Post on 20-Mar-2019
ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
OLEH
ANGGI DESTRIA
H14050283
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
ANGGI DESTRIA. Analisis Peranan Usaha Kecil dan Menengah Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap Perekonomian Indonesia (dibimbing oleh TONY IRAWAN).
Krisis ekonomi yang terjadi akibat subprime mortgage berdampak pada sektor keuangan Amerika Serikat dan juga berdampak kepada sektor riil serta perekonomian dunia yang terhubung ke dalamnya. Jatuhnya pasar keuangan Amerika Serikat dan kemudian pasar keuangan dunia menimbulkan suatu kontraksi ekonomi yang berdampak luas. Efek kontraksi ekonomi tersebut dapat dirasakan bukan hanya oleh sesama negara maju tetapi yang lebih parah terkena dampak krisis tersebut ialah negara-negara berkembang. Salah satunya adalah Indonesia.
Indonesia memiliki hubungan perdagangan dengan intensitas yang relatif tinggi sehingga saat krisis ekonomi terjadi berdampak pada penurunan permintaan. Hal ini menciptakan tren penurunan surplus (ekspor netto) neraca perdagangan Indonesia. Merosotnya ekspor juga diikuti dengan merosotnya kinerja pasar modal dan perbankan, serta penurunan nilai aset-aset perusahaan besar yang berimbas kepada situasi kontraksi pada industri-industri besar penopang ekonomi Indonesia. Dampak tersebut kemudian berlanjut kepada maraknya kebijakan pemutusan hubungan kerja serta tingkat pengangguran yang semakin meningkat yang akan berujung kepada tingkat kemiskinan yang semakin meningkat. Salah satu alternatif untuk menyelesaikan masalah ini adalah pemanfaatan pasar domestik secara optimal dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat menjadi solusinya.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) lebih menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan sektor formal. Karena pada sektor formal dibutuhkan suatu keterampilan yang khusus yang tidak dimiliki olh sebagian besar pencari kerja. Dengan kata lain kondisi keterampilan tenaga kerja ini sering tidak sesuai dengan kondisi keterampilan yang dituntut oleh sektor formal pada umumnya. Berdasarkan prospek usaha, UKM merupakan sektor yang potensial dalam menciptakan nilai tambah. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa UKM belum maksimal dikembangkan, terbukti dengan banyaknya kekurangan yang menghambat UKM untuk berkembang. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh yaitu dalam hal permodalan (investasi). Hal tersebut menghambat UKM untuk meningkatkan skala produksi dan perluasan skala usaha. Sehingga meskipun potensial dalam penciptaan lapangan kerja, dengan adanya hambatan tersebut akan menghambat proses penyerapan tenaga kerja dan perluasan usaha.
Salah satunya sektor UKM yang memiliki potensi tersebut yaitu UKM sektor industri makanan dan minuman. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi dan peranan UKM sektor industri makanan dan minuman dalam menyerap tenaga kerja, juga memiliki nilai output dan nilai tambah yang tinggi. Selain itu UKM industri makanan dan minuman juga dapat mengoptimalkan pasar domestik.
Untuk melihat peranan UKM sektor industri makanan dan minuman, sehingga tujuan penelitian ini adalah (1) Melihat peranan UKM sektor industri makanan dan minuman dalam struktur permintaan, investasi dan nilai tambah bruto, (2) Menganalisa keterkaitannya dengan sektor-sektor lainnya, (3) Menganalisa dampak penyebaran antara UKM sektor industri makanan dan minuman dengan sektor lainnya, dan (4) Menganalisa dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh UKM sektor industri makanan dan minuman dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan efek pengganda (multiplier) output, pendapatan dan tenaga kerja.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder dari Tabel Input-Output UKM nasional tahun 2007 updating dengan matriks berukuran 233x233 yang kemudian diagregasi menjadi matriks berukuran 33x33 dan juga beberapa data sekunder lainnya. Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Dinas Tenaga Kerja dan instansi terkait lainnya. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Input-Output maupun analisis deskriptif. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excell 2003.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa UKM sektor industri makanan dan minuman mampu mempengaruhi pembentukan output sektor hulunya terutama sektor industri pengolahan lainnya (besar). Investasi industri makanan dan minuman kecil, menengah maupun besar menunjukkan nilai yang sangat kecil. Hal ini terjadi karena sebagian besar UKM sektor industri makanan dan minuman belum bankable (belum memenuhi syarat berhubungan dengan bank) sehingga sulit untuk mendapatkan kredit untuk penambahan modal. Nilai tambah bruto sektor industri tergolong tinggi, termasuk didalamnya industri makanan dan minuman yang cukup tinggi.
Berdasarkan hasil analisis keterkaitan baik langsung maupun tidak langsung, industri makanan dan minuman kecil, menengah dan besar memiliki keterkaitan kebelakang yang lebih besar dibandingkan dengan nilai keterkaitan kedepannya. Hal ini disebabkan industri makanan dan minuman kecil, menengah dan besar memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor hulunya yaitu industri pengolahan lainnya (besar). Nilai keterkaitan ke depan yang rendah diakibatkan oleh penggunaan output dari industri makanan dan minuman kecil, menengah dan besar yang lebih banyak dikonsumsi langsung oleh rumah tangga daripada digunakan sebagai input antara oleh sektor produksi lainnya.
Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman kecil dan menengah kurang memiliki kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya tetapi memiliki kemampuan untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Hal ini sesuai dengan analisis keterkaitan, dimana nilai keterkaitan ke belakang lebih besar daripada keterkaitan ke depannya. Namun dari ke dua analisis tersebut UKM sektor industri makanan dan minuman merupakan industri yang layak untuk dikembangkan.
Jika dilihat dari analisis multiplier menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman (kecil) memiliki nilai multiplier output yang lebih besar
dibandingkan dengan multiplier pendapatan. Hal ini menjelaskan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada industri makanan dan minuman (kecil) akan meningkatkan output sektor-sektor lainnya. Industri makanan dan minuman (menengah) memiliki nilai multiplier pendapatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan multiplier output. Hal ini menjelaskan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir output dari sektor industri makanan dan minuman (menengah) akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang bekerja pada sektor tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, UKM sektor industri makanan dan minuman memiliki nilai investasi yang sangat kecil karena sebagian besar UKM merupakan usaha yang belum bankable (belum memenuhi syarat berhubungan dengan bank) sehingga sulit untuk mendapatkan penambahan modal. Selain itu, UKM sektor industri makanan dan minuman juga dapat mendorong pertumbuhan sektor hulunya yang artinya UKM sektor industri makanan dan minuman berkontribusi terhadap perkembangan sektor riil. Oleh karena itu semestinya pemerintah memberikan kemudahan kepada para pengusaha terutama untuk pengusaha UKM sektor industri makanan dan minuman. Diantaranya yaitu dengan memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk UKM industri makanan dan minuman dengan proporsi yang lebih besar dan juga pemberian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang lebih berfokus kepada UKM industri makanan dan minuman sehingga kontribusi dari industri ini dapat dioptimalkan.
ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Oleh
ANGGI DESTRIA
H14050283
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul Skripsi : Analisis Peranan Usaha Kecil dan Menengah Sektor
Industri Makanan dan Minuman terhadap Perekonomian
Indonesia
Nama : Anggi Destria
NIM : H14050283
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Toni Irawan, M. App. Ec
NIP : 19820306 20050 1 1001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS
NIP : 19641023 1989032 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2009
Anggi Destria H14050283
RIWAYAT HIDUP
Anggi Destria. Dilahirkan di Bogor pada hari Selasa tanggal 16 Desember
1986 dari pasangan Bapak Rochman Effendi dan Ibu Mardiah Rosdiana. Penulis
merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menjalani kehidupan yang
bahagia dari kecil sampai dewasa di kota kelahirannya, kota Bogor, Jawa Barat.
Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1993
sampai dengan tahun 1999 di SDN Polisi V Bogor. Selanjutnya meneruskan ke
pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1999 sampai tahun 2002 di
SLTPN 1 Bogor. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di
SMUN 2 Bogor dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar
sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen (FEM). Selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah, penulis
terlibat sebagai pengurus dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan
Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA). Dan
juga aktif dalam beberapa kepanitiaan acara kampus.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya untuk Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam
semesta beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mendapat
kemudahan dan kemampuan dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga senatiasa tercurah kepada Qudwah Hasanah kita,
Rasulullah Saw, yang telah mengajarkan Al-Islam sebagai jalan hidup sehingga
membawa keselamatan bagi umat manusia sejagad raya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen
IPB. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Peranan Usaha Kecil dan
Menengah Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap Perekonomian
Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan
penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Tony Irawan, M. App. Ec. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam
proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Ibu Widyastutik, SE, M.Si. dan Ibu Fifi Diana Thamrin, M.Si selaku dosen
penguji utama dan komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran dan
ilmu yang bermanfaat.
3. Bapak Ir. Eko Oesman yang telah membantu penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini.
4. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Rochman Effendi dan Ibunda
Mardiah Rosdiana atas doa dan dukungannya. Untuk seluruh keluarga
penulis yang telah membantu. Terima kasih juga kepada Gilman Pradana
Nugraha sekeluarga atas doa dan perhatian yang diberikan.
5. Teman-teman seperjuangan Harry Gustara, Sundoro Ari, Fitrah Mailendra,
Riri, Arisa, Ginna, Dian Agustina, Inna, Tanjung, Tyaz, Dewinta, Renny
dan seluruh teman-teman angkatan 42 Ilmu Ekonomi.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.
Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bogor, Juli 2009
Anggi Destria H14050283
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................. 8
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 10
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Definisi dan Ruang Lingkup Usaha Kecil dan Menengah ......... 12
2.2. Peranan UKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi ....................... 16
2.3. Golongan Industri Makanan dan Minuman Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005 ............................................................................. 19
2.4. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Indonesia. ............. 19
2.5. Tabel Input-Output
2.5.1. Konsep dan Definisi. ................................................... 25
2.5.2. Kerangka Dasar Tabel Input-Output. ........................... 28
2.6. Analisis Input-Output
2.6.1. Analisis Keterkaitan. ................................................... 31
2.6.2. Analisis Dampak Penyebaran. ..................................... 33
2.6.3. Analisis Pengganda ..................................................... 34
2.7. Penelitian Terdahulu ............................................................... 36
2.8. Kerangka Penelitian ................................................................ 39
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 43
3.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data
3.2.1. Tabel Koefisien Input. ................................................ 44
3.2.2. Matriks Kebalikan Koefisien Input Terbuka ............... 45
3.2.3. Koefisien Pendapatan. ................................................. 46
3.2.4. Koefisien Tenaga Kerja ............................................... 47
3.3. Analisis Keterkaiatan
3.3.1. Keterkaitan ke Depan. ................................................ 48
3.3.2. Keterkaitan ke Belakang ............................................ 48
3.4. Analisis Dampak Penyebaran
3.4.1. Kepekaan Penyebaran ................................................ 49
3.4.2. Koefisien Penyebaran. ................................................ 50
3.5. Analisis Pengganda
3.5.1. Pengganda Output. ..................................................... 51
3.5.2. Pengganda Pendapatan ............................................... 52
3.5.3. Pengganda Tenaga Kerja. ........................................... 54
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Struktur Input Antara dan Permintaan Antara Usaha Kecil dan Menengah Sektor Industri Makanan dan Minuman
4.1.1. Struktur Input Antara UKM Sektor Industri Makanan dan Minuman. ........... 57
4.1.2. Struktur Permintaan UKM Sektor Industri Makanan dan Minuman ............ 58
4.1.3. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah. ......................................... 60
4.1.4. Struktur Investasi ....................................................... 62
4.1.5. Struktur Nilai Tambah Bruto ...................................... 64
4.2. Analisis Keterkaitan
4.2.1. Keterkaitan ke Depan. .............................................. 68
4.2.2. Keterkaitan ke Belakang. .......................................... 70
4.3. Analisis Dampak Penyebaran................................................. 72
4.4. Analisis Pengganda
4.4.1. Pengganda Output .................................................... 75
4.4.2. Pengganda Pendapatan ............................................. 77
4.4.3. Pengganda Tenaga Kerja .......................................... 79
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 82
5.2. Saran ....................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 85
LAMPIRAN ............................................................................................... 88
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1. Kerangka Penyajian Tabel Input-Output .......................................... 29
2.2. Tabel Input-Output .......................................................................... 30
3.1. Ringkasan Rumus Multiplier Output, Pendapatan
dan Tenaga Kerja ............................................................................ 56
4.1. Struktur Komposisi Input Antara UKM 10 Sektor Utama Indonesia Tahun 2007 ..................................................................... 58
4.2. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir 15 Sektor UKM Indonesia Tahun 2007 ........................................... 59
4.3. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor UKM Indonesia Tahun 2007 ..................................... 61
4.4. Pembentukan Modal Tetap Bruto, Perubahan Stok, dan Investasi Sektor-Sektor UKM Indonesia Tahun 2007 ...................... 63
4.5. Kontribusi Sektor-Sektor UKM Indonesia terhadap Nilai Tambah Bruto ......................................................................... 67
4.6. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Sektor-Sektor UKM Indonesia Tahun 2007 ..................................... 69
4.7. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Sektor-Sektor UKM Indonesia Tahun 2007 ..................................... 71
4.8. Nilai Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor UKM Indonesia Tahun 2007 ..................................... 74
4.9. Nilai Koefisien Multiplier Output, Multiplier Pendapatan dan Multiplier Tenaga Kerja Tipe I dan Tipe II Sektor-Sektor UKM Indonesia Tahun 2007 ..................................... 80
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1. Jumlah Pengusaha UKM di Indonesia Periode 1997-2007 .................. 5
1.2. Penyerapan Tenaga Kerja oleh UKM di Berbagai Sektor di Indonesia Periode 1997-2007 ......................................................... 6
2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................................... 42
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kode dan Klasifikasi Sektor Tabel yang Digunakan ........................ 86
2. Tabel Input-Output UKM Indonesia 2007 (Updating) Klasifikasi 33 Sektor ....................................................................... 95
3. Matriks Koefisien Input Klasifikasi 33 Sektor ................................. 102
4. Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 33 Sektor ............... 107
5. Matriks Kebalikan Leontif Tertutup Klasifikasi 33 Sektor............... 112
6. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Usaha Kecil dan Menengah Indonesia Tahun 2007 ......................... 117
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir sejak pertengahan tahun 2007 hingga sekarang
menjadi masa-masa terberat bagi perekonomian Amerika Serikat dan juga
berdampak pada perekonomian dunia. Krisis ekonomi yang terjadi akibat
subprime mortgage tersebut bukan hanya berdampak kepada sektor keuangan
negara adidaya tersebut tetapi juga berdampak kepada sektor riil serta
perekonomian dunia yang terhubung ke dalamnya. Jatuhnya pasar keuangan
Amerika Serikat dan kemudian pasar keuangan dunia menimbulkan suatu
kontraksi ekonomi yang berdampak luas. Efek kontraksi ekonomi tersebut dapat
dirasakan bukan hanya oleh sesama negara maju tetapi yang lebih parah terkena
dampak krisis tersebut ialah negara-negara berkembang.
Hal ini terjadi karena penurunan harga saham di negara maju seperti
Amerika Serikat dimana bank-bank internasional mengalami kerugian akibat
krisis subprime mortgage yang awalnya menimbulkan penurunan kurs Dollar AS
terhadap mata uang Euro dan Yen. Jatuhnya valuasi saham di AS selanjutnya
memicu penurunan harga saham di seluruh dunia karena investor khawatir
pelemahan ekonomi AS akan berdampak pada perlambatan ekonomi dunia.
Dampak berikutnya dari penurunan harga saham di negara berkembang adalah
adanya pelarian modal ke instrumen yang kurang berisiko (misalnya surat utang
negara maju atau emas) sehingga kurs mata uang negara berkembang melemah.
Perlambatan ekonomi hampir terjadi di seluruh negara seperti Amerika
Serikat, Jepang, Inggris, negara-negara Eropa dan juga negara-negara di Asia,
ditambah lagi dengan adanya suatu integrasi pasar keuangan dan perdagangan
dunia sehingga setiap negara merasakan dampak krisis yang hampir serupa.
Negara-negara berkembang memiliki hubungan yang erat dengan Amerika Serikat
yang terkait dengan perdagangan produk-produk. Seperti halnya negara-negara
berkembang lainnya, Indonesia juga memiliki hubungan perdagangan dengan
intensitas yang relatif tinggi. Indonesia memiliki proporsi ekspor produk ke pasar
AS sebesar 20 persen sehingga saat krisis ekonomi terjadi berdampak pada
penurunan permintaan. Lebih lanjut, kondisi krisis global menimbulkan second
round effect berupa melemahnya nilai ekspor netto Indonesia karena penurunan
daya beli luar negeri dan semakin mahalnya bahan baku impor akibat pelemahan
Rupiah.
Kondisi ini pun pada gilirannya berkontribusi terhadap tren penurunan
surplus (ekspor netto) neraca perdagangan Indonesia. Idealnya, komponen ekspor
netto memiliki kontribusi yang semakin besar dalam menopang laju PDB
sekaligus demi menciptakan kondisi aman pada supply cadangan devisa. Akan
tetapi, kenyataan berkata lain, kontribusi ekspor netto dalam pembentukan PDB
terus mengalami tren penurunan. Pada tahun 2003, kontribusi ekspor netto
terhadap pembentukan PDB masih sebesar 7,63 persen. Tetapi, pada tahun 2004
kontribusi ekspor netto turun drastis menjadi hanya 4,65 persen. Kemudian, pada
tahun 2005 kontribusi ekspor netto terhadap pembentukan PDB turun lagi menjadi
hanya 4,30 persen. Kontribusi ekspor netto dalam pembentukan PDB mengalami
kenaikan pada tahun 2006 menjadi 5,40 persen. Namun pada tahun 2007
kontribusi ekspor netto turun menjadi hanya 4,10 persen. Sejak tahun 2007 hingga
triwulan ketiga 2008 kontribusi ekspor netto sebagai penopang PDB terus
mengalami penurunan. Pada triwulan ketiga 2008, kontribusi ekspor netto, bahkan
tercatat berkontraksi atau tumbuh negatif sebesar 0,10 persen.
Merosotnya ekspor juga diikuti dengan merosotnya kinerja pasar modal
dan perbankan, serta penurunan nilai aset-aset perusahaan besar yang berimbas
kepada situasi kontraksi pada industri-industri besar penopang ekonomi
Indonesia. Dampak tersebut kemudian berlanjut kepada maraknya kebijakan
pemutusan hubungan kerja serta tingkat pengangguran yang semakin meningkat
yang akan berujung kepada tingkat kemiskinan yang semakin meningkat.
Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) telah terjadi pada industri-industri
yang berorientasi ekspor, menyusul kemudian rencana PHK pada industri tekstil
dan produksi tekstil (TPT) dan kertas, dan rencana merumahkan tenaga kerja pada
industri perkayuan dan industri perkebunan. Selain itu, resesi global juga
mengakibatkan PHK atas sebagian dari tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar
negeri, dan pemulangan mereka ke Indonesia, sehingga akan mengurangi
pendapatan devisa dari penghasilan mereka di luar negeri (remittance).
Situasi dan kondisi perekonomian dunia yang tidak menentu dan dampak
negatif yang dapat ditimbulkannya harus dapat diantisipasi segera oleh seluruh
stakeholders dalam perekonomian Indonesia. Perekonomian Indonesia
memerlukan suatu alternatif sektor yang dapat menjadi prime sector dan
menggantikan sektor industri besar yang sedang terpuruk dalam menyokong
pertumbuhan ekonomi dan kestabilan sosial. Selain itu, diperlukan pemanfaatan
pasar domestik secara optimal mengingat menurunnya permintaan global dan
UKM (Usaha Kecil Menengah) diindikasikan dapat menjadi solusi dalam
melewati masa-masa krisis ekonomi seperti sekarang ini.
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu kegiatan ekonomi
yang telah terbukti tidak rentan terhadap krisis ekonomi. Pengalaman krisis
ekonomi tahun 1997 telah menunjukkan bahwa UKM dapat menjadi penyokong
perekonomian yang paling efektif dalam mengatasi masalah makroekonomi yang
terjadi. UKM memanfaatkan pasar domestik dan memiliki korelasi yang rendah
dengan sistem keuangan, pasar keuangan, dan perekonomian global sehingga
tidak rentan terhadap krisis. Selain itu, UKM bukanlah main partner perbankan
sehingga UKM kurang terpengaruh oleh guncangan di sektor perbankan dan
resiko keuangan lainnya. UKM memiliki peranan dalam mengatasi pengangguran
karena sebagian besar bersifat labor intensif dengan memanfaatkan tenaga kerja
yang jauh lebih banyak dibandingkan industri besar yang lebih berfokus pada
modal (capital intensive) sehingga terjadi trickle down effect yang lebih besar dan
diharapkan dapat membawa perekonomian ke arah yang lebih stabil dalam masa
krisis ini.
Kemampuan UKM untuk tetap bertahan di masa krisis ekonomi
merupakan bukti bahwa sektor UKM merupakan bagian dari sektor usaha yang
cukup tangguh. Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara
berkembang belakangan ini memandang penting keberadaan usaha mikro dan
kecil (Berry, et al., 2001). Alasan pertama adalah karena kinerja usaha mikro dan
kecil cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif.
Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, usaha mikro dan kecil sering mencapai
peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga
adalah karena sering diyakini bahwa usaha mikro dan kecil memiliki keunggulan
dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar.
Jumlah Pengusaha UKM Periode 1997-2007
0
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
50.000.000
60.000.000
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
Ju
mla
h
Jumlah Pengusaha UKM
Sumber : Statistik Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2008 Gambar 1.1 Jumlah Pengusaha UKM di Indonesia Periode 1997-2007
Kuncoro (2002) menyebutkan bahwa UKM di Indonesia telah memainkan
peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan
mendukung pendapatan rumah tangga. Pada tahun 1980 jumlah pengusaha yang
bergerak di sektor UKM sekitar 7 ribu dan terus meningkat tiap tahunnya. Pada
saat krisis ekonomi tahun 1997 terjadi penurunan tajam jumlah pengusaha yang
bergerak di sektor UKM ini dari sekitar 39 juta menjadi sekitar 36 juta atau turun
7,4 persen. Setelah krisis ekonomi 1997 jumlah pengusaha di sektor UKM ini
terus mengalami peningkatan. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik tahun
2000, menunjukkan dari 39,04 juta pengusaha, 99,85 persen merupakan
pengusaha kecil dan 0,14 persen merupakan pengusaha menengah, serta hanya
0,05 persen pengusaha besar. Jumlah Pengusaha di sektor UKM ini terus
meningkat dari sekitar 38,98 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 44 juta
pengusaha pada tahun 2005. Hingga tahun 2006 jumlah pengusaha di sektor UKM
terus meningkat mencapai 48,78 juta pengusaha.
0
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
50.000.000
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Tahun
Ju
mla
h
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan PerikananPertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanListrik, Gas dan Air BersihBangunanPerdagangan, Hotel dan RestoranPengangkutan dan KomunikasiKeuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan menengah 2008
Gambar 1.2 Penyerapan Tenaga Kerja oleh UKM di Berbagai Sektor
di Indonesia Periode 1997-2007
Tingkat penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia secara rata-rata
meningkat sebesar 3 persen per tahun. Selama periode 1997-2007, tingkat
penyerapan tenaga kerja meningkat hingga 24 persen sementara pertumbuhan
output sektor UKM meningkat hingga 307,45 persen. Dilihat dari seluruh sektor
ekonomi ternyata secara rata-rata dalam periode 1997-2007, sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan memberikan kontribusi yang paling besar
terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 98 persen per tahun dengan kontribusi
output rata-rata terhadap output total sektor UKM sebesar 64,7 persen per tahun.
Sektor listrik gas dan air bersih memberikan tingkat penyerapan tenaga kerja yang
paling rendah sebesar 0,4 persen per tahun dengan kontribusi terhadap output total
sektor UKM sebesar 0,2 persen per tahun.
Menurut Hoselitz (1959), Sektor UKM di negara berkembang merupakan
sektor yang labor intensive sehingga sektor ini diharapkan dapat mengatasi
masalah pengangguran di negara berkembang. Selain labor intensive, UKM sering
dikenal sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, banyak sisi kebaikan yang dapat
diambil dari usaha mikro dan kecil khususnya dalam mendorong pembangunan di
negara-negara berkembang. UKM mempunyai ciri khusus yakni sifat mereka
yang memiliki keterampilan (skill) dan teknologi khusus, kontribusi dan
kewirausahaan akan pembangunan, dan memiliki keterkaitan dengan berbagai
industri (industrial linkages). UKM memberikan prospek yang cerah di masa
depan untuk menciptakan tenaga kerja dengan skala yang besar dan kesempatan
mendapatkan pendapatan dengan biaya yang relatif rendah khususnya pada daerah
desa atau pinggiran kota (rural) yang akan mendukung kepada pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan dan berkeseimbangan, yang merupakan
syarat untuk memicu dan keluar dari kemiskinan dan masalah-masalah sosial
ekonomi lainnya (Ahmed, 2001).
Subsektor makanan dan minuman merupakan salah satu pusat konsentrasi
dari kegiatan produksi usaha kecil. Hal ini dapat dilihat dari data nilai output dan
nilai tambah dari subsektor makanan dan minuman yaitu sebesar 35,5 persen dan
26 persen dari total nilai output dan total nilai tambah tahun 2005 (BPS, 2005).
Struktur perekonomian Indonesia menunjukkan bahwa 60 persen pendapatan
nasional didominasi oleh konsumsi rumah tangga, dan faktor inilah yang cukup
mampu menahan dampak krisis global yang sedang berlangsung. Jika dilihat dari
pola konsumsi rumah tangga, sektor yang memiliki pengaruh yang paling besar
ialah sektor industri makanan dan minuman. Selain itu UKM sektor industri
makanan dan minuman memiliki keterkaitan dengan banyak sektor, mulai dari
proses produksi hingga proses distribusi hasil output. Dengan kata lain, sektor-
sektor ekonomi yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung
terhadap seluruh rangkaian produksi hingga pemasaran produk akhir seperti
pertanian, perdagangan, jasa, transportasi dan sektor-sektor ekonomi lainnya ikut
diuntungkan melalui suatu mekanisme yang dikenal dengan mekanisme
keterkaitan (linkage mechanism).
1.2. Perumusan Masalah
Banyaknya angkatan kerja yang diserap sektor informal merupakan
refleksi ketidakmampuan sektor formal dalam membuka kesempatan kerja lebih
luas terhadap sebagian besar penduduk usia kerja. Sektor formal selama ini
memang diakui sebagai pemberi kontribusi pendapatan terbesar bagi
perekonomian negara namun disatu sisi sektor ini mempunyai ketidakmampuan
dalam menyerap banyak tenaga kerja. Disamping itu, meskipun penyediaan
kesempatan kerja oleh sektor formal terbuka untuk semua orang, namun dalam
kenyataannya kesempatan kerja ini membutuhkan syarat-syarat keterampilan
khusus yang tidak dimiliki oleh sebagian besar pencari kerja. Dengan kata lain
kondisi keterampilan tenaga kerja ini sering tidak sesuai dengan kondisi
keterampilan yang dituntut oleh sektor formal pada umumnya (Cahyono, 1983).
Berdasarkan prospek usaha, UKM merupakan sektor yang potensial dalam
menciptakan nilai tambah. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa UKM
belum maksimal dikembangkan, terbukti dengan banyaknya kekurangan yang
menghambat UKM untuk berkembang. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh
yaitu dalam hal permodalan (investasi). Hal tersebut menghambat UKM untuk
meningkatkan skala produksi dan perluasan skala usaha. Sehingga meskipun
potensial dalam penciptaan lapangan dengan adanya hambatan tersebut akan
menghambat pula proses penyerapan tenaga kerja dan perluasan usaha.
Salah satu sektor UKM yang memiliki potensi dalam menciptakan nilai
tambah adalah UKM sektor industri makanan dan minuman. Hal ini dapat dilihat
dari kontribusi dan peranan UKM sektor industri makanan dan minuman sebagai
salah satu pusat konsentrasi unit usaha kecil dan juga sebagai motor penggerak
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sudah terbukti handal. UKM sektor industri
makanan dan minuman merupakan salah satu yang memiliki nilai output dan nilai
tambah yang tinggi, juga dalam penyerapan tenaga kerja. Selain itu, UKM sektor
industri makanan dan minuman dapat memenuhi kebutuhan masyarakat domestik
atau masyarakat dalam negeri yang didominasi oleh kebutuhan pokok yaitu
makanan dan minuman.
Berdasarkan uraian di atas, beberapa hal yang ingin diidentifikasi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan UKM sektor industri makanan dan minuman
berdasarkan struktur permintaan, investasi, dan nilai tambah bruto?
2. Bagaimana keterkaitan UKM sektor industri makanan dan minuman dengan
UKM sektor lainnya?
3. Berapa besar dampak penyebaran UKM sektor industri makanan dan
minuman di Indonesia?
4. Berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh UKM sektor industri
makanan dan minuman, ditinjau berdasarkan multiplier terhadap output,
pendapatan dan tenaga kerja?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan, tujuan
penelitian adalah :
1. Melihat peranan UKM sektor industri makanan dan minuman dalam struktur
permintaan, investasi dan nilai tambah bruto.
2. Menganalisis keterkaitan UKM sektor industri makanan dan minuman
dengan UKM sektor lainnya.
3. Menganalisis dampak penyebaran UKM sektor industri makanan dan
minuman di Indonesia.
4. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh UKM sektor industri
makanan dan minuman, ditinjau berdasarkan multiplier terhadap output,
pendapatan dan tenaga kerja.
1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pemegang
kebijakan dan masyarakat pada umumnya. Manfaat atau kegunaan yang
diharapkan dari penelitian ini diantaranya yaitu masukan kepada pemegang
kebijakan mengenai peran UKM dalam pertumbuhan ekonomi khususnya dalam
menciptakan output, nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja serta keterkaitan
dengan perkembangan UKM di sektor lainnya sehingga pemegang kebijakan
dapat mengeluarkan alat kebijakan yang tepat dalam meningkatkan UKM sektor
industri makanan dan minuman.
Penelitian ini juga diharapkan memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang tabel Input-Output Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Tabel
Input-Output UKM berbeda dengan tabel Input-Output biasa karena pada tabel
Input-Output UKM sektor yang tertulis lebih rinci dilihat dari skala usahanya
yaitu usaha kecil, menengah dan besar. Sehingga kita dapat melihat hubungan
atau keterkaitan antar sektor dan juga hubungan atau keterkaitan antar skala
usaha.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Definisi dan Ruang Lingkup Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Pengertian mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak selalu sama,
tergantung konsep yang digunakan. Dalam konsep tersebut mencakup sedikitnya
dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan
perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kelompok
perusahaan tersebut. Usaha kecil dioperasikan dan dimiliki secara independent,
tidak dominan dalam daerahnya dan tidak menggunakan praktek-praktek inovatif.
Tapi usaha yang bersifat kewirausahaan adalah usaha yang pada awalnya
bertujuan untuk tumbuh dan menguntungkan serta dapat dikarakteristikkan
dengan praktek-praktek inovasi strategis.
Pengertian usaha kecil dan menengah di Indonesia masih sangat beragam.
Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, Usaha Kecil (UK) memiliki kriteria
yang dilihat dari segi keuangan dan modal sebagai berikut ; Pertama, memiliki
kekayaan bersih paling banyak dua ratus juta Rupiah, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha. Kedua, memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
satu milyar rupiah. Ketiga, milik Warga Negara Indonesia (WNI). Keempat,
berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan
usaha menengah atau usaha besar. Kelima, berbentuk badan usaha orang
perseorangan, tidak berbadan hukum termasuk koperasi. Menurut Undang-
Undang No. 10 Tahun 1999, Usaha Menengah (UM) adalah kegiatan ekonomi
rakyat yang mempunyai penjualan tahunan di atas satu milyar Rupiah sampai
sepuluh milyar rupiah.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan menggunakan kriteria industri
kecil berdasarkan surat keputusan mentri No. 254/MPP/Kep/7/1999 tentang
kriteria industri kecil di lingkungan departemen perindustrian dan perdagangan
yang menyatakan bahwa yang termasuk industri kecil dan usaha dagang kecil
adalah perusahaan yang mempunyai nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai
dengan dua ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
serta pemiliknya adalah WNI. Departemen Perindustrian Republik Indonesia
mulai tahun 2003 membagi industri kecil ke dalam lima cabang industri yaitu
sandang, pangan, kimia dan bahan bangunan, logam dan elektronik serta
kerajinan.
World Bank memiliki definisi yang berbeda mengenai industri kecil dan
menengah. World Bank membaginya kedalam tiga kelompok dengan kriteria :
• Medium Enterprise
o Jumlah karyawan maksimal 300 orang.
o Pendapatan setahun mencapai $ 15 juta.
o Jumlah aset mencapai $ 15 juta.
• Small Enterprise
o Jumlah karyawan kurang dari 10 orang.
o Pendapatan setahun mencapai $ 3 juta.
o Jumlah aset tidak lebih dari $ 15 juta.
• Micro Enterprise
o Jumlah karyawan kurang dari 10 orang.
o Pendapatan setahun tidak lebih dari $ 100 ribu.
o Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu.
Sebenarnya masih ada definisi dan kriteria yang berbeda-beda dari
berbagai lembaga swadaya masyarakat dan para peneliti sesuai dengan tujuan
masing-masing. Namun dalam penelitian ini menggunakan data dengan definisi
UKM dari Badan Pusat Statistik (BPS). Definisi tentang ukuran besar kecilnya
perusahaan di Indonesia berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam
proses produksi menurut BPS dibagi menjadi :
1. Industri rumah tangga, yaitu perusahaan atau industri pengolahan dengan
jumlah tenaga kerja berkisar antara 1-4 orang.
2. Industri kecil, yaitu perusahaan atau industri pengolahan dengan jumlah
tenaga kerja berkisar antara 5-19 orang.
3. Industri sedang, yaitu perusahaan atau industri pengolahan dengan jumlah
tenaga kerja berkisar antara 20-90 orang.
4. Industri besar, yaitu perusahaan atau industri pengolahan dengan jumlah
tenaga kerja lebih besar dari 100 orang.
Klasifikasi baik usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar
menggunakan sembilan penggolongan utama sektor ekonomi yang meliputi :
1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan.
2. Pertambangan dan penggalian.
3. Industri Pengolahan.
a. Makanan, minuman dan tembakau.
b. Tekstil, barang kulit dan alas kaki.
c. Barang kayu dan hasil hutan lainnya.
d. Kertas dan barang cetakan.
e. Pupuk kimia dan barang dari karet.
f. Semen dan barang galian bukan logam.
g. Logam dasar besi dan baja.
h. Alat angkutan, mesin dan peralatan.
i. Barang lainnya.
4. Listrik, gas dan air bersih.
5. Bangunan.
6. Perdagangan.
7. Pengangkutan dan komunikasi.
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
9. Jasa-jasa.
a. Pemerintah.
b. Swasta.
Dilihat dari beberapa definisi mengenai usaha kecil dan menengah (UKM)
terdapat karakteristik yang hampir seragam. Pertama, tidak adanya pembagian
tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil
dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola
perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.
Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal
sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal
sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara,
bahkan rentenir. Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum
dipunyainya status badan hukum. Keempat, dilihat menurut golongan industri
tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada
kelompok usaha industri makanan dan minuman (ISIC31), diikuti oleh kelompok
industri barang galian bukan logam (ISIC36), industri tekstil (ISIC32), dan
industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabotan
rumahtangga (ISIC33) masing-masing berkisar antara 21 persen hingga 22 persen
dari seluruh industri kecil yang ada. Sedangkan yang bergerak pada kelompok
usaha industri kertas (ISIC34) dan kimia (ISIC35) relatif masih sangat sedikit
sekali yaitu kurang dari 1 persen.
2.2. Peranan UKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, UKM selalu digambarkan
sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting karena sebagian besar
jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil
baik itu di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut
menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan yang dikelola
oleh dua departemen, yaitu (1) Departemen Perindustrian dan Perdagangan; (2)
Departemen Koperasi dan UKM. Namun demikian, usaha pengembangan yang
telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya karena pada kenyataannya
kemajuan UKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai
usaha besar.
Dalam analisis makroekonomi pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
tingkat pertambahan dari pendapatan per kapita. Pertumbuhan ekonomi ini
digunakan untuk menggambarkan bahwa suatu perekonomian telah mengalami
perkembangan dan mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi. Pertumbuhan
di suatu negara dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDB. Laju pertumbuhan PDB
yang merupakan tingkat output diturunkan dari fungsi produksi suatu barang dan
jasa. Fungsi produksi menurut Mankiw (2003) merupakan hubungan antara
tingkat output (Y) dengan tingkat input (capital and labour). Turunan pertama
fungsi produksi dirumuskan sebagai berikut:
Y = f (K,L) (2.1)
Berdasarkan hal tersebut, maka nilai PDB secara langsung dipengaruhi
oleh tingkat investasi yang merupakan ∆K (∆ capital) dan angkatan kerja yang
merupakan Labour (L) dalam fungsi produksi. Investasi UKM setiap tahunnya
terus meningkat, hal ini dapat mempertinggi efisiensi ekonomi dalam bentuk
barang-barang modal yang sangat penting artinya dalam pertumbuhan ekonomi.
Peranan usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia
paling tidak dapat dilihat dari: (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam
kegiatan ekonomi di berbagai sektor; (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar;
(3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat; (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi; serta (5)
sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran
koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian
nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada
masa mendatang (Kuncoro, 2002).
Pemberdayaan UKM secara terstruktur dan berkelanjutan diharapkan akan
mampu menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat
pertumbuhan ekonomi nasional di atas 6 persen per tahun. Selain itu juga dapat
mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan,
mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat.
Pemberdayaan UKM diarahkan pada upaya meningkatkan produktivitas dan daya
saingnya, serta secara sistematis diarahkan pada upaya menumbuhkan wirausaha
baru di sektor-sektor yang memiliki produktivitas tinggi yang berbasis
pengetahuan, teknologi dan sumber daya lokal (Gie Kian, K, 2003).
Pertumbuhan ekonomi memerlukan dukungan investasi yang memadai.
Pada kondisi ekonomi Indonesia saat ini, relatif sulit menarik investasi dalam
jumlah yang besar. Untuk itu, keterbatasan investasi perlu diarahkan pada upaya
mengembangkan wirausaha mikro, kecil dan menengah, karena memiliki ICOR
yang rendah dengan lag waktu yang singkat. Pemberdayaan UKM diharapkan
lebih mampu menstimulan pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dalam
jangka waktu yang relatif pendek dan mampu memberikan lapangan kerja yang
lebih luas dan lebih banyak, sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran
terbuka dan tingkat kemiskinan di Indonesia (Kemenkop, 2004).
Pemberdayaan UKM dapat meningkatkan stabilitas ekonomi makro,
karena menggunakan bahan baku lokal dan memiliki potensi ekspor, sehingga
akan membantu menstabilkan kurs rupiah dan tingkat inflasi. Pemberdayaan
UKM akan menggerakkan sektor riil, karena UKM umumnya memiliki
keterkaitan industri yang cukup tinggi. Dengan kata lain pemberdayaan UKM
akan memberikan perluasan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan
sehingga dapat mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (Kemenkop,
2004).
2.3. Golongan Industri Makanan dan Minuman Menurut Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005
Industri makanan dan minuman pada KBLI tahun 2005 diberi kode 15
(berdasarkan Kode KBLI dua digit). Industri ini dikelompokkan menjadi lima sub
golongan berdasarkan Kode KBLI tiga digit yakni : industri pengolahan dan
pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak (kode
KBLI:151); industri susu dan makanan dari susu (kode KBLI:152); industri
penggilingan padi-padian, tepung, dan makanan ternak (kode KBLI:153); industri
makanan lainnya (kode KBLI:154) serta industri minuman (kode KBLI:155).
Sedangkan untuk pengelompokkan industri makanan dan minuman berdasarkan
Kode KBLI lima digit yakni sebanyak 60 kelompok industri.
2.4. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Indonesia
Total industri pangan Indonesia, baik berskala besar, kecil dan menengah,
maupun rumah tangga pada tahun 2004 mencapai jumlah 944.948 industri,
meningkat dibanding tahun 2003 dengan jumlah 883.880 industri. Akan tetapi,
jumlah tersebut masih dibawah tahun 2002, dimana jumlahnya mencapai 972.784
industri. Industri makanan berskala besar dan menengah sejumlah 4.419 industri,
yang berskala kecil 78.449 industri dan rumah tangga sebanyak 862.080 industri.
Namun kalau dilihat nilai output dan penyerapan tenaga kerjanya, maka yang
besar dan menengah mencapai Rp 173,9 triliun dengan penyerapan tenaga kerja
sebanyak 653.930 orang, sedangkan yang skala kecil dan rumah tangga masing-
masing mencapai Rp 13,2 triliun dan Rp 20,1 triliun serta penyerapan tenaga kerja
masing-masing mencapai 635.036 orang dan 1.764.421 orang (Darmawan, 2006).
Omzet industri pangan baik skala besar, menengah, kecil dan rumah
tangga selalu tumbuh dengan besaran 10-12 persen per tahun. Pada tahun 2002
mencapai Rp 163,6 triliun maka pada tahun 2003 telah meningkat menjadi Rp
207,3 triliun. Pada tahun 2004 total omzet industri pangan mencapai kira-kira Rp
800 triliun, dengan perincian 70 persen tidak diolah dan 30 persen diolah. Omzet
industri pangan pada tahun 2005 sebanyak Rp 220 triliun sedangkan pada tahun
2006 menembus jumlah Rp 250 triliun (BPS, 2005). Angka peningkatan ini juga
disumbangkan oleh banyaknya investor asing yang masuk ke Indonesia telah
mencapai kapasitas produksi maksimum sehingga dibutuhkan investasi baru
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan daya belinya.
Sebagaimana halnya dengan industri pangan skala besar dan sedang,
industri kecil menengah (IKM) atau usaha kecil menengah (UKM) pangan
nasional dari waktu ke waktu juga menunjukkan suatu sumbangsih yang cukup
berarti bagi perekonomian Indonesia. Situasi UKM makanan di Indonesia, pada
umumnya dikerjakan dan dikendalikan oleh SDM yang berpengetahuan minim di
bidang pengolahan dan mutu makanan, sehingga tidak diherankan ada banyak
berita mengenai keracunan makanan. Mengacu pada data BPS, banyak usaha kecil
menengah pangan (IKM) yang ada di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2004
berjumlah 1.031.767 (80 persen dari industri yang ada di Indonesia).
UKM pangan yang tumbuh di masyarakat umumnya adalah sebagai
antisipasi masalah krisis ekonomi dan pada umumnya pula skala usaha, sarana
produksi dan manajemennya dirancang pada skala kecil dan tidak memenuhi
standar manajemen pangan yang ada. Strategi usaha demikian memang paling
tepat dan fleksibel untuk menghadapi situasi tak menentu (fluktuatif) sehingga
pola usaha dapat dijalankan dalam pola yang fleksibel tanpa harus menanggung
risiko keuangan yang besar. Selain itu, pada umumnya UKM pangan Indonesia
memanfaatkan bahan baku lokal dalam pelaksanaan produksinya. Oleh karena itu,
tidak diherankan bahwa pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, UKM
pangan mampu bertahan (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh
Indonesia, 2006).
2.5. Tabel Input-Output
Tabel Input-Output (I-O) dan analisisnya pertama kali dikembangkan oleh
Professor Wassily Leontif pada akhir dekade 1930-an. Tabel I-O pada dasarnya
merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi
tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar satuan kegiatan
ekonomi (sektor) dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Isian
sepanjang baris dalam matriks menunjukkan bagaimana output suatu sektor
ekonomi dialokasikan ke sektor-sektor lainnya untuk memenuhi permintaan
antara dan permintaan akhir, sedangkan isian dalam kolom menunjukkan
pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses
produksinya.
Namun demikian, tabel I-O tidak mampu memberikan informasi tentang
persediaan dan arus barang dan jasa secara rinci menurut komoditi. Semua
infromasi yang dimuat dalam suatu tabel input-output terbatas pada infomasi
untuk sektor ekonomi, yang merupakan gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi
atau komoditi. Dengan kata lain, tabel I-O bukan merupakan model atau
perangkat yang mampu memberikan informasi secara rinci tentang berbagai stok
dan arus barang dan jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi.
Akan tetapi, dengan menggunakan asumsi sederhana memang dapat
disusun dan dikembangkan suatu model ekonomi yang cukup andal. Kenyataan
terakhir inilah yang menjadikan tabel Input-Output diperhitungkan sebagai salah
satu bagian dari sistem neraca nasional yang dapat digunakan sebagai alat untuk
melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif (BPS, 2008).
Sebagai suatu model kuantitatif, tabel I-O akan memberikan gambaran
menyeluruh mengenai:
1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup struktur output dan
nilai tambah masing-masing sektor.
2. Struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh
sektor-sektor produksi.
3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri
maupun barang-barang yang berasal dari impor atau yang berasal dari luar
wilayah tersebut.
4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor-
sektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan
ekspor.
Mengacu pada konsep dasar yang dikembangkan oleh Leontif menurut
Richardson, Miernyk dan Isard dalam Budiharsono (2001) adalah :
1. Struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor industri yang satu sama
lain berinteraksi melalui jual beli.
2. Output suatu sektor dijual kepada sektor-sektor lainnya dan untuk memenuhi
permintaan akhir.
3. Input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah tangga
(dalam bentuk jasa tenaga kerja), pemerintah (misalnya pembayaran pajak
tidak langsung, penyusutan), surplus usaha serta impor.
4. Hubungan input dengan output bersyarat linier.
5. Dalam suatu kurun waktu analisis (biasanya 1 tahun) total input sama
dengan total output.
6. Suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dan output tersebut
diproduksikan oleh satu teknologi.
Dalam suatu model input-output yang bersifat terbuka dan statis, transaksi-
transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel I-O harus memenuhi tiga
asumsi dasar, yaitu:
1. Asumsi homogenitas yang mensyaratkan bahwa tiap sektor memproduksi
suatu output tunggal dengan struktur input tunggal dan bahwa tidak ada
substitusi otomatis antar berbagai sektor;
2. Asumsi proporsionalitas yang mensyaratkan bahwa dalam proses produksi,
hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linear yaitu tiap
jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding
dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut;
3. Asumsi additivitas, yaitu suatu asumsi yang menyebutkan bahwa efek total
dari pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing
sektor secara terpisah. Ini berarti bahwa di luar sistem input-output semua
pengaruh dari luar diabaikan.
Keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan model I-O dalam
perencanaan pengembangan wilayah yaitu:
1. Model I-O dapat memberikan deskripsi yang detail mengenai perekonomian
nasional ataupun perekonomian regional dengan mengkuantifikasikan
ketergantungan antar sektor dan asal (sumber) dari ekspor dan impor.
2. Untuk suatu set permintaan akhir dapat ditentukan besarnya output dari
setiap sektor, dan kebutuhannya akan faktor produksi dan sumber daya.
3. Dampak perubahan permintaan terhadap perekonomian baik yang
disebabkan oleh swasta maupun pemerintah dapat ditelusuri dan diramalkan
secara terperinci.
4. Perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke
dalam model melalui perubahan koefisien teknik.
Sedangkan kelemahan model I-O anatara lain : (a) asumsi-asumsi yang
sedikit retriktif, (b) biaya pengumpulan data yang besar dan (c) hambatan-
hambatan dalam mengembangkan model dinamik.
Hambatan terbesar yang dihadapi oleh lembaga-lembaga perencanaan,
terutama di daerah, dalam menggunakan analisis I-O antara lain adalah: (1) biaya
yang relatif besar dalam pengumpulan data; (2) data pokok yang belum memadai,
dan (3) keterbatasan kemampuan teknis. Akan tetapi, bila kendala-kendala
tersebut dapat diatasi maka model I-O ini merupakan model yang canggih untuk
merencanakan pembangunan ekonomi suatu wilayah secara terintegrasi.
Walaupun model Input-Output mengandung berbagai kelemahan-kelemahan
seperti yang telah diuraikan namun model Input-Output masih tetap merupakan
alat analisis yang handal dan bermanfaat, terutama karena kemampuannya untuk
digunakan dalam analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif (Budiharsono,
2001).
2.5.1. Konsep dan Definisi
Untuk lebih mempermudah pemahaman dalam membaca tabel I-O, berikut
ini diuraikan beberapa pengertian yang berkaitan dengan pengertian-pengertian
pokok yang sering digunakan (BPS, 2008).
a. Output
Output adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor
produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah
(negara, propinsi dan sebagainya) dalam suatu periode waktu tertentu (umumnya
satu tahun), tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksinya.
b. Input Antara
Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa
yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara terdiri dari
barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri
atau impor. Barang tidak tahan lama adalah barang yang habis dalam sekali pakai
atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari setahun. Contoh dari input
antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya.
c. Input Primer
Input primer adalah input atau biaya yang timbul sebagai akibat dari
pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi. Faktor produksi antara
lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Wujud dari input
primer adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak
tak langsung neto. Input primer disebut juga sebagai balas jasa faktor produksi
atau nilai tambah bruto. Nilai input primer dari suatu sektor akan sama dengan
output dikurangi input antara pada sektor tersebut.
d. Permintaan Antara
Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi
proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah
penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses
produksi.
e. Permintaan Akhir dan Impor
Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa yang digunakan
untuk konsumsi akhir. Sesuai dengan pengertian ini maka permintaan akhir tidak
mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan produksi. Permintaan
akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.
(i) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa
yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak mencari untung
dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan tetapi,
pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukan
modal tetap sektor usaha persewaan bangunan dan tanah (real estate).
(ii) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran pemerintah, baik
pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali yang sifatnya pembentukan modal,
termasuk pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata.
(iii) Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Pembentukan modal tetap bruto mencakup semua pengeluaran untuk
pengadaan barang modal baik dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaan-
perusahaan swasta. Barang modal dapat terdiri dari bangunan/konstruksi, mesin
dan peralatan, kendaraan dan angkutan serta barang modal lainnya.
(iv) Perubahan Stok
Perubahan stok sebenarnya juga merupakan pembentukan modal (tidak
tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok akhir dan stok awal periode
penghitungan. Stok biasanya dipegang oleh produsen merupakan hasil produksi
yang belum sempat dijual dan oleh konsumen sebagai bahan-bahan (inventory)
yang belum sempat digunakan.
(v) Ekspor dan Impor
Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara
penduduk di suatu daerah dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik
penduduk kota lain maupun luar negeri. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan
impor untuk barang, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi dan berbagai jasa
lainnya.
2.5.2. Kerangka Dasar Tabel Input-Output
Tabel Input-Output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian
data yang menggunakan dua dimensi : baris dan kolom. Isian sepanjang baris
tabel Input-Output menunjukkan pengalokasian atau pendistribusian dari output
yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh sektor
lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan
struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan
produksinya.
Sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya, secara umum matriks yang
disajikan dalam tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi 4 sub matriks
(kuadran) dengan kerangka penyajian seperti pada Tabel 2.1
Tabel 2.1. Kerangka Penyajian Tabel Input-Output
Kuadran I
(n x n)
Kuadran II
(n x m)
Kuadran III
(p x n)
Kuadran IV
(p x m)
Sumber: Badan Pusat Statistik Jakarta (2008) Keterangan : Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris dan simbol kedua adalah banyaknya kolom.
Kuadaran pertama menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan
digunakan oleh sektor-sektor dalam suatu perekonomian. Kuadran ini
menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi.
Penggunaan atau konsumsi barang dan jasa di sini adalah penggunaan untuk
proses kembali, baik sebagai bahan baku atau bahan penolong. Karenanya
transaksi yang digambarkan dalam kuadran pertama ini disebut juga transaksi
antara (intermediate transaction).
Kuadran kedua menunjukkan permintaan akhir (final demand) dan impor,
serta menggambarkan penyediaan barang dan jasa. Penggunaan barang dan jasa
bukan untuk proses produksi digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan
akhir ini biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,
investasi dan ekspor.
Kuadran ketiga memperlihatkan input primer sektor-sektor produksi. Input
ini dikatakan primer karena bukan merupakan bagian dari output suatu sektor
produksi seperti pada kuadran pertama dan kedua. Input primer adalah semua
balas jasa faktor produksi yang meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditambah
penyusutan dan pajak tidak langsung netto.
Kuadran keempat memperlihatkan input primer yang langsung
didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi di kuadran keempat
ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan tabel input-
output kadang-kadang diabaikan. Demikian juga penyusunan tabel I-O di
Indonesia mengabaikan kuadran keempat ini.
Untuk memperjelas gambaran tentang penyajian tabel input-output,
berikut ini diberikan ilustrasi tabel Input-Output pada sistem perekonomian yang
terdiri dari n sektor produksi, yaitu sektor 1,2,...,n. Ilustrasi tabel I-O dapat dilihat
pada Tabel 2.2 sebagai berikut :
Tabel 2.2. Tabel Input-Output
Sumber : Badan Pusat Statistik Jakarta (2003)
Tabel di atas menunjukkan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk
matriks memperlihatkan suatu jalinan yang saling terkait di antara beberapa
sektor. Dalam tabel I-O ada suatu patokan yang amat penting, yaitu jumlah output
suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya. Dari Tabel 2.2. akan diperoleh
beberapa hubungan persamaan sebagai berikut :
Jika dibaca menurut baris, secara umum persamaannya adalah,
iiij XFX =+∑ ; untuk i = 1, 2,…, n. (2.2)
Dimana :
Xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j Fi = permintaan akhir terhadap sektor i Xi = jumlah output sektor i
Jika dibaca menurut kolom, secara umum persamaannya adalah,
jjij XVX =+∑ ; untuk j = 1, 2, …, n. (2.3)
Dimana :
Xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j Vi = input primer dari sektor j = (L j + Mj + Gj) Lj = upah dan gaji rumah tangga Mj = impor Gj = nilai tambah lainnya
Isian sepanjang baris pada tabel tersebut memperlihatkan komposisi
penyediaan dan permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal dari
output domestik (Xi) dan impor untuk produk sejenis (Mj). Sedangkan
permintaannya terdiri dari permintaan antara (Xij) dan permintaan akhir (Fi ). Isian
sepanjang kolom tabel tersebut menunjukkan susunan input yang digunakan
dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut dari input antara (Xij) dan
input primer (Vi).
2.6. Analisis Input-Output
2.6.1. Analisis Keterkaitan
Analisis keterkaitan ini merupakan suatau konsep yang dijadikan dasar
perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar
sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep ini terdiri dari keterkaitan
kedepan (forward linkage), menunjukkan keterkaitan antar sektor dalam penjualan
terhadap total penjualan output yang dihasilkan dan keterkaitan kebelakang
(backward linkage), menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam
pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan dalam proses produksi.
Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan
penjualan input antara dapat ditunjukkan oleh koefisien teknis, sedangkan
keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukkan oleh matriks kebalikan
koefisien input yang mengandung informasi tingkat pertumbuhan suatu sektor,
dapat menstimulir pertumbuhan sektor lainnya melalui proses induksi. Oleh
karena itu, keterkaitan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat macam,
yaitu:
1. Keterkaitan Langsung Kedepan (Direct Forward Linkage)
Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan
permintaan total.
2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Kedepan (Direct-Indirect
Forward Linkage)
Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menggunakan sebagian output sektor tertentu baik secara langsung maupun tidak
langsung per unit kenaikan permintaan total.
3. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Direct Backward Linkage)
Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menyediakan sebagian input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit
kenaikan permintaan total.
4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang (Direct-Indirect
Backward Linkage)
Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung per unit kenaikan permintaan total.
2.6.2. Analisis Dampak Penyebaran (Dispersion Effect Analysis)
Analisis ini merupakan pengembangan dari analisis keterkaitan langsung
ke depan dan ke belakang karena membandingkan nilai keterkaitan langsung dan
tidak langsung dikali jumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan
langsung dan tidak langsung dari seluruh sektor. Analisis dampak penyebaran ini
terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Koefisien Penyebaran (Coefficient on Dispersion)
Koefisien ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari
pengembangan suatu sektor tehadap pengembangan sektor-sektor lainnya melalui
mekanisme transaksi pasar input. Artinya, bahwa kemampuan suatu sektor untuk
meningkatkan pertumbuhan produksi sektor hulunya.
2. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion)
Kepekaan ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor
terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Artinya, bahwa
kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor hilirnya
yang memakai input dari sektor ini.
2.6.3. Analisis Pengganda (Multiplier)
Analisis multiplier digunakan untuk menghitung dampak yang
ditimbulkan akibat peningkatan atau penurunan variabel suatu sektor terhadap
sektor-sektor lainnya. Berdasarkan analisis multiplier input-output, pendorong
perubahan ekonomi (pendapatan dan tenaga kerja) pada umumnya diasumsikan
sebagai peningkatan penjualan sebesar satu-satuan mata uang kepada permintaan
akhir suatu sektor. Oleh karena itu, analisis multiplier terbagi menjadi tiga
macam, yaitu multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja.
Masing-masing multiplier terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu tipe I dan tipe II.
Analisis tipe I merupakan model terbuka, yang mana faktor rumah tangga
dijadikan sebagai faktor eksogen, sedangkan analisis tipe II merupakan model
tertutup, yang mana faktor rumah tangga dijadikan sebagai faktor endogen.
a. Pengganda Output (Output Multiplier)
Multiplier output menentukan besarnya kelipatan perubahan output regional
akibat perubahan permintaaan akhir suatu sektor. Artinya, bahwa nilai total output
yang dihasilkan oleh perekonomian akibat adanya perubahan suatu unit mata uang
permintaan akhir sektor tersebut. Peningkatan permintan akhir suatu sektor akan
meningkatkan output itu sendiri dari sektor-sektor lain dalam perekonomian.
Peningkatan output sektor-sektor lain tercipta akibat adanya dampak langsung dan
tidak langsung (hubungan teknis antar sektor) dari peningkatan permintaan akhir.
Multiplier ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
� Tipe I
Tipe ini digunakan untuk menganalisis perubahan output akibat permintaan
akhir baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perekonomian suatu
wilayah.
� Tipe II
Tipe ini digunakan untuk menganalisis perubahan output akibat permintaan
akhir baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menambahkan efek
induksi konsumsi dalam perekonomian suatu wilayah.
b. Pengganda Pendapatan (Income Multiplier)
Multiplier ini mengukur peningkatan pendapatan akibat perubahan output
dalam perekonomian. Berdasarkan tabel I-O UKM Indonesia 2008, yang termasuk
kedalam multiplier ini adalah pendapatan berupa upah dan gaji yang diterima
rumah tangga, deviden dan sebagainya (Jensen, 1979). Multiplier ini terbagi
menjadi dua tipe, yaitu:
� Tipe I
Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh perubahan pendapatan rumah
tangga sebagai eksogenus model sebesar multiplier totalnya akibat perubahan
permintaan akhir pada suatu sektor sebesar satu unit baik secara langsung maupun
tidak langsung.
� Tipe II
Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh perubahan pendapatan rumah
tangga sebagai endogenus model sebesar multiplier totalnya akibat perubahan
akhir pada suatu sektor sebesar satu unit baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan menambah efek induksi konsumsi.
c. Pengganda Tenaga Kerja (Labour Multiplier)
Multiplier ini menunjukkan perubahan tenaga kerja akibat perubahan awal
dari sisi output. Multiplier ini tidak ada dalam Tabel I-O karena tidak
mengandung variabel yang berhubungan dengan tenaga kerja, maka dalam Tabel
I-O harus menambahkan baris jumlah tenaga kerja untuk masing-masing sektor
dalam perekonomian. Multiplier ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
� Tipe I
Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh penciptaan lapangan kerja akibat
perubahan output suatu sektor sebesar satu satuan.
� Tipe II
Tipe ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan lapangan kerja
akibat perubahan dari penyerapan tenaga kerja disuatu sektor sebesar satu unit
diseluruh sektor perekonomian.
2.7. Penelitian Terdahulu
UKM disebut sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Sejak
krisis ekonomi terjadi di Indonesia, UKM telah menujukkan untuk bertahan dari
krisis disaat industri besar banyak yang gulung tikar. Malik (2008),
mengungkapkan bahwa investasi, tenaga kerja dan nilai ekspor UKM
berhubungan positif terhadap produksi UKM di Yogyakarta. Selain itu ditemukan
juga bahwa elastisitas tenaga kerja dan modal (investasi) pada UKM ekspor lebih
besar daripada UKM non ekspor. Oleh karena itu, UKM mempunyai peranan
yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, baik dalam investasi, tenaga
kerja ataupun nilai ekspor yang dapat menambah PDB nasional. Namun,
perkembangan UKM hingga saat ini belum mengalami perubahan yang berarti.
Jumlah UKM cukup banyak, tapi nilai tambahnya masih jauh lebih kecil
dibanding dengan industri besar. Salah satu penyebabnya dikarenakan UKM
kekurangan modal untuk berproduksi.
Menurut Irwanti (2007), kinerja industri kecil dan menengah di Indonesia
relatif baik dan secara positif dipengaruhi oleh input-input produksi barang modal
dan tenaga kerja. Semua jenis skala industri di Indonesia baik UKM ataupun
usaha besar bersifat capital intensive. Selain itu, telah terbukti bahwa terdapat
perbedaan skala pengguna faktor produksi antara UKM dengan usaha besar. UKM
berada pada kondisi decreasing return to scale, sedangkan industri besar berada
pada kondisi constant return to scale. Perbedaan kualitas tenaga kerja antara
usaha kecil dan usaha besar menjadi penyebab relatif rendahnya pengaruh tenaga
kerja terhadap peningkatan kerja.
Permasalahan yang dihadapi UKM secara umum masih terbilang tinggi.
Anggraeni (2005) menjelaskan permasalahan yang dihadapi UKM adalah masalah
pemasaran, teknologi, manajemen keuangan dan masalah permodalan. Sedangkan
Santoso (2006) menjelaskan strategi pengembangan UKM dengan cara
menambah jumlah pelanggan tetap, meningkatkan kapasitas penjualan, menambah
kapasitas produksi, melakukan promosi, melakukan sistem pencatatan keuangan
dan administrasi, melakukan penelitian dan pengembangan pasar, meningkatkan
kualitas produk, meningkatkan sinergisme dan kemitraan serta melakukan studi
banding.
Penelitian yang dilakukan oleh Azrin (2004) mengungkapan bahwa
dengan alat analisis tabel I-O diketahui pengembangan UKM dapat memberikan
kontribusi untuk menekan terjadinya kebocoran wilayah yang ditimbulkan oleh
sektor-sektor lain. Kebocoran wilayah ini terjadi karena tingginya keterkaitan
kebelakang sedang keterkaitan ke depannya cenderung rendah. Selain itu juga
berkaitan dengan rendahnya dampak pengganda karena nilai tambah yang
seharusnya dapat ditangkap wilayah tersebut justru manfaatnya diambil wilayah
lain. Pengembangan UKM di Kota Bogor memberikan dampak positif bagi
pengembangan wilayah, peningkatan lapangan pekerjaan dan penyerapan tenaga
kerja, hal ini terkait dengan struktur perekonomian wilayah.
Penelitian yang telah dijelaskan di atas dijadikan literatur dan pembanding
dalam penelitian ini. Penelitian kali ini menyajikan analisis peranan usaha kecil
dan menengah sektor industri makanan dan minuman terhadap perekonomian
Indonesia dengan menggunakan analasis Input-Output. Dalam penelitian
sebelumnya di atas lebih membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
UKM secara keseluruhan diantaranya yaitu investasi, tenaga kerja dan nilai
ekspor. Selain itu juga membahas permasalahan yang dihadapi UKM dan juga
peranan dari pengembangan UKM terhadap pengembangan ekonomi suatu
wilayah.
Namun, pada dasarnya penelitian sebelumnya yang dijelaskan diatas
adalah sama yaitu menjelaskan bahwa UKM mempunyai peranan yang sangat
penting bagi perekonomian Indonesia, tetapi peranan tersebut belum optimal
karena terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh UKM.
2.8. Kerangka Penelitian
Krisis keuangan global yang terjadi pada pertengahan tahun 2007
menyebabkan jatuhnya pasar keuangan dunia dan perlambatan perekonomian
dunia. Krisis tersebut pun berdampak pada perekonomian Indonesia yaitu
terjadinya penurunan jumlah ekspor karena penurunan daya beli luar negeri dan
semakin mahalnya bahan baku impor akibat pelemahan Rupiah sehingga
menyebabkan defisit neraca perdagangan dan melemahnya kinerja ekonomi yang
diikuti oleh melemahnya kinerja industri-industri besar. Melemahnya kinerja
industri-industri besar berakibat pada maraknya kebijakan pemutusan hubungan
kerja serta tingkat pengangguran yang semakin meningkat yang akan berujung
kepada tingkat kemiskinan yang semakin meningkat.
Pada saat ini diperlukan suatu alternatif sektor yang dapat menjadi prime
sector dan menggantikan sektor industri-industri besar yang sedang terpuruk
dalam menyokong pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga yang memiliki resistensi
terhadap krisis yang sedang terjadi dan juga yang dapat mengoptimalkan pasar
domestik mengingat menurunnya permintaan global. Usaha kecil dan menengah
(UKM) diindikasikan dapat menjadi solusinya terutama UKM sektor industri
makanan dan minuman. Karena 60 persen dari struktur perekonomian Indonesia
didominasi oleh konsumsi domestik atau konsumsi rumah tangga dimana
konsumsi tersebut berfokus pada kebutuhan pokok yaitu makanan dan minuman.
Sehingga UKM sektor industri makanan dan minuman memiliki potensi yang
cukup besar sebagai penyokong perekonomian nasional.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari analisis peranan usaha kecil
dan menengah sektor industri makanan dan minuman terhadap perekonomian
Indonesia tahun 2007 adalah untuk (1) melihat peranan UKM sektor industri
makanan dan minuman dalam struktur permintaan, investasi dan nilai tambah
bruto, (2) menganalisis keterkaitan UKM sektor industri makanan dan minuman
dengan UKM sektor lainnya, (3) menganalisis dampak penyebaran UKM sektor
industri makanan dan minuman di Indonesia dan (4) menganalisis dampak
ekonomi yang ditimbulkan oleh UKM sektor industri makanan dan minuman,
ditinjau berdasarkan multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja.
Sesuai tujuan penelitian, metode yang digunakan adalah metode deskriptif
dan metode Input-Output. Melalui metode deskriptif, kita dapat melihat
bagaimana peranan UKM sektor industri makanan dan minuman dalam struktur
permintaan, investasi dan nilai tambah. Metode I-O yang dipakai menggunakan
Tabel Input-Output Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia 2007 transaksi
domestik atas dasar harga produsen dengan matriks berukuran 233x233 yang
diagregasikan menjadi matrik berukuran 33x33. Secara garis besar, analisis I-O
digunakan untuk menganalisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran dan
analisis multiplier effect (dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh UKM sektor
industri makanan dan minuman).
Dengan teridentifikasinya peranan UKM sektor industri makanan dan
minuman melalui analisis deskriptif maupun analisis Input-Output, maka dapat
memberikan gambaran yang jelas bagi pemerintah pusat tentang perkembangan
UKM sektor industri makanan dan minuman. Pada akhirnya dapat dijadikan acuan
pemerintah pusat sendiri dalam menentukan kebijakan sehingga dapat
mengoptimalkan peranan UKM sektor industri makanan dan minuman tersebut.
Untuk memudahkan pemahaman kerangka berpikir dari permasalahan yang akan
dipecahkan dalam penelitian ini, dapat dilihat bagan kerangka pemikiran pada
Gambar 2.1 berikut ini :
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Krisis Keuangan Global
Perekonomian Indonesia
Dominasi Konsumsi Domestik
Struktur Konsumsi Berfokus pada Makanan dan
Minuman
• Alternatif Pendorong Perekonomian
• Resistensi terhadap Krisis
UKM
Potensi UKM Makanan dan Minuman
• Penurunan Ekspor
• Defisit Neraca Perdagangan
• Melemahnya Kinerja Ekonomi
• Melemahnya Industri-industri Besar
Kontribusi UKM Sektor Industri Makanan dan
Minuman
Implikasi Kebijakan
Peranan UKM Makanan dan Minuman terhadap Perekonomian Indonesia
• Output (struktur permintaan)
• Nilai Tambah
• Investasi
Analisis Input-Output : 1.menganalisis keterkaitan. 2.menganalisis dampak
penyebaran UKM sektor makanan dan minuman.
3.menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh UKM sektor makanan dan minuman.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder dari
Tabel Input-Output UKM nasional tahun 2007 updating dengan matriks
berukuran 233x233 diagregasi menjadi matrikS berukuraan 33x33. Selain Tabel
Input-Output UKM nasional digunakan juga beberapa data sekunder lainnya yang
diperoleh dari berbagai sumber, antara lain data-data statistik yang berasal dari
Badan Pusat Statistik (BPS), Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman
Seluruh Indonesia (GAPMMI), Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, Dinas Tenaga Kerja dan instansi terkait lainnya. Beberapa data dan
informasi yang berhubungan dengan penelitian diperoleh dari literatur yang
dikeluarkan oleh berbagai instansi, jurnal dan internet.
3.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang diperoleh dilakukan baik secara analisis Input-Output
klasifikasi UKM sektor makanan dan minuman (matrik 33x33) maupun analisis
deskriptif. Data dianalisis dengan menggunakan analisis Input-Output berdasarkan
Tabel Input-Output UKM nasional tahun 2007 bertujuan untuk mengidentifikasi
beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian yaitu: menganalisis peran UKM
sektor makanan dan minuman dalam perekonomian nasional, khususnya dalam
menciptakan output, nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja serta menganalisis
keterkaitan UKM sektor makanan dan minuman dengan UKM sektor lainnya.
Data dianalisis secara deskriptif untuk menganalisa investasi dan perkembangan
penyerapan tenaga kerja dalam periode 2007 pada UKM sektor makanan dan
minuman di Indonesia. Pengolahan atau analisis data di komputer dilakukan
dengan bantuan peranti lunak (software) Microsoft Excel 2003.
3.2.1. Tabel Koefisien Input
Tabel ini diturunkan dari tabel dasar dengan membagi semua input (input
antara dan input primer) masing-masing sektor produksi terhadap total inputnya
(kode 210). Khusus untuk input akhir, seluruh input dibagi dengan total
permintaannya (kode 190) yang digunakan untuk melihat struktur input dan
peranan tiap-tiap sektor dalam pembentukan output suatu sektor. Oleh karena itu,
matriks koefisien input dapat dinotasikan dalam bentuk:
j
ij
ijX
Xa = (3.1)
Dimana : ija = koefisien input sektor ke-i oleh sektor ke-j
Xij = banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j Xj = total input sektor j
Berdasarkan persamaan 3.1 menunjukkan bahwa seluruh sektor koefisien ija
mencerminkan hubungan antara output sektor j dengan input yang berasal dari
sektor i yang bersifat tetap.
Jika terdapat beberapa sektor dalam perekonomian, maka akan diperoleh
sebanyak i x j koefisien. Oleh karena itu, masing-masing variabel dapat
membentuk matriks sebagai berikut:
=
ijii
j
j
aaa
aaa
aaa
A
K
MOMM
K
K
21
22221
11211
(3.2)
=
ijii
j
j
xxx
xxx
xxx
x
K
MOMM
K
K
21
22221
11211
(3.3)
=
jX
X
X
XM
2
1
(3.4)
Berdasarkan persamaan 3.2, matriks A disebut sebagai koefisien input
pada transaksi antara, karena setiap kolom sektor I pada matriks A menunjukkan
komposisi input antara atau bahan baku yang digunakan pada seluruh sektor i
sebagai input yang digunakan. Matriks A hanya memuat komposisi atau struktur
input antara, tanpa ada komposisi atau struktur penggunaan input primer. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan struktur input primer dari setiap sektor harus
didasarkan pada elemen-elemen dalam matriks input primernya.
3.2.2. Matriks Kebalikan Koefisien Input Terbuka (Matriks Leontief)
Kerangka dasar analisis digunakan untuk mengukur ketepatan pengaruh
permintaan akhir (konsumsi, pembentukan modal, dan ekspor) terhadap output
(produksi dalam negeri), dimana pengaruh komponen impornya sudah
dihilangkan. Dasar perhitungan matriks kebalikan transaksi domestik atas dasar
harga produsen (I-A)-1, sel-selnya merupakan matriks koefisien input transaksi
domestik atas dasar harga produsen (A).
Bentuk matriks koefisien input transaksi domestik atas dasar harga
produsen sebagai berikut:
ijii
j
j
aaa
aaa
aaa
K
MOMM
K
K
21
22221
11211
jX
X
X
M
2
1
+
jF
F
F
M
2
1
=
jX
X
X
M
2
1
(3.5)
A X + F = X
AX + F = X, maka
F = (I-A) X, atau (3.6)
X = (I-A)-1 F (3.7)
Keterangan: I = matriks identitas yang elemennya terdapat angka satu pada diagonalnya
dan nol pada selainnya A = matriks koefisien input antara total X = matriks output sektoral F = matriks permintaan akhir total
(I-A) = ija = matriks koefisien input transaksi total atas dasar harga produsen
(I-A)-1 = ijα = matriks kebalikan koefisien input (matriks Leontief) transaksi total
atas dasar harga produsen
3.2.3. Koefisien Pendapatan
Koefisien pendapatan menunjukkan besarnya pendapatan yang diterima
pekerja digunakan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan
digunakan untuk mencari dampak perubahan permintaan akhir terhadap
pembentukan pendapatan. Oleh karena itu, koefisien pendapatan dapat
dinotasikan dalam bentuk:
j
j
jX
Uh = (3.8)
Keterangan: hj = koefisien pendapatan sektor j Uj = jumlah upah dan gaji sektor j Xj = jumlah input total sektor j
3.2.4. Koefisien Tenaga Kerja
Koefisien tenaga kerja menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang
digunakan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja digunakan
untuk mencari dampak perubahan permintaan akhir terhadap pembentukan tenaga
kerja. Oleh karena itu, koefisien tenaga kerja dapat dinotasikan dalam bentuk:
j
j
jX
le = (3.9)
Keterangan: ej = koefisien tenaga kerja sektor j lj = jumlah tenaga kerja sektor j Xj = jumlah input total sektor j
3.3. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis)
Analisis ini digunakan untuk menentukan sektor unggulan dalam
perekonomian Indonesia untuk mencapai pembangunan. Berdasarkan dampak
output yang ditimbulkan, maka sektor-sektor dalam perekonomian saling
berpengaruh sehingga koefisien keterkaitan yang digunakan adalah :
3.3.1. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage)
a. Keterkaitan Langsung ke Depan
Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung ke depan, digunakan rumus
sebagai berikut :
(3.10)
Dimana : Fi = keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage)
ija = matriks koefisien input
b. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
Untuk mengukur besarnya keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan
digunakan rumus sebagai berikut (Langham dan Retzlaff, 1982 dalam
Budiharsono, 2001).
∑=
=
n
j
ijiFLTL1
α (3.11)
Dimana : FLTLi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan
ijα = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka
3.3.2. Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage)
a. Keterkaitan Langsung ke Belakang
Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung ke belakang, digunakan
rumus sebagai berikut :
∑∑
=
=
==
n
i
ij
j
n
j
ij
i aX
X
B1
1 (3.12)
∑∑
=
=
==
n
j
ij
j
n
j
ij
i aX
X
F1
1
Dimana :
Bi = keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage)
ija = unsur matriks koefisien input
b. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Untuk mengukur besarnya keterkaitan langsung dan tak langsung ke belakang
digunakan rumus sebagai berikut (Langham dab Retzlaff, 1982 dalam
Budiharsono, 2001).
∑=
=
n
i
ijiBLTL1
α (3.13)
Dimana :
BLTLi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang
ijα = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka
3.4. Analisis Dampak Penyebaran (Dispersion Effect Analysis)
Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun ke
belakang di atas belum memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci.
Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena
peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu kedua indeks
tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh
sektor. Analisis ini disebut dampak penyebaran, yang terdiri dari:
3.4.1. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion)
Kepekaan penyebaran disebut juga indeks daya penyebaran ke depan.
Konsep ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap
sektor-sektor lain melalui mekanisme pasar output. Sering juga diartikan sebagai
kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain yang
menggunakan input dari sektor ini. Sektor j dikatakan mempunyai kepekaan yang
tinggi apabila nilai Sdj lebih besar dari satu. Rumus untuk mencari nilai kepekaan
penyebaran:
∑ ∑
∑
= =
=
=n
i
n
j
ij
n
j
ij
i
n
Sd
1 1
1
α
α
(3.14)
dimana : Sdi = Kepekaan penyebaran sektor i
ijα = Unsur matrik kebalikan Leontief
n = jumlah sektor Jika: Sdi > 1 = sektor i mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi Sdi < 1 = sektor i mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah
3.4.2. Koefisien Penyebaran (Coefficient on Dispersion)
Koefisisen penyebaran disebut juga indeks daya penyebaran ke belakang.
Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan
suatu sektor terhadap perkembangan sektor lain melalui mekanisme transaksi
pasar input. Sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk
meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j mempunyai keterkaitan ke
belakang yang tinggi apabila Pdj mempunyai nilai lebih dari satu. Rumus untuk
mencari koefisien penyebaran:
∑ ∑
∑
= =
=
=n
i
n
j
ij
n
i
ij
j
n
Pd
1 1
1
α
α
(3.15)
dimana : Pdj = Koefisien penyebaran sektor j
ijα = Unsur matrik kebalikan Leontief
n = jumlah sektor Jika: Pj > 1 = sektor j mempunyai keterkaitan kebelakang yang tinggi Pj < 1 = sektor j mempunyai keterkaitan kebelakang yang rendah
3.5. Analisis Pengganda (Multiplier Analysis)
Analisis multiplier terbagi menjadi tiga macam, yaitu multiplier output,
multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja. Masing-masing multiplier
tersebut terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu tipe I dan tipe II. Besarnya masing-
masing tipe I dan tipe II dapat diperoleh berdasarkan hitungan matriks kebalikan
koefisien input dari multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga
kerja dengan membagi nilai multiplier tipe I dan tipe II dengan dampak awal
(koefisien pendapatan atau koefisien tenaga kerja).
3.5.1. Pengganda Output (Output Multiplier)
Pengganda output (Output Multiplier) yaitu dampak peningkatan
permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di wilayah
penelitian. Pengganda output sederhana adalah dampak kenaikan permintaan akhir
suatu sektor di dalam perekonomian suatu wilayah terhadap kenaikan output
sektor yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Multiplier output
terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
• Tipe I
Besarnya multiplier output untuk sektor ke n dalam perekonomian berasal dari
penjumlahan kolom ke-n dari matriks kebalikan koefisien input untuk
perekonomian yang bersangkutan. Oleh karena itu, multiplier output tipe I
dapat dinotasikan dalam bentuk:
∑=
=
n
i
ijjO1
α (3.16)
Keterangan: Oj = multiplier output tipe I sektor j
ijα = matriks kebalikan koefisien input model terbuka
• Tipe II
Besarnya multiplier output untuk sektor ke-n dalam perekonomian berasal dari
penjumlahan kolom ke-n dari matriks kebalikan koefisien input untuk
perekonomian yang bersangkutan dengan menambahkan dampak induksi
konsumsi. Oleh karena itu, multiplier output II dapat dinotasikan dalam
bentuk:
∑+
=
=
1
1
n
i
ijjO α (3.17)
dimana :
jO = multiplier output tipe I sektor j
ij
α = matriks kebalikan koefisien input model tertutup sektor j
3.5.2. Pengganda Pendapatan (Income Multiplier)
Pengganda pendapatan (Income Multiplier) yaitu dampak peningkatan
permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di
wilayah penelitian secara keseluruhan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Multiplier pendapatan terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
• Tipe I
Analisis yang mengukur perubahan permintaan akhir sebesar satu satuan
mempengaruhi perubahan total pendapatan rumah tangga sektor-sektor dalam
perekonomian sebesar nilai multiplier pendapatan sektor tersebut. Oleh karena
itu, multiplier pendapatan tipe I dapat dinotasikan dalam bentuk:
∑=
=
n
i
ijjj hy1
α (3.18)
j
j
jh
yY = (3.19)
Keterangan: yj = multiplier pendapatan biasa sektor j Yj = multiplier pendapatan tipe I sektor j hj = koefisien pendapatan αij= matriks kebalikan koefisien input model terbuka
• Tipe II
Analisis yang mengukur perubahan permintaan akhir sebesar satu satuan
mempengaruhi perubahan total pendapatan rumah tangga sektor-sektor dalam
perekonomian sebesar nilai multiplier pendapatan sektor tersebut dengan
memperhitungkan pengaruh dampak induksi konsumsi. Oleh karena itu,
multiplier pendapatan tipe II dapat dinotasikan dalam bentuk:
∑=
=
n
i
ijjj hy1
α (3.20)
j
j
jh
yY = (3.21)
Keterangan :
jy = multiplier pendapatan total sektor j
jY = multiplier pendapatan tipe II sektor j
jh = unsur-unsur matriks invers Leontief terbuka sektor j
ijα = matriks kebalikan koefisien input model tertutup
3.5.3. Pengganda Tenaga Kerja (Labour Multiplier)
Pengganda tenaga kerja (Labour Multiplier) merupakan besarnya
kesempatan kerja yang tersedia pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan
permintaan akhir dari sektor yang bersangkutan sebesar satu satuan rupiah.
Multiplier tenaga kerja terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
• Tipe I
Analisis yang mengukur perubahan permintaan akhir sebesar satu satuan
mempengaruhi perubahan kesempatan kerja yang terjadi pada sektor-sektor
dalam perekonomian. Oleh karena itu, multiplier tenaga kerja tipe I dapat
dinotasikan dalam bentuk:
∑=
=
n
i
ijjj ew1
α (3.22)
j
j
je
wW = (3.23)
Keterangan:
jw = multiplier tenaga kerja biasa sektor j
jW = multiplier tenaga kerja tipe I sektor j
ej = koefisien tenaga kerja
ijα = matriks kebalikan koefisien input model terbuka
• Tipe II
Analisis yang mengukur perubahan permintaan akhir sebesar satu satuan
mempengaruhi perubahan kesempatan kerja yang terjadi pada seluruh sektor
dalam perekonomian dengan menambahkan dampak induksi konsumsi. Oleh
karena itu, multiplier tenaga kerja tipe II dapat dinotasikan dalam bentuk:
∑=
=
n
i
ijjj ew1
α (3.24)
j
j
je
wW = (3.25)
Keterangan:
jw = multiplier tenaga kerja total sektor j
jW = multiplier tenaga kerja tipe II sektor j
ej = koefisien tenaga kerja
ijα = matriks kebalikan koefisien input model tertutup
Tabel 3.1. Ringkasan Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga
Kerja
Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja
Output
Tipe I (Biasa) ∑
=
=
n
i
ijjO1
α (3.16)
Tipe II (Total) ∑
+
=
=
1
1
n
i
ijjO α (3.17)
Pendapatan
Biasa ∑
=
=
n
i
ijjj hy1
α
(3.18)
Total ∑
=
=
n
i
ijjj hy1
α
(3.20)
Tipe I
j
j
jh
yY =
(3.19)
Tipe II
j
j
jh
yY =
(3.21)
Tenaga Kerja
Biasa ∑
=
=
n
i
ijjj ew1
α
(3.22)
Total ∑
=
=
n
i
ijjj ew1
α
(3.24)
Tipe I
j
j
je
wW =
(3.23)
Tipe II
j
j
je
wW =
(3.25)
Sumber : Miller & Blair (1985)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Struktur Input Antara dan Permintaan Antara Usaha Kecil dan
Menengah Sektor Industri Makanan dan Minuman
Berdasarkan analisis Tabel Input-Output Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) Indonesia tahun 2007 (updating) dapat dihasilkan gambaran mengenai
struktur komposisi input antara dan distribusi permintaan antara dari UKM sektor
industri makanan dan minuman di Indonesia pada tahun 2007. Gambaran
komposisi input antara dan distribusi permintaan antara tersebut secara tidak
langsung dapat menggambarkan keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan
dari UKM sektor industri makanan dan minuman. Nilai secara lengkap disajikan
pada Lampiran 2.
4.1.1. Struktur Input Antara UKM Sektor Industri Makanan dan Minuman
Tabel 4.1 memperlihatkan struktur komposisi input antara yang digunakan
oleh sektor industri makanan dan minuman dalam proses produksinya. Input
antara terbesar sektor industri makanan dan minuman berasal dari sektor industri
pengolahan lainnya (besar) yaitu sebesar Rp. 823.168.413 juta atau 20,94 persen
dari total keseluruhan input antara. Tingginya nilai input antara sektor industri
makanan dan minuman yang berasal dari sektor industri pengolahan lainnya
(besar) menjelaskan sektor industri makanan dan minuman mempunyai
keterkaitan ke belakang yang kuat dengan sektor tersebut. Oleh karena itu,
perubahan harga yang terjadi pada industri pengolahan lainnya (besar) dapat
mempengaruhi produksi sektor industri makanan dan minuman dengan signifikan.
Tabel 4.1. Struktur Komposisi Input Antara UKM 10 Sektor Utama
Indonesia Tahun 2007 Berdasarkan Besarnya Persentase
(Juta Rupiah)
Sektor Uraian Sektor Nilai Persen
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 823.168.413 20,94
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 311.031.833 7,91
10 Industri makanan dan minuman (Besar) 244.322.412 6,22
19 Bangunan (Kecil) 226.499.726 5,76
21 Bangunan (Besar) 183.217.224 4,66
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 156.262.735 3,98
33 Jasa-jasa (Besar) 152.501.058 3,88
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 151.206.297 3,85
9 Industri makanan dan minuman (Menengah) 146.874.093 3,74
31 Jasa-jasa (Kecil) 136.365.642 3,47
Total 10 Sektor Utama Input Antara 2.531.449.433 64,41
Total Input Antara 3.931.114.938 100,00
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
4.1.2. Struktur Permintaan UKM Sektor Industri Makanan dan Minuman
Total permintaan merupakan penjumlahan dari permintaan antara dengan
permintaan akhir. Total permintaan barang dan jasa yang dihasilkan Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) Indonesia pada tahun 2007 sebesar Rp. 9.034.951.047 juta.
Terjadi keseimbangan permintaan dan penawaran menunjukkan bahwa penawaran
struktur output sektoral sama dengan struktur total permintaannya yaitu sebesar
Rp. 9.034.951.047 juta. Permintaan antara yang terbentuk adalah sebesar 43,51
persen dari total permintaannya. Permintaan akhir barang dan jasa dalam UKM
Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar 56,49 persen dari total permintaannya.
Permintaan antara dan permintaan akhir sektor-sektor UKM Indonesia tahun 2007
dapat dilihat lebih rinci pada Lampiran 5.
Berdasarkan Tabel 4.2, sektor industri makanan dan minuman (kecil)
memberikan kontribusi terhadap permintaan antara sebesar 1,33 persen, sektor
industri makanan dan minuman (menengah) memberikan kontribusi sebesar 1,25
persen dan untuk sektor industri makanan dan minuman (besar) memberikan
kontribusi sebesar 4,23 persen. Nilai-nilai permintaan antara untuk sektor industri
makanan dan minuman tersebut mengindikasikan pentingnya peranan output yang
dihasilkan oleh sektor-sektor tersebut untuk digunakan sebagai input oleh sektor-
sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia pada tahun 2007.
Tabel 4.2. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir 15 Sektor Usaha
Kecil dan Menengah Indonesia Tahun 2007 (Juta Rupiah) Sektor
Permintaan Antara Permintaan Akhir Permintaan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 321.023.961 8,17 266.869.339 5,23 587.893.300 6,51
2. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 48.970.473 1,25 21.397.259 0,42 70.367.731 0,78
3. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 68.926.265 1,75 12.997.469 0,25 81.923.734 0,91
4. Penambangan dan Penggalian (Kecil) 31.098.628 0,79 956.731 0,02 32.055.359 0,35
5. Penambangan dan Penggalian (Menengah) 8.209.655 0,21 693.288 0,01 8.902.943 0,10
6. Penambangan dan Penggalian (Besar) 79.358.007 2,02 66.412.633 1,30 145.770.640 1,61
7. Penambangan minyak, gas dan panas bumi 289.582.181 7,37 109.650.097 2,15 399.232.276 4,42
8. Industri Makanan dan Minuman
(Kecil) 52.413.525 1,33 144.600.421 2,83 197.013.946 2,18
9. Industri Makanan dan Minuman
(Menengah) 49.327.941 1,25 152.506.765 2,99 201.834.707 2,23
10. Industri Makanan dan Minuman
(Besar) 166.145.873 4,23 295.459.291 5,79 461.605.163 5,11
11. Industri Pengolahan lainnya (Kecil) 88.080.360 2,24 133.889.695 2,62 221.970.055 2,46
12. Industri Pengolahan lainnya (Menengah) 78.610.011 2,00 151.988.417 2,98 230.598.429 2,55
13. Industri Pengolahan lainnya (Besar) 823.418.977 20,95 1.014.430.859 19,88 1.837.849.837 20,34
14. Barang-barang Hasil Kilang Minyak 218.247.335 5,55 58.101.456 1,14 276.348.791 3,06
15. Gas Alam Cair (LNG) 5.963.934 0,15 150.989.135 2,96 156.953.069 1,74
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
Permintaan akhir sektor industri makanan dan minuman (kecil)
berkontribusi sebesar Rp. 114.600.421 juta atau 2,83 persen dari total permintaan
akhir. Untuk sektor industri makanan dan minuman (menengah) berkontribusi
sebesar 2,99 persen sedangkan sektor industri makanan dan minuman (besar)
berkontribusi sebesar 5,79 persen dari total permintaan akhir. Nilai tersebut lebih
besar dibanding permintaan antaranya. Hal ini mengindikasikan bahwa
masyarakat secara keseluruhan (masyarakat, pemerintah dan luar negeri) lebih
banyak menggunakan output sektor industri makanan dan minuman untuk
konsumsi langsung dibandingkan untuk keperluan produksi sebagai input bagi
sektor lain.
4.1.3. Peranan UKM Industri Makanan dan Minuman dalam Struktur
Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah
Konsumsi masyarakat Indonesia pada tahun 2007 terhadap output
domestik UKM adalah sebesar Rp. 2.589.676.682 juta. Pengeluaran konsumsi
rumah tangga untuk sektor industri makanan dan minuman (kecil) berada pada
urutan ketujuh yaitu sebesar Rp. 140.331.202 juta atau 5,42 persen dari total
pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik, sektor industri makanan dan
minuman (menengah) berada pada urutan keenam yaitu sebesar Rp. 142.617.723
juta atau 5,51 persen sedangkan sektor industri makanan dan minuman (besar)
berada pada urutan keempat yaitu sebesar Rp. 252.559.111 juta atau sekitar 9,75
persen.
Pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia untuk sektor industri
makanan dan minuman kecil, menengah maupun besar termasuk yang cukup
besar. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri makanan dan minuman kecil,
menengah maupun besar cukup berperan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat. Karena sebagian besar output dari sektor industri makanan dan
minuman kecil, menengah maupun besar langsung dikonsumsi oleh masyarakat.
Tabel 4.3. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Sektor-
Sektor UKM Indonesia Tahun 2007 (Juta Rupiah)
Sektor Uraian Sektor
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah
Jumlah Persen Jumlah Persen
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 252.687.445 9,76 0 0,00
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 20.212.009 0,78 0 0,00
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 12.307.188 0,48 0 0,00
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 53.424 0,00 0 0,00
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 1.927 0,00 0 0,00
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 0 0,00 0 0,00
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 0 0,00 0 0,00
8 Industri makanan dan minuman (Kecil) 140.331.202 5,42 0 0,00
9 Industri makanan dan minuman (Menengah) 142.617.723 5,51 0 0,00
10 Industri makanan dan minuman (Besar) 252.559.111 9,75 0 0,00
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 77.018.439 2,97 0 0,00
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 62.881.476 2,43 0 0,00
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 412.950.780 15,95 0 0,00
14 Barang-barang hasil kilang minyak 27.164.214 1,05 0 0,00
15 Gas alam cair (LNG) 46.665.450 1,80 0 0,00
16 Industri semen *) 0 0,00 0 0,00
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 0 0,00 0 0,00
18 Listrik, Gas dan air minum **) 79.715.670 3,08 0 0,00
19 Bangunan (Kecil) 0 0,00 0 0,00
20 Bangunan (Menengah) 0 0,00 0 0,00
21 Bangunan (Besar) 15.050.868 0,58 0 0,00
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 259.146.373 10,01 0 0,00
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 55.457.240 2,14 0 0,00
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 33.221.936 1,28 0 0,00
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 114.782.637 4,43 0 0,00
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 64.819.027 2,50 0 0,00
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 153.119.678 5,91 0 0,00
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 25.657.384 0,99 0 0,00
29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 53.376.862 2,06 0 0,00
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 26.977.999 1,04 0 0,00
31 Jasa-jasa (Kecil) 171.711.683 6,63 0 0,00
32 Jasa-jasa (Menengah) 36.686.817 1,42 0 0,00
33 Jasa-jasa (Besar) 52.502.120 2,03 319.522.504 100,00
Total 2.589.676.682 100,00 319.522.504 100,00
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
Pada tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2007 jumlah konsumsi
pemerintah untuk UKM mencapai Rp. 319.522.504 juta. Dimana seluruh
konsumsi pemerintah dialokasikan untuk sektor jasa-jasa lainnya (besar) sebesar
Rp. 319.522.504 juta. Seluruh konsumsi pemerintah digunakan untuk belanja
pegawai, belanja barang, belanja perjalanan dinas, belanja pemeliharaan dan
perbaikan serta belanja rutin lainnya termasuk pengeluaran pemerintah pusat dan
daerah.
4.1.4. Struktur Investasi
Investasi ini dimaksudkan sebagai penjumlahan dari pembentukan modal
tetap dan perubahan stok. Total investasi UKM Indonesia pada tahun 2007 yaitu
sebesar Rp. 1.029.813.183 juta. Sebagian besar total investasi tersebut berasal dari
pembentukan modal tetap bruto yaitu sebesar Rp. 1.028.760.181 juta atau 99,90
persen, sedangkan untuk perubahan stok hanya sebesar Rp. 1.053.002 juta atau
0,1 persen saja.
Sektor industri makanan dan minuman kecil, menengah maupun besar
memiliki nilai pembentukan modal tetap bruto sebesar nol. Oleh karena itu, sektor
industri makanan dan minuman termasuk yang tidak memberikan kontribusi
terhadap pembentukan modal tetap bruto. Hal ini terjadi karena sebagian besar
UKM sektor industri makanan dan minuman belum bankable (belum memenuhi
syarat berhubungan dengan bank) sehingga sulit untuk mendapatkan kredit untuk
penambahan modal. Pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan investasi
sektor-sektor UKM Indonesia tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Pembentukan Modal Tetap Bruto, Perubahan Stok, dan Investasi
Sektor-sektor UKM Indonesia Tahun 2007 (Juta Rupiah)
Sektor Uraian Sektor
Pembentukan Modal
Tetap Bruto Perubahan Stok Investasi
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 574.950 0,056 81.082 7,700 656.032 0,064
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 96.745 0,009 20.139 1,913 116.884 0,011
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 12.734 0,001 19.388 1,841 32.121 0,003
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 0 0,000 -17.903 -1,700 -17.903 -0,002
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 83.816 0,008 -3.092 -0,294 80.724 0,008
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 12.772.528 1,242 58.277 5,534 12.830.804 1,246
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 6.682.950 0,650 137.858 13,092 6.820.808 0,662
8
Industri makanan dan minuman
(Kecil) 0 0,000 14.251 1,353 14.251 0,001
9
Industri makanan dan minuman
(Menengah) 0 0,000 11.709 1,112 11.709 0,001
10
Industri makanan dan minuman
(Besar) 0 0,000 3.115 0,296 3.115 0,000
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 3.209.813 0,312 21.383 2,031 3.231.196 0,314
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 10.885.664 1,058 19.618 1,863 10.905.282 1,059
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 174.026.872 16,916 252.195 23,950 174.279.067 16,923
14 Barang-barang hasil kilang minyak 0 0,000 33.019 3,136 33.019 0,003
15 Gas alam cair (LNG) 0 0,000 212.426 20,173 212.426 0,021
16 Industri semen *) 0 0,000 6.243 0,593 6.243 0,001
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 0 0,000 89.768 8,525 89.768 0,009
18 Listrik, Gas & air minum**) 0 0,000 0 0,000 0 0,000
19 Bangunan (Kecil) 342.759.373 33,318 0 0,000 342.759.373 33,284
20 Bangunan (Menengah) 171.514.434 16,672 0 0,000 171.514.434 16,655
21 Bangunan (Besar) 254.026.276 24,692 0 0,000 254.026.276 24,667
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 24.819.177 2,413 49.209 4,673 24.868.386 2,415
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 5.767.942 0,561 14.548 1,382 5.782.490 0,562
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 1.141.784 0,111 3.153 0,299 1.144.937 0,111
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 4.151.902 0,404 13.603 1,292 4.165.505 0,404
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 2.329.784 0,226 7.633 0,725 2.337.417 0,227
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 1.634.077 0,159 5.354 0,508 1.639.431 0,159
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 0 0,000 0 0,000 0 0,000
29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 0 0,000 0 0,000 0 0,000
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 0 0,000 0 0,000 0 0,000
31 Jasa-jasa (Kecil) 7.694.196 0,748 28 0,003 7.694.224 0,747
32 Jasa-jasa (Menengah) 1.779.153 0,173 0 0,000 1.779.153 0,173
33 Jasa-jasa (Besar) 2.796.011 0,272 0 0,000 2.796.011 0,272
Total 1.028.760.181 100,000 1.053.002 100,000 1.029.813.183 100,000
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
Perubahan stok merupakan selisih dari modal awal tahun dengan modal
akhir tahun dalam perekonomian. Sektor industri makanan dan minuman (kecil)
berkontribusi terhadap perubahan stok sebesar 1,353 persen, sektor industri
makanan dan minuman (menengah) sebesar 1,112 persen sedangkan sektor
industri makanan dan minuman (besar) hanya berkontribusi sebesar 0,296 persen
dari total perubahan stok.
Pembentukan modal tetap bruto yang lebih tinggi dibandingkan perubahan
stok terhadap investasi sektor-sektor perekonomian menunjukkan bahwa ada
investasi baru yang terbentuk pada tahun tersebut. Selain itu, nilai negatif terhadap
perubahan stok menunjukkan bahwa barang-barang bahan baku atau hasil
produksi sudah digunakan oleh produsen atau sebagian besar output yang
diproduksi diekspor ke luar negeri.
4.1.5. Struktur Nilai Tambah Bruto (NTB)
Nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta
karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel Input-Output UKM Indonesia
tahun 2007 nilai tambah bruto meliputi upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan,
pajak tak langsung, dan subsidi. Pada tahun 2007, total nilai tambah bruto UKM
Indonesia adalah sebesar Rp. 3.965.784.798 juta dengan perincian Rp.
1.224.005.996 juta berasal dari upah dan gaji, Rp. 2.202.570.274 juta berasal dari
surplus usaha, Rp. 349.849.256 juta berasal dari penyusutan, Rp. 203.042.122 juta
berasal dari pajak tak langsung dan Rp. 13.682.850 juta berasal dari subsidi.
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sektor industri makanan dan
minuman (kecil) berkontribusi nilai tambah bruto sebesar Rp. 53.291.527 juta
atau sebesar 1,34 persen. Jumlah tersebut paling besar dialokasikan untuk surplus
usaha sebesar Rp. 25.189.128 juta atau sekitar 47,27 persen diikuti oleh upah dan
gaji sebesar Rp. 20.241.909 juta atau sebesar 37,80 persen, penyusutan sebesar
Rp. 5.367.262 juta atau 10,07 persen dan pajak tak langsung sebesar Rp.
2.493.227 juta atau 4,86 persen. Sektor industri makanan dan minuman
(menengah) sebesar Rp. 54.960.615 juta atau sebesar 1,39 persen. Jumlah tersebut
paling besar dialokasikan untuk surplus usaha sebesar Rp. 31.644.012 juta atau
sekitar 57,57 persen diikuti oleh upah dan gaji sebesar Rp. 15.356.966 juta atau
sebesar 27,94 persen, penyusutan sebesar Rp. 5.556.149 juta atau 10,11 persen
dan pajak tak langsung sebesar Rp. 2.403.489 juta atau 4,38 persen. Sedangkan
industri makanan dan minuman (besar) sebesar Rp. 141.740549 juta atau sebesar
3,57 persen. Jumlah tersebut paling besar dialokasikan untuk surplus usaha
sebesar Rp. 80.865.456 juta atau sekitar 57,05 persen diikuti oleh upah dan gaji
sebesar Rp. 43.166.452 juta atau sebesar 30,45 persen, pajak tak langsung sebesar
Rp. 9.503.963 juta atau 6,70 persen dan penyusutan sebesar Rp. 8.204.679 juta
atau 5,80 persen.
Besarnya kontribusi sektor industri makanan dan minuman kecil, menengah
maupun besar menunjukkan bahwa sektor tersebut cukup berperan terhadap
pembentukan PDB Nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri
makanan dan minuman kecil, menengah maupun besar telah dikelola dengan baik
dan berpotensi untuk menghasilkan bagi pemilik modal sektor tersebut.
Jika diperbandingkan antara nilai upah dan gaji terhadap surplus usaha maka
akan diperoleh nilai rasio upah gaji dengan surplus usaha. Nilai rasio tersebut
menunjukkan perbandingan antara besarnya upah dan gaji yang diterima
produsen. Rasio upah dan gaji dengan surplus usaha termasuk kategori baik jika
rasionya mendekati keseimbangan (mendekati 1) yang berarti bahwa proporsi
penerimaan dalam bentuk upah dan gaji bagi pekerja dan surplus usaha bagi
produsen berimbang.
Berdasarkan hasil analisis rasio upah dan gaji dengan surplus usaha pada
Tabel 4.5, diperoleh bahwa ternyata pada sektor industri makanan dan minuman
baik kecil, menengah maupun besar mempunyai nilai surplus usaha lebih besar
dibandingkan upah dan gaji. Hal ini terlihat dari nilai rasio yang lebih kecil dari
satu (untuk industri makanan dan minuman kecil 0,8; menengah 0,5 dan besar
0,5). Kondisi ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan antara pemilik modal
dan pekerja tidak merata atau terjadi ketimpangan yang sangat besar yang
disebabkan oleh adanya eksploitasi tenaga kerja oleh pemilik modal terhadap
tenaga kerja dengan share yang lebih besar pada produsen (pemilik modal). Untuk
mengurangi kesenjangan pendapatan ini diperlukan campur tangan pemerintah
melalui penetapan upah minimum dan pemberian fasilitas bagi karyawan, seperti
uang transportasi dan konsumsi, jaminan sosial, dll.
Tabel 4.5. Kontribusi Sektor-Sektor UKM Indonesia terhadap Nilai
Tambah Bruto (Juta Rupiah)
Sektor Uraian Sektor
Upah dan
gaji
Surplus
usaha Penyusutan
Pajak tak
langsung Subsidi
Nilai Tambah Bruto
Total Persen
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 104.868.693 337.784.851 9.529.585 6.226.653 0 458.409.782 11,56
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 14.210.774 31.595.914 2.151.647 803.017 0 48.761.352 1,23
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 7.022.834 15.520.747 1.383.575 494.308 0 24.421.465 0,62
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 8.918.184 12.729.759 2.554.122 790.810 0 24.992.875 0,63
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 2.515.129 3.442.124 660.839 301.732 0 6.919.824 0,17
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 31.586.364 59.064.688 6.829.263 6.618.632 0 104.098.947 2,62
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 24.280.242 275.063.487 11.022.990 9.525.375 0 319.892.094 8,07
8
Industri makanan dan minuman
(Kecil) 20.241.909 25.189.128 5.367.262 2.493.227 0 53.291.527 1,34
9
Industri makanan dan minuman
(Menengah) 15.356.966 31.644.012 5.556.149 2.403.489 0 54.960.615 1,39
10
Industri makanan dan minuman
(Besar) 43.166.452 80.865.456 8.204.679 9.503.963 0 141.740.549 3,57
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 36.324.155 39.477.202 8.863.702 3.973.839 0 88.638.898 2,24
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 31.375.845 35.659.504 8.214.651 4.137.837 4.295 79.383.543 2,00
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 128.242.017 218.073.233 51.518.884 69.710.032 689.191 466.854.974 11,77
14 Barang-barang hasil kilang minyak 14.230.316 34.584.108 12.665.492 1.162.283 0 62.642.199 1,58
15 Gas alam cair (LNG) 2.687.475 77.186.116 7.579.538 337.008 0 87.790.137 2,21
16 Industri semen *) 2.172.230 3.661.964 1.250.043 929.124 0 8.013.360 0,20
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 6.467.432 13.899.867 3.406.299 1.564.499 0 25.338.097 0,64
18 Listrik, Gas dan air minum **) 9.429.736 19.458.414 16.730.345 1.973.120 12.867.012 34.724.602 0,88
20 Bangunan (Menengah) 33.475.791 26.350.003 6.061.032 3.145.803 0 69.032.628 1,74
21 Bangunan (Besar) 55.780.067 35.489.741 10.087.902 5.226.222 0 106.583.931 2,69
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 102.072.795 290.519.323 22.450.678 28.289.381 0 443.332.177 11,18
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 35.087.609 71.246.687 7.631.519 8.553.825 0 122.519.641 3,09
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 9.720.963 5.889.340 3.231.383 4.658.297 0 23.499.983 0,59
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 23.530.821 34.570.110 30.527.205 3.362.042 91.550 91.898.627 2,32
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 19.104.336 26.688.054 18.861.796 2.199.814 27.767 66.826.232 1,69
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 25.969.529 47.652.652 28.222.038 3.698.157 3.035 105.539.340 2,66
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 8.198.049 40.241.305 3.917.999 2.535.409 0 54.892.762 1,38
29
Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 28.320.416 104.705.305 7.834.753 3.107.649 0 143.968.124 3,63
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 19.924.757 77.433.703 6.107.825 2.886.329 0 106.352.614 2,68
31 Jasa-jasa (Kecil) 73.568.758 55.192.271 15.012.389 4.845.332 0 148.618.750 3,75
32 Jasa-jasa (Menengah) 14.933.039 10.928.044 3.443.434 1.149.998 0 30.454.515 0,77
33 Jasa-jasa (Besar) 206.862.071 1.686.131 11.305.877 371.257 0 220.225.337 5,55
Total 1.224.005.996 2.202.570.274 349.849.256 203.042.122 13.682.850 3.965.784.798 100
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
4.2. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis)
4.2.1. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage)
Keterkaitan ke depan menunjukkan sejauh mana kegiatan pada suatu
sektor yang menggunakan output pada sektor tertentu dalam proses produksinya,
yang mana kekuatan hubungan ke depan tergantung pada proporsi output yang
bermanfaat untuk penggunaan input antara. Dibandingkan dengan keterkaitan
langsung, nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke
belakang selalu memiliki nilai yang lebih besar dari satu. Hal ini disebabkan
nilainya memperhitungkan perubahan output yang bersangkutan sebesar satu
satuan.
Berdasarkan Tabel 4.6 untuk sektor industri makanan dan minuman (kecil)
mempunyai nilai keterkaitan langsung ke depan pada urutan kedelapanbelas
sebesar 0,1941 arti dari nilai tersebut adalah setiap permintaan akhir mengalami
peningkatan sebesar satu satuan maka jumlah output sektor industri makanan dan
minuman (kecil) yang dijual atau digunakan oleh ke sektor lain mengalami
peningkatan sebesar 0,1941 satuan secara langsung. Untuk sektor industri
makanan dan minuman (menengah) mempunyai nilai keterkaitan langsung ke
depan pada urutan keduapuluhsatu yaitu sebesar 0,1842. Sedangkan sektor
industri makanan dan minuman (besar) mempunyai nilai keterkaitan langsung ke
depan pada urutan kesembilan yaitu sebesar 0,5251.
Tabel 4.6. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Sektor-
Sektor UKM Indonesia Tahun 2007
Sektor Uraian Sektor
Keterkaitan ke Depan
langsung
langsung dan tidak
langsung
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 2,1446 4,7194
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 1,2577 2,9745
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 1,2320 3,1393
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 1,1810 2,7814
14 Barang-barang hasil kilang minyak 0,9336 2,3441
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 0,7727 2,2584
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 0,6558 1,9529
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 0,5623 1,9051
10 Industri makanan dan minuman (Besar) 0,5251 1,8927
29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 0,4989 1,8255
31 Jasa-jasa (Kecil) 0,4324 1,6624
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 0,3879 1,5749
18 Listrik, Gas dan air minum **) 0,3426 1,5330
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 0,3210 1,5128
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 0,2861 1,4536
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 0,2586 1,4084
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 0,2383 1,3734
8 Industri makanan dan minuman (Kecil) 0,1941 1,3057
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 0,1883 1,3003
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 0,1860 1,3097
9 Industri makanan dan minuman (Menengah) 0,1842 1,2845
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 0,1763 1,3025
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 0,1494 1,1771
19 Bangunan (Kecil) 0,1450 1,2126
15 Gas alam cair (LNG) 0,0380 1,0395
16 Industri semen *) 0,0750 1,0885
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 0,1358 1,2255
33 Jasa-jasa (Besar) 0,1354 1,2059
21 Bangunan (Besar) 0,1233 1,1838
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 0,1154 1,1825
20 Bangunan (Menengah) 0,0939 1,1413
32 Jasa-jasa (Menengah) 0,0869 1,1322
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 0,0460 1,0579
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor industri
makanan dan minuman (kecil) sebesar 1,3057 yang berada pada urutan
kedelapanbelas. Untuk sektor industri makanan dan minuman (menengah)
mempunyai nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan pada urutan
keduapuluhdua yaitu sebesar 1,2845 sedangkan sektor industri makanan dan
minuman (besar) mempunyai nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke
depan sebesar 1,8927 pada urutan kesembilan. Nilai-nilai keterkaitan langsung
dan tidak langsung tersebut menunjukkan seberapa jauh sektor tersebut
mendorong perkembangan sektor-sektor lain melalui penyediaan output yang
digunakan sebagai bahan baku untuk meningkatkan produksi sektor-sektor lain
maupun sektor itu sendiri secara langsung dan tidak langsung sebesar nilai
keterkaitannya. Dilihat dari hasil analisis di atas, secara langsung dan tidak
langsung sektor industri makanan dan minuman kecil, menengah maupun besar
merupakan sektor yang dapat diandalkan untuk mendorong perkembangan sektor
lainnya.
4.2.2. Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage)
Keterkaitan output ke belakang menunjukkan kegiatan sektor-sektor lain
dalam perekonomian yang akan menyediakan input bagi kegiatan ekonomi suatu
sektor. Keterkaitan langsung ke belakang maupun keterkaitan langsung dan tidak
langsung ke belakang industri makanan dan minuman kecil, menengah maupun
besar berada pada urutan teratas dalam sektor-sektor UKM Indonesia pada tahun
2007. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri makanan dan minuman
kecil, menengah maupun besar memiliki kemampuan yang cukup besar
dibandingkan sektor lainnya dalam menarik industri hulunya. Nilai dapat dilihat
secara lengkap pada Tabel 4.7
Tabel 4.7. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Sektor-
Sektor UKM Indonesia Tahun 2007
Sektor Uraian Sektor
Keterkaitan Kebelakang
Langsung
langsung dan tidak
langsung
8 Industri makanan dan minuman (Kecil) 0,7294 2,1760
9 Industri makanan dan minuman (Menengah) 0,7279 2,1061
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 0,6551 2,1135
20 Bangunan (Menengah) 0,6345 2,0349
21 Bangunan (Besar) 0,6318 2,0266
16 Industri semen *) 0,6211 1,9157
19 Bangunan (Kecil) 0,6155 2,0061
18 Listrik, Gas dan air minum **) 0,6085 1,8153
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 0,6001 2,0176
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 0,5712 1,9613
10 Industri makanan dan minuman (Besar) 0,5292 1,8611
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 0,4937 1,8368
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 0,4854 1,7526
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 0,4797 1,8024
32 Jasa-jasa (Menengah) 0,4645 1,8359
31 Jasa-jasa (Kecil) 0,4615 1,8239
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 0,4474 1,7416
15 Gas alam cair (LNG) 0,4404 1,5040
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 0,4113 1,6810
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 0,3777 1,6177
33 Jasa-jasa (Besar) 0,3666 1,6561
14 Barang-barang hasil kilang minyak 0,3141 1,3424
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 0,3064 1,5296
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 0,2767 1,4987
29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 0,2493 1,4164
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 0,2377 1,3747
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 0,2218 1,3704
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 0,2200 1,3695
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 0,2191 1,3755
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 0,2005 1,3217
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 0,1846 1,3164
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 0,1033 1,1700
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 0,0822 1,0897
Sumber : Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), klasifikasi 33 sektor (diolah)
Keterkaitan langsung ke belakang untuk sektor industri makanan dan
minuman (kecil) berada pada urutan pertama sebesar 0,7294 yang berarti bahwa
jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka akan
meningkatkan permintaan inputnya sebesar 0,7294 satuan secara langsung yang
berasal dari sektor-sektor lainnya, termasuk sektor industri makanan dan minuman
(kecil) itu sendiri. Sektor industri makanan dan minuman (menengah) memiliki
nilai keterkaitan langsung ke belakang pada uruta ketiga yaitu sebesar 0,7279,
sedangkan sektor industri makanan dan minuman (besar) berada pada urutan
kesebelas yaitu sebesar 0,5292.
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang untuk sektor industri
makanan dan minuman (kecil) berada pada urutan pertama sebesar 2,1760 yang
berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka
akan meningkatkan permintaan inputnya sebesar 2,160 satuan secara langsung
maupun tidak langsung yang berasal dari sektor-sektor lainnya, termasuk sektor
industri makanan dan minuman (kecil) itu sendiri. Sektor industri makanan dan
minuman (menengah) memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke
belakang pada urutan ketiga yaitu sebesar 2,1061, sedangkan sektor industri
makanan dan minuman (besar) berada pada urutan kesepuluh yaitu sebesar
1,8611.
4.3. Analisis Dampak Penyebaran
Analisis dampak penyebaran digunakan untuk mengetahui distribusi
kegunaan dari pembangunan suatu sektor terhadap perkembangan seluruh sektor
UKM Indonesia melalui mekanisme pasar input dan mekanisme pasar output.
Kedua mekanisme ini masing-masing dapat diketahui melalui koefisien
penyebaran dan kepekaan penyebaran. Nilai koefisien penyebaran dan kepekaan
penyebaran subsektor UKM Indonesia tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Koefisien penyebaran digunakan untuk mengetahui distribusi kegunaan
dari perkembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya
melalui mekanisme pasar input. Besarnya nilai koefisien penyebaran diperoleh
dari nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang yang
dibobot dengan jumlah seluruh sektor, kemudian dibagi dengan total nilai
keterkaitan langsung dan tidak langsung seluruh sektor yang menggunakan rumah
tangga sebagai variable eksogen dalam model. Sektor yang memiliki nilai
koefisien penyebaran lebih dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki
kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya.
Koefisien penyebaran sektor industri makanan dan minuman (kecil),
industri makanan dan minuman (menengah) maupun industri makanan dan
minuman (besar) memiliki nilai lebih dari satu yaitu 1,3056 , 1,2637 dan 1,166
yang artinya sektor industri makanan dan minuman baik kecil, menengah maupun
besar mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi atau dengan kata lain
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk membangun industri hulunya secara
keseluruhan.
Kepekaan penyebaran digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan
suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output.
Besarnya nilai kepekaan penyebaran diperoleh dari nilai keterkaitan langsung dan
tidak langsung ke depan yang dibobot dengan jumlah seluruh sektor, kemudian
dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung seluruh sektor. Sektor
yang memiliki nilai kepekaan penyebaran lebih dari satu menunjukkan bahwa
sektor tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong pertumbuhan produksi
seluruh sektor hilirnya.
Tabel 4.8. Nilai Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor-
sektor UKM Indonesia Tahun 2007
Sektor Uraian Sektor
Kepekaan
Penyebaran
Koefisien
Penyebaran
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 1,6688 0,8217
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 0,7353 0,9177
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 0,7815 0,7020
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 0,7062 0,8253
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 0,6347 0,8222
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 1,1718 0,8248
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 1,8836 0,6538
8 Industri makanan dan minuman (Kecil) 0,7834 1,3056
9 Industri makanan dan minuman (Menengah) 0,7707 1,2637
10 Industri makanan dan minuman (Besar) 1,1356 1,1166
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 0,8451 1,2105
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 0,8240 1,2681
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 2,8316 1,0450
14 Barang-barang hasil kilang minyak 1,4065 0,8054
15 Gas alam cair (LNG) 0,6237 0,9024
16 Industri semen *) 0,6531 1,1494
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 0,9450 1,0516
18 Listrik, Gas dan air minum **) 0,9198 1,0892
19 Bangunan (Kecil) 0,7276 1,2036
20 Bangunan (Menengah) 0,6848 1,2209
21 Bangunan (Besar) 0,7103 1,2159
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 1,7847 1,0086
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 0,9077 0,9706
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 0,7095 0,7930
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 0,8722 1,1768
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 0,7802 1,1021
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 1,1431 1,0814
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 0,7858 0,8992
29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 1,0953 0,8498
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 1,3550 0,7899
31 Jasa-jasa (Kecil) 0,9974 1,0944
32 Jasa-jasa (Menengah) 0,6793 1,1016
33 Jasa-jasa (Besar) 0,7235 0,9937
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sektor industri makanan dan
minuman (besar) memiliki nilai kepekaan penyebaran lebih dari satu yaitu sebesar
1,1356 sehingga sektor industri makanan dan minuman (besar) memiliki
kemampuan untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor hilirnya. Sedangkan
untuk sektor industri makanan dan minuman (kecil) maupun industri makanan dan
minuman (menengah) memiliki nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yaitu
0,7834 dan 0,7707.
4.4. Analisis Pengganda (Multiplier Analysis)
Analisis multiplier digunakan untuk melihat dampak perubahan atau
peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap seluruh sektor yang ada tiap
satu satuan perubahan jenis multiplier. Analisis multiplier terbagi menjadi dua
tipe, yaitu multiplier tipe I dan multiplier tipe II yang keduanya dapat digunakan
dalam menganalisis multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga
kerja. Analisis multiplier tipe I didapat dari pengolahan lebih lanjut dari matriks
kebalikan leontif model terbuka, sedangkan tipe II didapat dari matriks kebalikan
leontif model tertutup yang memasukan rumah tangga sebagai variabel endogen.
4.4.1. Pengganda Output (Output Multiplier)
Berdasarkan Tabel 4.9, sektor industri makanan dan minuman (kecil)
memiliki nilai multiplier output tipe I pada urutan pertama dalam UKM Indonesia
pada tahun 2007 sebesar 2,1760 yang menunjukkan bahwa setiap peningkatan
permintaan akhir di sektor industri makanan dan minuman (kecil) sebesar satu
satuan rupiah akan meningkatkan output pada semua sektor sebesar 2,1760.
Apabila efek konsumsi masyarakat diperhitungkan dengan memasukan rumah
tangga ke dalam model maka didapat nilai multiplier tipe II yang nilainya selalu
lebih besar dibandingkan pada tipe I. Multiplier output tipe II sektor industri
makanan dan minuman (kecil) berada pada urutan kedua yaitu sebesar 2,6039.
Artinya, jika terjadi peningkatan pengeluaran rumah tangga yang bekerja pada
sektor tersebut sebesar satu satuan maka output di semua sektor UKM akan
meningkat sebesar 2,6039.
Sektor industri makanan dan minuman (menengah) memiliki nilai
multiplier output tipe I pada urutan ketiga yaitu sebesar 2,1056, sedangkan untuk
tipe II pada urutan keenam yaitu sebesar 2,4850. Sedangkan sektor industri
makanan dan minuman (besar) memiliki nilai multiplier output tipe I pada urutan
kesepuluh yaitu sebesar 1,8611, sedangkan untuk tipe II pada urutan keempatbelas
yaitu sebesar 1,1962.
Berdasarkan multiplier output, sektor UKM yang paling dominan adalah
sektor industri makanan dan minuman (kecil) karena nilai multiplier output tipe I
maupun tipe II berada pada urutan teratas yaitu pada urutan pertama untuk
multiplier output tipe I dan urutan kedua untuk multiplier output tipe II. Hal ini
mengindikasikan bahwa sektor industri makanan dan minuman (kecil) merupakan
sektor yang mampu mempertahankan bahkan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional pada tingkat yang lebih baik.
Berdasarkan hasil analisis, efek maksimum dalam hal peningkatan produksi
dan pembentukan output baru akan tercipta apabila setiap satuan uang untuk
permintaan akhir dibelanjakan untuk membeli output yang mempunyai angka
multiplier output terbesar, dalam hal ini yaitu sektor industri makanan dan
minuman (kecil). Sedikit saja komponen permintaan akhir tersebut dipakai untuk
membeli output yang mempunyai angka pengganda lebih kecil, maka efek
maksimal dari tambahan permintaan akhir tersebut tidak akan tercapai. Dengan
meningkatnya output yang dihasilkan UKM di Indonesia ini, maka dapat
meningkatkan pertumbuhan outputnya yang berarti meningkatkan pula laju
pertumbuhan ekonominya. Sehingga lambat laun dapat mengurangi permasalahan
kemiskinan yang ada.
4.4.2. Pengganda Pendapatan (Income Multiplier)
Hasil analisis multiplier pendapatan pada Tabel 4.9 menjelaskan bahwa
sektor industri makanan dan minuman (kecil) memiliki nilai multiplier
pendapatan tipe I maupun multiplier pendapatan tipe II pada urutan keempat
dalam UKM Indonesia pada tahun 2007 yaitu sebesar 2,5930 dan 2,7671. Nilai
multiplier pendapatan sektor industri makanan dan minuman (kecil) tipe I sebesar
2,5930 berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan
akan meningkatkan pembentukan pendapatan rumah tangga atau masyarakat
secara sektoral sebesar 2,5930 satuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sedangkan nilai multiplier pendapatan tipe II sektor industri makanan
dan minuman (kecil) sebesar 2,7671 menunjukan jika terjadi peningkatan
permintaan akhir sebesar satu rupiah pada sektor industri makanan dan minuman
(kecil) akan meningkatkan pendapatan rumah tangga pada sektor tersebut yang
dibelanjakan ke semua sektor perekonomian lainnya sebesar 2,7671 rupiah.
Sektor industri makanan dan minuman (menengah) memiliki nilai
multiplier pendapatan tipe I maupun tipe II pada urutan pertama dalam UKM
Indonesia pada tahun 2007. Nilai multiplier pendapatan sektor industri makanan
dan minuman (menengah) tipe I yaitu sebesar 3,0992, sedangkan tipe II yaitu
sebesar 3,3082. Untuk sektor industri makanan dan minuman (besar) memiliki
nilai multiplier pendapatan tipe I maupun tipe II pada urutan kelima dalam UKM
Indonesia pada tahun 2007. Nilai multiplier pendapatan sektor industri makanan
dan minuman (besar) tipe I yaitu sebesar 2,1905, sedangkan tipe II yaitu sebesar
2,3376. Dilihat berdasarkan multiplier pendapatan, sektor UKM yang yang paling
dominan adalah sektor industri makanan dan minuman (menengah) karena nilai
multiplier pendapatan tipe I maupun tipe II berada pada urutan pertama.
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor industri
makanan dan minuman (menengah) merupakan sektor yang potensial dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat, pendapatan sektor-sektor perekonomian,
dan juga pendapatan nasional. Oleh karena itu, pemerintah harus mengalokasikan
setiap satuan uang permintaan akhir untuk dibelanjakan kepada output sektor
industri makanan dan minuman (menengah) yang mempunyai angka pengganda
pendapatan tertinggi. Hal ini dimaksudkan untuk optimalisasi pengingkatan
pendapatan dalam perekonomian, yaitu dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat Indonesia agar terbebas dari belenggu lingkaran setan kemiskinan.
4.4.3. Pengganda Tenaga Kerja (Labour Multiplier)
Hasil analisis multiplier tenaga kerja pada Tabel 4.9 menjelaskan bahwa
koefisien pengganda tenaga kerja sektor-sektor UKM di Indonesia cukup tinggi.
Multiplier tenaga kerja tipe I sektor industri makanan dan minuman (kecil)
memiliki nilai pada urutan keduabelas dalam UKM Indonesia pada tahun 2007
sebesar 3,8635, sedangkan untuk tipe II pada urutan kesembilanbelas dalam UKM
Indonesia yaitu sebesar 4,2671. Nilai multiplier tenaga kerja tipe I sektor industri
makanan dan minuman (kecil) sebesar 3,8635 berarti jika terjadi peningkatan
permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor industri makanan dan minuman
(kecil) maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut
sebesar 3,8635 orang. Sedangkan nilai multiplier tenaga kerja tipe II sektor
industri makanan dan minuman (kecil) sebesar 4,2671 menunjukkan bahwa jika
rumah tangga dianggap sebagai faktor endogen maka peningkatan permintaan
akhir sebesar satu satuan pada industri makanan dan minuman (kecil) maka akan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sebesar 4,2671 orang.
Sektor industri makanan dan minuman (menengah) memiliki nilai
multiplier tenaga kerja tipe I maupun tipe II berada pada urutan keenam dalam
UKM Indonesia pada tahun 2007 yaitu sebesar 14,6972 dan 16,3272. Sedangkan
Industri makanan dan minuman (besar) memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe
I pada urutan kesembilanbelas dalam UKM Indonesia pada tahun 2007,
sedangkan untuk tipe II pada urutan keduapuluhtiga dalam UKM Indonesia pada
tahun 2007 yaitu sebesar 2,3821 dan 2,6672.
Tabel 4.9. Nilai Koefisien Multiplier Output, Multiplier Pendapatan dan
Multiplier Tenaga Kerja Tipe I dan Tipe II Sektor-sektor UKM
Indonesia Tahun 2007
Sektor
Uraian Sektor
Multiplier Output
Multiplier Pendapatan
Multiplier Tenaga
Kerja
tipe 1 tipe2 Tipe 1 tipe2 tipe 1 tipe2
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 1,3695 1,7296 1,2568 1,3412 1,1245 1,1953
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 1,5296 1,9589 1,3238 1,4126 2,0101 2,5688
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 1,1700 1,3425 1,2531 1,3372 3,7493 5,9084
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 1,3755 1,8976 1,1683 1,2468 1,1639 1,5699
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 1,3704 1,9027 1,1732 1,2520 1,8023 4,0589
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 1,3747 1,8106 1,2526 1,3367 16,3789 65,2289
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 1,0897 1,1962 1,0901 1,1633 1,1088 10,2322
8 Industri makanan dan minuman (Kecil) 2,1760 2,6039 2,5930 2,7671 3,8635 4,2671
9 Industri makanan dan minuman (Menengah) 2,1056 2,4850 3,0992 3,3082 14,6927 16,3272
10 Industri makanan dan minuman (Besar) 1,8611 2,1901 2,1905 2,3376 2,3821 2,6672
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 2,0176 2,4550 1,6643 1,7760 1,3760 1,6227
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 2,1135 2,5224 1,8714 1,9970 2,7713 3,7580
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 1,7416 1,9733 2,0676 2,2063 6,0640 8,7935
14 Barang-barang hasil kilang minyak 1,3424 1,4586 1,4047 1,4990 1,0511 2,4785
15 Gas alam cair (LNG) 1,5040 1,5802 2,7697 2,9557 2,3669 7,5697
16 Industri semen *) 1,9157 2,2819 2,2495 2,4005 4,4265 8,6409
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 1,7526 1,9757 3,0150 3,2174 4,4766 8,2498
18 Listrik, Gas dan air minum **) 1,8153 2,0430 2,3261 2,4822 3,0726 6,1702
19 Bangunan (Kecil) 2,0061 2,4700 1,6503 1,7611 6,2135 9,9354
20 Bangunan (Menengah) 2,0349 2,5016 1,6419 1,7521 18,0392 31,2940
21 Bangunan (Besar) 2,0266 2,5118 1,5697 1,6750 71,1730 133,1159
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 1,6809 2,0296 1,6044 1,7121 1,3312 1,4972
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 1,6176 2,0199 1,4096 1,5042 2,4651 3,6254
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 1,3217 1,5871 1,2868 1,3732 1,6639 2,4877
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 1,9613 2,3172 2,0591 2,1973 1,5735 1,8955
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 1,8368 2,2210 1,6761 1,7886 7,3004 11,9884
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 1,8024 2,0701 2,0678 2,2066 16,1034 27,2735
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 1,4987 1,7845 1,7038 1,8182 1,1322 1,2736
29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 1,4164 1,7418 1,3997 1,4937 2,3661 4,5053
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 1,3164 1,5238 1,5321 1,6349 2,9882 5,5744
31 Jasa-jasa (Kecil) 1,8239 2,3907 1,3693 1,4613 1,3044 1,5956
32 Jasa-jasa (Menengah) 1,8359 2,3972 1,3890 1,4822 2,6352 4,2888
33 Jasa-jasa (Besar) 1,6561 2,6119 1,1621 1,2401 53,8439 155,6392
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa UKM sektor industri
makanan dan minuman kurang sensitif dalam menciptakan lapangan kerja. Hal ini
dapat terlihat dari nilai multiplier tenaga kerja yang relatif kecil. Penyebab utama
kecilnya nilai multiplier tenaga kerja adalah kurangnya modal atau investasi yang
dimiliki oleh UKM sektor industri makanan dan minuman sehingga sektor
tersebut tidak dapat atau terhambat dalam meningkatkan skala produksi dan
perluasan skala usaha. Hal tersebut akan mengakibatkan terhambatnya proses
penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, UKM sektor industri makanan dan
minuman belum dapat mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja jika tidak
diimbangi dengan penyaluran modal atau kredit modal bagi para pengusaha UKM
terutama pengusaha UKM sektor industri makanan dan minuman.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5. Struktur Input Antara dan Permintaan Antara Usaha Kecil dan
Menengah Sektor Industri Makanan dan Minuman
Berdasarkan analisis Tabel Input-Output Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) Indonesia tahun 2007 (updating) dapat dihasilkan gambaran mengenai
struktur komposisi input antara dan distribusi permintaan antara dari UKM sektor
industri makanan dan minuman di Indonesia pada tahun 2007. Gambaran
komposisi input antara dan distribusi permintaan antara tersebut secara tidak
langsung dapat menggambarkan keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan
dari UKM sektor industri makanan dan minuman. Nilai secara lengkap disajikan
pada Lampiran 2.
4.5.1. Struktur Input Antara UKM Sektor Industri Makanan dan Minuman
Tabel 4.1 memperlihatkan struktur komposisi input antara yang digunakan
oleh sektor industri makanan dan minuman dalam proses produksinya. Input
antara terbesar sektor industri makanan dan minuman berasal dari sektor industri
pengolahan lainnya (besar) yaitu sebesar Rp. 823.168.413 juta atau 20,94 persen
dari total keseluruhan input antara. Tingginya nilai input antara sektor industri
makanan dan minuman yang berasal dari sektor industri pengolahan lainnya
(besar) menjelaskan sektor industri makanan dan minuman mempunyai
keterkaitan ke belakang yang kuat dengan sektor tersebut. Oleh karena itu,
perubahan harga yang terjadi pada industri pengolahan lainnya (besar) dapat
mempengaruhi produksi sektor industri makanan dan minuman dengan signifikan.
Tabel 4.1. Struktur Komposisi Input Antara UKM 10 Sektor Utama
Indonesia Tahun 2007 Berdasarkan Besarnya Persentase
(Juta Rupiah)
Sektor Uraian Sektor Nilai Persen
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 823.168.413 20,94
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 311.031.833 7,91
10 Industri makanan dan minuman (Besar) 244.322.412 6,22
19 Bangunan (Kecil) 226.499.726 5,76
21 Bangunan (Besar) 183.217.224 4,66
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 156.262.735 3,98
33 Jasa-jasa (Besar) 152.501.058 3,88
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 151.206.297 3,85
9 Industri makanan dan minuman (Menengah) 146.874.093 3,74
31 Jasa-jasa (Kecil) 136.365.642 3,47
Total 10 Sektor Utama Input Antara 2.531.449.433 64,41
Total Input Antara 3.931.114.938 100,00
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
4.5.2. Struktur Permintaan UKM Sektor Industri Makanan dan Minuman
Total permintaan merupakan penjumlahan dari permintaan antara dengan
permintaan akhir. Total permintaan barang dan jasa yang dihasilkan Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) Indonesia pada tahun 2007 sebesar Rp. 9.034.951.047 juta.
Terjadi keseimbangan permintaan dan penawaran menunjukkan bahwa penawaran
struktur output sektoral sama dengan struktur total permintaannya yaitu sebesar
Rp. 9.034.951.047 juta. Permintaan antara yang terbentuk adalah sebesar 43,51
persen dari total permintaannya. Permintaan akhir barang dan jasa dalam UKM
Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar 56,49 persen dari total permintaannya.
Permintaan antara dan permintaan akhir sektor-sektor UKM Indonesia tahun 2007
dapat dilihat lebih rinci pada Lampiran 5.
Berdasarkan Tabel 4.2, sektor industri makanan dan minuman (kecil)
memberikan kontribusi terhadap permintaan antara sebesar 1,33 persen, sektor
industri makanan dan minuman (menengah) memberikan kontribusi sebesar 1,25
persen dan untuk sektor industri makanan dan minuman (besar) memberikan
kontribusi sebesar 4,23 persen. Nilai-nilai permintaan antara untuk sektor industri
makanan dan minuman tersebut mengindikasikan pentingnya peranan output yang
dihasilkan oleh sektor-sektor tersebut untuk digunakan sebagai input oleh sektor-
sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia pada tahun 2007.
Tabel 4.2. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir 15 Sektor Usaha
Kecil dan Menengah Indonesia Tahun 2007 (Juta Rupiah) Sektor
Permintaan Antara Permintaan Akhir Permintaan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
16. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 321.023.961 8,17 266.869.339 5,23 587.893.300 6,51
17. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 48.970.473 1,25 21.397.259 0,42 70.367.731 0,78
18. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 68.926.265 1,75 12.997.469 0,25 81.923.734 0,91
19. Penambangan dan Penggalian (Kecil) 31.098.628 0,79 956.731 0,02 32.055.359 0,35
20. Penambangan dan Penggalian (Menengah) 8.209.655 0,21 693.288 0,01 8.902.943 0,10
21. Penambangan dan Penggalian (Besar) 79.358.007 2,02 66.412.633 1,30 145.770.640 1,61
22. Penambangan minyak, gas dan panas bumi 289.582.181 7,37 109.650.097 2,15 399.232.276 4,42
23. Industri Makanan dan Minuman
(Kecil) 52.413.525 1,33 144.600.421 2,83 197.013.946 2,18
24. Industri Makanan dan Minuman
(Menengah) 49.327.941 1,25 152.506.765 2,99 201.834.707 2,23
25. Industri Makanan dan Minuman
(Besar) 166.145.873 4,23 295.459.291 5,79 461.605.163 5,11
26. Industri Pengolahan lainnya (Kecil) 88.080.360 2,24 133.889.695 2,62 221.970.055 2,46
27. Industri Pengolahan lainnya (Menengah) 78.610.011 2,00 151.988.417 2,98 230.598.429 2,55
28. Industri Pengolahan lainnya (Besar) 823.418.977 20,95 1.014.430.859 19,88 1.837.849.837 20,34
29. Barang-barang Hasil Kilang Minyak 218.247.335 5,55 58.101.456 1,14 276.348.791 3,06
30. Gas Alam Cair (LNG) 5.963.934 0,15 150.989.135 2,96 156.953.069 1,74
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
Permintaan akhir sektor industri makanan dan minuman (kecil)
berkontribusi sebesar Rp. 114.600.421 juta atau 2,83 persen dari total permintaan
akhir. Untuk sektor industri makanan dan minuman (menengah) berkontribusi
sebesar 2,99 persen sedangkan sektor industri makanan dan minuman (besar)
berkontribusi sebesar 5,79 persen dari total permintaan akhir. Nilai tersebut lebih
besar dibanding permintaan antaranya. Hal ini mengindikasikan bahwa
masyarakat secara keseluruhan (masyarakat, pemerintah dan luar negeri) lebih
banyak menggunakan output sektor industri makanan dan minuman untuk
konsumsi langsung dibandingkan untuk keperluan produksi sebagai input bagi
sektor lain.
4.5.3. Peranan UKM Industri Makanan dan Minuman dalam Struktur
Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah
Konsumsi masyarakat Indonesia pada tahun 2007 terhadap output
domestik UKM adalah sebesar Rp. 2.589.676.682 juta. Pengeluaran konsumsi
rumah tangga untuk sektor industri makanan dan minuman (kecil) berada pada
urutan ketujuh yaitu sebesar Rp. 140.331.202 juta atau 5,42 persen dari total
pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik, sektor industri makanan dan
minuman (menengah) berada pada urutan keenam yaitu sebesar Rp. 142.617.723
juta atau 5,51 persen sedangkan sektor industri makanan dan minuman (besar)
berada pada urutan keempat yaitu sebesar Rp. 252.559.111 juta atau sekitar 9,75
persen.
Pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia untuk sektor industri
makanan dan minuman kecil, menengah maupun besar termasuk yang cukup
besar. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri makanan dan minuman kecil,
menengah maupun besar cukup berperan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat. Karena sebagian besar output dari sektor industri makanan dan
minuman kecil, menengah maupun besar langsung dikonsumsi oleh masyarakat.
Tabel 4.3. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Sektor-
Sektor UKM Indonesia Tahun 2007 (Juta Rupiah)
Sektor Uraian Sektor
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah
Jumlah Persen Jumlah Persen
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 252.687.445 9,76 0 0,00
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 20.212.009 0,78 0 0,00
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 12.307.188 0,48 0 0,00
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 53.424 0,00 0 0,00
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 1.927 0,00 0 0,00
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 0 0,00 0 0,00
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 0 0,00 0 0,00
8 Industri makanan dan minuman (Kecil) 140.331.202 5,42 0 0,00
9 Industri makanan dan minuman (Menengah) 142.617.723 5,51 0 0,00
10 Industri makanan dan minuman (Besar) 252.559.111 9,75 0 0,00
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 77.018.439 2,97 0 0,00
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 62.881.476 2,43 0 0,00
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 412.950.780 15,95 0 0,00
14 Barang-barang hasil kilang minyak 27.164.214 1,05 0 0,00
15 Gas alam cair (LNG) 46.665.450 1,80 0 0,00
16 Industri semen *) 0 0,00 0 0,00
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 0 0,00 0 0,00
18 Listrik, Gas dan air minum **) 79.715.670 3,08 0 0,00
19 Bangunan (Kecil) 0 0,00 0 0,00
20 Bangunan (Menengah) 0 0,00 0 0,00
21 Bangunan (Besar) 15.050.868 0,58 0 0,00
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 259.146.373 10,01 0 0,00
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 55.457.240 2,14 0 0,00
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 33.221.936 1,28 0 0,00
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 114.782.637 4,43 0 0,00
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 64.819.027 2,50 0 0,00
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 153.119.678 5,91 0 0,00
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 25.657.384 0,99 0 0,00
29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 53.376.862 2,06 0 0,00
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 26.977.999 1,04 0 0,00
31 Jasa-jasa (Kecil) 171.711.683 6,63 0 0,00
32 Jasa-jasa (Menengah) 36.686.817 1,42 0 0,00
33 Jasa-jasa (Besar) 52.502.120 2,03 319.522.504 100,00
Total 2.589.676.682 100,00 319.522.504 100,00
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
Pada tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2007 jumlah konsumsi
pemerintah untuk UKM mencapai Rp. 319.522.504 juta. Dimana seluruh
konsumsi pemerintah dialokasikan untuk sektor jasa-jasa lainnya (besar) sebesar
Rp. 319.522.504 juta. Seluruh konsumsi pemerintah digunakan untuk belanja
pegawai, belanja barang, belanja perjalanan dinas, belanja pemeliharaan dan
perbaikan serta belanja rutin lainnya termasuk pengeluaran pemerintah pusat dan
daerah.
4.5.4. Struktur Investasi
Investasi ini dimaksudkan sebagai penjumlahan dari pembentukan modal
tetap dan perubahan stok. Total investasi UKM Indonesia pada tahun 2007 yaitu
sebesar Rp. 1.029.813.183 juta. Sebagian besar total investasi tersebut berasal dari
pembentukan modal tetap bruto yaitu sebesar Rp. 1.028.760.181 juta atau 99,90
persen, sedangkan untuk perubahan stok hanya sebesar Rp. 1.053.002 juta atau
0,1 persen saja.
Sektor industri makanan dan minuman kecil, menengah maupun besar
memiliki nilai pembentukan modal tetap bruto sebesar nol. Oleh karena itu, sektor
industri makanan dan minuman termasuk yang tidak memberikan kontribusi
terhadap pembentukan modal tetap bruto. Hal ini terjadi karena sebagian besar
UKM sektor industri makanan dan minuman belum bankable (belum memenuhi
syarat berhubungan dengan bank) sehingga sulit untuk mendapatkan kredit untuk
penambahan modal. Pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan investasi
sektor-sektor UKM Indonesia tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Pembentukan Modal Tetap Bruto, Perubahan Stok, dan Investasi
Sektor-sektor UKM Indonesia Tahun 2007 (Juta Rupiah)
Sektor Uraian Sektor
Pembentukan Modal
Tetap Bruto Perubahan Stok Investasi
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 574.950 0,056 81.082 7,700 656.032 0,064
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 96.745 0,009 20.139 1,913 116.884 0,011
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 12.734 0,001 19.388 1,841 32.121 0,003
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 0 0,000 -17.903 -1,700 -17.903 -0,002
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 83.816 0,008 -3.092 -0,294 80.724 0,008
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 12.772.528 1,242 58.277 5,534 12.830.804 1,246
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 6.682.950 0,650 137.858 13,092 6.820.808 0,662
8
Industri makanan dan minuman
(Kecil) 0 0,000 14.251 1,353 14.251 0,001
9
Industri makanan dan minuman
(Menengah) 0 0,000 11.709 1,112 11.709 0,001
10
Industri makanan dan minuman
(Besar) 0 0,000 3.115 0,296 3.115 0,000
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 3.209.813 0,312 21.383 2,031 3.231.196 0,314
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 10.885.664 1,058 19.618 1,863 10.905.282 1,059
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 174.026.872 16,916 252.195 23,950 174.279.067 16,923
14 Barang-barang hasil kilang minyak 0 0,000 33.019 3,136 33.019 0,003
15 Gas alam cair (LNG) 0 0,000 212.426 20,173 212.426 0,021
16 Industri semen *) 0 0,000 6.243 0,593 6.243 0,001
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 0 0,000 89.768 8,525 89.768 0,009
18 Listrik, Gas & air minum**) 0 0,000 0 0,000 0 0,000
19 Bangunan (Kecil) 342.759.373 33,318 0 0,000 342.759.373 33,284
20 Bangunan (Menengah) 171.514.434 16,672 0 0,000 171.514.434 16,655
21 Bangunan (Besar) 254.026.276 24,692 0 0,000 254.026.276 24,667
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 24.819.177 2,413 49.209 4,673 24.868.386 2,415
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 5.767.942 0,561 14.548 1,382 5.782.490 0,562
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 1.141.784 0,111 3.153 0,299 1.144.937 0,111
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 4.151.902 0,404 13.603 1,292 4.165.505 0,404
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 2.329.784 0,226 7.633 0,725 2.337.417 0,227
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 1.634.077 0,159 5.354 0,508 1.639.431 0,159
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 0 0,000 0 0,000 0 0,000
29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 0 0,000 0 0,000 0 0,000
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 0 0,000 0 0,000 0 0,000
31 Jasa-jasa (Kecil) 7.694.196 0,748 28 0,003 7.694.224 0,747
32 Jasa-jasa (Menengah) 1.779.153 0,173 0 0,000 1.779.153 0,173
33 Jasa-jasa (Besar) 2.796.011 0,272 0 0,000 2.796.011 0,272
Total 1.028.760.181 100,000 1.053.002 100,000 1.029.813.183 100,000
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
Perubahan stok merupakan selisih dari modal awal tahun dengan modal
akhir tahun dalam perekonomian. Sektor industri makanan dan minuman (kecil)
berkontribusi terhadap perubahan stok sebesar 1,353 persen, sektor industri
makanan dan minuman (menengah) sebesar 1,112 persen sedangkan sektor
industri makanan dan minuman (besar) hanya berkontribusi sebesar 0,296 persen
dari total perubahan stok.
Pembentukan modal tetap bruto yang lebih tinggi dibandingkan perubahan
stok terhadap investasi sektor-sektor perekonomian menunjukkan bahwa ada
investasi baru yang terbentuk pada tahun tersebut. Selain itu, nilai negatif terhadap
perubahan stok menunjukkan bahwa barang-barang bahan baku atau hasil
produksi sudah digunakan oleh produsen atau sebagian besar output yang
diproduksi diekspor ke luar negeri.
4.1.5. Struktur Nilai Tambah Bruto (NTB)
Nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta
karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel Input-Output UKM Indonesia
tahun 2007 nilai tambah bruto meliputi upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan,
pajak tak langsung, dan subsidi. Pada tahun 2007, total nilai tambah bruto UKM
Indonesia adalah sebesar Rp. 3.965.784.798 juta dengan perincian Rp.
1.224.005.996 juta berasal dari upah dan gaji, Rp. 2.202.570.274 juta berasal dari
surplus usaha, Rp. 349.849.256 juta berasal dari penyusutan, Rp. 203.042.122 juta
berasal dari pajak tak langsung dan Rp. 13.682.850 juta berasal dari subsidi.
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sektor industri makanan dan
minuman (kecil) berkontribusi nilai tambah bruto sebesar Rp. 53.291.527 juta
atau sebesar 1,34 persen. Jumlah tersebut paling besar dialokasikan untuk surplus
usaha sebesar Rp. 25.189.128 juta atau sekitar 47,27 persen diikuti oleh upah dan
gaji sebesar Rp. 20.241.909 juta atau sebesar 37,80 persen, penyusutan sebesar
Rp. 5.367.262 juta atau 10,07 persen dan pajak tak langsung sebesar Rp.
2.493.227 juta atau 4,86 persen. Sektor industri makanan dan minuman
(menengah) sebesar Rp. 54.960.615 juta atau sebesar 1,39 persen. Jumlah tersebut
paling besar dialokasikan untuk surplus usaha sebesar Rp. 31.644.012 juta atau
sekitar 57,57 persen diikuti oleh upah dan gaji sebesar Rp. 15.356.966 juta atau
sebesar 27,94 persen, penyusutan sebesar Rp. 5.556.149 juta atau 10,11 persen
dan pajak tak langsung sebesar Rp. 2.403.489 juta atau 4,38 persen. Sedangkan
industri makanan dan minuman (besar) sebesar Rp. 141.740549 juta atau sebesar
3,57 persen. Jumlah tersebut paling besar dialokasikan untuk surplus usaha
sebesar Rp. 80.865.456 juta atau sekitar 57,05 persen diikuti oleh upah dan gaji
sebesar Rp. 43.166.452 juta atau sebesar 30,45 persen, pajak tak langsung sebesar
Rp. 9.503.963 juta atau 6,70 persen dan penyusutan sebesar Rp. 8.204.679 juta
atau 5,80 persen.
Besarnya kontribusi sektor industri makanan dan minuman kecil, menengah
maupun besar menunjukkan bahwa sektor tersebut cukup berperan terhadap
pembentukan PDB Nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri
makanan dan minuman kecil, menengah maupun besar telah dikelola dengan baik
dan berpotensi untuk menghasilkan bagi pemilik modal sektor tersebut.
Jika diperbandingkan antara nilai upah dan gaji terhadap surplus usaha maka
akan diperoleh nilai rasio upah gaji dengan surplus usaha. Nilai rasio tersebut
menunjukkan perbandingan antara besarnya upah dan gaji yang diterima
produsen. Rasio upah dan gaji dengan surplus usaha termasuk kategori baik jika
rasionya mendekati keseimbangan (mendekati 1) yang berarti bahwa proporsi
penerimaan dalam bentuk upah dan gaji bagi pekerja dan surplus usaha bagi
produsen berimbang.
Berdasarkan hasil analisis rasio upah dan gaji dengan surplus usaha pada
Tabel 4.5, diperoleh bahwa ternyata pada sektor industri makanan dan minuman
baik kecil, menengah maupun besar mempunyai nilai surplus usaha lebih besar
dibandingkan upah dan gaji. Hal ini terlihat dari nilai rasio yang lebih kecil dari
satu (untuk industri makanan dan minuman kecil 0,8; menengah 0,5 dan besar
0,5). Kondisi ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan antara pemilik modal
dan pekerja tidak merata atau terjadi ketimpangan yang sangat besar yang
disebabkan oleh adanya eksploitasi tenaga kerja oleh pemilik modal terhadap
tenaga kerja dengan share yang lebih besar pada produsen (pemilik modal). Untuk
mengurangi kesenjangan pendapatan ini diperlukan campur tangan pemerintah
melalui penetapan upah minimum dan pemberian fasilitas bagi karyawan, seperti
uang transportasi dan konsumsi, jaminan sosial, dll.
Tabel 4.5. Kontribusi Sektor-Sektor UKM Indonesia terhadap Nilai
Tambah Bruto (Juta Rupiah)
Sektor Uraian Sektor
Upah dan
gaji
Surplus
usaha Penyusutan
Pajak tak
langsung Subsidi
Nilai Tambah Bruto
Total Persen
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 104.868.693 337.784.851 9.529.585 6.226.653 0 458.409.782 11,56
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 14.210.774 31.595.914 2.151.647 803.017 0 48.761.352 1,23
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 7.022.834 15.520.747 1.383.575 494.308 0 24.421.465 0,62
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 8.918.184 12.729.759 2.554.122 790.810 0 24.992.875 0,63
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 2.515.129 3.442.124 660.839 301.732 0 6.919.824 0,17
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 31.586.364 59.064.688 6.829.263 6.618.632 0 104.098.947 2,62
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 24.280.242 275.063.487 11.022.990 9.525.375 0 319.892.094 8,07
8
Industri makanan dan minuman
(Kecil) 20.241.909 25.189.128 5.367.262 2.493.227 0 53.291.527 1,34
9
Industri makanan dan minuman
(Menengah) 15.356.966 31.644.012 5.556.149 2.403.489 0 54.960.615 1,39
10
Industri makanan dan minuman
(Besar) 43.166.452 80.865.456 8.204.679 9.503.963 0 141.740.549 3,57
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 36.324.155 39.477.202 8.863.702 3.973.839 0 88.638.898 2,24
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 31.375.845 35.659.504 8.214.651 4.137.837 4.295 79.383.543 2,00
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 128.242.017 218.073.233 51.518.884 69.710.032 689.191 466.854.974 11,77
14 Barang-barang hasil kilang minyak 14.230.316 34.584.108 12.665.492 1.162.283 0 62.642.199 1,58
15 Gas alam cair (LNG) 2.687.475 77.186.116 7.579.538 337.008 0 87.790.137 2,21
16 Industri semen *) 2.172.230 3.661.964 1.250.043 929.124 0 8.013.360 0,20
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 6.467.432 13.899.867 3.406.299 1.564.499 0 25.338.097 0,64
18 Listrik, Gas dan air minum **) 9.429.736 19.458.414 16.730.345 1.973.120 12.867.012 34.724.602 0,88
20 Bangunan (Menengah) 33.475.791 26.350.003 6.061.032 3.145.803 0 69.032.628 1,74
21 Bangunan (Besar) 55.780.067 35.489.741 10.087.902 5.226.222 0 106.583.931 2,69
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 102.072.795 290.519.323 22.450.678 28.289.381 0 443.332.177 11,18
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 35.087.609 71.246.687 7.631.519 8.553.825 0 122.519.641 3,09
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 9.720.963 5.889.340 3.231.383 4.658.297 0 23.499.983 0,59
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 23.530.821 34.570.110 30.527.205 3.362.042 91.550 91.898.627 2,32
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 19.104.336 26.688.054 18.861.796 2.199.814 27.767 66.826.232 1,69
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 25.969.529 47.652.652 28.222.038 3.698.157 3.035 105.539.340 2,66
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 8.198.049 40.241.305 3.917.999 2.535.409 0 54.892.762 1,38
29
Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 28.320.416 104.705.305 7.834.753 3.107.649 0 143.968.124 3,63
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 19.924.757 77.433.703 6.107.825 2.886.329 0 106.352.614 2,68
31 Jasa-jasa (Kecil) 73.568.758 55.192.271 15.012.389 4.845.332 0 148.618.750 3,75
32 Jasa-jasa (Menengah) 14.933.039 10.928.044 3.443.434 1.149.998 0 30.454.515 0,77
33 Jasa-jasa (Besar) 206.862.071 1.686.131 11.305.877 371.257 0 220.225.337 5,55
Total 1.224.005.996 2.202.570.274 349.849.256 203.042.122 13.682.850 3.965.784.798 100
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
4.6. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis)
4.6.1. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage)
Keterkaitan ke depan menunjukkan sejauh mana kegiatan pada suatu
sektor yang menggunakan output pada sektor tertentu dalam proses produksinya,
yang mana kekuatan hubungan ke depan tergantung pada proporsi output yang
bermanfaat untuk penggunaan input antara. Dibandingkan dengan keterkaitan
langsung, nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke
belakang selalu memiliki nilai yang lebih besar dari satu. Hal ini disebabkan
nilainya memperhitungkan perubahan output yang bersangkutan sebesar satu
satuan.
Berdasarkan Tabel 4.6 untuk sektor industri makanan dan minuman (kecil)
mempunyai nilai keterkaitan langsung ke depan pada urutan kedelapanbelas
sebesar 0,1941 arti dari nilai tersebut adalah setiap permintaan akhir mengalami
peningkatan sebesar satu satuan maka jumlah output sektor industri makanan dan
minuman (kecil) yang dijual atau digunakan oleh ke sektor lain mengalami
peningkatan sebesar 0,1941 satuan secara langsung. Untuk sektor industri
makanan dan minuman (menengah) mempunyai nilai keterkaitan langsung ke
depan pada urutan keduapuluhsatu yaitu sebesar 0,1842. Sedangkan sektor
industri makanan dan minuman (besar) mempunyai nilai keterkaitan langsung ke
depan pada urutan kesembilan yaitu sebesar 0,5251.
Tabel 4.6. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Sektor-
Sektor UKM Indonesia Tahun 2007
Sektor Uraian Sektor
Keterkaitan ke Depan
langsung
langsung dan tidak
langsung
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 2,1446 4,7194
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 1,2577 2,9745
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 1,2320 3,1393
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 1,1810 2,7814
14 Barang-barang hasil kilang minyak 0,9336 2,3441
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 0,7727 2,2584
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 0,6558 1,9529
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 0,5623 1,9051
10 Industri makanan dan minuman (Besar) 0,5251 1,8927
29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 0,4989 1,8255
31 Jasa-jasa (Kecil) 0,4324 1,6624
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 0,3879 1,5749
18 Listrik, Gas dan air minum **) 0,3426 1,5330
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 0,3210 1,5128
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 0,2861 1,4536
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 0,2586 1,4084
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 0,2383 1,3734
8 Industri makanan dan minuman (Kecil) 0,1941 1,3057
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 0,1883 1,3003
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 0,1860 1,3097
9 Industri makanan dan minuman (Menengah) 0,1842 1,2845
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 0,1763 1,3025
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 0,1494 1,1771
19 Bangunan (Kecil) 0,1450 1,2126
15 Gas alam cair (LNG) 0,0380 1,0395
16 Industri semen *) 0,0750 1,0885
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 0,1358 1,2255
33 Jasa-jasa (Besar) 0,1354 1,2059
21 Bangunan (Besar) 0,1233 1,1838
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 0,1154 1,1825
20 Bangunan (Menengah) 0,0939 1,1413
32 Jasa-jasa (Menengah) 0,0869 1,1322
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 0,0460 1,0579
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor industri
makanan dan minuman (kecil) sebesar 1,3057 yang berada pada urutan
kedelapanbelas. Untuk sektor industri makanan dan minuman (menengah)
mempunyai nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan pada urutan
keduapuluhdua yaitu sebesar 1,2845 sedangkan sektor industri makanan dan
minuman (besar) mempunyai nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke
depan sebesar 1,8927 pada urutan kesembilan. Nilai-nilai keterkaitan langsung
dan tidak langsung tersebut menunjukkan seberapa jauh sektor tersebut
mendorong perkembangan sektor-sektor lain melalui penyediaan output yang
digunakan sebagai bahan baku untuk meningkatkan produksi sektor-sektor lain
maupun sektor itu sendiri secara langsung dan tidak langsung sebesar nilai
keterkaitannya. Dilihat dari hasil analisis di atas, secara langsung dan tidak
langsung sektor industri makanan dan minuman kecil, menengah maupun besar
merupakan sektor yang dapat diandalkan untuk mendorong perkembangan sektor
lainnya.
4.6.2. Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage)
Keterkaitan output ke belakang menunjukkan kegiatan sektor-sektor lain
dalam perekonomian yang akan menyediakan input bagi kegiatan ekonomi suatu
sektor. Keterkaitan langsung ke belakang maupun keterkaitan langsung dan tidak
langsung ke belakang industri makanan dan minuman kecil, menengah maupun
besar berada pada urutan teratas dalam sektor-sektor UKM Indonesia pada tahun
2007. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri makanan dan minuman
kecil, menengah maupun besar memiliki kemampuan yang cukup besar
dibandingkan sektor lainnya dalam menarik industri hulunya. Nilai dapat dilihat
secara lengkap pada Tabel 4.7
Tabel 4.7. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Sektor-
Sektor UKM Indonesia Tahun 2007
Sektor Uraian Sektor
Keterkaitan Kebelakang
Langsung
langsung dan tidak
langsung
8 Industri makanan dan minuman (Kecil) 0,7294 2,1760
9 Industri makanan dan minuman (Menengah) 0,7279 2,1061
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 0,6551 2,1135
20 Bangunan (Menengah) 0,6345 2,0349
21 Bangunan (Besar) 0,6318 2,0266
16 Industri semen *) 0,6211 1,9157
19 Bangunan (Kecil) 0,6155 2,0061
18 Listrik, Gas dan air minum **) 0,6085 1,8153
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 0,6001 2,0176
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 0,5712 1,9613
10 Industri makanan dan minuman (Besar) 0,5292 1,8611
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 0,4937 1,8368
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 0,4854 1,7526
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 0,4797 1,8024
32 Jasa-jasa (Menengah) 0,4645 1,8359
31 Jasa-jasa (Kecil) 0,4615 1,8239
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 0,4474 1,7416
15 Gas alam cair (LNG) 0,4404 1,5040
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 0,4113 1,6810
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 0,3777 1,6177
33 Jasa-jasa (Besar) 0,3666 1,6561
14 Barang-barang hasil kilang minyak 0,3141 1,3424
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 0,3064 1,5296
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 0,2767 1,4987
29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 0,2493 1,4164
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 0,2377 1,3747
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 0,2218 1,3704
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 0,2200 1,3695
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 0,2191 1,3755
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 0,2005 1,3217
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 0,1846 1,3164
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 0,1033 1,1700
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 0,0822 1,0897
Sumber : Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), klasifikasi 33 sektor (diolah)
Keterkaitan langsung ke belakang untuk sektor industri makanan dan
minuman (kecil) berada pada urutan pertama sebesar 0,7294 yang berarti bahwa
jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka akan
meningkatkan permintaan inputnya sebesar 0,7294 satuan secara langsung yang
berasal dari sektor-sektor lainnya, termasuk sektor industri makanan dan minuman
(kecil) itu sendiri. Sektor industri makanan dan minuman (menengah) memiliki
nilai keterkaitan langsung ke belakang pada uruta ketiga yaitu sebesar 0,7279,
sedangkan sektor industri makanan dan minuman (besar) berada pada urutan
kesebelas yaitu sebesar 0,5292.
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang untuk sektor industri
makanan dan minuman (kecil) berada pada urutan pertama sebesar 2,1760 yang
berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka
akan meningkatkan permintaan inputnya sebesar 2,160 satuan secara langsung
maupun tidak langsung yang berasal dari sektor-sektor lainnya, termasuk sektor
industri makanan dan minuman (kecil) itu sendiri. Sektor industri makanan dan
minuman (menengah) memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke
belakang pada urutan ketiga yaitu sebesar 2,1061, sedangkan sektor industri
makanan dan minuman (besar) berada pada urutan kesepuluh yaitu sebesar
1,8611.
4.7. Analisis Dampak Penyebaran
Analisis dampak penyebaran digunakan untuk mengetahui distribusi
kegunaan dari pembangunan suatu sektor terhadap perkembangan seluruh sektor
UKM Indonesia melalui mekanisme pasar input dan mekanisme pasar output.
Kedua mekanisme ini masing-masing dapat diketahui melalui koefisien
penyebaran dan kepekaan penyebaran. Nilai koefisien penyebaran dan kepekaan
penyebaran subsektor UKM Indonesia tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Koefisien penyebaran digunakan untuk mengetahui distribusi kegunaan
dari perkembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya
melalui mekanisme pasar input. Besarnya nilai koefisien penyebaran diperoleh
dari nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang yang
dibobot dengan jumlah seluruh sektor, kemudian dibagi dengan total nilai
keterkaitan langsung dan tidak langsung seluruh sektor yang menggunakan rumah
tangga sebagai variable eksogen dalam model. Sektor yang memiliki nilai
koefisien penyebaran lebih dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki
kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya.
Koefisien penyebaran sektor industri makanan dan minuman (kecil),
industri makanan dan minuman (menengah) maupun industri makanan dan
minuman (besar) memiliki nilai lebih dari satu yaitu 1,3056 , 1,2637 dan 1,166
yang artinya sektor industri makanan dan minuman baik kecil, menengah maupun
besar mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi atau dengan kata lain
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk membangun industri hulunya secara
keseluruhan.
Kepekaan penyebaran digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan
suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output.
Besarnya nilai kepekaan penyebaran diperoleh dari nilai keterkaitan langsung dan
tidak langsung ke depan yang dibobot dengan jumlah seluruh sektor, kemudian
dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung seluruh sektor. Sektor
yang memiliki nilai kepekaan penyebaran lebih dari satu menunjukkan bahwa
sektor tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong pertumbuhan produksi
seluruh sektor hilirnya.
Tabel 4.8. Nilai Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor-
sektor UKM Indonesia Tahun 2007
Sektor Uraian Sektor
Kepekaan
Penyebaran
Koefisien
Penyebaran
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 1,6688 0,8217
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 0,7353 0,9177
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 0,7815 0,7020
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 0,7062 0,8253
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 0,6347 0,8222
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 1,1718 0,8248
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 1,8836 0,6538
8 Industri makanan dan minuman (Kecil) 0,7834 1,3056
9 Industri makanan dan minuman (Menengah) 0,7707 1,2637
10 Industri makanan dan minuman (Besar) 1,1356 1,1166
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 0,8451 1,2105
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 0,8240 1,2681
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 2,8316 1,0450
14 Barang-barang hasil kilang minyak 1,4065 0,8054
15 Gas alam cair (LNG) 0,6237 0,9024
16 Industri semen *) 0,6531 1,1494
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 0,9450 1,0516
18 Listrik, Gas dan air minum **) 0,9198 1,0892
19 Bangunan (Kecil) 0,7276 1,2036
20 Bangunan (Menengah) 0,6848 1,2209
21 Bangunan (Besar) 0,7103 1,2159
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 1,7847 1,0086
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 0,9077 0,9706
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 0,7095 0,7930
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 0,8722 1,1768
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 0,7802 1,1021
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 1,1431 1,0814
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 0,7858 0,8992
29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 1,0953 0,8498
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 1,3550 0,7899
31 Jasa-jasa (Kecil) 0,9974 1,0944
32 Jasa-jasa (Menengah) 0,6793 1,1016
33 Jasa-jasa (Besar) 0,7235 0,9937
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sektor industri makanan dan
minuman (besar) memiliki nilai kepekaan penyebaran lebih dari satu yaitu sebesar
1,1356 sehingga sektor industri makanan dan minuman (besar) memiliki
kemampuan untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor hilirnya. Sedangkan
untuk sektor industri makanan dan minuman (kecil) maupun industri makanan dan
minuman (menengah) memiliki nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yaitu
0,7834 dan 0,7707.
4.8. Analisis Pengganda (Multiplier Analysis)
Analisis multiplier digunakan untuk melihat dampak perubahan atau
peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap seluruh sektor yang ada tiap
satu satuan perubahan jenis multiplier. Analisis multiplier terbagi menjadi dua
tipe, yaitu multiplier tipe I dan multiplier tipe II yang keduanya dapat digunakan
dalam menganalisis multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga
kerja. Analisis multiplier tipe I didapat dari pengolahan lebih lanjut dari matriks
kebalikan leontif model terbuka, sedangkan tipe II didapat dari matriks kebalikan
leontif model tertutup yang memasukan rumah tangga sebagai variabel endogen.
4.8.1. Pengganda Output (Output Multiplier)
Berdasarkan Tabel 4.9, sektor industri makanan dan minuman (kecil)
memiliki nilai multiplier output tipe I pada urutan pertama dalam UKM Indonesia
pada tahun 2007 sebesar 2,1760 yang menunjukkan bahwa setiap peningkatan
permintaan akhir di sektor industri makanan dan minuman (kecil) sebesar satu
satuan rupiah akan meningkatkan output pada semua sektor sebesar 2,1760.
Apabila efek konsumsi masyarakat diperhitungkan dengan memasukan rumah
tangga ke dalam model maka didapat nilai multiplier tipe II yang nilainya selalu
lebih besar dibandingkan pada tipe I. Multiplier output tipe II sektor industri
makanan dan minuman (kecil) berada pada urutan kedua yaitu sebesar 2,6039.
Artinya, jika terjadi peningkatan pengeluaran rumah tangga yang bekerja pada
sektor tersebut sebesar satu satuan maka output di semua sektor UKM akan
meningkat sebesar 2,6039.
Sektor industri makanan dan minuman (menengah) memiliki nilai
multiplier output tipe I pada urutan ketiga yaitu sebesar 2,1056, sedangkan untuk
tipe II pada urutan keenam yaitu sebesar 2,4850. Sedangkan sektor industri
makanan dan minuman (besar) memiliki nilai multiplier output tipe I pada urutan
kesepuluh yaitu sebesar 1,8611, sedangkan untuk tipe II pada urutan keempatbelas
yaitu sebesar 1,1962.
Berdasarkan multiplier output, sektor UKM yang paling dominan adalah
sektor industri makanan dan minuman (kecil) karena nilai multiplier output tipe I
maupun tipe II berada pada urutan teratas yaitu pada urutan pertama untuk
multiplier output tipe I dan urutan kedua untuk multiplier output tipe II. Hal ini
mengindikasikan bahwa sektor industri makanan dan minuman (kecil) merupakan
sektor yang mampu mempertahankan bahkan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional pada tingkat yang lebih baik.
Berdasarkan hasil analisis, efek maksimum dalam hal peningkatan produksi
dan pembentukan output baru akan tercipta apabila setiap satuan uang untuk
permintaan akhir dibelanjakan untuk membeli output yang mempunyai angka
multiplier output terbesar, dalam hal ini yaitu sektor industri makanan dan
minuman (kecil). Sedikit saja komponen permintaan akhir tersebut dipakai untuk
membeli output yang mempunyai angka pengganda lebih kecil, maka efek
maksimal dari tambahan permintaan akhir tersebut tidak akan tercapai. Dengan
meningkatnya output yang dihasilkan UKM di Indonesia ini, maka dapat
meningkatkan pertumbuhan outputnya yang berarti meningkatkan pula laju
pertumbuhan ekonominya. Sehingga lambat laun dapat mengurangi permasalahan
kemiskinan yang ada.
4.8.2. Pengganda Pendapatan (Income Multiplier)
Hasil analisis multiplier pendapatan pada Tabel 4.9 menjelaskan bahwa
sektor industri makanan dan minuman (kecil) memiliki nilai multiplier
pendapatan tipe I maupun multiplier pendapatan tipe II pada urutan keempat
dalam UKM Indonesia pada tahun 2007 yaitu sebesar 2,5930 dan 2,7671. Nilai
multiplier pendapatan sektor industri makanan dan minuman (kecil) tipe I sebesar
2,5930 berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan
akan meningkatkan pembentukan pendapatan rumah tangga atau masyarakat
secara sektoral sebesar 2,5930 satuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sedangkan nilai multiplier pendapatan tipe II sektor industri makanan
dan minuman (kecil) sebesar 2,7671 menunjukan jika terjadi peningkatan
permintaan akhir sebesar satu rupiah pada sektor industri makanan dan minuman
(kecil) akan meningkatkan pendapatan rumah tangga pada sektor tersebut yang
dibelanjakan ke semua sektor perekonomian lainnya sebesar 2,7671 rupiah.
Sektor industri makanan dan minuman (menengah) memiliki nilai
multiplier pendapatan tipe I maupun tipe II pada urutan pertama dalam UKM
Indonesia pada tahun 2007. Nilai multiplier pendapatan sektor industri makanan
dan minuman (menengah) tipe I yaitu sebesar 3,0992, sedangkan tipe II yaitu
sebesar 3,3082. Untuk sektor industri makanan dan minuman (besar) memiliki
nilai multiplier pendapatan tipe I maupun tipe II pada urutan kelima dalam UKM
Indonesia pada tahun 2007. Nilai multiplier pendapatan sektor industri makanan
dan minuman (besar) tipe I yaitu sebesar 2,1905, sedangkan tipe II yaitu sebesar
2,3376. Dilihat berdasarkan multiplier pendapatan, sektor UKM yang yang paling
dominan adalah sektor industri makanan dan minuman (menengah) karena nilai
multiplier pendapatan tipe I maupun tipe II berada pada urutan pertama.
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor industri
makanan dan minuman (menengah) merupakan sektor yang potensial dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat, pendapatan sektor-sektor perekonomian,
dan juga pendapatan nasional. Oleh karena itu, pemerintah harus mengalokasikan
setiap satuan uang permintaan akhir untuk dibelanjakan kepada output sektor
industri makanan dan minuman (menengah) yang mempunyai angka pengganda
pendapatan tertinggi. Hal ini dimaksudkan untuk optimalisasi pengingkatan
pendapatan dalam perekonomian, yaitu dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat Indonesia agar terbebas dari belenggu lingkaran setan kemiskinan.
4.8.3. Pengganda Tenaga Kerja (Labour Multiplier)
Hasil analisis multiplier tenaga kerja pada Tabel 4.9 menjelaskan bahwa
koefisien pengganda tenaga kerja sektor-sektor UKM di Indonesia cukup tinggi.
Multiplier tenaga kerja tipe I sektor industri makanan dan minuman (kecil)
memiliki nilai pada urutan keduabelas dalam UKM Indonesia pada tahun 2007
sebesar 3,8635, sedangkan untuk tipe II pada urutan kesembilanbelas dalam UKM
Indonesia yaitu sebesar 4,2671. Nilai multiplier tenaga kerja tipe I sektor industri
makanan dan minuman (kecil) sebesar 3,8635 berarti jika terjadi peningkatan
permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor industri makanan dan minuman
(kecil) maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut
sebesar 3,8635 orang. Sedangkan nilai multiplier tenaga kerja tipe II sektor
industri makanan dan minuman (kecil) sebesar 4,2671 menunjukkan bahwa jika
rumah tangga dianggap sebagai faktor endogen maka peningkatan permintaan
akhir sebesar satu satuan pada industri makanan dan minuman (kecil) maka akan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sebesar 4,2671 orang.
Sektor industri makanan dan minuman (menengah) memiliki nilai
multiplier tenaga kerja tipe I maupun tipe II berada pada urutan keenam dalam
UKM Indonesia pada tahun 2007 yaitu sebesar 14,6972 dan 16,3272. Sedangkan
Industri makanan dan minuman (besar) memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe
I pada urutan kesembilanbelas dalam UKM Indonesia pada tahun 2007,
sedangkan untuk tipe II pada urutan keduapuluhtiga dalam UKM Indonesia pada
tahun 2007 yaitu sebesar 2,3821 dan 2,6672.
Tabel 4.9. Nilai Koefisien Multiplier Output, Multiplier Pendapatan dan
Multiplier Tenaga Kerja Tipe I dan Tipe II Sektor-sektor UKM
Indonesia Tahun 2007
Sektor
Uraian Sektor
Multiplier Output
Multiplier Pendapatan
Multiplier Tenaga
Kerja
tipe 1 tipe2 Tipe 1 tipe2 tipe 1 tipe2
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 1,3695 1,7296 1,2568 1,3412 1,1245 1,1953
2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 1,5296 1,9589 1,3238 1,4126 2,0101 2,5688
3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 1,1700 1,3425 1,2531 1,3372 3,7493 5,9084
4 Penambangan dan penggalian (Kecil) 1,3755 1,8976 1,1683 1,2468 1,1639 1,5699
5 Penambangan dan penggalian (Menengah) 1,3704 1,9027 1,1732 1,2520 1,8023 4,0589
6 Penambangan dan penggalian (Besar) 1,3747 1,8106 1,2526 1,3367 16,3789 65,2289
7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 1,0897 1,1962 1,0901 1,1633 1,1088 10,2322
8 Industri makanan dan minuman (Kecil) 2,1760 2,6039 2,5930 2,7671 3,8635 4,2671
9 Industri makanan dan minuman (Menengah) 2,1056 2,4850 3,0992 3,3082 14,6927 16,3272
10 Industri makanan dan minuman (Besar) 1,8611 2,1901 2,1905 2,3376 2,3821 2,6672
11 Industri pengolahan lainnya (Kecil) 2,0176 2,4550 1,6643 1,7760 1,3760 1,6227
12 Industri pengolahan lainnya (Menengah) 2,1135 2,5224 1,8714 1,9970 2,7713 3,7580
13 Industri pengolahan lainnya (Besar) 1,7416 1,9733 2,0676 2,2063 6,0640 8,7935
14 Barang-barang hasil kilang minyak 1,3424 1,4586 1,4047 1,4990 1,0511 2,4785
15 Gas alam cair (LNG) 1,5040 1,5802 2,7697 2,9557 2,3669 7,5697
16 Industri semen *) 1,9157 2,2819 2,2495 2,4005 4,4265 8,6409
17 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 1,7526 1,9757 3,0150 3,2174 4,4766 8,2498
18 Listrik, Gas dan air minum **) 1,8153 2,0430 2,3261 2,4822 3,0726 6,1702
19 Bangunan (Kecil) 2,0061 2,4700 1,6503 1,7611 6,2135 9,9354
20 Bangunan (Menengah) 2,0349 2,5016 1,6419 1,7521 18,0392 31,2940
21 Bangunan (Besar) 2,0266 2,5118 1,5697 1,6750 71,1730 133,1159
22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 1,6809 2,0296 1,6044 1,7121 1,3312 1,4972
23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 1,6176 2,0199 1,4096 1,5042 2,4651 3,6254
24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar) 1,3217 1,5871 1,2868 1,3732 1,6639 2,4877
25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 1,9613 2,3172 2,0591 2,1973 1,5735 1,8955
26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 1,8368 2,2210 1,6761 1,7886 7,3004 11,9884
27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 1,8024 2,0701 2,0678 2,2066 16,1034 27,2735
28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 1,4987 1,7845 1,7038 1,8182 1,1322 1,2736
29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 1,4164 1,7418 1,3997 1,4937 2,3661 4,5053
30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 1,3164 1,5238 1,5321 1,6349 2,9882 5,5744
31 Jasa-jasa (Kecil) 1,8239 2,3907 1,3693 1,4613 1,3044 1,5956
32 Jasa-jasa (Menengah) 1,8359 2,3972 1,3890 1,4822 2,6352 4,2888
33 Jasa-jasa (Besar) 1,6561 2,6119 1,1621 1,2401 53,8439 155,6392
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa UKM sektor industri
makanan dan minuman kurang sensitif dalam menciptakan lapangan kerja. Hal ini
dapat terlihat dari nilai multiplier tenaga kerja yang relatif kecil. Penyebab utama
kecilnya nilai multiplier tenaga kerja adalah kurangnya modal atau investasi yang
dimiliki oleh UKM sektor industri makanan dan minuman sehingga sektor
tersebut tidak dapat atau terhambat dalam meningkatkan skala produksi dan
perluasan skala usaha. Hal tersebut akan mengakibatkan terhambatnya proses
penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, UKM sektor industri makanan dan
minuman belum dapat mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja jika tidak
diimbangi dengan penyaluran modal atau kredit modal bagi para pengusaha UKM
terutama pengusaha UKM sektor industri makanan dan minuman.
DAFTAR PUSTAKA Ahmed, M. 2001. The Small and Medium Enterprises in Bangladesh: An
Overview The Current Status. CPD/UPL Published.
Anggraeni, F. 2005. Analisis Perkembangan Sektor Usaha Kecil dan Menengah
di Propinsi Jawa Barat Pasca Krisis Ekonomi Tahun 1997 [Skripsi]. Universitas Indonesia, Jakarta.
Azrin, M. 2004. Dampak Ekonomi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
Sektor Perdagangan Terhadap Perekonomian Kota Bogor [Tesis]. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Badan Pusat Statistik. 1997-2006. Profil Usaha Kecil Menengah Tidak Berbadan
Hukum di Indonesia. BPS, Jakarta. _________________. 2003. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output.
BPS, Jakarta. _________________. 2005. Statistik Indonesia 2005. BPS, Jakarta. _________________. 2006. KBLI 2005 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia. BPS, Jakarta. _________________. 2008(a). Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. BPS,
Jakarta. _________________. 2008(b). Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output.
BPS, Jakarta. Berry, A., E. Rodriquez, dan H. Sandeem. 2001. Small and Medium Enterprises
Dynamics in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 37 (3): 363-384.
Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembanguan Wilayah Pesisir dan Lautan.
PT Pradnya Paramita, Jakarta. Cahyono, B. 1983. Pengembangan Kesempatan Kerja. BPFE, Yogyakarta.
Darmawan, T. Buletin Industri Pangan Indonesia Edisi Kesebelas, Januari-Maret
2006. GAPMMI, Jakarta.
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia. 2006. Buletin
Industri Pangan Indonesia Edisi Kesebelas, Januari-Maret 2006. GAPMMI, Jakarta.
Gie Kian, K. 2003. Perekonomian Indonesia Tahun 2004, Prospek dan
Kebijakan. Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Hoselitz, B. F. 1959. Small Industry in Underdeveloped Country. Journal of
Economic History, Vol 19. No. 4
Irwanti, S. 2007. Dampak Kinerja Industri Kecil dan Menengah Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia [Tesis]. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jensen, R. C., T. D. Mandeville, dan N. D. Karunaratne. 1979. Regional
Economic Planning: Generation of Regional Input-Output Analysis. Croom Helm, London.
Jhingan, M. L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2001. Statistik
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Tahun 1997-2001. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta.
_______________________________________________. 2004. Pengembangan
Usaha Skala Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta.
________________________________________________. 2005. Statistik
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Tahun 2000-2004. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta.
________________________________________________. 2006. Statistik
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Tahun 2004-2005. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta.
_________________________________________________. 2008. Statistik
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Tahun 2006-2007. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta.
Kuncoro, M. 1996. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UMP
KMP YPPM, Yogyakarta.
__________. 2002. Usaha Kecil Di Indonesia : Profil, Masalah dan Strategi
Pemberdayaan. Jurnal Ekonomi, Tahun II, Vol 7, Januari. __________. 2006. Tantangan dan Peluang Ekonomi Kerakyatan dalam Era
lobalisasi Ekonomi. Analisis CSIS, XXVI, No 1. Malik, A. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi UKM di
Yogyakarta. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta. Mankiw, N. G. 2003. Teori Makroekonomi: Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.
Miller, R. E. dan P. D. Blair. 1985. Input-Output Analysis : Foundation and
Extensions. Prentice-Hall, Inc, New Jersey. Nazara, S. 1997. Analisis Input-Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. universitas Indonesia, Jakarta. Partomo, T. dan A. Soejodono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan
Koperasi. Ghalia, Jakarta. Priyarsono, D. S., Sahara dan M. Firdaus. 2007. Ekonomi Regional. Universitas
Terbuka, Jakarta. Santoso, B. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di
Indonesia [Tesis]. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Kode dan Klasifikasi Sektor Tabel yang Digunakan
No. Agregasi Sektor Tabel I-O UKM Tahun 2007 No. Agregasi Sektor dalam Penelitian
1 Padi (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
2 Padi (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
3 Padi (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
4 Jagung (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
5 Jagung (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
6 Jagung (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
7 Kedele (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
8 Kedele (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
9 Kedele (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
10 Tanaman Kacang-kacangan (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
11 Tanaman Kacang-kacangan (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
12 Tanaman kacang-kacangan (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
13 Tanaman umbi-umbian (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
14 Tanaman umbi-umbian (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
15 Tanaman umbi-umbian (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
16 Sayur-sayuran (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
17 Sayur-sayuran (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
18 Sayur-sayuran (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
19 Buah-buahan (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
20 Buah-buahan (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
21 Buah-buahan (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
22 Tanaman bahan makanan lainnya (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
23 Tanaman bahan makanan lainnya (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
24 Tanaman bahan makanan lainnya (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
25 Karet (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
Lampiran 1. Lanjutan
No. Agregasi Sektor Tabel I-O UKM Tahun 2007 No. Agregasi Sektor dalam Penelitian
26 Karet (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
27 Karet (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
28 Tebu (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
29 Tebu (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
30 Tebu (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
31 Kelapa (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
32 Kelapa (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
33 Kelapa (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
34 Kelapa sawit (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
35 Kelapa sawit (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
36 Kelapa sawit (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
37 Tembakau (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
38 Tembakau (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
39 Tembakau (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
40 Kopi (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
41 Kopi (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
42 Kopi (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
43 Teh (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
44 Teh (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
45 Teh (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
46 Cengkeh (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
47 Cengkeh (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
48 Cengkeh (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
49 Tanaman perkebunan dan tanaman lainnya (Kecil) 1
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
50 Tanaman perkebunan dan tanaman lainnya (Menengah) 2
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
Lampiran 1. Lanjutan
No. Agregasi Sektor Tabel I-O UKM Tahun 2007 No. Agregasi Sektor dalam Penelitian
51 Tanaman perkebunan dan tanaman lainnya (Besar) 3
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
52 Peternakan (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
53 Peternakan (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
54 Peternakan (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
55 Unggas dan hasil-hasilnya (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
56 Unggas dan hasil-hasilnya (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
57 Unggas dan hasil-hasilnya (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
58 Kayu dan hasil hutan lainnya (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
59 Kayu dan hasil hutan lainnya (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
60 Kayu dan hasil hutan lainnya (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
61 Perikanan laut dan hasil laut lainnya (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
62 Perikanan laut dan hasil laut lainnya (Menengah) 2
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
63 Perikanan laut dan hasil laut lainnya (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
64 Perikanan darat dan hasil perairan darat (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
65 Perikanan darat dan hasil perairan darat (Menengah) 2
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
66 Perikanan darat dan hasil perairan darat (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
67 Udang (Kecil) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil)
68 Udang (Menengah) 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah)
69 Udang (Besar) 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar)
70 Penambangan batubara dan bijih logam (Kecil) 4 Penambangan dan penggalian (Kecil)
71 Penambangan batubara dan bijih logam (Menengah) 5 Penambangan dan penggalian (Menengah)
72 Penambangan batubara dan bijih logam (Besar) 6 Penambangan dan penggalian (Besar)
73 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **) 7 Penambangan minyak, gas dan panas bumi **)
74 Penambangan dan penggalian lainnya (Kecil) 4 Penambangan dan penggalian (Kecil)
75 Penambangan dan penggalian lainnya (Menengah) 5 Penambangan dan penggalian (Menengah)
76 Penambangan dan penggalian lainnya (Besar) 6 Penambangan dan penggalian (Besar)
77 Industri daging dan pengolahan daging (Kecil) 8 Industri makanan dan minuman (Kecil)
Lampiran 1. Lanjutan
No. Agregasi Sektor Tabel I-O UKM Tahun 2007 No. Agregasi Sektor dalam Penelitian
78 Industri daging dan pengolahan daging (Menengah) 9
Industri makanan dan minuman (Menengah)
79 Industri daging dan pengolahan daging (Besar) 10 Industri makanan dan minuman (Besar)
80 Industri pengolahan dan pengawetan ikan (Kecil) 8 Industri makanan dan minuman (Kecil)
81 Industri pengolahan dan pengawetan ikan (Menengah) 9
Industri makanan dan minuman (Menengah)
82 Industri pengolahan dan pengawetan ikan (Besar) 10 Industri makanan dan minuman (Besar)
83 Industri pengolahan & pengawetan makanan lainnya (Kecil) 8 Industri makanan dan minuman (Kecil)
84 Industri pengolahan & pengawetan makanan lainnya (Menengah) 9
Industri makanan dan minuman (Menengah)
85 Industri pengolahan & pengawetan makanan lainnya (Besar) 10 Industri makanan dan minuman (Besar)
86 Industri minyak dan lemak (Kecil) 8 Industri makanan dan minuman (Kecil)
87 Industri minyak dan lemak (Menengah) 9 Industri makanan dan minuman (Menengah)
88 Industri minyak dan lemak (Besar) 10 Industri makanan dan minuman (Besar)
89 Industri penggilingan padi (Kecil) 8 Industri makanan dan minuman (Kecil)
90 Industri penggilingan padi (Menengah) 9 Industri makanan dan minuman (Menengah)
91 Industri penggilingan padi (Besar) 10 Industri makanan dan minuman (Besar)
92 Industri tepung, segala jenis (Kecil) 8 Industri makanan dan minuman (Kecil)
93 Industri tepung, segala jenis (Menengah) 9 Industri makanan dan minuman (Menengah)
94 Industri tepung, segala jenis (Besar) 10 Industri makanan dan minuman (Besar)
95 Industri roti, biscuit, mie, makaroni, dsj (Kecil) 8 Industri makanan dan minuman (Kecil)
96 Industri roti, biskuit, mie, makaroni, dsj (Menengah) 9
Industri makanan dan minuman (Menengah)
97 Industri roti, biscuit, mie, makaroni, dsj (Besar) 10 Industri makanan dan minuman (Besar)
98 Industri gula (Kecil) 8 Industri makanan dan minuman (Kecil)
99 Industri gula (Menengah) 9 Industri makanan dan minuman (Menengah)
100 Industri gula (Besar) 10 Industri makanan dan minuman (Besar)
101 Industri hasil pengolahan kedele (Kecil) 8 Industri makanan dan minuman (Kecil)
102 Industri hasil pengolahan kedele (Menengah) 9 Industri makanan dan minuman (Menengah)
103 Industri hasil pengolahan kedele (Besar) 10 Industri makanan dan minuman (Besar)
104 Industri makanan lainnya (Kecil) 8 Industri makanan dan minuman (Kecil)
105 Industri makanan lainnya (Menengah) 9 Industri makanan dan minuman (Menengah)
106 Industri makanan lainnya (Besar) 10 Industri makanan dan minuman (Besar)
107 Industri minuman (Kecil) 8 Industri makanan dan minuman (Kecil)
108 Industri minuman (Menengah) 9 Industri makanan dan minuman (Menengah)
109 Industri minuman (Besar) 10 Industri makanan dan minuman (Besar)
110 Industri rokok (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
Lampiran 1. Lanjutan
No. Agregasi Sektor Tabel I-O UKM Tahun 2007 No. Agregasi Sektor dalam Penelitian
111 Industri rokok (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
112 Industri rokok (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
113 Industri pemintalan (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
114 Industri pemintalan (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
115 Industri pemintalan (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
116 Industri tekstil dan tekstil jadi kec. pakaian (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
117 Industri tekstil dan tekstil jadi kec. pakaian (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
118 Industri tekstil dan tekstil jadi kec. pakaian (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
119 Industri pakaian jadi dan barang rajutan (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
120 Industri pakaian jadi dan barang rajutan (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
121 Industri pakaian jadi dan barang rajutan (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
122 Industri barang dari kulit dan alas kaki (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
123 Industri barang dari kulit dan alas kaki (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
124 Industri barang dari kulit dan alas kaki (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
125 Industri kayu gergajian dan kayu lapis (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
126 Industri kayu gergajian dan kayu lapis (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
127 Industri kayu gergajian dan kayu lapis (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
128 Industri barang-barang kayu, bambu, dan rotan (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
129 Industri barang-barang kayu, bambu, dan rotan (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
130 Industri barang-barang kayu, bambu, dan rotan (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
131 Industri kertas, barang dari kertas dan karton (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
132 Industri kertas, barang dari kertas dan karton (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
133 Industri kertas, barang dari kertas dan karton (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
134 Industri pupuk, pestisida dan kimia (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
135 Industri pupuk, pestisida dan kimia (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
136 Industri pupuk, pestisida dan kimia (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
137 Industri jamu dan obat-obatan (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
138 Industri jamu obat-obatan (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
139 Industri jamu obat-obatan (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
140 Industri sabun dan bahan pembersih (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
141 Industri sabun dan bahan pembersih (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
142 Industri sabun dan bahan pembersih (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
143 Bensin 14 Barang-barang hasil kilang minyak
144 Minyak Tanah 14 Barang-barang hasil kilang minyak
Lampiran 1. Lanjutan
No. Agregasi Sektor Tabel I-O UKM Tahun 2007 No. Agregasi Sektor dalam Penelitian
145 Minyak Solar 14 Barang-barang hasil kilang minyak
146 Minyak Diesel 14 Barang-barang hasil kilang minyak
147 Minyak Bakar 14 Barang-barang hasil kilang minyak
148 LPG 14 Barang-barang hasil kilang minyak
149 Barang-barang hasil kilang minyak lainnya 14 Barang-barang hasil kilang minyak
150 Gas alam cair (LNG) 15 Gas alam cair (LNG)
151 Industri barang karet dan plastik (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
152 Industri barang karet dan plastik (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
153 Industri barang karet dan plastik (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
154 Industri barang-barang dari tanah liat (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
155 Industri barang-barang dari tanah liat (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
156 Industri barang-barang dari tanah liat (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
157 Industri barang dari kaca dan bahan bukan logam (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
158 Industri barang dari kaca dan bahan bukan logam (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
159 Industri barang dari kaca dan bahan bukan logam (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
160 Industri semen *) 16 Industri semen *)
161 Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **) 17
Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja **)
162 Industri alat dapur, pertukangan, dan pertanian (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
163 Industri alat dapur, pertukangan, dan pertanian (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
164 Industri alat dapur, pertukangan, dan pertanian (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
165 Industri barang dari logam lainnya (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
166 Industri barang dari logam lainnya (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
167 Industri barang dari logam lainnya (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
168 Industri mesin dan alat-alat perlengkapan listrik (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
169 Industri mesin dan alat-alat perlengkapan listrik (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
170 Industri mesin dan alat-alat perlengkapan listrik (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
171 Industri alat pengangkutan dan perbaikan (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
172 Industri alat pengangkutan dan perbaikan (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
173 Industri alat pengangkutan dan perbaikan (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
174 Industri sepeda, becak dan lainnya (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
175 Industri sepeda, becak dan lainnya (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
176 Industri sepeda, becak dan lainnya (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
177 Industri alat ukur dan barang perhiasan (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
Lampiran 1. Lanjutan
No. Agregasi Sektor Tabel I-O UKM Tahun 2007 No. Agregasi Sektor dalam Penelitian
178 Industri alat ukur dan barang perhiasan (Menengah) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
179 Industri alat ukur dan barang perhiasan (Besar) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
180 Industri alat musik, olahraga dan barang lainnya (Kecil) 11 Industri pengolahan lainnya (Kecil)
181 Industri alat musik, olahraga dan barang lainnya (Menengahl) 12 Industri pengolahan lainnya (Menengah)
182 Industri alat musik, olahraga dan barang lainnya (Besarl) 13 Industri pengolahan lainnya (Besar)
183 Listrik **) 18 Listrik, Gas dan air minum **)
184 Gas dan air minum **) 18 Listrik, Gas dan air minum **)
185 Bangunan (Kecil) 19 Bangunan (Kecil)
186 Bangunan (Menengah) 20 Bangunan (Menengah)
187 Bangunan (Besar) 21 Bangunan (Besar)
188 Jasa perdagangan (Kecil) 22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil)
189 Jasa perdagangan (Menengah) 23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah)
190 Jasa perdagangan (Besar) 24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar)
191 Jasa restoran (Kecil) 22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil)
192 Jasa restoran (Menengah) 23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah)
193 Jasa restoran (Besar) 24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar)
194 Jasa hotel (Kecil) 22 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil)
195 Jasa hotel (Menengah) 23 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah)
196 Jasa hotel (Besar) 24 Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Besar)
197 Jasa angkutan kereta api *) 27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar)
198 Jasa angkutan darat (Kecil) 25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil)
199 Jasa angkutan darat (Menengah) 26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah)
200 Jasa angkutan darat (Besar) 27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar)
201 Jasa angkutan laut (Kecil) 25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil)
202 Jasa angkutan laut (Menengah) 26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah)
203 Jasa angkutan laut (Besar) 27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar)
204 Jasa angkutan sungai dan danau (Kecil) 25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil)
205 Jasa angkutan sungai dan danau (Menengah) 26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah)
206 Jasa angkutan sungai dan danau (Besar) 27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar)
207 Jasa angkutan udara *) 27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar)
208 Jasa penunjang angkutan (Kecil) 25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil)
209 Jasa penunjang angkutan (Menengah) 26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah)
210 Jasa penunjang angkutan (Besar) 27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar)
211 Jasa komunikasi (Kecil) 25 Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil)
212 Jasa komunikasi (Menengah) 26 Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah)
Lampiran 1. Lanjutan
No. Agregasi Sektor Tabel I-O UKM Tahun 2007 No. Agregasi Sektor dalam Penelitian
213 Jasa komunikasi (Besar) 27 Jasa angkutan dan komunikasi (Besar)
214 Jasa lembaga keuangan (Kecil) 28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil)
215 Jasa lembaga keuangan (Menengah) 29 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah)
216 Jasa lembaga keuangan (Besar) 30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar)
217 Sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 28 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil)
218 Sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah) 29
Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah)
219 Sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar) 30 Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar)
220 Jasa pemerintahan umum dan pertahanan *) 33 Jasa-jasa (Besar)
221 Jasa sosial kemasyarakatan (Kecil) 31 Jasa-jasa (Kecil)
222 Jasa sosial kemasyarakatan (Menengah) 32 Jasa-jasa (Menengah)
223 Jasa sosial kemasyarakatan (Besar) 33 Jasa-jasa (Besar)
224 Jasa perbengkelan (Kecil) 31 Jasa-jasa (Kecil)
225 Jasa perbengkelan (Menengah) 32 Jasa-jasa (Menengah)
226 Jasa perbengkelan (Besar) 33 Jasa-jasa (Besar)
227 Jasa film dan hiburan (Kecil) 31 Jasa-jasa (Kecil)
228 Jasa film dan hiburan (Menengah) 32 Jasa-jasa (Menengah)
229 Jasa film dan hiburan (Besar) 33 Jasa-jasa (Besar)
230 Jasa perorangan dan rumah tangga (Kecil) 31 Jasa-jasa (Kecil)
231 Jasa perorangan dan rumah tangga (Menengah) 32 Jasa-jasa (Menengah)
232 Jasa perorangan dan rumah tangga (Besar) 33 Jasa-jasa (Besar)
233 Kegiatan yang tak jelas batasannya 31 Jasa-jasa (Kecil)
1800 Jumlah Permintaan Antara 1800 Jumlah Permintaan Antara
1900 Jumlah Input Antara 1900 Jumlah Input Antara
2000 Impor 2000 Impor
2010 Upah dan Gaji 2010 Upah dan Gaji
2020 Surplus Usaha 2020 Surplus Usaha
2030 Penyusutan 2030 Penyusutan
2040 Pajak Tak Langsung 2040 Pajak Tak Langsung
2050 Subsidi 2050 Subsidi
2090 Nilai Tambah Bruto 2090 Nilai Tambah Bruto
2100 Jumlah Input 2100 Jumlah Input
301 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 301 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
302 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 302 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
303 Pembentukan Modal Tetap Bruto 303 Pembentukan Modal Tetap Bruto
304 Perubahan Stok 304 Perubahan Stok
305 Ekspor Barang Dagangan 305 Ekspor Barang Dagangan
306 Ekspor Jasa 306 Ekspor Jasa
309 Jumlah Permintaan Akhir 309 Jumlah Permintaan Akhir
310 Jumlah Permintaan 310 Jumlah Permintaan
401 Impor Barang Dagangan 401 Impor Barang Dagangan
Lampiran 1. Lanjutan
No. Agregasi Sektor Tabel I-O UKM Tahun 2007 No. Agregasi Sektor dalam Penelitian
402 Pajak Penjualan 402 Pajak Penjualan
403 Bea Masuk 403 Bea Masuk
404 Impor Jasa 404 Impor Jasa
409 Jumlah Impor 409 Jumlah Impor
600 Jumlah Output 600 Jumlah Output
700 Jumlah Penyediaan 700 Jumlah Penyediaan
Lampiran 2. Tabel Input-Output UKM Indonesia 2007 (Updating),
Klasifikasi 33 Sektor (Juta Rupiah)
Sektor 1 2 3 4 5 6 7
1 32.429.422 3.298.227 1.748.497 3.574 848 2.464 0
2 2.965.717 661.574 395.836 13.198 3.132 9.097 0
3 1.838.139 497.640 309.256 10.403 2.468 7.170 0
4 152 54 21 10.789 6.786 130.347 0
5 64 20 7 19.464 12.972 285.121 3
6 768 160 13 271.839 309.851 14.269.845 154
7 0 0 0 0 0 0 32.715.885
8 7.099.138 1.414.956 138.895 0 0 0 0
9 3.808.527 762.876 80.366 0 0 0 0
10 28.930.704 5.790.244 590.170 0 0 0 0
11 282.112 97.250 66.876 58.060 15.481 602.240 1.483
12 764.229 113.683 80.174 56.826 14.467 424.040 1.131
13 16.991.654 1.737.503 1.187.072 670.762 164.997 4.322.660 13.612
14 4.283.903 1.003.649 624.988 1.270.020 295.817 1.720.479 5.517
15 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0
18 150.556 48.453 28.992 9.743 4.714 132.293 147
19 1.582.726 604.172 436.333 700.462 165.932 1.095.814 2.627
20 802.463 306.807 222.845 355.705 84.263 690.018 1.334
21 1.196.821 457.583 332.359 530.511 125.673 1.292.103 1.990
22 11.723.870 1.641.577 461.747 659.851 155.175 862.138 2.015
23 3.358.865 444.557 108.136 96.989 24.059 257.413 593
24 771.217 129.058 50.673 52.753 12.534 81.391 143
25 2.272.350 426.473 187.497 465.246 119.840 979.049 4.818
26 1.195.343 214.539 87.906 166.735 43.236 397.010 2.553
27 1.241.538 345.846 235.419 323.760 96.508 2.081.940 8.076
28 251.489 81.063 57.303 160.115 42.829 978.375 12.244
29 1.679.982 327.278 207.331 260.940 67.340 1.308.111 24.486
30 1.937.057 478.505 359.669 238.389 62.783 1.531.584 26.074
31 1.448.984 559.144 384.828 510.320 117.775 982.328 1.726
32 301.121 118.732 81.891 108.437 25.014 207.559 355
33 145.806 44.754 30.964 37.593 8.624 65.981 85
1900 129.454.716 21.606.380 8.496.063 7.062.484 1.983.119 34.716.570 32.827.055
2000 0 0 0 0 0 0 0
2010 104.868.693 14.210.774 7.022.834 8.918.184 2.515.129 31.586.364 24.280.242
2020 337.784.851 31.595.914 15.520.747 12.729.759 3.442.124 59.064.688 275.063.487
2030 9.529.585 2.151.647 1.383.575 2.554.122 660.839 6.829.263 11.022.990
2040 6.226.653 803.017 494.308 790.810 301.732 6.618.632 9.525.375
2050 0 0 0 0 0 0 0
2090 458.409.782 48.761.352 24.421.465 24.992.875 6.919.824 104.098.947 319.892.094
2100 587.864.498 70.367.732 32.917.528 32.055.359 8.902.944 138.815.517 352.719.149
TK 41.815.631.000 756.343.000 36.786.000 576.419.000 29.371.000 17.325.000 57.575.000
Lampiran 2. Lanjutan
Sektor 8 9 10 11 12 13 14
1 70.186.890 88.486.462 58.351.891 3.439.000 5.217.333 26.329.333 0
2 2.074.782 2.423.333 12.293.824 2.584.351 3.478.847 11.548.622 0
3 2.054.512 4.137.361 21.798.032 3.370.961 7.997.150 20.128.716 0
4 24.022 20.375 32.209 783.597 678.563 796.454 2
5 7.681 6.803 11.556 207.636 190.376 279.523 5
6 12.667 17.438 88.562 2.926.140 1.838.695 12.455.540 52
7 53.494 24.312 172.896 7.014.691 1.074.346 51.710.791 86.786.436
8 12.213.219 4.214.258 8.620.493 392.643 171.006 809.960 0
9 12.284.089 4.658.260 10.005.705 336.181 177.564 628.975 0
10 13.294.391 14.262.184 57.661.103 2.307.964 646.867 3.035.423 0
11 137.450 144.655 403.467 8.223.474 9.336.598 29.103.845 110
12 51.701 83.381 123.083 9.713.715 11.243.751 24.156.333 74
13 903.641 1.179.656 3.290.821 49.293.533 56.886.573 377.101.453 1.720
14 347.384 506.499 1.100.489 3.409.169 5.162.358 25.199.009 2.168
15 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 147.578 170.572 220.196 0
17 0 0 0 3.496.165 6.133.419 31.189.412 0
18 138.899 165.482 501.469 3.034.335 3.417.448 14.192.012 275
19 6.294 34.892 17.901 109.321 129.084 486.709 242
20 3.196 17.718 9.091 55.515 65.551 247.158 123
21 4.767 26.426 13.558 82.797 97.765 368.620 183
22 19.352.975 16.899.470 44.094.743 12.738.584 13.986.616 64.696.686 503
23 5.713.164 4.987.260 12.964.317 3.654.446 3.949.539 18.015.059 152
24 1.251.208 1.095.589 2.863.371 856.580 975.335 4.786.620 159
25 1.458.936 1.269.483 3.447.892 4.114.837 4.148.312 21.055.907 9.326
26 816.047 702.662 1.901.009 2.208.335 2.237.234 11.150.198 5.239
27 660.468 677.961 1.942.984 2.742.824 3.285.608 18.476.016 4.017
28 56.896 65.526 163.048 563.360 730.856 4.554.324 109
29 247.339 262.519 804.050 2.141.479 2.794.877 17.092.223 870
30 208.900 330.845 1.065.076 2.251.464 3.659.407 24.323.972 892
31 120.959 129.889 429.871 884.185 1.002.735 6.913.187 757
32 23.277 25.478 86.021 124.375 172.950 1.175.206 146
33 13.168 17.918 63.881 121.922 148.962 940.932 78
1900 143.722.418 146.874.093 244.322.412 133.331.157 151.206.297 823.168.413 86.813.639
2000 0 0 0 0 0 0 0
2010 20.241.909 15.356.966 43.166.452 36.324.155 31.375.845 128.242.017 14.230.316
2020 25.189.128 31.644.012 80.865.456 39.477.202 35.659.504 218.073.233 34.584.108
2030 5.367.262 5.556.149 8.204.679 8.863.702 8.214.651 51.518.884 12.665.492
2040 2.493.227 2.403.489 9.503.963 3.973.839 4.137.837 69.710.032 1.162.283
2050 0 0 0 0 -4.295 -689.191 0
2090 53.291.527 54.960.614 141.740.550 88.638.898 79.392.132 468.233.356 62.642.199
2100 197.013.946 201.834.707 386.062.962 221.970.055 230.598.429 1.291.401.770 149.455.838
TK 2.921.316.000 654.258.000 6.229.790.000 5.505.219.000 1.336.714.000 1.533.184.460 170.129.109
Lampiran 2. Lanjutan
Sektor 15 16 17 18 19 20 21 22
1 52 0 0 13 769.161 509.950 669.495 18.546.736
2 11 0 0 3 3.275.279 1.369.542 2.454.497 2.228.500
3 9 0 0 0 2.374.063 1.323.018 1.783.908 937.039
4 0 846.405 348.561 0 11.674.341 6.588.961 9.112.651 3.488
5 0 281.735 580.173 319.162 2.988.936 1.124.685 1.796.992 1.114
6 0 4.509.657 21.945.052 15.686.694 1.543.183 857.926 1.616.443 0
7 60.536.697 1.539.416 5.094.120 42.856.423 1.257 608 810 0
8 0 0 0 0 0 0 0 8.419.081
9 0 0 0 0 0 0 0 7.204.837
10 0 0 0 0 0 0 0 24.744.080
11 21.827 46.972 257.372 129.733 9.666.610 4.990.262 6.311.792 3.236.665
12 20.526 38.153 78.573 141.800 7.971.937 3.826.116 5.202.352 3.190.659
13 206.402 376.095 4.682.734 2.321.831 41.295.903 23.027.171 40.823.931 18.580.544
14 905.865 860.867 3.509.332 10.507.386 28.228.046 16.276.706 26.960.892 9.516.666
15 5.963.934 0 0 0 0 0 0 0
16 0 151.043 0 0 8.137.989 4.341.524 6.194.633 0
17 0 0 17.339.724 0 18.838.509 14.180.289 22.218.611 0
18 39.878 1.846.519 3.098.439 10.997.762 301.663 151.209 187.392 16.687.504
19 89.779 21.316 42.631 508.172 144.174 72.977 91.342 2.892.903
20 45.591 10.824 21.649 542.614 73.214 37.059 46.385 2.469.059
21 67.996 16.144 32.287 384.876 109.194 55.271 69.180 2.191.005
22 186.660 670.546 1.816.839 2.560.227 37.926.382 15.387.712 20.543.495 49.858.950
23 43.478 159.703 443.069 545.876 7.679.766 3.680.346 4.823.428 13.697.228
24 54.805 69.704 135.742 140.568 2.025.373 1.039.787 1.504.388 6.018.009
25 85.515 242.002 1.720.155 625.096 5.364.147 2.663.659 3.491.719 7.925.450
26 42.254 113.175 937.314 328.864 2.990.144 1.431.897 1.876.880 4.431.403
27 110.084 285.852 1.286.091 484.587 4.060.247 1.956.035 2.779.098 18.363.461
28 79.269 95.044 199.503 509.719 3.822.299 1.826.777 2.385.687 15.690.670
29 151.943 519.283 1.247.611 870.130 9.149.984 4.366.850 5.710.553 25.778.730
30 173.305 529.118 1.234.293 2.181.804 14.567.090 8.282.422 13.592.297 36.793.068
31 239.325 66.888 2.059.236 1.227.911 1.109.803 535.752 704.080 9.211.830
32 50.947 13.369 16.865 258.978 213.265 102.998 135.368 1.633.152
33 17.463 43.618 13.484 112.521 197.768 96.165 128.924 780.001
1900 69.133.614 13.353.446 68.140.850 94.242.751 226.499.726 120.103.674 183.217.224 311.031.833
2000 0 0 0 0 0 0 0 0
2010 2.687.475 2.172.230 6.467.432 9.429.736 64.360.241 33.475.791 55.780.067 102.072.795
2020 77.186.116 3.661.964 13.899.867 19.458.414 59.077.033 26.350.003 35.489.741 290.519.323
2030 7.579.538 1.250.043 3.406.299 16.730.345 11.664.361 6.061.032 10.087.902 22.450.678
2040 337.008 929.124 1.564.499 1.973.120 6.063.661 3.145.803 5.226.222 28.289.381
2050 0 0 0 -12.867.012 0 0 0 0
2090 87.790.137 8.013.360 25.338.097 60.458.626 141.165.295 69.032.628 106.583.931 443.332.177
2100 156.923.751 21.366.806 93.478.947 154.701.377 367.665.021 189.136.303 289.801.156 754.364.010
TK 32.129.836 25.969.872 77.320.723 159.056.000 641.004.000 93.142.000 31.750.000 22.154.793.000
Lampiran 2. Lanjutan
Sektor 23 24 25 26 27 28 29
1 2.707.857 307.645 521.730 329.252 193.184 24.399 25.965
2 406.804 46.942 79.095 50.327 33.168 2.513 2.675
3 153.368 19.897 9.724 6.242 6.574 678 722
4 984 208 0 0 0 0 0
5 314 66 0 0 1.298 0 0
6 0 0 0 0 63.233 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0
8 1.423.392 165.883 1.655.897 1.146.433 842.526 31.196 31.402
9 1.179.031 135.583 2.262.272 1.520.744 1.188.921 25.181 25.186
10 3.965.779 483.522 1.156.845 740.416 718.130 40.063 41.798
11 1.400.928 288.458 482.577 239.293 660.727 420.016 771.586
12 935.821 191.462 394.745 198.381 456.663 327.954 539.793
13 4.642.632 1.072.854 23.476.049 11.880.045 27.806.380 1.950.037 2.908.471
14 3.270.128 909.470 24.944.760 13.275.344 24.908.451 549.112 848.081
15 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 391 1.190 13.313 0 0
18 3.944.561 705.319 658.208 566.700 1.717.172 392.248 1.029.859
19 896.459 183.332 573.290 1.351.224 4.135.844 935.037 788.634
20 455.235 93.099 291.125 936.172 2.850.243 859.061 788.317
21 678.953 138.851 434.194 1.023.380 3.132.374 1.172.713 1.067.202
22 7.855.984 1.210.311 9.179.886 4.559.758 9.156.227 880.099 1.341.189
23 2.099.516 311.520 2.262.388 1.207.882 1.594.448 180.149 295.846
24 1.696.156 477.408 720.804 433.094 1.390.288 165.522 328.540
25 2.047.738 411.661 4.499.028 1.872.328 2.703.028 374.506 874.022
26 1.168.418 232.581 5.146.358 2.605.380 6.216.908 222.700 478.012
27 6.003.845 1.445.432 9.870.815 6.615.990 30.201.956 1.708.975 3.915.086
28 4.169.208 727.437 1.430.626 742.236 3.323.280 641.138 2.058.722
29 7.308.810 1.473.113 4.858.430 2.052.243 7.514.717 3.468.671 10.656.095
30 13.016.773 3.485.359 7.551.764 4.014.825 15.938.767 4.104.751 14.030.653
31 2.692.648 559.012 18.551.467 7.187.939 6.400.708 2.642.463 4.860.255
32 474.121 98.493 3.882.873 1.523.629 1.330.160 598.993 1.061.585
33 374.918 70.520 1.684.914 890.922 1.764.050 1.880.968 2.913.109
1900 74.970.384 15.245.440 126.580.254 66.971.368 156.262.735 23.599.142 51.682.802
2000 0 0 0 0 0 0 0
2010 35.087.609 9.720.963 23.530.821 19.104.336 25.969.529 8.198.049 28.320.416
2020 71.246.687 5.889.340 34.570.110 26.688.054 47.652.652 40.241.305 104.705.305
2030 7.631.519 3.231.383 30.527.205 18.861.796 28.222.038 3.917.999 7.834.753
2040 8.553.825 4.658.297 3.362.042 2.199.814 3.698.157 2.535.409 3.107.649
2050 0 0 -91.550 -27.767 -3.035 0 0
2090 122.519.641 23.499.983 92.081.727 66.881.767 105.545.410 54.892.762 143.968.124
2100 197.490.025 38.745.423 218.661.980 133.853.135 261.808.145 78.491.904 195.650.926
TK 957.487.000 174.595.000 3.379.899.000 153.421.000 87.770.000 2.218.778.000 416.237.000
Lampiran 2. Lanjutan
Sektor 30 31 32 33 1800 301 302
1 31.120 3.174.896 544.357 3.174.207 321.023.961 252.687.445 0
2 3.206 264.697 49.254 251.646 48.970.473 20.212.009 0
3 865 84.852 12.290 61.208 68.926.265 12.307.188 0
4 0 15.498 2.559 21.599 31.098.628 53.424 0
5 0 36.726 6.064 51.159 8.209.655 1.927 0
6 0 369.075 60.936 514.082 79.358.007 0 0
7 0 0 0 0 289.582.181 0 0
8 40.922 1.903.375 335.495 1.343.354 52.413.525 140.331.202 0
9 33.073 1.531.446 265.655 1.213.472 49.327.941 142.617.723 0
10 52.221 4.034.061 834.300 2.815.609 166.145.873 252.559.111 0
11 720.818 4.116.330 737.620 5.107.673 88.080.360 77.018.439 0
12 528.219 3.587.378 693.601 3.459.291 78.610.011 62.881.476 0
13 2.981.839 57.936.380 11.513.918 32.190.106 823.418.977 412.950.780 0
14 894.050 776.667 140.865 6.033.198 218.247.335 27.164.214 0
15 0 0 0 0 5.963.934 46.665.450 0
16 0 0 0 0 19.363.535 0 0
17 0 305.554 60.238 17.779 113.794.594 0 0
18 847.072 4.965.728 777.692 4.245.966 74.985.706 79.715.670 0
19 1.235.787 358.398 63.882 5.147.958 24.905.648 0 0
20 1.011.786 182.000 32.440 4.014.209 17.621.869 0 0
21 1.400.493 271.441 48.382 3.898.922 20.724.012 15.050.868 0
22 1.351.289 16.735.571 3.147.305 22.196.748 393.841.129 259.146.373 0
23 289.551 4.617.871 857.923 4.320.984 102.685.520 55.457.240 0
24 352.464 1.233.472 252.207 4.091.251 35.056.217 33.221.936 0
25 742.286 1.674.010 313.144 3.369.269 80.958.727 114.782.637 0
26 415.948 946.553 176.874 1.971.201 52.860.909 64.819.027 0
27 3.586.860 4.999.481 2.491.117 13.597.304 145.885.283 153.119.678 0
28 1.580.608 2.472.125 545.076 1.179.709 51.196.670 25.657.384 0
29 8.332.702 3.795.076 762.486 3.958.616 129.194.867 53.376.862 0
30 11.676.807 5.599.911 1.761.531 5.012.635 200.021.790 26.977.999 0
31 4.543.767 4.788.681 896.840 12.233.772 93.999.066 171.711.683 0
32 998.870 965.613 186.144 2.607.825 18.603.811 36.686.817 0
33 3.073.724 4.622.776 1.331.638 4.400.306 26.038.456 52.502.120 319.522.504
1900 46.726.349 136.365.642 28.901.831 152.501.058 3.931.114.938 2.589.676.682 319.522.504
2000 0 0 0 0 0
2010 19.924.757 73.568.758 14.933.039 206.862.071 1.224.005.996
2020 77.433.703 55.192.271 10.928.044 1.686.131 2.202.570.274
2030 6.107.825 15.012.389 3.443.434 11.305.877 349.849.256
2040 2.886.329 4.845.332 1.149.998 371.257 203.042.122
2050 0 0 0 0 -13.682.850
2090 106.352.614 148.618.750 30.454.515 220.225.337 3.993.150.498
2100 153.078.963 284.984.392 59.356.346 372.726.395 7.924.265.436
TK 171.632.000 7.757.077.000 281.751.000 48.942.000 100.502.815.000
Lampiran 2. Lanjutan
Sektor 303 304 305 306 309 310 401
1 574.950 81.082 13.525.862 0 266.869.339 587.893.300 0
2 96.745 20.139 1.068.366 0 21.397.259 70.367.731 0
3 12.734 19.388 658.160 0 12.997.469 81.923.734 47.234.169
4 0 -17.903 921.211 0 956.731 32.055.359 0
5 83.816 -3.092 610.637 0 693.288 8.902.943 0
6 12.772.528 58.277 53.581.829 0 66.412.633 145.770.640 6.614.266
7 6.682.950 137.858 102.829.289 0 109.650.097 399.232.278 46.512.598
8 0 14.251 4.254.968 0 144.600.421 197.013.946 0
9 0 11.709 9.877.333 0 152.506.765 201.834.707 0
10 0 3.115 42.897.065 0 295.459.291 461.605.163 66.914.551
11 3.209.813 21.383 53.640.059 0 133.889.695 221.970.055 0
12 10.885.664 19.618 78.201.659 0 151.988.417 230.598.429 0
13 174.026.872 252.195 423.420.919 3.780.094 1.014.430.859 1.837.849.837 441.705.794
14 0 33.019 30.904.224 0 58.101.456 276.348.791 124.067.522
15 0 212.426 104.111.259 0 150.989.135 156.953.069 26.579
16 0 6.243 2.057.955 0 2.064.198 21.427.733 59.974
17 0 89.768 26.454.577 0 26.544.345 140.338.939 42.471.502
18 0 0 0 0 79.715.670 154.701.377 0
19 342.759.373 0 0 0 342.759.373 367.665.021 0
20 171.514.434 0 0 0 171.514.434 189.136.303 0
21 254.026.276 0 0 0 269.077.144 289.801.155 0
22 24.819.177 49.209 62.491.375 14.016.747 360.522.881 754.364.010 0
23 5.767.942 14.548 18.534.959 15.029.815 94.804.505 197.490.025 0
24 1.141.784 3.153 4.221.710 2.043.173 40.631.755 75.687.973 0
25 4.151.902 13.603 15.199.788 3.555.324 137.703.254 218.661.981 0
26 2.329.784 7.633 8.678.261 5.157.520 80.992.225 133.853.135 0
27 1.634.077 5.354 6.352.521 15.108.764 176.220.394 322.105.678 0
28 0 0 0 1.637.850 27.295.234 78.491.905 0
29 0 0 0 13.079.197 66.456.059 195.650.926 0
30 0 0 0 9.468.727 36.446.726 236.468.516 0
31 7.694.196 28 157.794 11.902.168 191.465.869 285.464.935 354.758
32 1.779.153 0 0 2.286.566 40.752.535 59.356.346 0
33 2.796.011 0 0 3.106.018 377.926.653 403.965.108 0
1900 1.028.760.181 1.053.002 1.064.651.777 100.171.963 5.103.836.109 9.034.951.047 775.961.713
Lampiran 2. Lanjutan
Sektor 402 403 404 409 600 700
1 28.802 0 0 28.802 587.864.498 587.893.300
2 0 0 0 0 70.367.731 70.367.731
3 1.768.084 3.954 0 49.006.207 32.917.528 81.923.734
4 0 0 0 0 32.055.359 32.055.359
5 0 0 0 0 8.902.943 8.902.943
6 327.172 13.685 0 6.955.123 138.815.517 145.770.640
7 520 10 0 46.513.129 352.719.149 399.232.278
8 0 0 0 0 197.013.946 197.013.946
9 0 0 0 0 201.834.707 201.834.707
10 8.254.425 373.226 0 75.542.202 386.062.962 461.605.163
11 0 0 0 0 221.970.055 221.970.055
12 0 0 0 0 230.598.429 230.598.429
13 74.535.916 13.970.043 16.236.314 546.448.067 1.291.401.770 1.837.849.837
14 2.818.961 6.471 0 126.892.954 149.455.838 276.348.791
15 2.740 0 0 29.319 156.923.750 156.953.069
16 899 54 0 60.927 21.366.806 21.427.733
17 4.338.049 50.441 0 46.859.992 93.478.946 140.338.939
18 0 0 0 0 154.701.377 154.701.377
19 0 0 0 0 367.665.021 367.665.021
20 0 0 0 0 189.136.303 189.136.303
21 0 0 0 0 289.801.155 289.801.155
22 0 0 0 0 754.364.010 754.364.010
23 0 0 0 0 197.490.025 197.490.025
24 0 0 36.942.550 36.942.550 38.745.423 75.687.973
25 0 0 0 0 218.661.981 218.661.981
26 0 0 0 0 133.853.135 133.853.135
27 0 0 60.297.533 60.297.533 261.808.145 322.105.678
28 0 0 0 0 78.491.905 78.491.905
29 0 0 0 0 195.650.926 195.650.926
30 0 0 83.389.553 83.389.553 153.078.963 236.468.516
31 125.670 115 0 480.543 284.984.392 285.464.935
32 0 0 0 0 59.356.346 59.356.346
33 0 0 31.238.714 31.238.714 372.726.395 403.965.108
1900 92.201.237 14.418.000 228.104.664 1.110.685.614 7.924.265.432 9.034.951.047
2000
2010
2020
2030
2040
2050
2090
2100
TK
Lampiran 3. Matriks Koefisien Input Klasifikasi 33 Sektor
Sektor 1 2 3 4 5 6 7
1 0,0552 0,0469 0,0213 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000
2 0,0050 0,0094 0,0048 0,0004 0,0004 0,0001 0,0000
3 0,0031 0,0071 0,0038 0,0003 0,0003 0,0000 0,0000
4 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0008 0,0009 0,0000
5 0,0000 0,0000 0,0000 0,0006 0,0015 0,0020 0,0000
6 0,0000 0,0000 0,0000 0,0085 0,0348 0,0979 0,0000
7 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0819
8 0,0121 0,0201 0,0017 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
9 0,0065 0,0108 0,0010 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
10 0,0492 0,0823 0,0072 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
11 0,0005 0,0014 0,0008 0,0018 0,0017 0,0041 0,0000
12 0,0013 0,0016 0,0010 0,0018 0,0016 0,0029 0,0000
13 0,0289 0,0247 0,0145 0,0209 0,0185 0,0297 0,0000
14 0,0073 0,0143 0,0076 0,0396 0,0332 0,0118 0,0000
15 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
16 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
17 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
18 0,0003 0,0007 0,0004 0,0003 0,0005 0,0009 0,0000
19 0,0027 0,0086 0,0053 0,0219 0,0186 0,0075 0,0000
20 0,0014 0,0044 0,0027 0,0111 0,0095 0,0047 0,0000
21 0,0020 0,0065 0,0041 0,0165 0,0141 0,0089 0,0000
22 0,0199 0,0233 0,0056 0,0206 0,0174 0,0059 0,0000
23 0,0057 0,0063 0,0013 0,0030 0,0027 0,0018 0,0000
24 0,0013 0,0018 0,0006 0,0016 0,0014 0,0006 0,0000
25 0,0039 0,0061 0,0023 0,0145 0,0135 0,0067 0,0000
26 0,0020 0,0030 0,0011 0,0052 0,0049 0,0027 0,0000
27 0,0021 0,0049 0,0029 0,0101 0,0108 0,0143 0,0000
28 0,0004 0,0012 0,0007 0,0050 0,0048 0,0067 0,0000
29 0,0029 0,0047 0,0025 0,0081 0,0076 0,0090 0,0001
30 0,0033 0,0068 0,0044 0,0074 0,0071 0,0105 0,0001
31 0,0025 0,0079 0,0047 0,0159 0,0132 0,0067 0,0000
32 0,0005 0,0017 0,0010 0,0034 0,0028 0,0014 0,0000
33 0,0002 0,0006 0,0004 0,0012 0,0010 0,0005 0,0000
Lampiran 3. Lanjutan
Sektor 8 9 10 11 12 13 14
1 0,3563 0,4384 0,1264 0,0155 0,0226 0,0143 0,0000
2 0,0105 0,0120 0,0266 0,0116 0,0151 0,0063 0,0000
3 0,0104 0,0205 0,0472 0,0152 0,0347 0,0110 0,0000
4 0,0001 0,0001 0,0001 0,0035 0,0029 0,0004 0,0000
5 0,0000 0,0000 0,0000 0,0009 0,0008 0,0002 0,0000
6 0,0001 0,0001 0,0002 0,0132 0,0080 0,0068 0,0000
7 0,0003 0,0001 0,0004 0,0316 0,0047 0,0281 0,3140
8 0,0620 0,0209 0,0187 0,0018 0,0007 0,0004 0,0000
9 0,0624 0,0231 0,0217 0,0015 0,0008 0,0003 0,0000
10 0,0675 0,0707 0,1249 0,0104 0,0028 0,0017 0,0000
11 0,0007 0,0007 0,0009 0,0370 0,0405 0,0158 0,0000
12 0,0003 0,0004 0,0003 0,0438 0,0488 0,0131 0,0000
13 0,0046 0,0058 0,0071 0,2221 0,2467 0,2052 0,0000
14 0,0018 0,0025 0,0024 0,0154 0,0224 0,0137 0,0000
15 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
16 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007 0,0007 0,0001 0,0000
17 0,0000 0,0000 0,0000 0,0158 0,0266 0,0170 0,0000
18 0,0007 0,0008 0,0011 0,0137 0,0148 0,0077 0,0000
19 0,0000 0,0002 0,0000 0,0005 0,0006 0,0003 0,0000
20 0,0000 0,0001 0,0000 0,0003 0,0003 0,0001 0,0000
21 0,0000 0,0001 0,0000 0,0004 0,0004 0,0002 0,0000
22 0,0982 0,0837 0,0955 0,0574 0,0607 0,0352 0,0000
23 0,0290 0,0247 0,0281 0,0165 0,0171 0,0098 0,0000
24 0,0064 0,0054 0,0062 0,0039 0,0042 0,0026 0,0000
25 0,0074 0,0063 0,0075 0,0185 0,0180 0,0115 0,0000
26 0,0041 0,0035 0,0041 0,0099 0,0097 0,0061 0,0000
27 0,0034 0,0034 0,0042 0,0124 0,0142 0,0101 0,0000
28 0,0003 0,0003 0,0004 0,0025 0,0032 0,0025 0,0000
29 0,0013 0,0013 0,0017 0,0096 0,0121 0,0093 0,0000
30 0,0011 0,0016 0,0023 0,0101 0,0159 0,0132 0,0000
31 0,0006 0,0006 0,0009 0,0040 0,0043 0,0038 0,0000
32 0,0001 0,0001 0,0002 0,0006 0,0008 0,0006 0,0000
33 0,0001 0,0001 0,0001 0,0005 0,0006 0,0005 0,0000
Lampiran 3. Lanjutan
Sektor 15 16 17 18 19 20 21
1 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0021 0,0027 0,0023
2 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0089 0,0072 0,0085
3 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0065 0,0070 0,0062
4 0,0000 0,0395 0,0025 0,0000 0,0318 0,0348 0,0314
5 0,0000 0,0131 0,0041 0,0021 0,0081 0,0059 0,0062
6 0,0000 0,2105 0,1564 0,1014 0,0042 0,0045 0,0056
7 0,3857 0,0718 0,0363 0,2770 0,0000 0,0000 0,0000
8 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
9 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
10 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
11 0,0001 0,0022 0,0018 0,0008 0,0263 0,0264 0,0218
12 0,0001 0,0018 0,0006 0,0009 0,0217 0,0202 0,0180
13 0,0013 0,0176 0,0334 0,0150 0,1123 0,1217 0,1409
14 0,0058 0,0402 0,0250 0,0679 0,0768 0,0861 0,0930
15 0,0380 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
16 0,0000 0,0070 0,0000 0,0000 0,0221 0,0230 0,0214
17 0,0000 0,0000 0,1236 0,0000 0,0512 0,0750 0,0767
18 0,0003 0,0862 0,0221 0,0711 0,0008 0,0008 0,0006
19 0,0006 0,0010 0,0003 0,0033 0,0004 0,0004 0,0003
20 0,0003 0,0005 0,0002 0,0035 0,0002 0,0002 0,0002
21 0,0004 0,0008 0,0002 0,0025 0,0003 0,0003 0,0002
22 0,0012 0,0313 0,0129 0,0165 0,1032 0,0814 0,0709
23 0,0003 0,0075 0,0032 0,0035 0,0209 0,0195 0,0166
24 0,0003 0,0033 0,0010 0,0009 0,0055 0,0055 0,0052
25 0,0005 0,0113 0,0123 0,0040 0,0146 0,0141 0,0120
26 0,0003 0,0053 0,0067 0,0021 0,0081 0,0076 0,0065
27 0,0007 0,0133 0,0092 0,0031 0,0110 0,0103 0,0096
28 0,0005 0,0044 0,0014 0,0033 0,0104 0,0097 0,0082
29 0,0010 0,0242 0,0089 0,0056 0,0249 0,0231 0,0197
30 0,0011 0,0247 0,0088 0,0141 0,0396 0,0438 0,0469
31 0,0015 0,0031 0,0147 0,0079 0,0030 0,0028 0,0024
32 0,0003 0,0006 0,0001 0,0017 0,0006 0,0005 0,0005
33 0,0001 0,0020 0,0001 0,0007 0,0005 0,0005 0,0004
Lampiran 3. Lanjutan
Sektor 22 23 24 25 26 27 28
1 0,0246 0,0137 0,0041 0,0024 0,0025 0,0006 0,0003
2 0,0030 0,0021 0,0006 0,0004 0,0004 0,0001 0,0000
3 0,0012 0,0008 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
4 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
5 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
6 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000
7 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
8 0,0112 0,0072 0,0022 0,0076 0,0086 0,0026 0,0004
9 0,0096 0,0060 0,0018 0,0103 0,0114 0,0037 0,0003
10 0,0328 0,0201 0,0064 0,0053 0,0055 0,0022 0,0005
11 0,0043 0,0071 0,0038 0,0022 0,0018 0,0021 0,0054
12 0,0042 0,0047 0,0025 0,0018 0,0015 0,0014 0,0042
13 0,0246 0,0235 0,0142 0,1074 0,0888 0,0863 0,0248
14 0,0126 0,0166 0,0120 0,1141 0,0992 0,0773 0,0070
15 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
16 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
17 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
18 0,0221 0,0200 0,0093 0,0030 0,0042 0,0053 0,0050
19 0,0038 0,0045 0,0024 0,0026 0,0101 0,0128 0,0119
20 0,0033 0,0023 0,0012 0,0013 0,0070 0,0088 0,0109
21 0,0029 0,0034 0,0018 0,0020 0,0076 0,0097 0,0149
22 0,0661 0,0398 0,0160 0,0420 0,0341 0,0284 0,0112
23 0,0182 0,0106 0,0041 0,0103 0,0090 0,0050 0,0023
24 0,0080 0,0086 0,0063 0,0033 0,0032 0,0043 0,0021
25 0,0105 0,0104 0,0054 0,0206 0,0140 0,0084 0,0048
26 0,0059 0,0059 0,0031 0,0235 0,0195 0,0193 0,0028
27 0,0243 0,0304 0,0191 0,0451 0,0494 0,0938 0,0218
28 0,0208 0,0211 0,0096 0,0065 0,0055 0,0103 0,0082
29 0,0342 0,0370 0,0195 0,0222 0,0153 0,0233 0,0442
30 0,0488 0,0659 0,0460 0,0345 0,0300 0,0495 0,0523
31 0,0122 0,0136 0,0074 0,0848 0,0537 0,0199 0,0337
32 0,0022 0,0024 0,0013 0,0178 0,0114 0,0041 0,0076
33 0,0010 0,0019 0,0009 0,0077 0,0067 0,0055 0,0240
Lampiran 3. Lanjutan
Sektor 29 30 31 32 33
1 0,0001 0,0001 0,0111 0,0092 0,0079
2 0,0000 0,0000 0,0009 0,0008 0,0006
3 0,0000 0,0000 0,0003 0,0002 0,0002
4 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0001
5 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0001
6 0,0000 0,0000 0,0013 0,0010 0,0013
7 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
8 0,0002 0,0002 0,0067 0,0057 0,0033
9 0,0001 0,0001 0,0054 0,0045 0,0030
10 0,0002 0,0002 0,0141 0,0141 0,0070
11 0,0039 0,0030 0,0144 0,0124 0,0126
12 0,0028 0,0022 0,0126 0,0117 0,0086
13 0,0149 0,0126 0,2030 0,1940 0,0797
14 0,0043 0,0038 0,0027 0,0024 0,0149
15 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
16 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
17 0,0000 0,0000 0,0011 0,0010 0,0000
18 0,0053 0,0036 0,0174 0,0131 0,0105
19 0,0040 0,0052 0,0013 0,0011 0,0127
20 0,0040 0,0043 0,0006 0,0005 0,0099
21 0,0055 0,0059 0,0010 0,0008 0,0097
22 0,0069 0,0057 0,0586 0,0530 0,0549
23 0,0015 0,0012 0,0162 0,0145 0,0107
24 0,0017 0,0015 0,0043 0,0042 0,0101
25 0,0045 0,0031 0,0059 0,0053 0,0083
26 0,0024 0,0018 0,0033 0,0030 0,0049
27 0,0200 0,0152 0,0175 0,0420 0,0337
28 0,0105 0,0067 0,0087 0,0092 0,0029
29 0,0545 0,0352 0,0133 0,0128 0,0098
30 0,0717 0,0494 0,0196 0,0297 0,0124
31 0,0248 0,0192 0,0168 0,0151 0,0303
32 0,0054 0,0042 0,0034 0,0031 0,0065
33 0,0149 0,0130 0,0162 0,0224 0,0109
Lampiran 4. Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 33 Sektor
Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8
1 1,0809 0,0854 0,0275 0,0041 0,0036 0,0028 0,0000 0,4666
2 0,0082 1,0142 0,0058 0,0016 0,0014 0,0010 0,0000 0,0193
3 0,0077 0,0141 1,0050 0,0017 0,0016 0,0013 0,0000 0,0213
4 0,0003 0,0008 0,0005 1,0022 0,0024 0,0019 0,0000 0,0004
5 0,0001 0,0002 0,0001 0,0011 1,0019 0,0024 0,0000 0,0001
6 0,0011 0,0017 0,0009 0,0118 0,0408 1,1105 0,0000 0,0017
7 0,0067 0,0107 0,0052 0,0203 0,0178 0,0103 1,0893 0,0091
8 0,0164 0,0264 0,0029 0,0011 0,0010 0,0007 0,0000 1,0793
9 0,0104 0,0168 0,0020 0,0011 0,0010 0,0007 0,0000 0,0772
10 0,0657 0,1064 0,0115 0,0028 0,0025 0,0017 0,0000 0,1249
11 0,0022 0,0040 0,0021 0,0052 0,0049 0,0072 0,0000 0,0037
12 0,0029 0,0039 0,0021 0,0047 0,0044 0,0056 0,0000 0,0032
13 0,0490 0,0519 0,0271 0,0523 0,0479 0,0590 0,0001 0,0435
14 0,0124 0,0224 0,0110 0,0506 0,0437 0,0207 0,0000 0,0149
15 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
16 0,0002 0,0005 0,0003 0,0012 0,0010 0,0006 0,0000 0,0002
17 0,0017 0,0029 0,0016 0,0052 0,0046 0,0034 0,0000 0,0016
18 0,0024 0,0037 0,0014 0,0031 0,0030 0,0031 0,0000 0,0069
19 0,0035 0,0098 0,0058 0,0229 0,0199 0,0092 0,0000 0,0030
20 0,0019 0,0052 0,0030 0,0118 0,0103 0,0059 0,0000 0,0019
21 0,0027 0,0075 0,0044 0,0175 0,0153 0,0106 0,0000 0,0024
22 0,0374 0,0500 0,0122 0,0344 0,0300 0,0158 0,0000 0,1512
23 0,0106 0,0138 0,0031 0,0065 0,0058 0,0043 0,0000 0,0440
24 0,0027 0,0040 0,0012 0,0029 0,0025 0,0015 0,0000 0,0108
25 0,0066 0,0100 0,0036 0,0177 0,0165 0,0098 0,0000 0,0151
26 0,0037 0,0056 0,0019 0,0075 0,0070 0,0048 0,0000 0,0088
27 0,0063 0,0111 0,0051 0,0168 0,0176 0,0214 0,0000 0,0149
28 0,0021 0,0036 0,0016 0,0075 0,0073 0,0091 0,0000 0,0057
29 0,0070 0,0108 0,0048 0,0147 0,0138 0,0150 0,0001 0,0135
30 0,0095 0,0161 0,0079 0,0176 0,0167 0,0194 0,0001 0,0192
31 0,0052 0,0120 0,0062 0,0208 0,0180 0,0111 0,0000 0,0082
32 0,0011 0,0025 0,0013 0,0044 0,0038 0,0023 0,0000 0,0016
33 0,0009 0,0017 0,0009 0,0027 0,0024 0,0018 0,0000 0,0016
TOTAL 1,3695 1,5296 1,1700 1,3755 1,3704 1,3747 1,0897 2,1760
Lampiran 4. Lanjutan
Sektor 9 10 11 12 13 14 15 16
1 0,5163 0,1902 0,0354 0,0429 0,0265 0,0000 0,0002 0,0044
2 0,0199 0,0342 0,0167 0,0205 0,0095 0,0000 0,0001 0,0010
3 0,0302 0,0580 0,0232 0,0431 0,0160 0,0000 0,0001 0,0013
4 0,0004 0,0003 0,0044 0,0039 0,0009 0,0000 0,0001 0,0406
5 0,0001 0,0001 0,0014 0,0013 0,0004 0,0000 0,0000 0,0141
6 0,0016 0,0017 0,0261 0,0234 0,0165 0,0000 0,0001 0,2479
7 0,0088 0,0083 0,0669 0,0432 0,0552 0,3421 0,4392 0,1308
8 0,0348 0,0295 0,0055 0,0046 0,0027 0,0000 0,0001 0,0013
9 1,0341 0,0315 0,0049 0,0041 0,0023 0,0000 0,0001 0,0013
10 0,1236 1,1685 0,0226 0,0152 0,0088 0,0000 0,0002 0,0033
11 0,0035 0,0035 1,0480 0,0526 0,0233 0,0000 0,0003 0,0061
12 0,0033 0,0027 0,0543 1,0605 0,0199 0,0000 0,0003 0,0050
13 0,0448 0,0359 0,3341 0,3710 1,2880 0,0000 0,0032 0,0545
14 0,0150 0,0130 0,0351 0,0441 0,0274 1,0000 0,0065 0,0605
15 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0395 0,0000
16 0,0002 0,0001 0,0009 0,0011 0,0003 0,0000 0,0000 1,0074
17 0,0016 0,0013 0,0275 0,0410 0,0263 0,0000 0,0002 0,0024
18 0,0062 0,0067 0,0237 0,0260 0,0146 0,0000 0,0005 0,0968
19 0,0032 0,0025 0,0029 0,0033 0,0019 0,0000 0,0007 0,0057
20 0,0019 0,0016 0,0019 0,0021 0,0013 0,0000 0,0004 0,0036
21 0,0025 0,0020 0,0024 0,0028 0,0016 0,0000 0,0005 0,0053
22 0,1277 0,1373 0,0925 0,0983 0,0587 0,0000 0,0020 0,0473
23 0,0371 0,0399 0,0260 0,0273 0,0162 0,0000 0,0005 0,0114
24 0,0092 0,0099 0,0070 0,0076 0,0047 0,0000 0,0004 0,0049
25 0,0131 0,0135 0,0282 0,0287 0,0182 0,0000 0,0007 0,0171
26 0,0077 0,0079 0,0161 0,0164 0,0103 0,0000 0,0004 0,0088
27 0,0136 0,0144 0,0277 0,0311 0,0209 0,0000 0,0012 0,0260
28 0,0051 0,0052 0,0079 0,0090 0,0062 0,0000 0,0007 0,0096
29 0,0123 0,0124 0,0238 0,0278 0,0195 0,0000 0,0015 0,0360
30 0,0178 0,0183 0,0310 0,0390 0,0282 0,0000 0,0018 0,0418
31 0,0076 0,0076 0,0141 0,0155 0,0109 0,0000 0,0019 0,0124
32 0,0015 0,0015 0,0025 0,0028 0,0020 0,0000 0,0004 0,0025
33 0,0014 0,0015 0,0027 0,0031 0,0022 0,0000 0,0002 0,0044
TOTAL 2,1061 1,8611 2,0176 2,1135 1,7416 1,3424 1,5040 1,9157
Lampiran 4. Lanjutan
Sektor 17 18 19 20 21 22 23 24
1 0,0038 0,0026 0,0154 0,0151 0,0142 0,0499 0,0307 0,0103
2 0,0009 0,0006 0,0121 0,0104 0,0116 0,0060 0,0043 0,0016
3 0,0013 0,0008 0,0110 0,0116 0,0107 0,0055 0,0040 0,0016
4 0,0034 0,0006 0,0334 0,0366 0,0331 0,0007 0,0007 0,0004
5 0,0053 0,0026 0,0090 0,0069 0,0071 0,0002 0,0002 0,0001
6 0,2026 0,1222 0,0254 0,0307 0,0318 0,0047 0,0044 0,0022
7 0,0706 0,3539 0,0479 0,0528 0,0552 0,0201 0,0204 0,0115
8 0,0011 0,0007 0,0033 0,0029 0,0027 0,0158 0,0105 0,0035
9 0,0010 0,0007 0,0030 0,0026 0,0024 0,0140 0,0091 0,0030
10 0,0025 0,0019 0,0098 0,0087 0,0081 0,0483 0,0304 0,0103
11 0,0055 0,0032 0,0340 0,0342 0,0295 0,0081 0,0109 0,0059
12 0,0035 0,0029 0,0289 0,0275 0,0250 0,0076 0,0081 0,0043
13 0,0746 0,0374 0,1880 0,1997 0,2200 0,0624 0,0609 0,0345
14 0,0407 0,0793 0,0961 0,1058 0,1119 0,0261 0,0295 0,0189
15 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
16 0,0002 0,0003 0,0226 0,0234 0,0218 0,0004 0,0004 0,0002
17 1,1433 0,0020 0,0643 0,0916 0,0937 0,0029 0,0029 0,0016
18 0,0299 1,0785 0,0122 0,0124 0,0118 0,0291 0,0260 0,0123
19 0,0030 0,0051 1,0038 0,0038 0,0035 0,0063 0,0069 0,0037
20 0,0020 0,0049 0,0025 1,0025 0,0023 0,0052 0,0041 0,0022
21 0,0031 0,0044 0,0033 0,0033 1,0031 0,0052 0,0057 0,0031
22 0,0266 0,0259 0,1336 0,1107 0,0991 1,0917 0,0604 0,0256
23 0,0067 0,0059 0,0289 0,0272 0,0241 0,0250 1,0161 0,0066
24 0,0022 0,0018 0,0086 0,0084 0,0080 0,0105 0,0107 1,0073
25 0,0182 0,0069 0,0234 0,0231 0,0209 0,0155 0,0148 0,0077
26 0,0103 0,0038 0,0136 0,0131 0,0119 0,0095 0,0093 0,0048
27 0,0200 0,0091 0,0270 0,0260 0,0245 0,0371 0,0428 0,0259
28 0,0051 0,0060 0,0169 0,0158 0,0139 0,0258 0,0255 0,0119
29 0,0177 0,0115 0,0422 0,0398 0,0356 0,0481 0,0502 0,0266
30 0,0210 0,0229 0,0643 0,0675 0,0694 0,0695 0,0856 0,0567
31 0,0233 0,0123 0,0147 0,0146 0,0136 0,0212 0,0224 0,0121
32 0,0015 0,0026 0,0028 0,0027 0,0025 0,0040 0,0042 0,0023
33 0,0017 0,0019 0,0036 0,0036 0,0033 0,0044 0,0055 0,0030
TOTAL 1,7526 1,8153 2,0061 2,0349 2,0266 1,6810 1,6177 1,3217
Lampiran 4. Lanjutan
Sektor 25 26 27 28 29 30 31 32
1 0,0232 0,0222 0,0116 0,0057 0,0038 0,0031 0,0322 0,0288
2 0,0032 0,0030 0,0023 0,0014 0,0009 0,0008 0,0049 0,0047
3 0,0041 0,0037 0,0030 0,0018 0,0012 0,0010 0,0064 0,0061
4 0,0006 0,0012 0,0015 0,0016 0,0007 0,0007 0,0006 0,0006
5 0,0002 0,0003 0,0004 0,0004 0,0002 0,0002 0,0004 0,0004
6 0,0042 0,0041 0,0044 0,0033 0,0023 0,0018 0,0088 0,0078
7 0,0552 0,0489 0,0425 0,0120 0,0088 0,0070 0,0243 0,0230
8 0,0118 0,0122 0,0051 0,0018 0,0012 0,0010 0,0104 0,0092
9 0,0144 0,0149 0,0062 0,0016 0,0011 0,0009 0,0088 0,0078
10 0,0160 0,0150 0,0082 0,0041 0,0027 0,0022 0,0257 0,0251
11 0,0093 0,0079 0,0078 0,0101 0,0072 0,0057 0,0227 0,0206
12 0,0079 0,0068 0,0063 0,0083 0,0056 0,0045 0,0200 0,0190
13 0,1939 0,1601 0,1520 0,0690 0,0463 0,0377 0,2932 0,2840
14 0,1327 0,1173 0,0989 0,0187 0,0126 0,0105 0,0180 0,0192
15 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
16 0,0003 0,0007 0,0009 0,0010 0,0004 0,0004 0,0003 0,0003
17 0,0053 0,0059 0,0063 0,0052 0,0027 0,0025 0,0086 0,0083
18 0,0109 0,0108 0,0112 0,0095 0,0088 0,0063 0,0263 0,0216
19 0,0054 0,0126 0,0160 0,0139 0,0059 0,0066 0,0034 0,0037
20 0,0033 0,0088 0,0111 0,0125 0,0055 0,0053 0,0023 0,0025
21 0,0043 0,0098 0,0124 0,0168 0,0073 0,0072 0,0029 0,0031
22 0,0735 0,0620 0,0527 0,0285 0,0187 0,0154 0,0900 0,0842
23 0,0187 0,0163 0,0110 0,0066 0,0045 0,0036 0,0246 0,0227
24 0,0063 0,0059 0,0068 0,0039 0,0030 0,0025 0,0073 0,0073
25 1,0276 0,0201 0,0144 0,0087 0,0074 0,0054 0,0134 0,0129
26 0,0290 1,0243 0,0247 0,0056 0,0046 0,0035 0,0081 0,0082
27 0,0638 0,0659 1,1138 0,0325 0,0293 0,0222 0,0315 0,0584
28 0,0122 0,0105 0,0154 1,0117 0,0136 0,0090 0,0137 0,0144
29 0,0369 0,0281 0,0376 0,0554 1,0653 0,0431 0,0265 0,0267
30 0,0572 0,0500 0,0722 0,0691 0,0875 1,0609 0,0393 0,0507
31 0,0971 0,0637 0,0303 0,0413 0,0320 0,0244 1,0253 0,0244
32 0,0203 0,0134 0,0063 0,0092 0,0069 0,0053 0,0051 1,0050
33 0,0125 0,0103 0,0092 0,0276 0,0185 0,0156 0,0189 0,0254
TOTAL 1,9613 1,8368 1,8024 1,4987 1,4164 1,3164 1,8239 1,8359
Lampiran 4. Lanjutan
Sektor 33 TOTAL
1 0,0218 2,7814
2 0,0033 1,2255
3 0,0039 1,3025
4 0,0015 1,1771
5 0,0005 1,0579
6 0,0065 1,9529
7 0,0212 3,1393
8 0,0063 1,3057
9 0,0058 1,2845
10 0,0157 1,8927
11 0,0189 1,4084
12 0,0142 1,3734
13 0,1433 4,7194
14 0,0307 2,3441
15 0,0000 1,0395
16 0,0009 1,0885
17 0,0065 1,5749
18 0,0174 1,5330
19 0,0148 1,2126
20 0,0114 1,1413
21 0,0114 1,1838
22 0,0811 2,9745
23 0,0175 1,5128
24 0,0127 1,1825
25 0,0142 1,4536
26 0,0090 1,3003
27 0,0471 1,9051
28 0,0076 1,3097
29 0,0212 1,8255
30 0,0303 2,2584
31 0,0380 1,6624
32 0,0080 1,1322
33 1,0134 1,2059
TOTAL 1,6561 55,4611
Lampiran 5. Matriks Kebalikan Leontif Tertutup Klasifikasi 33 Sektor
Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8
1 1,0943 0,1014 0,0340 0,0236 0,0235 0,0191 0,0040 0,4825
2 0,0095 1,0157 0,0064 0,0034 0,0033 0,0025 0,0004 0,0207
3 0,0091 0,0158 1,0057 0,0037 0,0036 0,0030 0,0004 0,0230
4 0,0004 0,0009 0,0005 1,0023 0,0025 0,0020 0,0000 0,0005
5 0,0001 0,0002 0,0001 0,0011 1,0020 0,0024 0,0000 0,0002
6 0,0018 0,0026 0,0012 0,0128 0,0419 1,1113 0,0002 0,0025
7 0,0100 0,0147 0,0068 0,0252 0,0227 0,0143 1,0903 0,0131
8 0,0212 0,0321 0,0052 0,0081 0,0081 0,0065 0,0014 1,0850
9 0,0152 0,0225 0,0043 0,0080 0,0081 0,0065 0,0014 0,0829
10 0,0758 0,1185 0,0164 0,0175 0,0174 0,0139 0,0030 0,1369
11 0,0051 0,0074 0,0034 0,0094 0,0092 0,0107 0,0009 0,0072
12 0,0053 0,0068 0,0033 0,0083 0,0080 0,0085 0,0007 0,0061
13 0,0694 0,0763 0,0369 0,0820 0,0781 0,0838 0,0061 0,0679
14 0,0155 0,0261 0,0125 0,0551 0,0483 0,0244 0,0009 0,0186
15 0,0013 0,0015 0,0006 0,0019 0,0019 0,0016 0,0004 0,0015
16 0,0002 0,0006 0,0003 0,0012 0,0011 0,0006 0,0000 0,0002
17 0,0023 0,0036 0,0019 0,0061 0,0055 0,0042 0,0002 0,0023
18 0,0056 0,0075 0,0029 0,0077 0,0077 0,0069 0,0009 0,0107
19 0,0039 0,0102 0,0059 0,0234 0,0204 0,0097 0,0001 0,0034
20 0,0021 0,0054 0,0031 0,0122 0,0107 0,0062 0,0001 0,0022
21 0,0034 0,0083 0,0048 0,0185 0,0163 0,0115 0,0002 0,0032
22 0,0496 0,0645 0,0180 0,0520 0,0479 0,0305 0,0036 0,1657
23 0,0135 0,0172 0,0045 0,0107 0,0102 0,0078 0,0009 0,0475
24 0,0041 0,0056 0,0018 0,0048 0,0045 0,0031 0,0004 0,0124
25 0,0106 0,0148 0,0055 0,0235 0,0225 0,0147 0,0012 0,0199
26 0,0062 0,0085 0,0031 0,0110 0,0106 0,0077 0,0007 0,0117
27 0,0124 0,0184 0,0081 0,0257 0,0266 0,0288 0,0018 0,0222
28 0,0035 0,0052 0,0022 0,0095 0,0093 0,0108 0,0004 0,0074
29 0,0101 0,0144 0,0063 0,0191 0,0183 0,0187 0,0010 0,0172
30 0,0128 0,0200 0,0094 0,0223 0,0215 0,0233 0,0011 0,0231
31 0,0111 0,0191 0,0091 0,0293 0,0267 0,0182 0,0018 0,0152
32 0,0023 0,0040 0,0019 0,0062 0,0056 0,0038 0,0004 0,0031
33 0,0027 0,0038 0,0017 0,0052 0,0050 0,0039 0,0005 0,0037
2010 0,2392 0,2853 0,1146 0,3469 0,3537 0,2896 0,0708 0,2843
Lampiran 5. Lanjutan
Sektor 9 10 11 12 13 14 15 16
1 0,5304 0,2025 0,0518 0,0582 0,0352 0,0043 0,0031 0,0181
2 0,0213 0,0354 0,0183 0,0220 0,0103 0,0004 0,0003 0,0023
3 0,0316 0,0592 0,0249 0,0447 0,0169 0,0004 0,0004 0,0027
4 0,0005 0,0004 0,0045 0,0040 0,0010 0,0000 0,0001 0,0407
5 0,0002 0,0001 0,0014 0,0014 0,0005 0,0000 0,0000 0,0141
6 0,0024 0,0023 0,0270 0,0242 0,0170 0,0002 0,0003 0,2486
7 0,0123 0,0113 0,0710 0,0470 0,0574 0,3432 0,4399 0,1342
8 0,0398 0,0339 0,0113 0,0100 0,0058 0,0015 0,0011 0,0062
9 1,0392 0,0359 0,0107 0,0095 0,0054 0,0015 0,0011 0,0061
10 0,1342 1,1778 0,0348 0,0266 0,0153 0,0033 0,0023 0,0136
11 0,0066 0,0061 1,0515 0,0559 0,0251 0,0009 0,0009 0,0090
12 0,0059 0,0049 0,0573 1,0632 0,0215 0,0008 0,0008 0,0075
13 0,0663 0,0546 0,3590 0,3942 1,3012 0,0066 0,0076 0,0753
14 0,0182 0,0159 0,0389 0,0477 0,0294 1,0010 0,0072 0,0637
15 0,0014 0,0012 0,0016 0,0015 0,0008 0,0004 1,0398 0,0013
16 0,0002 0,0002 0,0010 0,0011 0,0003 0,0000 0,0000 1,0075
17 0,0023 0,0019 0,0283 0,0417 0,0267 0,0002 0,0003 0,0031
18 0,0096 0,0096 0,0276 0,0296 0,0167 0,0010 0,0011 0,1001
19 0,0035 0,0028 0,0033 0,0037 0,0021 0,0001 0,0007 0,0060
20 0,0022 0,0018 0,0022 0,0024 0,0014 0,0001 0,0004 0,0039
21 0,0032 0,0026 0,0033 0,0035 0,0021 0,0002 0,0007 0,0060
22 0,1404 0,1484 0,1073 0,1121 0,0665 0,0039 0,0046 0,0597
23 0,0402 0,0426 0,0296 0,0307 0,0181 0,0009 0,0011 0,0144
24 0,0106 0,0111 0,0087 0,0092 0,0056 0,0004 0,0007 0,0062
25 0,0174 0,0172 0,0332 0,0333 0,0208 0,0013 0,0016 0,0212
26 0,0102 0,0101 0,0190 0,0192 0,0119 0,0008 0,0009 0,0113
27 0,0201 0,0200 0,0351 0,0380 0,0249 0,0020 0,0025 0,0323
28 0,0065 0,0065 0,0095 0,0105 0,0070 0,0004 0,0010 0,0110
29 0,0155 0,0152 0,0275 0,0313 0,0215 0,0010 0,0021 0,0391
30 0,0212 0,0213 0,0349 0,0427 0,0303 0,0011 0,0025 0,0451
31 0,0138 0,0130 0,0212 0,0222 0,0147 0,0019 0,0031 0,0184
32 0,0028 0,0026 0,0040 0,0043 0,0028 0,0004 0,0007 0,0038
33 0,0033 0,0031 0,0049 0,0052 0,0033 0,0006 0,0006 0,0062
2010 0,2517 0,2186 0,2906 0,2717 0,1540 0,0772 0,0506 0,2433
Lampiran 5. Lanjutan
Sektor 17 18 19 20 21 22 23 24
1 0,0122 0,0111 0,0328 0,0325 0,0324 0,0629 0,0457 0,0202
2 0,0017 0,0014 0,0137 0,0120 0,0133 0,0072 0,0057 0,0025
3 0,0022 0,0017 0,0128 0,0134 0,0126 0,0069 0,0055 0,0026
4 0,0034 0,0007 0,0335 0,0367 0,0332 0,0007 0,0008 0,0004
5 0,0053 0,0026 0,0090 0,0069 0,0072 0,0003 0,0003 0,0001
6 0,2030 0,1227 0,0263 0,0316 0,0328 0,0054 0,0052 0,0027
7 0,0727 0,3561 0,0522 0,0571 0,0596 0,0233 0,0241 0,0140
8 0,0040 0,0037 0,0095 0,0091 0,0092 0,0205 0,0158 0,0070
9 0,0040 0,0037 0,0091 0,0088 0,0089 0,0186 0,0144 0,0066
10 0,0088 0,0083 0,0228 0,0218 0,0217 0,0581 0,0417 0,0177
11 0,0073 0,0050 0,0378 0,0379 0,0334 0,0109 0,0141 0,0080
12 0,0050 0,0045 0,0321 0,0307 0,0283 0,0100 0,0109 0,0061
13 0,0873 0,0503 0,2144 0,2262 0,2476 0,0823 0,0838 0,0495
14 0,0426 0,0813 0,1001 0,1098 0,1161 0,0291 0,0330 0,0212
15 0,0008 0,0008 0,0017 0,0017 0,0017 0,0012 0,0014 0,0009
16 0,0002 0,0004 0,0226 0,0234 0,0218 0,0004 0,0004 0,0002
17 1,1437 0,0024 0,0652 0,0924 0,0946 0,0035 0,0036 0,0021
18 0,0318 1,0805 0,0163 0,0165 0,0161 0,0322 0,0296 0,0147
19 0,0032 0,0054 1,0043 0,0042 0,0040 0,0066 0,0073 0,0040
20 0,0021 0,0050 0,0029 1,0028 0,0026 0,0054 0,0044 0,0024
21 0,0035 0,0048 0,0042 0,0042 1,0040 0,0058 0,0065 0,0036
22 0,0341 0,0335 0,1493 0,1264 0,1154 1,1035 0,0739 0,0346
23 0,0085 0,0077 0,0327 0,0310 0,0280 0,0279 1,0193 0,0088
24 0,0031 0,0026 0,0103 0,0102 0,0098 0,0118 0,0122 1,0083
25 0,0207 0,0095 0,0286 0,0284 0,0263 0,0194 0,0193 0,0107
26 0,0118 0,0054 0,0168 0,0163 0,0151 0,0118 0,0120 0,0066
27 0,0238 0,0130 0,0349 0,0339 0,0327 0,0431 0,0497 0,0304
28 0,0059 0,0068 0,0187 0,0175 0,0158 0,0272 0,0270 0,0129
29 0,0196 0,0134 0,0461 0,0438 0,0398 0,0510 0,0536 0,0288
30 0,0230 0,0250 0,0685 0,0717 0,0738 0,0726 0,0892 0,0591
31 0,0269 0,0160 0,0224 0,0223 0,0216 0,0269 0,0290 0,0165
32 0,0023 0,0034 0,0044 0,0043 0,0041 0,0052 0,0056 0,0032
33 0,0028 0,0031 0,0059 0,0059 0,0057 0,0061 0,0075 0,0043
2010 0,1483 0,1513 0,3083 0,3101 0,3224 0,2317 0,2673 0,1764
Lampiran 5. Lanjutan
Sektor 25 26 27 28 29 30 31 32
1 0,0365 0,0366 0,0216 0,0164 0,0159 0,0108 0,0534 0,0498
2 0,0045 0,0044 0,0032 0,0024 0,0020 0,0015 0,0069 0,0066
3 0,0055 0,0052 0,0040 0,0029 0,0024 0,0018 0,0086 0,0082
4 0,0007 0,0013 0,0015 0,0016 0,0008 0,0007 0,0008 0,0008
5 0,0002 0,0004 0,0004 0,0004 0,0002 0,0002 0,0004 0,0004
6 0,0049 0,0049 0,0050 0,0039 0,0029 0,0022 0,0099 0,0090
7 0,0585 0,0524 0,0450 0,0147 0,0118 0,0089 0,0296 0,0282
8 0,0165 0,0174 0,0086 0,0056 0,0055 0,0037 0,0179 0,0167
9 0,0191 0,0200 0,0097 0,0054 0,0054 0,0037 0,0163 0,0153
10 0,0260 0,0258 0,0157 0,0121 0,0118 0,0080 0,0416 0,0408
11 0,0121 0,0110 0,0099 0,0124 0,0099 0,0074 0,0273 0,0251
12 0,0104 0,0094 0,0081 0,0102 0,0078 0,0059 0,0239 0,0228
13 0,2141 0,1819 0,1672 0,0852 0,0648 0,0495 0,3254 0,3159
14 0,1358 0,1206 0,1012 0,0212 0,0154 0,0123 0,0229 0,0241
15 0,0013 0,0014 0,0010 0,0010 0,0012 0,0007 0,0020 0,0020
16 0,0004 0,0008 0,0009 0,0010 0,0005 0,0005 0,0003 0,0003
17 0,0059 0,0066 0,0068 0,0057 0,0033 0,0028 0,0096 0,0093
18 0,0140 0,0141 0,0136 0,0120 0,0117 0,0081 0,0313 0,0265
19 0,0057 0,0129 0,0162 0,0141 0,0062 0,0068 0,0040 0,0042
20 0,0035 0,0090 0,0113 0,0126 0,0057 0,0055 0,0026 0,0028
21 0,0050 0,0105 0,0129 0,0173 0,0079 0,0076 0,0039 0,0041
22 0,0855 0,0750 0,0617 0,0382 0,0297 0,0224 0,1091 0,1031
23 0,0216 0,0195 0,0132 0,0089 0,0071 0,0053 0,0292 0,0273
24 0,0076 0,0073 0,0078 0,0050 0,0042 0,0033 0,0094 0,0094
25 1,0315 0,0244 0,0174 0,0119 0,0110 0,0078 0,0198 0,0192
26 0,0314 1,0269 0,0265 0,0076 0,0068 0,0049 0,0120 0,0120
27 0,0699 0,0725 1,1183 0,0374 0,0349 0,0257 0,0411 0,0680
28 0,0136 0,0119 0,0164 1,0128 0,0148 0,0098 0,0158 0,0165
29 0,0400 0,0314 0,0399 0,0579 1,0681 0,0448 0,0313 0,0315
30 0,0604 0,0534 0,0746 0,0717 0,0904 1,0628 0,0444 0,0558
31 0,1030 0,0700 0,0347 0,0460 0,0374 0,0278 1,0346 0,0336
32 0,0215 0,0148 0,0072 0,0102 0,0081 0,0060 0,0070 1,0069
33 0,0142 0,0122 0,0105 0,0290 0,0201 0,0166 0,0217 0,0282
2010 0,2365 0,2553 0,1779 0,1899 0,2162 0,1378 0,3766 0,3729
Lampiran 5. Lanjutan
Sektor 33 301
1 0,0575 0,0600
2 0,0067 0,0056
3 0,0076 0,0062
4 0,0017 0,0003
5 0,0006 0,0001
6 0,0084 0,0032
7 0,0301 0,0149
8 0,0190 0,0214
9 0,0185 0,0214
10 0,0425 0,0450
11 0,0266 0,0129
12 0,0207 0,0109
13 0,1976 0,0913
14 0,0390 0,0139
15 0,0034 0,0057
16 0,0010 0,0002
17 0,0082 0,0028
18 0,0258 0,0142
19 0,0157 0,0015
20 0,0121 0,0011
21 0,0132 0,0030
22 0,1133 0,0542
23 0,0253 0,0130
24 0,0162 0,0060
25 0,0249 0,0180
26 0,0155 0,0108
27 0,0634 0,0273
28 0,0112 0,0060
29 0,0294 0,0137
30 0,0389 0,0145
31 0,0536 0,0263
32 0,0113 0,0056
33 1,0181 0,0079
2010 0,6350 1,0671
Lampiran 6. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor
Usaha Kecil dan Menengah Indonesia Tahun 2007 (Juta
Rupiah) Sektor
Permintaan Antara Permintaan Akhir Permintaan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
31. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Kecil) 321.023.961 8,17 266.869.339 5,23 587.893.300 6,51
32. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Menengah) 48.970.473 1,25 21.397.259 0,42 70.367.731 0,78
33. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (Besar) 68.926.265 1,75 12.997.469 0,25 81.923.734 0,91
34. Penambangan dan Penggalian (Kecil) 31.098.628 0,79 956.731 0,02 32.055.359 0,35
35. Penambangan dan Penggalian (Menengah) 8.209.655 0,21 693.288 0,01 8.902.943 0,10
36. Penambangan dan Penggalian (Besar) 79.358.007 2,02 66.412.633 1,30 145.770.640 1,61
37. Penambangan minyak, gas dan panas bumi 289.582.181 7,37 109.650.097 2,15 399.232.276 4,42
38. Industri Makanan dan Minuman (Kecil) 52.413.525 1,33 144.600.421 2,83 197.013.946 2,18
39. Industri Makanan dan Minuman (Menengah) 49.327.941 1,25 152.506.765 2,99 201.834.707 2,23
40. Industri Makanan dan Minuman (Besar) 166.145.873 4,23 295.459.291 5,79 461.605.163 5,11
41. Industri Pengolahan lainnya (Kecil) 88.080.360 2,24 133.889.695 2,62 221.970.055 2,46
42. Industri Pengolahan lainnya (Menengah) 78.610.011 2,00 151.988.417 2,98 230.598.429 2,55
43. Industri Pengolahan lainnya (Besar) 823.418.977 20,95 1.014.430.859 19,88 1.837.849.837 20,34
44. Barang-barang Hasil Kilang Minyak 218.247.335 5,55 58.101.456 1,14 276.348.791 3,06
45. Gas Alam Cair (LNG) 5.963.934 0,15 150.989.135 2,96 156.953.069 1,74
46. Industri Semen 19.363.535 0,49 2.064.198 0,04 21.427.733 0,24
47. Industri logam dasar besi, baja dan logam bukan besi/baja
113.794.594
2,89
26.544.345
0,52
140.338.939
1,55
48. Listrik, Gas dan Air minum 74.985.706 1,91 79.715.670 1,56 154.701.377 1,71
49. Bangunan (Kecil) 24.905.648 0,63 342.759.373 6,72 367.665.021 4,07
50. Bangunan (Menengah) 17.621.869 0,45 171.514.434 3,36 189.136.303 2,09
51. Bangunan (Besar) 20.724.012 0,53 269.077.144 5,27 289.801.155 3,21
52. Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Kecil) 393.841.129 10,02 360.522.881 7,06 754.364.010 8,35
53. Jasa perdagangan, hotel dan restoran (Menengah) 102.685.520 2,61 94.804.505 1,86 197.490.025 2,19
25. Jasa angkutan dan komunikasi (Kecil) 80.958.727 2,06 137.703.254 2,70 218.661.981 2,42
26. Jasa angkutan dan komunikasi (Menengah) 52.860.909 1,34 80.992.225 1,59 133.853.135 1,48
27. Jasa angkutan dan komunikasi (Besar) 145.885.283 3,71 176.220.394 3,45 322.105.678 3,57
28. Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Kecil) 51.196.670 1,30 27.295.234 0,53 78.491.905 0,87
29. Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Menengah)
129.194.867
3,29
66.456.059
1,30
195.650.926
2,17
30. Jasa lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan (Besar)
200.021.790
5,09
36.446.726
0,71
236.468.516
2,62
31. Jasa-jasa lainnya (Kecil) 93.999.066 2,39 191.465.869 3,75 285.464.935 3,16
32. Jasa-jasa lainnya (Menengah) 18.603.811 0,47 40.752.535 0,80 59.356.346 0,66
33. Jasa-jasa lainnya (Besar) 26.038.456 0,66 377.926.653 7,40 403.965.108 4,47
Total 3.931.114.938 100,00 5.103.836.109 100,00 9.034.951.047 100,00
Sumber: Tabel Input-Output UKM Indonesia Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 33 Sektor (diolah)