Post on 08-Nov-2021
151 Volume 5 No. 2 Juni 2017
ANALISIS PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L) TADAH HUJAN DI DESA LEA WAI KECAMATAN
SERAM UTARA TIMUR KOBI ANALYSIS OF RAINFED LOWLAND RICE (Oriza satuva L) PRODUCTION
(Oriza satuva L) IN LEA WAI VILLAGE NORTH SERAM EAST KOBI DISTRICT
Nur Lailiyah, Natelda R. Timisela, Raihana Kaplale
Program Studi Agribinis Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka-Ambon, Kode Pos. 97232
E-mail : nurlailiyah1093@gmail.com
Neteldatimisela@yahoo.com
raihana _kaplale@yahoo.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis produksi padi sawah tadah hujan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan di Desa Lea Wai Kecamatan Seram Utara Timur Kobi, Kabupaten Maluku Tengah. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja karena daerah penelitian merupakan sentra produksi padi sawah tadah hujan. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan rumus slovin dan diperoleh sampel penelitian sejumlah 46 responden. Tingkat produksi dianalisis secara kuantitatif sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dianalisis dengan mengunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani rata-rata memiliki 1,3 ha tanah sawah yang menghasilkan 3,6 ton gabah kering. Hasil uji F menunjukkan bahwa ketujuh variabel yang dianalisis secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah tadah hujan. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa terdapat luas lahan, NPK, HOK dan jumlah benih berpengaruh nyata dan memiliki hubungan positif terhadap produksi padi sawah tadah hujan, sedangkan pupuk urea, pestisida padat dan pestisida cair tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Nilai koefisien determinasi atau R-Square sebesar 97,7 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa variabel luas lahan, pupuk NPK, pupuk urea, pestisida cair, pestisida padat, HOK dan jumlah benih secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi produksi padi sawah tadah hujan sebesar 97,7 persen, sedangkan sisanya 2,3 persen dipengaruhi oleh faktor lain seperti iklim, cuaca, kesuburan tanah, dan manajeman yang tidak dimasukkan dalam model. Kata kunci: Faktor produksi; produksi; sawah tadah hujan; variabel
Abstract
The purpose of this study was to analyze the production of rainfed lowland rice and the factors that influence it. The research was conducted in Lea Wai Village, North Seram East Kobi District, Central Maluku Regency. The research location was chosen purposely because the research area is the production center of rainfed lowland rice. Sampling was done using slovin formula and the sample of research was 46 respondents. Production level was analyzed quantitatively while the factors influencing the production were analyzed by using multiple linear regression analysis. The results showed that farmers have an average of 1.3 ha of paddy land that produced 3.6 tons of dry grain. The results of F test showed that the seven variables that were analyzed have a significant influence on the production of rainfed lowland rice simultaneously. The result of t test analysis showed that land area, NPK, HOK, and number of seeds have a significant and positive influence on rainfed lowland rice production, while urea fertilizer, solid pesticides and liquid pesticides do not have a significant influence on production. The value of determination coefficient or R-Square was 97.7 percent. This value indicates that variable of land area, NPK fertilizer, urea fertilizer, liquid pesticide, solid pesticide, HOK and number of seeds can explain the variation of rain-fed rice production simultaneously by 97.7 percent, while the remaining of 2.3 percent influenced by other factors such as climate, weather, soil fertility, and management that are not included in the model.
Keywords: Production factors; production; rainfed lowland; variables
152 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Pendahuluan
Indonesia sebagai negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup
dari hasil bercocok tanam atau bertani,sehingga pertanian merupakan sektor yang
memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia.
Menurut Suparta, pembangunan pertanian penting dalam memaksimalkan
pemanfaatan geografi dan kekayaan alam Indonesia, memadukannya dengan
teknologi agar mampu memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Sektor
pertanian berperan penting dalam menyediakan bahan pangan bagi seluruh
penduduk maupun menyediakan bahan baku bagi industri, dan untuk perdagangan
ekspor (Suparta, 2010).
Maluku merupakan salah satu Provinsi di kawasan Timur Indonesia yang
memiliki sentra produksi padi yaitu Kabupaten Maluku Tengah, Buru, Seram
Bagian Barat (SBB), dan Seram Bagian Timur (SBT). Produksi padi sawah di
Propinsi Maluku tahun 2015 sebesar 115,170 ton dengan luas areal panen 20,368
ha. (Dinas Pertanian Propinsi Maluku, 2015).
Seram Utara Timur kobi merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki
luas 265.65 Km 2
. Luas panen padi sawah 11.280 Ha, produksi sebesar 50.760,0
ton, dengan tingkat produktifitas 5,362 ton/Ha (BPS, 2014). Berikut adalah data
produksi padi sawah di Seram Utara Timur Kobi Kabupaten Maluku tengah 4
tahun terakhir.
Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktifitas tanaman padi sawah di
Seram Utara Timur Kobi tahun 2010-2014
Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktifitas(ton/ha)
5.702 45 7,891
5.089 47 9,235
5.215 45 8,628
6.430 43,5 6,765
Seram Utara Timur Kobi terdiri dari beberapa desa yakni Samal, Leawai,
Waitonipa, Morokay, Waimusi, Waiasih, Marasahua, Sariputih, Kobi, Kobi
mukti, dan Maneo rendah. Mayoritas masyarakatnya menanam padi, namun
proses penanamannya ada yang mengharapkan irigasi dan hujan (sawah tadah
153 Volume 5 No. 2 Juni 2017
hujan). Desa Lea Wai merupakan salah satu desa yang mayoritas petaninya
menanam padi saat musim hujan. Hal ini disebabkan karena desa ini terletak pada
dataran yang tinggi sehingga kesulitan untuk dibangun saluran irigasi. Masyarakat
setempat mengharap hujan yang ditampung di sungai kecil kemudian air tersebut
dialirkan ke pematang- pematang sawah. Kepala Desa setempat mengatakan
mengapa sampai sekarang irigasi belum jalan hal ini terjadi karena anggaran
terbatas dan medannya berat karena harus membelah empat gunung.
Produksi padi sawah tadah hujan umumnya lebih rendah dibandingkan padi
irigasi. Produktifitas padi sawah tadah hujan berkisar 3,0 – 3,5 ton/Ha ( Fagi,
1995: Setiobudi dan Suprihatno, 1996). Komunitas Internasional di bidang
penelitian padi menggolongkan sawah tadah hujan sebagai ekosistem yang
beresiko tinggi (high risk nvironmentst), karena terancam oleh kekeringan,
kebanjiran, atau kegaraman (salinity). Antisipasi risiko diupayakan melalui
pemulian tanaman dan teknik budidaya (Ingram, 1995) dan pengelolaan hara
tanaman padi (Ladha, et al, 1998). Umumnya petani padi sawah tadah hujan
menggunakan teknologi tradisional sehingga produksi padi sawah tadah hujan di
desa Leawai antara lain 1,8-3,1 ton/ha. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode Penelitian
Penelitian berlangsung di Desa Lea Wai Kecamatan Seram Utara Timur
Kobi.Lokasi dipilih secara proposive sampling (sengaja) karena Desa Lea Wai
merupakan salah satu kawasan pertanian Kabupaten Seram khususnya penghasil
padi sawah tadah hujan dan sebagai sentra produksi beras di Provinsi Maluku.
Sampel penelitian adalah petani padi sawah tadah hujan berjumlah 46
responden yang diambil menggunakan rumus Slovin:
yang dihitung
berdasarkan jumlah populasi petani padi sawah tadah hujan sebanyak 86 orang
dengan menggunakan error sebesar 5%.Penelitian dilakukan untuk mendapatkan
data primer dan data sekunden.Data primer diperolehdari petani dengan
mengunakan wawancara terstruktur dipandu dengan kuesioner sedangkan data
154 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
sekunder merupakan data yang diperoleh dari dinas, instansi terkait, dan
pustaka.Data penelitian kemudian dianalisis secara kualitatit dan
kuantitatif.Analisis kualitatif untuk menggambarkan secara deskriptif mengenai
gambaran tentang data primer dan data sekunder yang diperoleh selama
penelitian, Analisis deskriptif ini menggunakan alat bantu tabel. Analisis ini
digunakan untuk menggambarkan usahatani padi sawah di lokasi penelitian yang
berkaitan dengan karakteristik responden. Analisis data secara kuantitatif untuk
menganalisis tingkat produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
menggunakan formula:
Y = (α + β 1 X 1 +β 2 X 2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7 X7 + e)
Keterangan :
Y = Tingkat produksi α = Intercep
β 1- β7 = Koefisien regresi X1 = Luas Lahan
X2 = Jumlah pupuk NPK X3 = Jumlah pupuk UREA
X4 = Jumlah Pestisida Cair X5 = Jumlah Pestisida Padat
X6 = Jumlah HOK X7 = Jumlah Benih
Hasil Dan Pembahasan
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan padi
sawah tadah hujan pada musim tanam 2016. Dalam penelitian ini setiap responden
memiliki karakter yang berbeda satu dan lainnya sehingga mempengaruhi
pengambilan keputusan, dalam menjalankan usahatani padi sawah tadah hujan.
Karakteristik responden meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman
berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan kepemilikan lahan.
Umur
Umur seseorang dapat mempengaruhi kinerja/aktifitas kehidupan baik
secara fisik maupun non fisik. Usia produktif berhubungan erat dengan
kemampuan fisik serta kemampuan dalam mengambil keputusan. Hal ini dapat
dilihat bahwa umumnya semakin tua umur seseorang maka kemampuan untuk
bekerja akan semakin meningkat sampai pada batas tertentu, dan setelah itu
155 Volume 5 No. 2 Juni 2017
kemampuannya akan menurun. Distribusi responden berdasarkan umur dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan tingkat umur
Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%)
≤ 30 4 8,70
31- 40 12 26,08
41- 50 9 19,56
51- 60 12 26,08
>60 9 19,56
Total 46 100,00
Kartasapoetra (1993), menyatakan bahwa pada umur muda seseorang
biasanya mempunyai kemampuan yang baik untuk bekerja dan mengetahui apa
yang belum diketahui tentang hal-hal baru dalam pengembangan usaha agar lebih
maju. Tabel 1 menunjukkan bahwa klasifikasi umur responden antara 31-60 tahun
lebih banyak yaitu 71,72% dibandingkan klasifikasi umur lainnya. Ini berarti
bahwa responden di lokasi penelitian kebanyakan berada pada kategori usia
produktif yang dilihat dari kemampuan fisik akan berpengaruh terhadap kinerja
kemampuan bekerja dalam hal perolehan pendapatan dari usahatani yang
dijalankan, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan keluarga.
Tingkat Pendidikan
Kerja petani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan formal
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan
sumber daya manusia. Menurut Hernanto (1995), tingkat pendidikan umumnya
mempengaruhi cara berpikir seseorang. Pendidikan formal petani dilokasi
penelitian bervariasi, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan
Tinggi (PT). Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan.
Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
SD 20 43,48
SMP 15 32,61
SMA 10 21,74
PT 1 2,17
Total 46 100,00
156 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Tabel 3, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SD dan SMP merupakan
tingkatan pendidikan yang paling banyak digeluti oleh responden sebesar 76,09%.
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan khusunya pendidikan formal
tidak menentukan seseorang dalam keberhasilan usahatani yang dijalankannya,
tetapi sebaliknya pendidikan formal jika diimbangi dengan pendidikan informal
lewat penyuluhan akan berpengaruh terhadap cara berpikir petani dalam hal
penyerapan teknologi dan inovasi dalam peningkatan pendapatan petani dan
keluarganya.
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga mempengaruhi kegiatan usahatani. Petani sebagai
kepala keluarga memiliki motivasi untuk bekerja menafkahi seluruh kebutuhan
hidup keluarga baik pangan maupun non pangan. Selain itu petani harus
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan seluruh anggota keluarga. Jumlah
anggota keluarga yang banyak berdampak pada penambahan tenaga kerja di
dalam keluarga namun disisi lain jumlah anggota keluarga yang banyak
berdampak pada pengeluaran biaya untuk di konsumsi. Distribusi responden
berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga
Anggota keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga terbanyak adalah 4-6 anggota
keluarga seebsar 63,63 persen. Hal ini berarti bahwa sebagian besar petani sudah
sadar akan jumlah anak yang ideal dalam satu keluarga. Besar kecilnya anggota
keluarga memacu petani untuk lebih giat bekerja agar mendapatkan pendapatan
yang lebih besar sehingga dapat memenuhi seluruh kebutuhan keluarga sehari-
hari. Selanjutnya, banyaknya jumlah anggota keluarga dapat berpengaruh
terhadap banyaknya penggunaan faktor produksi tenaga kerja dalam keluarga
Kategori Anggota Keluarga Jumlah (Orang) Persentase (%)
Kecil ( < 3) 13 29,54
Sedang (4 - 6) 28 63,63
Besar (> 6) 3 6,81
Total 44 100,00
157 Volume 5 No. 2 Juni 2017
yang berpengaruh terhadap kegiatan usahatani padi sawah, semakin banyak
jumlah anggota keluarga, maka efisiensi pekerjaan dan biaya akan semakin
ditekan.
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani penting dalam menunjang aktivitas
usahatani.Sebagian besar petani cenderung mengembangkan usahataninya
berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Petani yang memiliki pengalaman
berusahatani yang relatif lama membuat responden mampu memperhitungkan
resiko dalam berusahatani. Distribusi responden berdasarkan pengalaman
responden dalam berusahatani dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan pengalaman berusaha
Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%)
< 10 10 21,73
11-20 16 26,91
>20 20 34,78
Total 46 100,00
Tabel 5, menunjukkan bahwa petani yang mempunyai pengalaman
berusahatani>20 tahun sebesar 34,78 persen. Hal ini berarti bahwa kebanyakan
responden yang baru memulai usahatani padi sawah tadah hujan. Kebanyakan
petani yang memiliki pengalaman demikian karena mereka melanjutkan usaha
orang tuanya. Umumnya responden yang memiliki pengalaman berusahatani lebih
lama cenderung memiliki ketrampilan yang lebih baik dan lebih memahami
proses pengolahan usahatani padi sawah tadah hujan. Pengalaman berusahatani
responden diperoleh dari orang tua sebagai warisan secara turun temurun dan
pendidikan non formal yang diterapkan oleh para penyuluh dilokasi penelitian.
Kepemilikan Lahan
Lahan merupakan faktor produksi penting dalam aktifitas usahatani.
Penduduk di Desa Lea Wai merupakan penduduk transmigran dari Jawa ke pulau
Seram. Para transmigran mendapatkan pembagian tanah yang diberikan oleh
pemerintah untuk bercocok tanam padi sawah. Berdasarkan hasil penelitian
158 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
sebagian besar lahan yang dimiliki petani merupakan lahan milik sendiri.
Distribusi responden berdasarkan kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan kepemilikan lahan
Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Presentase (%)
< 1 16 34,78
1-2 29 63,04
> 2 1 2,17
Jumlah 46 100,00
Setiap petani di daerah transmigrasi mendapat pembagian lahan dari
pemerintah seluas 2 ha terdiri dari 1 ha utk lahan sawah, 0,25 ha untuk
pemukiman dan 0,75 ha untuk lahan kebun. Tabel 6, menunjukkan bahwa petani
yang memiliki lahan usahatani padi sawah tadah hujan seluas 1-2 hektar relatif
besar yaitu 63,04 persen dengan jumlah produksi mencapai 2 ton/hektar. Lahan
yang tersedia sangat cukup untuk mengembangkan usahatani padi sawah tadah
hujan. Selain kepemilikan lahan sendiri, petani juga menambah luasan lahan
dengan cara membeli dari petani padi sawah lainnya atau dari masyarakat
pribumi.
Tingkat Produksi Padi Sawah Tadah Hujan dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya
Tingkat Produksi
Produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang
telah tersedia, dimana diharapkan terwujud hasil yang lebih dari segala
pengorbanan yang telah diberikan (Hernanto, 1995). Para petani yang melakukan
aktivitas usahatani menginginkan agar produksinya tinggi sehingga pendapatan
juga meningkat oleh sebab itu dibutuhkan kerja keras dari para petani agar
produksinya maksimal serta stabil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani padi sawah tadah hujan di desa
Lea Wai mengusahakan lahan mulai dari luas lahan 0,75 ha sampai 3 hektar
sawah dapat menghasilkan 2,9 sampai 4,8 ton gabah. Produksi yang diperoleh
masing-masing responden berbeda-beda hal ini disebabkan oleh luas lahan, sistem
budidaya, serta modal yang berbeda pula sehingga produksi yang diperoleh oleh
masing-masing responden per musim tanam juga berbeda-beda.
159 Volume 5 No. 2 Juni 2017
Suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia, dimana
diharapkan terwujud hasil yang lebih dari segala pengorbanan yang telah
diberikan (Hernanto, 1995). Para petani yang melakukan aktifitas usahatani
menginginkan agar produksinya tinggi sehingga dapat meningkatkan
pendapatannya.Oleh sebab itu dibutuhkan kerja keras para petani agar
produksinya maksimal serta stabil. Petani pada Desa Lea Wai berusahatani padi
sawah tadah hujan dengan total luas lahan 60,5 ha mampu menghasilkan produksi
sebesar 164,3 ton per ha atau rata-rata luas lahan 1,3 ha menghasilkan 3,6 ton
gabah kering. Ditribusi responden berdasarkan jumlah produksi padi sawah tadah
hujan ditampilkan padaTabel 6.
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan jumlah produksi.
Kategori Jumlah Produksi (kg) Jumlah (Orang) Presentase (%)
≤ 2800 14 30,43
2801-3500 13 28,26
>3501 19 41,30
Tabel 7, menunjukkan bahwa responden yang mempunyai jumlah produksi
padi sawah tadah hujan dalam kategori lebih besar dari 3501 kg relatif besar yaitu
41,30 persen. Dengan produktifitas mencapai 4 ton per hektar. Hal ini
mengindikasikan bahwa kepemilikan lahan berpengaruh terhadap jumlah produksi
yang dihasilkan petani. Jumlah produksi di atas berarti kepemilikan lahan
usahatani padi sawah tadah hujan rata-rata berkisar antara 1-3 ha. Data luas lahan
dan produksi padi sawah tadah hujan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8. Luas lahan dan produksi rata-rata padi sawah tadah hujan per
musim tanam.
Luas Lahan
(Ha)
Jumlah
(Orang)
Presentase
(%) Produksi rata-rata
(kg/ha)
<1 16 34,78 2.694
1-3 30 65,22 4.079
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah Tadah Hujan
Hasil analisis regresi berganda terhadap faktor - faktor yang mempengaruhi
produksi padi sawah tadah hujan dapat dilihat pada Tabel 9.
160 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Tabel 9. Hasil analisis regresi terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi
produksi usahatani padi sawah tadah hujan
Variabel Koefisien thitung Fhitung Sig (Constant) 1481,910 11,320
227.473
0,000 Luas Lahan 463,966 2,029 0,049 Jumlah Pupuk NPK 0,977 2,240 0,031 Jumlah Pupuk UREA -0,731 -0,981 0,333 Jumlah pestisida cair -18,970 -1,051 0,300 Jumlah Pestisida padat -0,165 -0,093 0,927 HOK (orang) 3,671 2,132 0,040 Jumlah benih 17,188 4,647 0,000 R
2 : 0,977
ttabel : 2,021
Uji F
Uji simultan digunakan untuk menegtahui apakah variabel bebas yang
diteliti secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi padi sawah tadah
hujan di desa Lea Wai. Uji ini membandingkan antara nilai F-hitung dengan nilai
Ftabel.
Tabel 9, menunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar 227.473lebih besar dan
nilai F-tabel sebesar 2,45. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap
produksi padi sawah tadah hujan di desa Lea Wai.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji determinasi menunjukkan nilai R-Squared = 0.997 berarti bahwa
variabel bebas mampu menjelaskan sebesar 100 persen terhadap variabel terikat.
Hal ini berarti bahwa keseluruhan variabel bebas maksimal dan tidak ada faktor
lain yang mempengaruhi variasi nilai variabel terikat. Hasil analisis data regresi
linier berganda menunjukkan bahwa koefisien determinasi atau R-Square sebesar
0,977 atau 97,7 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa variabel luas lahan, pupuk
NPK, pupuk urea, pestisida cari, pestisida padat, HOK dan jumlah benih secara
bersama-sama dapat menjelaskan variasi produksi padi sawah tadah hujan sebesar
97,7 persen. Sedangkan sisanya 2,3 persen dipengaruhi oleh faktor lain seperti
iklim, cuaca, kesuburan tanah, dan manajeman yang tidak dimasukan dalam
model.
161 Volume 5 No. 2 Juni 2017
Uji parsial ( Uji T )
Analisis uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan
dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95
persen. Hasil uji t pada masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
Luas lahan
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel luas lahan berpengaruh nyata
terhadap produksi padi sawah tadah hujan. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung
sebesar 2,029 lebih besar dari nilai ttabel yaitu sebesar 2,021. Luas lahan
berpengaruh nyata terhadap produksi dan memiliki hubungan positif. Hal ini
berarti bahwa kondisi tanah tergolong baik dan cocok untuk usahatani padi sawah
tadah hujan. Siregar (1981), mengatakan bahwa hasil pertanaman padi dimana
tanahnya diolah dengan mengunakan air dalam jumlah yang cukup senantiasa
hasil produksinya lebih tinggi dari pada hasil pertanaman apabila tanahnya diolah
secara kering dengan persediaan air yang kurang. Nilai koefisien regresi luas
lahan sebesar 463,966 artinya bahwa jika terjadi penambahan luas lahan sebesar
satu satuan maka akan menaikan produksi padi sawah sebesar 463,966 kg dengan
asumsi bahwa variabel lainya tetap (ceteris paribus).
Jumlah Pupuk NPK
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai thitung variabel pupuk NPK sebesar
2,240 lebih besar dibandingkan nilai ttabel sebesar 2,021. Hal ini berarti pupuk
NPK berpengaruh nyata terhadap produksi dan memiliki hubungan positif. Petani
memperhatikan secara baik pemberian pupuk NPK pada tanaman padi sawah
tadah hujan. Pupuk NPK sangat penting pada pertumbuhan tanaman padi karena
pupuk NPK mengandung tiga unsur sekaligus yaitu Nitrogen, posfor, dan kalium
yang sangat dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhan. Pemberian pupuk
NPK yang berbeda-beda akan berpengaruh pada produksi sesuai dengan
pengalokasian pupuk yang digunakan. Nilai koefisien regresi sebesar 0,977artinya
jika penambahan pupuk NPK sebesar satu satuan maka akan meningkatkan
162 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
produksi sebesar 0,977 kg dengan asumsi bahwa variabel lainnya tetap (ceteris
paribus).
Jumlah Pupuk UREA
Hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pupuk urea
yang digunakan dalam usahatani padi sawah tadah hujan tidak berpengaruh nyata
serta memiliki hubungan negatif dengan produksi padi sawah tadah hujan. Hal ini
terlihat dari nilai thitung yang diperoleh adalah sebesar -0,981 lebih kecil bila
dibandingkan dengan nilai ttabel yakni sebesar 2,021 pada selang kepercayaan 95
persen. Dalam melakukan pemupukan sebagian besar petani tidak memperhatikan
jumlah pupuk yang diberikan apakah lebih atau kurang sesuai dengan luas lahan
yang dimiliki berdampak pada produksi yang dihasilkan, selain itu pupuk urea
merupakan jenis pupuk kimia dimana dalam pengunaannya harus memperhatikan
dosis sesuai dengan yang disarankan. Nilai koefisien regresi -0,731 artinya jika
peningkatan pengalokasian pupuk sebesar satu satuan maka akan berdampak pada
penurunan produksi sebesar 0,731 kg, dengan asumsi bahwa variabel lainnya
dalam keadaan tetap (ceteris paribus). Sehingga, petani dapat mengurangi
penggunaan pupuk, serta melakukan rotasi pergiliran tanaman atau masa
peristirahatan (bera) untuk mengembalikan tingkat keesuburan tanah.
Jumlah Pestisida Cair
Hasil analisis yang dilakukan diperoleh nilai thitung untuk variabel pestisida
cair sebesar -1,051 lebih kecil dibandingkan nilai ttabel sebesar 2,021. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa secara statistik pestisida cair yang digunakan dalam usahatani
padi sawah tadah hujan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah
tadah hujan. Kenyataan yang terjadi dilapangan yakni petani menggunakan
pestisida cair tidak mengacu pada dosis yang dianjurkan. Pengunaan pestisida
yang berlebihan akan berdampak pada pertumbuhan tanaman yang terganggu.
Oleh sebab itu pemberian pestisida harus sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan oleh tanaman sesuai dengan tingkat serangan hama. Nilai koefisien
regresi pestisida cair adalah sebesar 18,970 artinya jika terjadi penambahan
pestisida cair sebesar satu satuan maka akan berdampak pada penurunan produksi
163 Volume 5 No. 2 Juni 2017
padi sawah tadah hujan sebesar 18,970 kg dengan asumsi semua variabel dalam
keadaan tetap (ceteris paribus). Dengan demikian, petani dapat mengurangi
penggunaan pestisida cair yang berlebihan, sehingga berdampak terhadap
produktifitas padi sawah.
Jumlah Pestisida Padat
Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan pestisida padat pada
usahatani padi sawah tadah hujan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
produksi padi sawah tadah hujan. Nilai thitung sebesar -0,093 lebih kecil dari nilai
ttabel yaitu 2,021. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara statistik pestisida padat
yang digunakan dalam usahatani padi sawah tadah hujan tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi padi sawah. Pengunaan pestisida padat tidak berpengaruh
terhadap produksi dikarenakan petani tidak mengaplikasikan pestisida padat
sesuai ketentuan yang benar. Petani asal menyemprot pestisida padat untuk
tanaman secara keseluruhan baik untuk tanaman yang terserang hama maupun
belum terserang hama. Nilai koefisien regresi dari pestisida padat adalah -0,165
artinya apabila penambahan pengunaan pestisida padat sebesar satu satuan maka
akan berdampak pada penurunan produksi padi sawah sebesar 0,165 kg dengan
asumsi semua variabel dalam keadaan tetap (ceteris paribus). Dengan demikian
penggunaan pestisida padat dikurangi tingkat pemakaiannya.
Harian Orang Kerja (HOK)
Hasil analisis variabel HOK menunjukkan nilai thitung sebesar 2,132 lebih
besar dibandingkan nilai ttabel yaitu sebesar 2,021. Hal ini berarti bahwa HOK
berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah tadah hujan dan memiliki
hubungan positif. Nilai koefisien regresi HOK sebesar 3,671 artinya jika
penambahan HOK sebesar satu satuan akan meningkatkan produksi sebesar 3,671
kg dengan asumsi variabel lain dalam keadaan tetap (ceteris paribus).
Jumlah Benih
Hasil analisis variable benih menunjukkan nilai thitung sebesar 4,647 lebih
besar dari nilaittable yaitu 2,021. Dapat disimpulkan bahwa dalam usahatani
164 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
padisawah tadah hujan benih yang digunakan dalam proses produksi berpengaruh
nyata dan memiliki hubungan positif terhadap produksi padi sawah.
Berpengaruhnya benih terhadap produksi padi sawah dipengaruhi oleh benih yang
digunakan oleh petani dapat tumbuh dengan baik dengan kondisi alam sekitar
karena benih yang digunakan merupakan benih berlebel, selain itu penggunaan
input benih yang cukup besar yang melebihi ketentuan yang di tetapkan oleh
Dinas Pertanian karena dengan penambahan jumlah benih berdampak pada
penambahan jumlah produksi. Nilai koefisien regresi benih adalah sebesar17,188
artinya jika terjadi penambahan benih sebesar satu satuan maka berpengaruh pada
peningkatan produksi sebesar17,188 kg dengan asumsi semua variable lainnya
tetap (ceteris paribus).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka ada beberapa hal
yang dapat disimpulkan yaitu:Rata- rata produksi padi sawah tadah hujan dengan
luas 1,34 ha dapat menghasilkan produksi padi sebanyak 3,65 ton gabah
kering.Hasil analisis uji F menunjukkan semua veriabel luas lahan, benih, pupuk
urea, NPK, HOK, pestisida cair dan pestisida padat secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah di lokasi penelitian. Hasil uji t
menunjukkan terdapat empat variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi
padi sawah tadah hujan dan memiliki hubungan positif terhadap produksi padi
yakni luas lahan, pupuk NPK, HOK dan benih. Sedangkan tiga variabel lainnya
tidak berpengaruh nyata terhadap produksi yakni pupuk urea, pestisida cair, dan
pestisida padat. Nilai koefisien determinasi atau R-Square sebesar 97,7 persen.
Nilai ini menunjukkan bahwa variable luas lahan, pupuk NPK, pupuk urea,
pestisida cair, pestisida padat, HOK dan jumlah benih secara bersama-sama dapat
menjelaskan variasi produksi padi sawah tadah hujan sebesar 97,7 persen.
Sedangkan sisanya 2,3 persen dipengaruhi oleh faktor lain seperti iklim, cuaca,
kesuburan tanah, dan manajeman yang tidak dimasukan dalam model.
165 Volume 5 No. 2 Juni 2017
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik 2014. “Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan produksi
Tanaman Padi dirinci per kecamatan pada Kabupaten Maluku Tengah”.
Dinas Pertanian 2015. “Produksi Padi Sawah Provinsi Maluku”.
Badan Pusat Statistik 2014. “Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan produksi
Tanaman Padi dirinci per kecamatan pada Kabupaten Maluku Tengah”.
Fagi,A.M. 1995.Strategiesfor improvingrain- fedlowland rice production system
sin Central Java.P :189-199 In Ingram, K.T. (Ed). Rainfed
Lowland rice. Agricultural Research for High-Risk Environments.IRRI.
Phlippines.
Hernanto, F. 1995. Ilmu Usahatani.Jakarta : Penebar Swadaya.
Ingram, K.T.(Ed.). 1995. Rainfed Lowland Rice :AgriculturalResearchfor High-
Risk EnvironmentsManila:IRRI.248p.
Kartasapoetra. 1993. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Ladha, J. K. et al. (Ed.). 1998."Rainfed Lowland Rice : Advances in Nutrient
Management Research". Proc. Int. Workshopon Nutrient Res. in
Rainfed Lowland,12-15 Oct. 1998. Ubon Ratchanthani, Thailand. Manila
(Philippines) IRRI, 304 p.
Siregar, H.1981.Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Suparta, N. 2010. Memaniapkam Strategi Pengelolaan Pertanian. Denpasar:
Pustaka Nayottama.