Post on 20-Oct-2021
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO (PDRB) TERHADAP
PENGANGGURAN SEBELUM DAN SESUDAH
TSUNAMI DI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
ROMA FIADI
NIM : 07C20101135
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
iii
ABSTRAK
Roma Fiadi. Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap
Pengangguran Sebelum dan Sesudah Tsunami di Kabupaten Aceh Barat. Di bawah
bimbingan Yayuk EW dan Yenny Ertika
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh PDRB Terhadap
Pengangguran Sebelum dan Sesudah Tsunami di Kabupaten Aceh Barat. Data yang
diperoleh yaitu dari kantor Badan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh
Barat. Untuk mengetahui hal tersebut, penulis menggunakan analisis regresi
sederhana, koefisien korelasi, koefisien diterminasi, uji t yang diolah dengan
menggunakan Software Statistical Programe and Service Solution (SPSS) versi 18.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh nilai kontanta sebesar 11,561,
koefisien Determinasi sebesar 0,665 Artinya pengaruh yang ditimbulkan oleh PDRB
terhadap Pengangguran sebelum dan sesudah Tsunami sebesar 66,5 persen sedangkan
sisanya 33,5 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
Pembuktian yang dilakukan dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi berpengaruh nyata terhadap pengangguran sebelum dan
sesudah tsunami.
Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
dan Pengangguran
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi yang sedang berjalan di Negara-nagara sedang
berkembang, masalah pengangguran yang semakin bertambah jumlahnya merupakan
masalah yang lebih rumit dan lebih serius dari pada masalah perubahan dalam
distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan
terendah. Keadaan di Negara-negara sedang berkembang dalam beberapa dasawarsa
ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang talah tercipta tidak sanggup
menyediakan kesempatan kerja yang lebih cepat daripada pertumbuhan penduduk
yang berlaku. Pertambahan tenaga kerja ternyata tidak dapat diimbangi oleh
pertambahan kesempatan kerja yang diciptakan oleh kegiatan-kegiatan ekonomi yang
baru, terutama oleh pertumbuhan kegiatan disektor industri. Tenega kerja baru yang
tidak dapat memperoleh pekerjaan telah memperbesar jumlah pengangguran yang
telah terjadi pada masa-masa sebelumnya. Oleh kaerena itu, masalah pengangguran
yang dihadapi dari tahun ke tahun semakin lama semakin bertambah serius.
Fungsi kapital yang menaikkan produktifitas dalam pertumbuhan ekonomi
jangka panjang selain berwujud pabrik-pabrik dan perlengkapan lainnya, juga dapat
berupa himan kapital. kapital sebagai alat pendorong perkembangan ekonomi, yang
dapat dipergunakan langsung naupun tidak langsung dalam produksi untuk
menambah output, meliputi investasi dalam pengtahuan teknik/perbaikan dalam
pendidikan, kesehatan dan keahlian . Keadaan kapital di Negara seadang berkembang
2
pada umumnya relatif jarang, karena tingkat akumulasi kapital yang rendah hal ini
dapat terjadi karena adanya suatu lingkaran satan. Di Negara sedang berkembang
pendapatan rendah, apabila ada tabungan jumlahnya sedikit. Konsumsi rendah dan
pada tingkat yang subsisten, sihingga tidak dapat dikurangi untuk tabungan. Tabun
gan yang tidak ada atau sedikit menyebabkan keinginan untuk melakukan investasi
juga sedikit. Hal ini menyebabkan rendahnya tingkat produktifitas dan rendahnya
tingkat pendapatan.
Di Negara sedang berkembang seperti Indonesia peranan pemerintah masih
tergolong besar. Anggaran pemerintah sangat mempengaruhi kondisi perekonomian.
Anggaran pemerintah dapat mempengaruhi tingkat output. Pengaruhnya tergantung
kepada pengaruh anggran terhadap kegiatan sektor swasta. Pengaruh anggaran
pemerintah terhadap sektor swasta dapat bersifat subsitusi atau komplementer.
Anggaran pemerintah bersifat subsitusi dengan sektor swasta apabila investasi
pemerintah digunakan dalam pembangunan insfrasruktur fisik maupun non fisik. Hal
ini akan meningkatkan ekonomis of scale melalui perluasan pasar yang selanjutnya
akan meningkatkan keuntungan sektor swasta.
Masalah utama mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah
upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan
karena pertambahan tenaga kerja yang harus bekerja lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya. Pertumbuhan
tenaga kerja yang lebih besar dibandingakan dengan ketersediaan lapangan kerja
menimbulkan pengangguran yang tingg merupakan salah satu masalah utama dalam
jangka pendek yang selalu dihadapi setiap Negara. Karena itu, setiap perekonomian
3
dan negar pasti menghadapi masalh penggangguran, yaitu penggangguran alamiah
(natural rate of unemployment).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting
dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis
tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu Negara atau suatu
daerah. Ekonomi dikataka mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa
meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi
menunjukkan sejauh mana aktifitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan
pendapatan atau kejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi
suatu Negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan peningkatan, maka itu
mrnggambarkan bahwa perekonomiaan Negara atau wilayah tersebut berkembang
dengan baik. (http:id.wikipedia.org.pertumbuhan. Diakses 5 Oktober 2012).
Perencanaan pembangunan ekonomi merupakan sarana utama kearah
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan perencanaan pembangunan
ekonomi suatu Negara dapat menentukan serangkaian sasaran ekonomi secara
kuantitatif dalam periode tertentu. Melalui perencanaan pembangunan suatu Negara
dapat memobilisasi sumber daya yang terbatas untuk memperoleh hasil yang optimal
dengan lancar, progesif dan seimbang. Hal ini tidak akan dicapai dengan
menyerahkan begitu saja pada mekanisme pasar seperti yang dipercayai kaum klasik.
(http:id.wikipedia.org.pertumbuhan. Diakses 5 Oktober 2012).
Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja dianggap sebagai faktor positif
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar
bearti akan menambah jumlah tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan
4
penduduk yang lebih besar akan meningkat luasnya pasar domestik. Namun
demikian, patut dipertanyakan apakah cepatnya pertumbuhan penawaran tenaga karja
akan memberikan afek positif atau negatif terhadap perkembangan ekonomi.
Sebenarnya, hal tersebut regantung pada kemampuan sistem perekonomian untuk
menyerap dan secara positif memperkerjakan tambahan tenaga kerja tersebut.
Angkatam kerja yang tumbuh sangat cepat tentu saja akan menimbulkan
masalah bagi perekonomian, terutama tidak tersedianya lapangan kerja. Jika lapangan
kerja baru tidak mampu menampung semua angkatan kerja baru(dengan kata lain,
tambahan permintaan akan tenaga kerja lebih sedikit dari pada tambahan penawaran
angkatan kerja), maka sebagian angkatan kerja baru itu akan memperpanjang barisan
penganggur yang suadah ada. Lapangan kerja salah satu masalah dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia.
Hal ini bukan terlihat terhadap masal jumlah tetapi bagaimana meningkatkan
jumlah yang ditawarkan. Permasalahan lain yang terletak pada kualitas tenaga kerja,
sebagaimana terlihat dari produktifitas pekerja yang ada masih relatif rendah.
Aceh pratsunami boleh dikatakan sering mendapat perhatian kata lain dari
sebaelumnya”terabaikan” dari pembangunan karena berbagai alasan. Konflik menjadi
alasan terdepan yang menyebabkan provinsi Aceh lamban maju dibidang
pembangunan, kini setelah komflik Aceh beakhir ditandai kesepakatan damai antara
pemerintah RI dengan pemerintah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tealah
menandatangani kesepahama (MoU) di Helsinki 15 Agustus 2005, sekitar delapan
bulan pasca tsunami. Kondisi daerah jauh lebih baik dan aman mayarakat
bersemangat berusaha di perkotaan. (kantor Berita Biro Provinsi Aceh 2012, h. 1)
5
Aceh pasca tsunami disusul penandatanganan kesepakatan damai itu
sebetulnya cukup kondusif bagi penanaman modal usaha, apalagi dilihat keterbukaan
dan kemajuan berbagai aspek atas dukungan kemanusiaan bangsa-bangsa dunia
membantu korban bencana alam yang merusak ratusan ribu bangunan tersebut.
Masyarakat merasakan adanya kemajuan pembangunan ekonomi dan kehadiran
investasi yang sedikit bearti bala dilihat secara menyeluruh belum menyentuh
sasarannya memeng investasi diharapkan seperti sektor riil sebelum mendekati
rakyat. Ekonomi rakyat maju atas dukungan pemerintah memang harus diakui sudah
ada kemajuan meski belum dirasakan mayoritas rakyat, terutama dilihat pembngunan
fisik. Sementara dari sudut pandang ekonomi hanya masyarakat yang bias menilai
sendiri sebagai gambaran bias dilihat kemajuan sarana transportasi yang sering
dirasakan macet pasca tsunami.
Kondisi laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat yang merupakan
bagian dari propinsi aceh dijelaskan oleh kondisi PDRB di Kabupaten Aceh Barat
seperti dtunjukkan pada tabel berikut ini :
6
Tabel I
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2004-2011
No Tahun PDRB (Jutaan Rupiah) Pertumbuhan Ekonomi
(persen)
1 2004 783,578.45 3,38
2 2005 797,661.31 1,79
3 2006 966,250.45 10,59
4 2007 1,081,722.63 11,95
5 2008 1,140,817.36 5,46
6 2009 1,202,769.24 5,43
7 2010 1,265,376.75 5,21
8 2011 1,324,894.54 5,24 Sumber : Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat (oktober 2012)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2004-2011 yaitu sebagai berikut, pada tahun 2004
laju pertumbuhan ekonomi sebesar 3,38 persen. Tetapi pada tahun 2005 laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat kembali memgalami penurunan
menjadi 1,79 persen dikarenakan pada saat itu masih dalam masa rehabilitasi pasca
tsunami. Kemudian pada tahun 2006 dan tahun 2007 laju pertumbuhan ekonomi
sebesar 10,59 persen, pada tahun 2007 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 11,95
persen. Pada kurun waktu tahun 2008 sampai 2010 laju pertumbuhan kembali
menurun yaitu pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,46 persen, pada
tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,43 persen, dan pada tahun 2010 laju
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,21 persen. Tetapi pada tahun 2011 laju pertumbuhan
ekonomi kembali terjadi peningkatan sebesar 5,24 persen. Data tersebut
mendeskripsikan bahwa laju pertumbuhan akonomi di Kabupaten Aceh Barat selama
tahun terakhir tingkat laju pertumbuhan ekonominya cenderung naik turun.
7
Kondisi ketenagakerjaan di Aceh setelah terjadi bencana gempa dan tsunami
bagaikan booming lapangan pekerjaan, karena kebutuhan yang luar biasa terhadap
tenaga kerja untuk pembangunan kembali kondisi masyarakat Aceh terutama disektor
insfrasrtuktur dan perumahan. Melimpahnya dana yang berasal dari luar negeri,
alokasi APBN maupun bantuan langsung lainnya menyebabkan datangnya Non
Government Organization (NGO), Negara-negara donor dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) lokal lainnya sebagai pelaku utama rehabilitasi dan rekontruksi
Aceh. Apa yang kita lihat adalah banyaknya tukang-tukang yang membangun rumah-
rumah korban bencana yang sebagiannya berasal dari luar Aceh, maupun tenaga-
tenaga lokal yang bekerja di NGO-NGO, yayasan-yayasan internasional maupun
nasional serta perekrutan yang begitu besar dari Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi
(BRR) dan badan-badan dibawah perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lainnya.
Kehadiran NGO ke Aceh membuat pertumbuhan ekonomi Aceh begitu cepat ditandai
dengan peredaran uang yang begitu besar. Namun lambat laun hal ini akan menyurut,
dan kondisi masyarakat dan sebagian telah pulih. Namun tidak bisa dipungkiri
banyak yang tidak ada perubahan bearti sebagaimana diharapkan.
(Http://wordpress.com.menangani-pengangguran-pasca-ngo-di-aceh. Diakses 14
Desember 2012).
Tingkat pengangguran akan menjadi masalah terhadap sosial ekonomi
masyarakt, hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial antara masyarakat yang
belum memiliki pekerjaan, untuk mengetahui tingkat pengannguran di Kabupaten
Aceh Barat dapat pada table berikut ini :
8
Tabel 2
Jumlah Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2004-2011
No Tahun Jumlah Pengangguran (Jiwa)
1 2004 13.088
2 2005 13.266
3 2006 7.818
4 2007 7.810
5 2008 8.061
6 2009 7.868
7 2011 7.651
8 2012 4.775 Sumber : Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat (oktober 2012)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah pengangguran di Kabupaten
Aceh Barat dari tahun 2004-2011 sebagai berikut, pada tahun 2004 jumlah
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat sebanyak 13.088 jiwa, dan pada tahun 2005
jumlah pengangguran adalah sebesar 13.266 jiwa, pada tahun 2006 jumlah
pengangguran mengalami penurunan sebesar 7.810 jiwa dari tahun sebelumnya dan
pada tahun 2008 pengangguran di Kabupaten Aceh Barat mengalami peningkatan
yaitu sebesar 8.061 jiwa dan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 7.868
jiwa. Dan pada tahun 2010 tingkat pengangguran mengalami penurunan 7.651 jiwa.
Dan pada tahun 2011 tingkat pengangguran sebesar 4.775 jiwa. Permasalahan
kependudukan di Kabupaten Aceh Barat saat ini relatif mulai berkurang . hal ini
disebabakan meningkatnya lapangan pekerjaan yang mampu menyerap tenaga kerja.
Terhitung dari tahun 2004-2011, jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh
Barat mengalami fluktuasi artinya pengangguran tertinggi adalah tahun 2005 sebesar
13.266 jiwa, sedangkan pengangguran terendah pada tahun 2010 dengan jumlah
9
pengangguran sebesar 7.651 jiwa. Hal ini disebabkan meningkatnya lapangan
pekerjaan yang mampu menyerap tenaga kerja.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat suatu karya
ilmiah yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “ Analisis Pengaruh
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Pengangguran Sebelum dan
Sesudah Tsunami di Kabupaten Aceh Barat”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah seberapa
besar pengaruh PDRB terhadap pengangguran sebelum dan sesudah tsunami di
Kabupaten Aceh Barat.
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis besarnya pengaruh PDRB
terhadap pengangguran sebelun dan sesudah tsunami di Kabupaten Aceh Barat.
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Penulis
Menanbah wawasan penulisan sebagai bahan perbandingan antara teori yang
telah dipelajari dengan praktek yang diterapkan berdasarkan hasil data BPS dan hasil
observasi secara langsung.
10
b. Lingkungan Akademik
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan bacaan
bagi mahasiswa Universitas Teuku Umar pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada
Khususnya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Untuk memberikan informasi kepada pemerintah daerah Aceh Barat pihak-
pihak yang ada keterkaitannya dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan langkah-langkah
kebijaksanaan
1.5. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai bertikut :
Bagian pertama dalam pendahuluan terdapat sub yang meliputi Latar belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian yakni Manfaat
Teoritis dan Manfaat Praktis.
Bagian Kedua yaitu Tinjauan Pustaka yang berisi tentang pengertian PDRB,
pengertian Pertumbuhan Ekonomi, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Fakto-Faktor yang
Menentukan Pertumbuhan Ekonomi, Pengertian Pengangguran, Sebab-Sebab
Terjadinya Pengangguran, Jenis-Jenis Pengangguran, dan Perumusan Hipotesis.
Bagian Ketiga Metode Penelitiaan yang terdiri dari Ruang Lingkup Penelitian,
Data Penelitian, diantaranya Jenis dan Sumber data, Teknis Pengumpulan Data, dan
Model Analisis Data, Definisi Operasional Variabel Serta Pengujian Hipotesis.
11
Bagian Keempat Hasil dan Pembahasan yang terdiri dari Statistik Deskriptif
Variabel Penelitian, Perkembangan PDRB Sebelum Tsunami di Kabupaten Aceh
Barat, Perkembangan PDRB Sesudah Tsunami di Kabupaten Aceh Barat,
Perkembangan Pengangguran Sebelum Tsunami di Kabupaten Aceh Barat,
Perkembangan Pengangguran Sesudah Tsunami di Kabupaten Aceh Barat, dan hasil
Pembahasan.
Bagian Kelima Simpulan yang terdiri dari Simpulan dan Saran.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk domestik suatu wilayah merupakan nilai seluruh produk dan jasa
yang diproduksi di wilayah tersebut tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya
berasal dari wilayah tersebut atau tidak. Pendapatan yang timbul oleh adanya
kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik. Sedangkan yang
dimaksud dengan wilayah domestik atau regional adalah meliputi wilayah yang
berada di dalam wilayah geografis regional terrsebut. Fakta yang terjadi menunjukkan
bahwa bagian faktor produksi dari kegiatan produksi di suatu wilayah lain. Demikian
juga sebaliknya, faktor produksi yang dimilki wilayah tersebut ikut pula dalam proses
produksi yang dimilki wilayah tersebut ikut pula dalam proses produksi wilayah lain
(PDRB Kabupaten Aceh Barat 2007, h. 2).
PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi disuatu daerah di dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu
tahun, unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi
sembilan sektor yaitu (PDRB Kabupaten Aceh Barat 2007, h. 3):
1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri penggalian
4. Listrik dan air minum
5. Bangunan
13
6. Perdagangan, hotel dan restoran
7. Pengangkutan dan komonikasi
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
9. Jasa-jasa
2.2. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Setiap Negara di dunia ini sudah lama menjadikan pertumbuhan ekonomi
sebagai target ekonomi. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi faktor yang paling
penting dalam keberhasilan perekonomian suatu Negara untuk jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan dan dianggap sebagai sumber peningkatan
standar hidup (standar of living) penduduk yang jumlahnya terus meningkat. “
Economic Development is Growth plus change” yang bearti pembangunan ekonomi
adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan-perubahan dalam struktur
dan corak. Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu
peningkatan bagi suatu Negara untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi
penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini disebabkan oleh kemajuan teknologi,
kelembagaan, serta penyesuian ideologi yang dibutuhkan. Masalah pertumbuhan
ekonomi dapat dipandang sebgai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang
(Sukirno 2004, h. 423)
Kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan
meningkat dari satu periode ke perode lainnya. Kemampuan yang meningkat ini
disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu meningkat baik jumlah maupun
14
kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang teknologi yang digunakan
berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan
penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah keterampilan mereka,
secar khusus menjelaskan pengertian pertumbuhanekonomi wialayah (daerah)
sebagai pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu
kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di wilayah(daerah) tersebut.
Pertambahan pendapatan ini diukur dalam nilai riil (dinyatakan dalam harga konstan)
(Tarigan 2005, h.46).
Berdasarkan definisi diatas disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi
mengandung tiga aspek yaitu : pertama pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
proses maksudnya bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari
waktu ke waktu, apakah terjadi kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi.
Kedua pertumbuhan ekonomi merupakan usaha dalam menaikan output total
menigkat, tetapi apabila disertai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup besar
dari pertambahan output total, maka perekonomian dikatakan dalam keadaan tetap
atau tidak terjadi pertumbuhan ekonomi. Ketiga pertumbuhan ekonomi dilihat dalam
jangka waktu yang panjang maksudnya adalah dalam menganalisa naik turunnya
keadaan perekonomian suatu Negara harus dilihat dalam jangka waktu yang panjang,
karena pertumbuhan ekonomi sangat peka terhadap perubahan faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu pertumbuhan ekonomi.
Jadi suatu prekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan apabila
tingkat kegiatan atau aktifitas ekonomi lebih tinggi dari pada yang dicapai pada masa
15
sebelumnya. Dengan perkataan lain perkembangan baru tercipta apabila jumlah fisik
barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut menjadi bertambah
besar pada tahun-tahun berikutnya.
2.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut pendapat Schumpeter, pertambahan pendapatan Negara dari masa
kemasa perkembangan sangat tidak stabil kemungkinan untuk menjalankan
pembentukan modal yang menguntungkan yang dilakukan oleh para pengusaha.
Ketidakstabilan ini bearti bahwa dalam proses pembangunan ekonomi, kemakmuran
dan depresi akan timbul secara silih berganti. Pada suatu masa tertentu perekonomian
akan mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja yang tinggi pada masa lainnya
pengangguran yang serius mungkin terjadi. Schumpeter berkeyakinan bahwa
pembangunan ekonomi terutama diciptakan oleh inisiatif dari golongan masyarakat
yang mengorganisasikan dan menggabungkan faktor-faktor produksi lainnya untuk
menciptakan barang-barang yang diperlukan oleh masyarakat (Sukirno 2004, h. 432)
Beberapa para ahli mengemukakan teori yang mengenai pertumbuhan
ekonomi yaitu (Sukirno 2004, h. 434-437):
1. Teori Harrod- Domar
Menurut harodd- Domar pertumbuhan ekonomi merupakan perluasan analisis
Keynes yang mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan
tenaga kerja. Teori tersebut pada intinya menganalisis persoalan pada hakekatnya
16
berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar pertumbuhan yang
mantap yang dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan yang akan selalu
menciptakan penggunaan sepenuhnya barang-barang modal akan selalu berlaku
didalam suatu perekonomian pada suatu daerah.
2. Teori Pertumbuhan ekonomi neo- klasik
Teori pertumbuhan neo-klasik merupakan analisis yang didasarkan pada teori
klasik, sedangkan teori Harodd- Domar merupakan teori yang didasarkan pada
analisis Keynes, maka tidak mengherankan kalau diantara kedua teori tersebut
permisalannya maupun analisanya sangat bertentang antara satu denagan lainnya.
Salah satu perbedaan natara teori Harodd- Domar dalam teori pertumbuhan
Neoklasik adalah permisalannya mencapai rasio modal produksi.
Dari analisis faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dapat
disimpulkan bahwa tingkat laju pertumbuhan suatu perekonomian ditentukan oleh 4
(empat) faktor yaitu ( Sukirno 2004, h. 429-432) :
1. Luas tanah (dimana luas tanah termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya).
2. Jumlah dan perkembangan penduduk
3. Jumlah stok modal dan perkembangan dari tahun ketahun
4. Tingkat teknologi dan perbaikan dari tahun ketahun
Analisis teori-teori pertumbuhan ekonomi mengenai corak proses
menekankan kepada peramalnya akhir dari proses perkembangan ekonomi. Teori-
teori pertumbuhan sebelumya teori Neo- Klasik memberikan pandangan yang sangat
pesimis mengenai keadaan proses pembangunan didalam jangka panjang.
17
Todaro dan Smith (2003, h. 92) mengindentifikasikan bahwa terdapat tiga
faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, yaitu :
1. Akumulasi modal
Modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung
dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan
dkemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin dan peralatan dan bahan
baku meningkatkan stok modal (capital stock) fisik suatu Negara yakni total nilai
riil netto atas seluruh barang modal produktif secara fisik dan hal itu jelas
memungkinkan terjadinya peningkatan output di masa- masa yang akan datang.
2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional
dianggap sebagai salah satu faktor positif yang dapat memacu pertumbuhan
ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar bearti akan meningkatkan tenaga
kerja produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar bearti
meningkatkan ukuran pasar domestiknya.
3. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber pertumbuhan
ekonomi yang terpenting. Dalam pengertian yang paling sederhana, kemajuan
teknologi terjadi karena ditemukan cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama
dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional.
Kemajuan teknologi tersebut dapat beragam sifatnya, yaitu ; pertama ,
teknologi yang bersifat netral. Kemajuan teknologi yang netral terjadi apabila
teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi
18
dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Kedua,
kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, dan ketiga , kemajuan teknologi hemat
modal. di Negara-negara Dunia Ketiga yang melimpah tenaga kerja tetapi langka
modal, kemajuan teknologi hemat modal merupakan sesuatu yang amat diperlukan.
Kemajuan teknologi ini akan menghasilkan metode produksi padat karya yang lebih
efisien, kemajuan teknologi yang meningkatkan pekerja. Ketiga faktor diatas juga
menjadi diterminan penting dalam teori pertumbuhan ekonomi yang dikenal sebagai
model pertumbuhan Solow (Solow Growth Model). Model ini dirancang untuk
menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan
kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana
pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu Negara secara keseluruhan
(Makiw 2003, h, 80).
2.2. Faktor-faktor Yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi
Kestabilan politik, kebijakan ekonomi pemerintah, kekayaan alam yang
dimiliki, jumlah dan kemampuan tenaga kerja,, tersedianya usahawan yang gigih dan
kemampuan mengembangkan dan menggunakan teknologi moderen adalah beberapa
faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Uaraian didalam bagian
ini menerangkan beberapa faktor yang telah lama dipandang oleh ahli-ahli ekonomi
sebagai sumber penting yang dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi.
Ada 4 (empat) faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi yaitu (Sukirno,
h. 429-432) :
19
1. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
Kekayan alam sesuatu Negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim
dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat diperoleh,
jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan
dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan perekonomian suatu Negara,
terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Didalam
setiap Negara dimana pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak
hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor
utama (pertanian dan pertambangan) yaitu sektor di mana kekayaan alam
terdapat. Kekurangan modal, kekurangan tenaga ahli dan kekurangan
pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi moderen
disatu pihak, dan terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi
(sebagai akibat dari pendapatan masyarakat yang sangat rendah) dilain pihak,
membatasi kemungkinan untuk mengembangkan berbagai jenis kegiatan
ekonomi. Apabila Negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat
diusahakan dengan menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan
dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat. Kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan tersebut akan menarik pengusaha-pengusaha dari
Negara yang lebih maju untuk mengusahakan kekayaan alam tersebut. Modal
yang cukuo, teknologi dan teknik produksi yang moderen dan tenaga-tenaga ahli
yang dibawah oleh pengusaha-pengusaha tersebut dari luar memungkinkan
kekayaan alam itu diusahakan secara efisien dan menguntungkan. Peranan
penanaman barang-barang pertanian untuk ekspor dan industri pertambangan
20
minyak di dalam menjadi penggerak permulaan bagi pertumbuhan ekonomi di
berapa Negara Asia adalah suatu bukti yang nyata mengenai besarnya peranan
kekayaan alam pada tingkat permulaan pertumbuhan ekonomi. Peranan
perkembangan industri pertambangan minyak di dalam pertumbuhan ekonomi
Negara-negara Timur Tengah dan Brunai adalah suatu bukti dari besarnya
peranan pengembangan kekayaan alam didalam permulaan proses pembangunan.
2. Jumlah dan Mutu Dari Penduduk dan Tenaga Kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu kewaktu dapat menjadi pendorong maupun
penghambat kepada perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan
memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkin Negara
itu menambah produksi. Di samping itu sebagai akibat pendidikan, latihan dan
pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Hal ini
akan menyebabkan produktifitas bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan
pertambahan produksi yang lebih cepat dari pada pertambahan tenaga kerja.
Selanjunya perlu diingat pula bahwa pengusaha adalah sebagian dari penduduk.
Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan suatu Negara juga juga
bergantung pada jumlah pengusaha dalam ekonomi. Apabila tersedianya
pengusaha dalam sejumlah penduduk tertentu adalah lebih banyak, lebih banyak
kegiatan ekonomi yang dijalankan. Dorongan lain yang timbul dari
perkembangan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat
pertambahan itu kepada luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan sektor
perusahaan akan bertambah pula. Karena peranannya ini maka perkembangan
penduduk akan menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi
21
nasional dan tingkat kegiatan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk
kepada pertumbuhan ekonomi terutama dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan
ekonominya belum tinggi tetapi telah menghadapi masalah kelebihan penduduk.
Sesuatu Negara dipandang menghadapi masalah kelebihan penduduk apabila
jumlah penduduk adalah tidak seimbang dengan faktor-faktor produksi lain yang
teredia, yaitu jumlah penduduk adalah jauh berlebihan. Sebagai akibat dari
ketidak seimbanagan ini produtifitas marjinal penduduk adalah rendah. Ini bearti
pertambahan penggunaan tenaga kerja tidak akan menimbulkan pertambahan
dalam produksi nasional, ataupun kalau ia bertambah, pertambahan tersebut
adalah terlalu lambat dan tidak dapat mengimbangi pertambahan penduduk.
Apabila dalam perekonomian sudah berlaku keadaan di mana pertambahan
tenaga kerja tidak dapat menaikkan produksi nasional yang tingkatnya dalah
lebih cepat dari tingkat pertambahan penduduk, pendapatan perkapita akan
menurun. Dengan demikian penduduk yang berlebihan akan menyebabkan
kemakmuran masyarakat merosot.
3. Barang-barang Modal dan Tingkat Teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi keefisienan
pertumbuhan ekonomi. Di dalam masyarakat yang sangat kurang maju sekalipun
barang-barang modal sangat besar peranannya dalam keiatan ekonomi. Tampa
adanya alat-alat untuk menangkap ikan itu berburu, alat-alat untuk bercocok
tanam dan mengambil hasil hutan, masyarakat yang kurang maju akan
menghadapi kesusahan yang lebih banyak lagi dalam mencari makanannya
sehari-hari. Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat
22
yang tinggi, yaitu jauh lebih moderen dari pada kemajuan yang dicapai oleh
suatu masyarakat yang masih belum berkembang. Barang-barang modal sangat
bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah jumlahnya
dan teknologi yang talah menjadi bertambah moderen memegang peranan
penting sekali dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi itu. Apabila
barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkan tingkat teknologi tidak
mengalami perkembangan, kemajuan yang akan tercapai adalah jauh lebih
rendah dari pada yang dicapai pada masa kini. Tanpa adanya perkembangan
teknologi, produktifitas barang-barang modal tidak akan mengalami perubahan
dan tetap berada pada tingkat yang sangat rendah. Oleh karena itu pendapatan
perkapita hanya mengalami perkembangan yang sangat kecil. Kemajuan
teknologi yang berlaku diberbagai Negara terutama ditimbulkan oleh kemajuan
teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek positif dalam
pertumbuhan ekonomi, dan oleh kerenanya pertumbuhan ekonomi menjadi lebih
pesat.
4. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
System sosisl dan sikap masyarakat penting peranannya dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi. Di dalam menganalisis mengenai masalah-masalah
pembabgunan di Negara-nrgar berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan
bahwa sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius
kepada pembangunan. Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat
masyarakat untuk menggunakan cara produksi yang moderen dan produktifitas
yang tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipercepat juga di
23
dalam sistem sosial di mana sebagian besar tanah dimiliki oleh tuan-tuan tanah,
atau di mana luas tanah yang dimiliki adalah sangat kecil dan tidaak ekonomis,
pembangunan ekonomi tidak akan mencapai tingkat yang diharapkan.
2.4. Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi oleh segolongan
tenaga kerja, yang telah berusaha mencari pekerjaan, tetapi tidak memperolehnya.
Individu yang menghadapi masaalah tersebut dinamakan penganggur. Apabila para
penganggur tidak mempunyai pekerjaan sama sekali, keadaan itu dinamakan
pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka disebabkan kepada pengangguran
struktural, pengangguran siklikal, pengangguran normal/friksional dan pengangguran
teknologi (Sukirno 2010, h. 355).
2.3.1. Sebab-sebab Terjadinya Pengangguran
Fakto-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah sebagai
berikut (Ahmad et. al. 2009, h. 10) :
a. Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja ketidak
seimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar dari pada
kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
b. Struktu Lapangan Kerja Yang Seimbang
c. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak
seimbang. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar dari pada
angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu
terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia.
24
Ketidak seimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak
dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
d. Meningkatkan peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur
Angkatan kerja Indonesia;
e. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang .
2.3.2. Jenis-jenis Pengangguran
Jenis-jenis pengangguran dapat dibedakan antara lain adalah sebagai berikut
(Ahmad et. al. 2009, h. 11) :
a. Pengangguran Friksional/Frictional Unemployment
pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya semantara yang
disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar
kerja denngan pembuka lamaran pekerjaan
.b. Pengangguran Struktural/Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan dimana penganggur yang mencari
lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka
lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan
kebutuhan akan sumber daya manusia yang dimiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.
c. Pengangguran Musiman/seasonal Unemployment
pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi
kegiatan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus menganggur.
Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukang jualan durian yang
menanti musim durian.
25
d. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas
naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah dari pada
penawaran kerja.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.
Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktifitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkata kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan
pendapatan menyebkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya
yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan (Ahmad. et.
al. 2009, h. 13).
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis
yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang
terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial
sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka
panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan perkapita suatu Negara. Di Negara-
negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di
mana pekerjaan yang semestinya bias dilakukan dengan tenaga kerja sedikit,
dilakukan oleh lebih banyak orang (Ahmad. et. al. 2009, h. 13).
26
2.3.3. Dampak Pengangguran bagi Perekonomian
A. Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian Suatu Nagara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu Negara pada dasarnya adalah
meningkatnya kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan
dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu Negara relatif tinggi,
hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah
dicita-citakan. Hal ini terjadi kerena pengangguran berdampak negatif terhadap
kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan dibawah ini
(Http://wikipedia.org/wiki/pengganguran. diakses 5 Oktober 2012) :
1. pengangguran bias menyebabkan masyarakt tidak dapat memaksimalkan tingkat
kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa
menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih
rendah dari pada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena
itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
2. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang bersal dari sektor
pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan
menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat
pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi
pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus
menurun.
3. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran
akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan
terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak
27
merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau
pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga
pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terpacu.
B. Dampak Pengangguran terhadap Individu yang mengalaminya dan
Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang
merngalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya :
a) Pengangguran dapat menghilangkan mata pencarian
b) Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan
c) Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik
2.3.4. Upaya untuk Mengatasi Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan cara-cara
mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu
sebagai berikut (Http://mimodjo.blogspot.com.mengantisipasi-persoalan-
pengangguran.html. Diakses 5 Oktober 2012) :
a. Cara mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2. segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan
ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan)
kerja yang kosong.
4. segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
28
b. Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain digunakan cara-cara
sebagai berikut :
1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru,
terutama yang bersifat padat karya
2. Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang
timbulnya investasi baru
3. mengalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industries
4. menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris
dan sektor formal lainnya
5. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan
jembatan, jalan raya, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA), dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara
langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
c. Cara Mengatasi Pengangguran Musiman :
Jenis pengangguran ini bias diatasi dengan cara :
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
2. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu
ketika menunggu musim tertentu.
d. Cara mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2. Meningkatkan daya beli Masyarakat
29
2.4. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian penelitian ini, diduga pertumbuhan ekonomi berpengaruh
secara signifikan terhadap pengangguran sebelum dan sesudah tsunami di Kabupaten
Aceh Barat.
30
30
III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah data PDRB dan pengangguran
yang ada setiap tahunnya. Data yang diambil adalah data sebelum tsunami yaitu data
dari tahun 1997-2004 dan sesudah tsunami yaitu data dari tahun 2005-2012.
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan bersumber dari
berbagai instansi-instansi pemerintah yaitu : Badan Pusat Statistik, Perpustakaan
Daerah dan Perpustakaan Universitas Teuku Umar Kabupaten Aceh Barat.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis mrnggunakan teknik kuantitatif dengan
mendatangi instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), dan instansi lainnya.
3.3. Model Analisis Data
Metode yang digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan analisis regresi linier sederhana, koefisien korelasi sederhana dan uji t
yang akan diolah dengan menggunakan program komputer statistik SPSS dengan
penjelasan sebagai berikut :
31
:a. Analisa Regresi Sederhana
Analisa ini digunaka sebagai alat analisis peramalan nilai pengaruh suatu
variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (y) dengan rumus sebagai berikut
(Gujarati 2006, h.135) :
Y = α + βX......…………………………………………………………….(1)
Ln Y = α + Ln βX + D..………………………………........................…..(2)
Dimana :
Y = Jumlah Pengangguran
a = Nialai Konstanta (intercept)
β = slop (Koefisien Regresi)
X = Jumlah PDRB
D = Dummy
D = 0 (sebelum tsunami)
D = 1 (sesudah tsunami)
b. Analisa Korelasi (r)
Analisa koefisien korelasi adalah suatu analisa untuk memgetahui seberapa
besar hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Analisa korelasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisa koefisien korelasi sederhana
Dalam regresi sederhana, jika angka koefisien determinasi tersebut diakarkan,
maka akan didapat koefisien korelasi (r) yang merupakan ukuran hubungan linier
antara dua variabel y dan x. adapun formula perhitungannya adalah sebagai berikut
(Nacrowi 2006, h.133) :
32
𝒏∑ X 1 Y 1 – (∑X 1) (∑Y1)
𝐧∑𝐗 1 – (∑X 1) 2 ] [nY 1 – (∑Y 1)
2………………………………(3)
Dimana :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah tahun
X = Jumlah PDRB
Y = Jumlah Pengangguran
2. Koefisien Diterminasi ( r2 )
Analisa ini digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel
bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Koefisien determinasi (r2) merupakan kuadrat
dari nilai koefisien korelasi. Rumus Koefisien Determinasi adalah sebagai berikut
(Hasan 2002, h. 236) :
Kp = r2 x 100%..............................................................................................(4)
Dimana :
Kp = besarnya koefisien penentu (derterminasi)
r = Koefisien korelasi
3. Uji t
Uji signifikan parameter invidual (uji t) dilakukan untuk melihat signifikan
dari pengaruh variabel bebas (pertumbuhan ekonomi) terhadap variabel terikat
(pengangguran) secara invudual dengan rumus sebagai berikut (Hasan 2002, h. 241) :
r=
33
t = 𝑟 𝑛−𝑟2
1−𝑟2 ......................................................................................................................... (4)
Dimana :
n = Jumlah tahun
r = Koefisien korelasi
3.4. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian operasioanl variabel yang digunakan dalam analisis ini
adalah sebagai berikut :
a. PDRB (X) adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ketahun di
Kabupaten Aceh Barat pada kurun waktu 1997-2012 yang diukur dalam miliyar
rupiah.
b. Pengangguran (Y) adalah jumlah penduduk yang tidak bekerja atau sedang
mencari pekerjaan di Kabupaten Aceh Barat pada kurun waktu 1997-2012 yang
diukur dalam jiwa.
3.5. Pengujian Hipotesis
Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. H0 ; β = 0, Variabel PDRB yang diteliti tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Pemgangguran di Kabupaten Aceh Barat.
b. H1 ; β ≠ 0, Variabel PDRB yang diteliti berpangaruh secara signifikan terhadap
Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
34
Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila th > tt, maka H0 ditolak H1 diterima, artinya Variabel PDRB yang diteliti
berpangaruh secara signifikan terhadap Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
b. Apabila th < tt, maka H0 diterima H1 ditolak, artinya Variabel PDRB yang diteliti
tidak berpangaruh secara signifikan terhadap Pengangguran di Kabupaten Aceh
Barat.
35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis statistik deskriptif variabel penelitian ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran sebelum dan
sesudah tsunami di Kabupaten Aceh Barat sehingga akan dapat memberikan
gambaran yang jelas dalam mengatasi pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
4.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebelum
Tsunami
PDRB merupakan salah satu bagian yang dapat mengatasi masalah
perekonomian seperti pengangguran, akan tetapi jika PDRB dari tahun ketahun
mengalami penurunan maka pengangguran akan bertambah dan apabila PDRB
mengalami peningkatan maka pengangguran dapat teratasi.
Dan penduduk yang bertambah dari waktu kewaktu dapat menjadi pendorong
maupun penghambat pada pertumbuhan ekonomi. penduduk yang bertambah akan
memperbesar jumlah tenaga kerja sedangkan lapangan kerja yang tersedia terbatas.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebelum tsunami di Kabupaten
Aceh Barat yaitu dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :
36
Tebel 3
PDRB Sebelum Tsunami di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 1997-2004
No Tahun PDRB ( Milyar)
1
2
3
4
5
6
7
8
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
459.393,80
521.862,55
588.236,00
524.088,01
246.570.19
1.373.199,97
662.909,96
661.243.91 Sumber : Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat (data diolah September 2013)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa laju PDRB di Kabupaten Aceh
Barat sebelum tsunami yaitu, dan pada tahun 1997 laju PDRB di Kabupaten Aceh
Barat sebesar 459.393,80 milyar rupiah pada tahun 1998 PDRB mengalami
peningkatan sebesar 521.862,55 milyar rupiah ini disebabkan pemerintah pada saat
itu mampu meningkatkan laju pertumbuhan PDRB di Kabupaten Aceh Barat, dan
pada tahun 1999 PDRB kembali meningkat sebesar 588.236,00 milyar rupiah dan
pada tahun 2000 PDRB mengalami penurunan sebesar 524.088,01 milyar rupiah
diakibatkan adanya terjadi pemekaran wilayah di Kabupaten Aceh Barat. Dan pada
tahun 2001 PDRB mengalami penurunan yang signifikan sebesar 246.570,19 milyar
rupiah dan pada tahun 2002 kembali meningkat 1.373.199,97 milyar rupiah
diakibatkan adanya peningkatan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan daerah. dan
pada tahun 2003 PDRB sebesar 662.909,96 milyar rupiah dan pada tahun 2004
PDRB mengalami penurunan sebesar 661.243,91 milyar rupiah ini terbukti semakin
tidak tersedianya lapangan kerja di Kabupaten Aceh Barat.
37
4.1.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sesudah
Tsunami
PDRB sesudah tsunami dapat kita lihat lebih mengalami peningkatan
dibandingkan dengan PDRB sebelum tsunami. Ini di sebabkan banyaknya tersedia
lowongan kerja bagi masyarakat Kabupaten Aceh Barat dan mengakibatkan
meningkatnya pendapatan masyarakat, PDRB sesudah tsunami dapat dilihat pada
tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4
PDRB Sesudah Tsunami dikabupaten Aceh Barat
Tahun 2005-2012
Sumber : Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat (Data diolah September 2013)
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa PDRB sesudah tsunami di Kabupaten
Aceh Barat sangat bervariasi pada tahun 2005 PDRB sebesar 797.611,31 milyar
rupiah, dikarenakan pada saat itu masih dalam masa rehabilitasi pasca tsunami,
kemudian pada tahun 2006 PDRB sebesar 966.250,12 milyar rupiah, dan pada tahun
2007 PDRB sebesar 1.081.722,63 milyar rupiah, dikarenakan pada tahun 2006-2007
masuk dalam tahap rekontruksi NGO dan LSM masuk kedaerah Aceh Barat dalam
misi kemanusian dan pada tahun 2008 PDRB sebesar 1.140.817,36 milyar rupiah dan
pada tahun 2009 PDRB sebesar 1.202.769,24 ini dikarenakan adanya tersedia
No Tahun PDRB (Milyar)
1
2
3
4
5
6
7
8
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
797.611,31
966.250.12
1.081.722,63
1.140.817,36
1.202.769.24
1.265.376,75
1.324.894,54
1.356.573,02
38
lapangan kerja untuk masyarakat dan seterusnnya pada tahun 2010 PDRB sebesar
1.265.376,75 milyar rupiah, dan pada tahun 2011 PDRB sebesar 1.324.894,540
milyar rupiah dan pada tahun 2012 1.356.573,02 ini di sebabkan semakin mudanya
masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan.
4.4. Perkembangan Pengangguran Sebelum Tsunami
Pengangguran yang terjadi sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
masyarakat terutama di Kabupaten Aceh Barat. Upaya yang harus dilakukan didalam
mengurangi pengangguran yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
tercermin melalui pertumbuhan ekonomi sehingga dapat menciptakan lapangan kerja
dan mengurangi jumlah pengangguran.
Jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat dari tahun 1997 sampai 2004
berdasarkan data badan pusat statistik ( BPS ) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5
Jumlah Pengangguran Sebelum Tsunami di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 1997-2004
No Tahun
Pengangguran ( jiwa )
1
2
3
4
5
6
7
8
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2.459
5.019
5.045
5.075
4.894
4.722
4.989
5.231
Sumber : Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat (Data diolah September 2013)
Bedasarkan tabel diatas menggambarkan jumlah pengangguran di Kabupaten
Aceh Barat dari tahun 1997-2004 berdasarkan Badan pusat Statistik (BPS) pada
39
tahun 1997 jumlah pengangguran sebesar 5.019 jiwa, dan pada tahun 1999 kemudian
pegangguran meningkat sebesar 5.045 jiwa ini disebabkan tidak ada kesempatan
kerja bagi masyarakat, dan kemudian pada tahun 2000 pengangguran semakin
meningkat sebesar 5.075 jiwa sebabkan karena kurangnya upaya dari pemerintah
untuk menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat, dan pada tahun 2001
pengangguran mengalami penurunan sebesar 4.894 jiwa pada tahun 2002
pengangguran sebesar 4.722 jiwa, dan pada tahun 2003 pengangguran di Kabupaten
Aceh Barat sebesar 4.989 jiwa dan pada 2004 pengangguran di Kabupaten Aceh
Barat kembali meningkat sebesar 5.231 jiwa. Berdasarkan tabel di atas dapat di
simpulkan bahwa tidak besar terjadi perubahan dari tahun ketahun, hal ini di
buktikan semakin banyaknya jumlah penduduk miskin, tetapi jumlah lapangan kerja
yang tersedia semakin terbatas.
4.5. Perkembangan Tingkat Pengangguran Sesudah Tsunami
Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja di anggap sebagai faktor positif
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar
berarti akan menambah jumlah tenaga produktif. Sedangkan pertumbuhan penduduk
yang lebih besar akan meningkatkan luasnya pasar-pasar domestik . Angkatan kerja
yang tumbuh sangat cepat tentu saja akan menimbulkan masalah bagi perekonomian,
terutama tidak tersediannya lapangan kerja jika lapangan kerja baru tidak mampu
menampung semua angkatan kerja baru dengan kata lain, tambahan permintaan akan
tenaga kerja lebih sedikit dari pada tambahan penawaran angkatan kerja, maka
sebagian angkatan kerja baru itu akan memperpanjang barisan penganggur yang
sudah ada.
40
Tingkat pengangguran akan menjadi masalah terhadap sosial ekonomi
masyarakat, hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial antara masyarakat yang
belum memiliki pekerjaan.
Untuk mengatahui tingkat pengangguran di kabupaten Aceh Barat dapat dilihat
pada tebel di bawah ini :
Tabel 6
Jumlah Pengangguran Sesudah Tsunamidi kabupaten Aceh Barat
Tahun 2005-2011
No Tahun Jumlah pengangguran (jiwa)
1
2
3
4
5
6
7
8
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
13.266
7.818
7.810
8.061
7.868
7.651
4.775
7.862 Sumber :Kantor BadanPusat Statistik Kabupaten Aceh Barat (Data diolah September 2013)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah pengangguran di Kabupaten
Aceh Barat dari tahun 2005-2011 sebagai berikut, pada tahun 2005 jumlah
penganguran di Kabupaten Aceh Barat sebesar 13.266 jiwa, pada tahun 2006 jumlah
penganguran di Kabupaten Aceh Barat sebanyak 7.818 jiwa dan pada tahun 2007
mengalami penurunan sebesar 7.810 jiwa dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2008
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat mengalami peningkatan yaitu sebesar 8.061
jiwa dan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 7.868 jiwa, dan pada tahun
2010 tingkat pengangguran mengalami penurunan sebesar 7.651 jiwa, dan pada tahun
2011 pengangguran kembali menurun sebesar 4.775 jiwa. Dan pada tahun 2012
pengangguran kembali meningkat sebesar 7.862 jiwa. Permasalahan kependudukan
41
di Kabupaten Aceh Barat adalah dilihat dari tingginya jumlah pengangguran, namun
demikian jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat saat ini relatif mulai
berkurang, hal ini di sebabkan meningkatnya lapangan pekerjaan yang mampu
menyerap tenaga kerja.
Terhitung dari tahun 1997-2012, jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh
Barat mengalami fluktuasi artinya pengangguran tertinggi adalah tahun 2005 sebesar
13.266 jiwa, sedangkan pengangguran terendah pada tahun 2011 dengan jumlah
pengangguran sebesar 4.775 jiwa. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian dari
pemerintah didalam menyediakan lapangan pekerjaan.
4.6. Hasil Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran
sebelum dan sesudah tsunami di Kabupaten Aceh Barat akan dianalisis dengan
menggunakan model regresi linear sederhana.
Tabel 7
Rata-rata, standar Deviasi dan Observasi
No Variabel Mean Standart Deviation N
1 Pengangguran 8,69387 3,68136 16
2 PDRB 18,33350 8,39321 16
Sumber : Hasil Penelitian (Data Diolah September 2013)
Pada tabel diatas terlihat rata-rata pengangguran selama kurun waktu 1997-
2012 adalah 8,69387 jiwa dengan standar deviasi 3,68136 jiwa ini di akibatkan
42
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat terus mengalami penurunan karena ada
upaya dari pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja.
Sedangkan rata-rata PDRB dengan kurun waktu 1997-2012 adalah sebesar
18,33350 milyar rupiah, dengan standar deviasi 8,39321 milyar rupiah disebabkan
karena PDRB di Kabupaten Aceh Barat terus mengalami perkembangan tiap
tahunnya,dan N yang digunakan selama 16 tahun.
4.7. Hasil Pembahasan
4.7.1. Analisis Koefesien Korelasi Dan Determinasi
Hal ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat ke eratan serta
arah hubungan antara PDRB terhadap pengangguran sebelum dan sesudah tsunami
di Kabupaten Aceh Barat
Tabel 8
Hasil Koefesien Korelasi Dan Koefesien Determinasi
No Variabel PDRB (X)
Pengangguran
(Y)
Dummy
1 Person correlation
a. PDRB
b. Pengangguran
c. Dummy
1.000
182
591
182
1.000
749
1.000
749
1.000
2 Model
a.Koefesien korelasi (R)
b.Koefesien Deteminasi (R2)
0,816
0,665
Sumber : Hasil Penelitian (Data Diolah September 2013)
Pada tebel 8 memperlihatkan koefesien korelasi (R) antara PDRB (X) dan
pengangguran (Y) sebelum dan sesudah tsunami sebesar 0,816 Menggambarkan
43
bahwa variabel PDRB memiliki hubungan yang kuat dengan variabel pengangguran
di Kabupaten Aceh Barat, sebesar 81,6 persen.
Koefesien determinasi (R2) bernilai 0,665 yang berarti bahwa PDRB 66,5
persen dipengaruhi oleh variabel pengangguran, sedangkan sisanya sebesar 33,5
persen dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar model ini. Menurut peneliti faktor lain
yang mempengaruhi PDRB dan pengangguran yaitu pendapatan masyarakat karena
pendapatan yang didapatkan lebih kecil dari pada pendapatan yang dibutuhkan untuk
hidup secara layak.
4.7.2. Uji Regresi Berganda dan Uji Signifikan parsial (Uji t)
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil regresi sederhana adalah sebagai
berikut :
Tabel 9
Regresi Linear Sederhana dan Uji Parsial (uji t)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standar
dized Coeffici
ents
T Sig.
90.0% Confidence
Interval for B Correlations
B
Std.
Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
Zero-
order Partial Part 1.Constant
PDRB
DUMMY
(Consta 11. 561
.156
0
7413 .000 8.192 14.930
-.176
.087 -.400 -.2.012 .065 -.364 .013 .182 -.487 -.323
.703 .142 .986 4.132 .000 .396 1.009 .749 .809 5.79
Sumber : Hasil Penelitian (data diolah September 2013)
Y = 11,561 – 0,176 x + 0,703 D……………………………....................................(5)
44
Persamaan tersebut mengandung pengertian bahwa
1.Konstanta
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar 11,561
nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila variabel PDRB sama dengan nol maka
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat naik sebesar 11,561 persen.
2.Koefesien Regresi
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat bahwa Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) sebesar -.176 berarti jika PDRB meningkat 1 persen, maka pengangguran di
Kabupaten Aceh Barat turun sebesar 0,176 atau 17,6 persen
Pembuktian bahwa variabel PDRB berpengaruh terhadap pengangguran di Kabupaten
Aceh Barat dilakukan tersendiri secara parsial dengan uji t pada jumlah kepercayaan
( level of confidence 95 persen ) yaitu:
Variabel PDRB di peroleh thitung sebesar -2,012 lebih kecil dari ttabel sebesar 1,761
artinya secara parsial variabel PDRB tidak berpengaruh nyata terhadap
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
3. Koefisien Dummy
Berdasarkan persamaan diatas PDRB sebelum dan sesudah tsunami 0,703 persen
bearti jika PDRB meningkat 1 persen maka pengangguran sebelum dan sesudah
tsunami akan meningkat sebesar 70,3 persen
45
V.SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan dari hasil pengujian dan analisa yang dilakukan dalam penelitian ini di
Kabupaten Aceh Barat dapat disimpulkan bahwa :
a. Jumlah PDRB di Kabupaten Aceh Barat tahun 1997-2012 rata-rata sebesar 18,33350
milyar rupiah dan rata-rata pengangguran 8,69387 jiwa dan Rata-rata Dummy 50
persen.
b. Koefesien korelasi PDRB R= 0,816 Secara positif terdapat hubungan yang signifikan
antara PDRB terhadap pengangguran dengan keeratan hubungan 81,6 persen
sedangkan determinasi (R2) menunjukkan bahwa PDRB berpengaruh terhadap
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat sebesar 66,5 persen sedangkan 33,5 persen di
pengaruhi oleh variabel lain luar model penelitian ini.
c. Hasil yang diperoleh dari nilai thitung sebesar -2.012 < ttabel 1.761 berarti H0 diterima dan
H1 ditolak maka PDRB tidak berpengaruh secara nyata terhadap pengangguran di
Kabupaten Aceh Barat.
5.2 saran-saran
Adapun saran kepada Pemerintah Daerah adalah :
a. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penyedian lapangan kerja yang baik,
meningkatkan sumber daya manusia dan meningkatkan perekonomian rakyat dan
menumbuh kembangkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh
Barat.
46
b. Mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan dalam jangka panjang serta
meningkatkan ketrampilan, produktivitas dan pendapatan masyarakat di Kabupaten
Aceh Barat.
c. Untuk mengurangi pengangguran di Kabupaten Aceh Barat pemerintah perlu kiranya
melakukan pengamatan melalui intansi terkait sehingga mengetahui lebih lanjut tentang
kondisi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muliana. 2009. Makalah Pengangguran. SMAN 1 Bontoa. Maros.
BPS. 2012. Aceh Dalam Angka. Kabupaten Aceh Barat. Meulaboh.
____________2007. PDRB. Kabupaten Aceh Barat. Meulaboh.
Gujarati, N Danodar. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. The McGraw-Hill
Companies.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Meteologi Penelitian dan Aplikasinya. PT.
Ghalia Indonesia. Bogor.
Kantor Berita Biro Provinsi Aceh. 2012. Melihat Aceh Pra dan Pasca Tsunami.
Antara. Banda Aceh
Mankiew, N Gregory.2003. Pengantar Ekonomi. Erlangga Jakarta.
Nachrowi, Djalal. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Nurba, Diswandi. et. al. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir.
Universitas Teuku Umar. Meulaboh.
Sukirno, Sadono. 2006. Pengantar Teori Makroekonomi. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
. 2010. Pengantar Teori Makroekonomi. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Tarigan, Robison. 2005. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Todaro, Mechael & Stephen Smith 2003. Pembangunan Ekonomi, Edisi Kedelapan.
Erlangga. Jakarta.
Http://id.wikipedia.org/wiki/pengangguran. Diakses 5 oktober 2012
Http://khazanaharkam.wordpres.com.menangani-pengangguran-pasca-ngo-di-aceh.
Diakses 14 Desember 2012.
Http://id.wikipedia.org.pertumbuhan. Diakses Oktober 2012.