Post on 02-Dec-2015
description
ASUHAN KEPERAWATAN MASTOIDITIS
Batasan:
Mastoiditis merupakan keradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi
dari Otitis Media Kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan
epitel sel-sel mastoid udara (mastoid air cells) yang melekat ditulang temporal. Mastoiditis
adalah penyakit sekunder dari otitis media yang tidak dirawat atau perawatannya tidak
adekuat.
Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis. Pada saat belum ditemukan-
nya antibiotik, mastoiditis merupakan penyebab kematian pada anak-anak serta
ketulian/hilangnya pendengaran pada orang dewasa. Saat ini, terapi antibiotik ditujukan
untuk pengobatan infeksi telinga tengah sebelum berkembang menjadi mastoiditis.
Etiologi:
Kuman aerob.
- Positif gram : S. Pyogenes, S. Albus.
- Negatif gram : Proteus spp, Pseudomonas spp, E. Coli, kuman anaerob.
- Bakterioides spp
Pathofisiologi:
Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media Akut.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya infeksi berulang.
1. Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran timpani.
2. Rinogen : dari penyakit rongga hidung dan sekitarnya.
3. Endogen : alergi, DM, TBC paru.
Diagnosis:
1. Anamnesis
- Otorea terus menerus/kumat-kumatan lebih dari 6-8 minggu.
- Pendengaran menurun (tuli).
2. Pemeriksaan.
1) Tipe Tubo Timpani (hipertropi, benigna).
1
1
- Perforasi sentral.
- Mukosa menebal.
- Audiogram; tuli konduktif dengan “air bone gap” sebesar 30 dB.
- X-foto mastoid: sklerotik.
2) Tipe Degeneratif
- Perforasi sentral besar.
- Granulasi/polip pada mukosa cavum timpani.
- Audiogram: tuli konduktif/campuran dengan penurunan 50-60 dB.
- X-foto mastoid: sklerotik.
3) Tipe Metaplastik (atikoantral maligna)
- Perforasi atik/marginal.
- Terdapat Kolesteatom
- Destruksi tulang pada margotimpani
- Audiogram: tuli konduktif/campuran dengan penurunan 30 atau lebih.
- X-foto mastoid: sklerotik.
4) Tipe Campuran (degeneratif metaplastik)
- Perporasi marginal besar atau total.
- Granulasi dan kolesteatom.
- Audiogram : Tuli konduktif/campuran dengan penurunan 60 dB asal lebih.
- X-Foto mastoid sklerotik/rongga.
3. Pemeriksaan tambahan : pembuatan audiogram dan X-foto mastoid.
1.Penyulit
1. Abses retro aurikula
2. Paresis/paralisis syaraf fasialis
3. Labirintitis
4. Komplikasi intra kranial: meningitis, abses extra dural, abses otak.
A. PENATALAKSANAAN KOLABORASI
B. PENGKAJIAN
Manifestasi klinik mastoiditis meliputi adanya pembengkakkan dibelakang telinga dan rasa
sakit pada saat pergerakan minimal dari tragus, pinna atau kepala. Rasa sakit tidak berku-
rang dengan tindakan Myringotomy. Selulitis timbul di kulit atau di kulit kepala luar
2
2
selama proses mastoid berlangsung. Pada pemeriksaan otostopik ditemukan adanya warna
merah, tumpul/majal, tebal, membran timpani yang tidak bergerak dengan atau tanpa per-
forasi. Nodes limpa postauricular teraba lembut dan membesar. Klien mastoiditis juga
dapat mengalami demam yang tidak begitu tinggi, malas dan anoreksia.
Berdasarkan tipenya, penatalaksanaan terapi dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tipe tubo timpanal stadium aktif:
- Antibiotika: ampisilin/amoxillin (3-4 x 500 mg oral), klindamisin (3x150 mg – 300 mg
oral) per hari selama 5-7 hari.
- Pengobatan sumber infeksi dirongga hidung dan sekitarnya.
- Perawatan lokal dengan Perhidrol 3 % dan tetes telinga Chloramphenicol 1-2 %.
- Pengobatan alergi bila ada latar belakang alergi.
Pada stadium tenang (kering) dilakukan Miringoplasty).
2. Tipe degeneratif:
- Atikoantrotomi
- Timpanoplastik
3. Tipe metaplastik/campuran.
- Mastoidektomi radikal
- Mastoidektomi radikal & rekonstruksi
Paresis/paralisis syaraf fasialis
1. Menentukan lokasi lesi
- Dengan tes Scheimer : supra/intra ganglion.
- Refleks stapedeus: positif lesi dibawah M. Stapedeus.
negatif lesi diatasnya
2. Mastoidektomi, urgen dan dekompresi syarap fasialis.
3. Rehabilitasi.
2.Intervensi
C. PENATALAKSANAAN TANPA PEMBEDAHAN. TERAPI ANTIBIOTIK
DITUJUKAN UNTUK MENCEGAH PENYE-BARAN INFEKSI DARI OTITIS
MEDIA ATAU MASTOIDITIS, NAMUN JUGA ADA BATAS PENGGUNAAN
UNTUK PENGOBATAN MASTOIDITIS KARENA ADANYA KESULITAN
UNTUK MENERIMA EFEK ANTIBIOTIK SAMPAI KEDALAM STRUKTUR
TULANG MASTOID YANG MENONJOL. DARI PEMERIKSAAN BIAKAN
DAPAT DITENTU-KAN KESENSITIFAN ORGANISME YANG MENGINFEKSI
3
3
TERHADAP ANTIBIOTIK TERTENTU. BAHAN UNTUK BIAKAN
DIPEROLEH DARI CAIRAN TELINGA ATAU DARI TINDAKAN
MYRINGOTOMY.
a. Penatalaksanaan Pembedahan
Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak ada
respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total
yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-
lihkan ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran.
Seluruh jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian
yang lain.
Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum dibuang se-
muanya atau ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain diluar mastoid dan telinga te-
ngah. Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial
wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke
arah sam-ping/lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke
samping (syaraf kranial VII). Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis,
abses otak, otitis media purulen yang kronis dan luka infeksi.
1) TYMPANOPLASTY
Ahli bedah berusaha memulihkan kembali telinga tengah untuk memperbaiki pendengaran
yang hilang. Prosedur pembedahan yang ada bervariasi, mulai dari cara pemulihan yang
sederhana pada membran timpani atau dikenal dengan istilah myringoplasty sampai
penggantian ossicles didalam telinga tengah. Tipe I tympanoplasty digunakan pada
myringoplasty. Tindakan tympanoplasty yang bermutu tinggi digunakan untuk kerusakan
yang lebih besar serta disiapkan untuk pemulihan yang lebih ekstensif/lebih luas.
3.Perawatan Pre-Operasi
Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijadwalkan untuk menjalani
tympanoplasty. Antibiotik tetes diberikan sebelum pembedahan untuk membunuh
organisme yang menginfeksi, cairan yang terdiri dari cuka dan air steril dengan perban-
dingan yang sama diberikan untuk mengirigasi telinga, yang bertujuan untuk
4
4
mengembalikan ke pH normal.
Hal-hal yang harus dilakukan klien agar tidak terjadi infeksi pre-operasi seperti:
- menghindari orang-orang yang terinfeksi saluran pernafasan atas.
- beristirahat yang cukup.
- mengkonsumsi diet yang seimbang.
- mempertahankan intake cairan yang adekuat.
Perawat meyakinkan klien bahwa prosedur yang dilaksanakan bertujuan untuk
memperbaiki pendengaran, meskipun pada awalnya pendengarannya akan berkurang kare-
na adanya balutan di kanal. Perawat menerangkan pentingnya bernafas dalam setelah ope-
rasi. Mengenai cara batuk yang benar juga perlu diterangkan dan hindari batuk yang kuat,
karena dapat meningkatkan tekanan di telinga tengah.
Prosedur Operatif
Pada awalnya tindakan pembedahan dilakukan hanya bila di telinga tengah dan tuba
eusthacia bebas dari infeksi. Apabila terjadi infeksi, maka hasil dari tindakan
graft/pemindahan kulit kemungkinan besar menjadi infeksi dan tidak sembuh sebagaimana
mestinya. Pada pembedahan membran timpani dan ossicles mengharuskan penggunaan
mikroskop dan dipertimbangkan sebagai prosedur yang sulit. Anestesi lokal dapat
digunakan meskipun yang sering dipilih adalah anestesi general untuk mencegah klien agar
tidak cepat sadar.
Ahli bedah dapat memperbaiki membran timpani dengan menggunakan bahan-
bahan seperti otot fascia temporal, mengambil bagian yang tebal untuk dilakukan skin graft
dan jaringan vena. Apabila ossicles rusak, tindakan yang lebih ekstensif harus diambil
untuk memperbaiki atau mengganti tulang yang kecil tersebut. Ahli bedah menjangkau
ossicles dengan salah satu dari 3 cara berikut ini:
1. Pendekatan Transkanal (Transcanal Approach).
2. Insisi Endaural (Endaural Incision).
3. Mengarahkan Postauricular melalui Mastoidektomi (The Postauricular Route via
Mastoidectomy).
Ahli bedah kemudian membuang jaringan penyakit dan membersihkan rongga telinga te-
ngah. Tingkat kerusakan ossicles dikaji dengan teliti agar dapat diperbaiki atau diganti jika
perlu. Ahli bedah menggunakan kartilago autogenous atau tulang, ossicles pada mayat
(cadaver), kawat stainless steel atau komponen polytetrafluoroethylene (teflon) untuk
5
5
memperbaiki atau mengganti ossicles.
4.Perawatan Post Operasi
Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti Iodoform gauze (Nuga-
uze), dibalut didalam kanal auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural,
dressing luar ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing dijaga/dipertahankan kebersih-
an dan kekeringannya. Perawat menggunakan teknik steril ketika mengganti dressing.
Klien tetap dalam posisi datar dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam
post operasi. Terapi antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan.
Umumnya klien melaporkan mengalami kemajuan setelah balutan pada kanal
dilepaskan. Sampai saat itu, perawat menggunakan teknik komunikasi khusus karena
adanya gangguan pendengaran pada klien dan melakukan percakapan langsung pada
telinga yang tidak terganggu. Perawat melatih klien mengenai perawatan post operasi dan
pembatasan aktifitas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat timbul:
1. Perubahan persepsi/sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah
atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Hasil yang diharapkan: Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensori
pendengaran sampai pada tingkat fungsional.
NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1.
2.
Kaji tanda-tanda awal kehilangan pendengaran.
Bersihkan serumen yang tersembunyi dengan cara
irigasi.
- Pastikan bahwa klien tidak mengalami perforasi
pada membran timpaninya atau tidak mengalami
Diagnosa awal terhadap kea-
daan telinga atau terhadap
masalah-masalah pendengar-
an yang ada memungkinkan
pemberian intervensi sebelum
pendengaran rusak secara
permanen.
Serumen yang letaknya ter-
sembunyi dapat menyebab-
kan tuli konduktif sehingga
menambah masalah pende-
6
6
3.
4.
5.
otitis media.
- Hangatkan cairan untuk irigasi sesuai dengan su-
hu tubuh.
Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh do-sis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat
alat pendengaran secara tepat.
Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-tek-
nik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya
ketulian lebih jauh.
ngaran yang sudah ada.
Penghentian terapi antibiotik
sebelum waktunya dapat me-
nyebabkan organisme sisa
berkembang biak sehingga
infeksi akan berlanjut.
Keefektifan alat pendengaran
tergantung pada tipe ganggu-
an/ketulian, pemakaian serta
perawatannya yang tepat.
Apabila penyebab pokok ke-
tulian tidak progresif, maka
pendengaran yang tersisa
sensitif terhadap trauma dan
infeksi sehingga harus dilin-
dungi.
2. Rasa cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
Hasil yang diharapkan: Klien akan menyatakan bahwa rasa cemas mengenai komu-
nikasi yang terganggu berkurang dan akan lebih pandai dalam
menggunkan alternatif teknik komunikasi.
NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Demonstrasikan aktifitas yang dapat meningkatkan
pemahaman terhadap komunikasi verbal.
- Atur posisi perawat langsung didepan klien.
- Yakinkan wajah anda (perawat) dan wajah klien
berada dalam pencahayaan yang cukup.
- Dapatkan perhatian klien terlebih dahulu sebe-
Menunjukkan kepada klien
bahwa dia dapat berkomuni-
kasi dengan efektif tanpa
menggunakan alat khusus, se-
hingga dapat mengurangi ra-
sa cemasnya.
7
7
2.
3.
lum anda mulai bicara.
- Atur jarak anda sedekat mungkin dengan klien.
- Gunakan nada suara yang normal.
- Jangan berteriak.
- Jauhkan tangan & benda lain dari mulut anda ke-
tika berbicara dengan klien (karena dapat meng-
halangi klien untuk melihat gerak bibir anda).
- Apabila memungkinkan, lakukan percakapan di
ruang pribadi/tertutup tanpa ada gangguan suara
luar.
- Validasikan dengan klien mengenai pemahaman-
nya terhadap pernyataan perawat dengan cara:
suruh klien untuk mengulangi atau menjelaskan
kembali pernyataan tersebut dengan mengguna-
kan kata-kata klien sendiri.
- Gunakan indera atau media lain selama ber-
komunikasi, seperti:
Gerakan tangan.
Perubahan/mimik wajah.
Sentuhan.
Gambar-gambar.
Tulisan.
Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengaran nya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
Kaji kemampuan klien dalam membaca & menulis.
Harapan-harapan yang tidak
realistik tidak dapat mengura-
ngi kecemasan, justru malah
menimbulkan ketidakpercaya
an klien terhadap perawat.
Komunikasi dengan cara me-
nulis dapat efektif dalam
mempertahankan kemandiri-
an klien, harga diri serta kon-
8
8
4.
5.
6.
Beritahukan/kenalkan pada klien semua alternatif
metode komunikasi (seperti bahasa isyarat &
membaca bibir) dengan langkah yang tepat untuk
masing-masing klien.
Berikan informasi mengenai kelompok yang juga
pernah mengalami gangguan seperti yang dialami
klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan
alat-alat yang tersedia yang dapat membantu klien.
tak sosialnya; bagaimanapun
komunikasi dengan cara ini
tidak nyaman atau tidak me-
mungkinkan bagi klien yang
minim keterampilan memba-
ca & menulisnya.
Memungkinkan klien untuk
memilih metode komunikasi
yang paling tepat untuk kehi-
dupannya sehari-hari disesu-
aikan dengan tingkat kete-
rampilannya sehingga dapat
mengurangi rasa cemas &
frustasinya.
Dukungan dari beberapa
orang yang memiliki penga-
laman yang sama akan sangat
membantu klien.
Agar klien menyadari sum-
ber-sumber apa saja yang ada
disekitarnya yang dapat men-
dukung dia untuk berkomu-
nikasi.
3. Kerusakan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Kriteria hasil:
Klien akan:
- Memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
- Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal: komunikasi tulisan, bahasa lam-
bang, berbicara dengan jelas pada telinga yang “baik”.
9
9
NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1.
2.
Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan
& catat pada rencana perawatan metode yang
diguna-kan oleh staf dan klien, seperti:
Tulisan.
Berbicara.
Bahasa isyarat.
Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara ver-
bal.
a. Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, ber-
bicara dengan perlahan & dengan jelas langsung ke
telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada
berbicara dengan keras).
- Tempatkan klien dengan telinga yang baik
berhadapan dengan pintu.
- Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
b. Jika klien dapat membaca ucapan:
- Lihat langsung pada klien & bicaralah lam-
bat & jelas.
- Hindari berdiri didepan cahaya karena dapat
menyebabkan klien tidak dapat membaca
bibir anda.
c. Perkecil distraksi yang dapat menghambat kon-
sentrasi klien.
- Minimalkan percakapan jika klien kelelah-
an atau gunakan komunikasi tertulis.
- Tegaskan komunikasi penting dengan me-
nuliskannya.
d. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan
penerjemah. Alamatkan semua komunikasi
pada klien, tidak kepada penterjemah. Jadi
seolah-olah perawat sendiri yang langsung
Dengan mengetahui metode
komunikasi yang diinginkan
oleh klien maka metode yang
akan digunakan dapat dise-
suaikan dengan kemampuan
& keterbatasan klien.
Pesan yang ingin disampai-
kan oleh perawat kepada kli-
en dapat diterima dengan ba-
ik oleh klien.
10
10
3.
berbicara kepada klien dengan mengabaikan
keberadaan penterjemah.
Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pende-ngaran dan pemahaman. Bicara dengan jelas, menghadap individu.
Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi
pembicaraan.
Gunakan rabaan & isyarat untuk
meningkatkan komunikasi.
Validasi pemahaman individu
dengan menga- jukan pertanyaan yang
memerlukan jawaban lebih dari “ya” atau
“tidak”.
Memungkinkan komunikasi
dua arah antara perawat de-
ngan klien dapat berjalan de-
ngan baik & klien dapat me-
nerima pesan perawat secara
tepat.
PENGKAJIAN DATA
I. Identitas Klien
Nama : Ny. SM
Umur : 31 tahun
TTL : -
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Candu RT I RW I Blitar.
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
11
11
Lama bekerja : -
MRS : 5 April 2001
Keluarga terdekat : Suami
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Candu RT I RW I Blitar.
II. Status Kesehatan Saat Ini:
1. Alasan kunjungan ke RS: Pendengaran menurun/tidak mendengar sejak 2 tahun,
telinga kanan dan kiri.
2. Keluhan utama saat ini:Otore kanan dan kiri sejak 2 tahun, kumat-kumatan. 1 bulan
ini telinga kanan dan kiri sering basah.
3. Lama keluhan : 1 bulan.
4. Timbulnya keluhan: Hilang-timbul.
5. Faktor yang memperberat: Bila batuk pilek.
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: Bila kambuh, berobat ke RSU Wlingi
Blitar dan ke dokter praktek.
7. Diagnosa medik: Mastoiditis (tanggal 5 April 2001). Tanggal 5 April 2001 post
op Myringoplasty.
III. Riwayat Kesehatan Yang Lalu:
Tuli konduksi D/S, perforasi membran timpani/perforasi sub total D/S. Sudah 2 tahun
berobat ke RSU Wlingi Blitar dan ke dokter praktek. Klien tidak memiliki riwayat
alergi.
IV. Pengkajian Fisik
Tanggal April 2001:
1. Sistem Pernafasan (B 1)
RR = 20 x/mnt, tidak ada sesak nafas, tidak ada batuk pilek, tidak memiliki riwayat
asma dan suara nafas normal.
2. Sistem Hemodinamika (B 2)
TD = 130/80 mmHg, nadi = 84 x/mnt, suhu = 36,5 oC, suara jantung vesikuler.
Perfusi perifer baik, turgor baik, intake-output seimbang, infus RL 20 tts/mnt, klien
12
12
tampak gelisah.
3. Sistem Kesadaran dan Otak (B 3)
Kadang-kadang kepala pusing/vertigo, bentuk kepala simetris, GCS= 4 5 6, pupil
normal, orientasi baik, tuli konduksi telinga kiri dan kanan. Tidak ada tanda-tanda
parese pada syaraf VII. Post op Myringoplasty tanggal 6 April 2001, verban
tampak terpasang dan terawat baik.
Audiogram tanggal:
Tanggal
K1 K1 K1 K1 K1
125 250 500 1 K 2 K 4 K 8 K
4. Sistem Perkemihan (B 4)
Baik 2-3 x/hr, warna kuning jernih.
5. Sistem Pencernaan (B 5)
Nafsu makan baik, tidak ada mual/muntah, BAB 2 x/hr pagi dan sore. Klien tidak
ada sakit maag.
6. Sistem Integumen dan Muskuloskeletal (B 6)
Mandi 2 x/hr pagi dan sore, kulit bersih, tidak ada nyeri otot dan persendian.
V. Pengkajian Psikososial
1. Pola pikir dan persepsi: kesulitan yang dialami klien: klien kesulitan melakukan
komunikasi dengan orang lain.
2. Persepsi diri: saat ini selain klien memikirkan penyakitnya, juga memikirkan kelu-
arganya (suami dan anak-anaknya).
3. Suasana hati: gelisah dan khawatir memikirkan bagaimana bisa membeli alat bantu
pendengaran (masalah keuangan).
4. Hubungan/komunikasi: bicara dengan klien harus keras dan menggunakan isyarat
dengan tangan, jarak harus dekat dengan klien.
5. Kehidupan keluarga:
13
13
- Adat istiadat yang dianut: Jawa.
- Pembuat keputusan dalam keluarga: suami.
- Pola komunikasi: suami memutuskan setiap permasalahan yang perlu pengambilan
keputusan.
- Keuangan: pas-pasan.
VI. Data Laboratorium dan Radiologi:
Tanggal 7 Maret 2001
Foto Ro: - Mastoiditis bilateral tipe sklerotik.
- Cor: besar dan bentuk normal.
- Pulmo: tidak tampak kelainan.
- Sinus phrenice-costalis kiri dan kanan.
Tanggal 7 Maret 2001
Laboratorium:
- Urea N: 6 mg/dl.
- Kreatinin serum: 0,7 mg/dl.
- Bilirubin direk: 0,18 mg/dl.
- Bilirubin total: 0,73 mg/dl.
- SGOT: 20 U/L.
- SGPT: 18 U/L.
VII. Terapi/Pengobatan
- Infus RL 20 tts/mnt.
- Klindamycin 3x300 mg.
- Mefenamat acid 3x500 mg k/p.
- Rawat luka (ganti verban).
- Operasi Myringoplasty tanggal 6 April 2001.
Analisa Data
TGL KELOMPOK DATA KEMUNGKINANPENYEBAB
MASALAH DIAGNOSA
9/4/2001
DS:Klien mengatakan ia ti-dak bisa mendengar, bi-la diajak berbicara ha-rus keras & dekat.
Penurunan pende-ngaran.
Kerusakan Ko-munikasi
Kerusakan ko-munikasi ber-hubungan de-ngan penurun-
14
14
10/4/2001
10/4/2001
DO: - Audiogram klien tuli konduksi sedang kanan & kiri.- Diajak bicara lebih
banyak diam.- Bicara dengan kli-
en harus keras.
DS: Klien mengeluh pu-sing sewaktu duduk/ bangun tidur.
DO: -TD: 130/80 mmHg, nadi: 84x/mnt, RR: 20 x/mnt.- Gelisah.- Post op Myringo-
plasty.
DS: Klien menanyakan bagaimana cara mera-wat telinganya bila pulang nanti.
DO: -Klien gelisah.- Bicara harus keras.- Komunikasi deng-
an orang lain sulit.- Klien tinggal diluar
kota Surabaya, yai-tu di Wlingi, Bli-tar.
Vertigo
Ketidakcukupan pengetahuan
Cedera
Ketidak efek-tifan penata-laksanaan program terapeutik.
an pendengaran
Resiko terha-dap cedera berhubungan dengan vertigo
Ketidak efek-tifak penata-laksanaan program tera-peutik berhu-bungan dengan ketidak cukup-an pengetahu-an tentang pe-rawatan telinga & tanda-tanda gejala kompli-kasi.
15
15
NO TGL DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI1. 10/4/
2001Kerusakan komunikasi berhubungan dengan penu-runan pendengaran.
Klian mampu melakukan komunikasi dengan setiap orang.
Klien mampu:-menerima pe-
san-pesan me-lalui metoda alternatif.
1. Gunakan fak-tor-fakto yang meningkatkan pendengaran & pengertian.
2. Berikan meto-da alternatif komunikasi.
3. Berikan ling-kungan yang tenang.
4. Tulis & bicara pesan-pesan yang penting.
Memaksimalkan kemampuan ko-munikasi klien.
1. Bicara terang & jelas mengha-dap kearah kli-en.
2. Mengulangi & mempersingkat kata.
3. Menyentuh ta-ngan & bahu klien untuk me-ningkatkan ko-minikasi.
4. Menggunakan kertas & pensil untuk berkomu-nikasi.
5. Mengurangi gangguan eks-ternal.
6. Menganjurkan klien untuk menggunakan waktu bicara yang cukup & menggunakan kata-kata serta gerrakan bibir yang jelas.
7. Menulis & bi-cara pada klien mengenai pesan & perintah yang penting menge-nai perawatan & pengobatan-nya.
Klien mampu melakukan komunikasi walau harus bicara dengan keras.
16
16
2.
3.
10/4/2001
10/4/2001
Resiko terhadap cedera berhubungan dengan verti-go.
Ketidakefektifan penata-laksanaan program tera-peutik berhubungan deng-an ketidakcukupan penge-tahuan tentang perawatan telinga; tanda-tanda gejala dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Cedera tidak terjadi
Penatalaksanaan program terapeutik efektif.
-Pusing/vertigo berkurang/hilang.-Kllien tidak ge-lisah lagi.
Klien mampu menjelaskan kembali/mengu-lang kembali apa yang telah dije-laskan perawat.
1. Orientasikan klien terhadap sekelilingnya.
2. Awasi klien secara ketat.
3. Pertahankan tempat tidur pada ketinggi-an yang pa-ling rendah.
4. Berikan terapi analgesik: Asam Mefe-namat 500 mg 3x1 tab.
1. Identifikasi faktor-faktor penyebab yang meng-hambat pene-talaksanaan yang efektif.
2. Jelaskan & bi-carakan pro-ses penyakit, aturan pera-watan & pengobatan, perubahan ga-
Agar klien tahu dimana ia bera-da.
Untuk menghin-dari & memper-kecil kemungki-nan cedera.
Memudahkan klien untuk turun naik tempat ti-dur.
Untuk menghi-langkan/mengu-rangi nyeri.
Segera dapat me-ngetahui & me-ngatasi faktor yang menghala-ngi penatalaksa-naan yang efektif
Agar klien me-ngetahui & me-ngerti tentang perawatan & pe-ngobatan penya-kitnya.
1. Menjelaskan kondisi diruang
an.2. Menganjurkan
keluarga untuk mendampingi klien bila ingin kekamar mandi/ WC.
3. Menyarankan klien untuk ti-dak langsung bangun/duduk.
4. Menyetel tem-pat tidur seren-dah mungkin.
5. Memberikan asam Mefena-mat 500 mg.
1. Menanyakan masalah-masa-lah yang mem-buat klien geli-sah & khawa-tir.
2. Menjelaskan bahwa:
- kemampuan pendengaran klien tetap tidak pulih, tetapi ke-luhan-keluhan-nya dulu akan hilang.
-Pusing/verti-go tidak terja-di.-Cedera tidak terjadi.
-Klien & ke-luarga dapat mengerti apa yang telah di jelaskan & akan tetap kontrol ke RS bila telah sembuh.-Klien dapat memahami & mengerti ha-rus kemana bila mengala-mi kesulitan
17
17
ya hidup, sumber-sum-ber dukungan yang tersedia.
3. Jelaskan bah-wa perubahan dalam gaya hidup & kebu-tuhan belajar akan membu-tuhkan waktu untuk terinte-grasi.
Setiap perubahan memerlukan pro-ses adaptasi yang lama.
- Agar kontrol secara teratur.
- Menganjurkan untuk membeli alat bantu de-ngar.
3. Memberikan materi penjelas-an secara berta-hap & tertulis.
4. Menganjurkan klien untuk me-ngunjungi dok-ter spesialis THT dikotanya, agar ia mempe-roleh penjelasan atas kesulitan yang dihadapi bila telah pu-lang nanti.
mengenai pe-rawatan te-linganya.
18
18
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd Edition. WB Saunders.
Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu
Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya.
19
19