konvensional
Masalah utama kurangnya minat menabung masyarakat adalah kurangnya
sosialisasi, mengingat meskipun sudah sejak 10 tahun yang lalu ada bank yang
berprinsip syariah beroperasi di Indonesia, namun masih belum begitu terasa.
Potensi bagi berkembangnya bank syariah di Indonesia sangat besar, mengingat
mayoritas umat muslim, dan masih banyak yang ragu akan bunga bank, sehingga
beberapa diantaranya tidak menyimpan dananya di bank melainkan di bawah
bantal misalnya. Sebagian lagi tetap menyimpan di bank, namun menolak
menerima bunga. Selain itu ada yang masih tetap menyimpan di bank, namun
merasa berada dalam keadaaan darurat karena belum ada bank syariah yang
beroperasi. Dengan adanya Bank Syariah diharapkan ummat muslim tidak lagi
ragu-ragu untuk menyimpan dananya di bank.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konseptual
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat diliahat pada gambar
1.1 berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kurangnya minat masyarakat muslim menabung di bank syariah
2.6 Hipotesis
Pengertian hipotesis penelitian menurut Sugiyono (2009:96). Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara
Bank
Bank
Konvensional
Bank
Syariah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kurangnya Minat Masyarakat Muslim
Menabung di Bank Syariah
1. Aspek Historis
2. Aspek Keyakinan
3. Aspek Lokasi
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Sesuai dengan judul
dan permasalahan yang diambil, maka hipotesis yang diambil adalah:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya minat masyarakat muslim di
bank syariah adalah aspek historis, keyakinan dan lokasi.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara