Post on 04-Dec-2020
6
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (1985) berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang
masuk akal yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan
dilakukan. Menurut Johnson (2002) berpikir kritis merupakan proses
sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi
keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Glaser (Fisher, 2007)
mendefinisikan berfikir kritis sebagai: 1) Suatu sikap mau berpikir secara
mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam
jangkauan pengalaman seseorang, 2) Pengetahuan tentang metode-metode
pemeriksaan dan penalaran yang logis, 3) Semacam suatu keterampilan
untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berdasarkan beberapa definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan
seseorang untuk berpikir secara logis, reflektif, dan mendalam untuk
mengidentifikasi, menggabungkan informasi, menerapkan konsep,
memberikan kesimpulan dan menilai kebenaran suatu argumen dari
permasalahan yang dihadapi.
Indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (1985)
mengidentifikasi dua belas indikator berpikir kritis, sebagai berikut: 1)
memfokuskan pertanyaan, 2) menganalisis argumen, 3) bertanya dan
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017
7
menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan, 4)
mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, 5) mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi 6) membuat deduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi, 7) membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi, 8) membuat keputusan dan
mempertimbangkan hasilnya, 9) mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan definisi, 10) mengidentifikasi asumsi, 11) memutuskan
suatu tindakan, 12) berinteraksi dengan orang lain. Menurut Angelo (1995),
yaitu: 1) analisis, 2) sintesis, 3) mengenal dan memecahkan masalah, 4)
menyimpulkan, dan 5) evaluasi.
Menurut Glaser (Fisher, 2007) menyatakan 12 indikator kemampuan
berpikir kritis, yaitu: 1) mengenal masalah, 2) menemukan cara-cara yang
dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu, 3) mengumpulkan dan
menyusun informasi yang diperlukan, 4) mengenal asumsi-asumsi dan nilai-
nilai yang tidak dinyatakan, 5) memahami dan menggunakan bahasa yang
tepat, jelas, dan khas, 6) menganalisis data, 7) Menilai fakta dan
mengevaluasi pernyataan-pernyataan, 8) mengenal adanya hubungan yang
logis antara masalah-masalah, 9) menarik kesimpulan-kesimpulan dan
kesamaan-kesamaan yang diperlukan, 10) menguji kesamaan-kesamaan dan
kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil, 11) menyusun kembali pola-
pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas, 12)
membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu
dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017
8
Berdasarkan uraian di atas maka indikator yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Kemampuan Menganalisis
Menurut Suryosubroto (2009) menganalisis adalah menjabarkan
sesuatu ke dalam unsur-unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa
sehingga tampak jelas susunan yang ada di dalamnya. Dalam penelitian
ini kemampuan menganalisis yang dimaksud yaitu siswa dapat
mengidentifikasi dan memberikan alasan yang logis.
b) Kemampuan Mensintesis
Menurut Suryosubroto (2009) mensintesis adalah menyatukan unsur-
unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu
keseluruhan yang utuh. Dalam penelitian ini, kemampuan mensintesis
yang dimaksud yaitu siswa dapat menggabungkan informasi yang
diperoleh dari suatu permasalahan.
c) Kemampuan Memecahkan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan aplikatif
konsep kepada beberapa pengertian baru. Kemampuan ini menuntut
pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah
kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran
pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Dalam
penelitian ini, kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud siswa
dapat menerapkan konsep-konsep kedalam permasalahan sehingga
diperoleh sebuah hasil yang tepat.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017
9
d) Kemampuan Menyimpulkan
Kemampuan menyimpulkan menurut Afrizon (2012) merupakan
kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi dan mengamankan
informasi yang diperlukan untuk menggambarkan kesimpulan. Dalam
penelitian ini, kemampuan menyimpulkan yang dimaksud siswa dapat
memberikan kesimpulan atas suatu jawaban.
e) Kemampuan Mengevaluasi
Menurut Suryosubroto (2009) mengevaluasi adalah kemampuan untuk
menetapkan nilai atau harga dari suatu bahan dan metode komunikasi
untuk tujuan-tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, kemampuan
mengevaluasi yang dimaksud siswa dapat menilai benar atau salah suatu
argumen.
2. Problem Based Learning (PBL)
a) Pengertian
Menurut Moffit (Rusman, 2012) mengemukakan bahwa Problem
Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi
dari mata pelajaran.
Menurut Ngalimun (2014) model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017
10
kehidupan sehari-hari siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
b) Langkah-langkah
Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) menurut Arends
(2008) sebagai berikut :
Tabel 2.1 Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)
Fase Aktivitas Guru
Fase 1 :
Mengorientasikan siswa
pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik
yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat
aktif pada aktivitas pemecahan masalah
Fase 2:
Mengorganisasikan siswa
untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang
dihadapi
Fase 3:
Membimbing penyelidikan
individu/kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah
Fase 4:
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Membantu siswa merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model, dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya
Fase 5:
Menganalisis dan
mengevaluasi proses dan
pemecahan masalah
Membantu siswa melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan dan proses
yang mereka gunakan
c) Kelebihan dan kekurangan
Menurut Nata (2009) Problem Based Learning (PBL) memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan Problem Based Learning (PBL)
- Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan
dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017
11
- Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil, yang selanjutnya dapat mereka gunakan
pada saat menghadapi masalah yang sesungguhnya di masyarakat
kelak.
- Dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses pembelajaran, para
siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti
permasalahan dari berbagai aspek.
Kekurangan Problem Based Learning (PBL)
- Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang
sesuai dengan tingkat berpikir para siswa. Hal ini terjadi, karena
adanya perbedaan tingkat kemampuan berpikir para siswa.
- Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan
metode konvensional. Hal ini terjadi antara lain karena dalam
memecahkan masalah tersebut sering keluar dari konteksnya atau
cara pemecahannya yang kurang efisien.
- Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar
dari yang semula belajar dengan mendengar, mencatat, dan
menghafal informasi yang disampaikan guru, menjadi belajar
dengan cara mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan
memecahkannya sendiri.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017
12
3. Numbered Head Together (NHT)
Menurut Trianto (2009) Numbered Head Together (NHT) pertama kali
dikembangkan oleh Spenser Kagen, strategi ini akan melibatkan lebih
banyak siswa untuk menelaah materi suatu pelajaran dan untuk mengecek
pemahaman mereka terhadap pelajaran. Numbered Head Together (NHT)
atau penomoran berpikir bersama merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yang digunakan untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling
berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain
untuk meningatkan kerjasama siswa, Numbered Head Together (NHT) juga
bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Menurut Trianto (2009) terdapat 4 tahap dalam Numbered Head
Together (NHT) yaitu:
a) Fase 1 : Penomoran
Pada fase ini guru akan membagi siswa ke dalam kelompok, dalam
kelompok tersebut terdiri dari 3-5 siswa dan setiap anggota kelompok
diberi nomor dari 1 sampai 5.
b) Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru memberikan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi, spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017
13
c) Fase 3 : Berpikir Bersama
Siswa menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan yang
diberikan dalam kelompok masing-masing dan meyakinkan seluruh
anggota dalam kelompoknya mengetahui jawabannya.
d) Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor, siswa yang nomornya disebutkan
mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
4. Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Numbered Head
Together (NHT)
Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Numbered Head
Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran yang merupakan
penggabungan Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Numbered
Head Together (NHT). Penggabungannya yaitu dalam proses pembelajaran
menggunakan sintaks Problem Based Learning (PBL) dan saat diskusi
menggunakan tahap Numbered Head Together (NHT). Dengan
menggunakan tahap-tahap Numbered Head Together (NHT) akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif mendiskusikan
permasalahan bersama kelompok, kemudian dalam penyampaian hasil
diskusi guru memanggil siswa dengan nomor kemudian siswa yang
dipanggil mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Penerapan strategi
Numbered Head Together (NHT) pada model Problem Based Learning
(PBL) dapat diuraikan sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017
14
Tabel 2.2 Penerapan Strategi Numbered Head Together (NHT) pada
model Problem Based Learning (PBL).
Tahapan Kegiatan Guru
Mengorientasi siswa
pada masalah Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
kepada siswa.
Guru menyampaikan model dan strategi yang
akan digunakan dalam pembelajaran yaitu
model PBL dan strategi NHT .
Guru memberi motivasi dengan mengajukan
pertanyaan.
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok yang heterogen, tiap kelompok
terdiri dari 3-5 siswa.
Penomoran: Guru membagi nomor kepala
kepada setiap siswa.
Mengajukan Pertanyaan: Guru membagikan
Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap
kelompok untuk dikerjakan.
Membimbing
penyelidikan
individu/kelompok
Berpikir bersama: Guru meminta siswa
untuk terlibat aktif dan sama-sama berpikir
untuk menyelesaikan permasalahan yang
diberikan di Lembar Kerja Siswa (LKS).
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai masalah yang diberikan
dari berbagai sumber.
Guru memberikan bimbingan kepada siswa
yang mengalami kesulitan.
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya.
Menjawab: Guru memanggil salah satu
nomor siswa pada setiap kelompok dan nomor
yang dipanggil tersebut mempresentasikan
hasil kerja sama mereka dalam memecahkan
masalah.
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru memberikan kepada siswa yang
bernomor kepala sama tetapi kelompok
berbeda untuk menanggapi hasil presentasi
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan.
B. Penelitian Relevan
Marfiah (2012) menyatakan terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa kelas VIII C MTs Raudlatul Huda melalui pembelajaran PBL dengan
nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis pada siklus I sebesar 57,81, siklus II
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017
15
sebesar 64,96, dan pada siklus III sebesar 78,30. Selanjutnya, hasil penelitian
yang dilakukan oleh Wati (2015) bahwa model PBL dengan strategi problem
posing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII A SMP
Negeri 4 Satu Atap Cimanggu, dengan nilai rata-rata kemampuan berpikir
kritis 54,86 pada siklus I, 69,2 pada siklus II, dan 84,6 pada siklus III.
Beberapa penelitian di atas relevan untuk dijadikan rujukan dalam penelitian
ini. Dalam penelitian ini peneliti ingin memadukan antara model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Numbered Head Together
(NHT) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas terdapat beberapa
masalah yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa,
antara lain: 1) Siswa merasa kesulitan dalam mengidentifikasi dan memberikan
alasan yang logis, 2) Siswa belum mampu menggabungkan informasi yang
diperoleh dari suatu permasalahan, 3) Siswa belum mampu menerapkan
konsep-konsep kedalam permasalahan sehingga diperoleh sebuah hasil yang
tepat, 4) Siswa belum mampu memberikan kesimpulan, 5) Siswa kesulitan
dalam menilai benar atau salah suatu argumen.
Penerapan model Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Numbered
Head Together (NHT) dapat menjadi salah satu solusi pada permasalahan di
atas. Pembelajaran menggunakan strategi Numbered Head Together (NHT)
pada model Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran
menggunakan lima tahap model Problem Based Learning (PBL) dengan
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017
16
menyisipkan tahap-tahap strategi Numbered Head Together (NHT).
Pelaksanaan setiap tahap dijelaskan sebagai berikut:
Tahap I adalah mengorientasikan siswa pada masalah. Pada tahap ini guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, model dan strategi pembelajaran yang
akan digunakan. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa dengan
mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi yang akan dipelajari,
sehingga siswa termotivasi untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang
diberikan.
Tahap II adalah mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada tahap ini,
guru membentuk kelompok yang heterogen, tiap kelompok terdiri dari 3-5
siswa dan masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan nomor kepala.
Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) kepada setiap kelompok untuk
dikerjakan.
Tahap III adalah membimbing penyelidikan individu atau kelompok. Pada
tahap ini guru meminta siswa untuk terlibat aktif dan sama-sama berpikir untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan di lembar kerja siswa (LKS),
kemudian guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dan
memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Pada tahap
ini, siswa akan terlibat aktif dan berpikir bersama dengan kelompoknya
sehingga menemukan jawaban dari permasalahan yang diberikan sehingga
dapat meningkatkan semua indikator kemampuan berpikir kritis siswa.
Tahap IV adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap
ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017
17
Kemudian guru memanggil salah satu nomor kepala siswa pada suatu
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Tahap V adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Pada tahap ini, setiap siswa yang bernomor kepala sama tetapi berbeda
kelompok dengan yang mempresentasikan harus menanggapi hasil diskusi
yang dipresentasikan sehingga dapat meningkatkan indikator kemampuan
berpikir kritis yang pertama dan kelima yaitu menganalisis dan mengevaluasi.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan
hipotesis penelitian yaitu pembelajaran menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) dengan strategi Numbered Head Together (NHT) dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII A SMP Negeri 5
Purwokerto.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017