Post on 14-Mar-2019
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENILAIAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH
(Studi Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Bekasi Timur)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
ZAKKY NOER MUALAM 106046101573
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010
ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENILAIAN
PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH
(Studi Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Bekasi Timur)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy)
Oleh:
Zakky Noer Mualam NIM: 106046101573
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof.Dr.Hj. Huzaemah Tahido, M.A. NIP. 194512301967122001
Pembimbing II
Dwi Nur’aini Ihsan, SE.,MM.
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Pembiayaan Pada Bank Syariah (studi pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Bekasi Timur) telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 24 September 2010 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP.195505051982031012
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Dr. Euis Amalia, M. Ag. (.....................)
NIP. 197107011998032002
2. Sekertaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH. (.....................)
NIP. 197407252001121001
3. Pembimbing I : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, M. A. (.....................)
NIP. 194512301967122001
4. Pembimbing II : Dwi Nur’aini Ihsan, SE., MM. (.....................)
5. Penguji I : Dr. H. Abdurahman Dahlan, MA. (.....................)
NIP. 195811101988031001
6. Penguji II : Drs. Heldi, M.A (.....................)
NIP. 196304141993031002
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Ramadhan 1431 H 01 September 2010 M
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya,
shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya,
Muhammad SAW. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penilaian Pembiayaan Pada Bank
Syariah ( Studi pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Bekasi Timur)”,
maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag., MH,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat.
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, M.A. dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, SE., MM
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya di
tengah-tengah kesibukan beliau untuk membimbing dan membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen serta segenap Civitas Akademika Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
5. Pihak PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Bekasi Timur khususnya Ibu
Yatni Risjka, Bapak Taufik dan Bapak Awang yang telah banyak membantu
penulis dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda “Alm. M. Amin”, atas jasa, semangat,
perhatian dan kepedulian yang dilakukannya sampai akhir hayatnya. Dan Ibunda
“Nurhaeni Amin”, melalui setiap pesan, semangat dan perhatian yang
diberikannya khususnya sebagai pengganti Ayah, yang selalu memberikan
cahaya inspirasi dalam melewati setiap langkah kehidupanku. Tak lupa Kakakku
“Yusuf Noer Mualam, Aisyah Noer Mualam dan Adikku Rizki Hidayah Noer
Mualam” yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis dalam serta mendoakan
penulis dalam pembuatan skripsi ini, berkat kalianlah penulis termotivasi untuk
segera menyelesaikan skripsi ini.
7. Seseorang yang selalu memberikan motivasi dan perhatian bagi penulis, “De
Aham”. Sahabat-sahabatku satu perjuangan, keluarga besar PS A, Ahmad
Saputra, Suhrowardi, Abdul Hafid, M. Ismail, Iksan Panji, Bashir, Faiz, Dhe-dhe,
Doel, Rico, Toyyib, Rikza, Zul, Ali, Hasan, Ozan, Bidu, Fitroh, Gunawan, Fauzi,
Lukman, Syahrul, Dedi, Nasir, Agung, Obi, Ahda, Rizky, Satria, Zams, Mia
Hasanah, Ofi, Vivi, Nisa, Eva, Putri, Teti, Rina, Aida, Echa, yang telah
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dan Teman-teman
mahasiswa Perbankan Syariah Angkatan 2006, PS B, C dan D yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
vi
8. Penghuni kosan tempat penulis menghabiskan sebagian besar waktunya dalam
pengerjaan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini
dan tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua masukan dan bantuannya
kepada penulis. Semoga diberkahi dan semoga kiranya skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.
Semoga segala budi baik dari semua pihak tersebut diterima oleh Allah SWT
serta mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan semua pihak yang memerlukannya. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehubungan dengan berbagai keterbatasan
kemampuan penulis, baik kemampuan akademik maupun dalam kemampuan teknik
penulisan. Sehubungan dengan itu, penulis sangat berharap kritik membangun, saran
dan masukan dari pembaca.
Jakarta, 15 Syawal 1431 H 24 September 2010 M
Penulis
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...v
DAFTAR ISI………………………………………………………………….....viii
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………….1
A. Latar Belakang Masalah………………………………...……1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………...5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………….....5
D. Kajian Pustaka.................………………………………….....7
E. Metodologi Penelitian..............…………………………….....8
F. Sistematika Penulisan………………………………….….....11
BAB II : KERANGKA TEORI……………………………………………15
A. Pengertian Pembiayaan.................................………………...15
B. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan...............................................19
C. Analisis Penilaian Pembiayaan dan Tujuan Pembiayaan........20
D. Prinsip Analisis Pembiayaan....................…………………...23
E. Prosedur Analisis Pembiayaan………………………………27
BAB III : GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH……………………..33
A. Sejarah Singkat dan Perkembangan Bank Syariah.........……33
B. Profil Perusahaan Bank Syariah Mandiri...........……………36
C. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri....……………………..36
viii
ix
D. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri....………………37
E. Bidang Usaha dan Produk-produk Bank Syariah Mandiri.....38
BAB IV : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENILAIAN PADA BANK SYARIAH………………………47
A. Tahap Penilaian Di Bank Syariah Mandiri.....................…....50
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penilaian Pembiayaan Di
Bank Syariah Mandiri………………....................................56
BAB V : PENUTUP………………………………………………………82
A. Kesimpulan………………………………………………….82
B. Saran………………………………………………………...85
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….86
LAMPIRAN……………………………………………………………………88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagi lembaga keuangan syariah seperti perbankan syariah, bank
perkreditan rakyat syariah (BPRS), baitul mal wat tamwil (BMT) selaku
penyedia jasa keuangan syariah, pemberian fasilitas penyediaan dana kredit atau
lebih sering dikenal dengan istilah ”pembiayaan” merupakan tugas pokok
lembaga tersebut, karena tugas pokok dari lembaga keuangan bank selain
menghimpun dana dari masyarakat, ialah menyalurkan kembali dana tersebut
kepada masyarakat yang membutuhkan dana melalui mekanisme pembiayaan.
Dua fungsi utama dari perbankan adalah pengumpulan dana dan
penyaluran dana. Penyaluran dana yang terdapat di bank konvensional dengan
yang terdapat di bank syariah mempunyai perbedaan yang esensial, baik dalam
hal nama, akad, maupun transaksinya.
Dalam perbankan konvensional penyaluran dana ini dikenal dengan nama
kredit sedangkan diperbankan syariah adalah pembiayaan. Berbeda dengan
pengertian kredit yang mengharuskan debitur mengembalikan pinjaman dengan
pemberian bunga kepada bank, maka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
pengembalian pinjaman dengan bagi hasil berdasarkan kesepakatan antara bank
dan debitur. Misalnya, pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk
2
membeli barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk
mendapat jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerjasama yang
ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus.
Muhammad dalam referensinya menyebutkan bahwa istilah pembiayaan
dibagi menjadi dua sub-topik, yaitu : pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan
investasi. kedua jenis pembiayaan tersebut terlebur dalam berbagai produk bank
syariah, seperti mudharabah, musyarakah, murabahah dan lain-lain.1
Pembiayaan tersebut dapat diberikan melalui beberapa mekanisme atau
prosedur pemeriksaan (penilaian) yang ditujukan untuk menilai kelayakan dari
suatu pembiayaan yang diajukan oleh nasabah.
Penilaian pembiayaan dilakukan untuk menghindari masalah-masalah
dalam kredit atau pembiayaan. Seperti yang disebutkan Julius Latumaerissa
dalam bukunya bahwa penilaian yang dimaksud meliputi penilaian kulitatif dan
penilaian kuantitatif.2
Peran penilaian pembiayaan sangat penting bagi bank, ini merupakan
proses yang wajib dilakukan, karena dengan penilaian inilah nantinya diputuskan
untuk memberi atau tidak memberi pembiayaan kepada nasabah.
Dalam melakukan evaluasi permintaan pembiayaan, seorang analisis
pembiayaan akan meneliti berbagai faktor yang diperkirakan dapat
1 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, ( Yogyakarta : UKP AMP YKPN, 2005) h.60
2Julis R Latumaerissa,. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum. (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), h.46.
3
mempengaruhi kemampuan dan kesediaan calon nasabah untuk memenuhi
kewajibannya kepada bank.
Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan
pembiayaan akan diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang
kelangsungan usaha bank. Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan
menimbulkan permasalahan dan berhentinya usaha bank .
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syariah
yang baik sehingga penyaluran dan atau dalam hal ini pembiayaan kepada
nasabah bisa efektif dan efisien sesuai dengan tujuan dari perusahaan maupun
syariat Islam itu sendiri.
Pembahasan mengenai pembiayaan, meliputi berbagai macam produk, itu
semua hanya merupakan alternatif pemilihan jenis pembiayaan bagi nasabah.
Dalam prakteknya, pihak bank dengan wewenangnya sendiri mengatur
mengenai penilaian kelayakan pembiayaan ini dengan berbagai macam prosedur
yang berlaku dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah pemohon
pembiayaan.
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam prosuder analisis
pembiayaan, aspek-aspek penting dalam pembiayaan yang perlu dipahami oleh
pengelola bank syariah.
Dalam proses penilaian ini, banyak aspek yang akan dinilai dan menjadi
pertimbangan pihak bank, dalam melalukan penilaian ini, pihak bank biasanya
4
menggunakan beberapa macam, pendekatan yang digunakan untuk analisis
penilaian pembiayaan.
Ada beberapa pendekatan analisis pembiayaan yang dapat dilakukan oleh
para pengelola bank syariah, yaitu 3:
1. Pendekatan jaminan.
2. Pendekatan karakter.
3. Pendekatan kemampuan pelunasan.
4. Pendekatan dengan study kelayakan.
5. Pendekatan fungsi-fungsi di bank.
Hal inilah yang menjadi pembahasan bagi penulis, bagaimana tahap
penilaian pembiayaan yang berlaku secara umum di aplikasikan oleh pihak
lembaga keuangan syariah tersebut dan dengan menggunakan pendekatan
analisis diatas diimplementasikan kedalam faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi proses penilaian tersebut.
Melalui latar belakang ini, penulis kemudian tertarik untuk meneliti dalam
tugas skripsinya tentang tahap penilaian, faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam menilai pembiayaan di bank syariah serta dasar dan pertimbangan pihak
bank syariah dalam penggunaan faktor-faktor tersebut. Dengan penelitian
tersebut dapat diketahui kecenderungan bank syariah dalam memberikan
pembiayaan melalui faktor yang mana.
3 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.60.
5
Dengan demikian penulis memberi judul dalam tugas skripsinya ini yaitu
“Analilsis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penilaian Pembiayaan Pada
Bank Syariah” (Studi Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Bekasi Timur)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan dalam latar belakang masalah di atas, maka
penulis membatasi permasalahan diatas sebagai berikut :
1. Tahap penilaian pembiayaan di Bank Syariah Mandiri.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian pembiayaan di Bank Syariah
Mandiri.
Agar lebih terarah, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tahap penilaian pembiayaan di Bank Syariah Mandiri?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penilaian pembiayaan di Bank
Syariah Mandiri?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana tahap penilaian pembiayaan di Bank Syariah
Mandiri.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penilaian
pembiayaan di Bank Syariah Mandiri.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah :
6
1. Secara Akademik
Sebagai aset pustaka yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh
kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiswa, dalam upaya
memberikan pengetahuan, informasi, dan sebagai proses pembelajaran
mengenai studi penilaian kelayakan pembiayaan di salah satu bank syariah.
2. Secara Praktek
a. Bagi penulis, dengan penelitian ini penulis dapat menambah wawasan
dan mendapat pengalaman berharga guna mengetahui sinkronisasi antara
teori yang diajarkan sewaktu kuliah dengan praktek aplikasinya pada
bank.
b. Baga kalangan umum, dengan penelitian ini dapat memberi informasi
mengenai faktor-faktor yang akan dinilai dalam mengajukan pembiayaan,
sehingga dapat melakukan berbagai macam persiapan sebelum
mengajukan pembiayaan di bank syariah agar permohonan pembiayaan
tersebut nantinya dapat disetujui.
c. Bagi lembaga, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
kepada bank yang bersangkutan dalam proses penilaian kelayakan
pembiayaan kedepannya.
7
D. Kajian Pustaka
Untuk mendukung materi dalam penelitian ini, berikut akan dikemukakan
beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh:
NO NAMA/JUDUL/TAHUN ISI SKRIPSI BEDA DENGAN
PENULIS
1
M. Zally Ridha Faisal /
Analisi Rasio Keuangan
Dalam Mendukung
Kelayakan Pembiayaan”
(Study Kasus Pada Bank
BRI Syariah Cabang
Yogyakarta) / Skripsi S1
Ekonomi Islam, STAIN
Surakarta-SEM Institute
Yogyakarta /2008.
Hasil penelitian tersebut
menjelaskan bahwa
Bank BRI Syariah
Cabang Yogyakarta
dalam melakukan
penilaian kelayakan
pembiayaan telah
menggunakan analisis
rasio dalam menilai
laporan keuangan
nasabah pemohon dalam
melakukan proses
penilaian pembiayaan.
Dari hasil analisis rasio
laporan keuangan
tersebut dapat diberi
keputusan bahwa
perusahaan tersebut
layak diberi pembiayaan
oleh Bank BRI Syariah
Cabang Yogyakarta
Jika dalam
penelitian M.
Zally Faisal yang
diteliti ialah aspek
kuantitatif dengan
hanya menilai
laporan keuangan
perusahaan untuk
kemudian dinilai
layak atau
tidaknya diberi
pembiayaan,
sementara penulis
ingin mengetahui
beberapa faktor
yang dapat
mempengaruhi
penilaian
pembiayaan pada
bank syariah.
8
2
Elis Nuryani / Tinjauan
Hukum Islam dan Hukum
Positif Terhadap
Penggunaan Jaminan di
Pegadaian Syariah” (Study
Pada Pegadaian Syariah
Cabang Pondok Aren
Tangerang Banten). Skripsi
S1 Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta / 2006.
Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa
penggunaan jaminan
dalam lembaga
keuangan, dalam hal ini
Pegadaian Syariah, telah
sesuai dengan hukum
positif yakni pasal 1150
dan 1157 ayat 1 dan 2
KUH Perdata. Dan
sesuai dengan hukum
islam yang
membolehkan
penggunaan jaminanbagi
orang yang ingin
berhutang kepada orang
lain dengan syarat
barang yang dijaminkan
ialah barang tidak
bergerak.
Pada penelitian
Elis Nurlina yang
diteliti ialah aspek
kualitatif yakni
penggunaan
jaminan dalam
transaksi
pinjaman di
lembaga
keuangan,
sementara penulis
ingin mengetahui
beberapa faktor
yang dapat
mempengaruhi
penilaian
pembiayaan pada
bank syariah.
E. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Bekasi Timur Ruko Kalimas Blok C-5 Jl. Chairil Anwar Bekasi.
9
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis ialah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif ialah penelitian yang menghasilkan prosedur
analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara
kuantitatif lainnya.4
Dengan kata lain deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari orang-
orang yang berkompeten di bidangnya.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang secara langsung diambil dari obyek
penelitian Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Bekasi Timur yaitu
wawancara dengan Ibu Yatni Risjka sebagai Kepala Cabang Pembantu
dan Bapak Taufik Nugraha sebagai Marketing di Bank Syariah Mandiri
Cabang Pembantu Bekasi Timur.
b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data-data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung tetapi melalui media perantara (diperoleh oleh
pihak lain).5
4 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2006), h.6.
5 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung, ALFABETA, 2007), h.156.
10
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan penulis ialah
studi kepustakaan (Library Reseach) yaitu dengan mempelajari buku
kepustakaan, literatur, buletin, majalah serta materi kuliah yang berkaitan
erat dengan pembahasan dan studi dokumentasi yaitu menggunakan data-
data tentang profil perusahaan Bank Syariah Mandiri
4. Teknik Pengumpulan Data
Didalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan
dengan menggunakan beberapa teknik tertentu, yaitu:
a. Wawancara
Penulis menggunakan tehnik wawancara tidak terstruktur, dalam artian
melakukan tanya jawab dengan responden sesuai dengan kebutuhan data
hanya untuk mencocokan dengan teori yang ada.
5. Teknik Pengolahan Data
Dalam penulisan, data yang didapat akan diolah dengan menggunakan
teknik Editing, yaitu mengedit data yang didapat secara mentah untuk
kemudian dipilih data yang akan dimasukkan dalam penulisan penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode analisis
deskriptif.
11
Analisis deskriptif ialah analisis yang bertujuan untuk menggambarkan
atau mendeskripsikan data yang diperoleh, data yang diperoleh berupa kata-
kata, gambar dan bukan angka-angka.6
7. Kerangka Pemikiran
Pengajuan Pembiayaan
Analisis Pembiayaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian pembiayaan
Setiap pengajuan pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah akan
diproses oleh pihak bank dengan melakukan analisis penilaian pembiayaan
untuk menghasilkan keputusan pembiayaan. Dari hasil analisis tersebut, dapat
diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penilaiaan pembiayaan di
bank syariah tersebut.
8. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”
F. Sistematika Penulisan
Sedangkan dalam sistematika penyusunan proposal penelitian ini, penulis
membagi dalam lima bab, dengan rincian sebagai berikut :
6 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.11.
12
BAB I : PENDAHULUAN
Untuk mengantarkan pembaca kepada awal mula dilakukan
penelitian ini, maka pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat
mengenai latar belakang penulis melakukan penelitian dengan tema
atau topik yang di angkat, dari latar belakang itu lalu disebutkan
perumusan masalah untuk kemudian diketahui batasan-batasan dari
permasalahan yang diangkat.
Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai maksud dan tujuan
dilakukan penelitian ini oleh penulis, serta metodologi penelitian dan
sistematika penulisan yang digunakan penulis dalam menyusun karya
ilmiah ini.
BAB II : LANDASAN TEORI
Untuk lebih mendekatkan pembaca kepada isi pembahasan, maka
penulis menyajikan kajian kepustakaan yang berupa landasan teori
yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dengan pembahasan
dengan tujuan untuk memahami dan menafsirkan data yang akan
disajikan.
Secara singkat akan diuraikan mengenai pengertian pembiayaan,
tujuan dan fungsi pembiayaan, analisis penilaian pembiayaan,
prinsip, dan prosedur pembiayaan.
13
BAB III : GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Untuk lebih mendekatkan pembaca kepada pembahasan, maka pada
bab ini penulis menjelaskan mengenai objek penelitian yang
dilakukan oleh penulis yang menggambarkan akan objek penelitian
yaitu Bank Syariah Mandiri yang berisi tentang mengenai sejarah dan
perkembangan Bank Syariah Mandiri cabang Bekasi, visi dan misi,
produk-produk, manajemen dan struktur organisasi.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Untuk menjelaskan akan hasil dari penelitian yang dilakukan, maka
pada bab ini penulis menjelaskan mengenai data hasil penelitian
berupa deskripsi data berkenaan dengan permasalahan yang diangkat
dalam penelitian yaitu seputar tentang tahap penilaian dan faktor-
faktor yang mempengaruhi penilaian pembiayaan yang berlaku di
bank syariah tersebut. Analisis hasil penelitian merupakan usaha
penulis dalam mencapai tujuan dari penelitian ini.
BAB V : PENUTUP
Pada bab akhir dalam penelitian ini akan disebutkan mengenai
kesimpulan yang ditarik dari uraian yang dijelaskan pada bab
sebelumnya yang berkaitan dengan pokok permasalahan sekaligus
untuk menjawab perumusan masalah yang disebutkan di awal
pembahasan yaitu mengenai tahap penilaian dan faktor-faktor yang
14
mempengaruhi penilaian pembiayaan yang berlaku di Bank Syariah
Mandiri.
Dari kesimpulan yang diambil, penulis akan mengemukakan saran
dengan tujuan memberi masukan kepada Bank Syariah Mandiri
dalam hal penilaian kelayakan pembiayaan kedepannya.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Pembiayaan
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa bank lainnya.1 Selain itu bank juga mempunyai kegiatan utama
sebagai lembaga intermediasi dan pengawasan.
Dalam hal kegiatan usaha bank tersebut dapat dijabarkan salah satunya
ialah memberikan kredit kepada nasabah yang membutuhkan. Kredit atau bahasa
lainnya ialah pinjaman. Kredit ini diberikan oleh pihak bank dengan sararan
kepada masyarakat luas yang termasuk kedalam nasabah dari bank tersebut.
Dalam perbankan syariah, istilah kredit ini dinamakan dengan istilah
pembiayaan. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan
pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada
nasabah.
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah didefinisikan sebagai penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
1 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta : PT Raja Graffindo Persada, 2002), h.3.
15
16
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.2
Dalam referensi lain disebutkan bahwa pembiayaan atau financing, yaitu
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga atau
dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan.3
Definisi diatas erat kaitannya dengan bisnis, karena pembiayaan selalu
berkaitan dengan aktivitas bisnis yaitu aktivitas yang mengarah pada peningkatan
nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan
barang. Peningkatan atau pengembangan tersebut dapat didukung dengan
dilakukannya proses pembiayaan.
Menurut Sunarto Zulkifli dalam bukunya Panduan Praktis Transaksi
Perbankan Syariah, pembiayaan itu dibagi menjadi dua, yaitu pembiayaan
konsumtif dan pembiayaan produktif
“Dengan definisi bahwa pembiayaan konsumtif ialah pembiayaan yang
diberikan untuk pembelian maupun pengadaan barang tertentu yang tidak
2 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2010), h.463.
3 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2005), h.17.
17
digunakan untuk tujuan usaha, sementara pembiayaan produktif ialah pembiayaan
yang diberikan untuk kebutuhan usaha”.4
Dari kedua jenis pembiayaan itu, pembiayaan produktif terbagi menjadi
dua menurut keperluannya, yaitu :5
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi,
maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi
dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu
barang.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan
itu.
Ketiga jenis pembiayaan tersebut terlebur dalam beberapa produk yang
dihasilkan, produk-produk pembiayaan tersebut diantaranya ialah :6
1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
antara bank dan nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (Bank)
menyediakan sebagian besar modal pada suatu usaha yang disepakati.
4 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbakan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim,
2003), h. 61.
5Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta : Azka Publisher, 2009), h.234.
6 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.22.
18
2. Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui
kerjasama usaha antara bank dengan nasabah dimana modal usaha berasal
dari kedua belah pihak. Dalam pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan
risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi sharing modal masing-
masing.
3. Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang
pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak
bank selaku penjual, dan nasabah selaku pembeli.
4. Pembiayaan Salam adalah pembiayaan dimana bank melakukan pemesanan
barang sudah jadi kepada nasabah dengan pembayaran sekaligus di muka..
5. Pembiayaan Istishna adalah pembiayaan dimana bank melakukan
pemesanan barang yang dipesan oleh nasabah dengan harga yang disepakati
kedua belah pihak dan dengan pembayaran bertahap di muka.
6. Pembiayaan Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan
atas barang/jasa yang disewakan. Jika jual beli objek transaksinya adalah
barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan
pembiayaan akan diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang
kelangsungan usaha bank. Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan
menimbulkan permasalahan dan berhentinya usaha bank .
19
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syariah
yang baik sehingga penyaluran dana atau dalam hal ini pembiayaan kepada
nasabah bisa efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya.
B. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
1. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan
kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. 7
Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya
pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk
menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-
barang dan jasa-jasa.
2. Fungsi pembiayaan
Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis
perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang
aman, diantaranya :8
a. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem
bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
7 Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, 2009, Manajemen operasional Bank Syariah, ,
(Cirebon : STAIN Press.), hal. 68
8 Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, 2009, Manajemen operasional Bank Syariah, hal. 68
20
b. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional
karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank
konvensional.
c. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan
oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang
dilakukan
C. Analisis Penilaian Pembiayaan dan Tujuan Penilaian Pembiayaan
Dalam praktek dunia perbankan, pemberian fasilitas pembiayaan yang
dilakukan oleh lembaga keuangan syariah harus melalui prosedur yang telah
ditetapkan oleh lembaga tersebut untuk menghindari resiko pembiayaan.
Sebelum fasilitas pembiayaan diberikan, maka bank harus merasa yakin
bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali. Oleh karena itulah
dibutuhkan proses penilaian terhadap pengajuan pembiayaan oleh nasabah. Proses
penilaian tersebut dilakukan dengan tujuan menyetujui atau tidak permohonan
pembiayaan yang diajukan oleh nasabah.
Sunarto Zulkifli dalam bukunya menyebutkan bahwa keputusan
pembiayaan harus didasarkan pada penilaian terhadap seluruh pembiayaan yang
sedang dan akan dinikmati pemohon secara bersamaan, pemohon tersebut
21
meliputi seluruh perusahaan dan perorangan yang terkait dengan pemohon, yang
sedang dan akan menikmati fasilitas pembiayaan dari bank.9
Penilaian pembiayaan oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara
untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur
penilaian yang benar dan sungguh-sungguh.
Adalah penting bagi bank untuk menjajaki tentang willingness atau
kemauan membayar kembali dari calon peminjam serta ability atau kemampuan
untuk membayar kembali utangnya. Bank harus dapat diyakinkan bahwa
peminjam secara sungguh berkemauan untuk membayar kembali pinjamannya.
Oleh karena itulah dibutuhkan proses penilain sebelum memberi persetujuan
pembiayaan.
Secara teoritis, pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh pihak bank
tidak memiliki resiko kredit macet yang cukup tinggi karena pembiayaan
dilakukan atas hukum-hukum syariah, namun sering kali dalam pelaksanaannya
sistem ini juga masih mengandung resiko kredit macet, yang disebabkan nasabah
yang mengajukan permohonan pembiayaan ternyata tidak layak diberi
pembiayaan. Oleh karena itulah dibutuhkan suatu proses penilaian pembiayaan
oleh bank sebelum memutuskan untuk memberikan atau tidak pembiayaan
tersebut.
9 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta : Azka Publisher, 2009),
h.253-254.
22
Dalam melakukan evaluasi permintaan pembiayaan, seorang analisis
pembiayaan akan meneliti berbagai faktor yang diperkirakan dapat
mempengaruhi kemampuan dan kesediaan calon nasabah untuk memenuhi
kewajibannya kepada bank.
Proses analisis pembiayaan ialah proses wajib yang harus dilakukan oleh
pihak bank sebelum memberi pembiayaan kepada nasabah. Dapat dijabarkan
analisis pembiayaan merupakan langkah penting untuk realisasi pembiayaan bank
syariah.
Julius Latumaerissa menjelaskan dalam bukunya bahwa proses penilaian
pembiayaan itu disesuaikan dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku di bank
untuk sampai pada satu keputusan, disetujui atau tidak permohonan yang
diajukan.10
Dalam melakukan penilaian, kriteria-kriteria serta aspek penilaian dan
ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian yang berlaku
pada setiap bank.11
Secara garis besar analisis pembiayaan yang dilakukan oleh pihak bank
dimaksudkan dengan tujuan :12
1. Menilai kelayakan usaha calon peminjam
10 Julis R Latumaerissa,. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum. (Jakarta : Bumi
Aksara, 1999), h.43.
11 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h.117.
12 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.59.
23
2. Menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan
3. Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.
D. Prinsip Analisis Pembiayaan
Dalam melakukan penilaian pembiayaan, ada standar atau prinsip yang
secara umum digunakan pihak bank. Secara garis besar prinsip diartikan sebagai
sesuatu yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu tindakan.
Prinsip penilain pembiayaan secara umum yang dilakukan oleh bank ialah
dengan menggunakan analisis 5 C (Character, Capacity, Capital, Condition,
Collateral). Prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Character.
Character adalah sifat atau karakter nasabah peminjam.13
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima
pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa
penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.
Sifat atau watak dari seorang peminjam harus benar-benar dapat dipercaya.
Untuk dapat mengetahuinya dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik
itu yang bersifat pekerjaan maupun pribadi, seperti cara atau gaya hidup,
keadaan keluarga, hobi, dan lain-lain. Character seseorang dapat
menyebabkan keputusan beralih dari setuju atau menolak. Kejujuran integritas
peminjam adalah yang paling utama.
13 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.60.
24
Jophie Jusuf dalam bukunya menjelaskan bahwa karakter dari peminjam harus
menjadi pertimbangan pertama, bila ada keraguan akan integritas dan itikad
baik dari peminjam, akan menjadi pertimbangan untuk menolak pengajuan
pembiayaan tersebut.14
2. Capacity.
Capacity adalah kemampuan nasabah dalam membayar pinjaman.15
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan
untuk melakukan pembayaran. Bank harus dapat diyakinkan bahwa peminjam
secara sungguh berkemauan dan berkemampuan untuk membayar kembali
pinjamannya. Kapasitas ialah ukuran bagi kekayaan yang ada dan penghasilan
di masa lampau serta kemampuan menghasilkan di masa datang.16 Dengan
kata lain, suatu ukuran yang menyeluruh terhadap kekayaan dan
pendapatannya dimasa lampau, sekarang dan kelak. Jumlah seluruhnya
dibandingkan dengan semua hutang dan kewajibannya terhadap semua orang
yang hidupnya tergantung kepadanya. Capacity sering juga disebut dengan
nama Capability.
14 Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk Account Officer, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), h.282.
15 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h.118.
16 Julis R Latumaerissa,. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum. (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), h.58.
25
3. Capital.
Capital diartikan sebagai besarnya modal yang diperlukan peminjam.17
Namun Kasmir dalam referensi lain menyebutkan bahwa capital tidak hanya
melihat besarnya modal yang dibutuhkan peminjam, tetapi analisis capital
juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini,
termasuk presentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang
akan dijalankan, berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman.18
4. Condition.
Condition disini dimaksudkan ialah kondisi ekonomi, sosial dan politik yang
berkembang pada waktu tersebut. Bank syariah harus melihat kondisi
ekonomi yang terjadi di masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan
dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal
tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya
usaha calon penerima pembiayaan.
Penemuan-penemuan baru yang cepat dibidang teknik bisa menjadi awal
perkembangan ekonomi. Hal itu akan mengakibatkan pembiayaan tidak akan
baik jalannya pada suatu ketika di masa mendatang. Penilaian kondisi atau
prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek
17 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.60.
18 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h.118.
26
yang baik, sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut bersamasalah relatif
kecil.
5. Collateral.
Collateral ialah jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada
pihak bank.19
Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko
kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai
pengganti dari kewajiban.
Jaminan tersebut dapat bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya
melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti
keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka
jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secapat mungkin.
Sering collateral diadakan untuk mengimbangi sesuatu kelemahan pada salah
satu atau beberapa “C” lainnya. Akan tetapi ia tidaklah dapat menggantikan
salah satu atau beberapa unsur tersebut, salah satunya ialah character.
Jophie Jusuf dalam bukunya menekankan bahwa jaminan bukanlah pengganti
character.20
Dengan mengutamakan collateral dan meremehkan character dan capacity,
sebuah bank akan mengalami kesulitan. Dengan memperhatikan kedua unsur
19 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.60.
20 Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk Account Officer, h.282.
27
tersebut, maka collateral akhirnya mungkin bisa habis sampai tak ada
harganya sama sekali. Dapat ditekankan bahwa jaminan bukanlah pengganti
character.
Oleh karena itu, prinsip pembiayaan tersebut harus digunakan utuh
sepenuhnnya, tidak hanya mengandalkan satu atau beberapa prinsip tersebut agar
tidak terjadi kemungkinan-kemungkinan terburuk akibat tidak terpenuhinya
kelima unsur “C” tersebut.
Prinsip 5 “C” ini terkadang di tambahkan dengan 1 C yaitu Constraint
yaitu hambatan-hambatan yang mungkin mengganggu kegiatan usaha. Untuk
bank syariah, dasar analisis 5 “C” belumlah cukup, sehingga perlu
memperhatikan kondisi sifat amanah, kejujuran dan kepercayaan dari masing-
masing nasabah.
Hal inilah yang membedakan bank konvensional dengan bank syariah, dan
menjadi pembahasan untuk diteliti bagaimana bank syariah menilai nasabah
dalam hal sifat, seperti amanah, kejujuran dan kepercayaan.
E. Prosedur Analisis Pembiayaan
Prosedur pemberian kredit atau pembiayaan maksudnya ialah tahap-tahap
yang harus dilalui sebelum sesuatu pinjaman diputuskan untuk dikucurkan.
Tujuannya ialah untuk mempermudah bank dalam menilai kelayakan suatu
permohonan pinjaman.
28
Prosedur pemberian dan penilaian pinjaman oleh dunia perbankan secara
umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang
menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari bagaimana cara-cara bank
tersebut menilai serta persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan
masing-masing bank.
Secara umum prosedur pemberian pembiayaan ialah sebagai berikut :
1. Pengajuan berkas.
Dalam hal ini nasabah pemohon mengajukan permohonan pembiayaan
yang dituangkan dalam bentuk suatu proposal dan kemudian dilampirkan
dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Proposal ini berisi analisa
dari suatu usulan pembiayaan.
Secara garis besar proposal pembiayaan berisi hal-hal sebagai berikut :21
a. Tujuan pembiayaan
Tujuan dari usulan pembiayaan harus dijabarkan dengan jelas sejak
awal agar pendekatan logis terhadap data yang akan dikaji dapat
tercapai. Tujuan pembiayaan menguraikan tentang :
1) Besarnya kebutuhan fasilitas pembiayaan yang diajukan
2) Kegunaan fasilitas pembiayaan yang diajukan.
3) Jangka waktu dari fasilitas pembiayaan yang diajukan
21 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.65.
29
b. Latar belakang calon nasabah
Latar belakang berisikan informasi kualitatif mengenai nasabah.
Informasi yang dimaksud meliputi :
1) Identitas nasabah
2) Karakter nasabah
c. Kondisi usaha
d. Analisa keuangan calon nasabah
e. Analisa jaminan
Analisis agunan atau barang jaminan yang dijamin nasabah harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Marketability dan nilai agunan.
2) Ciri khusus dari barang agunan.
f. Analisa risiko pembiayaan
Pada analisis risiko pembiayaan. Diperlukan penjabaran mengenai
kemungkinan jenis dan tingkat risiko yang dapat terjadi pada nasabah
dan sejauh mana risiko tersebut dapat membahayakan prospek
pelunasan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank.
g. Kesimpulan dan rekomendasi
Kesimpulan dari seluruh hasil analisis harus bersifat ringkas dan jelas,
dan memuat rekomendasi atas kebijaksanaan yang diusulkan untuk
ditempuh oleh bank.
30
Setiap proposal akan dianalisis dengan teliti. Bila memenuhi syarat, baru
diadakan dokumentasi (pengikatan).22
2. Penelitian data.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah
lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar, termasuk menyelidiki
keabsahan berkas.
3. Wawancara awal
Merupakan penyidikan kepada calon peminjam langsung berhadapan
dengan calon peminjam. tujuannya adalah untuk meyakinkan bank apakah
berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank
inginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan
nasabah yang sebenarnya.
4. On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan kelapangan dengan meninjau berbagai
objek yang dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot
dicocokkan dengan hasil wawancara I.
5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-
kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot dilapangan.
22 Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk Account Officer, xiii.
31
6. Keputusan pemberian pinjaman
Keputusan dalam hal ini adalah menentukan apakah pinjaman akan
diberikan atau ditolak, jika diterima maka, dipersiapkan administrasinya.
Biasanya keputusan tersebut mencakup :
a. Jumlah uang yang diterima
b. Jangka waktu pembiayaan
c. Biaya-biaya yang harus dibayar
d. Waktu pencairan dana.
Jika keputusan ditolak maka akan dikirim surat penolakan sesuai dengan
alasannya masing-masing.
7. Penandatanganan akad atau perjanjian lainnya.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya pembiayaan, maka
sebelum dana dicairkan, terlebih dahulu calon nasabah menadatangani akan
pembiayaan, mengikat jaminan dengan hipotik dan surat perjanjian atau
pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan :
a. Antara bank dengan debitur secara langsung, atau
b. Dengan melalui notaris
8. Realisasi pinjaman.
Realisasi pinjaman diberikan setelah penandatanganan akad dan surat-surat
yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank
yang bersangkutan jika peminjam tidak memiliki tabungan di bank.
32
9. Penyaluran atau penarikan dana.
Adalah pencarian atau pengambilan dana dari rekening sebagai realisasi
dari pemberian pinjaman dan dapat diambil sesuai dengan ketentuan dan
tujuan pembiayaan, yaitu :
a. Sekaligus
b. Bertahap
Jadi tahap-tahap prosedur pembiayaan dapat disimpulkan terbagi menjadi
sembilan, yaitu 23:
1. Pengajuan berkas.
2. Penelitian data.
3. Wawancara awal
4. On the Spot
5. Wawancara II
6. Keputusan pemberian pinjaman
7. Penandatanganan akad atau perjanjian lainnya.
8. Realisasi pinjaman.
9. Penyaluran atau penarikan dana.
Tahap-tahap ini ialah tahapan baku yang harus dilakukan oleh pihak bank
dalam proses pembiayaan dan tidak boleh terlewatkan salah satunya, karena bisa
mengakibatkan kesalahan dalam memberikan persetujuan pembiayaan.
23 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h.124.
33
BAB III
GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH
A. Sejarah Singkat Dan Perkembangan Bank Syariah.1
Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas
telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal
pendiriannya.
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana
diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan
beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan
masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri
perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami
krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
1 Bank Syariah Mandiri, “Sejarah”, artikel diakses pada 24 Juli 2010 dari
http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/
34
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat
bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo)
menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli
1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah
di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU
No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system).2
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan
UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT
Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya,
Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
2 Bank Syariah Mandiri, “Sejarah”, artikel diakses pada 24 Juli 2010 dari
http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/
35
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,
25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama
menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal
tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.3
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani
inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam
kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun
Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
Sementara untuk mengembangkan usahanya, BSM mendirikan cabang-
cabang syariah yang terletak di berbagai daerah, termasuk Bekasi, tujuan dari
pendiriannya Bank Syariah Cabang ialah sebagai kepanjangan tangan dari
Induknya karena Induk tidak bisa meng-cover seluruh kawasan yang ada
Indonesia mengingat luasnya wilayah negeri ini. Atas dasar itulah, maka Bank
3 Bank Syariah Mandiri, “Sejarah”, artikel diakses pada 24 Juli 2010 dari
http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/
36
Syariah Mandiri sebagai pusat mendirikan beberapa Cabang BSM di beberapa
daerah termasuk BSM Cabang Bekasi dan Cabang Pembantu Bekasi Timur.4
B. Profil Perusahaan Bank Syariah Mandiri.5
Nama : PT Bank Syariah Mandiri
Alamat : Gedung Bank Syariah Mandiri Jl. MH. Thamrin No. 5
Jakarta 10340 – Indonesia
Telepon : (62-21) 2300509, 39839000 (Hunting)
Faksimile : (62-21) 39832989
Situs Web : www.syariahmandiri.co.id
Tanggal Berdiri : 25 Oktober 1999
Tanggal Beroperasi : 1 November 1999
Modal Dasar : Rp 1.000.000.000.000
Modal Disetor : Rp 658.243.565.000
Kantor Layanan : 389 kantor, yang tersebar di 24 provinsi di Indonesia
C. Visi dan Misi.
1. Visi.6
4 Wawancara Pribadi dengan Yatni Riscka. Bekasi 02 Agustus 2010.
5 Bank Syariah Mandiri, “Profil Perusahaan”, artikel diakses pada 24 Juli 2010 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/profil-perusahaan/
6 Bank Syariah Mandiri, “Visi dan Misi”, artikel diakses pada 24 Juli 2010 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/visi-dan-misi/
37
Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.
2. Misi.7
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.
b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM.
c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan
kerja yang sehat.
d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.
D. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri.
Struktur organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Bekasi Timur
tempat penulis mengadakan penilitian ialah sebagai berikut :8
Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Bekasi Timur
Sumber : Taufiq Nugraha W. ( Marketing BSM Capem Bekasi Timur)
7 Bank Syariah Mandiri, “Visi dan Misi”, artikel diakses pada 24 Juli 2010 dari
http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/visi-dan-misi/
8 Wawancara Pribadi dengan Taufiq Nugroho. W. Bekasi 02 Agustus 2010.
38
1. Kepala Cabang Pembantu : Yatni Risjka
2. Operational Officer : Dewi Pahalaningsih
2.1 Teller : - Syahrul - Faulin
2.2 Customer Service : - Ambar - Seto
3. Marketing : - Taufiq Nugroho W - Awang Ramdhani.
Untuk saat ini posisi di bagian marketing di jabat oleh kedua orang diatas
yang merangkap sebagai keempat posisi marketing di atas.
E. Bidang Usaha/Produk-Produk Bank Syariah.
1. Pendanaan
a. Tabungan.9
1) Tabungan BSM.
2) BSM Tabungan Berencana.
3) BSM Tabungan Simpatik.
4) BSM Tabungan Dollar.
5) BSM Tabungan Mabrur.
6) BSM Tabungan Kurban.
7) BSM Tabungan Investa Cendekia.
8) BSM Tabungan Pensiun.
9 Bank Syariah Mandiri, “Produk Dana-Tabungan”, artikel diakses pada 08 Agustus 2010
dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/produkdana-consumer/syariah-mandiri-tabungan/
39
b. Deposito.10
1) BSM Deposito.
2) BSM Deposito Vallas.
c. Giro.11
1) BSM Giro.
2) BSM Giro EURO.
3) BSM Giro Valas.
4) BSM Giro Singapore Dollar.
2. Pembiayaan
a. Syariah Mandiri Pembiayaan Konsumer.12
1) BSM Implan.
BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang
diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan yang
pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok).
10 Bank Syariah Mandiri, “Produk Dana-Deposito”, artikel diakses pada 08 Agustus 2010
dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/produkdana-consumer/syariah-mandiri-deposito/
11 Bank Syariah Mandiri, “Produk Dana-Giro”, artikel diakses pada 08 Agustus 2010 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/produkdana-consumer/syariah-mandiri-giro/
12 Bank Syariah Mandiri, “Pembiayaan-Konsumer”, artikel diakses pada 08 Agustus 2010 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/pembiayaan-consumer/syariah-mandiri-pembiayaan-konsumer/
40
2) Pembiayaan Peralatan Kedokteran.
Pembiayaan Peralatan Kedokteran adalah pemberian fasilitas
pembiayaan kepada para profesional di bidang kedokteran/kesehatan
untuk pembelian peralatan kedokteran dengan menggunakan akad
yang digunakan adalah akad murabahah.
3) Pembiayaan Edukasi BSM.
Pembiayaan Edukasi BSM adalah pembiayaan jangka pendek dan
menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk
sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang
pendidikan pada saat zendaftaran tahun ajaran/semester baru
berikutnya dengan akad ijarah.
4) Pembiayaan Dana Berputar.
Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja
dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan
sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.
5) BSM Customer Network Financing.
BSM Customer Network Financing selanjutnya disebut BSM-CNF
adalah fasilitas pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada
Nasabah (agen, dealer, dan sebagainya) untuk pembelian
persediaan/inventory barang dari Rekanan (ATPM,
produsen/distributor, dan sebagainya) yang menjalin kerjasama dengan
bank.
41
6) Pembiayaan Kendaraan Bermotor.
BSM Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan
pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor dengan sistem
murabahah.
7) Pembiayaan Griya BSM.
Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek,
menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal
(konsumer), baik baru maupun bekas, di lingkungan developer
maupun non developer, dengan sistem murabahah.
8) Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi.
Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi adalah pembiayaan untuk
pemilikan atau pembelian rumah sederhana sehat (RS Sehat/RSH)
yang dibangun oleh pengembang dengan dukungan fasilitas subsidi
uang muka dari pemerintah.
9) Pembiayaan Griya BSM DP 0%.
Pembiayaan Griya BSM DP 0% adalah pembiayaan untuk pembelian
rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas di lingkungan
developer maupun non developer tanpa dipersyaratkan adanya uang
muka bagi nasabah (nilai pembiayaan 100% dari nilai taksasi).
10) Pembiayaan Griya BSM Optima.
Pembiayaan pemilikan rumah dengan tambahan benefit berupa adanya
fasilitas pembiayaan tambahan yang dapat diambil nasabah pada
42
waktu tertentu sepanjang coverage atas agunannya masih dapat meng-
cover total pembiayaannya dan dengan memperhitungkan kecukupan
debt to service ratio Nasabah.
11) Pembiayaan Kepada Koperasi Karyawan.
Pembiayaan Kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya
adalah penyaluran pembiayaan kepada/melalui koperasi karyawan
untuk pemenuhan kebutuhan para anggotanya (kolektif) yang
mengajukan pembiayaan melalui koperasi karyawan.
12) Pembiayaan Kepada Pensiunan.
Pembiayaan kepada Pensiunan merupakan penyaluran fasilitas
pembiayaan konsumer (termasuk untuk pembiayaan multiguna)
kepada para pensiunan, dengan pembayaran angsuran dilakukan
melalui pemotongan uang pensiun langsung yang diterima oleh bank
setiap bulan (pensiun bulanan). Akad yang digunakan adalah akad
murabahah atau ijarah.
13) Pembiayaan Talangan Haji.
Merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus
untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat haji
dan pada saat pelunasan BPIH.
14) Pembiayaan Umrah.
Pembiayaan Umrah adalah pembiayaan jangka pendek yang
digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umrah
43
seperti namun tidak terbatas untuk tiket, akomodasi dan persiapan
biaya umrah lainnya dengan akad ijarah.
b. Pembiayaan Corporate.13
1) Musyarakah.
Pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank
merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi
sesuai dengan nisbah yang disepakati.
2) Pembiayaan Dana Berputar.
Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja
dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan
sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.
3) Mudaharabah.
Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana seluruh
modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank.
Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati.
4) Murabahah.
Pembiayaan Murabahah BSM adalah pembiayaan berdasarkan akad
jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang
13 Bank Syariah Mandiri, “Pembiayaan-Korporasi”, artikel diakses pada 08 Agustus 2010
dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/corporate-banking/pembiayaan-korporasi/syariah-mandiri-pembiayaan-korporasi/
44
dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok
ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.
5) Pembiayaan Resi Gudang.
Pembiayaan Resi Gudang adalah pembiayaan transaksi komersial dari
suatu komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan
jaminan utama berupa komoditas/produk yang dibiayai dan berada
dalam suatu gudang atau tempat yang terkontrol secara independen
(independently controlled warehouse).
3. Jasa
a. Jasa Produk.14
1) BSM Card.
2) Sentra Bayar BSM.
3) BSM SMS Banking.
4) BSM Mobile Banking GPRS.
5) BSM Net Banking.
6) Pembayaran melalui menu Pemindahbukuan di ATM (PPBA).
7) Jual Beli Valas BSM.
8) Bank Garansi BSM.
9) BSM Electronic Payroll.
14 Bank Syariah Mandiri, “Produk Jasa”, artikel diakses pada 08 Agustus 2010 dari
http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/produkjasa-consumer/syariah-mandiri-jasaproduk/
45
10) SKBDN BSM (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri).
11) BSM Letter of Credit.
12) BSM SUHC (Saudi Umrah & Haj Card).
b. Jasa Operasional.15
1) Transfer Lintas Negara BSM Western Union.
2) Kliring BSM.
3) Inkaso BSM.
4) BSM Intercity Clearing.
5) BSM RTGS (Real Time Gross Settlement).
6) Transfer Dalam Kota (LLG).
7) Transfer Valas BSM.
8) Pajak Online BSM.
9) Pajak Import BSM.
10) Referensi Bank BSM.
11) BSM Standing Order.
c. Jasa Investasi.
1) Reksadana.16
15 Bank Syariah Mandiri, “Produk Jasa”, artikel diakses pada 08 Agustus 2010 dari
http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/produkjasa-consumer/syariah-mandiri-jasaoperasional/
16Bank Syariah Mandiri, “Jasa Investasi-Reksadana”, artikel diakses pada 01 September 2010 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/produkjasa-consumer/jasainvestasi-consumer/
46
Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal unutk selanjutnya diinvestasikan dalam
Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Berdasarkan Undang-Undang
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Reksa Dana dapat berbentuk
Perseroan Tertutup atau Terbuka dan Kontrak Investasi Kolektif. Bentuk
hukum Reksa Dana yang dipasarkan melalui Bank Syariah Mandiri
adalah Kontrak Investasi Kolektif.
2) Sukuk Ritel.17
Sukuk Negara Ritel adalah Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk
Negara) yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara
Indonesia melalui Agen Penjual di Pasar Perdana dalam negeri, dengan
jumlah minimum pembelian ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan
Memorandum Informasi yang diterbitkan setiap Penerbitan Sukuk
Negara Ritel.
17 Bank Syariah Mandiri, “Jasa Investasi-SukukRitel”, artikel diakses pada 01 September
2010 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/produkjasa-consumer/jasainvestasi-consumer/sukukritel-consumer/
47
BAB IV
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENILAIAN
PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH
Pembiayaan merupakan salah satu aktivitas terpenting bagi lembaga keuangan
syariah, termasuk perbankan syariah, karena dengan pembiayaan akan diperoleh
sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha bank.
Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan menimbulkan permasalahan dan
berhentinya usaha bank.
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syariah yang
baik sehingga penyaluran dana atau dalam hal ini pembiayaan kepada nasabah bisa
efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya.
Dalam memberikan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank wajib
mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan
kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.
Dalam memberikan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan
kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank
dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank diperjanjikan.
48
Pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah harus melalui
prosedur-prosedur yang berlaku, diantaranya ialah proses penilaian. Proses penilaian
ini dimaksudkan untuk memberikan keputusan akan persetujuan pembiayaan.
Begitu juga dengan Bank Syariah Mandiri, kegiatan utama bank ini salah
satunya ialah pemberian pembiayaan. Bank dengan segala macam inovasinya terus
melakukan terobosan-terobosan baru baik itu dari segi produk-produk yang
dihasilkan maupun keluwesan persyaratan, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan
guna menarik nasabah untuk melakukan pembiayaan yang nantinya dengan
sendirinya akan meningkatkan income bagi bank.
Dari hasil wawancara dengan Yatni Risjka, pada Bank Syariah Mandiri,
pembiayaan di kategorikan ke dalam dua hal, yaitu :1
1. Pembiayaan Produktif
Pembiayaan produktif dimaksudkan untuk segala macam pembiayaan yang
bertujuan untuk sesuatu hal yang menghasilkan.
2. Pembiayaan Konsumtif
Sementara pembiayaan konsumtif dimaksudkan untuk nasabah yang ingin
memiliki sesuatu barang yang akan digunakan untuk kepentingan sendiri.
Lalu menurut Taufik Nugraha, secara umum, pembiayaan yang bersifat
produktif yang dilakukan bank syariah hanya diberikan kepada nasabah pengelola
1 Wawancara Pribadi dengan Yatni Risjka. Bekasi 02 Agustus 2010
49
dana yang telah memiliki usaha berkembang, dalam artian pembiayaan tidak akan
diberikan kepada usaha yang baru akan dirilis.2
Kedua kategori pembiayaan ini berlaku bagi nasabah lembaga dan nasabah
perorangan. Dalam artian bank tidak membedakan antara nasabah lembaga dengan
nasabah perorangan, bank membedakannya sesuai dengan tujuan nasabah
mengajukan pembiayaan, kedua jenis nasabah tersebut dapat mengajukan
pembiayaan dan pihak bank melihat dari tujuan pengajuan pembiayaan tersebut.
Semua produk yang ada pada bank hanya merupakan alternatif pilihan bagi
nasabah sesuai dengan tujuan nasabah mengajukan pembiayaan di Bank Syariah
Mandiri.
Satu hal yang pasti dalam memberikan pembiayaan, Bank Syariah Mandiri
tidak memberikan pembiayaan dalam jumlah 100% dari permohonan. Bank harus
melihat kemampuan dana yang sudah dimiliki oleh nasabah, bank hanya berfungsi
sebagai pelengkap dana. Oleh karena itu pembiayaan dapat diberikan dengan syarat
harus sampai pada tujuan pembiayaan yang diajukan.3 Bank tidak dapat memberikan
pembiayaan jika kekurangan dana yang dibutuhkan tidak dapat ditunjukkan oleh
nasabah.
Pembiayaan tersebut dapat diberikan oleh pihak bank melalui berbagai proses
yang sudah ditentukan, salah satunya ialah proses penilaian pembiayaan. Dalam
proses penilaian tersebut, bank akan menilai faktor-faktor atau aspek-aspek yang
2 Wawancara Pribadi dengan Taufiq Nugraha W. Bekasi 02 Agustus 2010
3 Wawancara Pribadi dengan Yatni Risjka. Bekasi 02 Agustus 2010.
50
diperlukan oleh pihak bank. Proses tersebut harus diikuti oleh nasabah jika ingin tetap
mengajukan pembiayaan.
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai tahap penilaian yang berlaku di Bank
Syariah Mandiri beserta faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian tersebut.
A. Tahap Penilaian Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri.
Pada dasarnya mengenai tahap penilaian dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan pada bank syariah berbeda masing-masing antar
bank. Setiap bank memiliki aturan dan wewenang masing-masing, namun
walaupun berbeda antar bank, kesemua aturan tersebut tetap merujuk kepada
Bank Indonesia sebagai pusat regulasi perbankan di Indonesia.
Adapun tahap penilaian di Bank Syariah Mandiri dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :4
1. Penilaian Lisan.
(Penilaian ini ini dilakukan sebelum dokumen atau berkas kelengkapan
pembiayaan diserahkan kepada pihak bank atau pada tahap awal dimana
bank bertemu dengan pihak bank).
Penilaian ini dilakukan melalui wawancara nasabah dengan pihak bank
pada saat awal berhubungan dengan pihak bank dalam rangka pengajuan
pembiayaan.
4 Wawancara Pribadi dengan Taufiq Nugraha W. Bekasi 02 Agustus 2010.
51
Pada tahap ini pihak bank bisa meneliti beberapa prinsip seperti karakter
dan kemampuan membayar.
a. Karakter.
Menilai karakter didapat pada saat wawancara dengan cara tanya jawab
yang dilakukan pihak bank dengan nasabah pada saat nasabah pertama
kali berurusan dengan pihak bank dalam rangka pengajuan
pembiayaan.
Hal yang biasa ditanyakan yang berhubungan dengan karakter ialah
seputar nama nasabah, nama istri dan anak-anak (jika telah
berkeluarga), tempat tinggal, kehidupan disekitar tempat tinggal,
kebiasan yang biasa dilakukan, dan lain-lain yang berhubungan dengan
nasabah.
b. Kemampuan Bayar.
Sementara kemampuan bayar pada tahap ini dilakukan juga pada saat
wawancara tahap awal.
Hal yang biasa ditanyakan yang berhubungan dengan kemampuan
bayar ialah hal yang berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran,
baik itu nasabah perorangan seperti apakah mempunyai surat
keterangan pengahasilan, apakah istri nasabah bekerja dan mempunyai
penghasilan (jika nasabah telah beristri), apakah nasabah mempunyai
penghasilan lain selain pengahasilan sebagai pegawai, bagaimana
52
pengeluaran nasabah yang biasa dikeluarkan oleh nasabah, dan lain-
lain.
Sementara bagi nasabah lembaga, hal yang biasa ditanyakan ialah
penghasilan yang biasa diterima perusahaan dalam sebulan dan
pengeluaran rutin bulanan, lalu bagaiamana hutang dan piutang
nasabah, asset apa saja yang dimiliki, dan lain-lain.
Oleh karena itu pentingnya tahap wawancara, dan dalam wawancara
tahap awal ini pihak pembiayaan memang harus pro aktif memberikan
pertanyaan apa saja yang berhubungan dengan nasabah agar dapat
diketahui kesemua aspek penilaian pembiayaan tersebut.
Proses seperti ini memang harus dilakukan, karena merupakan batu
loncatan untuk melangkah ke tahap-tahap selanjutnya dalam pembiayaan.
Tahap penilaian ini tidak bisa menghasilkan keputusan akan
persetujuan pembiayaan, akan tetapi digunakan sebagai masukan atau
gambaran bagi pihak bank untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
Penilaian ini hanya bersifat lisan saja, yaitu prosedur awal pada tahap
pengajuan pembiayaan.
Sebagai contoh, ketika nasabah ingin mengajukan pembiayaan ke
BSM, maka calon nasabah tersebut akan mendatangi ke kantor bank untuk
informasi lebih lanjut, tahap pertama inilah ialah wawancara awal seputar
53
latar belakang pengajuan pembiayaan, syarat pembiayaan yang dimiliki
oleh nasabah, dan lain-lain.
Oleh karena itulah disebutkan penilaian ini tidak dapat memberikan
keputusan persetujuan pembiayaan karena memang hanya tahap awal
dalam pengajuan pembiayaan sebelum dokumen persyaratan yang diminta
oleh pihak bank dipenuhi oleh nasabah.
2. Penilaian Dokumentasi.
(Dokumen kelengkapan pembiayaan di serahkan ke pihak bank).
Penilaian pada tahap ini merupakan penilaian final, dalam artian penilaian
yang akan menghasilkan keputusan akan persetujuan pembiayaan.
Penilaian ini dilakukan setelah penilaian tahap awal yaitu wawancara pada
saat pengajuan pembiayaan. Pada saat wawancara tersebut, pihak bank
menjelaskan mengenai persyaratan yang dibutuhkan dalam rangka
pengajuan pembiayaan oleh nasabah. Persyaratan-persyaratan tersebut
harus dipenuhi dan diserahkan secepatnya setelah tahap wawancara
dilakukan.
Pada Bank Syariah Mandiri, berkas atau dokumen pembiayaan terbagi
menurut jenis pembiayaannya, yaitu pembiayaan konsumtif dan
pembiayaan produktif.
54
a. Pembiayaan Konsumtif.
Berkas-berkas yang berhubungan dengan pembiayaan konsumtif
diantara ialah :
1) Fotokopi rekening telepon dan listrik.
2) Fotokopi Rekening tabungan 3 bulan terakhir.
3) Asli slip gaji/surat keterangan penghasilan dari instansi tempat
bekerja.
4) Fotokopi SHM/SHGB /IMB/PBB, otokopi BPKB/ STNK/Faktur
sebagai barang jaminan.
5) Identitas diri dan pasangan, berupa KTP, SIM.
6) Surat nikah (bagi yang telah menikah).
7) Nomor Pemilik Wajib Pajak (NPWP)
8) Fotokopi surat pengangkatan/sertifikat ijazah spesialis, fotokopi
surat keterangan praktek/izin praktek dari Depkes, fotokopi
keanggotaan organisasi profesi: idi, pdgi (bila ada), fotokopi izin
lokasi praktek dokter asli rekomendasi dari rumah sakit atau tempat
bekerja (optional). (Jika Nasabah ialah seorang dokter)
b. Pembiayaan Produktif.
Berkas-berkas yang berhubungan dengan pembiayaan produktif
diantaranya ialah :
55
1) Laporan keuangan.
2) Akte pendirian usaha.
3) Identitas pengurus.
4) Legalitas usaha.
5) Fotokopi SHM/SHGB /IMB/PBB, otokopi BPKB/ STNK/Faktur
sebagai barang jaminan.
6) Objek Pembiayaan dan Proyeksi. 5
Semakin cepat persyaratan dipenuhi dan diserahkan kepada pihak bank,
semakin cepat pula pembiayaan itu akan diproses, dan begitu juga
sebaliknya.
Karena pada tahap ini seluruh persyaratan yang dibutuhkan telah sampai
kepada pihak bank, dan untuk selanjutnya dinilai oleh pihak bank, oleh
karena itu dapat diberikan persetujuan mengenai keputusan pembiayaan.
Penilaian jenis ini ialah penilaian yang dilakukan setelah persyaratan
pembiayaan yang diminta oleh pihak bank dipenuhi oleh nasabah, untuk
kemudian dianalisis aspek 7a-nya, yaitu aspek atau faktor-faktor penilaian
pembiayaan yang akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.
5 Bank Syariah Mandiri, “Pembiayaan-Korporasi”, artikel diakses pada 08 Agustus 2010
dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/corporate-banking/pembiayaan-korporasi/syariah-mandiri-pembiayaan-korporasi/
56
Setelah melakukan kedua penilaian tersebut, maka didapatkan hasilnya,
dan pihak bank dapat mencocokkan antara penilaian lisan dengan penilaian
dokumentasi, kesesuaian antara apa yang dijawab oleh nasabah pada saat
wawancara awal dan apa saja dokumen-dokumen yang dilengkapinya.
Proses penilaian ini semua bergantung pada nasabah itu sendiri dan jenis
pembiayaan yang akan diajukan.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penilaian Pembiayaan di Bank Syariah
Mandiri.
Penilaian pembiayaan merupakan proses menilai berbagai macam hal yang
berhubungan dengan pengajuan pembiayaan.
Pada dasarnya penilaian pembiayaan di bank syariah mengacu pada prinsip
5 C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition), namun yang
membedakannya ialah pelaksanaan pada masing-masing bank syariah.
Di Bank Syariah Mandiri ada tujuh faktor yang mempengaruhi penilaian
pembiayaan, ketujuh faktor tersebut merupakan pedoman yang digunakan dalam
melakukan penilaian pembiayaan.
Faktor-faktor tersebut merupakan aturan baku yang digunakan oleh pihak
bank dalam melakukan penilaian terhadap seluruh pembiayaan yang diajukan
oleh nasabah karena itu merupakan pedoman dalam melakukan penilaian
pembiayaan.
57
Ketujuh faktor tersebut didapat pada saat penilaian tahap kedua, yaitu
penilaian dokumentasi setelah penilaian lisan dilakukan.
Setelah dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh pihak bank dilengkapi
oleh nasabah, maka bank akan melakukan penilaian terhadap dokumen tersebut.
Penilaian terhadap dokumen tersebut dipengaruhi oleh ketujuh standar dan
faktor penilaian pembiayaan. Ketujuh faktor tersebut itu adalah keuangan,
jaminan, yuridis, pemasaran, karakter dan manajemen, teknis, sosial dan
ekonomi.6
Ketujuh faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Aspek Keuangan.
Aspek keuangan ialah aspek yang berhubungan dengan finansial seorang
nasabah baik itu lembaga maupun perorangan.
Dalam artian bagi lembaga, Kasmir dalam bukunya menjelaskan bahwa aspek
keuangan ialah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya
dan bagaimana penggunaan dana tersebut.7
Sementara bagi perorangan ialah hal-hal yang berhubungan dengan
pemasukan (sumber-sumber dana yang dimiliki) dan pengeluaran
(penggunaan dana tersebut).
Pada dasarnya hal yang dilihat dari sisi keuangan ialah :
6 Wawancara Pribadi dengan Yatni Risjka. Bekasi 02 Agustus 2010.
7 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta : PT Raja Graffindo Persada, 2002), h.122.
58
a. Copy rekening bank 3 bulan terakhir.
b. Laporan keuangan 2 tahun terakhir.
c. Fotokopi rekening telepon dan listrik.
d. Fotokopi Rekening tabungan 3 bulan terakhir.
e. Asli slip gaji/surat keterangan dari instansi tempat bekerja.
f. Surat keterangan penghasilan, surat keterangan lamanya bekerja serta
jabatan terakhir dari perusahaan dapat disampaikan dalam satu surat
keterangan.8
2. Aspek Jaminan.
Jaminan yang dapat digunakan daalam pembiayaan ialah barang bergerak
berupa kendaraan bermotor dan barang tak bergerak berupa rumah, tanah,
surat keputusan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini yang dibutuhkan oleh
pihak bank ialah :
a. Fotokopi SHM/SHGB /IMB/PBB untuk pembiayaan dengan jaminan
rumah.
b. Fotokopi BPKB/ STNK/Faktur pembelian untuk pembiayaan dengan
jaminan kendaraan bermotor.
c. Asli surat keputusan pensiun nasabah (jika nasabah merupakan pensiunan
yang ingin mengajukan pembiayaan).
8 Bank Syariah Mandiri, “Pembiayaan-Konsumer”, artikel diakses pada 08 Agustus
2010 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/pembiayaan-consumer/syariah-mandiri-pembiayaan-konsumer/
59
d. Fotokopi Surat Keputusan pengangkatan pegawai tetap.
e. Asli Surat Keputusan Pengangkatan calon PNS dan Pengangkatan PNS
(khusus Nasabah pegawai negeri sipil).
Pada Bank Syariah Mandiri berlaku beberapa ketentuan dalam penggunaan
jaminan, yaitu :9
a. Bank Syariah Mandiri mensyaratkan jaminan itu harus bernilai 125% dari
nilai pembiayaan.
b. Bank tidak menyediakan pembiayaan tanpa agunan (kredit tanpa agunan).
c. Jaminan tidak bisa diberikan dalam bentuk tunai.
d. Jaminan itu sendiri mempengaruhi platfond pembiayaan yang diajukan.
1) Misalkan nasabah mengajukan pembiayaan sebesar 100 juta dengan
mencantumkan jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor (mobil),
setelah ditaksir, mobil tersebut hanya bernilai 70 juta.
Dengan itu maka pihak bank memberitahu nasabah bahwa platfond
pembiayaan yang diajukan tidak dapat dipenuhi, oleh karena itu harus
merubah platfond pembiayaan yang diajukan.
Bank syariah memerlukan jaminan yang digunakan dengan tujuan agar
nasabah pengelola dana tidak melakukan kesalahan pengelolaan, kelalaian
atau penyimpangan oleh pihak nasabah pengelola dana seperti
9 Wawancara Pribadi dengan Yatni Risjka. Bekasi 02 Agustus 2010.
60
penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan yang mengakibatkan
kerugian.
Jaminan ini akan disita oleh bank syariah jika ternyata timbul kerugian
akibat kesalahan pengelolaan, kelalaian atau penyimpangan oleh pihak
nasabah pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan, dan
penyalahgunaan untuk kemudian akan dicairkan oleh pihak bank dengan
tujuan mengembalikan dana yang dipinjam oleh nasabah.
CONTOH :10
Dalam melakukan analisis 7 aspek pembiayaan tersebut, bank
mengklasifikasikan dalam tiga hal, yaitu :
1. Permasalahan.
2. Analisa.
3. Rekomendasi.
Sebagai contoh, seorang nasabah ingin membeli sebuah rumah dengan
harga Rp 200.000.000, tetapi ia hanya mempunyai uang sebesar Rp
50.000.000. nasabah itu berpenghasilan sebesar Rp 8.000.000,- per bulan. Hal
ini sesuai dengan pengakuan nasabah dan didukung oleh surat keterangan
penghasilannya.
Dari persoalan diatas, dapat di analisis sebagai berikut :
10 Wawancara Pribadi dengan Taufiq Nugraha W. Bekasi 26 Agustus 2010.
61
1. Permasalahan.
Seorang nasabah ingin mengajukan pembiayaan konsumtif berupa
murabahah sebuah rumah, dengan harga Rp 200.000.000,-
Dengan skema :
� Harga rumah Rp 200.000.000,-
DP 20% (minimum) Rp 40.000.000,- - → Dana dari nasabah
Rp 160.000.000,- → Dana dari bank.
2. Analisa.
a) Debt Service Ratio = 40% x Take Home Pay (THP)
= 40% x Rp 8.000.000,-
= Rp 3.200.000,-
� Rp 3.200.000,- adalah jumlah total maksimum angsuran yang dapat
dikeluarkan oleh nasabah dalam pembiayaan.
Dengan total angsuran yang dapat dibayar sebesar Rp 3.200.000, maka
total pembiayaan yang sebenarnya dapat diterima oleh nasabah ialah
sebesar Rp 240.000.000. jika dengan asumsi nasabah tersebut
menginginkan pembiayaan yang berjangka waktu 15 tahun.
Maka jika dilihat dari sisi DSR sudah memenuhi syarat.
62
Keterangan :
Besaran jumlah pembiayaan yang bisa diterima nasabah dan maksimal
angsuran yang dapat dibayar nasabah bisa dilihat di tabel angsuran
pada lampiran.
Besaran jumlah pembiayaan tersebut disesuaikan dengan nasabah
tergantung dari keinginan waktu yang ditempuh oleh nasabah tersebut.
Harga Pasaran x Nilai Likuiditas
b) Nilai Likuiditas Jaminan
Dalam conoth ini, nilai pasaran suatu rumah ialah bergantung pada :
1) Harga perbandingan rumah sekitar tempat rumah yang akan dibeli.
2) Atau jika tidak, melihat harga pasaran tanah ke kelurahan tempat
rumah yang akan dibeli berada.
Harga pasaran ini bisa jadi lebih besar atau lebih kecil dari harga
beli rumah yang diinginkan, ini semua tergantung pada dua point
diatas.
Sementara nilai likuiditas itu dipengaruhi oleh :
1) Umur rumah. (I)
2) Lokasi rumah. (II)
3) Bentuk rumah. (III)
63
I + II + III = xxx = yy
3
Keterangan :
Untuk standar penilaian nilai likuiditas berdasarkan presentase ini ialah
bersifat rahasia, tidak dapat diketahui secara umum.
Dari hasil On The Spot (OTS) pihak bank ke lokasi, ternyata nilai
rumah yang akan dibeli seharga Rp 200.000.000,- itu, harga
pasarannya berkisar antara Rp 180.000.000,- dengan nilai likuiditas
sebesar 75% (Misal).
Maka akan didapat :
Harga Pasaran x Nilai Likuiditas
= Rp 180.000.000,- x 75%
= Rp 135.000.000,-
Maka jika dilihat dari sisi nilai likuiditas jaminan ini maka belum
memenuhi syarat.
Keterangan :
DSR adalah analisis keuangan, sementara nilai likuditas adalah analisis
jaminan.
3. Rekomendasi.
64
Dari hasil analisa diatas, maka bank akan mengeluarkan rekomendasi
kepada nasabah yang berisi :
a) Nilai pembiayaan yang dapat diajukan tidak boleh > dari nilai
pembiayaan.
Atau dalam arti berlaku asumsi :
b) Nilai likuditas harus lebih besar jumlahnya dari pada nilai pembiayaan.
b) Jika DSR sudah memenuhi syarat dan Nilai Likuiditas sudah
memenuhi syarat, maka pembiayaan kemungkinan besar akan
disetujui.
Dari kasus contoh diatas, maka pada dasarnya pembiayaan akan ditolak
oleh pihak bank, karena nilai likuiditas tidak memenuhi syarat.
Namun bank tidak serta merta langsung menolak pembiayaan tersebut,
sebelum memutuskan untuk menolak tersebut, bank akan memberi opsi-
opsi agar pembiayaan itu diterima, opsi tersebut ialah :
a) Menambah jumlah DP agar melebihi dari nilai likuiditas atau paling
tidak setara jumlahnya dengan nilai likuiditas.
Dalam contoh diatas ialah DP harus sebesar :
Rp 200.000.000 – Rp 135.000.000 = Rp 65.000.000
Oleh karena itu berarti DP yang harus nasabah berikan itu sebesar Rp
65.000.000,-
65
b) Jika tidak menambah jumlah DP, maka bank mensyaratkan meminta
jaminan tambahan sampai nilai likuiditasnya lebih besar atau sama
dengan nilai pembiayaan.
3. Aspek Pemasaran.
Aspek pemasaran ini erat kaitannya dengan usaha, yaitu lembaga atau
perorangan yang menginginkan pembiayaan untuk usahanya. Oleh karena
itu bank melihat sisi pemasarannya.
Dalam aspek ini yang dinilai ialah besar kecilnya permintaan terhadap
produk yang dihasilkan dan segala hal yang menyangkut kemampuan daya
beli masyarakat, keadaan kompetisi, pangsa pasar, kualitas produksi dan
lain sebagainya atau segala macam yang behubungan dengan pemasaran
suatu produk yang dihasilkan.
Hal yang ingin dicapai dalam aspek pemasaran menurut Jophi Jusuf dalam
bukunya intinya ialah bank harus yakin bahwa nasabah yang akan dibiayai
berada dalam posisi pasar yang cukup bagus sesuai target.11
Aspek pemasaran ini dikhususkan untuk pembiayaan yang bersifat
produktif.
Dalam aspek ini, hal yang dilihat oleh Bank Syariah Mandiri ialah :
a. Rencana usaha 12 bulan yang akan datang.
11 Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk Account Officer, (Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama, 1995), h.247.
66
b. Data obyek pembiayaan yang terdiri dari (siklus hidup produk, produk
subtitusi, perusahaan pesaing, daya beli masyarakat, program promosi,
daerah pemasaran, kontrak penjualan, dan lain-lain).
Rencana usaha dan objek pembiayaan yang akan dibiayai ini diminta oleh
sebuah bank dalam bentuk draf sebagai gambaran, namun pihak bank juga
melakukan wawancara terlebih dahulu, draf tersebut adalah sebagai bukti
untuk mencocokkan apa yang dikatakan oleh nasabah.
CONTOH :12
Pembiayaan Modal Kerja.
Pengusaha → Supplier Barang → Pesanan (PO) 100 mesin vacum cleaner.
→ 20 vacum cleaner (sudah ada).
→ 80 vacum cleaner → pembiayaan ke bank.
80 vacum cleaner → akan dialurkan kemana.? → Proyeksi
Dalam sebuah kasus, ada nasabah yang mengajukan pembiayaan produktif,
usaha yang dilakukan adalah sebagai supplier alat-alat kebersihan.
Nasabah tersebut mengajukan pembiayaan modal kerja kepada bank untuk
membiayai pesanan yang masuk kepada nasabah.
12 Wawancara Pribadi dengan Taufiq Nugraha W. Bekasi 26 Agustus 2010.
67
Pesanan tersebut yaitu berupa 100 buah vacum cleaner dimana sebanyak
20 vacum cleaner sudah ada, dan sisanya sebanyak 80 vacum cleaner
diajukan melalui pembiayaan ke bank.
Dari hasil wawancara pihak bank dengan nasabah, maka bank akan
mencocokkan dengan pengakuan nasabah apakah benar permintaan yang
diajukan nasabah untuk keperluan tersebut, hal ini dilakukan pihak bank
dengan cara OTS (On The Spot).
Dari hasil OTS, didapatkan bahwa pembiayaan yang diajukan oleh nasabah
benar adanya, dengan rincian sebagai berikut :
Dari 80 buah vacum cleaner tersebut, akan di distribusikan kepada :
1) PT. ABC sejumlah 30 vacum cleaner.
2) PT. IPSI sejumlah 25 vacum cleaner.
3) PT. GLOBAL sejumlah 15 vacum cleaner.
Itu adalah contoh rencana usaha nasabah dan objek pembiayaannya.
Dan hal ini harus diketahui adanya, karena bersangkutan dengan
pembiayaan yang akan diberi oleh pihak bank.
Sementara rencana usaha dan objek pembiayaan yang akan ditolak ialah
rencana usaha yang dalam wawancara dengan nasabah menceritakan
demikian, namun ketika bank melakukan OTS, hal tersebut tidak dapat
dijelaskan secara rinci.
68
4. Aspek Yuridis.
a. Lembaga.
Yuridis ialah aspek hukum. Bagi lembaga yuridis ialah legalitas
usaha.
Legalitas ialah jati diri yang melegalkan atau mengesahkan suatu
badan usaha sehingga diakui oleh masyarakat.13
Menurut Zaeni Asyhadie, ada beberapa jenis jati diri yang
melegalkan badan usaha, yaitu sebagai berikut :14
1) Nama Perusahaan.
2) Merek.
3) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
Sementara bagi Bank Syariah Mandiri yang termasuk aspek yuridis
usaha bagi nasabah lembaga ialah dengan melihat :
1) Akte pendirian usaha.
2) Identitas pengurus.
3) Legalitas usaha.
13 Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis, (Jakarta : PT Raja Graffindo Persada, 2005), h.87.
14 Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis, h.87.
69
b. Perorangan.
Sementara bagi nasabah perorangan, aspek yuridis ialah aspek
kelegalan nasabah tersebut, dalam artian jati diri yang melegalkan atau
mengesahkan seorang warga diakui oleh warga lain atau lembaga.
Secara umum aspek legalitas perorangan dapat diketahui oleh
pihak bank dengan melihat :
1) Identitas diri dan pasangan.
Hal ini bisa dilihat dari kepemilikan KTP, dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan data pribadi nasabah.
2) Kartu keluarga.
3) Surat nikah (bagi yang telah menikah).
4) Nomor Pemilik Wajib Pajak (NPWP)
NPWP dibutuhkan jika pembiayaan yang diajukan diatas > Rp 50
juta, bank menambahkan syarat berupa kepemilikan NPWP dengan
alasan bahwa orang yang mengajukan pembiayaan sebesar itu
berarti memiliki penghasilan diatas rata-rata, sebagai bukti warga
negara yang baik, maka dengan pengahasilan tersebut, seharusnya
sudah berkewajiban membayar pajak, oleh karena itulah dibutuhkan
NPWP.
70
Kepemilikan NPWP ini juga bisa mencerminkan karakter
seseorang.15
5) Bagi seorang dokter yang mengajukan pembiayaan peralatan
kedokteran, ditambah dengan kelengkapan syarat : fotokopi surat
pengangkatan/sertifikat ijazah spesialis, fotokopi surat keterangan
praktek/izin praktek dari depkes, fotokopi keanggotaan organisasi
profesi: idi, pdgi (bila ada), fotokopi izin lokasi praktek dokter asli
rekomendasi dari rumah sakit atau tempat bekerja (optional).
Hal ini dimaksudkan sebagai kelengkapan syarat bagi seorang yang
berprofesi tertentu seperti dokter.
CONTOH :
a. Legalitas Nasabah sebagai perseorangan
1. Nama Lengkap Imu Sugiarto 2. Nama Istri Tri Martini 3. Tempat / Tgl Lahir : Suami
Jakarta / 27 Agustus 1978
4. Status Perkawinan Menikah, Srt Kutipan Akta Nikah/256/32/VIII/2006
5. No. KTP/SIM - Suami 32751234567xxxxx s/d 29 Agustus 2013 6. Warga Negara Indonesia 7. Nomor Rekening BCA no. rek. 0087365xxx 8. Alamat KTP/SIM / No. Telepon
Jl. Pelabuhan Ratu No. 23 RT 02/RW 012 Kel. Pengasinan Kec. Bekasi Timur Telp. 89901337
9. Pekerjaan / Jabatan Karyawan Swasta / Direktur Utama CV. Siaga Niaga Perkasa
Keterangan : Nama, nomor dan alamat disamarkan
15 Wawancara Pribadi dengan Yatni Risjka. Bekasi 02 Agustus 2010.
71
Kesimpulan :
Dari hasil kelengkapan data legalitas tersebut, dapat dianalisis sebagai
berikut :
• Calon nasabah (Para Pengurus) memiliki kewenangan untuk
mengajukan permohonan pembiayaan
• Nasabah telah melengkapi dokumen hukum untuk Legalitas sebagai
Pemohon (Personal) Perseorangan telah memenuhi aspek hukum yang
berlaku.
b. Legalitas Lembaga
1. Nama Lengkap Andi Setiawan, SE 2. Nama Isteri Rita Sulasih 3. Tempat / Tanggal Lahir Medan/07 Maret 1973 4. Status Perkawinan Kutipan Akta Nikah/267/32/VII/2008 5. No. KTP/SIM - Suami - Isteri
32751107037xxxxx 32751107037xxxxx
6. Warga Negara Indonesia 7. Alamat KTP/SIM / No. Telepon
Perum Mutiara Gading Timur Blok F5/30 RT 009/RW 003 Kel. Mustika Jaya Kec. Mustika Jaya
8. Pekerjaan / Jabatan Karyawan Swasta
Legalitas Usaha
1. Nama Usaha PD. Maju Unggas 2. Surat Keterangan Domisili Usaha No.500/007/SKDU/KPM/2010 th. 2010
tentang pemotongan ayam/unggas Dari data-data yang didapat dapat dianalisis sebagai berikut :
Permohonan pembiayaan diajukan dan ditandatangani oleh Andi Setiawan
selaku Pemilik PD. Maju Unggas telah disetujui Isterinya Sdri. Rita
72
Sulasih ( sesuai Akta Nikah No. 267/32/VII/2008 tanggal 27 Januari 2010
dari KUA Kecamatan Taman Sari sebagai pernyataan harta gono gini
untuk membiayai Investasi PD. Maju Unggas.
Berdasarkan hasil analisa tersebut diperoleh kesimpulan bahwa:
• Calon nasabah memiliki kewenangan untuk mengajukan permohonan
pembiayaan atas nama Pribadi dengan persetujuan Isterinya.
• Nasabah telah melengkapi dokumen hukum untuk Legalitas sebagai
Pemohon (Personal) Perseorangan maupun Legalitas sebagai Usaha
Pemotongan Ayam, Pengajuan permohonan telah memenuhi aspek
hukum yang berlaku.
Penilaian aspek yuridis ini bisa dilakukan sebelum melakukan penilaian
keuangan dan jaminan atau sesudah melakukan penilaian keuangan dan
jaminan. Namun pada dasarnya dilakukan sebagai pelengkap untuk
melengkapi syarat administratif saja.
5. Aspek Karakter dan Manajemen.
a. Karakter.
Karakter ini berhubungan dengan watak seseorang. Bank Syariah
Mandiri akan menjabarkan atau menilai karakter seorang nasabah dari
hasil wawancara. Pihak bank harus pro aktif dalam melakukan
73
wawancara dengan nasabah agar dapat tergambar semua aspek yang
berhubungan dengan nasabah.
Akan tetapi dalam menilai karakter ini, pihak bank tidak boleh
menjudge seorang nasabah memiliki karakter seperti apa, bagus atau
jelek. Bank tidak boleh menulis hasil wawancara dalam menilai
karakter untuk ditulis dalam Nota Akte Pembiayaan (NAP).
Hanya sebatas catatan bagi seorang penilai pembiayaan di Bank
Syariah Mandiri.
Ytni Risjka menjelaskan bahwa karakter dapat dilihat dengan dua cara,
yaitu :16
1) Wawancara.
Proses menilai karakter seorang nasabah pembiayaan dengan
wawancara bertujuan untuk melihat secara langsung bagaimana
sifat dan karakter nasabah tersebut dari cara nasabah melakukan
tanya jawab dengan pihak bank.
2) Investigasi.
Investigasi dilakukan untuk melihat karakter nasabah dari
lingkungan tempat nasabah itu bertempat tinggal atau sejenisnya.
16 Wawancara Pribadi dengan Yatni Risjka. Bekasi 02 Agustus 2010.
74
b. Manajemen.
Manajemen yang dimaksud disini ialah struktur organisasi perusahaan
dan sumber daya manusia yang dimiliki, serta latar belakang sumber
daya manusia tersebut.
Dan yang tak kalah penting ialah karakter dari manajemen, yaitu orang-
orang yang mengelola usaha, jika nasabah yang mengajukan ialah
lembaga.
Karakter ini berhubungan dengan kejujuran, moral dan kesediaan
manajemen berkerja sama dengan pihak bank.
CONTOH 1:
a. Di neraca dalam Laporan Keuangan sebuah perusahaan, ada akun-
akun yang dapat menggambarkan karakter dan manajemen, yaitu
akun laba dan akun bank.
Dalam sebuah contoh :
1) Laba perusahaan = Rp 100.000.000,-
2) Bank = Rp 80.000.000,-
Dari kedua akun diatas dapat tergambarkan karakter seorang
pimpinannya ialah : tipikal orang yang berhati-hati dan tidak
agresif.
Ini dikarenakan dari laba yang didapat perusahaan, sebagian
besar laba tersebut disimpan di bank, baik itu dalam bentuk
75
deposito atau tabungan. Ini menunjukkan bahwa pimpinan
tersebut lebih senang bermain aman daripada mengambil resiko
yang tidak jelas.
b. Jika :
1) Laba perusahaan = Rp 100.000.000,-
2) Penambahan alat produksi = Rp 80.000.000,-
Dari kedua akun diatas dapat tergambarkan karakter seorang
pimpinannya ialah : businessman dan agresif.
Ini dikarenakan dari laba yang didapat perusahaan, sebagian
besar laba tersebut dijadikan untuk penambahan alat produksi.
Ini menunjukkan bahwa pimpinan tersebut ialah orang yang
berani mengambil resiko.
CONTOH 2:
Data dalam contoh aspek manajemen, ini berkaitan dengan contoh
pada aspek yuridis, yaitu :
• Andi Setiawan, SE secara perorangan adalah suami dari Sdri, Rita
Sulasih seorang Wiraswasta mempunyai anak 1 perempuan.
• Dalam mengelola Pemotongan ayamnya dibantu 4 (tiga) orang
76
• Isterinya Sdri. Rita Sulasih membantu memberikan dukungan
sepenuhnya atas kelancaran dan perkembangan Pemotongan
Ayamnya.
• Struktur Organisasi Perusahaan dengan pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawab telah diatur sedemikian rupa sesuai
pendidikan dan pengalamannya, sehingga setiap pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik karena dipegang oleh ahlinya.
Dari hasil kelengkapan data legalitas tersebut, dapat dianalisis sebagai
berikut :
• Calon nasabah berpendidikan Sarjana Ekonomi dalam mengelola
Usaha Pemotongn Ayamnya dibantu 4 orang karyawan
• Reputasi nasabah dalam menjalankan usahanya cukup baik, dapat
bertahan dan berkembang pesat serta banyak langganan sejak
tahun..............
• Struktur Organisasi sudah diatur sedemikian rupa sesuai
pendidikan, keahlian, kewenangan dan tanggung jawabnya.
Penilaian karakter dan manajemen ini harus dilakukan guna mengetahui
seluk beluk dan gambaran mengenai nasabah dan lembaga.
Bank ingin agar pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan sesuai
dengan perjanjian. Oleh karena itu, bank hanya akan memberikan
77
pembiayaan kepada nasabah yang memiliki itikad baik dan memiliki
komitmen yang tinggi untuk memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian.
6. Aspek Teknis.
Aspek teknis ialah aspek yang membahas seputar lokasi usaha seperti
kantor dan gudang milik sendiri atau menyewa, produksi,dan mesin. Hal-
hal tersebut ialah yang biasa diperhatikan oleh pihak bank.17
Hal-hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Lokasi Usaha.
Memiliki Surat Keterangan Domisili, dekat pasar, bahan baku, tenaga
kerja, suply peralatan, transportasi, dan lain-lain.
b. Fasilitas gedung tempat usaha.
IMB, SHM / HGB / Surat Sewa, daya tampung, persyaratan teknis
seperti Amdal, dan lain-lain.
c. Mesin.
Kapasitas, konfigurasi mesin, merk, reparasi, fleksibilitas.
d. Produksi
Efesiensi proses, standar proses, desain, kapasitas produksi, siklus
produksi dan rencana produksi.
Aspek teknis ini dikhususkan untuk pembiayaan yang bersifat produktif.
17 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMP
YKPN, 2005), h.47.
78
CONTOH :
Data dalam contoh aspek teknis ini berkaitan dengan contoh pada aspek
yuridis dan manajemen, yaitu :
1) Calon nasabah Andi Setiawan, SE mengerjakan Pemotongan Ayam
meliputi :
• Jual beli ayam hidup.
• Pesanan pemotongan ayam dan pengantaran.
2) Sementara istrinya, dengan berbekal pendidikan, pengalaman dan
kemampuannya dalam menangani persalinan dan pengobatan umum
memiliki reputasi baik dalam mengelola usaha pemotongan ayamnya
tercatat dalam pengeluaran biaya-biayanya baik untuk pembelian obat-
obatan maupun untuk pengeluaran rumah tangga dan lainlainnya
sebagai berikut :
Tabel Pengeluaran Bulanan
(Dalam Ribuan)
Bulan/Tahun
No. Biaya Opr
Biaya Tetap (DO)
Transport By RT/Pln/Pam
Total
1 Maret.- 2010 223.000 36.156 3.300 4.623 267.079 2 April –
2010 53.396 172.009 3.300 4.628 179.937
3 Mei - 2010 38.515 383.775 3.300 4.700 391.775 4 Juni -
2010 351.587 3.300 4.956 359.843
5 Juli - 2010 TOTAL 1.198.634 RATA2/BLN 299.659
79
Dari hasil kelengkapan data diatas, dapat dianalisis sebagai berikut :
1) Calon Nasabah mempunyai kemampuan teknis dalam melaksanakan
pekerjaannya sehingga tidak akan mengalami kesulitan dalam
pelaksanaan usaha pemotongan ayam berikutnya sebagai langganan-
langganan baru.
2) Calon Nasabah senantiasa menjaga hubungan baik dengan langganan
lamanya sambil mencari langganan barunya.
7. Aspek Sosial Ekonomi.
Muhammad dalam bukunya menjelaskan bahwa aspek social ekonomi ini
menilai sejauh mana dampak yang ditimbulkan dari jenis usaha yang
diberikan pembiayaan oleh pihak bank, antara lain.18
a) Manfaat perusahaan.
Tersedianya lapangan kerja, sumbangan terhadap pajak, dan
keuntungan lain yang diterima oleh masyarakat luas.
b) Dampak lain.
Dampak terhadap lingkungan, dan lain-lain.
Aspek sosial ekonomi ini dikhususkan untuk pembiayaan yang bersifat
produktif.
18 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.46.
80
CONTOH :
Data dalam contoh aspek sosial ekonomi ini berkaitan dengan contoh pada
aspek yuridis dan manajemen, dan teknis, yaitu :
Dari penjabaran data pada aspek yuridis, manajemen dan teknis diketahui
bahwa nasabah adalah pengusaha dibidang peternakan ayam yang ingin
mengajukan pembiayaan untuk merenovasi tempat usaha pemotongan
ayamnya.
Dari kegiatan usaha tersebut akan berdampak pada aspek sosial
ekonominya, yaitu :
1. Membantu pemerintah dalam mensukseskan pembangunan di segala
bidang khususnya bidang Peternakan.
2. Menciptakan lapangan kerja berarti telah berperan serta membantu
pemerintah dalam mengurangi pengangguran.
Dari penjelasan tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Usaha nasabah membantu mensukseskan Program Pemerintah
terutama dibidang Peternakan.
2. Usaha Padat karya menciptakan lapangan kerja sehingga mengurangi
pengangguran.
Aspek sosial ekonomi ini juga harus diperhatikan oleh pihak bank agar
pembiayaan yang diberikan tidak menimbulkan kemudharatan bagi orang
lain.
81
Dari ketujuh faktor, penilaian terhadap pembiayaan yang bersifat
konsumtif hanya meliputi empat faktor, yaitu yuridis, keuangan, jaminan dan
karakter.
Sementara penilaian terhadap tujuh faktor secara menyeluruh tersebut
digunakan untuk menilai pembiayaan yang bersifat produktif.
Berikut ini saya lampirkan contoh penilaian terhadap penilaian menyeluruh
terhdapat 7 aspek dalam pembiayaan produktif.
Dari penjelasan diatas, seperti yang telah disebutkan pada dasarnya
penilaian pembiayaan di bank syariah mengacu pada prinsip 5 C (Character,
Capacity, Capital, Collateral dan Condition), namun yang membedakannya ialah
pelaksanaan pada masing-masing bank syariah.
Untuk di Bank Syariah Mandiri, prinsip Character tercermin dalam faktor
yuridis, karakter dan manajemen, lalu dalam prinsip Capacity dan Capital
tercermin dalam faktor keuangan dan pemasaran, prinsip Collateral tercermin
dalam faktor jaminan dan prinsip Condition tercermin dalam faktor teknis dan
sosial ekonomi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tahap Penilaian Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri.
a. Penilaian Lisan.
Penilaian yang dilakukan pada saat nasabah melakukan wawancara tahap
awal dalam tahap pengajuan pembiayaan. Pada tahap ini pihak bank
meneliti beberapa prinsip seperti karakter dan kemampuan membayar.
1) Karakter.
Hal yang berhubungan dengan karakter ialah seputar nama nasabah,
nama istri dan anak-anak (jika telah berkeluarga), tempat tinggal,
kehidupan di sekitar tempat tinggal, kebiasan yang biasa dilakukan, dan
lain-lain yang berhubungan dengan nasabah.
2) Kemampuan Bayar.
Hal yang biasa ditanyakan ialah hal yang berhubungan dengan
pemasukan dan pengeluaran, baik itu nasabah perorangan maupun
nasabah lembaga
.
82
Penilaian ini hanya bersifat lisan saja, yaitu prosedur awal pada tahap
pengajuan pembiayaan dan tidak dapat memberikan keputusan persetujuan
pembiayaan.
83
b. Penilaian Dokumentasi.
(Dokumen kelengkapan pembiayaan di serahkan ke pihak bank).
Penilaian pada tahap ini merupakan penilaian final, penilaian yang akan
menghasilkan keputusan akan persetujuan pembiayaan. Penilaian ini
dilakukan dengan menganalisis persyaratan-persyaratan yang harus
dilengkapi oleh nasabah.
Persyaratan-persyaratan tersebut harus dipenuhi dan diserahkan secepatnya
setelah tahap wawancara dilakukan.
Pada Bank Syariah Mandiri, berkas atau dokumen pembiayaan terbagi
menurut jenis pembiayaannya, yaitu pembiayaan konsumtif dan
pembiayaan produktif. Semakin cepat persyaratan dipenuhi dan diserahkan
kepada pihak bank, semakin cepat pula pembiayaan itu akan diproses.
Setelah melakukan kedua penilaian tersebut, maka didapatkan hasilnya, dan
pihak bank dapat mencocokkan antara penilaian lisan dengan penilaian
dokumentasi, kesesuaian antara apa yang dijawab oleh nasabah pada saat
wawancara awal dan apa saja dokumen-dokumen yang dilengkapinya.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penilaian Pembiayaan di Bank
Syariah Mandiri.
Sementara, untuk faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian pembiayaan di
Bank Syariah Mandiri ada tujuh, yaitu :
84
a. Yuridis.
Hal dianalisis dalam aspek yuridis ialah dengan melihat : Akte pendirian
usaha, identitas pengurus, legalitas usaha, bagi nasabah lembaga, dan
Identitas diri dan pasangan (KTP, SIM), kartu keluarga, surat nikah (bagi
yang telah menikah) dan Nomor Pemilik Wajib Pajak (NPWP).
b. Keuangan.
Dengan melihat : Copy rekening bank, laporan keuangan, fotokopi
rekening telepon dan listrik, fotokopi rekening tabungan, slip gaji/surat
keterangan, dan lain-lain untuk kemudian di analisis sesuai standar yang
berlaku di Bank Syariah Mandiri.
c. Pemasaran.
Hal dianalisis dalam aspek pemasaran di Bank Syariah Mandiri ialah
Dengan melihat : rencana usaha 12 bulan yang akan dating dan data
obyek pembiayaan.
d. Jaminan.
Yang bisa dijadikan barang jaminan oleh Bank Syariah Mandiri ialah :
fotokopi SHM/SHGB /IMB/PBB, fotokopi BPKB/ STNK/Faktur, asli
surat keputusan pensiun nasabah, fotokopi Surat Keputusan pengangkatan
pegawai tetap, Asli Surat Keputusan Pengangkatan calon PNS dan
Pengangkatan PNS (khusus Nasabah pegawai negeri sipil), dan lain-lain
untuk kemudian di analisis sesuai standar yang berlaku di Bank Syariah
Mandiri.
85
e. Karakter dan Manajemen.
Menganalisis karakter dengan cara wawancara dan investagi dengan
nasabah.
f. Teknis.
Dengan melihat : Lokasi Usaha, fasilitas gedung tempat usaha, mesin,
produksi, dan lain-lain untuk kemudian di analisis sesuai standar yang
berlaku di Bank Syariah Mandiri.
g. Sosial Ekonomi.
Dengan melihat : Manfaat perusahaan, tersedianya lapangan kerja,
dampak lain, dan lain-lain untuk kemudian di analisis sesuai standar yang
berlaku di Bank Syariah Mandiri.
B. Saran
1. Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri agar lebih ditekankan ke sektor-sektor
produktif dan harus berani mencoba untuk membuat produk yang bertujuan
untuk memberi modal bagi usaha yang baru atau akan dimulai.
2. Tahap penilaian dan faktor-faktor yang dinilai dalam pembiayaan di Bank
Syariah Mandiri sudah sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian pembiayaan
yang berlaku secara umum dan kedepannya agar disesuaikan sesuai dengan
perkembangan yang ada baik itu dari keluwesan persyaratan, maupun jenis-
jenis produk yang dihasilkannya agar dapat menyerap nasabah yang
membutuhkan pembiayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : Azka Publisher, 2009.
Asyhadie, Zaeni. Hukum Bisnis. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2004.
Dunil, Z. Kamus Istilah Perbankan Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2004.
Jusuf, Jopie. Analisis Kredit untuk Account Officer. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama. 1995.
Karim. Adiwarman, A. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada. 2010.
Kasmir. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT Raja Graffindo Persada. 2002.
Latumaerissa, Julis R. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum. Jakarta : Bumi
Aksara. 1999.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
2006.
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
2005.
M. Zally Ridha Faisal, “Analisis Rasio Keuangan Dalam Mendukung Kelayakan
Pembiayaan” (Study Kasus Pada Bank BRI Syariah Cabang Yogyakarta.
Skripsi S1 Ekonomi Islam, STAIN Surakarta-SEM Institute Yogyakarta.
2008.
86
87
Nuryani, Elis. “Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Penggunaan
Jaminan di Pegadaian Syariah” (Study Pada Pegadaian Syariah Cabang
Pondok Aren Tangerang Banten). Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2006.
Riyadi, Slamet. Banking Assets and LiabilityManagement. Edisi Kedua. Jakarta :
FEUI. 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: ALFABETA. 2007.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Wawancara Pribadi dengan Yatni Risjka. Bekasi. 02 Agustus 2010.
Wawancara Pribadi dengan Taufiq N. Wijanarko. Bekasi. 02 dan 26 Agustus 2010
Yusuf. Manajemen Operasional Bank Syariah. Cirebon : STAIN Press. 2009.
Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbakan Syariah. Jakarta : Zikrul
Hakim. 2003.
www.syariahmandiri.co.id
LAMPIRAN.
1. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri.1
1 Bank Syariah Mandiri, “Struktur Organisasi”, artikel diakses pada 24 Juli 2010 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/struktur-organisasi/
88
a. Dewan Komisaris.2
1) Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen : Achmad Marzuki
2) Komisaris Independen : Abdillah
3) Komisaris : Lilis Kurniasih
4) Komisaris : Tardi
5) Komisaris Independen : Ramzi A. Zuhdi
b. Dewan Pengawas Syariah.3
1) Ketua : Prof. KH. Ali Yafie
2) Anggota : Drs. H. Mohamad Hidayat, MBA.
3) Anggota : Dr. Muhammad Syafi’I Antonio, Mec
c. Dewan Direksi.4
1) Direktur Utama : Yuslam Fauzi
2) Direktur : Sugiharto
3) Direktur : Hanawijaya
4) Direktur : Achmad Syamsuddin
5) Direktur : Amran Nasutions
6) Direktur : Zainal Fanani
89
2 Bank Syariah Mandiri, “Dewan Komisaris”, artikel diakses pada 24 Juli 2010 dari
http://www.syariahmandiri.co.id/category/DewanKomisaris.php
3 Bank Syariah Mandiri, “Dewan Pengawas Syariah”, artikel diakses pada 24 Juli 2010 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/DewanPengawasSyariah.php
4 Bank Syariah Mandiri, “Dewan Direksi”, artikel diakses pada 24 Juli 2010 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/DewanDireksi.php
90
2. Surat Keterangan Penelitian
3. Tabel Angsuran Pembiayaan Murabahah Rumah
91