Post on 11-Mar-2019
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA
(STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk)
Oleh
DIAN ROSALIA PRADINI
H24062329
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
2
RINGKASAN
DIAN ROSALIA PRADINI. H24062329. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.
Dunia Perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas ekonomi.
Perbankan Indonesia tidak hanya diisi oleh perbankan konvensional, terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 telah memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini berpengaruh pada peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Dengan semakin besar jumlah pembiayaan yang disalurkan maka potensi terjadinya risiko pun semakin besar. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh manajemen risiko pembiayaan yang baik. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan, (2) Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaaan, (3) Menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba, (4) Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah korelasi pearson product moment untuk melihat derajat hubungan pembiayaan dan NPF terhadap laba bank, dan regresi linier berganda untuk melihat pengaruh perubahan pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank dengan alat analisis minitab 14.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko pembiayaan dipengaruhi oleh faktor internal (sumber daya manusia, teknologi informasi, kebijakan dan prosedur, keuangan, dan pengendalian internal) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, peminjam, dan persaingan dengan bank lain). Manajemen risiko pembiayaan yang dilakukan untuk mengendalikan dan mengelola risiko dengan cara preventive control of finance (penetapan prosedur dan kebijakan umum pembiayaan, asuransi, peningkatan kualitas SDM, penagihan intensif, dan manajemen kolektibilitas) dan repressive control of finance (proses revitalisasi, dan penyelesaian melalui jaminan baik secara non litigasi maupun litigasi). Pembiayaan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk terus mengalami peningkatan dengan rata-rata 5,54% per triwulan selama periode 2007-2010 yang didominasi oleh pembiayaan murabahah dengan persentase rata-rata 44,70% terhadap total pembiayaan. Sedangkan NPF dan laba mengalami fluktuasi pada periode yang sama dimana NPF tertinggi terjadi pada triwulan ke tiga 2009 sebesar 8,86% dan terendah pada triwulan terakhir 2007 sebesar 2,91%. Pertumbuhan laba terbesar terjadi pada triwulan pertama 2008 yaitu mencapai 37,89% dan terendah turun sebesar 18,66% pada triwulan ke tiga 2009. Model regresi menunjukkan bahwa pembiayaan memberikan pengaruh positif terhadap laba dengan koefisien 0,0257 atau setiap kenaikan pembiayaan sebesar satu miliar
3
rupiah akan menaikkan perolehan laba sebesar 0,0257 miliar rupiah. Sedangkan NPF memberikan pengaruh negatif terhadap laba dengan koefisien -2147 atau dengan kenaikan NPF sebesar 1% akan menurunkan laba sebesar 2,147 miliar rupiah. Hasil uji F menunjukkan bahwa secara keseluruhan pembiayaan dan NPF berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada tingkat signifikansi 5% dengan nilai p-value 0,021. Namun, secara parsial hanya pembiayaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada tingkat signifikasi 5 % dengan nilai p-value 0,008. Model ini memiliki nilai R-square sebesar 50,3% yang berarti keragaman nilai dari laba 50,3% dipengaruhi oleh variabel dalam model yaitu pembiayaan dan NPF, sedangkan 49,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian.
4
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA
(STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
DIAN ROSALIA PRADINI
H24062329
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
5
Skripsi : Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap
Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)
Nama : Dian Rosalia Pradini NIM : H24062329
Menyetujui:
Pembimbing,
(Farida Ratna Dewi, SE, MM) NIP: 197103072005012001
Mengetahui:
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP: 196101231986011002
Tanggal Lulus :
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 10 September 1988.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
pasangan H. Endang Ruswandi dan Hj. Sudiarti. Penulis
mengawali pendidikan formal di TK Desfita Pondok Indah,
Cilegon. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SD
Yayasan Pendidikan Warga Krakatau Steel (YPWKS) III
Cilegon pada tahun 1994 hingga 2000. Setelah selesai dari sekolah dasar penulis
melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Cilegon dari tahun 2000-2003.
Kemudian tahun 2003-2006, penulis menempuh pendidikan di SLTA Negeri 1
Cilegon. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)
pada tahun 2006 dan menempuh pendidikan di Departemen Manajemen tahun
2007. Selama perkuliahan penulis aktif berorganisasi di kelembagaan mahasiswa
sebagai bendahara divisi pendidikan dan keilmuan, Sharia Economic Student Club
(SES-C) dan sekretaris divisi keputrian FORMASI. Selain itu penulis juga
berkesempatan menjadi tentor kajian ekonomi syariah pada Small Group
Discussion SES-C.
Pada tahun 2009 penulis tergabung dalam divisi acara untuk SEASON 4
(Sharia Economic at Seminar, Expo, and Campaign). Pada tahun 2008, penulis
melaksanakan praktek kerja pada bidang Subdit Subsidiaris, Management
Accounting Krakatau Steel dan pada tahun 2009 pada bidang pemasaran dan
purchasing Krakatau Industrial and Entertainment Company.
iii
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Alloh
SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, dan hidayahNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Skripsi ini mengambil judul “Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan dan
Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk)” dilaksanakan sejak bulan November hingga Desember 2010. Dengan telah
selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan
motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skipsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk kemajuan
yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Alloh SWT. Amin.
Bogor, April 2011
Dian Rosalia Pradini
iv
8
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Alloh SWT atas karuniaNya sehingga
skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis Manajemen
Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba dilaksanakan pada PT.
BMI, Tbk sejak bulan November hingga Desember 2010.
Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibunda dan Ayahanda, atas kasih sayang dan pengorbanan Beliau berdua
kepada penulis dan sebagai motivator utama penulis dapat segera
menyelesaikan skripsi ini, juga adik-adikku tercinta Sevy Dwi Putri dan
Nanda Chesaria atas keceriaan, motivasi, dan dukungan yang diberikan.
2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM atas bimbingan Beliau dalam penyelesaian
pendidikan sarjana yang ditempuh oleh penulis, dan atas kesabaran Beliau
dalam membimbing.
3. Ibu Dra. Siti Rahmawati, MPd dan Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME atas
kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji dan
memberikan masukan yang membangun bagi penulis.
4. Bapak Ir. Arviyan Arifin selaku presiden direktur BMI dan Bapak Ahmad
Fadjri selaku direktur Muamalat Institute atas kesempatan yang diberikan
kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian pada PT. BMI, Tbk.
5. Ibu Sunarti atas segala bantuan dalam proses perolehan data, wawancara, dan
orientasi serta motivasi yang diberikan.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM
IPB.
7. Sahabat-sahabat rohis kelas manajemen 43 Manajemen Moeslem Society
(MMS) Ade gustika, Hendra Etri Gunawan, Munawar Holil, Indra Yuda, Tri
Joko, Yunita Tri Rahayu Purba, Dwi Rahayu, Lulus Fitriana, serta rekan-rekan
seperjuangan Salam ISC 2010 atas kerjasama, pengorbanan, teladan, dan
ukhuwah yang tak akan terlupakan.
8. Yunita Tri Rahayu Purba dan Dwi Rahayu atas bingkai persahabatan terindah
selama perkuliahan serta dukungan dan motivasi terselesainya skripsi.
v
9
9. Sahabat-sahabat SES-C angkatan 41, 42, 43, 44, dan 45 atas kerjasama,
pengorbanan, teladan, dan ukhuwah yang indah dan tak terlupakan.
10. Saudari-saudari NJ Houz atas bantuan dan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir.
11. Rekan-rekan Manajemen 43 yang selalu bersama-sama membuat kenangan
indah selama kuliah.
12. Teman-teman satu bimbingan skripsi Astrid, Dwi, Alini, Tunjung, Faisal,
Winda, Mevi, dan Ajit atas motivasi dan dukungan untuk segera
menyelesaikan tugas akhir.
13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga
Alloh SWT senantiasa memberikan balasan atas seluruh kebaikan yang telah
diberikan.
vi
10
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. v
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xi
I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................ 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 5 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 6 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 7
2.1. Pengertian Bank ................................................................... 7 2.2. Bank Syariah ...................................................................... 8
2.2.1. Definisi Bank Syariah ................................................ 8 2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah ............................ 8
2.3. Pembiayaan Bank Syariah ................................................... 11 2.3.1. Pengertian Pembiayaan .............................................. 11 2.3.2. Jenis-jenis Pembiayaan............................................... 12 2.3.3. Produk Pembiayaan .................................................... 12 2.3.4. Prinsip-Prinsip Penilaian Pembiayaan ........................ 15
2.4. Risiko ................................................................................. 17 2.4.1. Pengertian Risiko ....................................................... 17 2.4.2. Jenis-jenis Risiko ....................................................... 17
2.5. Risiko Pembiayaan ............................................................. 20 2.6. Teknik Pengelolaan Risiko .................................................. 23 2.7. Manajemen Risiko .............................................................. 24
2.7.1. Definisi Manajemen Risiko ........................................ 24 2.7.2. Karakter Manajemen Risiko Bank Syariah ................. 25 2.7.3. Proses Manajemen Risiko .......................................... 27
2.8. Laba Bank .......................................................................... 29 2.9. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................. 29
III. METODE PENELITIAN ........................................................ 30
3.1. Kerangka Pemikiran ........................................................... 30
vii
11
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 32 3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................. 32 3.4. Metode Pengolahan Dan Hasil Analisis Data ....................... 32
3.4.1. Analisis Deskriptif ..................................................... 32 3.4.2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment ............... 32 3.4.3. Analisis Regresi Linear Berganda............................... 33 3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F) ...................................... 36 3.4.5. Analisis Uji Simultan (Uji t) ....................................... 37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 38
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................. 38 4.1.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan .................................. 38 4.1.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan ........................... 39 4.1.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan .................... 39 4.1.4. Pengendalian Dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan .... 40
4.2. Proses Penyaluran Pembiayaan ........................................... 44 4.3. Perkembangan Pembiayaan ................................................. 53 4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Pembiayaaan ..... 58 4.5. Manajemen Risiko Pembiayaan .......................................... 64
4.5.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan .................................. 65 4.5.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan ........................... 66 4.5.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan .................... 68 4.5.4. Pengendalian Dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan .... 70
4.6. Laba Bank Muamalat Indonesia .......................................... 75 4.7. Pengaruh Pembiayaan Dan Rasio NPF Terhadap Laba ......... 76
4.7.1. Analisis Korelasi ........................................................ 76 4.7.2. Analisis Regresi Linear Berganda............................... 77 4.7.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F) ......... 81 4.7.4. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t) .................. 82
4.8. Implikasi Manajerial ............................................................ 83
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 85
1. Kesimpulan ..................................................................................... 85 2. Saran ........................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 87
LAMPIRAN ....................................................................................... 89
viii
12
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional .......................... 2 2. Komposisi pembiayaan perbankan syariah .......................................... 2 3. Perbandingan bank syariah dan bank konvensional ............................. 11
4. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi .............. 33 5. Divisi dalam struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia ................ 40 6. Garis besar pelaksanaan On The Spot (OTS) ....................................... 48 7. Perkembangan pembiayaan per triwulan periode 2007-2010 ............... 54 8. Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2007-2010 ........................ 56
9. PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan kualitas ................. 61 10. Jumlah kolektibilitas pembiayaan periode 2007-2010 ......................... 67 11. Persentase Non Performing Finance (NPF) periode 2007-2010........... 69 12. Laba periode 2007-2010 ..................................................................... 75 13. Nilai korelasi antar variabel pembiaayaan, NPF, dan laba ................... 76 14. Nilai VIF peubah bebas regresi berganda ............................................ 78
ix
13
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Proses manajemen risiko bank Islam dan konvensional ....................... 25 2. Penilaian risiko bank Islam dengan pendekatan kualitatif .................... 26 3. Siklus manajemen risiko ..................................................................... 28 4. Kerangka pemikiran penelitian ........................................................... 31 5. Proses penyaluran pembiayaan PT. BMI, Tbk ..................................... 52
6. Grafik perkembangan pembiayaan berdasarkan produk ....................... 53 7. Grafik perkembangan DPK dan pembiayaan periode 2007-2010 ....... 55 8. Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2007-2010 ................... 56 9. Grafik perkembangan jumlah peminjam periode 2007-2010................ 57 10. Komposisi kolektibilitas pembiayaan periode 2007-2010 .................... 66 11. Grafik perkembangan rasio NPF periode 2007-2010 ........................... 70 12. Grafik perkembangan laba periode 20017-2010 .................................. 76 13. Output uji heteroskedastisitas pada regresi .......................................... 79 14. Hasil run test terhadap residual model ................................................. 80 15. Output uji heteroskedastisitas pada regresi .......................................... 81
x
14
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Struktur organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ...................... 89 2. Tingkat pembiayaan bermasalah Bank Umum Syariah (BUS) ............. 90
3. Pertumbuhan NPF perbankan syariah periode 2006-2010 ................... 91 4. Komposisi pembiayaan BMI terhadap total pembiayaan BUS ............. 92 5. Pembiayaan BMI periode 2006-2010 .................................................. 93
6. Skema proses pemberian pembiayaan BMI ......................................... 94 7. Proyeksi tingkat kesehatan pembiayaan .............................................. 95 8. Kuesioner penelitian ........................................................................... 96 9. Data kolektibilitas BMI periode 2007-2010 ........................................ 101 10. Hasil perhitungan regresi berganda .................................................... 115
xi
15
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas
ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami
penurunan maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah
menata sektor perbankan. Sehingga kebijakan pengembangan industri
perbankan diarahkan untuk mencapai suatu sistem perbankan yang sehat,
kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan yang pada
gilirannya akan membantu mendorong perekonomian nasional secara
berkesinambungan.
Perbankan Indonesia tidak hanya diisi oleh perbankan konvensional
saja. Terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 telah
memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Bank syariah adalah
bank yang tata cara dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
Islam dengan prinsip yang berorientasi produktif, berlandaskan keadilan,
dan mengembangkan investasi yang halal dalam perbaikan kesejahteraan
masyarakat (Karim, 2003).
Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami
kemajuan yang pesat. Salah satu faktornya disebabkan oleh dukungan
permintaan islamic product dari penduduk Indonesia yang sebagian besar
adalah muslim. Pada perkembangannya, jumlah perbankan syariah dalam
5 tahun terakhir selama periode 2006-2010 mengalami peningkatan.
Dengan berdirinya 5 bank syariah baru yaitu BCA syariah, BNI syariah,
Bank Jabar Banten syariah, Bank Victoria syariah, dan Maybank
Indonesia Syariah semakin mendorong pertumbuhan perbankan syariah
secara signifikan. Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2010),
jumlah jaringan kantor perbankan syariah mengalami peningkatan
rata-rata 29,83% per tahun selama periode 2006-2010, persentase tersebut
lebih besar dibanding perbankan konvensional yang mencapai 11,11%.
Tabel 1 menunjukkan jumlah jaringan kantor perbankan syariah dan
konvensional dalam kurun waktu tahun 2006 hingga tahun 2010.
1
16
Tabel 1. Jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional
Sumber: Bank Indonesia, 2010
Kondisi perbankan syariah yang semakin tumbuh berpengaruh pada
peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Di samping itu,
fungsi bank sebagai lembaga keuangan untuk menyalurkan dana kepada
peminjam yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan dan semakin
kompleksnya kebutuhan pendanaan baik yang bersifat modal, investasi
maupun konsumsi dari masyarakat dan korporasi mengakibatkan
pembiayaan perbankan syariah pun semakin berkembang.
Tabel 2. Komposisi pembiayaan perbankan syariah (triliun rupiah) Akad 2006 2007 2008 2009 2010
Akad Mudharabah 2,335 4,406 7,411 10,412 14,624 Akad Musyarakah 4,062 5,578 6,205 6,597 8,631 Akad Murabahah 12,624 16,553 22,486 26,321 37,.508 Akad Salam 0 0 0 0 0 Akad Istishna 337 351 369 423 347 Akad Ijarah 836 516 765 1,305 2,341 Akad Qardh 250 540 959 1,829 4,731 Total 20,445 27,944 38,195 46,886 68,181
Sumber: Bank Indonesia, 2010
Tabel 2 menunjukkan bahwa total pembiayaan yang disalurkan
perbankan syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pada
tahun 2006 total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 20,445 triliun
dan terus meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2010 menjadi Rp
Jenis Bank 2006 2007 2008 2009 2010
Bank Umum Syariah Jumlah Bank 3 3 5 6 11 Jumlah Kantor 349 401 581 711 1.215 Unit Usaha Syariah Jumlah Bank 20 26 27 25 23 Jumlah Kantor 183 196 241 287 262 BPR Syariah Jumlah Bank 105 114 131 138 150 Jumlah Kantor 105 185 202 225 287 Bank Konvensional Jumlah Bank 130 130 124 121 122 Jumlah Kantor 9110 9680 10868 12837 13837
2
17
68,181 triliun atau mengalami pertumbuhan rata-rata 35,38 persen per
tahun.
Dari kegiatan pembiayaan ini, semakin banyak dana yang disalurkan
maka potensi timbulnya risiko pun semakin besar. Hal ini karena
pembiayaan merupakan salah satu aktivitas perbankan yang memiliki
risiko disebabkan oleh adanya ketidakmampuan peminjam untuk melunasi
kewajibannya kepada pihak bank. Besarnya risiko pembiayaan
ditunjukkan dalam rasio Non Performing Finance (NPF). Tingginya NPF
menunjukkan banyaknya jumlah peminjam yang tidak dapat
mengembalikan pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah
disepakati bersama antara bank dengan peminjam. Pembiayaan dengan
kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet termasuk dalam NPF.
Semakin besar NPF menunjukkan semakin tinggi tingkat pembiayaan
bermasalah, sehingga mengakibatkan turunnya pendapatan yang
berpengaruh pada kinerja, tingkat kesehatan, dan kelangsungan bank.
Saat ini, dunia perbankan syariah di Indonesia mengalami kendala
dengan tingkat pembiayaan bermasalah. Bank Indonesia mencatat
sebanyak 6 periode triwulan selama 2006-2010, rasio pembiayaan
bermasalah (NPF) berada pada tingkat di atas 5%. Selama periode
tersebut, NPF tumbuh dengan persentase rata-rata sebesar 0,31% per
triwulan. NPF meningkat dari 3,02% pada Desember 2010 menjadi 3,28%
per Januari 2011 dengan komposisi 45,2% modal kerja, 19,5% investasi,
dan 35,3% konsumsi (Lampiran 2).
Di Indonesia, salah satu bank syariah besar yang berkontribusi dalam
industri perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI).
Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2010), BMI merupakan bank
syariah besar dilihat dari sisi jumlah aktiva dan pembiayaan. BMI
menyediakan berbagai produk syariah bagi nasabah perorangan, usaha
kecil dan menengah (UKM), korporasi dan badan usaha milik negara
(BUMN). Sebagai lembaga intermediasi, BMI tidak hanya menyimpan
dana dari masyarakat tetapi juga menyalurkan dana kepada peminjam
yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan. Jumlah pembiayaan BMI
3
18
mencapai 14,38% dari total pembiayaan industri perbankan syariah di
Indonesia. Jumlah tersebut menempati posisi pertama. Selanjutnya, BSM
13,46% dan Bank Mega Syariah 0,70%, sedangkan 71,46% lainnya
merupakan pembiayaan dari 8 bank umum syariah yaitu BRI syariah,
Bank Bukopin Syariah, Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA
syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Syariah BNI, dan Maybank
Indonesia Syariah serta 24 unit usaha syariah (Lampiran 4). Berdasarkan
laporan keuangan BMI (2010), pembiayaan BMI terus mengalami
peningkatan dengan persentase rata-rata sebesar 4,57% per triwulan dalam
kurun waktu tahun 2006 sampai Juni 2010 (Lampiran 5). Dari kegiatan
pembiayaan tersebut bank memperoleh pendapatan. Namun di sisi lain,
potensi timbulnya risiko pun semakin besar.
Dalam upaya pencapaian laba yang maksimum, BMI sebagai bank
syariah besar dengan visi “Bank syariah utama di Indonesia, dominan di
pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional” harus terus berusaha
meningkatkan pembiayaan dengan nilai NPF yang rendah melalui
pengelolaan risiko pembiayaan yang baik. Risiko pembiayaan perlu
dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya
diantisipasi oleh kualitas sistem manajemen risiko pembiayaan yang baik.
Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan
berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai
kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada
pencapaian laba. Dengan pencapaian laba yang maksimum, BMI
diharapkan mampu meningkatkan kinerja, mempertahankan kesehatan,
dan kelangsungan bank serta semakin mapan dalam persaingan di dunia
perbankan Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Fungsi Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi
menimbulkan kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan dalam kegiatan
penyaluran dana. Pembiayaan yang semakin besar mengakibatkan potensi
terjadinya risiko pembiayaan semakin tinggi. Hal ini karena pembiayaan
merupakan salah satu aktivitas bisnis bank yang memiliki risiko besar dan
4
19
signifikan. Pada penelitian ini, besarnya risiko pembiayaan ditunjukkan
dalam Non Performing Financing (NPF). Tingginya nilai NPF
menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat mengembalikan
pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah disepakati bersama
antara bank dengan peminjam. Hal ini perlu diantisipasi oleh manajemen
risiko yang baik melalui pengelolaan dan pengendalian risiko pembiayaan
agar dapat memaksimalkan pencapaian laba dan meminimalisasi kerugian
yang dihadapi oleh Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu,
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan pada
Bank Muamalat Indonesia?
2. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan pada Bank Muamalat
Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank
Muamalat Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank
Muamalat Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah seperti yang telah diuraikan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan
pada Bank Muamalat Indonesia.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaan
pada Bank Muamalat Indonesia.
3. Menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank
Muamalat Indonesia.
4. Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank
Muamalat Indonesia.
5
20
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan input
alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko
pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba sehingga dapat
meminimalisasi kerugian dan meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan kontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia
terutama bagi kalangan akademisi dan masyarakat Indonesia pada
umumnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengenai analisis manajemen risiko pembiayaan dan
pengaruhnya terhadap laba. Terfokus pada analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko pembiayaan, manajemen risiko pembiayaan,
perkembangan pembiayaan, NPF dan laba, serta pengaruh pembiayaan dan
NPF terhadap laba Bank BMI. Data dan informasi yang digunakan dalam
penelitian hanya berdasarkan dari sudut pandang perusahaan. Perhitungan
risiko pembiayaan tidak memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga
dan inflasi serta tidak memperhitungkan aspek makroekonomi yang
mempengaruhi kinerja PT BMI. Penelitian ini hanya membahas risiko
pembiayaan sedangkan risiko operasional dan risiko pasar tidak menjadi
bahasan dalam penelitian.
6
21
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bank
Bank secara etimologi memiliki arti tempat untuk menukarkan uang.
Secara lembaga keuangan, bank adalah setiap perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dan
menyalurkan dana, atau kedua-duanya, menghimpun dan menyalurkan
(Kasmir, 2000).
Menurut UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU
No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank diartikan sebagai badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari definisi bank diatas, menunjukkan bahwa kegiatan utama bank
adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan
sumber dana bank dan dari segi penyaluran dana, hendaknya bank tidak
semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tapi juga
kegiatannya harus diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat
(Siamat, 2004).
Bank sebagai suatu badan usaha yang memberikan jasa atau pelayanan
keuangan memiliki beberapa tujuan dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya. Menurut Siamat (2004), tujuan tersebut dapat dibedakan
berdasarkan jangka waktu, yaitu:
1. Tactical Planning (Jangka pendek)
a. Pemenuhan likuiditas, terutama untuk memenuhi likuiditas wajib
minimum yang ditetapkan oleh otoritas moneter disamping
kebutuhan likuiditas untuk memenuhi penarikan dana oleh nasabah
sehari-hari.
b. Memberikan pelayanan kepada nasabah secara maksimum.
2. Strategic Planning (Jangka Panjang)
a) Meningkatkan nilai perusahaan.
b) Memperoleh laba maksimum.
22
2.2. Bank Syariah
2.2.1. Definisi Bank Syariah
Bank Islam adalah lembaga keuangan atau perbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada
prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu kepada
Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip syariah Islam (Siamat, 2004).
Menurut Karim (2003), dalam kegiatan operasionalnya, bank
syariah melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan,
memberikan pinjaman, dan memberikan pelayanan jasa dengan
berlandaskan prinsip syariah. Baraba dalam Darajat (2007),
menambahkan satu fungsi bank syariah, yaitu sebagai pengelola
fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta
penyaluran dana kebajikan.
2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah
Menurut Muhammad dalam Darajat (2007), hal-hal yang harus
dilakukan bank syariah dalam menjalankan operasionalnya adalah
dengan cara menjauhkan diri dari praktik-praktik yang memiliki
unsur riba serta menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.
Unsur riba tersebut dihindari dengan cara:
1) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan
keberhasilan suatu usaha di muka secara pasti.
2) Menghindari penggunaan sistem presentasi untuk pembebanan
biaya terhadap utang atau pemberian imbalan terhadap
simpanan yang mengandung unsur melipatgandakan secara
otomatis utang atau simpanan tersebut hanya karena
berjalannya waktu.
8
23
3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau penyewaan
barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan
memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas.
4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka
tambahan atas utang yang bukan atas prakarsa yang
mempunyai utang secara sukarela.
Hal lain yang membedakan bank syariah dengan bank
konvesional terlihat dari beberapa aspek, yaitu aspek legal, struktur
organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja (Antonio,
2001).
a) Akad dan Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki
konsekuensi baik duniawi maupun ukhrawi karena akad yang
dilakukan berdasarkan hukum Islam. Setiap akad dalam bank
syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun
ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad seperti hal-
hal berikut:
a. Rukun, mencakup penjual, pembeli, barang yang
dipertukarkan, harga, dan akad (ijab kabul).
b. Syarat, seperti:
1) Barang dan jasa bersifat halal, sehingga transaksi atas
barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum
syariah.
2) Harga barang dan jasa harus jelas.
3) Tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak
pada biaya transportasi.
4) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam
kepemilikan, tidak boleh menjual sesuatu yang belum
dimiliki dan dikuasai.
b) Struktur Organisasi
Unsur yang paling membedakan antara bank syariah
dengan bank konvensional adalah adanya Dewan Pengawas
9
24
Syariah (DPS) pada bank syariah, yang bertugas mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan
garis-garis syariah. DPS biasanya diletakkan pada posisi
setingkat dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini bertujuan
untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan
oleh DPS. Oleh karena itu, biasanya penetapan anggota DPS
dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para
anggota DPS tersebut mendapatkan rekomendasi dari Dewan
Syariah Nasional.
c) Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Bank syariah tidak mungkin membiayai usaha yang
terkandung didalamnya hal-hal yang diharamkan. Dalam
perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui
sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya sebagai
berikut: Apakah objek pembiayaan itu halal atau haram?
Apakah proyek menimbulkan kerugian bagi masyarakat?
Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila? (Antonio,
2001).
d) Lingkungan Kerja dan Corporate Culture
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja
yang sejalan dengan syariah, antara lain sikap amanah dan
shiddiq yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah
harus memiliki skill yang baik dan profesional, dan tabhligh.
Dalam reward dan dan punishment pun juga diperlukan prinsip
keadilan yang sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, cara
berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan juga harus
mengikuti syariat Islam (Antonio, 2001). Tabel 3 menunjukkan
perbedaan bank syariah dengan bank konvensional.
10
25
Tabel 3. Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvesional Bank Syariah Bank Konvensional
Melakukan investasi-investasi
yang halal saja
Investasi yang halal dan
haram
Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual beli, atau sewa
Memakai perangkat bunga
Profit dan falah oriented Profit oriented
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan
Hubungan dengan nasabah
adalah hubungan debitur-
kreditur
Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa
DPS
Tidak ada dewan sejenis
Sumber: Antonio, 2001
2.3. Pembiayaan Bank Syariah
2.3.1. Pengertian Pembiayaan
Menurut UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan UU No.10 tahun 1998, pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Bank Indonesia (2007), menyebutkan bahwa pembiayaan
syariah mengandung beberapa nilai dasar dalam pelaksanaannya,
yaitu:
1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang
menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana.
2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan
persetujuan pembiayaan baik dalam menghitung margin
keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan
tersebut.
11
26
2.3.2. Jenis-Jenis Pembiayaan
Jenis-jenis pembiayaan pada bank syariah, yaitu (Karim, 2003):
1. Pembiayaan Modal Kerja Syariah.
Adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada
perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
2. Pembiayaan Investasi Syariah
Adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang
untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk:
a. Pendirian proyek baru, yaitu pendirian atau pembangunan
proyek atau pabrik dalam rangka usaha baru.
b. Rehabilitasi, yaitu penggantian mesin atau peralatan lama
yang sudah rusak dengan mesin atau peralatan baru yang
lebih baik.
c. Modernisasi, yaitu penggantian secara keseluruhan mesin
atau peralatan lama dengan mesin atau peralatan baru
dengan teknologi yang lebih baik.
d. Relokasi proyek yang sudah ada, yaitu pemindahan lokasi
proyek atau pabrik secara keseluruhan (termasuk sarana
penunjang pabrik, seperti laboratorium).
3. Pembiayaan Konsumsi Syariah
Adalah pembiayaan yang bertujuan memenuhi kebutuhan
nasabah baik barang maupun jasa yang tidak dipergunakan
untuk tujuan usaha dan umumnya bersifat perorangan.
2.3.3. Produk Pembiayaan
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, produk
pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu (Karim, 2003):
1. Berdasarkan Prinsip Jual Beli
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat
keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga
12
27
atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan
berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan
barangnya, yaitu:
a. Murabahah
Adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah
dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh
nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang
bersangkutan dengan margin atau keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah.
b. Salam
Adalah perjanjian jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran
harga terlebih dahulu. Dalam transaksi ini, kualitas,
kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti.
c. Istishna
Adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan dan penjual.
2. Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
a. Musyarakah
Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
kesepakatan.
b. Mudharabah
Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
shahibul maal (pihak pertama) menyediakan seluruh atau
100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
13
28
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian pengelola.
c. Muzara’ah
Adalah akad kerja sama pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dan penggarap, dimana pemiliki lahan
memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk
ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu
(persentase) dari hasil panen.
d. Musaqah
Adalah akad kerja sama, merupakan bentuk yang lebih
sederhana dari muzara’ah dimana penggarap hanya
bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.
Sebagai imbalan, penggarap berhak atas nisbah tertentu dari
hasil panen.
3. Berdasarkan Prinsip Sewa
a. Ijarah
Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Harga
sewa disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan
nasabah.
b. Ijarah Muntahiyyah Bittamlik
Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa
melalui pembayaran upah sewa. Pada akhir masa sewa,
bank menjual barang yang disewakannya kepada nasabah
yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan. Harga sewa
dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank
dengan nasabah.
4. Berdasarkan Prinsip Pinjaman
Penyaluran dana bank syariah berdasarkan prinsip pinjaman
dilakukan dengan menggunakan akad qardh yaitu penyediaan
dana atau tagihan yang diberikan kepada pihak peminjam dan
14
29
mewajibkannya melakukan pembayaran baik secara langsung
maupun angsuran dalam jangka waktu tertentu tanpa disertai
tambahan pada saat pengembaliannya. Pembiayaan ini bersifat
khusus dan bersumber dari sadaqah, infak, zakat atau modal
yang sengaja dialokasikan untuk tujuan sosial. Oleh karenanya,
al-qardh dikenal sebagai pembiayaan dana talangan bagi
nasabah atau sebagai sumber dana talangan antar bank.
2.3.4 Prinsip-Prinsip Penilaian Pembiayaan
Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, terdapat
prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang harus dipenuhi oleh
pemohon pembiayaan karena terdapat unsur kepercayaan dan
risiko yang harus dipertaruhkan. Untuk memperkecil risiko
pembiayaan yang mungkin terjadi, maka pembiayaan harus dinilai
dengan memperhatikan (Munawir dalam Hartati, 2005):
1. Character
Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon
peminjam dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan
bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya. Bank
melakukan beberapa pendekatan untuk mengetahui karakter
nasabah, diantaranya dengan mengenal dekat nasabah,
mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur,
dan mengumpulkan keterangan serta meminta pendapat dari
rekan-rekannya, pegawai, dan pesaing mengenai reputasi,
kebiasaan pribadi, pergaulan sosial, dan lain-lain.
2. Capacity
Penilaian terhadap kemampuan calon peminjam baik dalam
manajemen maupun keahlian pada bidang usaha yang dijalani.
Hal-hal yang diperhatikan dalam penilaian, yaitu angka-angka
hasil produksi, angka-angka penjualan dan pembelian,
perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya,
data-data finansial terdahulu yang tercermin dalam laporan
keuangan perusahaan. Sehingga dapat mengukur kemampuan
15
30
nasabah untuk melaksanakan rencana kerjanya terkait dengan
penggunaan pembiayaan tersebut.
3. Capital
Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh
calon peminjam dengan cara menganalisa posisi finansial
perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio
finansial dan penekanan pada komposisi modalnya. Untuk itu
bank melakukan analisa rasio sehingga dapat mengetahui
likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas dari calon peminjam,
serta analisis neraca, minimal neraca dua tahun terakhir.
4. Collateral
Penilaian terhadap jaminan yang diberikan oleh calon
peminjam untuk dapat meyakinkan, jika terjadi risiko
kegagalan pembayaran maka jaminan dapat dipakai sebagai
pengganti dari kewajibannya. Untuk itu bank harus meneliti
kepemilikian jaminan tersebut, mengukur stabilitas nilai
jaminan, memperhatikan kemampuan jaminan untuk dapat
dijadikan uang dalam waktu relatif singkat tanpa terlalu
mengurangi nilainya, dan memperhatikan barang jaminan
adalah benar-benar menjamin kepentingan bank sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
5. Condition
Penilaian terhadap kondisi ekonomi yang terjadi di
masyarakat dan secara spesifik melihat keterkaitannya dengan
jenis usaha yang dijalani oleh calon peminjam. Bank
memperhatikan keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi
perkembangan dan kondisi usaha, membandingkan dengan
usaha sejenis lainnya didaerah dan lokasi lingkungannya, dan
prospek usaha di masa yang akan datang serta pengaruh
kebijakan pemerintah terhadap prospek industri dimana usaha
calon peminjam termasuk didalamnya.
16
31
2.4. Risiko
2.4.1. Pengertian Risiko
Risiko dalam konteks perbankan menurut Karim (2003)
merupakan suatu kejadian potensial, baik anticipated (dapat
diperkirakan) maupun unanticipated (tidak dapat diperkirakan)
yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan
bank. Menurut Djohanputro (2004), risiko terkait dengan adanya
keadaan tidak pasti dan tingkat ketidakpastian terukur secara
kuantitatif yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan.
Menurut Kountur (2004), risiko sebagai suatu keadaan tidak
pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan sehingga dapat
memberikan dampak yang merugikan.
2.4.2. Jenis-Jenis Risiko
Secara umum, risiko yang terjadi pada aktivitas fungsional
bank syariah diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu (Karim, 2003):
1. Risiko Pembiayaan
Risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan pihak lawan
transaksi dalam memenuhi kewajibannya. Pada bank syariah,
risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan
pembiayaan korporasi.
2. Risiko Pasar
Risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki
bank akibat adanya pergerakan variabel pasar berupa suku
bunga dan nilai tukar. Risiko pasar mencakup empat hal, yaitu:
a. Risiko Tingkat Suku Bunga
Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari fluktuasi
tingkat bunga. Meskipun bank syariah tidak menetapkan
tingkat bunga baik dari sisi pendanaan maupun dari sisi
pembiayaan, namun bank syariah tidak terlepas dari risiko
tingkat bunga. Hal ini disebabkan pasar yang dijangkau
oleh bank syariah tidak hanya untuk nasabah-nasabah yang
memiliki tingkat keloyalan penuh terhadap syariah
17
32
sehingga terdapat kemungkinan bank syariah menghadapi
beberapa kondisi, diantaranya:
1) Direct Competitor Market Rate (DCMR) yaitu tingkat
bagi hasil dari bank-bank yang menjalankan usaha
dengan prinsip syariah.
2) Indirect Copetitor Market Rate (ICMR) yaitu tingkat
bunga pada bank-bank konvensional.
3) Expected Competitive Return for Investor, yaitu hasil
investasi yang kompetitif yang diharapkan oleh
investor.
Dari kondisi tersebut, interest rate risk timbul jika
bagi hasil pendanaan syariah lebih kecil dari tingkat
bunga atau pada sisi pembiayaan, jika margin yang
dikenakan lebih besar dari tingkat bunga maka nasabah
dapat beralih pada bank konvensional.
b. Risiko Pertukaran Mata Uang
Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari fluktuasi
nilai tukar terhadap rugi laba bank. Hal ini karena bank
syariah tidak terlepas dari adanya posisi dalam valuta asing
meskipun aktivitas treasury syariah tidak terpengaruh risiko
kurs secara langsung.
c. Risiko Harga
Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari
perubahan harga. Pada bank syariah, risiko harga timbul
dari perubahan harga atas instrumen keuangan (obligasi
syariah dan reksadana syariah) dan komoditas.
d. Risiko Likuiditas
Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan
bank untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Risiko likuiditas yang dihadapi bank syariah, diantaranya:
1) Turunnya kepercayaan nasabah terhadap sistem
perbankan syariah.
18
33
2) Turunnya kepercayaan nasabah pada bank syariah yang
bersangkutan.
3) Dalam mudharabah kontrak, memungkin nasabah
untuk menarik dananya kapan saja.
4) Mismatcing antara dana jangka pendek dengan
pembiayaan jangka panjang.
5) Keterbatasan instrumen keuangan untuk solusi
likuiditas.
3. Risiko Operasional
Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakcukupan atau
tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem dan adanya problem eksternal yang
mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional mencakup
lima hal, yaitu:
1. Risiko Reputasi
Adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi
negatif terkait dengan kegiatan bank atau persepsi negatif
terhadap bank.
2. Risiko Kepatuhan
Adalah risiko yang disebabkan oleh tidak dipatuhinya
ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal
maupun eksternal.
3. Risiko Strategik
Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidaktepatan
dalam hal penetapan dan pelaksanaan strategi bank,
pengambilan keputusan bisnis, dan ketidakpatuhan bank
dalam melaksanakan perubahan perundang-undangan atau
ketentuan lain yang berlaku.
4. Risiko Transaksi
Adalah risiko yang disebabkan oleh permasalahan yang
yang timbul dalam pelayanan atau produk-produk yang
disediakan. Diantaranya, yaitu kekeliruan dalam penetapan
19
34
akad, kesempurnaan akad, dan sistem teknologi informasi
dari bank tersebut.
5. Risiko Hukum
Adalah risiko yang disebabkan oleh kelemahan aspek
yuridis. Diantaranya, yaitu adanya tuntutan hukum,
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung
dan kelemahan perjanjian sehingga tidak terpenuhinya
syarat keabsahan suatu kontrak.
2.5. Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya
kegagalan pihak lawan transaksi dalam memenuhi kewajibannya. Pada
bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan
pembiayaan korporasi, diantaranya (Karim, 2003):
1. Risiko Terkait Produk
a) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Certainty Contracts (NCC)
Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang memiliki
kepastian pendapatan baik jumlah maupun waktunya dan pihak-
pihak yang bertransaksi saling menukarkan asetnya. Pembiayaan
berbasis NCC, yaitu:
1) Murabahah
Risiko yang timbul dari pembiayaan murabahah, diantaranya:
- Default atau kelalaian diakibatkan oleh nasabah yang tidak
membayar angsuran dengan sengaja.
- Penundaan kewajiban pembayaran pada waktu jatuh tempo
yang disebabkan oleh ketidakmampuan nasabah
menimbulkan kerugian bagi bank, karena bank tidak
diperbolehkan menerima tambahan pendapatan dari
keterlambatan tersebut melainkan menunggu hingga
nasabah mampu membayar angsurannya.
- Fluktuasi harga komparatif.
20
35
- Penolakan nasabah terhadap barang yang dibeli karena
rusak atau tidak sesuai dengan spesifikasi dari permintaan
nasabah.
2) Ijarah
Risiko yang timbul dari pembiayaan ijarah, diantaranya:
- Dalam hal barang yang disewakan adalah milik bank,
ketiadaan nasabah akan menimbulkan risiko tidak
produktifnya aset ijarah.
- Dalam hal barang yang disewakan adalah bukan milik
bank, timbul risiko kerusakan barang diluar pemakaian
normal.
- Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewakan bank kepada
nasabah memungkinkan timbulnya risiko ketidaksesuaian
nasabah terhadap performance pemberi jasa.
3) Salam dan Istishna
Risiko yang timbul dari pembiayaan salam dan istishna,
diantaranya:
- Risiko gagal-serah barang.
- Risiko jatuhnya harga barang.
b) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC)
Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang belum memiliki
kepastian pendapatan baik jumlah maupun waktunya dan pihak-
pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya menjadi
satu kesatuan untuk mendapatkan keuntungan serta risiko
ditanggung bersama. Pembiayaan berbasis NUC, yaitu
mudharabah dan musyarakah.
Risiko yang timbul dari pembiayaan mudharabah dan
musyarakah, diantaranya:
- Asymmetric information problem, yaitu kecenderungan salah
satu pihak lebih banyak menguasai informasi bersikap tidak
jujur.
21
36
- Side streaming, yaitu nasabah tidak mengelola dana sesuai
dengan kontrak perjanjian.
- Kelalaian dan kesalahan yang disengaja.
2. Risiko Pembiayaan Korporasi
Kompleksitas dan volume pembiayaan korporasi menimbulkan
risiko tambahan selain risiko terkait produk, yaitu:
a) Risiko Perubahan Kondisi Bisnis Nasabah Setelah Pencairan
Pembiayaan
Adalah risiko yang dapat timbul dari perubahan kondisi bisnis
nasabah setelah pencairan biaya, diantaranya:
1) Over Trading
Terjadi ketika nasabah mengembangkan volume bisnis
yang besar dengan dukungan modal yang kecil.
2) Adverse Trading
Terjadi ketika nasabah mengembangkan bisnisnya dengan
kebijakan melakukan pengeluaran tetap yang besar setiap
tahunnya sedangkan volume penjualannya tidak stabil. Dalam
keadaan ini, posisi nasabah lemah dan berisiko tinggi.
3) Liquidity Run
Terjadi ketika nasabah mengalami kesulitan likuiditas
karena kehilangan sumber pendapatan dan peningkatan
pengeluaran yang tidak terduga. Keadaan ini akan
mempengaruhi kemampuan nasabah dalam menyelesaikan
kewajibannya kepada bank.
b) Risiko Analisis Bank
1) Analisis Pembiayaan yang Keliru
Terjadi karena kesalahan dalam pengambilan keputusan
pembiayaan dari informasi yang tersedia. Kekeliruan bukan
karena perubahan kondisi nasabah yang tidak terduga tetapi
nasabah yang bersangkutan berisiko tinggi.
22
37
2) Creative Accounting
Terjadi karena adanya kecurangan dari pihak nasabah
melalui penggunaan kebijakan akuntansi perusahaan yang
memberikan keterangan tidak sesuai dengan laporan keuangan
yang sebenarnya. Seperti, menggambarkan keuntungan lebih
besar, aset lebih bernilai, pengurangan kewajiban pada neraca
keuangan.
3) Karakter Nasabah
Terjadi karena adanya kesengajaan dari pihak nasabah
untuk menciptakan pembiayaan macet dan bank belum secara
objektif memberikan penilaian terhadap karakter nasabah.
2.6. Teknik Pengelolaan Risiko
Pada prinsipnya, terdapat empat teknik pengelolaan risiko secara
klasik. Keempat teknik tersebut adalah penghindaran risiko, pengurangan
risiko, pemindahan risiko, dan penanganan risiko (Djohanputro, 2004):
1. Penghindaran Risiko
Penghindaran risiko adalah tindakan bank untuk tidak melakukan
kegiatan tertentu yang mengandung risiko yang tidak diinginkan.
Pada dasarnya, tidak ada manusia yang bisa menghindari risiko,
demikian halnya dengan bank. Oleh karena itu, bank dapat
menghindari beberapa risiko dengan tidak memasuki wilayah bisnis
atau kegiatan tertentu. Hal terpenting adalah kemampuan bank
melakukan studi dan identifikasi risiko.
2. Pengurangan Risiko
Pengurangan risiko penting dilakukan oleh bank agar dapat
menekan besarnya risiko. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara
pengurangan kemungkinan terjadinya peril (risiko yang menjadi
kenyataan) atau menekan besarnya dampak bila peril terjadi.
3. Pemindahan Risiko
Pemindahan atau pengalihan risiko dilakukan dengan cara
memindahkan risiko dari satu pihak ke pihak lainnya dengan tujuan
bisnis, seperti asuransi.
23
38
Akibat pemindahan risiko menimbulkan biaya. Terdapat dua macam
biaya yang ditanggung bank akibat mengalihkan risiko kepada pihak
lain. Biaya berupa premi yang harus dibayarkan kepada pihak
penanggung risiko dan biaya berupa hilangnya kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan dengan menanggung risiko.
4. Penanganan Risiko
Penanganan terhadap risiko dilakukan karena dua sebab. Pertama,
bank secara sadar ingin mempertahankan risiko dan mengelolanya
sendiri. Dengan pertimbangan didasarkan atas efektivitas biaya dan
selama manajemen memiliki kemampuan serta sumber daya untuk
mengelola sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari
risiko itu sendiri. Kedua, bank tidak mengetahui risiko tersebut
sehingga risiko yang tidak teridentifikasi tidak akan dikelola.
2.7. Manajemen Risiko
2.7.1. Definisi Manajemen Risiko
Kontur (2004), mendefinisikan manajemen risiko adalah cara-
cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai
permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Proses
manajemen dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur, dan
menangani risiko-risiko yang dihadapi perusahaan.
Menurut Karim (2003), manajemen risiko adalah
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
pelaksanaan kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar
secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan
demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter terhadap
kegiatan usaha bank.
Tujuan manajemen risiko adalah (Karim, 2003):
1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator.
2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat
unacceptable.
3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat
uncontrolled.
24
39
4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.
5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.
2.7.2 Karakter Manajemen Risiko Bank Syariah
Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang
berbeda dengan bank konvensional. Perbedaan tersebut terletak
pada proses manajemen risiko operasional bank Islam yang
meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko, dan
monitoring risiko (Karim, 2003). Gambar 1 menunjukkan
perbandingan proses manajemen risiko antara bank Islam dengan
bank konvensional.
Gambar 1. Perbandingan Proses Manajemen Risiko antara Bank Islam dengan Bank Konvensional (Karim, 2003)
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko yang dilakukan bank Islam tidak hanya
mencakup risiko yang ada pada bank-bank secara umum, tetapi
Bank Konvensional Bank Syariah
Identifikasi Risiko
Penilaian Risiko
Antisipasi Risiko
Monitoring Risiko
General Banking General Banking Risk
Penilaian Risiko Penilaian Risiko
Syariah Spesific Risk
Antisipasi Risiko
General Banking Response
Syariah Banking Response
General Banking Activities
Syariah Spesific Activities
Monitoring Risiko
25
40
juga meliputi risiko pada bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko pada bank Islam mengacu pada hubungan
antara probability dan impact yang ditunjukkan dalam
pendekatan kualitatif pada (gambar 2).
Gambar 2. Penilaian Risiko Bank Islam Dengan Pendekatan Kualitatif (Karim, 2003)
Berdasarkan kuadran tersebut:
a) Kuadran I sampai IX merupakan posisi suatu jenis risiko
b) Jenis risiko V, VI, VIII, IX (area abu-abu) merupakan jenis
risiko yang memiliki prioritas pengendalian karena
kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dalam tingkat
sedang dan tinggi.
c) Jenis risiko dalam kuadran I, II, III, IV, dan VII (area putih)
diselesaikan setelah penyelesaian risiko pada area abu-abu.
d) Adanya otoritas perbankan dan otoritas syariah
mengakibatkan risiko di area putih masuk ke daerah abu-
abu.
3. Antisipasi Risiko
Pada bank Islam, antisipasi risiko dilaksanakan dengan
Tujuan:
a) Preventive, bank Islam diharuskan mendapat persetujuan
dari Dewan Pengawas Syariah terkait kebijakan atas segala
kegiatan usahanya untuk mencegah kekeliruan dalam
proses dan transaksi dari aspek syariah. Selain itu, bank
IMPA
CT High III VI IX
Med II V VIII
Low I IV VII
Low Med High
PROBABILITY
26
41
Islam memerlukan fatwa Dewan Syariah Nasional bila
Bank Indonesia memandang persetujuan Dewan Pengawas
Syariah belum memadai atau berada diluar
kewenangannya.
b) Detective, pengawasan terhadap jalannya setiap kegiatan
usaha bank Islam baik dari segi aspek perbankan oleh Bank
Indonesia maupun aspek syariah oleh Dewan Pengawas
Syariah.
c) Recovery, koreksi atas kesalahan dengan melibatkan Bank
Indonesia untuk aspek perbankan dan Dewan Syariah
Nasional untuk aspek syariah.
4. Monitor dan Pengendalian Risiko
Aktivitas monitoring dalam bank Islam tidak hanya
melibatkan manajemen bank Islam tetapi juga Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah nasional (DSN).
2.7.3. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko pada bank Islam menurut Karim
(2003) dimulai dengan mengenal, memahami, dan
mengidentifikasi risiko baik yang sudah ada maupun yang
mungkin terjadi dari kegiatan usaha baru. Kemudian, dilakukan
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko secara
berkesinambungan membentuk sebuah siklus.
Menurut Djohanputro (2004), secara umum siklus manajemen
risiko terdiri dari lima tahap yaitu identifikasi risiko, pengukuran
risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan dan pengawasan serta
pengendalian risiko dapat ditunjukkan pada (gambar 3).
27
42
Gambar 3. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004)
Tahap 1 : Identifikasi Risiko
Pada tahap ini, perusahaan mengidentifikasi risiko yang akan
dihadapi. Langkah pertama dalam memulai proses identifikasi
adalah dengan melakukan analisis pihak berkepentingan.
Tahap 2 : Pengukuran Risiko
Pada tahap ini, perusahaan mengukur seberapa besar
kemungkinan risiko yang akan terjadi. Pengukuran risiko mengacu
pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas
risiko terkait dengan berapa banyak nilai eksposure yang rentan
terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu
risiko dapat terjadi.
Tahap 3 : Pemetaan Risiko
Pada tahap ini, perusahaan menetapkan prioritas risiko
berdasarkan kepentingan. Penetapan prioritas disebabkan karena
keterbatasan sumber daya yang ada untuk menghadapi semua
risiko.
Tahap 4 : Model Pengelolaan Risiko
Pada tahap ini, risiko dikelola dengan model pengelolaan risiko
perusahaan. Pengelolaan risiko dapat dilakukan secara
konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi
pengelolaan.
Identifikasi Risiko Evaluasi Pihak Berkepentingan
Pemetaan Risiko
Pengukuran Risiko
Model Pengelolaan
Pengawasan dan Pengendalian
28
43
Tahap 5 : Monitor dan Pengendalian
Pada tahap ini, perusahaan melakukan monitoring dan
pengendalian. Hal ini penting untuk dilakukan, karena: manajemen
perlu (1) memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko
berjalan sesuai dengan rencana, (2) memastikan bahwa model
pengelolaan risiko cukup efektif, dan (3) memantau perkembangan
terhadap kecenderungan berubahnya profil risiko, karena
perubahan ini berpengaruh pada pergeseran peta risiko atau
prioritas risiko.
2.8. Laba Bank
Menurut Sastradipoera dalam Rohaeni (2009), laba adalah jumlah
yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari
penerimaan bank, kelebihan pendapatan di atas pengeluaran bank. Jadi
untuk mengetahui laba suatu perusahaan (bank) harus mengetahui terlebih
dahulu nilai seluruh pendapatan dan nilai biaya secara keseluruhan. Laba
yang diperoleh oleh suatu perusahaan menunjukkan sejauh mana
manajemen perusahaan berhasil mengorganisasi bisnis dan sebaliknya.
2.9. Hasil Penelitian Terdahulu
Gumayantika (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh risiko
kredit terhadap laba pada Bank Jabar Ciamis. Hasil penelitian ini dengan
menggunakan korelasi pearson product moment membuktikan bahwa
terdapat hubungan yang negatif sebesar 0,652 antara risiko kredit dan laba.
Pada penelitian Rohaeni (2009), menganalisis pengaruh kredit
bermasalah terhadap laba pada PT Bank X. Penelitian ini membuktikan
bahwa berdasarkan model regresi linier berganda NPL memberikan
pengaruh negatif sebesar 1,13E+08, artinya bahwa kenaikan NPL satu
satuan akan menurunkan laba sebesar 1,13E+08. Berdasarkan hasil
pengujian dengan menggunakan uji t, membuktikan bahwa kredit
bermasalah berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap laba.
29
44
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi mempunyai
kegiatan utama yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. Sumber dana
yang ada akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan. Namun dalam realisasinya, pembiayaan tidak terlepas dari
prinsip risk and return, dimana kegiatan yang diharapkan akan
mempunyai hasil atau pendapatan yang besar, biasanya mempunyai risiko
yang tinggi. Dengan jumlah pembiayaan yang semakin besar maka
peluang untuk mendapatkan keuntungan pun semakin besar. Namun di sisi
lain, tingkat risiko yang mungkin terjadi akan semakin tinggi pula.
Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Pengendalian risiko hendaknya
diantisipasi oleh manajemen risiko pembiayaan yang baik. Manajemen
risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dalam
kegiatan usaha dengan tujuan agar terhindar dari kerugian yang lebih
besar. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat
penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai
kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada
pencapaian laba.
Dalam penelitian ini, pembiayaan dan Non Performing Finance (NPF)
adalah variabel yang digunakan untuk meneliti pengaruh manajemen
risiko terhadap laba. Manajemen risiko secara tidak langsung berpengaruh
pada pencapaian laba yang maksimal melalui pengelolaan dan
pengendalian risiko pembiayaan yang mungkin terjadi akibat tingginya
konsentrasi pembiayaan dan nilai NPF. Pengelolaan dan pengendalian
manajemen risiko diharapkan mampu menekan tingkat NPF meski
pembiayaan terus ditingkatkan sehingga pencapaian laba dapat maksimal.
NPF menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat membayar
secara kontinyu pinjamannya. Sedangkan laba bank yang digunakan
adalah laba bersih sebelum dikurangi pajak.
30
45
Besarnya pembiayaan dan nilai NPF berpengaruh terhadap laba bank.
Analisis linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh perubahan
pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank. Sedangkan
analisis korelasi digunakan untuk melihat derajat hubungan diantara
pembiayaan dan nilai NPF terhadap laba bank. Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi input alternatif dalam peningkatan laba. Adapun kerangka
pemikiran konseptual dari penelitian ini, dapat dilihat pada (gambar 4).
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
Keterangan : : Alur pemikiran : Alat analisis
Pembiayaan
Laba
Pengaruh Pembiayaan dan NPF terhadap laba
Korelasi Pearson Product Moment
Regresi Linear Berganda
Uji F
Uji t
Risiko Pembiayaan
Implikasi Manajerial
Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Pembiayaan
Manajemen Risiko Pembiayaan
Pembiayaan NPF
Murabahah Mudharabah Musyarakah Istishna Qardh Ijarah
BMI
31
46
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Muamalat Institute dengan objek penelitian
PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk yang berlokasi di Arthaloka Building
Jalan Jenderal Sudirman No.2 Jakarta Pusat. Data diperoleh melalui
Muamalat Institute yang berlokasi di Gedung Dana Pensiun Telkom
Lantai 2 Jalan Jenderal S Parman kav 56 Slipi, Jakarta Barat. Pemilihan
tempat dilakukan secara purposive. Waktu penelitian dimulai dari bulan
November 2010 sampai Desember 2010.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pencatatan,
pengumpulan data, dan wawancara langsung dengan pihak analisis
pembiayaan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur,
buku, skripsi, data historis, dan laporan keuangan bank.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis dengan
metode statistik yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif,
analisis korelasi pearson product moment, analisis linier berganda, dan
diolah dengan menggunakan minitab 14.
3.4.1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiono, 2006).
3.4.2. Analisis Korelasi Person Product Moment
Korelasi pearson product moment adalah statistik yang
mengukur keserasian hubungan diantara dua variabel. Rumus
dibawah ini digunakan bila sekaligus akan menghitung persamaan
regresi.
32
47
Dalam sugiono (2006), perumusan untuk korelasi pearson
product moment yaitu:
n∑XiYi __ ( ∑Xi ) ( ∑Yi ) r= = ...(1) √ n ∑ Xi
2 __ ( ∑ Xi )2 n ∑ Yi2 __ ( ∑ Yi )2
Dimana:
r =Koefisien korelasi
Y = Variabel terikat ( laba )
X = Variabel bebas ( tingkat risiko kredit )
n = Lamanya periode
Korelasi pearson product moment dilambangkan dengan (r)
dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤+1).
Nilai r = -1 memiliki arti korelasi negatif sempurna; r = 0 berarti
tidak ada korelasi; dan r = 1 memiliki arti korelasi sangat kuat. Tabel 4. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien
Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat rendah 0.20 – 0.399 Rendah 0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat 0.80 – 1.000 Sangat kuat
Sumber : Sugiono, 2006
3.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Arief (2006), analisis regresi digunakan untuk melihat
bagaimana variasi peubah dari beberapa peubah bebas
mempengaruhi peubah tidak bebas dalam suatu fenomena yang
kompleks. Analisis regresi dapat dibedakan menjadi regresi
sederhana dan regresi berganda. Jika parameter dari suatu
hubungan fungsional antara satu peubah tidak bebas dengan lebih
dari satu peubah bebas maka yang digunakan adalah regresi
berganda. Analisis berganda menjelaskan seberapa jauh suatu
peubah mempengaruhi peubah lainnya. Pada penelitian ini
pembiayaan yang disalurkan dan pembiayaan bermasalah menjadi
33
48
peubah bebas yang mempengaruhi peubah tidak bebas yaitu laba.
Model regresi berganda ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e …………………………………...…... (2)
Keterangan :
Y = Laba
β = Konstanta
X1= Pembiayaan
X2= NPF
e = Tingkat kesalahan (galat)
Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh model regresi.
Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi yang meliputi uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan
heroskedastisitas menurut (Gujarati dalam Rohaeni, 2009).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan jika data yang
digunakan kurang dari 30 untuk mengetahui distribusi
kenormalan data, yaitu apakah data dapat dianggap
berdistribusi normal atau tidak. Ketika data telah berdistribusi
normal, maka data tersebut dapat diolah menggunakan model
regresi berganda. Untuk menguji kenormalan data dilakukan
dengan menguji kenormalan data residual. Uji normalitas dapat
dilihat dengan melihat nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (KS)
pada uji normalitas residual. Jika nilai statistik KS lebih kecil
dibanding nilai tabel KS dan nilai p-value lebih besar dari α,
maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi
yang telah dibuat dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006)
b. Uji Multikoliniearitas
Multikolinieritas adalah kondisi dimana peubah-peubah
bebas memiliki korelasi diantara satu dengan lainnya. Jika
peubah-peubah bebas memiliki korelasi sama dengan 1 atau
berkorelasi sempurna mengakibatkan koefisien-koefisien
regresi menjadi tidak dapat diperkirakan dan nilai standar error
34
49
setiap koefisien regresi menjadi tak hingga (Arief, 2006). Uji
multikolinieritas adalah uji untuk melihat apakah terdapat
korelasi antara peubah bebas yang digunakan dalam model
regresi. Untuk melihat apakah ada multikolinieritas pada model
regresi dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Jika
nilai VIF masing-masing peubah bebas memiliki nilai lebih
besar dari 5 maka model regresi memiliki multikolinieritas
sehingga menjadi tidak valid (Iriawan dan Astuti, 2006)
c. Uji Autokorelasi
Menurut Arief (2006), penaksiran model regresi linear
memiliki asumsi bahwa tidak terdapat autokorelasi.
Autokorelasi kemungkinan terjadi pada data time series. Model
regresi yang baik tidak memperkenankan terjadinya
autokorelasi. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah
pengujian hipotesis dalam uji F menjadi tidak valid dan jika
diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyimpang
pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir.
Uji autokorelasi dengan perangkat lunak minitab melalui
uji run test residual. Jika hasil perhitungan didapatkan p-value
lebih besar dari α, menunjukkan tidak adanya autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari
residual untuk peubah bebas yang diketahui. Jika varian dari
residual untuk peubah yang diketahui tetap, disebut dengan
homoskedastisitas. Jika varian berbeda, disebut
heteroskedastisitas (Arief, 2006). Asumsi pada model regresi
adalah varian setiap variabel independen mempunyai nilai yang
konstan atau memiliki varian yang sama. Masalah
heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data cross sectional.
Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas adalah
kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam
35
50
uji F karena pengujian yang kurang kuat (Iriawan dan Astuti,
2006).
Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat
heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar
pada output perhitungan dengan perangkat lunak Minitab.
Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun
tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa model
regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas (Iriawan
dan Astuti, 2006).
3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
(Kuncoro, 2003). Langkah-langkah uji statistik F:
1. Merumuskan hipotesis
a) H0 : βi = 0, i=1,2,3
b) H1 : βi ≠ 0, i=1,2,3
2. Menentukan F tabel
a) F α (k-1, n-k)
b) Taraf nyata (α) = 0,05; yaitu tingkat kesalahan yang masih
dapat ditolerir.
c) Derajat bebas pembilang = k-1
d) Derajat bebas penyebut = n-k
3. Menentukan F hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui
perangkat lunak minitab 14.
4. Membandingkan F hitung dengan F tabel
a) Jika statistik hitung (angka F output) > statistik tabel (F
tabel) atau F hitung < -F tabel maka H0 ditolak dan H1
diterima.
b) Jika –F tabel < statistik hitung (angka F output) < statistik
table (F tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak.
36
51
3.4.5. Analisis Uji Simultan (Uji t )
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003). Langkah-
langkah uji statistik t adalah:
1. Merumuskan Hipotesis
a. H0 : β1 = 0
Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu
parameter (β1) sama dengan nol. Artinya, suatu variabel
independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
b. H0 : β1 ≠ 0
Hipotesis alternatifnya (H1), parameter suatu variabel tidak
sama dengan nol. Artinya, semua variabel tersebut
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Menentukan t tabel
a. Menentukan besarnya t-tabel : t (α/2,df)
b. Taraf nyata (α) = 0,05 yaitu tingkat kesalahan yang masih
dapat ditolerir
c. Derajat bebas (df) = n-k
3. Menentukan t hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui
program minitab 14.
4. Membandingkan t hitung dengan t tabel
a. Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (t
tabel) atau t hitung < –t tabel maka H0 ditolak dan H1
diterima.
b. Jika –t tabel < statistik hitung (angka t output) < statistik
tabel (t tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak.
37
52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 H atau 1 November 1991. Pendirian Bank Muamalat
Indonesia ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia. Kegiatan operasi BMI di mulai pada 27
Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Setelah dua tahun sejak didirikan,
bank Muamalat berhasil mendapatkan predikat sebagai Bank
Devisa tepatnya pada tanggal 27 Oktober 1994. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah
pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun
produk yang terus berkembang.
Pada akhir tahun 90an, bank Muamalat terkena dampak krisis
moneter. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai
lebih dari 60%. Perseroan mencatat kerugian sebesar Rp 105
miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar
kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat
permodalannya, bank Muamalat memperoleh bantuan dari Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab
Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi
salah satu pemegang saham bank Muamalat. Dalam kurun waktu
1999-2002, bank Muamalat berhasil mengubah kondisi dari rugi
menjadi laba melalui upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat,
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat,
serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara
murni.
Pada akhir tahun 2004, bank Muamalat tetap merupakan bank
syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar
Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar
serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar. Saat ini, BMI
53
merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang
luar negeri yaitu Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam upaya
aksesibilitas nasabah di Malaysia, BMI melakukan kerjasama
melalui jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS)
sehingga layanan dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di
Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank Muamalat
berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak
hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan
aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen
tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga
nasional, dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari
70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun
terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain Best Islamic Bank
in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur),
Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global
Finance (New York) serta The Best Islamic Finance House in
Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar
spiritual, dikagumi di pasar rasional.
b. Misi Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Menjadi Role Model Lembaga Keuangan Syariah dunia
dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan
manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk
memaksimumkan nilai bagi stakeholder.
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Pemegang tertinggi dalam struktur organisasi bank Muamalat
adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang membawahi
Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris. Pada struktur
organisasi Bank Muamalat Indonesia, Presiden Direktur terletak
dibawah Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris serta
39
54
membawahi 5 Divisi diantaranya Compliance and Corporate
Planning Director, Corporate Banking Director, Retail Banking
Director, Treasury and International Banking Director, Finance
and Operation Director. Tabel 5 menunjukkan struktur organisasi
PT BMI, Tbk.
Tabel 5. Divisi dalam struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Compliance and
Corporate Planning
1. Compliance Division
2. Corporate Secreatry Division
3. Corporate Planning Division
Corporate Banking 1. Financing Support Division
2. Remedial Division
3. Product Development Division
Retail Banking 1. Retail Division
2. Sales Management and Support
Division
3. Channel Management Division
Treasury and
International Banking
1. Treasury Division
2. International Banking and
Financial Institution Division
3. Funding Policy and Service
Division
Finance and Operations 1. Administration and Network
Operation Division
2. IT Management Division
3. Finance and Accounting
Division
Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
4.1.4. Produk dan Jasa
Produk dan jasa pada Bank Muamalat Indonesia terdiri dari
penghimpunan dan penyaluran dana.
40
55
a. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana merupakan kegiatan Bank Muamalat
Indonesia untuk menghimpun dana dari masyarakat. BMI
memiliki 8 produk penghimpunan dana, yaitu:
1. Shar-e, Merupakan tabungan investasi syariah yang
memadukan kemudahan akses ATM, Debit, dan Phone
Banking dalam satu kartu. Shar-e sudah terhubung dengan
jaringan ATM Malaysia yang tergabung dalam MEPS
(Malaysian Electronis Payment System): Maybank, Hong
Leong Bank, Affin Bank, dan Southern Bank serta bekerja
sama dengan perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia,
antara lain: PT. Asuransi Takaful Keluarga, PT. Asuransi
Jiwa Mega Life, PT. Asuransi Bintang, dan PT. Asuransi
Jiwa Sinarmas.
2. Tabungan Ummat, merupakan investasi murni yang sesuai
dengan syariah dalam mata uang rupiah yang
memungkinkan nasabah melakukan penyetoran dan
penarikan tunai dengan mudah. Selain itu, Tabungan
Ummat merupakan tabungan investasi dengan akad
mudharabah yang penarikannya dapat dilakukan secara
bebas biaya di seluruh counter bank Muamalat dan jaringan
ATM bersama.
3. Tabungan Ummat Junior, merupakan tabungan yang
diperuntukkan khusus untuk pelajar.
4. Tabungan Haji Arafah, merupakan tabungan yang
ditujukan bagi nasabah yang berkeinginan untuk
menunaikan ibadah haji secara terencana sesuai dengan
kemampuan dan jangka waktu yang nasabah inginkan.
Tabungan Haji Arafah plus ditujukan bagi nasabah
premium yang memiliki perencanaan haji singkat.
5. Deposito Mudharabah, merupakan jenis investasi syariah,
tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan dengan
41
56
pilihan mata uang dalam rupiah atau USD. Deposito
Mudharabah dapat diperpanjang secara otomatis dan
dijadikan jaminan pembiayaan di bank Muamalat.
6. Deposito Fulinvest, merupakan pilihan investasi dalam
mata uang rupiah maupun USD dengan jangka waktu 6 dan
12 bulan yang ditujukan bagi nasabah yang ingin
berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah. Deposito ini
dikhususkan bagi nasabah perseorangan dan dilengkapi
dengan fasilitas asuransi jiwa.
7. Giro Wadi’ah, merupakan titipan dana pihak ketiga berupa
simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro dan aplikasi
pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi
maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha.
8. DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) Muamalat,
merupakan lembaga yang menyelenggarakan program
pensiun, yaitu suatu program yang menjanjikan sejumlah
uang yang pembayarannya dilakukan secara berkala. DPLK
Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia 18 tahun,
atau sudah menikah, dan pilihan usia pensiun 45-65 tahun
dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minimal Rp. 50.000
perbulan. Peserta juga dapat mengikuti program wasiat
umat, dimana selama masa kepesertaan akan dilindungi
asuransi jiwa sesuai ketentuan berlaku. Dengan asuransi ini,
keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun sebesar
yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal
dunia sebelum memasuki masa pensiun.
b. Penyaluran Dana
Penyaluran dana merupakan kegiatan bank Muamalat
dalam menyalurkan dana kepada masyarakat. BMI memiliki 8
produk penyaluran dana, yaitu:
42
57
a. Pembiayaan Jual Beli
1. Murabahah, merupakan fasilitas penyaluran dana
dengan sistem jual beli untuk pembiayaan modal,
investasi, dan konsumtif. Pihak bank akan membelikan
barang-barang halal yang nasabah butuhkan kemudian
menjualnya kepada nasabah untuk diangsur sesuai
kemampuan nasabah dan kesepakatan kedua belah
pihak.
2. Istishna, merupakan kegiatan jual beli dimana produsen
ditugaskan membuat barang pesanan dari pemesan.
Objek pesanan harus dibuat atau di pesan terlebih
dahulu dengan ciri-ciri khusus yang dipesan oleh
pemesan. Pembayaran dapat dilakukan di awal, di
tengah atau di akhir pesanan. Umumnya digunakan
untuk pembiyaan pembangunan property dan
penyediaan barang atau aset yang memiliki kriteria
spesifik.
b. Pembiayaan Bagi Hasil
1. Musyarakah, merupakan kerjasama yang dilakukan
antara bank dengan nasabah dalam suatu usaha dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana,
pekerjaan atau keahlian dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan. Umumnya digunakan untuk
pembiayaan modal dan investasi.
2. Mudharabah, merupakan kerja sama antara dua pihak
dimana bank selaku penyedia dana dan pihak lain
(nasabah) bertindak sebagai pengelola usaha. Bank
menyerahkan modalnya kepada nasabah untuk di
kelola.
43
58
c. Pembiayaan Sewa
1. Ijarah, merupakan perjanjian antara bank selaku
pemberi sewa dengan nasabah selaku penyewa atas
suatu barang atau aset milik bank. Bank mendapatkan
jasa atas barang atau aset yang disewakan.
2. Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT), merupakan
perjanjian antara bank selaku pemberi sewa dengan
nasabah selaku penyewa. Dengan konsep IMBT,
nasabah (penyewa) setuju akan membayar uang sewa
selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa
berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk
memindahkan kepemilikan objek sewa tersebut dari
pemberi sewa. Umumnya digunakan untuk pembiayaan
investasi alat-alat besar.
3. Qardh, merupakan pinjaman dari bank kepada nasabah
yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti
dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk
pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian
pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu
(sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman dan
pembayarannya dilakukan secara angsuran atau
sekaligus. Umumnya digunakan untuk pembiayaan
dana talangan haji.
4.2. Proses Penyaluran Pembiayaan
Proses penyaluran pembiayaan di BMI terdiri dari beberapa tahap,
yaitu:
1. Pengumpulan dan verifikasi data
Tahap pengumpulan dan verifikasi data merupakan langkah awal
BMI dalam menyalurkan pembiayaan. Pada tahap ini, bank melakukan
inisiasi yaitu proses awal menetapkan kriteria nasabah pembiayaan
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan bank Muamalat. Inisiasi
44
59
dilakukan melalui beberapa tahapan yang terdiri dari solisitasi,
evaluasi, dan keputusan hasil evaluasi.
a. Solisitasi
Pada tahap ini, bank melakukan pencarian nasabah sesuai
kriteria yang telah ditetapkan bank Muamalat. Proses solisitasi
dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu penetapan target market,
sektor bisnis, dan nasabah.
1. Penetapan target market
Dalam menetapkan target market, bank memperhatikan
sektor ekonomi yang memiliki prospek bisnis yang baik
sehingga posisi bank tergolong aman dan menguntungkan
apabila membiayai sektor tersebut. Kriteria BMI untuk bisnis
yang aman dan menguntungkan antara lain:
Bisnis yang sedang tumbuh.
Bisnis yang tidak terkena resesi.
Bisnis yang didukung oleh regulasi pemerintah.
Bisnis yang memiliki pasar yang jelas.
2. Penetapan sektor bisnis
BMI menetapkan sektor bisnis yang dapat dibiayai, antara
lain: pertanian, pertambangan, industri pengolahan, konstruksi,
perdagangan, restoran dan hotel, listrik, gas dan air, jasa-jasa
dunia usaha dan sosial/masyarakat, serta usaha halal lainnya.
3. Penetapan nasabah
Dalam upaya menetapkan calon nasabah yang memiliki
kriteria sesuai dengan ketetapan yang ada, pihak BMI
mengadakan proses wawancara. Melalui wawancara, bank akan
memperoleh data sementara tentang kondisi nasabah yang
sebelumnya telah diperiksa kelengkapan dan kebenarannya.
Selain itu, akan diketahui pula komitmen dan konsistensi
keabsahan terhadap data yang sebelumnya telah disampaikan
secara tertulis oleh nasabah. Data tertulis tersebut sebagai
acuan untuk mengetahui sejauh mana keakurasian dengan data
45
60
hasil wawancara. Account manager memiliki nilai standar
tentang informasi yang diperoleh, sehingga data diharapkan
objektif, tidak bersifat relatif dan spekulatif. Hal ini penting
dalam pengambilan keputusan secara tepat apakah pengajuan
pembiayaan dapat dilanjutkan atau tidak. Informasi diperoleh
dengan pendekatan 5C, antara lain:
1. Character
Keyakinan bahwa calon nasabah tersebut memiliki
kepribadian yang positif, kooperatif, dan tanggung jawab
kepada masyarakat dan lingkungan dalam menjalankan
kegiatan usaha. Penilaian character juga dilakukan dengan
memperoleh informasi dari perbankan dan lembaga keuangan
lainnya yang pernah bekerja sama atau memberikan
pembiayaan sebelumnya kepada calon nasabah.
2. Capacity
Penilaian terhadap kemampuan calon nasabah dalam
manajemen maupun keahlian pada bidang usaha yang dijalani
sehingga dapat mengukur kemampuan untuk melaksanakan
rencana kerjanya terkait dengan penggunaan pembiayaan dan
kemampuan repayment kepada bank. Hal ini ditinjau dari:
a) Kondisi hasil produksi.
b) Sistem dan strategi distribusi dan pemasaran.
c) Kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan dengan
perusahaan pesaing.
d) Hasil penjualan tertinggi yang pernah dicapai dan piutang
dagang.
e) Sumber dan sistem pengadaan bahan baku.
f) Sistem pelaporan kegiatan usaha dan keuangan telah di
audit oleh kantor akuntan atau sesuai dengan ketentuan
bank muamalat.
g) Adanya alternatif sumber pengembalian lain.
46
61
3. Capital
Penilaian terhadap kemampuan modal yang di miliki oleh
calon nasabah dengan cara menganalisa posisi finansial
perusahaan secara keseluruhan dan penekanan pada komposisi
modalnya.
4. Collateral
Penilaian terhadap jaminan yang diberikan oleh calon
nasabah untuk dapat meyakinkan, jika terjadi risiko kegagalan
pembayaran maka jaminan dapat di pakai sebagai pengganti
dari kewajiban. Dalam memperoleh informasi jaminan, unit
support pembiayaan wajib memperhatikan hal-hal berikut:
a) Jenis jaminan yang diajukan, marketable dan nilai pasar
jaminan, serta kepemilikan jaminan.
b) Kemudahan dalam memonitor jaminan, termasuk lokasi
jaminan itu berada, jenis, sifat fisika dan kimianya.
c) Status hukum jaminan, termasuk asuransi.
5. Condition of Economy
Penilaian terhadap kondisi ekonomi yang terjadi di
masyarakat dan secara spesifik melihat keterkaitannya dengan
jenis usaha yang dijalani oleh calon nasabah. Bank
memperhatikan keadaan ekonomi yang mempengaruhi
perkembangan dan kondisi usaha. Oleh karenanya, bank
memerlukan informasi terkait gambaran bisnis secara
keseluruhan mengenai filosofi bisnis perusahaan, sasaran yang
ingin di capai, rencana kerja, prospek masa depan perusahaan,
informasi terkait bidang usaha yang dijalankan, rekan bisnis
perusahaan, teknologi yang digunakan, dan prospek masa
depan bidang usaha.
b. Evaluasi
Setelah dilakukan inisiasi, selanjutnya bank mengadakan
kunjungan kepada calon nasabah. Kegiatan ini bertujuan untuk
memperoleh data dan informasi secara menyeluruh dari calon
47
62
nasabah yang berguna untuk evaluasi terhadap pembiayaan yang
akan dibiayai. Hasil kunjungan akan disajikan dalam bentuk call
report / on the spot yaitu laporan kunjungan ke lokasi usaha
nasabah. Laporan on the spot di buat oleh account manager sebagai
dasar untuk proses pembiayaan selanjutnya, sekurang-kurangnya
harus berisikan hari dan tanggal kunjungan, nama kru pengelola
pembiayaan yang melakukan kunjungan, lokasi kunjungan dan
nama serta jabatan orang yang dimintai informasi. Tabel 6
menunjukkan garis besar pelaksanaan on the spot .
Tabel 6. Garis besar pelaksanaan On The Spot (OTS) Sumber data Informasi
Kantor Nasabah Kas Persediaan Harta tetap Piutang dagang dan hutang
dagang keadaan pegawai Pabrik/ Toko/ Lokasi Usaha/ Lokasi Poyek
Fasilitas produksi dan penyimpanan
Keadaan proyek Hasil produksi Keadaan pegawai
Kantor/ Pemasok/ Pembeli Volume penjualan dan pembelian Syarat-syarat penjualan dan
pembelian Waktu penyerahan barang Waktu dan riwayat pembayaran,
tingkat kepuasan pembeli Tingkat penyelesaian pekerjaan Kuantitas dan kualitas peralatan,
Jaminan Lokasi Kondisi Bukti kepemilikan Pemanfaatan Kapasitas Umur teknis Harga pasar dari jaminan
Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Setelah data dan informasi terkumpul, pihak bank kemudian
melakukan evaluasi kelayakan usaha yang akan dibiayai dengan
beberapa analisa, diantaranya:
48
63
a) Analisa laporan Keuangan
Bank melakukan analisa rasio-rasio keuangan dari laporan
keuangan calon nasabah. Untuk meminimalisasi risiko, bank
tidak hanya menginginkan laporan periode tahun sebelumnya,
namun juga laporan keuangan terkini sehingga informasi
mengenai kondisi keuangan calon nasabah cukup up to date
untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
Dalam menganalisa laporan keuangan, bank memiliki
penekanan yang berbeda antara perusahaan manufaktur atau
industri dengan perusahaan jasa. Analisa laporan keuangan
pada perusahaan manufaktur lebih ditekankan pada
profitabilitas terkait kualitas profit yang diperoleh, hal ini
menjadi penting karena profit berkaitan langsung terhadap
kontinuitas produksi yang menjadi sumber pengembalian.
Sedangkan pada perusahaan jasa, bank menekankan analisanya
pada kualitas asset untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas mengenai kondisi perusahaan.
b) Analisa kebutuhan pembiayaan
Bank melakukan analisa kebutuhan pembiayaan calon
nasabah secara keseluruhan, sehingga akan diketahui apakah
pembiayaan yang diperlukan perusahaan bersifat insidentil atau
permanen. Selain itu, bank juga menilai jumlah pembiayaan
yang diajukan perusahaan layak untuk diberikan atau tidak
dengan memperhatikan cashflow, siklus, dan kondisi calon
nasabah.
c) Analisa jaminan
Bank menganalisa jaminan dari calon nasabah secara teliti
dan akurat mengenai kepemilikan, letak, kondisi, dan nilai
likuidasi.
49
64
d) Analisa risiko
Bank menganalisa risiko-risiko yang mungkin terjadi dari
kegiatan usaha calon nasabah. Selain itu, bank juga melakukan
analisa sensitifitas yang bertujuan untuk melihat pengaruh
perubahan pendapatan dan biaya operasional terhadap
kemungkinan risiko yang dialami calon nasabah.
e) Perhitungan APR
Account Profitability Ratio (APR) merupakan perhitungan
yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan
atau kontribusi yang dapat disumbangkan nasabah kepada bank
atas pembiayaan yang diberikan. Oleh karenanya, bank dapat
mengetahui bahwa pricing (bagi hasil) cukup menguntungkan
dan kompetitif atau tidak.
2. Pengajuan Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP)
Tahap ini dilakukan setelah bank memutuskan bahwa proses
permohonan pembiayaan dapat dilanjutkan. Berdasarkan data dan
informasi yang telah di analisa, bank memberikan kesimpulan yang
mengarah pada suatu konklusi yang dapat dijadikan dasar pengambilan
keputusan dalam bentuk rekomendasi. Account manager akan
membuat Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP), di dalamya
terlampir struktur pembiayaan yaitu jumlah pembiayaan yang
diberikan, harga jual, bagi hasil yang ditetapkan, jangka waktu
pembiayaan, biaya administrasi bank dan hal lain terkait dengan
setting pembiayaan yang diberikan. Setelah itu, MUP tersebut akan
diajukan untuk proses selanjutnya.
3. Keputusan Pembiayaan
Pada tahap ini, account manager mempresentasikan Usulan
Pembiayaan (UP) di depan komite pembiayaan. Keputusan komite
pembiayaan dapat berupa persetujuan atau penolakan terhadap
pembiayaan yang diajukan. Apabila permohonan pembiayaan
disetujui, maka account manager membuat Offering Letter (OL) yaitu
dokumentasi legal berisi komitmen bank untuk membiayai usaha
50
65
nasabah yang ditandatangani oleh direksi/ pemimpin cabang/ kepala
divisi. Namun, jika permohonan pembiayaan tidak disetujui maka
seluruh dokumen nasabah dikembalikan disertai surat penolakan.
4. Realisasi Keputusan
Pada tahap ini, bank menyampaikan Surat Persetujuan Pembiayaan
(SPP) kepada nasabah dan dilakukan penandatanganan akad
pembiayaan serta jaminan. Akad pembiayaan adalah perjanjian antara
pihak bank dan nasabah. Di dalam akad ini, nasabah harus bersedia
memenuhi hak dan kewajibannya setelah pembiayaan diberikan.
Penandatanganan akad pembiayaan di hadiri oleh notaris, pihak bank,
dan nasabah. Kemudian, dicatat dan didaftarkan pada pengadilan
negeri yang sesuai dengan domisili bank sehingga memiliki kekuatan
hukum yang mengikat semua pihak.
5. Pemantauan Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah akan terus dipantau
penggunaannya. Pada tahap ini, bank juga memantau kondisi usaha
nasabah, jaminan, dan pembayaran kembali. Selama proses
pemantauan, bank melakukan monitoring aktif dan pasif. Monitoring
aktif yaitu kegiatan kunjungan kepada nasabah secara berkala dan hasil
kunjungan akan disajikan dalam bentuk call report yang akan
disampaikan kepada komite pembiayaan. Sedangkan monitoring pasif
yaitu memonitoring pembayaran kewajiban nasabah kepada bank
setiap akhir bulan.
6. Pelunasan Pembiayaan
Proses pembayaran angsuran dilakukan dengan mendebet otomatis
saldo direkening tabungan nasabah. Setelah jatuh tempo dan nasabah
melunasi pembiayaan, bank membuat bukti pelunasan untuk
penyerahan kembali jaminan kepada nasabah.
Proses pemberian keputusan persetujuan pembiayaan tidak lepas
dari keterkaitan account manager, unit support pembiayaan, bussiness
manager, dan komite pembiayaan. Skema proses pembiayaan BMI
mulai dari permohonan pembiayaan calon nasabah kemudian diproses
51
66
oleh account manager, unit support pembiayaan, bussiness manager
hingga persetujuan permohonan pembiayaan oleh komite pembiayaan
ditunjukkan pada (lampiran 6). Gambar 5 menunjukkan secara garis
besar proses penyaluran pembiayaan BMI.
Tidak
Ya
Gambar 5. Proses Penyaluran Pembiayaan PT BMI, Tbk
Pengumpulan Data
Verifikasi Data
Pengajuan Memorandum Usulan Pembiayaan
Akad Pembiayaan
Realisasi Pembiayaan
Pemantauan Pembiayaan
Keputusan Pembiayaan
Pelunasan Pembiayaan
Pembiayaan ditolak
52
67
4.3. Perkembangan Pembiayaan
Sebagai lembaga keuangan, Bank Muamalat Indonesia menjalankan
fungsi intermediasi yang salah satu kegiatan utamanya adalah
menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. BMI
merupakan bank syariah besar dilihat dari segi penyaluran pembiayaan.
Selama tiga tahun terakhir, yaitu periode tahun 2007-2010 perkembangan
usaha BMI dalam hal menyalurkan pembiayaan secara keseluruhan
mengalami peningkatan. Gambar 6 menunjukkan perkembangan jumlah
pembiayaan berdasarkan produk selama periode tahun 2007-2010.
Gambar 6. Grafik Perkembangan Jumlah Pembiayaan Berdasarkan
Produk Pembiayaan Periode 2007-2010. Sumber: Laporan Keuangan PT BMI, Tbk (data diolah)
Gambar 6 menunjukkan bahwa berdasarkan produk pembiayaan, ke
tujuh jenis pembiayaan yang disalurkan mengalami perkembangan yang
berbeda selama 3 tahun terakhir. Pembiayaan musyarakah merupakan
jenis pembiayaan yang mengalami peningkatan setiap tahun, sebaliknya
pembiayaan istishna terus mengalami penurunan. Sedangkan untuk jenis
pembiayaan mudharabah, murabahah, qardh, dan ijarah mengalami
perkembangan yang berfluktuasi. Namun, secara keseluruhan dari total
pembiayaan yang disalurkan oleh BMI, jumlah pembiayaan terus
meningkat dari tahun ke tahun selama periode 2007-2010. Tabel 7
menunjukkan perkembangan jumlah pembiayaan BMI per periode
triwulan dalam kurun waktu 3 tahun.
53
68
Tabel 7. Perkembangan pembiayaan per triwulan periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah)
Periode Total Pembiayaan
Berdasarkan Produk Pembiayaan ( dalam jutaan rupiah) Musyarakah Mudharabah Murabahah Istishna Qardh Ijarah
Mar-07 6,400,578 466,847 2,199,768 3,034,817 179,401 41,118 478,627 100 % 7,29 % 34,37 % 47,41 % 2,80 % 0,64 % 7,48 %
Jun 7,302,083 1,054,084 2,307,569 3,629,865 169,923 48,318 92,324 100% 14,44 % 31,60 % 49,71 % 2,33 % 0,66 % 1,26 %
Sept 8,209,610 1,433,152 2,400,371 4,055,053 162,998 71,182 86,854 100% 17,46 % 29,24 % 49,39 % 1,99 % 0,87 % 1,06 %
Des 8,579,572 1,783,074 2,368,207 4,064,004 156,989 123,242 84,056 100% 20,78 % 27,60 % 47,37 % 1,83 % 1,44 % 0,98 %
Mar-08 8,743,740 2,048,980 2,274,212 3,988,901 150,654 182,107 98,886 100% 23,43 % 26,01 % 45,62 % 1,72 % 2,08 % 1,13 %
Jun 9,615,975 2,268,068 2,300,790 4,525,901 137,153 213,735 170,328 100% 23,59 % 23,93 % 47,07 % 1,43 % 2,22 % 1,77 %
Sept 10,408,969 2,796,195 2,158,777 4,835,304 128,392 183,044 307,257 100% 26,86 % 20,74 % 46,45 % 1,23 % 1,76 % 2,95 %
Des 10,479,749 3,044,130 1,940,431 4,890,799 101,763 186,492 316,134 100% 29,05 % 18,52 % 46,67 % 0,97 % 1,78 % 3,02 %
Mar-09 10,655,895 3,556,277 1,785,704 4,610,212 92,521 227,208 383,973 100% 33,37 % 16,76 % 43,26 % 0,87 % 2,13 % 3,60 %
Jun 11,135,534 4,069,135 1,651,649 4,546,191 83,115 280,349 505,095 100% 36,54 % 14,83 % 40,83 % 0,75 % 2,52 % 4,54 %
Sept 11,275,560 4,430,335 1,508,239 4,437,767 73,691 287,004 538,524 100% 39,29 % 13,38 % 39,36 % 0,65 % 2,55 % 4,78 %
Des 11,391,076 4,550,364 1,391,472 4,547,459 62,899 306,414 532,468 100% 39,95 % 12,22 % 39,92 % 0,55 % 2,69 % 4,67 %
Mar-10 11,939,200 4,754,965 1,294,323 4,919,196 53,425 387,584 529,707 100% 39,83 % 10,84 % 41,20 % 0,45 % 3,25 % 4,44 %
Jun 12,769,968 5,086,606 1,319,340 5,305,388 46,767 447,687 564,180 100% 39,83 % 10,33 % 41,55 % 0,37 % 3,51 % 4,42%
Persentase rata-rata 27,98 % 20,74 % 44,70 % 1,28% 2,01 % 3,29% Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk (data diolah)
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa penyaluran pembiayaan
murabahah dari tahun 2007-2010 selalu memiliki komposisi terbesar
dibandingkan dengan pembiayaan lainnya, kecuali pada triwulan ke empat
tahun 2009 didominasi oleh pembiayaan musyarakah dengan persentase
yang tidak jauh berbeda dengan murabahah yaitu sebesar 39,95%
sedangkan murabahah sebesar 39,92%. Murabahah merupakan jenis
pembiayaan yang paling banyak disalurkan dengan rata-rata 44,70%
terhadap total pembiayaan. Selanjutnya oleh pembiayaan musyarakah
sebesar 27,98%, mudharabah 20,74%, ijarah 3,29%, qard 2,01%, dan
istishna 1,28%. Hal ini terjadi karena sebagian besar kebutuhan peminjam
54
69
terfokus pada produk jual-beli dengan akad murabahah. Disamping itu,
kemungkinan terjadinya risiko pada akad murabahah tergolong rendah
jika dibandingkan dengan pembiayaan lainnya.
Secara keseluruhan dari total pembiayaan, BMI terus meningkatkan
pembiayaan dengan persentase rata-rata sebesar 5,54% per triwulan
selama 3 tahun terakhir. Pada triwulan ke dua 2010, jumlah pembiayaan
mencapai Rp 12.769.968.000.000 atau meningkat 74,88% dibandingkan
periode yang sama pada tahun 2007 sebesar Rp 7.302.083.000.000.
Peningkatan ini terjadi karena jumlah dana pihak ketiga dan peminjam
juga meningkat selama periode 2007-2010. Gambar 7 menunjukkan
bahwa penyaluran pembiayaan BMI mengalami peningkatan karena
didukung oleh jumlah DPK yang berhasil dihimpun.
Gambar 7.Grafik Perkembangan Jumlah Dana Pihak Ketiga (Giro,
Tabungan, Deposito) dan Penyaluran Pembiayaan Periode 2007-2010.
Sumber: Laporan Keuangan PT BMI, Tbk (data diolah)
Untuk dapat memenuhi permintaan uang dalam bentuk pembiayaan
dalam jumlah besar dibutuhkan jumlah dana pihak ketiga yang besar pula.
Hal ini terlihat dari perkembangan pembiayaan dengan persentase rata-rata
5,54% diimbangi oleh jumlah dana pihak ketiga yang tumbuh dengan
persentase rata-rata sebesar 4,26%. Dengan tersedianya dana dalam jumlah
yang cukup tinggi maka akan berimplikasi pada kemampuan BMI untuk
menyalurkan pembiayaannya. Hal ini karena untuk melakukan ekspansi
pembiayaan dibutuhkan dana yang memenuhi. Kebutuhan dana untuk
melakukan ekspansi pembiayaan tersebut, dipenuhi BMI dengan
mengelola beberapa sumber dana. Sumber utama untuk menyalurkan
55
70
pembiayaan berasal dari penghimpunan dana pihak ketiga yaitu tabungan,
giro, dan deposito. Gambar 8 menunjukkan komposisi dana pihak ketiga
yang dihimpun BMI selama periode 2007-2010
Gambar 8. Komposisi Dana Pihak Ketiga (Giro, Tabungan, Deposito)
Periode 2007-2010. Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
Selama periode 2007-2010, deposito memiliki kontribusi yang sangat
besar terhadap total DPK yang berhasil dihimpun oleh BMI yaitu sebesar
55,72%, tabungan sebesar 35,56%, dan giro sebesar 8,72%. Besarnya
kontribusi deposito terhadap DPK disebabkan oleh nisbah bagi hasil
deposito lebih besar daripada dua produk simpanan lainnya, hal ini
dikarenakan dana deposito memiliki jangka waktu yang lebih lama untuk
diinvestasikan kepada bank. Oleh karenanya, nasabah lebih tertarik
menyimpan uangnya pada produk simpanan dalam bentuk deposito
dibandingkan giro dan tabungan.
Tabel 8. Jumlah Dana Pihak Ketiga (Giro, Tabungan, Deposito) periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah)
Periode Giro Tabungan Deposito Total DPK Tingkat Pertumbuhan
Mar-07 744,285 2,603,116 3,984,246 7,331,647 Jun 714,179 2,795,755 4,262,666 7,772,601 6,01% Sept 895,587 3,055,692 4,272,587 8,223,866 5,81% Des 950,152 3,447,528 4,616,118 9,013,798 9,61% Mar-08 933,682 3,455,606 5,076,520 9,465,808 5,01% Jun 1,017,581 3,650,757 4,877,810 9,546,148 0,85% Sept 871,344 3,805,209 5,628,483 10,305,036 7,95% Des 767,484 3,972,304 6,060,764 10,800,552 4,81% Mar-09 858,034 4,203,957 6,493,913 11,555,904 6,99% Jun 867,321 4,312,812 7,620,779 12,800,912 10,77% Sept 920,715 4,283,054 7,488,454 12,692,223 -0,85% Des 1,201,634 4,194,616 8,225,530 13,621,780 7,32% Mar-10 1,023,914 4,351,897 6,644,445 12,020,256 -11,76% Jun 1,475,816 4,464,492 6,414,616 12,354,924 2,78% Persentase rata-rata 4,26%
Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk (data diolah)
56
71
Seperti yang terlihat pada Tabel 8 sepanjang tahun 2007 sampai 2010,
deposito selalu menjadi pemberi kontribusi terbesar dibandingkan giro dan
tabungan terhadap total DPK. Secara keseluruhan, jumlah DPK yang
berhasil dihimpun BMI terus mengalami peningkatan setiap tahunnya
dengan persentase rata-rata sebesar 4,26%. Peningkatan jumlah DPK
terjadi mulai dari periode Juni 2007 hingga 2009, kemudian menurun
sebesar 0,85% yaitu pada periode September 2009 dan berhasil
ditingkatkan kembali di periode Desember 2009 sebesar 7,32%. Pada
triwulan pertama tahun 2010, DPK kembali mengalami penurunan sebesar
11,76% dan berhasil ditingkatkan kembali pada periode berikutnya sebesar
2,78%.
Selain dana pihak ketiga, besarnya jumlah peminjam yang terus
bertambah merupakan faktor lain yang mengakibatkan peningkatan jumlah
pembiayaan selama periode 2007-2010.
Gambar 9. Grafik Perkembangan Jumlah Peminjam Berdasarkan Produk
Pembiayaan Periode 2007-2010 Sumber: Laporan Keuangan PT BMI, Tbk (data diolah)
Gambar 9 menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2007 sampai tahun
2010 jumlah peminjam selalu bertambah. Pada periode Juni 2010 jumlah
peminjam produk pembiayaan sebanyak 103.096 orang atau mengalami
peningkatan sebesar 188,72% dibandingkan periode yang sama pada tahun
2007 dengan jumlah peminjam mencapai 35.708 orang. Meningkatnya
jumlah peminjam disebabkan oleh beberapa hal, yaitu dukungan
permintaan islamic product yang berdampak pada respon positif terhadap
57
72
bank syariah dan semakin bertambahnya dunia bisnis yang membutuhkan
bantuan permodalan.
4.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Risiko Pembiayaan
Sebagai lembaga keuangan yang salah satu kegiatan utamanya adalah
menyalurkan dana kepada nasabah, BMI tidak terlepas dari risiko
pembiayaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko
pembiayaan berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Faktor
internal yang mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan terdiri dari
sumber daya manusia, teknologi informasi, kebijakan dan prosedur, serta
keuangan. Sedangkan faktor eksternal yang sifatnya berasal dari luar bank
dan berpengaruh terhadap terjadinya risiko pembiayaan terdiri dari
debitur, kebijakan pemerintah, dan persaingan dengan bank lain.
1. Internal Perusahaan
a. Sumber Daya Manusia
Bank Muamalat Indonesia merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak di bidang jasa yang tata kerjanya dilakukan oleh
sumber daya manusia. Oleh karenanya, SDM penting untuk
diperhatikan agar hasil kerja yang diperoleh dapat optimal. Kualitas
SDM terkait dengan risiko pembiayaan berkenaan dengan moral
hazard dan morale hazard. Terjadinya moral hazard apabila
karyawan dengan sengaja melakukan tindakan untuk
menguntungkan diri sendiri sehingga menimbulkan kerugian bagi
bank. Sedangkan morale hazard terjadi karena kondisi atau
lingkungan yang menyebabkan karyawan kurang hati-hati dalam
melakukan proses pembiayaan kepada peminjam.
Account manager merupakan SDM analis pembiayaan yang
sangat mempengaruhi risiko pembiayaan. Hal ini karena account
manager mengetahui secara keseluruhan informasi calon nasabah
dan melakukan analisis kelayakan pembiayaan untuk calon nasabah
tersebut. Pada BMI, moral hazard tidak pernah dilakukan baik oleh
karyawan maupun account manager karena setiap karyawan
mendapat pengawasan ketat dari supervisor atau unit di atasnya
58
73
begitu pula dengan account manager. Sebelum pembiayaan
disetujui, account manager harus mempresentasikan usulan
pembiayaannya di depan komite pembiayaan dan berada di bawah
pengawasan langsung business manager.
Sedangkan morale hazard yang terjadi tidak mempengaruhi
risiko pembiayaan secara signifikan. Hal ini karena pihak BMI
melakukan upaya antisipasi untuk meminimalisasi terjadinya
morale hazard melalui beberapa tindakan pencegahan risiko yaitu
pada saat proses recruitment dan pelatihan analisis pembiayaan
secara intensif. Perekrutan ditekankan pada knowledge, skill, dan
attitude. Analis pembiayaan diberikan pelatihan terkait pembiayaan
seperti, pelatihan analisis pembiayaan dan pembiayaan bermasalah,
pelatihan aspek legal dan akad-akad bank syariah, project finance
and loan syndication training, serta personal development. Kualitas
SDM terutama analis pembiayaan yang baik akan meminimalisasi
risiko pembiayaan sehingga mengurangi kerugian akibat risiko
tersebut.
b. Teknologi Informasi
Sistem Teknologi Informasi (TI) yang terpadu merupakan
suatu keharusan bagi setiap bank untuk dapat mengelola jutaan
informasi dengan efektif dan efisien. Disamping itu, ketentuan
undang-undang perbankan dalam peraturan BI No 9/15/PBI/2007
menuntut setiap bank untuk menjalankan sistem IT terkini dalam
rangka memantau dan mengendalikan risiko. Sejalan dengan misi
BMI untuk menjadi role model lembaga keuangan syariah dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen,
dan orientasi investasi yang inovatif maka untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada stakeholders, manajemen memahami
pentingnya teknologi informasi yang terintegrasi, akurat, up to
date, konsisten, tepat waktu, dan relevan dalam pengelolaan risiko.
Sebagai bukti komitmen dalam menerapkan manajemen risiko di
bidang teknologi informasi, saat ini BMI telah menjalankan
59
74
Financing Orginating System (FOS) yaitu sistem informasi debitur
yang mendukung kegiatan pemberian pinjaman dan pengelolaan
risiko dengan kapasitas di atas puluhan ribu transaksi per menit.
Selain itu, BMI juga menggunakan Daftar Hitam Nasional dan
credit scoring model (CSM) sebagai alat bantu pengambilan
keputusan pemberian pembiayaan perorangan. Aplikasi tersebut
memungkinkan efektivitas dan efisiensi waktu untuk menilai
kelayakan calon peminjam secara tepat. Ketepatan penilaian
kelayakan calon peminjam meminimalisasi kerugian risiko
pembiayaan.
c. Kebijakan dan Prosedur
Ekspansi pembiayaan dari tahun ke tahun dapat meningkatkan
potensi risiko pembiayaan. Oleh karenanya, perusahaan perlu
menetapkan kebijakan yang mengatur pembiayaan tersebut.
Kebijakan mengenai jangka waktu pengembalian dan profit sharing
(nisbah bagi hasil) dengan peminjam berpengaruh terhadap risiko
pembiayaan. Kebijakan tersebut akan dapat meningkatkan atau
mengurangi risiko pembiayaan.
Jangka waktu pengembalian adalah waktu jatuh tempo bagi
peminjam untuk melakukan pembayaran kembali pembiayaannya.
Semakin lama jangka waktu yang diberikan maka pengembalian
yang diperoleh bank akan semakin besar. Namun di sisi lain,
kemungkinan terjadinya gagal bayar semakin tinggi.
Profit sharing antara bank dengan peminjam disepakati antara
kedua belah pihak di awal perjanjian. Semakin besar jumlah dana
yang dipinjam maka profit sharing yang diterima bank akan
semakin besar pula. Namun di sisi lain, beban bank kepada
penabung juga lebih besar apabila peminjam tidak mampu
membayar kembali pinjamannya. Hal ini karena keuntungan bank
tidak diperoleh dengan cara konsep biaya dimana bank
mendapatkan spread positif atau selisih antara pendapatan dari
peminjam dengan beban yang harus dibayar kepada penabung.
60
75
Keuntungan yang diperoleh bank adalah pendapatan dari
pembiayaan yang kemudian dibagi dua dengan penabung
berdasarkan nisbah bagi hasil di awal perjanjian. Di samping itu,
bank perlu memberikan bagi hasil yang kompetitif guna menjaga
loyalitas penabung agar tidak beralih kepada bank lain dalam
menginvestasikan dananya.
Ketidakmampuan peminjam membayar kembali pinjamannya
akan meningkatkan risiko pembiayaan. Oleh karenanya, kebijakan
dan prosedur yang tepat terkait penetapan jangka waktu
pengembalian dan penetapan nisbah bagi hasil disesuaikan dengan
kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran kembali. Hal
ini membantu bank mengelola risiko pembiayaan sehingga
mengurangi kerugian akibat risiko tersebut.
d. Keuangan
Kemampuan keuangan BMI berhubungan dengan kemampuan
dalam mencadangkan sejumlah uang (cadangan penghapusan
piutang ragu-ragu) untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian
akibat peminjam gagal bayar. Cadangan penghapusan piutang ragu-
ragu harus mampu menutupi kemungkinan kerugian yang akan
dihadapi oleh BMI secara efisien dan efektif.
Dana yang dicadangkan sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu mewajibkan bank untuk
membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Tetap (PPAP) terhadap
pembiayaan yang disalurkan dengan ketetapan sebagai berikut:
Tabel 9. PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan kualitas.
Kualitas Pembiayaan Minimum PPAP Lancar 1% x pembiayaan lancar Dalam Perhatian Khusus 5% x (Pembiayaan DPK) Kurang Lancar 15% x (Pembiayaan KL – agunan) Diragukan 50% x (Pembiayaan D – agunan) Macet 100% x (Pembiayaan M – agunan)
Sumber: PBI No.8/2/2006
61
76
Selama periode 2007-2010, persentase rata-rata CAR yang
dimiliki BMI yaitu sebesar 11,48% atau berada di atas nilai minimal
CAR yang harus dimiliki oleh bank berdasarkan ketetapan BI yaitu
8%. Hal ini menunjukkan kemampuan keuangan perusahaan untuk
mengantisipasi kemungkinan kerugian akibat gagal bayar, sehingga
dapat meminimalisasi risiko pembiayaan yang terjadi.
e. Pengendalian Internal (Internal Control)
Internal control atau pengendalian internal adalah suatu bentuk
pengendalian terhadap masing-masing faktor yang menyebabkan
timbulnya risiko pembiayaan. Pengendalian internal ini berupa
pengawasan aktif oleh Branch Risk Control Officer (BRCO) pada
masing-masing cabang yang menilai kecukupan proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan sistem informasi manajemen risiko.
Dengan dilakukan Internal control maka bank dapat menfilterisasi
sejak awal terjadinya risiko pembiayaan sehingga dapat mengurangi
kemungkinan kerugian akibat risiko tersebut.
2. Eksternal Perusahaan
a. Kebijakan Pemerintah
Ketentuan dan tata cara tentang lembaga keuangan perbankan
syariah diatur dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun
1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998. Bank syariah pun secara khusus diatur dalam UU No
23 tahun 2008 dan PP No 72 tahun 1992, sehingga perbankan
merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan
dibatasi.
Dalam praktiknya, manajemen risiko BMI mengacu pada
kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Bank
Indonesia (PBI), diantaranya adalah PBI No.11/25/PBI/2009
tanggal 1 Juli 2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum, PBI No12/07/PBI/2010 tentang Sertifikasi Manajemen
Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum, dan PBI
62
77
No.10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum.
Pemerintah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap
pengelolaan risiko bagi perbankan syariah dengan dibentuknya
regulasi manajemen risiko perbankan syariah secara tersendiri.
Dengan diberlakukannya regulasi tersebut, membantu BMI
menyehatkan dan memperbaiki pengelolaan risiko yang memiliki
variasi akad untuk produk pembiayaannya sehingga kerugian akibat
risiko tersebut dapat diminimalisasi.
b. Peminjam
Peminjam merupakan pengguna dari pembiayaan yang
diberikan bank. Terhentinya pembayaran kembali oleh peminjam
berakibat pada terjadinya risiko pembiayaan. Hal ini dapat terjadi
karena unsur kesengajaan, artinya peminjam tidak mau membayar
kewajiban pembiayaannya. Selain itu adanya unsur
ketidaksengajaan karena musibah seperti bencana alam juga
menjadi faktor penyebab terjadinya risiko. Hal ini sulit dikendalikan
pihak bank dan sifatnya berbeda dengan faktor internal dimana
bank dapat mengawasi dan mengontrol faktor tersebut. Risiko dapat
terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari peminjam,
diantaranya: karakter peminjam, pekerjaan atau usaha peminjam,
dan musibah.
Karakter adalah sifat atau watak dari peminjam seperti
kepribadian yang positif, kooperatif, dan tanggung jawab. Penilaian
yang tidak objektif terhadap karakter calon peminjam
memungkinkan peminjam dengan sengaja melakukan pembiayaan
macet. Penilaian karakter perlu diperhatikan karena berkaitan
dengan i’tikad dan kesadaran calon nasabah untuk membayar
kembali pinjamannya.
Pekerjaan dan usaha calon nasabah mempengaruhi risiko
pembiayaan. Terganggunya kegiatan usaha yang berdampak pada
pendapatan peminjam dapat mempengaruhi kemampuan membayar
63
78
kembali pinjamannya. Selain dilihat dari sisi pendapatan, bagi
peminjam yang memiliki pekerjaan atau berprofesi sebagai ahli
hukum perlu diperhatikan apakah kooperatif atau tidak karena
dikhawatirkan peminjam dapat menghindari kewajibannya dengan
mencari kekurangan dari segi hukum atas perjanjian yang
disepakati.
Musibah merupakan faktor penyebab terjadinya risiko yang
berasal dari peminjam dan sifatnya tidak dapat diprediksi
sebelumnya, seperti bencana alam dan pemutusan hubungan kerja.
Karakter peminjam yang tidak cooperative, terganggunya
kegiatan usaha, dan musibah yang dialami peminjam meningkatkan
risiko pembiayaan.
c. Persaingan dengan Bank Lain
Perkembangan dunia usaha perbankan yang semakin agresif
menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar bank. Setiap bank
bersaing untuk terus menambah jumlah jaringan kantor pelayanan,
menambahkan inovasi kedalam berbagai produk yang ditawarkan
dan memberikan kemudahan dalam bentuk persyaratan pembiayaan
dan proses pencairan serta kompetitif dalam memberikan nisbah
bagi hasil kepada peminjam. Dengan semakin mudahnya
persyaratan pembiayaan dan proses pencairan, maka semakin
banyak orang yang tertarik dengan sistem tersebut. Bank Syariah
Mandiri merupakan pesaing utama BMI yang memberikan
pembiayaan tanpa jaminan bagi nasabah sehingga persyaratan
pembiayaan dan proses pencairan lebih mudah dan cepat.
Persaingan ini meningkatkan risiko pembiayaan.
4.5. Manajemen Risiko Pembiayaan
Praktik manajemen risiko BMI mengacu pada peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum yang dijelaskan lebih lanjut di dalam
ketentuan internal bank sebagai Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko
(PKMR). Proses manajemen risiko dijalankan dengan melakukan
64
79
identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko. Untuk
mendukung pelaksanaan tersebut dilakukan penilaian terhadap sistem
kontrol risiko yang meliputi peran aktif dewan direksi dan komisaris,
kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem informasi manajemen serta
pengendalian internal.
Penerapan manajemen risiko diarahkan untuk memperkuat
infrastruktur manajemen risiko, yaitu kelengkapan organisasi dan SDM,
kecukupan kebijakan dan prosedur pembiayaan serta sistem informasi
manajemen. Secara garis besar, beberapa langkah penting yang masih
akan dilakukan guna menyempurnakan ketiga elemen tersebut,
diantaranya:
Sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat bank.
Review terhadap kebijakan dan prosedur pembiayaan, salah satunya
adalah penyesuaian limit persetujuan komite pembiayaan yang
disesuaikan dengan kondisi risiko serta target pertumbuhan bisnis bank
Muamalat.
Menyempurnakan Lembar Kerja Pencatatan dan Pelaporan Transaksi
Berisiko (LKPPTB) sehingga menjadi lebih komprehensif, efektif dan
efisien.
Mengembangkan dan melengkapi instrumen pemeringkatan credit
worthiness (kelayakan) nasabah.
Menguji metode pengukuran potensial loss berdasarkan database yang
terbentuk .
Pengukuran profil risiko per posisi triwulanan.
Perhatian manajemen terhadap pentingnya pengelolaan risiko
pembiayaan dijalankan oleh Financing Risk Management Unit mulai dari
tingkat cabang, area, sampai pusat. Financing Risk Management Unit
berada di bawah pengawasan Risk Management Division dengan fungsi
utama melakukan filterisasi awal terhadap setiap proposal pembiayaan
nasabah yang diajukan oleh cabang, sebelum diputuskan oleh komite
pembiayaan sesuai dengan kewenangannya. Manajemen risiko
pembiayaan BMI meliputi:
65
80
4.5.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan
Proses pengidentifikasian risiko dilakukan oleh BMI dengan
sistem yang terintegrasi dan terkomputerisasi. Hal ini menunjukkan
perhatian dan kesadaran bank terhadap pentingnya penggunaan
teknologi informasi dalam pelaksanaan manajemen risiko, termasuk
identifikasi risiko. Pengidentifikasian dilakukan pada akhir bulan
oleh analis pembiayaan. Semua data terkait angsuran dan sisa
pinjaman masuk ke dalam database sehingga dapat terlihat besarnya
pembiayaan bermasalah yang terjadi. Proses pengidentifikasian ini
sangat penting untuk tahap selanjutnya.
4.5.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan
Setelah melalui tahap pengidentifikasian, selanjutnya dilakukan
pengelompokan pembiayaan yang mengalami keterlambatan
pembayaran. Proses pengelompokan sesuai dengan peraturan Bank
Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 november 1999 tentang
kualitas aktiva produktif yaitu pembiayaan dikelompokkan dalam 5
jenis kolektibilitas berdasarkan tingkat kelancaran pembayaran
kewajiban peminjam yang diukur dari jumlah hari tunggakan.
Kelima jenis kolektibilitas itu antara lain kolektibilitas lancar, dalam
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Pembiayaan
dengan kualitas lancar dan dalam perhatian khusus digolongkan ke
dalam pembiayaan tidak bermasalah, sedangkan pembiayaan
dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet digolongkan
dalam pembiayaan bermasalah. Besar masing-masing kolektibilitas
pada tahun 2007-2010 terlihat pada Gambar 10 dan Tabel 10.
Gambar 10.Komposisi Kolektibilitas Pembiayaan periode
2007-2010 Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
66
81
Tabel 10. Jumlah Kolektibilitas Pembiayaan Periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Pembiayaan Lancar
Pembiayaan Dalam
Perhatian Khusus
Pembiayaan Kurang Lancar
Pembiayaan diragukan
Pembiayaaan macet
Mar-07 5,854,865 310,617 91,772 18,755 124,569 Jun 6,541,362 385,492 166,589 64,451 144,189 Sept 7,381,220 287,149 225,136 117,585 198,520 Des 8,168,357 161,738 61,257 26,085 162,135 Mar-08 8,107,216 353,583 87,498 37,844 157,599 Jun 8,779,607 372,766 248,932 62,948 151,722 Sept 9,531,499 364,295 285,892 69,823 157,460 Des 9,658,805 365,739 290,389 28,895 135,741 Mar-09 9,254,621 718,529 391,753 59,801 231,191 Jun 9,836,709 858,470 181,713 57,315 201,327 Sept 9,317,690 958,950 617,000 55,236 326,684 Des 9,995,758 856,864 41,849 401,297 95,308 Mar-10 9,887, 240 1,266,885 470,396 32,783 281,896 Jun 10,484,572 1,682,672 256,803 39,585 306,336 Rata-rata 8,771,394 638,839 244,070 76,600 191,048 Persentase 88,40% 6,44% 2,46% 0,77% 1,93%
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa rata-rata pembiayaan lancar
memiliki persentase yang paling besar diantara kolektibilitas
lainnya yaitu sebesar 88,40% terhadap total rata-rata kolektibilitas.
Selama tiga tahun terakhir, kolektibilitas lancar paling rendah
terjadi pada periode Maret 2007 yaitu sebesar
Rp 5.854.865.000.000 dan paling tinggi pada periode Juni 2010
yaitu sebesar Rp 10.484.572.000.000.
Pembiayaan dalam perhatian khusus merupakan kolektibilitas
yang kedua dimana keterlambatan pembayaran kurang dari 90 hari,
dengan persentase rata-rata 6,44% terhadap total kolektibilitas.
Jumlah pembiayaan dalam perhatian khusus paling tinggi terjadi
pada periode Juni 2010 yaitu sebesar Rp 1.682.672.000.000.
Sedangkan paling rendah terjadi pada periode Desember 2007
yaitu sebesar Rp 161.738.000.000.
Pembiayaan pada kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan
macet dikatakan bermasalah dan termasuk kedalam Non
Performing Finance (NPF). NPF adalah pembiayaan yang tidak
67
82
diikuti oleh pelunasan pembayaran pokok atau angsuran
sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam perjanjian sehingga
ada kemungkinan potensial loss. Persentase dari total rata-rata
pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet yaitu masing-
masing sebesar 2,46%, 0,77%, dan 1,93%. Kolektibilitas kurang
lancar dimana keterlambatan pembayaran kurang dari 180 hari
paling tinggi terjadi pada periode September 2009 yaitu sebesar Rp
617.000.000.000 sedangkan paling rendah terjadi pada periode
Desember 2009 yaitu sebesar Rp 41.849.000.000. Kolektibilitas
diragukan dimana keterlambatan pembayaran kurang dari 270 hari
paling tinggi terjadi pada periode Desember 2009 yaitu sebesar
Rp 401.297.000.000 sedangkan paling rendah terjadi pada periode
Maret 2007 yaitu sebesar Rp 18.755.000.000. Kolektibilitas macet
dimana keterlambatan pembayaran lebih dari 270 hari paling tinggi
terjadi pada periode September 2009 yaitu sebesar
Rp 326.684.000.000 sedangkan paling rendah terjadi pada periode
Desember 2009 yaitu sebesar Rp 95.308.000.000.
4.5.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan
Setiap pembiayaan yang disalurkan memiliki potensi risiko.
Besarnya risiko pembiayaan ditunjukkan oleh Non Performing
Finance (NPF) yaitu pembiayaan yang tidak diikuti oleh pelunasan
pembayaran pokok atau angsuran sebagaimana yang telah
dipersyaratkan dalam perjanjian sehingga ada kemungkinan
potensial loss. Kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet
termasuk ke dalam NPF. Rasio NPF diperoleh dari pembagian
antara NPF dengan total pembiayaan yang disalurkan. Semakin
besar rasio NPF, semakin tinggi pula risiko yang ditanggung oleh
bank. Tingginya NPF menunjukkan kegagalan bank dalam
mengelola dana yang ada. Nilai NPF akan mempengaruhi laba
yang diperoleh dan menentukan posisi bank tersebut dinyatakan
sehat atau tidak. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank
wajib memiliki NPF neto di bawah 5 persen. Bank dengan nilai
68
83
NPF neto di atas 5 persen akan masuk dalam program pengawasan
intensif BI.
Tabel 11. Persentase Non Performing Finance pembiayaan periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah)
Tahun NPF Pembiayaan NPF Gross
PPAP NPF net
Mar-07 253.096 6.400.578 3,67% 141.126 2,70% Jun 375.229 7.302.083 5,14% 174.617 3,93% Sept 541.241 8.209.610 6,59% 218.113 4,96% Des 249.477 8.579.572 2,91% 232.778 1,33% Mar-08 282.941 8.743.740 3,24% 242.793 1,61% Jun 463.602 9.654.529 4,82% 209.519 3,72% Sept 513.175 10.408.969 4,93% 218.990 3,88% Des 455.025 10.479.749 4,34% 165.685 3,80% Mar-09 682.745 10.655.895 6,41% 180.509 5,99% Jun 440.355 11.135.534 3,95% 210.517 3,23% Sept 998.920 11.275.560 8,86% 308.363 7,32% Des 538.454 11.391.076 4,73% 207.474 4,11% Mar-10 785.075 11.939.200 6,58% 230.308 5,83% Jun 602.724 12.769.968 4,72% 259.760 3,93%
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
Tabel 11 menunjukkan bahwa NPF pada BMI mengalami
fluktuasi setiap tahunnya. NPF gross terendah terjadi pada triwulan
terakhir 2007 yaitu sebesar 2,91% dengan NPF net 1,33% dan
tertinggi pada triwulan ke tiga 2009 yaitu sebesar 8,86% dengan
NPF net 7,32%. Pada tahun 2009 terdapat dua periode dimana
tingkat NPF di atas 5%, yaitu pada triwulan pertama sebesar 6,41%
dan triwulan ke tiga sebesar 8,86%. Hal ini terjadi karena situasi
ekonomi pada awal tahun 2009 masih diliputi ketidakpastian
setelah krisis keuangan global akhir tahun 2008. Pada akhir 2009,
BMI mampu menurunkan posisi NPF ke level yang lebih rendah
yaitu sebesar 4,73% melalui rencana kerja perbaikan dan
mengarahkan pembiayaan ke sektor yang relatif aman dan berisiko
rendah. Meski demikian, tingkat NPF masih mengalami fluktuasi
yaitu pada triwulan pertama 2010, NPF meningkat mencapai
6,58% dan turun kembali pada triwulan berikutnya yaitu sebesar
4,72%. Pergerakan NPF gross dapat dilihat pada Gambar 11.
69
84
Gambar 11. Grafik Perkembangan Rasio NPF Gross periode
2007-2010 Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
4.5.4. Pengendalian dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan
Pengendalian risiko pembiayaan adalah upaya untuk menjaga
pembiayaan yang diberikan lancar dan produktif. Strategi
pengendalian dan pengelolaan pembiayaan BMI terdiri dari
preventive control of credit dan repressive control of credit.
1. Preventive Control of Finance
Preventive control of finance adalah pengendalian
pembiayaan yang dilakukan dengan tindakan pencegahan
sebelum pembiayaan tersebut bermasalah. Upaya preventive
control of finance dilakukan dengan cara:
a. Penetapan Prosedur dan Kebijakan Umum Pembiayaan.
Prosedur dan kebijakan pembiayaan merupakan acuan
bank dalam melakukan pengendalian risiko mulai dari
pemberian pembiayaan sampai pada penagihan. Sehingga
dalam penetapannya, menekankan pada aspek yuridis dan
kehati-hatian. Aspek yuridis, yaitu prosedur dan kebijakan
sesuai dengan peraturan dan ketetapan Bank Indonesia.
Aspek kehatian-hatian, yaitu menjaga sistem perbankan yang
sehat, kuat, dan efisien. Prosedur dan kebijakan pembiayaan
yang baik dan teratur memudahkan koordinasi pusat dengan
cabang dalam melakukan pengawasan terhadap berbagai
kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan.
70
85
b. Asuransi
Untuk mengurangi kemungkinan kerugian dari risiko
pembiayaan, bank melakukan kerjasama dengan beberapa
asuransi, yaitu asuransi jiwa yang digunakan apabila
peminjam meninggal dunia dan asuransi pembiayaan untuk
mengurangi kerugian akibat pembiayaan macet. Asuransi
yang digunakan BMI adalah asuransi jiwa sinarmas syariah
untuk asuransi jiwa, sedangkan asuransi takaful untuk
asuransi pembiayaan.
Pembayaran premi asuransi dilakukan saat realisasi
pembiayaan. Klaim pembiayaan diajukan kepada pihak
asuransi jika terjadi pembiayaan macet. Klaim harus
memperhatikan waktu jatuh tempo dan masa berlakunya,
karena jika melebihi jatuh tempo maka klaim tidak lagi
berlaku. Dana yang ditanggung oleh pihak asuransi yaitu
sebesar 75% dan bank 25%.
c. Peningkatan kualitas SDM
SDM merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap timbulnya risiko pembiayaan. Oleh karenanya,
manajemen mengadakan pelatihan sebagai upaya untuk terus
meningkatkan kualitas SDM, diantaranya: pelatihan analisa
pembiayaan dan pembiayaan bermasalah, pelatihan aspek
legal dan akad-akad bank syariah, project finance and loan
syndication training, serta personal development.
d. Penagihan Intensif.
Penagihan secara intensif dilakukan dengan cara
memantau saldo di rekening tabungan peminjam dan
melakukan potongan sejumlah angsuran saat jatuh tempo.
Apabila terdapat peminjam yang menunggak pada tahun
pertama maka dilakukan beberapa langkah untuk
menghindari kerugian, yaitu:
71
86
1) Pengiriman surat pemberitahuan angsuran kedua.
2) Konfirmasi melalui telepon.
3) Pengiriman surat peringatan (SP1, SP2, SP3, dan SP
terakhir).
e. Manajemen Kolektibilitas
Meningkatnya nilai kolektibilitas kualitas kurang lancar,
diragukan, dan macet mengakibatkan PPAP yang harus
dibentuk semakin besar. Hal ini berdampak pada menurunnya
laba, dan CAR sehingga tingkat kesehatan pembiayaan
memburuk. Oleh karenanya, pengelolaan kolektibilitas
penting dilakukan karena berpengaruh terhadap kelangsungan
usaha suatu bank. Manajemen kolektibilitas dilakukan
dengan cara:
1) Mengevaluasi setiap pembiayaan, terutama pembiayaan
kolektibilitas 2,3,4, dan 5.
2) Membuat action plan penyelesaian pembiayaan
3) Membuat proyeksi coll untuk mengetahui sejak awal
tingkat kesehatan pembiayaan.
2.Repressive Control of Finance
Repressive control of finance adalah pengendalian dan
pengelolaan pembiayaan yang dilakukan melalui tindakan
penyelesaian setelah pembiayaan tersebut bermasalah. Upaya
repressive control of finance dilakukan dengan cara:
a. Proses Revitalisasi.
Revitalisasi dilakukan jika usaha nasabah diindikasikan
masih berjalan dan hasil usaha nasabah masih mampu untuk
memenuhi kewajiban angsuran kepada bank. Proses
revitalisasi meliputi:
1) Rescheduling
Perubahan ketentuan pembiayaan yang hanya
menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktunya,
sehingga peminjam yang terlambat membayar
72
87
pembiayaannya diberi jangka waktu tertentu untuk
membayar dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
2) Reconditioning
Perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan
termasuk perubahan jangka waktu sepanjang tidak
menyangkut perubahan maksimum saldo pembiayaan.
3) Restructuring
Perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan,
termasuk perubahan maksimum saldo pembiayaan.
b. Penyelesaian Melalui Jaminan
Penyelesaian melalui jaminan dilakukan jika nasabah
sudah tidak memiliki usaha dan tidak kooperatif untuk
menyelesaikan pembiayaan.
1. Penyelesaian Melalui Jaminan (Non Litigasi)
a) Off-Set
Penyelesaian pembiayaan melalui penyerahan
jaminan oleh peminjam kepada bank. Off-set dilakukan
bila peminjam bersedia untuk menjual jaminannya
kepada bank. Langkah-langkah yang dilakukan untuk
melakukan off-set, antara lain:
1.Menganalisis kecukupan nilai jaminan untuk menutup
seluruh kewajiban dan biaya-biaya yang dikeluarkan
saat proses off-set.
2.Negosiasi dengan peminjam untuk pembelian jaminan
3.Setelah mendapat persetujuan komite penyelesaian
pembiayaan, dilakukan jual beli.
Bila nasabah ingin membeli kembali jaminan yang di beli
oleh bank, maka diberikan hak opsi kepada peminjam
dengan jangka waktu berdasarkan persetujuan kedua
belah pihak.
73
88
b) BAMUI (Badan Arbitrase Muamalat Indonesia)
Sesuai dengan pasal 17 perjanjian pembiayaan, setiap
sengketa yang timbul antara peminjam dengan BMI,
maka akan diselesaikan melalui BAMUI. Langkah-
langkah yang dilakukan, antara lain:
1.Membuat usulan penyelesaian ke komite pembiayaan.
2.Membuat surat dan pengajuan gugatan ke BAMUI.
3.Proses sidang dalam jangka waktu maksimal 6 bulan.
4.Keputusan BAMUI.
5.Pendaftaran putusan BAMUI ke pengadilan negeri.
2. Penyelesaian Melalui Jaminan (Litigasi).
a) Gugatan Perdata
Kondisi dimana peminjam tidak dapat menyelesaikan
kewajiban secara sukarela, cepat, dan tuntas melalui hak
tanggungan. Gugatan perdata dilakukan untuk
mendapatkan keputusan berkekuatan hukum dan
mengikat yang wajib dilaksanakan oleh pihak terkait
dalam perkara gugatan. Melalui cara ini, memungkinkan
bank untuk menguasai atau menjual aset nasabah yang
bukan jaminan.
b) Gugatan Pidana
Kondisi dimana peminjam melakukan suatu tindakan
pidana sehingga menimbulkan kerugian. Gugatan pidana
bertujuan untuk menekan psikologis peminjam supaya
mengakui kesalahan dan menyelesaikan kewajibannya.
c) Riil Eksekusi Jaminan
Kondisi dimana penyelesaian pembiayaan dapat
dilakukan melalui jaminan yang telah diikat dengan hak
tanggungan. Riil eksekusi jaminan bertujuan untuk
mengeksekusi jaminan yang telah dibebani hak
tanggungan sehingga kewajiban peminjam dapat dilunasi.
Penyelesaian pembiayaan melalui riil eksekusi jaminan
74
89
dapat dilaksanakan dalam waktu singkat dan memiliki
kepastian pengembalian.
d) Permohonan Kepaillitan
Kondisi dimana jaminan tidak dapat dilikuidasi
dengan cepat dan bank sulit bernegosiasi dengan
peminjam.
4.6. Laba Bank Muamalat Indonesia
Laba yang diperoleh suatu perusahaan menunjukkan keberhasilan
perusahaan tersebut dalam mengelola usahanya, baik dalam
penghimpunan dana maupun penyaluran pembiayaan. Peningkatan laba
dari periode ke periode berikutnya dapat dijadikan gambaran bagi pihak
yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan.
Tabel 12. Laba periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah) Periode Jumlah Laba Tingkat Pertumbuhan Mar '07 230687 Jun 208276 -9,71% Sept 238234 14,38% Des 220875 -7,29% Mar '08 304564 37,89% Jun 287172 -5,71% Sept 356156 24,02% Des 340891 -4,29% Mar '09 432384 26,84% Jun 372430 -13,87% Sept 302950 -18,66% Des 272746 -9,97% Mar '10 328733 20,53% Jun 354567 7,86%
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
Perkembangan laba per triwulan periode 2007-2010 mengalami
fluktuasi. Pertumbuhan laba terbesar terjadi pada triwulan pertama tahun
2008 yaitu sebesar 37,89%. Hal ini didukung oleh tingginya pertumbuhan
pembiayaan pada periode tersebut yang mencapai 9,98%, dimana rata-rata
pertumbuhan pembiayaan per triwulan periode 2007-2010 sebesar 5,54%
dan tingkat NPF gross yang rendah sebesar 3,24% dengan NPF net
mencapai 1,61%. Sedangkan pada tiga periode terakhir 2009, laba
75
90
mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena ketidakpastian usaha akibat
krisis keuangan global akhir tahun 2008 sehingga berdampak pada
tingginya NPF yang berpengaruh terhadap pencapaian laba. Penurunan
terbesar terjadi pada triwulan ketiga tahun 2009 yaitu sebesar 18,66%. Hal
ini didukung oleh tingginya NPF pada periode tersebut sebesar 8,86%
dengan NPF net 7,32%, dimana tingkat NPF tersebut merupakan
persentase tertinggi selama periode 2007-2010.
Pada triwulan pertama tahun 2010, laba kembali mengalami
peningkatan sebesar 20,53% dan terus meningkat pada periode berikutnya
sebesar 7,86% terlihat pada Gambar 12. Hal ini terjadi karena upaya
remedial yang dilakukan bank dan situasi ekonomi yang mulai stabil.
Gambar 12. Grafik Perkembangan Laba Periode 2007-2010 Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
4.7. Pengaruh Pembiayaan dan Rasio NPF Terhadap Laba
4.7.1. Analisis Korelasi
Analisis kolerasi pearson product moment digunakan untuk
mengetahui hubungan pembiayaan dan tingkat NPF terhadap laba
PT BMI, Tbk. Hasil dari perhitungan kolerasi pearson product
moment yang diolah dengan menggunakan minitab 14
Tabel 13. Nilai Kolerasi antar variabel pembiayaan, NPF, dan laba
Variabel Laba Pembiayaan
Pembiayaan Nilai Korelasi 0.707 p-value 0.005
NPF Nilai Kolerasi -0.197 0,344 p-valuae 0.499 0,229
76
91
Dari hasil analisis korelasi, terlihat bahwa variabel yang
memiliki pengaruh linear paling kuat terhadap laba adalah
pembiayaan dengan nilai kolerasi 0,707. Sedangkan variabel NPF
terhadap laba memiliki nilai korelasi 0,197 yang berarti bahwa
korelasi antara NPF dengan laba sangat rendah.
4.7.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap
laba, dilakukan analisis regresi berganda. Laba merupakan peubah
tidak bebas (Y) yang dipengaruhi oleh jumlah pembiayaan dan
NPF (X1, X2) sebagai peubah bebas. Persamaan yang dihasilkan
sebagai berikut:
Y = 59635 + 0.0257 X1 - 2147 X2
Keterangan:
Y = Laba
X1 = Pembiayaan
X2 = NPF
Dari persamaan hasil regresi linear berganda, menunjukkan
bahwa pembiayaan (variabel X1) mempunyai pengaruh positif
terhadap laba bank (variabel Y), dimana setiap kenaikan
pembiayaan akan mengakibatkan kenaikan pada laba. Sedangkan
NPF (variabel X2) memiliki pengaruh negatif terhadap laba bank
(variabel Y), dimana kenaikan NPF akan mengakibatkan
penurunan pada laba. Pada persamaan regresi terlihat bahwa
kenaikan pembiayaan satu satuan akan menaikkan laba sebesar
0,0257 satuan, sedangkan kenaikan NPF satu persen akan
mengakibatkan penurunan pada laba sebesar 2,147 miliar rupiah.
Regresi berganda yang baik memiliki persyaratan beberapa uji
klasik, yaitu uji multikolinieritas, uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Model regresi dapat
diketahui layak atau tidak layak melalui keempat uji tersebut.
77
92
A. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah uji yang dilakukan apakah terdapat
korelasi antar variabel independen yang digunakan dalam
model regresi. Identifikasi adanya multikolinieritas dalam
model dapat dilakukan dengan melihat variance inflation factor
(VIF). Iriawan dan Astuti (2006) menyatakan bahwa
miltikolinieritas dapat diidentifikasi pada parameter dengan
nilai VIF ≥ 5. Jika peubah VIF masing-masing peubah bebas
memiliki nilai lebih besar dari 5 maka model regresi memiliki
multikolinieritas sehingga menjadi tidak valid. Berdasarkan
hasil perhitungan nilai VIF seperti pada Tabel 14. Peubah-
peubah bebas dalam model regresi ini tidak mempunyai
kendala multikolinieritas karena nilai VIF pada variabel
pembiayaan dan NPF masing-masing adalah 1,1.
Tabel 14. Nilai VIF peubah bebas regresi berganda Peubah Bebas Nilai NPF
Pembiayaan 1,1
NPF 1,1
B. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk
mengetahui distribusi kenormalan residual. Hal ini bertujuan
untuk memutuskan bahwa residual model regresi yang dibuat
telah terdistribusi normal untuk memenuhi asumsi model
regresi mengenai kenormalan residual model. Pengujian
normalitas dilakukan menggunakan statistik kolmogorov-
smirnov. Jika nilai statistik KS lebih kecil dibanding nilai tabel
KS dan nilai p-value lebih besar dari α, maka asumsi
kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat
dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006).
78
93
RESI1
Perc
ent
100000500000-50000-100000
99
95
90
80
70
60504030
20
10
5
1
Mean
>0.150
-9.35480E-11StDev 46054N 14KS 0.153P-Value
Probability Plot of RESI1Normal
Gambar 13. Uji normalitas residual pada regresi berganda
Sumber : PT BMI, Tbk (data diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
minitab diperoleh nilai p-value 0,150 dan nilai statistik KS
sebesar 0,153. Uji kolmogorov-smirnov dilakukan dengan
menggunakan α sebesar 5% dengan jumlah pengamatan
sebanyak 14 menghasilkan nilai KS pada tabel sebesar 0,349.
Nilai statistik KS < nilai tabel KS yaitu 0,153 < 0,349 dan p-
value memiliki nilai 0,150 dimana nilai tersebut lebih besar
dari α yaitu 0,05 sehingga residual model regresi yang dibuat
telah memenuhi asumsi kenormalan.
C. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antar
variabel yang diurutkan melalui deret waktu (time series).
Autokorelasi mengakibatkan varian residual yang diperoleh
akan lebih daripada semestinya sehingga koefisien determinasi
menjadi lebih tinggi. Selain itu, autokorelasi menyebabkan
pengujian hipotesis pada uji F dan uji t menjadi tidak valid dan
jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang tidak benar
pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir.
Model regresi yang baik tidak terjadi autokorelasi.
79
94
Gambar 14. Hasil Run Test Terhadap Residual Model
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
Uji autokorelasi menggunakan perangkat lunak minitab
melalui uji run test residual. Jika p-value lebih besar daripada
α, menunjukkan tidak adanya korelasi. Hasil run test
ditunjukkan pada gambar bahwa p-value sebesar 0,291
sehingga p-value > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat autokorelasi pada residual sehingga asumsi kebebasan
terpenuhi.
D. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat varian dari
variabel independen apakah memiliki nilai yang sama
(homoskedastisitas) atau berbeda. Model regresi yang memiliki
heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-
koefisien regresi menjadi tidak efisien. Untuk melihat apakah
pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari
sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan.
Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun
tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa pada
model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.
Pada gambar terlihat bahwa titik-titik tidak membentuk pola
tertentu, melainkan menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y. Dengan demikian pada model regresi tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Runs test for RESI1 Runs above and below K = -9.32232E-11 The observed number of runs = 6 The expected number of runs = 7.85714 6 observations above K, 8 below * N is small, so the following approximation may be invalid. P-value = 0.291
80
95
Fitted Value
Res
idua
l
400000350000300000250000200000
100000
50000
0
-50000
Residuals Versus the Fitted Values(response is Laba)
Gambar 15. Ouput Uji Heteroskedastisitas pada Regresi
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
4.7.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel
independen terhadap variabel independen. Perhitungan
menggunakan minitab 14. Untuk mengetahui apakah variabel
independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen
pada tingkat signifikan tertentu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Perumusan hipotesis
H0 : βi = 0, i=1,2,3
Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji adalah apakah semua
parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua
variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
H1 : βi ≠ 0, i=1,2,3
Hipotesis alternatifnya (H1), tidak semua parameter secara
simultan sama dengan nol. Artinya, paling sedikit terdapat satu
variabel independen merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
81
96
2. Menentukan F tabel
Dengan taraf nyata (α = 5%), yaitu tingkat kesalahan yang
masih dapat ditolerir.
Derajat bebas pembilang = k-1 = 2-1 = 1
Derajat bebas penyebut = n-k = 14-2 = 12
Dengan demikian F tabel sebesar F 0,05 (12,1) = 4,75
3. Menentukan besarnya F hitung
Hasil perhitungan menggunakan minitab 14 menunjukkan nilai
F hitung adalah 5,56.
4. Membandingkan F hitung dengan F tabel
a. jika F hitung > F tabel atau F hitung < -F tabel, maka H0
ditolak dan H1 diterima.
b. Jika –F tabel < F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1
ditolak.
Hasil uji menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 5,56 >
4,75. Dengan demikian, H0 ditolak dan H1 diterima. Pembiayaan
dan NPF secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap laba
pada taraf nyata 5% dengan p-value sebesar 0,021.
4.7.4. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui
variabel independen mana yang mempengaruhi variabel dependen
pada tingkat signifikansi tertentu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Perumusan hipotesis
H0 : β = 0
Artinya, variabel independen (X1) tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen (Y).
H1 : β ≠ 0
Artinya, variabel independe (X1) mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen (Y).
82
97
2. Menentukan variabel
Dengan taraf nyata (α = 5%), yaitu tingkat kesalahan yang
masih dapat ditolerir, df: n-k = 14-2 = 12. Dengan demikian t-
tabel sebesar t (α/2, df) = (0,025, 12) = 2,179
3. Menentukan besarnya t hitung dengan t tabel
Hasil perhitungan menggunakan minitab 14 menunjukkan
bahwa t hitung untuk variabel X1 dan X2 adalah masing-masing
sebesar (3,20, -0,23).
4. Membandingkan t hitung dengan t tabel
a. Jika membandingkan t hitung > t tabel atau t hitung < -t
tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Jika –t tabel < t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1
ditolak.
5. Pengaruh pembiayaan (X1) terhadap laba
Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung > t tabel, yaitu 3,20 >
2,179 dengan tingkat signifikansi 0,008. Dengan demikian H0
ditolak dan H1 diterima. Sehingga secara parsial pembiayaan
(X1) berpengaruh secara signifikan terhadap laba bank pada
taraf nyata 5%
6. Pengaruh NPF (X2) terhadap laba
Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung < -t tabel, yaitu -0,23 <
-2,179 dengan tingkat signifikansi 0,822. Dengan demikian H0
diterima dan H1 ditolak. Sehingga secara parsial NPF (X2)
tidak berpengaruh signifikan terhadap laba bank pada taraf
nyata 5%.
4.8. Implikasi Manajerial
a. Bank perlu terus meningkatkan ekspansi pembiayaan. Hal ini karena
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan
memiliki derajat hubungan yang kuat dan berpengaruh positif terhadap
laba.
b. Menetapkan kebijakan pembiayaan yang tepat dalam hal
pengalokasian pembiayaan dengan memperhatikan tingkat
83
98
pertumbuhan, tingkat pengembalian dan risiko pada masing-masing
sektor tujuan pembiayaan , serta nisbah bagi hasil yang kompetitif.
1) Bank perlu memperhatikan tingkat pertumbuhan pembiayaan.
Apabila kondisi pembiayaan mulai mengalami penurunan maka
dapat dilakukan upaya untuk meningkatkan dana pihak ketiga yang
dihimpun.
2) Bank perlu mengetahui tingkat pengembalian dan risiko pada
masing-masing sektor tujuan pembiayaan sehingga prioritas
alokasi pembiayaan ditujukan pada sektor yang relatif aman dan
berisiko rendah.
3) Bank perlu memberikan nisbah yang kompetitif. Hal ini bertujuan
untuk mempertahankan peminjam lama agar tidak beralih kepada
bank lain dan menarik peminjam baru untuk melakukan
pembiayaan pada bank.
c. Memperkuat sistem manajemen risiko pembiayaan yang telah
dilaksanakan serta melakukan perbaikan terhadap berbagai kekurangan
yang terjadi untuk mengendalikan dan mengelola risiko pembiayaan
yang muncul. Selain itu, sistem manajemen risiko yang kuat akan
dapat menekan laju pertumbuhan NPF meski pembiayaan terus
ditingkatkan.
d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam upaya
meminimalisasi risiko pembiayaan melalui analisis pembiayaan yang
tepat kepada peminjam yang memenuhi kualifikasi.
e. Melakukan strategi pemasaran yang tepat dan efektif dalam
menghadapi persaingan pasar, dengan cara menambah inovasi dan
jenis produk yang ditawarkan sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan syariah dan meningkatkan pemasaran terhadap inovasi dan
produk tersebut guna meningkatkan pembiayaan.
84
99
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan diantaranya faktor
internal perusahaan (SDM, teknologi informasi, kebijakan dan prosedur,
keuangan, serta pengendalian internal) dan faktor eksternal (kebijakan
pemerintah, peminjam, dan persaingan dengan bank lain).
b. Manajemen risiko pembiayaan yang dilakukan untuk mengendalikan dan
mengelola risiko dengan cara preventive control of finance (penetapan
prosedur dan kebijakan pembiayaan, asuransi, peningkatan kualitas SDM,
penagihan secara intensif, dan manajemen kolektibilitas) dan repressive
control of finance (proses revitalisasi dan penyelesaian melalui jaminan
baik secara non litigasi maupun litigasi).
c. Pembiayaan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk terus mengalami
peningkatan dengan persentase rata-rata sebesar 5,54% selama periode
2007-2010 yang didominasi oleh pembiayaan murabahah dengan
persentase rata-rata terhadap total pembiayaan sebesar 44,70%.
Selanjutnya musyarakah 27,98%, mudharabah 20,74%, ijarah 3,29%,
qard 2,01%, dan istishna 1,28%. Sedangkan NPF dan laba mengalami
fluktuasi pada periode yang sama dimana NPF tertinggi terjadi pada
triwulan ke tiga 2009 sebesar 8,86% dan terendah pada triwulan terakhir
tahun 2007 sebesar 2,91%. Pertumbuhan laba terbesar terjadi pada
triwulan pertama tahun 2008 yaitu sebesar 37,89% dan terendah pada
triwulan ketiga tahun 2009 sebesar 18,66% .
d. Berdasarkan hasil regresi, pembiayaan memberikan pengaruh positif
terhadap laba dengan koefisien 0,0257, yang berarti setiap kenaikan
pembiayaan sebesar 1 miliar rupiah akan menaikkan perolehan laba
sebesar 0,0257 miliar rupiah. Sedangkan NPF memberikan pengaruh
negatif terhadap laba dengan koefisien -2147 yang berarti, kenaikan NPF
sebesar 1% akan menurunkan perolehan laba sebesar 2,147 miliar rupiah.
Model ini memiliki nilai R-square sebesar 50,3% menunjukkan bahwa
keragaman nilai dari laba 50,3% dipengaruhi oleh variabel dalam model
100
yaitu pembiayaan dan NPF, sedangkan 49,7% dipengaruhi oleh variabel
lain diluar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian. Berdasarkan
hasil pengujian uji F, menunjukkan bahwa pembiayaan dan NPF secara
keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada taraf nyata
5% dengan nilai p-value sebesar 0,021. Namun, secara parsial pengujian
dengan uji t menunjukkan hanya pembiayaan yang berpengaruh secara
signifikan terhadap laba dengan p-value sebesar 0,008 sedangkan secara
parsial NPF tidak berpengaruh nyata terhadap laba.
2. Saran
a. Bank Muamalat Indonesia sebaiknya semakin memperkuat sistem
manajemen risiko pembiayaan yang telah dilakukan dengan memperbaiki
pengelolaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan
baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan melalui
pengawasan, evaluasi dan perbaikan secara berkala. Serta lebih intensif
memantau pergerakan NPF agar dapat meminimalisasi risiko pembiayaan
sejak awal sehingga NPF tidak melebihi ketentuan yang ditetapkan Bank
Indonesia.
b. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menganalisis variabel lain
terkait manajemen risiko pembiayaan yang mempengaruhi laba seperti
DPK, FDR, PPAP, dan CAR. Selain itu, juga menganalisis kontribusi dari
masing-masing produk atau sektor pembiayaan terhadap perolehan laba.
86
101
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Statistik Perbankan Syariah. www.bi.go.id. [11 Mei 2010]
Antonio, MS. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press, Jakarta.
Arief, S. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta.
Dendawijaya, L. 2000. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Djohanputra, B. 2004. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. PPM, Jakarta.
Hartati, S. 2005. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pertumbuhan Penjualan, Laba, dan Aset Nasabah (Studi Kasus Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS Amanah Ummah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Iriawan, N. dan S. P. Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Karim, A. 2003. Analisis Fiqih dan Keuangan Bank Islam. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kountur, R. 2004. Manajemen Risiko. Abdi Tandur, Jakarta.
Kuncoro, M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga, Jakarta.
PT BMI, Tbk. Maret 2007. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT BMI, Jakarta.
. Juni 2007. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT BMI, Jakarta.
.September 2007. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT BMI, Jakarta.
.Desember 2007. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT BMI, Jakarta.
. Maret 2008. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta.
. Juni 2008. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta.
.September 2008. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta.
.Desember 2008. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta
. Maret 2009. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta.
102
. Juni 2009. Laporan Keuangan Tahun 2009. PT BMI, Jakarta.
.September 2009. Laporan Keuangan Tahun 2009. PT BMI, Jakarta.
.Desember 2009. Laporan Keuangan Tahun 2009. PT BMI, Jakarta
. Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2010. PT BMI, Jakarta.
. Juni 2010. Laporan Keuangan Tahun 2010. PT BMI, Jakarta.
Rohaeni, H. 2009. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bermasalah Terhadap Laba (Studi Kasus PT Bank X). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sugiono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Alvabeta, Bandung.
Siamat, D. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
88
103
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk
President Director
Shariah Supervisiory Board
Board of Comissioners
Compliance and Corporate Planning
Director
Corporate Banking Director
Retail Banking Director
Treasury and International
Banking
Finance and Operations
Director
Compliance Division
Corporate Secretary Division
Corporate Planning Division
Financing Support Division
Remedial Division
Product Development
Division
Retail Product
Development
Sales Management and Support
Division
Channel Management
Division
Treasury Division
Int’l Banking and
Financing Institutions
Division
Funding Policy and
service
General Admin and
Network Division
IT Management
Division
Finance and Accounting
Division
IT Committe
e
FinancingCommitte
e
Asset and Liability
Committe
Risk Management Committee
Budget Committee
Corporate Branch
Retail Branch
Risk Monitoring Committee
Nomination and
Remuneration Committee
Audit Committee
89
104
Lampiran 2. Tingkat Pembiayaan Bermasalah Bank Umum Syariah
Pembiayaan Bermasalah Bank Umum Syariah (BUS)
Sumber: Statistik Bank Indonesia, 2010
Pertumbuhan Pembiayaan Bank Umum Syariah (BUS)
Jenis Penggunaan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jan 2011
Modal Kerja Nilai 7,988 10,405 15,656 20,554 22,873 31,855 31,484
Pangsa 52,4 % 50,9% 56,0% 53,8% 48,8% 46,7% 45,2%
Investasi Nilai 4,288 4,374 5,637 7,907 9,955 13,416 13,601
Pangsa 28,1 % 21,4% 20,2% 20,7% 21,2% 19,7% 19,5%
Konsumsi Nilai 2,956 5,666 6,652 9,734 14,058 22,910 24,639
Pangsa 19,4 % 27,7% 23,8% 25,5% 30,0% 33,6% 35,3%
Total 15,232 20,445 27,944 38,195 46,886 68,181 69,724 Sumber: Statistik Bank Indonesia, 2010
Kolektibilitas Pembiayaan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jan
2011
Lancar 14,803 19,474 26,813 36,686 45,004 66,120 67,436
Lancar 14,027 18,583 25,494 35,076 41,931 63,006 63,600
Dalam perhatian khusus
776 891 1,319 1,610 3,074 3,114 3,835
Non Lancar 429 971 1,131 1,509 1,882 2,061 2,288
Kurang Lancar
201 353 321 525 435 677 797
Diragukan
73 236 267 224 582 332 361
Macet
155 383 543 759 865 1,052 1,130
Total Pembiayaan 15,232 20,445 27,944 38,195 46,886 68,181 69,724
Persentase NPF 2,82% 4,75% 4,05% 3,95% 4,01% 3,02% 3,28%
90
105
Lampiran 3. Pertumbuhan Non Performing Finance (NPF) Perbankan Syariah
Periode 2006-2010
Periode NPF (%) Tingkat Pertumbuhan (%)
Mar'06 4.27 -0.04
Jun 4.23 0.9
Sept 5.13 -0.38
Des 4.75 0.98
Mar'07 5.73 0.47
Jun 6.2 0.06
Sept 6.26 -2.21
Des 4.05 0.12
Mar'08 4.17 0.06
Jun 4.23 -0.11
Sept 4.12 -0.17
Des 3.95 1.19
Mar'09 5.14 -0.75
Jun 4.39 1.33
Sept 5.72 -1.71
Des 4.01 0.52
Mar'10 4.53 -0.64
Jun 3.89 0.06
Sept 3.95 -0.93
Des 3.02 0.26
Sumber: Statistik Bank Indonesia, 2010
91
106
Lampiran 4. Komposisi Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Terhadap Total Pembiayaan Perbankan Syariah Indonesia Periode 2006-2010
Periode BMI BSM MegaSyariah Bank Umum
Syariah
2006 2.630.766 1.539.660 247.566 15.042.000
17,49% 10,24% 1,65% 100%
2007 2.696.514 2.640.764 157.077 20.219.000
13,34% 13,06% 0,78% 100%
2008 4.136.279 4.322.032 82.037 27.107.000
15,26% 15,94% 0,30% 100%
2009 5.099.316 5.464.113 133.653 38.201.000
13,35% 14,30% 0,35% 100%
2010 5.884.951 6.487.043 196.277 47.140.000
12,48% 13,76% 0,42% 100%
Rata-rata 14,38% 13,46% 0,70% 100%
Sumber: Statistik Bank Indonesia, 2010
92
107
Lampiran 5. Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Periode 2006 – 2010
Tahun Pembiayaan
(dalam jutaan )
Tingkat Pertumbuhan
Maret ‘06 5,798,349 5.52%
Juni 6,118,678 1.66%
Sept 6,219,985 -2.40%
Des 6,070,997 5.43%
Maret ‘07 6,400,578 14.08%
Juni 7,302,083 12.43%
Sept 8,209,610 4.51%
Des 8,579,572 1.91%
Maret ‘08 8,743,740 9.98%
Juni 9,615,975 8.25%
Sept 10,408,969 0.68%
Des 10,479,749 1.68%
Maret ‘09 10,655,895 4.50%
Juni 11,135,534 1.26%
Sept 11,275,560 1.02%
Des 11,391,076 4.81%
Maret ‘10 11,939,200 6.96%
Juni 12,769,968
Rata-rata 4,57%
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
93
108
Lampiran 6. Skema Proses Pemberian Pembiayaan BMI
Calon Nasabah Account Manager
Support Business Manager
Komite Pembiayaan
Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Kelengkapan Data
Trade checking.
Informasi Pembeli, penjual, pesaing.
Verifikasi Data/informasi.
Kunjungan setempat (OTS).
Bank checking.
Verifikasi Data/informasi.
Analisa Yuridis.
Surat Permohonan
Inisiasi Solisitasi
Analisa Kelayakan Pembiayaan
Pembuatan Memorandum Usulan Pembiayaan
Review FPN
Review FPN. Pemberian keputusan di cabang
Review FPN. Pemberian keputusan.
Penerbitan Surat Persetujuan Pembiayaan (SPP)
Review SPP
Penanda-tanganan SPP
Penerimaan SPP
Penyampaian SPP
94
109
Lampiran 7. Lembar Proyeksi Tingkat Kesehatan Pembiayaan
BANK MUAMALAT CABANG……. EVALUASI DAN POSISI COLL, ACTION PLAN
PERIODE : Maret 2011 A/M:
No Nasabah Jumlah Tunggakan
Coll Mar
Permasalahan Action Plan
Target Date
Proyeksi Coll Mar
Monitoring Realisasi
……….., ……… 2011
Mengetahui / Menyetujui
Account Manager Pimpinan Cabang
95
110
Lampiran 8. Kuesioner Penelitian
Lembar Interview Penelitian
Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan dan Pengaruhnya Terhadap Laba
Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
I. Gambaran Ringkas Penelitian ini dilakukan oleh Dian Rosalia Pradini (H24062329),
mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan skripsi, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
Dunia Perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata sektor perbankan. Sehingga kebijakan pengembangan industri perbankan diarahkan untuk mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan yang pada gilirannya akan membantu mendorong perekonomian secara berkesinambungan. Perbankan Indonesia tidak hanya di isi oleh perbankan konvensional, terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 mulai memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat, salah satu faktornya adalah dukungan permintaan islamic product dari penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah muslim. Hal ini berpengaruh pada peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Dengan semakin besar jumlah pembiayaan yang disalurkan maka potensi terjadinya risiko pun semakin besar. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh manajemen risiko yang baik. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif dalam melaksanakan strategi fungsional dan operasional terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba. Penelitian ini bertujuan untuk: mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan, mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaaan, menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba serta menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk melihat pengaruh perubahan pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank dan Korelasi pearson product moment untuk melihat derajat hubungan pembiayaan dan nilai NPF terhadap laba bank.
Informasi yang didapatkan dari wawancara ini akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan analisis statistik.
96
111
Lanjutan Lampiran 8
II. Petunjuk Umum 1. Lembar interview ini terdiri 4 bagian, yaitu: data umum BMI, prosedur
pemberian pembiayaan, jenis dan besarnya pembiayaan, dan pembiayaan bermasalah.
2. Lembar interview penelitian ini terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup.
III. Contact Person Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Dian Rosalia Pradini. NRP
H24062329. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dengan no handphone: 085214897321.
97
112
Lanjutan Lampiran 8
A. Data Umum BMI :
Alamat :………………………………………………….
No Telp :……………fax:…………………Email:………
Tahun Berdiri :………………………………………………….
1. Apa visi dan misi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ?
2. Bagaimana sejarah berdirinya PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ?
3. Apa saja kegiatan usaha yang dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk ?
4. Bagaimana struktur organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ?
B. Prosedur Pemberian Pembiayaan :
1. Bentuk pembiayaan yang diberikan (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Individual
b. Usaha kecil dan menengah (UKM)
c. Korporasi
d. BUMN
e. Lainnya, …………
2. Faktor-faktor yang menentukan BMI ketika akan menilai kelayakan suatu
pembiayaan.
No Faktor-faktor Peringkat
1 Kesanggupan peminjam memperoleh pendapatan
2 Riwayat peminjam
3 Keabsahan/legalitas usaha
4 Karakter calon peminjam
5 Hubungan antara pengurus dengan peminjam
98
113
Lanjutan Lampiran 8
3. Faktor apa yang paling menentukan dari 5 C’s, ketika BMI menilai
pengajuan pembiayaan calon peminjam? (1= paling penting sampai 5=
paling tidak penting)
Faktor Penentu Kredir Urutan
Character
Capacity
Capital
Collateral
Condition
C. Jenis dan Besarnya Pembiayaan :
Dilihat dari segi produk dan tujuan penggunaanya
No Jenis Pembiayaan Jml Peminjam
(orang)
Jml Pembiayaan
(ribuan rupiah)
NPF
(%)
1
Akad jual beli
a. Murabahah
b. Salam
c. Istishna
2
Akad bagi hasil
a. Musyarakah
b. Mudharabah
3 Akad sewa
Mengapa pada produk tersebut memiliki jumlah pembiayaan yang paling
besar ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Produk tersebut prospektif
b. Memiliki peminat yang banyak
c. Risiko yang ditimbulkan kecil
d. Lainnya, ……………
99
114
Lanjutan Lampiran 8
D. Pembiayaan Bermasalah :
1. Alasan timbul pembiayaan bermasalah (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Tidak ada itikad baik dari peminjam untuk membayar pinjamannya
b. Pendapatan peminjam menurun
c. Peminjam mengalami masalah kesehatan ekonomi
d. Lainnya, …………….
2. Apa saja faktor internal dan eksternal perusahaan yang berpengaruh pada
timbulnya risiko pembiayaan ? (jawaban boleh lebih dari satu)
Lanjutan Lampiran 6
3. Kolektibilitas pembiayaan dan jumlah peminjam
No Jenis Pembiayaan Jml Peminjam
(orang)
Jml Pembiayaan
(ribuan rupiah)
NPF
(%)
1 Lancar
2 Dalam Perhatian
Khusus
3 Kurang lancar
4 Diragukan
5 Macet
4. Tindakan penyelamatan pembiayaan apa saja yang dilakukan ?
5. Dalam penyaluran pembiayaan, manakah yang menjadi prioritas. Apakah
penambahan plafon pembiayaan bagi peminjam lama atau penyaluran
pembiayaan kepada peminjam baru ?
100
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2007 (dalam jutaan rupiah)
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk
Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 27 511 55 12,187 29
21,397 39 99,870 13 90,754 11
242,128 174 466,847
2 Mudharabah 2,654 59,604 5,569
1,027,132 677 472,741 281
503,615 7 51,311 5
85,365 9,193 2,199,768
3 Murabahah 16,781 288,248 4,217 575,640 371
258,187 423 906,838 47
324,132 36 681,772 21,875 3,034,817
4 Salam - - - - - - - - - - -
- - -
5 Istisna' 1 30 3 298 3
2,050 4 4,758 - - 6 172,265 17 179,401
6 Qardh 1,976 34,037 26 4,881 3
2,200 - - - - - - 2,005 41,118
7 Ijarah 1 48 6 2,085 2
1,236 9 23,931 4 24,752 11
426,575 33 478,627
Jumlah 21,440 382,478 9,876
1,622,223 1,085 757,811 756
1,539,012 71 490,949 69
1,608,105 33,297 6,400,578
No. Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
Jumlah Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak
Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait
Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 412,570 49,888
-
-
435
-
-
-
330
-
-
-
-
-
-
-
3,624
-
-
-
416,959
49,888
2 Mudharabah 2,004,467 66,474
2,415
-
89,183
-
-
-
17,618
-
-
-
3,577
-
-
-
16,034
-
-
-
2,133,294
66,474
3 Murabahah 2,440,756 213,196
6,605
-
209,781
4,749
293
-
66,803
5,258
222
-
14,724
-
4
-
72,426
-
-
-
2,811,614
223,203
4 Salam - -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5 Istisna' 179,401 -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
179,401
-
6 Qardh 39,905 -
620
-
79
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
514
-
-
-
41,118
-
7 Ijarah 400,447 38,121
-
-
1,488
4,609
-
-
1,541
-
-
-
450
-
-
-
31,971
-
-
-
435,897
42,730
Jumlah 5,477,546 367,679
9,640
-
300,966
9,358
293
-
86,292
5,258
222
-
18,751
-
4
-
124,569
-
-
-
6,018,283
382,295
Lampiran 9. D
ata Kolektibilitas PT B
ank Muam
alat Indonesia, Tbk 101
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Juni 2007 (dalam jutaan rupiah)
No. Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
Jumlah Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak
Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait
Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 699,759
120,849
48,079
-
103,366
-
-
-
44,774
-
-
-
330
-
-
-
36,927
-
-
-
933,235
120,849
2 Mudharabah 2,151,433
3,039
2,104
-
91,548
-
438
-
20,890
-
-
-
10,457
-
-
-
27,660
-
-
-
2,304,530
3,039
3 Murabahah 2,689,855
508,289
12,507
-
180,469
7,871
-
-
100,046
-
162
-
53,214
-
-
-
77,452
-
-
-
3,113,705
516,160
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- -
-
5 Istisna' 169,923
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
169,923
-
6 Qardh 44,965
-
2,300
-
444
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
609
-
-
- 48,318
-
7 Ijarah 88,260
-
-
-
1,356
-
-
-
717
-
-
-
450
-
-
-
1,541
-
-
- 92,324
-
Jumlah 5,844,195
632,177
64,990
-
377,183
7,871
438
-
166,427
-
162
-
64,451
-
-
-
144,189
-
-
-
6,662,035
640,048
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 41
1,047 106
25,489 35 25,364 52
141,001 19 135,074 24
726,109 277 1,054,084
2 Mudharabah 2,734
59,757 5,774
1,063,314 730 515,129 301
556,513 6 43,749 3
69,107 9,548 2,307,569
3 Murabahah 18,043
310,331 4,694
644,505 363 250,466 479
1,037,435 57 398,074 45
989,054 23,681 3,629,865
4 Salam -
- -
- - - - - -
- - - -
-
5 Istisna' -
- 2
465 2 1,288 4 4,506 -
- 6 163,664 14
169,923
6 Qardh 2,082
32,856 89
10,197 5 3,765 1 1,500 -
- - - 2,177
48,318
7 Ijarah 1
44 2
527 1 717 5 11,440 -
- 2 79,596 11
92,324 Jumlah 22,901 404,035 10,667 1,744,497 1,136 796,729 842 1,752,395 82 576,897 80 2,027,530 35,708 7,302,083
102 Lanjutan Lam
piran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk September 2007 (dalam jutaan rupiah)
Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
Jumlah Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 1,073,471
163,255
-
-
8,652
-
-
-
110,450
-
-
-
40,500
-
-
-
36,824
-
-
-
1,269,897
163,255
2 Mudharabah 2,240,583
5,013
2,017
-
86,846
-
-
-
17,224
-
-
-
16,763
-
-
-
31,925
-
-
-
2,395,358
5,013
3 Murabahah 3,046,096
543,134
13,976
-
191,060
-
216
-
69,746
3,253
-
-
59,710
-
162
-
127,700
-
-
-
3,508,666
546,387
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- -
-
5 Istisna' 162,998
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
162,998
-
6 Qardh 65,564
2,593
2,051
-
375
-
-
-
69
-
-
-
-
-
-
-
530
-
-
-
68,589
2,593
7 Ijarah 60,469
-
-
-
-
-
-
-
24,394
-
-
-
450
-
-
-
1,541
-
-
-
86,854
-
Jumlah 6,649,181
713,995
18,044
-
286,933
-
216
-
221,883
3,253
-
-
117,423
-
162
-
198,520
-
-
-
7,492,362
717,248
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 165
6,653 589
111,275 64 49,214 98
265,679 27 203,646 26
796,685 969 1,433,152
2 Mudharabah 2,988
68,068 6,088
1,105,322 746 519,398 314
595,890 9 60,505 2
51,188 10,147 2,400,371
3 Murabahah 18,629
337,125 5,002
694,987 397 275,117 488
1,077,911 71 492,518 828
1,177,395 25,415 4,055,053
4 Salam -
- -
- - - - - -
- - - -
-
5 Istisna' -
- 1
254 2 1,225 4 4,246 -
- 6 157,273 13
162,998
6 Qardh 3,142
55,239 40
7,550 4 3,200 3 5,193 -
- - - 3,189
71,182
7 Ijarah 1
40 2
525 1 591 4 6,363 -
- 2 79,335 10
86,854
Jumlah 24,925
467,125 11,722
1,919,913 1,214 848,745 911
1,955,282 107 756,669 864
2,261,876 39,743 8,209,610
103 Lanjutan Lam
piran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Desember 2007 (dalam jutaan rupiah)
No. Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
Jumlah Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak
Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait
Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 1,475,982
226,943
1,441
-
31,407
-
-
-
7,829
-
-
-
248
-
-
-
39,224
-
-
-
1,556,131
226,943
2 Mudharabah 2,283,561
5,120
3,047
-
26,570
-
-
-
18,596
-
-
-
6,255
-
-
-
25,058
-
-
-
2,363,087
5,120
3 Murabahah 3,290,410
507,187
13,082
-
103,761
-
-
-
29,026
5,314
117
-
18,298
-
-
-
96,647
-
162
-
3,551,503
512,501
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5 Istisna' 156,989
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
156,989
-
6 Qardh 120,649
-
1,624
-
-
-
-
-
375
-
-
-
-
-
-
-
594
-
-
-
123,242
-
7 Ijarah 82,322
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,284
-
-
-
450
-
-
-
84,056
-
Jumlah 7,409,913
739,250
19,194
-
161,738
-
-
-
55,826
5,314
117
-
26,085
-
-
-
161,973
-
162
-
7,835,008
744,564
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 340
14,175 1,210
206,991 122 93,917 120
303,102 29 213,187 33
951,702 1,854 1,783,074
2 Mudharabah 3,154
72,145 6,126
1,098,381 695 484,145 308
589,080 12 84,974 1
39,482 10,296 2,368,207
3 Murabahah 20,096
344,336 4,995
686,377 384 268,790 473
1,057,689 74 513,345 54
1,193,467 26,076 4,064,004
4 Salam -
- -
- - - -
- - - -
- - -
5 Istisna' -
- 1 254 5
4,102 1 1,034 -
- 6 151,599 13
156,989
6 Qardh 4,870
86,260 35
6,028 6 4,454 1
1,500 - - 1
25,000 4,913 123,242
7 Ijarah 1
35 2 525 2
1,123 2 4,817 -
- 2 77,556 9
84,056
Jumlah 28,461
516,951 12,369
1,998,556 1,214 856,531 905
1,957,222 115 811,506 97
2,438,806 43,161 8,579,572
104 Lanjutan Lam
piran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2008 (dalam jutaan rupiah)
No. Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
Jumlah Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak
Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait
Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 1,676,413
269,304
-
-
40,426
-
-
-
17,413
-
-
-
7,700
-
-
-
37,724
-
-
-
1,779,676
269,304
2 Mudharabah 2,105,370
35,393
1,055
-
72,814
-
-
-
16,763
-
-
-
13,760
-
-
-
28,657
-
400
-
2,238,819
35,393
3 Murabahah 3,051,170
434,262
107,035
-
182,561
57,782
-
-
51,736
-
1,586
-
16,009
-
-
-
86,598
-
162
-
3,496,857
492,044
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5 Istisna' 150,654
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
150,654
-
6 Qardh 177,936
-
1,472
-
-
-
-
-
-
-
-
-
375
-
-
-
2,324
-
-
-
182,107
-
7 Ijarah 87,947
9,205
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,734
-
-
-
89,681
9,205
Jumlah 7,249,490
748,164
109,562
-
295,801
57,782
-
-
85,912
-
1,586
-
37,844
-
-
-
157,037
-
562
-
7,937,794
805,946
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 569
23,525 1,771
287,419 162 122,640 146
346,660 29 208,782 38
1,059,954
2,715
2,048,980
2 Mudharabah 3,510
76,603 5,868
1,036,377 626 435,026 278
515,446 11 74,112 4
136,648
10,297
2,274,212
3 Murabahah 20,276
352,330 5,086
690,857 358 252,895 460
996,768 80 565,941 53
1,130,110
26,313
3,988,901
4 Salam -
- -
- - - - - -
- - - - -
5 Istisna' -
- 2
748 5 4,293 - - -
- 6 145,613 13
150,654
6 Qardh 6,064
102,303 60
11,869 21 17,000 15 25,935 -
- 1 25,000
6,161
182,107
7 Ijarah 2
31 3
993 - - 2 4,817 2
16,705 2 76,340 11
98,886
Jumlah 30,421
554,792 12,790
2,028,263 1,172 831,854 901
1,889,626 122 865,540 104
2,573,665
45,510
8,743,740
105 Lanjutan Lam
piran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Juni 2008 (dalam jutaan rupiah)
No. Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
Jumlah Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak
Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait
Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 1,788,380
240,647
-
-
100,144
-
-
-
67,406
44,303
-
-
3,136
-
-
-
16,232
7,820
-
-
1,975,298
292,770
2 Mudharabah 2,010,087
79,200
68,144
-
63,755
6,630
-
-
23,722
-
-
-
13,649
-
-
-
35,603 -
-
-
2,214,960
85,830
3 Murabahah 3,643,899
414,920
15,797
-
193,124
8,962
151
-
56,906
56,524
71
-
46,045
-
118
-
86,346
3,038
-
-
4,042,457
483,444
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- - -
-
-
-
-
5 Istisna' 137,153
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- - -
-
-
137,153
-
6 Qardh 211,284
-
1,502
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
949 -
-
-
213,735
-
7 Ijarah 159,398
9,196
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,734 -
-
-
161,132
9,196
Jumlah 7,950,201
743,963
85,443
-
357,023
15,592
151
-
148,034
100,827
71
-
62,830
-
118
-
140,864
10,858
-
-
8,744,735
871,240
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 1,135
39,635
2,724
430,284 255
193,571 161 395,730 37
270,469 35 943,615
4,347
2,273,304
2 Mudharabah 5,394
106,476
5,592
1,007,897 584
404,832 264 487,888 20
133,568 5 193,447
11,859
2,334,108
3 Murabahah 21,395
373,372
5,522
741,792 360
253,395 458 1,002,161 99
678,576 65 1,476,605
27,899
4,525,901
4 Salam -
- -
- - - - - -
- - - -
-
5 Istisna' -
-
1
458 5
3,967 - - - - 6
132,728 12 137,153
6 Qardh 6,358
106,786
121
22,843 34
26,583 19 32,523 - - 1
25,000
6,533
213,735
7 Ijarah 1 26
3
926 -
- 1 1,284 2 15,897 3
152,195 10 170,328
Jumlah 34,283
626,295
13,963
2,204,200 1,238
882,348 903 1,919,586 158
1,098,510 115 2,923,590
50,660
9,654,529
106 Lanjutan Lam
piran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk September 2008 (dalam jutaan rupiah)
No. Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
Jumlah Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak
Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait
Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 2,185,685
244,159
62
-
93,739
-
8,834
-
104,861
102,627
-
-
32,765
-
-
-
15,463
8,000
-
-
2,441,409
354,786
2 Mudharabah 1,931,647
70,631
475
-
80,293
10,288
-
-
19,496
-
-
-
6,596
-
-
-
39,351
-
-
-
2,077,858
80,919
3 Murabahah 3,935,473
467,427
79,679
-
161,956
8,518
252
-
58,908
-
-
-
30,443
-
-
-
92,648
-
-
-
4,359,359
475,945
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5 Istisna' 128,392
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
128,392
-
6 Qardh 181,874
-
405
-
10
-
-
-
-
-
-
-
19
-
-
-
736
-
-
-
183,044
-
7 Ijarah 296,261
9,329
-
-
405
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,262
-
-
-
297,928
9,329
Jumlah 8,659,332
791,546
80,621
-
336,403
18,806
9,086
-
183,265
102,627
-
-
69,823
-
-
-
149,460
8,000
-
-
9,487,990
920,979
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 970 39,748 3,715
587,623 328 248,001 178
431,585 45 332,950 40
1,156,288
5,276
2,796,195
2 Mudharabah 3,449 76,519 5,562
1,014,700 519 351,593 243
442,128 16 98,501 5
175,336
9,794
2,158,777
3 Murabahah 30,319 434,452 6,016
809,535 365 256,723 477
1,087,233 98 672,245 72
1,575,116
37,347
4,835,304
4 Salam - - -
- - - - - - - - -
-
-
5 Istisna' - - 1
421 5 3,628 - - 1 8,653 5
115,690
12
128,392
6 Qardh 5,046 88,355 160
29,936 43 32,113 21 32,640 - - - -
5,270
183,044
7 Ijarah 2 51 1
405 - - 1 1,262 3
23,544 4 281,995
11
307,257
Jumlah 39,786 639,125 15,455
2,442,620 1,260 892,058 920
1,994,848 163 1,135,893 126
3,304,425
57,710
10,408,969
107 Lanjutan Lam
piran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Desember 2008 (dalam jutaan rupiah)
No. Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
Jumlah Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak
Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait
Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 2,411,246
391,859
-
-
163,909
-
-
-
21,995
-
-
-
7,190
-
-
-
38,504
9,247
-
-
2,642,844
401,106
2 Mudharabah 1,766,919
56,572
405
-
53,799
14,562
-
-
16,647
-
-
-
4,318
-
-
-
27,209
-
-
-
1,869,297
71,134
3 Murabahah 4,052,034
363,836
13,508
-
133,013
-
150
-
64,707
186,381
-
-
17,387
-
-
-
59,783
-
-
-
4,340,582
550,217
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5 Istisna' 101,763
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
101,763
-
6 Qardh 183,288
-
1,400
-
306
-
-
-
350
-
150
-
-
-
-
-
998
-
-
-
186,492
-
7 Ijarah 305,282
10,693
-
-
-
-
-
-
159
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
305,441
10,693
Jumlah 8,820,532
822,960
15,313
-
351,027
14,562
150
-
103,858
186,381
150
-
28,895
-
-
-
126,494
9,247
-
-
9,446,419
1,033,150
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 1,082 42,950 4,133
649,149
336
249,091 173 431,022 52
377,941 45 1,293,977 5,821
3,044,130
2 Mudharabah 3,499 78,998 5,268
950,154
427
293,268 204 367,412 16
99,273 3 151,326 9,417
1,940,431
3 Murabahah 34,654 443,999 5,940
795,361
344
240,806 467 1,105,595 103
709,524 72 1,595,514 41,580
4,890,799
4 Salam - - -
-
-
- - - - - - - - -
5 Istisna' 1 - 2
883
4
2,774 - - 2 13,079 3
85,027 12 101,763
6 Qardh 4,885 81,631 203
37,288
43
32,485 23 35,088 - - - - 5,154 186,492
7 Ijarah 2 16 1
159
-
- 2 10,000 2 13,671 5
292,288 12 316,134
Jumlah 44,123 647,594 15,547
2,432,994
1,154
818,424 869 1,949,117 175
1,213,488 128 3,418,132 61,996
10,479,749
108 Lanjutan Lam
piran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2009 (dalam jutaan rupiah)
No. Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
Jumlah Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak
Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait
Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 2,732,845
185,529
-
-
220,773
-
-
-
115,580
197,702
-
-
37,573
-
-
-
56,473
9,802
-
-
3,163,244
393,033
2 Mudharabah 1,523,033
62,694
333
-
123,609
-
-
-
18,686
14,120
-
-
5,283
-
-
-
37,946
-
-
-
1,708,890
76,814
3 Murabahah 3,772,556
261,932
13,544
-
374,078
-
6
-
37,435
7,795
147
-
16,945
-
-
-
125,774
-
-
-
4,340,485
269,727
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5 Istisna' 92,521
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
92,521
-
6 Qardh 224,441
-
1,220
-
-
-
63
-
288
-
-
-
-
-
-
-
1,046
-
150
-
227,208
-
7 Ijarah 372,321
11,652
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
372,321
11,652
Jumlah 8,717,717
521,807
15,097
-
718,460
-
69
-
171,989
219,617
147
-
59,801
-
-
-
221,239
9,802
150
-
9,904,669
751,226
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 1,126
45,305 4,486
689,890 353 259,663 182
453,810
57
404,088
51
1,703,521
6,255
3,556,277
2 Mudharabah 3,676
78,390 4,923
872,028 367 258,517 184
340,236
11
71,734
4
164,799
9,165
1,785,704
3 Murabahah 37,760
449,373 5,911
784,976 317 225,176 390
923,795
111
751,694
73
1,475,198
44,562
4,610,212
4 Salam -
- -
- - - - -
- - - - -
-
5 Istisna' -
- 2
806 4 2,444 1 1,466
2
13,004
2
74,801 11 92,521
6 Qardh 4,467
77,477 484
52,338 539 43,891 673 53,502
- - - -
6,163
227,208
7 Ijarah 1 12 -
- 1 906 5 16,354
2
13,106
7
353,595 16 383,973
Jumlah 47,030
650,557 15,806
2,400,038 1,581 790,597 1,435
1,789,163
183
1,253,626
137
3,771,914
66,172
10,655,895
109 Lanjutan Lam
piran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Juni 2009 (dalam jutaan rupiah)
No.
Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
Jumlah Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 3,010,760
450,883
-
-
407,804
-
-
-
105,393
-
-
-
26,375
-
-
-
59,261
8,659
-
-
3,609,593
459,542
2 Mudharabah 1,404,870
52,135
261
-
128,351
-
-
-
18,014
-
-
-
9,875
-
-
-
38,143
-
-
-
1,599,514
52,135
3 Murabahah 3,917,116
182,144
12,973
-
274,442
-
1,408
-
42,495
-
-
-
20,993
-
-
-
94,466
-
154
-
4,364,047
182,144
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- -
-
5 Istisna' 83,115
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- 83,115
-
6 Qardh 278,282
-
478
-
760
-
56
- 57
-
-
-
72
-
-
-
644
-
-
- 280,349 -
7 Ijarah 433,857
9,835
-
-
45,649
-
-
-
7,090
-
8,664
-
-
-
-
-
-
-
-
- 495,260
9,835
Jumlah 9,128,000
694,997
13,712
-
857,006
-
1,464
-
173,049
-
8,664
-
57,315
-
-
-
192,514
8,659
154
-
10,431,878
703,656
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 1,226
48,604 5,231
809,583 384 278,216 200
477,399 42 298,286 52
2,157,047 7,135 4,069,135
2 Mudharabah 3,536
74,003 4,602
805,832 344 241,175 175
323,023 9 57,393 4
150,223 8,670 1,651,649
3 Murabahah 37,913
450,996 6,123
806,824 323 228,091 397
959,995 102 712,339 73
1,387,946 44,931 4,546,191
4 Salam -
- -
- - - - - -
- - - - -
5 Istisna' -
- 3
1,214 3 1,614 2 5,022 1
5,114 2 70,151 11
83,115
6 Qardh 10,444
111,426 2,068
63,729 233 44,912 105 54,990 1
5,292 - - 12,851 280,349
7 Ijarah 1
6 -
- 1 875 3 6,221 5
38,109 7 459,884 17
505,095
Jumlah 53,120
685,035
18,027
2,487,182 1,288
794,883 882 1,826,650 160
1,116,533 138 4,225,251 73,615
11,135,534
110 Lanjutan Lam
piran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk September 2009 (dalam jutaan rupiah)
No. Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
Jumlah Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak
Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait
Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Valas
1 Musyarakah 3,154,330
134,490
789
-
346,703
275,828
-
-
313,484
-
-
-
17,489
-
-
-
176,123
11,099
-
-
4,008,918
421,417
2 Mudharabah 1,276,268
47,674
194
-
76,120
-
-
-
48,766
-
-
-
14,397
-
-
-
44,820
-
-
-
1,460,565
47,674
3 Murabahah 3,894,071
80,107
24,056
-
235,812
-
757
-
84,475
-
1,345
-
23,099
-
-
-
94,045
-
-
-
4,357,660
80,107
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5 Istisna' 73,691
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
73,691
-
6 Qardh 279,118
-
2,802
-
2,934
-
-
-
1,302
-
-
-
195
-
56
-
597
-
-
-
287,004
-
7 Ijarah 350,100
-
-
-
11,577
9,219
-
-
167,628
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
529,305
9,219
Jumlah 9,027,578
262,271
27,841
-
673,146
285,047
757
-
615,655
-
1,345
-
55,180
-
56
-
315,585
11,099
-
-
10,717,143
558,417
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 1,335
52,910 6,102 940,576 418
299,311 236 546,412
35
250,121 60
2,341,005
8,186
4,430,335
2 Mudharabah 3,315
68,872 4,342 745,548 370
261,203 151 267,633
9
54,988 3
109,995
8,190
1,508,239
3 Murabahah 38,191
430,823 6,289 830,165 329
225,395 402 955,678
99
700,810 67
1,294,896
45,377
4,437,767
4 Salam -
- - - -
- - - - - - - -
-
5 Istisna' -
- 6 2,389 -
- 3 5,801 - - 2
65,501 11 73,691
6 Qardh 6,306
112,318 977 70,193 786
42,015 984 57,186 1 5,292 - -
9,054
287,004
7 Ijarah -
- 2 485 1
802 3 6,175 5
36,570 8
494,492 19 538,524
Jumlah 49,147
664,923 17,718
2,589,356 1,904 828,726 1,779
1,838,885
149
1,047,781 140 4,305,889
70,837
11,275,560
111 Lanjutan Lam
piran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Desember 2009 (dalam jutaan rupiah)
No. Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
Jumlah Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak
Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait
Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 3,411,008
196,352
811
-
379,016
267,931
-
-
20,254
-
-
-
248,419
-
-
-
26,573
- -
-
4,086,081
464,283
2 Mudharabah 1,272,805
44,406
123
-
37,419
-
-
-
5,629
-
-
-
13,450
-
-
-
17,640
- -
-
1,347,066
44,406
3 Murabahah 4,207,535
83,955
24,431
-
156,759
-
-
-
15,266
-
-
-
8,780
-
-
-
50,733
- -
-
4,463,504
83,955
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- -
-
-
-
5 Istisna' 62,899
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- -
-
62,899
-
6 Qardh 303,018
-
2,294
-
40
-
-
-
700
-
-
-
-
-
-
-
306
-
56
-
306,414
-
7 Ijarah 386,121
-
-
-
6,829
8,870
-
-
-
-
-
-
130,648
-
-
-
-
- -
-
523,598
8,870
Jumlah 9,643,386
324,713
27,659
-
580,063
276,801
-
-
41,849
-
-
-
401,297
-
-
-
95,252
-
56
-
10,789,562
601,514
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 1,453
55,307 6,812
1,049,222 451 324,190 243
565,904
39
288,238 57 2,267,503
9,055
4,550,364
2 Mudharabah 3,237
67,595 4,010
681,334 333 234,146 131
237,348
9
61,063 3 109,986
7,723
1,391,472
3 Murabahah 41,482
443,018 6,347
840,454 340 235,171 383
896,286
99
698,456 73 1,434,074
48,724
4,547,459
4 Salam -
- -
- - - - -
- - - - -
-
5 Istisna' -
- 6
1,932 - - 1 1,466
- - 2 59,501
9
62,899
6 Qardh 8,547
153,169 964
64,638 722 36,101 979 47,214
1 5,292 - - 11,213
306,414
7 Ijarah -
- 4
921 1 786 3 6,043
5
34,714 8 490,004
21
532,468
Jumlah 54,719
719,089 18,143
2,638,501 1,847 830,394 1,40
1,754,261
153
1,087,763 143 4,361,068
76,745
11,391,076
112 Lanjutan Lam
piran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2010 (dalam jutaan rupiah)
No. Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan
Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah
Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait
Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 3,429,604
317,383
1,481
-
404,516
156,650
-
-
363,583
-
-
-
22,229
-
-
-
59,519
-
-
-
4,280,932
474,033
2 Mudharabah 1,128,091
43,485
51
-
75,620
-
-
-
11,994
-
-
-
2,665
-
-
-
32,417
-
-
-
1,250,838
43,485
3 Murabahah 4,054,555
83,986
23,676
-
595,675
-
14
-
94,815
-
-
-
7,889
-
-
-
58,586
-
-
-
4,835,210
83,986
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5 Istisna' 53,425
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
53,425
-
6 Qardh 382,753
-
2,127
-
1,975
-
-
-
4
-
-
-
-
-
-
-
669
-
56
-
387,584
-
7 Ijarah 358,123
8,500
-
-
32,435
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
130,649
-
-
-
521,207
8,500
Jumlah 9,406,551
453,354
27,335
-
1,110,221
156,650
14
-
470,396
-
-
-
32,783
-
-
-
281,840
-
56
-
11,329,196
610,004
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 1,546 58,287 7,473
1,150,956 477 338,368 250
575,300 44 315,057 59
2,316,997 9,849 4,754,965
2 Mudharabah 3,313 66,530 3,693
622,812 307 213,242 130
240,280 7 47,821 3
103,638 7,453 1,294,323
3 Murabahah 50,994 478,969 6,622
876,902 334 229,323 375
883,534 98 689,975 86
1,760,493 58,509 4,919,196
4 Salam - - -
- - - -
- - - -
- - -
5 Istisna' - - 6
1,458 - - 1
1,466 - - 2
50,501 9 53,425
6 Qardh 13,453 242,504 945
62,513 718 32,941 977
44,334 1 5,292 -
- 16,094 387,584
7 Ijarah - - 4
963 1 651 4
9,484 6 42,763 8
475,846 23 529,707
Jumlah 69,306 846,290 18,743
2,715,604 1,837 814,525 1,737
1,754,398 156 1,100,908 158
4,707,475 91,937 11,939,200
113 Lanjutan Lam
piran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2010 (dalam jutaan rupiah)
No. Jenis Produk
Kolektibilitas Pembiayaan
Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah
Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait Tidak Terkait Terkait
Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val Rp Val
1 Musyarakah 3,428,263 401,473
777
-
842,703
170,957
675
-
155,027
-
-
-
14,326
-
-
-
72,405
-
-
-
4,514,176
572,430
2 Mudharabah 1,160,182 712
5
-
91,441
-
-
-
20,453
-
-
-
7,323
-
-
-
39,224
-
-
-
1,318,628
712
3 Murabahah 4,379,110
201,566
22,653
-
539,516
-
-
-
80,998
-
-
-
17,932
-
-
-
63,613
-
-
-
5,103,822
201,566
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5 Istisna' 46,767
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
46,767
-
6 Qardh 438,338
-
2,011
-
6,820
-
-
-
67
-
-
-
4
-
-
-
391
-
56
-
447,687
-
7 Ijarah 344,961
57,754
-
-
30,560
-
-
-
258
-
-
-
-
-
-
-
130,647
-
-
-
506,426
57,754
Jumlah 9,797,621
661,505
25,446
-
1,511,040
170,957
675
-
256,803
-
-
-
39,585
-
-
-
306,280
-
56
-
11,937,506
832,462
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No. Jenis Produk
Plafon 0 - 50 Juta Plafon > 50 - 500 Juta Plafon > 0.5 - 1 M Plafon > 1 - 5 M Plafon > 5 - 10 M Plafon > 10 M TOTAL
Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh O/S
1 Musyarakah 1,662
62,151
8,307
1,282,884
520
367,491
283
612,928
53
380,028
62
2,381,124 10,887
5,086,606
2 Mudharabah 3,348
63,312
3,587
615,448
320
224,309
159
292,189
10
67,540
2
56,542
7,426
1,319,340
3 Murabahah 56,893 485,167
7,476
991,698
365
253,489
444
1,019,471
101
719,122
92
1,836,441 65,371
5,305,388
4 Salam -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5 Istisna' -
-
6
965
1
560
3
3,741
1
5,355
1
36,146
12
46,767
6 Qardh 16,793 316,535
894
56,338
708
25,188
977
44,334
1
5,292
-
- 19,373
447,687
7 Ijarah -
-
7
1,775
1
628
5
14,316
5
35,514
9
511,947
27
564,180
Jumlah 78,696 927,165
20,277
2,949,108
1,915
871,665
1,871
1,986,979
171
1,212,851
166
4,822,200 103,096
12,769,968
114 Lanjutan Lam
piran 9
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Regresi Berganda Correlations: Laba, Pembiayaan, NPF Laba Pembiayaan Pembiayaan 0.707 0.005 NPF 0.197 0.344 0.499 0.229 Cell Contents: Pearson correlation P-Value Uji multikolenieritas Regression Analysis: Laba versus Pembiayaan, NPF The regression equation is Laba = 59635 + 0.0257 Pembiayaan - 2147 NPF Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 59635 78426 0.76 0.463 Pembiayaan 0.025686 0.008019 3.20 0.008 1.1 NPF -2147 9305 -0.23 0.822 1.1 S = 50066.1 R-Sq = 50.3% R-Sq(adj) = 41.2% Analysis of Variance Source DF SS MS F p Regression 2 27874530161 13937265080 5.56 0.021 Residual Error 11 27572717396 2506610672 Total 13 55447247557 Source DF Seq SS Pembiayaan 1 27741125636 NPF 1 133404525
115
Lanjutan Lampiran 10 Unusual Observations Obs Pembiayaan Laba Fit SE Fit Residual St Resid 9 10655895 432384 319580 17886 112804 2.41R R denotes an observation with a large standardized residual.
Uji Autokorelasi
Runs Test: RESI1 Runs test for RESI1 Runs above and below K = -9.32232E-11 The observed number of runs = 6 The expected number of runs = 7.85714 6 observations above K, 8 below * N is small, so the following approximation may be invalid. P-value = 0.291 Uji Normalitas
RESI1
Perc
ent
100000500000-50000-100000
99
95
90
80
70
60504030
20
10
5
1
Mean
>0.150
-9.35480E-11StDev 46054N 14KS 0.153P-Value
Probability Plot of RESI1Normal
116
Lanjutan Lampiran 10
Uji Heteroskedastisitas
Fitted Value
Res
idua
l
400000350000300000250000200000
100000
50000
0
-50000
Residuals Versus the Fitted Values(response is Laba)
Residual Histogram for Laba
Residual
Freq
uenc
y
12000080000400000-40000
5
4
3
2
1
0
Histogram of the Residuals(response is Laba)
Residual vs Order for Laba
Observation Order
Res
idua
l
1413121110987654321
100000
50000
0
-50000
Residuals Versus the Order of the Data(response is Laba)
117
115