Post on 30-Mar-2018
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL
PENELITIAN
Pada bab ini dibahas kajian pustaka, konsep, landasan teori, dan model
penelitian. Keempat hal tersebut dipaparkan sebagai berikut.
2.1 Kajian Pustaka
Tujuan kajian pustaka adalah untuk mengetahui kualitas penelitian
sebelumnya serta mengetahui hal-hal menarik terkait dengan penelitian ini
sehingga terdapat perbedaan dan kebaruan dengan penelitian sebelumnya. Dalam
penelitian ini diacu penelitian sebelumnya yang dilakukan beberapa ahli yang
berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice,
and production) untuk meningkatkan kemampuan menulis recount text. Adapun
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan yaitu sebagai berikut.
Pertama, penelitian yang dilaksanakan oleh Widiadnya (2013) dalam
tesisnya yang berjudul “Penerapan Metode Presentation, Practice, and
Production dalam Pembelajaran Menulis Peserta didik Kelas VII SMP Angkasa
Kuta Tahun Pelajaran 2012/2013’. Dari hasil penelitian tersebut ditunjukkan
bahwa nilai rata-rata tes akhir sebelum penerapan metode PPP (presentation,
practice, and production) dikategorikan buruk, yaitu berkisar pada nilai 60.
Setelah menerapkan metode PPP (presentation, practice, and production) pada
siklus II, nilai rata-rata peserta didik mengalami peningkatan menjadi 77 yang
11
12
dikategorikan baik. Selanjutnya, pada siklus III nilai rata-rata peserta didik terus
meningkat menjadi 81. Nilai tersebut masih termasuk dalam kategori baik.
Peningkatan ini terjadi karena motivasi belajar peserta didik setelah melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan metode PPP (presentation, practice, and
production) sangat antusias. Kelebihan penelitian ini adalah digunakannya metode
yang jelas dalam merumuskan setiap data yang dianalisis dan memberikan
tahapan yang berbeda sehingga hasil belajar dapat dianalisis dengan baik.
Kekurangan penelitian ini adalah tidak dicantumkannya berapa rentangan nilai
pada data-data yang digunakan pada setiap siklus. Dengan demikian, data yang
dicantumkan tersebut tidak dapat memberikan kejelasan bagi pembaca untuk
memahami rentangan nilai maksimal atau minimal yang menjadi dasar acuan
peneliti dalam memberikan skor atau nilai. Relevansinya dengan penelitian ini
adalah (1) sama-sama melihat peningkatan hasil belajar peserta didik dalam aspek
menulis sebuah teks, (2) sama-sama mengujicobakan metode belajar yang sama,
yaitu penerapan metode PPP (presentation, practice, and production) dalam
keterampilan menulis. Namun, penelitian tersebut juga memiliki perbedaan
dengan penelitian yang dilaksanakan ini. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya, aspek yang dianalisis adalah kemampuan peserta didik
dalam menulis descriptive text, sedangkan penelitian yang dilakukan saat ini
menganalisis kemampuan peserta didik dalam menulis recount text.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Milati (2011) dengan judul tesis
“Peningkatan Keterampilan Menulis Kalimat Passive Simple Present Tense
Peserta Didik SMPN 1 Tegallalang dengan Pendekatan Chain and Card Game”.
13
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang terdiri
atas empat tahapan dalam setiap siklus yang diterapkan. Kelebihan penelitian
Milati adalah hasil analisis data kuantitatif yang digunakan menunjukkan bahwa
pendekatan chain and card game dapat meningkatkan kemampuan menulis
kalimat passive simple present tense pada peserta didik di SMPN 1 Tegallalang.
Sebaliknya, kekurangannya adalah pendekatan chain and card game yang
digunakan tidak dijelaskan secara terperinci sehingga menyulitkan pembaca untuk
mengerti metode-metode dalam permainan kartu tersebut. Relevansinya dengan
penelitian yang dilakukan adalah mengkaji peningkatan kemampuan menulis
dalam bahasa Inggris. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
adalah penelitian sebelumnya menggunakan kalimat passive simple present tense
dan pendekatan chain and card game, sedangkan penelitian ini menganalisis
penggunaan kalimat simple past tense dalam membuat recount text dengan
menerapkan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production).
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2013) dengan tesis yang
berjudul “Kemampuan Menulis Recount Text dengan Menggunakan Metode
Picture Series pada Kelas VIII di SMP Angkasa Kuta Badung.” Penelitian yang
dilaksanakan ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas empat
tahapan dalam setiap siklus. Penelitian ini menggunakan tiga siklus. Dari hasil
data kuantitatif dapat dilihat bahwa penerapan metode picture series dapat
meningkatkan kemampuan menulis peserta didik, khususnya dalam menulis
recount text. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi tes dan observasi, sebelum
metode picture series diterapkan nilai peserta didik hanya mencapai 70,22 yang
14
diindikasikan bahwa nilai tersebut termasuk dalam kategori kurang dan di bawah
KKM. Namun, setelah diterapkan metode picture series pada siklus I, II, dan III
terjadi peningkatan nilai peserta didik mencapai 79,54 dengan kategori baik.
Kelebihan penelitian ini adalah peneliti memaparkan langkah-langkah penerapan
metode picture series dengan jelas sehingga pembaca dapat memahami maksud
penulis. Kekurangan penelitian ini adalah peneliti tidak menggunakan metode
penskoran yang jelas untuk menganalisis karangan, sehingga pada analisis data
kuantitatif peneliti hanya mencari nilai rata-rata dari setiap siklus. Relevansi
penelitian Pertiwi dengan penelitian ini adalah menganalisis kemampuan menulis
peserta didik dalam jenis karangan recount. Perbedaan penelitian Pertiwi dengan
penelitian ini adalah penelitian sebelumnya menggunakan metode picture series,
sedangkan penelitian ini menerapkan metode pembelajaran PPP (presentation,
practice, and production).
Keempat, sebuah artikel jurnal penelitian yang dilakukan oleh D.
Manurung (2013) yang berjudul “Improving the Students’ Achievement in Writing
Recount Text by Using Transitions-Action-Details (TAD) Strategy”. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Tiap-tiap
siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data
kuantitatif didapatkan melalui tes tulis dan data kualitatif diperoleh dari observasi,
wawancara, dan catatan harian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis recount text.
Sebelum menerapkan strategi TAD (transitions-action-details), nilai peserta didik
15
hanya mencapai 44, 33. Namun, setelah diterapkannya strategi TAD (transitions-
action-details), nilai peserta didik meningkat menjadi 61, 13 pada siklus I, dan
mencapai 82,66 pada akhir siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
strategi TAD (transitions-action-details) mampu meningkatkan hasil belajar
peserta didik dalam menulis recount text. Relevansi penelitian tersebut dengan
penelitian yang dilakukan ini adalah melakukan penelitian tindakan kelas. Namun,
perbedaan dengan penelitian tersebut adalah menggunakan metode pembelajaran
PPP (presentation, practice, and production) dalam menganalisis kemampuan
menulis recount text.
Kelima, sebuah e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha (Volume 3 Tahun 2013) yang ditulis oleh Sutarmi dkk dengan judul
“Pengaruh Pembelajaran Scaffolding terhadap Keterampilan Menulis Teks
Recount Berbahasa Inggris dan Kreativitas Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 3
Manggis”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan
rancangan the posttest only nonequivalent control group design. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan menulis
recount text dan kreativitas antara peserta didik yang belajar dengan pembelajaran
scaffolding dan peserta didik yang belajar dengan pembelajaran konvensional.
Penerapan pembelajaran scaffolding selain membantu meningkatkan keterampilan
menulis peserta didik juga sekaligus mampu meningkatkan kreativitas peserta
didik. Hal itu terjadi karena di dalam pembelajaran scaffolding terdapat tujuan dan
pengertian yang berkaitan dengan pengembangan konsep diri peserta didik.
Kelemahannya, teori yang dipaparkan tidak jelas sehingga pembaca masih
16
mereka-reka maksud yang dituliskan. Selain itu, dalam mengkaji data-data tidak
dijelaskan secara konkret dan jelas sehingga sulit dipahami oleh pembaca.
Relevansinya dengan penelitian ini adalah melakukan penelitian yang melihat
kemampuan peserta didik dalam menulis recount text. Perbedaannya adalah
penelitian sebelumnya menggunakan metode scaffolding, sedangkan penelitian ini
menggunakan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production).
2.2 Konsep
Konsep merupakan sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang
abstrak dari situasi, objek, atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide, atau
gambaran mental (Kunandar, 2011:90). Adapun beberapa konsep yang dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
2.2.1 Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup)
melakukan selalu. Menurut Stephen dan Timothy (2009:57), kemampuan (ability)
berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beberapa tugas dalam suatu
pekerjaan. Menurut Caplin (1997: 34), kemampuan merupakan tenaga (daya
kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan bisa merupakan
kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan dan praktek
(Robbins, 2000:67).
Dari pengertian kemampuan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu
17
keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan,
misalnya kemampuan menulis sebuah recount text.
2.2.2 Keterampilan
Keterampilan berasal dari terampil yang berarti cakap. Keterampilan
adalah kemampuan mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat
yang membutuhkan kemampuan dasar (Ibid, 2000: 494-495). Menurut
Poerwadharminta (1996:108), keterampilan merupakan kecekatan, kecakapan,
atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Sejalan
dengan pendapat Poerwadharminta, Soemaryadi (1995:2) menjelaskan bahwa
keterampilan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan
cepat.
Dari pengertian keterampilan di atas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan
baik, cakap, dan cermat sehingga hasil yang dikerjakan tersebut sangat
memuaskan.
2.2.3 Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan
(informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai alat atau medianya. Menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu penulis
sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media, dan pembaca
(Dalman, 2014:3).
18
Menurut Suparno dan Yunus (dalam Dalman, 2014:4), menulis merupakan
suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai alat atau medianya. Menurut Tarigan (2005:21) menulis adalah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menghasilkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan
memahami lambang-lambang grafis tersebut.
Sejalan dengan pendapat di atas, Marwoto (dalam Dalman, 2014:4)
menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan ide atau gagasan dalam
bentuk karangan secara leluasa. Artinya, keterampilan menulis itu membutuhkan
pengetahuan dan pengalaman yang luas sehingga si penulis mampu menuangkan
ide, gagasan, atau pendapat dengan mudah dan lancar. Djibran (2008: 17)
menyatakan bahwa menulis adalah mengungkapkan pikiran, perasaan,
pengalaman, dan hasil bacaan dalam bentuk tulisan, bukan dalam bentuk tutur.
Dari pengertian-pengertian menulis di atas, pemahaman mengenai menulis
dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses penyampaian pikiran, perasaan,
pengalaman, ide, gagasan dalam bentuk lambang/tanda/tulisan yang bermakna
yang dituangkan ke dalam sebuah media (seperti kertas, buku, laptop) dengan
penggunaan tata bahasa, tata tulis, kosakata, dan struktur kata yang tepat sehingga
pembaca memahami maksud tulisan tersebut.
2.2.4 Recount Text
Recount text adalah jenis teks yang berisi tentang pengalaman pribadi
seseorang yang disampaikan secara terurut. Dengan kata lain, peserta didik
19
menceritakan kejadian yang dialami kepada orang lain yang dapat diungkapkan
melalui bentuk tulisan yang di dalamnya dituliskan kronologis peristiwa-peristiwa
yang terjadi (Fadlun, 2011: 98). Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bahwa
recount text adalah sebuah jenis teks yang berisi tentang pengalaman seseorang
atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau yang diungkapkan secara terurut.
Terdapat tiga jenis recount text, yaitu (1) personal recount: menceritakan
kembali pengalaman di mana penulis terlibat secara langsung; (2) factual recount:
menceritakan kembali kejadian atau insiden, seperti berita koran, laporan
kecelakaan; dan (3) imaginative recount: menceritakan peran yang bersifat
imajinatif dan menghubungkan kejadian khayalan (Emilia dkk., 2008:16). Adapun
jenis recount text yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
personal recount. Personal recount dipilih dalam penelitian ini karena peserta
didik mengalami kejadian atau pengalamannya di masa lampau yang selalu
diingat sehingga peserta didik dengan mudah menentukan ide cerita dan
mengembangkannya menjadi sebuah paragraf.
Organisasi recount text biasanya dimulai dengan orientation yang
memasukkan unsur-unsur informasi latar belakang untuk membantu pembaca
memahami cerita. Biasanya ada penjelasan mengenai siapa, kapan, di mana, dan
mengapa yang biasanya ditulis dalam paragraf pertama. Selanjutnya diikuti
dengan kejadian penting (important events) yang dijelaskan dan biasanya disusun
dalam urutan waktu kejadian pertama sampai dengan kejadian terakhir. Akhirnya,
teks ini mempunyai banyak komentar evaluatif atau pernyataan simpulan (re-
orientation) yang mungkin hanya berupa komentar mengenai kejadian yang telah
20
terjadi sebelumnya. Akan tetapi, ini bersifat opsional yang sering merupakan
komentar yang merefleksikan perasaan penulis tentang kejadian-kejadian yang
disebutkan sebelumnya.
Tabel 2.1
Generic / Schematics Structure of Recount Text
Generic
Structure/Schematics
structure
Function
Orientation Pembukaan (pengenalan tokoh, tempat, waktu, dan
kejadian/aktivitas si pelaku)
Sequence of Events Kejadian (rangkaian kejadian yang dilakukan)
Reorientation/Conclusion
Simpulan (penutup yang menjelaskan perasaan si
pelaku dengan kejadian atau aktivitas yang
dilakukan)
Sumber: Rangkuman Intisari Bahasa Inggris (Fadlun, 2011:98).
2.2.5 PPP (Presentation, Practice, and Production)
Metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) adalah
suatu metode yang cocok diterapkan untuk mengajarkan struktur bahasa
(misalnya tata bahasa atau kosakata) dalam bahasa asing karena memiliki
tahapan-tahapan pengajaran yang terpusat pada aktivitas siswa. Seperti namanya,
PPP terbagi atas tiga fase, yaitu bergerak dengan kontrol pendidik yang ketat
terhadap kebebasan pembelajar, fokus pada keterampilan, baik lisan maupun tulis,
dapat juga diterapkan lebih luas untuk metode terkait yang bergantung pada
perkembangan presentasi, melalui latihan terkontrol sehingga menghasilkan suatu
produk yang baik (Harmer, 2007).
21
Metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production)
merupakan suatu metode pembelajaran yang mengedepankan pengawasan
terhadap aktivitas peserta didik di dalam proses pembelajaran untuk memproduksi
atau menghasilkan suatu produk, seperti sebuah karangan recount text. Terdapat
tiga tahapan dalam penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice,
and production), yaitu tahap penyajian (presentation), tahap praktik/latihan
(practice), dan tahap produk/hasil (production). Tahapan-tahapan metode tersebut
dapat diterapkan dan dikembangkan sesuai dengan kreativitas dari tenaga
pendidik (Harmer, 2007).
2.2.6 Sintaksis
Sintaksis merupakan bagian dari subsistem gramatika atau tata bahasa
yang membahas kalimat dan kata merupakan satuan terkecil dalam suatu
gramatikal. Sintaksis menerangkan pola-pola kalimat dan bagian-bagian yang
membentuk kalimat tersebut. Bahasan sintaksis meliputi urutan yang menentukan
makna gramatikal, bentuk kata, dan intonasi/tanda baca (Kentjono, 1982:53).
Berikut dapat dijabarkan beberapa bahasan sintaksis yang disinggung dalam
penelitian ini, yang digolongkan sebagai berikut.
a. Grammar meliputi penggunaan finite and nonfinite verb.
b. Mechanics meliputi ejaan (spelling), pilihan kata (diction), dan tanda baca
(punctuation).
c. Organisasi ide/gagasan meliputi tittle, orientation, events, dan re-orientation.
22
2.2.7 Motivasi
Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987), motivasi adalah pemberian
atau penimbulan motif. Dapat pula diartikan sebagai hal atau keadaan yang
menjadi motif. Menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002), motivasi mewakili
proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan
terjadinya persistensinya kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan pada tujuan
tertentu.
Gray (dalam Winardi, 2002) mendefinisikan motivasi sebagai sejumlah
proses yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Soemanto (1987) juga mendefiniskan
motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan
reaksi-reaksi pencapaian tujuan.
Berdasarkan pengertian motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah kekuatan, energi aktif, perubahan tenaga pada diri seseorang yang
tampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan emosi sehingga mendorong individu
tersebut untuk bertindak atau melakukan sesuatu karena adanya tujuan,
kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan. Motivasi dapat muncul dalam
diri seseorang di samping juga dapat muncul karena adanya rangsangan faktor
luar. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan sebagai daya penggerak
dalam diri setiap peserta didik sehingga dapat menumbuhkan gairah dan semangat
belajar. Motivasi dalam diri peserta didik sangat menentukan hasil belajar peserta
didik itu sendiri.
23
2.3 Landasan Teori
Teori merupakan seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi
yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi
hubungan antarvariabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena (Kerlingker dalam Sugiyono, 2013:79).
Teori utama dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran bahasa karena
penelitian ini lebih menekankan proses pembelajaran di kelas dengan tujuan agar
peserta didik mampu menghasilkan tulisan yang dapat membangun keterampilan
berbahasa. Teori tersebut didukung oleh teori-teori lain yang relevan, yaitu (1)
teori menulis yang digunakan untuk memahami dan memeriksa ketentuan-
ketentuan yang ada dalam proses menulis, seperti memeriksa penggunaan bahasa,
tanda baca, ejaan, pengembangan ide dalam tulisan, dan mengoreksi hasil tulisan
mereka; (2) teori tata bahasa Inggris digunakan untuk memahami dan memeriksa
kemampuan peserta didik dalam menggunakan tata bahasa Inggris khususnya
dalam penggunaan past tense.
2.3.1 Teori Pembelajaran Bahasa
Menurut Brown (1987:6), pembelajaran adalah proses memperoleh atau
mendapatkan pengetahuan tentang subjek atau keterampilan yang dipelajari
melalui belajar, pengalaman, atau instruksi (“learning is acquiring or getting
knowledge of a subject or skill by study, exoerience or instruction”). Brown juga
menambahkan bahwa pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif
tetap dan merupakan hasil latihan yang dilakukan secara berulang-ulang
24
(“Learning is relatively permanent change in a behavioral tendency and is the
result of reinforced practice”).
Menurut Cahyo (2012:27), dalam teori pembelajaran ada dua pendekatan
yang digunakan, yaitu (1) pendekatan behavioristik dan (2) pendekatan
konstruktivisme. Pendekatan behavioristik adalah suatu dasar pemikiran yang
memandang peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa
yang disebut stimulus (S) dan respons (R) yang diberikan atas stimulus tersebut.
Di pihak lain, pendekatan kontruktivisme adalah pendekatan yang memandang
subjek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Dari dua pendekatan tersebut yang sesuai dengan penelitian ini
adalah pendekatan behavioristik, yaitu stimulus diberikan kepada peserta didik
berupa penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and
production) serta tahapan menulis recount text dan respons yang diberikan peserta
didik adalah hasil tulisan recount text sederhana.
Skinner (1957) seorang psikolog Amerika Serikat yang menganut aliran
behaviorisme menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku.
Seseorang dianggap telah belajar jika telah mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Dalam kutipan bukunya yang berjudul Verbal Behavior dinyatakan
bahwa teknik pendidikan yang menekankan pada penghafalan, baik bahan lisan
maupun tulisan, sangat bergantung pada dorongan atau motivasi. Sebagai contoh,
beberapa baris puisi yang diberikan kepada peserta didik dan dia diperintahkan
untuk “belajar”. Pendidik kemudian meminta peserta didik untuk membaca puisi.
Penghargaan atau pujian akan diberikan jika ia melakukannya dengan benar.
25
Sebaliknya, pendidik akan menghukumnya jika peserta didik salah
mengucapkannya. Hal itu dilakukan dalam rangka menghasilkan tanggapan yang
kemudian dapat diperkuat.
“In educational techniques, there were required motivation in learning
process by giving rewards and punishment. It used to generate a good
response. (Skinner, 1957:255).
Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan input yang berupa
stimulus dan keluaran output yang berupa respons. Penguatan (reinforcement)
adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positif
reinforcement), maka respons semakin kuat. Demikian juga penguatan dikurangi
(negative reinforcement) maka respons juga semakin kuat. Misalnya seorang
peserta didik perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika peserta didik
tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan.
Akan tetapi, jika sesuatu tidak mengenakkan peserta didik (sehingga ia melakukan
kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong
peserta didik untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut
penguatan negatif. Penguatan negatif tidak sama dengan hukuman.
Ketidaksamaannya, yaitu bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar
respons yang muncul berbeda dengan respons yang sudah ada, sedangkan penguat
negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respons yang sama menjadi
semakin kuat. Penguatan positif dan penguatan negatif bertujuan untuk
memperkuat respons. Terdapat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan
negatif, yaitu penguatan positif bertujuan untuk menambah respons, sedangkan
26
penguatan negatif bertujuan untuk mengurangi kesalahan agar memperkuat
respons. Efek prosedur dalam memberikan respons dari kondisi pengendalian
tertentu biasanya dilakukan dengan cara lain. Selain menggunakan berbagai
macam penguatan, suatu ketergantungan diatur dengan respons verbal dan
penguat umum. Setiap peristiwa yang bersifat mendahului suatu ganjaran berbeda
dapat digunakan sebagai penguat untuk membawa perilaku bawah kontrol
seseorang pada semua kondisi yang kurang tepat dan rangsangan yang buruk
(Skinner, 1957:54)
“By provide the reinforcement could strengthen the responses.
Giving reinforcement, reward, and punishment would be able to
control the responses” (Skinner, 1957:54).
Menurut pendapat Douglas Brown (dalam Iskandarassid, 2009:4), yang
juga merupakan penganut paham behaviorisme, pembelajaran dimaknai sebagai
proses menuju ke arah yang lebih baik. Pembelajaran juga merupakan penguasaan
atau pemerolehan pengetahuan tentang subjek atau sebuah keterampilan dengan
belajar, pengalaman, atau instruksi. Variasi belajar dapat diamati melalui proses
tingkah laku atau penampilan anak didik. Ada enam jenis tingkah laku, yaitu (1)
suatu kegiatan belajar peserta didik yang ditampilkan melalui proses stimulus (S)
- respons (R), S adalah situasi yang ditampilkan stimulus, sedangkan R adalah
respons atas stimulus; (2) untaian dan rangkaian, suatu kegiatan belajar yang
terjadi berdasarkan rentetan atau rangkaian respons yang dihubungkan –
hubungkan; (3) perbedaan yang beragam, proses belajar terjadi atas serangkaian
respons yang khusus; (4) penggolongan, jenis belajar yang terjadi atas
penggolongan suatu benda, keadaan, atau perbuatan yang sesuai dengan situasi;
27
(5) menggunakan urutan, suatu kecakapan untuk berbuat atau bertindak sesuai
dengan landasan komponennya; dan (6) memecahkan masalah, kemampuan
berpikir, menganalisis, dan memecahkan masalah.
Kedua pandangan Skinner dan Brown mengenai pendekatan behavioristik
dalam teori pembelajaran di atas mengemukakan bahwa pendekatan behavioristik
diterapkan dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar ditekankan sebagai
aktivitas “mimetic” yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan
dari bagian-bagian keseluruhan. Beberapa aplikasi teori behaviorisme dalam
pembelajaran adalah (1) bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit
secara organis; (2) hasil belajar harus segera diberitahukan kepada peserta didik,
yaitu jika salah, dibetulkan dan jika benar, diperkuat; (3) proses belajar harus
mengikuti irama dan yang belajar, materi pelajaran menggunakan sistem modul;
(4) tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic; (5) dalam proses
pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri; (6) dalam proses pembelajaran
tidak dikenakan hukuman; (7) dalam pendidikan diutamakan mengubah
lingkungan untuk menghindari pelanggaran agar tidak menghukum; (8) tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberikan hadiah; (9) hadiah diberikan kadang-
kadang (jika perlu); dan (10) tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil,
semakin meningkat mencapai tujuan (Skinner, 1957).
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode pembelajaran PPP
(presentation, practice, and production) yang merupakan stimulus (S) untuk
mendapatkan respons (R) berupa karangan siswa, yaitu recount text. Penguatan
28
(reinforcment) yang diberikan dalam penelitian ini adalah pengulangan materi dan
latihan menggunakan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and
production) dalam menulis sebuah recount text sebelum penugasan diberikan.
Penelitian ini diberikan penguatan positif berupa pujian kepada peserta didik yang
mampu memperoleh hasil yang baik dalam menulis sebuah recount text.
Penguatan positif ini bertujuan untuk mendapatkan respons yang baik pada hasil
kegiatan menulis recount text di tahap berikutnya.
2.3.2 Menulis
Teori pembelajaran bahasa di atas diterapkan pada model linguistik yang
diteliti, yaitu dalam proses pembelajaran menulis yang difokuskan pada produk
dari proses penulisan itu sendiri. Menurut Tarigan (2000:21), menulis adalah
mengeluarkan dan mengekspresikan isi hati dalam bentuk tulisan. Keterampilan
menulis tidak langsung datang dengan sendirinya, tetapi harus melalui banyak
latihan dan praktik secara teratur. Menulis merupakan suatu representasi bagian
dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hasil dari tulisan yang dikerjakan dapat
dilihat proses yang berkaitan dengan hasil tulisan yang telah dibuat sehingga
dapat diamati secara langsung. Ketika berkonsentrasi pada produk, seseorang
hanya tertarik pada hasil akhirnya. Dalam bentuk yang paling sederhana,
pendekatan proses meminta peserta didik untuk mempertimbangkan prosedur
penyusunan hasil kerja yang baik.
“In the teaching of writing, it is very important to understand the
procedures and steps to write the right text which committed from the
beginning to the end to get a good product (Harmer, 2007:325)”.
29
Menurut Harmer (2007), terdapat berbagai tahapan dalam proses menulis,
yaitu penyusunan, peninjauan, menyusun kembali, dan terakhir adalah menulis
yang dilakukan secara rekursif sehingga pada tahap pengeditan mungkin
dirasakan perlu untuk kembali ke fase pramenulis dan berpikir lagi. Potongan
tulisan dapat diedit seperti yang disusun sebelumnya. Tahapan menulis, di
antaranya adalah (a) periksa penggunaan bahasa (tata bahasa, kosakata, kata
penghubung), (b) periksa tanda baca (dan tata letak), (c) periksa ejaan Anda, (d)
periksa tulisan Anda untuk pengulangan yang tidak perlu, (e) tentukan informasi
untuk setiap paragraf, (f) tuliskan berbagai ide, (g) pilih ide-ide terbaik untuk
dimasukkan, (h) menulis salinan bersih dari versi yang dikoreksi, dan (i) tulislah
versi kasar (Harmer, 2007: 326).
Menurut beberapa pendapat yang dikutip dari dailywritingtips.com (dalam
Dalman, 2014:5), tahap-tahap menulis yang baik adalah prewriting, writing,
revising, editing, dan publishing. Dalam tahap prewriting, hal yang harus
diperhatikan adalah pemilihan ide/tema, menentukan topik, menetapkan tujuan
dan sasaran, mengumpulkan bahan dan informasi yang diperlukan, serta
mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan. Tahap
selanjutnya adalah tahap writing. Dalam tahap ini penulis harus dapat
mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan,
dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan
dengan memperhatikan struktur karangan yang terdiri atas bagian awal, isi, dan
akhir. Berikutnya adalah tahap revising, yaitu penyuntingan. Penyuntingan adalah
pemeriksaan dan perbaikan unsur-unsur mekanik karangan seperti ejaan, tanda
30
baca, diksi, pengalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan,
dan kovensi tulisan lainnya. Setelah itu adalah tahap editing, yaitu perbaikan yang
lebih mengarah pada pemeriksaan dan perbaikan isi karangan. Tahap terakhir
adalah publishing. Tahap ini adalah tahap yang optional, maksudnya bisa ada dan
bisa juga tidak. Tahap ini adalah pencetakan atau pengeprinan. Dalam tahap ini
tulisan yang sudah dibuat dapat diperbanyak dan diedarkan ke publik untuk
dibaca khayalak ramai.
Salah satu kunci seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar
menggunakan bahasa terutama dalam hal menulis adalah karena mereka mengerti
akan genre. Genre adalah jenis teks yang mempunyai konstruk sosial dan
teridentifikasi sebagai konstruk, struktur, dan fungsi sosialnya. Ketika peserta
didik belajar menulis sebuah genre maka mereka harus memperhatikan topiknya,
jenis teks apa yang akan dibuat, bagaimana struktur skematisnya, dan fungsi
sosialnya (Harmer, 2007: 300). Di samping itu, kejelasan merupakan asas yang
pertama dan utama bagi hampir semua karangan, khususnya ragam karangan
faktawi. Setiap pembaca menghargai karangan yang dapat dibaca dan dimengerti
secara jelas. Karangan yang kabur, ruwet, dan sulit dimengerti maksudnya akan
membosankan pembaca dan melatih pikiran. Berikut ini dijelaskan ciri-ciri
karangan yang jelas dan mudah dimengerti oleh pembaca. Ciri-ciri yang dimaksud
adalah (1) setiap orang menyukai karangan yang dapat dipahami tanpa susah
payah untuk dimengerti; (2) sederhana; karangan yang jelas tidak terlebih-lebihan
dengan kalimat-kalimat dan kata-kata semakin sederhana, karangan itu dapat
menggambarkan suatu buah pikiran secara terang dalam pikiran pembaca; (3)
31
langsung, karangan yang jelas tidak berbelit-belit ketika menyampaikan pokok
soalnya; dan (4) tepat, karangan yang jelas dapat melukiskan secara betul ide-ide
yang terdapat dalam pikiran penulis.
Teori menulis yang dijabarkan oleh Harmer tersebut memiliki relevansi
dengan penelitian ini karena peserta didik melakukan kegiatan menulis. Tulisan
peserta didik berupa recount text merupakan salah satu bentuk genre yang
memiliki konstruk, struktur, dan fungsi sosial. Selain itu, juga memiliki ketentuan-
ketentuan pada tahap penulisannya. Pada proses menulis tersebut peserta didik
dituntut untuk memahami ketentuan-ketentuan yang ada, seperti memeriksa
penggunaan bahasa, tanda baca, ejaan, pengembangan ide dalam tulisan, dan
mengoreksi hasil tulisan mereka. Terkait dengan hal tersebut maka proses menulis
yang dilakukan memerlukan latihan dan praktik secara teratur. Dalam penelitian
ini peserta didik diberikan latihan-latihan sebelum praktik menulis sebuah
karangan recount text dilakukan. Untuk mempermudah peserta didik dalam
strategi menulis recount text, tenaga pendidik dapat memberikan sebuah
perencanaan atau tahapan-tahapan sederhana dalam menentukan topiknya. Hal
tersebut berupa sebuah planning organizer. Planning organizer adalah
perencanaan sebuah recount text yang berisikan struktur organisasi dan ketentuan-
ketentuan yang mendukung teks itu sendiri. Penambahan instrumen ini bertujuan
untuk mengingatkan peserta didik tentang definisi, fungsi, tahapan, serta aspek
kebahasaan yang harus diperhatikan dalam membuat recount text.
32
Gambar 2.1 Planning Organizer
Teori menulis ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan karena dapat
digunakan untuk membedah rumusan masalah pertama dan kedua, yaitu
mengungkap tentang kemampuan menulis sebelum dan sesudah diberikan
tindakan secara kualitatif.
2.3.3 Tata Bahasa Inggris
Dalam setiap karangan yang ditulis, seorang penulis tidak dapat terlepas
dari kaidah-kaidah tata bahasa yang menjadi acuan. Pada karangan sederhana
PLANNING ORGANIZER
TITLE
SEQUENCE OF EVENTS
RE-ORIENTATION
Commentary, Conclusion
ORIENTATION
Who? When? Where? What?
Event 1 Event 2 Etc.
33
bahasa Inggris terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses
menulis. Menurut Yule (2010: 83), tata bahasa adalah proses menggambarkan
struktur frasa dan kalimat sedemikian rupa semua unsur tata bahasa dalam suatu
bahasa dan mengatur urutan nontata bahasa. Beberapa kesalahan dalam
penggunaan tata bahasa Inggris dalam menulis recount text ditinjau dari beberapa
kategori kebahasaan seperti berikut.
2.3.3.1 Penggunaan Grammar
Grammar yang dibahas dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai
berikut.
A. Finite Verb
Finite verb merupakan bentuk kata kerja utama dalam sebuah kalimat
bahasa Inggris dan dapat berubah bergantung pada tense (present dan past)
dan subject agreement atau penggunaan pronominal. Berikut penjabaran
tentang finite verb.
1. Tenses biasanya digunakan untuk menunjukkan waktu saat kegiatan itu
dilakukan. Tenses dikenal dengan sistem kala dalam bahasa Indonesia.
Alexander (2003:159) menyebutkan seperti di bawah ini.
“Tenses must always be shown by the actual from of the verb and it
is used to indicate the time, and sometimes the continuation or
completeness, of an action in relation to the time of speaking”
Alexander (2003:159)
Tenses dapat ditentukan melalui bentuk verba yang digunakan dalam
suatu kalimat untuk mengindikasikan waktu. Jadi, tenses adalah kegiatan
34
yang dilakukan oleh seseorang yang menggambarkan waktu kegiatan tersebut
dilakukan. Berikut merupakan beberapa contoh kalimat untuk menerangkan
tenses.
a. I drink coffe everyday. Kalimat tersebut tergolong simple present tense
untuk menyatakan kebiasaan.
b. I drank coffe this morning. Kalimat tersebut tergolong simple past
tense untuk menyatakan kegiatan pada masa lampau.
2. Subject agreement atau penggunaan pronominal (pronoun), yaitu kata
ganti orang atau benda. Berdasarkan pendapat Azar (2003:171--178) dan
Langan (2006:252--258), diketahui bahwa dalam bahasa inggris terdapat
empat pronominal (pronoun), yaitu sebagai berikut.
a. Subject pronouns, yaitu kata ganti yang berkedudukan sebagai subjek
kalimat, misalnya I, You, We, They, He, She, It.
b. Object pronouns, yaitu kata ganti yang berkedudukan sebagai objek
kalimat, misalnya me, you, us, them, him, her, it.
c. Possessive pronouns, yaiu kata ganti yang berkedudukan sebagai
pemilik (kepunyaan) dan diikuti kata benda/milik, misalnya my….
Your…., our…., their…, his…., her…, its….
d. Possessive pronouns, yaitu kata ganti yang berkedudukan sebagai
pemilik (kepunyaan) dan tidak diikuti kata benda/milik, misalnya mine,
yours, ours, theirs, his, hers.
35
e. Reflexive pronouns, yaitu kata ganti yang digunakan jika subjek dan
objeknya sama, misalnya myself, yourself, yourselves, ourselves,
themselves, himselves, herselves
B. Nonfinite Verb
Nonfinite verb merupakan kebalikan dari finite verb yang
berkedudukan sebagai pelengkap dan tidak bisa menjadi kata kerja utama
(main verb) di dalam sebuah kalimat. Nonfinite verb tidak dipengaruhi oleh
tense dan subjek. Beberapa contoh nonfinite verb, yaitu sebagai berikut.
1. Gerund merupakan suatu kata kerja yang dibentuk dari verb dengan
ditambahkan suffix –ing dan berfungsi sebagai noun. Penggunaan gerund
sebagai berikut.
a. Gerund as a subject
Contoh : running maybe hard for some people.
b. Gerund as direct object
Contoh : I hate waiting
c. Gerund as a subject complement
Contoh : my favorite activity is shooping
d. Gerund as an object of preposition
Contoh : they discussed an article about telling the truth
e. Gerund as appositive
Contoh : my friends favorite activity, shooping, has made her
spend much money
36
2. To-infinitive merupakan bentuk kata kerja nonfinite yang tidak dapat
dijadikan predikat dalam kalimat dan tidak mengalami perubahan bentuk
tentang orang (person) dan jumlah (number). Infinitive biasanya dibentuk
dengan meletakkan to sebelum kata kerja dasar sehingga disebut to
infinitive, tetapi ada juga tidak didahului to sehingga disebut bare
infinitive.
Contoh: The peacocks like to dance.
2.3.3.2 Mekanisme Penulisan
Mekanisme penulisan dalam penelitian ini meliputi ejaan (spelling), tanda
baca (punctuation), dan penggunaan huruf kapital (capitalization) yang dapat
dijabarkan sebagai berikut.
1. Spelling (ejaan), yaitu menekankan pada ejaan dalam penulisan. Kesalahan
spelling muncul karena dalam bahasa Inggris terdapat variasi spelling (sepeti
American and British English) sehingga perlu lebih ditekankan spelling apa
yang dipakai peserta didik. Dalam penulisan color atau colour disesuaikan
dengan spelling yang digunakan (Harmer, 2001:256).
2. Punctuation (tanda baca) merupakan tanda-tanda yang dipakai sesuai dengan
ejaan yang berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu
penulisan, intonasi, dan jeda saat membaca (Langan, 2006:325--382). Berikut
penjabaran jenis-jenis tanda baca:
a. Tanda titik (.) berfungsi untuk menandai akhir kalimat berita atau untuk
keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka.
37
b. Tanda koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal
yang disebutkan dalam kalimat serta untuk keperluan singkatan, gelar, dan
angka-angka.
c. Tanda kurung ((…)) berfungsi untuk menjelaskan suatu istilah yang belum
banyak diketahui.
d. Tanda kutip satu/apostrof (‘) berfungsi untuk mengasosiasikan suatu
istilah.
e. Tanda petik (“…”) berfungsi untuk menandai kalimat langsung atau
percakapan dalam naskah drama.
f. Tanda seru (!) berfungsi untuk menegaskan, memberikan peringatan
bahwa kalimat yang bertanda seru tersebut perlu diperhatikan.
g. Tanda tanya (?) berfungsi untuk melengkapi kalimat tanya.
h. Tanda hubung (…-…) berfungsi untuk menghubungkan penggalan kata,
kata ulang, dan rentang suatu nilai.
i. Tanda titik dua (:) berfungsi untuk mengawali penguraian suatu kalimat.
3. Penggunaan huruf kapital (capital letter) harus disesuaikan dengan kaidah-
kaidah dalam penulisan sebuah teks yang benar. Penggunaan huruf kapital
dijabarkan sebagai berikut.
a. Capital letter (huruf besar) digunakan untuk menulis huruf pertama pada
awal kalimat. Contoh: My brother is at home right now.
b. Capital letter (huruf besar) digunakan untuk menulis pronoun ‘I’, baik
berdiri sendiri maupun manakala disatukan dengan auxiliary. Contoh,
I’ve never met such a wonderful person as you are.
38
c. Capital letter (huruf besar) digunakan untuk menulis huruf pertama proper
noun (sebutan nama orang/tempat/benda). Contoh: Setiawan, Indonesia.
d. Capital letter (huruf besar) digunakan untuk menulis huruf pertama nama
hari, hari besar, dan bulan. Contoh, Sunday, January, Christmast.
Selanjutnya, teori ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan karena
dapat digunakan untuk membedah permasalahan pertama dan kedua, yaitu
mengungkap tentang kemampuan peserta didik dalam menggunakan tata bahasa
Inggris khususnya dalam penggunaan simple past tense dalam menulis sebuah
recount text sebelum dan setelah diberikan tindakan secara kualitatif.
2.4 Model Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan class action
research (penelitian tindakan kelas) yang berjudul “Kemampuan Menulis Recount
Text Melalui Metode Pembelajaran PPP (Presentation, Practice, and Production)
Peserta Didik Kelas VIII SMP PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Penelitian ini mengkaji dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek terapannya
(pembelajaran). Aspek kebahasaan yang dianalisis adalah kemampuan menulis
recount text peserta didik yang lebih menekankan unsur tata bahasa, struktur teks,
pengembangan ide, dan tata tulisnya. Di pihak lain dalam aspek terapan
(pembelajaran), yang lebih diutamakan adalah penerapan metode pembelajaran
PPP (presentation, practice, and production) untuk meningkatkan hasil belajar
menulis peserta didik dalam pembelajaran recount text. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat pada diagram model penelitian berikut.
Kemampuan Menulis Recount Text Melalui Metode Pembelajaran PPP
39
(Presentation, Practice, and Production) Peserta Didik Kelas VIII
SMP PGRI 4 Denpasar
Hasil evaluasi
sebelum
penerapan
metode PPP
Hasil evaluasi
setelah
penerapan
metode PPP
Faktor-faktor
yang
memengaruhi
hasil evaluasi
Metode ceramah
Sumber : Silabus dan RPP
Metode PPP (Presentation, Practice, and
Production) oleh Harmer (2007)
Data: Recount Text
Deskriptif Kuantitatif Deskriptif Kualitatif
Linguistik Terapan
Deskriptif Interpretatif
Hasil Penelitian
Tabel dan persentase yang
disajikan secara deskriptif
Penerapan tata bahasa
Linguistik
Peningkatan kemampuan
menulis
Siklus PTK yang dilakukan secara berulang dalam proses
pembelajaran melalui empat tahapan menurut Arikunto
Teori
Behavioristik
Gambar 2.2 Diagram Model Penelitian
40
Dalam penelitian yang berjudul “Kemampuan Menulis Recount Text
Melalui Metode Pembelajaran PPP (Presentation, Practice, and Production) pada
Peserta didik Kelas VIII SMP PGRI 4 Denpasar” digunakan teori behavioristik
sebagai landasan dasar atau teori utama dalam proses pembelajaran di kelas. Teori
behavioristik memandang adanya perubahan tingkah laku, karakter, dan
pengetahuan peserta didik melalui praktik yang dilakukan secara berulang-ulang.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran di kelas peneliti mengajar peserta
didik menggunakan pendekatan behavioristik dengan memberikan latihan yang
terbimbing, terkontrol, dan berulang-ulang sehingga dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa peserta didik, khususnya kemampuan menulis recount text.
Pada setiap akhir siklus tindakan pembelajaran, peneliti memberikan penugasan
berupa menulis sebuah karangan recount yang dikoreksi berdasarkan teori
menulis dan teori tata bahasa. Teori tata bahasa Inggris yang dikemukakan oleh
Yule (2010) digunakan untuk melihat, mengkoreksi, dan menilai hasil tulisan
peserta didik dalam membuat sebuah recount text. Di samping itu, terdapat teori
menulis yang dikemukakan oleh Harmer (2007) digunakan untuk melihat,
mengoreksi, dan menilai hasil tulisan peserta didik yang dilihat dari
pengembangan ide, kosakata, ejaa, dan tanda baca.
Untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu hasil evaluasi sebelum
diterapkan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production),
digunakan metode konvensional dengan teknik ceramah dalam proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum dan silabus yang dipakai di
sekolah bersangkutan. Untuk menjawab rumusan masalah kedua, yaitu hasil
41
evaluasi setelah penerapan metode pembelajaran PPP, digunakan teori tata bahasa
Inggris oleh Yule (2010) yang didukung dengan penerapan metode pembelajaran
PPP, teori behaviorstik, dan teori menulis. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi hasil evaluasi peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung, dilakukan observasi setiap pembelajaran berlangsung melalui teori
pembelajaran behavioristik yang didukung dengan penerapan metode
pembelajaran PPP dan hasil analisis kuesioner peserta didik.
Hasil data yang diharapkan berupa karangan recount yang didapatkan
dengan pengaplikasian tahapan-tahapan menulis. Hasil data tersebut kemudian
dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan membuat tabel dan persentase
tingkat pemahaman peseta didik dalam membuat sebuah recount text yang
disajikan secara deskriptif. Kemampuan yang dianalisis adalah penerapan tata
bahasa yang tepat, pengembangan ide, organisasi teks, dan mekanisme teks
tersebut. Hasil data tersebut juga dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan
menyajikannya dalam bentuk deskriptif interpretatif. Dalam hal ini dijelaskan
peningkatan kemampuan menulis peserta didik dari sebelum penerapan metode
pembelajaran PPP dan setelah penerapan metode pembelajaran PPP serta faktor-
faktor yang memengaruhi hasil belajar menulis peserta didik sehingga dari hasil
analisis tersebut didapatkan hasil penelitian yang konkret.