Post on 08-Dec-2014
description
TUGAS ETIKA PROFESI KEBIDANAN
APLIKASI ETIKA PRAKTEK KEBIDANAN PADA KB
Dosen Pembimbing:
Anita Dwi Agustinasari, SST
Disusun Oleh:
ENI FITRI LESTARI 110.106.024ISTATIK BADIAH 110.106.039NIKEN RAHAYU 110.106.053OKTIKA WAHYU S 110.106.0RIA AYU LESTARI 110.106.062SUSI PRASETYONINGSIH 110.106.083
PROGRAM STUDI D III KEBIDANANUNIVERSITAS TULUNGAGUNG
2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Yang
Maha Esa, atas petunjuk dan kekuatan-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas Etika Profesi Kebidanan dengan lancar
tanpa kendala yang berarti.
Tugas ini kami susun dengan tujuan memenuhi kebutuhan
kami sebagai mahasiswa untuk menambah pengetahuan kami
tentang mata kuliah ini. Dengan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber yang relevan, yang nantinya dapat bermanfaat
bagi semua untuk mengatasi kesulitan belajar dalam
mempelajari mata kuliah ini.
Dalam penyelesaian makalah ini tentunya banyak
melibatkan berbagai pihak. Untuk itu ucapan terimakasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Tentunya dalam penyusunan tugas ini kami belumlah
cukup sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran untuk menjadikan isi makalah ini menjadi lebih baik dan
menjadi tolak ukur bagi kami untuk menyusun makalah yang
sesuai dengan harapan kita semua yang bermanfaat untuk
sekarang dan masa depan. Semoga segala ikhtiyar kita diridhoi
Allah SWT, Amin.
Tulungagung, April 2013
Penyusun
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Paradigma baru program keluarga berencana NASIONAL telah di ubah
visinya dari mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) menjadi visi untuk mewujudkan “keluarga berkualitas tahun 2015”
keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung
jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan YME. Dalam paradigma baru
program KB ini, misinya sangat menekankan upaya menghormati hak-hak
reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga
berdasarkan salah satu pesan kunci dalam Rencana Strategik Nasional Making
Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia adalah bahwa setiap kehamilan harus
merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci
tersebut, Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama. (Saifuddin, 2003)
Untuk mencapai hal tersebut diatas bidan sangat memegang peranan dalam
kesinambungan keberhasilan program KB. Dalam memberikan pelayanan KB,
bidan berkewajiban melaksanakannya secara professional. Pekerja
professional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan jabatan
dan perannya didasari nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan
perannya dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya.
(Depkes, 2003)
Dengan demikian sebagai jabatan professional bidan dalam pelaksanaan
pelayanan kebidanan, selalu berpegang pada etika kebidanan. Etika dapat
berarti nilai dan moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sesuatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika mencakup prinsip, konsep
dasar dan nilai-nilai yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan
bertindak. (Supardan S, 2008)
1
B. Tujuan
1. Tujuan umum
1) Untuk meningkatkan profesionalisme bidan dalam pelayanan asuhan
kebidanan KB.
2) Untuk menerapkan etika kebidanan dalam pelayanan asuhan kebidanan
KB.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui dan mengimplememtasikan etika asuhan
kebidanan pada saat konseling KB implan.
2) Untuk mengetahui dan mengimplementasikan etika asuhan kebidanan
pada saat imformed choice KB implan.
3) Untuk mengetahui dan mengimplementasikan etika asuhan kebidanan
pada saat pencegahan infeksi pemasangan KB Implan.
4) Untuk mengetahui dan mengimplementasikan etika asuhan kebidanan
pada saat pemasangan KB Implan.
5) Untuk mengetahui dan mengimplementasikan etika asuhan
kebidanan pada saat menjaga privasi pemasangan Implan.
C. Manfaat
1) Dapat mengetahui dan mengimplememtasikan etika asuhan kebidanan
pada saat konseling KB implan.
2) Dapat mengetahui dan mengimplementasikan etika asuhan kebidanan pada
saat imfored choice KB implan.
3) Dapat mengetahui dan mengimplementasikan etika asuhan kebidanan pada
saat pencegahan infeksi pemasangan KB Implan.
4) Datang mengetahui dan mengimplementasikan etika asuhan kebidanan
pada saat pemasangan KB Implan.
5) Dapat mengetahui dan mengimplementasikan etika asuhan kebidanan pada
saat menjaga privasi pemasangan Implan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Etika
Etika (Yunani kuno: ”ethikos”, berarti “ timbul dari kebiasaan”) adalah
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi
studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu,
objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan
ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif, maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk
terhadap perbuatan manusia.
2.2 Pengertian kode etik
Kode etik suatu profesi adalah serupa norma yang harus di indahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-nortma tersebut
berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka
harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-
ketentuan tentang apa yang boleh dan tiak boleh di perbuat atau di
laksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya, melaikan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam
pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
2.3 Kode etik kebidanan
Kode etik bidan Indonesia pertama kali di susun pada tahun 1956 dan di
sahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun, sedangkan
1988 petunjuk pelaksanaanya disahkan dalam Rangka Kerja Nasional
( Rakernas ) IBI tahun 1991 sebagai pedoman dalam berperilaku. Kode Etik
3
Bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang
dalam mukadimah tujuan dan bab.
Secara umum kode etik tersebut terisi 7 bab. Ke tujuh bab tersebut dapat
di bedakan atas tujuh bagian yaitu :
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat ( 6 butir )
a. Setiap bidan senantiasa menjujung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatan dalam melaksanakan tugas
pengabdianya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra
bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman
pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentinagan klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan idntitas yang
sama dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong pertisipasi
masyarakat untuk meningkantkan derajat kesehatan secara
maksimal.
2. Kewajiban bidan terahadap tugasnya (3 butir)
a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada
klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi
yang di miliki berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk
keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
4
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan
atau kepercayaan kepadanya, kecuali bila di minta oleh pengadilan
atau diperlikan sehubungan dengan kepentingan klien.
3. Kewajiban bidan terdapat sejawat dan tenaga kesehatan lainya ( 2
butir)
a. Setiap bidan harus menjamin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana yang serasi.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan
lainya.
4. Kewajiban bidan terhadap rofesinya ( 3 butir)
a. Setiap bidan harus manjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan senatiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
a. Setiap bidan harus memelihara kesehatanya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
b. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2
butir)
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan perintah dalam bidang kesehatan, khusunya
dalam pelayanan KIA / KB dan kesehatan keluarga.
5
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikiranya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu
jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA / KB dan
kesehatan keluarga.
7. Penutup (1 butir)
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa
menghayati dan mengamalkan Kode Etik Budan Indonesia.
2.4 Mukadimah II.
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan di dorong oleh keingina
yang luhur demi tercapainya:
1. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan pancasila
Undang-undang dasar 1945.
2. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
3. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga Negara Indonesia
Maka ikatan bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang
menjadi wadah persatuan dan kesatuan bidan di Indonesia menciptakan
kode etik bidan Indonesia yang di susun atas dasar penekanan keselamatan
klien di atas kepentingan lainya. Terwujudnya kode etik ini merupakan
bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari setiap bidan untuk
menberikan pelayanan kesehatan secara professional dan sebagai anggota
tim kesehatan pada umumnya, KIA/KB dan kesehatan keluarga pada
khususnya. Mengupayakan seseuatu menyambut kelahiran insane generasi
secara selamat, aman dan nyaman merupakan tugas sentral dari para bidan
Menelusuri tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
terus meningkat sesuai pdengan perkembangan jaman dan nilai-nilai social
budaya yang berlaku ddalam masyarakat, sudah sewajarnya kode etik
bidan ini berdasarkan pancasila undang-undang dasar 1945 sebagai
landasan ideal dan garis-garis haluan Negara sebagai landasan operasional.
Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku
bagi bidan, kode etik ini merupakan pedoman dalam tata cara dan
keselarasan dalam pelayanan professional.
6
Bidan senantiasa berupaya memberikan pemeliharan kesehatan yang
komprehensif terhadap ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita pada
khususnya, sehingga mereka tumbuh kembang menjadi insan Indonesia
yang sehat pada jasmani dan rohani dengan tetap memperhatikan
kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi nmasyarakat dan keluarga pada
khususnya.
2.5 Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan ,dan telah diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan
diberikan izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri ini.
2.6 Manfaat penggunaan KB
1. Aman artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila di gunakan.
2. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat mencegah
kehamilan.
3. Dapat diterima bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan
budaya masyarakat.
4. Terjangkau.
5. Bila metode tersebut dihentikan penggunaanya, klien akan segera
kembali kesuburanya, kecuali kontap.
2.7 Wewenang bidan dalam asuhan KB
Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui proses
pengambilan keputusan dan tindakan dilakukan sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Area kewenangan bidan dalam pelayanan keluarga berencana
tercantum dalam Kepmenkes 369/Menkes/SK/III/2007 yaitu bidan dalam
memberikan pelayanan keluarga berencana harus memperhatikan
kompetensi dan protap yang berlaku di wilayahnya meliputi :
7
1. Memberikan pelayanan keluarga berencana yakni pemasangan IUD,
AKBK, pemberian suntikan, tablet, kondom, diafragma, jeli dan
melaksanakan konseling.
2. Memberikan pelayanan efek samping, pelayanan kontrasepsi.
3. Melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas
dasar kompetensi dan pelaksananya berdasarkan protap. Pencabutan
AKBK tidak di anjurkan untuk di laksanakan melalui KB keliling.
4. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa bidan berwewenang
melakukan pelayanan kebidanan selain kewenangan yang di berikan bila
tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli.
5. Kewajiban bidan yang perlu di perhatikan dalam menjalankan
kewenangan :
a. Meminta persetujuan yang akan di lakukan
b. Memberikan informasi
c. Melakukan rekam medis dengan baik
2.8 Kontrasepsi Implan
1. Jenis KB Implan
Norplan
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang di isi dengan 36 mg
Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kirs-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3-keto-
desogestrol dan lama kerjanya 3 tahun.
Jadena dan Implanon
Terdiri dari 2 batang yang terdiri dari Levonorgestrel dengan lama
kerja 3 tahun.
2. Cara kerja KB Implan
Lender serviks menjadi kental
8
Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
menjadi implantasi
Mengurangi transportasi sperma
Menekan ovulasi
3. Efektivitas KB Implan
Sangant efektif ( kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 kehamilan )
4. Keuntungan KB Implan
Daya guna tinggi
Perlindungan jangka panjang ( sampai 5 tahun )
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengganggu kegiatan senggama
Tidak mengganggu ASI
Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
Dapat di cabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
5. Keterbatasan KB Implan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak ( spotting ), hipermenorea, atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta aminorea.
6. Indikasi KB Implan
Usia reproduksi
Telah memiliki anak ataupun yang belum
Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang
Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
Pasca keguguran
Tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi
Riwayat kehamilan ektopik
Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah
atau anemia bulan sabit ( sickle cell )
9
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi gormonal yang mengandung
estrogen
Sering lupa menggunakan pil
7. Kontraindikasi KB Implan
Hamil atau yang di duga hamil
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
Miom uterus dan kanker payudara
Gangguan toleransi glukosa
2.9 Penerapan etika dalam pelayanan KB Implan
1) Konseling
Merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga
berencana dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien
dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan di gunakan
sesuai dengan pilihanya. Jika klien belum mempunyai keputusan karena
disebabkan ketidakketahuan klien tentang kontrasepsi yang akan digunakan,
menjadi kewajiban bidan untuk memberikan informasi tentang kontrasepsi
yang dapat dipergunakan oleh klien, dengan memberikan beberapa alternatif
sehingga pasien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan
yang di milikinya.
1. Tujuan konseling
a. Calon peserta KB memahami manfaat KB Implan bagi dirinya maupun
keluarganya
b. Calon peserta KB mempunyai pengetahuan yang baik tentang alasan ber-
KB, cara menggunakan dan segala hal yang berkaitan dengan kontrasepsi
Implan
c. Calon peserta KB mengambil keputusan pilhan alat kontrasepsi Implan
2. Sikap bidan dalam melakukan konseling yang baik terutama bagi calon
klien baru.
a. Memperlakukan klien dengan baik
10
b. Interaksi antara petugas dan klien
Bidan harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien
serta mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya
c. Memberi informasi yang baik kepada klien
d. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi
klien untuk mengingat hal yang penting.
e. Tersedianya metode yang diinginkan klien
f. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
Bidan memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar
memahaminya dengan memperlihtkan bagaimana cara penggunaannya.
Dapat dilakukan dengan dengan memperlihatkan dan menjelaskan dengan
flipchart, poster, pamflet atau halaman bergambar
Bidan sebagai konselor hendak nya memiliki pribadi :
1. Minat untuk menolong orang lain
2. Mampu untuk empati
3. Mampu untuk menjadi pendengar yang baik dan aktif
4. Mempunyai daya pengamatan yang tajam
5. Terbuka terhadap pendapat orang lain
6. Mampu mengenali hambatan psikologis, social dan budaya.
3. Langkah-langkah konseling
1. Menciptakan suasan dan hubungan saling percaya
2. Menggali permasalahan yang dihadapi dengan calon
3. Memberikan penjelasan disertai penunjukan alat-alat kontrasepsi
4. Membantu klien untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat untuk dirinya
5. Ketrampilan konseling
a. Mendengar dan mempelajari dengan menerapkan:
1) Posisi kepala sama tinggi
2) Beri perhatian dengan kontak mata
3) Sediakan waktu
4) Saling bersentuhan
5) Sentuhlah dengan wajar
11
6) Beri pertanyaan terbuka
7) Berikan respon
8) Berikan empati
9) Refleks back
10) Tidak menghakimi
b. Membangun kepercayaan dan dukungan:
1) Menerima yang dipikirkan dan dirasakan klien
2) Memuji apa yang sudah dilakukan dengan benar
3) Memberikan bantuan praktis
4) Beri informasi yang benar
5) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti/sederhana
6) Memberikan satu atau dua saran.
2) Informed choice dan informed concent dalam pelayanan keluarga berencana
Informed Choice adalah berarti membuat pilihan setelah mendapat
penjelasan tentang alternative asuhan yang dialami. Pilihan atau choice
lebih penting dari sudut pandang wanita yang memberi gambaran
pemahaman masalah yang berhubungan dengan aspek etika dalam otonomi
pribadi. Ini sejalan dengan Kode Etik Internasional Bidan bahwa : Bidan
harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan
mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab dari pilihannya.
Setelah klien menentukan pilihan alat kontrasepsi yang dipilih, bidan
berperan dalam proses pembuatan informed concent. Yang
dimaksud.Informed Concent adalah persetujuan sepenuhnya yang diberikan
oleh klien/pasien atau walinya kepada bidan untuk melakukan tindakan
sesuai kebutuhan. Infomed concent adalah suatu proses bukan suatu
formulir atau selembar kertas dan juga merupakan suatu dialog antara bidan
dengan pasien/walinya yang didasari keterbukaan akal dan pikiran yang
sehat dengan suatu birokratisasi yakni penandatanganan suatu formulir yang
merupakan jaminan atau bukti bahwa persetujuan dari pihak pasien/walinya
telah terjadi. Dalam proses tersebut, bidan mungkin mengahadapi masalah
yang berhubungan dengan agama sehingga bidan harus bersifat netral, jujur,
tidak memaksakan suatu metode kontrasepsi tertentu. Mengingat bahwa
12
belum ada satu metode kontrasepsi yang aman dan efektif, maka dengan
melakukan informed choice dan infomed concent selain merupakan
perlindungan bagi bidan juga membantu dampak rasa aman dan nyaman
bagi pasien. Sebagai contoh, bila bidan membuat persetujuan tertulis yang
berhubungan dengan sterilisasi, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa sterilisasi bersifat permanen, adanya kemungkinan perubahan
keadaan atau lingkungan klien, kemungkinan penyelesaian klien dan
kemungkinan kegagalan dalam sterilisasi.
3) Pencegahan Infeksi
a. Tujuan
1. Memenuhi prasyarat pelayanan KB yang bermutu.
2. Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan
kontrasepsi AKDR, suntik, susuk dan kontrasepsi mantap
3. Menurunkan resiko transmisi penyakit menular seperti hepatitis B dan
HIV/AIDS
b. Kewaspadaan standar pelayanan KB membutuhkan kepatuhan
melaksanakan tindakan sesuai dengan kewaspadaan standar (standar
precaution)
Berikut merupakan cara pelaksanaan kewaspadaan standar
1. Anggap setiap orang dapat menularkan infeksi
2. Cuci tangan
3. Gunakan sepasang sarung tangan sebelum menyentuh apapun yang basah
seperti kulit terkelupas, membrane mukosa, darah atau duh tubuh lain, serta
alat-alat yang telah dipakai dan bahan – bahan lain yang terkontaminasi atau
sebelum melakukan tindakan invasive.
4. Gunakan pelindung fisik, untuk mengantisipasi percikan duh tubuh.
5. Gunakan bahan antiseptic untuk membersihkan kulit maupun membrane
mukosa sebelum melakukan operasi, membersihkan luka, menggosok
tangan sebelum operasi dengan bahan antiseptic berbahan dasar alcohol.
6. Lakukan upaya kerja yang aman, seperti tidak memasang tutup jarum
suntik, memberikan alat tajam dengan cara yang aman.
13
7. Buang bahan – bahan terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk
melindungi petugas pembuangan dan untuk mencegah cidera maupun
penularan infeksi kepada masyarakat.
8. Pemrosesan terhadap instrument , sarung tangan, bahan lain setelah dipakai
dengan cara mendekomentasikan dalam larutan klorin 0,5%, dicuci bersih,
DTT dengan cara-cara yang dianjurkan.
4) Penjelasan / penerangan yang di berikan saat pemasangan / alat kontrasepsi
1. Jelaskan kepada klien apa yang dilakukan dan mempersilahkan klien
mengajukan pertanyaan.
2. Sampaikan pada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada
beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai
pada langkah tersebut.
3. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya tentang keterangan yang
telah diberikan dan tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya.
4. Perlihatkan peralatan yang akan digunakan serta jelaskan tentang prosedur
apa yang akan dikerjakan.
5. Jelaskan bahwa klien akan mengalami sedikit rasa sakit saat penyuntikan
anastesi local, sedangkan insersinya tidak akan menimbulkan nyeri (bila
pemasangan AKBK).
6. Tentramkan hati klien setelah tindakan.
5) Pelaksanaan tindakan sesuai standar oprasional prosedur berdasarkan
kepmenkes RI No 369/MENKEN/SK/III/2007 TENTAG STANDAR
PROFESI BIDAN pada standar V TINDAKAN yaitu :
1. Kewajiban bidan yang perlu di perhatikan dalam menjalankan kewenangan:
Meminta persetujuan yang akan dilakukan
Memberikan infomasi tentang KB yang akan di pilih
2. Memberikan pelayanan keluarga berencana yakni jenis, indikasi, cara
pemberian, cara pencabutan, dan efek samping berbagai kontrasepsi yang di
gunakan antara lain pil, suntik, AKDR, AKBK, kondom, tablet vagina dan
tisu vagina.
3. Memberikan pelayanan konseling bagi wanita dalam memilih suatu metode
kontrasepsi.
14
4. Memberikan peranan KB yang sedia sesuai kewenangan budaya
masyarakat.
5. Melkukan pemeriksaan berkala akseptor KB dan melakukan interfensi
sesuai kebutuhan
6. Melakukan pemasangan AKBK tanpa penyulit, tindakan ini dilakukan atas
dasar kompetensi dan pelaksanya berdasaran protab.
7. Pencabutan AKBK dengan letak normal.
Mendokumentasikan temuan-temuan dari interfensi yang di temukan
Pada definisi operasional disebutkan bahwa tindakan kebidanan
dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan atau hasil
kolaborasi.
2.10 Langkah pemasangan :
Menyapa klien
Mempersilahkan klien masuk dan duduk
Menanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi
Memberikan konseling macam-macam alat kontrasepsi
Memastikan bahwa klien yakin memilih kontrasepsi implan menjelaskan
kebutuhan pemasangan implan dan apa yang akan klien rasakan pada saat
proses pemasangan dan pasca pemasangan
Menyiapkan informed concent
Memeriksa tekanan darah dan berat badan
Menganjurkan klien untuk mencuci tangan sampai siku mempersilahkan
klien naik ketempat tidur
Menjaga privasi klien
Petugas mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir
Memakai sarung tangan steril
Melakukan desinfektan pada tangan klien yang akan dipasang implan
Memasang duk bolong pada lingan ynag akan di pasang imlpant
Menyuntikan anastesi lokal 0,3-0,5 cc tepat dibawah kulit sampai
menggelembung
Menguji anestesi sampai dangkal
15
Melakukan insisi sedalam 2 mm
Memasangkan alat kontrasepsi
Memasang trokar dan pendorongnya, keluarkan pendorond dan masukan 1
batang implant dan dorong dengan pendorong trokar sampai ada tahanan,
ulangi untuk penasangan 1 batang berikutnya
Meraba kapsul untuk mengetahui semua kapsul implan telah terpasang
dalam deretan seperti kipas
Meraba daerah insisi untuk mengetahui seluruh kapsul berada jauh dari
insisi
Mendekatkan ujung-ujung insisi dan menutup dengan band aid
Memberitahukan pada ibu bahwa telah selesai pemasangannya
Mempersilahkan ibu untuk duduk kembali
Memberikan kesempatan pada ibu untuk bertannya
Mengucapkan terimakasih pada ibu atas kesediaanya melakukan
pemasangan kontrasepsi implan.
6) Menjaga kerahasiaan dan privasi klien berdasarkan kode etik kebidanan
Berdasarkan KODE ETIK KEBIDANAN salah satu kewajiban bidan
terhadap tugasnya adalah setiap bidan harus menjamin kerahasiaan
keterangan yang didapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila
diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan
klien.
Contoh : saat petugas akan melakukan pemasangan KB Implan ruangan
harus di tutup, sehingga hanya pasien dan petigas yang ada di dalam
ruangan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Etika dapat berarti nilai dan moral yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau sesuatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika mencakup
prinsip, konsep dasar dan nilai-nilai yang membimbing makhluk hidup dalam
berpikir dan bertindak. Kode etik suatu profesi adalah serupa norma yang
harus di indahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
Kode etik bidan Indonesia pertama kali di susun pada tahun 1956 dan di
sahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun, sedangkan
1988 petunjuk pelaksanaanya disahkan dalam Rangka Kerja Nasional
( Rakernas ) IBI tahun 1991 sebagai pedoman dalam berperilaku. Kode Etik
Bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang
dalam mukadimah tujuan dan bab.
Area kewenangan bidan dalam pelayanan keluarga berencana tercantum
dalam Kepmenkes 369/Menkes/SK/III/2007 yaitu bidan dalam memberikan
pelayanan keluarga berencana harus memperhatikan kompetensi dan protap
yang berlaku di wilayahnya
3.2. Saran
1. Diharapkan setiap bidan dapat memahami dan menerapkan etika dalam
menjalankan profesinya sebagai bidan.
2. Diharapkan setiap bidan dapat mengetahui kewajiban dalam menjalankan
kewenangannya sebagai bidan.
3. Diharapkan setiap bidan mengetahui wewenang bidan dalam pelayanan
KB.
4. Diharapkan setiap bidan dapat mengetahui norma budaya lingkungan yang
berlaku pada wilayah tempat ia berada.
17