Post on 20-Oct-2021
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remaja
2.1.1 Definisi remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain (adolescene), kata
bendanya adolescentia yang berarti remaja, kata ini berarti “tumbuh” atau
“tumbuh menjadi dewasa”. Menurut Harlock (1980) remaja adalah masa dimana
individu mengalami perubahan secara fisik dan psikologi dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa.
Menurut Hall (dalam Santrock, 2017) terdapat 4 tahap perkembangan yaitu
masa balita (infancy), masa anak (childhood), masa pemuda (youth), dan remaja
(adolescence). Masa remaja adalah masa antara usia 12-23 tahun dan merupakan
masa topan badai (strum and drang) yang mencerminkan kebudayaan modern
penuh gejolak akibat pertentangan dari berbagai nilai sehingga dalam tahap
perkembangannya, remaja akan mengalami banyak perubahan dalam diri.
Seorang wajar jika cenderung menunjukkan sikap yang labil, hal tersebut
disebabkan karena mahasiswa berada dalam upaya pencarian identitas atau jati
diri mereka.
Perubahan fisik pada remaja merupakan permasalahan yang paling
menonjol dan merupakan salah satu sumber utama permasalahan remaja.
Menurut (Santrock, 2007) menyatakan bahwa perhatian terhadap citra tubuh
sangat kuat terjadi pada remaja akhir, seorang mahasiswa dikategorikan pada
tahap masa remaja akhir ini berlomba-lomba untuk dapat memuaskan penampilan
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
yang dimiliki dengan berbagai cara untuk menyembunyikan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam tubuhnya yang mereka tidak inginkan atau tidak
disukai.
Tugas-tugas dalam masa perkembangan remaja secara tidak langsung
menyebabkan remaja menjadi lebih terpengaruh oleh lingkungan dan orang lain
di sekitarnya. Selain itu, pada masa ini seorang remaja akan mulai belajar begaul
dengan kelompok yang sesuai dengan jenis kelamin mereka yang akan
menyebabkan remaja menjadi lebih muda dipengaruhi oleh factor lain di luar
dirinya (Sumanto, 2014)
2.1.2 Ciri-ciri remaja
Menurut (Hurlock, 1980), masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang
membedakan antara periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut antara
lain:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka
panjang tetaplah penting. Perubahan fisik dan psikologis dan keduanya
sama-sama penting. Perkembangan fisik yang cepat dan disertai
perkembangan mental yang cepat juga. Semua perkembangan
menimbulkan perlunya penyesuan mental dan perlunya membentuk sikap,
nilai, dan minat yang baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
Masa peralihan ini merupakan masa yang tidak terputus atau berubah
dari apa yang sudah terjadi sebelumnya, namun peralihan yang dimaksud
adalah masa yang meneruskan dari masa yang sekarang dan yang akan
datang. Artinya jika anak beralih dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, anak akan meninggalkan segala sesuatu yang masih bersifat
kekanak-kanakan dan mempelajari pola perilaku dengan mencoba gaya
hidup yang berbeda yang sudah ditinggalkan pada masa kanak-kanak.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Ada lima perubahan yang sama dan hampir bersifat universal.
Pertama, meningginya emosi yang memiliki intensitas bergantung pada
perubahan fisik dan psikologis. Kedua, perubahan tubuh, minat, dan peran
yang diharapkan oleh kelompok social. Ketiga, menimbulkan masalah
baru, remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah sampai ia
menyelesaikan sendiri menurut kepuasannya. Keempat, berubahnya minat
dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Kelima, sebagian besar
remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menuntut
kebebasan namun takut untuk bertanggung jawab.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, alasannya
adalah masalah pada masa masa anak-anak sebagian diselesaikan oleh
orang tua sehingga mereka menjadi tidak berpengalaman. Lalu, karena
remaja tersebut merasa mandiri, sehingga menolak bantuan orang tua atau
guru. Karena hal tersebut banyak remaja yang akhirnya menemukan
bahwa penyelesainnya tidak sesuai harapan mereka.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Penyesuaian diri dengan kelompok masih penting bagi anak laki-laki
maupun perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas
diri dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala al. lalu
remaja menarik perhatian pada diri sendiri agar dipandang sebagai
individu, dan pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya
terhadap kelompok sebaya.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Biasanya mereka sulit untuk diatur, cenderung berperilaku yang
kurang baik sehingga membuat banyak orang tua khawatir akan
perilakunya tersebut.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Menjelang berakhirnya masa remaja, umunya mereja sering terganggu
oleh idealism berlebihan bahwa mereja harus melepaskan kehidupan
mereka yang bebas bila telah mencapai kedewasaan. Lalu terdapat
kecenderungan mengagungkan saat masa remaja dan merasa bahwa masa
remaja yang bebas dan Bahagia akan hilang.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan
dengan kedewasaan, contohnya merokok, minum-minuman keras, obat-
obatan dan seks. Mereka menganggap perilaku tersebut akan memberikan
citra yang mereka inginkan.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
2.1.3 Tugas perkembangan remaja
Menjadi remaja memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus
dijalani, menurut Gunarsa (2003) antara lain:
1. Menerima keadaan fisiknya
Remaja mengalami berbagai macam perubahan fisik yang
berhubungan dengan pertumbuhannya dan kematangan seksual. Perubahan
fisik menghasilkan Panjang lengan dan tungkai maupun tinggi badan yang
tidak sesuai dengan harapan remaja maupun lingkungan. Selain itu,
penampilan juga bisa menjadi sumber kesulitan. Penampilan yang dianggap
mengecewakan diri ini biasanya menjadi kurangnya percaya diri sehingga
merintangi usaha memperluas ruang gerak pergaulan.
2. Memperoleh kebebasan emosional
Remaja perlu merenggangkan ikatan emosional dengan orang tua,
supaya belajar memilih sendiri dan menambil keputusan sendiri. Usaha
memperoleh kebebasan ini biasanya disertai pemberontakan atau melawan
keinginan orang tua dan menimbulkan pertentangan keluarga. Dengan bekal
kebebasan emosional yang baik, remaja dapat bergaul dan menjalankan
tugas perkembangan selanjutnya.
3. Mampu bergaul
Dalam usaha memperluas pergaulan, remaja sering menghadapi
berbagai keadaan, mendapat pengaruh lingkungan baik yang mengarahkan
maupun menjerumuskan. Pada masa remaja bekal pegangan hidup dari
orang tua sudah diacuhkan. Hingga pada akhirnya tidak dapat menempatkan
diri sehingga perlu melaksanakan tugas perkembangan selanjutnya.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
4. Menemukan model untuk identifikasi
Pada masa ini remaja harus menemukan identitas dirinya. Remaja
mempertanyakan pandangan orang tentang dirinya maupun pandangan
dirinya mengenai dirinya sendiri. Masalah yang sering timbul dalam tugas
perkembangan ini terletak pada langkangnya tokoh identifikasi yang patut
dijadikan model bagi remaja.
5. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Pada masa ini terlihat perubahan cara berpikir dengan bertambahnya
minat terhadap peristiwa tidak langsung dan hal yang tidak konkrit. Untuk
mencegah timbulnya perilaku menghambat, maka diperlukan refleksi diri
untuk mengetahui kemampuan, jangkauan mencapai kemungkinan dan
menerima apa yang didapatkan sebagai hasil refleksi.
6. Memperkuat pengusaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Remaja sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan. Lingkungan
remaja penuh gejolak perasaan, keinginan dan dorongan yang tersalur dalam
perilaku. Orang tua turut berperan dalam pembentukannya. Masalah remaja
dalam usaha memperkuat penguasaan diri berlandaskan system nilai dan
norma sering berpangkal pada kurang jelasnya nilai dan norma yang berlaku
pada masyarakat tersebut. Untuk mencapai tahap tertentu perlu
perangsangan sosial baik dari keluarga atau masyarakat.
7. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan
Remaja masih bersifat egosentris, sehingga sulit menangguhkan
terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu. Remaja harus menyesuaikan dirinya
dalam hubungan sosial yang lebih luas, dan apabila remaja sudah
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
menemukannya, dapat dikatakan bahwa remaja tidak akan bereaksi secara
kekanak-kanakan. Komunikasi antara orang tua, penduduk, orang dewasa
lain dan remaja harus tetap terpelihara.
2.2 Konsep Social Comparison
2.2.1 Definisi social comparison
Teori social comparison adalah proses dimana orang dapat mengenal diri
mereka sendiri dengan mengevaluasi sikap mereka sendiri, kemampuan,
keyakinan dibandingkan dengan orang lain. Teori social comparison (Festinger,
1954) menjelaskan bahwa setiap orang cenderung membandingkan dirinya
dengan orang lain ketika mereka membutuhkan standart eksternal untuk menilai
kemampuan dan opini mereka. Social comparison dilakukan dimana seseorang
membandingkan kemampuan dan penampilan dirinya dengan orang ain yang
berada dalam lingkungannya. Individu membandingkan diri mereka dengan
orang lain untuk mendorong self-improvement, self-motivation, dan self image
yang positif.
Menurut Jones (2001) mendefinisikan perbandingan sosial sebagai
penilaian kognitif yang dibuat oleh individu tentang atribut tertentu yang
dimilikinya dibandingkan dengan orang lain. Perbandingan merupakan
mekanisme sentral dari penilaian sosial dan dilakukan sebagai bentuk dari
kognisi sosial. Aktivasi otak sebagai prediktor hasil emosional atau perilaku
selanjutnya yang dihasilkan dari upward dan downward comparison (Swencionis
and Fiske, 2014).
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
Seseorang berpikir untuk membuat evaluasi terhadap dirinya serta
peningkatan diri yang bertujuan agar dirinya lebih baik. Selain itu, dalam konteks
objek perbandingan individu melakukan perbandingan tergantung dengan jenis
kelamin mereka. Dimana setiap wanita akan membandingkan dirinya dengan
sesama wanita, begitu juga pula dengan laki-laki akan membandingkan dirinya
dengan sesama laki-laki. Bahkan perbandingan dilakukan dengan objek yang
lebih spesifik (Wheeler, dalam Van Lange, Kruglanski, & Higgins, 2012)
Gambaran variabel peneliti sesuai dengan telaah jurnal, perbandingan
sosial itu sendiri ialah masing-masing orang yang memiliki konsep diri yang
berbeda-beda sehingga menyebabkan dirinya melakukan perbandingan diri.
Terdapat 2 dimensi yang dapat menjelaskan social comparison menurut (Gibbons
and Buunk, 1999) antara lain ability dan opinion. Ability merupakan
perbandingan yang dilakukan individu ketika seseorang ingin mengetahui
seberapa akurat penilaian tentang performanya sedangkan opinion merupakan
perbandingan yang dilakukan individu yang mengacu bagaimana individu
tersebut sebenarnya berfikir.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa individu yang sering
melakukan perbandingan diri dengan orang lain akan lebih sering mengalami
perasaan negative seperti kekecewaan, ketidakpuasan perasaan bersalah,
penyesalan mendalam, muncul perilaku seperti gangguan makan (Corcoran, K.
dkk, 2011)
2.2.2 Jenis-jenis social comparison
Menurut Festinger (1954) terdapat dua jenis social comparison yaitu:
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
1. Upward comparison adalah ketika individu membandingkan dirinya dengan
orang lain yang dipercaya lebih baik daripada dirinya. Kasus terbanyak yang
ditemukan pada orang melakukan upward social comparison ialah efek
negative yang pada harga diri seseorang (Vogel, dkk, 2015). Menurut meta-
analisa sebelumnya dACC merupakan bagian pengaruh negative dan control
kognitf serta mencerminkan evaluasi subjektif (Kedia, Mussweiler and
Linden, 2014). Selain itu AI juga bertugas terkait kognisi, emosi atau
interaksi diantara mereka.
2. Downward comparison adalah perbandingan yang dilakukan seseorang
dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang mereka percaya
lebih buruk daripada dirinya. Downward comparison merupakan suatu
perbandingan yang bersifat postif atas harga diri seseorang. VS dan mPFC
merupakan mekanisme bertahan yang memungkinkan social comparison
penyesuaian perilaku seseorang dengan perilaku orang lain terkait dengan
kognisi sosial dan pemprosesan emosional. Dengan demikian, merangsang
peningkatan diri dengan aktivitas jaringan saraf dan motivasi yang saling
berhubungan. Sehingga individu yang melakukan downward comparison
akan lebih merasa bersyukur dengan cara menerima diri sendiri atas
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki atau self acceptance (Putra, 2018).
2.2.3 Kategori social comparison
Masters & Keil (dalam Amalia, 2004) membagi komparasi sosial menjadi enam
kategori yaitu:
1. Subjective-social
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 18
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
Komparasi social yang dilakukan dengan membandingkan diri dengan orang
lain.
2. Objective-social
Komparasi social yang dilakukan dengan membandingkan orang dengan orang
lain.
3. Subjective-personal
Komparasi social yang dilakukan dengan membandingkan diri sendiri dengan
diri sendiri.
4. Referent-personal
Komparasi social yang dilakukan dengan membandingkan diri dengan standar
referensi.
5. Objective-referent
Komparasi social yang dilakukan dengan memandingkan standar referensi
dengan standar referensi.
2.2.4 Aspek-Aspek dalam melakukan Social Comparison
Perilaku social comparison diukur dari segi aspek ketidakpuasan terhadap
fisik tubuh. Lima aspek fisik menjadi objek perbandingan individu (Schaefer and
Thompson, 2014), yaitu:
1. Penampilan fisik (physical appearance)
Individu membandingkan penampilan fisiknya terhadap penampilan
individu lain.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
2. Berat tubuh (weight)
Individu membandingkan berat tubuhnya dengan berat tubuh individu
lainnya.
3. Bentuk tubuh (body shape)
Individu membandingkan bentuh tubuhny dengan bentuk tubuh individu
lain. Seorang perempuan cenderung membandingkan tubuh langsing yang
dimiliki perempuan lainnya sedangkan seorang laki-laki cenderung
membandingkan tubuhnya dengan otot yang dimiliki laki-laki lainnya.
4. Ukuran tubuh (body size)
Individu membandingkan ukuran dari bagian-bagian tubuh yang dimiliki
dengan bagian tubuh yang dimiliki individu lain.
5. Lemak tubuh (body fat)
Individu mebandingkan bagian-bagian tubuh yang cenderung memiliki
lemak berlebih dengan bagian-bagian tubuh indvidu lain. Perempuan
cenderung membandingkan lemak pada bagian pipi dan perut.
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi social comparison
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi social comparison menurut Festinger
(1954), yaitu:
1. Evaluasi diri yang akurat, orang-orang cenderung menginginkan informasi
tentang dirinya yang benar, meskipun informasi yang diperoleh buruk.
2. Self-enhancement, orang yang melakukan perbandingan social bertujuan
untuk menonjolkan dirinya, bukan dengan tujuan untuk mengevaluasi
dirinya.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
3. Perbaikan diri, seseorang yang melakukan upward comparison dengan orang
yang lebih berhasil, berharap dapat memperbaiki dan meningkatkan keadaan
dirinya. Dengan demikian, individu yang melakukan dirinya dengan orang
lain adalah belajar lebih banyak tentang kemampuan mereka, sehingga
mereka semakin baik
2.3 Konsep Body Dissatisfaction
Sebelum menjelaskan tentang body dissatisfaction, akan dibahas sedikit
mengenai body image terlebih dahulu karena body dissatisfaction merupakan
bagian dari body image.
2.3.1 Definisi Body Image
Citra tubuh (body image) merupakan cara berfikir seseorang untuk
melihat mengenai diri yang sekarang (Marhamah and Okatiranti, 2014). Selain
itu menurut (Solistiawati and Novendawati, 2015) citra tubuh yaitu pemikiran
secara rasional mengenai persepsi tubuhnya serta penampilan terhadap dirinya.
2.3.2 Dimensi Body Image
1. Positive body image
Positive body image adalah pandangan diri mengenai tubuh bahwa tubuh
yang dimiliki sudah sesuai dengan kondisi tubuh yang diharapkan. Selain itu
pada positive body image adanya kepuasan mengenai kondisi tubuh yang
dimiliki. Menurut (Grogan, 2007) kepuasan atas tubuh dapat meningkatkan
self-esteem, kepercayaan diri, serta Kesehatan. Individu yang memiliki
kepuasan terhadap tubuhnya akan memiliki rasa menghargai atas tubuh yang
dimilikinya.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
2. Negative body image
National eating disorder association (2003), negative body image yaitu
adanya persepsi terhadap bentuk tubuh sendiri yang menyakini bahwa kondisi
bentuk tubuh tidak lebih menarik dari tubuh orang lain (Sunartio, Sukamto
and Dianovinina, 2012). Kondisi tersebut dapat menyebabkan munculnya
kegagalan personal, perasaan cemas terhadap tubuh, rasa aneh dan tidak
nyaman dengan tubuh yan dimiliki hingga merasa malu terhadap tubuh
sendiri.
2.3.3 Definisi Body Dissatisfaction
Body dissatisfaction merupakan bagian dari body image karena dari definisi
body image itu sendiri merupakan gambaran atau persepsi seseorang mengenai
tubuhnya, apabila seseorang mempunyai pemikiran tentang dirinya yang positif
tidak mungkin ia mengalami ketidakpuasan tubuh atau yang disebut dengan body
dissatisfaction (Solistiawati and Novendawati, 2015). Menurut Ogden (2007)
mengatakan bahwa body dissatisfaction merupakan perbedaan konsep antara
persepsi individu dengan ukuran tubuh mereka dan persepsi tubuh ideal yang
mereka inginkan, atau hanya perasaan tidak puas dengan bentuk dan ukuran
tubuh individu.
Menurut Freedman (Sumali, dkk, 2008) body dissatisfaction dapat
menyebabkan timbulnya permasalahan kesehatan fisik, permasalahan yang
mungkin timbul meliputi gangguan makan, diet yang ternyata justru
menimbulkan kelebihan berat badan dan timbulnya perilaku-perilaku
menghukum diri. Ketidakpuasan bentuk tubuh yang tinggi dapat memberikan
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
efek negative yaitu depresi, rendahnya harga diri, penyimpangan makan, serta
bunuh diri atau kematian.
2.3.4 Dimensi Body Dissatisfaction
Cooper, Taylor, dan Fairburn (dalam Pietro & Silveira, 2008) menyatakan
beberapa persepsi dan sikap yang berhubungan dengan body disaatisfaction
sebagai berikut:
1. Self perception of body shape
Persepsi yang dimiliki individu tentang bentuk tubuhnya. Individu ingin
mengurangi berat badan melalui diet maupun hanya dengan membayangkan
mampu menghilangkan beberapa lemak di bagian tubuhnya.
2. Comparative perception of body image
Individu membandingkan persepsi tubuhnya dengan orang lain. Individu
berpikir menjadi gemuk maupun terlalu gemuk. Individu lebih focus terhadap
ranah kognitifnya terkait pikiran menjadi semakin gemuk.
3. Severe alterations in body perception
Individu mengalami persepsi yang buruk atau parah terhadap tubuhnya.
Individu merasa lebih buruk dari orang lain. Individu menarik diri dan
menghindar dari lingkungan yang mengekspos tubuhnya secara berlebih.
4. Attitude concerning body image alteration
Sikap yang ditunjukkan oleh individu terhadap citra tubuhnya. Individu
merasa gemuk setelah makan, sehingga sikap yang ditunjukkan oleh individu
menjadi merasa bersalah setelah makan.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
Menurut (Shroff, Calogero and Thompson, 2009) body dissatisfaction
dalam pengukurannya dapat diasosiakan dengan 3 kategori (komponen afektif,
kognitif, dan perilaku) yaitu:
1. Komponen afektif
Komponen ini berbicara tentang perasaan dan emosi individu terhadap
penampilan dan bentuk fisiknya. Seseorang yang mengalami body
dissatisfaction mempunyai perassan negatif terhadap bentuk tubuhnya. Ia
tidak menyukai bentuk tubuhnya.
2. Komponen kognitif
Komponen ini merupakan persepsi dan pemikiran individu tentang
penampilan tubuhnya. Di dalam komponen ini terdapat pengetahuan dan
informasi yang berkaitan dengan citra tubuh disimpan dan diproses.
Informasi-informasi tersebut berupa pengetahuan mengenai bentuk dan
ukuran tubuhnya sendiri dengan bentuk dan ukuran tubuh yang dianggap
positif atau negatif oleh lingkungan sosial.
3. Komponen perilaku
Komponen ini muncul berdasarkan pengaruh komponen kognitif dan afektif.
Komponen ini menitikberatkan pada penghindaran situasi yang menyebabkan
individu mengalami ketidaknyamanan yang berhubungan dengan penampilan
fisik.
2.3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi body dissatisfaction
Menurut Thompson, Heinberg, and Tantleff-Dunn, 1999, faktor yang
mempengaruhi body dissatisfaction, yaitu:
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 24
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
1. Sosio-kultultural
a. Media
Hal yang paling umum yang sudah diyakini bahwa body
dissatisfaction disebabkan oleh media sosial. Oleh karena itu media sosial
memegang peranan penting. Ketidakpuasan tubuh dapat dipresentasikan
melalui public figure yang mempumyai tubuh ideal karena dianggap
representasi figur ideal yang sesuai. Adapun tren bentuk tubuh pada
remaja akhir khusus laki-laki yang berkembang pada masa sekarang
khsusnya di Indonesia. Tren tersebut akibat dari paparan media iklan di
televisi produk nutrisi untuk pria seperti iklan L-Men, sehingga mereka
menganggap bahwa bagi seorang remaja akhir laki-laki dikatakan
menarik dan dianggap ideal jika memliki bentuk tubuh atelitis
proposional, dengan tubuh kurus namun dengan bentuk tubuh otot yang
tidak berlebihan yang ditandai dengan indeks massa tubuh yang ideal bagi
remaja akhir laki-laki (Maharani, 2016)
Sedangkan bagi perempuan mereka mempercayai bahwa thinness
(konsep kurus) merupakan bentuk tubuh yang diinginkan sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Tiggemann (2016) menyatakan
bahwa paparan gambar selebriti dengan tubuh ideal dan menarik dapat
merusak citra tubuh (body image) individu tersebut.
b. Faktor lingkungan dan keluarga
Menurut Grogan (dalam Pratiwi, 2016) kelas sosial berpengaruh
terhadap ketidakpuasan terhadap citra tubuh. Hal ini dibuktikan dalam
penelitian Wardle dan Marslan, bahwa individu dengan kelas sosial yang
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
tinggi cenderung tidak puas dengan citra tubuh yang dimiliki. Individu
yang memiliki kelas sosial tinggi mudah mengakses segala bentuk
informasi. Sedangkan pada kalangan kelas sosial yang lebih rendah
cenderung terbatas dalam mengakses informasi yang modern.
c. Peer group
Peer group atau kelompok teman sebaya dapat diartikan sebagai
kumpulan orang yang berada dalam lingkungan yang sama dan saling
berinteraksi dan melakukan aktivitas bersama. Kelompok teman sebaya
merupakan lingkungan sosial yang terdekat kedua setelah orang tua dan
keluarga. Kelompok teman sebaya juga merupakan kumpulan individu
yang ingin mengekspresikan diri pada orang-orang yang memiliki tujuan
yang sama (Santrock, 2011). Ketika mereka sering berinteraksi termasuk
bertukar pendapat maka mereka akan mempunyai suatu pemikiran yang
sama mengenai termasuk mengenai fisik. Budaya ini disebut peer
appearance culture yaitu budaya yang terbentuk dalam kelompok teman
sebaya karena pengalaman serta interaksi yang brulang-ulang mengenai
penampilan masing-masing. Peer appearance culture ini dapat terbentuk
gambaran ideal yang dimiliki oleh kelompok teman sebaya (Wardani,
2019)
Penelitian yang dilakukan Jones (2002) menunjukkan bahwa
perbandingan social mengenai fisik pada teman sebaya, model, selebriti
berhubungan dengan ketidakpuasan tubuh remaja. Kritik dan evaluasi dari
teman sebaya mengenai tubuh dapat mempengaruhi stategi perubahan
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
tubuh dan membuat mereka melakukan penurunan berat badan (McCabe
and Ricciardelli, 2003).
2.3.6 Dampak Body Dissatisfaction
Menurut Brehm (1999) body dissatisfaction berdampak antara lain:
1. Individu merasa tidak percaya diri dan cenderung memiliki harga diri yang
rendah karena merasa masih tidak puas dengan keadaaan dirinya, ia belum
mampu menerima kelebihan dan kekurangan pada dirinya.
2. Depresi yang dirasakan individu karena merasa masih belum puas dengan
dirinya sehingga lama-kelamaan menimbulkan depresi pada individu itu
sendiri.
3. Eating disorder dan masalah kesehatan pada mereka yang mengalami body
dissatisfaction akan terus menerus merasa bahwa tubuhnya tidak pernah
langsing dan merasa selalu gemuk.orang merasa body dissatisfaction ini akan
mengurangi jumlah makannya, bahkan bisa saja memuntahkan kembali
makanan yang sudah dimakan karena akut mengalami kenaikan berat badan.
4. Kematian individu yang mengalami body dissatisfaction akan memikirkan
berbagai cara yang terkadang membahayakan diri. Seperti gangguan makan
anorexia nervosa dan bulimia nervosa yang apabila terjadi berlarut dan
semakin parah akan menyebabkan kematian.
Selain hal di atas, ada dampak lain dari body dissatisfaction menurut (Forbes, et.
al, 2012) yaitu:
5. Melakukan olahraga berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan individu.
Olaraga harus disesuaikan dengan kemampuan dan dibatasi sesuai kebutuhan.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 27
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
2.4 Teori Calista Roy
Model konsep adatasi pertama kalidikemukakan oleh Sister Callista Roy
(1969). Roy mengungkapkan bahwa manusia adalah suatu system adaptif.
System merupakan satu set dari beberapa bagian yang berhubungan dengan
keseluruhan fungsi yang berfungsi untuk beberapa tujuan dan juga keterkaitan
dari beberapa bagian yang lain.
1. Input (masukan)
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan
respon, dimana dibagi dalam 3 tingkatan yaitu stimulus fokal, konstektual,
dan stimulus residual.
1) Stimulus fokal yaitu stimulus internal atau eksternal bagi system manusia
yang muncul dengan tiba-tiba.
2) Stimulus konstektual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang
baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan.
3) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan
situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan,
sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini
memberi proses belajar untuk toleransi.
2. Mekanisme koping
Manusia sebagai suatu system yang dapat menyesuaikan diri disebut
mekanisme koping. Mekanisme koping dibedakan menjadi 2 yaitu
mekanisme koping bawaan dan mekanisme koping dipelajari. Mekanisme
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
koping bawaan ditentukan oleh sifat genetik yang dimiliki, umunya
dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis. Sedangkan
mekanisme koping yang dipelajari dikembangkan melalui strategi seperti
pembelajaran atau pengalaman yang dialami selema menjadi kehidupan
berkontribusi terhadap respon yang biasanya diperguanakan kepada stimulus
yang dihadapi.
Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
1. Fungsi fisiologis, komponen sistem adaptasi ini yang adaptasi fisiologis
diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi
endokrin.
2. Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal
pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social
dalam berhubungan dengan orang lain.
4. Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola
tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
5. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping
yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator
yang merupakan subsistem.
1) Subsistem regulator
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses
dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter
regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom
adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan
sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis
yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
2) Subsistem kognator yaitu gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi termasuk proses persepsi dan informasi,
belajar, menilai, dan emosi.
Persepsi merupakan interpretasi dari suatu stimulus. Persepsi
menghubungkan regulator dengan kognator, input-input untuk regulator
diubah menjadi persepsi. Persepsi adalah proses kognator. Respon-respon
yang mengikuti suatu persepsi adalah umpan balik bagi kognator maupun
regulator.
6. Output (keluaran)
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau
secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar .
Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan
output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif.
Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara
keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan
tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku
yang tidak mendukung tujuan ini.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 30
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
Input Proses Efektor Output
Control
Tingkat
Adaptasi
Stimulus
Feedback
Gambar 1.2 Skema manusia sebagai system adaptif. (Diambil dari Roy, C.. [1984].
Introduction to nursing: An adaptation model [Edisi ke-2, hal. 30]. Englewood Cliffs,
NJ: Prentice Hall.)
2.5 Keaslian Penelitian
untuk keaslian penelitian, peneliti mencari literature menggunakan e-repository
Universitas Airlangga, Google Schoolar, NCBI, dan RecearchGate. Di dalam
pencarian tersebut peneliti memasukkan kata kunci seperti perbandingan sosial
atau social comparison, body dissatisfaction, ketidakpuasan bentuk tubuh, dan
sociocultural influence.
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian “Hubungan antara Social Comparison dengan
Body Dissatisfaction dari lingkungan sosiokultural pada Mahasiswa
Universitas Airlangga”
No Judul Karya Ilmiah, Penulis,
dan Tahun
Metode (Desain, Sampel,
Variabel, Instrumen,
Analisis)
Hasil Penelitian
1. Dissatisfaction dan Perilaku
Diet pada Mahasiswa
Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang
Desain: Cross sectional
Sampel: 379 mahasiswa
Variabel Independen:
- Body Dissatisfaction
Variabel Dependen:
Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa
sebagian besar status gizi
yang normal tetapi merasa
Mekanisme
Koping
Regulator
Kognator
Fungsi fisiologis
Konsep diri
Fungsi peran
Interdependensi
Respons
adaptif dan
inefektif
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
No Judul Karya Ilmiah, Penulis,
dan Tahun
Metode (Desain, Sampel,
Variabel, Instrumen,
Analisis)
Hasil Penelitian
(Meiliana, Valentina and
Retnaningsih, 2018) - Perilaku Diet
Instrumen: Menggunakan
skala adaptasi dari Body
Shape quisionnaire (BSQ-34)
dan memperoleh informasi
mengenai berat dan tinggi
badan responden, alasan diet,
metode diet,perilaku diet
Analisis: Uji Kendall Tau-b
tidak puas dengan bentuk
tubuhnya sehingga mereka
memiliki perilaku diet
yang cenderung ke arah
tidak baik
2. Prediction of Body Image
Dissatisfaction from Self-
esteem, Thin-ideal
Internalization and
Appearance-related Social
Comparison (Shahyad,
Pakdaman and Shokri, 2015)
Desain: Studi kolerasi
Sampel: 477 siswa SMA
Teheran
Variabel Independen:
- Body Image
Dissatisfaction from Self-
esteem, Thin-ideal
Internalization
Variabel Dependen:
- Appearance-related Social
Comparison
Instrumen: Skala Rosenberg-
Selfesteem, Skala Appearance
Evaluation, Skala Physical
Comparison
- Analisis: Korelasi Pearson
Bersama dengan rgresi
bertahap
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa harga
diri memainkan peran
dalam memprediksi
ketidakpuasan citra tubuh.
Internalisasi kurus-ideal
membuat orang
menetapkan standar tinggi
yang tidak disukai untuk
dipenuhi. Akibatnya,
perbedaan bentuk tubuh
saat ini dan bentuk ideal
menyebabkan
ketidakpuasan tubuh serta
kesehatan mental lainnya ,
dengan kata lain, jika
perbandingan sosial
berkaitan dengan
penampilan meningkat
maka ketidakpuasan tubuh
juga akan semakin
meningkat.
3. Hubungan Antara Social
Comparison dan Harga Diri
Terhadap Citra Tubuh pada
Remaja Perempuan (Sari and
Suarya, 2018)
Desain: kuantitatif
Sampel: 100 orang remaja
Variabel Independen:
- Social comparison
- Harga diri
Variabel Dependen:
- Citra tubuh
Instrumen: Menggunakan
instrument Skala Citra Tubuh,
Skala Social Comparison, dan
Skala Harga Diri
Analisis: Uji regresi ganda
Adanya hubungan antara
social comparison dan
harga diri terhadap citra
tubuh pada remaja
perempuan dapat
disebabkan karena citra
tubuh merupakan evaluasi
atau sikap yang dimiliki
oleh seseorang terhadap
tubuhnya. Evaluasi atau
sikap tersebut bisa berupa
perasaan suka, puas,
atau positif yang
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
No Judul Karya Ilmiah, Penulis,
dan Tahun
Metode (Desain, Sampel,
Variabel, Instrumen,
Analisis)
Hasil Penelitian
ditunjukan dengan
penerimaan terhadap
bentuk tubuh yang
dimiliki atau juga bisa
berupa perasaan tidak
suka, tidak puas, atau
negatif terhadap terhadap
bentuk fisik seperti
ukuran tubuh, berat
badan, dan bentuk tubuh.
4. The effect of Instagram “likes”
on women’s social comparison
dissatisfaction (Tiggemann et
al., 2018)
Desain: Eksperimen
Sampel: 220 mahasiswa
wanita sarjana
Variabel Independen:
- Pengaruh ‘like’ instagram
Variabel Dependen:
- Perbandingan social
perempuan
- Body dissatisfaction
Instrumen: Menggunakan
visual analogue scales (VAS),
comparison scales
Analisis: Menggunakan uji
ANOVA
Hasil penelitian yaitu
dengan menunjukkan
dengan menunjukkan
gambar orang yang kurus-
ideal ‘like’ di Instagram
dikaitkan dengan lebih
banyak perbandingan
penampilan dan
ketidakpuasan wajah.
Hasil menggambarkan
bagaimana aspek interaksi
social yang unik dari
media social dapat
mempengaruhi citra tubuh
5. Social comparisons with media
images are cognitively
inefficient even for women who
say they feel pressure from the
media (Want and Saiphoo,
2017)
Desain: Eksperimen
Sampel: 151 mahasiswi
Variabel Independen:
- Perbandingan sosial
Variabel Dependen:
- Tidak efisien secara
kognitif
Instrumen:
Analisis: Uji ANOVA
Banyak dilaporkan
khususnya mahasiswi
merasa sangat tertekan
dengan penampilannya di
social media. Partisipan
dibebaskan
mendemonstrtasikan
peningkatan perasaan
negatif dan kurangnya
kepuasan akan diri sendiri
sebelum terekspose ke
media.
6. Social media is not real: The
effect of ‘Instagram vs reality’
images on women’s social
comparison and body image
(Fardouly and Holland, 2018)
Desain: Eksperimen
Sampel: 305 perempuan
Variabel Independen:
- Efek instagram
Variabel Dependen:
- Perbandingan sosial
Gambar yang kontras
berfungsi untuk
mengingatkan wanita
bahwa media sosial itu
palsu, bahwa tidak ada
yang sempurna, bahwa itu
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
No Judul Karya Ilmiah, Penulis,
dan Tahun
Metode (Desain, Sampel,
Variabel, Instrumen,
Analisis)
Hasil Penelitian
normal untuk memiliki
kekurangan dan bahwa
mereka tidak boleh
membandingkan diri
mereka dengan orang lain
di media social. Logika
yang mendasarinya adalah
dicegah untuk
membandingkan diri
mereka dengan gambar
yang tidak realistis dan
ideal yang disajikan di
Instagram, maka kepuasan
tubuh akan dipertahankan
7.
Sociocultural and identity
predictors of body
dissatisfaction in ethnically
diverse college women
(Rakhkovskaya and Warren,
2016)
Desain: Korelasi
Sampel: 1.018 mahasiswi
Variabel Independen:
- Thin-ideal internalization
or pressures for thinnes
- Ethnic identitiy
Variabel dependen:
- Body Dissatisfaction
Instrumen: Skala SATAQ-4,
MEIM (Multigroup Ethnic
Identity), AIM (The
American Identify Measure),
EDEQ (The Eating Disorder
Examination Questionnaire)
Analisis: Analisis ANOVA,
korelasi Pearson, dan hierarki
regresi
Hasil penelitian yang
muncul menunjukkan
bahwa identitas etnis dan
identitas Amerika
dikaitkan dengan
Kesehatan mental di etnis
minoritas dan Eropa
Amerika. Selain itu,
meskipun identitas etnis
dikaitkan dengan
ketidakpuasan tubuh yang
berkurang pada wanita
minoritas. Temuan
menunjukkan identitas
etnis itu mungkin
merupakan factor
pelindung terhadap
patologi makan untuk
wanita Asia Amerika dan
Afrika Amerika.
8. Hubungan Antara Komparasi
Sosial dengan Citra Tubuh pada
Remaja Laki-laki di Denpasar
(Ayu et al., 2019)
Desain: Korelasi
Sampel: 100 remaja laki-laki
Variabel Independen:
- Komparasi sosial
Variabel dependen:
- Citra tubuh
Instrumen: Skala komparasi
sosial dan skala citra tubuh
Analisis: Analisis Pearson
Product
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
remaja laki-laki yang
memiliki komparasi social
yang tinggi maka akan
semakin tidak puas
terhadap citra tubuhnya
sedangkan remaja laki-laki
yang memiliki komparasi
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
No Judul Karya Ilmiah, Penulis,
dan Tahun
Metode (Desain, Sampel,
Variabel, Instrumen,
Analisis)
Hasil Penelitian
sosial yang rendah akan
memiliki citra tubuh yang
rendah.
9. Sociocultural Influences, Drive
for thinness, Drive for
Muscularity, and Body
Dissatisfaction Among Korean
Undergraduates (You and Shin,
2020)
Desain: Korelasi
Sampel: Mahasiswa dari 3
universitas swasta di Seoul,
Korea
Variabel Independen:
- Sociocultural Influences,
Drive for thinness, Drive
for Muscularity
Variabel dependen:
- Body Dissatisfaction
Instrumen: Subskala The
Drive for Thinnes dari Eating
Disorder Inventory, Skala The
Drive for Muscularity,
Subskala The Body
Dissatisfaction dari Eating
Disorder Inventory, Skala
pengaruh tripartite, Kuesioner
Leisure Time Exercise
Analisis: Analisis Structural
Equation Modeling (SEM)
Penelitian ini bertujuan
memperluas literature
tentang citra tubuh dengan
meneliti hubungan antara
masing-masing domain
tekanan sosiokultural
(media, orang tua, dan
teman sebaya). Pengaruh
tiga pihak mencakup
model pengaruh langsung
(tekanan sosial budaya)
dan hubungan perantara
(internalisasi standar tubuh
masyarakat) sebagai faktor
yang menyebabkan
ketidakpuasan tubuh.
Ketidakpuasan tubuh
diketahui secara signifikan
mempengaruhi kesehatan
fisik dan mental
seseorang, penelitian
selanjutnya perlu
mengidentifikasi faktor-
faktor yang berpengaruh
di area ini, serta apa yang
menyebabkan
ketidakpuasan tubuh
meningkat.
10. Social Comparison as a
Predictor of Body
Dissatisfaction: A Meta-
Analytic Review (Myers and
Crowther, 2009)
Desain: Korelasional dan
eksperimental
Sampel: mengumpulkan
artikel yang menghasilkan
271 artikel dan disertasi yang
tampaknya meneliti hubungan
antara sosial perbandingan
dan citra tubuh
Variable Independen:
Social comparison
Membandingkan diri
dengan seseorang
berdasarkan penampilan
terkait dengan tingkat
ketikdapuasan tubuh lebih
tinggi.
11. Social Comparison and
Women's Body Satisfaction (Lin
and Kulik, 2002)
Desain: Eksperimental
Sampel: 67 mahasiswi di
Universitas California
Wanita yang
membandingkan dirinya
dengan teman yang kurus
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 35
SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS
No Judul Karya Ilmiah, Penulis,
dan Tahun
Metode (Desain, Sampel,
Variabel, Instrumen,
Analisis)
Hasil Penelitian
Desain: Eksperimental
Sampel: 67 mahasiswi di
Universitas California
Variabel Independen:
Social comparison
Variabel Dependen:
Women’s body satisfaction
Instrumen:Skala harga diri,
skala kepuasan bagian tubuh,
Analisis: Analisis ANOVA
mungkin mengalami
kehilangan harga diri dan
kepercayaan diri tetapi
mungkin juga menjadi
lebih cenderung melihat
dirinya lebih baik daripada
rekan pembanding di
dimensi lain (misalnya,
lebih sukses, cerdas, lucu,
dll). Efek asimetris dari
perbandingan sosial ini
dapat berkontribusi
langsung pada tingginya
prevalensi ketidakpuasan
tubuh yang dilaporkan di
antara wanita