Post on 19-Mar-2021
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Konsep Industri Pariwisata
a. Definisi Pariwisata
Secara etimologi kata “Pariwisata” berasal dari bahasa
Sansakerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu “Pari” dan
“Wisata”. Pari berarti berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan
wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti
perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang.
Menurut KBBI, Pariwisata; Pelancong; Turism adalah kegiatan
yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi. Menurut
Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan juga
pengusaha.
Menurut WTO (World Tourism Organization), pariwisata
adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal
di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya.
Menurut Prof. Salah Wahab (dalam Yoeti, 1997), pariwisata
merupakan suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar
yang kemudian akan mendapat pelayanan secara bergantian
diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri yang meliputi
pendiaman dari daerah lain untuk sementara waktu dalam mencari
kepuasan yang beragam dengan apa yang dialaminya.
11
Menurut A. J. Burkart dan S. Malik dalam bukunya yang
berjudul Tourism, Past, Present, and Future, berbunyi “Pariwisata
berarti perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka
waktu yang pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka
bekerja dan tinggal” (Soekadijo, 2000: 3).
Sedangkan, menurut Suwantoro (2002) pariwisata didefinisikan
sebagai bentuk suatu proses kepergian sementara dari seorang,
lebih menuju ke tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, sosial,
budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain dan
bukan untuk melakukan kepergian yang menghasilkan uang.
Maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata itu merupakan
kegiatan bepergian seseorang dari satu tempat ketempat lain dalam
waktu yang singkat dengan tujuan untuk mencari hiburan dari
kesibukan yang ada. Selain itu, pariwisata juga merupakan salah
satu kegiatan yang bersifat dinamis yang dapat melibatkan banyak
orang dalam menghidupkan berbagai bidang usaha.
Konsep dan definisi mengenai pariwisata, wisatawan serta
klasifikasinya itu perlu ditetapkaan dikarenakan sifatnya yang
dinamis. Dalam kepariwisataan, menurut Leiper dalam Cooper et.al
(1998:5) ada tiga elemen utama yang menjadikan kegiatan
pariwisata itu bisa terjadi, yaitu sebagai berikut:
1) Wisatawan
Menurut Soekadijo (2001) wisatawan adalah orang yang
mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa
menetap di tempat yang didatanginya, atau hanya untuk
sementara waktu saja tinggal ditempat yang didatanginya.
2) Elemen Geografi
Pergerakan wisatawan dapat berlangsung pada tiga area
geografi, seperti berikut ini.
12
(a) Daerah Asal Wisatawan (DAW) yaitu tempat dimana
seseorang melakukan aktivitas keseharian, seperti bekerja,
belajar, tidur dan kebutuhan dasar lain.
(b) Daerah Transit (DT) yaitu tempat dimana wisatawan akan
melalui daerah tersebut.
(c) Daerah Tujuan Wisata (DTW) yaitu tempat yang ditujuoleh
wisatawan sebagai tempat untuk melakukan aktivitas
pariwisata.
3) Industri Pariwisata
Industri pariwisata ini akan menyediakan jasa, daya tarik, dan
juga sarana wisata. Industri yang merupakan unit-unit usaha
atau bisnis di dalam kepariwisataan dan tersebar di ketiga area
geografi tersebut. Contohnya seperti, biro perjalanan wisata.
Tempat-tempat yang dijadikan sebagai tujuan wisata disebut
objek wisata. Dalam hal ini objek wisata dibedakan menjadi tiga
macam yaitu sebagai berikut:
1) Objek wisata alam, antara lain pemandangan alam pegunungan,
cagar alam, danau, pantai, kawah gunung api, sumber air panas,
flora, dan fauna.
2) Objek wisata rekreasi, antara lain kolam luncur, kolam renang,
waduk, dan taman rekreasi.
3) Objek wisata budaya, antara lain benteng kuno, masjid kuno,
gereja kuno, museum, keraton, monumen, candi, kesenian
daerah, rumah adat, dan upacara adat.
Dari sisi kepentingan nasional, Menurut Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI (2005) dalam Sapta (2011: 11)
menjelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan pada dasarnya
ditujukan untuk beberapa tujuan pokok, yaitu sebagai berikut:
1) Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Pariwisata itu dianggap mampu memberikan perasaan
bangga dan cinta terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia melalui kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan
13
oleh penduduknya keseluruh penjuru negeri. Dampak yang
diharapkan dengan banyaknya warganegara yang melakukan
kunjungan wisata diwilayah-wilayah selain tempat tinggalnya
akan menimbulkan rasa persaudaraan dan pengertian terhadap
sistem dan filosofi kehidupan masyarakat yang dikunjungi
sehingga akan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan
nasional.
2) Penghapusan Kemiskinan (Poverty Allevation)
Dengan adanya pembangunan pariwisata ini diharapkan
dapat mampu memberikan kesempatan bagi seluruh rakyat
Indonesia untuk berusaha dan bekerja. Kunjungan wisatawan
kesuatu daerah diharapkan mampu memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3) Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable Development)
Dengan kegiatan pariwisata yang bersifat menawarkan
keindahan alam, kekayaan budaya dan keramah tamahan dan
pelayanan, sedikit sekali sumberdaya yang habis digunakan
untuk menyokong kegiatan ini. artinya penggunaan sumber
daya yang habis pakai cenderung sangat kecil sehingga jika
dilihat dari aspek keberlanjutan pembangunan akan mudah
untuk dikelola dalam waktu yang relative lama.
4) Pelestarian Budaya (Culture Preservation)
Pembangunan kepariwisataan diharapkan mampu
berkontribusi nyata dalam upaya-upaya pelestarian budaya
suatu negara atau daerah yang meliputi perlindungan,
pengembangan dan pemanfaatan budaya negara atau daerah.
5) Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Asasi Manusia
Pariwisata pada masa kini telah menjadi kebutuhan yang
dasar bagi kehidupan masyarakat modern. Pada beberapa
kelompok masyarakat tertentu kegiatan melakukan perjalanan
wisata bahkan telah dikaitkan dengan hak azasi manusia
14
khususnya melalui pemberian waktu libur panjang dan skema
paid holidays.
6) Peningkatan Ekonomi dan Industri
Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan
diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi tumbuhnya
ekonomi disuatu destinasi pariwisata. Penggunaan bahan dan
produk lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata juga
akan memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk
berperan dalam penyediaan barang dan jasa.
7) Pengembangan Teknologi
Dengan semakin kompleks dan tingginya tingkat
persaingan dalam mendatangkan wisatawan ke suatu destinasi,
kebutuhan akan teknologi tinggi khususnya teknologi insudtri
akan mendorong destinasi pariwisata mengembangkan
kemampuan penerapan teknologi terkini.
b. Jenis Pariwisata
Menurut S. Nyoman Pendit (1999) ada beberapa jenis
pariwisata yang sudah dikenal, antara lain:
1) Wisata Budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar
keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang
dengan jalan mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke
luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat
istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni
mereka.
2) Wisata Kesehatan, yaitu perjalanan seseorang wisatawan
dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat
sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat
baginya dalam arti jasmani dan rohani.
3) Wisata Olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan
perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja
bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di
suatu tempat atau negara.
15
4) Wisata Komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk
mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat
komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan
sebagainya.
5) Wisata Industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh
rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke
suatu kompleks atau daerah perindsutrian, dengan maksud dan
tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.
6) Wisata Maritim atau Bahari, yaitu wisata yang banyak
dikaitkan dengan olahraga air, seperti danau pantai atau laut.
7) Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya banyak
diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang
mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke
tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah
pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi
oleh undang-undang.
8) Wisata Bulan Madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan
bagi pasangan-pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang
berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri
demi kenikmatan perjalanan.
Sedangkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33
Tahun 2009. Secara umum menyatakan bahwa objek kegiatan
ekowisata tidak jauh berbeda dari kegiatan wisata alam biasa,
namun memiliki nilai-nilai moral dan tanggung jawab yang tinggi
terhadap objek wisatanya (Sapta, 2011).
1) Wisata pemandangan:
(a) Objek-objek alam (Pantai, Air Terjun, Terumbu Karang)
(b) Flora (Hutan, Tumbuhan Langka, Tumbuhan Obat-obatan)
(c) Fauna (Hewan Langka dan Endemik)
(d) Perkebunan (Teh, Kopi)
16
2) Wisata Petualangan:
(a) Kegiatan Alam Bebas (Lintas Alam, Berselancar)
(b) Ekstrem (Mendaki Gunung, Paralayang)
(c) Berburu
3) Wisata Kebudayaan dan Sejarah:
(a) Suku Terasing (Orang Rimba, Orang Kanekes)
(b) Kerajinan Tangan (Batik, Ukiran)
(c) Peninggalan Bersejarah (Candi, Batu Tertulis, Benteng
Kolonial)
4) Wisata Penelitian:
(a) Pendataan Spesies
(b) Pendataan Kerusakan Alam
(c) Konservasi (Reboisasi, Lokalisasi Pencemaran)
5) Wisata Sosial, Konserbasi dan Pendidikan:
(a) Pembangunan fasilitas umum di dekat objek ekowisata
(b) Reboisasi lahan-lahan gundul dan pengembang biakan
hewan langka
(c) Pendidikan dan pengembangan sumber daya masyarakat di
dekat objek ekowisata
c. Macam-macam Pariwisata
Tujuan pariwisata ternyata tidak hanya untuk berlibur atau
rekreasi saja, melainkan juga dapat berhubungan dengan olah raga,
pekerjaan, dan tujuan pendidikan. Berdasarkan batasan tersebut,
secara umum sektor pariwisata dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu sebagai berikut.
1) Darmawisata, yaitu berbagai jenis pariwisata yang bertujuan
untuk mencari kesenangan yang biasa berhubungan dengan:
(a) menikmati perjalanan,seperti mendaki gunung, menjelajah
rimba (cross country), dan napak tilas.
(b) rekreasi, misalnya kunjungan ke objek wisata taman-taman
wisata, pantai, gunung, dan danau.
17
(c) wisata budaya, misalnya kunjungan ke objek candi,
keraton, upacara keagaman area upacara tradisi setempat,
dan kesenian daerah.
2) Widyawisata, yaitu jenis pariwisata yang bertujuan
memperdalam ilmu pengetahuan, baik untuk belajar misalnya
kunjungan ke museum, Taman Mini untuk mempelajari budaya
Indonesia, planetarium, ataupun untuk tujuan penelitian,
misalnya meneliti keanekaragaman terumbu karang di Taman
Bunaken.
3) Karyawisata, yaitu jenis pariwisata yang berhubungan dengan
tugas pekerjaan, misalnya pariwisata sambil menghadiri tugas
dari tempat pekerjaan (rapat, seminar), atau pariwisata sambil
berdagang (niaga).
Menurut Wahab (1997) mengemukakan bahwa bentuk
pariwisata dapat di bagi sebagai berikut :
1) Menurut jumlah orang yang berpergian, dibedakan menjadi:
(a) Pariwisata individu, wisatawan yang melakukan kegiatan
pariwisata ini secara mandiri (seorang diri) atau satu
keluarga yang berwisata bersama.
(b) Pariwisata rombongan, perjalanan wisata yang terdiri dari
beberapa orang yang tergabung dalam satu rombongan atau
kelompok yang biasanya diorganisir oleh satu pihak
tertentu.
2) Menurut maksud berpergian, dibedakan menjadi:
(a) Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, pariwisata yang
dilakukan dengan tujuan untuk rekreasi atau untuk bersantai
sejenak.
(b) Pariwisata budaya, jenis pariwisata yang dilakukan karena
adanya motivasi untuk melihat daya tarik dari seni budaya
suatu tempat atau daerah.
(c) Pariwisata kesehatan, tujuan wisatawan untuk melakukan
pariwisata ini adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit.
18
(d) Pariwisata sport, wisata yang bertujuan untuk olahraga.
(e) Pariwisata pendidikan, jenis pariwisata yang bertujuan
untuk studi atau mempelajari sesuatu bidang ilmu
pengetahuan.
(f) Pariwisata bisnis, yaitu jenis pariwisata yang bertujuan
untuk dinas, usaha dagang atau yang berhubungan dengan
pekerjaan.
3) Menurut alat transportasi, dibedakan menjadi:
(a) Pariwisata darat, jenis pariwisata yang menggunakan
kendaraan darat seperti, (angkot, mobil pribadi, kereta api).
(b) Pariwisata tirta, jenis pariwisata yang menggunakan alat
transportasi laut atau air seperti, Kapal laut.
(c) Pariwisata dirgantara, jenis pariwisata yang menggunakan
pengangkutan udara (pesawat, heli kopter).
4) Menurut letak geografis, dibedakan menjadi:
(a) Pariwisata lokal, pariwisata setempat yang mempunyai
ruang lingkup relatif sempit dan terbatas dalam tempat-
tempat tertentu saja. Misalnya: pariwisata kota Bandung,
Jakarta, dan lain-lain.
(b) Pariwisata regional, pariwisata yang berkembang disuatu
tempat atau daerah yang ruang lingkupnya lebih luas bila
dibandingkan local tourism. Misalnya: pariwisata Sumatera
Utara, Bali, dan lain-lain.
(c) Pariwisata nasional, kegiatan pariwisata yang berkembang
dalam wilayah suatu negara.
(d) Pariwisata internasional, kegiatan pariwisata yang
berkembang disuatu wilayah internasional yang terbatas,
tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga negara
dalam wilayah tersebut.
19
5) Menurut umur (umur membedakan kebutuhan dan kebiasaan),
dibedakan menjadi:
(a) Pariwisata remaja, jenis pariwisata yang dikembangkan
bagi para remaja yang senang melakukan perjalanan wisata
dengan harga yang relatif murah.
(b) Pariwisata dewasa, jenis pariwisata yang diikuti oleh orang-
orang yang berusia lanjut.
6) Menurut jenis kelamin, dibedakan menjadi:
(a) Pariwisata pria, jenis pariwisata yang kegiatannya hanya
diikuti oleh kaum pria.
(b) Pariwisata wanita, jenis pariwisata yang kegiatannya hanya
diikutu oleh kaum wanita saja.
7) Menurut tingkat harga dan tingkat sosial, dibedakan menjadi:
(a) Pariwisata taraf lux, perjalanan wisata yang menggunakan
fasilitas standard lux.
(b) Pariwisata taraf menengah, perjalanan wisata yang
diperuntukkan bagi mereka yang menginginkan fasilitas
dengan harga yang tidak terlalu mahal, tapi tidak juga
terlalu jelek pelayanannya.
(c) Pariwisata sosial, jenis pariwisata yang penyelenggaraannya
dilakukan secara bersama dengan biaya yang
diperhitungkan semurah mungkin dengan fasilitas yang
memadai.
d. Faktor Pendukung Pariwisata
Saat ini diharapkan sektor pariwisata dapat berkembang dengan
baik dan optimal, sudah barang tentu perlu didukung oleh berbagai
faktor atau komponen yang secara langsung maupun tidak
berkaitan dengan aktivitas kepariwisataan. Misalnya, kondisi objek
wisata, fasilitas-fasilitas sosial dalam objek wisata, kemudahan
transportasi untuk pencapaian ke objek wisata, keamanan dan
ketertiban di objek wisata, dan kebijakan pemerintah yang
berhubungan dengan sektor pariwisata.
20
Objek wisata yang baik adalah berbagai objek wisata yang
menarik dan memiliki, serta didukung oleh fasilitas-fasilitas sosial
yang dibutuhkan pada objek wisata antara lain sebagai berikut.
1) Penginapan yang memadai serta terjangkau oleh berbagai
lapisan rnasyarakat dengan latar belakang sosial ekonomi yang
berbeda.
2) Fasilitas olah raga dan sarana ibadah yang layak.
3) Fasilitas pemandu wisata, yang senantiasa siap untuk
mengantar dan memberikan penjelasan kepada para wisatawan.
4) Keamanan dan kenyamanan para wisatawan senantiasa terjaga.
5) Terdapatnya areal penjualan cenderamata (souvenir), baik
berupa barang-barang maupun makanan khas yang dapat dibeli
untuk oleh-oleh wisatawan.
6) Keramahan penduduk yang tinggal di sekitar objek wisata.
Prasarana transportasi darat terdiri atas jalur kereta api, dan
jalan raya. Berdasarkan keterhubungannya jalur jalan raya
dibedakan menjadi:
(a) Jalan negara, yaitu jalan yang menghubungkan antar
ibukota provinsi
(b) Jalan provinsi, yaitu jalan yang menghubungkan ibukota
provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota
(c) Jalan kabupaten atau kota, yaitu jalan yang menghubungka
ibukota kabupaten atau kota dengan ibukota kecamatan
(d) Jalan desa, yaitu jalan yang menghubugkan ibukota
kecamatan dengan desa-desa di sekitarnya.
Adapun sarana transportasi darat dapat berupa kendaran roda
empat, roda dua, atau kereta api. Prasarana transportasi air bisa
memanfaatkan sumber daya sungai, danau, dan laut. Sungai-sungai
yang biasa dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas antara lain
sungai-sungai basar di Sumatra, Kalimantan, dan Papua, seperti
Sungai Musi, Batanghari, Indragiri, Mahakam, Kapuas, Barito, dan
Membramo. Adapun pelayaran laut terdiri atas pelayaran lokal
21
(antar pelabuhan dalam satu wilayah), interinsuler (antar pulau),
dan pelayaran samudra. Untuk menghubungkan daerah-daerah
terpencil dan sulit dijangkau, kita dapat memanfaatkan pelayaran
perintis. Jenis sarana transportasi perairan yang bisa kita jumpai
antara lain menggunakan kapal feery, Pelni (pelayaran nasional
Indonesia), kapal penyebrangan lokal yang dikelola oleh
masyarakat setempat.
Saran tansportasi yang paling cepat dan nyaman adalah jalur
udara, namun biaya atau ongkosnya jauh relatif mahal. Beberapa
perusahaan nasional yang melayant Jalur penerbangan antara lain
Garuda, Merpati, Mandala, Bouraq, dan Batavia Air.
2. Dampak Industri Pariwisata
a. Lingkungan
Dampak terhadap lingkungan di kawasan wisata adalah
penyediaan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan wisata.
Adapun dampak lingkungan terhadap pemukiman di kawasan
wisata sebagaimana Soemarwoto (2001) dalam jurnal Rusdin
tegaskan bahwa dampak fisik diperlihatkan oleh peningkatan
kondisi kualitas lingkungan fisik yang bersih, nyaman dan bebas
banjir melalui penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana
dasar bagi pemukiman yang memadai. Dampak pariwisata
terhadap lingkungan pemukiman di kawasan wisata adalah
penyediaan prasarana dan sarana dalam menunjang kegiatan
pemukiman di kawasan wisata. Prasarana pemukiman yang harus
dilengkapi di dalam kawasan wisata adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat
berfungsi sebagai mana mestinya, yaitu seperti :
1) Jaringan jalan untuk mobilitas manusia dan menciptakan
bangunan yang teratur
2) Jaringan air bersih untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan
masyarakat.
22
Sedangkan sarana lingkungan permukiman sebagai fasilitas
penunjang yang dapat berfungsi untuk penyelengaraan dan
pembangunan pengembangan ekonomi, sosial dan budaya yaitu:
1) Jaringan saluran pembuangan air limbah
2) Tempat pembuangan sampah untuk kesehatan lingkungan dan
jaringan
3) Saluran air hujan untuk pematusan (drainase) dan pencegahan
banjir
Berdasarkan penjelasan diatas, maka disimpulkan yang dapat
diperoleh penduduk yang tinggal pada suatu obyek wisata, manfaat
ini dapat berupa penyediaan fasilitas-fasilitas umum dan tempat
pemasaran bagi produk-produk yang diusahakan oleh masyarakat
setempat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dirjen
Pariwisata (1996 : 45) bahwa bagi Indonesia tujuan utama
pengembangan pariwisata adalah untuk meningkatkan pembinaan
potensi dalam lingkup nasional yang sekaligus dapat memberikan
berbagi manfaat bagi perkembangan daerah.
Menurut Beatley (1997) mengatakan bahwa para perencana
pembangunan sering mengemukakan argumentasi bahwa untuk
meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar hutan, diman
sebagian besar adalah kawasan lindung atau kawasan dengan
tingkat keanekaragaman tinggi, para pemerhati lingkungan,
konservasionis, dan pihak-pihak pelestari lingkungan hidup
melihat bahwa pembangunan yang akan dilakukan merupakan
ancaman nyata terhadap keanekaragaman hayati yang ada didalam
atau sekitar kawasan yang akan dikembangkan.
Dampak dari industri pariwisata terhadap lingkungan, yaitu
sebagai berikut:
1) Gangguan ekosistem kawasan wisata
2) Dampak terhadap satwa dan kehidupan liar
3) Krisis sumber daya air
4) Dampak spesies eksotik
23
b. Sosial dan Budaya
Pariwisata adalah fenomena kemasyarakatan yang menyangkut
manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, kebudayaan dan
sebagainya. Kajian sosial terhadap kepariwisataan belum begitu
lama, hal ini disebabkan pada awalnya pariwisata itu lebih
dipandang sebagai kegiatan ekonomi dan tujuan pengembangan
kepariwisataan adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi,
baik untuk pemerintah maupun masyarakat karena kepariwisataan
menyangkut manusia dan masyarakat maka kepariwisataan dalam
laju pembangunan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aspek
sosial (I Gusti Bagus, 2016).
Menurut Cohen (dalam jurnal M. Kharis Ja’far 2017) dampak
sosial pariwisata dapat dikelompokkan ke dalam sepuluh kelompok
besar, yaitu antara lain :
1) Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara
masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas,
termasuk tingkat otonomi dan ketergantungan
2) Dampak terhadap hubungan interpersonal antar anggota
masyarakat
3) Dampak terhadap dasar- dasar organisasi kelembagaan sosial
4) Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata
5) Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat
6) Dampak terhadap pola pembagian kerja
7) Dampak terhadap statifikasi dan mobilisasi sosial
8) Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan
9) Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-
penyimpangan sosial
10) Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.
24
c. Ekonomi
Dampak pariwisata dalam bidang ekonomi pariwisata adalah
suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat, dan ada pula dampak ekonomi yang secara tidak
langsung dapat dirasakan oleh pedagang-pedagang di pasar karena
permintaan terhadap barang/bahan makanan akan bertambah,
sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat.
Cohen (2008) dalam jurnal M. Kharis Ja’far 2017 juga
mengelompokkan dampak ekonomi pariwisata, meliputi:
1) Dampak terhadap penerimaan devisa
2) Dampak terhadap pendapatan masyarakat
3) Dampak terhadap kesempatan kerja
4) Dampak terhadap harga-harga
5) Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan
6) Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol
7) Dampak terhadap pembangunan pada umumnya
8) Dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Berdasarkan dari pemaparan di atas maka dapat di simpulkan
dampak positif dan dampak negatif dari adanya aktivitas industri
pariwisata dilihat dari bidang lingkungan, bidang sosial dan budaya
dan bidang ekonomi, yaitu sebagai berikut:
1) Dampak Positif
(a) Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang
pariwisata seperti : tour guide, waiter, bell boy, dan lain-
lain.
(b) Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik
demi kenyamanan para wisatawan yang juga secara
langsung dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh
penduduk lokal pula. Seperti : tempat rekreasi, mall, dan
lain-lain.
(c) Mendapatkan devisa (national balance payment) melalui
pertukaran mata uang asing (foreign exchange).
25
(d) Mendorong seseorang untuk berwiraswasta / wirausaha,
contoh : pedagang kerajinan, penyewaan papan selancar,
pemasok bahan makanan dan bunga ke hotel,dan lain-lain.
(e) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga pendapatan
pemerintah.
(f) Memberikan keuntungan ekonomi kepada hotel dan
restaurant. Contohnya, wisatawan yang pergi berwisata
bersama keluarganya memerlukan kamar yang besar dan
makanan yang lebih banyak.
(g) Negara bisa mendapatkan keuntungan dari investasi luar
negeri baik di sektor pariwisata atau sektor pendukung
lainnya.
(h) Pariwisata dapat membantu untuk melestarikan budaya dan
kearifan masyarakat setempat, karena mereka menjadi
obyek wisata.
2) Dampak Negatif
(a) Bahaya ketergantungan yang sangat mendalam terhadap
pariwisata.
(b) Meningkatkan inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal.
(c) Meningkatkan impor barang dari luar negeri, terutama alat-
alat teknologi modern yang digunakan untuk memberikan
pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga biaya-biaya
pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada.
(d) Produksi yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya
tingkat pengembalian modal awal.
(e) Terjadi ketimpangan daerah dan memburuknya
kesenjangan pendapatan antara beberapa kelompok
masyarakat.
(f) Hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya
ekonomi.
(g) Banyaknya wisatawan yang masuk menambah besar
kerusakan lingkungan terutama dari sampah.
26
3. Peningkatan Ekonomi
Menurut Sukirno (2000) peningkatan ekonomi berarti
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Sehingga peningkatan ekonomi
dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional.
Peningkatan ekonomi masyarakat merupakan suatu proses naiknya
kapasitas produksi perekonomian dengan perwujudan dalam bentuk
naiknya pendapatan nasional (Ardi Surwiyanta, 2003).
Adanya peningkatan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi. Teori dibangun berdasarkan pengalaman
empiris, sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar untuk
memprediksi dan membuat suatu kebijakan. Secara umum teori
peningkatan ekonomi menurut para ahli dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Teori Ekonomi Historis
Aliran historis berkembang di Jerman dan kemunculannya
merupakan reaksi terhadap pandangan kaum klasik yang
menyatakan bahwa peningkatan ekonomi dapat dipercepat dengan
revolusi industri, sedangkan aliran historis menyatakan bahwa
peningkatan ekonomi dilakukan secara bertahap.
Menurut Werner Sombart, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa
dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu sebagai berikut:
1) Masa perekonomian tertutup, pada masa ini semua kegiatan
manusia hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri. Individu atau masyarakat bertindak sebagai produsen
sekaligus konsumen sehingga tidak terjadi pertukaran barang
atau jasa.
2) Masa kerajinan sama pertukangan, dimana pada masa ini
kebutuhan manusia semakin meningkat, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif akibat perkembangan peradaban. Pertukaran
27
barang dan jasa pada masa ini belum didasari oleh tujuan untuk
mencari keuntungan, namun semata-mata untuk saling
memenuhi kebutuhan.
3) Masa kapitalis, pada masa ini muncul kaum pemilik modal
(kapitalis). Dalam menjalankan usahanya kaum kapitalis
memerlukan para pekerja (kaum buruh). Produksi yang
dilakukan oleh kaum kapitalis tidak lagi hanya sekadar
memenuhi kebutuhannya, tetapi sudah bertujuan untuk
mencari laba.
b. Teori Ekonomi Klasik dan Neoklasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor
yang mempengaruhi peningkatan ekonomi, yaitu: jumlah
penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan
kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan.
Sedangkan, dalam teori ekonomi meoklasik melihat dari sudut
pandang yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori
ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow peningkatan
ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan ekonomi
yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses
pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung
kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek
pembangunan yang memiliki kompetensi yang memadai untuk
melaksanakan proses pembangunan dengan membangun
infrastruktur di daerah-daerah.
b. Faktor Sumber Daya Alam
Sumber daya alam yang dimaksud diantaranya adalah kesuburan
tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan juga
kekayaan laut.
28
c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat akan mendorong adanya percepatan proses pembangunan,
pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia
digantikan oleh mesin-mesin canggih yang berdampak kepada
aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas
pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya
berakibat pada percepatan laju peningkatan perekonomian.
d. Faktor Budaya
Faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong
proses pembangunan tetapi juga dapat menjadi penghambat
pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan
diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan
sebagainya. Sedangkan, budaya yang dapat menghambat proses
pembangunan yaitu sikap anarkis, egois, boros, korupsi, kolusi dan
nepotisme.
e. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal ini dibutuhkan manusia untuk mengelola SDA
dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa
barang-barang sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran
pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat
meningkatkan produkstivitas.
Peningkatan ekonomi merupakan salah satu hal yang sangat
penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Karena,
peningkatan ekonomi ini menjadi tolak ukur keberhasilan kegiatan
ekonomi disuatu negara, juga menjelaskan mengenai kemajuan
ekonomi, perkembangan ekonomi, kesejahteraan ekonomi, serta
perubahan fundamental perekonomian suatu negara dalam jangka
waktu yang relatif panjang.
29
Ada beberapa indikator untuk mengetahui tingkat pertumbuhan
ekonomi suatu negara, yaitu sebagai berikut:
a. Pendapatan Nasional
Suatu negara dapat dikatakan mengalami peningkatan ekonomi
jika pendapatan nasionalnya meningkat dari periode sebelumnya.
Peningkatan pendapatan nasional ini menandakan adanya
peningkatan output secara keseluruhan.
b. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu
negara pada periode teretentu. Jika suatu negara memiliki
pendapatan per kapita yang meningkat daripada periode
sebelumnya maka bisa dikatakan negara tersebut mengalami
peningkatan ekonomi.
c. Tenaga Kerja dan Pengangguran
Tenaga kerja adalah setiap orang yang dapat melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun orang lain. Sedangkan, pengangguran
merupakan kebalikan dari tenaga kerja. Suatu negara dikatakan
mengalami peningkatan ekonomi apabila jumlah tenaga kerjanya
lebih tinggi dari jumlah penganggurannya.
d. Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan masyarakat ini bisa dilihat dari tingkat kemiskinan
yang semakin berkurang dan daya beli masyarakat yang semakin
meningkat.
30
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian relevan atau penelitian terdahulu adalah penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan erat kaitannya dengan
masalah penelitian yang akan dilakukan.
Setelah melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian
terdahulu yang masalahnya dapat dikaitkan dengan masalah yang akan
diteliti, ditemukan beberapa hasil penelitian sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Hasil Penelitian
Indri
Nurafyani,
Analisis
Pengelolaan
Agrowisata Kebun
Raya Kuningan
Perspektif hukum
Ekonomi Islam
dan Dampak pada
Lingkungan
Sekitarnya
Agrowisata Kebun Raya Kuningan adalah
pengembangan industri wisata alam yang
bertumpu pada pembudidayaan kekayaan
alam, seperti kawasan yang ada di Kebun
Raya Kuningan yaitu Taman Tematik
Bebatuan, Taman Kuning, Taman Awi
Sieugeug (bambu), Situ Cibuntu dan Situ
Lurah. Pengelola melaksanakan tugasnya
dengan melaksanakan kegiatan
operasionalnya adalah penyiapan bahan
perumusan kebijakan, penyususnan
pedoman, pemberian bimbingan teknis,
penyusunan rencana dan program, dan
pelaksanaan program kegiatan serta evaluasi
dan pelaporan. Sementara, untuk dampak
positif dari adanya Kebun Raya Kuningan di
lingkungan sekitarnya adalah mengelola dan
melestarikan lingkungan, membuka
lapaangan pekerjaan, menunjang
31
perekonomian, mengkoleksi flora-flora yang
mengalami kepunahan, memberikan sarana
pendidikan dan penelitian dalam hal
konservasi ex-situ, dan membuka peluang
usaha bagi masyarakat sekitar. Sedangkan,
dampak negatif dari adanya Kebun Raya
Kuningan
Ferry
Pleanggra,
2012
Analisis Pengaruh
Jumlah Obyek
Wisata, Jumlah
Wisatawan Dan
Pendapatan
Perkapita Terhadap
Pendapatan
Retribusi Obyek
Pariwisata 35
Kabupaten/Kota Di
Jawa Tengah
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya pengembangan pariwisata
pada dasarnya dapat membawa berbagai
manfaat bagi masyarakat di daerah bagi
masyarakat lokal, antara lain: pariwisata
memungkinkan adanya kontak antara orang-
orang dari bagian-bagian dunia yang paling
jauh, dengan berbagai bahasa, ras,
kepercayaan, paham, politik dan tingkat
perekonomian. Manfaat yang lain adalah
pariwisata menyumbang kepada neraca
pembayaran, karena wisatawan
membelanjakan uang yang diterima di negara
yang dikunjunginya maka dengan sendirinya
penerimaan dari wisatawan mancanegara itu
merupakan faktor yang penting agar neraca
pembayaran menguntungkan yaitu
pemasukan lebih besar dari pengeluaran.
Wawan
Kurniawan,
2015
Dampak Sosial
Ekonomi
Pembangunan
Pariwisata Umbul
Sidomukti
Kecamatan
Bandungan
Peluang usaha di sekitar objek pariwisata
umbul sidomukti termasuk dalam kategori
tinggi. Masyarakat sekitar memanfaatkan
situasi ini untuk berdagang, jasa tourleader
hingga menjadi karyawan objek pariwisata
umbul sidomukti. Pembangunan umbul
sidomukti berhasil menyerap banyak tenaga
32
Kabupaten
Semarang
kerja dan tidak hanya tenaga kerja di sektor
pariwisata saja yang terserap, kenaikan omset
penjualan yang dialami para pedagang di
sekitar umbul sidomukti juga memaksa para
pedagang untuk menambah karyawannya,
lambat laun jumlah pengangguran di sekitar
objek wisata umbul sidomukti mulai
menurun.
Rusdin, 2016 Dampak
Pengembangan
Wisata Bahari
Pantai Toronipa
Terhadap
Perekonomian
Masyarakat Di
Kelurahan
Toronipa
Kecamatan
Soropia Kabupaten
Konawe
Pengembangan obyek wisata pantai toronipa
memberikan dampak positif terhadap
aktivitas perekonomian masyarakat. Sebelum
pengembangan wisata pantai toronipa,
sebagian besar masyarakat bekerja sebagai
petani dan nelayan, namun sesudah
pengembangan obyek wisata pantai aktivitas
ekonomi masyarakat menjadi meningkat.
Masyarakat mendapat pekerjaan tambahan
sebagai pedagang makanan dan minuman
serta penyedia jasa berupa fasilitas yang di
sewakan untuk wisatawan seperti gazebo,
ruang bilas, ban pelampung, banana boat dan
penginapan.
Achadiat
Dritasto Dan
Annisa Ayu
Anggraeni
(2013)
Analisis Dampak
Ekonomi Wisata
Bahari Terhadap
Pendapatan
Masyarakat Di
Pulau Tidung
Pulau tidung merupakan salah satu pulau di
kabupaten administrasi kepulauan seribu
yang dalam perkembangannya dikelola
langsung oleh masyarakat setempat. Dengan
terkaitnya masyarakat dalam kegiatan wisata
di pulau tidung maka dapat memberikan
dampak ekonomi masyarakat yaitu berupa
pendapatan. Secara umum kegiatan wisata
yang ada di pulau tidung telah memberikan
dampak ekonomi kepada masyarakat
33
walaupun dampak yang dirasakan terbilang
cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi
karena adanya perputaran uang antara
wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja.
Semakin banyaknya wisatawan yang dapatng
ke pulau tidung memberikan dampak berupa
pendapatan yang lebih banyak kepada unit
usaha.
Dian Dinta
Herlambang
(2015)
Dampak Pariwisata
Terhadap Kondisi
Sosial Dan
Ekonomi
Penduduk Sekitar
Lokasi Wisata Air
Terjun Kedung
Pedut Di Dusun
Kembang, Desa
Jatimulyo,
Kecamatan
Girimulyo,
Kabupaten
Kulonprogo
Perubahan penggunaan bahasa sebesar
91,53% mengatakan perubahan bahasa yaitu
campuran (bahasa jawa dan bahasa
indonesia). Perubahan pergaulan mengenai
tata krama dan sikap sopan santun di sekitar
lokasi wisarta mengalami perubahan dari
baik menjadi kurang baik dengan persentase
sebesar 20,34%.
Perubahan pendapatan yang terjadi dari 59
responden sebesar 47 responden (79,66%)
responden mengalami perubahan pendapatan
yang didapat dari sektor pariwisata.
Perubahan pendapatan responden paling
banyak pada rentang 400.000 – 880.000 yaitu
sebesar 76,60%.
Muhammad
Kharis Ja’far
Ismail (2017)
Analisis Dampak
Sosial Ekonomi
Pengembangan
Pariwisata Kota
Batu Bagi
Kawasan Sekitar
(Studi Pada
Partisipasi aktif banyak dilakukan oleh
masyarakat yang memiliki stand di sekitar
fasilitas pariwisata di kecamatan
karangploso. Masyarakat ikut membuka
berbagai usaha seperti berdagang makanan,
membuka taman bermain, ataupun
menyewakan mainan untuk anak-anak.
34
Kecamatan
Karangploso
Kabupaten
Malang)
Sedangkan partisipasi pasif masyarakat dapat
ditemukan di sebagian besar masyarakat
yang tidak memiliki stand ataupun berjualan
di sekitar fasilitas pariwisata kecamatan
karangploso. Masyarakat tersebut umumnya
merupakan masyarakat yang tinggal jauh dari
pusat kecamatan karangploso.
35
C. Kerangka Pemikiran
Menurut Toto Nasehuddien (2008) kerangka berpikir dalam sebuah
proposal atau karya tulis ilmiah merupakan gambaran pemikiran peneliti
atas masalah yang akan atau sudah ditelitinya.
Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi dalam peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar
Kecamatan Pasawahan adalah dengan adanya aktivitas industri pariwisata
yang terjadi di Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan. Walaupun
sebenarnya fungsi dari obyek wisata Kebun Raya Kuningan dan Curug
Cibuntu yang ada di Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan ini yaitu
untuk pelestarian, pendidikan, konservasi dan juga penelitian. Tetapi
berhubung Kecamatan Pasawahan ini memiliki potensi sumber daya alam
yang bagus seperti pemandangan gunung yang indah. Sehingga, banyak
para wisatawan yang mengiranya bahwa obyek wisata yang ada di
Kecamatan Pasawahan ini merupakan obyek pariwisata.
Maka dari itu, tetap saja semuanya akan berdampak kepada
perekonomian masyarakat disekita. Karena, dapat dilihat dari dampak-
dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya aktivitas industri
pariwisata terutama dalam bidang ekonomi, yaitu salah satunya dapat
membuka lapangan kerja bagi penduduk lokalnya dengan begitu akan
berpengaruh pada tingkat ketenagakerjaan yang naik sehingga akan
mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di suatu daerah tersebut.
Selain itu, dapat mendorong masyarakat lokal untuk melakukan kegiatan
berwirausaha seperti berdagang disekitar obyek wisata atau bisa saja
masyarakat sekitar yang memiliki keterampilan yang kreatif dan inovatif,
sehingga dapat membuat suatu kerajinan tangan maupun makanan yang
dapat dijadikan sebagai ciri khas dari tempat wisata tersebut. Maka, para
wisatawan yang hadir dapat menjadikan ciri khas dari tempat wisata itu
sebagai buah tangan yang bisa dibawa pulang. Dengan begitu dapat
membantu meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan juga
pemerintah. Maka dapat disimpulkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
36
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban
yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan
pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2017).
Jika dilihat dari rumusan masalah yang berbunyi “Bagaimana
peningkatan ekonomi masyarakat di Kecamatan Pasawahan Kabupaten
Kuningan dengan adanya aktivitas industri pariwisata?”. Selanjutnya
kerangka pemikiran berbunyi “Karena dengan adanya aktivitas industri
pariwisata akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di
Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan”. Maka hipotetsisnya
berbunyi “ Terdapat peningkatan ekonomi masyarakat di Kecamatan
Pasawahan Kabupaten Kuningan dengan adanya aktivitas industri
pariwisata tersebut”.
Ho : Tidak terdapat peningkatan ekonomi masyarakat di
Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan dengan
adanya aktivitas industri pariwisata.
Ha : Terdapat peningkatan ekonomi masyarakat di Kecamatan
Pasawahan Kabupaten Kuningan dengan adanya aktivitas
industri pariwisata.
Dampak Industri
Pariwisata
(X)
Peningkatan Ekonomi
Masyarakat
(Y)