Post on 25-May-2019
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemakai informasi laporan keuangan dapat dibedakan menjadi beberapa pihak
yaitu manajemen, pemegang saham, kreditor, pemerintah, karyawan perusahaan,
pemasok, konsumen dan masyarakat umum lainnya yang pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu pihak internal dan pihak eksternal.
Dari pihak-pihak tersebut manajemen merupakan pihak yang berkewajiban
menyusun laporan keuangan karena mereka berada di dalam perusahaan dan
merupakan pengelola aktiva perusahaan secara langsung. Di lain pihak, pemegang
saham, kreditor dan pemerintah sebagai pihak yang menanamkan modalnya pada
perusahaan, memberikan pinjaman pada perusahaan serta memiliki kepentingan
dalam kaitannya untuk memperoleh dana pembangunan dalam bentuk pajak
merupakan pihak-pihak yang sangat berkepentingan dengan informasi laporan
keuangan yang disiapkan oleh manajemen, tetapi tidak menyusun laporan
keuangan.
Tujuan utama pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi
ekonomi yang relevan bagi para pemakai informasi keuangan baik pihak intern
maupun ekstern dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi dan bisnis.
Pelaporan keuangan dapat disajikan dalam bentuk laporan keuangan, catatan atas
laporan keuangan, informasi tambahan serta saran lain dari laporan keuangan.
Dari empat bentuk tersebut, laporan keuangan merupakan bagian utama pelaporan
keuangan yang menjadi sarana untuk mempertanggungjawabkan hasil kerja yang
dilakukan oleh manajemen sebagai pihak intern atas sumber daya pemilik sebagai
2
pihak ekstern sehingga laporan keuangan harus mampu menggambarkan posisi
keuangan dan hasil-hasil usaha perusahaan pada periode tertentu secara wajar dan
dari informasi laporan keuangan tersebut salah satu parameter yang digunakan
untuk mengukur kinerja manajemen adalah informasi laba, karena ada
kecenderungan laba yang dihasilkan suatu perusahaan lebih diperhatikan oleh
pengguna laporan keuangan dan situasi tersebut disadari oleh manajemen.
Tujuan umum laporan keuangan menurut PSAK No. 1 adalah
memberikan informasi posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-
keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan
keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Dalam penyusunan
laporan keuangan, neraca, laporan laba rugi,dan laporan perubahan ekuitas
disusun dengan dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam
mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun penggunaan dasar
akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih
metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan standar akuntansi
keuangan yang berlaku. Metode akuntansi yang sengaja dipilih oleh manajemen
untuk tujuan tertentu dapat mengarah pada praktik manajemen laba atau earnings
management.
Jika pada suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak
berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan
memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansi.
3
Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam
menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga
manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat
memberikan informasi laba lebih baik. Pemberian fleksibilitas bagi manajemen
untuk memilih metode akuntansi maupun kebijakan akuntansi yang dapat
memaksimalkan kepentingannya maka hal ini dapat mendorong timbulnya praktik
perataan laba.
Perataan laba atau income smoothing dapat didefinisikan sebagai cara
yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang
dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artificial
(melalui metode akuntansi) maupun secara real (melalui transaksi) (Koch, 1981).
Definisi perataan laba menurut Beidleman adalah suatu pengurangan dengan
sengaja atas fluktuasi laba yang dilaporkan agar berada pada tingkat dianggap
normal bagi perusahaan. Sementara menurut Brayshaw dan Eldin (1989)
menyatakan bahwa perataan laba adalah tindakan sukarela manajemen yang
dimotivasi oleh aspek-aspek perilaku di dalam perusahaan dan lingkungannya.
Motivasi dalam melakukan perataan laba ini biasanya adalah untuk kepuasan dua
kelompok yaitu pengguna eksternal (investor dan kreditor) dan pengguna internal
informasi akuntansi.
Para ahli mendefinisikan konsep income smoothing atau perataan laba
dengan bahasa dan cara-cara yang berbeda, akan tetapi keseluruhan definisi
tersebut pada dasarnya memiliki satu inti permasalahan, yaitu perataan laba
merupakan tindakan manipulasi laporan keuangan agar laba yang dihasilkan tidak
memiliki fluktuasi yang tinggi dari satu periode ke periode berikutnya.
4
Praktek perataan penghasilan dapat dipandang dari dua perspektif
yakni sebagai tindakan yang salah (negatif) dan tindakan yang seharusnya
dilakukan oleh manajemen (positif). Beberapa peneliti menganggap bahwa praktik
perataan laba adalah amoral, tindakan penipuan, dan penyesatan oleh manajemen
perusahaan (Ronen dan Sadan, 1981; Heally dan Wahlen, 1998; dan Suh, 1990).
Pandangan lain menganggap bahwa praktik perataan laba adalah upaya
manajemen untuk memuaskan pemegang saham dengan menurunkan risiko
perusahaan (Wang dan Wiliams, 1994). Perusahaan yang memiliki arus laba yang
stabil dianggap memiliki volatilitas arus laba yang rendah. Bagi investor dan
kreditur, perusahaan dengan volatilitas yang rendah memiliki risiko kebangkrutan
yang rendah pula karena menyediakan jaminan laba di masa depan yang lebih
pasti.
Berlawanan dengan pandangan negatif mengenai tindakan perataan
laba, Wang dan Wiliams (1994) menyatakan bahwa perataan laba justru sebuah
tindakan yang seharusnya dilakukan oleh manajer. Mereka menganggap bahwa
perataan laba memiliki nilai informasi atas laba laporan. Hasil studi yang
dilakukannya menyediakan bukti-bukti yang mengindikasikan bahwa laba yang
diratakan juga lebih disukai oleh pasar karena perusahaan dengan serial laba yang
rata dianggap memiliki risiko yang lebih rendah.
Penelitian-penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
tindakan perataan laba telah banyak dilakukan. Penelitian ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Edy dan Arleen (2005), Masodah (2007) dan
Wibowo (2008). Penelitian Edy dan Arleen dilakukan terhadap perusahaan
manufaktur dan non manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta dari tahun
5
2000-2002. Dalam penelitian tersebut tindakan perataan laba sebagai variabel
dependen sedangkan ukuran perusahaan, jenis usaha, profitabilitas perusahaan,
leverage operasi perusahaan dan net profit margin sebagai variabel independen.
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage
operasi perusahaan, dan net profit margin terhadap tindakan perataan laba.
Masodah melakukan penelitian pada sektor industri perbankan dan lembaga
keuangan lainnya dari tahun 1992-2004. Dalam penelitian tersebut ukuran
perusahaan, bonus plan, leverage yang diproksikan dengan rasio hutang modal,
dan profitabilitas digunakan sebagai variabel independen. Hasil penelitian
menyatakan bahwa ukuran perusahaan, bonus plan, dan profitabilitas tidak
mempengaruhi perataan laba hanya leverage yang mempengaruhi perataan laba.
Wibowo meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi praktek perataan laba pada
perusahaan Food And Beverages yang terdaftar di BEJ dari tahun 2004-2006
dengan Ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, net profit margin, kinerja
masa kini, dan tingkat leverage sebagai variabel independen. Hasil dari
penelitiaan ini adalah bahwa secara serentak dan secara parsial ukuran
perusahaan, profitabilitas perusahaan, profitabilitas, net profit margin, kinerja
masa kini, dan tingkat leverage perusahaan berpengaruh terhadap tindakan
perataan laba.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada
penelitian yang dilakukan Edy dan Arleen menggunakan ukuran perusahaan, jenis
usaha, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan dan net profit
margin sebagai variabel independen, Masodah menggunakan ukuran perusahaan,
6
bonus plan, leverage yang diproksikan dengan rasio hutang modal, dan
profitabilitas dan Wibowo menggunakan ukuran perusahaan, profitabilitas
perusahaan, net profit margin, kinerja masa kini, dan tingkat leverage perusahaan.
Sedangkan, penelitian ini menggunakan variabel ukuran perusahaan, net profit
margin dan leverage perusahaan. Penelitian Edy dan Arleen menggunakan sampel
yaitu perusahaan manufaktur dan non manufaktur, Masodah menggunakan sampel
yaitu sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya, dan Wibowo
menggunakan perusahaan food and beverages sebagai sampel penelitian.
Sedangkan, Penelitian ini menggunakan sampel yaitu perusahaan property and
real estate yang terdaftar di BEI. Edy dan Arleen mengambil rentang waktu
penelitian dua tahun dari tahun 2000-2002. Masodah mengambil rentang waktu
penelitian 12 tahun dari tahun 1992-2004 dan Wibowo mengambil rentang waktu
penelitian tiga tahun dari tahun 2004-2006. Sedangkan, dalam penelitian ini
mengambil rentang waktu empat tahun dari tahun 2004 sampai dengan tahun
tahun 2007.
Pada penelitian ini penulis akan mencoba menguji ulang mengenai
pengaruh ukuran perusahaan, Net Profit Margin dan Leverage perusahaan
terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan property and real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007 dengan judul
“PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, NET PROFIT MARGIN, DAN
LEVERAGE PERUSAHAAN TERHADAP TINDAKAN PERATAAN
LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL ESTATE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2004-2007”.
7
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini penulis mengemukakan
beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apakah ukuran perusahaan, net profit margin, dan leverage perusahaan
berpengaruh secara bersama-sama terhadap tindakan perataan laba pada
perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba
pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
3. Apakah net profit margin berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada
perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah leverage perusahaan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba
pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk membuktikan pengaruh secara bersama-sama antara ukuran
perusahaan, net profit margin, dan leverage perusahaan terhadap tindakan
perataan laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk membuktikan pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap tindakan
perataan laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
8
3. Untuk membuktikan pengaruh antara net profit margin terhadap tindakan
perataan laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk membuktikan pengaruh antara leverage perusahaan terhadap tindakan
perataan laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, informasi dan
wacana tentang perataan laba (income smoothing) serta dapat digunakan
sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
2. Bagi investor
Dapat digunakan sebagai salah satu masukan pada saat pengambilan
keputusan investasi saham terutama dalam menilai kualitas laba yang
dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan.
3. Bagi manajemen perusahaan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sebelum memutuskan
melakukan praktik perataan laba dalam laporan keuangan.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Laporan keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut Myer (1961) dalam Munawir (2004)
menyatakan bahwa laporan keuangan adalah “dua daftar yang disusun oleh
Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah
daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi
laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-
perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba
yang tidak dibagikan (laba ditahan)”.
Selanjutnya sesuai dengan PSAK No. 1, laporan keuangan merupakan
bagian dari proses pelaporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (laporan arus kas), catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
B. Tujuan laporan keuangan
Tujuan umum laporan keuangan menurut PSAK No. 1 adalah memberikan
informasi posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi
kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi
serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Tujuan laporan keuangan menurut Kieso (2005) adalah untuk menyediakan
1) informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit, 2) informasi yang
berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan 3) informasi mengenai sumber
10
daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut dan perubahan di
dalamnya.
C. Komponen laporan keuangan
Menurut PSAK No. 1 Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas yang disusun berdasarkan dasar akrual,
laporan arus kas yang disusun berdasarkan dasar kas, dan catatan atas laporan
keuangan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Komponen
laporan keuangan meliputi:
1. Neraca
Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal
tertentu. Neraca terdiri atas hak perusahaan dan kewajiban perusahaan
serta modal perusahaan.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan
pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu. laporan laba rugi
menggambarkan kinerja operasional perusahaan.
3. Laporan arus kas
Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama
periode tertentu. laporan arus kas terdiri dari atau untuk kegiatan
operasional, kas dari atau untuk kegiatan investasi, kas dari atau untuk
kegiatan pendanaan.
11
4. Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan,
agio dan disagio. laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak
pemilik yang melekat pada perusahaan.
5. Catatan atas laporan keuangan
Isi dari catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan
akuntansi yang dianut dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi.
D. Teori Keagenan/Agency Theory Dan Manajemen Laba
Konsep perataan laba berkaitan erat dengan manajemen laba, sedangkan
manajemen laba itu sendiri berhubungan erat dengan teori keagenan, dimana
pembahasan manajemen laba menggunakan rerangka pikir teori keagenan, bahwa
manajemen laba dan perataan laba timbul karena terjadi konflik kepentingan
antara manajemen dan pemilik. Teori keagenan atau agency theory menurut
Anthony dan Govindarajan (1995:569) dalam Syahriana (2007) adalah hubungan
atau kontrak antara principal (pemilik) dan agent (manajer) untuk melakukan
tugas atas kepentingan principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan
keputusan dari principal kepada agent. Teori keagenan memiliki asumsi bahwa
masing-masing individu termotivasi mengadakan kontrak untuk kesejahteraan
dirinya dengan pencapaian profitabilitas yang tinggi, sedangkan agent termotivasi
untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya. Agent
pada dasarnya ingin menunjukkan kepada principal dan pihak eksternal bahwa
kinerjanya baik.
12
Principal yang tidak memiliki informasi yang memadai tentang kinerja
agent, hal ini mengakibatkan agent memanfaatkan adanya ketidakseimbangan
informasi (asimetri informasi) yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa
informasi yang tidak diketahui oleh principal. Asimetri informasi dan konflik
kepentingan antara keduanya mendorong agent untuk menyajikan informasi
secara tidak lengkap dan tidak jujur kepada principal, terutama yang berkaitan
dengan kinerja agent. Hal ini bertujuan agar kinerja agent terlihat bagus dan dapat
dipercaya oleh principal. Manajer bisnis dapat memilih aturan-aturan pengukuran
dan pelaporan yang menghasilkan pelaporan laba periodik yang rata.
Hubungan antara principal dan agent sering ditentukan oleh angka
akuntansi. Hal ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi
tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya.
Salah satu cara yang biasa ditempuh oleh agent atau manajer adalah manajemen
laba/earnings management.
Menurut Arthur Levit menyebutkan bahwa manajemen laba diartikan
sebagai suatu praktek pelaporan earnings yang lebih merefleksikan keinginan
manajemen daripada performa keuangan perusahaan. Menurut Scott (2000)
manajemen laba dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu :
a. Taking a bath / Pencucian laporan keuangan
Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba
perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat ekstrim rendah (bahkan
rugi) atau sangat ekstrim tinggi dibandingkan dengan laba pada periode
sebelumnya atau sesudahnya. Pencucian keuangan pada umumnya
13
dilakukan dalam dua kondisi yang ekstrim yaitu pada saat perusahaan
sedang mengalami kerugian atau keuntungan besar.
b. Income Minimization / Menurunkan laba
Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada
laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba
sesungguhnya.
c. Income maximization / menaikkan laba
Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada
laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi daripada laba
sesungguhnya
d. Income Smoothing / Perataan laba
Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada
laporan keuangan periode-periode tertentu menunjukkan fluktuasi yang
normal dalam rangka mencapai kecenderungan atau tingkat laba yang
diinginkan.
E. Konsep Perataan Laba
1. Pengertian perataan laba
Perataan laba atau income smoothing dapat didefinisikan sebagai cara yang
digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar
sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artificial (melalui metode
akuntansi) maupun secara real (melalui transaksi) (Koch, 1981 dalam Edy dan
Arleen, 2005). Definisi perataan laba menurut Beidleman dalam Masodah (2007)
adalah meratakan earnings yang dilaporkan sebagai pengurangan secara sengaja
fluktuasi di sekitar tingkat earnings tertentu yang dianggap normal bagi suatu
14
perusahaan. Dalam pengertian ini perataan merepresentasikan sebuah upaya yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal
dalam earnings sepanjang diijinkan oleh Prinsip akuntansi dan manajemen yang
sehat.
Definisi perataan laba menurut Brayshaw dan Eldin (1989) adalah
tindakan sukarela manajemen yang dimotivasi oleh aspek-aspek perilaku di dalam
perusahaan dan lingkungannya. Motivasi dalam melakukan perataan laba ini
biasanya adalah untuk kepuasan dua kelompok yaitu pengguna eksternal (investor
dan kreditor) dan pengguna internal informasi akuntansi. Menurut Fudenberg dan
Tirole (1995), perataan laba adalah proses manipulasi waktu terjadinya laba atau
laporan laba agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil.
2. Tipe-tipe Perataan Laba
Eckel memberikan pendapat bahwa definisi perataan laba tidak dapat dipisahkan
dari tipe perataan laba. Eckel (1981) dalam Dwiatmini dan Nurkholis (2001)
menggolongkan perataan laba ke dalam dua tipe yaitu: perataan alami (natural
smoothing) dan perataan yang disengaja (intentionally smoothing). Perataan laba
yang alami adalah perataan laba yang terjadi akibat proses menghasilkan laba itu
sendiri yang menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Tipe perataan laba terjadi
begitu saja secara alami tanpa intervensi pihak manapun. Sedangkan, perataan
yang disengaja merupakan hasil dari artificial smoothing maupun real smoothing.
Artificial smoothing muncul ketika manajemen memanipulasi waktu
pencacatan akuntansi untuk menghasilkan perataan laba. Artificial smoothing
merupakan implementasi prosedur-prosedur akuntansi untuk memindahkan beban
dan/atau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain. Real smoothing
15
muncul ketika manajemen melakukan tindakan untuk mengendalikan kejadian
ekonomi tertentu yang mempengaruhi laba yang akan datang.
3. Tujuan dan motivasi perataan laba
Menurut Foster dalam Dwiatmini dan Nurkholis (2001), tujuan perataan laba
adalah sebagai berikut:
a. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan tersebut
memiliki risiko yang rendah,
b. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap
laba di masa yang akan datang,
c. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen
dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
Brayshaw dan Eldin (1989), mengungkapkan dua alasan mengapa
manajemen diuntungkan dengan adanya praktik perataan laba: pertama, skema
kompensasi manajemen dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan
dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena itu setiap fluktuasi dalam laba akan
berpengaruh langsung terhadap kompensasinya dan kedua, fluktuasi dalam kinerja
manajemen dengan cara pengambilalihan atau penggantian manajemen secara
langsung. Ancaman penggantian ini mendorong manajemen untuk membuat
laporan kinerja yang sesuai dengan keinginan pemilik.
Hepworth (1953) mengungkapkan bahwa manajer melakukan perataan
laba pada dasarnya ingin mendapat keuntungan ekonomi dan psikologis, yaitu:(1)
mengurangi total pajak terutang, (2) meningkatkan kepercayaan diri manajer yang
bersangkutan karena biasanya manajer menganggap bahwa laba yang stabil
mendukung kebijakan deviden yang stabil pula, (3) menjaga hubungan baik antara
16
manajer dengan karyawan karena jika perusahaan melaporkan laba yang
kenaikannya cukup tajam menyebabkan mereka juga akan menuntut kenaikan gaji
dan upah.
4. Sasaran perataan laba
Foster (1989) dalam Syahriana (2006) mengklasifikasikan unsur-unsur laporan
keuangan yang seringkali dijadikan sasaran untuk melakukan perataan laba
adalah:
1. Unsur penjualan
a. Saat pembuatan faktur, sebagai contoh, penjualan yang sebenarnya
untuk periode yang akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada
periode ini dan dilaporkan sebagai penjualan periode ini.
b. Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif
c. Downgroading/ penurunan produk, sebagai contoh, dengan cara
mengklasifikasikan produk rusak dan selanjutnya dilaporkan telah
terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga yang sebenarnya.
2. unsur biaya
a. Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk sebuah pembelian atau
pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan
selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda
kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi.
b. Mencatat prepayment (biaya dibayar di muka) sebagai biaya. Misalnya
melaporkan biaya advertensi dibayar di muka untuk tahun depan
sebagai biaya advertensi tahun ini.
17
5. Teknik-teknik perataan laba
Menurut Barnea et.al. (1976) dalam Murtanto (2004) perataan laba dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi
Pihak manajemen menentukan atau mengendalikan waktu transaksi
melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals), misal: pengeluaran biaya
riset dan pengembangan. Selain itu banyak perusahaan juga yang
menerapkan kebijakan diskon dan kredit sehingga hal ini dapat
menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan
akhir tiap kuarter, sehingga laba terlihat stabil pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu. Manajer memiliki
kewenangan untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode
tertentu. Misalnya, jika penjualan meningkat maka manajemen dapat
membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill
pada periode tersebut untuk menstabilkan harga.
3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan dan
kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam
kategori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan non-operasi sulit untuk
di definisikan maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada
pendapatan operasi atau pendapatan non-operasi dan hal ini dapat
digunakan utnuk meratakan laba melihat kondisi pendapatan periode itu.
18
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba
a. Ukuran perusahaan dan perataan laba
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar
kecilnya menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai
pasar saham dan lain-lain. Yunus Hadori (1998:824) dalam Syahriana
(2006) memberikan batasan ukuran sebuah perusahaan berdasarkan atas
total aktiva, yaitu
� Perusahaan dikategorikan besar jika memiliki total aktiva di atas 25
milyar
� Perusahaan menengah memiliki total aktiva di antara 10 sampai 20
milyar
� Perusahaan kecil memiliki total aktiva di bawah 10 milyar
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan. Ukuran perusahaan dimasukkan sebagai salah satu faktor yang
dapat dikaitkan dengan tindakan perataan laba adalah pada perusahaan
yang berukuran besar biasanya lebih banyak mendapat perhatian dari
investor dan perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih
kompleks sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan perataan laba
b. Net profit margin dan perataan laba
Net Profit Margin adalah rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap
penjualan bersih (Masodah, 2007). Semakin tinggi laba bersih maka akan
semakin baik operasi suatu perusahaan. Rasio ini merupakan hasil akhir
operasi suatu perusahaan untuk suatu periode dan merupakan indikator
19
yang efektif untuk menarik kesimpulan mengenai kemampuan manajemen
perusahaan.
Net Profit Margin diduga akan mempengaruhi tindakan perataan
laba karena secara logis margin ini terkait langsung dengan objek perataan
laba. Apabila Net Profit Margin suatu perusahaan rendah maka
manajemen dalam suatu perusahaan dimungkinkan akan melakukan
praktek perataan laba sehingga dengan melakukan praktek perataan laba
maka di mata para pemilik perusahaan, kinerja dari manajemen tersebut
tidak menjadi buruk.
c. Leverage dan perataan laba
Arti leverage secara harfiah (literal) adalah pengungkit. Leverage
merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset (Astuti, 2007).
Semakin besar rasio leverage berarti semakin tinggi nilai utang
perusahaan. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Watts and
Zimmerman dalam hipotesis debt covenant bahwa motivasi debt
covenant disebabkan oleh munculnya perjanjian kontrak antara manajer
dengan perusahaan yang berbasis kompensasi manajerial (Watts and
Zimmerman, 1986).
Dengan demikian perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang
tinggi berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan
proporsi aktivanya Bila rasio leverage tinggi berarti perusahaan
menggunakan utang/financial yang tinggi. Penggunaan utang yang tinggi
akan meningkatkan profitabilitas. Di lain pihak, utang yang tinggi juga
dapat meningkatkan risiko. Jika penjualan tinggi, maka perusahaan bisa
20
memperoleh keuntungan yang tinggi (karena hanya membayar bunga
yang sifatnya tetap), sebaliknya jika penjualan turun, perusahaan
terpaksa bisa mengalami kerugian, karena adanya beban bunga yang
tetap harus dibayarkan. Semakin tinggi tingkat leverage suatu
perusahaan, semakin tinggi pula tingkat risiko yang dihadapi perusahaan
yang berarti semakin tinggi tingkat leverage semakin tinggi pula tingkat
ketidakpastian akan perusahaan sehingga berpengaruh positif terhadap
perataan laba.
F. Telaah Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan
perataan laba telah banyak dilakukan, penelitian-penelitian tersebut antara lain:
Ashari (1994) melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran
perusahaan, profitabilitas, nasionalitas, jenis industri dan leverage operasi
terhadap perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Stock Exchange of
Singapore (SES) periode 1980-1990 dan membuktikan bahwa ukuran perusahaan,
profitabilitas, nasionalitas, jenis industri dan leverage operasi berpengaruh
terhadap tindakan perataan laba di Singapura.
Moses (1987) dalam Murtanto (2004) menemukan bukti bahwa
perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar
untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan kecil
karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subjek penelitian yang
lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum (general public). Hasil
sebaliknya ditemukan oleh Albrecht dan Richardson (1990) bahwa perusahaan-
21
perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan perataan
laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil.
Jin dan Machfoed (1998) mengkaji tentang pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas perusahaan, sector industri, dan leverage operasi perusahaan
terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan publik yang terdaftar di BEJ
periode 1991-1996. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dari ukuran perusahaan dan profitabilitas
perusahaan serta sektor industri terhadap tindakan perataan laba sedangkan,
leverage operasi perusahaan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
Zuhroh (1997) mengkaji tentang pengaruh faktor-faktor yang
mempengaruhi tindakan perataan laba yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, dan
leverage operasi perusahaan pada perusahaan go public di Indonesia. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dari ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan terhadap tindakan perataan
laba sedangkan, leverage operasi perusahaan berpengaruh terhadap tindakan
perataan laba.
Kamarudin, Ismail dan Ibrahim (2004) melakukan penelitian mengenai
pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh
perusahaan yang terdaftar di Kuala Lumpur Stock Exchange periode 1993-1999.
hasil dari penelitian tersebut adalah perusahaan-perusahaan kecil mempunyai
kecenderungan untuk melakukan tindakan perataan laba daripada perusahaan-
perusahaan besar.
Murtanto (2004) melakukan penelitian mengenai pengaruh besaran
perusahaan, net profit margin, kelompok usaha terhadap tindakan perataan laba
22
yang dilakukan oleh perusahaan publik yang terdaftar di BEJ periode 1999 sampai
dengan 2001. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari besaran perusahaan, net profit margin, kelompok
usaha terhadap perataan laba sedangkan klasifikasi winner losser stocks
berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Edy dan Arleen (2005) yang melakukan
penelitian mengenai pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas
perusahaan, leverage perusahaan, dan net profit margin perusahaan terhadap
tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur dan non
manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2000-2002. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa (1) terdapat indikasi dilakukannya tindakan perataan laba
oleh perusahaan public yang terdaftar di BEJ, (2) tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage
operasi perusahaan, dan net profit margin terhadap tindakan perataan laba.
Juniarti dan Corolina (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh
ukuran perusahaan, profitabilitas dan sektor industri terhadap tindakan perataan
laba yang dilakukan oleh industri manufaktur dan industri perbankan/lembaga
keuangan lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya periode 1994 sampai
dengan 2001 tanpa melibatkan tahun 1997 dan 1998. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor ukuran perusahaan, profitabilitas dan sektor industri
perusahaan tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
Penelitian Syahriana (2006) dilakukan terhadap perusahaan manufaktur
yang listing di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian tersebut tindakan perataan
laba yang diukur dengan Indeks Eckel sebagai variabel dependen sedangkan
23
besaran perusahaan, net profit margin, operating profit margin, dan return on asset
sebagai variabel independen. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa besaran
perusahaan, Net profit margin, dan return on asset tidak berpengaruh terhadap
perataan laba hanya operating profit margin yang mempengaruhi tindakan
perataan laba.
Masodah (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh variabel ukuran
perusahaan, Bonus Plan, Debt To Equity, Return On Asset, Return On Investment
dan Net Profit Margin terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh sektor
industri perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta periode 1992 sampai dengan 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor ukuran perusahaan, bonus plan, Return on Asset, return on investment dan
Net Profit Margin tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba, hanya
variabel debt to equity yang signifikan mempengaruhi praktik perataan laba.
Wibowo (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran
perusahaan, rasio profitabilitas, net profit margin, kinerja masa kini dan tingkat
leverage terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan pada perusahaan Food
And Beverages yang terdaftar di BEJ periode 2004-2006. Faktor-faktor
independen yang menjadi variabel berpengaruh dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan, profitabilitas perusahaan, profitabilitas, net profit margin, kinerja
masa kini, dan tingkat leverage perusahaan. Hasil dari penelitiaan ini adalah
bahwa secara serentak dan secara parsial ukuran perusahaan, profitabilitas
perusahaan, net profit margin, kinerja masa kini, dan tingkat leverage perusahaan
berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
24
G. Kerangka Teoritis
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis karena menjelaskan sifat
hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antar kelompok atau kebebasan
(independensi) dari dua atau lebih faktor dalam suatu objek yang diteliti (Sekaran,
2006:162). Jenis penelitian ini menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Menurut Sekaran
(2006:114), kerangka teoritis merupakan fondasi dimana seluruh proyek
penelitian didasarkan. Kerangka teoritis adalah model konseptual yang berkaitan
dengan bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah yang diteliti. Dalam
penelitian ini, untuk variabel indepedennya adalah ukuran perusahaan, net profit
margin dan leverage perusahaan. Sedangkan, variabel dependennya adalah
tindakan perataan laba.
Penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan, net profit margin dan
leverage perusahaan terhadap tindakan perataan laba merupakan topik yang
menarik untuk dikaji ulang. Beberapa penelitian mengenai pengaruh ukuran
perusahaan, net profit margin dan leverage perusahaan terhadap tindakan perataan
laba di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan.
Kerangka teoritis yang menjadi dasar bagi pengambilan hipotesis dapat
digambarkan sebagai berikut:
25
Gambar 2.1
Kerangka teoritis
Variabel Independen Variabel Dependen
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan memiliki hubungan
kausal atau sebab akibat, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen,
entah secara positif atau negative (Sekaran, 2006). Variabel independen
dalam penelitian ini meliputi:
a. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan ditentukan dari jumlah total aktiva yang dimiliki
perusahaan. Batasan ukuran suatu perusahaan berdasarkan atas total
aktiva. Data tentang total aktiva yang diambil dari catatan perusahaan
yang tercantum dalam neraca. Ukuran perusahaan di ukur dari logaritma
total aktiva. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
Ukuran Perusahan (X1)
Net Profit Margin (X2)
Leverage Perusahaan
(X3)
Perataan Laba (Y)
26
b. Net Profit Margin
Variabel ini diukur dengan rata-rata rasio antara laba bersih setelah pajak
dengan total penjualan (Masodah, 2007). Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio.
c. Leverage perusahaan
Arti leverage secara harfiah (literal) adalah pengungkit. Rasio leverage
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Debt to total asset
ratio. Skala pengukurannya adalah skala rasio.
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang mempengaruhi/ menjadi akibat
karena adanya variabel variabel indepeden. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah tindakan perataan laba (income smoothing) yaitu cara
yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang
dilaporkan agar sesuai dengan target yang di inginkan baik secara artificial
melalui metode akuntasi, maupun secara riil melalui tansaksi (Koch, 1981
dalam Eddy dan Arleen, 2005).
H. Perumusan Hipotesis
Dari hasil penelitian sebelumnya yang telah diuraikan di atas mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi perataan laba (income smoothing), maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Ukuran perusahaan, Net Profit Margin dan tingkat leverage perusahaan
(secara bersama).
27
Penelitian di Indonesia mengenai hubungan antara variabel-variabel
indepeden secara bersama terhadap manajemen laba telah banyak dilakukan.
Edy dan Arleen (2005) berpendapat bahwa jenis usaha, ukuran perusahaan,
profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan, dan net profit margin
secara bersama tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Wibowo (2008) yang
menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan, rasio profitabilitas dan net
profit margin secara bersama-sama berpengaruh terhadap tindakan perataan
laba. Dari hasil penelitian-penelitian di atas, hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan, Net
profit Margin, dan leverage perusahaan secara bersama-sama
terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan property and real
estate yang terdaftar di Bursa efek Indonesia.
2. Ukuran perusahaan
Penelitian di Indonesia mengenai hubungan antara ukuran perusahaan
dengan tindakan perataan laba dilakukan oleh Edy dan Arleen (2005)
berpendapat bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tindakan
perataan laba, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Murtanto (2004), Syahriana (2006), Zuhroh (1997), dan
Masodah (2006) tetapi, bertolak belakang dengan penelitian Ashari (1994),
Albrecht dan Richardson (1990) dan Moses (1987), Kammarudin, dkk
(2004) serta Wibowo (2008) yang menemukan bukti bahwa ukuran
28
perusahaan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Dengan perbedaan
persepsi di atas dapat dimunculkan kembali hipotesis:
H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap
tindakan perataan laba pada perusahaan property and real estate
yang terdaftar di Bursa efek Indonesia.
3. Net profit margin
Net Profit Margin adalah rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap
penjualan bersih (Masodah, 2007). Net Profit Margin di duga
mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait
langsung dengan objek perataan penghasilan. Pemilihan net profit margin
sebagai variabel independen di dukung oleh hasil penelitian Salno dan
Baridwan (2000) dalam Edy dan Arleen (2005) dan Wibowo (2008) yang
menyatakan bahwa net profit margin mempengaruhi perataan laba.
Penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Edy
dan Arleen (2005), Syahriana (2006), serta Masodah (2007) yang
menunjukkan hasil bahwa Net Profit Margin tidak berpengaruh terhadap
tindakan perataan laba. Dengan perbedaan persepsi di atas dapat
dimunculkan kembali hipotesis:
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Net profit Margin terhadap
tindakan perataan laba pada perusahaan property and real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Leverage perusahaan
Total utang perusahaan (leverage) juga berpengaruh terhadap manajemen
laba. Sejalan dengan hipotesis debt covenant, perusahaan dengan tujuan
29
leverage yang tinggi termotivasi untuk melakukan manajemen laba agar
terhindar dari pelanggaran perjanjian utang. Zuhroh (1997), Ashari (1994),
Jin dan Machfoed (1998), Masodah (2007), serta Wibowo (2008)
menemukan bahwa tingkat leverage berpengaruh terhadap tindakan
perataan laba. Akan tetapi, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Edy dan Arleen (2005) yang menemukan bahwa leverage perusahaan tidak
berpengaruh terhadap perataan laba. Dengan perbedaan persepsi di atas
dapat dimunculkan kembali hipotesis:
H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara leverage perusahaan
terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan property and real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis karena menjelaskan sifat
hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antar kelompok atau kebebasan
(independensi) dari dua atau lebih faktor dalam suatu objek yang diteliti (Sekaran,
2006:162). Dalam penelitian ini meneliti hubungan atau pengaruh ukuran
perusahaan, Net Profit Margin, dan tingkat leverage perusahaan sebagai variabel
independen terhadap tindakan perataan laba sebagai variabel dependen.
Berdasarkan dimensi waktu dan urutan waktu penelitian ini bersifat cross-
sectional dan time series atau disebut data panel (data pooled), karena selain
mengambil sampel waktu dan kejadian pada suatu waktu tertentu juga mengambil
sampel berdasarkan urutan waktu.
2. Keadaan lingkungan penelitian
Penelitian ini dilakukan pada keadaan yang sesungguhnya, tanpa campur tangan
peneliti atau non contrived yang berupa field study. Peneliti mengamati kejadian
sesungguhnya yang terjadi sesuai fakta yang ada dalam lingkungan yang alami,
dimana pekerjaan berproses secara normal (yaitu dalam situasi yang tidak diatur)
(Sekaran, 2006:170). Peneliti menggunakan data berupa laporan keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan proverty and real estate yang dipublikasikan.
31
B. Populasi Dan Penentuan Sampel
Populasi merupakan kelompok orang, peristiwa yang menjadi perhatian para
peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Sampel merupakan bagian dari populasi, yang terdiri dari beberapa
anggota yang terdiri dari populasi. Sampel penelitian ini adalah perusahaan
property and real estate. Metode pemilihan atau pengambilan sampel yang
digunakan adalah metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dipilih
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu.
Menurut Sekaran (2006) purposive sampling terkadang sangat penting
digunakan dalam mencari informasi sasaran yang spesifik karena tipe-tipe khusus
dari objek penelitian dapat memberikan informasi yang diperlukan dan mereka
merupakan kelompok yang bisa memberikan informasi yang dibutuhkan. Teknik
penarikan sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Purposive
Sampling yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan
kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan. Sampel yang di pilih dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan non manufaktur yang bergerak di bidang
property and real estate yang listing (dari tahun 2004-2007) di Bursa Efek
Indonesia dengan kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2004-2007.
b. Perusahaan mempunyai data laporan keuangan yang lengkap minimal
mencakup neraca, laporan laba rugi dan perusahaan telah mempublikasikan
32
laporan keuangannya pada Bursa Efek Indonesia secara terus menerus
selama periode 2004 sampai dengan 2007.
c. Selama periode peristiwa, perusahaan melaporkan adanya laba mulai tahun
2004-2007, karena penelitian ini untuk melihat adanya praktik perataan laba.
C. Variabel Yang Diteliti Dan Pengukuran Variabel
1. Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik
secara positif maupun negatif. Yaitu, jika terdapat variabel independen, variabel
dependen juga hadir, dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel independen,
terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel dependen (Sekaran:2006).
Pada penelitian ini menggunakan tiga variabel yang diduga mempengaruhi
tindakan perataan laba pada perusahaan property and real estate yaitu ukuran
perusahaan, net profit margin dan leverage perusahaan.
Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan ditentukan dari jumlah total aktiva yang dimiliki
perusahaan. Batasan ukuran suatu perusahaan berdasarkan atas total aktiva
data tentang total aktiva yang diambil dari catatan perusahaan yang
tercantum dalam neraca. Ukuran perusahaan di ukur dari logaritma total
aktiva. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
33
b. Net Profit Margin
Variabel ini diukur dengan rata-rata rasio antara laba bersih setelah pajak
dengan total penjualan (Masodah, 2007). Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio dengan rumus:
Net profit margin = laba bersih setelah pajak
total penjualan
c. Leverage perusahaan
Arti leverage secara harfiah (literal) adalah pengungkit. Leverage
merupakan rasio antara total kewajiban atau total hutang dengan total asset
(Astuti, 2007). Skala pengukurannya adalah skala rasio dengan rumus:
Leverage = Total Hutang
Total Aktiva
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tindakan perataan laba. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Kelompok perusahaan yang
melakukan tindakan perataan laba diberikan nilai 1, sedangkan kelompok
perusahaan yang tidak melakukan tindakan perataan laba diberi nilai 0. Untuk
memisahkan perusahaan yang melakukan perataan dan tidak akan digunakan
Indeks Eckel. Indeks Eckel dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Indeks Eckel = CV ∆I / CV ∆S
Dimana:
∆I : perubahan laba dalam satu periode
∆S : perubahan penjualan dalam satu periode
34
CV : koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai
yang diharapkan
Apabila CV ∆S > CV ∆I, maka perusahaan digolongkan sebagai
perusahaan yang telah melakukan tindakan perataan laba. Jadi jika CV ∆S > CV
∆I diberi nilai 1 dan jika CV ∆I > CV ∆S maka diberi nilai 0.
CV ∆I dan CV ∆S dapat dihitung sebagai berikut :
CV ∆I dan CV ∆S =ectedvalue
ianceexp
var
Atau
CV ∆I dan CV ∆S = Xn
Xx∆
−∆−∆∑ /1
2)(
Dimana:
∆x : perubahan penghasilan bersih/ laba ( I ) / Penjualan (S) antara tahun n
dengan tahun n-1
∆X : rata-rata perubahan penghasilan bersih / laba ( I ) / Penjualan (S) antara
tahun n dengan tahun n-1
N : Banyaknya tahun yang di amati.
Albercht dan Richardson (1990) maupun Ashari, et.al (1994)
mengemukakan tiga kemungkinan yang dapat menjadi tujuan perataan laba yang
diteliti. Ketiga tujuan tersebut adalah laba operasi, laba sebelum pos luar biasa dan
laba bersih setelah pajak. Penelitian ini hanya menguji laba bersih setelah pajak
sebagai tujuan perataan laba karena laba setelah pajak menggambarkan besarnya
laba yang benar-benar tersedia bagi pihak eksternal. Selain itu, rasio-rasio
keuangan yang terdiri dari ROI, ROE dan Net Profit Margin menggunakan laba
bersih setalah pajak sebagai dasar penghitungan.
35
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sekaran
menyatakan bahwa data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari pihak lain.
Data sekunder berupa laporan keuangan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan
property and real estate yang terdapat di BEI selama periode 2004 sampai 2007.
Data tersebut merupakan data sekunder yang bersumber dari Indonesian Capital
Market Directory (ICMD), JSX tahun 2004 sampai 2007 serta website resmi
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan pengolahan data setelah data terkumpul yang
selanjutnya di sajikan dalam bentuk laporan penelitian. Dalam penelitian ini data
dianalisis dengan menggunakan alat uji sebagai berikut:
1. Uji statistik deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik perusahaan
yang dijadikan sampel. Pengujian dengan menggunakan statistik deskriptif
meliputi nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata dan standar deviasi.
2. Uji asumsi klasik
Uji asumsi klasik ini dilakukan sebelum uji regresi guna memperoleh
keyakinan bahwa penggunaan model regresi berganda menghasilkan
estimator linear yang tidak bias (Algifari, 2000). Beberapa asumsi yang
disebut dengan asumsi klasik dapat memenuhi kondisi tersebut. Asumsi
klasik ini meliputi normalitas, multikolineritas, autokorelasi, dan
heterokedastisitas
36
a. Normalitas data
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat model regresi
apakah variabel independen dan variabel dependen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen,
variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak (Ghozali, 2005). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
uji Kolmogorov Smirnov. Level of significant yang digunakan adalah
0,05. Jika nilai p-value lebih besar dari 0,05 maka data dikatakan
berdistribusi normal, begitu pula sebaliknya.
b. Uji multikolineritas
Uji multikolineritas dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan atau
korelasi beberapa variabel independen dalam model regresi. Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolineritas. jika
variabel saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.
variabel orthogonal adalah variabel yang nilai korelasi antar variabel
independent sama dengan nol (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independent.
Terjadinya multikolineritas dalam suatu model regresi dapat dideteksi
dengan menganalisis besaran VIF (Varians Inflation Factors) dan nilai
tolerance dari output SPSS adalah sebagai berikut:
Tolerance value < 0,10 dan VIF > 10 : terjadi multikolineritas
Tolerance value > 0,10 dan VIF < 10: tidak terjadi multikolineritas.
37
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2005). Jika terjadi
korelasi maka dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. hal ini sering
ditemukan pada runtut waktu (time series). Untuk memeriksa adanya
autokorelasi, biasanya memakai uji Durbin Watson dengan langkah-
langkah hipotesis seperti di bawah ini:
Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)
HA : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:
1) Jika 0<d<d1, maka terjadi autokorelasi +
2) Jika dl<d<du, maka tidak ada kepastian apakah terjadi autokorelasi
atau tidak (ragu-ragu)
3) Jika 4-dl<d<4, maka terjadi autokorelasi negative
4) Jika 4-du<d<4-d1, maka tidak ada kepastian apakah terjadi
autokorelasi atau tidak (ragu-ragu)
5) Jika du<d<4-du, maka tidak terjadi autokorelasi positif atau
negative.
38
d. Uji heterokedastisitas
Heterokedastisitas menguji adanya perbedaan variance residual suatu
periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran
hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete residual
nilai tersebut. Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya
heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada
tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dengan
dasar pemikiran bahwa:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
3. Uji regresi berganda
Secara sistematis model yang dikembangkan untuk menguji penelitian ini
adalah dengan menggunakan regresi linear berganda. Model tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y= a1+ b1x1+ b2x2 + b3x3 + e
keterangan :
Y : Tindakan perataan laba
a1 : Konstanta
39
b1 b2 b3 : Koefisien regresi
x1 : Ukuran perusahaan
x2 : Net profit margin
x3 : Leverage
e : Standar error
4. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis dalam
penelitian. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan:
a. Pengujian simultan (uji F)
Pengujian terhadap koefisien regresi dengan menggunakan uji F yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel
independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005).
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan
kriteria pengambilan keputusan quick look, artinya bila nilai F lebih
besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5 %
dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan
bahwa semua variabel independent secara serentak dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen
b. Pengujian koefisien regresi parsial (uji- T)
Pengujian terhadap koefisien regresi dengan menggunakan uji T
merupakan pengujian yang dilakukan terhadap koefisien regresi secara
individual, yakni dengan melihat pengaruh dari seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005).
40
Untuk menentukan apakah terdapat pengaruh atau tidak
terdapat pengaruh antara variabel independen secara individual atau
parsial terhadap variabel dependen, maka pengambilan keputusan
dapat dilakukan dengan menggunakan distribusi probabilitas dengan
derajat atau tingkat signifikansi sebesar 5 % (0,05) selanjutnya di lihat,
apabila nilai probabilitas lebih dari 5 % (0,05) maka Ho diterima dan
Ha di tolak (sig > α), atau dengan kata lain bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara
individual/parsial terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila
nilai probabilitas kurang dari 5 % (0,05) maka Ho ditolak dan Ha
diterima (sig < α), atau dengan kata lain bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dari variabel independen secara individual (parsial)
terhadap variabel dependen.
c. Koefisien determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur persentase variasi
variabel dependen atau variabel dependen yang dijelaskan oleh semua
variabel independennya (variabel independen). Nilai koefisien
determinasi terletak antara 0 dan 1 (0 < R2 <1) dimana semakin tinggi
nilai R2 suatu regresi atau semakin mendekati 1, maka hasil regresi
tersebut semakin baik. Hal ini berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar
penggunaaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah
variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
41
tambahan satu variabel independen maka R2 pasti meningkat tidak
peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Oleh karena itu, digunakan adjusted R2 pada saat
mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted R2 dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
(Ghozali, 2005: 83).
42
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Data
Objek dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan property and real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan
selama periode 2004-2007 secara berkala. Data yang digunakan pada penelitian
ini merupakan data sekunder yang diperoleh Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) serta website resmi Bursa Efek Indonesia.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 36 perusahaan yang
secara berkala menerbitkan laporan keuangan yang telah dipublikasikan dan
dilaporkan dalam ICMD. Pengidentifikasian ada tidaknya praktik perataan laba
yang dilakukan perusahaan yang menjadi sampel dilakukan dengan menggunakan
Indeks Eckel. Suatu perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan yang
melakukan tindakan perataan laba jika kelompok perusahaan yang melakukan
tindakan perataan laba diberikan nilai 1, sedangkan kelompok perusahaan yang
tidak melakukan tindakan perataan laba diberi nilai 0. Indeks Eckel ini diperoleh
dari CV ∆I dan CV ∆S. Total sampel sebanyak 36 perusahaan yang listing di
Bursa Efek Indonesia di peroleh 25 perusahaan yang melakukan perataan laba dan
11 perusahaan tidak melakukan perataan laba.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Uji statistik deskriptif
Uji statistik deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang
akan di uji pada setiap hipotesis, bagaimana profil perusahaan dan distribusi
43
variabel-variabel tersebut. diharapkan hasil uji statistik secara umum dapat
melegitimasi validitas dan reliabilitas variabel yang digunakan dalam uji statistik
setiap hipotesis penelitian. Hasil analisis statistik deskriptif dengan bantuan
komputer program SPSS for windows 13.0 disajikan pada tabel berikut:
Tabel IV.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
36 0 1 .69 .46736 65402208827 10533371748079 2379308202078.89 2663246423639.52236 .01528 .32146 .1455553 .0849622836 .07165 .69988 .4281526 .2015243636
Perataan LabaUkuran PerusahaanNPMLeverageValid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Hasil deskriptif pada table IV.1 diatas dapat dilihat bahwa dari 36
perusahaan property and real estate pada periode 2004-2007 yang menjadi
sampel dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai
rata-rata sebesar 2.379.308.202.078, 89. Hasil statistik terhadap rasio net profit
margin menunjukkan rata-rata sebesar 0,1455. Hasil statistik terhadap rasio
leverage menunjukkan rata-rata sebesar 0,4281. Hasil Statistik untuk variabel
dependen pada tindakan perataan laba pada perusahaan property and real estate
menunjukkan rata-rata sebesar 0,69 dan bernilai positif. Hal ini menunjukkan
bahwa pada periode 2004-2007 perusahaan property and real estate di Indonesia
melakukan tindakan perataan laba dengan pola memaksimalkan labanya.
2. Uji asumsi klasik
a. Normalitas data
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.
Level of significant yang digunakan adalah 0,05. Jika nilai p-value lebih
44
besar dari 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal, begitu pula
sebaliknya. Pengujian normalitas data memberikan hasil seperti yang
ditunjukkan dalam table IV. 2 berikut:
Table IV.2
Uji normalitas data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
36 36 36 36 36.69 27.8439 .1455553 .4281526 .3029719
.467 1.28845 .08496228 .20152436 .24778926
.438 .150 .077 .170 .145
.257 .085 .077 .105 .145-.438 -.150 -.076 -.170 -.1132.627 .899 .459 1.018 .871.000 .394 .984 .252 .434
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
PerataanLaba
UkuranPerusahaan NPM Leverage
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov pada table IV.2 menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan, net profit margin, dan leverage berdistribusi normal
yaitu nilai p-value lebih besar dari 0,05. Ukuran perusahaan mempunyai p-
value sebesar 0,394, net profit margin sebesar 0,984 dan leverage sebesar
0,252. Pada tabel di atas p-value untuk perataan laba sebesar 0,00. Meskipun
bernilai 0,00 tetapi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berdistribusi normal karena uji normalitas dengan menganalisa residual
statistic residual menunjukkan hasil standar residual sebesar 0,434, angka
tersebut lebih besar daripada nilai signifikansi 0,05 sehingga dapat dikatakan
data penelitian ini normal.
b. Uji multikolineritas
Uji multikolineritas dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan atau
korelasi beberapa variabel independen dalam model regresi. multikolineritas
45
dalam suatu model regresi dapat dideteksi dengan menganalisis besaran VIF
(Varians Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika nilai tolerance di bawah
0,10 dan VIF lebih dari 10 maka terjadi multikolineritas, begitu sebaliknya
jika nilai tolerance lebih dari 0,10 dan VIF di bawah dari 10 maka tidak
terjadi multikolineritas. Hasil uji Multikolineritas dapat ditunjukkan pada
table IV.3 berikut:
Table IV.3
Hasil uji multikolineritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Ukuran perusahaan
Net profit margin
leverage
0,997
0,933
0,933
1,003
1,071
1,072
Tidak terjadi multikolineritas
Tidak terjadi multikolineritas
Tidak terjadi multikolineritas
Sumber : Hasil pengolahan data.
Berdasarkan table IV.3 di atas nilai VIF untuk ketiga variabel
independen yang terdiri dari ukuran perusahaan, net profit margin dan
leverage memiliki nilai VIF di bawah 10, sehingga model regresi yang
diajukan dalam penelitian ini tidak mengandung gejala multikolineritas.
Disamping itu semua variabel independen memiliki nilai tolerance lebih
dari 0,1 (10%), artinya tidak ada korelasi antar variabel independen yang
nilainya lebih dari 90 %.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya (Ghozali, 2005). untuk
46
mendeteksi terjadinya autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji
Durbin Witson sebagai berikut:
Tabel IV.4
Hasil uji autokorelasi
Model Summary b
.535a .286 .219 .413 2.174Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Leverage, Ukuran Pers, NPMa.
Dependent Variable: Perataan Labab.
Menurut tabel tersebut di atas diketahui bahwa nilai DW sebesar 2,174.
Jika kita bandingkan nilai tersebut dengan menggunakan derajat
kepercayaan 5%, jumlah sampel 36 dan jumlah variabel independen 3, maka
nilai 2,174 lebih besar daripada batas atas (du) 1,65 dan kurang dari 4-1,65
(4-du), maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model
regresi.
d. Uji heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain (Ghozali, 2001). Untuk mendeteksi adanya gejala heterokedastisitas
digunakan grafik Scatter Plot yang dapat di lihat pada gambar 4.1 grafik
Scatter Plot sebagai berikut:
47
Gambar 4.1 grafik Scatter Plot
Uji Heterokedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Perataan Laba
Regression Standardized Residual
210-1-2-3
Reg
ress
ion
Sta
ndar
dize
dP
redi
cted
Val
ue
1.5
1.0
.5
0.0
-.5
-1.0
-1.5
-2.0
Gambar Scatter Plot di atas menunjukkan gambar titik-titik data tidak ada
pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar secara acak (random) baik di
atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi linier berganda tersebut terbebas dari asumsi klasik
heterokedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.
3. Uji regresi berganda
Model tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y= a1+ b1x1+ b2x2 + b3x3 + e
keterangan :
Y : Tindakan perataan laba
a1 : Konstanta
b1 b2 b3 : Koefisien regresi
x1 : Ukuran perusahaan
x2 : Net profit margin
x3 : Leverage
48
e : Standar error (variabel luar yang mempengaruhi Y)
Dengan memperhatikan hasil regresi dan model regresi berganda maka
di dapat persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan perataan laba pada
perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
dapat digambarkan sebagai berikut:
Y = - 0, 433 + 0, 021 ukuran + 0,156 NPM + 1,243 leverage +e
berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, masing-masing variabel dapat
diinterpretasikan pengaruhnya terhadap tindakn perataan laba, sebagai berikut:
a. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar
0,021 sehingga dapat diartikan semakin besar ukuran perusahaan maka
semakin besar pula manajemen melakukan tindakan perataan laba. Hal ini
mengandung arti bahwa apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya
tetap maka perubahan ukuran perusahaan sebesar 1% akan menaikkan
tindakan perataan laba sebesar 0,021 atau 2,1%.
b. Net profit margin
Rasio Net Profit Margin memiliki koefisien regresi bertanda positif
sebesar 0,156 sehingga dapat diartikan semakin besar rasio Net Profit
Margin maka semakin besar pula manajemen melakukan tindakan
perataan laba. Hal ini mengandung arti bahwa apabila nilai koefisien
regresi variabel lainnya tetap maka perubahan rasio net profit margin
sebesar 1% akan menaikkan tindakan perataan laba sebesar 0,156 atau
15,6%.
49
c. Leverage
Rasio leverage memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 1,243
sehingga dapat diartikan semakin besar rasio leverage maka semakin besar
pula manajemen melakukan tindakan perataan laba. Hal ini mengandung
arti bahwa apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap maka
perubahan rasio leverage sebesar 1% akan menaikkan tindakan perataan
laba sebesar 1,243 atau 124, 3%.
4. Pengujian hipotesis
a. Uji F atau Anova
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel
independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F menunjukkan variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen
jika p value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan. Hasil uji F
adalah sebagai berikut:
Tabel IV.5
Hasil Uji F
ANOVAb
2.185 3 .728 4.274 .012a
5.453 32 .1707.639 35
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Leverage, Ukuran Pers, NPMa.
Dependent Variable: Perataan Labab.
Uji F dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis berikut ini :
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan, Net
profit Margin, dan leverage perusahaan secara bersama-sama terhadap
50
tindakan perataan laba pada perusahaan property and real estate yang
terdaftar di Bursa efek Indonesia.
Dari uji F tersebut di dapat F hitung sebesar 4,274 dengan tingkat signifikan
0,012 oleh karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi
dapat dipakai untuk memprediksi tindakan perataan laba. Hal ini berarti H1
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan, Net profit
margin dan leverage secara bersama-sama berpengaruh terhadap tindakan
perataan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wibowo (2008) yang menyatakan bahwa variabel-variabel
independen dalam penelitian Wibowo (2008) secara serentak atau secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan perataan
laba Tetapi, Hasil tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Edy dan Arleen (2005) yang secara serentak atau secara
bersama-sama dalam pengujian multivariate menunjukkan bahwa variabel-
variabel independen dalam penelitian Edy dan Arleen (2005) mempunyai
nilai signifikansi lebih dari 0,05 sehingga Ha ditolak. Hasil ini menunjukkan
bahwa variabel-variabel independen dalam penelitian Edy dan Arleen (2005)
secara serentak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan
perataan laba sehingga terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu
mengenai pengaruh variabel-variabel independen secara serentak terhadap
tindakan perataan laba.
b. Uji koefisien regresi parsial (Uji-T)
Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, dengan
51
asumsi variabel lainnya konstan. Jika p value lebih kecil dari 0,05 berarti
variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel
independen. Hasil uji ini dapat dilihat pada tabel IV.6 berikut ini :
Tabel IV.6
Hasil uji T
Coefficientsa
-.433 1.515 -.285 .777.021 .054 .057 .379 .707 .997 1.003.156 .850 .028 .184 .855 .933 1.071
1.243 .359 .536 3.465 .002 .933 1.072
(Constant)Ukuran PersNPMLeverage
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Perataan Labaa.
1) Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan
yang tampak dalam nilai total aktiva, dan diukur dengan logaritma
total aktiva (Wibowo, 2008).
H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan
terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan property and
real estate yang terdaftar di Bursa efek Indonesia.
Hasil pengolahan data di atas menunjukkan bahwa p value variabel
ukuran perusahaan adalah sebesar 0,707 lebih besar dari level of
significant yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05. hal ini berarti H2
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Variabel
independen ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap tindakan perataan laba pada signifikan 0,707. Menurut
Muhammad (2001), bahwa perusahaan yang besar tidak selamanya
52
diidentikkan dengan padat modal, tetapi bisa jadi padat karya. Hal ini
memberikan kesimpulan bahwa nilai total aktiva kurang tepat untuk
dijadikan tolak ukur besarnya suatu perusahaan. Hasil tersebut
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Edy dan Arleen
(2005), Murtanto (2004), Syahriana (2006), Zuhroh (1996), dan
Masodah (2006) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Tetapi, hasil penelitian
ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Ashari
(1994), Albrecht dan Richardson (1990), Moses (1987), Kammarudin,
dkk (2004), serta Wibowo (2008) yang menemukan bukti bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
Sehingga terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu mengenai
pengaruh ukuran perusahaan terhadap tindakan perataan laba.
2) Net Profit Margin
Net Profit Margin adalah rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap
penjualan bersih (Masodah, 2007). Menurut Salno dan Baridwan
(2000) dalam Edy dan Arleen (2005) Net Profit Margin diduga
mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait
langsung dengan objek perataan laba.
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Net profit Margin
terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan property and
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Variabel rasio net profit margin mempunyai p value sebesar 0,855 lebih
besar dari level of significant yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05.
53
sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio net profit margin secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Edy dan Arleen (2005), Syahriana (2006), serta Masodah (2007) yang
menunjukkan hasil bahwa net profit margin tidak berpengaruh terhadap
tindakan perataan laba. Tetapi, bertolak belakang dengan penelitian
yang dilakukan oleh Salno dan Baridwan (2000) dalam Edy dan Arleen
(2005) dan Wibowo (2008) yang menyatakan bahwa net profit margin
mempengaruhi perataan laba. Sehingga terdapat perbedaan dengan
penelitian terdahulu mengenai pengaruh net profit margin terhadap
tindakan perataan laba.
3) Leverage
Total Leverage perusahaan diukur melalui debt to asset ratio
merupakan perbandingan antara nilai buku total utang terhadap nilai
buku total aktiva.
H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara leverage
perusahaan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan
property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Variabel leverage perusahaan mempunyai p value sebesar 0,002 lebih
kecil dari level of significant yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat leverage perusahaan secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba.
Koefisien ini menunjukkan semakin tinggi tingkat utang perusahaan
54
maka manajer akan semakin banyak melakukan manajemen laba untuk
menghindari pelanggaran kontrak utang (Debt Covenant Hypothesis).
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Edy dan Arleen (2005) yang menyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari tingkat leverage perusahaan terhadap
tindakan perataan laba, tetapi hasil tersebut konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Zuhroh (1997), Ashari (1994), Jin dan Machfoed
(1998), serta Masodah (2007) yang menyatakan bahwa leverage
berpengaruh terhadap perataan laba.
c. Uji koefisien determinasi
Hasil dari pengujian mengenai koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel
IV.4 Model summary. Berdasarkan dari hasil tabel di atas menunjukkan
bahwa nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R
Square) adalah sebesar 0,219. Hal ini berarti 21,9 % tindakan perataan laba
disebabkan oleh ukuran perusahaan, Net Profit Margin dan leverage
perusahaan dan 78,1 % disebabkan oleh variabel lain di luar variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini membahas tentang pengaruh ukuran perusahaan, Net profit margin,
dan leverage terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan property and real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelusuran data, sampel
yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 perusahaan yang menerbitkan
laporan keuangan periode 2004-2007. Berdasarkan pada beberapa pengujian yang
telah dilakukan menggunakan program SPSS menunjukkan bahwa:
1. Hasil penghitungan secara serentak atau bersama (uji F) di peroleh p value
sebesar 4, 274 sehingga secara serentak atau bersama ukuran perusahaan,
net profit margin dan leverage berpengaruh secara signifikan terhadap
tindakan perataan laba karena p value ukuran perusahaan, net profit
margin dan leverage lebih besar dari level of significant yang telah
ditentukan 0,05. Hasil tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Edy dan Arleen (2005) yang secara serentak tidak
berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
2. Hasil penghitungan secara parsial (uji T) di peroleh p value ukuran
perusahaan sebesar 0,0707, sehingga secara parsial ukuran perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba karena p
value ukuran perusahaan lebih besar dari level of significant yang telah
ditentukan yaitu 0,05. Pengujian tersebut konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Edy dan Arleen (2005), Murtanto (2004), Syahriana (2006),
Juniarti dan Corolina (2005), Zuhroh (1997), dan Masodah (2006) yang
56
menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
tindakan perataan laba.
3. Hasil penghitungan secara parsial (uji T) di peroleh p value net profit
margin sebesar 0,855, sehingga secara parsial net profit margin tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan perataan laba karena p
value net profit margin lebih besar dari level of significant yang telah
ditentukan yaitu 0,05. Pengujian tersebut konsisten penelitian yang
dilakukan oleh Edy dan Arleen (2005), Syahriana (2006), serta Masodah
(2007), yang menunjukkan hasil bahwa Net Profit Margin tidak
berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
4. Hasil penghitungan secara parsial (uji T) di peroleh p value leverage
sebesar 0,002, sehingga secara parsial leverage berpengaruh secara
signifikan terhadap tindakan perataan laba karena p value leverage lebih
kecil dari level of significant yang telah ditentukan yaitu 0,05. Pengujian
tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuhroh (1997),
Ashari (1994), Jin dan Machfoed (1998),Masodah (2007) dan Wibowo
(2008) yang menunjukkan hasil bahwa leverage berpengaruh secara
signifikan terhadap tindakan perataan laba.
B. Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan
perhatian oleh para peneliti yang akan datang dan pihak yang berkepentingan
antara lain :
1. Hanya menggunakan tiga variabel bebas sementara masih banyak faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
57
2. Analisis dalam penelitian ini masih terbatas pada kelompok perusahaan
property and real estate. Penggunaan sampel yang hanya berasal dari satu
kategori industri dikhawatirkan dapat menyebabkan tingkat generalisasi
yang rendah.
3. Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu selama empat
tahun, juga masih terlalu singkat dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya yang dapat mencakup waktu sampai lebih sepuluh tahun.
C. Saran
Dengan adanya keterbatasan pada penelitian ini, penelitian selanjutnya bisa
dikembangkan dengan melakukan penyempurnaan sebagai berikut:
1. Penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan variabel-variabel
lain selain ukuran perusahaan, net profit margin dan leverage.
2. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan dengan menggunakan sampel dari
berbagai kategori industri. Dengan pengambilan sampel yang berasal dari
berbagai kategori industri diharapkan hasil analisis akan memiliki tingkat
generalisasi yang lebih besar.
3. Penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan periode yang lebih
panjang atau rentang waktu yang lebih lama agar pengukuran terhadap
trend perataan laba bisa lebih akurat
58
DAFTAR PUSTAKA
Anuar Khairul, Bin Kamarudin, Wan Adibah Bt. Wan Ismail dan Muhd Kamil Ibrahim. 2004. Market Perception Of Income Smoothing Practices : Malaysia Evidence. www.google.co.id.
Ari Wibowo, Febriyanto. 2008. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Rasio Profitabilitas, Net Profit Margin, Kinerja Masa Kini Dan Tingkat Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba ( Pada Industri Food And Beverages Yang Listing Di BEJ Periode 2004-2006). Skripsi Akuntansi FE UNS (Tidak Dipublikasikan )
Ashari, N., H. C. Koh, S. L. Tan dan W. H. Wong. 1994. Factor Affecting Income
Smoothing Among Listed Companies In Singapore. Journal of Accounting and Business Research, Autumn, 291-301.
Beattie, V., Brown S., Ewers, D., John, B., Manson, S., Thomas, D., and Turner,
M. (1994). Extraordinary items and income smoothing : a positive accounting approach. Journal of Business Finance and Accounting, 21 (6), 791-811.
Corolina dan Juniarti. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Vol. 7, No. 2, Nopember . 148-152.
Dwiatmini, Sesilia dan Nurkholis. 2001. Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba: Kasus Praktik Perataan Laba Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta.Tema. Vol. II, No. 1, Maret. 27-40.
Gumanti, Tatang Ary. 2000. Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol.2. No.2. Nopember. Page 104-115. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Edisi
3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Jin, Liaw She, dan Mas’ud Machfoed. 1998. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.1. No.2. Juli. Page 6-17.
Kustono, Alwan Sri. 2008. Motivasi perataan penghasilan. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia. Vol 11, No. 2, Mei. Page 133-157. Masodah. 2007. Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan Dan Lembaga
Keuangan Lainnya Dan Faktor Yang Mempengaruhinya. www.google.co.id.
59
Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Murtanto. 2004. Analisis Perataan Laba (Income Smoothing) Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Dan Kaitannya Dengan Kinerja Saham Perusahaan Public Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII. Desember : 1177-1201.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba
Empat.
Sugiarto, Sopa. 2003. Perataan Laba Dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.Simposium Nasional Akuntansi VI. Oktober.
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba Teori Dan Model Empiris. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi. 2004. Income Smoothing, Tobins’Q, Agency Problems dan kinerja perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII. Desember.
Suwito, Edi dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap Perataan Laba oleh perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII. September.
Syahriana, Nani. 2007. Analisis Perataan Laba Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2004. Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (Dipublikasikan).
Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.3, No.2. November. Page 89-101.
Zuhroh, Diana. 1997. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Perataan Laba Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia. Tesis S2. Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
60
61
62
HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
36 0 1 .69 .46736 65402208827 10533371748079 2379308202078.89 2663246423639.52236 .01528 .32146 .1455553 .0849622836 .07165 .69988 .4281526 .2015243636
Perataan LabaUkuran PerusahaanNPMLeverageValid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
63
HASIL UJI NORMALITAS
Uji Normalitas Sebelum Transformasi NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
36 36 36 36.69 2379308202079 .1455553 .4281526
.467 2663246423640 .08496228 .20152436
.438 .251 .077 .170
.257 .251 .077 .105-.438 -.192 -.076 -.1702.627 1.507 .459 1.018
.000 .021 .984 .252
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
PerataanLaba
UkuranPerusahaan NPM Leverage
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Normalitas Setelah Transformasi Ke Logaritma Natural NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
36 36 36 36 36.69 27.8439 .1455553 .4281526 .3029719
.467 1.28845 .08496228 .20152436 .24778926
.438 .150 .077 .170 .145
.257 .085 .077 .105 .145-.438 -.150 -.076 -.170 -.1132.627 .899 .459 1.018 .871.000 .394 .984 .252 .434
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
PerataanLaba
UkuranPerusahaan NPM Leverage
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
64
HASIL UJI MULTIKOLINERITAS
Coefficientsa
-.433 1.515 -.285 .777.021 .054 .057 .379 .707 .997 1.003.156 .850 .028 .184 .855 .933 1.071
1.243 .359 .536 3.465 .002 .933 1.072
(Constant)Ukuran PersNPMLeverage
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Perataan Labaa.
65
HASIL UJI AUTOKORELASI
Model Summaryb
.535a .286 .219 .413 2.174Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Leverage, Ukuran Pers, NPMa.
Dependent Variable: Perataan Labab.
66
HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS
Scatterplot
Dependent Variable: Perataan Laba
Regression Standardized Residual
210-1-2-3
Reg
ress
ion
Sta
ndar
dize
dP
redi
cted
Val
ue
1.5
1.0
.5
0.0
-.5
-1.0
-1.5
-2.0
67
HASIL PENGHITUNGAN INDEKS ECKEL
NO Y X1 X2 X3 LNX1 1 0 1921279990099 0.28686 0.07603 28.28 2 0 4513453801521 0.07805 0.51887 29.14 3 1 9708016471125 0.15964 0.26424 29.90 4 1 278543367878 0.13084 0.68893 26.35 5 0 171206335686 0.19393 0.15700 25.87 6 0 1907357328000 0.20913 0.37618 28.28 7 1 2506341173188 0.08220 0.33795 28.55 8 0 634587026000 0.03171 0.07341 27.18 9 1 1284391266356 0.06967 0.64294 27.88 10 1 10533371748079 0.17619 0.56952 29.99 11 1 211515487357 0.12573 0.58324 26.08 12 0 302948337000 0.15560 0.50116 26.44 13 1 3798801360514 0.12806 0.39856 28.97 14 1 4518811475406 0.10197 0.54027 29.14 15 1 2395677320296 0.17895 0.43261 28.50 16 1 268622001762 0.12605 0.69988 26.32 17 1 65402208827 0.27113 0.33561 24.90 18 1 1682386172000 0.20740 0.34360 28.15 19 1 1907309856631 0.08609 0.67006 28.28 20 1 492326846000 0.02220 0.66648 26.92 21 1 1161979825867 0.02708 0.61483 27.78 22 1 8485853807230 0.17993 0.61376 29.77 23 1 202140201925 0.09858 0.59989 26.03 24 1 2191817465000 0.17415 0.55437 28.42 25 1 1876394023506 0.23915 0.48657 28.26 26 0 461214001812 0.01528 0.13034 26.86 27 0 2556977454931 0.31628 0.49120 28.57 28 1 4666098434910 0.12914 0.07165 29.17 29 1 159884051022 0.32146 0.09946 25.80 30 0 1387854718000 0.19860 0.29503 27.96 31 0 1976627309645 0.23734 0.19091 28.31 32 1 374844017000 0.03104 0.56455 26.65 33 0 1110566438655 0.02651 0.14969 27.74 34 1 6232234493432 0.18213 0.52125 29.46 35 1 1843500005180 0.05128 0.60317 28.24 36 1 1864759453000 0.19064 0.55028 28.25
68
PERBEDAAN PENELITIAN INI DENGAN PENELITIAN SEBELUMNYA
No Judul penelitian Variabel-variabel Metode yang digunakan
Hasil penelitian
1. Factors affecting income smoothing among listed companies in Singapore (Ashari, Dkk/1994)
Var. dependen: income smoothing Var. independen : Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan jenis industri
Uji regresi logit Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan jenis industri berpengaruh terhadap tindakan perataan laba
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEJ (Jin dan Machfoed/1998)
Var. dependen: perataan laba Var.independen: ukuran perusahaan, profitabilitas, sector industri, dan leverage operasi perusahaan.
Uji regresi logit Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sector industri tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba hanya leverage operasi yang berpengaruh terhadap perataan laba
3. Analisis perataan laba (income smoothing): faktor-faktor yang mempengaruhi dan kaitannya dengan kinerja saham perusahaan public di Indonesia. (Murtanto/2004)
Var. dependen : perataan laba Var. independen: Besaran perusahaan, NPM, Kelompok usaha, dan winner losser stock
Uji regresi logit Besaran perusahaan, NPM, Kelompok usaha tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba hanya winner losser stock yang berpengaruh terhadap tindakan perataan laba
4. Analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEJ (Edy dan Arleen/2005)
Var. dependen : perataan laba. Var. indepeden: Jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, dan NPM
Binary logistic regresion
Jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan NPM secara simultan maupun parsial tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
5. Praktik perataan laba sektor industri perbankan dan lembaga keuangan lainnya dan faktor yang mempengaruhinya (Masodah/2007)
Var. dependen : perataan laba. Var. independen: Size, bonus plan, leverage (yang diproksikan debt to equity), dan profitabilitas.
Uji regresi berganda
Size, bonus plan dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba hanya leverage yang berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
69
6. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Rasio Profitabilitas, Net Profit Margin, Kinerja Masa Kini Dan Tingkat Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba ( Pada Industri Food And Beverages Yang Listing Di BEJ Periode 2004-2006) (Wibowo/2008)
Var. dependen: perataan laba Var. independen: Ukuran perusahaan, Profitabilitas, NPM, Kinerja masa kini, tingkat leverage
Uji regresi berganda
Ukuran perusahaan, NPM, profitabilitas, kinerja masa kini dan tingkat leverage berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap tindakan perataan laba.
7. Pengaruh ukuran perusahaan, Net profit margin dan leverage terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di BEI (Ningrum/2009)
Var. dependen: tindakan perataan laba. Var. independen: Ukuran perusahaan, net profit margin, dan tingkat leverage
Uji regresi berganda
Ukuran perusahaan, NPM dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap tindakan perataan laba dan hanya leverage yang berpengaruh secara parsial terhadap tindakan perataan laba