Post on 06-Mar-2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional memiliki hakekat mewujudkan masyarakat aman,
damai dan sejahtera. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
terus berupaya melakukan pembangunan untuk mencapai tujuan nasional. Salah
satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya yaitu dengan meningkatkan stabilitas nasional. Salah satu cara menjaga
stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses pengelolaan sumber
daya yang tersedia oleh pemerintah daerah dan masyarakat, serta kemitraan antara
sektor swasta dan pemerintah daerah dalam penciptaan lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan ekonomi suatu wilayah. Peningkatan jumlah lapangan
kerja dan jenis peluang kerja bagi masyarakat daerah merupakan tujuan utama
dalam setiap pembangunan ekonomi. Sedangkan lapangan pekerjaan yang lebih
kecil dibanding angkatan kerja akan menyebabkan pengangguran. Pengangguran
yang tinggi termasuk dalam masalah ekonomi dan sosial. Pengangguran akan
menjadi persoalan ekonomi karena menyianyiakan sumberdaya yang berharga dan
angka pengangguran yang tinggi berarti menyianyiakan produksi barang dan jasa
yang sebenarnya mampu diproduksi oleh pengangguran (Samuelson dan
Nordhaus, 2004).
2
Pengangguran merupakan salah satu sumber daya yang terbuang dengan
percuma. Pengangguran mempunyai potensi untuk memberikan kontribusi pada
pendapatan nasional dan daerah, tetapi mereka tidak melakukannya. Kehilangan
pekerjaan membuat seseorang menjadi pengangguran. Seseorang yang kehilangan
pekerjaan berarti mengalami penurunan standar kehidupan dan tekanan
psikologis. Semakin banyak seseorang yang kehilangan pekerjaan, maka
pengangguran menjadi tinggi. Akibat pengangguran tinggi, beban hidup menjadi
kompleks (Mankiw, 2012).
Sebagai negara berkembang, Negara Indonesia tak lepas dari masalah
pengangguran. Kompleknya masalah pengangguran di Indonesia tak lepas dari
banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan penduduk
Indonesia yang tinggi dan tidak diiringi dengan peningkatan kesempatan kerja
adalah salah satu faktor penyebab masih tingginya tingkat pengangguran di
Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan membuat peningkatan
angkatan kerja. Apabila jumlah kesempatan kerja lebih kecil daripada peningkatan
angkatan kerja maka jumlah pengangguran akan meningkat. Apabila masalah
pengangguran tidak segera diatasi maka akan menimbulkan dampak yang serius
seperti kemiskinan. Salah satu faktor yang menentukan kemakmuran seseorang
adalah tingkat pendapatannya. Dengan seseorang menganggur maka akan
mengurangi tingkat pendapatan yang akhirnya akan mengurangi tingkat
kemakmuran yang mereka capai (Sukirno, 2006).
Tingkat pengangguran di Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2010
terus mengalami penurunan. Namun tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar
3
0,34% dari tahun 2010 menjadi 7,48%. Dan pada tahun 2012 mengalami
penurunan sebesar 1,35% dari tahun 2011 menjadi 6,13%. Namun meningkat lagi
sebesar 0,4% di tahun 2013 menjadi 6,17%. Setelah itu terjadi penurunan di tahun
2014 sebesar 0,23% dari tahun 2013 menjadi 5,94%. Namun pada tahun 2015
terjadi peningkatan sebesar 0,24% menjadi 6,18% Seperti yang terlihat pada
Gambar I-1 yang menunjukkan bahwa tingkat pengangguran tertinggi terjadi pada
tahun 2005 yaitu 11,24% dan terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu 5,94%.
Tingkat pengangguran di Indonesia telah menunjukkan hal yang positif dimana
setiap tahun terus mengalami penurunan. Penurunan ini menunjukkan keseriusan
dan keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam mengatasi pengangguran di
Indonesia.
Gambar I-1 Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia
Tahun 2005-2015 (dalam %)
Sumber : BPS (diolah).
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
12,00%
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
11,24%
10,28%
9,11% 8,39%
7,87% 7,14%
7,48%
6,13% 6,17% 5,94% 6,18%
TPT (%)
4
Jika dilihat dari sisi ekonomi, pengangguran merupakan produk dari
situasi yang didalamnya telah terjadi ketidakmampuan pasar kerja dalam
menyerap angkatan kerja yang tersedia, bahkan terus bertambah, antara lain
karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah mencari kerja,
kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar tenaga kerja dan kurang
efektifnya informasi pasar tenaga kerja bagi pencari kerja. Selain itu,
pengangguran juga dapat disebabkan oleh Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
yang terjadi karena perusahaan menutup atau mengurangi bidang usahanya
sebagai akibat dari krisis ekonomi, keamanan yang kurang kondusif, peraturan
yang menghambat investasi, dan lain-lain. Jumlah pengangguran yang tinggi akan
saling berkaitan dengan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat
(Jamaludin, 2015).
Masalah pengangguran masih menjadi salah satu titik berat dalam
pembangunan di Jawa Timur. Untuk mendukung upaya pemerintah dalam
mengendalikan laju pengangguran, diperlukan indikator-indikator sebagai dasar
perencanaan, monitoring, maupun evaluasi program. Informasi tersebut akan
banyak memberikan manfaat bagi pemerintah daerah dalam membuat
perencanaan atau kebijakan strategis dalam rangka perluasan kesempatan kerja
yang pada akhirnya dapat mengurangi pengangguran serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (Badan Pusat Statistik, 2015).
Pada Gambar I-2 menunjukkan tingkat pengangguran terbuka di Provinsi
Jawa Timur dan Kota-kota di Provinsi Jawa Timur. Penurunan tingkat
5
pengangguran di Provinsi Jawa Timur tahun 2010-2015 tidak diikuti oleh
beberapa Kota di Provinsi Jawa Timur. Tingkat Pengangguran yang cukup tinggi
dibandingkan dengan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010, terjadi di Kota
Malang dan Kota Madiun, namun pada tahun 2015 tingkat pengangguran tinggi
terjadi hanya di Kota Kediri dan Kota Malang. Dibandingkan dengan tingkat
pengangguran di Indonesia Provinsi Jawa Timur lebih rendah, namun jika
dibandingkan dengan Provinsi Jawa Timur, Kota-kotanya termasuk yang tertinggi
diantaranya Kota Malang, Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Mojokerto, dan Kota
Surabaya.
Gambar I-2 Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Jawa Timur dan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2015 (dalam %)
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Sakernas 2010-2015 (data diolah)
Tingkat pengangguran terbuka di objek penelitian mengalami fluktuatif
dari tahun 2010-2015. Tiga Kota (Kediri, Malang, dan Surabaya) dari sembilan
Kota di Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan pada tahun 2015.
4,2
5
4,1
6
4,1
2
4,3
0
4,1
9
4,4
7
7,3
9
4,9
3
7,8
5
7,2
9
7,6
6 8
,46
6,6
6
4,2
0
3,5
5
6,1
7
5,7
1
3,8
0
8,6
8
5,1
9
7,6
8
7,7
3
7,2
2
7,2
8
6,8
5
4,6
6
5,1
2
4,4
8 5,1
6
4,0
1
7,2
3
4,9
2
4,3
4
5,4
1 6,0
9
5,5
7
7,5
2
5,8
6
7,3
2
5,7
3
4,4
2
4,8
8
9,5
2
5,1
5
6,7
1
6,5
7
6,9
3
5,1
0
6,8
4
5,1
5
5,0
7
5,3
2
5,8
2
7,0
1
5,5
5
4,5
7
3,4
1
2,3
0
2,4
3
4,2
9
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015
TIN
GK
AT
PEN
GA
NG
GU
RA
N T
ERB
UK
A
Jawa Timur
Kota Kediri
Kota Blitar
KotaMalangKotaProbolinggoKotaPasuruanKotaMojokertoKotaMadiunKotaSurabayaKota Batu
6
Sedangkan Kota Blitar, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota
Madiun dan Kota Batu cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan Gambar I-
2 diatas, tingkat pengangguran Kota Kediri pada tahun 2015 sebesar 8,46%,
meningkat dari tahun 2013 dengan nilai 7,66%. Pada tahun 2015 tingkat
pengangguran di Kota Malang sebesar 7,28%, padahal tahun 2014 hanya sebesar
7,22%. Peningkatan pengangguran juga terjadi di Kota Surabaya, pada tahun 2014
sebesar 5,82% dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 7,01%. Pengangguran
tertinggi pada tahun 2015 di Kota-Kota Provinsi Jawa Timur adalah di Kota
Kediri. Tentu pola ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
pengangguran tersebut.
Keadaan ketenagakerjaan di Jawa Timur dapat diamati dari dua aspek,
yaitu aspek ketersediaan (supply) dan aspek kebutuhan (demand). Idealnya kedua
aspek tersebut berada pada posisi yang seimbang, yang berarti bahwa jumlah
kebutuhan tenaga kerja dapat terpenuhi dari jumlah tenaga kerja yang tersedia,
sehingga tidak ada pengangguran. Namun hingga tahun 2015, kondisi normal
yang diharapkan tersebut belum dapat tercapai. Jumlah pengangguran tiap
tahunnya bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk. Persoalan menjadi
lebih kompleks karena bukan hanya terjadinya ketidakseimbangan dari sisi
jumlah, namun mencakup karakteristik ketenagakerjaan lainnya. Antara lain
perubahan struktur umur penduduk usia kerja yang ditunjukkan dari angka beban
ketergantungan, distribusi tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan yang dominan
pada kegiatan informal, besarnya rata-rata upah yang diterima buruh belum
7
mencapai standar upah minimum yang ditetapkan dan sebagainya (Badan Pusat
Statistik, 2015).
Menurut Badan Pusat Statistik (2015), Salah satu faktor penyebab
ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan tenaga kerja adalah faktor
pertumbuhan ekonomi yang belum sejalan dengan kemampuan menyerap tenaga
kerja yang memadai. Sementara dari sisi persediaan juga memperlihatkan masih
rendahnya kualitas pendidikan penduduk usia kerja sehingga sulit untuk
mendapatkan pekerjaan yang memadai, serta adanya penduduk usia sekolah yang
masuk kategori angkatan kerja.
Pertumbuhan ekonomi daerah diartikan sebagai kenaikan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih
besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan
struktur ekonomi terjadi atau tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi
daerah secara langsung maupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja
(Arsyad, 2000). PDRB memiliki pengaruh terhadap jumlah angkatan kerja yang
bekerja dengan asumsi apabila nilai PDRB meningkat, maka jumlah nilai tambah
barang dan jasa akhir dalam seluruh unit ekonomi di suatu wilayah akan
meningkat. Fenomena tersebut akan menyebabkan terjadinya peningkatan
terhadap jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Selain nilai PDRB suatu wilayah, tingkat Upah Minimum Kota (UMK)
juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran.
Upah merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit kerja yang berupa
jumlah yang yang dibayarkan kepada pekerja. Jika dilihat dari pihak pemberi
8
pekerjaan upah adalah beban perusahaan dimana penambahan upah minimum
dapat menyebabkan pengurangan dalam permintaan tenaga kerja. Menurut
Mankiw (2000) upah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
permintaan tenaga kerja yang akan menimbulkan pengangguran. Sedangkan dari
pihak tenaga kerja upah adalah imbalan yang seharusnya diterima akibat balas
jasa dari waktu dan tenaga kerja yang digunakan, akibat penambahan upah
minimum dapat ditarik angkatan kerja untuk mau bekerja dan mencari pekerjaan.
Sementara itu pembangunan suatu daerah juga dapat dilihat melalui
besaran nilai indeks pembangunan manusia (IPM). Tinggi rendahnya nilai IPM
juga menentukan kualitas dari sumber daya manusia di suatu wilayah. Menurut
Todaro (2000) mengatakan bahwa pembangunan manusia merupakan tujuan
pembangunan itu sendiri. Yang mana pembangunan manusia memainkan peranan
kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi
modern untuk mengembangkan kapasitasnya agar tercipta kesempatan kerja untuk
mengurangi jumlah pengangguran untuk melakukan pembangunan manusia yang
berkelanjutan. Dengan teratasinya jumlah pengangguran dan mendapatkan
pendapatan yang tinggi maka akan berpengaruh terhadap peningkatan
pambangunan manusia melalui peningkatan bagian pengeluaran rumah tangga
yang dibelanjakan untuk makanan yang lebih bergizi dan pendidikannya yang
lebih tinggi. Sehingga pengurangan pengangguran dapat kita lihat dari jumlah
indeks pembangunan manusia yang mengalami peningkatan.
Bertambahnya jumlah penduduk akan selalu diwarnai dengan munculnya
masalah-masalah akibat kehidupan penduduk yang dinamis. Pertumbuhan
9
penduduk yang tinggi serta meningkatnya kegiatan di beberapa sektor
menimbulkan berbagai masalah di wilayah-wilayah perkotaan misalnya
permasalahan yang umum terjadi di Indonesia. Seperti yang telah dikemukakan
oleh banyak pakar mengenai studi kota, bahwa penduduk akan bertempat tinggal
di kota dan kawasan sekitar kota. Menurut Mulyadi (2003), jumlah penduduk
yang makin besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang makin besar
pula. Ini berarti makin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau
menganggur. Agar dapat dicapai keadaan yang seimbang maka seyogyanya
mereka semua dapat tertampung dalam suatu pekerjaan yang cocok dan sesuai
dengan keingingan serta keterampilan mereka. Ini akan membawa konsekuensi
bahwa perekonomian harus selalu menyediakan lapanga-lapangan pekerjaan bagi
angkatan kerja baru.
Menurut Todaro (2006) salah satu implikasi yang menonjol atas tingginya
angka kelahiran di negara berkembang adalah hampir 40 persen penduduknya
terdiri dari anak-anak yang berumur kurang dari 15 tahun. Jadi angkatan kerja
produktif di negara-negara berkembang harus menanggung beban yang lebih
banyak untuk menghidupi anak-anak yang proposional jumlahnya hampir dua kali
lipat dibandingkan dengan yang ada di negara-negara maju. Penduduk yang
berusia lanjut maupun yang masih anak-anak secara ekonomis disebut beban
ketergantungan (dependency burden). Artinya, mereka merupakan anggota
masyarakat yang tidak produktf sehingga menjadi beban angkatan kerja yang
produktif (berumur 15-64 tahun). Menurut Arsyad (2010), Semakin tinggi
persentase rasio beban tanggungan, semakin tinggi beban yang harus ditanggung
10
penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif
dan tidak produktif lagi. Sedangkan rasio beban tanggungan yang semakin rendah
menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif
lagi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengangkat judul “Analisis Pengaruh Produk Domestik
Regional Bruto, Upah Minimum Kota, Indeks Pembangunan Manusia, Jumlah
Penduduk dan Beban/Tanggungan Penduduk Terhadao Tingkat Pengangguran
Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas
Dasar Harga Konstan 2010 terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di
Kota-Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2015 ?
2. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Kota (UMK) terhadap Tingkat
Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-
2015 ?
3. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap
Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Timur Tahun
2010-2015 ?
11
4. Bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Pengangguran
Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2015 ?
5. Bagaimana pengaruh Beban/Tanggungan Penduduk terhadap Tingkat
Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-
2015 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas. Tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Atas Dasar Harga Konstan 2010 terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka
di Kota-Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2015.
2. Untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Kota (UMK) terhadap
Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Timur Tahun
2010-2015.
3. Untuk menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2015.
4. Untuk menganalisis pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Tingkat
Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-
2015.
5. Untuk menganalisis pengaruh Beban/Tanggungan Penduduk terhadap
Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Timur Tahun
2010-2015.
12
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
wawasan kepada :
1. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi akademisi, penelitian ini
akan menambah keragaman penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pengangguran.
2. Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Dapat memberikan gambaran dan Informasi bagi Pemerintah dalam
mengambil kebijakan dalam penanggulangan pengangguran dan sebagai
evaluator pemerintah sejauh mana Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah
berhasil mengurangi pengangguran dengan program-program yang telah
dilakukan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penelitian mengenai
pengangguran berikutnya. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan faktor-
faktor yang mempengaruhi pengangguran di luar dari faktor yang
tercantum di dalam penelitian ini.
E. Metode Penelitian
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari perpustakaan, jurnal atau penelitian
sebelumnya dan dari instansi yang terkait dalam penelitian ini seperti Badan Pusat
Statistik (BPS). Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah regresi
13
data panel. Data yang digunakan merupakan penggabungan dari data deret waktu
(time series) selama 6 tahun yaitu dari tahun 2010 – 2015 dan silang tempat (cross
section) sejumlah 9 Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur yaitu Kota Kediri,
Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto,
Kota Madiun, Kota Surabaya, dan Kota Batu sehingga menghasilkan 54
observasi.
Model regresi data panel yang digunakan adalah sebagai berikut1 :
TPTit = α + β
1 LOG(PDRB)it
+ β2 LOG(UMK)
it + β
3 IPM
it + β
4 LOG(POP)it
+ β5
BTPit
+ uit
Dimana :
TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka (Persen)
LOG(PDRB) : Produk Domestik Regional Bruto (Miliar Rupiah)
LOG(UMK) : Upah Minimum Kota (Rupiah)
IPM : Indeks Pembangunan Manusia (Skala Indeks)
LOG(POP) : Jumlah Penduduk (Jiwa)
BTP : Beban/Tanggungan Penduduk (Persen)
i : Menunjukkan data cross-section Kota-Kota di Jawa Timur
t : Menunjukkan data time series tahun 2010-2015
1 Replikasi dari Jurnal Tyas Ayu Prasanti, Triastuti Wuryandari dan Agus Rusgiyono. “Aplikasi
Regresi Data Panel Untuk Permodelan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah”. Jurnal Gaussian Universitas Diponegoro Semarang, Vol.4, No.3, Tahun
2015, Hlm: 687-696. ISSN: 2339-2541 dan Jurnal Tengkoe Sarimuda RB dan Soekarnoto.
“Pengaruh PDRB, UMK, Inflasi, dan Investasi Terhadap Pengangguran Terbuka di Kab/Kota
Provinsi Jawa Timur Tahun 2007-2011”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Surabaya, Tahun XXIV, No.2, Agustus 2014. Hlm: 106-119. Model Data Panel lihat Gujarati,
Damodar N dan Dawn C. Porter. “Dasar-Dasar Ekonometrika”. Edisi 2 Buku 2 (Jakarta: Salemba
Empat. 2015). Hlm: 235-267 dan Model Data Panel dari Juanda, Bambang dan Junaidi.
“Ekonometrika Deret Waktu Teori dan Aplikasi”. Cetakan pertama Juni 2012. (Bogor: IPB Press.
2012). Hlm: 175-195.
14
α : Koefisien konstanta
β : Koefisien slope dan intersep
u : Faktor gangguan atau tidak dapat diamati
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Kota-Kota Provinsi Jawa Timur 2010-2015, sedangkan variabel
independen adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum
Kota (UMK), Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Jumlah Penduduk (POP), dan
Beban/Tanggungan Penduduk (BTP).
F. Sistematika Penulisan
Penyusunan penelitian ini menggunakan sistematika sederhana dengan
maksud agar lebih mudah dalam menerangkan segala permasalahan yang menjadi
pokok pembahasan sehingga lebih terarah pada sasaran. Kerangka sistematika
penulisan ini terdiri dari lima bab di mana setiap bab terdiri dari sub-sub bab,
yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini menguraikan tentang teori-teori yang relevan yang
berhubungan dengan pengangguran dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengangguran, penelitian terdahulu, dan hipotesis.
15
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan mengenai objek penelitian, jenis dan
sumber data, definisi operasional variabel, metode pengumpulan data
dan metode analisis data panel.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang perkembangan variabel independen,
pembahasan dari pengolahan data panel dan hasil analisis ekonomi.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang
dilakukan.