Post on 14-Aug-2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Beberapa hal yang mendasar dalam proses belajar mengajar salah satunya
adalah sebuah metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang pendidik.
Dimana ketepatan dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan metode
pembelajaran yang benar akan mempermudah dan mempercepat proses
penyampaian ilmu kepada anak didik, maka sebagai pengajar perlunya kita
memeperhatikan metode belajar yang kita gunakan dalam pembelajaran apakah
sesuai dengan standar kompetensi saat ini.
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Atau pengertian lainnya
yaitu teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar dan menyajikn
bahan pelajaran pada siswa di dalam kelas, baik secara individual maupun secara
kelompok / klasikan, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan
oleh siswa dengan baik.
Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode
pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”.
Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode
pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh
pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk
mencapai tujuan”.
Berdasarkan definisi / pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu
cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar
pada diri siswa untuk mencapai tujuan.
1
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran adalah
metode tutorial / bimbingan. Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar
yang bersifat akademik oleh tutor kepada mahasiswa (tutee) untuk membantu kelancaran
proses belajar madiri mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan
materi ajar.
Program tutorial pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang
bertujuan memberikan bantuan kepada siswa atau peserta didik agar dapat
mencapai hasil belajar optimal.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 METODE PEMBELAJARAN
Menurut Nana Sudjana (2005:76) metode pembelajaran adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pelajaran.
Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan, metode pembelajaran
adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yangdilakukan oleh pendidik agar
terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Pada saat ini metode pembelajaran yang paling banyak digunakan oleh
para guru ada semacam ceramah atau menerangkan apa yang ada didalam buku
teks. Porsi ini bisa sekitar 80% , baru sisanya semacam praktek di laboratorium,
diskusi, dan demonstrasi. Memang untuk beberapa mata pelajaran porsi-porsi
metode pembelajaran berbeda-beda.
Metode pembelajaran yang baik adalah bagaimana siswa bisa mengerti,
untuk membuat siswa mengerti yang paling bagus adalah mengajak mereka
berpartisipasi dengan cara praktek dilaboratorium, diskusi atau debat. Mereka
dapat mengerti karena keterlibatan mereka, biasanya jika mereka paham melalui
proses ini mereka akan lebih mudah untuk mengingat.
II.1.1 MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN
a. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan
atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar.
Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat
dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat
mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
3
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah
cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu.
Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa
informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
b. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang
peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau
saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga
didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat
interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding
metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam
pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi
dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya
lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah
lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada
metode diskusi.
c. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode
pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara
mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses
mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah
bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang
sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh
kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis,
cara membuat kue, dan sebagainya.
4
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang
diperagakan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang
menguasai apa yang didemonstrasikan.
d. Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran
yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang
dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode
ceramah plus, diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
e. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran
dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri
akan dapat diingat lebih lama.
5
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian,
inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik
hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah
mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
f. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara
pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu
proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan
menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.
g. Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode
mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek
guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat
laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut
dengan didampingi oleh pendidik.
6
h. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode
mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang
kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan
keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan
manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan
keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang
otomatis pada peserta didik.
i. Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar
dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing
mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai
kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian
digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung
berhadapan dengan team pendidik tersebut.
j. Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama
teman, yaitu suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya
sendiri.
k. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan
hanyasekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode
berpikir, sebabdalam problem solving dapat menggunakan metode-
metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada menarik
7
kesimpulan. Metode problem solving merupakan metode yang
merangsang berfikir danmenggunakan wawasan tanpa melihat kualitas
pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus pandai-
pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan
pendapatnya.
l. Project Method
Project Method adalah metode perancangan adalah suatu
metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu
proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
m. Taileren Method
Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan
menggunakan sebagian-sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian
disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja berkaitan dengan
masalahnya
n. Metode Global (ganze method)
Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa
disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa
yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi tersebut.
o. Metode Tutorial
Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang
bersifat akademik oleh tutor kepada mahasiswa (tutee) untuk membantu
8
kelancaran proses belajar madiri mahasiswa secara perorangan atau
kelompok berkaitan dengan materi ajar.
II.2 METODE PEMBELAJARAN TUTORIAL
II.2.1 Pengertian Metode Tutorial
Program tutorial pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang
bertujuan memberikan bantuan kepada siswa atau peserta didik agar dapat
mencapai hasil belajar optimal. Hamalik (1990:73) menyatakan tutorial adalah
bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk,
arahan, dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif.
Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat
akademik oleh tutor kepada mahasiswa (tutee) untuk membantu kelancaran proses
belajar madiri mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan
materi ajar.
Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial
dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat
struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu
teman-temannya dalam belajar di kelas. Siswa yang dipilih guru adalah teman
sekelas dan memiliki kemampuan lebih cepat memahami materi yang diajarkan,
selain itu memiliki kemampuan menjelaskan ulang materi yang diajarkan pada
teman-temannya.
Tutorial dilaksanakan secara tatap muka atau jarak jauh berdasarkan
konsep belajar mandiri. Konsep belajar mandiri dalam tutorial mengandung
pengertian, bahwa tutorial merupakan bantuan belajar dalam upaya memicu dan
memacu kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri mahasiswa dalam belajar dengan
minimalisasi intervensi dari pihak pembelajar / tutor.
9
II.2.2 Prinsip Pokok Tutorial
Prinsip pokok tutorial adalah “kemandirian mahasiswa” (student’s
independency). Tutorial tidak ada, jika kemandirian tidak ada. Jika mahasiswa
tidak belajar di rumah, dan datang ke tutorial dengan ‘kepala kosong’, maka yang
terjadi adalah “perkuliahan” biasa, bukan tutorial. Dengan demikian, secara
konseptual tutorial perlu dibedakan secara tegas dengan “kuliah” (lecturing) yang
umum berlaku di perguruan tinggi tatap muka, di mana peran dosen sangat besar.
Peran utama tutor dalam tutorial adalah:
1. “Pemicu” dan “pemacu” kemandirian belajar mahasiswa, berpikir dan
berdiskusi.
2. “Pembimbing, fasilitator, dan mediator” mahasiswa dalam
membangun pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan akademik dan
profesional secara mandiri, atau dalam menghadapi atau memecahkan
masalah-masalah dalam belajar mandirinya, memberikan bimbingan
dan panduan agar mahasiswa secara mandiri memahami materi mata
kuliah memberikan umpan balik kepada mahasiswa secara tatap muka
atau melalui alat komunikasi, memberikan dukungan dan bimbingan,
termasuk memotivasi dan membantu mahasiswa mengembangkan
keterampilan belajarnya.
Agar tutorial tidak terjebak dalam situasi perkuliahan biasa, terbina
hubungan bersetara, mampu memainkan peran-peran di atas, dan tutorial berjalan
efektif, tutor perlu menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi untuk:
1. Membangkitkan minat mahasiswa terhadap materi yang sedang
dibahas,
2. Menguji pemahaman mahasiswa terhadap materi pelajaran,
3. Memancing mahasiswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan
tutorial,
4. Mendiagnosis kelemahan-kelemahan mahasiswa, dan
10
5. Menuntun mahasiswa untuk dapat menjawab masalah yang sedang
dihadapi (Hyman, dalam Suroso, 1992).
Tutor juga menstimulasi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam
pembahasan:
1. Masalah yang ditemukan mahasiswa dalam mempelajari modul;
2. Kompetensi atau konsep esensial matakuliah;
3. Persoalan yang terkait dengan unjuk kerja (praktik / praktikum)
mahasiswa di dalam / di luar kelas tutorial; dan
4. Masalah yang berkaitan dengan profesi keguruan yang ditemukan
ketika mahasiswa menjalankan tugas sehari-hari sebagai guru.
Untuk mendukung pelaksanaan peran dan fungsi-fungsi di atas, tutor perlu
menguasai secara trampil sejumlah keterampilan dasar tutorial, yakni:
1. Membuka dan menutup tutorial;
2. Bertanya lanjut;
3. Memberi penguatan;
4. Mengadakan variasi;
5. Menjelaskan;
6. Memimpin diskusi kelompok kecil;
7. Mengelola kelas; dan
8. Mengajar kelompok kecil dan perorangan.
11
Kedelapan jenis keterampilan dasar tutorial ini pada dasarnya sama dengan
keterampilan dasar mengajar, yang diadaptasi dari perangkat “Sydney Micro
Skills” yang dikembangkan oleh Sydney University tahun 1973.
II.2.3 Prinsip-Prinsip Tutorial
Beberapa prinsip dasar tutorial yang sebaiknya dipahami oleh tutor agar
penyelenggaraan tutorial yang efektif, dan tidak terjebak pada situasi perkuliahan
biasa, adalah:
1. Interaksi tutor-tutee sebaiknya berlangsung pada tingkat metakognitif,
yaitu tingkatan berpikir yang menekankan pada pembentukan
keterampilan “learning how to learn” atau “think how to think” (mengapa
demikian, bagaimana hal itu bisa terjadi, dsb).
2. Tutor harus membimbing tutee dengan teliti dalam keseluruhan langkah
proses belajar yang dijalani oleh tutee.
3. Tutor harus mampu mendorong tutee sampai pada taraf pengertian
(understanding = C2) yang mendalam sehingga mampu menghasilkan
pengetahuan (create = C6) yang tahan lama.
4. Tutor seyogianya menghindarkan diri dari pemberian informasi semata
(transfer of knowledge / information), dan menantang tutee untuk
menggali informasi/pengetahuan sendiri dari berbagai sumber belajar dan
pengalaman lapangan.
5. Tutor sebaiknya menghindarkan diri dari upaya memberikan pendapat
terhadap kebenaran dan kualitas komentar atau sumbang pikiran
(brainstroming) tutee.
6. Tutor harus mampu menumbuhkan diskusi, komentar dan kritik antartutee,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan intelektual, psikomotorik, sikap
demokrasi, kerjasama, dan interaksi antartutee.
12
7. Segala kuputusan dalam tutorial sebaiknya diambil melalui proses
dinamika kelompok di mana setiap tutee dalam kelompok memberikan
sumbang pikirannya.
8. Tutor sebaiknya menghindari pola interaksi tutor-tutee, dan
mengembangkan pola interaksi tutee-tutee.
9. Tutor perlu melakukan pelacakan lebih jauh (probing) terhadap setiap
kebenaran jawaban atau pendapat tutee, untuk lebih meyakinkan tutee atas
kebenaran jawaban atau pendapat yang dikemukakan tutee. (Anda yakin
demikian, mengapa, apa alasannya?).
10. Tutor seyogianya mampu membuat variasi stimulasi/rangsangan untuk
belajar, sehingga tutee tidak merasa bosan, jenuh, dan/atau putus asa.
11. Tutor selayaknya memantau kualitas kemajuan belajar tutee dengan
mengarahkan kajian sampai pada taraf pengertian yang mendalam (indepth
understanding).
12. Tutur perlu menyadari kemungkinan munculnya potensi masalah
interpersonal dalam kelompok, dengan segera melakukan intervensi skala
kecil untuk memelihara efektivitas proses kerja dan dinamika kelompok.
tutor perlu senantiasa bekerjasama (power with) dengan tutee, dan selalu
bertanggungjawab atas proses belajar dalam kelompok. Akan tetapi,
sewaktu-waktu tutor juga harus lepas tangan (power off) bila proses belajar
tutee telah berjalan dengan baik.
II.2.4 Model-Model Tutorial
Model tutorial adalah suatu analog konseptual tentang tutorial yang
digunakan untuk menyarankan bagaimana sebuah proses tutorial selayaknya
dilakukan. Model tutorial juga dapat diartikan sebagai sebuah struktur konseptual
tentang tutorial yang dapat membantu memberikan bimbingan atau arahan kepada
13
tutor di dalam mengelola dan mengembangkan aktivitas tutorial, agar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif. Sebuah model tutorial,
dikembangkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan filosofis, psikologis, sosial,
kultural tentang hakikat tutee, tutor, materi, dsb.
Pada dasarnya, terdapat ragam model tutorial yang dikenal dalam
kepustakaan tutorial. Beberapa model tutorial yang bisa digunakan oleh para tutor
secara terampil untuk keperluan tutorial di Universitas Terbuka di antaranya
model-model tutorial tersebut sengaja dikembangkan dalam rangka Program
Akreditasi Tutor UT (PAT-UT), yakni:
1. PAT-UT I,
2. PAT-UT II, dan
3. PAT-UT III.
Selain itu para tutor juga dapat menggunakan model-model tutorial yang
aktif-kreatif inovatif yang banyak berkembang dan digunakan dalam
pembelajaran di Indonesia seperti:
1. Cooperative Learning,
2. Jigsaw I dan II,
3. Konstruktivisme,
4. Pemecahan Masalah / Studi Kasus,
5. Model Kreatif & Produktif,
6. Latihan Keterampilan,
7. Simulasi & Bermain Peran, atau
8. Model Pembelajaran Orang Dewasa.
14
II.2.5 Modus Tutorial
Ada empat modus tutorial, yakni:
1. Tutorial tatap muka (TTM);
2. Tutorial tertulis (tutis) lewat surat-menyurat/krespondensi;
3. Tutorial elektorik (tutel) lewat televisi, radio, media massa, dan
internet; dan
4. Tutorial online (tuton) lewat internet.
Bagi mahasiswa PENDAS ada dua modus tutorial yang disediakan, yaitu
1. Tutorial Tatap muka (TTM), meliputi Tutorial Tatap Muka Wajib
(TTM) dan Tutorial Tatap Muka Atas Dasar Permintaan Mahasiswa
(TTM-ATPEM). Melalui tutorial tatap muka mahasiswa dapat bertukar
pikiran dengan mahasiswa lainnya dan dapat mengurangi rasa
keterasingan. Murlita juga menjelaskan bahwa alasan utama
mahasiswa untuk tidak mengikuti tutorial tatap muka adalah adanya
hambatan jarak tempat tinggal mahasiswa yang berjauhan dengan
lokasi tutorial.
2. Tutorial online (tuton) lewat internet. Pemanfaatan internet dalam
pendidikan jarak jauh akan dapat mengatasi masalah keterasingan
mahasiswa. Interaksi antara penyelenggara pendidikan dan mahasiswa,
dan antara sesama mahasiswa, dapat dilakukan kapan saja, tanpa
mengenal batas ruang dan waktu. Internet tampaknya semakin
potensial untuk dimanfaatkan sebagai sarana yang dapat menciptakan
interaksi antara sesama mahasiswa dan antara tutor dengan mahasiswa.
3. Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutor merupakan
kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di
bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor
sebaya. Tutor sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk
15
membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan
menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih
mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi
sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk
mempelajari materi ajar dengan baik.
II.2.6 Langkah-Langkah Tutorial
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus
dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas
anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan.
Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di
suatu kelas terdapat 46 siswa, berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada satu
kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, siswa
perlu mengajukan calon tutor. Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria:
1. Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas;
2. Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa;
3. Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik;
4. Memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama;
5. Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya
sebagai yang terbaik;
6. Bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab; dan
7. Suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
16
1. Memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang
dipelajari;
2. Mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis;
3. Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada
materi ajar yang belum dikuasai;
4. Menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat
tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental
untuk memecahkan masalah yang dihadapi;
5. Melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru
pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor
sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya
melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat
akademik oleh tutor kepada mahasiswa (tutee) untuk membantu kelancaran proses
belajar madiri mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan
materi ajar.
17
Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial
dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat
struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu
teman-temannya dalam belajar di kelas.
Tutorial dilaksanakan secara tatap muka atau jarak jauh berdasarkan
konsep belajar mandiri. Konsep belajar mandiri dalam tutorial mengandung
pengertian, bahwa tutorial merupakan bantuan belajar dalam upaya memicu dan
memacu kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri mahasiswa dalam belajar dengan
minimalisasi intervensi dari pihak pembelajar / tutor.
Prinsip pokok tutorial adalah “kemandirian mahasiswa” (student’s
independency). Tutorial tidak ada, jika kemandirian tidak ada.
18