Post on 05-Aug-2015
description
BAB I
LANDASAN TEORI
1.1. Prosedur Merancang Produksi1
Pada kenyataannya, proses merancang produksi mencakup sejumlah
kegiatan dan dalam perusahaan besar, melibatkan sejumlah orang atau
departemen. Beberapa gagasan tentang ruang lingkup seluruh prosedur, dari awal
sampai akhir. Proses perancangan produksi menyeluruh merupakan tanggung
jawab bersama dari beberapa fungsi organisasi, dan usaha usaha sungguh-sungguh
harus dilakukan untuk menjamin suatu program kerjasama yang lancar antara
beberapa fungsi lewat hubungan organisasional dan prosedur operasi. Bagian
perancangan proses didalam prosedur perancangan produksi dapat dinyatakan
sebagai berikut:
1. Analisa produk atau jasa
2. Penentuan operasi (produksi) apa yang diperlukan untuk memproduksi
ataupun untuk melaksanakannya.
3. Bagaimana semua itu akan dilaksanakan
4. Mesin, peralatan, perkakas dan fasilitas apa yang diperlukan
5. Patokan baku apa yang akan mengatur kelaksanaan hasilan
Fungsi perancanaan proses biasanya menghasilkan:
1. Sketsa operasional
2. Pengurutan atau spesifikasi
3. Gambar tata letak perkakas
4. Lembaran operasi
5. Lembaran instruksi rincian operasi
6. Gambar awal tataletak tempat-kerja
7. Sketsa awal tataletak
1 Apple, James.1999. Tata Letak Fasilitas dan Pemindahan Bahan. Bandung: Penrerbit ITB. Hal 52-53
Fungsi perancangan proses mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Perencanaan pra-produksi
2. Pengkajian kelayakan proses
3. Pengkajian kemampuan proses
4. Pengkajian kapasitas proses
5. Pengembangan peralatan dan proses
6. Rancangan proses
7. Pengembangan dan rancangan peralatan dan perkakas
8. Evaluasi operasi produksi
9. Perancangan operasi pengerjaan ulang atau operasi tambahan
10. Perkakas ongkos produksi
11. Analisa kapasitas pengilangan
12. Persiapan bagi perubahan produk, model, dan rancangan
13. Kemasan serta metode dan proses pengepakan
14. Perencanaan jangka panjang sehubungan dengan peralatan
15. Prosedur perencanaan
1.2. Jenis-jenis Sistem Produksi
1.2.1. Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output2
Proses produksi merupakan cara, metode dan teknik untuk menciptakan
atau menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumber daya
produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku, dana) yang ada. Sistem produksi
menurut proses menghasilkan output secara ekstrim dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
a. Proses produksi kontinu (Continious Process).
b. Proses produksi terputus (Intermitten Process/Discrete System).
Perbedaan pokok antara kedua proses ini adalah pada lamanya waktu set-
up peralatan produksi. Proses kontinu tidak memerlukan waktu set-up yang lama
karena proses ini memproduksi secara terus-menerus untuk jenis produksi yang
sama, misalnya pabrik susu instant Dancow. Sedangkan proses terputus
2 Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Medan : Graha Ilmu. Hal 10-20
memerlukan total waktu set-up yanng lebih lama karena proses ini memproduksi
berbagai jenis spesifikasi baranng sesuai pesanan, sehingga adanya barang
pergantian jenis barang yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan set-up yang
berbeda. Contoh dari proses terputus antara lain adalah usaha perbengkelan.
Jenis perbengkelan ini akan mempengaruhi tata letak fasilitas dari
peralatan produksi. Ada dua macam tata letak dasar yang dapat kita
identifikasikan, yaitu tata letak berdasarkan produk (product layout). Tata letak
berdasarkan produk digunakan bila kita memproduksi satu jenis produk yang
standar yang dibuat secara massal. Masing-masing unit output membutuhkan
urutan operasi yang sama dari awal hingga akhir pengerjaan sehingga pusat-pusat
kerja (kumpulan mesin) dan fasilitas produksi lainnya akan diatur menurut urutan
operasi yang dibutuhkan dalam satu lintasan produksi . Pada tata letak model ini,
proses operasi pembuatan produk (urutan dan waktu yang dibutuhkan ) ditetapkan
terlebih dahulu. Setelah itu, kita baru menyusun urutan mesin-mesinnya.
Contoh lain dari tata letak berdasarkan produk adalah perakitan mobil.
Tata letak berdasarkan proses sangat tetap digunakan untuk proses produksi
terputus dimana aliran kerjanya tidak bersifat standar untuk semua output yang
dihasilkan. Ketikdakstandaran aliran kerja ini terjadi dikarenakan variasi produk
yang dihasilkan ataupun variasi produk dari satu tipe dasar yang digunakan.
Dalam tata letak berdasarkan proses ini, pusat-pusat pemrosesan (kumpulan
mesin) atau departemen-departemen dikelompokkan sesuai dengan fungsinya.
Tata letak berdasarkan proses biasanya terdapat pada pabrik yang bekerja dengan
sistem operasi berdasarkan pesanan (Make to Order/MTO) dan sistem aliran
operasi batch.
Dalam konteks manufaktur , proses produksi terputus disebut juga sistem
job shop. Selain dua jenis ekstrim tersebut, beberapa ahli sistem produksi
mengidentifiakasikan adanya proses produksi menurut cara menghasilkan output
yang cukup penting, yaitu proses produksi repetitif. Heizer (1988) mendefenisikan
proses produksi repetitif sebagai kombinasi antara proses kontinu dan proses
terputus. Proses repetitif menggunakan tahap-tahap yang telah ditetapkan. Tahap-
tahap ini merupakan bagian atau komponen yang telah dipersiapkan sebelumnya,
biasanya terjadi pada proses kontinu. Lintasan proses kontinu merupakan lintasan
perakitan yang klasik. Proses repetitif digunakan secara meluas, termasuk pada
perakitan untuk pembuatan mobil dan alat-alat rumah tangga, baik yang
menggunakan sistem MRP (Material Requirement Planning) maupun sistem
Kanban. Kantin makanan yang menjual burger cepat saji merupakan salah satu
contoh proses repetitif. Mereka biasa menawarkan kepada konsumen “Kami akan
buat sesuai selera Anda”.
Hal ini berarti bahwa mereka akan mempersiapkan apa yang konsumen
inginkan, dalam batas-batas yang bisa dilakukan. Cara ini merupakan proses
repetitif dengan menggunakan modul-modul, dimana karakteristik produk yang
dihasilkan adalah lebih khusus dibandingkan proses kontinu. Sebagai
gambaran:takaran keju,saos cabe, dan bawang pada kantin tersebut dibuat sesuai
permintaan konsumen. Dengan cara ini, maka proses repetitif memperoleh
keunggulan ekonomis dari model kontinu (banyaknya modul-modul yang
dipersiapkan) dan keunggulan umum dari model terputus (volume rendah, variasi
model tinggi).
Karakteristik dari proses produksi yang terus-menerus (continuous
process) adalah sebagai berikut :
1. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produksi
massal) dengan variasi yang sangat sedikit dan sudah distandarisasi.
2. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan
peralatan berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan
(product layout) atau departementalisasi berdasarkan produk.
3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah
mesin-mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang
dikenal dengan nama Special Purpose Machine.
4. Oleh karena mesin-mesin bersifat khusus dan biasanya semi otomatis,
maka pengaruh individual operatornya terhadap produk yang dihasilkan kecil
sekali, sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau
keterampilan yang lebih tinggi untuk pengerjaan produk tersebut.
5. Apabila terjadi salah satu mesin/peralatan terhenti atau rusak, maka
seluruh proses produksi akan berhenti.
6. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari
produknya kecil maka job structure-nya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya
tidak perlu banyak.
7. Persediaan bahan baku dan bahan dalam proses adalah lebih rendah
dibandingkan dengan proses produksi terputus (Intermitten Process).
8. Oleh karena mesin-mesin yang dipakai bersifat khusus, maka proses
seperti ini membutuhkan ahli pemeliharaan yang mempunyai pengetahuan
dan pengalaman yang banyak.
9. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan yang tetap (Fixed
Path Equipment) yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan
(conveyor).
Karakteristik dari proses produksi yang terputus (Intermitten Process)
adalah :
1. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil
dengan variasi yang sangat besar dan didasarkan atas pesanan (Make to
Order/MTO).
2. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem, atau cara
penyusunan peralatan yang berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi,
dimana peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama, yang
disebut dengan proses layout atau departementalisasi berdasarkan peralatan.
3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah
mesen-mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan kuntuk
menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama,
mesin mana dikenal dengan nama General Purpose Machine.
4. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan biasanya semi
otomatis, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan
sangat besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau
keterampilan yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut.
5. Proses produksi tidak akan mudah terhenti walaupun terjadi
kerusakan atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan.
6. Oleh karena mesin-mesinnya bersufat umum dan variasi dari
produknya besar, maka terdapat pekerjaan yang bermacam-macam, sehingga
pengawasannya lebih sulit.
7. Persediaan bahan baku biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan
pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan
dalam proses akan lebih tinggi dibandingkan proses kontinu, karena
prosesnya terputus-putus/terhenti-henti.
8. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang
bersifat fleksibel (Varied Path Equipment ) dengan menggunakan tenaga
manusia seperti kereta sorong atau forklift.
9. Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang
bolak balik sehingga perlu ruangan gerak (aisle) yang besar dan ruang tempat
bahan-bahan dalam proses (work in process) yang besar.
Karakteristik dari proses produksi repetitif (Repetitive Process) adalah :
1. Biasanya produk yang dihasilkan modul-modul, dimana modul-modul
tersebut akan menjadi modul bagi produk lainnya.
2. Memerlukan sedikit tempat penyimpanan dengan ukuran medium atau
lebar untuk lintasan perpindahan materialnya dibandingkan dengan proses
terputus, tetapi masih lebih banyak bila dibandingkan dengan proses kontinu.
3. Mesin dan peralatan yang dipakai dalam proses produksi seperti ini
adalah mesin dan peralatan tetap yang bersifat khusus untuk masing-masing
lintasan perakitan yang tertentu.
4. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat tetap dan khusus, maka pengaruh
individual operator terhadap produk yang dihasilkan cukup besar, sehingga
operatornya perlu memiliki keahlian atau keterampilan yang menengah
dalam pengerjaan produk tersebut.
5. Proses produksi akan sedikit terganggu (terhenti) bila terjadi kerusakan
atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan.
6. Operasi-operasi yang berulang akan mengurangi kebutuhan pelatihan
dan perubahan instruksi-instruksi kerja.
7. Sistem persediaan ataupun pembeliaannya bersifat tepat waktu (Just In
ime).
8. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang
bersifat tetap dan otomatis, seperti konveyor, mesin-mesin transfer,dan lain-
lain.
Masing-masing jenis produksi yang telah disebutkan memiliki beberapa
kekurangan dan kelebihan. Untuk bagian berikut ini, kita akan membahas
kekurangan dan kelebihan dari dua jenis produksi yang ekstrim saja, yaitu proses
kontinu dan proses terputus. Karena proses repetitif merupakan bentuk
pertengahan dari kedua bentuk ekstrim tersebut, maka kekurangan dan
kelebihannya bisa kita simpulkan sendiri dari kedua bentuk ekstrim tersebut.
Adapun kekurangan dari proses produksi yang terus menerus adalah :
1. Adanya kesulitan dalam menghadapi perubahan produk yang diminta oleh
konsumen dan langganan. Jadi proses produksi seperti ini adalah khusus
untuk menghasilkan produk-produk yang bersifat sebagai berikut:
a. Permintaan tinggi dan stabil.
b. Disain produksi tidak mudah berubah.
2. Proses produksi mudah terhenti, karena apabila terjadi kemacetan pada
suatu tingkatan proses (di awal, di tengah atau di belakang), maka
kemungkinan proses produksi akan terhenti. Hal ini disebabkan adanya saling
hubungan dan urut-urutan antara masing-masing tingkatan proses.
3. Adanya kesulitan dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan,
karena biasanya tingkat produksinya ( production rate ) telah terhenti,
sehingga sangat sulit untuk merubah kapasitas.
Sedangkan kelebihan dari proses produksi yang terus menerus adalah :
1. Dapat dicapainya biaya produksi per unit (unit production cost) yang
rendah apabila:
a. Dapat dihasilkan produk dalam volume yang cukup besar.
b. Produk yang dihasilkan terstandarisasi.
2. Dapat dikuranginya pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga
manusia terutama karena sistem pemindahan bahan yang menggunakan
tenaga mesin atau listrik.
3. Biaya tenaga kerja (labour cost) rendah karena jumlah tenaga kerja yang
digunakan sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli (cukup yang
setengah ahli) dalam mengerjakan produk yang dihasilkan.
4. Biaya pemindahan bahan didalam pabrik juga lebih rendah, karena jarak
antara mesin yang satu dengan mesin yang lain lebih pendek dan pemindahan
tersebut digerakkan dengan mesin (mekanisasi).
Adapun kekurangan dari proses produksi yang terputus adalah:
1. Penjadwalan dan routing untuk pengerjaan produk yang dihasilkan sangat
sukar dilakukan karena adanya kombinasi urutan pengerjaan yang banyak
sekali didalam memproduksi satu macam produk. Disamping itu, dibutuhkan
penjadwalan dan routing yang banyak sekali karena produk yang dihasilkan
berbed-beda bergantung pemesanan.
2. Oleh karena pengerjaan penjadwalan dan routing banyak sekali dan sulit
dilakukan maka pengawasan produksi (production control) dalam proses
produksi seperti sangat sulit dilakukan.
3. Dibutuhkan investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan baku dan
bahan-bahan dalam proses, karena prosesnya terputus-putus dan produk yang
dihasilkan tergantung dari pesanan.
4. Biaya operator dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi, karena banyak
dipergunakan tenaga manusia dan operator yang dibutuhkan adalah operator
yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut.
Sedangkan kelebihan dari proses produksi terputus adalah:
1. Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk
dengan variasi yang cukup besar. Fleksibilitas ini diperoleh terutama dari:
a. Sistem penyusunan fasilitas (layout) yang berbentuk process layout.
b. Jenis mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum (General
Purpose Machine).
c. Sistem pemindahan bahan yang tidak mengandung tenaga mesin tetapi
tenaga manusia.
2. Oleh karena mesin-mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum, maka
biasanya dapat diperoleh penghematan uang dalam investasi mesin-mesinnya,
sebab harga mesin-mesin ini lebih murah dari mesin-mesin khusus.
3. Proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau
kemacetan di suatu tingkat proses.
1.2.2. Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasi
Dilihat dari tujuan perusahaan melakukan operasinya dalam hubungannya
dengan pemenuhan kebutuhan konsumen, maka sistem produksi dibedakan
menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Engineering-to-Order (ETO)
Yaitu bila pemesan meminta produsen untuk membuat produk yang dimulai
dari proses perancangannya (rekayasa).
2. Assembly-to-Order (ATO)
Yaitu bila produsen membuat disain standar, modul-modul operasional
standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari modul-
modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen. Modul-modul standar
tersebut bisa dirakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya adalah pabrik
mobil dimana mereka menyediakan pilihan transmisi secara manual atau
otomatis, AC, audio. Opsi-opsi interior dan opsi-opsi mesin khusus
sebagaimana juga model bodi dan warna bodi yang khusus. Komponen-
komponen tersebut telah disiapkan terlebih dahulu dan akan mulai diproduksi
begitu pesanan dari agen datang.
3. Make-to-Order
Yaitu bila produsen menyelesaikan item jika dan hanya jika telah menerima
pesanan dari konsumen untuk item tersebut.
4. Make-to-Stock
Yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan dan ditempatkan
sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item akhir tersebut
baru akan dikirim dari sistem persediaannya setelah pesanan konsumen
diterima.
1.2.3. Sistem Produksi Menurut Aliran Operasi dan Variasi Produk
Dalam kegiatan desain produk, titik berat perhatian kita adalah pada
masalah apa yang diproduksi, sedangkan untuk kegiatan desain proses
penekanannya adalah pada bagaimana kita memproduksi. Kriteria terpenting
dalam mengklasifikasikan proses produksi adalah jenis aliran operasi dari unit-
unit produk yang melalui tahapan konversi. Pada umumnya terdapat tida jenis
dasar aliran operasi, yaitu flow shop, job shop, dan project. Ketiga jenis dasar
aliran operasi ini berkembang menjadi aliran operasi modifikasi dari ketiganya,
yaitu batch, dan continuous.
Adapun pembagian sistem produksi menurut aliran operasi dan variasi
produk adalah sebagai berikut:
1. Flow shop, yaitu proses konversi di mana unit-unit output secara berturut-
turut melalui urutan proses operasi yang sama pada mesin-mesin khusus,
biasanya ditempatkan sepanjang suatu lintasan produksi. Proses jenis ini
biasanya digunakan untuk produk yang mempunyai desain dasar yang tetap
sepanjang waktu yang lama dan ditujukan untuk pasar yang luas, sehingga
diperlukan penyusunan bentuk proses produksi flow shop yang biasanya
bersifat MTS (Make to Stock). Bentuk umum proses flow shop dapat dibagi
menjadi jenis produksi flow shop kontinu dan flow shop terputus. Pada flow
shop kontinu proses bekerja untuk memproduksi jenis output yang sama,
misalnya pada industry rokok. Pada flow shop terputus, kerja proses secara
periodik diinterupsi untuk melakukan set-up bagi pembuatan produk dengan
spesifikasi yang berbeda (walaupun dari desain dasar yang sama). Pada setiap
siklus produksi, seluruh unit mengikuti urutan yang sama, contohnya pada
industry pengalengan, pembotolan, dan pabrik pakaian jadi. Proses flow shop
biasanya disebut juga sistem produksi missal (mass production).
2. Continuous, proses ini merupakan bentuk ekstrim dari flow shop di mana
terjadi aliran material yang konstan. Contoh dari proses kontinu adalah
industri penyulingan minyak, pemrosesan kimia, dan industry-industri lain di
mana kita tidak dapat mengidentifikasikan unit-unit output urutan prosesnya
secara tepat. Biasanya satu lintasan produksi pada proses kontinu hanya
dialokasikan untuk satu produk saja.
3. Job shop, yaitu merupakan bentuk proses konversi di mana unit-unit untuk
pesanan yang berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan
melalui pusat-pusat kerja yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya.
Volume produksi setiap jenis produk sedikit, variasi produknya banyak, lama
proses produksi setiap jenis produk agak panjang, dan tidak ada lintasan
produksi khusus. Job shop ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan khusus
konsumen, jadi biasanya bersifat Make to Order (MTO). Kebutuhan job shop
akan fleksibilitas dalam menangani banyaknya variasi dari desain produk
yang membutuhkan adanya sumber daya manusia dan mesin yang terampil.
Hal ini berarti pekerja-pekerja dengan ketrampilan tinggi dan mesin-mesin
general purpose yang dikelompokkan berdasarkan fungsi harus dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan khusus untuk pesanan yang berbeda.
4. Batch, yaitu merupakan bentuk satu langkah ke depan dibandingkan job shop
dalam hal standarisasi produk, tetapi tidak selalu terstandarisasi seperti
produk yang dihasilkan pada aliran lintasan perakitan flow shop. Sistem batch
memproduksi banyak variasai produk dan volume, lama proses produksi
untuk setiap produk agak pendek, dan satu lintasan produksi dapat dipakai
untuk beberapa tipe produk. Pada sistem ini, pembuatan produk dengan tipe
yang berbeda akan mengakibatkan pergantian peralatan produksi, sehingga
sistem tersebut harus general purpose dan fleksibel untuk produk dengan
volume yang rendah tapi variasinya tinggi. Tetapi volume batch yang lebih
banyak dapat diproses secara berbeda, misalnya memproduksi beberapa batch
lebih untuk tujuan Make to Stock (MTS).
5. Project, yaitu merupakan proses penciptaan suatu produk yang agak rumit
dengan suatu pendefinisian urutan tugas-tugas yang teratur akan kebutuhan
sumber daya dan dibatasi oleh waktu penyelesaian. Pada jenis proyek ini,
beberapa fungsi-fungsi yang mempengaruhi produksi seperti perencanaan,
disain, pembelian, pemasaran, penambahan mesin harus diintegrasikan sesuai
dengan urutan-urutan waktu penyelesaian, sehingga dicapai penyelesaian
yang ekonomis.
1.3. Peta Proses Operasi3
Diatas sudah diuraikan bahwa sebelumnya sudah dilakukan penelitian
secara terperinci disetiap stasiun kerja terlebih dahulu kita mengetahui proses
yang terjadi sekarang secara keseluruhan. Keadaan ini bisa diperoleh dengan
menggunakan Peta Proses Operasi. Peta proses operasi merupakan suatu diagram
yang mennggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku
mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaaan. Sejak dari awal sampai
menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat
informasi-informasi yang diperlukan untuk menganalisa lebih lanjut, seperti
waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat mesin yang
dipakai.
Jadi dalam suatu peta proses operasi, dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan
operasi dan pemeriksaan saja, kadang-kadang pada akhir proses dicatat tentang
penyimpanan.
Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui Peta Proses
Operasi, kita bisa memperoleh banyak manfaat diantaranya:
a. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.
b. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan
efisiensi disetiap operasi/pemeriksaaan).
c. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
d. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.
e. Sebagai alat untuk latihan kerja.
Untuk bisa manggambarkan peta proses operasi dengan baik, ada
beberapa prisip yang perlu diikuti sebagai berikut:
a. Pertama-tama pada baris paling atas dinyatakan kepalanya “Peta Proses
Operasi” yang diikuti oleh identifikasi lain seperti : nama objek, nama
3 Sutalaksana, Iftikar.Z.dkk 1979. Teknik Tata Cara Kerja.ITB:Bandung. Hal 21-28
pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomor peta
dan nomor gambar.
b. Material yang akan diproses diletakkan diatas garis horizontal, yang
menunjukkan bahwa material tersebut masuk kedalam proses.
c. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara beruruatn sesuai
dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut
atau sesuai dengan proses yang terjadi.
d. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri
dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi yang terjadi.
e. Pernomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri
dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
Agar diperoleh gambar proses operasi yang baik, produk yang biasanya
paling banyak memerlukan operasi, harus dipetakan terlebih dahulu, berarti
dipetakan dengan garis vertikal disebelah kanan halaman kertas.
Ada empat hal yang harus diperhatikan/dipertimbangkan agar diperoleh
suatu proses kerja yang baik melalui analisa peta proses operasi yaitu; analisa
terhadap bahan-bahan, operasi, pemeriksaan dan terhadap waktu penyelesaian
suatu proses. Keempat hal tersebut diatas, dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bahan-bahan
Kita harus mempertimbangkan semua alternatif dari bahan yang digunakan,
proses penyelesaiaan dan toleransi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
fungsi, reabilitas, pelayanan dan waktunya.
b. Operasi
Dalam hal ini perlu diperhatikan mengenai semua alternatf yang mungkin
untuk proses pengolahan, pembuatan, pengerjaan dengan mesin atau metode
perakitannya, beserta alat-alat dan perlengkapan yang digunakan. Perbaikan
yang mungkin bisa dilakukan misalnya dapat menghilangkan,
menggabungkan, mengubah atau menyederhanakan operasi-operasi yang
terjadi.
c. Pemeriksaan
Dalam hal ini kita harus mempunyai standar kualitas jika dibandingkan
dengan dengan standar kualitas ternyata lebih baik atau cenderung sama.
Proses pemeriksaaan bisa dilakukan dengan baik pada teknik sampling atau
satu persatu dari semua objek yang yang dibuat dengan teknik sampling atau
satu persatu dari semua objek yang dibuat tentunya cara terakhir tersebut
dilaksanakan apabila jumlah produksinya sedikit.
d. Waktu
Untuk mempersingkat waktu penyelesaian, kita harus mempertimbangkan
semua alternatif mengenai metoda, peralatan dan tentunya penggunaan
perlengkapan-perlengkapan khusus.
Operation Process Chart (OPC) adalah salah satu teknik yang paling
berguna dalam perencanaan produksi. Kenyatannya peta ini adalah gambaran
tentang proses, dan telah digunakan dalam bebagai cara sebagai alat perencanaan
dan pengendalian. Dengan tambahan data lain, peta ini dapat digunakan sebagai
alat manajemen.
Beberapa keuntungan dan kegunaan dari Operation Process Chart (OPC)
ini adalah sebagai berikut :
1. Mengkombinasikan lintasan produksi dan peta rakitan sehingga memberikan
informasi yang lebih lengkap.
2. Menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen.
3. Menunjukkan urutan operasi pada tiap komponen.
4. Menunjukkan urutan fabrikasi dan rakitan dari tiap komponen.
5. Menunjukkan kerumitan nisbi dari fabrikasi tiap komponen.
6. Menunjukkan hubungan antar komponen.
7. Menunjukkan panjang dari lintas fabrikasi dan ruang yang dibutuhkannya.
8. Menunjukkan titik tempat komponen memasuki proses.
9. Menunjukkan tingkat kebutuhan sebuah rakitan-bagian.
10. Membedakan antara komponen yang dibuat dengan yang dibeli.
11. Membantu perencanaan tempat kerja mandiri.
12. Menunjukkan jumlah pekerja yang dibutuhkan.
Standar pengerjaan Peta Proses Operasi adalah:
a. Pilih komponen pertama yang akan digambarkan, jika peta akan digunakan
sebagai dasar bagi sebuah jalur rakitan bagian yang mempunyai komponen
paling banyak sebaiknya dipilih pertama kali, mulai dari sudut kanan kertas,
catat operasi rakitan. Komponen-komponen yang dibeli dalam keadaan jadi
digambarkan dengan garis pendek ke kiri.
b. Jika semua operasi rakitan dan pemeriksaan pada bagian utama sudah masuk,
lanjutkan ke operasi fabrikasi, dalam urutan terbalik, gambarkan garis
mendatar pada bagian kanan atas peta ke kanan, untuk menuliskan bahan
baku, uraian tentang bahan langsung dicatat pada garis tersebut yang dapat
dibuat selengkap-lengkapnya.
c. Ke sebelah kanan dari lambang operasi, buat uraian operasi, waktu
penyelesain pekerjaan, dan lain-lain.
d. Cirikan komponen terakhir pada operasi tersebut. Gambar garis mendatar jauh
ke kiri, tunjukkan dengan lingkaran 12 mm untuk operasi dan segi empat
untuk pemeriksaan dalam urutan terbalik kearah atas. Masukkan nomor
operasi dari lintasan produksi tersebut.
e. Lanjutkan sampai semua komponen terselesaikan dipetakan, baik komponen
yang dibuat dan yang dibeli harus tercantum di dalam peta.
f. Rakitan bagian digambarkan sedemikian rupa seperti cara pada peta rakitan.
1.4. Bill of Material (BOM)4
Secara umum, terdapat beberapa format data yang ditampilkan dalam Bill
of Material (BOM), antara lain adalah single-level bill, indented bill, dan
summarized bill. Adapun keterangan lebih rinci mengenai setiap format data yang
ditampilkan dalam Bill of Material adalah sebagai berikut:
1. Single-level bill of materials
4 Sinulingga, Sukaria. 2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi.Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 149-151.
Single-level bill of materials adalah sebuah file yang menperlihatkan
hubungan antara produk akhir dan setiap part, komponen, dan sub-assembly
yang bersifat langsung.
2. Indented bill of materials
Berbeda dengan single-level bill of materials yang menempatkan setiap part,
indented bill of materials menunjukkan setiap item pada levelnya masing-
masing sesuai dengan tahapan proses pembuatan.
3. Summarized bill of materials
Summarized bill of materials mirip dengan indented bill of materials, hanya
saja dalam summarized bill of materials, item yang sama hanya terlihat satu
kali saja dengan cara menjumlahkan semua kebutuhan item yang sama
tersebut.
Contoh dari Bill of Material dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Bill of Material Produk Hair Dryer dari Toko X
No. Nama Komponen Spesifikasi Harga Jumlah KeteranganFP Ionic Hair Harmer Unit Rp. 48.000 1 DibuatA-1 Steker Unit Rp. 1.500 1 DibeliA-2 Bodi Ionic Hair Harmer Unit Rp. 8.500 1 DibuatB-1 Kabel steker Unit Rp. 1.000 1 DibeliB-2 Cok steker Unit Rp. 1.500 1 DibeliB-3 Penahan steker Unit Rp. 500 1 DibeliB-4 Bodi plastik atas Unit Rp. 10.000 1 DibuatB-5 Bodi plastik bawah Unit Rp. 10.000 1 Dibuat
1.5. Struktur Produk5
Strukur produk merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk dapat
diterapkan sistem Materail Requirement Planning (MRP). Struktur poduk yang
rumit dan banyak levelnya akan membuat perhitungan semakin kompleks
terutama dalam proses explosion. Proses explosion merupakan suatu prosedur
untuk menghitung jumlah kebutuhan kotor dalam tingkah lebih bawah setelah
dilakukan proses offsetting pada item produknya.
5 http://adhionez.blogspot.com/2009_04_01_archive.html
Struktur produk dengan jumlah level yang besar akan membuat proses
Material Requirement Planning (proses netting, lotting, offsetting, dan explosion)
yang berulang-ulang dilakukan satu per satu dari atas ke bawah level demi level
dan periode demi periode. Pada proses lotting, penentuan ukuran lot pada level
yang lebih bawah membutuhkan teknik-teknik yang sangat sulit (multi level lot
size techniquie) sehingga dengan semakin kompleksnya struktur porduk akan
membuat perhitungan proses Material Requirement Planning (MRP) semakin
rumit.
Bila struktur produk tidak berubah-ubah, kesulitan ini hanya terjadi sekali
saja, yaitu di awal pembuatan sistem Material Requirement Planning (MRP). Jika
struktur produk berubah, maka sistem yang telah dibuat harus dimodifikasi.
Contoh struktur produk dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Contoh Struktur Produk