Post on 12-Mar-2019
8
BAB II
TINJAUAN dan LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum
II.1.1 Pengertian Kos (Indekost)
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007
Indekost adalah menumpang tinggal dan makan dengan membayar ;
memondok.
Kos dalam bahasa Inggris adalah ”Boarding House”
Berdasarkan www.wikipedia.com, the free encyclopedia, November 2007
A boarding house can also be called a "rooming house" (mainly in the
United States) or a "lodging house". It is a house (often a family home) in
which people on vacation or lodgers rent one or more rooms for one or
more nights, and sometimes for extended periods of weeks, months and
years. Years ago the boarders would typically share washing, breakfast and
dining facilities; in recent years it has become common for each room to
have its own washing and toilet facilities. Such boarding houses were often
found in English seaside towns (for holidaymakers) and college towns (for
students).
9
II.1.2 Karakteristik Kos
Berdasarkan (http:/dinasperumahan.jakarta.go.id/doc/sosialisasi_pemukiman.ppt)
Tempat tinggal kos – kosan biasanya terdapat dalam areal yang dekat dengan
kampus. Pemiliknya biasanya merupakan penduduk setempat ataupun pemilik
modal yang besar. Kos – kosan untuk mahasiswa biasanya terdiri dari 1 kamar, dan
di dalamnya terdapat 1 tempat tidur, 1 meja belajar dan 1 lemari. Dan biasanya
menggunakan kamar mandi dan dapur secara kolektif. Pada saat sekarang ini
pembangunan kos – kosan semakin berkembang dan fasilitas yang diberikan juga
semakin eksklusif. Hal ini terlihat dalam penyediaan AC, kamar mandi dalam,
ruang tamu, dan lain-lainnya. Sistem pembayaran kos – kosan didasarkan pada
jangka waktu sebulan, terkadang bisa 3 bulan langsung. Pembayaran untuk jangka
waktu yang panjang biasanya akan diberikan potongan oleh pemilik kos – kosan.
Menurut pemerintah atau dinas perumahan rumah, kos dapat memiliki ciri –
cirri atau diartikan sebagai berikut :
Perumahan pemondokan / rumah kos adalah rumah yang penggunaannya
sebagian atau seluruhnya dijadikan sumber pendapatan oleh pemiliknya
dengan jalan menerima penghuni pemondokan minimal 1 (satu) bulan
dengan memungut uang pemondokan;
Pengelola rumah kos adalah pemilik perumahan dan atau orang yang
mendapatkan dari pemilik untuk mengelola rumah kos;
Penghuni adalah penghuni yang menempati rumah kos sekurang-kurangnya
1 (satu) bulan dengan membayar uang pemondokan;
10
Uang Pemondokan / kos adalah harga sewa dan biaya lainnya yang dibayar
oleh penghuni dengan perjanjian.
II.1.3 Fungsi Kos
Kos - kosan dirancang untuk memenuhi kebutuhan hunian yang bersifat sementara
dengan sasaran pada umumnya adalah mahasiswa dan pelajar yang berasal dari luar
kota ataupun luar daerah. Namun tidak sedikit pula, kos-kosan ditempati oleh
masyarakat umum yang tidak memiliki rumah pribadi dan menginginkan
berdekatan dengan lokasi beraktifitas. Oleh karena itu, fungsi dari kos - kosan dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Sebagai sarana tempat tinggal sementara bagi mahasiswa
yang pada umumnya berasal dari luar daerah selama masa
studinya.
Sebagai sarana tempat tinggal sementara bagi masyarakat
umum yang bekerja di kantor atau yang tidak memiliki rumah
tinggal agar berdekatan dengan lokasi kerja.
Sebagai sarana pembentukan kepribadian mahasiswa untuk
lebih berdisplin, mandiri dan bertanggung jawab
Sebagai tempat untuk menggalang pertemanan dengan
mahasiswa lain dan hubungan sosial dengan lingkungan
sekitarnya.
11
II.1.4 Jenis – jenis Kos
Menurut Garis Panduan dan Peraturan bagi Perancangan Bangunan oleh Jawatan
kuasa kecil piawaian dan Kos bagi JPPN jabatan Perdana Menteri Malaysia tahun
2005, kos mahasiswa / pelajar dibedakan menjadi :
Sistem 2 orang pada satu kamar (double room); untuk double
room, tempat tidur yang digunakan adalah tempat tidur
tingkat (double decker), dan bila mahasiswa atau pelajar
tersebut sudah masuk pada tingkat yang lebih tinggi
diperbolehkan untuk mengganti tempat tidur dengan tempat
tidur terpisah (twin decker)
Sistem satu orang satu kamar (single room); dimana hanya
diperbolehkan satu pelajar pada tiap kamar
Sistem campuran antara ketiga sistem diatas, biasanya
digunakan pada institut pada tingkat kebangsaan / antar
bangsa.
II.1.5 Pengertian Hotel
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007
Hotel adalah bangunan atau rumah inap dengan memiliki banyak kamar.
Berdasarkan sumber dari internet : "http://id.wikipedia.org/wiki/Hotel"
Hotel adalah tempat penampungan buat pendatang atau bangunan penyedia
pondokan dan makanan untuk umum.
Pengertian Hotel menurut SK Menparpostel Nomor: KM 34/ HK 103/ MPPT 1987
12
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau
seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makanan
dan minuman serta jasa lainnya untuk umum, yang dikelola secara komersial
serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan
pemerintah.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb.
77, tanggal 12 Desember 1977
Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersil,
disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan,
berikut makan dan minum.
II.1.6 Pengelompokan Hotel
Kategori hotel bintang adalah kriteria penggolongan hotel berdasarkan
jumlah poin yang didapatkan dari hasil penilaian. Di Indonesia, berdasarkan
Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM 3/KW 001/MKP 02,
kategori hotel dibagi menurut kemampuan hotel dalam fisik bangunan, sistem
manajemen dan operasional hotel, penyediaan sarana, prasarana, lokasi dan mutu
pelayanan. Kategori hotel di Indonesia adalah :
• Hotel murah : hotel bintang 1
• Hotel ekonomi : hotel bintang 2
• Hotel kelas menengah : hotel bintang 3
• Hotel kelas 1 : hotel bintang 4
13
• Hotel mewah : hotel bintang 5
Menurut ketentuan Dirjen Pariwisata, Hotel dapat dibagi menjadi 4 golongan
menurut jenis tamu yang datang yaitu :
• Transit Hotel
• Business Hotel
• Resort Hotel
• Residential Hotel
II.1.7 Karakteristik Hotel Bintang Tiga
sebagai batasan fasilitas pada proyek Karya Tulis Tugas Akhir adalah : (secara
lengkap dapat dilihat di lampiran)
Untuk menunjang kelancaran operasional hotel, disetiap departemen harus
dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk mendukung departemen dalam
menjalankan operasionalnya.
Dibawah ini adalah fasilitas-fasilitas hotel yaitu:
1) Fasilitas Penunjang Operacional Hotel
o Function room
o Fitness centre
o Kolam renang
o Fasilitas lainya : Poliklinik, musholla, driver room, massage,
salon, toko obat, Business Center, toko bunga, money
changer, coffee shop, lounge bar, restoran.
14
2) Fasilitas Penunjang Operacional Departemen
o General Manager and secretary office
o Front Office Department
o Housekeeping Department
- Laundry
o Engineering Department
o Food and Beverage Department
- Main Kitchen
o Personal manager
o Accounting Department
- Purchasing
o Marketing
o Pos Security
o Rambu-rambu
o WC karyawan pria/wanita
II.1.8 Persyaratan Hotel Bintang Tiga (3)
Untuk pembahasan dari paper ini, klasifikasi yang digunakan adalah
klasifikasi hotel bintang 3. Hotel bintang 3 termasuk ke dalam golongan city
hotel. (secara lengkap dapat dilihat di lampiran)
Unsur-unsur persyaratan hotel bintang tiga ( diambil dari Buku
”manajemen hotel” karya Richard Komar ) adalah :
1. Lokasi dan Lingkungan
15
a) Lokasi hotel mudah dicapai kendaraan umum ataupun kendaraan
pribadi roda empat dengan akses langsung ke area hotel.
b) Hotel harus menghindarkan pencemaran yang diakibatkan gangguan
luar.
2. Taman
Hotel memiliki taman luar dan taman dalam.
3. Tempat parkir
Tersedia tempat parkir kendaraan tamu hotel dan pengunjung.
4. Olaraga dan Rekreasi
a) Hotel menyediakan sarana kolam renang untuk dewasa dan untuk
anak-anak.
b) Hotel menyediakan 2 (dua) sarana olaraga dan rekreasi lainnya yang
merupakan pilihan dari : fitnes centre, sauna, squash, game room,
bowling, dan tenis.
5. Bangunan
Bangunan hotel memenuhi persyatan perizinan sesuai dengan undang-
undang yang berlaku. Persyaratan dari bangunan adalah :
a) Keadaan bangunan bersih dan terawat dengan baik (tidak berdebu,
berlumut, sarang laba-laba,dan lain sebaginya ).
b) Pengeturan ruang hotel ditata sesuai dengan fungsi sehingga
memudakan : arus tamu, arus karyawan dan arus barang/produk
hotel.
16
c) Unsur dekorasi indonesia harus tercermin dalam: ruang lobi,
restoran, kamar tidur, atau function room.
d) Peralatan teknis bangunan terdiri dari : transportasi
mekanis/lift/elevator. Setiap bangunan dengan 4 lantai ke atas harus
dilengkapi dengan lift/elevator dan memiliki sertifikat keamanan
sesuai dengan ketetapan DEPNAKER. Utilitas air dimana tersedia
air yang cukup dan memenuhi persyaratan keseatan (PERMENKES
No 01 tahun 1975) serta mempunyai sertifikat dari PAM mengenai
kualitas air, kapasitas air minimal 500 L/orang/hari dan tersedia
instalasi air panas. Listrik adanya pemasangan instalasi listrik
memenuhi persyaratan pemerintah (PUIL 1977), tersedia pembangkit
tenaga listrik cadangan dengan kapasitas minimal 50% dari kapasitas
PLN. Tata udara dimana diatur dengan atau tanpa alat pengatur suhu,
ruangan yang tidak mempergunakan AC harus mempunyai ventilasi
yang baik. Komunikasi hotel antara lain : Tersedianya telepon satu
saluran yang dapat digunakan untuk sambungan lokal, interlokal, dan
internasional. Tersedia saluran telepon dalam ( aiphone), tersedia
sentral radio dan musik pegiring. Hotel juga menyediakan pencegah
bahaya kebakaran seperti : alat deteksi dini (asap/panas) disetiap
ruangan, alat pencegahan pemadam kebakaran, dan alat kontrol
lokasi kebakaran. Tersedia juga petunjuk cara menyelamatkan diri di
setiap koridor dan pembuangan limbah.
17
6. Kamar Tamu
Untuk kamar tamu atau kamar penghuni hotel mempunyai klasifikasi
ukuran-ukuran dan klasifikasi lainnya seperti :
a) Jumlah kamar minimal 15 buah .dan dilengkapi kamar mandi
dalam
b) Luas minimal kamar standar 20 m².
c) Tinggi kamar minimal 2,6 m.
d) Kamar tidur kedap suara,.
e) Disarankan seluruh lantai dilapisi karpet.
f) Jendela dengan tirai yang tidak tembus sinar dari luar.
g) Tata udara diatur dengan atau tanpa pengatur suhu.
h) Interior kamar mencerminkan suasana Indonesia.
i) Tersedia sekurang-kurangnya satu stop kontak di tiap kamar
dan satu kamar mandi khusus untuk alat cukur.
j) Seluruh dinding kamar mandi harus dengan bahan kedap air.
k) Tersedia perlengkapan kamar tidur.
II.1.9 Pengertian Kostel
Dikarenakan tidak adanya pengertian dari kostel yang disahkan, berdasarkan
pengertian dari kos menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan pengertian dari
hotel menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW –
301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977, maka saya berasumsi bahwa yang
dimaksud dengan kostel adalah bangunan bersusun yang diperuntukan sebagai
18
tempat penyewaan kamar yang bersifat sementara dengan jangka waktu tertentu dan
dilengkapi dengan operasional dan fasilitas serta pelayanan seperti hotel.
II.1.10 Karakteristik Kostel
Karakteristik dari kostel dari pembahasan mengenai kos dan hotel. Untuk
batasan hotel, klasifikasi hotel yang digunakan adalah hotel bintang 3 dengan jenis
hotel termasuk ke dalam residential hotel yaitu hotel yang menyediakan akomodasi
para tamu yang ingin menikmati keindahan dimana kamar disewakan unuk jangka
waktu yang panjang dengan layanan layaknya suatu hotel biasa. Disesuaikan
dengan persyaratan hotel bintang 3 (tiga), karakteristik kos dan hasil survey
lapangan, maka saya berasumsi untuk karakteristik kostel sebagai berikut :
Memiliki jumlah lebih dari 1 lantai.
Terdiri dari beberapa unit hunian dalam 1 lantai.
Terdapat kamar mandi dalam di setiap unit hunian.
Terdapat fasilitas telepon di dalam kamar.
Memiliki fasilitas meja, lemari dan TV di dalam kamar
Terdapat dapur dan tempat cuci pakaian di setiap lantai.
Terdapat ruang komunal.
Terdapat akses vertikal berupa tangga/lift/elevator.
Memiliki sistem pembayaran per bulan seperti kos-kosan.
Mendapatkan pelayanan seperti hotel yaitu adanya pelayanan
laundry (cuci pakaian) dan pelayanan pemberian makan pagi.
Terdapat kantin sebagai tempat makan bersama.
19
Memiliki sistem house keeping seperti hotel.
Terdapat fasilitas olah raga seperti : fitness centre, spa &
sauna, kolam renang, lapangan tenis/outdoor.
Memiliki area parkir tamu dan pengunjung.
Akses keamanan 24 jam.
Memiliki taman sebagai area hijau.
II.1.11 Fungsi dan Tujuan Kostel (Kos – kosan Hotel)
• Fungsi Kostel adalah sebagai berikut :
Tempat tinggal sementara bagi mahasiswa selama dalam masa studinya
Sarana berkumpul atau bersosialisasi dengan lingkungan sosial di sekitarnya
Sarana penunjang dalam proses belajar.
• Tujuan Kostel adalah sebagai berikut :
Membantu mahasiswa dengan menyediakan suatu tempat tinggal sementara
khusunya bagi mahasiswa yang berasal dari luar kota Jakarta yang dekat
dengan lingkungan kampus. Namun tidak tertutup kemungkinan bagi
mahasiswa dari dalam kota yang memiliki rumah tinggal jauh dari
lingkungan kampus.
Menampung kontinuitas belajar mahasiswa, sehingga mutu pendidikan
dapat ditingkatkan.
20
II.2 Tinjauan Khusus
II.2.1 Tinjauan terhadap Tapak
Data – data Tapak :
Peta 2.1 Lokasi Tapak dan besaran tapak
Jenis Proyek : Fiktif
Pemilik Proyek : Swasta
Lokasi : Jl. Rawa Belong dan Jl. Kebon Jeruk Raya
Luas Tapak : ± 7547.75 m²
Batas-batas :
Utara : Area Pemukiman
Selatan : Jl. Kebon Jeruk Raya, row 6 m
Barat : Area Permukiman
Timur : Jl. Rawa Belong, row 12 m
RWBK DKI Jakarta :
Peruntukkan Lahan Pada tapak : Area Perkantoran dan Perdagangan
KDB : 80 % x 7548 m² = 6038 m²
Lokasi Tapak
21
KLB : 3.5 x 7548 m² = 26418 m²
Ketinggian Bangunan : 6 lantai
GSB : - 6 m dari Jl. Rawa Belong
- 10 m dari Jl. Kebon Jeruk Raya
II.2.2 Tinjauan Terhadap Topik dan Tema
Topik : Arsitektur Berkelanjutan – Hemat Energi
Tema : Bangunan berkelanjutan yang berbasis pada arsitektur tropis dan hemat
Energi
II.2.3 Pengertian Arsitektur Berkelanjutan – Hemat Energi
II.2.3.1 Pengertian Arsitektur
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2002
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan serta membuat
konstruksi bangunan, serta metode dan gaya merancang suatu konstruksi
bangunan.
Berdasarkan www.wikipediaindonesia.com, ensiklopedia bebas berbahasa
Indonesia. 27 Februari 2007, 14.20 WIB
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang
lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan,
mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan,
arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain
produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
22
II.2.3.2 Pengertian Berkelanjutan
Berdasarkan The World Congress of Architects di Chicago, USA, Juni 1993
Berkelanjutan (sustainability) berarti memenuhi keperluan generasi masa kini
tanpa harus berkompromi dengan kemampuan generasi masa depan untuk
memenuhi kebutuhan mereka.
II.2.3.3 Pengertian Arsitektur Berkelanjutan
Arsitektur berkelanjutan adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan yang
dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa harus berkompromi dengan
kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka nanti.
Berdasarkan www.wikipedia.org
Arsitektur Berkelanjutan adalah suatu pembangunan yang tidak pernah punah,
yang memaksimalkan kualitas kehidupan generasi sekarang dan tidak
menyebabkan penurunan kualitas kehidupan generasi mendatang.
Menurut Probo Hindarto
Arsitektur Berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur
untuk mendukung konsep berkelanjutan yaitu konsep mempertahankan sumber
daya alam agar bertahan lebih lama.
Menurut Ir. Budi Sudarwanto, Februari 2008
Arsitektur Berkelanjutan adalah suatu eksplorasi rancangan arsitektur yang
berbasis pada keberlanjutan alam dan lingkungannya yang dilakukan oleh
manusia yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan secara
aktif dan terus-menerus.
23
II.2.3.4 Bangunan Arsitektur Berkelanjutan (Sustainable Building)
Sustainable Building adalah bentuk gabungan dari berbagai displin ilmu
yang bertanggung jawab soal lingkungan menjadi suatu disiplin yang selalu
mengacu pada efek lingkungan, sosial, ekonomi, dari sebuah bangunan atau proyek
terbangun secara keseluruhan.
Tujuan diterapkannya kebijaksanaan mengenai sustainable building :
o Menyelamatkan manusia dan lingkungan dari bahaya yang
dihadapi.
o Menunjukkan komitmen kota terhadap lingkungan, ekonomi
dan pelayanan sosial.
o Menghasilkan penghematan dunia bagi pembangunan.
o Menyediakan lingkungan kerja yang sehat bagi staf dan
pengunjung.
o Mempercepat pencapaian tujuan kota dalam melindungi,
mengkonversi, dan meningkatkan sumber-sumber
lingkungan.
Suistainable building berkaitan dengan :
o Lingkungan ( Environment Sustainability )
o Ekonomi ( Economic Sustainability )
o Sosial ( Social Sustainability )
24
Lingkunga
Ekonomi Sosial
Kehidupan sejahtera bagi umat manusia
Gambar 2.1 Hubungan integrasi lingkungan, ekonomi dan sosial
( Sumber : Sustainable Architecture and Building Design )
Adanya kenaikan suhu pada bumi yang diakibatkan oleh pemanasan global,
polusi udara di hampir setiap negara maju dan berkembang dan pengurangan
sumber tenaga, maka permasalahan energi berkelanjutan merupakan hal yang paling
penting untuk diperhatikan. Buletin Environmental Building News telah menyatakan
bahwa ada 11 permasalahan dalam perancangan yang berkaitan dengan desain
berkelanjutan.
Daftar prioritas untuk bangunan berkelanjutan (Sustainable Building) :
1. Hemat Energi : merancang dan membangun bangunan hemat energi
2. Bangunan Daur – ulang : memanfaatkan ulang bangunanyang ada serta
infrastrukturnya daripada menggunakan ruang terbuka
25
3. Membangun Masyarakat : merancang masyarakat untuk mengurangi
ketergantungan pemakaian kendaraan bermotor serta mendorong kepekaan
masyarakat sekitar
4. Mengurangi Pemakaian Bahan : mengoptimalkan rancangan yang
menggunakan ruang lebih kecil serta memanfaatkan materi dengan lebih
efisien
5. Melindungi dan meningkatkan Mutu Lahan : menjaga kelestarian dan
mengembalikan ekosistem lokal dan keanekaragaman
6. Memilih Bahan Bangunan yang Berdampak paling rendah terhadap
Lingkungan : menggunakan materi bangunan yang berdampak paling kecil
terhadap lingkungan dan juga bahan dengan sumber efisien
7. Memaksimalkan Umur Panjang : merancang agar dapat bertahan lama dan
mudah beradaptasi
8. Menyelamatkan Air : merancang bangunan serta ruang luar yang hemat air
9. Membuat Bangunan Sehat : menghasilkan lingkungan ruang dalam yang
aman serta nyaman
10. Meminimalisasi Sampah Konstruksi dan Sampah Hasil Penghancuran
Bangunan : mengembalikan, memakai ulang, serta mendaur ulang sampah
dari bidang pekerjaan dan mempraktikan sifat peduli lingkungan
11. ”Menghijaukan” Bisnis Anda : meminimalkan dampak lingkungan di
tempat anda bekerja dan menyebarluaskan konsep ini
26
II.2.3.5 Pengertian Hemat Energi
Berdasarkan An English-Indonesian Dictionary, John H. Eckols dan Hassan
shadily, Agustus 2000
Hemat adalah tepat guna, berdaya guna
Berdasarkan buku Arsitektur Sadar Energi dan Prasasto Satwiko2005, ppl
Energi adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu
Berdasarkan An English-Indonesian Dictionary, John H. Eckols dan Hassan
shadily, Agustus 2000
Energi adalah tenaga, daya atau kekuatan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007
Energi adalah suatu tenaga / daya kekuatan yang dapat digunakan untuk
melakukan berbagai proses aktifitas
Kesimpulan :
Hemat Energi adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan daya secara
tepat guna.
Berdasarkan sumber Majalah Idea, Februari 2008
Hemat energi berarti :
Memilih teknologi baru penambah kenyamanan hidup yang menggunakan
energi lebih sedikit
Bijaksana menggunakan energi
Mengurangi pemborosan atau kebocoran energi
27
II.2.4 Tinjauan terhadap Arsitektur Hemat Energi
Dikutip dari Tri Endangsih, ST dalam makalah “Penerapan Hemat Energi Pada
Kenyamanan Bangunan”
Arsitektur Hemat Energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran
“meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi
bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya” dengan
memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara pasif.
Pada saat ini konsumsi energi di dunia semakin meningkat. Peningkatan
bukan hanya terjadi pada sektor industri dan transportasi namun juga dalam sektor
bangunan atau arsitektur. Hal ini dikarenakan perkembangan tekonologi moderen
yang konsumtif terhadap pemakaian energi. Konsumsi energi dalam bangunan
untuk penerangan, AC, lift, dsb tercatat hampir seperempat dari suplai tahunan
energi dunia pada akhir tahun 80’an. Sehingga diperkirakan pada jangka waktu
tidak lebih dari 100 tahun, usia cadangan energi akan semakin menipis. Hal ini juga
berlaku di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia yang menggunakan
teknologi secara besar-besaran tanpa memikirkan resiko pengurangan sumber energi
yang tidak terbaharukan. (Tri Harso Karyono, Kemapanan Pendidikan Kenyamanan
dan Penhematan Energi)
Sumber energi yang digunakan dalam sebuah bangunan dapat dibagi
menjadi 2 kelompok utama yaitu sumber energi yang dapat diperbarui dan tidak
dapat diperbarui. Yang termasuk energi yang dapat diperbarui sebagai berikut :
• Energi Matahari.
28
• Energi Angin.
• Energi Photovoltaic
• Energi Biomass.
• Energi Hydroelectric ( hidro-listrik).
• Energi Geothermal.
Sementara yang termasuk dengan energi yang tidak dapat diperbarui adalah
sebagai berikut :
• Bahan bakar minyak bumi.
• Bahan bakar gas alam
• Bahan bakar batu bara
Dalam prinsip Arsitektur Hemat Energi, penggunaan energi tidak terbarukan
digantikan oleh energi yang terbarukan agar terjadi penghematan dalam penggunaan
energi. Penggantian ini menjadi faktor utama dalam desain arsitektural yang
mengarah pada bangunan hemat energi.
Untuk itu saat ini dituntut bagi seorang arsitek agar dapat menghasilkan
karya yang tidak hanya bertujuan seni atau fungsional namun dapat memperhatikan
dari segi bangunan yang nyaman dan hemat energi. Dari hal ini pengetahuan
mengenai arsitektur hemat energi haruslah dapat dikuasai dengan baik. Dalam
sasaran perancangan bangunannya, penghematan pemakaian energi menjadi tujuan
utama tanpa mengorbankan kenyamanan dari penghuninya. Beberapa strategi
umum dalam melakukan penghematan energi di dalam bangunan tanpa
mengorbankan kenyamanan dari penghuninya :
29
• Mencegah terjadinya efek rumah kaca.
• Mencegah terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap
dan langit-langit.
• Meletakkan ruang-ruang penahan panas pada sisi timur-barat.
• Melindungi pemanasan dinding yang menghadap timur atau
barat.
• Mencegah jatuhnya radiasi matahari pada permukaan keras.
• Memanfaatkan aliran udara malam hari yang bersuhu rendah.
II.2.5 Tinjauan Terhadap Bangunan Hemat Energi
Menurut Prasasto Satwiko dalam buku arsitektur sadar energi
Efisiensi energi bukanlah kriteria baru dalam desain arsitektur (Watson, 1979).
Peran energi di dalam arsitektur sangatlah luas. Pada proyek komersial, kebutuhan
energi perlu dihitung rinci, atau paling tidak dipikirkan, antara lain untuk :
• Survei
• Proses perancangan
• Pembukaan dan penyiapan lahan
• Transportasi material bangunan
• Konstruksi (pembangunan)
• Operasional :
1. Penerangan (ruang dalam dan ruang luar)
2. Ventilasi (sistem penyejukan udara, fan)
30
3. Penyediaan air (minum, sanitasi, mandi, penyiraman)
4. Transportasi (lift untuk transportasi lokal, kendaraan untuk mencapai
lokasi bangunan)
5. Penyimpanan (ruang pendingin)
• Perawatan berkala
1. Pembersihan
2. Penggantian elemen bangunan
3. Pengecatan
• Renovasi besar (penyesuaian bangunan untuk fungsi baru, facelift)
• Penghancuran (bangunan tidak layak dipertahankan, lahan akan dipakai
untuk fungsi baru)
• Pengangkutan runtuhan bangunan ke lahan lain
Setiap material bangunan juga membawa serta karakter kandungan energi
sendiri- sendiri, misalnya alumunium dikenal sebagai bahan yang boros listrik
pada waktu pembuatannya.
Dalam kehidupan sehari – hari, energi untuk kegiatan operasional dan
perawatan lebih sering dirasakan dan diusahakan penghematannya. Masing –
masing bangunan, sesuai aktivitas di dalamnya, mempunyai komposisi alokasi
energi sendiri – sendiri. Namun pada umumnya, energi untuk sistem penyejuk
udara mengambil porsi terbanyak, disusul energi untuk penerangan dan
keperluan rumah tangga yang lain.
31
Dengan menfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan
dapat dikembangkan dengan lebih terarah. Strategi yang paling baik adalah
dengan memaksimalkan potensi positif dan meminimalkan dampak potensi
negatif yang ada di lahan. Hal itu dapat berarti mengolah total setiap elemen
desain, baik yang langsung pada bangunan maupun yang ada di lingkungannya.
Harus selalu diingat bahwa lingkungan harus dirancang sedemikian rupa agar
dapat mendukung terciptanya kualitas hidup yang baik (nyaman, produktif). Itu
dapat melipatkan pemakaian energi yang sangat banyak, sehingga perlu ditata.
Dalam konteks iklim tropis seperti di Indonesia (panas, lembab), maka konsep
rancangan bangunan dan lingkungan perlu diarahkan untuk :
• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk memperoleh kenyamanan
termal;
• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk memperoleh penerangan
yang sehat dan indah;
• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk pengadaan air;
• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk transportasi vertikal;
• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk merawat dan mengganti
peralatan;
• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk merawat elemen bangunan.
Pertimbangan dalam pengefisiensian energi didalam arsitektur lebih rinci
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
32
• Lokasi daerah : ketinggian dan lingkungan.
• Lahan : topografi, dimensi dan ketinggian air tanah.
• Massa : jumlah dan bentuk, orientasi, ketinggian.
• Organisasi ruang : pengelompokan ruang.
• Elemen bangunan : atap, dinding, lantai.
• Penerangan : penerangan alami dan buatan.
• Penghawaan : penghawaan alami dan buatan.
• Struktur : penggunaan struktur ringan, pemakaian bahan-
bahan lokal, dan pemilihan bahan-bahan hemat energi.
• Utilitas : penyediaan air dan transportasi vertikal.
Berdasarkan Karyono, T.H., Arsitektur, Kemapanan, Kenyamanan, dan
Penghematan Energi, Catur libra Optima, Jakarta, 1999
Beberapa strategi umum dalam menekan penggunaan energi dalam bangunan
(tanpa harus mengorbankan kenyamanan) adalah sebagai berikut :
1. Mencegah terjadinya efek rumah kaca
Efek rumah kaca adalah akumulasi panas di dalam bangunan / ruang akibat
radiasi matahari. Dinding - dinding transparan (kaca) yang ditembus oleh
cahaya matahari langsung akan menimbulkan efek rumah kaca. Jika hal ini
terjadi dalam bangunan dengan skala pemanasan yang besar, suhu dalam
bangunan akan meningkat. Untuk menurunkannya diperlukan mesin
pengkondisian udara dengan kapasitas yang lebih besar dibanding jika bangunan
33
tidak / atau sedikit mengalami efek rumah kaca. Energi untuk pendinginan akan
menjadi besar akibat efek rumah kaca ini. Untuk mencegah efek rumah kaca,
dinding – dinding transparan harus dihindari dari jatuhnya sinar matahari
langsung.
2. Mencegah terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dan langit – langit
Untuk bangunan dengan atap miring perlu dipikirkan untuk menghindari
terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dengan langit – langit. Untuk
itu ruang ini perlu diberi bukaan, sehingga memungkinkan aliran udara silang
menyingkirkan panas yang terakumulasi ini. Jika hal ini tidak dilakukan ruang
dibawah langit – langit akan panas, sehingga bangunan memerlukan energi
ekstra (misalnya mesin pendingin) untuk menurunkan suhu ruang tersebut.
3. Meletakkan ruang – ruang penahan panas pada sisi timur – barat
Pada sisi – sisi timur dan barat bangunan yang langsung berhadapan dengan
jatuhnya sinar matahari sebaiknya diletakan ruang – ruang yang berfungsi
sebagai ruang antara guna mencegah aliran panas menuju ruang utama misalnya
ruang kantor. Ruang – ruang antara ini dapat berupa ruang tangga, gudang,
toilet, pantry, dan sebagainya.
4. Melindungi pemanasan dinding yang menghadap timur atau barat
Seandainya pada sisi timur dan barat bangunan tanpa dapat dihindari harus
diletakan ruang – ruang utama, maka untuk menghindari pemanasan pada ruang
tersebut dinding – dinding ruang perlu diberi penghalang terhadap sinar
matahari langsung. Atau dinding dibuat rangkap dimana diantara kedua dinding
tersebut diberi ruang antara yang diberi lubang – lubang ventilasi. Hal ini akan
34
sangat berpengaruh terhadap perilaku termis ruang utama di dalamnya, dimana
suhu udara ruang akan lebih rendah secara mencolok dibanding hanya
menggunakan dinding tunggal.
5. Mencegah jatuhnya radiasi matahari pada permukaan keras
Karena permukaan keras (aspal, beton, dsb) cenderung merupakan material
yang menyerap panas (kemudian dipancarkan kembali ke udara), maka suhu
udara di atas permukaan keras yang terkena radiasi matahari cenderung lebih
tinggi dibanding dengan diatas rumput atau perdu misalnya. Penggunaan
material keras sebagai penutup halaman, jalan, tempat parkir, dsb. Akan
menaikan suhu udara di sekitar bangunan seandainya permukaan tersebut
dibiarkan terbuka terhadap radiasi langsung matahari. Untuk itu permukaan
dengan material padat / keras sebaiknya dilindungi (dipayungi) dari jatuhnya
radiasi langsung matahari agar suhu udara sekitar bangunan tetap rendah.
6. Memanfaatkan aliran udara malam hari yang bersuhu rendah
Suhu udara minimum rata – rata Jakarta adalah 23°C, dan ini terjadi pada
malam hari menjelang pagi. Dalam rangka penghematan energi dalam bangunan
potensi ini dapat dimanfaatkan dengan cara mengalirkan angin yang bersuhu
rendah tersebut melalui dinding (yang dibuat rangkap – berongga) serta lantai
(berongga, dengan raised floor). Tujuan dari pengaliran udara ini adalah
menurunkan suhu massa bangunan (building fabric) serendah mungkin
mendekati atau sama dengan suhu udara minimum tersebut. Suatu ruang yang
memiliki lantai, dinding dan langit – langit dengan suhu rendah akan lebih
mudah mencapai kenyamanan meskipun suhu udara luar relatif tinggi, karena
35
pada kenyataan sensasi suhu (termis) tidak saja ditentukan oleh suhu udara,
namun juga oleh suhu radiasi permukaan ruang (lantai, dinding dan langit –
langit). Beberapa percobaan model dengan simulasi komputer serta uji coba
pada bangunan – bangunan baru telah membuktikan keampuhan teknik
pendinginan malam hari ini dalam usaha menekan penggunaan energi dalam
bangunan.
II.2.6 Contoh – contoh Bangunan Hemat Energi
II.2.6.1 Wisma Dharmala Sakti, Jakarta
Bangunan perkantoran yang berlokasi di
Jakarta ini juga merupakan hasil karya Paul Rudolph.
Bangunan ini juga menggunakan konsep
berkelanjutan hemat energi yang dipadu dengan
konsep bangunan vernakular. Bangunan ini dirancang
untuk memecahkan persoalan diperlukannya
penghematan energi serta iklim tropis namun tetap
berpegang pada kaidah – kaidah arsitektur Indonesia.
II.2.6.2 Wisma Dharmala, Surabaya
Wisma Dharmala ini merupakan Satu dari 5 karya Paul Rudolph (new
york) Yang ada di Surabaya Dan sudah Berdiri. Dan terdiri dari 12 lantai.
Wisma Dharmala Surabaya Oleh Paul Rudolph diberi semboyan “Health Of
Future” Yaitu Sebuah gedung yang peduli dengan kesehatan mental dan fisik
Gambar 2.2 Wisma Dharmala Sakti
36
penghuninya, ini berkat penempatan balkon serta teras yang tersebar merata di
setiap lantai. Desain gedungnya cenderung ramping Sehingga membuahkan akses
langsung ruang per ruang, dengan sinar matahari dan udara segar. Dan akan sangat
bermanfaat jika AC sedang black down. Desain bangunan ini menerapkan konsep
Tropis Vernakular. Arsitek menkombinasi berbagai potensi alami yang tersedia di
lingkungan site berada, dan memanfaatkan untuk membantu life cycle bangunan.
Seperti bagaimana menyiasati sinar matahari yang berlimpah, Arsitek
membuat teras ditambah kanopi aluminium spandrill di tiap muka unit ruang.
Gunanya untuk mencacah sinar ultra violet Matahari. Hasilnya hanya 20% panas
yang berhasil masuk tetapi ruangan tetap terang dengan cahaya matahari.
Gambar 2.3 Treatment panas matahari ke dalam ruangan
Dari skema diatas kita dapat melihat bagaimana angin dapat masuk kedalam
ruangan sehingga kan terjadi suatu pergerkan udara yang pada akhinya akan
isebut dengan ventilasi alami. Dan juga dengan desain teras yang panjang keluar
yang berfungsi sebagai penangkap angin.
37
Gambar 2.4 Potongan melintang Gambar 2.5 Tampak Mata burung bangunan
Gambar 2.6 Tampak bangunan Gambar 2.7 Suasana saat malam
38
II. 3 Studi Banding II.3.1 Studi Lapangan Kostel dan Kos-kosan
Panorama Kost Parahyangan Hall Villa Ravi
Lokasi Jl. Lebak Bulus II No. 8, Cilandak, Jakarta Selatan
Jl. Bukit Indah Dalam No. 105 E, Ciumbeluit, Bandung
JL. Tubagus Ismail VIII No.2 Dago, Bandung
Kapasitas 18 – 32 orang 75 orang 45 orang
Jumlah lantai 3 lantai
2 lantai
2 lantai
Jumlah kamar 9 – 16 kamar / per unit Total : 80 kamar
67 kamar 40 kamar
Jenis kamar Double room ( 2 orang )
Single room ( 1 orang )
- Single room ( 1 orang ) - Suite room ( 3 orang )
Harga sewa kamar ( per bulan )
Rp. 1.500.000,- hingga Rp.2.900.000,- Rp.1.500.000,- - Rp.1.250.000,- ( kamar non tv, non AC ) - Rp.1.500.000,- ( kamar non tv, AC ) - Rp.3.000.000,- ( uite room)
Luasan kamar 4 m × 5 m 3 m × 3,5 m Single room : 4 m × 4 m Suite room : 4 m × 6 m
Tabel 2.1 Perbandingan studi lapangan
39
Kamar mandi Di dalam kamar
Di dalam kamar
Di dalam kamar
Sasaran penghuni Mahasiswa Univ.Prasetya Mulia dan pekerja
Mahasiswa Univ.Parahyangan dan pekerja
Mahasiswa UNIKOM dan pekerja
Ruang komunal Ada 1 di setiap unit bangunan terletak di lantai dasar.
Terdapat di setiap lantai
Terdapat di luar bangunan berupa gazebo
Dapur Dapur bersama terdapat di lantai dasar
Terdapat di setiap lantai
-
Ruang Laundry 1 unit bangunan terdapat 1
Terdapat di setiap lantai
Ada 1 untuk secara keseluruhan bangunan
Sistem laundry 1 hari maksimal 2 pasang potong celana / baju
1 hari maksimal 5 potong pakaian, lebih dikenakan charge Rp.1000,-/ potong
1 hari maksimal 6 potong pakaian.
40
Akses vertikal Tangga
Tangga Tangga
Sistem keamanan Sekuriti 24 jam Sekuriti 24 jam + CCTV Penjaga Kostel biasa
Area parkir Di sekitar bangunan, ± 25 mobil
Basement dengan iuran Rp.100.000,-/bulan
Di sekitar bangunan
Ruang makan/kantin Di lantai dasar kantor pemasaran
- Di gazebo
Fasilitas fitness - Membership Rp.100.000,-/bln
( dalam pembangunan )
Fasilitas kolam renang
Ada 1 untuk keseluruhan
- -
Fasilitas spa & sauna - - ( dalam pembangunan )
41
Fasilitas Lapangan Outdor
Ada 1 untuk keseluruhan
- -
Keunggulan - Jumlah massa bangunan mencapai 9 rumah - Dapat disewakan per hari atau per minggu
Menggunakan card key sistem ( 1 kartu untuk masuk pintu kamar dan tombol listrik kamar)
Massa bangunan terpisah oleh taman sehingga dapat akses langsung ke ruang luar begitu keluar dari kamar.
II.3.2 Kesimpulan Studi Lapangan Tabel 2.2 Kesimpulan dari studi lapangan
Parahyangan Hall
( Bandung )
Villa Rafi
( Bandung )
Panorama Kost
( Jakarta) Penghuni Total = 67 orang
Mahasiswa, karyawan Atau Masyarakat umum
Total = 20 orang Mahasiswa, Karyawan Atau Masyarakat umum
Total = 18-32 orang Mahasiswa, Karyawan Atau Masyarakat umum
Bangunan Menggunakan konsep arsitektur Hemat energi, terlihat dari : - Banyak bukaan untuk
pencahayaan alami dan
pengudaraan alami
Menggunakan konsep arsitektur Hemat energi, terlihat dari :
- Banyak bukaan untuk
pencahayaan alami dan
pengudaraan alami
Menggunakan konsep arsitektur Hemat energi, terlihat dari :
- Banyak bukaan untuk
pencahayaan alami dan
pengudaraan alami
Jumlah Massa Bangunan Kostel
Hunian = 1 massa Kantor pengelola = 1 massa
Hunian = 4 massa
Hunian = 1 massa Kantor pengelola = 1 massa
KostelSubyek
42
Kamar Tidur 1 kamar untuk 1 orang Luas = 3.5 m x 3 m Tinggi = ± 2.50 m Ruangan memiliki jendela satu, untuk mendapatkan aliran udara dan pencahayaan alami
1 kamar untuk 1 orang Luas = 4 m x 4 m Tinggi = ± 2.50 m Ruangan memiliki jendela satu, untuk mendapatkan aliran udara dan pencahayaan alami
1 kamar untuk 1 orang Luas = 4 m x 5 m Tinggi = ± 2.50 m Ruangan memiliki jendela dua, untuk mendapatkan aliran udara dan pencahayaan alami
Fasilitas Ruang Belajar Bersama & Ruang TV
Terdapat di dalam kamar Terdapat di dalam kamar Terdapat di dalam kamar
Fasilitas Ruang Serba Guna
Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
Ruang duduk
Berada di ruang komunal Berada di gazebo depan
Ruang komunal
43
Mushola Tidak tersedia
Tidak disediakan
Tidak disediakan
Kamar mandi dan Toilet
Terdapat di dalam kamar tidur
Terdapat di dalam kamar tidur
Terdapat di dalam kamar tidur
Ruang Cuci & Jemur
Terdapat pada setiap lantai. Ruangan memiliki banyak bukaan sehingga tidak lembap.
Terdapat pada setiap lantai. Ruangan memiliki banyak bukaan sehingga tidak lembap.
Terdapat pada setiap lantai. Ruangan memiliki sedikit bukaan.
Dapur & Kantin Dapur terdapat di setiap lantai Tidak disediakan kantin
Dapur terdapat di setiap lantai Tidak disediakan kantin
Dapur terdapat di setiap lantai Kantin terdapat di halaman depan
Fasilitas Olah Raga & Rekreasi
Tidak terdapat fasilitas olah raga dalam area kostel
Tidak tersedia fasilitas olah raga Hanya tersedia halaman terbuka
Tersedia kolam renang
Parkir Tersedia parkir mobil dengan kapasitas ± 24 mobil dan parkir motor dengan kapasitas ± 30 motor.
Tersedia parkir mobil dan parkir motor
Tersedia parkir mobil dan parkir motor
44
Keamanan Pos Jaga berlokasi di depan kostel dan adanya patroli keamanan setiap malam.
Pos Jaga berlokasi di depan kostel dan adanya patroli keamanan setiap malam.
Pos Jaga berlokasi di depan kostel dan adanya patroli keamanan setiap malam.
Kesimpulan :
Bangunan kostel harus mampu menampung segala kegiatan penghuni khususnya mahasiswa mulai dari kegiatan akademis
sampai pada kegiatan sehari-hari, seperti : makan, tidur, bersosialisasi, olahraga, belajar dan sebagainya. Hal tersebut harus
dipikirkan dengan menyediakan ruang-ruang seperti :
o Ruang tidur
o Ruang komunal (ruang bersama)
o Ruang pengelola
o Lapangan outdoor
o Fasilitas seperti kantin, fitness centre, laundry, dll.
Untuk ruang service, harus selalu diperhatikan antara pencahayaan dan pengudaraan alami, agar di ruangan tersebut bisa
menjadi lebih nyaman
Perlu diperhatikan antara pembagian ruang service yang jelas, seperti ruang cuci dan kamar mandi yang terpisah
45
II.3.3 Studi Literatur Hotel Bintang Tiga Tabel 2.3 Studi literatur hotel bintang tiga
Hotel Ibis Slipi Jakarta Hotel Santika Bandung Hotel All Seasons Bali Kesimpulan
Lokasi Jl Letjen S.Parman Kav.59 11066, Jakarta
Jl. Sumatra No. 52-54, PO Box 1314, Bandung
Jl. Legian , Denpasar, Bali.
Terletak di pusat kota
Jumlah lantai 16 lantai 2 lantai 3 lantai Rata-rata memiliki ±7 lantai atau lebih
Jumlah kamar 338 kamar 70 kamar 113 kamar Rata-rata memiliki ± 174 kamar
Jenis kamar - Standart room dgn single beds - Standart room dgn queen bed
- Superior - Santika suite - Deluxe - Family suite - Junior suite - Suite
- Single room - Double room - Family room
Rata-rata memliki 2 jenis kamar yaitu single dan double room.
Harga sewa kamar ( per hari )
- Standart room : Rp.530.000,-
- Superior : Rp.663.300,- - Deluxe : Rp.723.700,- - Junior suite : Rp.1.031.000,- - Suite : Rp.1.152.400,-
Single room : Rp.325.000,- Double room : Rp.527.000,- Family room : Rp.644.000,-
Harga per kamar berkisaran antara Rp.300.000,- hingga Rp 700.000,- per malam
Sasaran penghuni
Masyarakat umum, pengusaha, wisatawan.
Wisatawan, masyarakat umum.
Wisatawan asing, wisatawan lokal, masyarakat pendatang.
Sasaran pada umumnya adalah wisatawan atau pengusaha
46
Akses vertikal
Lift dan tangga berjalan Tangga Tangga Akses vertikal yang digunakan adalah tangga dan lift
Fasilitas Penunjang
Restoran, ruang pertemuan, bussiness center, bar, gymnasium, kolam renang, safe deposit box, currebt exchange, 24 jam room service, pelayanan keamanan 24 jam, laundry, parkir.
Restoran, function room, fitnes center, kolam renang, hot spot, cable tv, 24 jam room service, pelayanan kesehatan, laundry, valet-parking, parker basement.
Rumah makan, bar, kolam renang, ruang pertemuan, 24 jam room service, laundry, spa, money exchange, parkir, pelayanan kesehatan dan pelayanan keamanan.
Fasilitas yang terdapat pada umumnya : restoran, kolam renang, ruang pertemuan, laundry, parker, 24 jam room service dan keamanan 24 jam.
47