Post on 01-Feb-2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Tujuan Praktikum
Meneliti waktu tidur (dormasi) biji padi.
1. 2 Dasar Teori
Biji dikatakan dorman apabila dalam keadaan viabel idak mau berkecambah
walaupun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat bagi
perkecambahannya. Dormasi biji dapt disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal
berupa kondisi biji itu sendiri maupun eksternal pada masa pembentukannya seperti
suhu dan cahaya. Periode dormasi biji dpat berlangsung musiman atau dapat juga
bertahun-tahun, bergantung kepada jenis biiji dan tipe dormansinya. (Tim Mata
Kuliah Fisiologi Tumbuhan;2011)
Dormasi biji sebenarnya merupakan suatu mekanisme untuk
mempertahankan diri teradap berbagai kondisi lingkungan yang tidak ramah seperti
ketersediaan air yang terbatas, suhu yang tidak terlalu dingin, atau intensitas cahaya
yang terlalu rendah. Mekanisme internal ini antara lain dapt berupa impermeabilitas
kulit biji terhadap air dan gas, embrio yang rudimenter, adanya inhibitor, rendahnya
kandungan zat perangsang tumbuhan. (Tim Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. 2011)
“Dorman” artinya “tidur” atau “beristirahat”. Para ahli biologi menggunakan
istilah itu untuk tahapan siklus hidup, seperti buji dorman, yang memiliki laju
metabolisme yang sangat lambat an sedangkan tidak tumbuh an berkembang.
(Campbell,dkk. 364-365. 2003)
Dormasi pada biji menigkatkan peluang bahwa perkembangan akan terjadi
pada waktu dan tempat yang paling mengntungkan bagi pertumbuhan biji.
1
Pengakhiran periode dormansi umunya memerlukan kondisi lingkungan yang
tertentu. Biji tumbuhan gurun, mialnya, hanya berkecambah setelah curah hujan yang
memadai. Jika mereka harus berkecambah setelah hujan rintik-rintik yang sedang,
tanah mungkin akan terlalu cepat kering sehingga tidak dapt mendukung
pertumbuhan biji. Di tempat di mana kebakaran alamiah biasa terjadi banyak biji
memerlukan panas yang sangat tinggi untuk mengakhri dormasi; dengan demikian
pertumbuhan biji menjadi paling berlimpah setelah api menghanguskan vegetasi yang
menjadi saingannya tersebut. Di tempat dimana musim dinginsangat parah, biji
mungkin memerlukan pemaparan terhadap cuaca dingin yang lebih lama, biji yang
disemaikan selama musim panas atau musim gugur tidak akan berkecambah sampai
musim semi berikutnya. Hal ini akan memastikan musim tumbuhan yang panjang
sebelum musim dingin berikutnya. Biji yang sangat kecil, seperti beberapa biji dari
varietas lettuce, memrlukan cahaya untuk perkecambahan dan akan mengakhiti
dormansinya hanya jika ditanam cukup dangkal sehingga kecambah benih bisa
muncul menembus permukaan tanah. Beberapa biji memiliki kulit pembungkus yang
harus dilemahkan dengan senyawa-senyawa kimia ketika biji-biji tersebut melewti
saluran pencernaan hewan dan akibatnya cenderung akan terbawa hingga jarak yang
cukup jauh sebelum berkecambah. (Campbell,dkk;365. 2003)
Lama waktu di mana biji dorman masih hidup dan mampu berkeambah
bervarisi dari beberapa hari hingga beberapa dekade ataubahkan lebih lama lagi,
bergantung pada spesies da kondisi lingkungan. Sebagian besr biji sangat tahan lama
sehingga bisa bertahan selama satu atau dua tahun sapai kondisi memungkinkan untk
berkecambah. Dengan demikian, tanah memiliki kumpilen biji yang belum
berkecambah yang mungkin telah menumpuk selama beberqapa tahun. Hal ini
merupakan salah satu alasan mengapa vegetasi bisa kmuncul kembali sedemikian
cepatnya setelah kejadian kebakaran, kekeringan, banjir, tau beberapa bencana alam
lainnya. (Campbell, dkk; 365. 2003)
2
Klasifikasi Dormansi Biji
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo.
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.
a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi
Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri
b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
Mekanisme fisik
Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi:
- mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
- fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel
- kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat
Mekanisme fisiologis
Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:
3
- photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
- immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang
- thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
c. Berdasarkan bentuk dormansi
Kulit biji impermeabel terhadap air/O2
Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp
Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik.
Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum.
Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
Embrio belum masak (immature embryo)
Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon (melinjo)
Embrio belum terdiferensiasi Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu
untuk mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna.
Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur rendah dan zat kimia.
Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam penyimpanan kering
Dormansi karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pengupasan kulit.
4
Biji membutuhkan suhu rendah
Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae. Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur, melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi.
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
- jika kulit dikupas, embrio tumbuh
- embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
- embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
- perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
- akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
Biji bersifat light sensitive
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari).
Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya).
Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively photoblastic
5
menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur rendah.
Kualitas cahaya
Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually antagonistic (sama sekali bertentangan): jika diberikan bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi alternatif):
P650 : mengabsorbir di daerah merah
P730 : mengabsorbir di daerah infra merah
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah menjadi P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah proses perkecambahan.
Photoperiodisitas
Respon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur:
- Pemberian temperatur 10-200C : biji berkecambah dalam gelap
- Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki cahaya untuk berkecambah
- Pemberian temperatur >350C : perkecambahan biji dihambat dalam gelap atau terang
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang diubah-ubah. Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat digantikan oleh zat kimia seperti KNO3, thiourea dan asam giberelin.
Dormansi karena zat penghambat
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi
6
yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.
Teknik Pematahan Dormansi Biji
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo.
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam (Schmidt, 2000). Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun chemis. Hartmann (1997) mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya.
Tipe dormansi
Karakteristik Contoh spesies
Metode pematahan dormansiAlami Buatan
Immature embryo
Benih secara fisiologis belum mampu berkecambah, karena embryo belum masak walaupun biji sudah masak
Fraxinus excelcior, Ginkgo biloba, Gnetum gnemon
Pematangan secara alami setelah biji disebarkan
Melanjutkan proses fisiologis pemasakan embryo setelah biji mencapai masa lewat-masak (after-ripening)
Dormansi mekanis
Perkembangan embryo secara fisis terhambat karena adanya kulit biji/buah yang keras
Pterocarpus, Terminalia spp, Melia volkensii
Dekomposisi bertahap pada struktur yang keras
Peretakan mekanis
Dormansi fisis
Imbibisi/penyerapan air terhalang oleh lapisan
Beberapa Legum &
Fluktuasi suhu Skarifikasi mekanis,
7
kulit biji/buah yang impermeabel
Myrtaceae pemberian air panas atau bahan kimia
Dormansi chemis
Buah atau biji mengandung zat penghambat (chemical inhibitory compound) yang menghambat perkecambahan
Buah fleshy (berdaging)
Pencucian (leaching) oleh air, dekomposisi bertahap pada jaringan buah
Menghilangkan jaringan buah dan mencuci bijinya dengan air
Dormansi merupakan suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda yaitu keadaan yang istirahat.
Dormansi merupakan kondisi yang belangsung selam satu periode tertentu yang tidak terbatas walaupun berada dalam keadaan yang menguntungkan untuk perkecambahan (Sutopo, 1988).
Menurut Justice (1978), dormansi pada beberapa jenis benih yang disebabkan oleh :
1. Struktur benih, misalnya kulit beih, braktea, gulma, perikarp dan membrane, yang mempersulit keluar masuknya air dan udara.
2. Kelainan fisiologis pada embrio.3. Penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lainnya, dan4. Gabungan dari factor–factor diatas.
Tipe-Tipe Dormansi
Menurut Sutopo ( 1988 ), tipe – tipe dormansi terbagi atas 4 bagian yaitu :
1. Impermeabilitas kulit biji terhadap air,2. Mekanisme kulit biji terhadap pertumbuhan,3. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas – gas, dan4. Immaturity embrio .
Terdapat 3 macam dormansi secara luas :
1. Bawaan ( innate ),2. Rangsangan ( inducet ),3. Paksaan ( anvorced ).
Dormansi bawaan atau kandang pula disebut sebagai dormansi primer, biasanya dijumpai pada biji–bijian atau perbanyakanvegetatif sementara. Dormansi rangsangan
8
atau perbanyakan merupakan pengaruh lingkungan sekitar biji atau organ perbanyakan vegetatif setelah terlepas dari nduknya. Domansi paksaan disebabkan oleh adanya factor lingkungan yang menguntungkan untuk dimulainya pertumbuhan, akibat kekurangan suhu yang tidak menguntungkan (Sutopo, 1988).
Cara Mengatasi Dormansi
Menurut Sutopo (1988), cara –cara mematahkan dormansi yaitu sebagai berikut :
- Perlakuan mekanis
Perlakuan mekanis umum digunakan untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas, resistensi mekanis kulit perkecambah yang terdapat pada kulit biji
- Perlakuan kimia
Perlakuan dengan menggunakan bahan–bahan kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuannya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi.
- Perlakuan perendaman dengan air
Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Perendaman yang baik pada biji lamtoro adalah pada suhu 180o – 200oF yang bertujuan untuk meningkatkan suatu perkecambahan dan memudahkan penyerapan air oleh benih.
Dormansi pada Benih yang Disimpan
Hubungan antara dormansi dengan penyimpanan yaitu pada beberapa keadaan, penyimpanan dapat mempengaruhi dormansi. Dormansi pada beberapa spesies dapat menghilang. Bila disimpan selama beberapa bulan pada kondisi suhu dan kelembaban nisbi lingkungan terkendali, asal dan suhunya berada di atas suhu titik beku. Ahli fisiologi benih faham benar akan metode metode terbaik untuk mempertahankan dormansi pada benih yaitu dengan jalan menyimpan pada suhu di sekitar titik beku ( Jumin, 2002 ).
Factor–factor yang meyebabkan hilangnya dorminasi pada benih sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain: karena temperature yang siliha berganti menipis kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat – zat penghambat perkecambahan, dan adanya kegiatan dari mikroorganisme ( Sutopo, 1988 ).
9
Hilangnya sifat dormansi tergantung pada waktu penyimpanan dimana ada beberapa jenis spesies yang dorminansinya hilang pada minggu ketujuh hingga ke sebelas setelah panen, suhu dimana dormansi akan hilang bila diletakkan pada suhu di atas titik beku (Jumin, 2002 ) dalam http://www.ojimori.com/2011/06/29/hubungan-antara-dormansi-dan-penyimpanan/
10
BAB II
METODOLOGI
2. 1. Alat dan Bahan
1.1.1. Alat
a) 2 cawan petri
b) Kertas Merang
c) Label
1.1.2. Bahan
a) Biji padi yang masih baru (setelah dipanen)
b) Biji lpadi lama (telah disimpan)
c) Air
2. 2. Cara Kerja
a) Menyiapkan 100 biji padi baru dan 100 biji padi lama
11
Biji padi lama Biji padi baru
b) Masing-masing cawan petri dialasi dengan kertas merang dan dibasahi
air,
Kertas merang
c) Meletakkan ke-100 biji pada cawan petri dengan menandai yang lama
dan yang baru,
d) Melakukan pengamatan selama 7 hari, tiap hari dihitung biji yang
berkecambah dan dicantumkan dalam tabel.
12
Biji padi lama Biji padi baru
BAB III
HASIL PENGAMATAN
13
hari ke-1 hari ke-2
hari ke-3 hari ke-3 kelompok 2
hari ke-4hari ke-4 kelompok 2
Hari
ke-
Kelompok
Biji padi lama Biji padi baru
1 2 3 4 5 6
1 Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
2 Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
perubahan
313 kecambah 12 kecambah
49
kecambah
3
kecambah
Terdapat 7
kecambah
2
kecambah
4 60
kecambah,
yang 7
akarnya
berukuran
0,5cm
58
kecambah, 5
akarnya
berukuran
1,5cm, 5
berukuran
1cm dan 1
berukuran
o,5cm
90
kecambah,
yang 21
akarnya
berukuran
1,5 cm, dan
yang 40
berukuran 1
cm.
4
kecambah
25
kecambah
7 kecamah,
2 akarnya
berukuran
1,5cm
BAB IV
14
PEMBAHASAN
1. 1
2. 1
3. 1
4. 1 Pembahasan
Dalam praktikum pada acara dormansi biji ini kami menggunakan biji padi
yang masih baru dan yang sudah lama dipanen.kami dibagi beberapa kelompok
kelompok 1-3 menggunakan biji padi yang sudah lama dan kelompok 4-6
menggunakan biji padi yang baru dipanen. Kami memilih biji padi yang bagus baik
itu yang baru maupun yang lama sebanyak 100 biji dari masing-masing biji padi yang
baru maupun yang lama. Pemilihan ini agar biji yang kami gunakan benar-benar biji
yang bagus.
Setelah itu kami menyiapkan cawan perti (namun saat praktikum
menggunakan tutup toples, karena persediaan cawan petri telah habis) dan kertas
merang untuk di letakkan 100 bii padi baik kategori lama maupun kategori
baru.Untuk biji lama perlakuan oleh kelompok 1-3 selama 2 hari belum ada
perubahan. Hal ini terjadi karena enzim yang menggerakkan biji untuk aktif masih
belum bereaksi.Namun setelah hari ke ketiga untuk perlakuan 1 terjadi perubahan
yaitu muncul kecambah sebanyak 13 kecambah.Hal ini terjadi karena pada biji padi
tersebut telah mulai aktif enzim pengatur tumbuh kecambah tersebut.Kemudian
pengamatan hari keempat pada perlakuan 1 sudah bertambah menjadi 60 biji yang
berkecambah dengan panjang yang 7 akarnya berukuran 0,5 cm sedang sisanya
belum berakar.
Pada perlakuan 2 juga identik sama untuk pengamatan selama 2 hari masih
belum ada kecambah yang muncul alasan serupa seperti perlakuan 1 terjadi juga
15
pada perlakuan 2.Namun pada hari ketiga telah terdapat perubahan yaitu terdapat 12
biji yang sudah mulai berkecambah.Hal ini terjadi karena ke 12 biji tersebut lebih
reaktif untuk tumbuh kecambah dibandingkan dengan 88 biji lainnya .Pengamatan
hari ke empat terjaadi perubahan 58 kecambah, 5 akarnya berukuran 1,5cm, 5
berukuran 1cm dan 1 berukuran 0,5 cm.Hal ini terjadi karena enzim-enzim pada biji
padi tersebut telah aktif.
Perlakuan 3 juga identik sama yaitu selama 2 hari tidak ada perubahan yang
disebabkan karena enzim pada biji padi tersebut belum aktif.Pada hari ketiga terjadi
perubahan 49 kecambah.terjadi dikarenakan enzim pada biji padi tersebut telah
aktif.Pada hari ke empat 90 kecambah, yang 21 akarnya berukuran 1,5 cm, dan yang
40 berukuran 1 cm.
Perlakuan 4 selama 2 hari pengamatan juga belum terdapat perubahan.Hal
ini terjadi karena enzim-enzim pengatur tumbuh kecambah belum ikut
aktif.Pengamatan hari ketiga sudah mulai muncul 3 kecambah, namun untuk panjang
akar belum dapat teridentifikasi karena 3 biji tesebut hanya mulai merekah kulit
bijinya saja petanda akan muncul kecambah.
Perlakuan 5 selama 2 hari tidak didapati kecambah yang muncul hal ini
terjadi karena terjadi dormansi yang cukup panjang padahal biji yang digunakan
adalah biji baru biasanya secara logika biji baru tersebut masa tidurnya tidak selama
biji lama.Hal ini mungkin terjadi penyimpangan yang disebutkan pada literature
dibagian dasar teori (factor lamanya dormansi bisa terjadi karena lingkungan dan
kondisi di dalam biji itu sendiri).Namun pada hari ke 3 di dapat 7 kecambah,
kemudian pada hari ke 4 didapati 25 kecambah.Hal ini, terjadi karena pada biji
tersebut telah aktif enzim pada biji tersebut.
Pada perlakuan 6 ini juga identik sama yaitu selama 2 hari tidak ditemui
perubahan yang dikarenakan juga serupa dengan perlakuan sebelumnya.Namun pada
hari ketiga sudah mulai muncul 2 kecambah yang untuk ukuran panjang akar belum
16
teridentifikasi .Untuk pengamatan hari keempat terdapat 7 kecamah, 2 akarnya
berukuran 1,5 cm.Hal ini terjadi dormansi telah dapat dipatahkan.
Perlakuan yang dilakukan saat praktikum kurang mengena karena untuk
mematahkan dormansi biji diperlukan perlakuan mekanik, dan perendaman air
sedang pada perlakuan kelompok saat praktikum hanya ditetesi air untuk saat
praktikum namun untuk pengamatan hari 1-4 tidak diberi perlakuan.
17
BAB V
KESIMPULAN
5. 1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa biji
lama yaitu yang disimpan lama memiliki masa tidur yang lebih panjang dibandingkan
dengan biji yang baru dipanen terbukti dengan pengamatan yang telah
dilakukan.Perlakuan 1-3 lebih banyak kecambah yang muncul mulai hari ketiga
dibandinkan dengan perlakuan 4-6.
18
Daftar Pustaka
Tim Penyusun Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan, 2011. Petunjuk Praktikum
Fisiologi Tumbuhan. Jember; Universitas Muhammadiyah Jember.
Campbell, dkk. 2003. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid II. Jakarta; Erlangga.
http://agrica.wordpress.com/2009/01/03/dormansi-biji/ diacces tanggal 15 Januari 2012
http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains/Vol%206- 2/Pematahan %20Dormansi%20Benih%20Aren%20Secara%20Fisik%20Pada %20Berbagai %20Lama%20Ekstraksi%20%20Buah.pdf diacces tanggal 15 Januari 2012
http://www.ojimori.com/2011/06/29/hubungan-antara-dormansi-dan-penyimpanan/ diacces tanggal 15 Januari 2012
19