Post on 24-Dec-2019
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangatlah penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
dan kesejahteraan masyarakat khususnya di indonesia. Proses pendidikan ini
dilakukan melalui suatu pembelajaran agar sasaran dari perubahan itu dapat
tercapai sebagaimana yang diinginkan, salah satu mata pelajaran yang terlibat
dengan kehidupan sehari-hari adalah mata pelajaran biologi.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan adanya interaksi proses
pembelajaran agar memperoleh sesuatu profesi serta menyelesaikan masalah
yang akan dihadapi. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Trianto
(2011:5) bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-
hari.
Pada proses pembelajaran biologi siswa diharapkan benar-benar aktif.
Belajar aktif akan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
siswa mengetahui kegunaan dari ilmu biologi. Meskipun biologi tidak
dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit untuk dipahami namun
masih banyak siswa yang tidak menyukainya serta tidak tertarik untuk
mempelajarinya, akibatnya membuat siswa bosan untuk mengikuti pelajaran
biologi sehingga hasil belajar rendah. Kondisi tersebut harus dihindari dan
1
dicari alternatifnya, karena kemungkinan besar akan mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 18 Januari 2016 yang
dilakukan peneliti di kelas X MA Al-Muhajirin Tugumulyo, diperoleh
informasi bahwa hasil belajar siswa di kelas X masih tergolong rendah. Hal
ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan pada ulangan tengah semester siswa di
kelas X yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 100
siswa atau 38,16 % dari 262 siswa dan siswa yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal sebanyak 162 siswa atau 61,84 % dari 262 siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran biologi yang diterapkan
selama ini kurang bervariasi karena sistem pembelajaran yang digunakan
lebih berfokus kepada guru, sehingga membuat siswa cenderung kurang aktif
dalam proses pembelajaran. Hal ini dilihat dari aktifitas siswa yang mencatat,
mendengarkan dan sedikit bertanya. Pembelajaran ini hanya menekankan satu
arah yaitu guru dengan siswa sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu adanya perbaikan cara
pembelajaran agar selama proses pembelajaran berlangsung siswa dapat
berperan lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini
dapat dilakukan dengan model Reciprocal Teaching. Keberhasilan belajar
dapat dicapai, apabila kemampuan siswa mendapatkan pengetahuan/informasi
dilakukan dengan cara memahami pengetahuan/informasi itu dengan
sedalam-dalamnya (deep understanding). Dalam kegiatan pembelajaran
menggunakan model Reciprocal Teaching, siswa aktif mencari tahu informasi
2
yang diperlukan untuk menjawab pertanyaannya sendiri sehingga relevan
dengan kebutuhan mereka sendiri.
Model Reciprocal Teaching merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan
lebih aktif. Menurut Trianto (2011:96) Reciprocal Teaching terutama
dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar
yang bersifat kerja sama untuk mengajarkan pemahaman bacaan secara
mandiri di kelas. Model tersebut merupakan model yang menerapkan empat
strategi pemahaman mandiri, yaitu: menyimpulkan bahan ajar (summarizing),
menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya (questioning), menjelaskan
kembali pengetahuan yang telah diperoleh (clarifying), kemudian
memprediksi pertanyaan selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada
siswa (predicting).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Model Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas XI IPA MA Al-Muhajirin Tugumulyo Tahun Pelajaran
2015/2016”.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:” Apakah ada pengaruh Model
Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas XI IPA MA
AL-Muhajirin Tugumulyo tahun pelajaran 2015/2016?”.
3
B. Ruang Lingkup Penelitian
Supaya penelitian ini tidak terlalu luas dan keluar dari permasalahan,
maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini diantaranya adalah:
1. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif
yaitu aspek soal Pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), Penerapan (C3),
Analisis (C4).
2. Materi pelajaran yang diberikan adalah struktur Sel.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar Biologi siswa
kelas XI IPA MA Al-Muhajirin Tugumulyo tahun pelajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai
berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Sebagai motivasi untuk memberikan kesempatan untuk aktif dalam
kegiatan belajar mengajar, mampu memahami dan mengemukakan
konsep/gagasan Biologi secara utuh dan benar sehingga dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
4
b. Bagi Guru
Proses dan hasil penelitian menjadi masukan dan pertimbangan bagi
guru untuk menjadi guru yang profesional dalam memilih model
pembelajaran terutama model pembelajaran Reciprocal Teaching yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa.
c. Bagi Sekolah
Sebagai literatur untuk memberikan sumbangan pemikiran guna
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan mata pelajaran biologi.
d. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman langsung dalam pelaksanaan model pembelajaran
Reciprocal Teaching dalam mengembangkan kemampuan peserta
didik serta memberikan sarana menimba ilmu pengetahuan untuk
menjadi guru yang profesional.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritik,
sehingga dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia
pendidikan. Untuk mengembangkan keilmuan dibidang pembelajaran
biologi dan untuk menambah khasanah kajian ilmiah dalam
mengembangkan strategi pembelajaran.
5
E. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching adalah model kegiatan
pembelajaran yang mengambil bentuk dialog antara guru dengan siswa,
dan antar siswa dengan siswa lainnya mengenai segmen teks untuk tujuan
membangun makna dari teks dengan tahapan memprediksi, membuat
pertanyaan, klarifikasi atau menjelaskan dan merangkum.
2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya dengan model Reciprocal Teacing. Hasil
belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang bersifat
kognitif yaitu komposisi soal pengetahuan (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3) dan analisis (C4) yang diperoleh melalui tes tertulis
berupa soal esay.
6
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Belajar
Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Pengertian belajar jika diperhatikan dari pendapat seseorang
dengan orang lain akan berlainan jawabannya. Hal tersebut hanya semata-
mata disebabkan dari sudut pandang aspek-aspek belajar yang mereka
kemukakan berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Robbins (dalam Trianto, 2011:15) mendefinisikan belajar sebagai
proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di
pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Pandanagan Robbins selaras
dengan apa yang dikemukakan oleh Brunner (dalam Trianto, 2011:15) bahwa
belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruksi)
pengetahuan baru berdasarkan pada pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Selain itu Harold Spears (dalam Suprijono, 2011:2) berpendapat, Learning is
to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction, dengan kata lain bahwa belajar adalah mengamati, membaca,
meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
Menurut Sudjana (2005:28) belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Selaras dengan pendapat di
atas, Dimyati dan Mudjiono (2006:7) mengemukakan bahwa belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sedangkan
7
Trianto (2011:10) berpendapat belajar tidak hanya sekedar menghafal.
Siswa harus mengonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk menciptakan
hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang telah dipahami baik dengan cara
mengamati, mendengar serta mencoba sesuatu untuk memperoleh perubahan
tindakan dan prilaku pada diri seseorang. Semakin banyak usaha belajar maka
semakin banyak terjadi perubahan yang lebih aktif.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan dasar untuk menentukan tingkat keberhasilan
siswa dalam memahami suatu materi pelajaran, dengan belajar maka siswa
dapat berkembang dan menjawab tantangan yang muncul. Bukti bahwa
seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:3). Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil
dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya.
Menurut Suprijono (2011:7) hasil belajar adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar pendidikan
sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,
8
melainkan komprehensif. Sedangkan Bloom (dalam Suprijono, 2011 : 6)
hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari interaksi tindak belajar
mengajar di mana dalam kegiatan diharapkan adanya perubahan belajar
dalam tingkah laku yang baru.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto
(2010: 54-60) adalah:
a. Faktor Internal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu
siswa atau pembelajar meliputi faktor fisik atau jasmani dan faktor mental
atau faktor rohani. Faktor fisik misalnya fisik yang lemah, sakit dan
sebagainya. Faktor mental meliputi kecerdasan atau intelegensi, minat,
konsentrasi, ingatan, dorongan rasa ingin tahu siswa dan sebagainya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu
pembelajar meliputi faktor alam fisik, lingkungan, sarana fisik dan non fisik,
serta strategi pembelajaran yang dipilih dalam proses pembelajaran untuk
menunjang proses belajar mengajar.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, secara garis besar dapat
dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) dari sisi subjek belajar dan
faktor ektern (dari luar) dari subjek belajar.
9
4. Model Pembelajaran
Menurut Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2012:133), berpendapat
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran dikelas. Menurut Soekamto (dalam Trianto, 2011:22)
mengatakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Menurut Joyce (dalam Trianto, 2011:5) mengatakan bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Setiap model
pembelajaran mengarahkan kita sebagai para perancang pembelajaran
kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian
rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu rencana dengan prosedur yang sistematis
yang digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan
10
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan belajar.
5. Model Pembelajaran Reciprocal teaching
Menurut Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2011:96) pembelajaran
terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip
pembuatan/pengajuan pertanyaan. Pembelajaran terbalik (Reciprocal
Teaching) guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif
penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku
tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan
tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan
dan suatu sistem Scaffolding (Brown dalam Trianto, 2011:96).
Menurut Hasanah (2012:135) model Reciprocal Teaching adalah
suatu model pembelajaran yang membiasakan siswa dengan empat strategi
pemahaman mandiri, yakni menyimpulkan bahan ajar (summarizing),
menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya (questioning), menjelaskan
kembali pengetahuan yang telah diperolehnya (clarifying), dan memprediksi
(predicting). Penjelasan empat strategi itu menurut Palinscar dan Brown
(dalam Hasanah 2012:135) adalah sebagai berikut:
Merangkum artinya siswa mengidentifikasi intisari dan ide utama dari
apa yang mereka baca, menanyakan artinya siswa menanyakan diri mereka
sendiri pertanyaan untuk membuat mereka yakin apakah mereka mengerti
bacaan, dengan demikian monitoring pemahaman mereka sehingga mereka
siap memulai membaca materi, mengklarifikasi artinya siswa mengambil
11
langkah-langkah untuk mengklarifikasi bagian-bagian dari teks yang
membingungkan, dan memprediksi artinya siswa mengantisipasi apa yang
mungkin baca selanjutnya berdasarkan pada isyarat-isyarat dalam teks dan ide
yang telah disajikan.
Menurut Trianto (2011:173) pembelajaran terbalik terutama
dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar
yang bersifat kerja sama untuk mengajarkan pemahaman bacaan secara
mandiri di kelas. Melalui pembelajaran terbalik siswa diajarkan empat
strategi pemahaman pengaturan diri spesifik, yaitu perangkuman, pengajuan
pertanyaan, pengklarifikasian, dan prediksi. Penggunaan pendekatan ini
dipilih karena beberapa sebab, yaitu:
a. Merupakan kegiatan yang secara rutin digunakan pembaca;
b. Meningkatkan pemahaman maupun memberi pembaca peluang untuk
memantau pemahaman sendiri; dan
c. Sangat mendukung dialog bersifat kerja sama (diskusi).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Reciprocal Teaching adalah kegiatan pembelajaran yang
menekankan kemampuan membaca dalam bentuk interaksi dialog antar guru
dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya mengenai segmen teks sehingga
siswa mampu memprediksi, bertanya, menjelaskan, dan merangkum.
12
6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Reciprocal teaching
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Reciprocal Teaching
(pembelajaran terbalik) menurut Nur dan Wikandari (Trianto, 2011:175)
melalui prosedur harian adalah sebagai berikut, disediakan teks bacaan berisi
materi yang hendak diselesaikan, dijelaskan bahwa pada segmen pertama
guru bertindak sebagai guru (model), siswa diminta membaca dalam hati
bagian teks yang ditetapkan, untuk memudahkan mula-mula bekerja paragraf
demi paragraf, Jika siswa telah menyelesaikan bagian pertama, dilakukan
pemodelan berikut ini:
1) Pertanyaan yang saya perkirakan akan ditanyakan guru adalah
2) Guru memberikan kesempatan siswa menjawab pertanyaan tersebut.
Bila perlu mereka boleh mengacu pada teks dengan kalimatnya
sendiri
3) Merangkum pokok pikiran yang terdapat dalam paragraf/subbab.
Bila perlu dapat menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan
rangkumannya
4) Memberikan kesempatan siswa untuk memprediksi hal yang akan
dibahas pada paragraf selanjutnya
5) Memberikan kesempatan siswa mengajukan komentar atau
menemukan hal yang tidak jelas pada bacaan.
Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang pengajaran yang baru
berlangsung dan mengenai bacaan, Segmen berikutnya dilanjutkan dengan
bagian bacaan/paragraf berikutnya dan dipilih satu siswa yang akan berperan
13
sebagai “guru-siswa”, siswa dilatih/diarahkan berperan sebagai “guru-siswa”
sepanjang kegiatan itu. Mendorong siswa lain untuk berperan serta dalam
dialog, namun selalu memberi “guru-siswa” itu untuk kesempatan memimpin
dialog. Memberikan banyak umpan balik dan pujian kepada “guru-siswa”
untuk peran sertanya, pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru
mengurangi peran dalam dialog, sehingga “guru-siswa” dan siswa lainnya itu
berinisiatif sendiri menangani kegiatan itu. Peran guru selanjutnya sebagai
moderator, menjaga agar siswa tetap berada dalam jalur dan membantu
mengatasi kesulitan.
Menurut Efendi (2013:94) tahapan pengajaran Reciprocal Teaching antara lain: Membaca dan mencari ide pokok bacaan berdasarkan teks bacaan yang disediakan, membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan, merangkum informasi yang penting, memprediksi, mengidentifikasi hal-hal yang tidak jelas dari teks bacaan, mengklarifikasi hal-hal yang tidak jelas tersebut.
Menurut Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2011:97) dalam
mengawali pemodelan (Reciprocal Teaching) dilakukan dengan cara
membaca satu paragraf suatu bacaan. Kemudian menjelaskan dan
mengajarkan bahwa pada saat atau selesai membaca terdapat kegiatan-
kegiatan yang harus dilakukan yaitu, 1) Memikirkan pertanyaan-pertanyaan
penting yang dapat diajukan dari apa yang telah dibaca; berkenaan dengan
wacana dan memastikan bisa menjawabnya, 2) Membuat ikhtisar/rangkuman
tentang informasi terpenting dalam wacana, 3) Memprediksi/meramalkan apa
yang mungkin akan dibahas selanjutnya, 4) Mencatat apabila ada hal-hal yang
kurang jelas atau tidak masuk akal dari suatu bagian, selanjutnya memeriksa
apakah kita bisa berhasil membuat hal-hal itu masuk akal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
langkah-langkah pembelajaran Reciprocal Teaching yang digunakan peneliti
adalah sebagai berikut:
14
a. Guru mempersiapkan teks bacaan sesuai materi dan membagikan
siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang.
b. Guru membagikan materi ajar yang akan digunakan pada
pertemuan tersebut, kemudian siswa ditugaskan untuk membacanya.
c. Setelah selesai membaca, siswa ditugaskan untuk merangkum
(menyimpulkan) bagian-bagian penting materi ajar tersebut,
menyusun pertanyaan-pertanyaan, dan menyusun pertanyaan baru
beserta jawabannya.
d. Guru memberi contoh peran siswa sebagai guru, dengan
menjelaskan materi ajar yang telah dibacanya, menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan atau memberikan stimulus kepada siswa untuk
menyusun pertanyaan.
e. Selanjutnya siswa diberitahukan bahwa untuk pertemuan
selanjutnya yang menjadi guru adalah salah seorang siswa dalam kelas
tersebut yang akan dipilih secara acak, sehingga seluruh siswa harus
siap.
f. Sebagaimana pertemuan sebelumnya, guru membagikan materi
ajar yang telah disiapkan. Dipilih seorang siswa menjadi siswa guru
yang berperan aktif bersama teman-temannya membahas materi ajar
yang telah dibacanya. Siswa guru dan teman-temannya melakukan
langkah-langkah pembelajaran dengan Reciprocal Teaching. Dalam
hal ini guru berperan sebagai pengarah jika terjadi hambatan dalam
pelaksanaan pembelajaran tersebut. Untuk pertemuan-pertemuan
selanjutnya dilakukan langkah-langkah tersebut di atas.
15
7. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
Menurut Abu dan Khabibah (dalam Efendi, 2013:87) menyatakan
bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan dari model Reciprocal Teaching
yaitu:
a. Kelebihan Model Reciprocal Teaching1) Siswa belajar dengan mengerti2) Karena belajar dengan mengerti, maka siswa tidak mudah lupa3) Siswa belajar dengan mandiri4) Siswa termotivasi untuk belajar
b. Kelemahan Model Reciprocal Teaching1) Butuh waktu yang lama2) Sangat sulit diterapkan jika pengetahuan siswa tentang materi
kurang3) Adakalanya siswa tidak mampu akan semakin tidak suka dengan
pembelajaran tersebut tidak mungkin seluruh siswa akan mendapat giliran untuk menjadi “guru siswa”.
8. Materi Sel
Sel pertama kali diamati leh Robert Hooke pada tahun 1665. Hoke
menggunakan mikroskop untuk mengamati sayatan gabus. Pada sayatan yang
diamatinya, Hooke melihat ruang-ruang kecil, yang kemudian diberi nama
sel. Kata sel berasal dari bahasa latin, yaitu celula yang bearti ruang-ruang
kecil. Ruang-ruang kecil yang diamati oleh Hooke ternyata adalah sel-sel
gabus. Akan tetapi, sel-sel gabus yang diamati Hooke merupakan sel-sel yang
tidak lagi hidup, kosong tanpa isi. Robert Brown pada tahun 1831
memperjelas defenisi sel. Menurut brown, sel adalah suatu ruangan kecil
yang dibatasi oleh membran, dimana di dalam membran tersebut terdapat
cairan yang disebut protoplasma. Pada tahun 1839 , Theodor Schwann
16
mengemukakan bahwa semua organisme tersusun atas sel. Hugo von Mohl
pada tahun 1846 membedakan antara protoplasma dengan cairan sel, yang
pada tahun 1862 oleh kölliker disebut dengan istilah sitoplasma. Rudolf
Vircov menytakan bahwa sel berasal dari sel sebelumnya.
Ernawati (2006:13) menyatakan bahwa sel merupakan unit struktural
dan fungsional terkecil dari makhluk hidup. Sel sebagai unit struktural
merupakan penyusun struktur tubuh organisme, baik uniseluler maupun
multiseluler. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel,
karena itulah sel dapat berfungsi secara otonom asalkan seluruh kebutuhan
hidupnya terpenuhi.
Sel tumbuhan dan hewan sama-sama memiliki bagian-bagian berikut:
a. Membran Plasma
Selaput atau membran plasma terletak di lapisan paling luar sel dan
membungkus suatu massa, yaitu protoplasma. Molekul-molekul penyusun
membran plasma mementuk lapisan fosfolipid bilayer. Pada lapisan
fosfolipid ini terdapat protein-protein membran, yaitu protein integral yang
terbenam dan protein periferi yang menempel. Salah satu fungsi
membrane plasma ini adalah menyelenggarakan transportasi zat yang
berlangsung dalam sel.
b. Sitoplasma
Matrik cair dalam sel disebut dengan sitoplasma.penyususn utama
sitoplasma adalah air (90%) yang berfungsi sebagai pelarut zat-zat kimia
serta sebagai media terjadinya reaksi kimiawi sel. Sitoplasma yang
17
berwujud cairan kental disebut sitosol (tanpa inti sel), komponen sitosol
berupa air, senyawa anorganik dan organik, serta sitokleton (rangka sel).
Di dalam sitoplasma terdapat berbagai organel sel yang berfungsi sebagai
pendukung kehidupan sel dan tempat sintesis juga degradasi protein.
c. Organel sel
Organel-organel yang terdapat dalam sel hewan dan tumbuhan antara
lain:
1) Inti Sel
Inti sel merupakan tempat sintesis DNA dan RNA. Fungsi utama inti
sel adalah mengatur keseluruhan aktivitas sel. Inti sel juga berperan dalam
pewarisan informasi genetik karena mengandung DNA yang disusun bersama
protein histon membentuk kromatin.
2) Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma mempunyai struktur menyerupai kantong
pipih. Fungsi RE adalah menampung protein yang disintesis oleh ribososom
(RE kasar) untuk di salurkan ke badan golgi, menyintesis lemak dan
kolesterol (RE kasar dan halus), serta berperan dalam system transport
intraseluler.
3) Ribosom
Ribosom merupakan organel sel terkecil yang tersebar di dalam sel.
Ribosom berfungsi untuk melangsungkan sintesis protein.
4) Mitokondria
18
Mitokondria sangat penting bagi metabolisme energi dalam sel.
Mitokondria diselubungi oleh membrane rangkap. Membran mitokondria
bagian dalam berlekuk-lekuk dan disebut krista. Krista berfungsi untuk
memperluas bidang permukaan mitokondria, sehingga proses respirasi seluler
berlangsung lebih efektif. Fungsi mitokodria adalah sebagai pusat respirasi
seluler yang menghasilkan ATP.
5) Lisosom
Lisosom adalah organel seperti vakuola (vakuola: kantong) berbentuk
bulat, yang menyekresikan enzim-enzim pencernaan bahan makanan. Enzim-
enzim yang dihasilkan lisosom juga berguna dalam mematikan sel. Lisosom
akan melepaskan zat-zat yang menghancurkan sel yang telah mati.
6) Badan Golgi
Fungsi utama badan golgi adalah untuk menyimpan hasil sekresi
sel. Badan golgi juga berperan dalam memproses dan mengemas protein dan
juga berperan dalam sintesis polisakarida.
7) Peroksisom
Ukuran peroksisom lebih kecil dari mitokondria dan memiliki satu
membran. Peroksisom berperan dalam metabolisme asam lemak dan
metabolit lainnya.
Hewan dan tumbuhan memiliki beberapa organel sel yang berbeda.
Organel-organel sel yang dimiliki tumbuhan tetapi tidak dimiliki hewan
adalah sebagai berikut:
19
a. Dinding Sel
Dinding sel dapat dibedakan menjadi lamella tengah, dinding primer
dan dinding sekunder. Lamela tengah adalah perekat yang mengikat sel-sel
bersama-sama agar dapat membentuk jaringan. Dinding primer adalah
dinding yang pertama kali dibentuk oleh sel baru, sedangkan dinding
sekunder dibentuk dari permukaan dalam dinding primer.
b. Vakuola
Membran vakuola adalah membran tunggal yang disebut tonoplas.
Melalui membran vakuola terjadi proses osmosis air dari sitoplasma ke
vakuola. Ini terjadi karena cairan sitoplasma bersifat hipertonik bagi
lingkungannya. Akibat perpindahan air ini, vakuola jadi membesar dan
meningkat tekanan airnya (tekanan turgor). Fungsi vakuola adalah
memelihara tekanan turgor sel, yaitu mengatur gerakan osmosis cairan dari
luar ke dalam sel. Vakuola juga berperan dalam menjaga volume sel.
c. Plastida
Plastida adalah organel khas yang memiliki membran rangkap.
Plastida mengandung berbagai pigmen. Tiga tipe utama plastid antara lain
leukoplas, kromoplas, dan kloroplas. Leukoplas adalah plastida tidak bewarna
yang terdapat dalam sel jaringan tumbuhan yang umumnya tidak terkena
sinar matahari. Kromoplas merupakan plastid non-fotosintesis yang bewarna.
Kloroplas bewarna hijau akibat adanya pigmen klorofil.
d. Glioksisom
20
Glioksisom terdapat pada biji dan menghasilkan enzim yang dapat
mengurai lemak menjadi karbohidrat. Proses penguraian ini akan
menghasilkan energi untuk selama dan sesudah perkecambahan. enzim
tersebut dapat mengurai hydrogen peroksida (H2O2).Ada juga organel yang
yang hanya ditemui pada sel hewan. Organel itu adalah sentriol yang
berbentuk seperti bintang dan berperan dalam pembelahan sel, baik mitosis
maupun meiosis.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebelumnya penelitian dengan Penerapan Model Pembelajaran
Reciprocal Teaching ini sudah pernah diteliti oleh:
Aprilia (2010) dengan judul Pengaruh model pembelajaran Reciprocal
Teaching terhadap hasil belajar Biologi siswa pada konsep protista
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran
Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar Biologi siswa pada konsep
protista. Hal ini terlihat pada perhitungan uji t, diperoleh harga t hitung 2,67
dan ttabel 1,99 pada derajat kebebasan (dk) = 78 dengan taraf signifikansi 5%.
Ini berarti thitung > ttabel (2,67 > 1,99).
Effendi (2013) dengan judul Pendekatan Pengajaran Reciprocal
Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa
SMA. Menyimpulkan bahwa Pengajaran Resiprok (Reciprocal Teaching)
merupakan suatu pendekatan yang melatihkan keterampilan melalui empat
strategi, yaitu (1) menyusun pertanyaan-pertanyaan dari teks bacaan dan
21
menjawabnya, (2) membuat rangkuman (ringkasan) informasi-informasi
penting dari teks bacaan, (3) membuat prediksi, dan (4) mengidentifikasi hal-
hal yang kurang jelas dan memberikan klarifikasi (penjelasan). Dengan empat
keterampilan tersebut, siswa akan menjadi pebelajar yang mandiri, dapat
mengerti dan memahami materi bacaan secara mendalam. (Effendi, 2013: 84-
97) Penerapan Pengajaran Resiprok perlu dilakukan sebagai salah satu
alternatif strategi pendekatan pembelajaran guna peningkatan ketuntasan hasil
belajar biologi siswa SMA.
Santiaji (2013) dengan judul Pengaruh Pembelajaran Reciprocal
Teaching dipadukan Think Pair Share Terhadap Peningkatan Kemampuan
Metakognetif Belajar Biologi Siswa SMA Berkemampuan Akademik
Berbeda Di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
penelitian ini bertujuan untuk untuk menerapkan Reciprocal Teaching (RT),
Think Pair Share (TPS), Reciprocal Teaching ditambah Think Pair Share
(RT + TPS) belajar strategis untuk meningkatkan kemampuan metakognitif
dalam pembelajaran biologi untuk siswa SMA di Sidoarjo dengan
kemampuan akademik yang berbeda. Penelitian ini merupakan eksperimen
semu. Desain penelitian adalah pre-post test non-setara desain kelompok
kontrol dengan pola 4x2 faktorial. Total sampel adalah 240 siswa. Data
dikenakan statistik anakova dan diikuti dengan uji LSD dengan gelar
signifikansi 0,05. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa strategi
pembelajaran dan kemampuan akademik mempengaruhi kemampuan siswa
metakognitif.
22
Dwi (2014) dengan judul Penerapan Pembelajaran Reciprocal
Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan
Kemandirian Belajar Matematika Siswa. Kemampuan komunikasi matematis
siswa yang mempergunakan pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik
daripada siswa yang menggunakan pembelajaran langsung. Sedangkan untuk
kemandirian belajar siswa yang diperoleh dari hasil uji perbedaan rata-rata
untuk 1 sisi sebesar 0,187 yang menyebabkan > 0,05, berdasarkan kriteria
pengujian disimpulkan terdapat perbedaan kemandirian belajar siswa antara
yang menggunakan pembelajaran Reciprocal Teaching dengan yang
menggunakan pembelajaran langsung.
Sumiati (2015) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran
Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas
X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2014/2015.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa bahwa hasil belajar fisika setelah
diterapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dalam pembelajaran
fisika di kelas X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo secara signifikan
tuntas. Rata-rata hasil belajar fisika sebesar 78,6 dengan persentase jumlah
siswa yang tuntas mencapai 79%.
Yudian (2015) dengan judul Pengaruh Model Reciprocal Teaching
terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA
Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang
menggunakan model Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang
23
menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini berarti bahwa ada
pengaruh yang signifikan model Reciprocal Teaching terhadap kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa kelas XI IPA SMA Negeri 5 Lubuklinggau
tahun pelajaran 2015/2016. Rata-rata skor post-test kelas eksperimen sebesar
26,29 dan rata-rata skor post-test kelas kontrol sebesar 20,09.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi di MA Al-
Muhajirin Tugumulyo, berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa hasil
belajar Biologi siswa kelas X MA Al-Muhajirin Tugumulyo rendah atau
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya aktif siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar serta
metode yang digunakan selama proses pembelajaran kurang variatif, sehingga
menyebabkan rendahnya hasil belajar. Kemudian peneliti perlu melakukan
perbaikan cara pembelajaran agar selama proses pembelajaran berlangsung
siswa dapat berperan lebih aktif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah.
Pembelajaran ini dapat dilakukan dengan model Reciprocal Teaching.
Kegiatan pembelajaran menggunakan model Reciprocal Teaching,
siswa aktif mencari tahu informasi yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaannya sendiri sehingga relevan dengan kebutuhan mereka sendiri.
Pemberian model Reciprocal Teaching dilakukan di kelas experimen siswa
dapat berperan lebih aktif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah,
sedangkan di kelas konvensional siswa cenderung kurang aktif karna
24
pembelajaran yang diterapkan kurang bervariasi, sehingga mempengaruhi
hasil belajar siswa.
Sebelum menggunakan model Reciprocal Teaching, peneliti
memberikan pre-tes kepada siswa. Setelah pembelajaran selesai dilakukan tes
akhir post- tes untuk mengetahui hasil belajar, setelah pemberian model
Reciprocal Teaching sehingga terdapat pengaruh model Reciprocal Teaching
terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas XI MA AL-Muhajirin Tugumulyo
tahun pelajaran 2015/2016. Kerangka berfikir dalam penelitian ini disajikan
dalam bentuk bagan. Adapun bagan kerangka berfikir dalam penelitian ini
dapat dilihat pada bagan 1.2.
25
Kondisi Awal
Guru belum menerapkan model
Reciprocal Teaching
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran sehingga
menyebabkan rendahnya hasil belajar
Perlakuanpada
kelas penelitian
Guru menerapkan model pembelajaran Reciprocal
Teaching pada kelas eksperimen
Guru menerapkan model konvensional pada kelas
kontrol
Kondisi AkhirRata-rata hasil belajar eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol
Bagan 2.1. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto (2010:110) menyatakan bahwa hipotesis adalah
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah “Ada pengaruh Model Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar
biologi siswa kelas XI IPA MA AL-Muhajirin Tugumulyo tahun pelajaran
2015/2016”.
26
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2010:203). Sedangkan menurut
Sugiyono (2013:1), mengatakan bahwa penelitian merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni kategori
pre-test dan post-test yaitu sebuah penelitian eksperimen dan satu kelas lagi
sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan model Reciprocal Teaching sedangkan kelas kontrol
memperoleh pembelajaran konvensional.
Desain eksperimen penelitian menurut Arikunto (2010:126) dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1Desain Penelitian
E O1 X O2
K O3 - O4
Keterangan:E = Kelas eksperimenK = Kelas kontrolO1dan O2 = Pre-test dan Post- test kelas eksperimenO3danO4 = Pre-test dan Post-test kelas kontrolX=Perlakuan menggunakan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching - = Perlakuan tanpa menggunakan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching.
27
Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2013:3). Variabel dalam peneltian ekperimen ini terdiri dari
variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas (x) sedangkan variabel
akibat disebut variabel terikat (y) (Arikunto, 2010:162). Berdasarkan
penjelasan tersebut maka variabel bebas (x) dalam penelitian ini merupakan
model pembelajaran Reciprocal Teaching dan variabel terikat (y) dalam
penelitian ini adalah hasil belajar biologi siswa.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2013:61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MA
Al-Muhajirin Tugumulyo tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah 100
siswa yang terdiri dari tiga kelas. Secara rinci populasi penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2Populasi Penelitian
No KelasJenis Kelamin
JumlahLaki-Laki Perempuan
1. XI.IPA 1 10 24 34
2. XI.IPA 2 13 21 34
28
3. XI.IPA 3 10 22 37
Jumlah 33 67 100Sumber : Tata Usaha MA Al-Muhajirin Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013:62). Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara Simple Random Sampling (secara acak), karena berdasarkan
hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi diketahui bahwa setiap
kelas mempunyai kemampuan yang relatif sama (homogen). Cara
pengambilan yaitu setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor
urut mulai dari 1 sampai dengan banyaknya kelas. Setiap nomor ditulis dalam
kertas kemudian digulung, dan dimasukkan ke dalam kotak. Kemudian kocok
semua gulungan kertas yang ada dalam kotak, sedemikian rupa agar gulungan
kertas tersebut berbaur tidak rata. Ambil satu kertas gulungan pertama, nama
yang tertulis pada gulungan kertas yang terambil pertama dari kotak tersebut
adalah kelas eksperimen, kemudian dilakukan penguncaggan kedua untuk
mengetahui kelas kontrol, cara yang dilakukan sama seperti pada
pengocangan pertama. Setelah melakukan penguncaggan terdapat kelas yang
dijadikan kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA2 dan kelas kontrol dikelas XI
IPA1.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik berupa tes. Tes adalah serentetan pertanyaan serta alat yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
29
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok
(Arikunto, 2010:193).
Insrumen penelitian ini menggunakan teknik Tes. Tes dalam penelitian
ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum diberi materi pelajaran (pre-
test) dan sesudah materi pelajaran (post-test). Pre-test dilakukan untuk
mengukur pencapaian siswa sebelum menggunakan model Reciprocal
Teaching dan Post-test dilakukan untuk mengukur pencapaian siswa setelah
menggunakan model Reciprocal Teaching. Tes yang digunakan berbentuk
essay.
C. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka kegiatan
selanjutnya adalah melakukan analisis data tersebut. Analisis yang dilakukan
untuk menjawab rumusan masalah. Maka teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Menghitung rata-rata dan simpangan baku
Rumus dalam menghitung rata-rata dan simpangan baku dalam teknik
analisis data pada penelitian ini adalah:
x=∑ xin
(Sugiyono, 2013:49)
dan σ=√∑ ¿¿¿¿ (Sugiyono, 2013:57)
Keterangan: x = Skor rata-rata
30
σ = Simpangan baku populasi ∑Xi = Jumlah X ke i n = Jumlah siswa
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji kenormalan data yaitu untuk
mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Teknik
pengujian normalitas data ini menggunakan rumus Chi kuadrat (x¿¿2)¿.
Secara matematika Chi kuadrat dapat dirumuskan sebagai berikut:
χ2=∑ (f 0−f h)2
f h (Sugiyono, 2013:107)
Keterangan:χ2 = Chi kuadratf 0 = Frekuensi yang di observasif h = Frekuensi yang diharapkan
Selanjutnya χ2hitung dibandingkan dengan χ2
tabel dengan derajat
kebebasan (d¿¿k )=n−1¿, dimana n adalah banyaknya kelas interval data
dengan taraf signifikansinya 5% (α=0,05¿. Jika χ2h itung ≤ χ2
tabel berarti data
berdistribusi normal, dan Jika χ2h itung> χ2
tabel berarti data tidak berdistribusi
normal (Sugiyono, 2013:80).
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah dua varians
data sama atau tidak. Populasi-populasi dengan varians sama besar
dinamakan populasi dengan varians yang homogen. Dalam hal lainnya
disebut populasi dengan varians yang heterogen (Sudjana, 2005:249).
Pengujian homogenitas varians digunakan uji F (Fisher) dengan rumus
berikut:
31
F = V terbesar
V terkecil atau F =
s12
s22 (Sudjana, 2005:249-250)
Keterangan:σ 1
2 = varians populasi terbesarσ 2
2 = varians populasi terkecil
Kriteria pengujian, jika Fhitung<F tabel berarti varians populasi
homogen, tapi jika Fhitung ≥ F tabel berarti varians populasi tidak homogen
dengan taraf signifikan (α=0,05), n1−1 adalah dk pembilang n2−1 adalah dk
penyebut.
4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus kesamaan
dua rata-rata. Hipotesis statistika pada penelitian ini sebagai berikut:
H 0: Rata-rata skor hasil belajar Biologi siswa kelas ekperimen yang
menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching kurang dari
atau sama dengan rata-rata skor hasil belajar Biologi siswa kelas
kontrol (μ1 ≤ μ2)
H a: Rata-rata skor hasil belajar Biologi siswa kelas ekperimen yang
menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching lebih dari rata-
rata skor hasil belajar Biologi siswa kelas kontrol (μ1>¿μ2¿)
Uji hipotesis bertujuan untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis
yang telah dirumuskan untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Data yang telah
diperoleh harus diolah dengan menggunakan rumus t-test 1 sampel karena
32
simpangan baku populasinya tidak diketahui (Sugiyono, 2011). Rumusnya
adalah sebagai berikut:
Jika data berdistribusi normal dan varians homogen, maka uji statistik
yang digunakan adalah uji-t dengan rumus:
t= x1−x2
s√ 1n1
+ 1n2
s² = ¿¿ (Sudjana, 2005)
Keterangan:x1 = Skor rata-rata kelompok eksperimenx2 = Skor rata-rata kelompok kontroln1 = Jumlah siswa kelompok eksperimenn2 = Jumlah siswa kelompok kontrols1 = Simpangan baku kelompok eksperimens2 = Simpangan baku kelas kontrolt = Nilai t yang dihitung.
Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika thitung < ttabel dan tolak Ho
jika thitung > tabel pada taraf signifikan yaitu α = 0,05 dan untuk derajat
kebebasan dk = n-1.
Kriteria pengujian hipotesis yang diambil sehubungan dengan
penelitian ini adalah Jika kedua data berdistribusi normal, varians tidak
homogen, dan simpangan baku diketahui, maka uji statistik yang
digunakan adalah uji-t semu (t’).
t '=x1−x2
√ σ 12
n1+
σ22
n2
(Sudjana, 2005:241)
33
Kriteria pengujian jika t ' ≥w1t 1+w2t 2
w1+w2 berarti terima H a dan tolak
H 0, sedangkan t '<w1t 1+w2 t2
w1+w2 berarti tolak H a dan terima H 0. Dengan
w 1=σ1
2
n1, w 2=
σ22
n2, t 1=t
(1− 12 α),( n1−1 ) dan t 2=t
(1− 12 α), ( n2−1 )
D. Pertanggungjawaban Penelitian
Uji coba instrumen berupa tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kualitas instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data. Instrumen
yang baik harus menggunakan dua persyaratan penting yaitu valid dan
realiabel (Arikunto, 2010:211). Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes hasil belajar. Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman
siswa mengenai materi Struktur Sel. Agar tes yang digunakan dalam
penelitian ini berkualitas, maka diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa yang
telah mempelajari materi tes. Kemudian hasil uji coba dilakukan perhitungan
untuk mengetahui apakah soal tes tersebut valid, serta untuk mengetahui daya
pembeda dan indeks kesukarannya.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid
atau sahih apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat (Arikunto, 2010:211). Untuk mengetahui validitas butir soal,
dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir soal tersebut dengan skor total
34
diperoleh. Cara mencari koefisien validitas dapat menggunakan rumus
korelasi yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal korelasi Product
Moment sebagai berikut :
r xy=N ∑ XY−(∑ X ) (∑Y )
√{N (∑ X 2−(∑ X )2)}{N (∑Y 2 )−(∑Y )2}(Arikunto, 2010:213)
Keterangan:r xy= Koefisien korelasi X = Skor butir soal Y = Skor total N = Banyak subjek
Klasifikasi untuk menginterprestasikan besarnya koefisien menurut
Suherman dan Sukjaya (1990:147) adalah sebagai berikut:
Tabel.3.3.Interpretasi Kriteria Validitas
Nilai Keterangan0,80 < r xy < 1,00 Sangat tinggi0,60 < r xy < 0,80 Tinggi0,40 < r xy < 0,60 Cukup0,20 < r xy < 0,40 Rendah
r xy < 0,20 Sangat rendah
Menentukan keberartian dari koofesien validitas, digunakan uji-t
dengan rumus sebagai berikut:
t = rxy√ n−21−(r xy ) ² (Sugiyono, 2011:251)
Keterangan:rxy = Koefisien korelasir = Koefisien validitasn = Banyak data
35
Selanjutnya t h itung dibandingkan dengan t tabeldengan derajat kebebasan
(dk) = n – 2 dan taraf signifikan α= 0,05, jika t h itung< t tabel maka hipotesis
diterima (tidak signifikan) dan jika t h itung≥ t tabelmaka hipotesis ditolak
(signifikan), dengan kata lain butir soal tersebut dikatakan valid.
Tabel 3.4.Hasil Analisis Validitas Tes Instrumen
No Nilai rxy thitung ttabel Keterangan 1 0,49 3,29 1,66 Cukup/Valid2 0,43 2,79 1,66 Cukup/Valid3 0,63 4,73 1,66 Tinggi/Valid4 0,62 4,62 1,66 Tinggi/Valid5 0,48 3,21 1,66 Cukup/Valid6 0,61 4,48 1,66 Cukup/Valid7 0,26 1,56 1,66 Rendah/Tidak Valid8 0,22 1,31 1,66 Rendah/Tidak Valid9 0,76 6,83 1,66 Tinggi/Valid10 0,84 8,84 1,66 Sangat Tinggi/Valid11 0,28 1,69 1,66 Rendah/Tidak Valid12 0,49 3,29 1,66 Cukup/Valid13 0,23 1,44 1,66 Rendah/Tidak Valid14 0,38 2,38 1,66 Cukup/Valid15 0,11 0,64 1,66 Rendah/Tidak Valid
Dari tabel 3.3 diatas bahwa pada hasil analisis validitas butir soal, didapat
15 soal yang digunakan sebanyak yaitu soal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14
dan 15 yang memenuhi kreteria soal cukup, tinggi, rendah. Validitas pada soal
tersebut berkategori tinggi dan cukup.
2. Reliabilitas
Reliabilitas bagi sebuah tes berhubungan dengan masalah
kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi
jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian
36
reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes (Arikunto,
2005:86). Karena dalam penelitian ini adalah teknik tes hasil belajar
menggunakan materi tes berbentuk essay maka rumus yang digunakan untuk
mencari koefisien bentuk uraian adalah dengan rumus Alpa, yaitu sebagai
berikut:
r11=( kk−1 )(1−∑ σb
2
σ t2 ) (Arikunto, 2010:239)
Keterangan: r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ σb
2 = Jumlah varians butir σ t
2 = Varians total
Klasifikasi untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas suatu tes
menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990:194) yaitu:
Tabel 3.5. Interpretasi Kriteria Reliabilitas
Nilai Keterangan0,90 < r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi0,70 < r11≤ 0,90 Tinggi0,40 < r11≤ 0,70 Sedang0,20 < r11 ≤0,40 Rendah
r11 < 0,20 Sangat Rendah
Setelah hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus alpha di
atas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,83. Hal ini berarti reliabilitas
instrumen soal termasuk dalam katagori tinggi.
3. Daya Pembeda
37
Daya pembeda dari butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan
suatu butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan
rendah). Dalam menghitung Daya Pembeda (DP) butir soal bentuk uraian,
maka digunakan rumus seperti yang dikemukakan Guilford (dalam Suherman
dan Sukjaya, 1990:201) sebagai berikut:
DP=JB A−JBB
JS Aatau DP=
JB A−JBB
JSB
Keterangan: DP = Indeks daya pembeda
JBA = Jumlah skor kelompok atasJBB = Jumlah skor kelompok bawah
JSA /JSB = Jumlah skor ideal (kelompok atas atau bawah)
Klasifikasi interprestasi untuk daya pembeda menurut Suherman
dan Sukjaya (1990:202) yaitu:
Tabel 3.6. Klasifikasi Kriteria Daya Pembeda
Nilai Keterangan0,70 < DP < 1,00 Sangat baik0,40 < DP < 0,70 Baik0,20 < DP < 0,40 Cukup0,00 < DP < 0,20 Jelek
DP < 0,00 Sangat jelek
Berdasarkan hasil perhitungan analisis daya pembeda tes uji coba
(lampiran B), dapat dilihat tabel 3.6.
Tabel 3.7.Hasil Analisis Daya Pembeda
No soal
Jumlah Skor
Kelompok Atas
Jumlah Skor
Kelompok Bawah
Jumlah Skor Ideal
Kelompok Atas/Bawah
Daya Pembeda
(DP)
Keterangan
38
1 41 17 58 0,48 Baik 2 45 19 64 0,32 Baik 3 43 10 42 0,66 Baik 4 59 22 81 0,46 Cukup5 39 19 58 0,40 Baik 6 65 22 87 0,54 Baik 7 53 34 87 0,24 Cukup 8 28 24 52 0,05 Jelek 9 65 6 71 0,39 Cukup 10 63 1 64 0,52 Baik 11 34 15 49 0,24 Cukup 12 55 22 77 0,22 Cukup 13 48 34 82 0,17 Jelek 14 64 41 105 0,19 Jelek 15 54 44 98 0,12 Jelek
Dari tabel 3.6 diatas bahwa pada hasil analisi daya pembeda, didapat
15 soal yang digunakan sebanyak yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14 dan 15 yang memenuhi kreteria soal jelek, baik, cukup
validitas pada soal tersebut berkatagori sedang dan cukup.
2. Indeks Kesukaran
Hasil evaluasi dari seperangkat tes yang baik akan menghasilkan
skor atau nilai yang membentuk distribusi normal. Soal yang terlalu
mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus
asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya maka dapat juga dikatakan jika soal terlalu sulit, maka
frekuensi distribusi yang paling banyak terletak pada skor rendah. Sebaliknya
jika soal terlalu mudah, maka frekuensi distribusi yang paling banyak terletak
pada skor yang tinggi.
39
Cara menghitung Indeks Kesukaran (IK) butir soal bentuk uraian,
digunakan rumus yang dikemukakan oleh Suherman dan Sukjaya (1990:213)
yaitu sebagai berikut:
IK=JBA+JBB
JSA+JSB
Keterangan : IK = Indeks kesukaran butir soal
JBA = Jumlah skor kelompok atas JBB= Jumlah skor kelompok bawah JSA = Jumlah skor ideal kelompok atas
JSB = Jumlah skor ideal kelompok bawah
Klasifikasi interprestasi untuk indeks kesukaran (IK) pembeda
menurut Suherman dan Sukjaya (1990:202) yaitu:
Tabel 3.8. Klasifikasi Kriteria Indeks Kesukaran
Nilai KeteranganIK ¿ 0,00 Terlalu sukar
0,00 < IK < 0,30 Sukar0,30 < IK < 0,70 Sedang0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK=1,00 Terlalu mudah
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran B), rekapitulasi hasil analisis
tingkat kesukaran dapat di lihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.9.Hasil Analisis Tingkat Kesukaran
No soal
Jumlah Skor Ideal Kelompok
Atas
Jumlah Skor Ideal Kelompok
Bawah
Jumlah Skor Ideal Kelompok
Atas
Jumlah Skor Ideal Kelompok
Bawah
IK Ket
1 41 17 58 58 0,58 Sedang2 45 19 64 64 0,40 Sedang
40
3 43 10 42 42 0,53 Sedang 4 59 22 81 81 0,51 Sedang5 39 19 58 58 0,58 Sedang6 65 22 87 87 0,54 Sedang7 53 34 87 87 0,54 Sedang8 28 24 52 52 0,33 Sedang9 65 6 71 71 0,24 Sukar10 63 1 64 64 0,27 Sukar11 34 15 49 49 0,31 Sedang 12 55 22 77 77 0,26 Sukar 13 48 34 82 82 0,51 Sedang14 64 41 105 105 0,43 Sedang 15 54 44 98 98 0,61 Sedang
Dari tabel 3.4. diatas bahwa pada hasil analisi indeks kesungkaran
butir soal, didapat 15 soal yang digunakan sebanyak yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 yang memenuhi kreteria soal validitas pada soal
tersebut berkategori sedang dan sukar.
Tabel 3.10.Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
No Validitas Daya Pembeda Indeks Kesungkaran
Ket
1 0,49 Cukup 0,48 Baik 0,58 Sedang Dipakai
2 0,43 Cukup 0,32 Baik 0,40 Sedang Dipakai
3 0,63 Tinggi 0,66 Baik 0,53 Sedang Dipakai
4 0,62 Tinggi 0,46 Cukup 0,51 Sedang Dipakai
5 0,48 Cukup 0,40 Baik 0,58 Sedang Dipakai
6 0,61 Cukup 0,54 Baik 0,54 Sedang Dipakai
7 0,26 Rendah 0,24 Cukup 0,54 Sedang Tidak Dipakai
8 0,22 Rendah 0,05 Jelek 0,33 Sedang Tidak Dipakai
9 0,76 Tinggi 0,39 Cukup 0,24 Sukar Dipakai
10 0,84 Sangat Tinggi 0,52 Baik 0,27 Sukar Dipakai
11 0,28 Rendah 0,24 Cukup 0,31 Sedang Tidak Dipakai
12 0,49 Cukup 0,22 Cukup 0,26 Sukar Dipakai
41
13 0,23 Rendah 0,17 Jelek 0,51 Sedang Tidak Dipakai
14 0,38 Cukup 0,19 Jelek 0,43 Sedang Dipakai
15 0,11 Rendah 0,12 Jelek 0,61 Sedang Tidak Dipakai
Dari tabel 3.9. diatas bahwa pada soal yang telah diuji coba, didapat
10 soal yang akan digunakan sebagai soal pre-test dan post-test yaitu soal
nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 12 dan 14 yang memenuhi kreteria soal mudah,
sedang, sukar. Validitas pada soal tersebut berkategori tinggi dan cukup serta
memiliki daya pembeda berkategori cukup, baik. Dan lima soal yang tidak
dipakai karena tidak valid yaitu no 7, 8, 11, 13, dan 15.
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MA AL-Muhajirin Tugumulyo, dari
tanggal 20 juli – 20 Agustus 2016 dilakukan langsung oleh peneliti, dan
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang berlaku disekolah. Sebelum
penelitian dimulai, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen tes yang
bertujuan untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba instrumen dilakukan di
kelas XII IPA MA AL- Muhajirin Tugumulyo dengan jumlah siswa 32
orang pada materi pokok tentang Sel. Tes yang digunakan berupa soal
esay yang berjumlah 15 soal. Setelah melakukan uji coba instrumen
melalui perhitungan didapatkan soal yang layak digunakan yaitu 10 soal
yang memenuhi kriteria validitas, realibilitas, tingkat kesungkaran. Dari
42
soal 10 yang valid peneliti hanya menggunakan 8 soal pada saat pre-test
dan post-test karena 8 soal yang digunakan sudah memenuhi indikator
pembelajaran.
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan dua kelas sampel, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA2
dengan jumlah siswa 34, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas XI IPA1
dengan jumlah siswa 34. Pada penelitian ini proses pembelajaran kelas
eksperimen (kelas XI IPA2) menggunakan model Reciprocal Teaching,
sedangkan kelas kontrol (kelas XI IPA1) proses pembelajaran
menggunakan metode konvensional. Pada pelaksanaan pembelajaran
peneliti bertindak sebagai guru.
Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan mengerjakan soal tes awal
(pre-test), untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi
yang akan dipelajari. Setalah tes awal dikerjakan, siswa diberi perlakuan
oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal
Teaching untuk kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol yang diberi
perlakuan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan tanpa
menggunakan model pembelajaran, kemudian peneliti diakhiri dengan
mengerjakan tes akhir (post-test), untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Siswa
Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran pada
materi tentang Sel, merupakan data penelitian yang diperoleh dari tes
43
awal (pre-test). Soal pre-test dilakukan pada pertemuan pertama dan
hari yang sama, namun waktu yang berbeda, diikuti oleh 34 siswa pada
kelas eksperimen dan 34 orang pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil
perhitungan tes awal siswa dapat dilihat pada lampiran C.
a. Rata-rata(x) dan Simpangan Baku (s) Skor Tes Awal
Hasil perhitungan rata-rata (x) dan simpangan baku (s) skor kelas
awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada table 4.1.
Tabel 4.1.
Rata-rata dan Simpangan Baku Skor Tes Awal
Kelas Jumlah Siswa x Simpangan Baku
Eksperimen 34 54,76 11,22
Kontrol 34 52,02 10,73
Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa skor rata-rata kelas
eksperimen 54,76 dan skor kelas kontrol 52,02. Hal ini dapat di
deskripsikan bahwa kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol tidak terdapat perbedaan yang begitu besar. Dapat dilihat
dalam lampiran C.
b. Rata-rata dan Simpangan Baku Skor Tes Akhir
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi tentang Sel,
merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Kemampuan akhir diperoleh melalui post-test (tes akhir). Pelaksanaan
post-test berfungsi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
44
mengikuti, proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara berbeda
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil perhitungan
(terlampiran C), dapat dikemukakan rekapitulasi hasil rata-rata dan
simpangan baku dari hasil post-test yang dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Rata-rata dan Simpangan Baku Skor Tes Akhir
Kelas Jumlah Siswa x Simpangan Baku
Eksperimen 34 78,61 14,61
Kontrol 34 70,09 12,59
` Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut, diketahui bahwa skor rata-rata
yang didapatkan dari post-test antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol berbeda, kelas eksperimen mendapatkan skor rata-rata lebih
besar dari pada skor rata-rata kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dalam
lampiran C.
2. Pengujian Hipotesis
Untuk dapat menarik kesimpulan dari data post-test (tes akhir),
maka dilakukan pengujian hipotesis secara statistik, adapun hipotesis
dalam penelitian adalah “ada pengaruh model Reciprocal Teaching
terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XII MA AL- Muhajirin
Tugumulyo”. Sebelum pengujian dilakukan terlebih dahulu diadakan uji
normalitas dan uji homogenitas varians antara kelas ekperimen dan kelas
kontrol setelah itu dilakukan uji hipotesis dengan mengunakan uji
kesamaan dua rata-rata.
45
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil tes siswa
berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan
statistic mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan α =
0,05 jika x2 hitung < x2
tabel, maka masing-masing data berdistribusi normal.
Hasil perhitungan uji normalitas tes awal dan tes akhir untuk
kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3.
Hasil Uji Normalitas Skor Pre-test dan Post-Test
Kelas X2 hitung Dk X2
tabel Kesimpulan
Eksperimen Pre-TestPost-Test
3,96039,2212
55
11,0711,07
NormalNormal
Kontrol Pre-TestPost-Test
6,48373,1809
55
11,0711,07
NormalNormal
Pada tabel 4.3 menujukan bahwa nilai x2hitung data tes awal maupun tes
akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari pada x2tabel.
Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji x2
(chi kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing dapat digunakan
untuk tes awal maupun tes akhir kelas eksperien dan kelas kontrol
berdistribusi normal pada taraf kepercayaan α = 0,05 dan derajat kebebasan
(dk) = 5. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran C.
b. Uji Homogenitas
46
Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah hasil pos-test
(tes akhir) pada kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau
tidak. Dari uji homogenitas varians tes awal dan tes akhir pada taraf
kepercayaan 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4.
Hasil Uji Homogenitas Skor Pre-Test dan Post-Test
Tes Fhitung Dk Ftabel Kesimpulan
Pre-Test 1,09 33;33 1,66 Homogen
Post-Test 1,34 33;33 1,66 Homogen
Pada tabel 4.4 menujukkan bahwa varians kedua kelompok yang
dibandingkan pada tes awal dan tes akhir adalah homogen, karena fhitung
< ftabel pada taraf kepercayaan 0,05. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat dalam lampiran C.
c. Uji Kesamaan Rata-rata
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji kesamaan dua
rata-rata. Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk membuktikan
hipotesis dan mendapatkan suatu kesimpulan. Berdasarkan hasil uji
normalitas dan uji homogen yang telah dilakukan, maka kedua kelas
pada pre-test dan post-test berdistribusi normal dan homogen sehingga
dengan demikian, uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah
uji t.
Hipotesis statistik pre-test dua pihak yang diuji adalah:
47
H0 = Hipotesis pembading, rata-rata nilai kelas eksperimen sama dengan rata-rata sama dengan rata-rata nilai kelas kontrol (µ1 = µ2)
Ha = Hipotesis kerja, rata-rata nilai kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata nilai kelas kontrol (µ1 ≠ µ2)
Hipotesis statistik post-test yang diuji adalah:
H0 = Hipotesis pembading, rata-rata skor kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata sama dengan rata-rata skor kelas kontrol (µ1 ≤ µ2)
Ha = Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen skor kelas eksperimen lebih besar dari pada rata-rata skor kelas kontrol (µ1 > µ2)
Tabel 4.5
Hasil Uji Kesaaan Dua rata-rata Awal dan Tes Akhir
Tes THitung DK tTabel Keterangan
Pre-Test 1,24 66 1,99 tHitung < tTabel Ho diterima
Post-Test 3,13 66 1,66 tHitung > tTabel Ho ditolak
Pada tabel 4.5. hasil perhitungan uji t pada pre-test nilai
thitung(1,24) > ttabel(1,99) dengan taraf signifikan α=0,05 menggunakan
uji dua pihak dan dk = (n1 + n2 – 2), hal ini berarti H0 diterima dan Ha
ditolak. Dengan demikian rata-rata skor pre-test kelas eksperimen dan
rata-rata skor pre-test kelas kontrol adalah sama. Sedangkan hasil
perhitungan uji t untuk post-test nilai thitung(3,13) > ttabel(1,66), dengan
taraf signifikan α=0,05 menggunakan uji satu pihak dan dk = (n1 + n2 –
2) hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian rata-rata
48
skor post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata skor
post-test kelas kontrol.
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t mengenai kemampuan akhir
(lampiran C) menunjukkan bahwa tHitung (3,13) > tTabel (1,66). Hal ini
berarti H0 ditolak dan Ha diterima, dengan demikian hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini diterima kebenarannya. Jadi, hasil belajar
biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model Reciprocal
Teaching lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajarkan
menggunakan metode ceramah bervariasi pada siswa kelas XI IPA
MA AL-Muhajirin Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016.
B. Pembahasan
Penelitian ini dimulai dari tanggal 20 Agustus sampai 20
September 2016 di MA AL-Muhajirin Tugumulyo Tahun Ajaran
2015/2016 dengan sampel penelitian siswa kelas XII IPA2 (34 siswa)
sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XII IPA1 (34 siswa) sebagai
kelas kontrol, penelitian dilakukan sebanyak dua kali pertemuan untuk
tiap kelas sampel dan satu kali pertemuan untuk
melakukan pendekatan dengan perkenalan siswa dan
pembagian kelompok untuk kelas eksperimen.
Sebelum melaksanakan penelitian pada kedua kelas yang menjadi
sampel penelitian, terlebih dahulu melakukan tes uji instrumen pada
kelas XII IPA 1 MA AL-Muhajirin Tugumulyo pada tanggal 15 Juni
2016 dengan jumlah siswa yang ikut melaksanakan adalah 36 siswa
49
pada materi tentang sel mengunakan soal esay sebanyak 15 soal yang
telah dibuat oleh peneliti, hal ini karena dipahami bahwa peneliti
sebagai mahasiswa dan peneliti pemula dinilai belum layak untuk
membuat soal, oleh karena itu harus diajukan terlebih dahulu untuk
menentukan soal yang mana yang dikategorikan baik sehingga dapat
digunakan untuk penelitian. Hasil dari analisis, ternyata dari 15 soal
yang digunakan pada uji coba instrumen, maka berdasarkan hasil
analisis uji instrumen kategori soal yang dapat digunakan yaitu 10 soal
yang memenuhi kriteria soal validitas tinggi 4 dan validitas sedang 6,
sehingga peneliti mendapatkan data dengan menggunakan tes tertulis,
berbentuk essay sebanyak 8 soal yang memenuhi kriteria mudah,
sedang dan tinggi soal yang dapat digunakan sebagai soal pre-test dan
post-test pada penelitian karena 8 soal ini sudah mencukupi indikator
pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data dengan
menggunakan tes tertulis, tes tertulis tersebut diberikan kepada kelas
yang menjadi sampel penelitian yang dilakukan sebelum dan sesudah
melaksanakan kegiatan pembelajaran biologi dengan model Reciprocal
Teaching pada materi tentang sel.
Pemberian tes awal (pre-test) dilaksanakan pada tanggal 23
Agustus 2016. Analisis data awal diperoleh bahwa data kedua
kelompok sampel berdistribusi normal, karena kedua kelompok
dilakukan uji homogenitas, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua
50
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama atau homogen. Pada
hasil pre-test dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa relatif
sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilihar dari nilai rata-
rata kedua kelas yaitu untuk kelas eksperimen dengan rata-rata 54,76
dan untuk kelas kontrol 52,02, dengan perhitungan uji thitung 3,13 < ttabel
1,66 sehingga tidak ada perbedaan yang begitu besar dari kedua kelas
tersebut.
Setelah kemampuan awal siswa diketahui, dilanjutkan kegiatan
pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching untuk kelas
eksperimen dan model konvensional untuk kelas kontrol. Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pada
tanggal 23 Agustus dan 30 Agustus 2016. Pelaksanaan pembelajaran
untuk kelas eksperimen dan kontrol jadwalnya di hari yang sama tetapi
jamnya yang berbeda.
Pada saat pertemuan pertama, jumlah siswa yang hadir untuk kelas
eksperimen 34 siswa. Sebelum memulai pembelajaran peneliti terlebih
dahulu menginformasikan langkah-langkah pelaksanaan model
Reciprocal Teaching. Pada saat proses pembelajaran berlangsung
dengan pembahasan materi tentang struktur sel, pada awal
pembelajaran siswa sedikit merasa kesulitan memahami dan mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model Reciprocal Teaching hal ini
terlihat hanya 3 kelompok dari 6 kelompok yang mampu menjelaskan
materi didepan kelas, karena termasuk pembelajaran baru bagi mereka.
51
Hal ini bukan karena tidak menguasai materi tetapi siswa masih
kesulitan dalam menjelaskan materi didepan kelas, kemampuan
komunikasi siswa yang masih dalam tahap mencoba dan siswa juga
malu-malu untuk menjelaskan materi kemudian siswa kurang percaya
diri untuk menggungkapkan pendapatnya tentang materi pelajaran yang
akan dipresentasikan di depan kelas tetapi ketika proses belajar sudah
berlangsung semuanya berjalan dengan lancar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Efendi, (2013) menyatakan bahwa Model Reciprocal
Teaching membutuhkan waktu yang lama, sangat sulit diterapkan jika
pengetahuan siswa tentang materi kurang, adakalanya siswa tidak
mampu akan semakin tidak suka dengan pembelajaran tersebut tidak
mungkin seluruh siswa akan mendapat giliran untuk menjadi guru
siswa.
Pada pertemuan kedua, yaitu mengenai materi stuktur sel. Jumlah
siswa yang hadir untuk kelas eksperimen 34 siswa. Siswa sudah mulai
terlihat tertarik dan berminat dalam belajar, siswa langsung memahami
teks materi yang telah diberikan guru sebelumnya. Sehingga siswa
mampu menganalisis dan mampu menjelaskan teks materi yang talah
diberikan. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa mengalami
peningkatan dari pada pertemuan pertama karena terlihat dari semua
kelompok mampu menjelaskan materi didepan kelas dan setiap
kelompok mampu melaksanakan tahap tersebut dengan baik. Siswa
sudah mulai berani untuk mengutarakan ide/pendapatnya dan mereka
52
tidak malu-malu lagi untuk memperesntasikan tugasnya didepan kelas,
siswa juga terlihat lebih aktif dalam proses pembelajaran karena mereka
merasa dilibatkan dalam belajar, dimana siswa lebih antusias untuk
mengungkapkan pendapat-pendapat mereka berdasarkan pengetahuan
yang mereka punya baik melalui teks bacaan materi, kemudian siswa
lebih percaya diri dalam mengungkapkan ide/pendapat tentang materi
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Efendi, (2013)
menyatakan bahwa Model Reciprocal Teaching siswa belajar dengan
mengerti, karena belajar mengerti, maka siswa tidak mudah lupa, siswa
belajar dengan mandiri kemudian siswa termotivasi untuk belajar.
Pada akhir penelitian dilakukan tes akhir (post-test) Kemampuan
akhir siswa adalah dilaksanakan pada tanggal 02 September 2016.
Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 78,61 dengan nilai
terendah 34 dan nilai tertinggi 73. Selanjutnya dilakukan tes akhir pada
kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 70,09 memperoleh nilai
terendah 29 dan nilai tertinggi 72.
Nilai rata-rata hasil post-test kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil post-test kelas kontrol. Hasil
perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas yang telah dilakukan,
maka kedua kelas berdistribusi normal dan homogen sehingga uji
hipotesis yang digunakan adalah uji t. Hipotesis terbukti karena thitung
terletak pada daerah penolakan H0 dan diterima Ha yaitu thitung (3,13) >
ttabel (1,66). Dengan demikian rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
53
dibandingan dengan rata-rata kelas kontrol, sehingga ada pengaruh
model Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas
XI IPA MA AL-Muhajirin Tugumulyo.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, terdapat perbedaan
nilai rata-rata antara kelas eksperimen dan kontrol ini dikarenakan pada
kelas eksperimen menggunakan model Reciprocal Teaching yang
membantu siswa untuk lebih aktif dalam belajar berkelompok dan
berdiskusi mengenai materi tentang struktur sel. Dimana ada
perwakilan dari kelompok untuk maju kedepan untuk menjadi seorang
guru siswa yang akan menjelaskan materi yang sudah disimpulkan dan
menyampaikan pertanyaan-pertanyaan untuk menstimulus siswa untuk
menyusun pertanyaan. Trianto (2011:97) menjelaskan dalam
mengawali pembelajaran (Reciprocal Teaching)
dilakukan dengan cara membaca satu paragraf suatu
bacaan. Kemudian menjelaskan dan mengajarkan bahwa
pada saat atau selesai membaca terdapat kegiatan-
kegiatan yang harus dilakukan yaitu:
a. Memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat diajukan dari apa yang telah dibaca berkenaan dengan wacana dan memastikan bisa menjawabnya
b. Membuat ikhtisar/rangkuman tentang informasi terpenting dalam wacana
c. Memprediksi/meramalkan apa yang mungkin akan dibahas selanjutnya
54
d. Mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari suatu bagian, selanjutnya memeriksa apakah kita bisa berhasil membuat hal-hal itu masuk akal.
Penelitian sebelumnya yang memperkuat hasil dari penelitian ini,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2014) yang
menyatakan bahwa Model Reciprocal Teaching mampu
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan
kemandirian belajar matematika siswa. Kemampuan
komunikasi matematis siswa yang mempergunakan
pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik dari pada
siswa yang menggunakan pembelajaran langsung, hal ini
bisa dilihat dari perbedaan nilai rata-rata 0,187 > 0,05.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2010)
yang menyimpulkan bahwa penerapan model Reciprocal
Teaching dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa
pada konsep protista. Hal ini dapat dilihat dari hasil
perhitungan uji t bahwa thitung (2,67) > ttabel (1,99) pada
derajat kebebasan (dk) = 78 dengan taraf signifikan 5%.
Selanjutnya penelitian Yudian (2015) yang
menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa yang menggunakan model Reciprocal
Teaching lebih baik dari pada siswa yang menggunakan
55
pembelajan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai
uji perbedaan rata-rata yaitu skor post-test kelas
eksperimen sebesar 26,29 dan rata-rata skor post-tes
kelas kontrol sebesar 20,09.
Berdasarkan uraian tersebut maka model Reciprocal Teaching ini
dapat diterapkan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar di
kelas untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa.
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun penelitian ini terdapat banyak kendala atau kesulitan
yang ditemui peneliti dalam menerapkan model pembelajaran
Reciprocal Teaching terutama pada saat awal pelaksanaan dengan
penggunaan model pebelajaran Reciprocal Teaching. Siswa belum
terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran ini, sehingga
mereka banyak bertanya pada peneliti dan mereka juga belum tahu
bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Reciprocal Teaching,
serta perlu penyesuaian bagi semua siswa. Keterbatasan atau
kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya:
1. Sedikitnya waktu yang tersedia dalam proses penelitian ini bila
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Kurangnya atau keterbatasan sarana dan prasarana dalam proses
penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching.
56
3. Peneliti dalam penelitian ini masih kurang mampu dalam
penguasaan kelas, serta mengatasi siswa yang masih banyak
bermain-main, dibandingkan dengan yang serius.
4. Membutuhkan kesabaran ketika berhadapan dengan para siswa
yang sedang diteliti.
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti
menyimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran Reciprocal Teaching lebih tinggi dari pada kelas
57
kontrol yang menggunakan model konvensional. Kelas eksperimen
memperoleh nilai rata-rata tes akhir 78,61, sedangkan kelas kontrol
diperoleh nilai rata-rata tes akhir 70,09. Dengan hasil uji t 3,13 > ttabel 1,66
thitung (3,13) sedangkan ttabel (1,66) dengan kriteria jika thitung > ttabel maka H0
ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan Ada pengaruh model
pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar siswa pada
materi pokok Sel dikelas XI IPA MA AL-Muhajirin Tugumulyo.
B. Saran
Model pembelajaran Reciprocal Teaching perlu diterapkan pada
materi yang lain, untuk memotivasi siswa lebih aktif dan kreaktif
sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar.
1. Siswa sebagai pendorong siswa untuk dapat berinteraksi aktif dalam
proses pembelajaran, meningkatkan hasil belajar dan melatih siswa
untuk berfikir kritis, logis dan sisteatis sehingga siswa dapat
memahami materi yang akan diberikan.
2. Guru diharapkan dapat mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran Reciprocal Teaching sebagai alternative dalam
meningkatkan hasil belajar Biologi siswa.
3. Sekolah MA AL-Muhajirin Tugumulyo sebagai bahan masukan
dalam rangka peningkatan mutu dan prestasi belajar.
4. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi Sel dalam waktu yang
relatif singkat, maka diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk
58
dapat melaksanakan penelitian pada materi yang lain dan dalam ruang
lingkup yang lebih luas serta dengan waktu yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teacing terhadap hasil belajar Biologi siswa. Skripsi. Lubuklinggau: Tidak diterbitkan.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyanti dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Renika Cipta.
Dwi. 2014. Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Matemtika Siswa. Jurnal Pendidikan, 2 (1), 11-23.
Efendi. 2013. Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA. Jurnal Pedagogia, 2 (1), 84-97.
59
Efendi. 2013. Pengaruh Pembelajaran Reciprocal Teaching Dipadukan Think Pair Share Terhadap Peningkatan Kemampuan Metakognetif Belajar Biologi Siswa SMA Berkemampuan Akademik Berbeda di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Pendidikan, 3 (2), 87-131.
Hasanah, dkk., 2012. Pembelajaran Model Reciprocal Teaching Bernuansa Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis. Unnes Journal of Mathematics Education Research, 2 (1), 134-138.
Rahmayani. 2014. Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Unsika, 2 (1), 13-23.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Santi. 2010. Pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista. Jakarta: Tidak diterbitkan
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta
Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Sumiati. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMK Pertanian Negeri 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2014/2015. Lubuklinggau: Tidak diterbitkan.
Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
60