Post on 09-May-2018
ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
(Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Pendidikan Agama Islam
Oleh:
KHOIROTUL MUSTABSYIROH
NIM: 073111101
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Khoirotul Mustabsyiroh
NIM : 073111101
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 25 Nopember 2011
Saya yang menyatakan,
Khoirotul Mustabsyiroh
NIM: 073111101
iii
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 Fax 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul : Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Pendidikan Islam
(Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar
Pelangi)
Nama : Khoirotul Mustabsyiroh
NIM : 073111101
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, 12 Desember 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua,
Fakhrur Rozi, M. Ag.
NIP: 19691220 1995031 001
Sekretaris,
Nadhifah, S.Th.I.,M.S.I.
NIP: 19750827 200312 2 003
Penguji I,
Nasirudin, M.Ag.
NIP. 19691012 199603 1002
Penguji II,
H. Mursid, M.Ag.
NIP. 19670305 200112 1001
Pembimbing I,
Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag.
NIP. 19600615 199103 1004
Pembimbing II,
Drs. Sajid Iskandar Setyahadi
NIP. 19480212 198703 1001
iv
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295
Fax. 7615987 Semarang
NOTA PEMBIMBING Semarang, 25 Nopember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Pendidikan
Islam (Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel
Laskar Pelangi)
Nama : Khoirotul Mustabsyiroh
NIM : 073111101
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
Pembimbing I,
Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag.
NIP: 19600615 199103 1004
v
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295
Fax. 7615987 Semarang
NOTA PEMBIMBING Semarang, 25 Nopember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Pendidikan Islam
(Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar
Pelangi)
Nama : Khoirotul Mustabsyiroh
NIM : 073111101
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
Pembimbing II,
Drs. Sajid Iskandar Setyohadi
NIP. 19480212 198703 1001
vi
ABSTRAK
Judul : Analisis Kompetensi Kepribadian Guru perspektif Pendidikan
Islam (Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel
Laskar Pelangi
Penulis : Khoirotul Mustabsyiroh
NIM : 073111101
Skripsi ini membahas kompetensi kepribadian guru perspektif pendidikan
Islam yang dimiliki oleh Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam novel Laskar
Pelangi. Kajian ini dilatarbelakangi sikap guru yang pemarah dan guru yang ditakuti
oleh siswa yang menyebabkan siswa tidak nyaman untuk belajar.
Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimana
Kompetensi Kepribadian Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam? 2) Bagaimana
Kompetensi Kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar
Pelangi? 3) Bagaimana Kompetensi Kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan
dalam Novel Laskar Pelangi Perspektif Pendidikan Islam?.
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau penelitian murni, yaitu
penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data
penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-
bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan. Dalam hal ini
penelitian difokuskan pada kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan
dalam novel Laskar Pelangi perspektif pendidikan Islam, sehingga dalam mencari
data menggunakan pendekatan analitis, yaitu suatu pendekatan yang berusaha
memahami gagasan, cara pandang, cara pengarang dalam menampilkan gagasan atau
mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-
gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik
itu sehingga mampu membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.
Data yang terkumpul dianalisis dengan content analisis yaitu usaha untuk
mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan
masyarakatnya pada waktu buku itu di tulis, lebih singkatnya adalah analisis ilmiah
tentang isi pesan suatu komunikasi dan Metode interpretasi hasil analisis, yaitu
pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap suatu tafsiran. hasil
penelitian ini adalah 1) kompetensi kepribadian guru perspektif pendidikan Islam
yaitu mencontoh segala perbuatan nabi dan sifat- sifat nabi yang tertera dalam al
Qur’an dan al- Hadist. 2) kompetensi kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan
meliputi: Ramah, Sopan Santun, Lemaah Lembut, Semangat, Tenang,
Karismatik/berwibawa, Arif, Ikhlas, Adil, Sabar, Sederhana , Kesetiaan, Menerima
keadaan murid apa adanya, Cinta dan Kasih Sayang. 3) kompetensi kepribadian Bu
Muslimah dan Bapak Harfan perspektif pendidikan Islam intinya adalah bahwa
kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan adalah aplikasi nyata dari kompetensi
kepribadian guru perspektif Pendidikan Islam.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan
informasi bagi sekolah, peserta didik, orang tua, dan terutama pendidik untuk
meningkatkan kompetensi kepribadiannya
vii
TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada
SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987
dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-)
disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.
a t}
b z}
t ‘
s| gh
j f
h} q
kh k
d l
z| m
r n
z w
s h
sy ’
s} y
d}
Bacaan madd: Bacaan diftong:
a> = a panjang = au
i> = I panjang = ai
u> = u panjang
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. Tuhan seluruh alam yang telah memberikan
beberapa rahmat, taufiq, hidayah, dan kenikmatan kepada penulis berupa kenikmatan
jasmani maupun rohani, sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul
“ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PERSPEKTIF
PENDIDIKAN ISLAM (STUDI PADA IBU MUSLIMAH DAN BAPAK
HARFAN DALAM NOVEL LASKAR PELANGI)” dengan baik. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad saw.,
karena berkat perjuangan beliau yang telah membawa kita dari zaman kebodohan
menuju zaman yang terang benderang ini yaitu zaman islamiyah.
Dengan berbekal keikhlasan dan niat yang tulus serta dengan tanggung
jawab, Allah swt. telah meridhoi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Keberhasilan ini tentu saja tidak dapat terwujud tanpa bimbingan, dukungan dan
bantuan berbagai pihak, oleh karena dengan rasa hormat yang paling dalam penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Sudja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
2. H. Nasirudin M. Ag, Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag. selaku Pembimbing I dan Drs. Sajid Iskandar
Setyohadi selaku Pembimbing II, yang telah berkenan meluangkan waktunya,
tenaga dan pikirannya untuk membimbing, mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
4. Dosen Pendidikan Agama Islam, dosen dan staf pengajar di IAIN Walisongo
Semarang yang membekali berbagai pengetahuan.
5. Kepala perpustakaan IAIN Walisongo Semarang beserta seluruh staf dan
karyawan yang telah memberikan pelayanan yang terbaik.
ix
6. Bapak, ibu, kakak-kakakku, dan adikku yang tersayang terima kasih atas cinta,
kasih, do’a, nasihat, dan dukungan serta segala pengorbanan dalam mendidik
penulis dengan penuh kesabaran.
7. Teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam 2007 yang senantiasa menjadi
penyemangat penulis.
8. Pengasuh Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran(Umi Aufa dan Abah Luthfi)
terimakasih telah membimbing, menasihati, serta doa untuk penulis.
9. Santriwati Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran yang mengisi hari-hari penulis
menjadi penuh semangat.
10. Teman- teman kos (murba, eva, citra dan inda) terimakasih telah memberikan
tempat untuk mengetik skripsi hingga selesai.
Kepada mereka semua, penulis ucapkan “Jazakumullah Khairati wa
Saatiddunya wal Akhirah“. Semoga amal baik dan jasa-jasanya diberikan oleh Allah
balasan yang sebaik-baiknya.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin.
Semarang, 25 Nopember 2011
Penulis,
Khoirotul Mustabsyiroh
NIM. 073111101
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL SKRIPSI ............................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. ii
PENGESAHAN ...................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ........................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. vi
TRANSLITERASI ARAB LATIN ......................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5
D. Kajian Pustaka ........................................................................ 6
E. Metode Penelitian ................................................................... 7
F. Sistematika Pembahasan ......................................................... 9
BAB II PENDIDIKAN ISLAM,KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DAN
GAMBARAN UMUM NOVEL
A. PENDIDIKAN ISLAM .......................................................... 11
1. Pengertian Pendidikan Islam ............................................. 11
2. Tujuan Pendidikan Islam .................................................. 15
3. Pendidik dalam Pendidikan Islam ..................................... 17
a. Konsep Pendidik ......................................................... 17
b. Tugas Pendidik ........................................................... 18
B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU ................................ 20
1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru ........................ 20
a. Pengertian Kompetensi ............................................... 20
xi
b. Pengertian Kepribadian ............................................... 21
c. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru................... 22
2. Kompetensi Kepribadian yang Harus dimiliki oleh Guru .. 22
C. GAMBARAN UMUM NOVEL ............................................. 30
1. Pengertian Novel .............................................................. 30
2. Unsur- Unsur Novel .......................................................... 31
BAB III KOMPETENSI KEPRIBADIAN IBU MUSLIMAH DAN BAPAK
HARFAN DALAM NOVEL LASKAR PELANGI
A. Gambaran Umum Novel Laskar Pelangi ................................ 35
1. Biografi Pengarang ........................................................... 35
2. Sinopsis novel Laskar Pelangi .......................................... 35
B. Kompetensi Kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam
Novel Laskar Pelangi ............................................................. 39
1. Ramah ............................................................................. 39
2. Sopan Santun .................................................................... 39
3. Lemah Lembut.................................................................. 40
4. Semangat .......................................................................... 40
5. Tenang .............................................................................. 41
6. Karismatik/berwibawa ...................................................... 41
7. Arif ................................................................................... 41
8. Ikhlas ................................................................................ 42
9. Adil .................................................................................. 42
10. Sabar ................................................................................ 43
11. Sederhana ......................................................................... 43
12. Kesetiaan .......................................................................... 44
13. Menerima keadaan murid apa adanya ............................... 44
14. Cinta dan Kasih Sayang .................................................... 45
BAB IV ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (SUTI PADA IBU
MUSLIMAH DAN BAPAK DALAM NOVEL LASKAR
PELANGI)
xii
A. Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif
Pendidikan Islam ................................................................ 46
B. Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif
Pendidikan Islam (Studi pada Ibu Muslimah dan Bapak
Harfan dalam Novel Laskar Pelangi) .................................. 52
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................ 67
B. Saran ...................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Penunjukan Pembimbing
Daftar Riwayat Hidup
Piagam Passka
Piagam Kuliah Kerja Nyata
Surat Keterangan dan Transkip Ko Kurikuler
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitek yang dapat
membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk
membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna
bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia yang cakap,
yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.1
Umumnya, kata pendidik seringkali diwakili oleh istilah guru. Guru,
sebagaimana diurai Hadari Nawawi (1989), adalah orang yang pekerjaannya
mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di dalam kelas. Secara lebih
khusus, demikian Nawawi, guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan
dan pengajaran yang ikut bertanggungjawab dalam membantu anak didik mencapai
kedewasaan masing-masing. 2 Guru, dalam pengertian tersebut, bukan hanya sekedar
orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan (mata
pelajaran) tertentu, akan tetapi guru adalah anggota masyarakat yang harus ikut dan
berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk
menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, guru harus mempunyai
kompetensi. Dalam UU Guru dan Dosen No. 14 Th. 2005 kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional.3 Sebagai teladan, guru harus memiliki
kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur
yang paripurna, itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja
guru berbuat yang tidak atau kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan
1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif (Suatu Pendekatan
Teoretis Psikologis), Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2005, hlm.36.
2 Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2010), hlm. 143.
3 UU Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005) (Jakarta:Sinar Grafika, 2010), hlm. 9.
2
karisma pun secara perlahan lebur dari jati diri. Karena itu, kepribadian adalah
masalah yang sangat sensitif sekali.4
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis
dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan
suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar.5 Perbuatan
yang baik sering dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik
atau berakhlak mulia Sebaliknya, bila seorang melakukan sikap dan perbuatan yang
tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa orang itu tidak
mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai ahklak yang tidak mulia. Itulah
kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal sedikit saja guru berbuat yang tidak
atau kurang baik akan mengurangi kewibawaannya6 . Kepribadian dapat menentukan
apakah guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak
atau penghancur bagi hari depan anak didik.
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang
memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang
mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan, dan
memang diakui bahwa tiap orang mempunyai temperamen yang berbeda dengan
orang lain. Untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat
berguna. 7Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan
mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya
konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dan hal ini
membelokkan konsentrasi peserta didik.
Kemarahan guru terungkap dalam kata-kata yang dikeluarkan, dalam raut
muka dan mungkin dengan gerakan- gerakan tertentu, bahkan ada yang dilahirkan
dalam bentuk memberikan hukuman fisik. Sebagian kemarahan bernilai negatif, dan
4 Isjoni, Guru sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 55.
5 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif (Suatu Pendekatan
Teoretis Psikologis), hlm.40
6 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif (Suatu Pendekatan
Teoretis Psikologis), hlm. 41
7 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2010), hlm. 48
3
sebagian lagi bernilai positif. 8 Kemarahan yang berlebihan seharusnya tidak
ditampakkan, karena menunjukkan kelebihan emosi guru. Dilihat dari penyebabnya,
sering nampak bahwa kemarahan adalah salah karena ternyata disebabkan oleh
peserta didik yang tidak mampu memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan,
padahal dia telah belajar dengan sungguh-sungguh. Kematangan emosi guru akan
berkembang sejalan dengan pengalaman bekerja, selama dia mau memanfaatkan
pengalamannya. Jadi tidak sekedar jumlah umur atau masa kerjanya saja yang
bertambah, melainkan bertambahnya kemampuan memecahkan masalah atas dasar
pengalaman masa lalu
Dari uraian di atas jelas bahwa yang dikehendaki oleh peserta didik bukan
hanya kecakapan guru mengajar di kelas, melainkan yang lebih penting adalah
kepribadian guru itulah yang turut menentukan apakah belajar di kelas merupakan
suatu pendidikan atau kebahagiaan bagi anak. Berkaitan dengan kepribadian guru
dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ditunjukkan sosok pendidik yang
sangat bertanggung jawab, lembut, penyayang, sabar dan sebagainya.
Terinspirasi sebuah kisah nyata, ia pun mulai menulis novel yang bercerita
tentang pengabdian dua orang guru (Pak Harfan dan Ibu Muslimah) dan sepuluh
anak miskin, yang berjuang untuk bersekolah meski sekolahnya, SD Muhammadiyah
Pulau Belitung (SD yang paling tua di Belitung dan miskin), terancam ditutup oleh
pemerintah daerah. 9
Belitung sendiri meski terkenal sebagai Pulau Timah, namun tak dapat
dinikmati oleh penduduk aslinya. Belitung adalah kabupaten kepulauan yang
dikelilingi hampir 200 pulau besar dan kecil. Sejak akhir tahun 2000, kabupaten
berpenduduk lebih dari 2 ratus ribu jiwa ini menjadi bagian dari propinsi Bangka
Belitung. Beragam etnis hidup berdampingan di kawasan yang memiliki panorama
indah ini. Meskipun mengaku tidak memiliki latar belakang sastra, namun
sebagaimana ciri khas orang Melayu, Andrea terbiasa mendengarkan cerita dari para
8 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2010), cet. 9, hlm. 49.
9 Doni Riyadi Saksono, Andrea Hirata, dalam http://article-page.blogspot.com/2008/06/ profil-
andrea-hirata.html, diakses 26 Juni 2011.
4
orang-orang tua di kampungnya yang bercerita tentang sejarah dan cerita-cerita
klasik Melayu Belitung. Sehingga tidak mengherankan, dalam menulis Laskar
Pelangi, Andrea memiliki gaya penuturan yang kuat, filmis dan cerdas
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan
oleh Bentang Pustaka. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga
miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di
Belitung yang penuh dengan keterbatasan.
Sejak diterbitkan September 2005 oleh Bentang, novel itu sudah naik cetak
hingga 17 kali dan terjual sekitar 200 ribu eksemplar. Sukses itu juga diikuti dua
novel berikutnya yang menjadi bagian dari tetralogi Laskar Pelangi, yakni Sang
Pemimpi dan Edensor. Satu novel lagi adalah Maryamah Karpov.10
Jika
digabungkan, tiras tiga novel tersebut hampir 500 ribu kopi. Itu baru di Indonesia
saja. Sebab, Laskar Pelangi juga sudah dibeli oleh penerbit buku di Malaysia. Di
negeri Jiran buku itu langsung menjadi best seller. Setelah Malaysia, Singapura
segera menyusul menerbitkan novel tersebut. Laskar Pelangi juga sudah dilirik
sebuah penerbit dari Spanyol untuk diterbitkan di beberapa negara Eropa
Kekuatan novel ini terletak pada sentilan humaniora tentang pentingnya
pendidikan sekolah dan sekaligus kuatnya moral agama.11
Akan tetapi peneliti
menemukan sisi lain dari novel Laskar Pelangi yaitu kepribadian sosok pendidik
yang sangat bersahaja, selalu menjadi penyemangat peserta didiknya yang
diperankan oleh sosok pendidik seperti Ibu Muslimah Hafsari Hamid binti K.A.
Abdul Hamid dan Bapak Harfan Efendy Noor bin K.A. Fadillah Zein Noor
Seorang pendidik harus mempunyai modal kompetensi kepribadian yang baik
agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka dalam penelitian ini, peneliti
akan meneliti novel Laskar Pelangi tentang kompetensi kepribadian guru perspektif
Pendidikan Islam yang dimiliki oleh Bapak Harfan Efendy Noor dan Ibu Muslimah
Hafsari Hamid. Selain itu murid- murid SDN Muhammadiyah Belitong sangat
semangat dalam belajar walaupun dengan kondisi gedung sekolahan yang sangat
10 http://www.ziddu.com/download/2833278/Laskar_Pelangi.Full.pdf.html diakses 17 Juni
2011
11 www.laskarpelangi.forumation.net, diakses 29 Mei 2011.
5
memprihatinkan, itu semua juga dipengaruhi oleh kepribadian guru yang
mengajarnya. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti aspek kepribadian guru
dalam novel Laskar Pelangi. Adapun judul penelitian ini adalah ”ANALISIS
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
ISLAM (STUDI PADA IBU MUSLIMAH DAN BAPAK HARFAN DALAM
NOVEL LASKAR PELANGI).”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji melalui
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kompetensi kepribadian guru perspektif pendidikan Islam?
2. Bagaimana kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel
Laskar Pelangi?
3. Bagaimana kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel
Laskar Pelangi perspektif pendidikan Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah
a. Untuk mengetahui kompetensi kepribadian guru perspektif pendidikan Islam
b. Untuk mengetahui kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan
dalam Novel Laskar Pelangi
c. Untuk mengetahui kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan
dalam Novel Laskar Pelangi perspektif pendidikan Islam
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberi tambahan wacana kepada publik tentang kompetensi kepribadian
guru menurut Pendidikan Islam.
b. Memberi tambahan wacana kepada publik tentang kompetensi kepribadian
Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi.
6
c. Memberi tambahan wacana kepada publik mengenai kompetensi kepribadian
guru (Ibu Muslimah dan Bapak Effendy Noor) dalam novel Laskar Pelangi
perspektif Pendidikan Islam.
D. Kajian Pustaka
Untuk menghindari terjadinya duplikasi yang tidak diinginkan, maka peneliti
menggali teori-teori yang telah berkembang dalam bidang ilmu yang
berkepentingan12
, atau yang pernah digunakan oleh peneliti- peneliti terdahulu.
Dari penelusuran yang telah dilakukan, banyak sekali kajian yang membahas
tentang kompetensi kepribadian guru, akan tetapi dari beberapa yang penulis
temukan, masih jarang yang membahas tentang kompetensi kepribadian guru
perspektif pendidikan Islam di Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Bahkan dari segi karya sastra dan novel juga banyak yang ditemukan di
buku-buku perpustakaan, akan tetapi sebagian besar berisi tentang pembahasan
unsur-unsur novel lebih pada aspek kesusastraan dan pendidikan moral secara umum,
belum masuk pada pendidikan yang spesifik, khususnya kompetensi kepribadian
guru dalam perspektif pendidikan Islam.
Peneliti menemukan karya ilmiah yang membahas tentang isi dalam novel
atau film Laskar Pelangi, yaitu:
Pertama, penelitian oleh Farih Lidinnillah (3103210) mahasiswa IAIN
Walisongo Semarang tahun 2010 dengan judul NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM
FILM LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA PERSPEKTIF
PENDIDIKAN ISLAM menunjukkan bahwa film Laskar Pelangi mengandung nilai-
nilai edukatif. Nilai-nilai yang terkandung diantaranya adalah kerjasama,
kemerdekaan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati, kasih sayang, kedamaian,
rasa hormat, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan kesatuan.
Kedua, penelitian oleh Nur Muthmainnah (11306048) Mahasiswa STAIN
Salatiga tahun 2010 dengan judul “A DESCRIPTIVE ANALYSIS OF LEARNING
12 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), cet.3, hlm.111.
7
MOTIVATION TAKEN FROM LASKAR PELANGI NOVEL” menunjukkan bahwa
motivasi belajar dalam novel Laskar Pelangi antara lain:
1. To Change the Destiny (mengubah tujuan)
2. To Enrich Knowledge (memperkaya pengetahuan)
3. To be a Good Leader (menjadi pemimpin yang baik)
4. Loving Other Living Thing (menyukai hal-hal yang berbeda)
5. To be Closer with Idol (menjadi dekat dengan idolanya)
6. Because of a Girl (karena wanita)
7. To Get Scholarship (untuk mendapat beasiswa)
Berdasarkan tulisan-tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang
akan peneliti angkat berbeda dari tulisan-tulisan yang sudah ada disebabkan masih
minimnya penelitian yang membahas tentang guru dalam novel, maka dalam
penelitian ini peneliti menitikberatkan pada kompetensi kepribadian guru yaitu
kepribadian ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi perspektif
pendidikan Islam, karena guru sebagai komponen utama pendidikan Islam yang
memiliki andil besar dalam melancarkan proses pendidikan.
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan analitis.
Pengertian pendekatan analitis itu sendiri adalah suatu pendekatan yang
berusaha memahami gagasan, cara pandang, cara pengarang dalam
menampilkan gagasan atau mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang
dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme
hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun totalitas
bentuk maupun totalitas maknanya. 13
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah dengan membaca
novel Laskar Pelangi secara keseluruhan dan berulang-ulang dan membaca
13 Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, (Bandung: C.V Sinar Baru, 1991), cet. II,
hlm.44.
8
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan kajian penelitian. Pendekatan analitis
bertujuan untuk menemukan data kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan
Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi.
2. Fokus Penelitian
Sesuai dengan objek kajian skripsi ini maka penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan (Library Research). Library Research adalah penelitian
yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya.
Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan- bahan koleksi
perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan. 14
Dalam hal ini penelitian
difokuskan pada kompetensi kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam
novel Laskar Pelangi perspektif pendidikan Islam.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat
baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi, dan alat lainnya,15
atau
data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini sebagai
data primernya adalah Novel Laskar Pelangi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan untuk melengkapi data
primer.16
Adapun data sekunder yang akan dijadikan dalam bahan adalah
tulisan- tulisan yang membahas mengenai tema yang penulis angkat. Sumber
data sekunder yang peneliti gunakan antara lain surat kabar, blog dari internet
dan buku yang membahas tentang masalah yang dikaji oleh peneliti.
4. Metode analisis data
Analisis data adalah proses klasifikasi berupa pengelompokan/
pengumpulan dan pengkategorian data ke dalam klas-klas yang telah
14 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2004),
hlm. 1-2.
15 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), hlm.87.
16 .P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, hlm. 88.
9
ditentukan.17
Dalam menganalisis data yang telah di kumpulkan, penulis
menggunakan beberapa metode analisis, yaitu:
a. Metode content analisis
Yaitu usaha untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang
menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu buku itu di
tulis, lebih singkatnya adalah analisis ilmiah tentang isi pesan suatu
komunikasi.18
b. Metode interpretasi hasil analisis,19
yaitu pemberian kesan, pendapat, atau
pandangan teoritis terhadap suatu tafsiran.20
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan hal yang sangat penting karena
mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar masing-masing bab yang
saling berkaitan dan beruntutan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil
penelitian yang alamiah dan sistematis. Maka skripsi ini diklasifikasikan menjadi 5
bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut;
Bab pertama adalah Pendahuluan. Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal,
meliputi; Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
Bab kedua adalah Kerangka Teoritik.. Dalam Kerangka Teoritik akan dibahas
pendidikan Islam, kompetensi kepribadian guru, dan gambaran umum karya sastra.
Pendidikan Islam meliputi: pengertian pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam,
dan pendidik dalam pendidikan Islam. Kompetensi kepribadian guru meliputi:
pengertian kompetensi kepribadian guru dan kompetensi kepribadian yang harus
17 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, hlm.105.
18 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitan Kualitatif, Edisi III, (Yogyakarta, Raake Sarasin,
1996), hlm. 49.
19 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.
42.
20 Tim penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka,1999),Edisi III, hlm.384.
10
dimiliki oleh guru. Sedangkan gambaran umum karya sastra meliputi: pengertian
novel dan unsur- unsur novel
Bab ketiga adalah Kompetensi kepribadian ibu Muslimah dan bapak Harfan
dalam novel Laskar Pelangi meliputi gambaran umum novel Laskar Pelangi dan
kompetensi kepribadian ibu Muslimah dan bapak Harfan Effendy Noor.
Bab keempat adalah Hasil Penelitian. Bab ini membahas tentang analisis
kompetensi kepribadian guru perspektif pendidikan Islam (studi pada Ibu Muslimah
dan Bapak Harfan dalam novel Laskar Pelangi).
Bab kelima adalah Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir, meliputi;
Kesimpulan, Saran dan Penutup. Dalam bagian terakhir skripsi, dilengkapi dengan
daftar pustaka serta lampiran-lampiran.
11
BAB II
PENDIDIKAN ISLAM, KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
DAN GAMBARAN UMUM NOVEL
A. Pendidikan Islam
1. Pengertian pendidikan Islam
Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian member makan kepada jiwa
anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniyah, juga sering diartikan dengan
menumbuhkan kemampuan dasar manusia.1
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term
al-tarbiyah, al –ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer
digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah. Sedangkan term
al-ta’dib dan al-ta’lim jarang digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah
digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.
a. Istilah al- Tarbiyah
Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini
memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna
tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur dan menjaga kelestarian
atau eksistensinya. 2
Kata Rabb sebagaimana yang terdapat dalam Q.S Al Fatihah/1:2
(alhamdu lillaahi rabb al-‘alamin) mempunyai kandungan makna yang
berkonotasi dengan istilah al- Tarbiyah sebab kata rabb (Tuhan) dan murabbi
(pendidik) berasal dari akar kata yang sama. Berdasarkan hal ini, maka Allah
adalah pendidik yang Maha Agung bagi seluruh alam semesta.
Uraian di atas, secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan
Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai „pendidik‟
seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian
1 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasrakan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara,2000), hlm. 32
2 Al- Rasyidin dan Samsul Nizar , Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis), (Jakarta; Ciputat Press, 2005), hlm. 25.
12
pendidikan Islam yang dikandung dalam term al- tarbiyah terdiri atas empat
unsur pendekatan, yaitu: 3 (1) memelihara dan menjaga fitrah anak didik
menjelang dewasa (baligh). (2) mengembangkan seluruh potensi menuju
kesempurnaan. (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan (4)
melaksanakan pendidikan secara bertahap
Penggunaan istilah al-tarbiyah terlalu luas untuk mengungkapkan hakikat
dan operasionalisasi pendidikan Islam sebab kata al-tarbiyah yang memiliki arti
pengasuhan, pemeliharaan, dan juga digunakan untuk melatih dan memelihara
binatang atau makhluk Allah lainnya.
b. Istilah al-Ta’lim
Istilah al-ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan
pendidikan Islam. Menurut para ahli , kata ini lebih bersifat universal di banding
dengan al-Tarbiyah maupun al-Ta’dib. Rasyid Ridla, misalnya mengartikan al-
Ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu
tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. 4
Ta’lim merupakan kata benda buatan (masdar) yang berasal dari akar kata
‘allama, yang artinya pengajaran, mengajar, menjadikan yakin dan mengetahui. 5
Ta’lim mencakup aspek- aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik. Dan merupakan
suatu proses yang terus menerus diusahakan manusia semenjak lahir sebab
manusia dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun. 6
3 Al- Rasyidin dan Samsul Nizar , Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis), hlm. 26.
4 Al- Rasyidin dan Samsul Nizar , Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis),hlm. 27.
5 Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus
Perubahan, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 44.
6 Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah
Arus Perubahan, hlm. 17-18.
13
c. Istilah al-Ta’dib
Kata ta’dib secara etimologis adalah bentuk masdar yang berasal dari
akar kata addaba, yang artinya membuat makanan, melatih dengan akhlak yang
baik, sopan santun dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik. 7
Ta’dib sebagai upaya dalam pembentukan adab (tata krama), terbagi atas
empat macam: 8 1) Ta’dib adab al- haqq, pendidikan tata krama spiritual dan
kebenaran, yang memerlukan pengetahuan tentang wujud kebenaran, yang di
dalamnya segala yang ada memiliki kebenaran tersendiri dan dengannya segala
sesuatu yang diciptakan. 2) Ta’dib adab al- khidmah, pendidikan tata krama
spiritual dalam pengabdian. 3) ta’ dib adab al- syariah, pendidikan tata krama
spiritual dalam persahabatan. 4) Ta’dib adab al-shuhbah, pendidikan tata krama
spiritual dalam persahabatan, berupa saling menghormati dan berperilaku mulia
diantara sesama.
Istilah tarbiyah, ta’dib ,dan ta’lim bila ditinjau dari penekanannya
terdapat titik perbedan satu sama lain, namun apabila dilihat dari unsur
kandungannya, terdapat keterkaitan kandungannya yang saling mengikat satu
sama lain yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak. Dalam ta’dib, titik
tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar
menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
Konsep al-tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada bimbingan anak
supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat
berkembang secara sempurna yaitu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan
penumpukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.
Adapun ta’lim, titik tekannya ada penyampaian ilmu pengetahuan yang benar,
pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak.
7 Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah
Arus Perubahan, hlm.19.
8 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 21.
14
Ta’lim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan
seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.9
Dari beberapa pengertian tarbiyah, ta’dib dan ta’lim di atas, para ahli-ahli
pendidikan memformulasikan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut ini. 10
Pertama, al- Syaibani mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah
proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi,
massyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara
pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara
sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.
Kedua, Muhammad Fadhil al-Jamaly mendefinisikan pendidikan Islam
sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup
lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang
mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik
yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun
perbuatannya.
Ketiga, ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadiannya yang utama (insan kamil).Keempat, Ahmad Tafsir
mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh
seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah
suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan
kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan
dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam yang diyakininya.11
9 Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah
Arus Perubahan, hlm. 53.
10 Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis), hlm. 31
11 Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis), hlm. 32.
15
2. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan itu menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah tadi
menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kesituasi berikutnya.
Dalam meninjau tujuan sebagai arah ini, tidak ditekankan pada masalah kejurusan
mana garis yang telah memberi arah pada usaha tersebut, tetapi ditekankan kepada
soal garis manakah yang harus diambil dalam melaksanakan usaha tersebut atau garis
manakah yang harus ditempuh dalam keadaan sekarang dan disini.12
Tujuan juga
dapat dipandang sebagai titik akhir yang akan dicapai dari sebuah usaha tertentu.
Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup
muslim yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah swt.,agar
mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan
beribadah kepada-Nya. 13
Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:14
a. Tujuan dan tugas manusia dimuka bumi, baik secara vertical maupun horizontal
b. Sifat- sifat dasar manusia
c. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan
d. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini, setidaknya ada 3
macam dimensi ideal Islam, yaitu:
1) Mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia di muka bumi.
2) Mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih
kehidupan yang baik.
3) Mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan
dunia dan akhirat.
Berdasarkan batasan di atas, para ahli pendidikan (muslim) mencoba
merumuskan tujuan pendidikan Islam, di antaranya al- Syaibani, mengemukakan
12 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakata: Bina Aksara, 1988), 0hlm. 41
13 Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah Harapan Masyarakat
(Semarang: AKFI media, 2010), hlm. 58.
14 Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis) ,hlm. 35
16
bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan
akhirat. Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah
peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan
terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai
khalifah fi al-ardh.15
Secara praktis, Muhammad Athiyah al- Abrasyi, menyimpulkan bahwa
tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu16
:
1) Membentuk akhlak mulia
2) Mempersiapkan kehidupan dunia akhirat
3) Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya
4) Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik
5) Mempersiapkan tenaga professional yang trampil
Dari rumusan-rumusan tujuan pendidikan Islam, sebagaimana yang telah
disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa inti dari tujuan pendidikan Islam
tersebut terfokus kepada:
a. terbentuknya kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia hamba Allah
yang diwajibkan menyembah kepada-Nya. Melalui kesadaran ini pada akhirnya
dirinya akan berusaha agar potensi dasar keagamaan (fitrah) yang dimiliki dapat
tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya. Sehingga, hidup dalam keadaan
beriman dan meninggalnya juga dalam keadaan beriman (muslim)
b. terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka
bumi dan selanjutnya dapat diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui
kesadaran ini seseorang akan termotivasi untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki, meningkatkan sumber daya manusia, mengelola lingkungannya dengan
baik, dan lain- lain sehingga pada akhirnya akan mampu memimpin dirinya dan
keluarganya, masyarakat dan alam sekitarnya.
15 Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis),hlm.36
16 Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis), hlm. 37
17
3. Pendidik dalam Pendidikan Islam
a. Konsep Pendidik
Dalam pengertian yang lazim digunakan pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggungjawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah
swt.17
Dalam qur‟an dan sunnah yang merupakan sumber utama ilmu pendidikan
Islam, terdapat sejumlah Istilah yang mengacu kepada pengertian pendidik.
Istilah tersebut antara lain al-murabbi,al-mu’allim, al-muzakki,al-‘ulama, al-
muaddib,al-mursyid, dan al-ustadz.
Pendidik ialah tenaga profesional yang diserahi tugas dan tanggungjawab
untuk menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat, minat, kecerdasan,
akhlak, moral, pengalaman, wawasan dan keterampilan peserta didik. 18
Seorang
pendidik adalah orang yang berilmu pengetahuan dan berwawasan luas,
memiliki keterampilan, pengalaman, berkepribadian mulia, memahami yang
tersurat dan tersirat, menjadi contoh dan model bagi muridnya, senantiasa
membaca dan meneliti, memiliki keahlian yang dapat diandalkan serta menjadi
penasihat
Berdasarkan pengertian di atas, pendidik dalam perspektif pendidikan
Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia
mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya baik sebagai khalifah fi al-
ardh maupun „abd sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karena itu,
pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang
bertugas di sekolah tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan
anak mulai sejak alam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal
dunia.
17 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,2010), hlm.159-160
18 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,, hlm. 165
18
Islam mengajarkan bahwa pendidik pertama dan utama yang paling
bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik
adalah kedua orang tua. Karena kedua orang tua harus mencari nafkah untuk
memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, terutama kebutuhan material, maka
orang tua kemudian menyerahkan anaknya kepada pendidik di sekolah
(murabbi, mu’allim,atau mu’addib) untuk dididik.
Selain itu, orang-orang yang terlibat dalam proses pendewasaan anak
melalui pengembangan jasmani dan rohaninya selain orang tua dan guru di
sekolah dalam konsep Islam adalah pendidik. Konsep ini merupakan hakikat
amar ma’ruf nahi munkar dalam Islam, yaitu menyeru dan mengajak semua
orang ke jalan Tuhan melalui pendidikan seumur hidup dalam arti seluas-
luasnya.
b. Tugas Pendidik
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan
peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. 19
Keyakinan
ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada
saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang
lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik, ketika orang tua
mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap
guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Dalam Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang
sangat mulia. Posisi ini menyebabkan mengapa Islam menempatkan orang-orang
yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding
dengan manusia lainnya. Sesuai yang termaktub dalam surat Al Mujadalah ayat
11
19 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 35
19
Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berilah kelapangan di dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.20
Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik. Dalam proses
operasionalnya, mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan
dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain
sebagainya. Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukan hanya sekedar
mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan orang. Di samping itu, pendidik
juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar,
sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan
dinamis.
Menurut Ahmad D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan Islam
adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik,
menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan,
menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki guna
ditransformasikan kepada peserta didik, serta senantiasa membuka diri terhadap
seluruh kelemahan atau kekurangannya.
Sementara dalam batas lain, tugas pendidik dapat dijabarkan dalam
beberapa pokok pikiran, yaitu:21
20 Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,
2007), hlm. 543
21 Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis), hlm. 43
20
1) Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program
pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan
pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan.
2) sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring dengan tujuan
penciptaan-Nya.
3) sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri (baik
diri sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan,
pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program
yang dilakukan.
Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa tugas pendidik
yang utama adalh menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta
membawa hati manusia untuk taqarraub ila Allah..22
Para pendidik dituntut
untuk dapat mensucikan jiwa peserta didiknya. Hanya dengan melalui jiwa-jiwa
yang suci manusia akan dapat dekat dengan Khalik-Nya. Berkenaan dengan
konsep ini, dapat disimpulkan bahwa selain bertugas mengalihkan berbagai
pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, tugas utama yang perlu
dilakukan pendidik adalah tazkiyat an-nafs, yaitu mengembangkan,
membersihkan, mengangkat jiwa peserta didik kepada Khalik-Nya,
menjauhkannya dari kejahatan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrah-
Nya yang hanif.
B. Kompetensi Kepribadian Guru
1. Pengertian kompetensi kepribadian guru
a. Pengertian Kompetensi
Kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan
(memutuskan sesuatu).23
Dalam bahasa inggris, a competency is an underlying
22 Al- Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis), hlm. 43-45.
23 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), edisi.3, hlm.584
21
characteristic of an individual that is causally related to criterion referenced
effective and/or superior performance in job or situation 24
. Sedangkan menurut
UU guru dan dosen, istilah kompetensi diartikan sebagai seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.25
Kompetensi menurut Usman (2005), adalah suatu hal yang menggambarkan
kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang
kuantitatif. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya. (Mc Ashan dalam E. Mulyasa, 2003).26
Dari pengertian di atas, bisa dipahami bahwa kompetensi menunjuk pada
keahlian seorang guru yang dapat mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya.
b.Pengertian Kepribadian
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang berarti
topeng, yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri. Bagi bangsa Romawi
persona berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain, jadi bukan diri
yang sebenarnya.27
Adapun pribadi yang merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris person, atau persona dalam bahasa Latin yang berarti manusia sebagai
perseorangan, diri manusia atau diri orang lain.
G.W Allport dalam buku Child Development karangan Elisabeth Hurlock,
mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi (susunan) dinamis dari sistem
psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik
terhadap lingkungan.28
24 John Wiley and Sons, inc., Competence at work, (Canada: Published simultaneously), hlm. 9
25 Undang Undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Depdiknas
RI,2005), hlm.5
26 Kunadar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP), (Jakarta: PT
Raja Grafindo,2007), hlm.51.
27 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm.2.
28 Djaali, Psikologi Pendidikan, hlm.2.
22
c. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan
yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat
dan efektif. 29
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri- ciri
pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari
guru lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya
dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam
menghadapi setiap persoalan.
Kepribadian adalah unsur yang sangat menentukan keakraban hubungan
guru dengan anak didik. Kepribadian guru tercermin dalam sikap dan
perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik.30
Sebagai teladan,
guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil idola, seluruh
kehidupannya adalah figur yang paripurna.
Jadi, kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan kepribadian yang
harus dimiliki seorang pendidik. yaitu bahwa guru hendaknya memiliki
kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak
mulia. Didalamnya juga diharapkan tumbuhnya kemandirian guru dalam
menjalankan tugas serta senantiasa terbiasa membangun etos kerja. Hingga
semua sifat ini memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan guru dalam
kesehariannya.
2. Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh guru
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Th.2007 kompetensi
kepribadian guru mencakup lima subkompetensi, yaitu kepribadian yang mantap dan
29 Kunandar, Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP), hlm.54-55.
30 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Didik Dalam Interaksi Edukatif, hlm.39-51.
23
stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia. 31
Subkompetensi kepribadian
yang mantap dan stabil adalah bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak
sesuai dengan norma sosial, sebagai guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma. Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator :
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja
sebagai guru. Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator: menampilkan
tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat
serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. Sub kompetensi
kepribadian yang berwibawa memiliki indikator: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator:
bertindak sesuai dengan norma agama (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka
menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. Kepribadian guru
akan sangat mewarnai kinerjanya dalam mengelola kelas dan berinteraksi dengan
siswa. Deskripsi atas hal ini akan dijelaskan pada bagian tersendiri.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi berpendapat, bahwa seorang pendidik harus32
a. Mempunyai watak yang kebapakan sebelum menjadi seorang pendidik.
b. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik
c. Memerhatikan kemampuan dan kondisi peserta didiknya
d. Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada sebagian peserta didik
saja
e. Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan
f. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya,tidak menuntut hal-hal yang diluar
kewajibannya
g. Dalam mengajar selalu mengaitkan materi yang diajarkan dengan materi lainnya
h. Memberi bekal kepada peserta didik dengan bekal ilmu yang dibutuhkan masa
depan
31 Sudarman Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru (Tilikan Indonesia dan
Mancanegara),(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 23
32 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,2010), hlm. 169
24
i. Sehat jasmani da rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat, tanggung
jawab, dan mampu mengatasi problem peserta didik, serta mempunyai rencana
yang matanng untuk menatap masa depan yang dilakukan dengan sungguh-
sungguh.
Dalam sejarah pendidikan Islam profesi guru memiliki beberapa sebutan
seperti Al-Qori (qur’an reader),33
yakni mereka yang ahli membaca dan
mengajarkan al-Qur‟an, Al-Muaddib (private teacher) yakni guru khusus bagi anak-
anak khalifah atau para pembesar yang lain atau al-qos (story teller) yakni mereka
yang profesinya menceritakan kisah-kisah masa lalu. Seiring dengan lahirnya
lembaga pendidikan “ madrasah”, guru sering disebut al-ustadz atau al mudaris
sedangkan asisten guru disebut al-mu’id, adapun istilah syeikh lebih sering dipakai
untuk menyebut seorang yang tua atau alim dalam hal agama atau sebagian juga
sering disebut dalam dunia tasawuf.
Imam al- Ghazali melihat konsep etika pendidik sebagai berikut: 34
a. Menerima segala problema peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka dan
tabah
b. Bersikap penyantun dan penyayang
c. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak
d. Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama
e. Bersikap rendah hati
f. Bersikap lemamh lembut
g. Meninggalkan sifat marah
h. Memperbaiki sikap peserta didik didiknya dan bersikap lemah lembut terhadap
peserta didik yang kurang lancar bicaranya
i. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didik menerima kebenaran
yang diajukan oleh peserta didik
33 M. Nuryadin Edy Purnama, Kompetensi Guru dalam Ranah Pendidikan Islam, dalam
http://elearningsmkn1trucuk.com/2009/07/23/kompetensi-guru-dalam-ranga-pendidikan-Islam.
diakses 11 Agustus 2011.
34 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 168
25
j. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walau kebenaran
itu berasal dari peserta didik
Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik
yang dan membedakannya dari yang lain. Dengan karakteristiknya, menjadi ciri dan
sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya. Totalitas tersebut
kemudian akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan perbuatannya. Dalam hal
ini, Abdurrahman An-Nahlawi menyarankan, agar guru dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik hendaknya guru memiliki sifat-sifat sebagai berikut:35
a. mempunyai watak dan sifat rabbaniyyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah
laku, dan pola pikirnya
b. bersifat ikhlas melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk
mencari keridhaan Allah dan menegakkan kebenaran
c. bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik
d. jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya
e. senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus mendalami
dan mengkajinya lebih lanjut
f. mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Sesuai dengan prinsip-
prinsip penggunaan metode pendidikan
g. mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan
proporsional
h. mengetahui kehidupan psikis peserta didik.
Dengan bekal kepribadian sebagaimana dicirikan dalam indikator
kemampuan diatas, seorang guru akan benar-benar mampu menjadi figur
sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw. sebagai guru pertama dalam Islam.
Beliau telah memberikan contoh teladan kepada umatnya dengan keberhasilan
menciptakan kader-kader yang mempunyai tidak tanduk di segala perbuatan mereka.
Keikhlasan, kejujuran, kelapangan beliau telah teruji sepanjang zaman dan
menggerakkan manusia berkomitmen mengikuti beliau. Sifat tawadlu’ yang selalu
mengiringi langkah beliau semakin mengokohkan kewibawaan beliau sebagai guru
35 Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) hlm. 131
26
dan pemimpin. Dan atas kemuliaan beliau pulalah Allah mengajarkan kepada kita
untuk meneladani keseluruhan pribadi beliau. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam surat Al Ahzab ayat 21
Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan yang banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab [33]: 21)36
Merujuk hal di atas, setiap tingkah laku guru menjadi teladan bagi anak
didiknya baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Di lingkungan sekolah
di samping guru berperilaku baik, guru juga harus bisa menjaga kehidupan sosialnya
dalam berinteraksi dengan masyarakat. Dengan kata lain seluruh taampilan guru baik
dalam keluarganya sendiri, sekolah maupun masyarakat adalah refleksi dari
kepribadiannya.
Kepribadian guru sangat ditentukan oleh akhlak yang dimilikinya, karena
seluruh tingkah laku atau akhlak guru akan diperhatikan oleh anak didiknya dan ini
sangat berpengaruh terhadap kewibawaan seorang guru. Oleh karena itu seorang
guru harus mempunyai akhlak yang baik. Karakteristik kepribadian guru perspektif
pendidikan Islam, antara lain:
a. Konsep rabbani
Tingkah laku dan pola pikir guru bersifat Rabbani, yakni guru bersandar
kepada Rabb dengan menaatinya.37
Tanpa sifat ini guru tidak mungkin akan dapat
mewujudkan tujuan pendidikan Islam. Guru haruslah meningkatkan wawasan,
pengetahuan, sebagai pengejawantahan sifat rabbani. Firman Allah Q. S Ali
Imran: 79
36 Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 420
37 Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 131.
27
Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah , serta
Hikmah dan kenabian, kemudian Dia berkata kepada manusia: "Jadilah
kamu penyembahku, bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata):
"Jadilah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu mengajarkan
Al kitab dan karena kamu mempelajarinya. (QS. Ali Imran [3]: 79)38
b. Sifat-sifat Nabi
Muhammad yang insan kamil berakhlak Qur‟an, patut disebut guru
terbaik sepanjang masa. Mencontohkan para guru generasi sepeninggalnya
untuk mencontoh tata cara mengajar beliau dan karakteristik guru beliau.
Sebagaimana sifat wajib beliau (yang terdiri dari Shiddiq, Amanah, Tabligh,
Fathanah), maka setidaknya guru juga mempunyai sifat-sifat tersebut.
Shiddiq (jujur). Kejujuan Nabi saw. telah terkenal dalam riwayat.
Bahkan, ketika belum diangkat menjadi Nabi. Sehingga beliau diberi gelar al-
Amin. 39
Kejujuran tidak terbatas pada perkataan saja. Perbuatan juga bagian
darinya. Guru harus bertindak jujur. Walau pahit sekalipun, Lawannya Kidzib
(berbohong).
Amanah (dapat dipercaya), al-amin sebagai bukti Muhammad dapat
dipercaya oleh kaumnya. Cirinya bertanggung jawab atas apa yang
diterimanya. Bukan sebaliknya mengingkari dari amanah berupa wahyu yang
disampaikan melalui malaikat Jibril. Tepat bila menjadi guru dianggap sebagi
amanah kepercayaan membimbing anak didik. Masyarakat akan lebih
menempatkan anak-anaknya kepada orang yang bersifat amanah. Dan diakui
kepercayaannya.
Tabligh (menyampaikan). Dalam menyampaikan wahyu Allah tentunya
banyak ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang harus diterima
beliau dibutuhkan kesabaran, ketabahan dan keteguhan hati.
38 Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya ,hlm.60
39 Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad (Jakarta: Gema Insani, 2001),cet.3
hlm.371
28
Fathanah (cerdas), rasul memiliki kecerdasan yang luar biasa, ahli
strategi perang, ekonom ulung, pemimpin yang menyejukkan. Hakim yang
cerdas, guru yang memahami karakter siswanya (para sahabatnya). Bukan
sebaliknya baladah (bodoh). Guru juga harus mempunyai kompetensi,
wawasan yang luas tanpa membedakan ilmu surga atau neraka, tak mengenal
dikotomik ilmu.
c. Lemah lembut, pemaaf dan suka bermusyawarah
Betapa Rasul menganjurkan para sahabatnya untuk bermmusyawarah
mencari mufakat. Rosul sendiri di beberapa kesempatan menyempatkan
berdiskusi memecahkan strategi perang dengan sahabatnya yang mempunyai
wawasan lain.
Firman Allah QS Ali Imran: 159
Maka berkat rahmat Allah engkau Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai
orang yang bertawakkal. (QS. Ali Imran [3]: 159).40
d. Berwibawa
Firman Allah QS Al Anbiya‟: 81
Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang
tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri
Berkah padanya. Dan Kami Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-
Anbiya‟ [21]: 81)41
40 Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 71
41 Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 328
29
e. Adil dan Taqwa
Serangkaian dua kata yang erat dan saling berhubungan. Guru bersifat
adil tidak membedakan murid satu dengan lainnya. Bila terjadi kecemburuan
sosial akan merusak keharmonisan antar siswa. Dan keadilan membawa pada
ketaqwaan dan bekal yang terbaik adalah taqwa.
Firman Allah QS Al Maidah: 8
Wahai orang-orang yang beriman! jadilah kamu sebagai penegak
keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sungguh Allah Maha teliti apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Maidah [5]: 8)42
f. Mengajak kebaikan
Firman Allah QS Ali Imran: 104
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; dan merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali
Imran [3]: 10443
Sifat dan kemampuan yang disyaratkan kepada pendidik Islam sebagaimana
dirumuskan di atas, hanyalah sebagian dari sekian banyak sifat dan kemampuan yang
harus dimiliki agar fungsi dan peranan pendidik Islam dalam proses pendidikan
Islam dapat berjalan sesuai dengan tuntunan dan tuntutan ajaran Islam serta
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dunia kependidikan Islam.44
42 Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 108
43 Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 63
44 Ahmad Syar‟I, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 38
30
C. Gambaran Umum Novel
1. Pengertian Novel
Karya sastra (novel) adalah karya seni yang mediumnya sudah bersifat tanda
yang mempunyai arti, yaitu bahasa. Tanda kebahasaan itu adalah bunyi yang
dipergunakan sebagai simbol, yaitu tanda yang hubungannya dengan artinya itu
bersifat arbitrer atau semau- maunya.45
Karya sastra yang bernilai itu disebut indah. Pengertian indah ini dalam arti
yang luas. Sesungguhnya tidak ada norma keindahan yang objektif. Keindahan itu
sesungguhnya sesuai dengan penghayatan pembaca dan pengalaman pembaca. Akan
tetapi, bagaimanapun juga, indah ini menjadi criteria, hanya saja indah itu relatif
menurut pengertian masing- masing. Akan tetapi, bila menurut baik, maka karya
sastra itu indah, entah bagaimanapun kriterianya. Wellek (1968:243-244)
mengemukakan pendapat Bosangquest tentang jenis keindahan. Keindahan ada dua
macam, yaitu keindahan mudah (easy beauty) dan keindahan sukar (difficult beauty).
Keindahan mudah dicapai dengan bahan- bahan yang mudah dikerjakan, seperti
kemerduan, citra-citra visual yang menyenangkan, dan pokok yang puitis. Keindahan
sukar diperas dari bahan-bahan yang sebagai material adalah berlawanan: kesakitan,
kejelekan, dan didaktik. Keindahan sukar ini membuat estetik hal-hal yang
tampaknya tidak estetik. Keindahan sukar disebut juga yang sublim.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah karya sastra
yang bernilai sastra (tinggi) adalah sebuah karya yang indah, mengandung
kreativitas, yang memuat pikiran-pikiran yang tinggi, dan gambaran- gambaran
kehidupan yang mempesonakan.46
Karya sastra merupakan struktur yang tersusun dari lapis-lapis norma yang
saling berjalinan. Di samping itu, karya sastra juga merupakan struktur makna atau
struktur yang bermakna. Oleh karena itu, mengritik atau menganalisis karya sastra
adalah usaha menangkap makna dan memberi makna kepada teks sastra (Culler,
45 Rachmat Djoko Pradopo, Kritik Sastra Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gama Media, 2002),
hlm. 47.
46 Rachmat Djoko Pradopo, Kritik Sastra Indonesia Modern, hlm.86.
31
1977:viii).47
Hal ini mengingat bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang
mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa, sistem tanda tingkat
pertama. Karya sastra merupakan struktur ketandaan yang kompleks
Karya sastra (novel) merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekedar
merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan
struktur pikiran yang tersusun dari unsur- unsur yang padu. Untuk mengetahui
makna-makna atau pikiran tersebut, karya sastra (novel) harus dianalisis.
Analisis strukturalisme merupakan prioritas pertama sebelum diterapakannya
analisis yang lain. Tanpa analisis struktural tersebut, kebulatan makna intrinsik yang
hanya dapat digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap. Makna unsur-unsur
karya sastra hanya dapat ditangkap, dipahami sepenuhnya dan dinilai atas dasar
pemahaman tempat dan fungsi unsur itu di dalam keseluruhan karya sastra
(Teeuw,1983:61).
Analisis struktural tidak sekedar memecah-mecah struktur (novel) menjadi
fragmen-fragmen yang tidak berhubungan, tetapi harus dapat dipahami sebagai
bagian dari keseluruhan. Tiap unsur dalam situasi tertentu tidak mempunyai arti
dengan sendirinya, melainkan ditentukan berdasarkan hubungannya dengan unsur-
unsur yang lain yang terlibat dalam situasi itu..48
2. Unsur- unsur Novel
Ada dua unsur pokok yang membantu sebuah karya sastra, yaitu unsur intrinsik
atau unsur dalam dan unsur ekstrinsik atau unsur luar.
a. Unsur intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur dalam sastra yang ikut mempengaruhi
terciptanya karya sastra, meliputi.
1) Tema
Menurut Stanto, tema adalah makna sebuah cerita yang secara khusus
menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana.
47 Rachmat Djoko Pradopo, Kritik Sastra Indonesia Modern, hlm.71.
48 Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), cet. II, hlm. 43-44.
32
Menurutnya, tema bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan
utama (central purpose). 49
Tema, dengan demikian, dapat dipandang sebagai
dasar cerita atau gagasan dasar umum sebuah karya novel. Dasar (utama)
cerita sekaligus berarti tujuan (utama) cerita. Jika pengembangan cerita
senantiasa tunduk pada dasar cerita, hal itu bertujuan agar dasar, gagasan
dasar umum, atau sesuatu yang ingin dikemukakan itu dapat diterima oleh
pembaca.
2) Alur
Di dalam sebuah cerita rekaan, peristiwa-peristiwa disajikan dengan
urutan tertentu, peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung
cerita, yaitu alur (Panuti Sudjiman,1991:28). Boulton mengibaratkan alur
sebagai rangka dalam tubuh manusia. Tanpa rangka, tubuh tidak dapat
berdiri. Menurut Stanton alur adalah cerita yang berisi urutan peristiwa, tetapi
setiap peristiwa itu dihubungkan secara kausal. Peristiwa yang satu
disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. 50
Peristiwa terjadi karena
adanya aksi atau aktivitas yang dilakukan oleh tokoh cerita, baik ynag bersifat
verbal maupun nonverbal, baik yang bersifat fisik maupun batin. Alur
merupakan cerminan atau bahkan berupa perjalanan tingkah laku para tokoh
dalam bertindak, berfikir, berasa dan bersikap dalam menghadapi berbagai
masalah kehidupan. Namun, tidak dengan sendirinya semua tingkah laku
kehidupan manusia boleh disebut plot atau alur
3) Penokohan
Cerita rekaan pada dasarnya mengisahkan seseorang atau beberapa
orang yang menjadi tokoh. Yang dimaksud tokoh cerita adalah individu
rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa
cerita. Jadi, tokoh adalah orangnya. Sebagai subjek yang menggerakkan
peristiwa-peristiwa cerita, tokoh tentu saja dilengkapi dengan watak atau
karakteristik tertentu. Watak adalah kualitas tokoh yang meliputi kualitas nalar
dan jiwa yang membedakannya dengan tokoh cerita yang lain. Watak itulah
49 Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi), hlm. 45
50 Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi), hlm. 46- 47
33
yang menggerakkan tokoh untuk melakukan perbuatan tertentu sehingga cerita
menjadi hidup. Penyajian watak, penciptaan citra, atau pelukisan gambaran
tentang seseorang yang ditampilkan sebagai tokoh cerita disebut penokohan.51
Salah satu caranya adalah dengan penamaan, misalnya ada tokoh yang diberi
nama bu Muslimah, Lintang, pak Harfan dan sebagainya.
Berdasar peranan atau tingkat pentingnya atau fungsinya tokoh di
dalam cerita rekaan dibedakan menjadi tokoh sentral atau tokoh utama
(central character, main character) dan tokoh bawahan atau tokoh tambahan
(peripheral character). Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh
sentral bukan frekuensi kemunculan tokoh itu di dalam cerita, melainkan
intensitas keterlibatannya di dalam peristiwa-peristiwa yang membangun
cerita. Tokoh sentral dan tokoh tambahan terdiri dari tokoh protagonist dan
tokoh antagonis.52
Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peran pimpinan di
dalam cerita. Penentuan tokoh protagonis didasarkan pada kriteria sebagai
berikut. Pertama, tokoh yang paling tinggi intensitas keterlibatannya di dalam
peristiwa-peristiwa yang membangun cerita. Waktu yang digunakan untuk
menceritakan pengalaman tokoh protagonis berhubungan dengan semua tokoh
yang ada di dalam cerita, sedangkan tokoh-tokoh lain tidak saling
berhubungan dengan semua tokoh yang ada di dalam cerita, sedangkan tokoh-
tokoh lain tidak saling berhubungan. Ketiga, protagonis menjadi pusat sorotan
di dalam cerita.
Sebuah karya fiksi harus mengandung konflik dan ketegangan,
terutama yang dialami oleh tokoh protagonis. Biasanya konflik ini disebut
tokoh antagonis. Tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi penentang
utama atau yang beroposisi dengan protagonist.
4) Latar
Dalam analisis novel, latar (setting) juga merupakan unsur yang sangat
penting pada penentuan nilai estetik karya sastra. Latar sering disebut sebagai
51 Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi), hlm. 50
52 Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi ), hlm. 52
34
atmosfer karya sastra (novel) yang turut mendukung masalah, tema, alur dan
penokohan. Oleh karena itu, latar merupkan salah satu fakta cerita yang harus
diperhatikan, dianalisis, dan dinilai.
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, atau pengacuan yang
berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu
karya sastra. Menurut Kenney, latar meliputi penggambaran lokasi geografis,
termasuk topografi, pemandangan, sampai pada perincian perlengkapan
sebuah ruagan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu
berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya, lingkungan agama,
moral, intelektual, sosial dan emosional para tokoh.53
Berdasarkan perincian
tersebut Hudson membedakan latar menjadi dua, yaitu latar sosial dan latar
fisik/material. Yang termasuk latar fisik/material adalah tempat, waktu, dan
alam fisik di sekitar tokoh cerita, sedangkan yang termasuk latar sosial adalah
penggambaran keadaan masyarakat atau kelompok sosial tertentu kebiasaan-
kebiasaan yang berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu, pandangan
hidup, sikap hidup, adat istiadat, dan sebagainya yang melatari sebuah
peristiwa.
Fungsi latar, pertama-tama adalah memberikan informasi tentang
situasi sebagaimana adanya. Selain itu, ada latar yang berfungsi sebagai
proyeksi keadaan batin para tokoh cerita (Panuti-Sudjiman,1991:46). Latar
yang baik dapat mendeskripsikan secara jelas peristiwa-peristiwa, perwatakan
tokoh, dan konflik yang dihadapi tokoh cerita sehingga cerita terasa hidup dan
segar, seolah-olah sungguh-sungguh terjadi dalam kehidupan nyata
(Nurgiyantoro,1998:216). 54
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri.
Unsur ini mempengaruhi penciptaan karya sastra. Unsur ini meliputi latar
belakang kehidupan pengarang, adat istiadat, situasi politik, persoalan sejarah,
ekonomi, pengetahuan agama dan lain-lain.
53 Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi ), hlm. 54
54 Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis (Teori dan Aplikasi ), hlm.55
35
BAB III
KOMPETENSI KEPRIBADIAN IBU MUSLIMAH
DAN BAPAK HARFAN DALAM NOVEL LASKAR PELANGI
A. Gambaran Umum Novel Laskar Pelangi
1. Biografi Pengarang
Andrea Hirata, lahir di Belitong 24 Oktober. Meskipun studi mayornya
ekonomi dari Universitas Indonesia. ia amat menggemari sains-fisika, kimia,
biologi, astronomi dan tentu saja sastra. Pendidikannya adalah Master of Science
Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam,Inggris, bidang
ekonomi telekomunikasi1. Tesis Andrea Hirata di bidang ekonomi telekomunikasi
mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan lulus cum laude. Tesis itu
telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi
telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar
sebagai referensi ilmiah. Saat ini Andrea tinggal di Bandung. Hobinya naik komidi
putar.2
2. Sinopsis novel Laskar Pelangi
Belitung sendiri meski terkenal sebagai Pulau Timah, namun tak dapat
dinikmati oleh penduduk aslinya. Belitung adalah kabupaten kepulauan yang
dikelilingi hampir 200 pulau besar dan kecil. Sejak akhir tahun 2000, kabupaten
berpenduduk lebih dari 2 ratus ribu jiwa ini menjadi bagian dari propinsi Bangka
Belitung. 3
Beragam etnis hidup berdampingan di kawasan yang memiliki panorama
indah ini.Meskipun mengaku tidak memiliki latar belakang sastra, namun
sebagaimana ciri khas orang Melayu, Andrea terbiasa mendengarkan cerita dari para
orang-orang tua di kampungnya yang bercerita tentang sejarah dan cerita-cerita
1 http://article-page .blogspot.com/2008/06/profil-andrea-hirata.html, diakses 26 juni 2011
2 Andrea Hirata, Laskar Pelangi (Bandung: Bentang, 2008), cet. 26, hlm. 535. 3 Doni Riyadi Saksono, Andrea Hirata, dalam http://article-page.blogspot.com/2008/06/
profil-andrea-hirata.html, diakses 26 Juni 2011.
36
klasik Melayu Belitung. Sehingga tak heran, dalam menulis Laskar Pelangi, Andrea
memiliki gaya penuturan yang kuat, filmis dan cerdas. 4
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan
oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10
anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah
Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Sejak diterbitkan
September 2005 oleh Bentang, novel itu sudah naik cetak hingga 17 kali dan terjual
sekitar 200 ribu eksemplar. menyusul menerbitkan novel tersebut. Laskar Pelangi
juga sudah dilirik sebuah penerbit dari Spanyol untuk diterbitkan di beberapa negara
Eropa.5 Sukses itu juga diikuti dua novel berikutnya yang menjadi bagian dari
tetralogi Laskar Pelangi, yakni Sang Pemimpi dan Edensor. Satu novel lagi adalah
Maryamah Karpov. Jika digabungkan, oplah tiga novel tersebut hampir 500 ribu
kopi. Itu baru di Indonesia saja. Sebab, Laskar Pelangi juga sudah dibeli oleh
penerbit buku di Malaysia. Di negeri Jiran buku itu langsung menjadi best seller.
Setelah Malaysia, Singapura segera menyusul menerbitkan novel tersebut. Laskar
Pelangi juga sudah dilirik sebuah penerbit dari Spanyol untuk diterbitkan di beberapa
negara Eropa
Laskar Pelangi yang dalam seminggu sudah cetak ulang itu bahkan dibajak
oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Dalam wawancara di Surat
Kabar Suara Merdeka beliau sangat kecewa dengan adanya pembajakan.
Pembajakan paling marak terjadi pada novel pertamanya, Laskar Pelangi. Meski
demikian, itu tidak membuatnya berhenti berkarya, walaupun ia pernah berfikir
untuk tidak menerbitkan buku di Indonesia lagi.
Kejengahannya bukannya tanpa sebab. Dia bercerita, versi bajakan laskar
pelangi beredar dari Jakarta hingga Lombok dan Vancouver, Kanada. Bahkan ketika
sesi meet and greet di Mataram, Lombok, ribuan buku yang ditandatanganinya
merupakan produk bajakan. Hal sama terjadi di Vancouver. Bahkan, yang
4 Doni Riyadi Saksono, Andrea Hirata, dalam http://article-page.blogspot.com/2008/06/ profil-
andrea-hirata.html, diakses 26 Juni 2011.
5 http://www.ziddu.com/download/2833278/Laskar_Pelangi.Full.pdf.html diakses 17 Juni
2011.
37
membuatnya tidak habis mengerti, kejadian yang sama terulang di Zimbabwe,
Afrika.
Meski demikian, atas nama kecintaan menulis novel, terutama yang bertema
dengan kebudayaan, kepedihannya itu dapat ia atasi. Bahkan Andrea yakin sepuluh
novel berikutnya yang masih bertema kebudayaan akan bisa ditulisnya tanpa kendala
berarti. Kegairahan menulis memang sangat besar di dalam benaknya. Karena
melalui novel ,persepsi seorang kreator terhadap sebuah peristiwa dapat
ditumpahkan.6
Novel Laskar Pelangi mengungkap ketulusan para pendidik dalam
mengemban tanggung-jawabnya. Dilukiskan dalam tokoh tersebut Bu Mus dan Pak
Harfan. Sudahkah nilai-nilai luhur dan Pancasila tercermin oleh guru-guru kita saat
ini. Sungguh sikap Bu Muslimah dan Pak Harfan punya nilai keluhuran yang tinggi.
Dalam perjalanannya begitu banyak rintangan yang dihadapi Bu Mus, tetapi ia
dengan tegar tetap bertahan mengajar di SD bobrok. Kalau dikembalikan pada fakta-
fakta saat ini mungkin hanya ada seribu satu yang memiliki nilai-nilai luhur dari
mereka.
Ceritanya tentang memoar masa kecilnya dengan sahabat-sahabatnya yang
dijuluki Laskar Pelangi oleh Ibu Muslimah, atau Ibu Mus, guru sekolahnya. “Segala
sesuatu tentang buku ini emosional sekali,” kata Andrea. Kondisi sekolahnya amat
sangat menyedihkan, jika malam digunakan untuk menyimpan ternak. Seragam
anak-anaknya, copot semua kancing bajunya. Selain itu, sepatu mereka
menggunakan plastik.
Andrea juga bercerita tentang bagaimana Laskar Pelangi ini mulai
bersahabat, bahwa mereka adalah sepuluh anak yang mendaftar di sebuah sekolah,
SD Muhammadiyah, yang awalnya sudah mau ditutup karena kekurangan murid.
Lalu cerita berlanjut tentang bagaimana mereka terus bertahan di sekolah dengan
kondisi mengerikan itu dan terus bersahabat. “Ini sebenarnya sekolah yang hampir
bubar. Ketika ujian, kami dititipkan di sekolah lain. Secara administrasi, sekolah itu
hampir tidak ada,” tambah Andrea.
6 Benny Benke,”Sebelas Patriot, Novel Terbaru Andrea Hirata Segalanya untuk Sepak Bola
dan PSSI”, dalam Suara Merdeka (Semarang, 10 juni 2011), hlm. 11.
38
Pertanyaan berlanjut pada hari pendaftaran sekolah itu, persis seperti bab
pertama Laskar Pelangi “Sepuluh Murid Baru”. Hari sudah siang, tapi murid yang
mendaftar belum genap sepuluh, padahal kalau tidak mendapat sepuluh murid maka
sekolah ini akan bubar. Di saat-saat kritis, muncullah murid yang mau mendaftar,
seorang pemuda bernama Harun yang memiliki keterbelakangan mental dan
menderita polio. Belitung, menurut Andrea, tidak memiliki fasilitas sekolah luar
biasa. Oleh ibunya, Harun lalu dititipkan di sekolah, sebagai alternatif daripada
mengejari ayam-ayam piaraan keluarganya.
Tekat Andrea untuk menulis buku ini muncul saat suatu hari, di tengah hujan
yang lebat, kelas bocor, Ibu Mus, perempuan perkasa itu, tidak segera datang. Murid-
muridnya sudah ketakutan. Sampai akhirnya Andrea merasa lega sekali ketika
melihat Ibu Mus datang berpayung pelepah pisang. “Satu hari nanti, saya harus
menulis tentang beliau,” tegasnya. Tapi Andrea juga menegaskan, walaupun
dasarnya adalah sebuah memoar, tapi ada fiksionalisasi yang terjadi. Ia menyebutnya
sebagai „memoar yang dikemas dengan sastra dengan tambahan latar belakang sosio-
kultural‟.7
Begitu banyak hal menakjubkan yang terjadi dalam masa kecil para anggota
Laskar Pelangi. Sebelas orang anak Melayu Belitong yang luar biasa ini tak
menyerah walau keadaan tak bersimpati pada mereka.8 Tengoklah Lintang, seorang
kuli kopra cilik yang genius dan dengan senang hati bersepeda 80 kilometer pulang
pergi untuk memuaskan dahaganya akan ilmu bahkan terkadang hanya untuk
menyanyikan lagu padamu negeri di akhir jam sekolah. Atau Mahar, seorang pesuruh
tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang imajinatif tak logis, kreatif dan
sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun berhasil mengangkat derajat sekolah
kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus. Dan juga Sembilan orang laskar
pelangi lain yang begitu bersemangat dalam menjalani hidu dan berjuang meraih
cita-cita.
7 Isyana, Andrea Hirata di “Kick Andy”(September 27, 2007 ) dalam www.metrotv.tv diakses
12 Mei 2011.
8 Andrea Hirata, Laskar Pelangi (Bandung: Bentang, 2008), cet. 26, hlm. 536.
39
Novel ini memberi suri teladan bagi para orang tua murid untuk peduli
terhadap keberhasilan pendidikan. Ayah Lintang contohnya, ia tetap menyekolahkan
anaknya meskipun keadaan ekonomi keluarganya sulit dan jarak rumah dengan
sekolah pun berpuluh-puluh kilometer yang hanya ditempuh dengan sepeda. Kita
bandingkan dengan kenyataan saat ini. Para orang tua murid tidak peduli terhadap
keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Mereka sibuk dengan pekerjaan masing-
masing sehingga anak-anak mereka terlantarkan. Kiranya novel Laskar Pelangi ini
dapat menjadi suri teladan bagi mereka para orang tua murid. Kondisi fisik gedung-
gedung sekolah saat ini jauh lebih megah dari pada sekolah SD Muhammadiyah
yang dilukiskan dalam novel Laskar Pelangi di atas.
Namun demikian, sepertinya tidak sedikit dari mereka yang bisa
mengoptimalkan fungsi dari fasilitas yang ada. Kita bayangkan gambaran SD
Muhammadiyah Bangunan yang seperti mau roboh dan kalau malam jadi kandang
kambing, Guru yang awalnya hanya tiga orang hingga akhirnya tinggal satu orang,
fasilitas yang serba kekurangan bahkan hampir tidak ada sama sekali.
B. Kompetensi Kepribadian Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel
Laskar Pelangi
1. Ramah
Ramah adalah baik hati dan menarik budi bahasanya, manis tutur kata dan
sikapnya, suka bergaul dan menyenangkan di pergaulan.9 Berikut penggalan cerita
yang menunjukkan keramahan Bu Mus terhadap murid-muridnya maupun terhadap
orang tua murid.
Bu Mus mendekati setiap orang tua murid di bangku panjang tadi, berdialog
sebentar dengan ramah, dan mengabsen kami .(Laskar Pelangi:9)
2. Sopan- Santun
Yaitu sikap jiwa yang lemah-lembut terhadap orang lalin, sehingga dalam
perkataan dan perbuatannya selalu mengandung adab kesopanan yang mulia. Adab
9 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), edisi.3, hlm. 924.
40
kesopanan itu merupakan sifat Tuhan yang harus dipraktekkan oleh manusia dalam
hubungan sosialnya. 10
sikap sopan santun Bu Mus tersirat dalam kutipan berikut:
Bu Mus membalas hormat takzimnya yang santun dengan tersenyum ganjil.”
Anak muda ini pasti tak pandai melantun tapi jelas ia menghargai seni,”
mungkin demikian yang ada dalam hati Bu Mus. Tapi tetap saja beliau
menahan tawa. Lalu mahar mengucapkan semacam prolog.(laskar
pelangi:135)
3. Lemah Lembut
Adalah mengendalikan diri saat berada di puncak kemarahan.11
Manusia
dituntut untuk selalu mengontrol emosinya, sifat lemah lembut berfungsi sebagai
pengontrol kemarahan tanpa harus mengalami kekurangan rasa marah, dengan
hilangnya sensitifitas emosi, maupun kehilangan kelemahlembutan saat
menampakkan kemarahan.12
Berikut kutipan paragraf yang menunjuk sikap
lemah lembut Bu Mus:
“Silakan Ananda perkenalkan nama dan alamat rumah….,”pinta Bu Mus
lembut pada anak Hokian itu. (Laskar Pelangi:26)
Kucai terkulai lemas. Hari ini kami mendapat pelajaran penting tentang
demokrasi, yaitu bahwa ternyata prinsip-prinsipnya tidak efektif untuk
suksesi jabatan kering. Bu Mus menghampirinya dengan lembut sambil
tersenyum jenaka.(Laskar Pelangi: 73)
4. Semangat
Semangat adalah nafsu (kemauan, gairah) untuk bekerja, berjuang.13
Semangat yang dimiliki Pak Harfan sebagai guru tergambar ketika sedang
menceritakan kisah kepada murid- muridnya.
Pak Harfan menceritakan semua itu dengan semangat perang Badar
sekaligus setenang embusan angin pagi. Kami terpesona pada setiap
pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat.(Laskar Pelangi:23)
10 Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), hlm. 24.
11 Imam Al- Mawardi, Jalan Meraih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat, (Jakarta: Sahara, 2009),
hlm. 276.
12 Imam Al- Mawardi, Jalan Meraih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat, hlm, 281.
13 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1025.
41
Berikut juga diceritakan dalam novel laskar pelangi semangat Ibu
Muslimah untuk selalu mengobarkan Pendidikan Islam.
N.A. Muslimah Hafsari Hamid binti K.A. Abdul Hamid, atau kami
memanggilnya Bu Mus, hanya memiliki selembar ijazah SKP (Sekolah
Kepandaian Putri), namun beliau bertekad melanjutkan cita- cita ayahnya
K.A. Abdul Hamid, pelopor sekolah Muhammadiyah di Belitong untuk
terus mengobarkan pendidikan Islam. Tekad itu memberinya kesulitan
hidup yang tak terkira, karena kami kekurangan guru. (Laskar pelangi:30)
5. Tenang
Tenang merupakan sikap tidak gelisah, tidak rusuh, tidak kacau, tidak rebut,
aman dan tenteram.14
Berikut penggalan cerita yang menggambarkan sikap tenang
yang dimiliki oleh seorang guru.
Kurang ajar betul, Bu Mus bersusah payah menahan emosinya. Aku tahu
beliau sebenarnya ingin langsung melabrak Mahar. Air mukanya yang
sabar menjadi merah. Beliau segera keluar ruangan menenangkan dirinya.
(Laskar Pelangi:351)
6. Karismatik/Berwibawa
Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. Penggalan
cerita di bawah ini dengan jelas mengatakan bahwa Bu Mus adalah guru yang
karismatik.
Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki
pandangan jauh ke depan.(Laskar Pelangi:30)
7. Arif
Sifat arif ditunjukkan dengan tindakan yang bermanfaat bagi peserta
didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir
dan bertindak. Paragraf di bawah ini menceritakan sifat arif seorang guru.
Kami telah dipersiapkan dengan baik oleh Bu Mus. Beliau memang
menaruh harapan besar pada lomba ini lebih dari beliau berharap waktu
kami karnaval dulu. Bu Mus pontang panting mengumpulkan contoh-
14 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm.1171.
42
contoh soal dan bekerja sangat keras melatih kami dari pagi sampai sore.
(Laskar Pelangi:364)
Bu Mus sudah bosan dihina. Sayangnya sekeras apa pun beliau membuat
kami pintar dan menguatkan mental kami, mendorong-dorong,
membujuk, dan mengajari kami agar tegar, kami tetap gugup. (Laskar
Pelangi:364)
8. Ikhlas
Secara etimologis ikhlash (Bahasa Arab) berakar dari kata khalasha
dengan arti bersih, jernih, murni, tidak bercampur. Dalam bahasa populernya
ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata mata mengharapkan ridha
Allah SWT.15
Tekad itu memberinya kesulitan hidup yang tak terkira, karena kami
kekurangan guru-lagi pula siapa yang rela diupah beras 15 kilo setiap
bulan? Maka selama enam tahun di SD Muhammadiyah, beliau sendiri
yang mengajar semua mata pelajaran- mulai dari Menulis Indah, Bahasa
Indonesia, Kewarganegaraan, Ilmu Bumi, sampai Matematika, Geografi,
Prakarya, dan Praktik Olahraga. Setelah seharian mengajar, beliau
melanjutkan bekerja menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari
nafkah, menopang hidup dirinya dan adik-adiknya.(Laskar Pelangi:29-30)
Bagi kami Pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa
yang sesungguhnya. Merekalah mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan
guru spiritual.(Laskar Pelangi: 32)
Mereka adalah ksatria tanpa pamrih, pangeran keikhlasan, dan sumur
jernih ilmu pengetahuan di ladang yang ditinggalkan. Sumbangan mereka
laksana manfaat yang diberikan pohon filicium yang menaungi atap kelas
kami. Pohon ini meneduhi kami dan dialah saksi seluruh drama ini.
Seperti guru-guru kami, filicium memberi napas kehidupan bagi ribuan
organism dan menjadi tonggak pening mata rantai ekosistem. (Laskar
Pelangi: 32-33)
9. Adil
Adl artinya sama (tanpa membeda-bedakan)16
Keadilan merupakan suatu
sikap yang tidak salah satu kelompok, atau dengan kata lain seimbang. Berikut
15 Yunayar Ilyas, Kuliah Akhlaq (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam
(LPPI) 2007), hlm. 28-29.
16 Anwar Sanusi, Jalan Kebahagiaan, (Jakarta: IKAPI, 2006), hlm. 26.
43
merupakan salah satu kutipan dari novel laskar pelangi yang mencerminkan
perilaku adil dalam kehidupan.
Bu Mus juga terkejut. Tak pernah sebelumnya beliau menerima tanggapan
selugas itu dari muridnya, tapi beliau maklum pada beban yang dipikul
Kucai. Beliau ingin bersikap seimbang maka beliau segera menyuruh kami
menuliskan nama ketua kelas baru yang kami inginkan di selembar kertas,
melipatnya, dan menyerahkannya kepada beliau. Kami menulis pilihan kami
dengan bersungguh-sungguh dan saling merahasiakan pilihan itu dengan
ketat . (Laskar Pelangi:72)
10. Sabar
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (al-
habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala
sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah.17
Namun, meskipun berulang kali ditanya A Kiong tidak menjawab sepatah
kata pun. Ia terus tersenyum dan hanya tersenyum saja.
“ silakan Ananda…,”Bu Mus meminta sekali lagi dengan sabar. (Laskar
Pelangi: 26)
11. Sederhana
Sederhana merupakan sikap yang menunjukkan tidak berlebih- lebihan,
sedang.18
Kami tak berkedip menatap sang juru kisah yang ulung ini. Pria ini buruk
rupa dan buruk pula setiap apa yang disandangnya, tapi pemikirannya
jernih dan kata-katanya bercahaya. Jika ia mengucapkan sesuatu kami
pun terpaku menyimaknya dan tak sabar menunggu untaian kata
berikutnya.(Laskar Pelangi:25)
Guru- guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting karena
Pengawas Sekolah dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa
jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh
orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup.(Laskar
Pelangi:4)
Lalu tampak kedua anak berandal itu bergantian mencium Bu Mus, guru
kami yang bersahaja.(Laskar Pelangi: 473)
17 Yunayar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 134.
18 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1108.
44
12. Kesetiaan
Kesetiaan merupakan bentuk pengabdian seseorang yang berlangsung
dalam waktu yang lama. Kesetiaan ini muncul karena adanya rasa saling
menyayangi, kepercayan, dan rasa saling membutuhkan. Rasa setia ini bisa
terjadi antara orang dengan orang atau pun antara orang dengan suatu instansi
diamana ia tinggal dan bekerja. Rasa setia terhadap sesuatu ini bisa menimbulkan
semangat kerja yang tinggi dan rela berkorban.
Berikut ini merupakan kutipan- kutipan naskah novel laskar pelangi yang
menceritakan tentang kesetiaan Bu Muslimah dan Pak Harfan:
Saat itu sudah pukul sebelas kurang lima dan bu Mus semakin gundah.
Lima tahun pengabdiaannya di sekolah melarat yang amat ia cintai dan
tiga puluh dua tahun pengabdian tanpa pamrih pada Pak Harfan,
pamannya, akan berakhir di pagi yang sendu ini. (Laskar Pelangi:5)
Penggalan paragraf di atas mengggambarkan kesetiaan seorang guru pada
sekolah yang ia cintai. Pengabdian seorang Bu Mus yang tanpa pamrih mengajar
di sekolah yang miskin itu akan segera berakhir. Bu Mus sangat sedih melihat
situasi yang seperti ini, karena kesetiaannya ia rela memberikan ilmunya tanpa
imbalan apa pun. Rasa setia ini dapat membuat orang rela mengorbanan apapun
yang dimilkinya, baik waktu, harta, ataupun tenaganya. Penggalan cerita diatas
memberikan contoh pentingnya arti kesetiaan bagi guru. Paragraf di bawah ini
juga menggambarkan kesetiaan Bapak Harfan terhadap sekolah Muhammadiyah.
K.A pada nama depan Pak Harfan berarti Ki Agus. Gelar K.A. mengalir
dalam garis laki-laki silsilah Kerajaan Belitong. Selam puluhan tahun
keluarga besar yang amat bersahaja ini berdiri pada garda depan
pendidikan di sana. Pak Harfan telah puluhan tahun mengabdi di sekolah
Muhammadiyah nyaris tanpa imbalan apa pun demi motif syiar
Islam.(Laskar Pelangi:21)
13. Menerima Keadaan Murid Apa Adanya
Seorang guru harus bisa menerima keadaan muridnya yang berbeda- beda.
Lalu aku memandangi guruku Bu Mus, seseorang yang bersedia
menerima kami apa adanya dengan sepenuh hatinya, segenap jiwanya. Ia
paham betul kemiskinan dan posisi kami yang rentan sehingga tak pernah
membuat kebijakan apa pun yang mengandung implikasi biaya. Ia selalu
membesarkan hati kami. (Laskar Pelangi:83)
45
Kutipan paragrap di atas menggambarkan seorang guru yang sangat
mengerti keadaan siswanya. Tidak harus orang kaya yang harus diajar, tetapi
siswa yang sangat miskin pun berhak untuk mendapat pendidikan. Walaupun
mengajar siswa yang berekonomi rendah, tetapi semangat untuk mencerdaskan
anak didiknya sangat tinggi.
14. Cinta dan Kasih Sayang
Kami kekurangan guru dan sebagian besar siswa SD Muhammadiyah ke
sekolah meakai sandal. Kami bahkan tak punya seragam. Kami juga tak
punya kotak P3K. Jika kami sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk,
flu, atau gatal-gatal maka guru kami akan memberikan sebuah pil
berwarna putih, berukuran besar bulat seperti kancing jas hijan, yang
rasanya sangat pahit. Jika diminum kita bisa merasa kenyang. Pada pil itu
ada tulisan besar APC. Itulah pil legendaris di kalangan rakyat pinggiran
Belitong. (Laskar Pelangi: 17-18)
Penggalan paragraf diatas menggambarkan bahwa cinta dan kasih
sayang seorang guru tidak hanya di tujukan pada rohani peserta diidk, tetapi
kepedulian guru juga ditujukan pada fisik peserta didik. Bu Mus tidak hanya
memperhatikan rohani siswanya yang sangat membutuhkan pendidikan tetapi
beliau juga memperhatikan keadaan fisik siswanya. Ketika siswanya ada yang
sakit maka Bu Mus memberinya obat.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian
yang dimiliki oleh Bu Muslimah dan Pak Harfan dalam novel laskar pelangi
adalah ramah, sopan santun, lemah lembut, semangat, sabar, ikhlas, menerima
keadaan murid apa adanya, tenang, sederhana, arif, setia, karismatik, adil, cinta
dan kasih sayang.
46
BAB IV
ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
(Studi Pada Ibu Muslimah dan Bapak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi)
A. Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Pendidikan Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik adalah
orang yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah
orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta
didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat
kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaan, mampu
mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah swt., dan
mampu melakukan tugas sebagai makhluk individu yang mandiri.
Sebagaimana kosakata yang bersifat generik, pendidik mencakup pula guru,
dosen, dan guru besar. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Adapun dosen adalah pendidik
profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan,
dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Guru besar atau profesor yang
selanjutnya disebut profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang
masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi. 1
Di dalam al- Qur‟an dan as- Sunnah yang merupakan sumber utama ilmu
pendidikan Islam, terdapat sejumlah istilah yang mengacu kepada pengertian
pendidik. Istilah tersebut antara lain al- murobbi, al- mu’allim, dan al- muaddib.
Istilah- istilah tersebut sudah dijelaskan dalam bab II, adanya berbagai istilah
sebagaimana di bab II menunjukkan bahwa seorang pendidik dalam ajaran Islam
1 Undang Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Sinar Grafika, 2010),
hlm. 3
47
memiliki peran dan fungsi yang amat luas. Ketika berperan sebagai orang yang
menumbuhkan, membina, mengembangkan potensi anak didik serta
membimbingnya, maka ia disebut al-murobbi. Ketika berperan sebagai pemberi
wawasan ilmu pengetahuan dan keterampilan, ia disebut sebagai al- mu’allim. Ketika
ia dapat membina kader- kader pemimpin masa depan bangsa yang bermoral, maka
ia disebut al-muaddib.
Berdasarkan uraian tersebut , dapat diketahui, bahwa yang dimaksud dengan
pendidik ialah tenaga profesional yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk
menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat, minat, kecerdasan, akhlak, moral,
pengalaman, wawasan, dan keterampilan peserta didik. Seorang pendidik adalah
orang yang berilmu pengetahuan dan berwawasan luas, memiliki keterampilan,
pengalaman, berkepribadian mulia, memahami yang tersurat dan tersirat, menjadi
contoh dan model bagi muridnya, senantiasa membaca dan meneliti, memiliki
keahlian yang dapat diandalkan, serta menjadi penasihat.
Dalam pendidikan Islam, pendidik memiliki arti dan peranan sangat penting.
Hal ini disebabkan ia memiliki tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan.
Itulah sebabnya pula Islam menghargai dan menghormati orang- orang yang berilmu
pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik. Islam mengangkat derajat mereka dan
memuliakan mereka melebihi dari orang Islam lainnya yang tidak berilmu
pengetahuan dan bukan pendidik, sebagaimana yang tercantum dalam surat al-
Mujadalah ayat 11.
Bahkan orang yang berilmu pengetahuan dan mau mengajarkan ilmunya
kepada mereka yang membutuhkan akan disukai oleh Allah dan dido‟akan oleh
penghuni langit serta penghuni bumi. Demikianlah keberuntungan yang dimiliki oleh
orang yang berilmu pengetahuan dan mau mengajarkan ilmunya kepada orang lain
dalam hal- hal kebaikan. Sehubungan dengan itu, maka Islam menghimbau kaum
muslimin untuk mengamalkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada oraang
lain.
Agar pendidik berhasil melaksanakan tugasnya, Al-Ghazali menyarankan
agar pendidik memiliki adab yang baik. Hal ini disebabkan anak didik itu akan selalu
melihat kepadanya sebagai contoh yang harus selalu diikutinya. Al- Ghazali
48
berkata,” mata anak didik selalu tertuju kepadanya, telinganya selalu mendengarkan
apa saja darinya, karena itu apabila ia menganggap jelek berarti jelek pula bagi
mereka.
Seiring dengan tekat Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu
pendidikan, muncul ketentuan tentang syarat- syarat yang harus dipenuhi untuk
menjadi seorang tenaga pendidik profesional. Kedudukan guru dan dosen sebagai
tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, guru diharapkan
mempunyai kompetensi untuk menunjang profesinya agar maksimal. Oleh karena
itu, sebagai pendidik juga wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi, serta jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan nasional dan tujuan Pendidikan Islam.
Kompetensi merupakan kemampuan yang harus dipupuk dan dikembangkan
melalui berbagai proses pembelajaran, pengalaman, menekuni pekerjaan dengan
sungguh-sungguh, dan bahkan berani mengambil resiko untuk menghadapi
tantangan. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi dibangun melalui sebuah proses
yang panjang. Guru yang kompeten adalah sosok yang selalu merasa kekurangan
dalam menimba ilmu dan juga menginginkan agar peserta didiknya memiliki
kompetensi bahkan menginginkan kompetensi peserta didiknya melebihi gurunya.
Betapa penting keahlian dan kompetensi itu sehingga Al- Qasim bin
Muhammad (cucu Abu Bakar As Shidiq) sangat meneguhkan akan pentingnya
keahlian dalam bidang tertentu. Oleh karena itu, seorang guru harus ahli atau
berkompeten, karena ia mentransfer pengetahuan, ilmu, aspek lain kepada muridnya.
Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dinyatakan dalam pasal 28 Ayat (3) bahwa: Kompetensi sebagai agen pembelajaran
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi: kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional
49
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhlak mulia.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan.
Kompetensi ini melekat pada seluruh nabi, sehingga dalam pendidikan
Islam kompetensi ini disebut Kompetensi Profetik atau kompetensi SAFT (SAFT
Competency). Kompetensi SAFT adalah singkatan dari Shidiq, Amanah,
Fathonah, dan Tabligh. Secara diagrammatic dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1 Sistem Kompetensi SAFT
50
Gambar 2
sinkronisasi Kompetensi SAFT dengan kompetensi pendidik (UU Nomor 14 th
2005)
Kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan kepribadian yang harus
dimiliki seorang pendidik. yaitu bahwa guru hendaknya memiliki kepribadian
yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia.
Didalamnya juga diharapkan tumbuhnya kemandirian guru dalam menjalankan
tugas serta senantiasa terbiasa membangun etos kerja, sehingga semua sifat ini
memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan guru dalam kesehariannya.
Kepribadian guru mempunyai kelebihan sendiri bila diterapkan dalam
kelas karena ia akan memberikan kecenderungan dan kesenangan yang berbeda
kepada murid. Namun ada juga yang mengatakan bahwa kepribadian guru sulit
ditemukan kadarnya dan tidak mudah untuk dicari batasannya serta sulit juga
untuk didefinisikan secara jamik dan manik. Kepribadian juga diibaratkan
sebagai magnet yang tidak bisa diketahui kecuali setelah tahu bekasnya atau
pengaruhnya.
Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern
pribadi guru. Kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki
seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran, pada akhirnya akan lebih
banyak ditentukan oleh kompetensi kepribadian yang dimilikinya. Tampilan
kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pribadi guru yang santun, respek
terhadap siswa, jujur, ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai pengaruh yang
51
signifikan terhadap keberhasilan dalam pembelajaran apa pun jenis mata
pelajarannya.
Oleh karena itu, dalam beberapa kasus tidak jarang seorang guru yang
mempunyai kemampuan mumpuni secara pedagogis dan profesional dalam mata
pelajaran yang diajarkannya, tetapi implementasinya dalam pembelajaran kurang
optimal. Hal ini boleh jadi disebabkan tidak terbangunnya jembatan hati antara
pribadi guru yang bersangkutan sebagai pendidik dan siswanya, baik di kelas
maupun di luar kelas.
Abdurrahman An- Nahlawi menyarankan, agar guru dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik hendaknya guru memiliki sifat- sifat sebagai berikut,
- tingkah laku dan pola pikir guru bersifat Robbani, sebagaimana telah
dijelaskan di dalam Surah Ali Imran ayat 79: akan tetapi hendaklah kalian
menjadi orang-orang Rabbani. Jika guru telah memiliki sifat Rabbani, maka
dalam segala kegiatan mendidiknya akan bertujuan menjadikan para
pelajarnya sebagai orang- orang yang Raabbani juga yaitu orang- orang yang
merasakan keagungan-Nya
- guru adalah guru yang ikhlas. Sifat ini termasuk kesempurnaan sifat
Rabbaniyyah. Dengan kata lain, hendaknya dengan profesinya sebagai
pendidik dan dengan keluasan ilmunya, guru hanya bermaksud mendapatkan
keridhaan Allah, mencapai dan menegakkan kebenaran yakni menyebarkan
ked lam akal anak- anak dan membimbing mereka sebagai para pengikutnya.
Jika keikhlasan telah hilang maka akan muncullah sifat saling mendengki di
antara para guru, serta sifat pembenaran pendapat dan cara kerjanya sendiri,
tanpa mau menghiraukan pandangan orang lain. Dalam keadaan seperti ini,
maka sifat egoistis yang didukung hawa nafsu akan menggantikan pola hidup
di atas kebenaran
- guru bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada anak- anak.
Hal ini memerlukan latihan dan ulangan, bervariasi dalam menggunakan
metode serta melatih jiwa dalam memikul kesusahan. Di samping itu, karena
manusia tidak sama dalam kemampuan belajarnya, guru tidak boleh menuruti
hawa nafsunya, ingin segera melihat hasil kerjanya sebelum pengajarannya
52
itu terserap dalam jiwa anak, yang melahirkan hasrat untuk menerapkannya
dalam perbuatan
- guru jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya. Tanda kejujuran itu
ialah menerapkan anjurannya, pertama-pertama pada dirinya sendiri. Jika
ilmu dengan amalnya telah sejalan, maka pelajar akan mudah meniru dan
mengikutinya dalam setiap perkataan dan perbuatannya. Tetapi jika
perbuatannya bertentangan dengan seruannya,maka pada pelajar akan timbul
keengganan mengamalkan apa yang diucapkannya atau setidak—tidaknya
merasa bahwa perkataan gurunya itu tidak sungguh- sungguh
- guru bersikap adil terhadap para pelajarnya, tidak cenderung hanya kepada
salah satu golongan di antara mereka dan tidak pula melebihkan seseorang
dari yang lain. Segala kebijaksanaan dan tindakannya ditempuh dengan jalan
yang benar dan dengan mmeperhatikan setiap pelajar, sesuai dengan
perbuatan serta kemampannya.
B. Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Pendidikan Islam (Studi
Pada Ibu Muslimah Dan Bapak Harfan Dalam Novel Laskar Pelangi)
Andrea Hirata pengarang novel Laskar Pelangi, yang selanjutnya novel
tersebut difilmkan. Pada saat pemutaran film perdananya ini, ia “curhat”
(mencurahkan hati) di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Ibu Ani di
Auditorium 1 Bioskop Blitz Grand Indonesia, Jakarta tanggal 8 Oktober 2008, ia
menyatakan, “Saya ingat betul Pak, waktu itu hujan sangat deras. Saya menduga
menduga Bu Muslimah tak akan datang mengajar ke sekolah kami. Ternyata, beliau
datang dengan lindungan pelepah daun pisang. Sejak itu saya berjannji, dewasa nanti
saya akan menceritakan kisah ini kepada semua orang. Saya akan menuliskannya
dalam sebuah buku.”
Jika dikaitkan dengan aspek keteladanan, ada sesuatu yang menarik dari
pernyataan ini, yaitu kesungguhan Bu Muslimah dalam mengajar. Walaupun hujan
sangat deras ia tetap datang mengajar dengan berupaya mengatasi kehujanan tersebut
dengan menutupi badannya dari pelepah daun siang. Apa yang dilakukan Bu
Muslimah ini dipandang sebagai sesuatu yang luar biasa karena jika ia tidak datang
53
pun dapat dipahami murid-muridnya karena disebabkan terhalang oleh hujan yang
sangat deras. Upaya kerja keras ini telah memotivasi murid-muridnya dan sekaligus
memberikan keteladanan yang sangat baik sehingga salah satu muridnya sangat
terkesan serta mewujudkan impiannya dengan menuangkan kisah tersebut juga telah
difilmkan yang mampu menyerap penonton lebih dari 1,5 juta orang dalam dua
pekan.
Perjuangan, kerja keras, dan ketabahan yang patut diteladani ini, juga
dinyatakan Bu Muslimah, “ setelah insiden G30S/PKI kehidupan ekonomi terasa
sulit. Payung saja tak terbeli. Kalau musim hujan tiba, saya mengambil parang
menebas daun pisang atau keladi untuk dijadikan payung.”
Kisah tersebut menunjukkan betapa pentingnya faktor keteladanan. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa faktor penting dalam mendidik adalah terletak
pada keteladanannya.” Keteladanan yang bersifat multidimensi, yakni keteladanan
dalam berbagai aspek kehidupan. Keteladanan bukan hanya sekedar memberikan
contoh dalam melakukan sesuatu, tetapi juga menyangkut berbagai hal yang dapat
diteladani, termasuk kebiasaan-kebiasaan yang baik merupakan contoh bentuk
keteladanan.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan pendekatan atau metode yang
sangat berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan, membentuk
dan mengembangkan potensi peserta didik.
Keteladanan hendaknya diartikan dalam ari luas, yaitu berbagai ucapan,
sikap, dan perilaku yang melekat pada pendidik. Jika hal ini telah dilakukan dan
dibiasakan dengan baik sejak awal, khususnya bagi mahasiswa sebagai calon guru,
maka akan memiliki arti penting dalam membentuk karakter sebagai seorang guru
yang mendidik.
Keteladanan telah dilakukan oleh Nabi Muhammad dengan sangat berhasil,
karena Nabi Muhammad adalah “ guru manusia; guru bangsa, guru ummat, atau guru
paripurna, bahkan dapat dikatakan sebagai guru multidimensi yang tiada taranya”.
M. Syafi‟i Antonio (2007:218) menyatakan bahwa salah satu factor penting kejayaan
pendidikan Rasulullah saw. adalah karena beliau menjadikan dirinya sebagai model
dan teladan bagi umatnya. Rasulullah saw. adalah Al-Qur‟an hidup (the living
54
Qur’an). Artinya, pada diri Rasulullah saw. tercermin ajaran Al-Qur‟an yang nyata.
Beliau adalah pelaksana pertama semua perintah Allah dan meninggalkan semua
larangan-Nya. Oleh karena itu,, para sahabat dimudahkan dalam mengamalkan
ajaran Islam, yaitu dengan meniru perilaku Rasulullah saw.
Jika keteladanan Rasulullah sebagai Al-Quran hidup diterapkan pada guru,
maka seharusnya guru sebagai “ mata pelajaran hidup”:Geografi hidup, Matematika
hidup, Fisika hidup, dan sebagainya. Artinya kedalaman dan keluasan ilmu (bidang
studi) guru betul- betul terandalkan.
1. Ramah
Ekspresi wajah menggambarkan kondisi seseorang saat itu. Jika raut
muka yang ditampakkan muka masam atau berpaling, tentu akan
menggambarkan kondisi perasaan yang sedih, kecewa, dan tidak menghargai
pada orang yang di hadapannya. Demikian juga ditampakkan raut muka yang
ceria dan senyum, maka akan timbul suatu pesan dan kesan kegembiraan dan
kebahagiaan. Oleh karena itu, ekspresi wajah yang ditampilkan melalui senyum
saja akan memiliki makna yang besar dalam membangun penampilan positif.
Guru perlu membiasakan menebar salam, kedamaian, keselamatan, dan
rasa aman kepada siapa pun. Guru harus mampu memperlihatkan diri dengan
ramah, bukan marah. Kita selalu menjaga keselamatan diri, keluarga, dan
masyarakat.
Dalam novel laskar pelangi sifat ramah seorang guru ditunjukkan oleh
Bu Mus kepada murid-muridnya. Bu Mus selalu berdialog dengan ramah dan
mengabsen murid-muridnya dengan ramah. Bu Mus tidak hanya bersikap ramah
terhadap murid-muridnya tetapi juga terhadap orang tua muridnya.
Mendidik anak dengan membiasakan menebar salam dan kedamaian
sangat penting. Penanaman dan pembiasaan ini berarti juga mendidik untuk
saling mendoakan, memperhatikan, dan saling mengayomi antara satu dengan
yang lainnya.
2. Sopan Santun
Nabi Muhammad (saw) tidak pernah memberikan tekanan maupun
paksaan kepada orang -orang di sekelilingnya untuk menerima agama Islam.
55
Sebaliknya beliau menggunakan cara - cara yang sopan dan baik kepada mereka
dalam menjelaskan Islam.
Beliau selalu membina masyarakatnya dengan usahanya sekuat tenaga, dan
setiap waktu dihabiskan hanya untuk mereka.
Nabi Muhammad adalah orang yang selalu menghawatirkan nasib
orang lain, selalu berfikir dan penyayang. Beliau tidak berkata kecuali
seperlunya, membuka perkataan dan membukanya dengan sempurna. Beliau
berkata dengan perkataan yang ringkas, padat, dan jelas. Perkataannya jelas,
membedakan yang baik dan buruk, tidak lebih dan tidak kurang. Beliau tidak
kasar dan tidak suka menghina. 2
Bu Mus memperlihatkan sifat santunnya dengan tersenyum pada
muridnya. Walaupun sebenarnya harus menahan tawa karena melihat tingkah
anak didiknya yang lucu. Yaitu ketika mahar mengucapkan semacam prolog dan
suka bertindak aneh yang dianggapnya sebagai seni. Bu Mus tidak memaksa
muridnya sesuai kehendaknya, Bu Mus sangat menghargai apa yang dilakukan
dan pendapat muridnya sejauh tidak melampaui batas yang negatif.
3. Lemah Lembut
Meski pun Rasulullah saw. adalah seorang pemberani, beliau juga
lembut hatinya, mudah tersentuh(peka), lemah lembut kepada orang-orang
lemah, mengasihi hewan dan serangga, dan berwasiat agar bersikap lembut
terhadap binatang-binatang tersebut. 3
Sifat lemah lembut Bu Mus tergambar saat meminta Hokian untuk
memperkenalkan nama dan alamat rumah. Bu Mus mengajukan pertanyaan
dengan lembut dan tidak marah- marah. Selain itu juga tergambar ketika Bu Mus
menghampiri Kucai dengan lembut sambil tersenyum.
Kita harus membiasakan budi dan bahasanya dalam pergaulan, sopan
dalam berbicara, santun dalam berbuat, dan baik dalam bersikap, menghormati
2 Syaikh Abdul Hasan „Ali al-Hasani an-Nadwi, As-Sirah an-Nabawiyyah, terj.Muhammad
Halabi Hamdi, S.Ag.,dkk. (Yogyakarta: Mardhiyah Press,2007), hlm. 513
3 Syaikh Abdul Hasan „Ali al-Hasani an-Nadwi, As-Sirah an-Nabawiyyah, terj.Muhammad
Halabi Hamdi, S.Ag.,dkk.,hlm. 543
56
pendapat orang lain, serta mampu menjelaskan sesuatu dengan baik, jelas, benar
dan berdasar. Dengan berbicara yang baik (thayyibul kalam) seperti tersebut di
atas akan dapat menjelaskan suatu masalah denngan bijaksana dan benar dari
berbagai sudut pandang. Bahkan sebaliknya, kita harus menjauhi sikap kasar
berbicara, keras bertindak, mau menangnya sendiri dan melupakan sopan santun
dan tata krama.
Salah satu bentuk bijak dalam bicara dengan lemah lembut,
sebagaimana dinyatakan dalam surat Thaha ayat 44
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, Mudah-mudahan ia sadar atau takut"4
Pada ayat ini Allah menganjurkan kepada Musa dan Harun as. Bagaimana
menghadapi Fir‟aun, yaitu dengan kata-kata yang halus dan ucapan yang lemah
lembut. Seseorang yang dihadapi dengan cara demikian, akan berkesan dihatinya
dan kakan cenderung menyambut baik dan menerima dakwah dan ajakan yang
diserukan kepadanya.cara yang bijaksana yang seperti ini telah diajarkan pula
kepada nabi Muhammad saw. oleh Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surat
An-Nahl ayat 125, yang artinya ”serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. 5
Sebagai perwujudan bijak dalam bicara adalah 1. Penguasaan bahasa. 2.
Kemampuan berkomunikasi dan, 3. Etika berbicara atau berkomunikasi
Untuk memenuhi sikap-sikap peduli, menebarkan salam, bijak dalam
bicara, santun dalam bicara, dan baik dalam bersikap, maka diperlukan sifat-sifat
berbaik sangka, pola fikir positif, perasaan positif dan sikap proaktif.
Orang yang berprasangka baik akan menampakkan sikap yang ramah dan
bersahabat bila dibandingkan dengan orang yang berprasangka buruk, karena
orang yang berprasangka baik terhindar dari rasa curiga dan berfikir negatif pada
4 Departemen Agama RI, Al-Hikmah:Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm.314
5 Departemen Agama Republik Indonesia, al- Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta:PT. Dana Bakti
Wakaf, 1990), hlm.151
57
seseorang. Sifat berprasangka baik inilah yang menjadi landasan untuk berfikir
positif. Sebaliknya, berprasangka buruk tidak dibenarkan karena akan berdampak
buruk juga. Sebagaimana hadits nabi yang menyatakan bahwa, jauhilah
prasangka buruk, sesungguhnya prasangka buruk itu sejahat-jahat atau sedusta-
dusta berita,,,,,
6 Dari Abi Hurairah r.a sesungguhnya Nabi Muhammad saw bersabda: “Takutlah
kalian akan buruk sangka, sesungguhnya prasangka itu ucapan paling dusta, dan
janganlah kalian saling memata-matai (mencari-cari kesalahan), dan janganlah
saling benci dan janganlah saling mendiamkan dan jadilah kalian semua wahai
hamba Allah sebagaimana saudara (H.R. Bukhari)7
Jika murid sudah tidak memiliki prasangka positif, akan berpengaruh
terhadap keberhasilan pembelajaran. Murid akan sulit menerima pembelajaran
secara lebih terbuka. Demikian juga bagi guru, jika sudah berfikir muridnya tidak
mampu, maka akan menyebabkan pembelajaran menjadi efektif.
Mengkhawatirkan muridnya akan gagal, guru hanya memberikan peluang-
peluang belajar kepada murid yang dianggap bisa, dan menutup peluang murid
yang dianggap tidak bisa.
4. Semangat
Semangat yang diajarkan oleh nabi salah satunya adalah semangat
belajar menuntut ilmu, seperti diceritakan oleh Ibnu Abbas ra bahwa beliau sejak
kecil bersemangat menuntut ilmu, ketika beliau ingin menanyakan sesuatu
kepada seorang sahabat, beliau menunggunya sampai keluar dari masjid, dan
ketika keluar beliau berjalan dibelakangnya, kalau sahabat tersebut menoleh, dan
memanggilnya, beliau bertanya apa yang dinginkan, dan jika orang tersebut
6 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Libanon: Darul Kitab Ilmiyah, t.th), Juz VII, hlm. 312
7 Imam Abdullah Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari Juz VIII terj. Achmad
Sunarto dkk, (Semarang: CV. Asy Syifa‟, 1993), hlm. 70.
58
keburu masuk rumah, Ibnu Abbas menunggunya di depan rumah sampai sahabat
tersebut keluar untuk shalat, kemudian Ibnu Abbas mengambil kesempatan untuk
bertanya dalam perjalannya menuju masjid, ketika beliau menunggu sahabat dan
duduk di teras rumahnya, sering diterpa angin dan kena debu jalan, sehingga jika
sahabat yang beliau tunggu keluar rumahnya dan melihat kondisi ibnu Abbas
saudara sepupu Nabi saw
Pelajaran semangat yang di ajarkan nabi Muhammad bisa diaplikasikan
pada seorang guru. Seperti yang dicontohkan oleh Pak Harfan. Pak Harfan sangat
semangat ketika bercerita kepada murid-muridnya, demi untuk memahamkan
anak didiknya, Pak Harfan berusaha menyampaikan pelajaran dengan semangat
dan memilih kata dan gerak lakunya yang memikat agar anak didiknya tidak
bosan dengan apa yang sedang dipelajari.
Selain itu, sifat semangat Bu Mus yang ingin mengobarkan pendidikan
Islam. Walaupun Bu Mus hanya memiliki selembar ijazah SKP (Sekolah
Kepandaian putri) tetapi untuk mewujudkan cita-citanya beliau tetap semangat.
Dan kekurangan dan kesulitan dalam hidupnya tidak menjadi penghalang.
Pak Harfan, guru juga merupakan sosok penting yang memberikan
motivasi dalam belajar. Dengan segala keterbatasan yang ada, para siswa bisa
merasa begitu bahagia. Pak Harfan menanamkan semangat belajar yang tinggi
kepada anak didiknya. Ia mengajarkan keberanian, semangat, dan kerja keras
untuk mencapai cita-cita. Ia mengajarkan juga bahwa hidup haruslah berusaha
memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya. Beliau
adalah gambaran yang mewakili para orang bijak. Idealisme yang begitu
menawan dengan keyakinan yang luar biasa benar-benar membuat SD itu tetap
berdiri walau hanya punya sepuluh murid.8
5. Tenang
Kurang ajar betul, Bu Mus bersusah payah menahan emosinya. Aku tahu
beliau sebenarnya ingin langsung melabrak Mahar. Air mukanya yang
sabar menjadi merah. Beliau segera keluar ruangan menenangkan dirinya.
(Laskar Pelangi:351)
8http://fkipunisma.ac.id/telaah-nilai-nilai-pendidikan-novel-LaskarPelangi-dan-pemanfa
atannya-dalam-pembelajaran-sastra/, diakses 02 Februari 2011.
59
Cerita di atas menceritakan bahwa Bu Mus sangat tenang menghadapi
anak-anak didiknya yang terkadang hampir membuat dirinya marah. Tetapi
beliau tidak mau menampakkan rasa kemarahannya untuk melabrak dan beliau
tetap bersikap tenang dan sabar.
6. Karismatik
Nabi Muhammad saw adalah sosok mengagumkan hingga akhir
zaman. Meskipun beliau kini sudah tidak ada di dunia ini, namun sebagian besar
dan semakin penduduk di muka bumi ini masih senantiasa setia dan taat dalam
menjalankan ajaran yang dibawanya, yaitu ajaran Islam. Sifat-sifat yang
menghiasi Nabi Muhammad saw adalah cerminan dari Kitabullah, Al Quranul
Karim. Maka tidak salah jika Allah mengatakan bahwa di dalam diri Nabi
Muhammad itu terdapat suri teladan yang baik.
Akhlak-akhlak Nabi Muhammad yang merupakan satu bentuk realisasi
dari kemuliaan Al Quran itulah yang akhirnya membuat Nabi Muhammad saw
menjadi orang yang paling disenangi dan disegani oleh sebagian besar penduduk
dunia hingga akhir hayatnya.
Menginjak usianya yang ke-20 tahun, Nabi Muhammad saw
mendirikan Hilful-Fudul. Hilful-Fudul merupakan sebuah lembaga yang
bertujuan membantu orang-orang miskin dan teraniaya. Keadaan di Mekah pada
waktu itu memang sedang tidak kondusif, hal ini karena adanya perselisihan
antara suku Quraisy dengan suku Hawazin. Melalui Hilful-Fudûl inilah sifat-sifat
kepemimpinan Nabi Muhammad saw mulai tampak. Melalui aktivitasnya dalam
lembaga ini, disamping ikut membantu pamannya berdagang, namanya semakin
terkenal sebagai orang yang terpercaya. Kejujuran yang sudah kental dan melekat
erat dalam jiwa Nabi Muhammad saw akhirnya menyebar dengan cepat dari
mulut ke mulut. Dengan kejujuran yang dimilikinya, Nabi Muhammad saw
akhirnya mampu memperluas relasi dagangnya. Dan dengan keujurannya itulah,
akhirnya Nabi Muhammad saw memperoleh gelar Al Amin yang artinya orang
dapat dipercaya. Dari sinilah nabi Muhammad sangat dihargai dan disegani oleh
umatnya. Karismatiknya juga masih ada sampai sekarang.
60
Begitu pula, yang digambarkan dalam novel Laskar Pelangi tentang
kewibawaan Bu Mus dimata anak didiknya. Bu Mus sangat dihormati dan
disegani oleh anak didiknya. Bu Mus sudah banyak memberikan sesuatu yang
berharga bagi anak didiknya.
7. Arif
Dalam penggalan cerita yang tercantum dalam bab 3, menggambarkan
bagaimana usaha Bu Muslimah agar siswanya memenangkan lomba di SDN. Bu
Mus bekerja keras mencarikan contoh- contoh soal dan bahan pelajaran untuk di
pelajari oleh anak didiknya. Selain itu juga beliau selalu menyempatkan waktu
untuk melatih anak didiknya dari pagi sampai sore. Bu Mus selalu berusaha
memberikan yang terbaik untuk anak didiknya.
8. Ikhlas
Dalam konteks lain, penulis terkesan tatkala masih duduk di bangku SD
hingga SMA , beberapa guru sering mendoakan agar penulis kelak menjadi orang
yang berhasil dan tidak jarang nasihat itu berupa wasiat agar penulis dapat
melanjutkan cita- cita luhur yang telah dirintisnya. Suasanya seperti ini sekarang
tampaknya jarang dijumpai atau jarang dilakukan oleh guru. Mungkin hal ini
disebabkan karena sebagian besar guru melakukan pendekatan yang bersifat
formal sehingga tampak adanya jarak atau kesenjangan hubungan antara guru
dengan peserta didiknya. Oleh karena itu, untuk memgaktualisasikan pendidikan
dan pembelajaran dengan suara hati, maka guru dapat mendasarkan pada:
a. Mendidik untuk mencari keridhaan Yang Maha Kuasa
Tugas mendidik memiliki nilai spiritual yang tinggi karena jika tugas
mendidik tersebut diorientasikan untuk mencari keridhaan Yang Maha Kuasa.
Nilai spiritual dalam melaksanakan tugas mendidik.
b. Mendidik merupakan tugas mulia
Di samping tugas mendidik memiliki nilai spiritual yang tinggi,
mendidik jjuga memiliki nilai universal yang dilakukan oleh siapa pun di
dunia ini. Oleh karena itu, tugas mendidik merupakan tugas yang sangat
mulia.
61
c. Mendidik merupakan tugas utama guru
Oleh karena mendidik merupakan tugas utama guru, maka guru harus
secara sungguh- sungguh dan tulus ikhlas melakukan tugas ini sehingga ia
dapat menikmati, menjiwai, dan merasa nyaman menjadi guru.
Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif perlu
dibangun hubungan emosional yang baik antara guru dengan peserta didik.
Bahkan hubungan tersebut perlu dibangun di luar jam pembelajaran sehingga
suasana semacam ini akan membangkitkan suasana pembelajaran dengan
suara hati.
Bu Muslimah seorang sosok guru yang ramah, sabar dan telaten.
Beliau bisa menjalankan peran guru dengan sempurna meskipun ditugaskan
di sekolah pinggiran. Sikap perjuangannya sebagai pahlawan tanda jasa yang
rela digaji dengan beras lima belas kilogram setiap bulannya. Dan semua
mata pelajaran Bu Mus yang mengajarnya. Itu semua semata-mata untuk
memperjuangkan pendidikan dan mencerdaskan anak didiknya.
9. Adil
Nabi Muhammad juga terkenal dengan memiliki sifat adil dan rasa
kemanusiaan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dalam aktivitas beliau di
sepanjang sejarah perjuangan islam yang beliau tempuh hingga akhir hayat. Salah
satu contoh keadilan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dapat kita lihat
dalam sejarah perbaikan Ka‟bah yang rusak karena banjir. Ketika bangunan
Ka‟bah rusak karena banjir, penduduk Mekah-pun kemudian bergotong-royong
untuk memperbaikinya. Saat pekerjaan sampai pada pengangkatan dan peletakan
Hajar Aswad ke tempatnya semula, terjadi perselisihan. Masing-masing suku
ingin mendapat kehormatan untuk melakukan pekerjaan itu. Akhirnya salah satu
dari mereka kemudian berkata, “Serahkan putusan ini pada orang yang pertama
memasuki pintu Shafa ini.”
Paragraf dalam kutipan bab 3 menunjukkan bagaimana sikap bu Mus
yang menanggapi keluh kesah anak didiknya sebagai ketua kelas. Di sini beliau
bersikap adil atau seimbang yaitu dengan cara mengadakan pemilihan ulang
62
ketua kelas. Dengan sikap yang demikian beliau memperlihatkan keadilan
kepada anak didiknya itu.
10. Sabar
Sebagaimana kisah nabi Muhammad tatkala perjalanan ke Thaif
bersama Zaid bin Haritsah(ia adalah bekas budak belian Siti Khadijah yang telah
diangkat sebagai anak Nabi sendiri) , Nabi mendapatkan perlakuan yang
menyakitkan dan kejam. Dengan komando penguasa setempat, orang-orang Thaif
mencaci maka dan menghina Nabi bahkan mereka melempari Nabi dengan batu,
kerikil, dan pasir.
Mereka jika dilempari batu ditujukan ke kaki dan betis Nabi sehingga
kedua kaki dan betisnya luka parah dan berlumuran darah. Di kala itu, Nabi
terpaksa berjalan dengan merangkak sambil tetap diejek dan dicaci maki dengan
perkataan yang kotor, kasar, dan keji. Demikian juga Zahid bin Haritsah,
kepalanya luka parah dan mencucurkan darah yang tidak sedikit karena terkena
lemparan batu. Tetapi Nabi Muhammad dan Zahid tidak merasa dendam dan
marah kepada penduduk tersebut. Mereka sabar menghadapi penduduk Thaif dan
meneruskan perjalanan kembali.
Kisah ini menggambarkan tentang kesabaran Nabi dalam menerima
cobaan yang datang dari kaum atau umatnya. Dalam kondisi yang sangat
menyakitkan dan memilukan akibat penganiayaan kaumnya, Nabi masih mampu
befikir jernih, dan memiliki pemikiran jangka panjang, serta berfikir jauh ke
depan. Padahal saat itu, malaikat penjaga gunung telah siap membalaskan kalau
perlu kaum yang menganiaya tersebut akan dilenyapkan oleh Malaikat penjaga
gunung. Akan tetapi Nabi dengan sabar tetap berdoa dan berharap, jika orang
tuannya tidak mau mengikuti ajaran Nabi, masih ada kemungkinan anak cucu
mereka ke depan dapat diajak dan bersedia mengikuti ajaran Nabi.
Betapa pentingnnya nilai-nilai ini dimiliki oleh guru dalam mendidik
peserta didik peserta didiknya. Dengan sabar dan penuh pertimbangan di masa
depan dalam mensikapi berbagai perilaku yang dilakukan peserta didiknya. Di
samping kesabaran tersebut, guru harus memiliki visi jauh ke depan dalam
mengemban tugasnya agar peserta didiknya dapat sukses di masa depannya.
63
Sebagai pendidik sifat sabar sangat diperlukan karena tidak semua
peserta didik dengan gampang dan mudah menerima pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Bu Mus sangat sabar ketika menghadapi A Kiong, ketika A Kiong
sudah berulang kali ditanya tetapi belum juga memahami dan tidak menjawab,
namun Bu Muslimah tetap sabar menuntunnya sampai A Kiong mau menjawab
walau sepatah kata. Dan Bu Mus tetap tersenyum menghadapi A Kiong.
11. Sederhana
Walaupun Nabi Muhammad menjadi pemimpin negara dan ummat,
kehidupan beliau tidak pernah berlebihan. Beliau selalu hidup sederhana, tidak
memiliki harta yang berharga lantaran yang hanya dalam diri nabi adalah Allah
dan kebahagian ummat-Nya. Seandainya Nabi mau mengumpulkan harta niscaya
beliau akan menjadi orang terkaya. Tapi, Nabi tidak mau karena harta benda
melimpah merupakan kenikmatan sementara dan membuat orang menjadi lupa
dengan tugas dan tanggungjawabnya
Pola hidup sederhana adalah pola hidup yang tidak berlebihan. Artinya ia
memiliki pola hidup yang wajar dan tidak mewah serta tidak bermegah-megahan.
Sepenggal cerita dalam bab 3 menggambarkan kesederhanaan Pak
Harfan. Walaupun ia sangat sederhana bahkan miskin tetapi ia mampu
membawakan diri dengan tepat di hadapan murid. Apa yang diperlihatkan kepada
murid bukan penampilan fisiknya tetapi kepiawaiannya dalam mengajar dan
mendidik. Hal ini bukan berarti bahwa guru tidak boleh kaya tetapi guru harus
pandai-pandai membawa diri sehingga ia terkesan sederhana dan bersahaja.9
Paling tidak ada tiga hal, yang dapat digunakan sebagai indikator dalam
berpakaian, yaitu: 1. Berdasarkan syariat (hukum agama), 2. Bersih, 3. Pantas
dalam berpakaian adalah menutup aurat. Tujuannya adalah di samping memenuhi
ajaran agama juga untuk menjaga kehormatan yang berpakaian. Kebersihan
pakaian akan membawa kepada kesehatan. Oleh karena itu, pakaian yang bersih
di samping enak dipandang juga menyehatkan. Di samping secara syari‟at dan
kebersihan terpenuhi, maka dalam berpakaian juga perlu mempertimbangkan
9 Furqan Hidayatulah, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan
Cerdas,(Surakarta: Yuma Pustaka,2009), hlm. 105-106
64
aspek kepatutan atau kepantasan. Aspek kepantasan ini sangat terkait dengan
budaya dan kondisi setempat.
12. Kesetiaan
Bu Muslimah rela menolak tawaran mengajar di SD yang bonafid demi
SD bobrok tempat mendidik orang-orang miskin. Sungguh sikap ini punya nilai
keluhuran yang tinggi. Dalam perjalanannya begitu banyak rintangan yang
dihadapi Bu Mus, tetapi ia dengan tegar tetap bertahan mengajar di SD bobrok.
Bu Mus sejak awal cerita ia menunjukkan sikap ingin sekali supaya SD itu tetap
dibuka, beliau bahkan berniat mencari satu orang siswa lagi supaya cukup
memenuhi syarat sepuluh. Begitu pula Pak Harfan yang setia dengan sekolah
yang diajarnya. Beliau berusaha agar sekolah tersebut tidak ditutup oleh
Pemerintah.
13. Menerima murid apa adanya
Lalu aku memandangi guruku Bu Mus, seseorang yang bersedia menerima
kami apa adanya dengan sepenuh hatinya, segenap jiwanya. Ia paham betul
kemiskinan dan posisi kami yang rentan sehingga tak pernah membuat
kebijakan apa pun yang mengandung implikasi biaya. Ia selalu membesarkan
hati kami. (Laskar Pelangi:83)
Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru dituntut sudah memiliki
kemampuan dan kerelaan untuk memaklumi alam pikiran dan perasaan siswa.
Guru harus bersedia pula menerima siswa apa adanya. Seorang guru yang tidak
bisa memerankan pribadinya sebagai guru, ia kan berpihak kepada salah satu
pribadi saja. Ia hanya akan menjadi guru yang menerima atau menolak para siswa
dalam segala kondisi dan keadaan. Hal ini sangat berbahaya. Menerima keadaan
dan kondisi siswa tanpa diiringi sikap kritis, tidak akan mendidik mereka.
Sebaliknya, menolak siswa dalam setiap keadaan, akan merusak kepribadian
mereka. 10
Menerima keadaan murid tidak hanya keadaan kemampuan
berfikirnya saja akan tetapi keadaan yang dialaminya. Misalnya keadaan
keluarga, keadaan ekonomi , keadaan lingkungan siswa dan sebagainya.
Penggalan cerita diatas menggambarkan kepedulian seorang guru yang mau
menerima siswa dalam keadaan apapun. Walaupun keadaan siswa yang
10 Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, hlm. 19-20
65
berekonomi rendah bahkan miskin namun Bu Mus sangat menyayangi mereka
dan ikhlas mendidik mereka.
14. Cinta
Nabi Muhammad sangat perhatian dan sangat cinta kepada umatnya.
Tingkat perhatian dan kecintaan tersebut ditunjukkan Nabi pada saat Nabi
mendapat kesempatan menghadap Allah swt pun memperlihatkan rasa perhatian
dan kecintaan yang luar biasa. Bahkan Nabi memperjuangkan umatnya agar apa
yang telah dididikkan secara konsisten diperjuangkan dengan sungguh- sungguh
dan tujuan yang hendak dicapai berhasil.
Perhatian dan rasa cinta Nabi kepada umatnya menunjukkan betapa
dekatnya antara Nabi dengan umatnya, antara pemimpin dengan yang dipimpin,
antara guru dengan muridnya. Yang lebih menarik lagi, perhatian dan kecintaan
Nabi tersebut dilakukan secara total dan sepenuh hati. Buktinya ketika mau wafat
beliau berkali-kali mengucapkan perkataan yang sama, yaitu: “umatku, umatku.”
Oleh karena itu, kedekatan tersebut dapat dijadikan teladan bagi kita khususnya
bagi guru dalam mensikapi dan memperlakukan muridnya. Betapa pentingnya
perhatian guru kepada muridnya, khususnya dalam suasana pembelajaran.
Pendidik tidak hanya memperhatikan segi rohani tetapi juga jasmani,
hal ini yang dilakukan oleh Bu Mus. Bu Mus juga sangat peduli dengan keadaan
fisik anak didiknya ketiak anak didiknya sakit maka beliau memberinya obat.
Ada sebuah cerita tentang kecintaan guru kepada murid yang tidak
hanya memperhatikan segi rohani murid tetapi juga segi fisik murid.
Disebuah sekolah dasar (SD), seorang guru bertanya pada murid-
muridnya, “ siapa yang sudah sarapan pagi ini?” kira- kira separuh murid
mengacungkan tangan. Guru itu kemudian bertanya kepada anak- anak yang
tidak mengacungkan tangan, “mengapa kalian tidak sarapan?”sebagian
menjawab tidak sempat karena sudah terlambat. Sebagian lagi mengatakan belum
merasa lapar, ataupun tak menyukai sarapan yang disajikan.
Semua memberikan jawaban senada kecuali satu anak. Karena,
jawabnya, ”sekarang bukan giliran”.“ Bukan giliranmu?,” Tanya sang guru, “apa
maksudmu?”.”dalam keluarga kami ada 4 anak”, ujarnya, tetapi ayah tak punya
66
cukup uang untuk membeli makanan supaya tiap orang bisa sarapan setiap hari.
Kami harus bergiliran dan hari ini bukan giliran saya”(Arvan Pradiansah,
2008:205). Kisah ini setidak-tidaknya akan mampu membuka hati kita untuk
menaruh perhatian dan rasa simpati kepada anak yang tidak bisa sarapan setiap
pagi tetapi tetap tekun belajar. Di sisi lain juga akan memberikan pelajaran
berharga bagi anak lain yang berkecukupan hidupnya agar selalu bersyukur.
67
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Kompetensi kepribadian guru perspektif Pendidikan Islam adalah mempunyai
watak dan sifat rabbaniyyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku, dan pola
pikirnya, bersifat ikhlas melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata
untuk mencari keridhaan Allah dan menegakkan kebenaran, bersifat sabar dalam
mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik, jujur dalam
menyampaikan apa yang diketahuinya, senantiasa membekali diri dengan ilmu,
kesediaan diri untuk terus mendalami dan mengkajinya lebih lanjut dan
mengetahui kehidupan psikis peserta didik. Pada intinya kompetensi kepribadian
guru perspektif Pendidikan Islam yaitu mencontoh segala perbuatan nabi dan
sifat- sifat nabi yang tertera dalam Qur’an dan Hadist.
2. Kompetensi kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan meliputi: Ramah,
Sopan Santun, Lemaah Lembut, Semangat, Tenang, Karismatik/berwibawa, Arif,
Ikhlas, Adil, Sabar, Sederhana, Kesetiaan, Menerima keadaan murid apa adanya,
Cinta dan Kasih Sayang.
3. Kompetensi kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan perspektif pendidikan
Islam intinya adalah bahwa kepribadian Bu Muslimah dan Bapak Harfan
merupakan aplikasi nyata dari kompetensi kepribadian guru perspektif
Pendidikan Islam.
B. Saran-saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam rangka pengembangan
kompetensi kepribadian guru melalui karya sastra, terutama novel antara lain
1. Agar setiap pendidik juga menggali pengetahuannya tentang keguruan melalui
novel
2. Pendidik mencontoh kepribadian guru yang ada dalam novel maupun sarana
hiburan yang mendidik.
68
3. Ketika sastrawan sebagai pengarang karya sastra agar meningkatkan
perhatiannya dalam usaha mencerdaskan pembacanya melalui karya-karya yang
berkualitas dan mendidik, menghasilkan karya sastra yang berdedikasi pada
moral, spiritual, dan akhlak mulia.
4. Agar masyarakat dan para pendidik memanfaatkan perkembangan teknologi
modern yang ada saat ini, baik media cetak seperti buku, majalah, dan surat kabar
maupun media elektronik seperti televisi, radio, internet, dan lain- lain sebagai
sarana pendidikan
5. Orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga agar
memberikan perhatian dan pengawasan serta mengarahkan terhadap anak-
anaknya sehingga terhindar dari bahan bacaan maupun tuntunan serta segala
hiburan yang memberikan pengaruh negatif.
C. Penutup
Demikianlah tulisan ini diakhiri dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah,
mudah-mudahan tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
siapapun yang dapat memetik ilmu, hikmah dan pengetahuan tulisan ini.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penelitian ini dari awal hingga akhir. Semoga bantuan yang telah
diberikan mendapat balasan dan dapat diterima sebagai amal baik dihadapan Allah
swt.
Meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk
itu kritik dan saran selalu penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
al Bukhari, Imam Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari Juz VIII terj.
Achmad Sunarto dkk, Semarang: CV. Asy Syifa’, 1993
Al- Mawardi, Imam, Jalan Meraih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat, Jakarta: Sahara,
2009
Al- Rasyidin dan Samsul Nizar , Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis, Jakarta; Ciputat Press, 2005.
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Bandung: C.V Sinar Baru, 1991
an-Nadwi, Syaikh Abdul Hasan ‘Ali al-Hasani, As-Sirah an-Nabawiyyah,
terj.Muhammad Halabi Hamdi, S.Ag.,dkk. Yogyakarta: Mardhiyah
Press,2007
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara,2000
Barizi, Ahmad, Menjadi Guru Unggul, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2010
Benke, Benny, ”Sebelas Patriot, Novel Terbaru Andrea Hirata Segalanya untuk
Sepak Bola dan PSSI”, dalam Suara Merdeka, Semarang, 10 juni 2011
Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, Libanon: Darul Kitab Ilmiyah, t.th, Juz VII, hlm.
312
Chalil, Moenawar, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Jakarta: Gema Insani,
2001
Danim, Sudarman, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru Tilikan Indonesia dan
Mancanegara, Bandung: Alfabeta, 2010
Departemen Agama Republik Indonesia, al- Qur’an dan Tafsirnya Jakarta:PT. Dana
Bakti Wakaf, 1990
----------------, Al-Hikmah: Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2007
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2005
Hidayatulah, Furqan, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan
Cerdas,Surakarta: Yuma Pustaka,2009
Hirata, Andrea, Laskar Pelangi Bandung: Bentang, 2008, cet. 26
Ilyas, Yunayar, Kuliah Akhlaq Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam LPPI 2007
Isjoni, Guru sebagai Motivator Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Isyana, Andrea Hirata di “Kick Andy”September 27, 2007 dalam www.metrotv.tv
diakses 12 Mei 2011.
Kunadar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan KTSP, Jakarta:
PT Raja Grafindo,2007
Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf , Jakarta: Kalam Mulia, 1991
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitan Kualitatif, Edisi III, Yogyakarta, Raake
Sarasin, 1996
Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006
Mulyasa, E., Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: PT Rosdakarya, 2010
Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Sebuah Harapan
Masyarakat Semarang: AKFI media, 2010
Nasir, Ridwan, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di
Tengah Arus Perubahan, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005
Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana,2010
----------------, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana,2011
Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
Pradopo, Rachmat Djoko, Kritik Sastra Indonesia Modern, Yogyakarta: Gama
Media, 2002
Purnama, M. Nuryadin Edy, Kompetensi Guru dalam Ranah Pendidikan Islam,
dalam http://elearningsmkn1trucuk.com/2009/07/23/kompetensi-guru-dalam-
ranga-pendidikan-Islam. diakses 11 Agustus 2011.
Saksono, Doni Riyadi, Andrea Hirata, dalam http://article-page.blogspot.
com/2008/06/ profil-andrea-hirata.html, diakses 26 Juni 2011.
Sanusi, Anwar, Jalan Kebahagiaan, Jakarta: IKAPI, 2006
Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasi, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011
Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan Jakarta: Bina Aksara, 1988
Syar’i, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai
Pustaka, 2005
Undang Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Th. 2005, Jakarta: Sinar Grafika,
2010
Wiley, John and Sons, inc., Competence at work, Canada: Published
simultaneously,th
www.laskarpelangi.forumation.net, diakses 29 Mei 2011.
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia,2004
http://article-page .blogspot.com/2008/06/profil-andrea-hirata.html, diakses 26 juni
2011
http://fkipunisma.ac.id/telaah-nilai-nilai-pendidikan-novel-LaskarPelangi-dan-
pemanfa atannya-dalam-pembelajaran-sastra/, diakses 02 Februari 2011.
http://www.ziddu.com/download/2833278/Laskar_Pelangi.Full.pdf.html diakses 17
Juni 2011
. Friday, June 27, 2008
Andrea Hirata
Posted by Doni Riyadi Saksono on 6:34 AM
Tak pernah ada dalam pikirannya, namanya sekarang menjadi pembicaraan orang terutama dari komunitas buku.
Dua bulan yang lalu, ia hanyalah seorang pegawai yang berkutat dengan analisis keuangan di PT Telkom, Bandung,
yang pada saat Aceh dilanda tsunami tergerak hatinya untuk menjadi seorang relawan. "Saya juga heran kenapa novel yang saya tulis dalam waktu 3 minggu itu, bisa menjadi pembicaraan orang banyak.
Menulis merupakan dunia baru bagi saya yang tak pernah terbayangkan sebelumnya," ucap Andrea Hirata, penulis
Novel Laskar Pelangi, yang dalam waktu 5 minggu terjual habis dan sekarang sedang menjalani cetak kedua.
Sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan S2 dari Sheffield Hallam University, Inggris, mengaku
sudah lama ingin menulis Laskar Pelangi, namun tidak pernah terwujud hingga suatu saat kejadian tsunami di Aceh
membawanya menjadi relawan dan hatinya tersentuh melihat banyak sekolah yang hancur.
Terinspirasi sebuah kisah nyata, ia pun mulai menulis novel yang bercerita tentang pengabdian dua orang guru (Pak
Harfan dan Ibu Muslimah) dan sepuluh anak miskin, yang berjuang untuk bersekolah meski sekolahnya, SD
Muhammadiyah Pulau Belitung (SD yang paling tua di Belitung dan miskin), terancam ditutup oleh pemerintah
daerah.
Belitung sendiri meski terkenal sebagai Pulau Timah, namun tak dapat dinikmati oleh penduduk aslinya. Belitung
adalah kabupaten kepulauan yang dikelilingi hampir 200 pulau besar dan kecil. Sejak akhir tahun 2000, kabupaten
berpenduduk lebih dari 2 ratus ribu jiwa ini menjadi bagian dari propinsi Bangka Belitung. Beragam etnis hidup
berdampingan di kawasan yang memiliki panorama indah ini.Meskipun mengaku tidak memiliki latar belakang
sastra, namun sebagaimana ciri khas orang Melayu, Andrea terbiasa mendengarkan cerita dari para orang-orang tua
di kampungnya yang bercerita tentang sejarah dan cerita-cerita klasik Melayu Belitung. Sehingga tak heran, dalam menulis Laskar Pelangi, Andrea memiliki gaya penuturan yang kuat, filmis dan cerdas.
Ketika membaca Laskar Pelangi, Anda seakan menemukan Gabriel Garcia Marquez ketika ia bercerita tentang
seorang dukun buaya bernama Bodenga, menemukan Nikolai Gogol ketika menuliskan karakter para anggota
Laskar Pelangi dan ironi kehidupan penduduk asli Belitung. Atau seperti Alan Lightman saat menceritakan
pertikaian ilmiah yang mempertentangkan teori fisika optik antara kawan sebangkunya Lintang yang jenius dengan
seorang guru fisika.
"Saat menulis novel ini, yang terpatri diotak saya adalah mengeluarkan semua yang ada dalam pikiran saya.
Sebagai tempat curahan hati, saya pun menulis. Ternyata menulis itu mengasyikan dan membuat kita lupa waktu.
Akhirnya, seperti sudah menjadi ritual, seusai pulang kantor, saya langsung menulis. Saat menulis saya tak mau
tahu apakah tulisan saya itu bagus atau jelek, apakah tulisan saya itu sesuai dengan komposisi, yang penting adalah tulis, tulis dan tulis !," papar pria yang dari Sheffield Hallam University dengan predikat graduate with
distinction.
Sebenarnya, dengan membaca Laskar Pelangi, kita bisa mengetahui seperti apa masa kecil Andrea Hirata. Karena
lewat tokoh si Ikal, Andrea hadir dalam novel tersebut. "Novel ini merupakan memoar tentang masa kecil saya, yang
membentuk saya hingga menjadi seperti sekarang. Karena itulah saya sangat berterima kasih dapat bersekolah di
sekolah miskin dan memperoleh persahabatan yang indah dari teman-teman saya. Tak lupa, terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua guru saya, yang tak pernah mengharapkan rasa terima kasih kecuali melihat
siswanya menjadi orang yang berberhasil", jelas Andrea yang memberikan royalti novelnya kepada perpustakaan
sekolah miskin.
Novel ini sendiri direncanakan oleh Andrea merupakan trilogi. Karena itulah, ditengah kesibukannya menjadi
pegawai negeri dan pembicara dalam diskusi mengenai Laskar Pelangi, ia terus menulis novel kedua dan ketiganya.
Novel keduanya diberinya judul Edensor, yang merupakan kelanjutan dari masa-masa perjuangan Andrea bersama
teman-temannya yang termarginalkan. Sedangkan buku ketiga, tentang patriarki dalam budaya orang Melayu.
Keinginan lain Andrea atas novelnya adalah dibuatkan menjadi film. "Agar misinya tersampaikan. Jika ada yang
mau membuat filmnya saya kasih gratis, tentunya dengan ada syarat bahwa pengambilan shooting harus dilakukan
di Belitung sendiri, sesuai dengan novelnya. Saat ini memang sudah ada yang menawarnya untuk dijadikan film
televisi, namun tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka, saya lebih berkeinginan novel ini menjadi film layar
lebar", ucapnya sambil tersenyum.
Ditengah euforia novel bertema chiklit, teenlit, dan metropop, kehadiran Andrea Hirata dan Laskar Pelanginya memang bagaikan oase ditanah kering. Ironi dan liku-liku hidup kedua guru dan kesebelas anak-anak, yang dijuluki
ibu gurunya sebagai para "laskar pelangi", sungguh menggetarkan. Kesulitan yang mereka alami serta bagaimana
beberapa dari mereka, antara lain Andrea sendiri, akhirnya dapat keluar dari kesulitan tersebut memberi benang
merah pada novel ini sebagai sebuah bacaan yang sangat inspiratif dan mampu memberi kekuatan.
Novel- Novel Andrea Hirata :
Laskar Pelangi
Sang Pemimpi
Edensor
Maryamah Karpov
BIODATA
Nama Lengkap : Andrea Hirata (nama akrab : Ikal)
Tempat/tanggal Lahir : Belitong, 24 Oktober Nama Orangtua : Bpk. Seman Said Harun dan Ibu N. A. Masturah
Pendidikan : Master of Science Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam, Inggris, bidang
ekonomi telekomunikasi
Hobi : Membaca dan naik bianglala
Koleksi : DVD (film), buku-buku matematika
Alamat Surat : Telkom Training Center, Jl. Gerlong Hilir 47 Gd N lantai 2, Bandung
http://article-page.blogspot.com/2008/06/profil-andrea-hirata.html, 26 juni 2011
http://elearningsmkn1trucuk.wordpress.com/2009/07/23/kompetensi-guru-dalam-ranah-
pendidikan-islam/
kompetensi guru dalam ranah pendidikan islam
Posted by elearningsmkn1trucuk pada Juli 23, 2009
Oleh : M.Nuryadin Edy Purnama, S.Sos.I *)
Dalam tulisan ini saya ingin mencoba menajamkan kembali perspektif pendidikan agama islam
tentang guru. Bacaan ini penting untuk dieksplore pada tulisan ini mengingat kedudukan guru
PAI sebagai bagian tak terpisahkan dari manifesto pendidikan Islam di sekolah umum. Profesi
guru dalaam pendidikan Islam dianggap sebagai profesi yang mulia. Bahkan kedudukan seorang
guru adalah setingkat di bawah kedudukan para Nabi. Posisi guru yang mulia ini disebabkan
peranya yang strategis dalam membimbing, mengarahkan dan memberi petunjuk sehingga orang
lain selamat di dunia dan akherat.
Sehingga Implikasi logis dari positioning guru yang mulia ini adalah adanya penghormatan dari
siswa kepada gurunya. Penghormatan ini di satu sisi akan menguatkan brand image guru yang
memang diperlukan dalam proses pendidikan. Namun demikian, penghormatan berlebihan
kepada guru yang mewujudkan pada pengkultusan pribadi guru yang justru akan memasung
sikap atau nalar kritis yang dimiliki oleh para muridnya. Diskripsi tipologi relasi guru dan siswa
dalam khasanah islam konservatif (salafi) dapat kita baca dalam buku Ta‟lim al-Muta‟alim yang
di karang oleh Alzarnuji. Dimana kitab salafi itu menjadi referensi penting dalam dunia
pendidikan, namun di satu sisi oleh para aktifis pendidikan kitab itu mendapat kritikan yang
tajam, karena content dari kitab itu sebagian menggambarkan relasi guru dan siswa yang sangat
sakral dan dibatasi, dimana seoarang siswa tidak boleh bertanya kepada guru sebelum guru
memberikan waktu, kemudian larangan membantah kepada guru dll. Dalam sejarah pendidikan
islam peofesi guru memilki beberapa sebutan seperti al-qori ( qur‟an reader ), yakni mereka yang
ahli membaca dan mengajarkan alqur‟an, al-muaddib (private teacher) yakni guru khusus bagi
anak-anak khalifah atau para pembesar yang lain atau al-qos (story teller) yakni mereka yang
profesinya menceritakan kisah-kisah masa lalu. Seiring dengan lahirnya lembaga pendidikan “
madrasah”, guru sering disebut al-ustadz atau al mudaris sengkan asisten guru disebut al-mu‟id,
adapun istelah syeikh lebih sering dipakai untuk menyebut seorang yang sepuh atau alim dalam
hal agama atau sebagaian juga sering disebut dalam dunia tasawuf. Al-ghazali mengemukakan
beberapa sikap (kompetensi ) yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu (1) menyayangi
siswanya layaknya menyayangi anaknya sendiri , (2) meneladani sikap nabi Muhammad SAW
dengan tidak menuntut atau menghrap upah/balasan yang menjadi konsekwensi mengajar, (3)
selalu memberikan nasehat kepada peserta didiknya, (4) menjaga siswanya dari akhlak buruk
dengan cara yang santun dan penuh kasih kasih sayang, (5) mengajarkan sesuai dengan tingkat
pemahaman siswa, tidak boleh mengajarkan materi yang terlalu berat bagi siswa,
(6)mengimplemtasikan ilmu yang dimiliki, artinya antara perbuatan guru harus relevan dengan
apa yang dikatakan atau diajarkannya, dan (8) sabar, tawadu‟ dan baik akhlaknya. Guru yang
kurang sabar berarti dia tidak pantas jaddi guru. Guru yang yang sombong tidak akan
memberikan manfaat apapun kepada siswa justru akan menjadi candu yang mengobesesi tabiat
jelek anak didiknya kedepan.
Ditulis Athiyah Al-Abrosy (dalam Slamet Yusuf:42) bahwasannya sifat-sifat yang seyogyanya
dimiliki seorang guru:
Guru harus menjadi bapak sebelum ia menjadi pengajar.
1. Hubungan guru dengan murid harus baik.
2. Guru harus selalu memperhatikan murid serta pelajaran mereka.
3. Guru harus peka terhadap lingkungan sekitar murid.
4. Guru wajib menjadi contoh/teladan di dalam keadilan dan keindahan serta kemuliaan.
5. Guru wajib ikhlas di dalam pekerjaannya.
6. Guru wajib menghubungkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan.
7. Guru harus selalu membaca dan mengadakan penyelidikan.
8. Guru harus mampu mengajar bagus penyiapannya dan bijaksana dalam menjalankan
tugasnya.
9. Guru harus sarat dengan ide sekolah yang modern.
10. Guru harus punya niat yang tetap.
11. Guru harus sehat jasmaninya.
12. Guru harus punya pribadi yang mantap
Ibnu Khaldum dalam mukadimahnya memberikan narasi tentang kompetensi apa yang harus
dimilki oleh seorang guru yaitu perlunya guru memperhatikan “seni mengajar dan mendidik”
seorang guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan yang diajarkan tetapi ia harus memilki
pengetahuan tentang psiklogi anak mengetahui tingkat kesiapan belajar mereka dan bakat
intelektual, sedangkan Ibnu Sina dalam perhatiannya tentang pendidikan lebih menekankan
pentingnya memperhatian perbedaan-perbedaan individual (defferensial personality) untuk
mengukur neraca pikir anak didik sehingga bisa menyesuaikan materi pelajaranya dengan
kemampuan. Dari beberapa pendapat tokoh pendidikan Islam diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan Islam sangat memperhatikan kompetensi kepribadian guru . Dalam pandangan
mereka, kepribadian akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pendidikan. Dalam
diKtum Arab dikatakan bahwa “Proses itu lebih penting dari hasilnya”. Tampaknya kompetensi
guru dalam perspektif pendidikan Islam banyak yang sesuai dengan kompetensi guru yang
dirumuskan oleh para ahli pendidikan umum. Kesesuaian ini terutama menyangkut tentang
kompetensi kepribadian guru. Sementara itu hal-hal yang berkaitan dengan metodologi
pengajara, seperti yang dirumuskan para tokoh Islam diatas, ada yang perlu disesuiaikan dengan
teori pendidikan yang telah berkembang. Disnilah dapat kita baca secara jelas bahwa substansi
dari PAI dapat dikategorikan sebagai pendidikan nilai (value education), karena misi utamanya
adalah menanamkan nilai Islam ke dalam diri siswa atau peserta didik, di samping memberikan
bekal pengetahuan tentang ilmu-ilmu keislaman. Oleh karena itu, penekanan utama adalah pada
pembentukan (charcter building) siswa agar sesuai dengan kepribadian sebagaimana yang
dikehendaki oleh Islam. Itulah sebabnya, PAI lebih menekankan pada ranah afektif dan
psikomotorik daripada hanya sekedar kognitif seperti tercemin dalam kurikulum PAI tahun 1994.
Instrument guru merupakan salah satu instrument terpenting dalam pendidikan nilai karena
posisinya sebagai sumber identifikasi nilai moral atau sumber keteladanan bagi peserta didik.
Itulah sebabnya, keberadaan guru PAI menjadi sangat penting dalam kegiatan pembelajaran.
Keberadaan guru PAI tidak bias digantikan oleh sumber-sumber belajar yang lain, karena guru
PAI tidak semata-mata berperan dalam kegiatan transfer of knowledges saja.
Perspektif peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI), memimjam istilah Ivor K. Davies,
seorang penulis program pengajaran terkemuka, mengatakan bahwa pembaruan pendidikan
tidak akan efektif tanpa mempersiapkan manusia yang akan membuat sistem pendidikan itu
efektif. Davies, juga berpendapat hanya ada satu cara mengubah sistem pendidikan menjadi
efektif yaitu dengan cara mengubah manusia yang akan mengelola pendidikan yang
bersangkutan. Hal ini juga relevan dengan teori Piaget (1973), orang yang telah mengabdikan
dirinya untuk memahami proses belajar pada anak-anak, mengomentari bahwa latihan tenaga
kependidikan adalah sangat penting dalam rangka pembaruan pendidikan. Selagi latihan-latihan
dan proses pendidikan guru tidak memuaskan, kurikulum yang bagaimanapun baiknya dan teori
belajar yang bagaimanapun hebatnya, tidak akan mampu membantu anak didik dalam belajar.
Wallahua‟lam bishshowab…
*) M.Nuryadin Edy Purnama, S.Sos.I adalah guru PAI SMK Negeri 1 Trucuk, pemerhati
masalah pendidikan Islam, tinggal di Klaten, tulisan yang sama juga dimuat di
www.smkn1trucuk.sch.id
Andrea Hirata di “Kick Andy”
isyana — September 27, 2007 / 3:33 pm
Topik: Profil Penulis
Rabu (19/9) lalu, penulis tetralogi Laskar Pelangi, Andrea Hirata, hadir di studio Metro TV
untuk pengambilan gambar program acara „Kick Andy‟. Tema acaranya sebenarnya tentang
buku-buku yang menginspirasi, jadi ada beberapa penulis lain selain Andrea di sana, tapi mereka
kebanyakan memang menulis di genre self-help/inspiration.
Cukup lama pengambilan gambarnya, sekitar dua jam. Tapi sebagian besar porsi waktunya
memang ditujukan untuk Andrea. Kalau tidak salah, edisi ini akan ditayangkan 3 Oktober
mendatang. Tapi, karena aku sempat datang ke sana, ini ada laporan pandangan mata (dan
catatan) dari jawaban-jawaban yang diberikan Andrea.
Awalnya, ia menceritakan tentang buku Laskar Pelangi yang dalam seminggu sudah cetak ulang
itu. Ceritanya tentang memoar masa kecilnya dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki Laskar
Pelangi oleh Ibu Muslimah, atau Ibu Mus, guru sekolahnya. “Segala sesuatu tentang buku ini
emosional sekali,” kata Andrea. Kondisi sekolahnya amat sangat menyedihkan, jika malam
digunakan untuk menyimpan ternak. Seragam anak-anaknya, copot semua kancing bajunya.
Selain itu, sepatu mereka menggunakan plastik.
Andrea juga bercerita tentang bagaimana Laskar Pelangi ini mulai bersahabat, bahwa mereka
adalah sepuluh anak yang mendaftar di sebuah sekolah, SD Muhammadiyah, yang awalnya
sudah mau ditutup karena kekurangan murid. Lalu cerita berlanjut tentang bagaimana mereka
terus bertahan di sekolah dengan kondisi mengerikan itu dan terus bersahabat. “Ini sebenarnya
sekolah yang hampir bubar, ketika ujian, kami dititipkan di sekolah lain. Secara administrasi,
sekolah itu hampir tidak ada,” tambah Andrea.
Pertanyaan berlanjut pada hari pendaftaran sekolah itu, persis seperti bab pertama Laskar Pelangi
“Sepuluh Murid Baru”. Hari sudah siang, tapi murid yang mendaftar belum genap sepuluh,
padahal kalau tidak mendapat sepuluh murid maka sekolah ini akan bubar. Di saat-saat kritis,
muncullah murid yang mau mendaftar, seorang pemuda bernama Harun yang memiliki
keterbelakangan mental dan menderita polio. Belitung, menurut Andrea, tidak memiliki fasilitas
sekolah luar biasa. Oleh ibunya, Harun lalu dititipkan di sekolah, sebagai alternatif daripada
mengejari ayam-ayam piaraan keluarganya.
Tekad Andrea untuk menulis buku ini muncul saat suatu hari, di tengah hujan yang lebat, kelas
bocor, Ibu Mus, perempuan perkasa itu, tidak segera datang. Murid-muridnya sudah ketakutan.
Sampai akhirnya Andrea merasa legaaa sekali ketika melihat Ibu Mus datang berpayung pelepah
pisang. “Satu hari nanti, saya harus menulis tentang beliau,” tegasnya. Tapi Andrea juga
menegaskan, walaupun dasarnya adalah sebuah memoar, tapi ada fiksionalisasi yang terjadi. Ia
menyebutnya sebagai „memoar yang dikemas dengan sastra dengan tambahan latar belakang
sosio-kultural‟.
Andrea juga secara spesifik berbicara tentang kawan sebangkunya, Lintang, yang dalam buku
harus bolak-balik sejauh 80 km menggunakan sepeda yang sadelnya terlalu tinggi „hanya‟ demi
ke sekolah. Lintang, dalam penilaian Andrea, adalah anak yang sangat cerdas. Andrea selalu
berusaha setengah mati mencoba menyaingi Lintang, tapi selalu jadi nomor dua. “Nomor duanya
abadi,” tambahnya. Andrea mengaku bahwa sepanjang hidupnya, ia terinspirasi oleh Lintang.
“Seluruh hidup saya sebenarnya adalah balas dendam kekecewaan atas nasib Lintang. Saya tahu
betuil kapasitas kecerdasan Lintang. Dia sebenarnya yang ingin sekolah ke Perancis. Saya belajar
sampai jungkir balik karena tidak sepintar Lintang agar bisa sekolah ke sana,” kata Andrea.
Lintang harus berhenti sekolah karena ayahnya meninggal. Sebagai anak laki-laki tertua dalam
keluarga, kewajiban mencari nafkah akhirnya tertumpu padanya. Padahal ayahnya harus
menanggung hidup 14 nyawa. Terakhir kali bertemu Lintang, ia bekerja sebagai supir truk di
sebuah daerah eksploitasi pasir gelas.
Andrea mengakui bahwa „Laskar Pelangi‟ bukanlah sebuah buku yang berakhir bahagia, tapi
realistis dalam menggambarkan kisah dan nasib orang Indonesia kebanyakan. “Saya menulis
tentang konteks, bukan sekedar peristiwa. Tentang interpretasi fenomena dan hidup senyatanya,
seadanya. Dan ini yang identik dengan nasib banyak orang. Ini mungkin „feel‟ yang didapat
pembaca,” ujar Andrea. Buku ini, menurutnya, tak terpaku pada tren metropop atau isu urban
dan hedonistik, tapi masuk pada esensi kepribadian orang sehingga pembaca mempersepsikan
dirinya sendiri pada karakter-karakter di dalam buku.
Sumber energinya yang terbesar dalam menulis buku ini adalah kecintaan Andrea pada Ibu Mus,
sang guru. Bahwa pelajaran terpenting yang diberikan Ibu Mus adalah integritas dan cinta.
“Beliau selalu bisa menghubungkan hal-hal kecil dengan substansi yang lebih besar,” kata
Andrea. Saat kelasnya banjir akibat air hujan yang masuk lewat atap bocor, anak-anak Laskar
Pelangi itu mengeluh, tapi Ibu Mus kemudian menunjukkan sebuah gambar di buku bahasa
Belanda yang memuat foto sel Soekarno di Banceuy. “Lihatlah ruang yang suram ini, tapi Pak
Karno terus belajar, membaca buku, dan dia adalah salah satu orang paling cerdas di negara ini,”
Andrea menirukan Ibu Mus. Kebajikan-kebajikan yang diajarkan oleh Ibu Mus bukan sesuatu
yang dikhotbahkan, tapi ia lakukan dengan memberi contoh.
Adalah sesuatu yang wajar, menurut Andrea, untuk menulis buku seperti „Laskar Pelangi‟ jika
kita bertemu dengan karakter seperti Ibu Mus, diajar oleh guru seperti beliau. Karena beliau
memang guru yang luar biasa.
Yah, sekian dulu laporan dariku. Masih penasaran dengan episode lengkapnya, tunggu siarannya
ya.
Post to: delicious, Digg, ma.gnolia, Stumbleupon
www.metrotv.tv 12 mei 2011
Nilai-Nilai Pendidikan yang Diperankan Tokoh Novel Laskar Pelangi
Bertolak pada deskripsi karakteristik tokoh novel Laskar Pelangi dan dihubungkan dengan nilai-
nilai pendidikan yang telah diuaikan di muka, pada bagian ini dilakukan peninjauan nilai-nilai
pendidikan masing-masing tokoh dengan berbagai penafsirannya. Menurut George F. Kneller
(dalam Suwarno, 2006:20), pendidikan memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas,
pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa,
watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses
mentransfirmasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke
generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melaui lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan
tinggi, atau lembaga-lembaga lain. Penafsiran nilai-nilai pendidikan dari masing-masing tokoh,
dapat penulis di bawah ini.
Lintang
Motivasi belajar dari diri Lintang sangat luar biasa, keinginan kuat untuk menuntut ilmu
membuat dia rela melakukan apapun agar bisa sekolah. Lintang begitu bersahaja di sekolah. Ia
memperhatikan dengan seksama semua yang ada di sekelilingnya. Segala sesuatu yang
menghalanginya untuk sampai ke sekolah ia singkirkan. Apapun itu, tak akan mampu
menghalangi Lintang untuk bersekolah. Ia tetap memiliki semangat untuk sampai ke sekolah
meski ia dihadang oleh buaya yang besar. Lintang tak mau kalah dengan buaya. Ia tidak akan
membolos hanya gara-gara dihadang buaya. Meskipun ia sadar bahwa dirinya akan terlambat
sampai di sekolah, ia akan tetap berangkat ke sekolah. Bukan sekali saja Lintang dihadang
buaya. Tetapi ia tetap tak pernah membolos. Keinginannya menuntut ilmu mengalahkan rasa
lelahnya mengayuh sepeda sepanjang delapan puluh kilometer pulang pergi. Segala bentuk
halangan dan rintangan tak mampu menyurutkan langkah Lintang untuk bersekolah.
Mahar
Mahar seorang siswa yang sekaligus Sang Seniman kecil yang kreatif. Karyanya telah
mengantarkan sekolah bobrok itu menjadi juara karnaval dan mengalahkan sekolah-sekolah yang
bonafit. Mahar telah mengajarkan betapa suatu karya yang bagus bisa dihasilkan dengan cara-
cara yang sederhana tanpa menguras banyak uang. “Serahkan semuanya pada Alam” kata-kata
yang lucu walau agak menggetarkan dan mengingatkanku dengan Hukum terbesar Alkemis. Jika
Kau benar-benar menginginkan sesuatu maka Alam semesta akan bersatu untuk membantumu.
Memunculkan sesuatu yang luar biasa dari hal yang sederhana adalah Tipikal Jenius yang
kreatif.
Ayah Lintang
Dia menggambarkan seorang ayah yang baik, tulus, dan sederhana. Gaya hidup sederhana bukan
berarti merasa rendah diri yang berlebihan, tetapi justru harus berjiwa besar. Senada yang
diungkapkan Fitria (2008:44) bahwa gaya hidup sederhana harus dilandasi sikap kesederhanaan
pribadi individu manusia sebagai pelakunya. Selain sikap tersebut ayah Lintang juga
mencurahkan semua kasih sayangnya kepada anaknya. Kasih sayang itu lebih-lebih dalam hal
pendidikan dan mendidik anak, agak kelak dapat merubah nasib keluarganya. Ayah Lintang
selalu mendukung pendidikan anaknya dengan cara-caranya sendiri. Dia tidak menginginkan
nasib anaknya sama dengna nasibnya. Menjadi seorang nelayan dan buruh pendulang timah.
Lintang bisa mengubah nasib keluarganya.
Ibu Muslimah
Bu Muslimah rela menolak tawaran mengajar di SD yang bonafit demi SD bobrok tempat
mendidik orang-orang miskin. Sungguh sikap ini punya Nilai keluhuran yang tinggi. Dalam
perjalanannya begitu banyak rintangan yang dihadapi Bu Mus, tetapi ia dengan tegar tetap
bertahan mengajar di SD bobrok. Bu Mus sejak awal cerita ia menunjukkan sikap ingin sekali
supaya SD itu tetap dibuka, beliau bahkan berniat mencari satu orang siswa lagi supaya cukup
memenuhi syarat sepuluh. Bu Muslimah seorang sosok guru yang ramah, sabar dan telaten.
Beliau bisa menjalankan peran guru dengan sempurna meskipun ditugaskan di sekolah
pinggiran. Sikap perjuangannya sebagai pahlawan tanda jasa yang real digaji dengan beras lima
belas kilogram setiap bulannya.
Pak Harfan
Guru juga merupakan sosok penting yang memberikan motivasi dalam belajar. Dengan segala
keterbatasan yang ada, para siswa bisa merasa begitu bahagia. Pak Harfan menanamkan
semangat belajar yang tinggi kepada anak didiknya. Ia mengajarkan keberanian, semangat, dan
kerja keras untuk mencapai cita-cita. Ia mengajarkan juga bahwa hidup haruslah berusaha
memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya. Beliau adalah gambaran
yang mewakili para orang bijak. Idealisme yang begitu menawan dengan keyakinan yang luar
biasa benar-benar membuat SD itu tetap berdiri walau hanya punya sepuluh murid.
http://fkipunisma.ac.id/telaah-nilai-nilai-pendidikan-novel-laskar-pelangi-dan-
pemanfaatannya-dalam-pembelajaran-sastra/ 2 februari 2011
NOVEL Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mencatat sukses luar biasa.
Mungkin inilah novel paling fenomenal karya anak bangsa dalam sejarah
sastra Indonesia. Sejak diterbitkan September 2005 oleh Bentang, novel
itu sudah naik cetak hingga 17 kali dan terjual sekitar 200 ribu eksemplar.
Sukses itu juga diikuti dua novel berikutnya yang menjadi bagian dari
tetralogi Laskar Pelangi, yakni Sang Pemimpi dan Edensor. Satu novel lagi
adalah Maryamah Karpov. Novel terakhir itu sudah selesai ditulis, tapi
direncanakan baru terbit tahun depan.
Jika digabungkan, oplah tiga novel tersebut hampir 500 ribu kopi. Itu baru
di Indonesia saja. Sebab, Laskar Pelangi juga sudah dibeli oleh penerbit
buku di Malaysia. Di negeri jiran buku itu langsung menjadi best seller.
Setelah Malaysia, Singapura segera menyusul menerbitkan novel tersebut.
Laskar Pelangi juga sudah dilirik sebuah penerbit dari Spanyol untuk
diterbitkan di beberapa negara Eropa.
Seiring dengan kesuksesan Laskar Pelangi, nama Andrea Hirata pun
langsung melesat dalam jagat sastra Indonesia. Namanya menjadi
perbincangan. Andrea pun makin sibuk memenuhi berbagai undangn
talkshow, diskusi, bedah buku, maupun menerima penghargaan. Padahal,
sebelumnya tidak banyak orang tahu, siapa itu Andrea Hirata. Orang
Jepang? Laki-laki atau perempuan?
Sepintas namanya memang mirip nama orang dari negara Matahari Terbit.
Tapi, sejatinya dia asli Melayu, berasal dari Pulau Belitung (sekarang
masuk Provinsi Bangka Belitung). Kampung halamannya (dia lebih suka
menyebut Belitong) inilah yang menjadi setting novel Laskar Pelangi.
Andrea Hirata lahir pada 24 Oktober di Belitung. Sayang, dia
merahasiakan tahun kelahirannya. "Tahunnya confidential (rahasia),"
katanya kepada Radar Jogja (Grup Jawa Pos) di Kedai Kebun, Jogja.
Andrea yang memakai baju hitam bergaris-garis putih tipis hari itu (8/12)
berada di Jogja. Dia menjadi pembicara dalam diskusi Perempuan dan
Sastra di Pusat Studi Wanita (PSW) UGM.
Perjalanan karir dan proses kepengarangan Andrea agak unik. Setelah lulus
SMA pada 1992, Andrea memutuskan keluar dari Belitung. Dia naik kapal
laut menuju Jakarta. Dari ibu kota, dia malah terdampar di Bogor. Di kota
hujan Andrea menjadi tukang sortir surat di kantor pos setempat. "Waktu
itu namanya tenaga lepas harian atau TLH," kenangnya.
Pada 1993, berbekal uang hasil menabung selama menjadi TLH, Andrea
mengikuti ujian masuk perguruan tinggi (UMPTN). Dia memilih Fakultas
Ekonomi (FE) Universitas Indonesia (UI). Ternyata Andrea diterima.
Bahkan, dia bisa menyelesaikan masa studi hanya dalam 3,5 tahun. Andrea
pun lulus dengan menyandang predikat cum laude. "Kalau urusan sekolah,
saya memang serius karena dari dulu saya senang belajar," katanya.
Lulus dari FE UI, Andrea mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi master
of science di Université de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam
University, Inggris. Tesis Andrea di bidang telekomunikasi ekonomi
mendapat penghargaan dari dua universitas tersebut dan kembali lulus cum
laude.
"Sebenarnya ada tawaran lagi untuk mengambil S-3. Tapi, saya tolak.
Ketinggian. Saya khawatir nanti tidak bisa memberikan kontribusi yang
sepadan. S-2 saja sudah cukup tinggi," katanya. Karena itu, begitu S-2-nya
selesai, Andrea memilih kembali ke tanah air dan bekerja di PT Telkom.
Sebelum di Bandung, dia sempat berdinas di PT Telkom Surabaya selama
dua tahun.
Menjadi penulis sama sekali bukan cita-citanya. Jangankan menulis,
membaca karya-karya sastra saja, Andrea hampir tidak pernah. Dia lebih
menyukai buku-buku sains dan teknologi. "Baru satu karya sastra yang saya
baca," katanya. Karena itu, dia menolak dianggap sebagai sastrawan atau
penulis.
Laskar Pelangi sebetulnya juga bukan dimaksudkan untuk ditulis menjadi
sebuah novel. Itu sebuah memoar masa kecil Andrea ketika masih
bersekolah di sebuah SD di Belitung. Buku itu dia tulis untuk gurunya: Ibu
Muslimah Hafsari.
Satu ketika, kenang dia, Andrea dan teman-teman sekelas menunggu Bu
Muslimah di depan kelas. Waktu itu hujan sangat deras. Mereka
menunggu-nunggu dengan rasa cemas, takut sang guru idola tidak datang.
"Tiba-tiba dari sudut lapangan sekolah muncul beliau berjalan kaki sambil
berpayungkan daun pisang. Kami semua gembira melihat kedatangan beliau.
Dan, saat itu, dalam hati saya berjanji bahwa saya harus menulis tentang
beliau," cerita Andrea.
Sebagai karyawan PT Telkom yang sibuk, Andrea tak kunjung menulis
cerita untuk Bu Mus. Sampai suatu saat ketika baru pulang menjadi
relawan di Aceh, Andrea dikabari teman-temannya di Belitung bahwa Bu
Mus sakit keras. "Katanya sudah parah banget," tutur Andrea.
Mendengar kabar tersebut, Andrea ingat dengan janjinya beberapa tahun
lalu. Gejolak untuk memberikan penghargaan kepada gurunya pun kembali
meruap. Andrea akhirnya bersicepat menulis, berpacu dengan waktu
karena takut terjadi apa-apa dengan Bu Mus. Dalam waktu tiga bulan,
tulisan itu selesai. Tulisan itu kemudian diperbanyak untuk dibagi-bagikan
sesuai jumlah teman dan gurunya di Belitung. "Lalu saya jilid dan saya juga
kasih cover sendiri," tambah Andrea.
Mengapa cerita itu sampai menjadi novel yang sukses, menurut Andrea,
bukan suatu kesengajaan. Bermula ketika laptop Andrea tertinggal di
kamarnya. Andrea meminta salah seorang teman di Telkom
mengambilkannya. Saat mengambil laptop, teman itu melihat naskah Laskar
Pelangi di dalam kamar Andrea, Setelah membaca naskah tersebut, teman
Andrea terkesima dengan cerita di dalamnya. Diam-diam dia mengirimkan
naskah itu ke penerbit tanpa setahu Andrea.
Hingga, suatu hari, Andrea ditelepon pimpinan penerbit Bentang Gangsar
Sukrisno yang memuji naskah Laskar Pelangi dan berniat menerbitkannya.
"Naskah ini luar biasa. Tapi, Anda siapa?" kata Andrea menirukan
pertanyaan Sukrisno.
Misalnya, Gus TF Sakai, Seno Gumira Ajidarma, dan Cok Savitri.
"Dibanding mereka saya belum ada apa-apanya," ujar Andrea merendah.
Sukses Laskar Pelangi ternyata menarik minat produser film untuk
mengangkatnya ke layar lebar. Dari beberapa produser yang meminangnya,
Andre memilih Mira Lesmana dan Riri Reza sebagai sutradara film Laskar
Pelangi.
Andrea menyadari, banyak pembaca novelnya yang tidak setuju Laskar
Pelangi diangkat ke layar lebar. Sebab, ada kekhawatiran, filmnya tidak
akan seperti di buku. Bahkan, kata Andrea, dalam sebuah diskusi di
Bandung, sang moderator mengajukan pertanyaan kepada audien, siapa
yang tak setuju Laskar Pelangi difilmkan. "Hampir semua mengangkat
tangan," tuturnya.
Andrea bisa memahami kekhawatiran tersebut. Meski bakal banyak
mendapat tentangan dari para pembaca novelnya, Andrea bergeming
dengan keputusannya.
"Saya ingin dapat touch dari sineas yang punya perspektif lain terhadap
Laskar Pelangi. Sebab, ini kisah tentang semangat manusia. Dan, itu harus
terpajang jelas dalam film," katanya.
NOVEL Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mencatat sukses luar biasa.
Mungkin inilah novel paling fenomenal karya anak bangsa dalam sejarah
sastra Indonesia. Sejak diterbitkan September 2005 oleh Bentang, novel
itu sudah naik cetak hingga 17 kali dan terjual sekitar 200 ribu eksemplar.
Sukses itu juga diikuti dua novel berikutnya yang menjadi bagian dari
tetralogi Laskar Pelangi, yakni Sang Pemimpi dan Edensor. Satu novel lagi
adalah Maryamah Karpov. Novel terakhir itu sudah selesai ditulis, tapi
direncanakan baru terbit tahun depan.
Jika digabungkan, oplah tiga novel tersebut hampir 500 ribu kopi. Itu baru
di Indonesia saja. Sebab, Laskar Pelangi juga sudah dibeli oleh penerbit
buku di Malaysia. Di negeri jiran buku itu langsung menjadi best seller.
Setelah Malaysia, Singapura segera menyusul menerbitkan novel tersebut.
Laskar Pelangi juga sudah dilirik sebuah penerbit dari Spanyol untuk
diterbitkan di beberapa negara Eropa.
Seiring dengan kesuksesan Laskar Pelangi, nama Andrea Hirata pun
langsung melesat dalam jagat sastra Indonesia. Namanya menjadi
perbincangan. Andrea pun makin sibuk memenuhi berbagai undangn
talkshow, diskusi, bedah buku, maupun menerima penghargaan. Padahal,
sebelumnya tidak banyak orang tahu, siapa itu Andrea Hirata. Orang
Jepang? Laki-laki atau perempuan?
Sepintas namanya memang mirip nama orang dari negara Matahari Terbit.
Tapi, sejatinya dia asli Melayu, berasal dari Pulau Belitung (sekarang
masuk Provinsi Bangka Belitung). Kampung halamannya (dia lebih suka
menyebut Belitong) inilah yang menjadi setting novel Laskar Pelangi.
Andrea Hirata lahir pada 24 Oktober di Belitung. Sayang, dia
merahasiakan tahun kelahirannya. "Tahunnya confidential (rahasia),"
katanya kepada Radar Jogja (Grup Jawa Pos) di Kedai Kebun, Jogja.
Andrea yang memakai baju hitam bergaris-garis putih tipis hari itu (8/12)
berada di Jogja. Dia menjadi pembicara dalam diskusi Perempuan dan
Sastra di Pusat Studi Wanita (PSW) UGM.
Laskar Pelangi adalah memoar masa kecil Andrea Hirata. Berkisah tentang
10 anak SD Muhammadiyah Belitung yang kemudian dijuluki Laskar Pelangi
dalam memperoleh pendidikan. Guru mereka, Bu Muslimah, yang sangat
dihormati oleh Andrea sangat perhatian kepada murid-muridnya.
Jadi, peristiwa yang ditulis di novel tersebut adalah faktual, benar-benar
ada, meski peristiwanya terjadi puluhan tahun lalu. Andrea
menceritakannya dengan begitu detail.
"Bagi anak kecil, peristiwa yang traumatis akan sangat membekas sampai
kapan pun," katanya.
Beberapa pembaca mengaku sangat terinspirasi dengan novel ini. Terutama
oleh sosok Bu Guru Muslimah. Seorang perempuan aktivis Aisyiyah dalam
diskusi di PSW mengaku sangat terinspirasi oleh Bu Muslimah. Sampai-
sampai ketika memberikan pelatihan kepada guru-guru di desa, dia
menggunakan novel Laskar Pelangi sebagai referensi untuk menggugah
semangat para guru di sana.
Karena banyak pembaca yang menanyakan kelanjutan kisah tokoh-tokoh
dalam Laskar Pelangi, Andrea lalu membuat novel kedua Sang Pemimpi dan
ketiga Edensor dari empat novel yang dia rencanakan. Sambutan terhadap
dua novel itu juga luar biasa.
Edensor bahkan masuk dalam nominasi lima besar karya sastra terbaik
Katulistiwa Literaly Award (KLA) 2007. Andrea tidak menyangka novelnya
bakal masuk nominasi. "Bagi saya, masuk 10 besar saja sudah merasa
menang. Eh, sekarang malah lima besar," katanya.
Andrea memang bangga Edensor masuk nominasi KLA. Apalagi, saingannya
adalah para penulis yang memang sudah lama bergelut di dunia sastra.
Misalnya, Gus TF Sakai, Seno Gumira Ajidarma, dan Cok Savitri.
"Dibanding mereka saya belum ada apa-apanya," ujar Andrea merendah.
Sukses Laskar Pelangi ternyata menarik minat produser film untuk
mengangkatnya ke layar lebar. Dari beberapa produser yang meminangnya,
Andre memilih Mira Lesmana dan Riri Reza sebagai sutradara film Laskar
Pelangi
Download Full novel http://www.ziddu.com/download/2833278/Laskar_Pelangi__Full.pdf.html
Pemanfaatan Nilai-Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi pada Pembelajaran Sastra
Sebelum membahas pemanfaatan nilai-nilai pendidikan novel Laskar Pelangi dari sisi
pembelajaran, ada sebaiknya penulis uraikan terlebih dahulu sekilas hakekat karya sastra serta
pandangan pembelajaran sastra secara umum sebagai dasar pijakan untuk membahas
pemanfaatan nilai-nilai pendidikan novel Laskar Pelangi dari sisi pembelajaran. Pada
hakekatnya karya sastra pada setiap jenisnya mengandung kepekaan-kepekaan baik dari sisi
lambang bahasa yang digunakan maupun representasinya. Karya sastra sarat akan muatan
memetik dan gambaran lingkungan kehidupan masyarakat. Karena itu untuk menikmati karya
sastra harus dihayati dari relung hati yang mendalam, dan tidak hanya sekedar dipahami dari
unsur luarnya saja, seperti apa adanya yang dituliskan dalam hasil karya sastra (Grace, 1965:29).
Seiring dengan konsep dasar hakekat sastra tersebut, kurikulum KTSP memberikan landasan
mengenai tujuan pembelajaran sastra sebagai berikut: Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk
meningkatkan kemajuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi karya
sastra berkaitan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal dan kepekaan terhadap
masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup (KTSP SMK Muhammadiyah 2 Malang, 2006).
Seperti telah diuraikan di muka, mengenai kakekat karya sastra novel Laskar Pelangi sebagai
pada umumnya mengapstraksikan gambaran masyarakat. Oleh karena itu dalam menghayati dan
mengapresiasi novel tersebut tidak hanya sekedar dinikmati dari sisi luarnya saja, tetapi harus
dipahami secara mendalam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dari telaah pendidikan
karekter masing-masing tokoh, novel Laskar Pelangi akan dapat memberikan pelajaran pada
siswa, guru, wali murid maupun institusi pendidikan sebagai berikut.
Kekuatan novel ini terletak pada sentilan humanioa tentang pentingnya pendidikan sekolah dan
sekaligus kuatnya moral agama.
Novel Laskar Pelangi memberikan pelajaran pada siswa untuk lebih tekun dalam menuntut ilmu.
Pada kahehatnya seberapa tingkat keberhasilan siswa dapat ditentukan dari sejauh mana dia mau
berusaha. Di contohkan melaui tokoh Lintang. Dia menempuh jarak yang jauh dengan bersepeda
tetapi ia selalu yang pertama datang ke sekolah. Semua itu dengan adanya motivasi internal yang
muncul pada dirinya. Kita kembalikan pada kenyataan remaja sekarang ini, sudahkah tokoh
Lintang tersebut tertanam pada setiap generasi muda kita?
Novel Laskar Pelangi jua mengunggkap betulusan para pendidik dalam mengemban tanggung-
jawabnya. Dilukiskan dalam tokoh tersebut Bu Mus dan Pak Harfan. Sudahkah nilai-nilai luhur
dan pancasila termin oleh guru-guru kita saat ini? Sungguh sikap Bu Muslimah dan Pak Harfan
punya Nilai keluhuran yang tinggi. Dalam perjalanannya begitu banyak rintangan yang dihadapi
Bu Mus, tetapi ia dengan tegar tetap bertahan mengajar di SD bobrok. Kalau kita kembalikan
pada fakta-fakta saat ini mungkin hanya ada seribu satu yang memiliki nilai-nilai lugur dari
mereka.
Novel ini memberi suri tauladan bagi para orang tua murid untuk peduli terhadap keberhasilan
pendidikan. Ayah Lintang contohnya, ia tetap menyekolahkan anaknya meskipun keadaan
ekonomi keluarganya sulit dan jarak rumah dengan sekolah pun berpuluh-puluh kilometer yang
hanya ditempuh dengan sepeda. Kita bandingkan dengan kenyataan saai ini. Para orang tua
murid tidak peduli terhadap keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Mereka sibuk dengan
pekerjaan masing-masing sehingga anak-anak merekan terlantarkan. Kiranya novel Laskar
Pelangi ini dapat menjadi suri tauladan bagi mereka para orang tua murid. Kondisi fisik gedung-
gedung sekolah saat ini jauh lebih megah dari pada sekolah SD Muhammadiyah yang dilukiskan
dalam novel Laskar Pelangi di atas.
Namun demikian, sepertinya tidak sedikit dari mereka yang bisa mengoptimalkan fungsi dari
fasilitas yang ada. Kita bayangkan gambaran SD Muhammadiyah Bangunan yang seperti mau
roboh dan kalau malam jadi kandang kambing, Guru yang awalnya hanya tiga orang hingga
akhirnya tinggal satu orang, fasilitas yang serba kekurangan bahkan tidak ada sama sekali.
Sudahkan hal tersebut ada dalam diri kita masing-masing? Dengan demikian, marilah kita
sebagai gererasi penerus bangsa baik sebagai siswa, guru, wali murid, maupun lembaga-lembaga
yang peduli terhadap pendidikan saling berbenah diri. Saling menata dan intropeksi diri,
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan maksimal.
www,laskarpelangi.forumation.net 29 mei 2011
BIODATA DIRI
Nama : Khoirotul Mustabsyiroh
NIM : 073111101
Jurusan/Fakultas : PAI/Tarbiyah
Alamat : Desa Bulusari RT 02/RW 03
Kec. Sayung Kab. Demak
Nama Orang Tua
Ayah : Shofwan
Ibu : Rasminah
Alamat : Desa Bulusari RT 02/RW 03
Kec. Sayung Kab. Demak
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Semarang, 25 Nopember 2011
Penulis,
Khoirotul Mustabsyiroh
NIM. 073111101
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Khoirotul Mustabsyiroh
Tempat/ Tanggal Lahir : Demak, 11 Mei 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Alamat : Desa Bulusari RT 02/RW 03
Kec. Sayung Kab. Demak
Riwayat Pendidikan
1. MI Islamiyyah Bulusari Lulus Tahun 2001
2. MTs Darul Ulum Bulusari Lulus Tahun 2004
3. MA Futuhiyyah 2 Mranggen Lulus Tahun 2007
4. IAIN Walisongo Angkatan 2007
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 25 Nopember 2011
Penulis,
Khoirotul Mustabsyiroh
NIM. 073111101