Post on 31-May-2020
8
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Model Cooperative Learning Tipe Co-Op Co-Op
1. Model Cooperative Learning
a. Pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan
nama pembelajaran kooperatif. Cooperative learning berasal dari
kata cooperative dan learning yang artinya mengerjakan sesuatu
secara bersama-sama dengan membantu satu sama lainnya sebagai
satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2007: 15). Hal ini sejalan
dengan pendapat Rusman (2011: 204) yang mengemukakan bahwa
cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di
dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam
kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Sedangkan
menurut Solihatin dan Raharjo (2007: 4) pada dasarnya cooperative
learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari
dua orang atau lebih. Keberhasilan kelompok sangat dipengaruhi
oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
9
Woolfolk dalam Warsono dan Haryanto (2012: 161)
mendefinisikan cooperative learning adalah suatu pengaturan yang
memungkinkan para siswa bekerja sama dalam suatu kelompok
campuran dengan kecakapan yang berbeda dan akan memperoleh
penghargaan jika kelompoknya mencapai suatu keberhasilan.
Berdasarkan penndapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
cooperative learning adalah suatu proses pembelajaran secara
kolaboratif dalam sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih, masing-masing anggotanya memiliki kesempatan dan
tanggung jawab yang sama untuk mencapai tujuan bersama. Dengan
demikian keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
dari setiap kelompok itu sendiri.
b. Tujuan Cooperative Learning
Tujuan cooperative learning berbeda dengan kelompok
tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan
individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan
dari pembelajaran cooperative learning adalah menciptakan
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya (Slavin dalam Harmianto, dkk., 2011: 60).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
tiga pembelajaran penting. Menurut Depdiknas dalam Harmianto,
dkk. (2011: 60), ada tiga tujuan dalam pembelajaran kooperatif, di
antaranya:
a. Tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitumeningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja
10
siswa dengan tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebihmampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurangmampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
b. Tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberipeluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yangmempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Perbedaantersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuanakademik, dan tingkat sosial.
c. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialahuntuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagitugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide ataupendapat, bekerja dengan kelompok dan sebagainya.
Menurut Johnson & Johnson dalam Trianto (2010: 56)
menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatan prestasi akademik
dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
tujuan dari cooperative learning ialah menciptakan situasi di mana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya dan memaksimalkan belajar siswa untuk
meningkatkan prestasi akademik, serta mengembangkan
keterampilan siswa. Selain itu, siswa dapat mengerjakan bersama-
sama dengan saling membantu satu sama lain, sehingga terjadi
kesamaan pemikiran dan pemahaman antara siswa dengan anggota
yang lain di dalam satu kelompok.
c. Prinsip Utama Cooperative Learning
Cooperative learning memiliki prinsip utama yang membedakan
dengan model pembelajaran lainnya. Slavin dalam Trianto (2010:
11
61) menyatakan bahwa ada tiga hal prinsip utama dalam cooperative
learning, yaitu:
1) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompokmencapai kriteria yang ditentukan.
2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnyakelompok bergantung pada belajar individual semua anggotakelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usahamembantu yang lain dan memastikan setiap anggotakelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yanglain.
3) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswatelah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajarsiswa sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswaberkemampuan tinggi, sedang, rendah sama-sama rentanguntuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semuaanggota kelompok sangat bernilai.
Berdasarkan pendapat Slavin di atas, bahwa cooperative
learning harus berpatok pada tiga prinsip. Adanya penghargaan
kelompok, tanggung jawab individual, dan kesempatan yang sama
untuk sukses.
d. Langkah-langkah Cooperative Learning
Sebuah model dalam kegiatan pembelajaran memiliki langkah-
langkah secara sistematis dalam penerapannya. Ibrahim dalam
Trianto (2010: 66−67) menyatakan bahwa terdapat enam langkah
utama atau fase pokok dalam penerapan cooperative learning:
1) Fase 1, menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingindicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2) Fase 2, menyajikan informasi.Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalandemonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3) Fase 3, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkooperatif.Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranyamembentuk kelompok belajar dan membantu kelompok agarmelakukan transisi secara efisien.
12
4) Fase 4, membimbing kelompok bekerja dan belajar.Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saatsiswa mengerjakan tugas-tugas siswa.
5) Fase 5, evaluasi.Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telahdipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikanhasil kerjanya.
6) Fase 6, memberikan penghargaan.Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upayamaupun hasil belajar individu dan kelompok.
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa pembelajaran dapat
dikatagorikan cooperative learning apabila terdapat enam langkah
utama atau fase pokok seperti yang telah dipaparkan di atas.
Penyampaian tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi,
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif,
membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi, dan
memberikan penghargaan.
e. Jenis-jenis Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang
memiliki banyak tipe atau jenis dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Slavin dalam Yusron (2005: 214) jenis-jenis model
cooperative learning yang menggunakan metode spesialisasi tugas di
antaranya, yaitu group investigation, co-op co-op, dan jigsaw.
Menurut Isjoni (2007: 51), model cooperative learning terbagi
menjadi beberapa jenis variasi model yang dapat diterapkan, yaitu di
antaranya: jigsaw, group investigation, co-op co-op, group resume,
dan rotating trioexchange.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
model cooperative learning memiliki banyak jenis yang
13
menggunakan metode spesialisasi tugas yang dirancang agar siswa
menjalankan peran khusus dalam menyelesaikan seluruh tugas
kelompok. Spesialisasi tugas menyelesaikan masalah tanggung
jawab individual dengan membuat setiap siswa memiliki tanggung
jawab khusus dalam kontribusinya sendiri terhadap kelompok serta
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
2. Model Cooperative Learning Tipe Co-Op Co-Op
a. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Co-Op Co-Op
Cooperative learning memiliki benyak jenis metode spesialisasi
tugas yang di antaranya co-op co-op. Slavin dalam Yusron (2005:
229) co-op co-op adalah sebuah group investigation yang cukup
familiar. Metode ini menempatkan tim dalam kooperasi antara satu
dengan yang lainnya untuk mempelajari sebuah topik di kelas.
Co-op co-op memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja
sama dalam kelompok-kelompok kecil, pertama untuk meningkatkan
pemahaman siswa, dan selanjutnya memberikan siswa kesempatan
untuk saling berbagi pemahaman baru dengan teman sekelasnya.
Aktivitas ini mendorong kemandirian siswa sekaligus kerja sama
dalam kelompok.
Menurut Kagen dalam Warsono dan Hariyanto (2012: 235)
menyatakan bahwa model co-op co-op mampu merangsang siswa
untuk dapat bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, menuntut
persiapan yang sangat matang, dan menutut semangat yang tinggi
14
untuk mengikuti pelajaran agar dapat mempersiapkan tampilan yang
diharapkan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
cooperative learning tipe co-op co-op merupakan model
pembelajaran spesialisasi tugas yang mengajak siswa memahami
tugas masing-masing di dalam kelompoknya. Selain itu, saling
berbagi informasi yang telah dikumpulkan siswa kepada siswa satu
kelompoknya dan siswa bertanggung jawab atas sebagian dari
keseluruhan tugas.
b. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Co-Op Co-Op
Model cooperative laerning tipe co-op co-op memiliki
kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari model cooperative
learning tipe co-op co-op menurut Kagen dalam Warsono dan
Hariyanto (2012: 238), antara lain:
1) Dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengerjakantugas pada kelompoknya masing-masing.
2) Memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalamkelompok-kelompok kecil.
3) Dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang diri sendiridan dunianya.
4) Dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk saling berbagipemahaman baru dengan teman-teman sekelasnya.
Sedangkan kelemahan dari model cooperative learning tipe co-
op co-op, antara lain:
1) Siswa yang pandai akan merasa bahwa dirinya yang palingmampu untuk mengerjakan tugas kelompoknya.
2) Dalam pelaksanaan kerja kelompok siswa yang mampu akanmendominasi presentasi kelompoknya.
15
c. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Co-Op Co-Op
Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah dalam
pelaksanaannya, agar mudah diterapkan dalam pembelajaran.
Menurut Kagen dalam Warsono dan Hariyanto (2012: 237) langkah-
langkah pembelajaran cooperative learning tipe co-op co-op adalah
sebagai berikut.
1) Guru melakukan presentasi secara singkat garis besar temapembelajaran.
2) Setiap kelompok siswa memilih topik pembelajaran yangsesuai tema pembelajaran.
3) Siswa membagi menjadi sejumlah subtopik sesuai jumlahsiswa dalam kelompok. Setiap siswa mendapatkan satusubtopik.
4) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab dalammempelajari dan mengajarkan bahan ajar dalam subtopikyang dipelajarinya kepada anggota tim lain.
5) Setiap tim kemudian melakukan presentasi di hadapanseluruh kelas.
6) Refleksi bagi seluruh kelas.
Sedangkan Slavin dalam Yusron (2005: 304) mengemukakanada sembilan tahapan pembelajaran dalam model cooperativelearning tipe co-op co-op, di antaranya: Tahap 1, Diskusi kelasyang terpusat pada siswa. Tahap 2, Pemilihan tim belajar siswadan pembentukan tim. Tahap 3, Pemilihan topik. Tahap 4,Pemilihan minitopik. Tahap 5, Persiapan minitopik. Tahap 6,Presentasi minitopik. Tahap 7, Persiapan presentasi tim. Tahap8, Presentasi tim. Tahap 9, Evaluasi.
Berdasarkan kajian di atas, maka yang dimaksud dengan model
cooperative learning tipe co-op co-op yaitu model pembelajaran
yang menggunakan spesialisasi tugas untuk mengajak siswa
memahami tugas masing-masing di dalam kelompoknya. Saling
berbagi informasi yang telah dikumpulkan siswa kepada satu
kelompoknya dan bertanggung jawab atas sebagian dari keseluruhan
tugas pada setiap kelompok.
16
Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan langkah-langkah
model cooperative learning tipe co-op co-op dalam penelitian ini
mengembangkan dari pendapat Kagen, yaitu: (1) guru menjelaskan
materi pembelajaran secara singkat melalui media grafis (gambar,
sketsa, diagram, bagan, dan grafik), (2) guru membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok memilih topik
pembelajaran yang sesuai materi pembelajaran, (3) setiap topik
dalam kelompok dibagi menjadi beberapa subtopik, (4) setiap
kelompok mempelajari dan mengajarkan bahan ajar dalam subtopik
yang dipelajarinya kepada anggota tim, (5) setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelompok lain, (6) guru
dan siswa melakukan refleksi bersama.
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan pesan
atau informasi yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar
memudahkan guru dalam penyampaian materi pembelajaran dan
memudahkan siswa untuk menerima materi pembelajaran.
Asra (2007: 5.5) mengemukakan bahwa kata media dalam“media pembelajaran” secara harfiah berarti perantara atau pengantar,sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yangdiciptakan untuk membuat seseorang melakukan sesuatu kegiatanbelajar. Media pembelajaran memberikan penekanan pada posisimedia sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untukmengondisikan seseorang belajar.
Sementara itu Gerlach dan Ely dalam Aryad (2011: 3) mengatakan
bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi
17
atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini,
guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Sedangkan
Musfiqon (2012: 28) mengungkapkan bahwa secara lebih utuh media
pembelajaran dapat digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa
dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala bentuk saluran sebagai perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media pembelajaran
dapat merangsang minat siswa untuk belajar serta membantu guru dan
siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media
itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar
yang besar jumlahnya, yaitu (a) memotivasi minat atau tindakan, (b)
menyajikan informasi, dan (c) memberi instruksi (Kemp dan Dayton
dalam Musfiqon, 2012: 33).
Fungsi dari media pembelajaran juga diungkapkan oleh Asyhar (2011:
29−35) bahwa media pembelajaran memiliki beberapa fungsi yang
dijelaskan sebagai berikut.
a. Media sebagai sumber belajar, media pembelajaran berperansebagai salah satu sumber belajar bagi siswa.
b. Fungsi semantik, melalui media dapat menambah perbendaharankata atau istilah.
c. Fungsi manipulatif, adalah kemampauan suatu benda dalammenampilkan kembali suatu benda atau peristiwa dengan berbagaicara, sesuai kondisi, situasi, tujuan dan sasarannya.
18
d. Fungsi fiksatif, adalah kemampuan media untuk menangkap,menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadianyang sudah lampau.
e. Fungsi distributif, bahwa dalam sekali penggunan satu materi,objek atau kejadian dapat diikuti siswa dalam jumlah besar dandalam jangkauan yang sangat luas.
f. Fungsi psikologis, media pembelajaran memiliki beberapa fungsiseperti atensi, afektif, kognitif, imajinatif, dan fungsi motivasi.
g. Fungsi sosio kultural, penggunaan media dapat mengatasihambatan sosio kultural antarsiswa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran memiliki fungsi di antaranya (a) memotivasi minat atau
tindakan, (b) menyajikan informasi, dan (c) memberi instruksi. Fungsi dari
media pembelajaran dapat mendukung pelaksanaan proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat praktis media dalam proses pembelajaran
disampaikan oleh Sudjana dan Rivai dalam Arsyad (2011: 24-25) adalah
sebagai berikut.
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapatmenumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapatlebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai danmencapai tujuan pembelajaran.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-matakomunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidakhanya mendengar uraian guru, tetapi juga aktivitas lain sepertimengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, danlain-lain.
e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman,dan menimbulkan persepsi yang sama.
f. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.
19
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat
praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar
mengajar akan lebih menarik. Selain itu, penggunaan media pembelajaran
dapat memperjelas materi yang disampaikan dan menjadikan
pembelajaran lebih bermakna.
4. Karakteristik Media Pembalajaran
Setiap jenis pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Asyhar (2011: 53-57) mengungkapkan
karakteristik media pembelajaran sebagai berikut.
a. Media visual, media yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yangterdiri dari garis, bentuk warna dan tekstur.
b. Media audio, merupakan media yang isi pesannya hanya diterimamelalui indra pendengar.
c. Media audio visual, media ini dapat menampilkan unsur gambar(visual) dan suara (audio).
d. Multimedia, media yang melibatkan beberapa jenis media untukmerangsang semua indra dalam satu kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik
media pembelajaran dikelompokkan sesuai dengan jenis dan
penggunaannya dalam proses pembelajaran.
5. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Pengelompokan jenis-jenis media pembelajaran banyak disampaikan
oleh para ahli media pembelajaran, di antaranya Asra (2007: 5.8-5.9)
mengelompokkan media pembelajaran menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti foto,gambar dan poster.
b. Media audio yaitu media yang hanya dapat didengar saja sepertikaset audio, MP3, dan radio.
20
c. Media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligusdidengar seperti film suara, video, televisi, dan sound slide.
d. Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur mediasecara lengkap seperti suara, animasi, video, grafis dan film.
e. Media realia yaitu semua media nyata yang ada di lingkunganalam, seperti tumbuhan, batuan, air, sawah dan sebagainya.
Pengelompokan jenis-jenis media pembelajaran juga diungkapkan
oleh Hamdani (2011: 250-254), yaitu:
a. Media grafis adalah media yang menyampaikan fakta, ide, dangagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka, dan simbol.
b. Media teks adalah suatu media yang membantu siswa untukfokus pada materi karena siswa cukup mendengarkan tanpamelakukan aktivitas lain yang menuntut konsentrasi.
c. Media audio adalah jenis media yang digunakan hanyamengandalkan pendengaran saja, contohnya tape recorder, danradio.
d. Media animasi adalah media yang mampu menunjukkan prosesabstrak sehingga siswa dapat melihat pengaruh perubahan suatuvariabel terhadap proses pembelajaran.
e. Media video adalah media yang memaparkan keadaan real dalamsuatu proses sehingga dapat memperkaya pemaparan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran memiliki beberapa jenis, yaitu (a) media visual, (b) media
audio, (c) media video (d) media teks, (e) media realia, (f) media grafis,
dan (g) media animasi. Setiap jenis media pembelajaran memiliki bentuk
dan cara penyajian yang berbeda-beda dalam pembelajaran.
6. Pemilihan Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran oleh guru dalam proses
pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan belajar siswa untuk
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Hernawan (2007: 39)
mengungkapkan terdapat tiga hal utama yang perlu dijadikan
pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu (a) tujuan
pemilihan media, (b) karakteristik media, dan (c) alternatif media
21
pembelajaran yang dapat dipilih. Sementara itu, Arsyad (2011: 75-76)
mengungkapkan ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam
memilih media, yaitu (a) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (b)
tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip
atau generalisasi, (c) praktis, luwes, dan bertahan lama, (d) guru terampil
menggunakannya, (e) pengelompokan sasaran, dan (f) mutu teknis.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum
menggunakan media dalam proses pembelajaran harus memperhatikan
beberapa hal di antaranya, yaitu (a) tujuan pemilihan media, (b)
karakteristik media, (c) kepraktisan, keluwesan dan ketahanan media, (d)
keterampilan guru dalam menggunakan media, dan (e) pengelompokan
sasaran. Proses penggunaan media pembelajaran akan lebih efisien
apabila guru memperhatikan terlebih dahulu media pembelajaran yang
akan digunakan sebelum menggunakan dalam pembelajaran.
7. Pengertian Media Pembelajaran Grafis
Menurut Sanjaya (2014: 156) dalam konteks media pembelajaran,
media grafis adalah media yang dapat mengomunikasikan data dan fakta,
gagasan serta ide-ide melalui gambar dan kata-kata. Dalam konsep ini
terdapat dua pemahaman konsep. Pertama, ditinjau dari tujuannya media
grafis bertujuan untuk mengomunikasikan tentang data dan fakta atau
mengomunikasikan ide dan gagasan. Kedua, dalam media grafis tidak
hanya berisi gambar atau kata-kata saja akan tetapi keduanya, maka
dilihat dari bentuknya, media grafis termasuk media visual. Sedangkan
menurut Sardiman (2009: 28) mengemukakan bahwa media grafis adalah
22
media yang menyalurkan pesan yang akan dituangkan ke dalam simbol-
simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami artinya
agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media
grafis merupakan media yang dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian media grafis dapat menyajikan dua
unsur yang berbeda yang ditata secara seimbang dan kedua unsur
tersebut saling menguatkan.
8. Kelebihan dan Kelemahan Media Grafis
Dalam Sanjaya (2014: 158) media grafis merupakan media yang
cukup populer dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan adanya
keuntungan yang melekat dalam media ini, yakni:
a. Media grafis merupakan media yang sederhana, baik dalammemproduksinya maupun cara pemakaiannya, dibanding denganjenis media yang lainnya.
b. Cara memproduksinya, media grafis tidak perlu memerlukanperalatan khusus yang rumit, sehingga tidak memerlukanketerampilan yang kompleks.
c. Kesederhanaan juga dapat dilihat dari pembiayaan (cost) yangmurah.
Kelemahan media grafis yaitu, membutuhkan keterampilan khusus
dalam pembuatannya, terkadang ukurannya terlau kecil untuk digunakan
pada kelompok siswa yang cukup besar, tanggapan siswa berbeda-beda
terhadap media yang sama.
9. Jenis-jenis Media Grafis
Menurut Sanjaya (2014: 159) terdapat jenis media grafis yang dapat
dimanfaatkan untuk menyajikan pesan pembelajaran, yaitu:
23
a. Bagan adalah media grafis untuk menyajikan pesan pembelajarandengan mengombinasikan unsur tulisan, gambar dan foto menjadikesatuan yang bermakna dengan maksud untuk menyederhanakanbahan pelajaran yang kompleks agar mudah dipahami.
b. Poster adalah media yang digunakan untuk menyampaikan suatuinformasi, saran atau ide-ide tertentu, sehingga dapat merangsangkeinginan yang melihatnya untuk melaksanakan isi pesantersebut.
c. Karikatur atau kartu adalah media grafis untuk mengungkapkanide atau sikap dan pandangan terhadap seseorang, kondisi,kejadian atau situasi tertentu.
d. Grafik adalah media grafis yang dapat memvisualisasikanperkembangan atau keadaan tertentu secara sederhana dan ringkasmelalui garis dan gambar.
e. Gambar dan foto merupakan media yang umum dipakai untukberbagai macam kegiatan pembelajaran. Gambar yang baik bukanhanya dapat menyampaikan saja tetapi dapat digunakan untukmelatih keterampilan berpikir serta dapat mengembangkankemampuan imajinasi siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media
grafis adalah alat untuk menyalurkan pesan atau informasi data dan fakta,
gagasan, serta ide-ide pada pembelajaran. Hal ini disesuaikan dengan
jenis media grafis yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang akan
dicapai pada pembelajaran. Adapun indikator dalam pemilihan media
grafis, yaitu: (1) menyajikan pesan, informasi, saran atau ide sesuai
dengan materi pembelajaran, (2) bersifat sederhana, (3) warna tulisan
jelas dan menarik, (4) media diletakkan pada tempat strategis yang
terlihat oleh siswa, dan (5) penggunaan media sesuai dengan materi dan
tujuan pembelajaran.
C. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia sejak
dilahirkan di dunia dan sepanjang hayatnya untuk memperbaiki dirinya.
24
Banyak teori tentang belajar yang dikembangkan oleh para ahli, di
antaranya ada tiga katagori utama mengenai teori-teori belajar, yaitu teori
belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar
konstruktivisme.
Salah satu teori belajar yang banyak menjadi perbincangan adalah
teori belajar konstruktivisme. Hal ini dikarenakan perkembangan terakhir
dalam pendidikan saat ini, banyak bermuara pada penerapan berbagai
strategi pembelajaran yang berorientasi pembelajar (Student centered
learning strategies) dengan ciri-ciri, yaitu (a) belajar aktif, (b) belajar
mandiri, (c) belajar kooperatif dan kolaboratif, dan (d) generative
learning. Berbagai model pembelajaran kognitif, yaitu (a) problem based
learning, (b) discovery learning, dan (c) cognitive strategies. Semuanya
itu didasarkan pada teori belajar atau aliran filsafat konstruktivisme.
Daryanto (2010: 2) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Pengalaman seseorang dalam interaksinya dengan lingkungan harus terus
ditingkatkan agar terjadi perubahan yang lebih baik lagi. Menurut Trianto
(2010: 103) belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara
interaktif antara faktor pada diri seseorang dengan faktor lingkungan,
sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan pada dirinya. Selama pembentukan
25
pengetahuan dan perubahan tingkah yang baru pada individu melalui
interaksi dengan lingkungan harus aktif melakukan kegiatan, aktif
berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang
harus dipelajari.
2. Aktivitas Belajar
Belajar sangat memerlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak akan
mungkin berjalan dengan baik. Seperti yang dinyatakan Sardiman (2009:
100) bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun
mental. Hamalik (2009: 197) mendefinisikan bahwa aktivitas belajar
sebagai aktivitas yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.
Aktivitas yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menurut Kunandar (2010: 277)
aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran,
perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang
keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar adalah aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran.
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mencakup aktivitas sikap,
pikiran, dan perbuatan guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran.
Adapun indiktor aktivitas yang dikembangkan dalam penelitian ini
meliputi: (1) memperhatikan penjelasan guru, (2) bertanya pada guru, (3)
menjawab pertanyaan dari guru, (4) memberikan pendapat, (5) antusias
dalam mengikuti semua tahapan pembelajaran model cooperative learning
tipe co-op co-op dengan menggunakan media grafis, (6) kerja sama dalam
26
kegiatan diskusi kelompok, (7) tidak mengganggu teman, dan (8)
menyimpulkan pembelajaran bersama dengan guru.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses belajar individu
selama masa belajarnya. Menurut Kunandar (2013: 62) bahwa hasil belajar
adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun
psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran. Menurut Bloom dalam Sudjana (2010: 22-23)
mengungkapkan bahwa:
a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan caramengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentangdirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-bendayang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
b. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengankeluarga, teman, guru, dan tetangganya.1) Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.2) Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh terhadap peraturan.3) Tanggung jawab, adalah sikap seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, individu, dansebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
4) Kerja sama adalah sikap baik dalam pergaulan dalam perilakuseseorang.
5) Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapanterhadap suatu perbedaan.
6) Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikankeyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak.
c. Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual dalambahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis,dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakanyang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Pengukuran
hasil belajar dapat dilakukan dengan pemberian tes hasil belajar siswa. Hasil
27
dari pengukuran menggunakan soal-soal tes hasil belajar adalah data
kuantitatif yaitu angka-angka. Pengukuran hasil belajar pada ranah kognitif
dengan indikator (a) pengetahuan, (b) pemahaman, (c) penerapan, (d)
analisis, dan (e) sintesis. Pengukuran pada ranah afektif dengan indikator
(a) bertanggung jawab, (b) percaya diri, (c) disiplin, (d) jujur, (e) kerja
sama, dan (f) peduli. Sedangkan pengukuran pada ranah psikomotor
dengan indikator (a) meniru, (b) melakukan dengan prosedur, (c)
melakukan dengan baik dan tepat, dan (d) melakukan tindakan secara
alami.
D. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Pengertian IPS
Mata pelajaran IPS merupakan bidang keilmuan yang mengkaji
tentang kehidupan sosial masyarakat. Kosasih Djahiri dalam Sapriya
(2006: 7) mengungkapkan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang
memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan
ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik
untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Menurut
Sumantri (2001: 89) bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan dan
bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik
dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science),
maupun ilmu pendidikan. IPS merupakan satu kesatuan sub-disiplin ilmu
yang tidak dapat berdiri sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPS
merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu
28
tersendiri. IPS memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang
ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip
pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat
persekolahan.
2. Karakteristik Pembelajaran IPS
Mata pelajaran IPS yang mengkaji tentang kehidupan sosial
masyarakat memiliki karakteristik dalam proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Kosasih Djahiri dalam Sapriya (2006: 8) mengungkapkan
bahwa karakteristik pembelajaran IPS yaitu:
a. Menentukan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya.b. Penelaahan pembelajaran IPS bersifat komprehensif.c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inkuiri.d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau
menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosialdan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman,permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepadakehidupan di masa depan.
e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangatlabil.
f. IPS menghayati hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar-manusia yang bersifat manusiawi.
g. Pembelajaran tidak mengutamakan pengetahuan semata.h. Berusaha untuk memuaskan siswa yang berbeda melalui program
maupun pembelajarannya.i. Pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan
prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar), dan pendekatan yangmenjadi ciri IPS itu sendiri.
Trianto (2010: 174-175) mengemukakan beberapa karakteristik
dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai berikut.
a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsurgeografi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan,sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan danagama.
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal daristruktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi yang
29
dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atautopik (tema) tertentu.
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS jugamenyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan denganpendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menyangkutperistiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsipsebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaanlingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survice seperti pemenuhankebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik IPS merupakan pengkajian tentang kehidupan sosial
masyarakat dalam psoses pembelajaran baik di lingkungan maupun di
masyarakat.
3. Tujuan Pembelajaran IPS
IPS merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan
dalam lingkungan yang terbatas yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa
atau dalam lingkungan yang luas yaitu lingkungan negara lain baik yang ada
di masa sekarang maupun di masa lampau. Hal ini disesuaikan dengan taraf
kemampuan berpikir siswa dan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
IPS. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menjelaskan bahwa tujuan
pembelajaran IPS yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupanmasyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasaingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalamkehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dalam kesadaran terhadap nilai-nilai sosialdan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama danberkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,nasional, dan global.
30
Menurut Remy dalam Winataputra (2008: 8.3) bahwa tujuan
mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk menjadikan
seseorang menjadi warga negara yang baik semakin sulit dan kompleks
akibat kemajuan ilmu dan teknologi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPS memiliki tujuan untuk membekali siswa dengan
beberapa kemampuan, di antaranya yaitu mengenal konsep-konsep
kehidupan masyarakat, memiliki kemampuan dasar berpikir logis dan
kritis. Selai itu memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial, dan memiliki kemampuan berkomunikasi, serta bekerja sama dalam
tingkatan lokal, nasional, maupun global. Kemampuan yang diberikan
kepada siswa adalah untuk mempersiapkan dirinya dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Pendidikan IPS SD
Mempertimbangkan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian
luas, pembelajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai
dengan kemampuan siswa tiap jenjang. Ruang lingkup pembelajaran IPS
pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Permendiknas No. 22 tahun 2006
tentang setandar isi menjelaskan bahwa IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai SMP/MTS. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS
31
memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi yang diberikan
secara terpadu.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPS SD
merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Materi yang
diberikan memuat Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi yang
disajikan secara terpadu. Sesuai gejala dan masalah sosial kehidupan
sehari-hari di lingkungan sekitar siswa. Materi pelajaran diberikan secara
terstruktur dari hal-hal mudah kepada hal yang sulit.
E. Penilaian Autentik
1. Pengertian Penilaian Autentik
Sebagai bentuk implikasi dari penerapan SKL (Standar Kompetensi
Lulusan) maka proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang
bersifat formatif maupun sumatif mesti beracuan kriteria. Guru pada
intinya harus mengembangkan penilaian autentik berkelanjutan yang akan
menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.
Kunandar (2013: 35) penilaian autentik adalah kegiatan menilai
peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik
proses maupun hasil. Dengan demikian, instrumen penilaian yang
disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi
atau Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
penilaian autentik merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi tentang hasil belajar peserta didik berdasarkan indikator-
32
indikator pencapaian hasil belajar. Instrumen penilaian disesuaikan dengan
tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
2. Karakteristik Penilaian Autentik
Setiap penilaian memiliki karakteristik tersendiri, begitu juga dengan
penilaian autentik. Riyanto (2009: 175) mengungkapkan bahwa
karakteristik penilaian autentik adalah sebagai berikut.
a. Dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung.b. Biasa digunakan untuk tes formatif maupun tes sumatif.c. Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat
fakta.d. Berkesinambungan (secara terus menerus).e. Terintegrasi (satu kesatuan yang utuh).f. Dapat digunakan sebagai feed back.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik penilaian
autentik harus berpusat pada siswa dan dapat menilai siswa yang berbeda
kemampuan. Penilaian autentik dilakukan secara terus menerus dan
merupakan kesatuan yang utuh.
3. Prinsip Penilaian Autentik
Setiap penilaian memiliki prinsip tersendiri, begitu juga dengan
penilaian autentik. Komalasari (2010: 151-152) mengemukakan bahwa
prinsip-prinsip penilaian autentik adalah sebagai berikut.
a. Validitas, melihat apa yang seharusnya dinilai denganmenggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi.
b. Reliabilitas, berkaitan dengan konsistensi hasil penilaian.c. Menyeluruh, penilaian dilakukan menyeluruh mencakup seluruh
domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar (kognitif,afektif, dan psikomotor).
d. Berkesinambungan, penilaian dilakukan terencana, bertahap, danterus menerus untuk memperoleh gambaran pencapaiankompetensi siswa dalam kurun waktu tertentu.
33
e. Objektif, penilaian harus adil, terencana, dan menerapkan kriteriayang jelas dalam pemberian skor.
f. Mendidik, proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untukmemotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru,meningkatkan kualitas belajar dan membina siswa agar tumbuhdan berkembang secara optimal.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-
prinsip penilaian autentik harus bersifat holistik yang mencakup semua
aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
Penilaian autentik harus berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan
terencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran
pencapaian kompetensi siswa dalam kurun waktu tertentu.
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian dilakukan untuk mencari penyebab kestabilan pada setiap
pembelajaran. Pada dasarnya penilaian tidak berjalan dari awal secara murni,
tetapi pada umumnya telah ada acuan yang telah mendasari atau telah ada
penelitian yang sejenis. Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini.
1. Winaranti (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Learning Type Co-Op Co-Op untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS
Kelas VA SD Negeri 04 Metro Utara Tahun Pelajaran 2011/2012”.
2. Naro (2010) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Tipe Co-Op Co-Op pada Materi Gelombang Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Lubuklinggau”.
Mencermati terhadap dua hal di atas dengan penelitian yang akan
dilakukan, yaitu penggunaan model pembelajaran. Penelitian yang dilakukan
34
oleh Winaranti merupakan penelitian tindakan kelas pada jenjang Sekolah
Dasar, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Naro adalah penelitian
tindakan kelas pada jenjang Sekolah Menengah Pertama. Dua hal tersebut
sama dalam penggunaan model cooperative learning tipe co-op co-op untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Kedua penelitian tersebut
sama dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan model
cooperative learning tipe co-op co-op untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan ialah
tempat dan waktu penelitian serta hasil yang diperoleh.
G. Kerangka Pikir
Prestasi belajar siswa ditentukan oleh pemilihan model pembelajaran
guru. Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran
sangat mendukung dari keberhasilan proses kegiatan pembelajaran. Dalam
model pembelajaran cooperative learning tipe co-op co-op dengan media
grafis siswa dituntut untuk aktif dan inovatif dalam proses pembelajaran.
Membantu siswa belajar menghargai siswa lain serta bekerja sama dengan
orang lainnya sehingga mempermudah siswa untuk memahami materi yang
diajarkan oleh guru.
Kondisi awal yang menjadi sebab dilakukannya penelitian ini adalah
terdapat masalah dalam pembelajaran IPS pada saat pembelajaran
berlangsung, yakni: (1) siswa belum terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran sehingga menyebabkan aktivitas siswa masih cenderung pasif,
(2) suasana belajar siswa pasif, guru belum optimal dalam memberikan
35
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, ide dan gagasan, (3)
guru kurang mengoptimalkan penerapan model dan media pembelajaran
dalam proses pembelajaran IPS di kelas, (4) rendahnya aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas VA pada mata pembelajaran IPS. Oleh karena itu, peneliti
melakukan perbaikan dengan menerapkan model cooperative learning tipe co-
op co-op dengan media grafis. Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan
dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut.
Gambar 2.1 Bagan kerangka pikir
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran IPS menerapkan
model cooperative learning tipe co-op co-op dengan media grafis
menggunakan langkah-langkah yang tepat, maka aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas VA SD Negeri 04 Metro Barat dapat meningkat”.
Dalam pembelajaran IPSguru masihmenggunakan metodeceramah dan kurangkreatif dalammenggunakan model danmedia pembelajaransehingga aktivitas danhasil belajar siswarendah.
Meningkatnyaaktivitas dan hasilbelajar siswa yangtuntas 75% darijumlah siswa atautelah mencapaiKKM yangditentukan yaitu≥66.
Penerapan model
cooperative
learning tipe co-
op co-op dengan
media grafis
INPUT OUTPUTPROSES