Post on 29-Oct-2020
Plankton
BAB 3 PLANKTON
1. Istilah dan defenisi
Istilah plankton adalah suatu istilah umum.
Kemampuan berenang organisme-organisme planktonik
demikian lemah sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh
gerakan-gerakan air. Ini berlawanan dengan nekton, yaitu
hewan-hewan yang gerakan-gerakan renangnya cukup kuat
untuk melawan arus laut. Plankton dapat dibagi menjadi
dua golongan, yakni:
a. Fitoplankton, terdiri dari : tumbuhan laut yang
bebas melayang dan hanyut dalam laut serta
mampu berfotosintesis.
b. Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang
planktonik
Karena organisme planktonik biasanya ditangkap
dengan menggunakan jaring-jaring yang mempunyai
ukuran mata jaring yang berbeda, maka penggolongan
plankton dapat pula dilakukan berdasarkan ukuran
plankton, yaitu :
a. Megaplankton ialah organisme planktonik yang
besarnya lebih dari 2.0 mm
b. Makroplankton, ukurannya 0.2 mm – 2.0 mm
c. Mikroplankton berukuran 20 mikrometer – 0.2
mm
33
Plankton
d. Nanoplankton adalah organisme planktonik yang
sangat kecil yang berukuran 2 mikrometer – 20
mikrometer.
e. Ultraplankton adalah organisme yang berukuran
kurang dari 2 mikro meter
2. Fitoplankton
Fitoplankton yang berukuran besar dan biasanya
tertangkap oleh jaring plankton terdiri dari kelompok besar
yaitu diatom dan dinoflagelata.
Diatom
Diatom mudah dibedakan dari dinoflagelata
karena diatom hidup dalam suatu kotak gelas yang unik dan
tidak memilki alat-alat gerak. Kotak ini terdiri dari dua
bagian yang dinamakan katup. Bagian hidup diatom
terdapat dalam kotak ini.
Pada proses reproduksi, tiap diatom membelah dirinya
menjadi dua. Satu belahan dari bagian hidup diatom akan
menempati katup atas. Belahan yang lain akan menempati
katup bawah. Kemudian setiap belahan akan suatu katup
atas dan katup bawah.
.
34
Plankton
Gambar 10 Organisme Plankton
Dinoflagelata
Kelompok utama kedua, dinoflagelata dicirikan
oleh sepasang flagela yang digunakan untuk bergerak
dalam air. Dinoflagelata tidak memiliki kerangka luar yang
terbuat dari silikon tetapi sering memiliki suatu ”baju
zirah” berupa lempeng-lempeng selulosa yaitu suatu
karbohidrat.
Sama halnya dengan diatom Dinoflagelata
berkembang biak melalui proses pembelahan. Bedanya
ialah setiap belahan mempunyai separu ”baju zirah”,
kemudian dibentuk separuh ”baju zirah” baru tanpa
pengecilan ukuran Dinoflagelata.
35
Plankton
Gambar 11Ciri-ciri diatom
Fitoplankton Lain
Anggota fitoplankton lainnya yang merupakan
minoritas adalah berbagai laga hijau-biru (Cyanophceace),
kokolitofordan silikoflagelata. Alga hijau-biru lautan hanya
terdapat dilaut tropik dan sering kali membentuk filamen
yang padat dan dapat mewarnai laut. Laut merah misalnya
dinamakan demikian karena terdapat alga hijau-biru yang
bewarna merah dalam laut ini. Alga hijau-biru ini mirip
dengan bakteri. Sama halnya dengan bakteri , alga hijau
tidak memiliki inti sel formal dan juga tidak terdapat
pigmen-pigmen fotosintesik dalam kloroplas-kloroplas.
36
Plankton
Kokolitofor sangat kecil, sekitar 5 mikro meter
dengan ciri khas adanya lempeng-lempeng yang terbuat
dari kalsium karbonat yang melekat pada lapisan
terluarnya. Kokolitofor dapat melimpah dalam laut,
terutama dalam laut tropik.
Silikofalgelata adalah suatu organisme
fitoplanktonik yang kecil dan monoselular dengan suatu
kerangka terbuat dari gelas. Terdapat disemua samudra,
tetapi biasanya tidak umum terdapat.
3. Zooplankton
Berlawanan dengan fitoplankton yang didominasi
oleh dua kelompok tumbuhan, zooplankton yang
merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat
beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk
dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan.
Namun demikian, dari sudut ekologi hanya satu golongan
zooplankton yang sangat penting artinya yaitu subklas
kopepoda.
Kopepoda
Pada umumnya kopepoda hidup bebas berukuran
kecil, panjangnya antara satu dan beberapa milimeter.
Gerakan-gerakan renangnya lemah, menggunakan kaki-
kaki torakal dengan ciri khas gerakan kaki yang tersentak-
37
Plankton
sentak. Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk
menghambat laju tenggelamnya.
Kopopeda makan fitoplankton dengan cara
menyaringnya melalui rambut-rambut halus yang tumbuh
di apendiks tertentu yang mengelilingi mulut atau dengan
lansung menangkap fitoplankton dengan apendiksnya.
Pada kopopeda terdapat dua jenis kelamin yang
terpisah. Sperma dipindahkan ke kopopeda betina dalam
bentuk paket spermatofor. Setelah pembuahan, telur-telur
ditaruh dalam suatu kantung yang melekat pada kopopeda
betina. Telur-telur menetas dan menghasilkan larva yang
dinamakan nauplius. Larva mencapai stadium dewasa
setelah mencapai beberapa stadium naupliar dan beberapa
stadium kopepodit.
Zooplankton lain
Di antara zooplankton yang holoplanktonik,
jumlah individu dari filum Protozoa sangat besar. Protozoa
lautan ini didominasi oleh ordo Foraminifera dan ordo
Radiolaria. Para anggota kedua ordo ini semuanya
organisme-organisme monoselular berkerangka. Kerangka
foraminiferida terdiri dari kalsium karbonat sedangkan
kerangka radiolaria terdiri dari gelas (SiO2). Radiolaria
hanya terdapat dilaut sedangkan foraminifera hanya
sebagian yang hidup dilaut.
38
Plankton
Gambar 12Kopepoda dan garis besar daur hidup kopepoda
Gambar 13Holoplankton
39
Plankton
Mekanisme Mengapung
Kerapatan (massa per satuan volume) plankton
akan lebih besar daripda air laut. Hal ini berarti bahwa
setiap organisme plankton akhirnya cenderung tenggelam,
sesuatu yang merugikan bagi fitoplankton maupaun
zooplankton.
Fitoplankton akan tenggelam di daerah dimana
cahaya cukup untuk berfotosintesis, sedangkan
zooplankton akan tenggelam dimana terdapat makanan
yaitu fitoplankton. Plankton cenderung tenggelam karena
daya renang plankton sangat lemah sehingga tidak dapat
mengatasi arus dan angin.
Prinsip-prinsip
Karena jaringan tubuh hidup cenderung tenggelam
maka plankton berusaha untuk tetap tinggal dekat
permukaan laut dengan cara :
a. Kerapatan air adalah fungsi dari dua parameter
yaitu suhu dan salinitas air.
Kerapatan air laut akan meningkat dengan
meningkatnya salinitas dan menurunnya suhu air
laut. Jadi kerapatan air suatu perairan mungkin
tidak konstan, terutama dilaut-laut daerah beriklim
sedang dimana suhu sangat berbeda sepanjang
tahun
40
Plankton
Sifat fisik yang juga perlu diperhatikan adalah
viskositas air laut yang berkaitan dengan suhu dan
salinitas. Bila salinitas air laut tinggi sedangkan
suhunya rendah viskositas akan lebih tinggi dan
ini memperlambat tenggelamnya benda-benda
didalamnya.
b. Bentuk benda terhadap laju tenggelamnya dalam
benda cair. Benda-benda yang beratnya sama
tetapi berlainan bentuk akan jatuh dalam gas
seperti udara, cairan, dengan laju yang berbeda-
beda pula. Laju suatu benda berbanding lurus
dengan besarnya hambatan yang ditimbulkan
benda itu terhadap gas atau cairan dimana benda
itu jatuh.
Dari hukum fisika tentang perubahan kerapatan
dan viskositas serta hambatan dapat dibuat suatu persamaan
sederhana yang menggambarkan hubungan antara laju
tenggelam suatu organisme dengan ketiga parameter
tersebut, yaitu:
LT = laju tenggelamW1 = kerapatan organismeW2 = kerapatan air lautW1 – W2 = jumlah berat lebih yaitu jumlah kelebihan berat organisme dibandingkan dengan berat air laut pada volume yang sama.
41
W1-W2
LT= --------- (R) (Vw)
Plankton
R = hambatan permukaanVw = viskositas air laut.
Organisme tidak dapat mempengaruhi viskositas
air laut, dengan demikian semua adaptasi oleh organisme
untuk mengurangi laju tenggelamnya harus berupa
pengurangan dalam berat lebih atau memperbesar
hambatan permukaan.
Pengurangan Berat Lebih
Salah satu mekanisme yang dapat digunakan
untuk mengurangi berat lebih adalah dengan mengubah
komposisi cairan-cairan tubuh sehingga kerapatannya
menjadi lebih kecil daripada kerapatan air laut. Tetapi
jumlah partikel yang larut dalam cairan tubuh perlu
dipertahankan. Bila tidak akan timbul osmosis. Osmosis
adalah peristiwa lewatnya air melalui suatu dinding
semipermiabel untuk menyamakan kadar larutan di kedua
dinding sisi.
Mekanisme lain adalah dengan membentuk
pelampung-pelampung berisi gas karena kerapatan gas jauh
lebih kecil daripada air maka terjadi kemampuan
mengapung. Contohnya adalah ubur-ubur dan kandung
renang ikan. Mekanisme pengaturan tekanan gas di dalam
atau kandung renang hewan dapat digunakan untuk
mengatur posisinya dalam kolom air sehingga hewan dapat
bergerak ke atas atau kebawah menurut kemampuannya.
42
Plankton
Gambar 14Mekanisme Mengapung
Mengubah Hambatan Pemukaan
Ada beberapa cara untuk meningkatan hambatan
permukaan pada organisme-organisme planktonik, yaitu
dengan cara :
a. Semakin kecil suatu organisme maka semakin
besar laus permukaannya per satuan volume
menjadi jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
suatu organisme bertubuh besar.
b. Mengubah bentuk tubuh dengan cara
pembentukan bermacam duri dan tonjolan. Duri
dan tonjolan-tonjolan meningkatkan hambatan
permukaan sedangkan berat organisme hanya
43
Plankton
sedikit bertambah. Adaptasi ini umum didapatkan
pada berbagai diatom.
Gambar 15Mekanisme mengapung
Gerakan Air
Mekanisme terakhir untuk mengapung tidak
tersangkut paut dengan organisme, melainkan dengan sifat
gerakan air dalam laut. Di laut, air permukaan menjadi
panas pada siang hari dan dingin di malam hari. Silih
bergantinya pemanasan dan pendinginan ini akan merubah
kerapatan air dan mengakibatkan terjadinya sel-sel
konveksi yaitu satuan-satuan air yang sangat kecil yang
akan naik dan turun dalam kolom air sesuai dengan
kerapatannya. Gerakan sel-sel konveksi ini sangat lemah
dan dapat memindahkan suatu organisme planktonik.
44
Plankton
4. Produktivitas Primer
Adanya kehidupan di bumi berpangkal pada
kemampuan tumbuhan hijau dalam menggunakan energi
cahaya matahari untuk mensintesis molekul-molekul
organik yang kaya akan energi dari senyawa-senyawa
anorganik. Proses ini adalah fotosintesis.
Produkstivitas primer adalah laju pembentukan
senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari senyawa-
senyawa anorganik. Jadi biasanya produktivitas primer
dianggap sebagai padanan fotosintesis.
Jumlah seluruh bahan organik yang terbentuk dalam proses
produktivitas dinamakan produksi primer kotor atau
produksi total. Karena sebagian dari produksi total ini
digunakan tumbuhan untuk kelangsungan hidup yang
secara kolektif disebut dengan respirasi, tinggallah
sebagian dari produksi total yang tersedia bagi pemindahan
ke atau pemanfaatan oleh organisme lain. Produksi primer
bersih ialah istilah yang digunakan bagi jumlah sisa
produksi primer kotor setelah sebagian digunakan untuk
respirasi.
Mengukur Produkstivitas Primer
Metode klasik yang digunakan untuk menetapkan
produktivitas primer ialah metode botol gelap terang. Pada
metode ini digunakan dua botol yang identik. Sebuah botol
45
Plankton
tembus cahaya dan botol yang lain dibuat sama sekali tidak
tembus cahaya. Tiap botol diisi air laut dengan volume
yang sama dan diambil pada kedalaman yang sama pula di
perairan laut yang akan ditentukan produktivitas primernya.
Dengan demikian air laut yang diisikan kedalam dua botol
juga mengandung fitoplankton dan zooplankton secara
alamiah hidup di perairan ini.
Setelah kedua botol diisi dengan air laut dan
ditutup, keduanya digantung dikedalaman air laut yang
diambilnya. Dalam botol gelap fotosintesis tidak dapat
berlangsung tetapi respirasi fitoplankton dan zooplankton
tetap berlangsung dan oksigen air laut dalam botol tersebut
akan dikonsumsi. Sebaliknya fotosintesis pada botol terang
denga laju melebihi laju respirasi sehingga akan terjadi
penimbunan oksigen karena oksigen tidak dapat keluar dari
botol. Setelah beberapa waktu tertentu botol diangkat dan
diukur kadar oksigennya.
Metode kedua untuk menetapkan produktivitas
primer ialah dengan metode 14C, yang dewasa ini
merupakan metode yang paling disukai. Pada metode 14C,
radioaktif dimasukan dalam botol yang volumenya
diketahui. Air laut ini mengandung fitoplankton. Beberapa
kelemahan dan masalah terdapat pada kedua metoda ini.
Sumber kelemahan dan masalah terdapat pada asumsi-
asumsi yang digunakan.
46
Plankton
Hasil Tetap
Hasil tetap belaku baik untuk tumbuhan maupun
hewan. Hasil tetap (pada saat tertentu) ialah beda antara
faktor-faktor yang cenderung meningkatkan jumlah
individu, serta reproduksi dan pertumbuhan dan faktor-
faktor yang mengurangi biomassa atau jumlah individu
seperti kematian dan penenggelaman atau pengangkutan
kearah lateral. Bila tingkat reproduksi dan pertumbuhan
tinggi, sedangkan tingkat kematian atau pemusnahan
rendah hasil akan tetap tinggi dan sebaliknya. Didalam laut
hasil tetap ini merupakan suatu faktor yang sulit diukur
secara tepat. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak
meratanya penyebaran organisme plankton.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Primer
Faktor Kimia dan Fisik
Bermacam faktor kimia dan fisik dapat
mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan
produktivitas tumbuhan terestial. Faktor-faktor penting
yang sangat kritis bagi tumbuhan terestrial ialah cahaya,
suhu, kadar, zat-zat hara, tanah dan air.
Fotosintesis hanya dapat berlangsung bila
intensitas cahaya yang sampai ke suatu sel alga lebih besar
daripada suatu intensitas tertentu. Hal ini berarti bahwa
fitoplankton yang produktif hanyalah terdapat dilapisan-
47
Plankton
lapisan air teratas dimana intensitas cahaya cukup bagi
berlansungnya fotosintesis.
Bila cahaya sampai di permukaan air, sebagian
akan dipantulkan. Besarnya bagian yang dipantulkan
bergantung pada besarnya sudut antara berkas cahaya
datang dengan permukaan air. Makin kecil sudut ini, makin
banyak cahaya yang dipantulkan. Sebaliknya, semakin
sudut ini mendekati 900 (yaitu tegak lurus terhadap
permukaan air) semakin sedkit cahaya yang dipantulkan.
Cahaya yang dipantulkan ini berarti suatu kehilangan bagi
ekosistem perairan. Jadi dilihat dari sudut produktivitas
plankton, penetrasi maksimumlah yang paling dikehendaki.
Cahaya
Gambar 16Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh cahaya di lautan
48
Plankton
Turbelensi dan kedalaman kritis
Percampuran vertikal bukan saja menaikan zat
hara mendekati permukaan air tetapi juga mengangkut sel-
sel fitoplankton ke bawah menjauhi permukaan air.
Kedalaman kritis adalah kedalaman dimana fotosintesis
total dalam kolom air sama dengan respirasi total. Letak
kedalaman kritis selalu lebih dalam daripada kedalaman
kompensasi karena bersangkutan dengan suatu proses
pencampuran vertikal dimana populasi fitoplankton ada di
zona eufotik dan pada saat lain ada dibawahnya. Apabila
fitoplankton berada di zona eufotik, laju fotosintesis
melebihi laju respirasi dan fitoplankton menimbun bahan
organik.
Variasi Produktivitas secara Geografik
Laut Tropik
Dalam laut tropik, massa air dekat permukaan
cukup menerima cahaya sepanjang tahun karena ketinggian
matahari diatas cakrawala tidak banyak berubah sepanjang
tahun. Dengan demikian diperoleh kondisi cahaya yang
optimal bagi produksi fitoplankton. Sejalan dengan kondisi
cahaya masukan energi secara terus menerus dari matahari
mengakibatkan suhu massa air dekat permukaan lebih
tinggi daripada massa perairan dalam. Karenanya tidak
akan terjadi percampuran air. Dikatakan peraiaran
semacam ini mengalami stratafikasi.
49
Plankton
Laut Daerah Beriklim Sedang
Dalam laut ini, intensitas cahaya bervariasi
menurut musim. Akibatnya besarnya energi cahaya
matahari yang masuk kedalam laut juga bervariasi dan
selanjutnya akan menimbulkan perubahan suhu air pada
lapisan-lapisan atas. Jadi stratafikasi termal kolom air
berubah secara musiman.
Laut Kutub
Dalam daerah kutub produktivitas yang terbesar
hanya terjadi selama suatu periode pendek yaitu dalam
musim panas kutub, biasanya pada bulan Juli-Agustus
dalam laut Arktika. Dalam bulan ini salju tidak lagi
menutupi es dan ini memungkinkan cahaya untuk
menembus es sehingga fitoplankton dapat tumbuh.
Produktivitas Perairan Pantai dan Pesisir
Pada lautan terbuka yang bebas dari pengaruh
massa daratan, produktivitas fitoplankton bervariasi secara
geografik. Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel
50
Plankton
Tabel 4Produksi beberapa daerah geografik yang berbeda
LokasiProduksi dalam g
C/ m2/tahunSelat Long Island (pantai daerah beriklim sedang)Paparan BenuaLautan TropikLautan Iklim SedangLautan AntartikaLautan Arktika
380
100-16018-5017-120
100<1
Tabel 5Perubahan Jumlah Individu dari suatu Populasi
Fitoplankton dengan suatu Laju reproduksi yang Konstan pada Dua Intensitas Pemangsaan yang
Berbeda
Kepadatan Populasi FitoplanktonWaktu dalam Hari
Intensitas Pemangsaan
awal
Intensitas Pemangsaan
Dilipatgandakan
Intensitas Pemangsaan
Dilipatlimakan012345
1.000.0001.000.0001.000.0001.000.0001.000.0001.000.000
1.000.000487.000237.000106.00056.00027.000
1.000.00062.0003.900240151
Daur Kopepoda
Karena kopepoda mendominasi zooplankton
disemua laut dan samudra dan karena hewan ini adalah
herbivora utama dalam perairan-perairan bahari dan
memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk kurva
populasi fitoplankton. Jadi pada umumnya daur kopepoda
51
Plankton
dipertahankan sedemikan rupa sehingga pemanfaatan
fitoplankton oleh kopepoda maksimal sehingga banyaknya
fitoplankton yang tidak dimanfaatkan minimal.
Migrasi Vertikal
Migrasi vertikal adalah migrasi harian yang
dilakukan oleh organisme zooplankton tertentu kearah
dasar laut pada siang hari dan kearah permukaan laut pada
malam hari. Migrasi vertikal telah diamati pada semua
kelompok taksonomi zooplankton dan ternyata bahwa tidak
semua zooplankton melakukan imigrasi vertikal harian.
Tujuan dari migrasi vertikal ini adalah:
1. Untuk menghidari pemangsaan dari predator yang
mendeteksi mangsa secara visual.
2. Untuk mengubah posisi dalam kolom air
3. Sebagai mekanisme untuk meningkatkan produksi dan
menghemat energi.
5. Metode Penelitian Plankton
Pengumpulan Sampel
Karena plankton berukuran kecil sekali dan di laut
relatif sangat tidak padat, apalagi di laut bebas, maka
pengambilan sampel plankton harus dilakukan dengan alat
yang dapat menyaring air laut sedemikian rupa sehingga
plankton yang tersaring cukup jumlahnya untuk di analisis,
untuk itu alat yang digunakan adalah plankton net
52
Plankton
tergantung pada jumlah plankton yang akan dikumpulkan,
kalau phytoplankton ukuran jaring lebih kecil sedangkan
untuk zooplankton ukuran jaring lebih besar.
Untuk meneliti plankton biasanya menggunakan
mata jaring yang bernama Kitahara yang dimodifikasi yaitu
berbentuk kerucut, diameter mulut 0,30 m, panjang 1,0 m
dan lebar mata jaring 0,08 mm. pengambilan sampel di
perairan dangkal dilakukan secara horizontal dengan
menarik jaring selama 5 menit dibawah permukaan air laut.
Di laut yang relatif dalam pengambilan fythoplankton
dibatasi mulai dari 150 m keatas sampai 0 m (paras laut)
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
contoh plankton:
– Lama penarikan jaring : 2 menit atau 5 menit.
– Waktu penarikan : pagi, siang, sore atau malam.
– Musim yang berlaku di Indonesia: musim barat
(Desember, Januari dan Februari.)
– Keadaan cuaca: cerah, mendung atau hujan.
– Keadan pasut: pasang tertinggi atau surut terendah.
– Lokasi: muara sungai, perairan pantai (pantai) atau
tengah
– Posisi: lintang utara, lintang selatan, bujur timur atau
bujur barat.
– Arah tarikan jarring : horizontal, vertical atau miring
(membentuk sudut 450 C).
53
Plankton
Gambar 17Alat untuk mengambil plankton
Pengawetan Sampel
Plankton yang telah dikumpulkan dengan metode
yang telah diterangkan, dituang dari tabung penampung
(bucket) kedalam botol yang bermulut luas. Bahan
pengawet yang biasa digunakan adalah formalin 4% yang
telah dinetralkan denga boraks. Botol diberi label yang
ditempelkan didinding luar botol sampel maupun label
yang dimasukan kedalam botol tersebut (label dalam).
Label dalam menggunakan kertas kalkir yang tahan air.
Pada label-label tersebut dituliskan: nomor stasiun, posisi
stasiun, tanggal dan waktu pengambilan, metode
pengambilan, kejelukan dan data lain yang dianggap perlu.
Cara mempersiapkan bahan formalin 4% adalah sebagai
berikut:
54
Plankton
• Sebelum formalin diencerkan, tambahkan larutan
penyangga berupa boraks kedalam formalin tersebut
dengan perbandingan 2 g boraks dan 98 ml formalin
40 % (formalin komersial). Cara ini akan menaikan
pH larutan menjadi 8-8,2. jika menginginkan pH
yang lebih rendah gunakan gliserofosfat 4 g untuk
setiap 98 ml formalin 40%.
• Cairkan larutan formalin 40% yang telah disangga
menjadi 4% dengan cara menambahkan 90% ml air
laut kedalam 10 ml formalin.
Analisa Data
1. Cara Menghitung Volume Air Tersaring
Volume air tersaring oleh jaring plankton dihitung
dengan menggunakan rumus:
V = Volume air tersaring R = Jumlah putaran meteran-alir. a = Luas mulut jaring. p = Panjang kolom air.
Nilai p merupakan sertifikat kalibrasi alat
meteran-alir yang digunakan. Kalau nilai p ini belum
tercantum pada alat pada waktu pembelian, biasanya dalam
brosur dicantumkan cara-cara mengkalibrasi alat tersebut.
55
V= R x a x p
Plankton
Cara Menghitung dan Mengidentifikasi fitoplankton
Pencacahan fitoplankton dilakukan dengan
menghitung jumlah sel fitoplankton, karena fitoplankton
yang berbentuk rantai akan mudah putus pada saat diambil.
Pencacahan sel dilakukan dengan rumus:
N = jumlah sel per m3
n = jumlah sel yang dihitung dalam m tetes m = jumlah tetes contoh yang diperiksa s = volume contoh dengan pengawetnya (ml). a = volume tiap tetes contoh (menggunakan pipet otomatik 0,05 ml) v = volume air tersaring (m3).
Analisis Statistik
Sesudah hasil data cacahan didapat dan ditabulasi
dengan baik, analisis statistik ini sebaiknya dirancang
sebelum ke lapangan, dimulai dan diperhatikan asumsi
yang menyertai rumus statistik itu. Cara-cara menunjukan
kondisi komunitas plankton disuatu perairan dilakukan
dengan menggunakan indeks keanekaragaman (hayati),
indeks kemerataan, indeks kekayaan, indeks kesamaan, uji–
t atau kesemuanya.
Penampilan Hasil
56
n s lN = --- x --- x ---- m a v
Plankton
Data hasil analisis plankton dari setiap samprl
dapat di tampilkan dalam tiga lembar data mentah,
contohnya terlihat pada Tabel A, B dan C. Tabel A
merupakan hasil perhitungan dari volume air tersaring pada
tiap-tiap sampel. Pada umumnya kolom kiri dari Tabel B
berisi daftar plankton yang dikelompokan ke dalam takson
tinggi seperti kelas, atau suku atau bahkan jenis tergantung
pada kemampuan peneliti untuk mengidentifikasinya.
Tabel B merupakan lembar data yang meliputi jumlah
individu (sel) plankton dari masing-masing kelompok
takson tinggi, suku atau jenis dalam satuan volume yang
akan diamati dibawah mikroskop dari satu sampel,
kemudian data dari Tabel B dapat dikembangkan menjadi
Tabel C yang menunjukan jumlah sel masing-masing
plankton per satuan volume (misalnya 1.000 liter). Sebagai
contoh dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5Hasil perhitungan volume air tersaring yang melalui jaring
plankton. (Perairan Teluk Jakarta 31-12-1997)
Catatan: Diameter mulut jaring = 30 cm kalibrasi p = 0,999.
No stasiun
Luas mulut jaring (m2)
Jumlah putaran meteran air
Volume air tersaring (m3)
1 0,07 111 7,762 0,07 109 7,623 0,07 113 7,90
57