Post on 29-Oct-2015
$eriTelnit
INDUSTRI PETROKIMIADAN
DAMPAK LINGKUI{GANNYAUntuk:
Mahasiswa Politeknik Manufaktur
Oleh:Ir. Maraudin Pandjaitan, Dipl.Ing.Petro.
a..-_
GADJAH MADA UNN'ERSITY PR.ESS
/gPP/t/(zwo
Hok Ciplo @ 2006 CV Kreosi Anugroh Seioti, Komp. Migos 44 No. 42Kemonggison, Jokorto Borol 11480. (Desoin Grofis: Okto Berlionto M).Terdotlor podo Deporlemen Kehokimon don Hok Asosi Monusio Rl No.021987, tonggol 28 Februori 2001
Hok penerbilon podo GADJAH MADA UNIVERSIW PRESS
P.O. Box I4, Buloksumur, Yogyokorto.E-moil: gmupress@ugm.oc.idhome poge: http://www.gmup.ugm.oc.id
Dilorong mengulip don memperbonyok lonpo izin lertulis dori penerbii,sebogion olou seluruhnyo dolom bentuk opo pun, boik celok, photoprint,microfilm don sebogoinyo.
Celokon perlomo Mei2002Cetokon keduo (revisi) Jonuori2006
r 32r .05.0r .06
Dilerbitkon don dicelok oleh:GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS
Anggoto llGPl0510186-cl E
tsBN 979-420-610-5
PENGANTAR CETAKAN KEDUA (REVISI)
Revisi buku ini dimaksudkan agar Mahasiswa Politeknik Manufaktur dalam
menyusun karya tulis dapat mendasarkan pada penelitian ilmiah, sehingga pokok-pokokbahasan pada buku ini mencakup bagaimana merumuskan masalah, mengumpulkan data,
menganalisa dan melaporkannya dapat teratasi.Dibandingkan dengan cetakan pertama Mei 2002, pada cetakan kedua ini terdapat
perubahan-perubahan berikut ini. Secara umum cetakan kedua (revisi) ini meliputi uraian
tambahan materi yang tidak ada pada cetakan sebelumnya. Uraian tambahan materi
tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi perekonomian, perkembangan
pembangunan Industri Manufaktur di Indonesia yang terjadi selama tahun 1998 hingga
2003. Perubahan penambahan uraian tersebut terutama dalam Bab Itr, Bab IV dan Bab
V, sebagai berikut:1. Pada Bab-III tentang: (1) Realisasi ekspor pupuk Urea pada tahun 1996 s/d 1999 per-
Negara-Negara tujuan; (2) Ciri khas "deterjen", yang menjadi salah satu faktor"keunggulannya" jika dibanding dengan bahan pencuci lainnya (dengan sabun biasa);(3) Keunggulan penggunaan "deterjen (surfaktan) jenis lunak"jika dibanding dengan
"deterjen (surfaktan) jenis keras" dan (4) Pembangunan "Proyek Aromatik Senter" diTuban (Jawa-Timur) dengan kapasitas produksi sebesar: 341.000 ton Benzene per-
tahun.
2. Pada Bab-IV tentang: Rekayasa./Manufaktur Produk dasar Petrokimia menjadi Produkjadi, meliputi: (1) Rekayasa./Manufaktur Produk jadi Pipa PVC dan (2) Rekayasa/
Manufaktur Produk jadi Busa Plastik/Jok Mobil PUR.
3. Pada Bab-V tentang: (1) Produk khusus "Methanol" sebagai Bahan Bakar MobilListrik Fuel Cell (DMFC); (2) Produk khusus "Polimer Emulsi" untuk Penang-
gulangan Banjir dan Tanah-longsor/erosi; dan (3) Produk khusus "Polimer
Pol.isiloksan" untuk Kulit Sintetik dan Operasi Plastik.Akhir kata, penulis tak lupa mengucapkan terimakasih kepada; (1) Isteriku:
St. Netty Simandjuntak; (2) Semua anak-anakku; (3) Semua menantuku dan (4) Cucu-
cucuku: Reyno Hasiholan dan Gerald Hasudungan, karena dorongan dan pengorbanan
merekalah yang memungkinkan persiapan dan penulisan revisi buku ini bisa terlaksana.
Scrnoga buku ini bermanfaat bagi kita semua !
Jakarta, Agustus 200-5
PENLiI.E
lr"-
7
KATA PENGANTAR
1. LATAR BELAKANG PENULISAN
Buku "INDUSTRI PETROKIMIA DAN DAMPAK LINGKUNGANNYA", inimerupakan lanjutan dari buku PETROKIMIA oleh penulis yang sanra yang telahditerbitkan oleh AKAMIGAS/ Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi.Cepu tahun 1994 sebagai "edisi pertama" dan oleh Museum Minyak dan Gas Bumi"Graha Widya Patra" Taman Mini lndonesia lndah Jakarta pada tahun 1998 sebagai"edisi kedua".
Ketiga penulis menulis "edisi pertama" buku PETROKIMIA ini, tujuan penulisadalah untuk menghasilkan "buku ajar" atau "buku pegangan" yang mampu menanganimata kuliah PETROKIMIA untuk satu tahun perkuliahaan pada jurusan TeknikPengolahan lndustri Tingkat I,II dan m AKAMIGAS Pola Berjenjang.
Begitu juga ketiga menulis "edisi kedua" buku PETROKIMIA ini, tujuan penulisadalah untuk melengkapi khasanah pustaka Museum Minyak dan Gas Bumi yang enakdibaca oleh pengunjungnya serta memperluas cakrawala pemikiran pembacanya, mulaidari asal mula PETROKMIA, peranannya pada peradaban manusia, hingga dampaknyaterhadap lingkungan hidup.
Untuk beberapa saran dan masukan yang diterima, penulis telah berhasil mencapaitujuan penulisan tersebut, respon pemakai "edisi pertama" dan "edisi kedua" buku inimemuaskan.
Meskipun penulis telah melakukan banyak pengubahan kecil dan telah menataulang penyajian disana-sini, penyusunan dasar "edisi ketiga" ini sama dengan penyusunan"edisi pertama" dan "edisi kedua".
Kebanyakan pengubahan/penambahan materi sudah dilakukan, seperti penambahanpengertian mengenai "polimer" (dalam arti luas) pada Bab-I dengan maksud untukmembantu para pembaca, pelajar/mahasiswa dan kalangan pengusaha industri, agar dapatmembedakan rurna yang disebut bahan polimer alamiah atau "bahan polimer buatanalam" dan mana yang disebut "bahan polimer sintetis" atau "bahan polimer buatanmanusia'. Perubahan lain dalam buku "edisi ketiga" ini terutama dalam Bab-II, Bab-III,Bab-V dan Bab VI, mecakup penambahan materi sebagai berikut:(l) Pada Bab-[I tentang penyediaan Bahan Baku Industri Petrokimia di Indonesia, yaitu
dengan melengkapi data-data ketersediaan bahan baku-bahan baku: (1) cadangan gas
bumi [C, - C++], (2) kondensat [C5 - Crr+], (3) nafta [Cu - Crr+] dan (4)
residulLSWR; (LSWR = Low Sulfur Waxy Residue).(2) Pada Bab-ltr tentang (1) pengadaan produk hilir "Gas Sintetis" di Indonesia, yang
v1r
(1)
mencakup pengadaan produksi pupuk urea, produksi metanol dan carbon black (2)pengadaan produksi hulu "Olefin Senter" dengan kapasitas produksi sebesar 375.000ton Etilene/tahun di Cilegon (Jabar), (3) pengadaan produk hilir "Termoplastik" (4)pengadaan produk hulu "Aromatik Senter" di Cilacap (Jateng) dan Lhokseurnawe(Aceh) masing-masing dengan kapasitas produk sebesar 123.000 ton Benzene/tahundan 321.000 ton Benzene/tahun dan (5) pengadaan produk hilir "Serat-serat Sintetisdan Resin-resin Sintetis".
(3) Pada Bab-V tentang produk-produk khusus petrokimia, yang terdiri dari produkkhusus "methmix" dan produk khusus "additif/minyak pelumas".
(4) Pada Bab-VI tentang kualitas air limbah, yang dapat diukur dengan metodapengukuran B.O.D, C.O.D dan T.O.C.
Perubahan lain dalam buku "edisi ketiga" ini yaitu penambahan "naskah Bab-VII'yang khusus dirancang untuk bahan "Evaluasi" yang berisikan "Soal-soal Latihan".
2. RUANG LINGKUP PENULISAN
Penyusunan materi dasar/desain kebijakan buku "Industri Petrokimia dan DampakLingkungannya" ini, telah penulis sesuaikan dengan Rencana/Program Pemerintahdalam Pembangunan Industri Petrokimia di Indonesia Dalam Jangka Panjang (25
tahun) Tahap-tr atau telah disesuaikan dengan rencana pernbangunan yang populerdisebut pembangunan dalam kurun waktu "Pembangunan Jangka Panjang Tahap-tr(PJPT-U)", yang telah dimulai pada bulan april L994 sampai dengan berakhir pada
bulan Maret tahun 2019. Desain kebijakan pembangunan Industri Petrokimiatersebut yang menitikberatkan pembangunannya pada kebijakan "subtitusi import"yang mana sampai sekarang ini sebahagiaan besar kebutuhan akan produk-produkpetrokimia tersebut masih kita import dari luar.Selanjutnya mengenai "Isi Buku" ini terdiri atas 7 (tujuh) Bab. Pada Bab-Idikemukakan "Pendahuluan", yang mengisahkan latar belakang mengenai riwayatperkembangan "industri petrokimia di dunia", yaitu sejak pertama kali berhasildibuat bahan produk petrokimia "iso-propanol" dari gas kilang minyak yaitu dari"gas-propilena" pada dasawarsa l920-an. Juga pada Bab-I ini, dijelaskan jugapeningkatan pemakaian dan pemanfaatan produk-produk petrokimia yang seiringdengan kemajuan teknologi dibidang industri yang memanfaatkannya. Pada Bab-II,dijelaskan pengertian tentang "Bahan Baku Industri Petrokimia" dan cara-cara untukmendapatkan "bahan baku" tersebut. Juga tidak ketinggalan dijelaskan tentang"ketersediaan bahan baku petrokimia" tersebut di Indonesia, seperti ketersediaanbahan baku cadangan gas bumi dengan 'Jalur olefin" atau dengan 'Jalur-aromatik"untuk mendapatkan produk-produk petrokimiayang dikehendaki. Juga pada Bab-Itrini dijelaskan bahwa melalui jalur-jalur yang digunakan untuk mendapatkan produli-produk petrokimia tersebut, dijelaskan pula mengenai pengadaan produk hulu .{"mpengadaan produk hilirnya di Indonesia. seperti: (1) dengan'Jalur ga*. sisl,::'"
(2)
vlll
dijelaskan mengenai pengadaan produksi pupuk urea, metanol dan carbon black; (2)dengan "jalur olefin", dijelaskan mengenai pengadaan hulu "Olefin Senter" danpengadaan produk hilirnya 'Termoplastik", (3) dengan 'Jalur aromatik", dijelaskanmengenai pengadaan produk hulu "Aromatik Senter" dan pengadaan produk hilirnya"Serat Sintetis dan Resin-resin Sintetis".
Selanjutnya pada Bab-IV dijelaskan secara terperinci "penggunaan danpemanfaatan produk-produk petromia" untuk berbagai sektor industri di Indonesia, yangdapat dibagi atas 8 (delapan) sektor industri pemakai, yaitu:(1) tndustri Pupukdan Pestisida(2) Industri Serat Sintetis dan Tekstil(3) Industri bahan-bahan plastik(4) Industri Adhesive Resin(5) Industri bahan baku catlCoating(6) Industri Deterjen/pencuci(7) Industri Elastomer/I(aret Sintetik(8) Industri Kimia Khusus
Khusus dalam penggunaan dan pemanfaatan pada sektor industri bahan-bahanplastik, secara terperinci dijelaskan cara-carl penggunaan "Teknologi PemerosesanPlastik-plastik" yang teknologinya sudah dikenal dan sudah diterapkan di Indonesia yaituantara lain:(1) proses 'Extrusion" (proses pencetakan plastik-plastik dengan cara ekstrusi)(2) proses "Injection Moulding" (proses pencetakan plastik-plastik dengan cara injeksi)(3) proses "Blow Moulding" (proses pencetakan plastik-plastik dengan cara meniup)
dan(4) proses "Calendering" (proses pencetakan plastik-plastik secara berkala)
Pada Bab-V dijelaskan secara terperinci penggunaan dan pemanfaatan produk-produk petrokimia untuk sektor industri tertentu/industri khusus, seperti penggunaanproduk khusus "Methmix", untuk industri pengisian minyak pesawat terbang dan produkkhusus "additif,' untuk industri pelumasan mesin-mesin.
Bab-VI khusus menjelaskan secara terperinci mengenai "limbah buangan industripetrokimia yang sehari-harinya disebut "Limbah Petrokimia atau "Limbah./BuanganIndustri" saja. Limbah petrokimia ini dalam satu unit industri didapat dengan sangatbanyak jurnlah dan macamnya./jenisnya, - joga tidak ketinggalan dalam Bab-VI inidijelaskan mengenai "cara-cara pengendalian dan penanggulangan pencemaranlingkungan" yang disebabkan limbah buangan industri petrokimia, yang mana bagi setiapoperator industri yang sudah sadar terhadap masalah lingkungan harus mengetahuibagaimana cara-cara menanggulanginya.
Selanjutnya pada bab terakhir yaitu Bab-VII, khusus dirancang untuk bahan"Evaluasi", yang berisikan "soal-soal latihan" yang penulis susun berurutan mengikutiurutan Bab pada buku ini, yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasiuntuk panduan belajar.
lx
3. UCAPAN TBRIMA KASIH
Terimakasih penulis sampaikan kepada: (1) Direktur Museum Minyak dan Gas
Bumi "Graha Widya Patra" Sdra. k. R.M. Sadono; (2) Tim Editor Museum Minyak dan
Gas Bumi "Graha Widya Patra" Taman Mini Indonesia Indah yang terdiri-dari: (l) Sdra.
Dr. H. Margono M. Amir, Msc. (ketua), (2) Sdri. Ir. Esti Sugiarto (sekretaris), (3) Sdra.
Ir. I. Musu (anggota), dan (4) Sdra. Drs. H. Musirin (anggota); yang telah banyak
memberikan saran dan masukan terhadap penerbitan "edisi kedua" buku ini, sehingga
atas dorongan saran-saran dan masukan dari saudara-saudari tersebut dapat membantupenulis dalam penulisan buku "edisi ketiga" ini.
Akhir kata, penulis sadar bahwa penulisan buku ini masih banyak kekurangannya,baik dari segi isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, segala saran, kritik dan maSukan
untuk perbaikan pada edisi berikutnya sangat penulis harapkan.
Semoga buku yang sangat sederhana ini berguna untuk pembangunan nusa dan
bangsa kita.
Jakarta, September 2000Penulis
DAFTAR SINGKATAN
AB = AlkylbenzenABS = Acrylonitrile-butadiene-styrene untuk polimerABS = Alkyl-benzene-sulfonate untuk deterjenAG = Aromatic gasoline (pirolisis gasolin)B-B = Butan-butadiene residuBBG = Bahan bakar gas
BBM = Bahan bakar minyakBR = Butadiene rubber = karet sintetis butadieneBTU = British thermal unitBTX = Benzene, toluene, xylene = simboUnarna-narna unsur kimia penyusun
ikatan aromatikCARB = California-air-resources-boardC-X (=CHX) = CyclohexaneDEG = Di-ethylene glycolDMFC = Direct methanol fuel cellDMT = Di-methyl terephthalateDOP = Di-octyl phathalateDPG = Di-phenyl guanidinesDTC = Di-thio carbamatesE = EthyleneEG (=MEG) = Ethylene glycol = monoethyleneglycolEO = Ethylene oxideEDC = Ethylene di-chlorideEFI = Electronic fuel injectionEPA = Environmental protection agencyEPR = Ethylene propylene rubberEPS = Expandable polystyreneEVA = Ethylene vinyl acetate copolymerFG = FuelgasFO = Fuel oilFRP = Fiber reinforced plasticGPPS = General purpose polystyreneHDPE = High density polyethyleneHIPS = High impact polystyreneICE = Internal-combustion-engine
xl
ICP = lnternational-crude-price = Harga minyak mentah internasionalIR = Isoprene rubberIPA = Isophtalic acid = asam iso-ftalatLAB = Linear alkylbenzene untuk deterjenLDPE = Low density polyethyleneLEV = Low emession vehicleLNG = Liquified natural gas
LPG = Liquified petroleum gas
LSR = Low sulfur residueLSWR = Low sulfur waxyresidueMBT = Mercapto benzo thiazoleMBTS = Mercapto benzo thiazole sulfidamidesMEK = Methyl ethyl ketoneMFCVs = Methanol fuel cell vehiclesMIGAS = Minyak dan gas bumiMTBE = Methyl tertiary butylether (= bahan pencampur bensin pengganti TEL)(M-xylene) = Meta-xyleneNBR = Nitril rubberNG = Natural gas
NGL = Natural gas liquidNMOG = Non-meth-ane organic gases
NR = Natural rubber(O-xylene) = Ortho-xylenePA = Phtalic anhydridePE = PolyethylenePET = Polyethylene terepthalatePMA = Penanaman modal asingPONA = Parafin-olefin-naftene-aromatic (untuk analisis)PP = PolypropylenePS = PolystyrenePTA = Purified terepthaliclacidPUR = Poly urethane (= busa plastik yang empuk)PVA = Polyvinyl acetatePVC = Polyvinyl chloride(P-xylene) = Para-xyleneSBR = Styrene butadiene rubberSM = Styrene monomerSULEV = Super ultra low emission vehicleTA (=1P4; = Terepthalic acidTDI = Toluene di-isocyanateTEG = Tri-ethylene glycolTEt, = Tetra-ethyl-lead (= bahan pencampur bensin)
./ )/' )/
-- -/
rTLEVTNTVCM
xll
Total low emission vehicleTri-nitro-toluene (= bahan peledak)Vinyl chloride monorner
DAFTAR KONVERSI
l. Konvei,;i I-ii,-uran dan Bobot:
I Metric Ton (mt)
I Kilometer1 Ton of Oil Equivalent (TOE)
1 Barrel of Oil (BBL)I Cubic Meter (mr)1 Cubic Foot (CF)MCFDMMCFl Kilovolt1 Kilowatt-hour (kWh)
1 Megawatt (Mw)I Gigawatt-hour (gWh)
1,000 Kilograms (kg)2,2M6 Pounds (lb)0,9842 Long Ton = 1.1023 Short Ton0.62 Miles10 million kilocalories39.68 million BTU0.15899 Cubic Meter6.289 BarrelsO.O2832 Cubic MeterThousand Cubic Feet per DayMillion Cubic Feet
1,0ffi Volt1,000 Watt-hours1.340 Horse power hour {i'.{irir;3.411BTU859.6 kilocalories1,080 kilowatts (Kw)1,000,000 kilowatt-hours (kWh)
2. Faktor Konversi Energi:
Fuel (Bahan Bakar)- Liquid Fuel (barrels)
Crude OilCoal LiquidsResidual Fuell OilDistillate Fuel OilGasolineNatural Gas Liquids (NGL)EthanolMethanol
Physical Units per BOE/1*)
1
0.880.920.991,10r,441.56t.99
.-2
7
xlv
- Natural Gas (1,000 Cu.ft)- Coal (tonnes)
Indonesian CoalCoal (bituminou s/ExportTCE (Ton of Coal Equivalent)
- Electricity (Mwh)- Biomassa Fuel (tonnes)
FirewoodCharcoal
5.79
0.2380,2560.201
r.700.390.19
Notes: 1. *) 1 TOE =7.33 BOE (= with 7.33 barrel of Oil taken as average)
Sumber data: Report of the joint TINDP/lVorld Bank Energy Sector Issues and Optionsin the Energy Sector Report No.3543-IND, November 1981
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR/CETAKAN KEDUA (REVISI)
DAFTAR SINGKATAN
DAITAII KO}IVERSI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB-I PENDAHIILUAN
1.1 Pengertian Umum Tentang Bahan/Produk Petrokimia dan Bahan/Produk Polimer....
L.2 Riwayat Pembuatar Produk Petrokimia dari Migas1.3 Pemanfaatan Produk-produk Petrokimia .............
BAB-tr BAHAN BAKU PETROKIMIA
2.1 Jenis Bahan Baku Industri Petrokimia2.2 Cara-caramendapatkan Bahan Baku Industri Petrokimia2.3 Penyediaan Bahan Baku Petrokimia di Indonesia
BAB -M PRODIIK-PRODUK PETROKIMIA
5
6
8
3.1 Jenis Produk Petrokimia3.2 Jalur-jalur dalam pembuatan Produk-produk Petrokimia ............... 19
3.2.t Jalur Gas Sintetis Amonia dan "Carbon Black" L9
3.2.L.1 Cara Memproduksi Gas Sintetis 19
3.2.1.2 Produ.k Hilirnya dan Reaksi-reaksi untuk menghasilkan-nya........ 23
3.2.1.3 Pengadaan Produk Hilirnya di Indonesia 263.2.2 Jalur Olefin/Jalur Olefin Senter 35
3.2.2.1 Olefin dengan Bahan Baku Nafta 363.2.2.2 Olefin dengan Bahan Baku Etana 373.2.2.3 Produk Hilirnya dan Reaksi-reaksi untuk menghasilkannya383.2.2.4 Contoh-contoh Reaksi untuk menghasilkan Produk-
produk Hilir.... 39
v
x
xiii
xix
xxii
1
23
l8
xvl
3.2.2.5 Pengadaan Produk Hulu "Olefin Senter"di Indonesia 44
3.2.2.6 Pengadaan Produk Hilir "Thermoplastik" di Indonesia .. 443-2.3 Jalur Aromatik/Jalur Aromatik Senter 45
3.2.3.1 Aromatik dengan Bahan Baku Nafta 453.2.3.2 Produk Hilir Jalur Aromatik 483.2.3.3 Contoh-contoh reaksi untuk mendapatkan Produk Hilir......... 483.2.3.4 Pengadaan Produk Hulu "Aromatik Senter" di Indonesia....... 583.2.3.5 Pengadaan Produk Hilir "Serat-serat Sintetis dan Resin-resin
BAB-TV PENGGI.]NAAN DAN PEMANFAATAN PRODI.IK-PRODUKPETROKIMIA
4.1 Penggunaan dan Pemanfaatan Menurut Sektor lndustri 1154.1.1 Penggunaan dalam Industri Pupuk dan Pestisida ............... 1 154.1.2 Penggunaan dalam Industri Serat Sintetik 1154.I.3 Penggunaan dalam Industri Bahan Plastik 1164.1.4 Penggunaan dalam Industri Adhesive Resin ......... II74.1.5 Penggunaan dalam Industri Bahan Baku Cat (Coating Industry)4.I.6 Penggunaan dalam Industri Deterjen4.1.7 Penggunaan dalam Industri Elastomer4.1.8 Penggunaan dalam Industri Kimia, Khusus Industri Zat Pewarna
(Dyestuff Industry)Industri Pemrosesan Plastik4.2.1 Prosedur Untuk Mendapatkan Produk Jadi Plastik yang Ber-
kualitas Tinggi4.2.2 Proses yang digunakan dalam Industri Plastik untuk Meningkatkan
Kualitas4.2.2.1 Prosesekstrusi4.2.2.2 Proses "Injection Moulding"4.2.2.3 Proses "Blow Moulding"4.2.2.4 Proses "Ca1endering"................
Rekayasa./Manufaktur Produk Dasar menjadi Produk Jadi ...........4.3.1 Rekayasa/Manufaktur Produk Jadi Pipa Paralon PVC4.3.2 Rekayasa/Nlinufaktur Produk Jadi Busa Plastik/Jok Mobil-PLIR .........
BAB-V PRODUK-PRODIIK KHUSUS PETROKIMIA DAN PENGGUNA-ANNYA
6t
4.2
118
119
119
119
t2t
t2t
t22123125126r27138
t39144
4.3
5.1 Produk Khusus "Methmix"5.1.1 Pembuatan "Methmix
160
160
t
xvll
5. 1.2 Prosedur Penggunaan/Penyaluran/Penyerahan dan Pengisian"Methmix" 165
t74t74
5.2 Produk Khusus "Additif/I\4inyak Pelumas"
5.2.1 Sifarsifat dan Penggunaan Additif5.2.2 Cara-cara/Proses Pembuatan Additif 177
5.3 Produk Khusus "Methanol" sebagai bahan bakar mobil listrik "Fuel Cell" .... 184
5.3.1 Prinsip Kerja "Direct Methanol Fuel Cell" (DMFC) 184
5.3.2 Tinjauan Ekonomi Penggunaan DMFC 184
5.3.3 Perbandingan Emisi Gas Kendaraan FCVs dengan Kendaraan LEVstandar 185
5.3.4 Proyeksi Penjualan Kendaraan FVCs pada tahun 2010-2020""""""""" 185
5.4 Produk Khusus "Polimer Emulsi" untuk Penanggulangan Banjir 185
5.4.1 Proses Pembuatan "Polimer Emulsi"...... 186
5.4.2 Efektivitas Penggunaan "Polimer Emulsi" dengan Tanah " 186
5.4.3 MetodelCara-caraPenggunaan "Polimer Emulsi"...... 187
5.4.4 Penggunaan Lain "Polimer Emulsi".... 188
5.5 Produk Khusus "Polisiloksan" untuk Kulit Sintetik dan Operasi Plastik ......... 188
5.5.1 Proses/Reaksi-reaksi Pembuatan "Polimer Polisiloksan"....................... 189
5.5.2 Jenis-jenis Polimer untuk Pembuatan Kulit Sintetik """"""" 190
5.5.3 Efektivitas Penggunaan Kulit Sintetik .......'....... I92
BAB -VI MASALAH LINGKUNGAN INDUSTRI PETROKIMIA
6.1 Limbah Petrokimia dan Sumbernya .........-... 205
6.1.1 Jenis Limbah Petrokimia 205
6.1.2 Sifarsifat dan Karekteristik Limbah Petrokimia 206
6.2 Aspek Lingkungan Hidup Akibat Pengoperasian dan Pemanfaatan Produk
produk Petrokimia 206
6.2.1 Rona Lingkungan Industri Petrokimia 206
6.2.2 Dampak Lingkungan HiduP 2lO
6.3 Cara Pengendalian dan Penanggulangan Pencemaran Ling kungan Limbah
Petrokimia 2I26.3.1 Contoh Cara Penanggulangan Pencemaran Akibat Limbah Gas '.'.'...... 212
6.3.2 Contoh Cara Penanggulangan Pencemaran Akibat Limbah Cair........'... 212
6.3.3 Contoh Cara Penanggulangan Pencemaran Akib#Limbah Padat ........ 213
6.3.4 Kualitas Air Limbah " 214
6.4 Kesimpulan dan Saran 214
BAB-VII EVALUASI
7.1 Kata Pengantar7.2 Cara Mengevaluasi
7.2.1 Latlhan Soal-soal Pokok Bahasan
,)'ta
7
xvlll
7.2.2 ContohlatihanSoal-soalUjianSemesterAKAMIGA .......... 233
LAMPIRAN-I Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20Tentang Pengendalian Pencemaran Ai .............. 239
LAMPIRAN-2. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan HidupNomor Keputusan: 03iIvIEN .. 270I<LHlWlggl Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatanyang Sudah Beroperasi 270
DAFTAR PUSTAKA 293
Gambar I-l
Gambar II-1Gambar tr-2
Gambar [I-3
Gambar II4Gambar III-1
Gambar Itr-2Gambar III-3Gambar III4Gambar III-5
Gambar III-6
Gambar III-7
Gambar III-8Gambar trI-9Gambar III-10Gambar III-11
Gambar III-12Gambar ltr-13Gambar III-14Gambar III-15Gambar III-16
Gambar [II-17Gambar III-18Gambar III-19Gambar Itr-20Gambar ltr-21
DAFTAR GAMBAR
Proses Pemisahan Bahan Baku Petrokimia dari Hasil-hasilKilangEkstraksi Etana dengan Proses Ekstrasi KriogenikPemisahan Gas Etana dan Gas Metana (LNG) dari Gas Bumidengan Cara Absorpsi ..............Pemisahan Benzena, Toluena dan Xilena (BTX) dari HasilKilangPeta Potensi Cadangan Gas Bumi di IndonesiaTahap Proses Pengolahan Bahan Produk Migas menjadiProduk PetrokimiaAsal-Usul Produk Petrokimia serta Aplikasinya ..........
Ziegler Process".....Diagram Proses Pembuatan PE dengan "Philips Process" ....
Diagram Proses Pembuatan PP .............Diagram Proses Pembuatan Tetramer PropilenaDiagram Proses Pembuatan Karet Polibutena ..........Diagram Proses Pembentukan Monomer VCM serta Kon-sumsi Bahan BakunyaDiagram Proses Pembuatan Monomer StirenaProses-proses Pembuatan Polistirena (PS)
Bagan Alir Pembuatan Aromatik BTX serta Neracanya ........Diagram Proses Pembuatan Deterj en Alkilat/Alki I Benzena...Diagram Proses Pembuatan "Ftalik Anhitride (Phtalic
4t4
15
16
L7
959697Diagram Proses "Ammonia-Gas Synthesis"
Diagram Proses Pembuatan Metanol 98Diagram Proses Pembuatan Urea dengan "Total RecycleProcess"..... ., 99Diagram Proses Pembuatan OlefinalEtilene dengan "TubularProcess" 100Bagan Alir Proses Suatu Kilang Olefina Perban-dinganAntara Kapasitas dan Produks 101
Diagram Proses Pembuatan PE dengan Tekanan Tinggi ....... 102Diagram Proses Pembuatan LDPE 102Diagram Proses Pembuatan HDPE 103
Diagram Proses Pembuatan PE dengan "Low Pressuret04105
106t07r07
108
109
110
lltlt:
-*4
Gambar N-22
Gambar [V-1Gambar IV-2
Gambar [V-3
Gambar [V4
Gambar IV-5
Gambar IV-6Gambar IV-7
Gambar IV-S
Gambar IV-9Gambar IV-10Gambar [V-11Gambar lY-12Gambar IV-13
Gambar IY-14
Gambar IV-15
Anhydride)Diagram Proses Pembuatan Serat Poliester/Proses TPA dariMobilBagan Industri Tekstil IndonesiaPipa-pipa Plastik yang dilapisi Plat Krom hasil ProsesEkstrusiDiagram Proses Pembuatan Lembaran Plastik dalamInstalasi yang Menggunakan Sistem "Extrusion-Line"...........Alat Pembuatan Barang Plastik dengan Proses EkstrusiLanjutDiagram Pembuatan Barang Plastik dengan ProsesPencetakan (Extrucion Molding Process)Ban Karet Termoplastik Hasil Proses "lnjection Molding" ...Alat Pembuatan Barang Plastik dengan Proses "lnjectionMolding"Contoh botol-botol Plastik yang dibuat dengan Proses "BlowMolding"Cara Kerja Proses "Blow Molding"Juga Cara Kerja Proses "Blow Molding"....Bagan Proses "CaIendering"...............Tiga Tipe lnstalasi "Calendering Process"Lembar Kegiatan Siswa SMU - Kerjasama Museum MIGAS"Graha Widya Patra"Lembar Kegiatan Biologi "Plakton Fossil" sebagai Petunjukadanya MIGASLembar Kegiatan Fisika sebagai Prinsip Kerja EksplorasiPencarian MIGASLembaran Kegiatan Geografi untuk melihat Misteri danSensor Didalam Perut BumiLembar Kegiatan Pemetaan untuk mengamati PetaLapangan Utama MIGAS di IndonesiaLembar Kegiatan Kilang Pengolahan MIGAS untukmenghasilkan BBM dengan Proses-proses KimiaRekayasa Produk jadi pipa PVCRekayasa Produk jadi busa plastik/jok mobil PUR ................Spesifi k Grafi ty "Methanol Mixture" 45 I 5 5 I O.......
Prosedure Pengisian'Methmix" ke pesawat udaraPrinsip Kefa "Direct Methanol-Fuel Cell (DMFC)Proyeksi Kebutuhan "Methanol untuk FCVsProyeksi Penjualan FCVsEfektivitas Penggunaan "Polimer Emulsi" dengan TanahPenyemprotan "Tanah-tanah ErosilBanjir" dengan "Cairan
133t33
113
tt4t29
130
131
t32
\34
134135
135
136r37
152
153
t54
155
156
157
158
t59t70173194196197
198
Gambar fV-16
Gambar IV-17
Gambar tV-18
Gambar IV-19Gambar lY-zOGambar V-lGambar V-2Gambar V-3Gambar V4Gambar V-5Gambar V-6Gambar V-7
Gambar V-8
Gambar V-9
Gambar V-10Gambar VI-l
Gambar VI-2Gambar VI-3
Gambar VI4
xxl
Polimer Emulsi"/dengan menggunakan "mobil truk" ............Penyemprotan "Tanah-tanah Erosi/Banjir" dengan "CairanPolimer Emulsi"/dengan menggunakan "alat pipapenyemprot" ................Hubungan antara Matriks Polimer dengan .Struktur Kulitpada Pembentukan Kulit Sintetik ..............Aplikasi/Penggunaan Kulit Sintetik dan Operasi Plastik .......
Bagan Alir Alat Lindungan Lingkungan Terhadap Emisi GasDengan Cara Absorbsi ...............Pengolahan Limbah Secara Biologis @robik dan Aerobik) ...
Pengolahan Limbah Botol Plastik Bekas dengan Proses DaurUlangPengolahan Limbah Plastik Bekas dengan Cara Pirolisis .......
199
200
20r202
223224
225226
Tabel tr-lTabel II-2Tabel tr-3Tabel Itr-l
Tabel Itr-2
Tabel Itr-3Tabel III4
Tabel V-lTabel V-2Tabel V-3Tabel V4Tabel V-5Tabel V-6Tabel V-7
Tabel VI-1Tabel VI-2Tabel VI-3Tabel VI-4Tabel VI-5
DAFTAR TABEL
Karakteristik/I(ualitas Gas Bumi di IndonesiaKualitas Gas Bumi di IndonesiaProduksi Kondensat, Nafta dan Residu/LswR ................Posisi Realisasi Pasok Kebutuhan lndustri Petrokimia Tahun 1995-
1999 dan Perkiraan Pasok Kebutuhan Produk Industri PetrokimiaTahun 2W-2003Realisasi Kebutuhan Industri Petrokimia Tahun 1995-1999 dan
Proyeksi Tahun 2N0-2W3Dunia dan IndonesiaRealisasi Impor Kebutuhan Serat Tekstil Tahun 1995-1999Realisasi Produksi dan Kapasitas Produksi Industri Tekstil diIndonesia dalam tahun 1995- 1999............Spesifikasi'Methanol Murni"........Spesifikasi "Air Denim" ..................Spesifikasi "Methmix 45 1 55 10" (Case-I)
Spesifikasi'Methmix 451 5510" (Case-II)
Karakteristik Berbagai Additif/Pelumas ..........Penggunaan Additif Dalam Berbagai Pelumas
Perbandingan Emisi Gas Kendaraan "Fuel Cell"dengan LEVStandar 195
Jenis Limbah Petrokimia dan Sumber Asalnya 2t6Karakteristik dan Kualitas Air Limbah Petrokimia 2I8Baku Mutu Udara Emisi untuk Sumber Tak Bergerak 220Baku Mutu Udara Ambien 221
Baku Mutu Air Limbah 222
910
13
64
91
93
94r63r69I7I203204204
BAB IPENDAITULUAN
Berdasarkan strategi yang sudah digariskan oleh Pemerintah bahwa dalam kurunwaktu Pembangunan Jangka Panjang Tahap-tr (PJPI-tr) dari April Tahun 1994 sldMaretTahun 2019, peranan minyak dan gas bumi (migas) sebagai sumber energi dan sebagaibahan baku (feedstock) industri petrokimia masih akan besar. Sementara itu produksiminyak bumi Indonesia sangat terbataslkecil, sehingga pada satu saat apabila tingkatproduksi minyak bumi di Indonesia lebih rendah dari pemakaianya, maka Indonesia akanmenjadi pengimpor minyak netto. untuk itu maka peranan pengembangan energipengganti migas seperti sekarang ini harus ditingkatkan. Kebutuhan energi penggantimigas ini dapat kita penuhi dari sumber-sumber energi altematif lainnya, seperti batubara, tenaga air, panas bumi, biomassa, gambut, tenaga surya dan energi terbarukanlainnya.
Dengan demikian maka migas hanya akan dimanfaatkan untuk memenuhikebutuhan energi yang tidak dapat digantikan peranannya oleh energi lain serta untukmemenuhi peranannya sebagai sumber bahan baku untuk industri petrokimia saja (lihatGambar I-1). Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana pertama kali dalam sejarah produkpetrokimia itu ditemukan/dihasilkan dari migas, cara-cma memperoleh bahan bakupetrokimia dan produk-produk petrokimia apa saja dapat dihasilkan dari migas. Selain ituakan dibahas sampai sejauh mana produk-produk petrokimia itu dimanfaatkan dandipergunakan cleh umat manusia, sehingga pemakaian dan penggunaan produk-produkpetrokimia itu sudah merajai dan menguasai peradaban/kehidupan manusia moderndidunia saat ini (lihat Gambarfr-Z).
1.1 PENGERTIAN TIMUM TENTANG BAHAN/PRODUK PETROKIMIA DANBAHAN/PRODUK POLIMER
Untuk membedakan apa yang disebut bahan/produk petrokimia dan apa yangdisebut bahan/produk polimer akan dibuat batasan sebagai berikut:
1. Bahan/produk petrokimia ialah segala bahan atau produk kimia yang dibuat/dihasilkansecara sistetik dari bahan baku migas atau komponen-komponennya/fraksi-fralainya,seperti:a) Pakaian, produk kosmetik dan parfum yang kita kenakan sehari-hari.b) Kantong-kantong plastik, botol-botol plastik dan barang-barang plastik leiryre
yang sering kita gunakan sehari-hari.
7
2
c) Jendela pesawat terbang, payung penerjun, interior dan cat dinding, lapisan teflonpada penggorengan, sikat rambut, Sikat gigi, katup jantung untuk operasi,"container", "fiber glass", dan lain-lain yang sering kita pakai sehari-hari.
2. Bahan/produk polimer adalah segala bahan atau produk kimia baik yang terbentuksecara proses alamiah di alam (yaitu yang disebut polimer alamiah atau polimerbuatan alam) maupun yang terbentuk secara sistetik dengan proses polimerisasi darimigas (yaitu yang disebut polimer sintetik atau polimer buatan manusia).
Pengertian polimer dalam arti sempit adalah suatu molekul raksasa (dengan beratmolekul berkisar antara 104-107) yang terbentuk melalui proses polimerisasi. Molekulraksasa ini disebut juga makromolekul. Maka berdasarkan proses pembentukannya,bahan/produk polimer dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu:a) Produk polimer alamiah atau polimer alam, misalnya:
. Polisakarida (pati dan bahan selulosa)
. Protein alam (serat sutera, serat otot dan enzim)
. Karet alam dan asam-asam nukleatb) Produk polimer sintetik atau produk polimer
semua produk petrokimia yang dihasilkanpolimerisasi dari migas, misalnya:. Plastik-plastik sintetik. Serat-serat sintetik. Karet-karet sintetik, dll.
buatan manusia, yang mencakupsecara sintetik dengan proses
1.2 RIWAYAT PEMBUATAN PRODUK PETROKIMIA DARI MIGAS
Sampai dengan masa berakhirnya Perang Dunia I pada tahun 1918, sebahagian
besar produk kimia organik diperoleh melalui 3 jalur pengolahan, yaitu:1. Fermentasi bahan-bahan organik2. Ekstraksi dari senyawa-senyawa yang terdapat di alam terutama batu-bara.
3. Transformasi/konversi dari minyak dan gemuk nabati
Sejak pada dasawarsa tahun 1920-an, yaitu sejak iso-propanol sebagai produkpetrokimia berhasil dibuat untuk pertama kalinya dari gas kilang/dari gas propelina, makapembuatan sebahagian besar produk kimia organik telah mampu disubstitusikanpembuatannya dengan jalur proses petrokimia, sehingga industri petrokimia mulaiberkembang. Dalam masa Perang Dunia-II antara tahun 1939-1945, perkembangan
industri petrokimia dipacu oleh kebutuhan-kebutuhan material keperluan perang dalamjurnlah besar dan dalam waktu yang singkat, sehingga pada waktu itu di U.S.A oleh "DuPont Company" dikembangkan teknologi pembuatan karet sintetik, karena kawasan AsiaTenggara sebagai penghasil utama karet alam sudah jatuh ke tangan Jepang. Faktor lainyang sangat menunjang peningkatan perkembangan industri petrokimia adalah bahwaharga minyak bumi pada kurun waktu itu sampai sebelum tahun 1970 relatifrendah./murah.
I
1.3 PEMANFAATAN PRODUK.PRODUK PETROKIMIA
Kemajuan yang dicapai dalam bidang teknologi ini menunjukkan kecenderunganpengurangan pemakaian bahan logam oleh industri dan di substitusikannya denganbahan-bahan bukan logam berupa bahan-bahan plastik produk petrokimia, sehinggabahan-bahan yang dari semula di buat dari logam secara berangsur-angsur diganti denganbahan bukan logam.
1. Dalam industri kenderaan bermotor dan industri transportasi, suku cadang tertentuseperti bemper mobil yang semula dibuat dari logam, mulai dibuat dari bahan plastikpoliuretan. Begitu juga propeller pesawat terbang mulai dibuat dari bahan "fiberglass".
2. Dalam industri kemasan (packing), bahan logam "tinplate" (kaleng) dan aluminiummulai tergeser oleh plastik-plastik produk petrokimia.
Tidak mengherankan bila pemakaian produk-produk petrokimia itu sudah merajaidan menguasai peradaban/kehidupan manusia modern didunia pada saat sekarang ini.
Dinegara maju seperti Amerika, Eropa dan Jepang yang berlombaJomba salingmengungguli kemajuan teknologi dalam bidang industri ini, produk-produk petrokimiaterutama dimanfaatkan oleh:a) Industri super komputer dan penginderaan jarak jauhb) Industri robotiks, danc) Industri bio-teknologi atau bio-engineering.
az't
Mot
or F
uel
Mid
dle
Dis
tilat
es
1
Gam
bar
I-1.
Pro
ses
Pem
isah
an B
ahan
Bak
u P
etro
kim
ia d
ari
hasi
l-has
il ki
lang
.
BAB IIBAHAN BAKU PETROKIMIA
Dengan kemajuan teknologi, maka bahan Uutu p"tlonmia yang berasal dariminyak dan gas bumi, sumbernya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:1. Yang berasal dari kilang minyak2. Yang berasal dari lapangan gas bumi, baik yang langsung maupun yang dari
komponen-komponennya setelah diadakan pemisahan.
2.1 JENIS BAHAN BAKU INDUSTRI PETROKIMIA
1. Yang berasal dari kilang minyak:Melalui proses pengolahan dalam kilang minyak berupa distilasi minyak bumi pada
tekanan atmosfer biasa (lihat Gambar I-l) akan didapat hasil-hasil pengilangan minyakyang disebut "minyak intermediate". Produk ini sangat cocok untuk dipakai sebagaibahan baku petrokimia, akan tetapi pemamfaatannya lebih diutamakan untuk memenuhikebutuhan bahan bakar minyak, seperti:
a) "Fuel gas" (bahan bakar gas untuk kilang).b) Gas propana dan Gas butana (dicampurkan sebagai gas penyusun utama bahan bakar
LPG).c) "Mogas" (sebagai bahan bensin/premiun).d) Nafta (CoHr+-CrzHzo), bahan baku petrokimia ini baik untuk industri olefin dan
aromatik.e) Kerosin atau minyak tanah, yang kalau diekstrasi akan menghasilkan n-parafin yaitu
bahan baku pembuatan sabun deterjen.f) "Gas-oil" (untuk bahan bakar minyak solar).g) "Fuel oil" (minyak bakar).h) "Short-residueAilaxy-residue" (untuk bahan bakar minyak residu lain juga untuk
bahan baku industri petrokimia "Coke" dan "Carbon black" ataupun untuk industriolefin).
Di Indonesia bahan baku petrokimia tersebut dapat dihasilkan dikilang-kilangminyak Cilacap, Balongan, Dumai, Musi, Balikpapan, dll.
2.Yangberasal dari lapangan gas bumi:Komponen-komponen gas bumi yang dapat dipergunakan sebagai bahan hak:
)--.1A
6
petrokimia yang berasal lapangan gas bumi adalah:a) Metana (CI{4) Gas ini sekitar 6O7o-80% volume gas bumi yang dihasilkan sesuatu
lapangan gas, dan dapat dipergunakan sebagai bahan baku gas sintetis CO dan Hzyang selanjutnya dapat dipergunakan untuk pembuatan amonia./urea, metanol, 'tarbonblack", dll.
b) Etana (Czllr), dapat dijadikan bahan baku untuk industri olefin untuk menghasilkanbahan-bahan sistetik seperti plastik, sabun deterjen, bahan kosmetik, dll.
c) Propana (C:Hs), yang dalam industri olefin dapat dijadikan bahan baku untukmengl asilkan polipropilen, suatu bahan plastik sintetik.
d) Butana (n-Cdlro), yang merupakan bahan baku untuk pernbuatan karet sintetikbutadiena.
e) Kondesat (CsHrz-CrrHz), yang disebut juga sebagai 'hatural gasoline" yangmempunyai sifarsifat seperti minyak/nafta dan dapat dipergunakan untuk bahan bakudalam industri olefin atau industri aromatik.
Di Indonesia, bahan baku petrokimia tersebut banyak dihasilkan lapangan-lapangan gas bumi yang mempunyai cadangan gas yang cukup besar, sehinggapemanfaatannya dapat dipusatkan didalam suatu area yang luas, seperti:a) Lapangan gas Arun, yang memanfaatkan gas bumi untuk pembuatan LNG (Liquefied
Natural Gas) dan untuk pupuk urea./amonia di Aceh.b) Lapangan gas Badak/Bontang, yang memanfaatkan gas bumi untuk pembuatan LNG,
pupuk uera./amonia dan LPG (Liquefied Petroleum Gas) di Kalimantan Timur.c) Lapangan-lapangan lainnya yang masih dalam rencana seperti lapangan gas Natuna di
Riaull-aut Cina Selatan.
2.2 CARA.CARA MEIYDAPATKAN BAHAN BAKU INDUSTRI PETROKIMIA
Sepanjang perkembangan teknologi industri migas yang sudah terbuktikeberhasilannya, maka bahan baku petrokimia berupa minyak dan gas bumi, baik yangberbentuk gas-gas ringan yang bersifat jenuh (seperti gas propana), maupun yangberbentuk cairan (seperti nafta dan kondesat), dapat diperoleh dari kilang minyak/kilangBBM maupun dari lapangan gas yang berproduksi secara besar-besaran.
Cara memperoleh bahan baku petrokimia/industri petrokimia tersebut antara lainadalah sebagai berikut:
1. Gas rnetana (CI{4). Dapat diperoleh secara langsung dari pengeboran gas di lapangan,setelah dipisahkan dari kotoran-kotoran yang tidak di inginkan. Sebaliknya, gas
metana yang dihasilkan kilang BBM (disebut juga sebagai "off-gases"), tidakekonomis untuk dipakai sebagai bahan baku petrokimia, sehingga dijadikan gas
buangan/gas "flare".
2. Gas etana (CzFIr). Lazimnya diperoleh dari lapangan gas bumi yang berproduksi
4.
5.
7
secara besar-besaran (seperti lapangan gas Arun di Aceh). Gas ini terlebih dulu harus
dipisahkan dari komponen-komponen gas lainnya seperti gas nretana, propana,
butana dan kondesat dengan cara ekstraksi dan absorpi. Proses pemisahannya dapat
dilihat pada Gambar II-1 & Gambar tr-2.
Gas etilena (CrI{4). Merupakan gas yang tidak jenuh dan pada lazimnya dapat
dihasilkan dari gas etana, nafta dan kondesat dengan cara proses "cracking"(perengkahan). Proses perengkahan untuk mendapatkan gas etilena ini dapat dilihatpada Gambar Itr-1 dan Gambar Itr-2.
Gas propana (C:Ha). Merupakan gas jenuh dan dapat dihasilkan dari gas bumi suatu
lapangan atau gas kilang, yaitu dengan cara ekstraksi dan absorpsi. Lihat Gambar tr-
1 dan Gambar[-2.Gas propilena (C:tIo). Merupakan gas tidak jenuh dan lazimnya dapat dihasilkan dari
gas etana, propana, nafta dan kondesat dengan cara cracking (lihat Gambar Itr-l dan
Gambar Itr-2).
Gas butana (n-C+tlro). Dapat diperoleh dari hasil pemisahan gas kilang BBM yaitu
dengan cara ekstraksi dan absorpsi (lihat Gambar tr-L dan Gambar Itr-2)'
Kondesat (CsHrz-CrrH2). Berbentuk cairan dan mempunyai sifat-sifat sama dengan
nafta yang berasal dari kilang BBM. Kondesat ini seperti juga gas-gas jenuh lainnya(gas metana, etana, propana dan butana) dapat dihasilkan dari gas bumi suatu
lapangan dengan cara ekstrakti dan absorpsi (lihat Gambar tr-1 dan Gambar Itr-2).
Benzena, Toulena, dan Xilena (Xylene atau BTX-Aromatik). Bahan baku petrokimia
aromatik ini sangat banyak digunakan untuk menghasilkan produk petrokimia seperti
serat-serat sintetik, resin-resin sintetik, bahan plastik sintetik, bahan sabun deterjen,
bahan pewarna cat dan lainlain. BTX-Aromatik ini dapat dihasilkan dari bahan baku
nafta atau kondesat melalui proses "catalytic reforming" atau proses pembentukan
dengan katalis (lihat Gambar II-3 dan Gambar ltr-2).
Nafta (CoHr rCrzElzd-Komposisinya sama seperti kondesat. Nafta banyak dipergu-
nakan sebagai bahan baku dalam industri petrokimia aromatik atau olefin. Nafta
berbentuk cair dan dapat dihasilkan dari kilang BBM melalui proses distilasi biasa
(lihat Gambar I-1 dan Gambar Itr-2).
Kerosin (CrzHzo). Kerosin dapat dihasilkan kilang BBM dengan cara distilasiatmosferik (lihat Gambar I-1) dan dapat dipergunakan untuk menghasilkan bahan
baku sabun deterjen. Melalui proses klorinasi terhadap kerosin yang dilanjutkan
dengan alkilasi dan sulfonasi akan dihasilkan bahan baku sabun deterjen yang
disebut "sodium dodecyt benzene sulfonate surfactant", dengan formula (CtzHzs-
CoH+SO:Na).
"Short-residue/waxy-residue" dapat dihasilkan kilang BBM setelah melalui beberapa
tingkatan proses terhadap minyak bumi yang mengandung "paraffin-wax". "Waxi'-
residue" ini sangat bermanfaat untuk menghasilkan produk petrokimia seFel!
7.
9.
10.
l
,,.
11.
"carbon-black" dan "cokes". Melalui proses "thermal cracking" dan "delayed-coking" terhadap "waxy-residue" akan dihasilkan "carbon-black" dan "cokes".Melalui proses "thermal black" dan "cokes" yang kegunaanya sangat diperlukanpada industri ban dan industri peleburan aluminium.
2.3 PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI PETROKiiVSIA DI INDONESIA
1. Keterscdiaan cadangan gas bumi (Cr-Cr):Dalarn hal ketersediaan gas bumi untuk bahan baku industri petrokimia di
Indonesia, yangmana sekitar 60-80Vo volume gas yang dihasilkan dari suatu lapangan gas
adalah gas metana, dapat dilihat bahwa karakteristildkualitas gasnya cukup memenuhipersyaratan (ini dapat dilihat pada Tabel II-1 dan Tabel II-2), begitu juga mengenaipotensi cadangan gasnya (ini dapat dilihat pada Gambar II4) cukup tersedia dimanas'rmber-sumber gasnya menyebar hampir merata dapat menjangkau daerah-daerah yangpldat dengan pemukiman penduduk dan pusat-pusat industri, seperti daerah Aceh,Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Irian Jaya.
2. Ketersediaan bahan baku kondensat (Cs-Crr):Sama halnya dengan bahan baku nafta, ko:nponen-komponen penyusun gas
kondensat kadar kandungannya dapat diukur dengan analisis PONA (Parafin, Olefin,Naftene, dan Aromatik), dimana jika kandungan parafin dan olefin-nya lebih besar, makakondensat tersebut lebih bermanfaat dipakai untuk bahar baku industri dengan jalur"Olefin-senter" dan sebaliknya apabila kandungan naftene dnn aromatiknya lebih besar,
lebih bermanfaat dipakai untuk bahan baku industri dengan jalur "Aromatik-senter".Produksi kondensat dalam negeri selama ini masih di ekspor ke luar untuk
mendatangkan devisa, sedangkan ketersediaan produksinya untuk dipakai sebagai bahan
baku industri petrokimia di lndonesia, dapat dilihat pada Tabel II-3.
3. Ketersediaan bahan baku nafta (C6-Crz):
Bahan baku nafta adalah bahan baku minyak berbentuk cairan, yang banyakdipakai untuk bahan baku industri petrokimia di dunia baik yang memakai dengan jalur"Olefin-senter" maupun dengan jalur Aromatik-senter", karena pegangkutan mudahdilakukan biarpun dengan jarak jauh seperti pengangkutan untuk minyak mentah lainnya.Minyak nafta ini dalam negeri diperoleh dari hasil Kilang Cilacap dan Kilang Balikpapan,yang selama ini produksinya masih di ekspor ke luar untuk mendatangkan devisa. Dalamhal ketersediaan produksinya untuk dipakai sebagai bahan baku industri petrokimia diIndonesia, dapat dilihat pada Tabel II-3.
4. Ketersediaan bahan baku residu/Low Sulfur Waxy Residu (LSWR):Bahan baku minyak residu/LSWR cukup tersedia didalam negeri, yang dapat
;go:''iti.l+ -b rr fo-, 1;. . ir- 'f lfi.r;i :r *r
didatangkan dari Kilang Dumai, Sungai Pakning dan Exsor-I Balongan, dan selama iniminyak residu/LSWR tersebut masih di-ekspor ke luar untuk mendatangkan devisa.Dalam hal ketersediaan produksinya untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku industripetrokimia di Indonesia, dapat dilihat pada Tabel II-3.
Sumber: Team Koordinasi Pengembangan Pemakaian BBG-Migas
Tabel II-1. Karakteristik/Kualitas Gas Bumi di Indonesia
Komposisi(Vo mole)
Perusahaan/Daerah Sumber Gas Bumi
Mobil OiUArun
WampuMedan
PTSYSumsel
Cilamaya/Jakarta
ARBNYKangean
Kaltim/B. Papan
Sul-Sel/Walanga
cozN2
CI
C2
C3
C4
C5
C6+
Jurnlah
S.g.
3,34
4,W
68,87
I1,0
6,20
3,68
2,82
0
100,0
o,8364
2,68
0,07
74,04
10,96
5,93
3,96
r.53
0,83
100,0
0.7950
6,09
0,51
85,53
4,88
1,59
0,84
0,58
0
100,0
0.7220
1,94
1.04
90,t2
5,86
0,95
0,06
0
0
100,0
0.6253
2,68
1,80
88,19
3,88
2,13
0,93
0,39
0
100,0
0.6480
2,55
o,7
78, ls9,48
6, 15
2,W
0,68
0,2
100,0
0,7390
94,89
3,47
0,82
0,81
0,01
0
100,0
0,5779
Nilai Kalori
-BTU/SCF
-Mjoule/}vl3
297,6
43,44
323,0
M,29
)77 ,0
36,05
027,0
33,60
057,0
3s,39
t97,0
40,07
n.a
n.a
T
Tab
el I
I-2.
Kua
litas
Gas
Bum
i di I
ndon
esia
.
I
No.
CO
MP
AN
YF
IELD
CA
LCU
TE
D S
.GG
AS
CO
MP
OS
ITIO
N
CI
C2
C3
C4+
AC
EH
& N
. S
UM
AT
ER
A
- M
OB
IL O
IL A
SE
ME
RA
.UE
PI
Aru
n
Alu
r C
Geu
ndon
dong
Julo
Ray
eu
Tua
lang
Lee
Tab
ue
Ran
tau
P.
Pan
jang
'P.T
eb.
Tin
ggi
Geb
ang
P.T
ab.T
imur
P.T
ab.B
arat
Wam
pu
Bt.M
andi
0,84
0,75
0,59
0,68
0,88
0,83
0,82
0,66 l,t9
0.91
0;76
0,90
0,76
0,85
68,8
7
80,6
0
96,3
0
96,3
0
86,8
0
62,5
0
63,7
0
85, l0
94,7
0
58,2
0
76,3
0
60,5
0
77,0
0
62,8
0
I1,0
0
6,50
1,60
2,50
12,2
0
1t,2
0
23,0
0
0,20
2,00
18,4
0
10,0
0
17,4
0
10,2
0
16,2
0
6,20
6,50
1,60
4,20
13,7
0
9,80
8,70
2,20
1,80
12,3
0
7.ta
13,0
0
5,60
I r,
{i0
l,59
2,60
0,30
1,00
2,90
2,00
1,70
0,30
1,00
4,00
1,90
2,7,
0
2.10
I,90
2.S
OU
TH
SU
MA
TE
RA
- P
TS
I
-UE
PIIK
PS
Ram
buta
n
\.E.T
eras
Ben
uang
Bet
ung
Gn.
Kem
ala
Lim
au
0,83
0,77
0,92
0,63
0,80
0,63
34,3
085
,53
38,1
0
80,5
0
7l,5
0
89,7
0
2,66
4,88
12,8
0
8,30
12,5
0
5,80
6,40
1,59
26,6
0
6,80
11,6
0
3.20
4,86
0.39
6,30
t,30
1,70
o,rlo
Tab
el I
I-2.
Kua
litas
Gas
Bum
i di
Ind
ones
ia.
(lnnj
utan
)
GA
S C
OM
PO
SIT
ION
- P
ER
TA
MIN
A
UE
P I
IJA
MB
I
WE
ST
JA
VA
- II
AP
CO
. A
RC
O
- P
ER
TA
MIN
A
UE
P I
II
Sen
geti
Kris
hna
Arju
na
Cem
ara
Sin
dang
Pol
eng
52,8
0
7\ )
q
80,3
2
15,8
0
8,66
43,2
4
12,6
0
4,40
t7,2
0
6,48
2,80
3,90
1,45
1.22
Cem
ara
Sel
atan
Cem
ara
Bar
at
Cem
ara
Tim
ur
Tug
u B
arat
Kdn
ghr
Tim
PS
J
Gan
tar
Hau
rgeu
lis
ST
N
Jatib
aran
g
Ran
deng
an
Sin
dang
32,0
0
57,5
0
9 1,
10
89,5
0
15;7
0
4,89
5,37
10,4
0
2,48
2,35
,qo
4,57
4.29
9,67
16,2
0
1,25
11)
0,40
N
Tab
el I
I-2.
Kua
litas
Gas
Bum
i di I
ndon
esia
. (lt
,nju
tan)
Sum
ber:
Dire
ktor
at
E/P
-Per
tam
ina
No.
CO
MP
AN
YF
IELD
CA
LCU
TE
D S
.GG
A.C
UO
MP
OS
ITIO
N
CI
c2C
3C
4+
4.E
AS
T K
ALI
MA
NT
AN
- P
ER
TA
MIN
A
UE
P I
V-
TE
SO
RO
- H
UF
FC
O
- T
OT
ALI
ND
.
Bun
yu
Bad
ak
0,56
88,6
0
41,0
0
2,44
2,40
1,04 l,l0
0,16
0,40
5.
- A
RC
O
- U
NIO
N
SO
UT
H S
UM
AT
ER
A
- B
RIT
ISH
PLT
- N
AT
UN
A S
EA
- C
ON
OC
O
Sem
baku
ng
Ker
indi
ngan
Law
i-Law
i
Kp.
Bar
u
Wal
anga
'eri
0,58
0,58
t,34
94,0
0
79,9
0
94,5
0
94,8
0
17,2
0
2,02
5,23
2,97
3,47
0.67
2,60
3,59
o,25
o,02
0,09
I,l9
0,02
\
N
Tab
el Il
-3.
Pro
duks
i K
onde
nsat
. N
afla
dan
Res
idu/
LSW
R C
i ln
done
sia
Cat
atan
:1.
KP
S
= P
erus
ahaa
n M
inya
k "K
ontr
ak P
rodu
ksi
She
ring"
2. K
K
= P
erus
ahaa
n M
inya
k "K
ontr
ak K
arya
"3.
BB
UD
=
Bar
rel
Min
yak
per
hari
(Brit
ish
Bar
rel
per
Day
)4.
LS
yR
= L
ow S
ulfu
r W
axy
Res
idu
5. T
ahun
pro
duks
i ad
alah
pad
a ta
hun
PE
LIT
A V
ber
jata
n.
Sum
ber:
Dire
ktor
at P
/P-P
erta
min
a
No.
JEN
IS P
RO
DU
KS
I19
91n9
9219
92/1
993
1993
/199
4
Rib
u B
BL
Rib
u B
BU
DR
ibu
BB
LR
ibu
BB
I-/D
Rib
u B
BL
Rib
u B
BU
D
l. 2.
KO
ND
EN
SA
T'P
erta
min
a
KP
S
KK JU
MLA
H
{AF
TA
IES
IDU
/LS
WR
234,
2
65.7
68,4
r32,
3
66.'t
34,9
9.82
4,0
47.7
90,0
0,64
180,
19
0,37
l8l,2
0
26,9
4
130.
93
243,
0
61.5
78,5
r38,
4
61.9
59,9
13.7
58,0
39.6
43.0
0,67
169.
17
0,38
169,
22
37,6
9
108,
6 r
372,
2
6t.8
'7 5
,2
146,
0
62.3
93,4
15.'7
29,0
45.3
22.0
r,02
169.
52
0,40
t70.
94
43,1
0
t24,
t7
(lJ
GC
,<
u=
c do u u.
tJ> O
ul -6'"i
DE
ME
TH
AN
IZE
RE
than
e ex
trac
tion
by c
ryog
enic
er
pand
et
A
Gam
bar
II-1.
Eks
trak
si e
tana
den
gan
pros
es e
kstr
aksi
krio
geni
k.
15
LEGEND
Tm
LEGEND:
tr,mlllil 't.t
UNCHANGED
MODIFIED
Butane absorption scheme
SCRUBCOLUMN
Cryogenic expansion scheme
REFRIGERANTMAKE UP
BUTANEREFRIGERANTRECYCLEMAKE UP
Gambar II-2. Pemisahan gas etana dan gas metana (LNG) dari gas bumi dengan cara absorbsi
!7
o\
c{ c
6, T
oG
AS
OLI
NE
AR
OM
AT
ICS
.FR
EE
RA
FF
INA
TE
TO
GA
SO
LTN
E
BE
NZ
EN
ET
OLU
EN
EM
XE
DX
YLE
NE
S
(1)
RE
MO
VE
SS
ULF
UR
cI a
nd >
TO
GA
SO
LIN
E
(2)
(3)
MA
KE
A
RE
FO
RM
c6,
c7, c.
N
AP
HT
HE
NE
SH
EA
RT
.CU
T IN
TO
AR
OM
AR
TIC
S
(4)
SE
PA
RA
TE
SA
RO
MA
TIC
SF
RO
MN
AP
HT
HE
NE
SA
ND
PA
RA
FF
INS
(5)
SE
PA
RA
TE
S T
HE
AR
OM
AT
ICS
ST
RE
AM
S I
NT
OC
HE
MIC
AL.
GR
AD
EM
AT
ER
IAL
To
obta
ln b
enze
ne f
rom
a p
etro
leum
ref
lner
y by
ref
orm
lng,
use
lhl
s ty
plca
l pr
ocea
slng
sch
eme
Gam
bar
II-3.
Pem
isah
an b
cnze
na,
toul
ena,
dan
xile
na (
BT
X)
dari
hasi
l kila
ng.
AC
EH
Cad
anga
nte
rbuk
ti14
,1 T
SC
F
SU
MT
EN
GC
adan
gan
terb
ukti
0,9
TS
CF
Cad
anga
nte
rbuk
ti6,
2 T
SC
F
KE
TE
RA
NG
AN
:C
adan
gan
terb
ukti
: 76
,16
TS
CF
Can
gan
pote
ntia
l : 2
2,16
TS
CF
Tot
al c
adan
gan
: 98
,32
TS
CF
Sum
ber
: D
evis
i G
as E
/P-P
erta
min
a
Cad
anga
nte
rbuk
ti0,
6 T
SC
F
Cad
anga
nte
rbuk
ti0,
2 T
SC
F
{t t
Gam
bar
II-4.
Pet
a P
oten
si C
adan
gan
Gas
Bum
i di I
ndon
esia
(pe
r 01
.01.
1993
)
l
BAB IIIPRODUK-PRODUK PETROKIMIA
3.1 JEMS PRODUK PETROKIMIA
Industri petrokimia dapat dibag i atas Zbagian besar, yaitu:
1. Industri petrokimia hulu atau "upstream petrochemical industry", yaitu industriyang menghasilkan produk petrokimia yang masih berupa produk dasar atau produkprimer dan produk antara atau produk setengah jadi (masih merupakan bahan bakuuntuk produk jadi)
2. Industri petrokimia hilir atau "downstream petrochemical industry", yaitu industriyang menghasilkan produk petrokimia yang sudah berupa produk akhir danlatauprodukjadi.
Oleh karena itu, maka produk petrokimia berdasarkan proses pembentukannya danpemanfaatannya dapat dibagi atas 4 jenis, yaitu:
(1) Produk dasar. Yang termasuk produk dasar petrokimia antara lain adalah gas COdanHrsintetik, etilena, propilena, butadiena, benzene, toluene, xilena dan n-parafin.
(2) Produk antara. Yang termasuk produk antara, antara lain adalah amonia, metanol,carbon black, urea, etil alkohol, etilklorida, kumen (cumene), propilen-oksida), butilalkohol, isobutilena, nitrobenzena, nitrotoluena, PTA (purified terephthalic acid),TPA (terephthalic acid), DMT (dimethyl terephthalate), kaprolaktam (caprolactam),LAB (liner alkyl benzene), dll.
(3) Produk akhir antara lain adalah urea, carbon black, formaldehida, asetilena, polietilena, poli propilena, poli vinil klorida, poli stirena, TNT (trinitro toluena), poliester, nilon, poli uretan, "LAB-sulfonate" (surfactant) dll.
(4) Produk jadi. Pada umuflrnya berupa barang-barang atau bahan-bahan yang dalamkehidupan kita sehari-hari banyak dipakai di rumah tangga seperti: plastik-plastikuntuk produk-produk elektronik dan telekomunikasi (radio, tv, film alat-latkomputer, kabel-kabel telefon, kabel-kabel listrik), plastik-plastik untuk rumahtangga (ember plastik, kantonglkarung plastik, botol-botol/kemasan plastik),peralatan plastik untuk industri mobil dan pesawat terbang (bemper mobil, jok/busamobil, jok/busa kapal terbang, ban pesawat terbang). Baju dan kaus kaki yang kitapakai dibuat dari benang poliester dan nilon, ban mobil dari bahan campuran karetdan carbon black, sabun bubuk deterjen dibuat dari "LAB-sulfonate" dan lainsebagainya.
I
19
3.2 JALUR.JALUR DALAM PEMBUATAN PRODUK.PRODUK PETROKIMIA
Proses pembuatan produk petrokimia yang lebih ekonomis dapat ditempuh dengan
3 jalur/lintasan utama (lihat Gambar III-1 dan III-2), yaitu:1. Jalur gas sintetik yaitu dengan pembentukan gas CO dan Hz dari bahan baku gas
bumi/(CFI+).2. Jahx olefin yaitu dengan pembentukan gas-olefin (gas etilena, propilena dan
butena./butadiena).3. Jalur aromatik yaitu dengan pembentukan fraksi-fraksi aromatik (benzena, toulena dan
xilena).
3.2.1 Jalur Gas Sintetik, Amonia, dan "Carbon Black"
Gas sintetik (gas CO dan H2) termasuk produk dasar petrokimia yang dibuat dari
gas alam (ClI4), yang penggunaan utamanya untuk menghasilkan amonia, metanol dan
carbon black.
3.2.1.1 Cara memproduksi Gas Sintetik
Dilihat dari segi proses produksinya, maka gas sintetik dapat diproduksi melalui 3(tiga) cara yaitu:
1. Reaksi "steam reforming" (lihat Gambar Itr-3) untuk pembentukan amonia yangreaksinya berlangsung dengan bantuan katalis Ni pada suhu 1.400-1.600" F dan
tekanan operasi 400-500 psi. Reaksi-reaksi yang terjadi sebagai berikut:Pada pembuatan ammonia dengan mereaksikannya dengan gas N, (dari udara luar)
dan dengan pertolongan katalis campuran antara FezO: dan AIzO:, pada suhu +7000Fdan tekanan 250 atm.Reaksinya adalah sebagai berikut:
3H, + N, ------> 2 NH3
Secara keseluruhan, mulai dari gas sintetik sampai terbentuknya amonia sintetik,reaksi pembentukan amonia adalah sebagai berikut:
2CHo+ Or+ 2HrO + Nz -------) 2CO, + 4NH,
2. Reaksi "steam reforming" pada pembentukan metanol (lihat Gambar lil4) yangberlangsung dengan menggunakan 2 (dua) macam proses pembentukannya, yaitu:- Dengan Proses Tekanan Tinggi, disebut juga "Lurgi High Pressure Process:, dan- Dengan Proses Tekanan Rendah, disebut juga "ICI Low Pressure Process"a) Dengan Proses Tekanan Tinggi/Proses Lurgi:
/;
20
- Proses ini dilakukan jika kadar CO2 di dalam bahan baku gas alam sangat kecilatau nihil.
- Prosesnya berlangsung pada tekanan 230-330 atmosfir dan pada suhu 370-400')c.
- Menggunakan katalisator campuranZn} (907o) dan Cr2O3 Q07o).- Hasil konversinya adalah sebesar: 60-707a.- Reaksi yang terjadi:
CHo + HrO (uap/steam) --------> CO +ZHr+H,CO + 2H, ------------> CH3OH
CHo + H2O (steam) -----> CHrOH + H,
- Disamping terjadi "methanol" sebagai produk utamanya, terjadi pula "gas/II2"sebagai hasil sampingnya. Gas Hz ini dapat dipisahkan dan digunakan untukpembuatan gas amoniak (NH3) yang selanjutnya merupakan bahan baku padapembuatan pupuk urea [CO(NHz)z].
b) Dengan Proses Tekanan Rendah/Proses ICI:- Proses ini dilakukanjika kandungan CO2 di dalambahan baku gas alam sebesar
6-107o atau lebih.- Prosesnya berlangsung pada tekanan 50-100 atmosfir dan Suhu 200-280'C.- Menggunakan katalisator-dasar tembaga (Cu).
- Hasil konversinya sebesar 10-80Vo
- Reaksi yang terjadi
3 CH4 +CO2+2HrO (steam) -------> 4 CO + 8 H,4CO+8H, 4CH3OH
3 CH4 + CO2+ 2HrO (steam) ------> 4 CH3OH
- Pada Proses ini dengan pemakaian gas CO2 yang terkandung dalam bahanbakunya/dalam gas alam dapat menaikkan aktivitas katalisatornya sehinggaangka konversinya akan naik (salah satu keunggulan Proses ini jikadibandingkan dengan Proses Tekanan Tinggi/Proses Lurgi).
- Reaksi kimia yang terjadi pada Proses Tekanan Rendah ini tidak menunjukkanadanya hasil samping gas H2 seperti yang terjadi pada Proses TekananTinggi/Proses Lurgi.
- Reaksi kimia yang terjadi pada Proses Tekanan Rendah ini tidak menunjukkanadanya hasil samping gas H2 seperti yang terjadi pada Proses ini jikadibandingkan dengan Proses Tekanan Tinggi/Proses Lurgi.
- Dengan konversi rata-ratanya sebesar 75Vo, maka untuk menghasilkan 1 metric
\
2t
ton methanol diperlukan bahan baku Gas alam sebesar 1,333 Nm3 atau sebesar
47,085 SCF.
Reaksi oksidasi parsial pada pembentukan gas sintetik yang dilanjutkan dengan reaksi
pirolisis (pada pembentukan 'tarbon black") yang berlangsung pada suhu operasi
1300-1500"C dan tekanan 100-150 atm.
Reaksi-reaksi yang terjadi adalah
a) Reaksi oksida untuk pembentukan gas sintetik dan gas asetilena (CzHz):
2CH4+02
--)
ZCO+4H,4 CH4+ Oz *----* 2 C2H2+ 6 HrO
b) Reaksi pirolisis untuk pembentukan carbon black (C):
zc2H, Pirolisis t 4C+zH,ZCO +a H, --@> 2C +ZH,6 +2H,
c) Secara menyeluruh, mulai dari gas sintetik sampai terbentuknya carbon black, akan
didapat hasil reaksi sebagai berikut:
6 CH4 + 4 O, -------> 6 C + 8 H2O + 4}{,
d) Di samping dihasilkan carbon black sebagai produk utama, dihasilkan juga gas Hz
dan uap air (H2O) yang masih dapat dipergunakan sebagai hasil samping untukkeperluan lain.
e) Penggolongan hoduksi Carbon Black sesuai dengan teknologi untuk memproduksi
atau proses pembuatannya, carbon black dapat digolongkan atas 3 jenis, yaitu: (1)
Channel black, (2) Thermal black, (3) Furnace black, dengan perincian sebagai
berikut:
L) Channel black:(a) Proses pembuatannya dengan Channel proses, menggunakan bahan baku
gas alam dengan konversi sbb.: setiap penggunaan 500 cuft gas alam akan
menghasilkan1 1b (= 1 Pound) C'b
(b) Produksi C.b inilah yang pertarna sekali dipakai untuk campuran penguat
("for reinforcing") dengan karet alam dan usia prosesnya sudah tua yang
diketemukan pada tahun 1872.(c) Diameter partikelnya (d.part.) lebih besar sehingga memberikan struktur
partikel-nya rendah/struktur yang tidak kuat, karena reaksi peng-
umpulannya dengan karet kurang sempurna/kurang kompak.(d) Derajat keasaman permukaannya (=acidic surface pH) tidak aktif dan tidak
dipakai lagi dalam vulkanisasi karet karena bahan ban yang dihasilkan
,3
22
pennukaannya tid4k tahan terhadap reaksi asam, sehingga bannya mudahkempes/pecah.(e) Pada saat ini poduksinya sudah ditutup, karena sudah ridak ekonomis lagi.
2) Thermal black:(a) untuk membuatnya menggunakan Thermar proses dengan bahan baku gasalam ataupun minyak cairlminyak residu.(b) Diameter partikel produknya (=d. part.) besar, sehingga memberikanstruktur partiker yang rendah/struktur yang tidak kuat terhadap karet.(c) Baik dipakai pada campuran karet yang tahan lenturan tinggi (= ,,hight
elongation") atau pada campu.un ku."i.y*g ;;h;;lo."ru, (= ..hightabrasion") yaitu pada industri kabel untuk bahan isolasi.(d) Acetyline black. c.b ini termasuk tipe c.b jenis Thermal brack dan dapatdihasilkan/dibuat dari bahan baku gas aram denga n cara oksidasi,kemudian gas acetyrene (=czHu) yang dihasirkal dikenakan reaksipyrosilisis pada suhu anrara 650-750;c, J"rrirgg, i".t"ntut bahan carbonblack (= C), dengan reaksi pembentukan sbb:
1) Reaksi yang terjadi:
5 CH, + o. oksidasi
CzH, pirolisis
CrHr+ 3CO + 6H, + 3H,O
2C +H,
2) Pen ggun;;:t":;'"';" -(1) Sebagai bahan baku khusus untuk campuran pembuatan ..ban
pesawat terbang,, yang anti sambaran petir(2) Bahan genteng atap rumawasues yang anti korsele itl atau atap
fff"", penyimpanan peluru yang tahan terhadap sambaran petir
(3) Untuk ..drycells',/pengisian batery
3) Furnace black:(a) Untuk membuatnya menggunakan Furnace proses dengan bahan baku gasalam ataupun minyak residu(b) Kalau memakll gas alam, setiap penggunaan gas aram sebesar 1000 cuftakan menghasilkan C.b sebesar iorU i=ro poriA; d;;;ut* menggunakanbahan baku mi,nyak^.:._i91, setiap penggunaan I (satu) 1.b minyak residuakan menghasilkan 0,55 1.b carbon blaci.(c) Diameter partikel produknya (= d.part.) kecil, sehingga mempunyai
23
struktur yang sangat kuat (= "high structure") atau mempunyai strukturyang sangat kuat terhadap campuran dengan karet.
Derajat keasaman (= pH) permukaanya (= acidic surface pH) sangat aktif,
sehingga pada vulkanisasi karet sangat banyak/sangat baik dipakai karena
bahan ban yang dihasilkan permukaanya sangat tahan terhadap reaksi
asam. Derajat keasaman (=pH) permukaannYa (=acidic surface pH) sangat
aktif, sehingga vulkanisasi karet sangat banyak/sangat baik dipakai karena
bahan ban yang dihasilkan permukaannya sangat tahan terhadap reaksi
asam.
Dengan jenis struktur partikel yang sangat kuat tersebut yaitu "high
structure", maka pada karet-karet sintetis dengan "specific stereo rubber"
menghasilkan l00%o polybutadiene (SBR) tires/ban.
Karena memiliki sifat-sifat/keunggulan-keunggulan tersebut pada butir (3)
sampai dengan butir (5) diatas, maka jenis C.b dengan tipe "Furnace black"inilah jenis C.b yang dimaksud/yang dipakai untuk industri ban dan
otomotif yang akan dibahas dalam tulisan ini.Dalam dunia perdaganganldipasaran dikenal dengan 7 jenis nama atau 7
tipe C.b ini, yaitu:1. Jenis SAF = Super Abrasion Furnace2. Jenis ISAF - Intermediate Super Abrasion Furnace
3. Jenis HAF = High Abrasion Furnace4. Jenis FEF = Fash Extrusion Furnace
5. Jenis GPF = General Purpose Furnace
6. Jenis SRF = Semi Reinforcing Furnace
7. Jenis HMF = High Modulus Furnace
3.2.1.2 Produk Hilir dan Reaksi-Reaksi untuk Menghasilkannya
Selain amonia, metanol dan "carbon black", produk petrokimia hilir yang didapat
melalui jalur gas sintetik ini antara lain adalah pupuk amonium nitrat, pupuk amonium
sulfat, formaldehida, metil tetra butil eter (methyl tetra butyl ether atau MTBE), dan
pupuk urea yang memiliki rumus molekul sebagai berikut:
Contoh reaksi pembentukan produk petrokimia hilir tersebut diatas, adalah sebagai
berikut:
(d)
(e)
(0
(e)
NH"
,/z:o\*,,
C
,-4
1. Reaksi pembentukan pupuk urea
Tahap-l berupa pembentukan amonia karbamat (ammonium carbamate atau NHo
COONH2) yang masih berbentuk bubur cair sebagai berikut:
2 NH3 + CO2 NH4 COONH2
Tahap-2 ialah pengkristalan ammonium carbamate di dalam "prilling tower" (lihatGambar III-5) menjadi urea dengan cara pemanasan, sebagai berikut:
NH2
NH4 COONH z --;- C=o + HzO\*r,(Kristal padat urea)
Reaksi pembentukan formaldehida (CH2O) sebagai berikut:Melalui reaksi oksidasi pada suhu +250t dan dengan pertolongan katalis dasartembaga (Cu), maka metanol akan teroksidasi menjadi formaldehida, sebagai berikut:
2CHTOH + O, 2CH2O +2HrOt = 250'C
3. Reaksi pembentukan Urea fornaldehydeGunanya urea-fomaldehyde adalah sebagai bahan perekat pada industri perkayuan/plywood industry, yang dapat diproduksi dengan mereaksikan/mencampurkan "IJrea"dengan "fornaldehyde" membentuk "dinethylol-urea", selanjutnya dengan reaksi"polymerisasi" atau "poly kondensasi" untuk memisahkan "air-nya" sehingga ter-bentuk "I-Irea-fornaldehyde resin", dengan reaksi pembentukannya sebagai berikut:
_/. NH,c<_ o
- NH,(lJrea)
-,,- NHr-CHTOH\-n2\J L\U ""r"1
- NH,-CH,OH I
(lbmaldehl-de) polymerrsasr {
-ycH, +.r,o .----lNcH. I + n.o&|kg*".",|O ln
(Urea formaldehyde)
25
4. Reaksi pembentukan DMT (dengan esterifikasi).
.A cooH
ll I + cH.oH---->
V:?RI,
cooH.
+ HrO
cooH.(DMT)
Penggunaannya untuk:- Polyesterfibers/serat-serat sintetis- Polyesterresin/film
5. Reaksi pembentukan Methylamines,
t = 250oC
CH3OH + CHTNH, --------> (CH3) rNH + HrO
CH3OH + (CH3) 2NH -----) (CH3) rN + HrO
Penggunaan untuk:- Surfactans/pembasmihama- Solvent/pelarut/campuran karet
6. Reaksi pembentukan Methyl halides:
t = 350'CCH3OH + HCL CH3 CL + HrO
P=latm
cH3oH + HBr t= 350'C
= cH3 Br + Hro
Penggunaannya untuk:- Fumigaant/pengasapan/disinfeksi- Silikonresin/TML/TEL
-/
26
3. 2. t . 3 Pe ngadaan Produk Hilirnya di Indone sia.
1. Pengadaan Produksi Pupuk Urea di Indonesia:
a) Dengan semakin disadari manfaat pupuk guna menunjang pertanian secara
nasional serta ditunjang dengan ketersediaan bahan baku gas alam yang tersebar dilapangan perminyakan di tanah air, maka sejak tahun 1972 sld, 1993 secara
berturut-turut Pemerintah membangun dan memperluas pabrik pupuk urea sebagai
berikut; PUSRI-tr dengan kapasitas produksi 380.000 ton urea per-tahun (atau
sebesar 1.150 ton urea per-hari dan 660 ton ammonia per-hari), PUPUSRI-II dan
PUSRI-IV dengan kapasitas produksi masing-masing sebesar 570.000 ton urea per-
tahun (atau sebesar 1.725 ton urea per-hari dan 1.000 ton ammonia per-hari),PUPUK KUJANG di Cikampek dengan kapasitas produksi 570.0m ton urea per-
tahun, Pupuk ASEAN Aceh di Lhokseumawe, dengan kapasitas 570.000 ton urea
per-tahun, Pupuk ISKANDAR MUDA di Lhokseumawe dengan kapasitas 570.000ton urea per-tahun, Pupuk KALTIM-I, KALTIM-tr diBonatng dengan kapasitas
produksi masing-masing sebesar 570.000 ton urea per-tahun dan PUSRI-IB(sebagai pengganti PUSRI-I yang tidak efesien lagi) dengan kapasitas sebesar
570.000 urea per-tahun.
b) Oleh karena itu, terjadi perkembangan kapasitas terpasang produksi urea diIndonesia sampai tahun 1993, sebagai berikut:
(1)Kapasitas terpasang sampai pada tahun 1986.
No. Unit ProduksiKebutuhan Gas Alam(MMSCFD/]VIBTU)
Kapasitas(tor/tahun)
TahunProduksi
Komersial
1.
2.
J.
4.
5.
PT. PUSRI-I
PT. PUSRI-II
PT. PUSRI-II
PT. PUSRI.IV
PT. Pupuk Kujang
PT. Pupuk ASEAN
PT. Pupuk Iskandar Muda
PT. Pupuk KALTIM-I
PT. Pupuk KALTIM-IIPT. Pupuk KALTIM-III
12.500
40.000
60.000
60.000
60.000
60.000
60.000
60.000
60.000
60.000
100.000
380.000
570.000
570.000
570.000
570.000
570.000
570.000
570.000
570.000
1963
1974
1976
1977
1978
1983
1985
1984
1985
1988
Total Kapasitas terpasang (ton/tahun) 5.400.000 1986
Sumber: APPI (Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia), Jakarta
27
c)
(2)Kapasitas terpasang sampai pada tahun 1993
No. Unit ProduksiKebutuhan Gas
Alam(MMSCFDA,IBTU)
Kapasitas(ton/tahun)
TahunProduksiKomersial
PT. PUSRI-IPT. PUSRI-II
PT. PUSRI.IIPT. PUSRI-IV
60.000,!0.000
60.000
60.000
570.000380.000
570.000
570.000
1995t974
1976
1977
2.
3.
4.
5.
PT. Pupuk Kujang
PT. Pupuk ASEAN
PT. Pupuk Iskandar Muda
PT. Pupuk KALTIM-I
PT. Pupuk KALTIM-II
PT. Pupuk KALTIM-III
60.000
60.000
60.000
60.000
60.000
60.000
570.000
570.000
570.000
570.000
570.000
570.000
1978
1983
r985
1984
1985
1988
Total Kapasitas terpasang (tor/tahun) 5.870.000 1993
Sumber: APPI (Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia), Jakarta
Pupuk urea (yang dihasilkan oleh PT. PUSRI dan yang dipasarkan di dalamnegeri serta yang diekspor ke luar negeri) mengandung unsur hiua nitrogen (N2)sebesar 467o dan merupakan pupuk yang mudah larut dalam air, alkohol dan
benzene, sedikit larut dalam ether serta tidak larut dalam chloroform. Olehkarena mudah larut dalam air, maka pemakaian pupuk ureanya dapat puladisemprotkan. Juga karena mudah mengisap air (bersifat higroskopis), makasebaiknya disimpan pada tempat yang kering dan tertutup rapat. Hal tersebutdapat dilihat sesuai dengan spesifikasi urea yang dihasilkan di Indonesiasebagai berikut:
No. Spesifikasi Pupuk Urea Produksi Indonesia
Kandungan Toleransi Kemumian
1
2
J
4
5
6
7
Nitrogen (N2), 7o Wt
Air (H2O), % Wt
Biuret (NH2 CO NH CONH2:, 7o Wt
Besi (Fe). ppm
Ammonia (NH2) bebas, ppm
Abu. ppm
Ukuran butir: (l) 6-18 Mesh (US), 7o Wt
(2) 25 Mesh (US) lolos, 7o Wt
min. 46,0
max. 0,3
max. 0,5
m:x. 1,0
mix. 150,0
m:x. 15,0
min. 95,0
max. 2,0
Sumber: APPI (Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia), Jakarta
Menurut APPI, realisasi produksi Pupuk Nasional (produksi pupuk Urea, TSP danZA) pada sepuluh tahun terakhir ini (dari tahun 1988 s/d 1998) adalah sebagaiberikut:
.rl
28
d)
Tahun/Produksi Urea TSP*) ZA*) Total (103 ton)
988989990991992993994995996997998
4.1574.8605.0504.9734.9505.1335.2895.8946.1896.2916. r -5-5
t.205t.198i.280.087.298.140.177867986789612
574634660575614526612679@0438324
5.9366.6926.9946.6356.8626.7997.0787.4407.8157.5217.091
Sumber: APPI (Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia), Jakarta
Catatan: *) Pupuk rsP dan ZA, adalah jenis-jenis pupuk yang diproduksi oleh pr.Petrokimia - Gresik.
- Pupuk TSP (Triple Super Pospate), adalah pupuk pospate yang mengandungunsur hara (P) cukup tinggi yaitu sebesar 46Vo. p2O5 yang gunanya untukmemacu pertumbuhan akar dan pembentukan akar tanaman sehingga tanamansehat dan kuat.
- Pupuk ZA (Ammonium Sulfat), pupuk yang mengandung unsur hara N (2lEo)dan S (24Va) untuk membantu pertumbuhan dan pembentukan butir hijau daunpada tanaman.
Dari sejumlah realisasi produksi Nasional didikomsumsikan/dipasarkan di dalam negeri danurea) dipasarkan/diekspor ke berbagai negaraduanya (untuk domestik dan ekspor) dari tahuntable di bawah ini, sebagai berikut;
i) Realisasi pemasaran dalam negeri tahun 1995 s/d 1998 (dalam 103 metrik ton)Produksi Nasional
Tahun/Pemasaran Urea TSP ZA Total (103 ton)1995199619971998
4.081,24.2623.7814.769
1.069900664869
653688351408
5.803,25.8504.7966.046
Sumber: APPI (Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia), Jakarta
Realisasi total ekspor pupuk Urea tahun 1995 s/dtanpa melihat negara tujuan:
1998 (dalam 103 metrik ton)
atas tersebut, sebahagian besarsebahagian lagi (khususnya pupukyang realisasi pemasaran kedua-1995 Yd 1998 dapat dilihat pada
2)
Tahun / Ekspor 1995 r996 t99'7 r998
Total (103 ton) 1.970 1.546 2.361 1.571
Sumber: APPI (Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia), Jakarta
29
3. Realisasi ekspor pupuk Urea tahun 1996 s/d 1999 (dalam 103 metrik ton)
Produksi Nasional per-Negara Tujuan, sbb:
No Nega'a Qiuan 199,6 1997 1998 1989
I \&trtam 896,9 1.496,00 t.0u,20 t.u23,N
) Taiwart 65,5 93,4 72,5 t29,9
3 F&pina 132,8 156,4 61,5 313,4
4 ltarlrtd 67 85,1 82,4 r52,1
5 Pakbtan 0 9,6 0 0
6 Mahysia 97,4 r35,1 44,4 130,9
7 Myamrnr 15.6 75,6 1)) 106,9
8 Jepang 35 71.9 49,2 69.r
9 Kenla 0 46.4 l1 4,8
t0 Horgkorg 0 45,6 53,2 0,8
1l Sirppore 14,5 5.6 27 16,8
t2 Australia 13,r t1 4,6 0,2
t3 Fiii 18,5 33,5 0 0,1
t4 Nepal 37.4 0 r0,8 19
l5 Irdia 0 t2,9 52,6 0
t6 Anenka Serkat 0 10,5 0 25,4
t7 Korea Sehtan 0 t4.l 37,3 71,4
l8 Korea Utara r3,3 0 8 u,7
19 Srihrgka l0 9,6 22,8 52,6
20 China 92.3 0 5,4 24,7
2l chti 0 0 0 0
22 Barghdesh 22,8 47 0 31,7
23 New Za"brd 0 0 0 0
24 Tinnr-timn 0 0 0 0
25 I-airFhin t3,9 1,7 t,9 0
TO TAL 1.546,00 2.361,N 1.571.00 2.257,5
Sumber: APPI (Assosiasi Produsen Pupuk Indonesia)' Jakarta
2.
30
Pengadaan Produksi Methanof di Indonesia:
a) Dalam rangka memanfaatkan gas alam di Pulau Bunyu Kalimantan Timur, olehPERTAMINA telah dibangun Pabrik Methanol berkapasitas 330.000 ton per-tahun(1000 ton per-hari) yang berproduksi sejak awal tahun 1986. Sasaranpenxrsarannya adalah untuk konsumsi di dalam negeri terutama diarahkan padapembuatan formal-dehyde (sebagai zat perekat bagi industri kayu lapis) danselebihnya untuk ekspor. Akhir-akhir ini karena terbatasnya supplay gas alam diPulau Bunyu ditambah persoalan-persoalan tekno mekanik Pabrik Methanol itusendiri, maka Pabrik Methanolnya sampai awal tahun 1990-an tidak mencapaikapasitas optimalnya dan hanya dapat mencapai kapasitas produksi sebesar180.000-200.000 ton methanol per-tahun.
b) Juga dalam rangka memanfaatkan gas alam di Bontang-Kalimantan Timur, olehPT. KALTIM Methanol Indonesia (PT. KMI) milik Perusahaan HUMPUS Grouppada pertengahan Januari 1995 telah diresmikan pemerintah pembangunan PabrikMethanol dengan kapasitas produksi sebesar 660.000 ton methanol per-tahun (atausebesar 2.000 ton per-hari) serta rencana akan berproduksi pada akhir tahun 1997.Sasaran penasarannya untuk komsumsi di dalam negeri sebesar + 40Vo (yangdigunakan untuk pembuatan MTBE (methyl tertiary buthyl ether) yang berfungsisebagai pengganti TEL, yaitu suatu bahan campuran yang dapat meninggikankadar/angka oktan bahan bakar minyak (seperti "premix) dan selebihnya (+ 607olagi) untuk pasaran ekspor ke luar negeri terutama negara-negara ASEAN, akantetapi sampai di akhir tahun 1999 rencana pembangunan pabrik Metanol tersebutbelum terlaksana karena situasi ekonomi di dalam negeri tidak menunjang.
c) Perkembangan Pemakaian Methanol di Indonesia dalam Pelita-IV serta ProyeksiKebutuhan dan Pasok Produksi Methanol pada Pelita-V dan VI dapat kita lihatpada Tabel trI-l dan Tabel III-2.
Pengadaan Produksi Carbon black di Indonesia:
a) Impor C.b Untuk Memenuhi Komsumsi Dalam Negeri/untuk Industri Ban danOtomotif:1) Untuk memenuhi kebutuhan C.b untuk industri ban dan otomotif di dalam
negeri, sampai sekarang masih didatangkan/diimpor dari luar negeri. Kalaudilihat dari tahun ke tahun pertumbuhan impornya naik rata-rata sebesar + L07o
setiap tahunnya sejak tahun 1979, menurut data BPS (=data dari Biro PusatStatistik) Jakarta, besarnya komsumsi C.b di dalam negeti yang kebutuhannyasecara keseluruhan masih diimpor tersebut adalah sbb.:
TahunJrnl Impor C.b(dalam sat. ton) Tahun
Jrnl tmpor C.b(dalam sat. ton)
19791980l98rt9821983
4.9505.4006.5007.7009.100
1987198819891990l99l
40.'too44_'t to48.74054/N58.500
3.
31
b)
2) Dart data impor C.b tersebut diatas dapat dilihat bahwa dengan kenaikankomsumsi C.b di dalam negeri sebesar +l0Vo pertahun, menunjukkan bahwapada tahun 1991 saja kalau pabrik C.b-nya dibuat di Indonesia dengan kapasitasproduksinya sebesar impornya tersebut yaitu sebesar 58.500 ton/ tahun, sudahjauh melebihi kapasitas produksi "minimum economic sizenya" yaitu yanghanya sebesar 10.000 ton"/ tahun, sehingga kalau dibuatkan pabrik C.b-nya diIndonesia untuk substitusi impornya dengan kapasitas sebesar + 60.000ton/tahun, sudah pasti akan menguntungkan, karena bahan bakunya yangmerupakan "minyak residu" tersedia di lndonesia dan hasil produksinya/produkC.b-nya dapat dijual dengan hargayang lebih murah dari harga impornya.
Taksiran Komsumsi Carbon black di lndonesia untuk PELITA VI dan REPELITAVlVsampai Tahun l99l s1d2005.1) Dengan asumsi perhitungan (sesuai data BPS dan Dep. Perindustrian), yaitu
kenaikan komsumsi Carbon black pada PELITA VI sampai REPELITA Vtrmeningkat setara dengan laju perkembangan pertumbuhan Industri sebesar 107o
pertahun, sehingga dengan dasar perhitungan tersebut diatas didapat daftar/tabelprakrraar/taksiran komsumsi C.b untuk tahun 1991 s/d2005, sebagai berikut:
2) Kalau dibandingkan konsumsi C.b dalam Negeri pada awal tahun PELITA V(tahun 1990) yang besarnya 54.400 ton/ tahun dengan konsumsi C.b pada akhirREPELITA VII (pada konsumsi C.b pada akhir REPELITA VII tahun 2005nanti) yang diperkirakan sebesar 222.L50 tor/tahun, maka kenaikan konsumsiC.b selama 3 (tiga) kali PELITA/REPELITA dan pada akhir REPELITA VII,naik sebesar lebih dari 4 kali lipat. Hal ini menunjukkan bahwa lndonesia sudahmemasuki era industrialisasi, dimana pertumbuhan konsumsi akan bahanindustri petrokimia bagi konsumen Indonesia sudah tinggi, karena kenyataanmenunjukkan tingkat kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa dapat diukurdari tingkat keberadaan dan konsumsi industri petrokimianya.
Keadaan Produksi C.b Sampai Akhir Tahun PELITA Y 199311994:1) Sekitar tahun 1969/197A-an di Indonesia sudah ada pabrik C.b dengan kapasitas
produksi + 7.000 ton C.b pertahun (atau sebesar 20 ton C.b per hari) yangberlokasi di Rantau/Pertamina Unit I Sumut, dengan menggunakan bahan bakugas alam yang dihasilkan dari sekitar Lapangan Rantau. Gas alamnya diprosesmenjadi C.b dengan menggunakan "Channel Proses". Proses ini usianya sudahtua (diketemukan pada tahun l872,jadi sudah lebih dari 100 tahun yang lalu),sehingga pada saat kemajuan industri Petrokimia belakangan ini dengandiketemukannya proses baru untuk memproduksi C.b (seperti "FurnaceProcess") dimana produksi C.b yangdihasilkan dengan proses ini kualitasproduksinya sangat memenuhi untuk dipakai pada industri ban dan otomotif.oleh karena itu kualitas produksi C.b yang dihasilkan dengan "Channel Process"tersebut kalah bersaing dan produksi C.b-nya tidak laku lagi dijual dipasaran.sehingga pada tahun I974 pabrlk C.b tersebut berhenti berproduksi.
c)
-A
d)
32
2) Sejak saat itu/sejak peng-operasian pabrik C.b tersebut diatas dihentikan,sampai akhir tahun PELffA V/tahun 199311994 belum ada pabrik C.b yangdidirikan atau yang berproduksi di lndonesia.
Keadaan Produksi/Rencana Produksi C.b pada PELITA VI:1) Menurut data yang didapat dari Departemen Perlndustrian RI, oleh salah satu
Perusahaan Swasta Nasional yaitu PT CABOT INDONESIA sejak tahun 1993
sedang membangun 2 (dua) unit pabrik carbon black di Cilegon Jawa Barat,dengan kapasitas produksi masing-masing sebesar 30.000 Ton/tahun. Rencanaproduksi secara komersial dijadwalkan mulai pada semester kedua tahun 1995,
sehingga pada akhir tahun 1995 dijadwalkan kedua unit pabrik C.b-nya sudah
berproduksi penuh dengan total kapasitas produksi 60.000 ton/tahun, dengan
catatan bahwa seluruh produksi C.b-nya sebesar 60.000 to per tahun tersebutdiperuntukkan untuk konsumsi industri ban dan otomotif di dalam negeri.
2) Dengan sudah berproduksinya pabrik carbon black ini, maka dapat diperkirakansejak akhir tahun 1995 sampai akhir PELITA VVtahun 1999 total produksi C.bdi Indonesia masih tetap sebesar 60.000 ton/tahun (hal ini disebabkan olehbeberapa faktor/permasalahan di dalam negeri seperti kredit bermasalahbeberapa bank yang dilikuidasi belakangan ini, yang menghambat Pengem-bangan Industri Petrokimia di Indonesia, sehingga akibatnya pemodaV investorluar negeri enggan menanamkan modalnya di Indonesia dalam pengertian lainselama periode tersebut tidak ada penambahan produksi C.b. di dalam negeridan untuk menutupinya dengan terpaksa masih mengimpornya dari luar negeri.
3) Kekurangan komoditi/produksi C.b. Ini sehingga mengharuskan mengimpornyalagi dari luar negeri, dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tahun/kurun waktuPELITA VI
K=Konsumsi/KebutuhanP=Pasok/produksiS=Surplus prod.I=Impor/Devisit
Jumlah komoditiC.b (dalam sanran
ton)
1994KPS
I
77.860
77.860
1995
KP
S
I
85.65030.000
55.650
1996KP
S
I
94.22060.000
34.220
33
e)
1997
KP
S
I
r03.64060.000
43.&O
1998
KP
S
I
I14.00060.000
54.0m
t999KP
S
I
t25.4N60.000
65.400
4) Gambaran pada tabel butir (3) menunjukkan bahwa angka-angka prediksi imporC.b tersebut mendekati kenyataan/ mendekati angka realisasi, yang dapat dilihatpada angka realisasi impor pada 3 tahun belakangan yaitu dari tahun 1997sampai 1999 yang angka impornya masih tetap tinggi seperti terlihat pada tabelberikut:
No. Jenis komoditi Realisasi impor (tor/tahun)
1997 1998 1999
Carbon black (C.b) 48.205 48.424 55.735
Sumber: Biro Pusat Statistik, lakarta
Prospek Pengembangan Produksi C.b di Indonesia, C.q:Ketersediaan Minyak Residu/LSWR Untuk Bahan Baku Carbon Black:
1) Untuk rencana pengembangan produksi C.b ini bahan baku minyak residudiharapkan cukup tersedia dari hasil pengilangan dalam negeri yaitu yang dapatdidatangkan dari Kilang Dumai, Sungai Pakning dan Exor-I Balongan (KilangExor-I Balongan sudah berproduksi tahun 1994 ini).Kilang minyak tersebut masrng-masing mengolah minyak mentah jenis "Minas"dan "Duri" yang kandungan residu di dalam minyak mentah yang diolahsebesar + 607o volume.Dengan demikian minyak residullSWR yang tersedia dapat ditaksir/dihitungsecara kasar dari ketiga kilang tersebut, sebagai berikut:
Nama Kilang Kapasitas(BiD)
Hasil ResiduLSWR(B/D)
l. Dumai2. S. Pakning3. Exor-I Balonean
120.000
50.000125.000
72.W30.00075.000
Total 295.000 177.000
/
Catatan: B/D=Barel minyak per hari
34
2) Dalam buku "Petrochemical Industry Market and Economics" tulisan AlbertVan Hahn dinyatakan bahwa untuk setiap penggunaan bahan baku minyakresidu sebanyak I lb akan dihasilkan carbon black sebanyak 0,55 lb.Berdasarkan data konversi tersebut, maka untuk menghasilkan 1 ton C.b (1 ton- 22lj/l_ lb) dibutuhkan bahan baku minyak residu sebanyak
(2200Ib) I ton) minyak(2200tb) (0,55)
= L ,82 ton minyak residu
Direncanakan kapasitas produksi pabrik C.b yang akan dibangun untuk 1 unitminimum sebesar = 30.000 ton/tahun. Jadi untuk pembangunan 1 Unit/ patrrikC.b dengan kapasitas produksi sebesar 30.000 ton per tahun, dibutuhkan bahan
baku minyak residu sebanyak = 30.000 x 1,82 ton/tahun = 54.600 ton/tahunatau sebanyak+ 7 x 54.600 Bly- = 382.2N B/tahun.
3) Kalau dianggap dalam 1 (satu) tahun pabrik atau kilang minyak tersebut dapat
beroperasi selama 330 hari, maka dalam satu tahun beroperasi dapatmenghasilkan minyak residu/LSWR sebanyak 330 x 177.000 barrel per tahun =58.4 1 0.000 baneU tahun.Dari "Buku Laporan RAKER Dep. P & E" tahun 1992, disebutkan bahwa untukproyek-proyek kilang petrokimia yang akan datang mengenai pemanfaatan
LSWR, maka dari sejumlah LSWR yang dihasilkan dari kilang minyak didalam negeri sebanyak 60.000 B lD LSWR (=19.8000.000 barreVtahun)direncanakan akan dimanfaat-kan untuk bahan baku Pabrik Olefin Center-Il diBalongan atau di Cilacap untuk menghasilkan Polypropylene sebanyak 160.000ton/tahun, sedangkan selebihnya akan diekspor untuk menambah devisa negara.
Dari penjelasan tersebut diatas berarti bahwa untuk masa-masa mendatang
minyak residu/LSWR yang dapat diharapkan untuk bahan baku C.b ini masih
tersedia sebanyak (58.410.000 barrel/tahun 19.800.000 barreVtahun) -3 8.6 I 0.000 barrel/tahun.Sesuai dengan taksiran/perhitungan diatas, maka untuk 1 (satu) Unit pabrik C.bdengan kapasitas produksi sebesar 30.000 ton/tahun, membutuhkan bahan baku
minyak residullSWR sebanyak 382.2N bareVtahun, ini berarti bahwa darisebanyak 38.610.m0 barreUtahun minyak residu/LSWR yang masih
tersisa./yang masih komoditi ekspor tersebut, kalau dimanfaatkan untuk bahan
baku Carbon black untuk maksud tersebut diatas, akan cukup dipakai untuksebanyak:
= 38.610.000 x 1 unit pabrik C.b382.200
= 101 Unit Pabrik C.b
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari segi penyediaan bahan baku
mrnyak residu/LSWR untuk C.b ini tidak ada masalah atau dengan perkataan lain
35
'Jauh dari mencukupi" karena dapat memenuhi kebutuhan untuk "10r unitPabrik Carbon black" di Indonesia
f; Usaha-usaha Pengembangan Produksi Carbon black Dalam Negeri dan kendala-kendala yang dihadapi.1) Seperti sudah dijelaskan terdahulu pada awal tahun PELEA VI ini sedang
dibangun 2 (dua) unit pabrik C.b di Cilegon (Jawa Barat) dengan kapasitasproduksi masing-masing sebesar 30.000 toMahun dan yang akan berproduksipada pertengahan tahun 1995 yang akan datang ini. Sekalipun pabrik tersebutsudah berproduksi nanti, tetapi kebutuhar/ komsumsi C.b di dalam negerisecara keseluruhan belum dapat dipenuhi.
2) Dalam pengembangan produk-sinya di dalam negeri, masih banyak menghadapikendala-kendala antara lain: kenaikan konsumsinya yang cukup tinggi yangnaik lebih dari I07o setiap tahunnya tidak dapat diimbangi atau dipenuhi denganlaju pertumbuhan penyediaan produksinya (termasuk penyediaan investasiuntuk mendirikan pabriknya) di dalam negeri, sehingga untuk memenuhikomsumsi di dalam negeri, masih harus mengimpor dari luar negeri. Pada akhirREPELITA VIVpada tahun 2005 besarnya impor tersebut akan membengkakmenjadi (222.15M0.000 tor/tahun) atau sebesar 162.150 ton/tahun (dengancatatan: belum adanya penambahan unit produksi C.b nya di dalam negeri untukmensubstitusi impornya pada periode tersebut.
3) Untuk mengantisipasi per-masalahan tersebut diatas, sehingga dapat mencapaisasaran pembangunan seperti yang digariskan pada GBHN 1993 untuk PJPT II,yaitu terwujudnya salah satu kondisi kemandirian bangsa dengan terpenuhinyakebutuhan bahan baku industri di dalam negeri, maka Pemerintah perlumemperluas atau mem-perbanyak pembangunan pabrik di dalam negeri,sehingga negara kita tidak lagi tergantung dari negara lain. Untuk menutupikekurangan konsumsi C.b tersebut. Pemerintah perlu lagi menambahmembangun pabriknya di Indonesia sebanyak:
= 162.150 x 1 Unit Pabrik30.000
= 5 Unit Pabrik
dengan perkataan lain paling sedikit harus dibangun lagi 5 Unit Pabrik C.bdengan kapasitas produksi masing-masing sebesar 30.000 ton/tahun.
3.2.2 Jalur Olefin (Jalur Olefin Senter)
Olefin adalah suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh, yang mempunyai ikathnrangkap terbuka (seperti etilena, propilena, butilena/butadiena) yang sangat reaktif,sehingga dengan mudah dapat berpolimerisasi antara satu dengan yang lainnl,amembentuk bahan/produk polimer.
36
Jalur olefin ini akan menghasilkan etilena, propilena dan butilena/butadienasebagai hasil utama (produk dasar) dari perengkaharlcracking bahan baku nafta atauetana.
Dilihat dari proses produksi terutama dari aspek penyediaan bahan bakunya, makagas olefin dapat diproduksi dengan 2 cara, yaitu:
l. Olefin dengan bahan baku nafta
. 2. Olefin dengan bahan baku etana.
3.2.2.1 Oleftn dengan Bahan Baku Nafia
Dengan proses perengkahan (lihat Gambar Itr-6) yang berlangsung di dalamreaktor berbentuk "tubular furnaces" (dapur pipa-pipa baja), operasi berjalan pada suhudan tekanan tinggi (370-400oC dan 10-25 atm.) Proses cracking dapat berjalan terus-menerus sampai akhirnya terbentuk "cokes" dan ter atau "tar".
1. Kalau bahan baku nafta fraksi berat (crs-cza) dan dari jenis minyak parafin,mengalami proses cracking, akan terbentuk campuran molekul-molekul antaraparafin (P) dan olefin (O), dengan reaksi-reaksi yang terjadi sebagai berikut:
cztHce crackins t caHra + cr5-H3onafta (P) (P) (O)
CrsH:o crackins t CrH, + CnHzz(P) (diolefin)
2. Reaksi cracking dapat bedalan terus hingga akhirnya terbentuk "cokes"
(1)
(2)
ctzHzz ---lT- Cz\ + CroHro(P/etana) (tri olefin)
CzH+ + CaHrz(etilena) (teuaolefin)
2CH4+ CuHo
(3)
c,oH,o -trf-csH'z -lT-
CoH+
(s)
(6)CHo+5C(cokes)
Di samping terbentuknya cokes, pecahannya molekul-molekul tidak selalu berjalansebagaimana tertera pada reaksi-reaksi (1) s/d (6) di atas.
Banyak sekali kemungkinan yang dapat terjadi, seperti terbentuknya ter atau "tar"dari hasil dimerisasi dan kopolimerisasi olefin sebagai berikut:
37
3. Dimerisasi dari CroHro hasil reaksi (3):
CroHra + CroHru CzoHzz
4. Hasil reaksi (7) tersebut mengadakan kopolimerisasi dengan CrsHso hasil reaksi (1):
CzoHsz+ C,rHro Css*z (8)(ter atau "tar")
Dalam proses cracking fraksi minyak berat, ter atau "tar" tersebut "di-recycle"(didaur ulang) agar dapat mengalami proses cracking lagi.
3.2.2.2 Oleftn dengan Bahan Baku Etana
Kalau bahan baku yang dipergunakan adalah gas etana, akan terjadi reaksi-reaksi
cracking (lihat Gambar III-7) sebagai berikut:
(7)
czF* crackins, zcrHn+ H2(P/etana) (olefin/etilena)
Hasil cracking tersebut mengalami reaksi cracking dan hidrogenasi lebihsebagai berikut:
(1)
lanjut,
(2)
Pada reaksi cracking (1) di atas hasil reaksinya lebih menarik, karena umpannya
berupa etana (Cztlr) langsung dipecah menjadi olefin/etilen (CzH+) dan gas H2.
Sedangkan pada reaksi cracking (2), di samping olefinnya sendiri mengalami
perengkahan (cracking) lebih lanjut, terjadi juga reaksi-reaksi samping (seperti:
hidrogensasi, kondensasi dan polimerisasi) yang akan menghasilkan aromatik dan coke
berbentuk senyawa Co, Cs, C+, C:, Cz dan C.
Karena di dalam umpan/bahan baku yang menggunakan etana (Czllr) terkandungjuga propan (C3H6), maka terjadi juga reaksi-reaksi cracking, sebagai berikut:
38
C:Hr(P/propana)
CsH6 + Hz '
2CtHz C+IIg +(P) (butilena)
2CzHe ' CzHs +(P) (P)
2CH4
(O/propilena)
C:Ha -------> CzHa + CII+(P) (etilena)
(1)
Cz[Ie +(propilena)
(P)
clI4(P)
Hasil cracking tersebut akan mengalamilanjut sebagai berikut:
C:II. + 3H2 --)
3 CH4
czHa _______> c4, c5, cu + H,
reaksi cracking dan hidrogenasi lebih
Dalam proses cracking di atas, fraksi minyak berat berupa aromatik (senyawa C6)
dan fraksi minyak cair lainnya berupa senyawa C+ dan C5 akan didaur-ulang lag\, agar
dapat mengalami proses cracking lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebihbanyak.
Setelah proses cracking, hasil-hasilnya didinginkan dengan mencampurkannyadengan air pendingin. Hal ini dilakukan untuk mencegah pembentukan coke lebih lanjutdan mencegah pembentukan ter atau "tar" atau senyawayang lebih berat dari fraksi Cro.
Kemudian gas-gas hasil cracking (berupa etilena, propilena dan butilena)dilewatkan untuk dimurnikan melalui kolom-kolom fraksionasi, yang terdiri dari kolom"demethanizer", "deethanizet", "depropanizer" dan "debutanizer", guna memisahkan gas-
gas hasil cracking tersebut dari gas-gas buangan (gas "flare") lainnya.
3.2.2.3 Produk Hilir ilan Realwi-Reaksi untuk Menghasilkannya
Produk petrokimia hilir yang dihasilkan melalui jalur olefin ini adalah berbagaijenis bahan baku plastik berupa "resin plastik'. Ada yang berbentuk bubuk, butir, atau
kristal padat.
1. Yang berasal dari etilena, antara lain adalah: polietilena (PE), polivinilklorida (PVC),polistirena (PS), etilen glikol (EG), etilen asetat (EA).
2. Yang berasal dari propilena, antara lain adalah: polipropilena (PP), isobutilasetat,
akrilat, fenol, karet etilen propilena.3. Yang berasal dari butilena./butadiena: polibutadiena (karet sintetik pengganti karet
alanr untuk industri ban).
(2)
39
3.2 2.4 Contoh-Contoh Reaksi untuk Menghasillmn Produk Hilir
1. Polietilena (PE)
Melalui reaksi polimerisasi, etilena sebagai monomer pada suhu (t) dan tekanan (p)tertentu dan dengan bantuan katalis (kat) tertentu akan membentuk polimer sederhana danmenjadi resin plastik polietilena (PE). Reaksinya adalah sebagai berikut:
n CH, = cHz ,,p __ f _CH2_CH 2_CH2_CH2___CH._CHr_ lEtilena (monomer) ;-L polietilena (polimer) ),
Di mana: n = bilangan bulat, sehingga rumus molekul polietilena adalah:
()l-cH"--{H-- I
t L ' )"
Berdasarkan kondisi operasi pembuatannya maka PE dapat dibedakan atas 2jenis,yaitu:
a) "Low Density Polyethylene" (LDPE): yaitu PE yang dihasilkan dengan "HighPresure Process" (proses tekanan dan suhu tinggi). Cara pengoperasiannya dapatdilihat pada Gambar Itr-8 dan III-9. Proses ini berlangsung pada suhu 100-300'C,tekanan 1000-3000 kglcnf dan bantuan katalis peroksida (HzOz) yang dapatberfungsi sebagai "initiator/activator". Density atau kerapatan (bj.) LDPE yangdidapat dari proses tersebut adalah sekitar 0,915-{,930 gltcflf dengan titik didih100"C. Karena jenis plastik LDPE ini termasuk jenis plastik yang ringan, makabanyak digunakan sebagai kantong plastik/pembungkus dan film plastik.
b) "High Density Polyethylene" (HDPE): yaitu PE yang dihasilkan dengan "Mediumor Low Pressure Process" (proses tekanan menengah atau tekanan rendah). Prosestekanan rendah ini sering disebut sebagai "Ziegler Low Pressure Process" karenamenggunakan katahs Ziegler yang dibuat dari bahan campuran antara alkilaluminium dan titanium klorida. Proses tekanan menengah sering disebut sebagai"Phillips Process" dan menggunakan katalis campuran yang terbuat dari bahan"Chromina-Silica-Aluminium". Cara pengoperasian dan jalannya proses dapatdilihat pada Gambar III-10, Itr-l1 dan III-12. Kondisi operasi adalah sbb:
. Proses Ziegler: suhu = 80-100"C,tekanan = 7-IOkg/crt
. Proses Phillips: suhu = 130-160"C,tekanan = 15-30 kg I cm2.
Dengan menggunakan salah satu proses tersebut di atas, polietilena yang dihasilkanakan mempunyai density sebesar sekitar 0,940-O,g7O grm/cm3 dan titik didih sekitar =r22-L3l'C, sehingga di pasaran disebut sebagai "High Density Polyethylene" (HDpE).
z)
40
Resin plastik jenis I{DPE ini banyak dipergunakan untuk pembuatan botol-botol plastik,kaleng/ember plastik dan kontainer, serta barang-barang plastik lainnya.
2. Polipropilena (PP)
Melalui proses polimerisasr, monomer propilen membentuk polimer sederhana danmenjadi resin plastik polipropilen dengan bantuan katalis stereospecific aluminium alkyl,suatu sistem katalis "ziegler-natta". Rumus molekul polimer yang terbentuk adalah sbb.:
Proses pembuatannya dapat dilihat pada Gambar Itr-13 dan III4. Pada kilang-kilang minyak, gas propilen yang dihasilkan dari "cracked gas C3 dan Cc olefin", selaindimanfaatkan untuk menghasilkan bahan polimer/polipropilen, dapat juga dimanfaatkanuntuk menghasilkan "propilen tetramer" (lihat Gambar Itr-14). Selanjutnya propilentetramer ini bersama benzena dapat digunakan untuk pembuatan sabun deterjen jenislunak yaitu linear alkyl benzene sulfonate (LAS) dengan struktur formula: R-CotI+-SOaNadi mana R = Cz - Cro. Deterjen jenis lunak ini tidak menimbulkan polusi, sehingga tidakberdampak negatif terhadap lingkungan.
Resin plastik "PP" ini adalah jenis bahan plastik yang paling ringan dengan density0,90grlm3 dan titik didih sekitar 168-171'C. Oleh karena keringanannya itu,penggunaannya sangat luas di berbagai sektor industri seperti barang-barang plastikrumah tangga, peralatan industri otomotif, film, kabel, pipa-pipa, pembungkus/ coating,mainan anak-anak, alat-alat kedokteran, kontainer dan lain-lain.
3. Karet Polibutadiena (polybutadrene rubber atau PBR)
Diagram proses pembuatannya dapat dilihat pada Gambar III-15, dengan reaksipembuatannya (melalui proses polimerisasi), sebagai berikut:
n CH, = CH-CH-CHz t,p \ ( -CEr-CH2=CH2-CH2-l(butadiena/monomer)
=;-7 L polibutadiena/polimer) ),Dengan demikian, maka rumus molekul sintetik karet "(PBR)" adalah:
| -"r.- cH. = cH. - cH.-]t L ' " ")n
di mana n = sejumlah bilangan bulat.
[-o"-]n u,uu
[-"",-€,CH:
4t
Kalau ingin mendapatkan karet sintetik yang lebih baik mutunya dan yang banyak
dipakai pada industri pembuatan ban, maka diperlukan reaksi copolimerization(kopolimerisasi), yaitu penggabungan 2 atau lebih produk monomer yang tidak sama
bentuknya, sehingga membentuk produk akhir yang disebut kopolimer. Sebagai contoh,
karet sintetik SBR (Styrene Butadiene Rubber) dapat dibuat dari.stirena,(monogrgq-1) dan
butadiena (monomer-2) dengan reaksi kopolimerisasi sebagai berikut:
n C6H5 - CH = CH, + n CH, = CH - CH = CHz
stirena (monomer-l) butadiena (monomer-2)
(Cus, )
L-h- H2--*H2_-CH = cH- .rr-) ,(kopolimer stiren butadiena atau SBR sintetik)
4. Polivinil Klorida (polyvynil chloride atau PVC)Resin plastik PVC ini sangat banyak digunakan dalam kehidupan peradaban
manusia modern dewasa ini, sehingga penggunaan bahan-bahan logam atau plat-platlogam, plat-plat kaleng dan plat-plat timah/aluminium di sektor konstruksi, bangunan,
industri transportasi dan seklor lain-lainnya, hampir tergeser penggunaannya oleh bahan
plastik PVC ini. Bahan ini secara luas banyak digunakan untuk menghasilkan barang-barang dari plastik, seperti PVC Leather, PVC pipe (pipa-pipa air minum), PVC'hose(selang/pipa air), PVC sheet (plat-plat atau lembaran-lembaran plastik atau kertas-kertasdinding plastik), PVC film (film plastik) dan produk-produk jadi dari bahan plastiklainnya seperti sandal, botol-botol plastik, stop kontak listrik/alat-alat listrik dan
sebagainya.Sesuai dengan penggunaannya, terdapat 2jenis PVC, yaitu:
a) "Rigid" PVC (keras dan mudah pecah) yang banyak dipergunakan di sektor bangunandan konstruksi.
b) "Flexible" PVC (lunak) yang banyak dipergunakan pada industri kulit imitasi dan
industri kemasan.
Proses pembuatan PVC dilakukan secara bertahap dengan menggunakan etilena(CzH+) sebagai bahan baku yang terlebih dahulu dijadikan monomer vinil klorida (vinyl
chloride monomer atau VCM) sebagai monomernya. Melalui reaksi polimerisasi, makaVCM akan menjadi PVC. (lihat Gambar III-16). Tahapan reaksinya adalah sebagai
berikut:
Tahap-l: Reaksi klorinasi langsung terhadap gas etilena untuk membentuk etilendiklorida (ethylene dichloride atau EDC) yang tidak stabil.
42
CH2= CH, + CIz (=* CH2 - CfI2
llCI CI
Tahap'Z: Reaksi pirolisis atau "thermal cracking" terhadap EDC untuk membentukVCM:
CI CIttilr4u, cH2 = cH - cI + HCI(EDC) t lvCM)
Tahap-3: Reaksi polimerisasi terhadap monomer VCM sehingga terbentuk polirner PVCsebagai hasil akhir.
t' P (_.:g^"c- cHCr -)n cH2 = CH_cr *;* [-",,r1,"r*iu.-j,
5. Polistirena (polystyrene atau PS)Resin plastik PS merupakan resin sintetik termoplastik dengan rumus molekul:
(Colls-CH=CI{z),Resin plastik ini dibentuk dari 2 bahan baku utama, yaitu etilena (CzFI+) dan
benzena (C6H6). Selanjutnya proses pembuatannya dilakukan melalui tingkatan atautahapan sebagai berikut (lihat Gambar Itr-17):
Tahap-l: Berupa reaksi alkilasi antara etilena dengan benzena untuk membentuk etil-benzena (C6I{5-C2H5), dengan menggunakan katalis AICIr atau H3POa:
cHz-cH, +o kat,*v *- c6Hs-c2Hs
Tahap-2: Berupa reaksi dehidrogenasi (dengan steam/uap) terhadap etilbenzena,sehingga terbentuk monomer stirena (CoHs-CH = CH2) sebagai berikut:
steam Z-'\CeHs-CzHr
--)\_.|LCU=CHz
+ Hz
'l'
43
Tahap-3: Berupa reaksi polimerisasi atas monomer stirena sehingga terbentuk resinplastik PS, sebagai berikut:
al kat. [- con, - cHz - cHr-]n\AcH=cHz t "iotisttr"na -)"stirena (polimer)
(monomer)
Secara komersial ada 3 (tiga) macam proses polimerisasi untuk pembuatan PS
(lihat Gambar III-18), yaitu:a) Polimerisasi dengan massa (bulk polymerization).b) Polimerisasi dengan suspensi (suspension polymerization).c) Polimerisasi dengan emulsi (emulsion polymerization).
Berdasarkan hasil pembuatan resin plastik PS dengan cara tersebut di atas, dalamdunia perdagangan dikenal ada 4jenis bentuk PS, yaitu:a) Jenis GPPS (general purpose polystyrene), yaitu PS yang dihasilkan dengan proses
polimerisasi massa,b) Jenis MIPS (middle impact polystyrene), yaitu PS yang dihasilkan dengan proses
polimerisasi suspensi,c) Jenis HIPS (high impact polystyrene), yaitu PS yang juga dihasilkan dengan proses
polimerisasi suspensi,d) Jenis EPS (expandable polystyrene - jenis PS yang dapat mengembang), yaitu PS
yang dihasilkan dengan proses polimerisasi emulsi.
Karena PS mempunyai sifarsifatya,ng khusus, yaitu resin plastik berbentuk "rigid"(padat dan kuat) dan dapat dibuat dalam bentuk papan atau dinding yang tipis atau dalambentuk lapisan yang empuk yang dapat mengembang maka penggunaan resin plastik PS
ini sangat luas. Dengan sifat-sifat yang dimilikinya itu, maka resin plastik PS dapat dibuatmenjadi bentuk lembaran, plat, batang, busa yang mengembang, dan sebagainya.
Untuk menambah daya tahannya terhadap benturan dan panas, resin plastik PS
dicampur dengan karet atau "fiberglass".Berdasarkan pengenalan 4 bentuk produk PS tersebut di atas, maka penggunaan
masing-masing jenis adalah sebagai berikut:a) Jenis GPPS, pada umumnya digunakan untuk pembuatan ballpoint, rumah kaset,
stoples, mainan anak-anak/boneka dan alat-alat rumah tangga lainnya.b) Jenis MIPS dan HIPS, karena mengandung campuran karet, mempunyai sifat yang
kuat, sehingga digunakan untuk kabinet TV dan radio, badan lemari es, kontainer danlain-lain.
c) Jenis EPS, karena mempunyai sifat yang empuk dan mudah mengembang, banyakdigunakan sebagai pembungkus/pelapis yang berupa gabus berwarna putih. Gabus inidapat juga dipakai sebagai pelapis bagian dalam tudung kepala./helm, isolator listriliisolator pipa, kontainer penyimpanan ikan dan kontainer-kontainer lainnya.
M
3.2.2.5 Pengadaan Produk Hulu "Oletin Senter' di Indonesia
1. PT. CHANDRA ASRI salah satu Perusahaan Swasta Nasional, sejak pertengahantahun 1993 telah masuk ke Industri Petrokimia hulu, yaitu dengan membangun/mendirikan Pusat Industri Olefin yang disebut "Industri Petrokimia Olefin SenterChandra Asri" di Merak Jawa Barat. Pabrik Petrokimia Olefin Senter ini meman-faatkan bahan baku nafta yang didatangkan dari Kilang PERTAMINA Cilacap,semula direncanakan berproduksi pada pertengahan tahun 1996, akan tetapi karenasituasi ekonomi yang tidak mendukung sampai tahun 1999 ini belum berproduksi.Kapasitas produksi direncanakan sebesar 375.000 ton ethylene/ tahun, denganinvestasi US$ 1,5 milyar serta dengan hasil utamanya, sbb:
. Ethylene
. Propylene
. Polyethylene (PE)
. Polypropylene (PP)
. Ethylene Oxyde (EO)
. Mono Ethylene Glicol (MEG)
. Di-Ethylene Glicol (DEG)
. Tri Ethylene Glycol (TEG)
serta hasil samping (by-products), sebagai berikut:
Gas Hydrogen (H2)
Butadiene/ButanessPyrolysis GasolineFuel Oil (F.O)
a
a
a
a
375.000 ton/tahun220.OW ton/tahun300.000 ton/tahun180.000 ton/tahun100.000 ton/tahun125.000 ton/tahun12.000 ton/tahun
600 ton/tahun
15.000 ton/tahun
120.000 ton/tahun400.000 ton/tahun340.000 ton/tahun
2.
3.
Dengan berproduksinya Industri Petrokimia hulu Olefin Senter ini, maka penyediaanbahan baku untuk sebagian besar Industri Petrokimia hilir (seperti untuk industriplastik-plastik LDPE, HDPE, PP dan PVC, serta untuk industri sabun deterjen yangmenggunakan bahan baku berupa ("alpha - olefin" dan "propylene - tetramer")
{iharapkan nanti kebutuhannya sudah dapat dipenuhi dari dalam negeri tanpamengimpornya lagi.
Proyeksi kebutuhan dan pasok produk-produk "olefin senter" di Dunia dan Indonesiapada akhir PELITA-IV dan PELITA-V dapat dilihat pada tabel III-3.
3.2.2.6 Pengadaan Produk Hilir "Thermoplastik" di Indonesin.
1. Hampir seluruh kebutuhan Thermoplastik (meliputi Polyethylene (PE), Polypro-phylene (PP), Polyvinylchloride (PVC), Polystyrene (PS), dan Polyvinylacetate (PAC)dalam negeri masih diimpor yang jumlahnya sejak tahun 1978 sampai dengan 1980(dalam satuan Ton) sbb:
45
Jenis Plastik 1978 t9'79 I 980
Polyethylene (PE) t04.7 t6 102.368 98.749
2 Polvpropylene (PP) 48.187 83.309 98.078
J. Polvvinvlchloride (PVC) 10.13 1 9.822 22.554
4. Polvstvrene (PS) r0.009 14.259 15.792
-5. Polyvinylacetate (PAC) r3.815 18.809 16.69'7
Jumlah (ton/tahun) 186.873 228.466 251.840
Sumber: Biro Pusat Statistik, Jakarta
Data tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan impor bahan
Thermoplastik mengalami kenaikan l5-2O 7o per tahun dari tahun 1978 s.d. tahun
1980, akan tetapi dibandingkan dengan keadaan 3 tahun belakangan ini yaitu dari
tahun 1997 s.d. 1999, impor bahan Thermoplastik tersebut mengalami kenaikan yang
menurun menjadi + l07o pertahun seperti terlihat pada tabel berikut:
,,1o. Jenis komoditi Realisasi impor (ton/tahun)
t997 1998 1999
I Polvethvlene (PE) r 49.030 t93.7 56 166.952
2. Polvoroovlene (PP) 175.618 180.758 247.584
3. Polvvinvlchloride (PVC) 1 8.8 l8 33.338 14..705
4. Polvstvrene (PS) 22.478 39.303 t9.7'7 1
5. Polvvinvlacetate (PAC) 43.20t 8.674 46.539
Jumlah (ton/tahun) 409.145 455.829 495.551
Sumber: Biro Pusat Statistik. Jakalta
Semuanya di serap oleh industri-industri bahan plastik (plastik wares) yang
jumlahnya sekitar 550 perusahaan.
Beberapa di antara perusahaan tersebut dalam bentuk patungan dengan
perusahaan luar negeri, tetapi sebagian besar adalah perusahaan milik swasta nasional,
mulai dari industri rumah tangga (yang jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang)
sampai pada industri sedangiukuran menengah. Menurut Dit. Jen Aneka Industri, darijumiah tersebut 175 perusahaan berada di DKI Jakarta, sebanyak 145 perusahaan di
Jawa Timur, dan sisanya tersebar di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera. Jumlah
perusahaan yang membuat kantong/ karung plastik dari PE dan PP sekitar 125 buah
perusahaan. Kira-kira 160 perusahaan yang menghasilkan "moulded plastics",
sebagian besar di antaranya dengan cara sederhana dan hanya beberapa perusahaan
yang menggunakan teknologi modern antara lain seperti PT. Pioneer.
2. Khusus Pengadaan Produksi PVC sampai dengan akhir tahun 1990 di Indonesia
terdapat hanya 2 perusahaan (2 Perusahaan Swasta Nasional) yang sudah
memproduksi PVC yaitu:
46
a) FT. Eastern Polymer, lokasi pabriknya di Tanjung Priuk, Jakarta dengan kapasitasproduksi 18.000 ton/tahun.
b) PT. Standar Toyo Polymer (Statomer) lokasi pabriknya di Merak, Jabar, dengankapasitas produksi 36.000 ton/tahun.
Bahan baku vinylclhorida monomer (VCM) untuk kedua pabrik PVC tersebutseluruhnya masih diimpor.
3. Posisi realisasi pasok kebutuhan industri petrokimia tahun 1995-1999 dan perkiraanpasok kebutuhan produk industri petrokimia tahun 2000-2003 dapatdilihat pada TabelIII-1 dan Tabel III-2.
3.2.3 Jahtr Aromatik (Jalur Aromatik Senter)
Senyawa aromatik adalah suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang mempunyairangkaian ikatan atom C secara siklis berupa ikatan atom antara Co-Cs, seperti benzena,toluena, xilena, dan lain-lain, yang sangat reaktif sehingga dengan mudah bereaksi atauberpolimerisasi antara satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk produk polimer.
Jalur aromatik akan menghasilkan benzena, toluena, xilena (atau BTX) sebagaihasil utama (produk dasar) dan sikloheksana (cyclohexane atau CHX) sebagai hasilsamping dari proses reformasi (reforming) dengan bahan baku nafta atau kondensat.
3.2.3.1 Aromatik dengan Bahan Baku Nafta
Hidrokarbon aromatik (BTX) dihasilkan melalui proses "catalytic reforming"(proses reformasi katalitik) yang berlangsung dalam reforming unit, dengan meng-gunakan nafta sebagai bahan baku dan serbuk platina (Pt) sebagai katalis pada suhu450-500'C (lihat Gambar II-3 dan Gambar III-19).
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam unit reforming adalah dehidrogenasi, isomerisasidan reaksi-reaksi lain. Tahapan reaksi yang terjadi, dapat diuraikan sebagai berikut:1. Reaksi pembentukan benzena (B)
Reaksi ini berupa reaksi dehidrogenasi hidrokarbon sikloparafin
3 detridroeenasi=
o+ 3}J2
CuHu (benzena)CeHrz (sikloheksana)
2. Reaksi pembentukan toluena (T)Reaksi ini berupa isomerisasi hidrokarbon dimetil siklopentana disusul dengandehidrogenasi.
r-JH3 z\!,Lr, ..-
[.... 1 .H, .,- l-il .r, +3H2
C5H6 (CH3)2 (dimetil siklopentana) CuH,,CH, (metil sikloheksana) CuHrCH, (toluena)
I
I
47
3. Reaksi pembentukan orto, meta dan para (o,m,p) xilena.Reaksi ini merupakan isomerisasi hidrokarbon trimetildehidrogenasi.
siklopentana disusul dengan
#.6'.,,.,CH,
Gxilena) (etilbenzena)
.::Ujrtj:'d(timetil (dinEtil
siklopeirwra) sikloheksana) (c'xllcna)
,,i'-Q.
CHr(m-xilena)
Setelah proses reforming selesai, dan senyawa aromatik/BTX terbentuk, makabenzena, toluena dan xilena dipisahkan. Karena titik didih benzena, toluena dan xilenahampir sama (lihat Tabel-l) maka pemisahan sukar dilakukan dengan distilasi.Dengan demikian maka pemisahan dilaksanakan dengan cara ekstraksi, yaitu denganmemasukkan zat pelarut tertentu ke dalam unit ekstraksi BTX. Larutan ekstraksi yangbiasa dipakai adalah "sulfolane".
HzC
HzC
CHz
("sulfolane")CHz
Fraksi benzena akan keluar sebagai rafinat, sedangkan toluena dan xilena sebagai
ekstrak. Dari unit ekstraksi, ekstrak disalurkan ke unit alkilasi yang menggunakanasam sulfat (H2SO4) sebagai katalis. Dengan demikian akan dihasilkan toluena sebagai
alkilat ringan dan (o,m,p) xilena dengan spesifikasi yang tertera dalam Tabel III-1.
Tabel III-1. Spesifikasi hidrokarbon aromatilc/BXT
Nama bahan Rumus Berat Jenis Titik lebur, "C Tirik didih.'cbenzena C^H^ 0.87 8s 5.4 80,4
toluena C,HO 0.87 95 97 -98 I r0,3
o-xilena CoH, 0.88 50 -28 142
m-xilena COH' 0.88 50 -53 r38.9
p-xilena COH 0.88 50 3 138
etil benzena C"H 0.88 60 135 - 136
S=Oz
r
48
3.2.3.2 Produk Hilir Jalur Aromatik
Sama halnya seperti pada jalur olefin, maka produk hilirnya yang dihasilkanmelalui jalur aromatik adalah berbagai jenis produk resin yang masih harusdiproses/diolah lebih lanjut untuk menghasilkan produk jadi yang kualitasnya sudah lebihtrnggi dari produk semula, yaitu:i. Yang berasal dari benzena antara lain adalah: melaic anhydride, polistirena,
deterjen/surfaktan, fenol, akrilonitril, sikloheksana, kloro-benzena, dan lain-lain.2. Yang berasal dari toluena, antara lain ialah: tolilen diisosianat dan poliuretan.3. Yang berasal dari: o,m,p xilena, antara lain ialah: anhidrida ftalat (phtallic anhydride
atau PA), asam tereftalat (terephthalic acid atau TPA), dimetil tereftalat (dimethylterephthalate atau DMT), polietilen tereftalat (polyethylene terephthalate atau PET)dan asam isoftalat (isophthalic acid atau IPA).
3.2.3.3 Contoh-Contoh Reaksi untuk Mendapatkan Produk Hilir
1. Anhidrida Melaik (melaic anhydride)Melalui reaksi oksidasi atas benzena yang berlangsung pada suhu 425"C dan
bantuan katalis campuran antara V2O5 dan MoO: akan dihasilkan anhidrida melaik.
Ofufi [Q:".H2o+co2@enzena) (anhidridamelaik)
Selanjutnya, anhidrida melaik ini dapat digunakan untuk pembuatan poliester tidakjenuh, asam fumarat (fumaric acid), pestisida, resin alkida (alkyd resin) dan bahan pelarutlainnya.
2. DeterjenPerbedaan pengertian antara bahan pencuci deterjen (surfaktan) dan bahan pencuci
sabun biasa (soap), adalah sebagai berikut:a) Deterjen adalah suatu zat atau bahan yang mengandung unsur aktif pembersih
permukaan yang disebut surfaktan sebagai unsur utamanya. yang dibuat secara sintetikdari fraksi-fraksi minyak bumi atau hidrokarbon.
b) Sabun biasa (soap): dibuat dari minyak tumbuh-tumbuhan atau minyak hewan dantidak mengandung surfaktan sebagai unsur aktif pembersih permukaan.Rumus umum deterjen adalah:
R - SO3Na.
Dala.yr molekul deterjen ada 2 (dua) gugusan yang saling tarik-menarik antara yangsatu dengan yang lain. r'aitu:
49
a) Gugus R- (gugus alkil) yang merupakan bagian non polar (non-ionik) yang bersifat
hidrofob dan berfungsi menarik kotoran yang melekat pada kain cucian atau pada kulitbadan kita.
b) Gugus -SO3, merupakan bagian polar (anionik/kationik) yang bersifat hidrofil yang
berfungsi menarik molekul air.
Berdasarkan gugus R- yang terdapat dalam deterjen, maka terdapat 2 jenis, yaitu
deterjen jenis keras dan deterjenjenis lunak.
a) Deterjen jenis keras memiliki gugus R- antara Crz - Cp dengan ikatan rantai karbon
yang bercabang atau melingkar.
Contoh: R=C12H25{
Gugus ini sukar mengalami degradasi atau sukar dihancurkan oleh mikroba yang
terdapat di dalam air atau di dalam tanah, sehingga deterjen jenis keras ini dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan.Tahap-tahap reaksi pembuatannya adalah sebagai berikut:
Tahap-l: Reaksi klorinasi terhadap kerosin:
CrzHza + Clz sinar CrzHzsCI + HCI(kerosin) ff tLtoro aoaeUnul
I
Tahap-Z: Hasil tahap-l direaksikan dengan benzena (CoHo) dengan penambahan
katalis AICI::
CI2H25CI + C6H6 ---^+ C12H25-C6H, + HCIkat 'lt (alkil benzena)
Tahap-3: Reaksi sulfonasi dengan H2SO4:
Cr2H25-C6H, + HrSOo CI2H2'-C6H4-SO3H + HrO
Tahap-4: Netralisasi dengan NaOH:
C 12}i.21-C 6Ha-S O3H+NAOH ---) C 1 2H25 -C6Ha-S O3Na + HrO
(natrium-alkil benzen sulfonat)
o Surfaktan yang dihasilkan dengan reaksi-reaksi pembentukan di atas yaitu "Alk7lbenzene sulfonat (ABS) adalah termasuk deterjen jenis keras. Dan lebih dari 90Q
surfaktan dewasa ini yang digunakan di Indonesia untuk pembuatan deterjen adalal
50
Alkyl benzene sulfanat dengan rantai/ikatan karbon bercabang (atau yang disebutdodecyl benzene sulfanat) dengan struktur molekulnya mempl.ryai ikatan karbon,sebagai berikut:
CI
I ikatan atom C rantai- C - - C bercabangdenganrumus
molekul:
I
{/SOr - Na*
ctzHzs O Sor-Na*
"Surfaktan" ini- berasar dari "hydro karbon rantai bercabang,, [dengan beratmolekul yang lebih tinggil", jika di dalam air atau di dalam ranah sisa limbahnyasukar mengalami proses degradasi/ sukar dihancurkan oleh bakteri, lseiinggalsurfaktan jenis keras ini dapat menimbulkan dampalc/permasalahan lingkunganfo Maka untuk mengatasilmengurangi dampak/p".murujahun lingkungai ters"ebut aiatas lebih baik dibuat/dihasilkan "surfaktanlenis lunak", yuitu dlngan ,n"-ititbahan baku hydrokarbon yang bersumber dari ..hydro karton yuri-"o,frryuirantai karbon, pada gugus alkyl "merupakan raniai rurus: [yaitu hidro karbondengan berat molekul yang rebih rendahf seperti: normar decane (croHzz), d"""n"(CroHzo), decene (CroHzo) dan decanol (CrgH2rOH).
b) Deterjen jenis lunak: memiliki gugus R- antara cz-Cro (senyawa orefin) denganikatan rantai karbon yang lurus seperti normal dekana (decane atau c1sH22), dekena(decene atau C1sH26) dan dekanol (C,ottlOtt)Karena ikatan atom c rantai lurus ini mudah dapat terpisah dan dihancurkan olehmikroba yang terdapat di dalam air atau tanah, maka deterjen jenis Iunak ini tidakmenyebabkan pencemaran lingkungan.Reaksi pembuatannya dan tahapan prosesnya adalah sebagai terlihat pada Gambar III-20.
CCtlc--c--c--c__c__c__c
Tahap-1: Reaksi klorinasi terhadap olefin (decane):
C,oH.. + CL --- ^> C,H.rCI + HCI(dekana) 'lt (monokloro dekana)
T ahap -2: Reaks i dengan benzena dengan penambahan
croH2lCI + CuHu kat' , c,oHr, _ coH,(dekana benzen)
katalis (AICI3)
+ HCI
51
Tahap-3: Reaksi sulfonasi dengan H2SOa:
C,oHr, - CuH, + HrSOo \- C,oHz, - CeI{o - SO3H + H2O
--- (dekana benzen sulfonat)
Tahap4: Reaksi netralisasi dengan NaOH
C,oHr, - CuH* - SO3H + NaOH ______=. C,rHr, - CuHo - SOrNa + HrO
/ (natrium dekana benzen sulfonat)
Natrium dekana benzen sulfonat merupakan deterjen jenis lunak berbentuk bubuk
yang struktur molekulnya dapat digambarkan sebagai berikut:
croHzrOso3'Na*
(2.1) Ada beberapa sifat atau ciri khas yang menjadi salah satu faktor "keunggulan-
deterjen" jika dibanding dengan bahan pembersih lainnya/dengan sabun biasa,
yaitu:(1) Resisten/tahan terhadap air keras, terhadap asam dan busa/alkalis, sedang
sabun biasa tidak(2) Mudah larut dalam air dengan menimbulkan busa yang banyak, sedang sabun
biasa tidak(3) Mudah dan sanggup membuat pembersihan yang cepat dan mencuci sendiri
didalam air bersih, sedangkan sabun biasa tidak dapat
(4) Tidak menimbulkan pengaruh jelek dan tidak merusak pada pakaian yang
dicuci
(2.2) Sedangkan karakteristik/ciri khas pemakaian berbagai jenis "Surfaktan" sebagai
"deterjen" dapat ditunjukkan dari tabel berikut ini:
-) ikatan atom C rantai lunrs
dengan rumus molekul, sbb:
-c- I
I
I
+
-c--c--c--c--c--C
52
No. Nana/Jenis Deterjen Sfuktur FormulaPen ggunaan untrt</kualihsnya
Ala2 Dapur Bahan Tekstil Shanpoo
1
Linear Alkyl Benzene
SufonabR-CoHs-SOsNa Sangat bagus Bagus Kurang
2 AlkylSufonab R-0-SOsNa Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus
J O - Olefn Sulbnab
R-CH=CH-[CH2]n-
CHz - S0sNa
R=Crs-Crg
Bagus Sangat Bagus Bagus
4 AlkylSulbnateR-0-SOsNa
R=Cr+-CrzBagus Bagus Bagus
6Poly Oxyetrylene
Al$lEherR-0-[CzH+O]n-H
R=Crz-Cr+Bagus Bagus Kurang
bNafium Dekana
Benzene Sulfonate
R-CoH+-SOsNa
R=Cz-CroSangat bagus Sangat Bagus Sangat Bagus
3. Fenol (Phenol)Benzena merupakan bahan dasar pembuatan fenol yang selanjutnya dengan aseton
akan menghasilkan bisfenol-A (bisphenol-A). Bisfenol-A ini dapat digunakan sebagaibahan pembuatan "polycarbonate" dan "epoxy resin" atau "phenolic resin". Epoxy reiindalam penggunaan sehari-hari disebut sebagai lem-plastik.
Reaksi dan tahap proses pembuatannya adalah sebagai berikut:
Tahap-l: Benzen direaksikan dengan HCI dalam udara panas serta bantuan kataliscampuran Cu dan Fe pada suhu 200oC:
O+Hcr+ua,.uh' cut
O-cI * H,o
Tahap-Z: Hasil tahapl direaksikan dengan air dengan dipanaskan sampai suhu 500.Cdengan bantuan katalis SiOr:
53
-o*,,offi'O-o'.,",
Tahap-3: Mereaksikan hasil tahap-2 dengan aceton pada suhu 50oC dengan bantuan
katalis HCI untuk menghasilkan bisfenol-A:
ooH+
cHr -lb -.rr-$-,
(aseton)
ibcHr
nol-A)
oH +H20
(bisfe
4. Sikloheksana (Cyclohexane atau C6H12)
Melalui reaksi hidrogenasi kataltik terhadap benzen akan dihasilkan sikloheksana,
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan adipic acid yang
merupakan bahan dasar pembuatan serat Nilon 66 dan kaprolaktam yang merupakan
bahan dasar dalam pembuatan serat Nilon-6 atau "polyamide fibers"'Reaksi dan tahap proses pembuatannya adalah sebagai berikut:
Tahap-l:
kat.PI.AI+3 H,---+i: 2000C
p:34 atn (
Tahap-Z: Berupa reaksi oksidasi langsung (direct oxydation process) terhadap
sikloheksana dengan katalis tembaga (Cu) untuk menghasilkan sikloheksanon
(cyclohexanone).
kat
-+*Oz+ HzO
Tahap-3: Sikloheksanon yang terbentuk kemudian direaksikan dengan cara "oximation"
yang menggunakan campuran amonia dan hidroksilamin sulfat
(hydroxylamine sulfate) sebagai pereaksi untuk menghasilkan oksim siklo
heksana (cyclo hexane oxime) yang selanjutnya dapat diproses lagi dengan
penambahan katalis H2SO4 untuk menghasilkan kaprolaktam.
osikloheksana) (si
osikloheksana
o
okloheksanon)
7
54
o
,4. .4..,(,
+NH3+(NH2oH)2 +H2Soa# (,
+(NHn),so4
(sikloheksanon) (hidroksilamin sulfat) (olcim sikloheksana)
''t - f''
+H2O
N-oH H.t I\ "1" i*
(oksim siklo heksana) (kaprolaktam)
Selanjutnya kaprolaktam dimanfaatkan dalam pembuatan serat sintetik nilon.Ada beberapa cara atau jalur proses yang dipergunakan untuk menghasilkan serat-
serat nilon, antara lain adalah "Du PonVAllied Process (USA)", "Snia Viscosa Process"(Italia), dan "Toyo Rayon Process" (Jepang).
Jalur/proses yang digunakan tergantung pada bahan baku awal untuk menghasilkankaprolaktam yang dipakai sebagai dasar untuk menghasilkan produk akhir serat-serat
nilon. Bahan baku awal yang lazim dipakai untuk menghasilkan kaprolaktam dapat
berupa benzena, fenol, sikloheksana, sikloheksanon, toluena, asam benzoat, nitrosiklo-heksanon dan oksim.
Untuk menghasilkan serat nilon, tinggal memilih penggunaan proses mana yangakan dipakai:
a) Untuk menghasilkan nilon-6, dilakukan reaksi polimerisasi dengan "spun" yangkontinyu sampai terjadi serat-serat, sebagai berikut:
H2SO4 - nrF I4 urb-c:o
H,C-CH,
,"t l"- ,,'l^ Y Polimerisasitn,rP
IHrC-C=O
ftaprolaktam)
l-s ?lL-,u
- tt*'u 1,
(nilon-6)
Karena mempunyai daya tahan terhadap goresan maka nilon-6 banyak dipergunakanuntuk membuat perlengkapan otomotif, payung penerjun udara dan secara ekslusifdigunakan sebagai "safety belts" dan penggunaan lainnya seperti sebagai bahan
kebaya, pakaian dalam dan stockings (kaus kaki).
55
b) Dalam proses pembuatan nilon-66 melalui reaksi polimerisasi, polimer yang
dihasilkan dipadatkan terlebih dulu. Caranya adalah polimernya diuapkan dengan
uap air, kemudian dipotong-potong menjadi bentuk chips lalu dipanaskan lagi di
dalam "net-spinning", dilewatkan melalui filter (saringan) dan kemudian dilewatkan
ke "spinnerets" untuk dijadikan bentuk filament (benang) yang disebut polyamide
atau nilon-66, sebagai berikut:
" xf-f fiffir,[,,,,-l*,:fl^ I t",H2C-C:O
(poliarnida / nilon{6)
ffi*'r*"*I,(kaprolaktam)
Karena mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap minyak, maka nilon-66 inidalam industri banyak dipergunakan untuk membuat saringan atau filter, conveyors,
tali-temali dan untuk penggunaan lainnya seperti untuk pembuatan berbagai bahan
tekstil, benang ban, jala ikan, dsb.
5. Toluena di-isosianat (toluene di-isocyanate atau TDI)TDI dapat dibuat melaluijalur toluena dengan tahapan proses sebagai berikut:
Tahap-l: Reaksi nitrasi terhadap toluena dengan bantuan katalis H2SO4, dengan hasil
reaksi sebagai berikut:
d.^*oo'' eiJ"*o'*x}*o'(2,4dinitro toluena) (807o) (2,6 dinitrotoluem) QV/o)
Tahap-2: Terhadap hasil reaksi tahap-l kemudian dilakukan hidrogenasi dengan
bantuan katalis (AICI3), sebagai berikut:
9H, CH, QHr lr,
Q;"r',-okQJ'r:"o*'i:z o o rc-"'[3:*ffi1i,,ffi)a (2,6 diunine torucna)
Tahap-3: Hasil reaksi tahap-Z di atas, kemudian direaksikan seciua fosgenase pada suhu
200'C dengan penambahan pereaksi campuran antara COCI2 dan
dichlorobenzene (DCB) sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
56
QHr QHr
x"H.H.NAFNH.V*,, * (/%# G;".o".x!*'o
(campuranTDI)
TDI dapat dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan busa poliuretan(polyurethane foams) yang fleksibel (seperti karet), karena itu banyak dipakai untukbahan bantalan, seperti busa mebel, busajok mobil, busajok kapal terbang, sebagai bahanpelapis yang empuk, bahan isolasi listrik, bahan penyimpanan/kontainer dan bahanperekat/"adhesives".
Ikatan -NCO pada struktur campuran TDI di atas disebut sebagai ikatan isosianatatau "isocyanate group".
6. Anhidrida Ftalat (phtalic anhydride atau PA)Bahan baku pembuatan PA adalah o-Xilena. Pertama-tama dilakukan reaksi
oksidasi atas o-Xilena dalam fase cair (lihat Gambar III-21) untuk menghasilkan PA.Hasil yang terbentuk kemudian diuapkan dan terakhir rektifikasi/dimurnikan sampaididapat kadar PA yang setinggi-tingginya (maksimum 99,997o) yang berupa kondensat.Berikut adalah reaksinya.
CH, O
CHr uap +53c:o
(anhidrida ftala0
PA ini dapat dipergunakan sebagai bahan pelarut atau sebagai bahan baku untukindustri tekstil, serat sintetik, plastik dan zat pewarna.
7. Asam Isoftalat (isophtalic acid atau IPA)Untuk pembentukan IPA dipergunakan bahan baku m-xilena. Pada tahun 1956 di
California/UsA, IPA untuk pertama kali diproduksi dengan menggunakan proses
Chevron Chemical Company, yaitu dengan mengoksidasikan m-xilena dengan sulfur (S)di dalam "sistem aqua.NH3" pada suhu 250-300"C dan tekanan sebesar 1000-2000 psig,
sehingga menghasilkan isoftalamida (isophthalamide). Hasilnya kemudian direaksikandengan "aqua H2SO," sehingga menghasilkan asam isoftalat (isophtalic acid atau IPA)
dan akhirnya disaring/dijernihkan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
57
Tahap-1:
Tahap-2:
6.,,,
o-cH
o*,o
(isoftalamida)
O=CH
(isofralamida)
O = C-O-
d,.,o
(asarn isoftalat)
' tAaq.NHs r r-25G3 o0 ocVf -oNH,
o
aq.H2SOo
Penggunaan IPA ini adalah untuk menghasilkan poliester tidak jenuh yang dapat
menghasilkan "thermoset resin". Poliester tidak jenuh dan poliester IPA dapat juga
digunakan pada pembuatan plastik fiberglass untuk tempat penyimpanan BBM pada
kapal-kapal angkutan.
8. Asam Tereftalat (terephthalic acid atau TPA) dan dimetil tereftalat (dimethyl
terephthalate atau DMT)Bahan baku yang dipergunakan untuk membuat TPA/DMT adalah p-xilena.
Selanjutnya TPA/DMT bersama etilen glikol (EG) merupakan bahan baku utama untukpembuatan serat poliester. Dalam industri tekstil, serat poliester dapat digunakan untukmenggantikan serat alam terutama kapas, dalam, pembuatan bahan tekstil.
Adapun proses pembentukan serat poliester dan tahapan prosesnya (lihat Gambar
lIJ-22) adalah sebagai berikut:
Tahap-l: Reaksi oksidasi dalam fase cair terhadap p-xilena untuk menghasilkan TPA.
oksidasi
cooHq(lPA)
(o)
Q(p.xilena)
r
58
Tahap-Z: Kemudian reaksi esterifikasi terhadap TPA untuk menghasilkan DMT:
(cHr oH)
esterifikasi
Tahap-3: Akhirnya DMT direaksikan dengan cara "kopolimerisasi" untuk menghasilkankopolimer serat poliester.
, f i,,**e " dE:I".",..,,o_, [(5,,"t'l\,1I
t- r)u-zu(rL v
.,"-"'-"'^T'l ,
cooH3 coocH2cH2oH L_a = o _1"(DMT) (EC) (serar poliester)
9. Polietilen Tereftalat (polyethylene terephthalate atau PET)Bahan petrokimia resin PET ini penggunaanya sangat banyak dalam industri
kemasan plastik seperti botol plastik untuk kemasan air minum, untuk kertas film, tekstil,dan sebagainya. Reaksi pembentukannya adalah sama seperti di atas, yaitu denganmereaksikan DMT dengan EG pada suhu +150-200"C sehingga menghasilkan PET yangdisebut juga sebagai "bis (hydroxyethyl) terephthalate":
coOCH3 CooCH.cH,oHI
<)'"ffi*ffi d-'i',.*",COOCH3 COOCH2CH2OH(DMr) eEr)
3.2.3.4 Pengadaan Produk Hulu "Aromatik Senter" di Indonesin
Dibanding dengan pengembangan Industri Petrokimia Olefin Senter di dalamNegeri, Industri Petrokimia Aromatik Senter sudah lebih dahulu dikembangkan, yangditandai dengan berdirinya Pabrik Petrokimia Aromatik Senter PERTAMINA di Cilacapyang telah yang telah berproduksi sejak Agustus 1990, dengan memanfaatkan bahan baku"nafta" dari hasil kilang BBM setempat. Dengan kehadiran Industri Pusat Aromatik inipulalah yang turut mendorong perkembangan industri antara dan industri hilir aromatik didalam negeri dengan perkembangan keadaannya di Indonesia sebagai berikut:
d*'coocH3(DMT)
COOH
0cooHcrPA)
1.
59
Pada bulan Agustus 1990 telah dibangun dan telah beroperasi. Pabrik Petrokimia
Aromatik Senter di Cilacap dengan investasi US$ 0,4 Milyar, serta dengan produk
utama (dengan kapasitas produksi besar 270.000 ton para-xylene/tahun dan 123.000
ton benzene/tahun. Sasaran pemasaran produk Aromatik Senter ini masih terikat
perjanjian dengan Chevron (kontraktor dari AS) yaitu + 507o produknya untuk
pasaran ekspor dan sisanya untuk menutupi konsumsi di dalam negeri, sehingga
sampai sekarang impor kedua produk Aromatik Senter tersebut (para-xylene dan
benzene) dari tahun ke tahun melonjak terus dan tetap tinggi, misalnya; (1) impor
para-xylene pada tahun 1990 sebesar 81.779 ton meningkat menjadi 115.575 ton
pada 1994; (2) impor benzene pada tahun 1990 sebesat 33.296 ton menjadi 40.572
ton pada tahun 1994. Hal ini berarti, meskipun Pabrik Aromatik Senter ini sudah
berproduksi dengan kapasitas penuh, belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan
bahan baku para-xylene dan benzene di dalam negeri.
Pada bulan Juli 1995 oleh Pemerintah./Ketua BKPM telah meletakkan batu pertama
dimulainya Proyek PT..HUMPUS Aromatik Senter di Lhokseumawe-Aceh Utara
dengan investasi sebesar US$ 1,275 Milyar. Proyek Humpus Aromatik Senter iniberstatus Penanaman Modal Asing (PMA) dan akan memanfaatkan bahan baku
"kondesat" sebesar 70.000 barels/hari yang didatangkan dari Kilang LNG Arun
setempat.Pabrik Petrokimia Humpus Aromatik Senter ini semula direncakan mulai
berproduksi pada awal tahun 1997, akan tetapi karena situasi ekonomi yang tidak
mendukung sampai tahun 1999 ini belum berproduksi, dengan rencana kapasitas
produksi sebagai berikut:a) Produksi utarnanya:
2.
- Benzene- Toluena- Meta-xylene- Ortho-xylene- Cyclohexane
b) Hasil samping:- Heavy aromatic- Refinate- Gas Oil. LSR- Fuel Gas
321.000 ton/tahun20.000 tor/tahun
217.000 ton/tahun40.000 ton/tahun
180.000 ton/tahun
7.700 tor/tahun286.000 ton/tahun719.000 ton/tahun676.W ton/tahun250.000 ton/tahun
c) Pemasaran produk-produknya:Pemasaran produk-produknya diutamakan untuk memenuhi kebutuhan di dalam
negeri dan selebihnya untuk diekspor terutama ke negara-negara Asean.
3. Proyek Aromatik Tuban:(1) Menurut informasi dari Kantor Ditjen Migas (sebagai sumber data) menjelaskan
bahwa Proyek Aromatik Tuban adalah Proyek Petrokimia yang dibangun oleh
(2)
(3)
60
Konsorsium Asing dan Indonesia, yang membutuhkan Modal Investasi sebesarus$ 1 Miliard. Pihak Indonesia diwakili oleh PT. Tirtamas Majutama (L\vo),pihak Asing diwakili oleh Trans Pasifik Petrochemical LtdiBritish Virgin Island(607o, Siam Cement Group Thailand (20Vo), Nissho Iwai-Singapore (5Vo) danItochu-Jepang (5Vo).
Konstruksi Proyek Aromatik ruban ini pada awal tahun 1998 sempat berhentipada saat jumlah dana yang dikucurkan telah melampaui uS$ 650 Juta dan padawaktu itu juga sebahagian peralatan untuk unit konstruksi BBM dan Aromatiktelah berada di lokasi Proyek dengan kemajuan konstruksi 657o.Semula proyek ini dijadwalkan dilanjutkan pada awal September 2N2, menyusultuntasnya restrukturisasi utang grup Tirtamas dan adanya kesediaan Pertaminamenyuntikkan modal Us$ 400 Juta berupa pemasukan bahan baku "kondesat"(senilai harga penjualan Pertamina berupa "propylene" sebesar 2,7 luta ton pertahun kepada pihak lain). Namun kemudian proyek ini baru dapat dilanjutkan lagipada bulan Maret 20[J3, dengan rencana suplai bahan baku dan kapasitas produksisebagai berikut:(a) Lokasi Proyek Tanjung Awar-awar Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban,
Jatim.(b) Bahan Baku: Kondensat total sebesar 98.000 bbl/hari (yang disuplai dari
Pertamina sebesar 66.000 bbUhari dengan harga ICP dansebanyak 321.000 bbl/hari berasal dari import
(c)Produksi utamanya:1. Olefin Senter : - Ethylene = 700.000 ton/tahun
- Propylene = 382.000 ton/tahun2. Aromatic Senter : - P.xylene = 500.000 ton/tahun
- Benzene = 341.000 ton/tahun- Toluene = 75.000 ton/tahun- O-xylene = 80.000 ton/tahun
(d) Hasil samping (berupa produksi BBM):- Reformat = 358.000 ton/tahun- Kesosine = 637.000 ton/tahun- Diesel Oil = 164.000 ton/tahun
(e) Pemasaranproduk-produknya:Produk-produk Petrokimia Olefin Senter dan Aromatic Senternya, terutamaakan dipasarkan didalam negeri untuk memperoleh nilai tambah yang lebihbesar (karena produk Petrokimia yang dihasilkan dari hasil pengolahan migasberupa "kondesat tersebut" adalah produk Olefin (ethylene dan propylene)yang merupakan bahan baku untuk industri plastik, industri sandang/sintetispolyester, dll. didalam negeri) dan sebahagiaan kalau ada kelebihan barudieksport, sedangkan hasil sampingnya berupa BBM dipasarkan di dalamnegeri.
61
3.2.3.5 Pengodaan Produk Hilir "Serat-serat Sintetis dan Resim-Resim Sintetisu diIndonesia:
1. PengadaanProdukSerat Sintetis:a) Sekitar 30Vo dari kebutuhan serat sintetis pada tahun 1980-an masih diimpor,
yang secara keseluruhan menunjukkan bahwa selama 3 tahun terakhir pada tahun1980-an terdapat kenaikan impornya sekitar ll%oltahun yang jumlahnya (dalam
ton) dapat dilihat sebagai berikut:
Jenis serat vane diimDor 1979 1980 l98r
I Filament Polvester 10.350 9.969 5.525
2. Staole Polvester 2.291 I1.358 12.050
J. Filament Nvlon 4.5',13 r.580 598
4. Acrylics 4.306 2S92 11.61I
Jumlah (ton) 22.s20 25.899 29.784
Sumber: Biro Pusat Statistik, Jakarta
b) Realisasi impor serat tekstil secara keseluruhan dari tahun 1995-1999 dapatdilihat pada Tabel Itr-3.
c) hoduksi serat sintetis dalam negeri dimulai pada tahun 1973 oleh PT IndonesiaToray Synthetics (ITS) dengan membuat nylon dengan kapasitas produksi 2.200ton per-tahun. Sejak itu produksi serat sintetis dalam negeri berkembang dengan
cepat karena beberapa pabrik menyusul dibangun. Pada tahun 1977 produksi serat
sintetis telah meningkat menjadi 61.971ton, tahun 1979 menjadi74.762 ton danpads tahun 1981 menjadi 1L4.595 ton, yang berarti peningkatan produksi rata-rata i
sekitar l7%o per-tahun dengan kenaikan produksi 3 tahun terakhir (dalam ton) ,
sebagai berikut:
Jenis serat vans dioroduksi 1979 1980 1981
t Filament PolYester r 5.361 9.969 48.065
2. Staole Polvester 50.270 11.358 55.771
3. Filament Nylon 9.13 1 10.159 10.759
Jurnlah (ton) 74.t31 93.334 114.595
Sumber: Dit. Jen. Aneka, Jakarta
d) Produsen serat Sintetis dan kapasitas produksi dalam negeri tahun 1982 (dalam
ton/hari) sertajenis serat sintetis yang diproduksi, sebagai berikut:
62
2.
No. Perusahaan/Produsen PolyesterFilament
PolyesterStaple
NylonFilament
PT. Indonesia Toray Sinthetics OTS) 40 20
) PT. Indonesia Asahi Chemical Industries
ONDACI)
l3
3. PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation(TIFICO)
60 60
4. PT. Kuraray Manunggal Fiber Industries(KUMA FIBER)
4t
5. PT. Texmaco Taman Sintetics 30
6 PT. Yasinta 60
7. PT. Sulinda 30
8. PT. Tri Remooa 60
Junrlah (ton) 180 20t 33
Sumber: Dit. Jen. Aneka Industri, Jakarta
Dewasa ini industri yang menggunakan DMT untuk membuat polyesterdiarahkan agar segera menggunakan "pure TPA", agar mempunyai kaitan yanglebih erat dengan industri hulu Aromatik Center PERTAMINA tersebut;PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation (TIFICO) telah merencanakan untukmenggunakan pure TPA pada tahun 1983 dengan kebutuhan sebesar 43.000 tonTPA per-tahun
e) Realisasi produksi dan kapasitas produksi industri tekstil dalan negeri tahun1995-1999 dapat dilihat pada Tabel III-4.
Pengadaan Produk Resin Sintetis:a) Pada tahun 1993 oleh PT Bakrie Brothers (BB) salah satu "holding company"
dalam kelompok Perusahaan Swasta Nasional BAKRIE, berpatungan denganPerusahaan Jepang Mitsubishi Kasei Corporation (MKC), bergabung dengannama perusahaan patungannya PT. Balcrie Kasei Corporation (BKC), telahmembangun Pabrik PTA (purefied terepalic acid) di Merak Jawa Barat, dengantotal kapasitas produksi sebesar 600.000 ton PT.A per-tahun, serta denganinvestasi sebesar US$ 540 juta. Pabrik PTA ini memanfaatkan bahan baku para-xylene yang didatangkan dari kilang PERTAMINA dengan sasaran pemasaranproduksinya adalah untuk menutupi kebutuhan serat-serat polyester untuk tekstildi dalam negeri dan sebagian lagi dimanfaatkan untuk bahan baku PET resin(polyethylene teraphthalate resin), yaitu untuk pembuatan botol-botol kemasanplastik, disebabkan situasi ekonomi tidak mendukung sampai tahun 1999 iniPabrik BKC tersebut belum berproduksi.
b) Pada pertengahan tahun 1993, juga oleh perusahaan patun PT. Bakrie KaseiCorporation (BKC) merencanakan akan membangun pabrik PET resin(polyethylene teraphthalate resin). Lokasi Pabrik PET resin ini di Merak-Jawa
J.
63
Barat dengan memanfaatkan bahan baku PTA dari pabrik/industri hulunya (dari
Pabrik PTA-Bakrie Kasei Corporation) Kapasitas produksi sebesar 45.000 ton
PET resin/tahun dengan Pembangunan Pabrik PET resin ini sudah dimulai pada
tahun 1995 dan merupakan antisipasi dari keperluan resin PET dalam negeri yang
kebutuhannya meningkat setiap tahun, seiring dengan peningkatan dan
pembangunan industri kemasan plastik di Indonesia dan di Asia Tenggara akhir-
akhir ini. Oleh karena itu, dari kapasitas produksi sebesar 45.000 ton resin
PET/tahun tersebut, pemasarannya nantinya + 65Vo untuk memenuhi kebutuhan
kemasan plastik (botol-botol kemasan plastik) di dalam negeri dan 35Vo lagiuntuk di ekspor terutama ke negara-negara ASEAN.
c) Sedangkan Pabrik Bakrie Dia Foil (BDF) yang akan memproduksi PET Filmpada Maret 1996 dengan kapasitas sebesar 45.000 ton P.ET film/tahun dan
investasi sebesar US$ 36,4 juta. Produksi PET Film ini akan dipergunakan
memenuhi kebutuhan di dalam negeri untuk memproduksi "magnetik film","tape", dan "pita komputer". PET Film yang diproduksi oleh BDF inimenggunakan teknologi DHC (=Diafoil Noechst Co. Ltd') Jerman, akan tetapi
karena situasi ekonomi tidak mendukung sampai tahun 1999 ini Pabrik BDF
tersebut belum berproduksi.d) Juga sejak pertengahan tahun 1993 Pemerintah cq. Badan Koordinasi Penanaman
Modal BKPM) telah memberikan rjin usaha kepada PT Unggul Indah
Corporation GIIC) untuk membangun "Pabrik Alkyl benzene" (Alkyl ben zene
yaitu bahan baku untuk pembuatan sabun deterjen) di Merak-Jawa Barat, dengan
kapasitas produksi sebesar 110.000 ton Alkyl benzeneltahun. Akan tetapi sampai
pertengahan tahun 1999 rencana pembangunan Pabrik Alkyl benzene tersebut
belum terlaksana, karena situasi ekonomi di dalam negeri tidak mendukung.
Posisi realisasi pasok kebutuhan industri petrokimia (termasuk produk serat-serat
sintesis) tahun 1995-1999 dan perkiraan pasok kebutuhan produk industri petrokimia
tahun 2000-2003 dapat dilihat pada Tabel Itr-l dan Tabel III-2.
r'
::11;;,,:::..
\r
Tab
el II
I.I.
Pos
isi
Rea
lisas
i P
asok
-Keb
utuh
an
Indu
stri
Pet
roki
mia
Tah
un 1
995-
1999
dan
Per
kira
an P
asok
-Keb
utuh
an
Pro
duk
Indu
stri
Pet
roki
mia
Tah
un 2
000-
2003
. (u
nit:
ton/
tahu
n)
No.
JEN
TS
IN
DU
ST
RI
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
I I
PE
TR
OK
IMIA
HU
LU
ET
HY
LEN
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
520.
000
189.
000
354.
809
53.5
0049
0.30
9-3
01.3
09 36
520.
000
382.
000
198.
530
39.0
r054
1.42
0-1
59.4
20 73
520.
000
508.
000
333.
063
38.9
6080
2.10
3-2
94.1
03 98
520.
000
465.
000
205.
307
74.4
0059
5.90
7-1
30.9
07 89
520.
000
423.
000
434.
506
18.8
4083
8.s6
6-4
15.5
66 8l
520.
000
515.
000
545.
000 28
1.o5
9.97
2-5
44.9
'.12
99
520.
000
460.
000
664.
000 23
t.123
.977
-663
.997 88
s20.
000
515.
000
671.
100 28
t.185
.972
-670
.972 99
520.
000
515.
000
702.
000 0
r.21
7.00
0-7
02.0
00 99
2.P
RO
PY
LEN
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
510.
000
147.
000
135.
000
19.9
2126
2.07
9-1
15.0
79 29
5r0.
000
374.
000
150.
000
1.43
752
2.56
3- 14
8.56
3 73
510.
000
408.
000
58.0
001.
829
464.
171
-58.
l7l
80
510.
000
359.
000
98.0
00r9
.900
437.
100
-78.
100 70
s30.
000
382.
000
139.
000 0
521.
000
-139
.000 72
530.
000
482.
000
l18.
000 0
600.
000
-1 1
8.00
0 9t
530.
000
472.
040
148.
000 0
620.
000
-148
.000 89
530.
000
512.
000
128.
000 0
640.
000
- 12
8.00
0 97
530.
000
512.
000
158.
000 0
570.
000
-158
.000 97
TO
LUE
NE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 092
.253 0
92.2
63-9
2.26
3E
RR
0 095
.593
095
.593
-9s.
593
ER
R
0 093
.361
093
.361
-93.
361
ER
R
0 049
. I 89 0
49.1
89-4
9. r
89E
RR
0 087
.022 0
87.0
22-8
7.02
2E
RR
175.
000
113.
750
199 0
113.
949
-199 65
t75.
000
r3I.2
500 0
t31.
250 0
75
175.
000
148.
750 0 0
148.
750 0 85
175.
000
r75.
000 0 0
r75.
000 0
100
o\ 5
Tab
el II
I-1.
(la
njut
an)
No.
JEN
IS I
ND
US
TR
Il9
9s19
96t9
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03
4.O
RT
HO
XY
LEN
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 0 0 0 0 0E
RR
0 0 l3 013 -13
ER
R
0 048
.562 0
48.5
62-4
8.56
2E
RR
0 065
.463 0
65.4
63-6
5.46
3E
RR
0 088
.244 0
88.2
44-8
8.24
4E
RR
0 0r 8.
950 0
18.9
5018
.950
ER
R
80.0
0040
.000
150.
350
32.0
0016
8.35
0- 12
8.35
0 50
80.0
0044
.000
216.
t50
33.6
0022
6.55
0-1
82.5
.50 55
80.0
0050
.000
29t.3
7035
.280
3 16
.090
-256
.090 75
5.P
-XE
LEN
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
270.
000
233.
700
207.
165 0
440.
865
-207
.165 87
270.
000
211.
900
26s.
'106 0
4'7'
7.60
6-2
65.7
06 78
270.
OO
O
229.
200
538.
931 0
'/68.
131
-538
.931 85
2'.7
0.00
0
238.
000
706.
324 0
944.
324
-706
.324 88
270.
000
288.
200
8l 1
.398
01.
099.
598
-8 r
1.3
98 10'7
270.
000
303.
710
t.141
.470 0
1 .4
45.
1 80
r.14
1.47
011
2
1.25
0.00
081
0.00
01.
198.
540
283.
500
t.'72
5.04
0-9
l 5.
040 65
1.25
0.00
099
4.50
0l.0
78.6
9034
8.08
0t.7
25.r
to
-730
.610 80
1.25
0.00
01.
021.
480
1.30
9. t
0l
112.
470
2.2t
8.02
0- r.
196.
540 82
6.B
EN
ZE
NE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(%)
123.
000
95.2
6047
.885
67.5
7875
.567
t9.6
93
123.
000
109.
400
109.
888
't8.8
2614
0.46
2-3
1.06
2 89
123.
000
l 13.
800
130.
235
84.0
0016
0.03
5-4
6.23
5 85
123.
000
I t4
.000
85.3
070
199.
307
-85.
307 93
123.
000
96.9
0016
5.',?
65
62.9
8519
9.68
0-1
02.7
80 19
437.
000
423.
000
104.
381
129.
090
398.
291
24.'.
l09 89
523.
000
452.
650
65.7
2'7
148.
970
369.
407
83.2
43 55
1.17
3.00
099
7.05
04t
.388
.l7
l.9l0
866.
528
130.
522 85
1.52
3.00
01.
446.
850
26.0
6219
8.39
01.
2'71
.522
172.
328
95
o Ul
Tab
el Il
l-1.
(lanj
utan
)
No.
.II.]N
IS I
ND
US
TR
I19
95L9
9619
9719
98t9
9920
0020
0120
0220
03
7M
ET
HA
NO
LK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
990.
000
192.
675
232.
800
1.50
042
3.97
5-2
31.3
00 t9
990.
000
210.
000
228.
200 0
438.
200
-228
.200 21
990.
000
330.
000
r 54
.541
1.70
048
2.84
1-1
52.8
41 33
990.
000
594.
000
105.
895
176.
069
523.
826
70.t7
4 60
e90.
000
726.
000
14.5
0853
3.69
920
6.80
95
19.1
9 1
73
990.
000
858.
000
20.3
1053
9.04
033
9.27
05
18.7
30 87
990.
000
990.
000
28.4
4054
4.42
047
4.02
05
r 5.
980
100
990.
000
990.
000
39.8
1054
9.87
047
9.94
051
0.06
0r0
0
990.
000
990.
000
56.7
3055
5.37
049
0.36
049
9.64
010
0
8.C
AR
BO
N B
LAC
KK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Uti
titas
Kap
asita
s (7
o)
135.
000
85.0
0036
.672 45
4r2
0.2t
8-3
5.21
8 63
r 35
.000
8s.0
0046
.212
4.18
612
7.02
6-4
2.02
6 63
t3-s
.000
r08.
000
36.r
315.
564
13 8
.5 6
7-3
0.56
7 80
135.
000
135.
000
34.3
097.
622
161
.687
-26.
687
100
13s.
000
135.
000
26.9
43 s80
161.
363
-26.
363
100
r 35
.000
100.
740
51.1
90 620
r51.
310
-50.
570 75
r 35
.000
r 06
.580
69.
I l0
650
175.
040
-68.
460
-19
l3-5
.000
112.
760
72.5
60 690
184.
630
-7 t.
970
84
l3-5
.000
lLg.
290
76.t9
074
0r9
4.74
0-'7
5.15
0
88
().
BU
TA
DE
NE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7a)
0 03.
298 0
3.29
8-3
.298
ER
R
0 06.
605 0
6.60
5-6
.605
ER
R
0 013
.084
013
.084
-13.
084
ER
R
0 017
.498 0
17.4
98-1
7.49
8E
RR
0 0t7
.439
017
.439
17.4
39E
RR
0 026
.446
026
.446
-26.
446
E,R
R
0 040
.104
040
.104
-40.
104
ER
R
0 060
.8 l6
060
.8 l6
-60.
816
ER
R
0 092
.226
092
.226
-92.
226
ER
R
o\ o\
Tab
el II
I-1.
(la
njut
an)
No.
JEN
IS I
ND
US
TR
I19
9519
96t9
9719
98t9
9920
0020
0120
0220
03
t0.
N.
BU
TE
NE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 013
.070
013
.070
- 13
.070
ER
R
0 09.
692 0
9.69
2-9
.692
ER
R
0 015
.206 0
15.2
06-1
5.20
6E
RR
0 012
.021 0
12.0
21-1
2.02
1E
RR
0 013
.880
0I 3.
880
- 13
.880
ER
R
0 014
.090
014
.090
-14.
090
ER
R
0 014
.300
014
.300
- 14
.300
ER
R
0 014
.520 0
14.5
20-1
4.52
0E
RR
0 014
.7 4
0 0t4
.740
-14.
740
ER
R
llA
MO
NIA
KK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
4.22
0.00
04.
086.
150 12
629
1.16
13.
't95.
1t5
29r.
035 9l
4.22
0.00
04.
37r.
600
269
52.7
414.
3t9.
128
52.4
72 to4
4.22
0.00
04.
008.
245
287
464.
110
3.62
4.42
254
4.89
397
4.22
0.00
04.
353.
375
324
555.
2t7
3.79
8.48
255
4.89
310
3
4.22
0.00
04.
410.
000 0
440.
000
3.97
0.00
044
0.00
010
5
4.22
0.00
04.
410.
000 0
440.
000
3.97
0.00
044
0.00
010
5
4.22
0.00
04.
410.
000 0
380.
000
3.97
0.00
038
0.00
010
5
4.22
0.00
0s.
2-50
.000
01.
000.
000
4. r
80.
000
1.00
0.00
010
1
4.22
0.00
0.5
.330
.000
086
5.00
04.
435.
000
865.
000
102
il 12.
PE
TR
OK
IMIA
AN
TA
RA
PR
OP
YLE
NE
TE
TR
AM
ER
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 026
4.80
8 026
4.80
8-2
64.8
08E
RR
0 0t3
7.4'
750
t3'7
.475
-137
.475
ER
R
0 061
.408
061
.408
-61.
408
ER
R
0 03'
7.44
8 037
.448
-37.
448
ER
R
0 032
.320
032
.320
-32.
320
ER
R
0 058
.800
058
.800
-58.
800
ER
R
0 090
.960
090
.960
-90.
960
ER
R
0 0t 38
.350
013
8.35
013
8.35
0E
,RR
0 021
0.43
0 021
0.43
0-2
t0.4
30E
RR
{
Tab
el II
I-1.
(la
niut
an)
No.
JEN
IS T
ND
US
TR
I19
95r9
96t9
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03
13.
AC
ET
IC A
CID
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 018
.900
018
.900
- 18
.900
ER
R
0 02t
.255
02r
.255
-21.
255
ER
R
0 049
.264
049
.264
-49.
264
ER
R
0 069
.123 0
69.t2
3-6
9.t2
3E
RR
0 093
.503
093
.503
-93.
503
ER
R
0 012
6.48
0 012
6.48
0-1
26.4
80E
RR
0 0l7
I .0
90 017
I .0
90-
l7 I
.090
ER
R
0 023
1.43
0 023
t.430
-231
.430
ER
R
0 031
3.06
0 03
13.0
60-3
13.0
60E
RR
t4M
ET
HY
LM
ET
HA
RC
YLA
TE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 08.
498 0
8.49
8-8
.498
ER
R
0 08.
745 0
8.74
5-8
.745
ER
R
0 09.
508 0
9.50
8-9
.508
ER
R
0 07.
293 0
7.29
3-7
.293
ER
R
0 09.
336 0
9.33
6-9
.336
ER
R
0 09.
560 0
9.56
0-9
.560
ER
R
0 09.
790 0
9.79
0-9
.790
ER
R
0 010
.020
010
.020
-10.
020
E,R
R
0 010
.260
0r 0.
260
- 10
.260
ER
R
15.
ET
HY
L B
EN
ZE
NE
(E
B)
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
cman
dB
alan
ccU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
110.
000
80.1
00t3
.255
093
.355
-t3.
255 73
I t0
.000
89.4
0020
.089
010
9.48
9-2
0.08
9 8t
I 10
.000
96.3
5030
.t26 0
126.
476
-30.
t26
88
il 0.
000
73.8
70t9
.328
093
.198
-t9.
328 67
l r0.
000
97.9
005.
8 t0 0
r 03
.710
-5.8
10 89
110.
000
99.0
004.
'130 0
r 03
.730
-4.'1
30 90
l10.
000
101.
200
3.85
0 010
5.05
0-3
.850 92
il0.0
0010
3.40
03.
130 0
106.
-530
-3.
r30 94
110.
000
105.
600
2.55
0 010
8.15
0-2
.550 96
o\ @
Tab
el II
I-1.
(la
njut
an)
No.
JEN
IS I
ND
US
TR
I19
95t9
96t9
9719
9819
9920
0020
0120
0220
0316
.E
TH
YLE
NE
DIC
HLO
RID
E (
ED
C)
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(Zo)
308.
400
317.
946 28
82.2
4023
5.13
482
.2t2
103
467.
000
333.
83s 5
96.7
5323
7.08
796
.748 7t
467.
000
345.
580
1.95
1
98.4
0024
9.13
196
.449 74
467.
000
280.
200
9.51
916
7.74
2t1
2.66
116
7.53
960
467.
000
392.
280
9.51
980
.40r
32t.3
9870
.882 84
467.
000
4t3.
430
12.0
70t0
1.96
032
3.54
089
.890 89
467.
000
43s.
730
r5.3
10t2
9.3t
O32
t.730
114.
000 93
467.
000
459.
230
19.4
2016
3.99
031
4.66
0t4
4.57
0 98
467.
000
483.
990
24.6
2020
7.97
030
0.64
018
3.35
010
4
11.
CU
ME
NE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 099
099 -9
9E
RR
0 0 9 0 9 -9E
RR
0 052
2 052
2-5
22E
RR
0 01.
051 0
1.05
1- 1.
051
ER
R
0 02.
118 0
2.t1
8-2
.118
ER
R
0 04.
250 0
4.25
0-4
.250
ER
R
0 08.
590 0
8.59
0-8
.590
ER
R
0 017
.320 0
17.3
20-1
7.32
0E
RR
0 034
.9r0 0
34.9
10-3
4.91
0E
RR
18.
PR
OP
YLE
NE
OX
IDE
(P
O)
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(%)
0 030
.327
030
.327
-30.
327
ER
R
0 017
.215 0
17.2
15-1
7.21
5E
RR
0 030
.666 0
30.6
66-3
0.66
6E
RR
0 08.
072 0
8.07
2-8
.072
ER
R
0 022
.810
022
.810
-22.
810
ER
R
0 027
.370
027
.370
-27.
370
ER
R
0 034
.210 0
34.2
10-3
4.2t
0E
RR
0 0M
.480
044
.480
-44.
480
ER
R
0 060
.040
060
.040
-60.
040
ER
R
o\ \o
Tab
el II
I-1.
(la
njut
an)
No.
JEN
IS I
ND
US
TR
I19
9519
9619
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03
19.
PR
OP
YLE
NE
G
LYC
OL
(PG
)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 0I
1.50
4 011
.504
l 1.5
04E
RR
0 013
.811
013
.811
-13.
81I
ER
R
0 013
.716 0
t3.7
16-1
3.71
6E
RR
6.23
9 06.
239
-6.2
39E
RR0 0
r0.2
560
10.2
56-1
0.25
6E
RR0 0
13.8
500
13.8
50- 13
.850
ER
R0 00 0
r7.9
900
17.9
90-1
7.99
0E
RR
22.4
90 022
.490
-22.
490
ER
R0 00 0
25.9
90 025
.990
-25.
990
ER
R
20.
PO
LYO
LK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
32.0
0025
.875
14.1
454.
162
38.8
58-9
.983 81
32.0
0033
.400
12.7
144.
086
42.0
28-8
.628 to4
32.0
0031
.700
20.0
406.
397
45.3
43-t
3.64
3 99
32.O
OO
25.9
806.
723
9.56
623
.137
2.84
3 8l
32.0
0025
.450
8.87
310
.599
24.6
24t.8
26 83
32.0
0028
.540
11.7
10r 3.
550
26.7
00L8
40 89
32.0
003
r .3
9015
.450
17.1
6029
.680
1.7
l0 98
32.0
0032
.020
20.3
9021
.730
30.6
801.
340
100
32.0
0032
.980
26.9
1O27
.520
32.3
7061
010
3
21.
AC
RY
LIC
AC
IDK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 05.
029 0
5.02
9-5
.029
ER
R
0 03.
184 0
3.1
84-3
.184
ER
R
0 04.
341 0
4.34
1-4
.341
ER
R
0 05.
1l0 0
5.1
10-5
. l l
0E
RR
60.0
00r5
.000
3.14
914
.500
3.64
91
1.35
r 25
60.0
00r8
.000
2.07
014
.800
5.27
0t2
.730 30
60.0
0019
.000
2.23
016
.000
5.23
013
.7',t
0 32
60.0
0020
.000
2.53
016
.700
5.83
0t4
.170 33
60.0
0040
.000
2.63
020
.200
22.4
3017
.570 67
{
Tab
el II
I.1.
(lanj
utan
)
No.
JEN
IS I
ND
US
TR
I19
9519
9619
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03
22.
ET
HY
LAC
RY
LAT
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 01.
756 0
1.75
6-1
.756
ER
R
0 01.
768 0
1.76
8-1
.768
ER
R
0 02.
779 0
2.77
9-2
.779
ER
R
0 01.
000 0
1.00
0-1
.000
ER
R
20.0
007.
000
1.00
0r.
050
6.95
0 50 35
20.0
00r r.
000
1.00
08.
200
3.80
07.
200
55
20.0
00r5
.000
r.00
08.
750
7.25
07.
750
75
20.0
0017
.000
1.00
09.
100
8.90
08.
1 00 85
20.0
0018
.000
1.00
09.
300
9.70
08.
300 90
23.
BU
TY
LAC
RY
LAT
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 07.
000 0
7.00
0-7
.000
ER
R
0 09.
000 0
9.00
0-9
.000
ER
R
0 010
.000
010
.000
-r0.
000
ER
R
0 06.
000 0
10.0
00-1
0.00
0E
RR
40.0
0028
.000
4.00
012
03l
.880
-3.8
80 70
40.0
0028
.500
3.00
03.
200
28.3
00 200 7l
40.0
0029
.000
3.00
06.
000
26.0
003.
000 73
40.0
0030
.000
4.00
08.
000
26.0
004.
000 75
40.0
0032
.000
4.00
0r0
.800
25.2
006.
800 80
24.
2-E
TH
YLH
EX
YL
AC
RY
LAT
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 04.
437 0
4.43
7-4
.437
ER
R
0 03.
474 0
3.47
4-3
.474
ER
R
0 03.
486 0
3.48
6-3
.486
ER
R
0 03.
245 0
3.24
52.3
.245
.ER
R
40.0
0010
.000
r.00
06.
500
4.50
05.
500 25
40.0
0014
.000
1.00
06.
800
8.20
05.
800 35
40.0
0018
.000
2.00
07.
500
12.5
005.
500 45
40.0
0026
.000
2.00
07.
800
20.2
005.
800 65
40.0
0034
.000
2.00
0s.
900
27.1
006.
900 85
{
Tab
el [I
-1.
(lanj
utan
)
No.
JEN
IS II
{DU
ST
RI
1995
1996
1997
1998
t999
2000
2001
2002
2003
25.
AC
RY
LON
ITR
ILE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 05.
t77 0
5.17
7-5
.177
ER
R
0 04.
966 0
4.96
6-4
.966
ER
R
0 04.
238 0
4.23
8-4
.238
ER
R
0 013
.434 0
t3.4
34-r
3.43
4E
RR
0 08.
343 0
8.34
3-8
.343
ER
R
0 09.
400 0
9.40
0.9
.400
ER
R
0 010
.590 0
10.5
90-1
0.59
0E
RR
0 0I
1.93
0 0l L
930
I1.9
30E
RR
0 013
.450 0
13.4
50-1
3.45
0E
RR
26.
2-E
TH
YLH
EX
AN
OL
(2-E
H)
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7a)
0 027
.640 30
027
.340
-27.
640
ER
R
0 034
.755 60
034
.155
-34.
155
ER
R
100.
000
20.0
0040
.479
10.6
6849
.81
1
-29.
81t
20
100.
000
31.0
8812
.969
I 1.
951
32.1
06-1
.018 3l
100.
000
94.0
00t6
.312
16.2
9994
.O13 -13 94
r00.
000
116.
000
14.3
0029
.714
100.
586
15.4
14 ll6
100.
000
I19.
000
12.5
3031
.200
100.
330
18.6
70 ll9
100.
000
124.
000
10.9
8032
.160
toz.
220
2t.7
80 t24
r00.
000
r33.
000
9.63
034
.300
108.
330
24.6
7013
3
2'1.
N-B
UT
AN
OL
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 04.
950 0
4.95
0-4
.950
ER
R
0 04.
956 0
4.95
6-4
.956
ER
R
20.0
007.
000
10.1
201.
050
r6.0
70-9
.070 35
20.0
00t0
.77
t7.
905
1.58
417
.o92
-632
154
20.0
0013
.000
23.8
264.
550
32.2
76-1
9276 65
20.0
0015
.000
19.9
035.
250
29.5
53-1
4.55
3 75
20.0
0017
.000
r6.4
585.
950
27.5
08-1
0.50
8 85
20.0
0019
.000
13.5
796.
650
25.O
29-1
.O29 96
20.0
0020
.000
I1.3
697.
000
24.3
69-4
.369 10
0
{ N
Tab
el I
II-1.
(la
njur
an)
No.
.IEN
IS I
ND
US
TR
I19
95L9
9619
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03
28.
ISO
-BU
TY
L A
LCO
HO
LK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dcm
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 012
.'792
012
.792
-t2.
792
F,R
R
0 015
.018
015
.018
-15.
018
ER
R
12.0
004.
200
6.67
6 010
.876
-6.6
76 35
12.0
007.
856
1.80
66.
2'77
3.38
54.
47 t 65
12.0
008.
400
960
4.43
04.
930
3.47
0 70
12.0
009.
000
500
2.70
06.
800
2.20
0 75
12.0
009.
600
260
3.07
06.
790
2.8r
0 80
r 2.
000
10.2
00 136
3.4'
706.
866
3.33
485
r2.0
0010
.800 'il
3.89
06.
981
3.81
9 90
29.
PH
TH
ALI
CA
NH
YD
RID
E (
PA
)K
apas
itas
Pro
duks
ilm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
30.0
0029
.437 t'l
4.58
824
.866
4.57
| 98
30.0
0040
.705 t4
7.56
033
.059
7.64
613
6
70.0
0054
.500
I 1.
163
19.1
'19
46.4
848.
016 78
70.0
0058
.700
5.90
730
.853
33.'7
5424
.946 84
70.0
0058
.000
7.46
98.
272
5'7.
r97
803 83
70.0
0059
. I 50
6.1
l015
.610
49.5
609.
500 85
70.0
006l
.530
4.99
0t2
.3to
54.2
107.
320 88
70.0
0063
.e80
4.09
0l -
5.36
052
.710
11.2
70 9l
70.0
0067
.190
3.34
018
.8 1
0
sl.7
2015
.470 96
30C
AR
BO
N M
ET
HY
LK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 05.
1330
5.1
33
-5.
l 33
ER
R
0 04.
704 0
4.70
4-4
.704
ER
R
0 05.
t23 0
s.12
3-5
.123
ER
R
0 04.
579 0
4.57
9-4
.579
ER
R
0 03.
507 0
3.50
7-3
.507
ER
R
0 04.
150 0
4.1
50-4
.150
ER
R
0 04.
980 0
4.98
0-4
.980
ER
R
0 06.
220 0
6.22
0-6
.220
ER
R
0 0'7
.'.78
0 07.
780
-7.7
80E
RR
{ UJ
Tab
el I
II-1.
(la
njut
an)
No.
JEN
IS I
ND
US
TR
I19
9519
96t9
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03
3lC
YC
LOH
EX
AN
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (%
)
0 05.
1 33
05.
r33
-5.
133
ER
R
0 089
4 089
4-8
94E
RR
0 090
6 090
6-9
06IlR
R
0 071
8 0'7
48
-748
ER
R
0 030
.666
030
.666
30.6
66tlR
R
0 032
.200 0
32.2
00-3
2.20
0E
RR
0 035
..r20
035
.420
-35.
.t20
ER
R
0 040
.730 0
40.7
30-4
0.'7
30E
RR
0 048
.880
048
.880
--r8
.880
ER
R
32.
ALK
YL
BE
NZ
EN
E (
AB
)
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
erna
ndB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(%)
120.
000
I r9
.250
063
.32'
7
55.9
2363
.327 99
r20.
000
124.
500 50
16.3
4248
.208
46.2
92 104
t20.
000
t36.
-500
014
.545
12.1
.0-5
5
14.5
45 63
120.
000
1.19
.900
0t'7
.19'
7r3
2.r0
317
.191 68
r20.
000
t49.
r00
04.
48'7
t44.
613
4.48
7 (r8
r20.
000
l-s7.
660 0
2.31
0ls
-5.3
502.
3 r0 '72
t20.
000
166.
720 0
1.t9
016
.5.5
30
1.19
0 16
120.
000
t]6.2
900
520
t7 5
.610 62
080
r20.
000
186.
420 0
320
t86.
100
320
85
3-3
FO
RM
IC A
CID
Kap
asita
sP
rodu
ksi
lmpo
rIik
spor
l)crn
and
llal a
ncc
Util
itas
Krp
asita
s (%
)
I I.0
0010
.783
l.2l-5
2.91
|9.
087
t.696 98
r 1.
000
I t.4
291.
5-56
2t03
610
.949
480
104
I 1.
000
7.10
099
489
1
7.20
3-
103
l 1.0
00
7..1
009-
l l
418
'7.9
23
-523 67
I r.
000
6.40
067
41.
47 t
5.60
379
75B
l 1.0
009.
270
893
1.89
0
8.27
399
7 84
I 1.
000
Illt-
301.
150
2.43
09.
950
l. 18
0
l0l
l 1.0
00l t
.3-s
0
t.620
3.12
09.
850
l.-s0
0r0
3
l r.0
00I
t .q
201.
950
4.01
09.
860
2.06
0r0
8
{ J:
Tab
el I
II-1.
(la
nj u
tan\
No.
JEN
IS I
ND
US
TIII
199s
1996
l1)9
719
9819
9920
0020
012$
0220
03
34.
HY
DR
OG
EN
PE
RO
XID
E (
HrO
?)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
29.0
0024
.000
5.84
214
629
.696
-5.6
96 83
29.0
0029
.s00
r 0.
812 0
40.3
12-r
0.81
2t0
2
89.0
0023
.494
26.7
240
50.2
18-2
6.'7
24 26
89.0
0035
.982
5.5'
t2 04l
.5.5
4
-5.5
'72 40
89.0
0066
.'150
6.35
023
.363
49.1
3717
.013 75
89.0
0073
.420
7.23
025
.690
54.9
6018
.460 82
89.0
0080
.770
8.23
028
.270
60.7
3020
.040 9l
89.0
0088
.840
9.3'
703
r.09
067
.120
2t.7
20 t00
89.0
0090
.6 t
010
.670
34.2
0067
.080
23.5
30 102
35.
ME
,I-A
MIN
F,
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
cman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
20.0
0015
.500
19.4
648.
321
26.'7
43-1
1.14
3 78
20.0
0011
.133
25.5
633.
't82
32.9
14-2
1.78
1
-56
70.0
0040
.000
15.0
01
10.4
9 l
44.5
10-4
.510 51
70.0
0050
.000
6.04
821
.788
34.2
60t5
.740 7l
70.0
0015
.600
6.82
819
.537
2.89
I12
.709 22
70.0
0023
.000
7.70
026
.930
3.78
019
.220 JJ
70.0
0033
.910
8.70
037
. I l0
5.50
028
.4t0 48
70.0
0050
.000
9.83
051
.1-s
08.
680
41.3
20 7l
70.0
0073
.720
l l.
100
70.5
r0
14.3
I 0
59.4
10 l0-5
36.
CA
PR
OLA
CT
AM
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ccU
tilita
s K
apas
itas
(%)
0 035
.u3 0
35.1
1 3
-35.
1 t3
ER
R
0 035
.323
035
.323
-35.
323
ER
R
0 026
.280
026
.280
-26.
280
E,R
R
0 038
.s26
038
.526
-38.
526
ER
R
0 033
.584 0
33.5
84-3
3.58
4E
RR
120.
000
24.0
0034
.640
2.40
056
.240
-32.
240 20
r20.
000
48.0
0035
.720
'1.2
00
76.5
30-2
8.53
0 40
120.
000
72.O
OO
36.8
5014
.400
94.4
50-2
2.45
0 60
t20.
000
96.0
0038
.000
24.0
00ll0
.000
- r4
.000 80
{ (,rl
Tab
el I
II-1.
(la
niut
an)
No.
,IEN
IS I
ND
US
TR
I19
9519
9619
97r9
9819
9920
0020
0r20
0220
03
3'7
PE
NT
AE
RY
TH
RY
TO
LK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 04.
026 0
4.02
6-4
.026
ER
R
0 04.
t89 0
4.1
89-4
. 18
9
ER
R
0 05.
542 0
5.54
2-5
.542
ER
R
0 01.
986 0
1.98
6- r.
986
ER
R
0 04.
379 0
4.37
9-4
.319
ER
R
0 04.
590 0
4.59
0-3
5.59
0E
RR
0 04.
830 0
4.83
0-4
.830
ER
R
0 05.
070 0
5.07
0-5
.070
ER
R
0 05.
320 0
5.32
0-5
.320
ER
R
38.
VIN
YL
AC
ET
AT
EM
ON
OM
ER
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 029
.'791
029
.797
-29.
791
ER
R
0 033
.635
03
3.63
5-3
3.63
5E
RR
0 035
.214
035
.214
-35.
2r4
ER
R
0 017
.776
017
.776
-11.
776
ER
R
0 016
.306
016
.306
- 16
.306
ER
R
0 017
.730
017
.730
-t7.
730
ER
R
0 0t9
.270
019
.270
-19.
2'70
ER
R
0 020
.950
020
.950
-20.
950
ER
R
0 022
.770
022
.7't0
-22.
770
ER
R
39.
ET
HY
L A
CE
TA
TE
,K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dcn
rand
Bal
ancc
Util
itas
Kap
asita
s (7
a)
0 0t2
.792
0t2
."79
2-1
2.79
2E
RR
0 0I 3.
566 0
13.5
6613
.566
ER
R
0 0I3
.563
0l 3
.563
- 13
.-56
3
ER
R
0 0
6.8.
54 06.
854
-6.8
54E
RR
0 09.
827 0
9.82
7-9
.827
E,R
R
0 010
.120
0r0
.r20
-10.
r20
ER
R
0 010
.420 0
10.4
20-t
o.42
0E
RR
0 0r 0.
730 0
t 0.
730
- r0
.730
ER
R
0 0I t.0
500
I t.0
50I
1.05
0E
,RR
{ o.\
Tab
el I
II-1.
(la
njut
an)
tlo.
JEN
IS I
ND
US
TR
It9
9st9
9619
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03
t0.
BU
TY
LAC
ET
AT
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (%
)
0 06.
500 0
6.50
0-6
.500
ER
R
0 06.
874 0
6.87
4-6
.874
ER
R
3.86
5-3
.865
ER
R0 03.
865 0
0 01.
770 0
1.77
0-1
.770
ER
R
0 01.
445 0
1.44
5-1
.445
ER
R
0 02.
320 0
2.32
0-2
.320
ER
R
0 03.
720 0
3.72
0-3
.720
ER
R
0 05.
980 0
5.98
0-5
.980
ER
R
0 09.
6r0 0
9.61
0-9
.610
ER
R
ET
HY
LEN
E V
INY
LA
CE
TA
TE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 047
.800
047
.800
-47.
800
ER
R
0 048
.459 0
48.4
59-4
8.45
9E
RR
0 049
.667
049
.667
-49.
667
ER
R
0 037
.564
037
.564
-37.
564
ER
R
0 03s
.432
035
.432
-35.
432
ER
R
0 036
.120 0
36.1
20-3
6.12
0E
RR
0 036
.810 0
36.8
r0
-36.
810
ER
R
0 037
.530
037
.530
-37.
530
ER
R
0 038
.250
038
.250
-38.
250
ER
R
t2.
MA
LEIC
AN
HY
DR
IDE
(MA
)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
2.00
083
53.
870 0
4.70
5-3
.870 42
2.00
097
56.
729 0
7.70
4-6
729 49
2.00
082
05.
060 0
5.88
0-5
.060 4t
14.0
006.
800
1.26
610
47.
962
-1.1
62 49
14.0
008.
400
1.44
878
69.
062
-662 60
14.0
009.
100
1.66
0l.1
409.
620
-520 65
14.0
009.
800
1.89
0r.
4Nt0
.220
-420 75
r4.0
0010
.500
2.16
01.
840
10.8
20-3
20 75
14.0
00l1
.200
2.47
02.
240
I1.4
30-2
30 80
\t {
Tab
el I
II-1.
(la
njut
an)
No.
JEN
IS I
ND
US
TR
I19
95L9
96t9
9719
98L9
9920
0020
0120
0220
03
43.
ME
TH
YLE
TH
YL
KE
TO
NE
(M
EK
)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 014
.960
014
.960
-14.
960
ER
R
0 017
.529 0
t'7.5
29-1
7.52
9E
RR
0 016
.182 0
16.1
82-1
6.18
2E
RR
0 ,l
10.7
800
10.7
80- 10
.780
ER
R
0 013
.302 0
1330
2-1
3.30
2E
RR
0 01s
.080
015
.080
-15.
080
ER
R
0 016
.590
016
.590
- 16
.590
ER
R
0 0r9
.080
019
.080
-19.
080
ER
R
0 021
.940
021
.940
-21.
940
ER
R
44.
PH
EN
OL
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 027
.028
027
.028
-27.
028
ER
R
0 028
.',l9
1 028
.791
-28.
791
ER
R
0 034
.625
034
.625
-34.
625
ER
R
0 033
.635
033
.63s
-33.
635
ER
R
0 076
.965
036
.965
-36.
965
ER
R
0 040
.620 0
40.6
20-4
0.62
0E
RR
0 044
.640 0
44.6
40-4
4.64
0E
RR
0 049
.060
049
.060
-49.
060
E,R
R
0 053
.920 0
53.9
20-5
3.92
0E
RR
45.
ST
YR
EN
E M
ON
OM
ER
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
100.
000
90.0
00t3
.255
4.00
099
.255
-9.2
55 90
r00.
000
100.
000
20.0
890
120.
089
-20.
089
100
1c0.
000
104.
000
30.1
25 013
4.12
5-3
0.12
510
4
100.
000
83.0
0019
.328
9.96
192
.367
-9.3
67 83
220.
000
102.
000
32.4
137.
000
127.
413
-25.
413 46
220.
OO
O
212.
000
51.1
102.
000
261.
llO-4
9. l
l0 96
220.
A00
215.
000
75.4
900
290.
490
-75.
490
98
220.
O00
215.
000
83.0
400
298.
040
-83.
040 98
220.
000
215.
000
87.1
900
320.
I 9
0-8
7.19
0 98
-1 oo
Tab
el I
II-1.
(la
njut
an)
No.
JEN
IS IN
DU
ST
RJ
t99s
L996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
46.
VIN
YLC
HLO
RID
EM
ON
OM
ER
(V
CM
)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
260.
000
149.
000
108.
313 0
257.
313
-108
.313 57
260.
000
170.
000
162.
523 0
332.
523
-162
.523 65
400.
000
206.
000
138.
835
1.51
534
3.32
0-1
37.3
20 52
500.
000
2s0.
000
23.6
5911
3.95
415
9.70
s90
.295 50
500.
000
390.
000
316.
547
37.
I 58
384.
489
5.51
I '78
500.
000
420
30.0
0042
0.00
030
.000
390.
000 84
500.
000
450.
000
60.0
0048
0.00
060
.000
420.
000
90
s00.
000
480.
000
60.0
0048
0.00
060
.000
420.
000 95
500.
000
480.
000
50.0
0048
0.00
060
.000
420.
000 96
47.
EP
OX
Y R
ES
INK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 06.
208 0
6.20
8-6
.208
ER
R
0 05.
028 0
5.02
8-5
.028
ER
R
0 07.
255 0
7.25
5-7
.25s
ER
R
0 03.
0t4 0
3.0t
4-3
.014
ER
R
0 03.
466 0
3.46
6-3
.466
ER
R
0 03.
980 0
3.98
0-3
.980
ER
R
50.0
0022
.500
4.58
06.
380
20.7
001.
800 45
50.0
0027
.500
5.27
07.
020
25.7
s01.
750 55
50.0
0042
.500
6.06
07.
720
40.8
401.
660 85
48.
CY
CLO
HE
XA
NO
NE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 02.
211 0
2.21
1-2
.211
ER
R
0 02.
548 0
2.54
8-2
.548
ER
R
0 02.
593 0
2.59
3-2
.593
ER
R
.0 098
5 098
5-9
85E
RR
0 093
6 093
6-9
36E
RR
0 01.
010 0
1.01
0-1
.010
ER
R
0 01.
100 0
l.100
-1.1
00E
RR
0 01
l90 0
l.r90
-1.1
90E
RR
0 01.
290 0
1.29
0-1
.290
ER
R
{ \o
Tab
el I
II-1.
(la
njut
an)
No.
JEN
IS I
ND
US
TR
Ir9
9519
96t9
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03
49.
AD
IPIC
AC
IDK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 072
7 072
7-7
27E
RR
0 02.
548 0
2.54
8-2
.548
ER
R
0 02.
900 0
2.90
0-2
.9N
ER
R
0 02.
270 0
2.27
0-2
.270
ER
R
0 02.
415 0
2.41
5-2
.4r5
ER
R
0 03.
260 0
3.26
0-3
.260
ER
R
0 04.
400 0
4.40
0-4
.400
ER
R
0 05.
950 0
5.95
0-5
.950
ER
R
0 08.
030 0
8.03
0-8
.030
ER
R
50.
AB
SU
LFO
NA
TE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
180.
362
155.
399 0
1.00
015
4.39
91.
000 86
192.
500
162.
601 0 20
162.
581 20 84
192.
500
r 77
.808
031
017
7.49
831
092
r92.
500
t41.
357
357 32
t41.
682
-325 IJ
192.
500
96.3
200
38.5
2857
.792
38.5
28 50
192.
500
102.
960 0
36.0
4066
.920
36.0
40 53
192.
500
128.
700 0
35.5
2093
.180
35.5
20 67
t92.
500
160.
880 0
35.0
0012
5.88
035
.000 84
t92.
500
201.
100 0
34.4
9016
6.61
034
.490 10
4
51.
SLS
/SLE
LS &
DE
RIV
AT
NY
AK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ancc
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
8.16
26.
938 78
5.24
01.
775
5.16
2 85
8.L6
27.
019
103
4.43
42.
688
4.33
t86
8.16
27.
101
1.78
82.
696
6.19
390
8 87
8.16
27.
183
3.02
820
310
.008
-2.8
25 88
8.t6
27.
266
4.t9
220
5tt.
253
-3.9
87 89
8.16
27.
350
5.80
020
812
.942
-5.5
92 90
8.16
27.
440
8.03
021
015
.260
-7.8
20 9l
8.16
27.
520
tt.t2
0 2218
.420
-10.
900 92
8.16
27.
6tO
15.3
90 230
22.7
70-1
5.16
0 93
_lI
@ o
Tab
el II
I-1.
(la
nj u
tan)
No.
JEN
IS I
ND
US
TR
I19
95L9
9619
9719
98L9
9920
0020
0120
0220
03
52.
NIT
RO
CE
LLU
LOS
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
60.0
003
1.80
04.
865
3"7
36.6
28-4
.828 53
60.0
0034
.800
4.03
8 5538
.783
-3.9
83 58
60.0
0036
.600
4.39
3 7340
.920
-4.3
20 6t
60.0
0034
.200
3.26
2 4737
.415
-4.3
20 6l
60.0
0029
.936
2.82
9 3032
.735
-2.7
99 50
60.0
0032
.t10
2.70
040
34.5
40-2
.340 54
60.0
0034
.460
2.t6
0 5036
.570
-2.tt
0 57
60.0
0036
.960
1.89
0 6038
.790
- 1.
830 62
60.0
0039
.6@
1.66
0 7041
.250
-1.5
90 66
53.
AD
HE
SIV
E R
ES
INK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
1.78
0.00
01.
048.
084
4'18 0
1.04
8.56
2-4
78 59
l.?80
.000
1.34
2.97
'.1
1.04
3 013
44.A
20-1
.043 72
1.78
0.00
01.
423.
442
1.23
',7
229
1.42
4.45
0- 1.
008 80
780.
000
325.
359
1.03
666
332
5.73
2-3
73 74
I I1.
780.
000
1.25
9.09
t54
590
21.
258.
',l34 35
7 71
1.78
0.00
01.
227.
610
560
992
1.22
7.17
843
269
1.78
0.00
01.
2s2.
160
570
1.09
01.
25t.6
40 520
70
780.
000
314.
770
590
1.20
03
14.1
60 610 74
I I I
1.78
0.00
01.
406.
800
610
t.320
1.40
6.09
071
079
54.
HE
XA
MIN
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (%
)
3.00
01.
050
4.48
844
45.
094
-4.0
M 3s
3.00
01.
650
4.35
01.
708
4.29
2-2
.642 55
3.00
02.
250
3.90
11.
631
4.62
0-2
.370 75
11.0
007.
1 50
5.08
15.
057
7.17
4-2
4 65
r 1.
000
7.70
05.
295
6.32
06.
675
1.02
5 70
11.0
008.
250
5.52
07.
890
5.88
02.
310
75
11.0
008.
800
5.75
09.
870
4.68
04.
120
80
r 1.
000
9.35
05.
990
12.3
303.
010
6.34
0 85
l r.0
009.
900
6.25
015
.410 74
09.
160 90
6
Tab
el I
II-1.
(la
nj u
tan)
Yo.
.IEN
IS I
ND
US
TR
I19
9519
9619
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03t5
.F
UM
AR
IC A
CID
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(%)
0 0 0 0 0 0E
RR
0 0 0 0 0 0E
RR
0 0 0 0 0 0E
RR
2.00
090
0 020
070
020
045
2.00
01.
000 0
300
700
300
50
2.00
0r.
500 0
400
l.100 40
070
2.00
01.
600 0
500
1.10
050
080
2.00
01.
700 0
600
1.10
060
085
2.00
01.
800 0
700
1.10
070
090
IU t6.
PE
TR
OK
IMIA
TIIL
IR
ALK
YD
RE
SIN
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
67.5
5013
.876
587
773
13.6
90 186 2t
67.5
5018
.570 53
81.
475
17.6
3393
7 27
67.5
5024
.852 418
4.87
320
.397
4.45
5 3t
67.5
5033
.2s9
311
9.21
524
.355
8.90
449
67.5
5044
.510 54
8.28
036
.284
8.22
6 66
67.5
5059
.560 50
rs.7
9043
.820
t5.7
40 88
67.5
506l
.350 40
30.1
0031
.290
30.0
60 9t
67.5
5064
.420 30
31.0
1033
.440
30.9
80 95
67.5
5068
.290 20
32.5
6035
.750
32.5
40 l0l
17.
SIN
TE
TIK
RE
SIN
DIS
PE
RS
ION
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
67.8
0040
.995
32.7
5530
.117
43.6
33-2
.638 60
67.8
0045
.055
12.7
1329
.179
28.5
8916
.466 56
67.8
0049
.517
10.8
0629
.173
3 l.
150
18.3
67 t)
67.8
0054
.421
5.64
443
.240
16.8
2537
.596 80
r73.
860
59.8
1I6.
209
32.2
5733
.763
26.0
48 34
173.
860
65.7
306.
705
32.9
0039
.s35
26.1
95 38
173.
860
72.2
407.
110
34.2
2045
.1 3
027
.110 42
173.
860
79.4
007.
390
36.2
7050
.520
28.8
80 46
173.
860
87.2
607.
540
39.1
70s5
.630
31.6
30 50
oo NJ
Tab
el I
II-1.
(la
njut
an)
No.
JEN
IS I
ND
US
TR
I19
95t9
9619
9719
9819
9920
0020
0t20
0220
03
58.
ME
TH
YLT
ER
TIA
RY
BU
TY
L E
TH
ER
(M
TB
E)
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 020
8 020
8-2
08E
RR
0 0 9't 0 97 -97
ER
R
0 022
6 022
6-2
26E
RR
0 01.
438 0
1.43
8-1
.438
ER
R
0 02.
'.142 0
2.74
2-2
.742
ER
R
0 05.
220 0
5.22
0-5
.220
ER
R
9.97
0 09.
9',1
0-9
.970
ER
R0 00 0
19.0
00 019
.000
-19.
000
ER
R
36.2
30-3
6.23
0E
RR0 0
36.2
300
59.
ET
YLE
NE
GLY
CO
LK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
80.0
0075
.910
226.
014
t'7.8
4128
4.08
3-2
08.1
'.73 95
80.0
0099
.000
252.
301
2.52
234
8.77
9-2
49.7
79 124
220.
000
95.5
0028
3.53
17.
000
372.
031
-276
.779 43
220.
000
205.
000
329.
458
11.0
1552
3.44
3-3
18.4
40 93
220.
000
204.
000
350.
508
7.20
354
7.30
5-3
43.3
05 93
220.
000
210.
190
279.
390
8.03
848
1.54
2-2
7t.3
52 96
220.
000
216.
570
279.
390
8.97
048
6.99
027
0.42
0 98
220.
OO
O22
3.15
027
9.39
010
.010
492.
530
-269
.380 10
1
220.
000
229.
930
279.
390
I 1.
170
498.
150
-268
.220 10
5
60.
PU
RIF
IED
TE
RE
PT
HA
LIC
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(%)
82-5
.000
444.
538
253.
461
41.6
1665
6.38
3-z
rt.8
45 54
1.20
0.00
051
5.01
731
1.39
246
.240
780.
169
-265
.152 43
r.70
0.00
091
0.75
324
9.34
612
4.85
31.
035.
246
-124
.493 54
r.80
0.00
01.
012.
045
183.
006
287.
080
907.
971
104.
074 56
r.80
0.00
01.
080.
000
60.9
5825
1.93
788
9.02
119
0.97
950
1.80
0.00
01.
r88
.000
s9.1
9027
7.13
098
0.06
020
7.94
0 66
1.80
0.00
0l.3
06.0
0078
.530
304.
840
1.08
0.49
022
5.31
0 73
r.80
0.00
01.
512.
820
89.
I 30
335.
330
1.25
6.62
024
6.20
0 83
r.80
0.00
01.
653.
r00
101.
160
368.
860
1.38
5.40
026
7.70
0 92
oo U)
Tab
el ll
l-1.
(lanj
uran
)
No.
JEN
IS I
ND
US
TR
Il9
9s19
9619
97r9
9819
9920
0020
0120
0220
03
6t.
AB
ST
YR
EN
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (%
)
15.0
004.
500
16.1
390
20.6
39-1
6.13
9 30
15.0
007.
500
r 9.
505
3.r4
823
.857
-16.
3s7 50
15.0
0012
.500
r 6.
300
2.12
826
.672
-14.
t72
83
15.0
0012
.750
10.4
813.
628
19.6
03-6
.8s3 85
15.0
00l 3
.133
6.80
67.
665
12.2
7185
9 88
1s.0
0013
.660
4.42
08.
230
9.85
03.
810 9l
15.0
0014
.340
2.87
08.
830
8.38
05.
960 96
r5.0
0015
.060
1.86
09.
480
7.44
07.
520
r00
15.0
00r5
.960
1.21
010
. l 8
06.
990
8.97
0r0
6
62.
PR
OP
YLE
NE
O
XrD
E (
PO
)
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
0 07.
745 0
7.74
5-7
.745
ER
R
0 06.
774 0
6.77
4-6
.774
ER
R
20.0
007.
000
5.82
299
8tt.
824
-4.8
24 35
20.0
00r3
.000
2.93
13.
605
12.3
26 674 65
20.0
0016
.000
3.57
73.
296
16.2
8t-2
81 80
20.0
0016
.800
2.95
05.
990
13.7
603.
040 84
20.0
0017
.810
2.43
010
.890
9.35
03.
040 84
20.0
0019
.230
2.O
t019
.790
r.45
017
.780 96
20.0
0020
.580
1.65
035
.960
t3.7
3034
.3 r
010
3
63.
DIO
CT
YL
PH
ITH
ALA
TE
(D
OP
)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
67.2
0057
.120
2.98
17.
750
52.3
514.
769 85
67.2
0058
.480
5.59
01.
92',7
62.1
43-3
.563 87
97.2
0055
.500
1.29
63.
297
53.4
992.
001 57
97.2
0074
.600
1.25
527
.881
47.9
7426
.626 77
9'1.
200
50.4
00 941
20.1
503 r.
l8l
19.2
19 52
97.2
0058
.320 7t0
23.3
3035
.700
22.6
20 50
97.2
0053
. I 80 530
25.2
7038
.440
24.7
40 65
9'1.
2W58
.040 39
027
.220
41.2
t025
.830 70
97.2
0072
.900 290
29.t6
044
.030
28.8
70 75
6 A
Tab
el I
II-1.
(la
niut
an)
No.
.IEN
IS I
ND
US
TR
I19
95t9
9619
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03
64.
BIS
PH
EN
OL.
AK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 038
038 -38
ER
R
0 037
8 037
8-3
78E
RR
0 020
1 020
1-2
01E
RR
0 031
8 031
8-3
18E
RR
0 064
5 064
5-6
45E
RR
0 01.
310 0
1.3
l0-1
.3l0
ER
R
0 02.
s50 0
2.55
0-2
.550
ER
R
0 05.
380 0
5.38
0-5
.380
ER
R
0 010
.910
010
.910
-10
910
ER
R
65T
OI-
UE
NE
DIS
CY
AN
AT
E
(TD
I)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 021
.665
02t
.665
-2t.6
65E
RR
0 02t
.197
021
.197
-21.
197
ER
R
0 028
.238 0
28.2
38-2
8.23
8E
,RR
0 012
.698 0
12.6
9812
.698
ER
R
0 015
.169
0I
-5. 16
9
l-5.I6
9E
RR
0 017
.320 0
17.3
20t'7
.320
ER
R
0 019
.770
0t9
.770
-19.
770
EI{
R
0 022
.570
022
.570
-22.
570
ER
R
0 025
.770
02s
.770
-25.
'770
ER
R
66.
ST
YR
EN
E B
UT
AD
IEN
ELA
TE
X (
SB
L)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
15.0
0014
.275
22.1
10 9236
.293
-22.
0t8
95
45.0
0032
.176
12.5
2't
1.03
843
.665
- r
1.48
972
4s.0
0041
.500
9.28
22.
2t8
48.6
54-7
.154 92
93.0
0028
.428
1t.4
284.
578
35.2
78-6
.850 3l
93.0
0025
.690
7.3s
't8.
497
24.5
501.
140 28
93.0
0029
.160
5.59
017
.8t4
t'7.5
3612
.224 32
93.0
0034
.460
4.24
037
.35
r
1.34
933
.lll
37
93.0
0039
.920
3.22
041
.086
2.05
43"
7.86
643
93.0
0046
.230
2.45
045
.195
3.48
542
.745 50
Oo
L..I
Tab
el I
II-1.
(la
njut
an)
No.
.IEN
IS I
ND
US
TR
I19
95t9
9619
9719
9819
9920
0020
0120
112
2003
67.
ST
YR
EN
E A
(]R
YL-
ON
ITR
ILE
LA
TE
X (
SA
L)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
s.00
02.
039
878 0
2.91
7-8
78 4t
5.00
04.
597
729 0
5.32
6-7
29 92
5.00
04.
642
499 0
-5. l4
l-4
99 93
5.00
03.
528
320 0
3.8,
18
-320 "il
-s.0
003.
670
229
918
2.98
t68
9 73
-5.0
004.
250
r60
I .1
503.
260
990 85
-5.0
004.
920
t20
1.43
03.
610
t.3 r
0 98
s.00
05.
700 80
1.77
04.
010
1.69
0 l4
.5.0
00
6.60
0 602.
1 80
4.48
02.
t20
t32
68.
ST
YR
EN
E I
]TJT
AD
IEN
ER
UB
BE
R (
SI]R
)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ancc
Util
itas
Kap
asita
s (%
)
0 053
.666 0
53.6
66-5
3.66
6E
RR
0 055
.551
05-
5.55
1
-55.
551
ER
R
0 057
.372
057
.372
-57.
372
ER
R
60.0
0020
.s00
36.4
99 715
s6.2
84-3
5.78
4 31
60.0
0021
.000
38.1
242.
s69
.59.
645
-35.
6,15 40
60.0
0026
.400
40.0
102.
690
63.7
20-3
7.32
0 44
(r0.
000
30.0
0041
.890
2.96
068
.930
-38.
930 50
(r0.
000
,15.
000
.ll E
60
3 70
085
. t(
)()
-40
1(r0 75
60.0
00(r
0.00
0
45.9
205.
180
100.
740
-,1(
).14
0t0
069
.P
AR
A A
MIN
OP
HE
,NO
L(P
AP
)
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
cman
dB
alan
ccU
tilita
s K
apas
itas
(%,)
0 020
8 020
8-2
08E
RR
2.00
0
-560 97 64
593
.JJ 28
2.00
060
022
6 082
6-2
26 30
2.00
080
01.
,13E
02.
238
- 1.
438 40
2.00
0I.0
00)
14) 0
3.74
2-2
.742 50
2.00
0l.
t90
5.23
0 06.
420
.5.2
30 50
2.00
01.
430
9.97
0 0I
1.40
0-9
.970 72
2.00
01.
170
19.0
1 0 0
20.1
20-
19.8
l8 71
2.00
02.
040
36.2
400
38.2
80-3
6.24
0t0
2
dJ O1
Tab
el II
I-1.
(la
njut
anl
No.
JEN
IS I
ND
US
TR
I19
9519
9679
97l9
9nl()
()()
2000
20t)
l2$
022(
m3
70N
YLO
N F
ILA
ME
NT
YA
RN
(N
FY
)K
apas
itas
Pro
duks
iln
rpor
Eks
por
Der
nand
Bal
ancc
Util
itas
Kap
asita
s (%
)
22.0
0021
."1t
27.
t70
10.7
85r8
.097
3.61
5 99
22.0
0019
.900
9.07
08.
378
20.5
92-6
92 90
22.0
0017
.600
3.8
72t't
.157
4.3
I_5
13.2
85 80
22.0
0017
.380
6. l0
-5I
1.,1
06
12.0
795.
30 r 79
22.0
0020
.020
5.78
7t 1.
62t
l-t.
r 60
5.83
4 9l
,12.
000
37.8
00-5
.480
I 1.
840
3 t.4
406.
360 90
42.0
0037
.800
-5.2
0t)
12.0
6030
.940
6.86
0 90
42.0
0037
.800
4.93
012
.290
30.4
507.
360 90
42.0
0037
.800
4.67
{tt2
.520
29.9
507.
850
100
1tN
YLO
N T
IRE
CO
RD
(NT
C)
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7c)
33.0
0028
.050
6.3,
16
10.7
8-5
23.6
114.
430
85
33.0
0038
. r 90
7.46
68.
378
31.2
68 912
il6
33.0
00.1
0.02
0
9.02
5r 8.
l-57
30.8
889.
132
l2l
33.0
0032
.200
6.19
18.
-190
29.9
042.
296
98
33.0
0030
.400 83
8r4
.020
t] .2
lE1 3.
1 82 92
33.0
0031
.020 51
0r7
.970
16.5
6014
.460 94
33.0
0031
.650 3r0
l-5.9
8015
.980
15.6
70 96
33.0
0032
.290 13
0
17.5
0;l
15.4
0016
.890 98
33.0
0032
.9-5
0
il0r8
.230
r 4.
830
18.1
20 100
'72
PO
LYE
,TH
YLE
NE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
lmpo
rE
kspo
rD
erna
ndB
alan
ccU
ti I ita
s K
apas
itas
(o/o
)
550.
000
298.
000
200.
000
6.1.
000
434.
000
- r 36
.000 54
5s0.
000
49-5
.000
183.
7 64
61.0
006t
7.76
4-1
22.7
64 90
s50.
000
474.
000
t86.
220
I06.
000
554.
220
-80.
220 86
550.
000
39 r
.000
l4 I
.984
172.
000
360.
984
30.0
r 6
'71
550.
000
.185
.000
1,16
.000
t89.
000
442.
000
43.0
00 6-s
550.
000
548.
000
I 81
.000
208.
000
501
.000
4-5.
000
'73
5s0.
000
509.
000
170.
000
219.
000
-560
.000
49.0
00 8l
550.
000
(r79
.000
r80.
000
230.
000
529.
000
50.0
00 9l
550.
000
742.
000
180.
000
239.
000
683.
000
.59.
000 99
oo -l
Tab
el I
II-1.
(la
nj u
tan)
No.
JEN
IS I
N'D
US
TR
I19
95L9
9619
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03
73P
OLY
PR
OP
YLE
NE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
eman
dB
alan
ceU
tilita
s K
apas
itas
(7o)
520.
000
295.
000
208.
000
9.00
049
4.00
019
9.00
0 5'7
570.
000
506.
000
182.
000
r27.
000
561
.000
-55.
000 89
600.
000
510.
000
r78.
000
108.
000
580.
000
-70.
000 85
600.
000
371.
000
162.
000
127.
000
406.
000
-3s.
000 62
600.
000
400.
000
96.0
0046
.000
450.
000
-.50
.000 6'
7
600.
000
496.
000
66.0
0066
.000
496.
000 0
83
600.
000
535.
000
50.0
00-5
0.00
054
5.00
0-
r 0.
000 89
600.
000
575.
000
74.0
0050
.000
599.
000
-24.
000 96
600.
000
575.
000
134.
000
50.0
0065
9.00
0-8
4.00
0 96
74.
PV
C R
ES
INK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
357.
000
357.
000
2.00
053
.000
306.
000
5 1.
000
100
357.
000
357.
000
3.00
057
.000
303.
000
54.0
00 100
422.
000
422.
OO
O
5.00
049
.000
378.
000
44.0
00 r00
453.
000
313.
000
2.00
019
3.00
012
2.00
0r9
r.00
0 69
608.
000
412.
000
2.00
023
0.00
018
4.00
022
8.00
0 68
608.
000
420.
000
5.00
016
8.00
025
7.O
OO
163.
000 69
608.
000
500.
000
8.00
020
0.00
030
8.00
019
2.00
0 82
608.
000
530.
000
10.0
002t
2.00
032
8.00
020
2.00
0 87
608.
000
-530
.000
r0.0
002
12.0
0032
8.00
020
2.00
0 87
15.
PO
LYS
TY
RE
NE
Kap
asita
sP
rodu
ksi
Impo
rE
kspo
rD
cman
dB
alan
ccU
tilita
s K
apas
itas
(%)
80.0
0080
.000
8.00
0l r
.000
'77.
000
3.00
010
0
85.0
0080
.000
40.4
8710
.656
109.
83 r
-29.
83 r 94
85.0
0085
.000
39.3
236.
542
tl7.7
8t-3
2.78
110
0
89.0
0070
.000
22.4
7820
.336
72.1
42-2
.t42 79
104.
000
76.0
004.
788
23.9
6'7
56.8
2119
.179 73
r04.
000
90.0
00r4
.000
8.00
086
.000
4.00
0 87
104.
000
104.
000
r2.0
0010
.000
r 06
.000
-2.0
00 100
130.
000
I 17
.000
r2.0
00r0
.000
l19.
000
-2.0
00 90
r30.
000
128.
000
8.00
05.
000
r31.
000
-3.0
00 98
oo oo
Tab
el I
II-1.
(la
njut
an)
No.
.IEN
IS I
ND
US
TR
J19
95t9
9619
9719
98t9
9920
0020
0r20
0220
03
76.
PO
LYE
TH
YLE
NE
TE
RE
PT
HA
LAT
EK
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
a)
103.
300
77.8
741
3.1
5023
.398
67.9
289.
948
76
166.
000
tt4.tt
616
.920
57.0
5873
.978
40.
I 38 59
166.
000
t27.
8rO
16.2
7976
.686
67.4
0360
.407 77
166.
000
97.8
41r
r.53
378
.273
31.1
0166
.740 59
166.
000
105.
576
38.4
9190
.0r4
54.0
5351
.523 64
166.
000
t2t.4
t037
.660
103.
516
55.s
5465
.856 73
166.
000
139.
620
36.8
4011
9.04
357
.417
82.2
03 84
166.
000
160.
570
35.2
7013
6.90
058
.940
101,
630 97
166.
000
t74.
650
33.7
6015
7.43
550
.975
t23.
675
105
77.
PO
LYV
YN
ILA
CE
TA
TE
(P
V/A
c)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 01.
433 0
1.43
3-1
.433
ER
R
0 025
2 025
2-2
52E
RR
0 093
1 093
1-9
31E
RR
0 01.
427 0
t.427
-1.4
27E
RR
0 01.
095 0
1.09
5- 1.
095
ER
R
0 01.
790 0
1.79
0-t
.790
ER
R
0 02.
922 0
1 oa
a
-2.9
22E
RR
0 04.
770 0
4.77
0-4
.770
ER
R
0 07.
790 0
7.79
0-7
.790
ER
R
78.
PO
LYV
YN
ILA
LCO
HO
L(P
VA
)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 07.
753 0
7.75
3-7
.753
ER
R
0 02.
347 0
2.34
7-2
.347
ER
R
0 03.
t69 0
3.16
9-3
.169
ER
R
0 04.
278 0
4.27
8-4
.278
ER
R
0 05.
775 0
5.77
5-5
.775
ER
R
0 07.
790 0
7.79
0-7
.790
ER
R
0 010
.520
010
.520
-10.
520
ER
R
0 014
.210 0
14.2
10-1
4.21
0E
RR
0 019
.180
019
.180
.19.
r80
ER
R
oo \o
Tab
el I
II-1.
(la
njut
an)
Cat
atan
Hitu
ngan
:S
upla
i =
Pro
duks
i+Im
por
Dem
and
= (
Pro
duks
i+Im
por)
-Eks
por
Util
isas
iKap
asita
s =
Pro
duks
i/Kap
asita
sxl0
07o
Bal
ance
=
Eks
por-
Impo
r
Sum
ber
Dat
a: A
B P
last
ik,
Dep
perin
dag,
Eks
por
& Im
por
dari
BP
S
No.
JEM
S I
ND
US
TR
I19
95t9
9619
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03
79.
PO
LYC
AR
BO
NA
TE
(PC
)K
apas
itas
Pro
duks
iIm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
0 07.
183 0
7.1
83-7
.183
ER
R
0 06.
817 0
6.81
7-6
.817
ER
R
0 08.
334 0
8.33
4-8
.334
ER
R
0 04.
942 0
4.94
2-4
.942
ER
R
0 04.
885 0
4.88
5-4
.885
ER
R
0 05.
261 0
5.26
1-5
.261
ER
R
0 05.
s67 0
5.56
',7
-5.5
67E
RR
0 06.
104 0
6.10
4-6
.t04
ER
R
0 06.
574 0
6.57
4-6
.574
ER
R
80.
PO
LYU
RE
TH
AN
EK
apas
itas
Pro
duks
ilm
por
Eks
por
Dem
and
Bal
ance
Util
itas
Kap
asita
s (7
o)
17.0
00l1
.900
4.12
0 716
.013
-4.1
13 70
17.0
0012
.750
4.90
0 4317
.607
-4.8
57 75
r7.0
0013
.600
5.00
9 39r8
.570
-4.9
70 80
r7.0
00r2
.810
5.30
0 5l17
.829
-5.2
49 74
17.0
0012
.810
5.60
7 8718
.330
-5.5
20 75
17.0
0013
.350
5.93
015
018
.820
-5.7
70 77
17.0
0013
.300
6.22
030
019
.290
-5.9
70 78
17.0
0013
.550
6.64
057
0t9
.620
-6.0
70 80
17.0
0013
.880
7.O
201.
060
19.7
60-5
.960 8l
\o
Tab
el II
I-2.
Rea
lisas
i K
ebut
uhan
Ind
ustr
i Pet
roki
mia
Tah
un 1
995-
1999
dan
Pro
yeks
i T
ahun
200
0-20
03 D
unia
dan
Indo
nesi
a. (
unit:
tor
/tahu
n)
\o
JEN
IS I
ND
US
TR
I19
9519
9619
9719
9819
9920
0020
0120
0220
03
ET
HY
LEN
E-
Dun
ia-
Indo
nesi
a73
.040 66
580
.345 7ll
88.3
78'7
6597
.216 70
297
.r00 69
599
.870 68
010
9.85
768
012
0.84
211
412
6.88
475
0
PR
OP
YLE
NE
- D
unia
- In
done
sia
73.2
90 370
41.0
19 405
44.3
0043
7
48..7
30 415
52.1
4239
8s9
.870 39
065
.857 39
072
..443 40
976
.064 42
9
BE
NZ
EN
E-
Dun
ia-
Indo
nesi
a29
.777 85
32.7
54 9336
.030 t02
39.2
73 9243
.200 88
47.3
80 8052
.1 1
8 8057
.329 84
60.1
96 88
TO
LUE
NE
- D
unia
- In
done
sia
r5.4
90 2517
.039 27
t8.7
43 2720
.242 20
22.2
66 202s
.600 l8
28.1
60 l830
.976 t9
32.5
24 20
P-X
YLE
NE
- D
unia
- In
done
sia
8.95
517
010
.996 r87
I 1.
095
187
12.2
05 180
13.3
25 180
15.6
90 170
Yt.2
59 170
18.9
84 178
t9.9
34 187
CH
ELO
HE
XA
NE
- D
unia
- In
done
sia
32.0
32 180
35.2
35 185
38.7
58 185
41.8
60 170
45.5
43 165
50.4
03 160
55.4
43 160
60.9
87 168
@.0
37 176
Tab
el I
II-2.
(la
nj u
tan)
JEN
IS II
\IDU
ST
RI
1995
1996
L997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
PO
L"E
TH
LEN
E-
Dun
ia-
Indo
nesi
a35
.090 28
038
.5,1
429
041
.686 30
045
.438
275
49.9
8227
554
.560 26
060
.016 26
066
.017
273
69.3
18 286
ET
HY
LEN
EG
LYC
OL
- D
unia
- In
done
sia
8.41
016
09.
317
160
10.0
6216
511
.068 15
0l1
.960 15
012
.605 14
013
.865 14
015
.250 14
716
.014 15
4
PO
LYP
RO
PY
LEN
E-
Dun
ia-
Indo
nesi
al1
.990 20
013
. I 89 zto
14.3
76 210
15.8
13 190
17.0
78 r85
19.6
00 170
2t.5
60 r70
23.7
16 178
24.9
0t18
7
Sum
ber:
Ditj
en I
KA
HH
Dep
erin
dag/
Dit.
IK
M I
ndus
tri K
imia
Das
ar.
\o N)
No.
CO
MO
DIT
Y19
9519
9619
9719
9819
99
II'I
BE
RS
1.I.
NA
TU
RA
L F
IBE
RS
a. C
otto
nb.
silk
c. W
ool
J. O
ther
s
6t4.
453.
446
411.
593.
070
459.
527.
505
-58.
681
2.62
t.294
9.38
5.59
0
636.
744.
0L6
s00.
849.
636
492.
'182
.552
98.6
513.
477.
'757
4.49
0.67
6
606.
674.
511
480.
441.
6s9
468.
163.
328
9.1'
t03.
922.
404
8.05
2.75
7
620.
213.
892
463.
580.
281
454.
4'16
.524
65.4
452.
758.
1"15
6.28
0.13
'7
615.
928.
001
465.
389.
419
456.
733.
400
434.
352
1.52
2.29
56.
699.
3't2
I.2.
SY
NT
HE
TIC
FIB
ER
Sa.
Pol
yest
erb.
Nyl
onc.
Acr
ylic
d. R
ayon
e. O
ther
s
r4:8
60.3
7641
.026
.469
396.
574
87.8
05.8
3612
.309
.258
4.32
2.23
9
r 35
.894
.380
21.
I I 8.
901
429.
258
92.3
21.6
1216
.782
.040
5.24
2.56
9
126.
526.
852
28.3
31.7
076l
1.5
07
82.0
4t.4
721t
.332
.368
4.20
3.78
0
r56.
663.
611
34.3
't3.3
s834
5.67
610
3. 1
60.3
6 l
216.
731.
2t5
2.0s
3.00
r
150.
538.
s92
48.9
98.1
8030
8.54
785
.176
.072
12.3
73.1
973.
682.
s96
2.Y
AR
NS
2 I
Spu
n Y
arn
2.2.
Ray
on2.
3. P
olye
ster
2.4.
Nyl
on2
5. A
cryl
ic2.
6. O
thhe
rs
77.6
94.8
5310
.572
.227
27.9
9r.il
s26
323
.421
12.0
11.1
63 919
886.
008
65.9
47.8
718.
714.
989
22.5
09.t9
41 8.
55 l
.41
5
15.0
48.3
0820
.516
1 . 10
3.44
9
66.0
54.4
4015
.220
.654
22.4
89.8
3316
.'7 4
3.86
59.
102.
611
58.6
052.
438.
872
66.0
80.4
r513
.959
.449
26.0
03.5
r 8
r4.8
36.0
4-s
9.7
15.7
3391
.864
1.47
3.80
6
62.1
84.1
1017
.331
.0t9
23.4
41.3
9710
,355
.070
9.t7
2.t7
816
7.r3
8l.l
17.
308
-').
FA
BR
ICS
3.I
Gre
y3.
2. F
inis
h
127.
400.
039
11.7
73.2
1411
5.62
6.82
5
119.
910.
058
9.39
9.07
611
0.51
0.98
2
123.
137.
889
10.6
61.3
4711
2.47
6.54
2
t02.
779.
755
7.73
4.56
495
.04-
5.19
1
117.
898.
191
12.4
66.3
3710
5.43
1.85
4
4G
AR
MI]N
TS
1.28
6.97
02.
103.
403
3.00
3.84
62.
154.
292
6.00
7.36
3
5C
AR
PE
T4.
824.
824
6.87
7.85
38.
857.
874
5.14
t.023
2.83
7.47
7
6.O
T[IE
RS
11 9
49.8
0731
.418
.875
20.9
69.8
1014
.74t
.243
31.3
04.4
78
7.P
.E.B
.T
TO
TA
L84
6.60
9.93
986
3.00
2.07
682
8.69
8.37
081
1.14
0.62
083
6.15
9.63
0
Tab
el I
II-3.
Rea
lisas
i Im
por
Kcb
utuh
an S
erat
tek
stil
Tah
un l
9g5-
lgg9
Uni
t: K
g/T
ahun
())
Sum
ber:
Dit.
Jen
ILM
EA
/Dit.
Jen.
Ane
ka I
ndus
tri.
Jaka
rta
No.
CO
MO
DIT
Y19
9519
9619
9719
9819
99
l. 2.
I'IB
ER
SR
ayon
vis
cose
Pol
yest
er
stap
le
A B A B
200.
000.
0019
6.61
8,00
314.
320,
0027
9.65
7.00
210.
000,
0020
8.09
4.00
350.
000,
003
15.0
35.0
0
322.
600,
0026
r.9'
.75.
0047
5.22
0.00
355.
685.
00
322.
600,
0026
6.14
5,00
534.
r 00
480.
690,
00
362.
600,
0031
6.14
8.00
543.
100,
0052
3.41
8.00
Sub
Tot
alA B
514.
320.
00
476.
275.
0056
0.00
0,00
523.
t29,
0079
7.82
0.00
617.
660.
0085
6.70
0.00
746.
835.
00
90s.
700,
00
839.
566.
00
J. 4. 5.
YA
RN
SN
ylon
Fila
men
t
Pol
yest
er F
ilam
ent
Spu
n Y
arn
A B A B A B
29.4
00,0
a34
.995
,00
472.
240,
0036
0.23
0,00
t.12t
.250
,00
947.
407.
00
39.0
00,0
037
.070
,00
680.
000.
0052
2.'.7
45,0
01.
210.
000,
001.
022.
934,
00
47.2
50.0
037
.800
,00
680.
000,
0052
8.98
4,00
1.21
0.00
0.00
1.01
7.39
4.00
47.2
50.0
040
. I 63
.00
680.
000,
0061
2.00
0.00
1.34
7.06
3,00
l. r 3
1.53
3.00
47.2
50.0
040
. 16
3,00
680.
000,
0061
2.00
0,00
t .3
"19.
'.l 5
7 ,0
01.
260.
322,
00S
ub T
otal
A B
1.62
2.89
0.00
1.34
2.63
2,00
929.
000,
00
582.
749.
00
93'7
.250
.00
584.
178
,00
2.07
4.3t
3.00
1.78
3.69
6.00
2.10
't.00
7.00
1.91
2.48
5.00
6. 7.
FA
BR
ICS
Wov
en F
abric
Kni
t F
abric
A B A B
1.34
5.50
0,00
939.
230.
0021
0.00
0,00
165.
720,
00
1.47
0.89
5,00
1.02
7.t4
4.00
230.
000,
00I 8l
.04
0,00
1.49
0.01
8,00
1.0.
54.9
s9.0
026
2.94
4.00
r 86
.178
,00
I.610
.200
,00
1.14
0.05
8,00
284.
153
201
. I 87
.00
1.61
9.93
2.00
| .1
47 .
049,
0028
4. r
53,
0020
1 . I 87
.00
Sub
Tot
alA B
1.55
5.50
0,00
r . 10
4.95
0,00
1.70
0.89
5,00
1.20
8. r
84.
00
1.75
2.96
2.00
t.241
.137
.00
r.89
4.35
3,00
1.34
1.24
5.00
1.90
4.08
5,00
t.346
.236
.O0
8.G
AR
ME
NT
SA B
441.
168,
00
402.
460.
00
469.
000,
00
427.
740,
00
486.
062,
00
460.
365.
0056
4.90
0.00
535.
034,
00
572.
026,
00
543.
I 5
0,00
9.O
ther
Tex
tile
Pro
duct
A B
36.3
90.0
0
27.2
92.0
036
.390
.00
25.4
73.0
0
36.3
90.0
0
23.6
53,0
0
36.3
90,0
0
21.8
34.0
0
38.s
78.0
0
22.5
34,0
0
Cat
atan
: A
= K
apas
itas,
B=
Pro
duks
i. S
umbe
r: D
it.Je
n. I
LME
A/D
it.Je
n. A
neka
Ind
uslri
, Ja
kart
a
Tab
el I
II-4.
Rea
lisas
i P
rodu
ksi
dan
Kap
asita
s P
rodu
ksi
Indu
stri
Tek
stil
di I
ndon
esia
Ta
hun
1995
-199
9U
nit:
Ton
/Tah
un
\o 5
Cra
ckin
g +
dehi
drog
enis
asi
Etil
ena
Pro
pile
na
Bul
ena
But
iadi
€na
Ben
zena
Tol
uena
p.X
ilena
"Car
bon
blac
k'A
mon
ia
Met
anol
Stir
ena
Etil
ben
zena
"Lin
ear
AIk
yl B
enze
ne"
PR
OD
UK
JA
DI
. P
rodu
k-P
rodu
k el
ektr
onik
a,te
leko
mun
ikas
i, ru
mah
tang
ga
. F
ilm,
karu
ng,
prod
ukpe
rkem
asan
. P
ipa,
ala
t lis
trik
. P
rodu
k ol
ektr
onik
a,pe
rkem
asan
, ko
smet
ik
. B
ahan
pel
edak
r T
ekst
il ui
luk
Ean
dang
. B
ahan
/ I
ndus
ti sa
ndan
g
r P
upuk
. B
an d
an b
erba
gai
ieni
spr
oduk
kar
et
. B
erba
gai j
enis
det
ergo
n
Pol
ietil
ena
Pol
ipro
pilo
na
Pol
i vi
nil
klor
ida
Pol
istir
ena
T.N
.T
Kap
mla
ktam
Pol
iesl
er
U16
a
'Car
bon
blac
k'
"Lab
-sul
fona
te"
\o (,.t
Gam
bar
tII-l.
Tah
ap p
rose
s pe
ngol
ahan
ba
han
prod
uk m
igas
men
jadi
pro
duk
petr
okim
ia
96
BAHAN BAKUPRODUKDASAR
PRODUK ANTARA PRODUK AKHIRLINGKUPINDUSTRI
NONMIGAS
-----.----.-.---AMONTA ------------->-----.-----.----
ETTLKLORTDA-------| TEL_ _ _ _ _ _f Triklor etana _ _
ETILEN DIKLORIDA-}< PVCLpe*i6r6 etitmJ -
ETIL ALKOHOL .--}
----.-.-.-------
ETILEN OKSIDA-}
ETIL BENZENA.----I
AKROLON
-}
Carbon black
Hidrogen sianidaAmonium sulfatKarbon disulf]daAstilen _ _ _
Astaldehida _ _Etil astat _ _ _LDPE _____MDPE__---Etilenglikol ___Oietilen glikol _ _Trietilen glikol - _Polietilen glikol _Polistirena
Karet, Ban, l-inta
Molding, PerekalOctane boosterCat, PlaslikTekstil, FilamenAkrilikPupukRayonPelarut
Octane boosterPembe6ih logamPipa plastikPelarutFarmasiPelarulFilmPipa plastikPoliesterBahan lekstilPelarut untuk kilangResin, TekstilMainan, Furniture
Perekat plys/ood
PelarutKosmelik
PanelBus uretanFiber, FilamentParfum, PelarutPlastik
PelarutTekslil
Ban mobil
Ban mobilKaretBan mobilPelarut
PelarutAdiiif lube oil
rFencKUME NA ---------------){
LA*ron
PRoPtLEN oKSTDA+{
----=---+
Polipropilena _ISoBUTIL ALDEHIDA-> lsobutil alkohol
. Dietil ftalalN, BUTILALDEHIDA-}{
LButil asetatASAIV AKRILAT -----) Aktilat _ -Karel elilen
propilena
BUTADT E NA --------#{ 35?tiif,l iTLPotibutadiena _ _
. BUTIL ALKOHOL Vinil elil kelonBUTILENA4
L rsoeulLeN,q-->{5:i:li,Tl. - - -
z BENZIL KLoRIDA+ Butil benzil ftalat _ Vinyl resin, PlastikTOLUENA -+{LDINITRoToLUENA-) Bu*poliurelan _ Furniture
Polimer poliester_ Serat poliesterPoliurelan _ _ _ Elastomer
Nilon _____ Seratnilon
LABSulfonat _ _ Detergen
Carbon black Karel ban
Glierin _ _ _Resin Polieslertakjenuh _ _ _Poliester poliol_
PROPANA
Pupuk
Calcined @ke IGreen coke_ _ _ Anoda peleburan
aluminium
KI
L
N
oLEFI
N
Gambar III-2. Asal-usul produk petrokimia serta aplikasinya
Des
ulfu
rizer
shtft
conv
erte
r C
ondo
nsal
e
Nat
ural
gas
Was
te h
aat
boile
r
Met
hana
tor
CO
zstr
ipP
€rC
O,
ab6o
rbor
Con
dens
ate
Nru
syn
thss
is
gas
\o {
Gam
bar
III-3
. D
iagr
am p
rose
s "a
mon
ia g
as s
ynth
esis
" ("
stea
m r
efor
min
g")
Off
gase
s
Nat
ural
gas
CO
2 re
mov
al s
yste
mD
imet
hyl
ethe
r
Com
pres
sor
@
Gam
bar
III-4
. D
iagr
am p
rose
s pe
mbu
atan
met
anol
deco
mpo
ser
deco
mpo
ser
Com
pres
sor
\o
Gam
bar
III-S
. D
iagr
am p
rose
s pe
mbu
atan
ur
ea d
enga
n "t
otal
rec
ycle
pro
cess
"
Hyd
roca
rbon
feed
sto
ck
Que
nch
tow
er
Ace
tvle
neF
eeo
hv6r
o_co
mpr
esso
r ge
6erjt
or
Eth
ylen
e an
dpr
opyl
ene
CO
: re
mov
al
Wat
er s
urge
tan
k
Eth
ylen
efr
actio
nato
r
Dee
than
izer
C:
and
Dem
etha
nize
rE
thyl
ene
frac
tiona
tor
Dep
ropa
nize
r,iJ
f,j|"
j:, D
ebut
aniz
er
C4
and
heav
ier
C5a
nd h
eavi
er
Pro
pyle
ne
Gam
bar
III-6
. D
iagr
am p
rose
s pe
mbu
atan
ol
efin
a/et
ilena
den
gan
"tub
ular
pro
cess
"
(2,0
50)
97.9
00(8
3,20
0)
PV
C P
lant
140,
000
453,
200
L E F I N P L N T
(153
,000
)
Uni
t : V
y, C
apac
ity(P
rodu
ctio
n)
Gam
bar
III-7
. B
agan
alir
pro
ses
suat
u ki
lang
ole
fina
sert
a pe
rban
ding
an a
ntar
a ka
pasi
tas
dan
prod
uksi
t02
Gambar III-8. Diagram proses pembuatan P.E. dengan tekanan tinggi
Gambar III-9. Diagram proses pembuatan LDPE
Cat
alys
t
Pol
yeth
ylen
e(1
0@ k
g)
Sol
vent
Gam
bar
III-1
0. D
iagr
am p
rose
s pe
mbu
atan
H
DP
E
(})
Cat
alys
t re
activ
ator
Que
nch
vess
el
Sol
vent
rec
over
ysy
stem
Pol
yeth
ylen
eto
fin
shin
g
5
Gam
bar
III.1
1. D
iagr
am p
rose
s pe
mbu
atan
P
.E.
deng
an l
ow p
ress
ure
Zte
gler
Pur
ified
ethy
lene
Cyc
lohe
xane
m
ake
up
Fla
sh d
rum
Cen
trifu
ge
\ bs
te .
Spe
nt C
atal
yst
Reg
ener
ated
ca
taly
5lR
egen
e6llo
n
Ul
Gam
bar
III-1
2. D
iagr
am p
rose
s pe
mbu
atan
P
.E.
deng
an "
Phi
lips
proc
ess"
Cat
alys
t
Sol
vent
o\
Gam
bar
III-1
3. D
iagr
am p
rose
s pe
mbu
atan
P
P
107
Gambar III-14. Diagram proses pembuatan tetramer propilena
Gambar III-15. Diagram proses pembentukan karet polibutena
6
Uni
t co
nsum
ptio
n/to
n V
CM
For
the
pro
duct
ion
ofV
CM
110
,000
Uy
Eth
ylen
eC
hlor
ine
Oxy
gen
467
kg59
2 kg
142k
g
51,4
0O A
y65
,100
Uy
't5,6
00 u
y
Vin
yl c
hlor
ide
By-
prod
uct
Hyd
roch
loric
A
cid
(1 5
%)
1,00
0 kg
't20
kg
1't0
,000
uy
13,2
0aily
Uy
= t
on p
er y
ear
Gam
bar
III-1
6. D
iagr
am p
rose
s pe
mbe
ntuk
an
mon
omer
vin
il kl
orid
a (v
ynil
chlo
ride
mon
omer
ata
u V
Cf,l
) se
rta
kons
umsi
bah
an b
akun
ya
Ben
zene
rec
ycle
Ben
zene
colu
mn
Eth
vlbe
nzen
eE
thyl
benz
ene
colri
mn
Sup
erhe
atea
stea
m
Deh
ydro
gena
tion
reac
tor
\o
Gam
bar
III-1
7. D
iagr
am p
rose
s pe
mbu
atan
m
onom
er s
tiren
a
1. M
ass
(bul
k) p
olyr
neriz
atio
n
Sty
rene
mon
omer
(S
M)
3. E
mul
sion
pol
ymer
izat
ion
2. S
uspe
nsio
n po
lym
eriz
atio
n
o
Gam
bar
III-I
E.
Pro
ses-
pros
es p
embu
atan
po
listir
ena
(PS
)
11.7
40.+
F;l
lrw"r
-l
61,2
00) I
"* I
22,0
90 L1,
020 L
,lo'7
80) l*
-"-l
210
X:1
37,4
3083
'eoo
) I r"
** I
I *l
l^*r
""1
1"".
"*l
Cyc
lohe
xane
plan
t
lsom
eriz
atio
nF
X s
epar
atio
n
Gam
bar
III-1
9. B
agan
alir
pem
buat
an
arom
atik
Bfi
sert
a ne
raca
nya
dala
m t
oMat
run
To
vacu
um
N)
Gam
bar
III-2
0. D
iagr
am p
rose
s pe
mbu
atan
det
erje
n al
kila
t/aki
l be
nzen
a
Hea
l-tra
nsfe
roi
lS
team
Con
dens
ate
Mol
len-
salt
heal
exch
ange
r
Hea
l-lra
nsfe
roi
l I
Pre
trea
tmen
tve
ssel
(J)
Gam
bar
III-2
1. D
iagr
am p
rose
s pe
mbu
atan
fta
lik a
nhid
rida
(pht
alic
anh
ydrid
e)
Rea
ctor
feed
tan
kR
eact
or (
s)S
urge
tan
kC
rude
TF
Ase
para
tion
Slu
rry
tank
Rec
ycle
ace
tic a
cid
from
sol
ver*
rec
ovcr
y
To
leac
h sy
rtem
Rec
ycle
org
anic
s fr
om s
olve
nt r
ecov
ory
Rec
ycle
mot
her
liquo
r fr
om s
olve
nt r
ecov
ery
5
Gam
bar
III-2
2. D
iagr
am p
rose
s pe
mbu
atan
se
rat
polie
ster
/Pro
ses
TP
A d
ari M
obil
BAB IV
PENGGT]NAAN DAN PEMANFAATAN PRODUK.PRODUKPETROKIMIA
4.1 PENGGT'NAAN DAN PBMAIYFAATAN MEI{URUT SEKTOR INDUSTRI
Industri petrokimia merupakan penghasil utarna bahan baku bagi sektor industrilainnya karena produk-produk akhirnya kebanyakan masih merupakan "interrnediateproducts" (produk antara) atau produk-produknya kebanyakan masih merupakan bahanbaku bagi industri-industri lain.
Penggunaan produk-produk petrokimia untuk industri yang semakin meningkat,sesuai kebutuhan industri di Indonesia, dapat dibagi dalam 8 sektor industri pemakai,yaitu:
1. lndustri pupukdan pestisida.2. Industri serat sintetik.3. Industri bahan plastik.4. Industri adhesive resin.5. Industri bahan baku catlcoating.6. Industri detergenUpencuci.7. Industri elastomerlkaret sintetik.8. Industri kimia khusus.
4.1.1 Penggunaan dalam Industri Pupuk dan Pestisida
Produk petrokimia amoniak/urea yang dihasilkan di dalam negeri sebagian besardipergunakan sebagai pupuk untuk pertanian. Selain itu, penggunaan urea sebagai bahanbaku industri semakin meningkat seperi dalam industri plywood dalam bentuk adhesiveurea formaldehyde dan sebagai campluan dalampembuatan porselen.
Kini industri pestisida di dalam negeri sebagai penunjang dalam bidang pertaniantelah berkembang. Sebagian besar bahan aktif pestisida, pelarut dan aditifnya merupakanproduk akhir industri petrokimia seperti senyawa-senyawa carbamate, thiocarbamate,surfaktan organilg organofosfor, organochlorida, alkohol dan sebagainya.
4.1.2 Penggunaan dalam Industri Serat Sintetik
Dalam rangka penyediaan bahan baku industri tekstil guna menunjang programpengadaan sandang nasional, maka industri serat sintetik dalam negeri telah cukup
116
berkembang. Menurut penelitian yang diadakan Dep. Perindustrian pada tahun 199ltl992saja sudah terdapat 7 pabrik serat sintetik yang beroperasi dengan rincian kapasitassebagai berikut:. "Polyester filament" : 53.600 ton/tahun.. "Polyester staple fibre" : 62.500 ton/tahun.. "Nylon filament" : 11.800 ton/tahun.
Komposisi serat tekstil yang diolah industri pemintalan di lndonesia adalah sebagaiberikut:
Sumber Serat Komposisi (7o volume)
Kapas 45,82
Rayon 14.12
Poliester 38.t7Akrilik r.32
Wol 0.05
Nilon/lain-lain 52
Peran serat sintetik (serat poliester, serat akrilik dan serat nilon/serat lainJain),dalam industri pertekstilan di Indonesia cukup menonjol, yaitu sebesar x.4O 7o dariseluruh pengadaan sandang nasional. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar IV-I.
Selain sebagai bahan baku untuk industri tekstil, maka serat sintetik dapat puladikembangkan untuk keperluan non-tekstil seperti ban berbagai jenis kendaraan dan jalaikan. Produk petrokimia yang dipergunakan sebagai bahan baku untuk industri seratsintetik tersebut ialah:
' TPA ("terephthalic acid"),. DMT ("dimethyl terepthalate"),. PTA ("purified terephthalic acid"),. Kaprolakam.
Pada awalnya, bahan baku tersebut sebagian besar masih diimpor. Akan tetapidengan telah beroperasinya Pabrik Pusat Aromatik PERTAMINA di Cilacap pada bulanAgustus 1990 dan di Lhokseumawe (Status PMA) yang rencana semula akan berproduksiMaret 1998, maka sebagian dari bahan baku tersebut dapat dihasilkan di dalam negeri.
4.1.3 Penggunaan dalam Industri Bahan Plastik
Pemakaian barang-barang plastik di dalam negeri yang terus meningkat telahmendorong produksi bahan plastik seperti: poli etilena (PE), poli propilena (PP), polivinil klorida (PVC) dan poli stirena (PS).
PE dan PP terutama digunakan untuk produksi "woven bags" yaitu untuk kantongplastik dan karung plastik dan dengan demikian menunjang pengembangan industripengepakan.
tr7
Dewasa ini terdapat 2 perusahaan di dalam negeri yang telah menghasilkan bahan
plastik PVC, menggunakan monomer vinil Horida (VCM) sebagai bahan baku, yang
hingga dewasa ini masih diimpor.Bahan plastik PVC digunakan untuk menghasilkan berbagai barang jadi seperti
pipa, sepatu, kulit tiruan, karpet, kertas dinding dan sebagainya.
Dengan telah dibangunnya Pabrik Polipropilen (POLITAM) PERTAMINA diPlaju pada tahun 1978, Pabrik Pusat Olefin di Merak Jabar oleh Perusahaan Swasta
Nasional PT. CANDRA ASRVPT. BARruO PASIFIC Group, yang rencana semula akan
berproduksi pada pertengahan tahun 1996, maka bahan plastik PP dan PE serta bahan
baku VCM untuk PVC telah dihasilkan di dalam negeri. Stirena monomer sebagai bahan
baku PS, belum dihasilkan di dalam negeri dan masih harus diimpor.
4.1.4 P enggunaan dalam Industri Adhesive Resin
Industri adhesive (zat perekat) urea formaldelyde telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat, khususnya guna menunjang produksi industri kayu lapis (plywood)
yang juga berkembang dengan pesat.
Jika pada tahun 1982 kapasitas terpasang industri plywood sebesar 1,8 juta
m3ltahun maka pada tahun 1985 menjadi 4,5 juta m3/tahun. Sebagian besar produksiplywood adalah untuk keperluan ekspor.
Dalam pemakaian/penggunaan sehari-hari, maka setiap m3 plywood memerlukan
63-75 kg "adhesive urea formaldehyde". 'selanjutnya dalam pengembangan industriperekat diusahakan untuk menghasilkan perekat yang berkwalitas tinggi yaitu perekatjenis melamin formaldehida dan fenol formaldehida.
Sebagai bahan perekat dalam industri kayu lapis dan "particle board" digunakan
resin:1. Urea formaldehida untuk jenis interior.2. Melamin formaldehida untuk jenis eksterior.3. Fenol formaldehida untuk jenis eksterior dan marine.
Perkiraan kebutuhan masing-masing bahan perekat yang dipergunakan untukmemproduksi kayu lapis dan "particle board" adalah sebagai berikut:
1. Kayu lapis yang diproduksi di dalamnegeri terdiri dai857o jenis interior, l27o jenis
eksterior dan 37o jenis marine. Kandungan resin perekat dalam kayu lapis sebesar
2,57o men:urtt volume kayu lapis.
2. "Particle board" yang diproduksi terdiri dari 857o jenis interior, LSVo jenis eksteriordan 0 7o jenis marine (enis ini belum diproduksi di Indonesia). Kandungan resin
perekat dalam particle board sebesar 8,5 Vo berdasarkan volume.
Dengan menggunakan data produksi kayu lapis dan particle board tahun 1985
sebesar 4,5 juta m3, maka masing-masing bah4n perekat yang dipergunakan adalah
sebagai berikut:
118
1. Resin urea formaldehida sebesar 80.625 ton.2. Resin melamin formaldehida sebesar 13.500 ton.3. Resin fenol formaldehida sebesar 3.375 ton.
4.1.5 Penggunaan dalam Industri Bahan Baku Cat (Coating Industry)
Beberapa jenis bahan baku cat yang telah dihasilkan di dalam negeri antara lainadalah jenis polivinil asetat (polyvynil acetate atau PAC), resin alkida (alkyd resin), resinpoliakrilat (polyacrylic resin atau epoxy resin) dan poliuretan.
Hasil produksi industri bahan baku cat dijual kepada para produsen cat yang hasilproduksinya dimanfaatkan untuk berbagai industri seperti industri kendaraan bermotor,produksi ala!-alat rumah tangga seperti lemari es, kipas angin, cat untuk keperluan rumahtangga dan lain-lain.
Di Indonesia terdapat sekitar 10 pabrik cat ukuran sedang sampai ukuran besar.
Selain itu juga terdapat sejumlah organisasi./ perusahaan lebih kecil mulai dari produsenindustri rumah tangga, sampai produsen pabrik kecil. Pemakaian cat yang paling besar
adalah untuk dekorasi.Cat jenis ini yang menggunakan solvent sebagai pelarut didominasi oleh "oil
modified alkyds", sedangkan yang menggunakan air untuk pelarut seperti halnya dengan
"cat latex", didominasi oleh emulsi polivinil asetat. Untuk cat jenis "heavy duty" seringdigunakan poliuretan yang penggunaannya relatif masih kecil, sedangkan anti karatkebanyakan menggunakan "epoxy resin". Pembahasan berikut akan terbatas pada:
1. "Alkyd resin",2. "Epoxy resin",3. Poliuretan,4. PAC.
Berdasarkan data yang diperoleh, konsumsi keempat bahan cat tersebut dalamtahun 1981 adalah sebagai berikut:
1. "Oil modified alkyd resin" sekitar 10.000 ton per tahun, yang sebahagian besar
diproduksi dalam negeri walaupun hampir seluruh bahan bakunya diimpor.Perusahaan-perusahaan yang membuat resin tersebut adalah PT. Raung Nusa
Chemicals, PT. Pardic Jaya dan ICI Paints Ltd. Kenaikan kebutuhan cat jenis iniselama ini rata-rata sekitar 10 7o per-tahun.
2. "Epoxy resin" sekitar 10.000 ton per-tahun yang seluruh bahan bakunya diimpor.Perusahaan catyangmenggunakan resin ini adalah PT. Hempelindo, Nippon Paint dan
PT. Pacific Paint.Disamping sebagai bahan cat, anti karat (primers) untuk otomotif dan bahan
konstruksi lainnya, epoxy resin juga digunakan sebagai "decorative laminates",sebagai bahan perekat spesial dengan daya rekat yang sangat tinggi dan untukkeperluan militer. Kenaikan kebutuhan jenis cat inirata-rata sebesar 107o per-tahun.
3. Poliuretan digunakan untuk "heavy duty" dengan konsumsi sekitar 2000 ton per-
tt9
tahun. Di masa depan, kebutuhannya diperkirakan akan sama dengan kenaikankebutuhanjenis cat lainnya yaitu sebesar l0%o per tahun.
4. PAC digunakan untuk cat latex dan bahan perekat dengan konsumsi sekitar 35.000 tonper tahun yang seluruh bahan bakunya masih diimpor. Laju kenaikan konsumsinya per
tahun diperkirakan akan sama dengan konsumsi kenaikan bahan cat lainnya secara
keseluruhan yaitu sebesar I0Vo per tahun.
4.1.6 Penggunaan dalam fnaustri Deterjen
Meningkatnya pemakaian deterjen di dalam negeri telah mendorong produksi dan
pemakaian bahan deterjen seperti alkil benzena, alkil benzen sulfonat (ABS), selulosakarboksi metil (carboxy methyl cellulose atau CMC).
Di samping 4 perusahaan besar dewasa ini, industri deterjen di lndonesia sebagian
besar merupakan industri rumah tangga yang menggunakan 61.000 ABS ton/tahun.Dengan asumsi setiap ton pemakaian ABS akan menghasilkan 5 ton deteden, makaproduksi deterjen pada tahun 1985 diperkirakan sebesar 305.000 ton.
Dari 4 perusahaan terbesar penghasil bahan deterjen ABS tersebut, 2 perusahaan
yang membuat deterjen bubuk (powder) adalah PT. Unilever Indonesia (dengan merekRINSO) dan PT. Dino Indonesia (dengan merek DINO), sedangkan perusahaan lainnyamenghasilkan deterjen dalam bentuk cream/pasta. Berpedoman pada data DepartemenPerindustrian selama tiga tahun terakhir, maka laju pertumbuhan konsumsi deterjensecara keseluruhan di Indonesia untul: masa depan rata-rata naik sebesar l0%o per tahun.
Dengan beroperasinya Pabrik Pusat Aromatik PERTAMINA di Cilacap dan PabrikPusat Olefin CANDRA ASRI di Merak, maka produksi benzena untuk menghasilkanbahan baku deteden alkil benzena atau alkil benzen sulfonat sudah dapat dilaksanakan didalam negeri.
4.I.7 Penggunaan dalam Industri Elastomer
Bahan elastomer (karet sintetik, seperti butadiena, isobutan), merupakan salah satu
hasil industri petrokimia hilir yang penting namun belum berkembang di Indonesia.Di dalam negeri, dengan semakin berkembangnya industri ban kendaraan bermotor
dan industri karet lainnya yang praktis lebih banyak menggunakan karet sintetik dari pada
karet alam, maka kebutuhan akan karet sintetik akan terus meningkat.Karet sintetik yang dipergunakan terdiri dari jenis SBR + 807o (untuk produksi ban
luar) dan dari jenis karet butil + 20Vo (untuk produksi ban dalam).Berbagai jenis polimer dan kopolimer karet sintetik yang dipakai dan yang masih
diimpor dapat dirinci sebagai berikut:
l. Sis-l,4-poli isoprena (cis-1,4-polyisoprene atau IR)Sis-l,4-poli isoprena secara kimia identik dengan karet alam dan penggunaannyaterutama untuk ban kendaraan bermotor, serta untuk barang-barang jadi seperti sepatu
2.
J.
4.
5.
6.
7.
8.
120
peredam getaran mesin, karet penghapus, selang dan lain-lain.
Karet Polibutadiena (polybutadiene rubber atau BR)Karet sintetik BR terutama dipakai untuk telapak ban, karena sifatnya sangat baikmenahan abrasi dan terhadap temperatur tinggi dan rendah serta sangat kuat. Jugabanyak digunakan sebagai campuran bahan plastik polistirena (PS) untuk memperoleh"high-impact-polystyrene". Selain itu juga dipakai untuk selang, "sealant", bola-golf,insulasi karet dan lain-lain.
Karet Stiren Butadiena (styrene butadiene rubber atau SBR)SBR bersifat "general purpose" dan terutama banyak digunakan untuk ban karenasifat-sifatnya lebih baik dari karet alam. Juga digunakan untuk keperluan otomotif,mesin-mesin, latex dan lainlain.
Karet Nitril (nitrile rubber atau NBR)Karena sifatnya yang tahan minyak dan bahan kimia, maka NBR terutama banyakdipakai untuk oil seal, pelapis tanki-tanki, selang bensin, gasket, sepatu keselamatan,"printing rolls" dan lain-lain. selain itu, latex NBR digunakan untuk impregnasikertas, "tieatment" kulit dan tekstil serta bahan adhesif.
Karet Butil (butyl rubber atau BR)BR memiliki sifat "air-retention" yang sangat baik, sehingga karet ini terutamadigunakan untuk ban "tubeless" ban dalam dan produk-produk ban pada umunmya.Juga digunakan untuk "sealant", pelapis silo, reservoir, dll.
Karet Neoprena (neoprene rubber atau CR)Karena tahan terhadap "ozone" dan iklim, tahan terhadap minyak dan abrasi bersifatliat serta kuat, maka banyak digunakan untuk "belts", "conveyor", selang, selubungkabel, sealant adhesif, coating, dll.
Karet Etilen Propilena (ethylene propylene rubber atau EPR) dan Karet TerpolimerEtilen Propilena (ethylene propylene terpolymer rubber atau EPT) atau monomeretilen propilen diena (ethylene propylene diene monomer atau EPDM)Karet jenis ini telah mulai dikenal juga sebagai "general purpose", bersifat tahanterhadap abrasi, ozone, oksidasi, peroksida dan terutama digunakan untuk ban sepeda,suku cadang otomotif, dan lainJain yang menyerupai karet neoprena dan nitril.
Karet Sintetik LainDi samping jenis karet sintetik di atas, masih ada jenis-jenis karet sintetik lain sepertikaret silikon (silicone rubber), elastomer polisulfida (polysulphide elastomer) dankaret flourokarbon (flourocarbon rubber) yang sangat sedikit jumlahnya ataukemungkinan belum dipakai di Indonesia.
t2r
4.1.8 Penggunaan dalam Industri Kimia, Khusus Industri Zat Pewarna atauDyestuffIndustry
Beberapa jenis industri petrokimia hilir yang dapat dikategorikan sebagai Industri
Kimia Khusus yang sudah mulai berkembang adalah industri zatpewama atau dyestuff
seperti phthalic anhydride (bahan pewarna untuk industri tekstil), dan "carbonblack"(bahan pewarna dan campuran untuk ban kendaraan). Bahan untuk industi zat pewarna
tersebut kebanyakan masih diimpor.Di samping phthalic anhydride (bahan pewarna untuk tekstil), juga digunakan resin
untuk tekstil jenis amino resin (yaitu urea formaldehida dan melamin formaldehida), yang
berfungsi sebagai "crease proofing chemicals", terutama untuk jenis tekstil katun agar
tidak kusut dan melipat. Dengan digunakannya amino resin ini, maka tekstil katun dapat
bertahan statusnya menghadapi persaingan yang berat dari serat sintetik yang
mempergunakan resin anhidrida ftalat. Kandungan resin untuk tekstil katun sekitar 4-57o
dari berat serat katun.Penggunaan amino resin terbatas pada bahan-bahan yang berwarna. Karena
ketahanannya terhadap klorida sangat rendah, maka warnanya dapat berubah menjadikekuning-kuningan. Di Indonesia terdapat 2 perusahaan yang membuat amino resin
khusus untuk tekstil, yaitu PT. Pulosynthetics (di Jakarta) dan PT. Dumaco (di Bandung)
yang dalam tahun 1985 memerlukan 4.500 ton resin urea formaldehida dan 1.000 ton
resin melamin formaidehida.
4.2 II\DUSTRI PEMROSBSAN PLASTIK
Industri pemrosesan plastik menggunakan bahan polimer sebagai bahan baku.
Kualitas suatu produk jadi plastik, tergantung dari segi penampilan permukaannya.
Kualitas ini akan sangat menurun bila terdapat kerusakan atau cacat pada strukturproduknya akibat timbulnya "anisotropi" pada waktu pemosesan karena terjadipenyimpangan dari sifat-sifat plastiknya itu sendiri dan tidak stabil alirannya pada saat
dipanaskan.
4.2.1 Prosedur untuk Mendapatkan Produk Jadi Plastik yang Berkualitas Tinggi
Untuk mendapatkan produk jadi plastik yang berkualitas tinggi, maka di dalam
pemrosesannya perlu ditambahkan bahan aditif ke dalam bahan baku. Aditif ini seringjuga disebut sebagai "ingredient" atau bahan pencampur.
Da{am bentuk aslinya, tidak banyak resin plastik yang dapat digunakan secara
langsung. Oleh karena itu perlu direkayasa bentuk yang lebih baru yang memilikikarakteristik yang lebih unggul dari bentuk aslinya yaitu dengan menambahkan bahan
aditif ke dalam resin plastik.Bahan aditif untuk resin plastik yang berfungsi menaikkan kualitas produk jadi
plastik sesuai penggunaannya adalah sebagai berikut:
122
1. "Filler" (bahan pengisi)a) Kanji kayu, serbuk gergajian, bubuk kertas kayu, benang sisaVjute, sellulosa, mika
atau batu mika untuk pembuatan "bulk" dan kontainer besar.
b) Kapas, kertas, atau serat-serat sintetik sebagai penguat yang tahan banting dan
tahan api, pada pembuatan "glass fiber", serat asbestos, serat selulosa.
c) Piknren anorganik, oksida bubuk mineral, logam metalik, grafit, silika atau serbuk
logam, yang berfungsi sebagai pengeras (hardener).
d) Tanah "diatomaceous", oksida keramik, atau silika untuk mengisolasi panas.
e) "Glass fiber", serat sintetik, grafit atau oksida logam untuk meningkatkan daya
tahan terhadap zat kimia.
0 Pikmen, zat pewarna, carbon black, bubuk metal, atau mineral yang berfosforesensi
untuk pajangan atau dekorasi.
2. "Plasticizer"Untuk membuat bahan plastik menjadi lebih elastis, penampilannya lebih menarik dan
sifat-sifat alirannya dalam keadaan mendidih dapat dikendalikan, maka ke dalam resin
plastik perlu ditambahkan lagi bahan "plasticizer".Tanpa penambahan bahan
plasticizer ini, maka bahan resin plastik tidak akan dapat dibuat menjadi produk jadidalam bentuk seperti pipa, tabung, botol, lembaran atau film.Bahan "plasticizer" yang banyak digunakan adalah dioktil ftalat (dioctyl phthalate),
diheksil sebakat (dihexyl sebacate), dilauril adipat (dilauryl adipate), diamil maleat
(diamyl maleate), 2-etil heksil suksinat (2-ethyl hexyl succinate), asetil tributil sitrat(acetyl tributyl citrate), dibutil fenil fosfat (dibutyl phenyl phosphate) dan butoksi etilstearat (butoxy ethyl stearate) yang pada umumnya dibuat dari senyawa "ester" dan
"amide".
3. "Colorant" (bahan pewarna)Bahan pewarna yang sring digunakan adalah pikmen (pigment), zatpewarna dan lain-lain.
4. "Miscellaneous" (bahan penolong lainnya)Yang termasuk kelompok ini adalah "stabilizer", "inhibitor", "hardener", katalis dan
lain-lain.
4.2.2 Proses yang Digunakan dalam Industri Plastik untuk MeningkatkanKualitas
Pemrosesan plastik ("processing of plastics") berfungsi untuk mengkonversikan
atau mentranformasikan berbagai bentuk bahan dasar plastik dari bentuk bubuk, butir-butir, kristal padat atau kristal cair menjadi bentuk akhir berupa produk jadi sesuai
permintaan pasar.
Prinsip dasar/cara kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Resin plastik yang sudah diramu dengan bahan pencampur seperti tersebut di atas
dipanaskan.
123
2. Plastik yang sudah mencair atau yang sudah lunak ditekan dengan menggunakanmesin (seperti: mesin-mesin "roll", "die", "mold", "extruder", "blower", dll.) menjadibentuk yang diinginkan.
3. Barang plastik yang sudah memiliki bentuk yang diinginkan, tetapi masih panas danlunak, perlu dikeraskan atau dipadatkan lagi dengan cara "polimerisasi lebih lanjut"yang disebut "cure stage" guna meningkatkan mutu untuk mememuhi "thermoplasticmaterial standard" sebelum dipasarkan.
Ada beberapa metode atau proses untuk mengkonversikan atau mentransfor-masikan bentuk bahan baku plastik menjadi plastik dalam bentuk produk jadi, yaitudengan proses:. "Extrusion". "Injection Molding". "Blow Molding". "Calendering". "Casting". "Laminating". "Compression Molding". "Jet Molding". "Post Forming". "Shell Molding". "Sheet Forming". "Slush Molding". "Transfer Molding" dan. "VacuumForming"
Dari seluruh proses konversiltransformasi plastik tersebut di atas, tidak semuanyadapat dijelaskan di sini. Hanya proses yang terpenting dan yang lazim digunakan diIndonesia akan dibahas di sini, yaitu proses "extrusion", "injection molding", "blowmolding" dan "calendering".
4.2.2. l "Extrusion process"/proses ekstrusi
Bahan baku plastik dapat dibuat menjadi produkjadi dalam bentuk yang panjang,dalam potongan-potongan yang memanjang dan melingkar untuk berbagai-bagaikeperluan, seperti pipa plastik air, plastik batangan, benang filamen, plastik lembaran danberbagai bentuk arsitektur barang plastik yang dikehendaki, dapat dibuat dengan prosesekstrusi. (lihat Gamb ar IY -2).
Biasanya tahap permulaan proses ekstrusi dijalankan dengan cara pengeringanyang disebut "dry extrusion", di.mana "feed" berupa bahan baku plastik berbentuk bubukdimasukan ke dalam "extruder" untuk dikeringkan dan selanjutnya didinginkan.Selanjutnya plastik lunak yang sudah dicampur dengan bahan pencampur dimasukan kedalam mesin cetak (molding) untuk penyelesaian lebih lanjut. Ada 3 jenis proses ekstrusiyaitu:
l.
2.
-r.
t24
Proses ekstrusi sederhana yang disebut juga sebagai "direct extrusion" atau"extrusion-line". Bagan instalasi dengan cara ekstrusi ini dapat dilihat pada GambarIV-3. Instalasi ini terdiri dari "extruder-die", "vacuum calibrator/polishing rolls","hauloff rolls/conveyor-pull rolls", "cutter/saw atau shear" yang tersusun dalam satu
garis lurus (online).
Proses ekstrusi dengan proses lanjut yang disebut juga sebagai "semi positiveextrusion". Gambar proses ekstrusi ini dapat dilihat pada Gambar fV4. Yang perludikontrol adalah "forming die" atau proses pembentukan material pada "die".Pencetakan (molding) baru bisa dilakukan sesudah material atau hasilnya keluar dari"extruder". Dalam tahapan proses ini, pencetakan/ molding belum bisa dilakukan.
Proses ekstrusi pencetakan yang disebut juga sebagai "positive extrusion" atau"extrusion molding". Proses ini merupakan lanjutan proses di atas. Dalam tahap inimaterial sudah boleh dicetak (lihat Gambar IV-5). Dalam proses ini semua permukaan
alat dilengkapi dengan sebuah alat cetak (mold) yang secara otomatis mencetakmaterial yang keluar dari mesin "extruder".
Contoh flow diagram pembuatan dengan proses ekstrusi.a) Proses pembuatan pipa plastik PVC
Raw material [-l Measuring -+lBlending/I\4ixinp Extruding
+rx
Cuttine HlnspectionH Markine Packins
Crushingand recycle
Product
b) Proses pembuatan plastik pembungkus kawat listrik dengan PVC
DiameterController
t25
c) Proses pembuatan monofilament/benang plastik
4.2.2.2 Proses Injection Molding
1. Pada pemrosesan plastik yang menggunakan bahan baku yang baru meleleh padatemperatur tinggi dan sukar mengalir, maka proses ekstrusi biasa tidak dapatdipergunakan. Untuk mengatasi masalah ini suatu cara baru telah dikembangkan yaituproses "injection molding". Ban plastik merupakan contoh produk yang dibuat denganproses injection molding (lihat Gambar IV-6).
2. Proses injection molding secara luas dipakai untuk menghasilkan materialtermoplastik yang kuat dan tahan panas, seperti ban plastik yang tahan terhadap panas.Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut (lihat GambarIY-7):a) Bahan baku plastik yang masih berbentuk bubuk atau berbentuk butir-butir
diumpankan secara perlahan-lahan ke dalam "hopper", kemudian dimasukkan kedalam "cylinder pemanas".
b) Apabila bahannya sudah meleleh, maka dengan bantuan alat penyedot udara yangdisebut "plunger" dilewatkan melalui "nozzle" yang terbuka, akhirnya dimasukanke dalam lobang alat pencetak (mold) untuk dicetak.Jadi prinsip kerjanya sama dengan pasta gigi, yaitu dengan cara menekan, pastagigi dapat masuk atau keluar tabung. Sesudah alat pencetaknya terisi, materialplastik panas disedot dengan alat penyedot untuk didinginkan (chilling) supayabahan plastiknya menjadi lebih padat dan kemudian dimasukkan ke dalam lubangalat pencetak untuk diberi bentuk yang dikehendaki.
3. Bagan alir proses injection molding adalah sebagai berikut:a) Proses pembuatan 'busa plastik' dengan injection molding
Pellet/Rawmaterial
Stretchingroll unit-l
t26
b) Proses pembuatan alat-alat fitting dengan injection molding
Material/carry i11
4.2.2.3 Proses "Blow Molding"
1. "Blow molding" adalah cara pembentukan material termoplastik di dalam suatubentuk cekung berlobang dengan menggunakan tekanan udara dan pemanasan.Prinsip kerjanya sama dengan pada industri gelas dan botol yaitu dengan carameniupkan udara ke dalam bahannya dan setelah melalui proses yang lebih lanjut akandidapat hasilnya berupa botol atau gelas. Botol plastik yang dihasrlkan melalui prosesini dapat dilihat pada Gambar IV-S.
2. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut:a) Bahan plastik lunak yang sudah mendidih yang berbentuk ballon tipis ditiupkan ke
dalam alat "blowing". Proses ini dikerjakan di luar pintu masuk alat pencetak(mold).
b) Kemudian bahan plastik panas dialirkan ke dalam alat pendingin udara untukdidiginkan (chilling) dan hasilnya dipadatkan. Untuk lebih jelasnya, proses inidapat dilihat pada Gambar IV-S, IV-9 dan IV-11.
3. Diagram alir pembuatan botol plastik PVC dengan proses "blow molding" adalahsebagai berikut:
SurfaceFinishing(Coating)
Injectionmolding
Pigment Blending
Blending/Mixing Extruding
Injectionmolding
lnspection Finishing Palleting
Materialblending
Extrusion
t27
4.2.2.4 Proses "Calendering"
1. "Calendering" adalah cara untuk menghasilkan barang-barang plastik dalam bentuk
film dan lembaran (plastic sheet) dengan menggunakan alat pemanas dan alat
penggulung yang dapat berputar-putar.
2. Proses ini secara terbatas dipakai untuk bahan termoplastik guna mengubahnya
menjadi lembaran-lembaran/film-film plastik secara terus menerus dan untuk
membungkus (coating) tekstil, kertas atau barang-barang pendukung lainnya. Untukjelasnya proses ini dapat dilihat pada Gambar IV-10 dan IV-12. Tampak bahwa bahan
plastik dilunakkan dengan pemanas dan kemudian dilewatkan antara sederetan
pasangan gulungan (roll) yang berputar, sehingga didapat lembaran-lembaran/film-
film plastik dengan ketebalan tertentu sesuai dengan yang diinginkan.
3. Berikut adalah contoh diagram alir pembuatan lembaran plastik dengan proses
"calendering".
a) Proses pembuatan lembaran (sheet) plastik PVC
./j'!
x)Blending& mixing
Materialcarry in
Packing
Cutter Stacker
r28
b) Proses pembuatan atap asbes plastik pVC
x)
Y)
Benburvmixer
IngredientMaterial
Calenderroll No.3
Itr ._---
-r--
NIL
ON
IE IHI
PO
LIE
ST
ER
FIL
AM
EN
(B
EN
AN
G)
----
---l-
-R
AY
ON
I
-
ItiI
RA
YO
N +
AK
RIL
IK
r---
----
----
----
-IE
I
Sum
ber:
Dit.
Jeh
Ane
ka l
ndus
tri
SE
RA
I (P
EN
DE
K)
t: t: l+ -
KA
PA
S
KO
NP
EK
SI
/ P
AK
AIA
N J
AD
I
PA
KA
IAN
JA
DI
DA
I-A
l\.ll
I IM
PO
RN
EG
ER
I
N)
Gam
bar IV
-l. B
agan
ind
ustr
i tek
stil
Indo
nesi
a
130
Gambar IV-2. Pipa-pipa plastik yang dilapisi plat krom plastik hasil proses ekstrusi
r-t
9,,
oq
o@
o
(D
3
F)
7!'
ID
(Ia
ooc0c
x- !)
o
GX
o
IgI
EX
TR
UD
ER
B
AR
RE
LT
AC
HO
ME
TE
RD
RIV
EH
YD
RA
ULI
C
MO
TO
R
ST
AN
DA
RD
EX
I-R
UD
ER
H
EA
DE
XT
RU
DE
R
SC
RE
EW
SC
RE
EW
D
RIV
ES
YS
TE
M
.-*T
HR
US
TB
EA
RIN
G
HY
DR
AU
LIC
IN
JEC
TIO
NA
IR L
IFT
FO
R S
CR
EW
RE
MO
VA
LC
YLI
ND
ER
S
INJE
CT
ION
CH
AM
BE
R
NO
N-R
ET
UR
NF
LOW
VA
LVE
AS
SE
MB
LY
PU
LL-I
N C
YLI
ND
ER
u) N)
Gam
bar
IV-4
. A
lat
pcm
buat
ba
rang
pla
stik
den
gan
pros
es c
kstr
usi
lanj
ut
IJJ
MOLOING POWOER
HEATING UNtT
MECHANICAL SREW
- STRAINER
I o''
EXTRUDED PLASTIC
II
Gambar IV-S. Diagram pembuatan barang plastik dengan proses pcncetakan (extrusion molding process)
Gambar IV-6. Ban karet tennoplastik hasil proses "injection molding"
134
GUIDE PIN
I\4OLDED PIECE
GATE
RUNNER
SPRUE
I\,lOLDING POWDER
EJECTOR PLATE
EJECTOR ROD
SPRUE LOCK PIN
EJECTOR PINNOZLEORIFICE
COOLING CHANNEL COLD SLUG WELL
Gambar IV-7. Alat pembuat barang plastik dengan "injection molding"
Gambar IV-8. Contoh botol-botol plastik yang dibuat dengan proses "blow molding"
t35
EXTRUDED PARISON-MOLD OPEN
MOLD CLOSED & FINISHED BOTTLEBOTTLE BLOWN REMOVED FROM MOLD
Gamtrar IV-9. Cara kerja proses "blow molding"
PLASTIC
TAKE OFFROLL
SHEETINGROLLER CALENDERING
Gambar IV-10. Bagan proses "calendering"
136
Position I
Position ll
EQUa
Position lll
Gambar IV-1L, Juga cara kerja proses "b1ow molding"
t37
PLASTICS MASS (BANK)
STRIPPER ROLL SECTION
Gambar IY-12. Tiga tipe instalasi "calendering process"
138
4.3 REKAYASAA,IANUFAKTUR PRODUK DASAR MENJADI PRODUK JADI
1. Dunia pendidikan tuntut mutu SDM (Sumber Daya Manusia) dan dunia kerja tuntutketerampilan dan profesionalisme. Kondisi pendidikan politeknik rekayasa./manu-faktur di Indonesia masih ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara tetangga.Pendidikan tersebut di Indonesia hanya sampai tahap pengembangan SDM dalamtingkat merakit, bukannya merancang sampai memproduksi berbagai jenis peralatanindustri. Padahal, pasar industri di Indonesia termasuk 10 besar di Asia. Untukmenopang permasalahan-permasalahan tersebut dalam dunia perminyakan, makaMuseum Minyak dan Gas Bumi "Graha Widya Patra" yang terletak dalam TamanMini Indonesia Indah, merupakan Museum Ilmu Pengetahuan dan Keterampilandalam Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi di Indonesia (lihat pada Gambar IV-13 s/dIV-18). Museum ini yang merupakan tujuan wisata sekaligus sebagai wahanapendidikan, telah ditata sedemikian rupa agar dapat dinikmati dan enak ditonton olehpengunjungnya. Untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut, maka "Graha WidyaPatra" harus dilengkapi dengan peraqaan tentang "keajaiban ilmu pengetahuan minyakdan gas bumi" ("the wonder of petroleum sciences") yang menarik, serta khasanahpustaka yang enak dibaca oleh pengunjungnya.
2. Penelitian menunjukkan bahwa secara rata-rata seorang pengunjung museum akanmeluangkan watunya tidak lebih dari l-2 menit untuk mengamati sebuah "bendakoleksi" yang diperagakan. Nerasi antara label yang panjang-panjang saat inicenderung diabaikan oleh pengunjurg, sehingga banyak museum mulai menggan-tikannya dengan sekedar judul atau "headlines". Untuk memenuhi kebutuhanpengunjung yang ingin mengetahui lebih banyak tentang sesuatu benda koleksi, makajudul tersebut dilengkapi dengan penjelasan yang lebih rinci dalam bentuk "leaflet"atau langsung dibawahnya berupa label/narasi.
3. Cara lain terutama bagi mereka yang melakukan "penelitian" atau menyusun "karyatulis ilmiah populer" seperti bagi para siswa SMU atau para Mahasiswa yang sedangmelanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi yang ingin mengetahui "bendakoleksi" apa lagi kalau sesuatu benda koleksi tersebut berupa "produk jadipetrokimia" (seperti pipa paralon PVC, busa plastiVjok mobil PUR dan lain-lain),maka untuk mempermudah para pembaca./para pengunjung museum mengikuti "hasilpenelitiannya/isi cerita ilmiahnya" dalam merancang atau merekayasa/pabrikasiproduk jadi petrokimia tersebut, perlu dipandu/dipertunjukkan dengan foto-foto nyata(seperti pada Gambar IV-19 dan Gambar N-zO terlampir), serta dengan tambahanpenjelasan-penjelasan yang merupakan "suatu jalan cerita hidup yang disusunsedemikian rupa" dengan 'Jawaban-jawaban yang ilmiah" serta dengan "susunanpertanyaan-pertanyaannya" sebagai berikut: "Siapakah AKU"? "AK(J" berasal dariminyak dan gas bumi! Bagaimana caranya "AKIJ" diolah atau "direkayasa menjadibahan "produk jadi petrokimia" yang sangat berguna untuk kehidupan manusiamodern di dunia pada dewasa ini, dapat kita ikuti pada 2 (dua) macam contoh
139
rekayasa produk jadi petrokimia tersebut, yaitu (1) pipa paralon PVC dan (2) busa
plastik/jok mobil PUR berikut ini:
4.3.1 Rekayasa/lVlanufaktur Produk Jadi Pipa PVC:
Siapakah AKU ?
(1) Fungsi dan kegunaanKu adalah untuk mengalirkan air dan gas bagi kesejahteraan
umat manusia melalui produksi pipa-pipaKu yang berkwalitas tinggi. Oleh karena
itu, siapakah Aku dan dari manakah asalKu ?Untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas, kawan-kawan "AKIJ" adalah pipa PVC,ingin berceritera bagaimana asal mula Aku dibuat atau direkayasa dari minyak dan
gas bumi yang semula bentukKu berbentuk cairan atau gas, setelah diolah atau
direkayasa Aku menjadi zat padat berbentuk pipa-pipa yang dapat digunakan untukmengalirkan air dan gas. Kawan-kawan untuk keterangan lebih terperinci, ikutilahcerita berikut ini. Karena Aku berasal dari minyak dan gas bumi, maka Aku juga
adalah produk petrokimia. Aku terbentuk dari 2 (dua) unsur atau 2 (dua) senyawa
kimia, yaitu dari senyawa hydrokarbon {gas ethylene (CzFI+)} dan senyawa Chloride(Cl2), sehingga setelah berpolymerisasi, Aku mempunyai rumus kimia: [CH2 =CHCll". Aku merupakan produk homopolimer dari monomer vinyl chloride (VCM),yang semula berupa butiran atau serbuk berwarna putih yang selanjutnya disebut
PVC resin. Aku mempunyai sifat-sifat yang istimewa, yaitu tahan terhadapperbedaan cuaca, kelembaban dan terhadap pengaruh berbagai jenis asam lemak,jamur, mudah dicampur dan diwarnai dengan bahan kimia lain serta dapat dibentukmenjadi kaku (rigid) yang keras, sehingga aplikasiKu sangat bagus ddadikan pipa-pipa air minum dan gas diperkotaan.
(2) Pabrikasi dan rekayasaKu:Selanjutnya kawan-kawan ikutilah ceritaKu berikut ini:Proses pembuatanKnada4 tingkatan atau4 tahap, yaitu:
Tahap-l: yaitu proses pembuatan bahan bakuKu olefin (berupa gas ethylene) daripengolahan minyak (minyak naphta) atau dari gas bumi (gas ethane),
dengan proses perengkahan katalitik (proses catalytic cracking), yang
dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
minyak (naptha)
atau gas bumi (gas etahane)
Kondisi unitKu beroperasi pada:
1. Suhu(t)2. Tekanan(p)3. Katalist (kat.)
= 370-400'= 10-25atm= Pt (platina)
r40
Setelah proses perengkahan, reaksi-reaksisebagai berikut:
cracking2C2H6- 2C2Ho + 2Ht
I
C2Ho + 2H2 (Hydrogenasi) - 2CH4
kimia atas pembentukKu adalah
crackins2C2H6
-r-*
C2H4 + 2CH4+T++(gas ethane) (gas ethylene) (gas mbthane)
Yang selanjutnya, gas ethylene hasil proses perengkahanKu inilah yang dipakaisebagai bahan baku pembuatanKu untuk tahap-tahap berikutnya.
Tahap-Z: yaitu proses pembuatan bahan bakuKu vinyl cholorida monumer (vcM)dari gas ethylene dan gas chloride, dengan proses dehydrochlorinasi danproses perengkahan (cracking) yang dapat digambarkan dalam prosesdiagram sebagai berikut:
gas ethylele ( CzHr )
gas chloride ( oClz ) t
HCI
- Kondisi operasi dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dengan tahapanproses pembentukanKu sebagai berikut:1. Reaksi dehydrochlorinasi atau reaksi langsung gas ethylene (CztI+)
dengan choloride (Clr) untuk pembentukan EDC (ethylenedichloride).
CzHq + Cl2
-I-----D, CH2CICH2CI
I
2. Reaksi pembentukan monumerKu VCM (vinyl chloride monomer)dengan reaksi pemecahan (cracking) terhadap EDC pada suhutinggi (+ 300'C) yang dilakukan pada cracking unit.
cH2cl - cH2cl crTk o cH2cHCl + HCl'tt:3000c(EDC) (vcM)
EDC (ethylene dichlorida)
t4l
Selanjutnya VCM hasil proses cracking inilah yang dipakai sebagai
bahan baku untuk tahap-3 pembentukanKu berikut ini:
Tahap-3: yaitu proses pembentukanKu dari VCM berbentuk cairan kental menjadiberbentuk resin yang padat dan rapuh (PVC resin) yaitu dengan proses
polymerisasi massa dalam keadaan kering (tanpa adanya air), yang dapat
digambarkan dalam proses diagram sebagai berikut:
VCM VCMlnitiator
( Hzoz ) ( Hzoz )
VCM
PVC
PVC resin
Reaksi polymerisasi pembentukanKu adalah sebagai berikut:
n.CH2:CH-Cl frr:CH .+Ir-(vcM) I (PVC)
Proses polymerisasi massa ini dilakukan tanpa adanya air (HzO)
sebagai pelarut. Jadi pada permulaan reaksi harus ditambahkan zat
organik aktif sebagai zat aktif "pemrakarsa atau initiator" berupa zatperoxyde (HzOz) berbentuk bubuVkristal. Penambahan bahan bakuinitiator dilakukan dalam 2 reaktor polymerisasi (2 tahap reaksipolymerisasi) dengan kinerja atau konversi sebagai berikut: tahap-lpolimerisasi pada reaktor-1 yang bekerja pada suhu 75"C mengubahVCM menjadi PVC sebesar 7-107o, kemudian setelah dialirkan dan
daur-ulang kedalam reaktor-Z yang juga beroperasi pada suhu 75'Cdapat mengubah VCM menjadi PVC sebesar 85-90Vo. Pada akhirproses pembentukanKu sebagai PVC resin berbentuk kering, didapathasil dengan kwalifikasiKu sebagai berikut:- (Jkuran partikelKu antara 2-10 u (2-10 mikron) dengan kejernihan
yang sangat baik.- Derazat polimerisasi (KV) sebesar 600-1300 dan derajat tempe-
ratur mencair (melting point) untuk polymer agar dapat masukmengalir kedalam mesin extrusionn line untuk dibentuk atau
dicetak menjadi pipa ("extrudate temperature needed to extrude")sebesar 185-195'C.
Polimerisasi - 2
142
- Spesifikasi gravity/bulk desinty sebesar 0,6 - 0,61 grtctf - Untuktahap selanjutnya Aku dibentuk bukan lagi berdasarkan proseskimia (teknologi kimia) melainkan dibentuk dengan teknologi yanglebih canggih lagi yaitu dengan teknologi pemrosesan plastik-plastik ("plastics processing") seperti dijelaskan berikut ini:
Tahap4: Proses pembuatan dan pembentukanKu berupa pipa PVC dari bahanbakuKu berupa PVC resin, yaitu dengan teknologi pemrosesan plastik-plastik ("plastics processing") terutama dengan proses "ekstrusi line"(proses pencetakan plastik-plastik), dapat digambarkan pada prosesdiagramKu sebagai berikut:
- Sebelum Aku dibentuk menjadi bentuk pipa-pipa pada mesin pencetak(pada mesin "Die" yang terletak didalam "Unit Extrusion line", terlebihdahulu Aku diramu atau dicampurkan dengan bahan-bahantambahan/additif pada Unit pencampur (blending). Penambahan additifini sangat berguna untuk menambah daya tahan dan daya saingKuterhadap dunia luar. Adapun bahan-bahan ramuan/additif yangditambahkan atau yang dicampurkan kepadaKu terdiri dari:
(1) 3 PbO.PbSO+.HzO (- hydrous tri basic lead sulfate) adalah bubuk logamberwarna putih yang berfungsi untuk menjaga ketahananKu terhadappanas bersuhu tinggi.
Mesin Pencampur
Blending Extrusion line
Mesin Penghancur
Recycling
Mesin Penghancur
Recycling
t43
(2) Ca (CrsHlsOz)z (= calcium stearate) adalah bubuk semen berwarna putih
yang berfungsi untuk menambah ketahanan/daya tahanKu
(3) Wax atau lilin: bubuk kristal-kristal putih yang juga menambah daya
tahan dan untuk mengkilatkan Aku supaya licin.(4) Carbon black (C): bubuk berwarna hitam yang berfungsi sebagai cat
pewarna dan juga menambah daya tahanKu.(5) TiOz (= titanium oksida), bubuk logam berwarna antara hitam dan putih
yang berfungsi sebagai cat pigmen dan juga untuk mengeraskan/
menambah daya tahanKu.
- Setelah Aku dengan ramuanKu bercampur sempurna, kemudian dipa-
naskan/dilelehkan pada pipa pemanas yang bekerja pada suhu dan
tekanan tinggi (pada suhu 185 - 195'C dan tekanan sebesar 2N - 210
kglcrr{-), kemudian dalam keadaan meleleh Aku mengalir dan masuk
kedalam "Unit Extrusion line" yang didalamnya ada mesin "Die" (mesin
pencetak) untuk mencetak dan membuatKu menjadi berbentuk pipa-pipa'
Kemudian pipa-pipa produkKu didinginkan dengan teknik pendinginan
evaporasr udara yang disirkulasikan dengan air pendingin, setelah
mendingin lalu pipa-pipaKu dipotong-potong sesuai dengan standar/
ukuran yang dikehendaki pasaran, kemudian masuk ke gudang
penyimpanan untuk dipasarkan dengan nalRa merek dagangKu: "pipa
PVC".
- selanjutnya kawan-kawan, yang sangat perlu untuk kawan-kawan ketahui
dalam penyusunan penulisan "karya tulis" disekolahnya nanti, adalah
mengenai kwalifikasi/spesifikasiKu sebagai penghasil pipa-pipa PVC,
produksKu harus mengikuti Standar Intemasional yang sudah ditentukan,yaitu harus mengikuti standar ISO/TC-138 dimana produk pipa PVC initelah diuji ketahanannya pada keadaan cuaca (suhu kerja) antara suhu 20-
60.C, didapat hasil pengujian bahwa produk pipa PVC ini dapat bekerja
pada tekanan yang sangat tinggi tanpa mengalami kebocoran atau pecah
dan tahan dipakai terus menerus (umur pipa) selama 50 tahun, dengan
kwalifikasi yang dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
Ukuran Pipa Tekanan Kerja Berat Jenis Pipa (b. j)
Diameter (D) Ketebalan (t)kgcm2 (atm) Specific grafity (s.g)
2,5 -20 cm 0,4 - 0,5 cm I l0 kglcm2 (l l0 atm) 1.30 - r,32
20-60cm 0,6-0,'7 cm lz3kgcnf 023 atm) 1,33 - 1,41
t44
4.3.2 REKAYASAA{ANUFAKTUR PRODUK JADI BUSA PLASTIIVJOKMOBIL PUR:
Siapakah AKU?
(1) Fungsi dan kegunaanKu adalah sebagai alat pengaman berupa bantalan pelindungyang empuk untuk kesejahteraan hidup manusia didalam bertransportasi, melaluiproduksi busa-busa plastikKu yang empuk dan berkualitas tinggi. Oleh karena itusiapakah Aku dan dari manakah asalKu?Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kawan-kawan "AKIJ" adalah "busa plastikPUR (= busa yang fleksibel Polyurethane ) yang empuk, ingin bercerita tentang "asalmula bagaimana Aku dibuat", dimana yang semula bentukKu berbentuk cairan ataugas. Setelah diolah dan direkayasa, Aku menjadi zat padat berbentuk busa-busaplastik yang empuk, yang dapat digunakan sebagai bantalan tempat duduk dalamindustri rumah tangga & transportasi (seperti busa mebel, busa jok mobil, busa jokkapal terbang, dll).Kawan-kawan untuk keterangan yang lebih lanjut, ikutlah ceritaKu berikut ini:karena "AKIJ" berasal dari minyak dan gas bumi, maka "AKU" juga adalah "produkpetrokimia". Aku terbentuk dari 2 (dua) unsur atau 2 (dua) senyawa hydrokarbon,yaitu (terutama) dari senyawa "isocyanate" atau senyawa:
toluene diisocyanate = dan senyawa Polyol = [ HO -R- OH],
sehingga setelah berpolymerisasi jadi busa polyurethane, Aku mempunyai strukturkimia:
l- cn. II n|-ry-coH;I \/ o-R-o +t N-coH _1"
Catatan:R - ikatanalkylhydrokarbonn = sejumlah bilangan/molekul yang berpolimerisasi
(2) Pabrikasi dan rekayasaKu:Selanj utnya Kawan-kawan ikutlah ceritaku berikut:Proses pembuatanku ada 4 tingkatan atau 4 tahapan, yaitu:
Tahap-l: yaitu proses pembuatan bahan utamaKu berupa "Aromatik-BTX (= 3 -benzene, T = toluene, X = xylene), terutama berupa toluene (= CoHs-CH:) dari pengolahan minyak ( naptha ) atau gas bumi (gas kondensat).Dengan melakukan proses "Catalic Reforming" atau proses "Pemben-
r CH, -'r
lO,-*lLNCO J
t45
tukan dengan Katalyst" terhadap minyak naptha atau gas kondensat pada
Unit Reforming, akan dihasilkan "Produk" aromatik BTX (terutama T =tolune yang merupakan bahan baku untuk proses selanjutnya) dan yangdapat digambarkan dalam diagram proses sebagai berikut:
B = benzene (CoHo)
T: toluene (C6Hs-CH3)
X: xylene (C6H5-C2H5)
Kondisi operasi pada Unit Reforming, bekerja pada suhu (t') = 450'-500'C tekanan (p) = 10-30 atm dan menggunakan katalist (kat.)serbuk Pt (=platina), maka pada kondisi operasi seperti tersebut diatasterbentuklah bahan baku-bahan baku Aromatik-BTx dipisahkan satupersatu dari fraksi-fraksinya. Yang untuk selanjutnya, yang perlukawan-kawan kita bahas dalam uraian berikut ini adalah: reaksi-reaksikimia yang terjadi atas pembentukan bahan bakuKu yaitupembentukan toluene (C6H5-CH3) dengan reaksi isomerisasi dari Cz-
Aromatik hydrokarbon sebagai berikut:
H isomensasrHrC- C-CH. ----------------
H,C C-CH.- \ ./tCH2 N
(dimethyl- cyclopentene)
3Hz +
H
HrCl t2\CH,-lt-
H,C C,-CH"-\ ,/"CHz
I
HC.\./CH
lsomensast----------------
llCH,
I
HCzc tcn
CH
ftolr"rr" : C6H5-CH3]
Toluene (= CeHs-CH3) hasil proses pembentukanKu inilah yangdipakai sebagai bahan baku pembentukanKu untuk tahap-Zberikutnya.
Tahap-Z: proses pembuatan bahan baku utamaKu berupa TDI (= toluene di-isocynate) dari "toluene (= CoI{s-CHr)" melalui tahapan proses-proses
Unit Distilasi
atau gas kondensat
t46
"nitrasi", "hydrogenasi" dan "phosgenese" sehingga menghasilkan TDI,yang dapat digambarkan dalam proses diagram sebagai berikut:
cocl2
Kondisi operasi dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dengan tahapanproses pembentukanKu adalah sebagai berikut:1) Reaksi Nitrasi terhadap bahan baku "toluene" (dengan bantuan
katalist.HzSOa), menghasilkan 2,4 dinitro toluene, sebagai berikut:
CH3
O + 2HNo.*kat. o
+ H2O
(toluene) (nitrasi) NOz (2,4 dinitro toluene)
2) Reaksi Hydrogenasi terhadap bahan baktt "2,4 dinitro toluene"(dengan bantuan katalist AlCl3), menghasilkan bahan bakt "2,4diamine toluene", sebagai berikut:
cH3 cH3
flNoz + 6 Hr + kat otZ;NHz + 4HzO\,/ (Hydrogenasr) VNOz NHz
(2,4 diarnine toluene) ( : toluene di-isocyanate)
3) Reaksi "Phosgenese" pada suhu (t) = 200'C yaitu denganpenambahan pereaksi "campuran antara COCI2 dengandichlorobenzene (DCB), menghasilkan bahan baku utamaKu TDI(= toluene di-isocyanate ), sebagai berikut:
CH:+ 2 COCIz (phosgenese)o a1-NCO + 4HC1
r : 200'c \-/
(2,4 diamine toluene)
Catatan:
NCO
(: toluene di-isocyanate )
Pada struktur "toluene di-isocyanate" atau struktur TDI tersebut, makaikatan atom atau molekul-NCO- disebut "ikatan atom atau molekulisocyanate". Kalau ikatan atom atau molekul toluene kita sebut
CHr
o*n'NHz
Unit Hydrogen
Kat. AlCl:Unit Phosgen-
-ese
2,4 dlamine-
r47
sebagai Rl dan digambarkan dengan struktur =f fft'rLOI
maka untuk selanjutnya ikatan atom atau molekul TDI ini dapat
digambarkan dengan struktur kimia: oCN-R1-NCO. Selanjutnya TDIhasil proses phosgenese inilah yang dipakai sebagai bahan baku untuk
tahap-3 berikutnYa.
Tahap-3: yaitu proses pembentukanKu dari bahan baku utamaKu TDI berbentuk
cairan kental/resin kental, yaitu dengan proses polymerisasi bertingkat
(dengan proses "prepolymerisasi" (pada Reaklor-l)" dan (semi-
polymerisasrlpada Reaktor-2"), yang dapat digambarkan dalam proses
diagram sebagai berikut:
- Reaksi-reaksi polymerisasi pembentukanKu adalah sebagai
berikut:
1) Pada Reaktor-l, proses prepolymerisasi berlangsung dengan
mencampurkan bahan bakuKu TDI dengan bahan pelarut
Polyol atau polyether. hoses berlangsung pada suhu (to) antara
110-120"C, sehingga Aku terbentuk berupa produk:
"Prepolymer" yang belum stabil dan yang masih harus disem-
purnakan lagi sampai bahan polymerKu mendapatkan berat
molekul yang lebih tinggi dan lebih stabil lagi pada proses
polymerisasi berikutnya. Reaksi-reaksi kimia yang terjadi
adalah sebagai berikut:
1. TDI + Polyol t = ll0-l20oC. Prepolymer'-------T-.+atau:
2. OCN-R'-NCO + HO-R.OH t: ll0-l20oC
resm
(: TDI )
(: Prepolymer )
148
2) Pada Reaktor-2, proses semi polymerisasi berlangsung denganmencampurkan produk "PrepolymerKu" dengan "Air" dandengan bantuan katalist pada suhu reaksi antara 130-140'C,sehingga reaksi dengan "Air" ini aku terbentuk berupa "PIIRresin kental" dan sudah mempunyai berat molekul yang lebihtinggi dan yang lebih stabil. Reaksi kimia yang terjadi atas
pembentukanKu adalah sebagai berikut:
Prepolymer + HzO,
atau:
PUR resin + CO2 t
OCN-RI-NCO + HO-R-OH t:110-l2O"Co ,
(: TDI ) (: Polyol ) | |ool
oCN-Rr-NH-t-o-n-o-t-NH-R'-N-C-o +-----------lt(: Prepolymer )
Kerapan (desinty) dari resin kental PIIR yang terbentuk ini,dapat dikontrol dengan terbentuknya sejumlah CO2 yang dapatdigunakan sebagai "Blowing agent" pada proses tahapberikutnya.
Untuk tahap selanjutnya sampai Aku dibentuk berupa "busaplastik PI-IR (= PUR foams flexible) yang empuk, bukan lagiberdasarkan proses kimia semata-mata melainkan, dibentukdengan teknologi pemrosesan plastik-plastik (plasticsprocessing), seperti yang akan dijelaskan berikut ini:
Tahap-4: Proses pembuatan dan pembentukanKu menjadi/berupa "busa-busaplastik PIIR" yang empuk dari bahan bakuKu berupa PUR resin kentalyaitu dengan teknologi pemrosesan plastik-plastik (plastics processing)terutama dengan proses "blowing" (proses pembusaan dengan cara
meniupkan bahan dan "injection molding" (proses pencetakan bahanplastik dengan cara injeksi), yang dapat digambarkan pada proses
diagramKu sebagai berikut:
149
Bahan-BahanBahan Baku Addirif
PUR Resin kentbl
Flehqn l{imio FhrPur LVlgsllt rElrugku(
Blowing AgentBlending -l Injection Molding
Pemeriksa Mutu Alat Pemotong Lapisan
Inspection Coating
Pembuat Merek Mesin Pembungkus Produk busa jok plastik PUR
Marking Packing
- Sebelum Aku dibentuk menjadi bentuk "busa-busa" bantalancetakan atau busa-busa jok cetakan (pada mesin "Die" yangterletak didalam. "Unit Mesin Pencetak/Injection Molding",terlebih dahulu Aku diramu atau dicampurkan dengan bahan kimia"blowing agent" dan bahan-bahan tambahan lainnya/additif pada"Unit Pencampur (blending). Pencampuran bahan-bahan kimia inidilakukan pada suhu pemanasan antara 35-110'C selama 34menit/putaran, yaitu sampai terjadinya reaksi pembusaan(terbentuknya gumpalan busa) dengan sempurna. Penambahanbahan-bahan additif ini dimaksudkan untuk menambah daya tahandan daya saingKu terhadap dunia luar. Adapun bahan-bahanramuanKu/additif yang ditambahkan atau yang dicampurkankepadaKu terdiri darildan berfungsi, sebagai berikut:
(1) Disamping gas CO2, bahan kimia "blowing agent" yangefektif untuk pembentukan busa PUR adalah "Chlorofluoro-metanes-ll dan 12" atau "CCI3F dan CCI2F2". Penambahanbahan-bahan kimia ini sangat berguna karena fungsinyadisamping mempercepat terj adinya pembusaan/penggumpalanbusa", juga membuatkan "busa yang sudah berbentuk produkjadi nanti, lebih tahan terhadap panas/yang bersuhu tinggi.Karena bahan kimia ini termasuk gas-gas yang sudah larut dantidak merusak lingkungan (terutama tidak merusak lapisan"ozon" dan efek rumah kaca), maka pemakaian CCI3F danCClzFz ini sangat disukai pada pembuatan busa bantalanempuk pada alat-alat transportasi
(2)
(3)
r50
Bahan katalist DMEA (= Dimethylethanol amine) dan
DABCO (= Diaminobicyclooctane), mempercepat reaksi airuntuk membentuk terjadinya busa kentaUgumpalan busa
Silicone surfactan, bahan kimia perekat yang dibuat daricampuran silikon dan methyl chloride, yang selanjutnyamenghasilkan "Silicone Surfactan" dengan nama kimianya:methyl chlorosilicones (= (CH:)z - SiCl2). Bahan additif yangditambahkan ini berfungsi untuk menstabilkan terjadinya busa
dan juga dapat mengaktifkan permukaan busa, sehinggamembantu penyebaran inti udara pada permukaan busa. Juga
dapat menjaga permukaan busa dalam keadaan panas glcbalyang stabil, sehingga membuatkan busanya tahan terhadapoksidasi dan terhadap kehancuran yang disebabkan perubahaniklim lainny
Bahan pengisi/filler dan pigment: untuk menambahkankekuatan/daya tahan busa terhadap kerusakan lingkunganyang disebabkan terjadinya kebakaran dan kerusakan lainnya,perlu ditambahkan bahan additif/sebagai bahan pengisiseperti: potongan-potongan kecil benang nilon atau benangpolyester dan butiran-butiran kecil/pecahan-pecahan"fibreglass".
Setelah Aku dengan ramuanKu dipanaskan pada suhu (t) = 35-110'C dan dipanaskan sampai bercampur sempurna/sampaiterjadinya busa kental yang stabil, kemudian dipanaskanlagi/dilelehkan pada dapur pemanas/pada oven yang bekerja pada
suhu (t) = l7O-175"C dan tekanan (p) pada 5 kglcri. Kemudiandalam keadaan meleleh Aku mengalir dan masuk kedalam "UnitMesin Pencetak/Injection Molding" yang didalamnya ada mesin"Die" (mesin pencetak) untuk mencetak, memproses dan
membuatKu menjadi berbentuk "busa bantalan/jok mobil yang
empuk". Kemudian busa bantalan/jok yang empuk produkKutersebut didinginkan, setelah mendingin masuk lagi kedalam"Unit/Alat Pemotong Lapisan atau Coating yaitu untukmemperbaiki dan menyempurnakan lapisan permukaan dari busa
bantalan/jok mobil produkKu tersebut, supaya seslrai dengan
standar/ukuran yang dikehendaki pasaran kemudian masuk kegudang penyimpanan untuk dipasarkan dengan nama merekdagangKu" busa bantalan/jok plastik PLIR" (lihat fotocopygambar-gambar busa/jok mobil PUR sampul luar terlampir).Selanjutnya kawan-kawan yang sangat perlu untuk kawan-kawan
(4)
151
ketahui dalam penyusunan penulisan "karya tulis" di sekolah nanti,adalah mengenai kwalifikasi/spesifikasiKu sebagai penghasil busa-busa bantalan plastik PUR untuk "tempat dudulc/jok mobil,produksiKu tersebut harus mengikuti standar InternasionaVStandarISOffC-138 sebagai berikut:
Spesifikasi "busa plastik Polyurethane
(PUR flexible foam untuk tempat duduVjok mobil )
Ukuran per lembar
busa,/foamKerapatan Daya rentang Daya tegang Daya koyakan
Lrbar (width)
(meter)
Tebal
(thickness)
(mm)
Desinty
G9m1
Bogation
(%rl:ur.)
Tensile strenght
(kN/m2min)
Tear strenght
(N/mmin)
0,3G-1,3 m 2G-40 mm 35-60 kg/m3 I lG-150 kNm 75-120
kN/m2min
134 - 333 Nm
Catatan: Tinjauan ekonomi karena kerapan (density) busa plastik ini hanya 213
dari kerapatan (density) busa karet (kerapatan (density) busa karet sehsar80-110 kglrn') dalam perkataan lain: busa plastik PUR jauh lebih ringandari busa karet, maka meskipun harga busa plastik PUR/satuan beratlebih mahal dari busa karet, tetapi karena busa plastik PUR lebih ringanpersatuan volunrc, akhirnya dari segi komersialisasi pemakaian busaplastik PUR harganya menjadi lebih rendah/menjadi lebih murah daribusa karet. Sehingga pada era globalisasi sekarang ini, pemakaian busaplastik PUR sangat atau lebih diminati dunia, sedangkan busa karetpemakaiannya sudah kalah bersaing dengan busa plastik PUR ini.
Cukup sekian dulu kawan-kawan untuk kali ini dan sampai bertemu lagi padapenulisan "karya tulis ilmiah: "Siapakah Aku" untuk yang akan datang ini dan selamatmengikuti.
152
Gambar fV-13. Lembar Kegiatan Siswa SMUKerjasama Museum MIGAS "Graha Widya Patra" dan Departemen P dan K - Dit.Jen.PD. dan M.
153
{&*{s,H h&ir|ds {sn {'d$ s}ft$.!&r$l** s&i,$ PEN',I"
Thi$t
$w*,tnns\ $*r.*o$Lm sMr liirtsJdsll*sntb*r.q$N.$ri$${$l Ss(ll*\stN} ll**$i &slt
r&;.{. SshS!!!f d Fs$"1Ld.' &rr s\.$)' d s
Gambar IV'14. Lembar Kegiatan Biologi"Plankton dan Fossil sebagai Petunjuk Adanya MIGAS di Perut Bumi"
r54
il*$S%$ffi,, ffir:,fl"qqIF, dt", q*'ffii"#
Ofo*-(ma d\rs{dt$n d* *{4ffihsyrlla .*ifidhc, F*nil*.n tMro*r,
ll!N,*$Web*t*Lrr fu"rml*n Mt}(rgsfi ffir{
Gambar IV-15' Lembar Kegiatan Fisika Sebagai Prinsip Kerja Eksplorasi Pencarian MIGAS
155
{'{*us&rr f&tp*ee S{S &l.!*l&Me l**fiF*if*ff*l
YM$I
$ffitsmee $1s0&ih#fl {*r itesils*il*f,fr.W -xrrW g*flru.n fk# d*it
$l\lf*{ryf,\fiMt]tl Stt{}]ier Ursx.dft {.liT rn
Gambar IV-16. Lembar Kegiatan Geografi Untuk Melihat Misteri dan Sensor di Dalam Perut Bumi
156
Gambar IV-17. Lembar Kegiatan Pemetaan untuk Mengamati Peta Lapangan Utama MIGAS Indonesia(Sumber: Museum MIGAS "Graha Widya Patra" - TMII)
iI
I
.!rHIu, (.apr ?, /(cl*.r I
LAPANCiI-\ UTAMA \tINYAK llAI (.;AS tttil.IlDI LtrPAS PANI}{t INDONESIA
'ftlGAs
Arh.rti lxltil lapa::girn ularna rrrinv;rk tlan gas bnmj Inclonesia hr:rikur ini.
I . Tuljskan pada;:cra !r^lln-noJll& lnpirogan rrrir-virk rl:rn girs hunri di kpas patrrailnd<lnr:sia : I. Kahrrp f lrut Cinet .Sel ). .]. Sinta ( larrr Jau,a ).
2. T.IdiLng ( lirut Cina .gel ). 4. Alirrna ( .lltur.larv:r ).
fT,,,-*-^".'it- ' ." n**"
,1
I-^,PANCAIf I,JTA]V{A }IINY,,I,K I)AN (}AS TIUNIItNIXJNESI. .
157
ffii**{iNr l&$&&,iki} $d{ Srdisr{&*,,r* tr&sd& Pxt*r
Tf,!}I
{}slMq$rs' &rr*sh*t l1r lGtt$qdnI!$de,$d -i&i*ile*$i'lrh$dr{i${*e tMdS*
N{st*$$ei}tls{fBp8{ ISMtN*il}. $#,!NWsl Xi{rr$t
{MW
Gambar IV-l8. Lembar Kegiatan Kilang Pengolahan MIGASuntuk Menghasilkan BBM dengan berbagai Proses Kimia
158
Fruduk fetr*kfu*ix
Gambar IV-19. Produk-Jadi Petrokimia Pipa PVC
t59
FR$lltrK PI:TR$KINIAllu*;r illimtlk {jerk nrtrhil f t} }t
ffiffi#ffi
mrur-ltjK rffiTR*fi[h{iA
ms$si$ $l$srfur ls|$,s d&n iek!**jxms{rj*dik$* Wn6sr$,idi l&rh
ny*rnr*n kwh*ru$er*
Gambar IV-20. Produk-Jadi Busa Plastik / jok mobil PUR
BAB V
PRODUK.PRODUK KHUSUS PETROKIMIA DANPENGGUNAANNYA
5.1 PRODUK KHUSUS METHMIX
"Methanol mixture" yang disingkat dengan kata "Methmix" adalah bahan kimiacampuan antara methanol, air demin dan pencegah korosi dalam satuan perbandinganvolume (7o vol) tertentu. Pencampuran ini dibuat sesuai dengan keperluan dan kebutuhanjenis mesin pesawat udara pemakai bahan tersebut.
Penggunaan Methmix pada pesawat udara berfungsi sebagai pendingin ruang bakarmesin, sehingga dengan pendinginan ini memungkinkan masa oksigen lebih rapat,dengan demikian pembakaran akan menjadi lebih sempurna dan tenaga yang dihasilkanmenjadi lebih besar. Hal ini akan menambah tenaga dorong pada saat pesawat tinggallandas ("take-off';.
Methanol dan air demin sebagai komponen utama Methmix harus memenuhipersyaratan mutu, yaitu menurut spesifikasi BS: 506: 1966 (British StandardSpecification) untuk methanol dan DERD 2491 untuk air demin. Penambahan zatpencegah korosi dimaksudkan untuk menghambat atau mencegah terjadinya korosi padapipa saluran dan ruang bahan bakar mesin. Tidak semua jenis "Methmix" menggunakanzat pencegah karat, dengan demikian komponen utama Methmix terdiri hanya darimethanol murni dan air demin. Perbandingan campuran yang dikenal hingga dewasa inimenggunakan perbandingan methanoVair demin/inhibitor sebagai berikut:1. Untuk mesin-mesin piston: 60140ll;50/5011dan 50/50/02. Untuk mesin turbin: 45155/0.
Catatan: Menurut sumber data dari PDN-PERTAMINA, pada saat ini Pertaminahanyamemproduksi Methmix dengan perbandingan 45 I 5 5 10.
5.1.1 Pembuatan Methmix
Komponen dasar methanol mixture terdiri dari methanol murni dan air demin.
5.1.1.1 Methanol murni
Methanol murni ("pure methanol") sebagai komponen dasar methmix diperolehdari produksi dalam negeri (lokal) maupun yang diimport dan harus memenuhi spesifikasipersyaratan mutu berdasarkan spesifikasi BS: 506: 1966 seperti terlampir (Lihat pada
161
Tabel V4: Spesifikasi Methanol murni Lampiran).
1. Pada setiap penerimaan methanol murni hasil produksi dalam negeri maupun import,harus disertai dokumen jaminan mutu berupa "release note" dan "sertifikat mutu"serta "test report" pengujian laboratorium dari instansi pemasok.
2. Dilakukan pengambilan contoh untuk pengujian laboratorium terhadap methanolmurni dari produk import. Apabila hasil uji laboratorium memenuhi spesifikasi,methanol murni tersebut dapat diterima dan jika hasil uji laboratorium tersebut tidakbaik, harus ditolak karena tidak memenuhi standar mutu untuk dipakai sebagaikomponen dasar methmix.
3. Pada penerimaan methanol mumi produksi lokal melalui "mobil tangki"pengangkutnya, maka langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:a) Periksa kelengkapan dokumen jaminan mutu seperti diatas. Apabila dokumennya
tidak jelas/lengkap, produk methanolnya tidak dapat diterima.b) Bila petunjuk atasan supaya diperiksa secara visual, lakukan hal-hal sebagai
berikut:1) Dilakukan pengendapan selama + 10 menit dan periksa segel.
2) Diambil contoh dari saluran pengeluaran untuk pemeriksaan visual. Jika hasilvisual baik (terlihat larutannya jernih dam tidak ada endapan), maka methanolmurni dapat diterima dan jika hasil visual tidak baik, methanolnya tidak dapatditerima/dikembalikan.
4. Pada penerimaan methanol murni dengan "drum" baik terhadap produksi lokal,rurupun produk import, perlu dilakukan langkahJangkah pemeriksaan sebagaiberikut:a) Diperiksa kelengkapan dokumen jaminan mutu seperti diatas.b) Periksa "drum" menurut nomor "batch seri pembuatannya" dan juga kondisi fisik
setiap drum. Drum yang cap "sealnya" rusak, bocor serta berkarat sehingga isinyadiragukan, tidak dapat diterima dan drum yang kondisi fisiknya baik dapatditerima.
5. Penimbunan methanol murni: Pada umumnya penerimaan melalui "mobil tangki",langsung dibongkar ditangki penimbun dan khususnya penerimaan dengan "drum"apabila langsung digunakan untuk pencampuran (blending) dapat ditimbun dalam"tangki penimbun" maupun ditimbun dalam "drurn".
a) Penimbunan methanol murni dalam "tangki penimbun", harus memenuhipersyaratan dasar, sebagai berikut:1) Terminal tangki harus dari besi baja/stainless steel, perunggu atau logam
campuran.2) Blla logam lunak dapat dipakai tetapi harus dilapisi dengan "epicoat"
pembungkus.3) Tangki harus dilengkapi dengan "PV valve".
162
4) "Tank Cleaning" harus dilakukan setiap tahun, tetapi apabila kondisi tangkimemerlukan pembersihan, maka "tank cleaning" dapat dilakukan sebelumnya.
b) Penimbunan methanol murni dalam "drum" dilaksanakan sebagai berikut:1) Drum ditimbun dalam posisi tidur dengan alas balok sehingga tutup drum
membentuk garis sejajar serta berada dibawah permukaan bahan, sehinggajika ada kebocoran dapat segera diketahui.
2) Penimbunan dapat dilakukan dengan cara menyusun drumnya berjejer keatas
dengan pola 4, 3,2, I atau berderet sebanyak tiga lapis.
6. Pengawasan mutu methanol mumi dalam penimbunan. Setiap methanol murni yang
ditimbun dalam penimbunan (dalam tangki atau drum) harus dilakukan pengawasan
mutunya, sebagai berikut:
a) Pengawasan mutu dalam tangki penimbun, yang dilakukan secara "harian" atau
"berkala/bulanan", sebagai berikut:1) Pemeriksaan "harian":
(a) Setiap pagi diambil contoh dari saluran pengeluaran/ saluran pengurasan
untuk pemeriksaan visual.(b) Lakukan pengukuran "electrical conductivity". Bila hasil "electrical
conductivity'Lnya baik, maka methanol murni dapat dipakai sebagai
komponen dasar dan bila tidak baik, methanol murni tersebut tidak bisadipakai sebagai komponen dasar.
(c) Apabila "electrical conductivity'Lnya lebih tinggi dari 10 cu, methanolmurni dapat dipakai sebagai komponen dasar. Apabila dalam hal ini"electrical conductivity" dari air demin harus lebih rendah dari 10 cu,sehingga "electrical conductivity" campuran (methmix) tidak melebihidari 11 cu.
2) Pemeriksaan "berkala./bulanan":(a) Setiap bulan diperiksa PV. valve-nya, jika kotor harus dibersihkan.(b) Diambil contoh dari semua lapisan ("all level sample") sebanyak 2 x
1.000 cc untuk uji laboratorium.(c) Bila hasil pengujian laboratorium memenuhi spesifikasi, maka methanol
murni dapat dipakai sebagai komponen dasar dan jika tidak memenuhispesifikasi, tidak bisa dipakai sebagai komponen dasar.
b) Pengawasan mutu dalam "drum" penimbun.1) Pemeriksaan "harian".
(a) Setiap pagi periksa kondisi drum. Bila terdapat kebocoran, pindahkan isidrumnya ke drum yang lebih baik.
(b) Kemudian dilakukan pe-meriksaan visual dan "electrical conductivity".Bila hasilnya tidak baik methanol murni tidak dapat dipakai sebagai
komponen dasar.(c) Setiap pagijuga diperiksa kondisi "cap seal". Bila "cap sealnya" rusak,
lakukan pemeriksaan visual dan "electrical conductivity". Apabila
r63
hasilnya baik dapat digunakan sebagai komponen dasar dan pada drum
dipasang "cap seal baru", atau dapat segera dipakai untuk "blending"
dengan air demin.2) Pemeriksaan "berkala".
Setiap 3 (tiga) bulan ambil contoh random untuk pengujian di laboratorium.
Diperiksa lagi apa memenuhi spesifikasinya untuk dapat dipakai sebagai
komponen dasar.
5.1.1.2 Air Demin (Demin water)
Air demin yang digunakan sebagai komponen Methmix sama halnya dengan
methanol murni harus selalu terjamin mutunya. Dalam hal pembuatannya, perlu adanya
Unit Air Demin untuk mendukung penyediaan air demin pada Unit Blending Methmix.
Dengan demikian air demin dapat disediakan dengan mudah. Berikut ini akan
diuraikan pembuatan dan penangannya.
1. Pembuatan Air Demin/Unit Air Demin:Unit Air Demin untuk membuat/memproduksi air demin terdapat di DPPU-
PERTAMINA Produksi air demin di unit ini disesuaikan dengan jumlah produksi yang
diperlukan untuk pembuatan Methmix. Bahan baku "air jernih" berasal dari sumber air
terdekat dari lokasi yang memenuhi syarat yaitu yang sesuai dengan persyaratan air
minum PAM dan mempunyai "electrical conductivity" serendah mungkin.
Di unit ini bahan baku air yang diterima/yang datang dari "air sumber"dihilangkanimpurities/ionion mineralnya dengan menggunakan methode "ion exchange resin"
sehingga dihasilkan "air demin" yang sudah mempunyai "electrical conductivity" yang
sudah rendah.
2. Pengawasan Mutu Air Demin.a) Pada Unit Air Demin.
1) Jika unit yang baru dioperasikan, dioperasikan kembali setelah "ion exchange
resin" dicuci, maka terhadap produk harus dilakukan pengukuran "electrical
conductivity" dengan mengamati indikator yang terpasang pada unit air demin.
2) Bila hasilnya memenuhi spesifikasi maka dilanjutkan dengan pemeriksaan
"appearance|visual".3) Setelah pembuatan air demin selesai, maka diambil contoh untuk diuji
laboratorium lengkap meliputi "visual electrical conductivity", "acidity" dan
"Si/kandungan silikon".4) Jika hasil pengujian tidak memenuhi spesifikasi, maka air demin tersebut tidak
dapat digunakan sebagai komponen Methmix (Lihat spesifikasilstandard mutu
air Demin pada Tabel V-2 Lampiran).
b) Pada/sebelum digunakan sebagai komponen Methmix:1) Jika air demin akan digunakan sebagai komponen Methmix, maka sebelum
tu
digunakan dilakukan pengujian "appearance" dan "electrical conductivity".2) Bila hasilnya baik dan "electrical conductivity"nya memenuhi spesifikasi, maka
air demin dapat digunakan sebagai komponen Methmix, tetapi bila sebaliknya,air demin tidak dapat digunakan.
5.1.1.3 Cara-cara PencampuranlProsedur Kerja Blending Unit Methmix
Pencampuran methanol murni dengan air demin di Unit Blending diatur dengan
ketentuan-ketentuan yang ketat. Sebelum pencampuran dilakukan, komponen-komponennya harus baik dan memenuhi spesifikasi/standar mutu, sbb.:
1. Prosedur Pencampuran Methanol dan Air Demin.Pencampuran dilakukan dalam "Unit blending" dan hasilnya dimasukkan ke dalamtangki penimbun. Hal-hal yang harus diperhatikan selama pencampuran adalah:a) Volume mehtanol murni dan air demin yang dibutuhkan harus diukur secara
terpisah sebelum pencampuran. Hal ini dimaksudkan untuk mencegahpenyusutan volume yang terjadi selama pencampuran.
b) Pastikan bahwa spesifik gravity (s.g.) dari campuran berada dalam batas-batasyang aman/yang diperbolehkan (Lihat pada Gambar V-l Lampiran)
c) Campuran harus jernih dan bening, campuran yang tampak keruh dan kedapcahaya dinyatakan rusak.
d) "Electrical Conductivity" dari campuran harus diukur. Nilainya harus berada
diantara "electrical conductivity" kedua komponen dan tidak boleh melebihi 11
cu.e) Setelah selesai pembuatan Methmix, dibuat nomor tumpuk baru kemudian
diambil contoh untuk uji lengkap laboratorium. Setelah dapat basil yangmemenuhi spesifikasi (lihat contoh spesifikasi standar mutu pada Tabel V-3dan V-4 Lampiran), maka Methmix siap untuk diserahkan.
2. Penimbunan Methmix:Sarana penimbun berupa "Tangki penimbun" dan "drum penimbun" harus terbuat
dari bahan yang khusus, yaitu terbuat dari "stainless steel", "mild steel" yang telahdilapisi dengan sejenis "epicoat phenolic stoving laquer", "high density polyethylene"'untuk melindungi sarana penimbunnya dari perkaratan/dari kebocoran oleh karenaperkaratan.- Penimbunan dengan tangki: Persediaan Methmix harus disesuaikan dengan kebutuhan
dengan prosedur penimbunan, sebagai berikut:a) Methmix selama penirnbunan harus dilakukan pengawasan mutu berkala.b) Semua keranan pemasukan dan pengeluaran harus ditutup dan disegel.c) Pada tangki penimbun harus diberi tanda penge nal jenis yang jelas dam mudah
terlihat.
165
5.1.2 Prosedur Penggunaan/Penyaluran/Penyerahan dan Pengisan Methmix
1. Penggunaan Methmix:- Seperti sudah disinggung pada pendahuluan bahwa penggunaan methmix pada
pesawat udara adalah sebagai pendingin ruang bakar mesin pesawat. Dengan
terjadinya pendinginan pada ruang bakar mesin ini massa oksigen menjadi lebih
.rapat atau padat sehingga pembakaran akan terjadi sempurna dan tenaga yang
dihasilkan menjadi lebih besar yang selanjutnya akan menambah tenaga dorong
yang sangat diperlukan pada saat pesawat tinggal landas (take-off).
2. Prosedur PenyaluranlPenyerahan Methmix:Penyerahan "Methmix" ke pesawat udara dapat disalurkan melalui "refiller" dan drum
(Lihat pada Gambar V-2 Lampiran).Adapun prosedur penanganannya dapat diuraikan sbb.:
a) Dengan melalui "Refiller"1) Sebelum pengisian methmix ke "refiller", yakinkan bahwa tangki tersebut
dalam keadaan bersih dan methmix-nya dalam kondisi yang baik
2) Pengisian Methmix ke "refiller" dilakukan melalui "top filling".3) Selesai pengisian saluran pemasukan "refiller" ditutup dan disegel, kecuali
pada "nozzle" selanjutnya "refi ller" siap untuk penyerahan.
4) Sebelum pengisian ke pesawat udara diambil contoh 1 x 100 cc dari "drain"
untuk pemeriksaan "appearance" dan "spesifik gravity (s.9.)".
5) Apabila hasil pemeriksaan baik, maka diambil contoh untuk dimasukkan
kedalam botol bening, ditutup dan disegel sebagai "retained sample". Selama
pengambilan contoh disaksikan oleh pihak penerbang yang ikut
menandatangani "label sample".6) "Retained Sample" disimpan di DPPU selama 2x24iam.
b) Dengan Drum.- Penyaluran/penyerahan Methmix dengan "drum" dapat dilakukan sebagai
berikut:1) Isikan drum dengan methmix dan methmix yang diisikan adalah yang sudah
"release".2) Selanjutnya dengan pengisian drum tadi dapat digunakan sebagai sarana
penyaluran/penyerahan untuk pihak ketiga (konsumen).
c) Pengisian Drum Milik PERTAMINA.Sebelum Pengisian.1) Periksa bagian dalam drum dengan lampu pemeriksa.
2) Drum yang kotor harus dicuci dengan air demin dan dibilas dengan
methmix. Pencucian dilakukan dengan menggunakan mesin pencuci drurnDrum yang bocor, berkarat atau lapisan terkelupas tidak boleh diisimethmix.
166
3) Diambil contoh dari titik pengisian (nozzle) untuk pemeriksaan visual.Apabila hasil visual baik, maka pengisian kedalam drum dapatdilaksanakan.
Setelah Pengisian:1) Tutup drum dengan "packing" baru dan disegel dengan "cap seal" yang
berkode PERTAMINA AVIATION.2) Berikan tanda sebelah atas pada setiap drum yang meliputi jenis bahan,
nomor tumpuk tanggal bulan tahun pengisian, kode PPM, bulan tahundimana produk dalam drum harus dicuci kembali, kapasitas drum dan jenisdrum.
3) Setelah hal-hal tersebut diatas dipenuhi, dibuat dokumen penyerahan dandrum siapuntuk diserahkan.
d) Pengisian Drum Pihak Ketiga (Konsumen):Pengisian methmix kedalam drum kepunyaan pihak ketiga (konsumen), sebagaiberikut:
1) Sebelumpengisian:- Pemeriksaan drum dengan lampu pemeriksa.- Drum bekas pakai atau kotor harus dicuci dengan methmix yang akan
diisikan kedalamnya. Biaya pencucian sepenuhnya dibebankan kepadapihak konsumen. Drum yang bocor dan berkarat tidak boleh dipakai untukpengisian Methmix.
- Ambil contoh dari titik pengisian/nozzle untuk pemeriksaan visual.- Konsumen diminta untuk ikut melihat saat pengambilan dan pemeriksaan
contoh sekaligus menandatangani "release note/pengesahan bahwa methmixtersebut siap untuk diserahkan.
2) Setelah pengisian:- Tutuplah drumdengan baik.- Apabila dipasang "cap seal", digunakan "cap seal blanko", biaya
pemasangan ditanggung oleh pihak konsumen.- Bubuhi drum dengan tanda disebelah atas dengan menyebutkan jenis bahan,
nomor tumpuk (batch), tanggal bulan, tahun pengisian dan uji ulang sertakode PPM.
- Harus disertai dengan dokumen l'release note" yang lengkap, jelas dan tepat.- Tanggung jawab PERTAMINA hanya sampai ujung "nozzle".
e) Penyerahan Drum Kepada Pihak Ketiga (Konsumen).Penyerahan kepada pihak ketiga harus disertai dengan kelengkapan dokumen. Notapenyerahan Methmix dalam drum dapat langsung diserahkan kepada pelangganapabila:l) Belum melewati masa uji pengawasan mutu berkala terhitung semenjak 3 bulan
dari tanggal pengisian.
t67
2) Fisik drum dalam keadaan baik dan tersegel.
Q Penyerahan Langsung ke Pesawat Udara.penyerahan ke pesawat udara langsung dari drum, hanya dilaksanakan jika dalam
keadaan terpaksa, dengan prosedur pelaksanaannya, sebagai berikut:
1) Perhatikan butir-butir pada e) di atas.
2) Drum tersebut dibuat Lerdiri dengan tutup katup di atas. miringkan dengan alat
bantu sedemikian pula sehingga tutup yang terbesar tepat berada diatas titikterendah cairan di dalam drum. Diamkan selama + 10 menit'
3) Buka tutup drum, ambil contoh dari dasar drum dengan alat bantu berupa pipa
plastik dan tempatkan pada gelas beaker yang bersih dan bening. Kemudian
iakukan pemeriksaan visual, apabila hasilnya baik, maka methmix siap untuk
diserahkan.4) Penyerahan ke pesawat udara dilakukan melalui alat pompa yang dapat dibawa
(pompa tangan atau listrik) dan dilengkapi dengan "miko-filter"'5) Pipa tetap yang dipakai untuk menyedot methmix dari dalam drum harus diberi
sekat pada dasarnya dan bergerak + 4 Cm dari dasar drum'
g) Pengawasan Mutu Methmix:1) Pada Tangki Penimbun:
Untuk menjamin mutu Methmix selama dalam penimbunan harus dilakukan
pengawasan mutu berkala. Bila hasil baik, methmix dapat digunakan, tetapi
bila tidak baik methmix-nya harus diblokir atau dilakukan evaluasi dan
apabila dilakukan "treatment" sampai memenuhi spesifikasi methmix (Lihat
Tabel V-3 dan Tabel V4 Lampiran). Bila tidak mungkin di "treatment"
kembali, maka methmix tidak dapat digunakan sebagai "power booster"'
Harian: Lakukan pemeriksaan visual setiap pagi. Contoh diambil sebanyak
1000 cc dari saluran pengurasan, dimasukkan dalam gelas beker.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati "appearance", spesific gravity
(s.g.) dan pengukuran "electrical conductivity". Bila terjadi perubahan (s.g.),
maka dilakukan sirkulasi untuk menghomogenkan methmix'
Berkala: Setiap bulan dilakukan pengambilan contoh sebanyak 1000 cc dari
saluran p"ngoiuru, dimasukkan dalam botol berwarna coklat/gelap untuk
pengujian laboratorium lengkaP.
2) PadaDrum:
- Methmix dalam drum setiap 3 (tiga) bulan diambil contoh gabungan
sebanyak 2 x 1000 cc dalam botol berwarna untuk uji lengkap laboratorium.
- Drum yang digunakan untuk pengisian adalah ya,r;'g sudah dilapisi.
Pemakaian drum baru dibatasi maksimal untuk 3 kali pengisian'
Apabila drum tersebut drum bekas, methanol murni, maka batas maksimal
pemakaian hanya diijinkan untuk 2 kali berikutnya.
168
3) Pada Refiller:- Pada "Refiller" dilakukan pe-meriksaan visual dan pengukuran "electrical
conductivity" waktu tertentu, diantaranya:- Setiap pagi.- Setiap hujan- Sesudah pencucian refiller- Sebelum pengisian ke pesawat udara.
- Pada setiap sore/selesai kegiatan operasi dilakukan "penyegelan" terhadapsarana yang harus disegel, dengan menggunakan kode PPM yang bertugaspada sore hari tersebut.
Tabel V-1. Spesifikasi "Methanol Mumi" (Sumber: PERTAMINA-PDN)
@Dit.PDN
SPESIFICATIONMETHANOL
BS 5061966
LIMITSNo. PROPERTIES
0,7924,795
Shal not exceed 15 Hazen
@,545,5"C
Not more than 10 ppm
Shall not show any opalescence whenmixed with destilled water
Shall not contain more than 30
Not more than l0 ppm by mass
Shall not cause the colour of a standardpotassium permanganate solution to fadesufficiently in 20 minutes to match or belighter than the matching solution
Shall not contain more than 0,015 bymass of aldehydes and ketones. Ketonescalculated as aceton CH3-{HH3
l. Relative Density zVCl2trC
Colour
Distilation Range
Residue on Evaporation
Miscibility with Water
Acidity (Free acid as Acetic Acid)
Sulphur and Sulphur Compounds
Potassium Permanganate Test
9. Aldehydes and Ketones
-).
4.
7.
8.
t69
Tabel V-2. Spesifikasi "Aii' Demin" (Sumber: PERTAMINA-PDN)
DERD 2491ISSTIE 2
NOV. 1987
SPESIFICATIONAIR DEMIN
Dit.PDN
Note 4: The determination oi specific conductance and silica content may be used
in lieu of the determination of total solida but in cases of doubt, the total
solida shall be the reforce methods.
TEST LIMITS TESTMETHOD
Appearance
Visually clear
and free fromsolid matter
PH Valuemlnmax
5.07.5
Appendix A
EITHERTotal solida at 103"C, ppm
max 10Appendix B
Specification Conductance at
20 t50 C mhos, cmmax
ANDSilica Content, ppm
max
11 x 106
J
Appendix A
r70
@Dit.PDN
PENGENDALIAN BBM DANNON BBM PENERBANGAN
SUB BAB: METHANOL MIXTURE
III- I07
10.89
o.=esE
o<o1 0'l
(U6, lursao ro O0tn0t - Alsuoo oulsou
Gambar V-1. Spesifik Gravity (SG) Methanol Mixture 45/5510 (Sumber: PERTAMINA-PDN)
t7t
Tabel V-3. Spesifikasi Methmix 45155/0 (Case-l) (Sumber: PERTAMINA-PDN)
SPESIFICATIONMETHANOL MXTLIRE 45/55
DERD 2491ISSIIE 2
NOV. 1987DiI.PDN
TESTLIMITS
TESTMETHODAL-28
AppearanceVisual clear and freefrom solid matter
Acidity, calc, as Formic Acid,ppmwt
max 13
Appendix E
Speciirc Gravity at 60"/60'Frunmax
0.94120.9445
IP 160
Total Solid, at 103'C. ppmmax l0 Appendix B
' 172
Tabel V.4. Spesiflkasi Methmix 4515510 (Case-II) (Sumber: PERTAMTNA-PDN)
@Dit.PDN
SPESIFICATIONMETHANOL MIXTTIRE 45 I 55
DERD 2491iSSI'E 2
NOV. 1987
Note 1: Where laboratory facilities are not available for thedetermination of acidity or total solids, the following fieldtests may be applied in lieu.
Note2: In cases where the specific condurtance is 11 x 10-6 orabove and acidity is less than 18 ppm fr:r AL-24 or 13 ppmfor AL-28 or is blue by the fieid test, th* total solids shallbe determined. The total solids shali always be the refereemethod.
Note 3: At temperatures other than 60oF, the specific gravity mustbe within the limits given in Figs 1 andZ.
TESTLIMITS
TESTMETHODAL.28
A,cidity, CFA Tesr Blue Coioration Appendix F
pecific conductance at 20/5"C,thos, cm-l max l1-6x I0 Appendix C
t73
PENGENDALIAN BBM DANNON BBM PENERBANGAN
SUB BAB: METHANOL MIXTUREDit.PDN
!mzc)a
=l H!I 2FErrro- E
EtB-lz.
=
OE<Enz
;la
=
6=
!mz.
@Cz.z.
5i
!!mmzzm>T=>=t>
.HE; lfli*ffi1
!mFz.G)c)z Et*t&
l1
Gambar V-2. Prosedur Pengisian Methmix ke pesawat udara (Sumber: PERTAMINA:PDN)
t74
1.
2.
5.2 PRODUK KHUSUS ADDITIF/NIINYAK PELUMAS
"Additif'atau "Additive" adalah suatu bahan kimia atau senyawa kimia yang apabila
ditambahkan (additive) ke dalam cairan/larutan dasar atau minyak dasar (base Oil)akan memperbaiki karakteristik minyak dasarnya dan sekaligus menaikkan mutukerj a/kinerj a campurannya.
Jadi bahan additif itu merupakan bahan khusus yang memiliki sifat yang
kemampuannya jauh lebih unggul dari sifat yang dimiliki minyak dasar. Sedangkan
maksud penambahan additif itu adalah untuk meningkatkan kemampuan dasar darisifat yang dimiliki minyak dasar. Sebagai contoh: additif "anti oksidant" (seperti:
phenyl B-naphthylamine), additif ini memiliki "pencegahan oksidasi" yang lebih baikdari larutan dasar "SBR latex" pada "vulkanisasi karet" atau dari "minyak dasar"pelumas. Bahan additif ini ditambahkan kedalam larutan dasar "SBR latex" pada
vulkanisasi karet atau kedalam "minyak dasar pelumas pada pelumasan mesin-
mesin/logam-logam", dengan maksud untuk mencegah terjadinya oksidasi yang dapat
menghalangi terjadinya reaksi "pengumpulan" pada vulkanisasi karet atau terjadinya"perkaratan" logam-logam pada pelumasan, yang mana sifat-sifat pencegahan
oksidasi", belum dimiliki minyak dasarnya semula.
Demikian pula dengan bahan-bahan additif lainnya seperti, additif plasticizer, additifdetergent, additif emulsifier dan sebagainya.
Bahan additif sangat banyak dipergunakan pada industri pelumasan mesin-
mesin/industri otomotif, industri pertanian dan perkebunan, industri zat warna dan
pencelupan/industri tekstil, industri plastik, industri makanan dan wangi-wangian dan
lainJain.
5.2.1 Sifat-sifat dan Penggunaan Additif
Berdasarkan sifat-sifat dan penggunaannya additif, dapat dibedakan atas beberapa
macam dengan unjuk kerja/kinerja masing-masing additif sebagai berikut:
1. Additif anti oksidasi atau "anti oksidant":Bahan anti oksidant ditambahkan dengan maksud untuk mencegah terjadinya proses
oksidasi Cari pada cairan karet atau latex (pada vulkanisasi karet) atau pada minyakpelumas (pada pelumasan mesin-mesin). Apabila proses oksidasi terjadi, maka akan
terbentuk zat-zat kimia seperti peroksida-peroksida, asam, asam-asam hydroksida,
ester, anhidrida, laktan, keton, aldehyde, alkohol dan olefin. Zat-zat yang terbentukini akan bereaksi dengan cairan karet atau latex sehingga tidak terjadi pengumpulan
karet (pada vulkanisasi karet) atau bereaksi dengan logam-logam mesin, sehingga
mengakibatkan terjadinya karat (pada pelumasan mesin-mesin). Selain itu asam-
asam hidroksida membentuk lumpur yang dapat menghalangi aliran minyakpelumas. Akibatnya, pelumasan menjadi tidak sempurna, sehingga menyebabkan
keausan.
J.
175
2. Additif "detergent-dispersant": Additif untuk mencegah terjadinya endapan ataukotoran pada permukaan logam-logam atau mesin-mesin. Pembakaran yang terjadipada mesin akan menghasilkan kotoran. Bila terkumpul kotoran tersebut dapatmenghambat aliran minyak pelumas kemseluruh bagian mesin. Detergent sebagaibahan additif yang ditambahkan dapat berfungsi menyebarkan partikel-partikelkotoran, sehingga terkumpulnya kotoran dapat dihindari. Sedangkan dispersantadalah bahan additif yang dapat mendispersikan endapan yang terjadi pada suhurendah dalam mesin yang sangat mengganggu jalannya mesin dan harus dihilangkan.Sebagai dispersant dipakai antara lain: amida-amida dan poly-amida dengan beratmolekul yang tinggi atau ester dan polyester dengan berat molekul yang tinggi.
Additif "extreme pressure" (EP).Additif ini untuk mengurangi dan menyederhanakan sifat-sifat gesekan dari logam-logam. Suatu lapisan akan terbentuk bila dua mesin yang bergerak diberi pelumas.Bila lapisan itu terkena tekanan atau kecepatan tinggi, pelumasan menjadi terganggu.Hal itu akan merugikan karena dua bagian yang bergerak itu akan saling bergeserandan akibatnya, bagian-bagian pada mesin itu menjadi aus. Penambahan additif "EP"akan bereaksi dengan permukaan logam. dan membentuk film yang akan melekatpada permukaan logam. Lapisan itu akan mengontrol gesekan sehingga kontaklangsung antara dua bagian mesin yang bergerak dapat terhindarkan.
Additif "inhibitor korosi".Additif untuk menghambat perkaratan/korosi.Korosi yang disebabkan oleh atmosfir atau sebagai hasil dari oksidasi menunjukkanperlunya additif. Korosi dari logam dapat dikurangi dengan penambahan inhibitorkorosi. Inhibitor korosi ini umumnya bersifat polar, yang mana akan melekat dengankuat pada permukaan logam membentuk lapisan film yang tipis.
Additif "metal passivator".Umumnya logam dapat bereaksi dengan udara maupun minyak pelumas. Reaksi inidapat diperlambat dengan suatu zat yang dinamakan "passivator". 7at ini akanmengakibatkan permukaan logam menjadi pasif, sehingga tidak mudah bereaksi.
Additif "emulsifier".Zatini digunakan untuk mempertahankan emulsi minyak dengan air. Karena apabilaair terlepas dari emulsinya, maka air akan dapat kontak langsung dengan logam,akibatnya logam mudah mengalami korosi.
Additif "anti foam".Apabila pada sirkulasi minyak pelumas, udara masuk kedalam minyak dalamvolume besar dan dengan kecepatan yang tinggi, sehingga menyebabkan terjadinya"buih" atau "pembuihan" yang disebabkan oleh ketidak sanggupan dari minyakuntuk melepaskan gelembung-gelembung udara. Maka untuk itu perlu digunakan zat"anti foam" untuk merusak dengan cepat gelembung-gelembung udara yang terdapatdalam minyak.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
t76
Additif "viscosity index improver" (VI Improved).Index viskositas adalah satu angka yang menunjukkan besarnya perubahankekentalan suatu minyak pelumas bila terjadi perubahan suhu. Apabila suhu naikmaka kekentalan minyak pelumas akan turun. Dengan penambahan additif "viscosityindex improver", akan mencegah pengenceran minyak pelumas bila terjadi kenaikansuhu.
Additif "pour point depressant"."Porrr point depressant" adalah cairan yang ditambahkan pada minyak pelumasuntuk nerendahkan "pour point/titik tuangnya" dari minyak parafin.Merendahkan "pour point/titik tuangnya" bukanlah pengenceran oleh fraksi ringan,tetapi diit<uti oleh pencegahan terbentuknya kristal wax. Maka untuk itu, kedalamminyak pelumas perlu ditambahkan suatu "pour point depressant" yaitu suatu hasilkondensasi dari wax atau lilin yang mempunyai berat molekul tinggi (sepertinapthalene atau phenol atau polymethacrylat atau alkylstyrene).
Additif "plasticizers"."Plasticizers" adalah bahan additif yang khusus untuk plastik yang ditambahkankepada bahan-bahan polymer (ditambatrkan kedalam bahan polimer plastik padawaktu plastiknya masih berbentuk "pellet"), sehingga dengan penambahan bahan"plasticizers" ini plda proses teknologi plastik "moulding", "extrusion,,, dan lain-lain akan didapat hasil bahan plastik yang mempunyai sifat fleksibilitas yang kuatdan kompak serta hasil plastiknya (setelah barang jadi) dapat diobah-obah bentuknyasesuai dengan selera kita (plastiknya bisa dijadikan berbentuk pipa, botol, sandal,sepatu dan lainlain tergantung dari teknologi plastiknya).Sebagai contoh: Untuk plastik PVC (yang sifatnya rigit/berbentuk kasar) duluplastiknya dapat dipakai hanya untuk pembuatan pipa-pipa dan asbes (atap tahan apirumah saja, akan tetapi setelah ditemukannya additif "plasticizers" khusus untukbahan-bahan polimer/bahan plastik, maka penggunaan bahan plastik pvC sudahmenjadi meningkat, sudah dapat digunakan pada saat ini (disamping untuk pipa-pipadan atap tahan api rumah) untuk pembuatan botol-botol plastik, untuk pembuatansandal/sepatu dan tas-tas/dompet-dompet dari imitasi kulit/plastik. Ada beberapajenis additif "plasticizers" untuk PVC antara lain: phosphate esters, chlorinatedwaxes, chlorinated diphenyls, polymeric esters dan phthalic esters (lebih dari 907oproduksi phthalic ester digunakan sebagai "plasticizer)".* Di Indonesia oleh PT. Eternal Buana chemical Industries (ETERINDO Group)
telah memproduksi plastizicers, terutama DoP (Dioctyl Phthalate) yang banyakdigunakan sebagai additif untuk pelembut bahan plastik pipa-pipa pVC.
Additif "vulcanization accelerators".Additif ini khusus dipakai pada vulkanisasi karet yang ditambahkan untukmempercepat terjadinya reaksi penggumpalan (coagulation) dari karet. Dahuludengan menggunakan "vulkanisasi sulfur (S2) yang biasa" dilakukan terhadap karet,
10
11.
177
kurang ekonomis karena reaksi penggumpalannya berjalan dengan lambat, akan
tetapi dengan diketemukannya additif "vulcanization accelerators" ini yang dapat
mempercepat reaksi penggumpalan karetnya, reaksinya bertambah menguntungkan.Adapun bahan additif "vulcanization accelarators" yang sering digunakan pada
dewasa ini adalah: MBT (Mercaptobenzothiazole), MBTS (Mercaptobenzothiazole
sulfenamides), DPG (Diphenylguanidines) dan DTC (Dithiocarbamates). Dengan
menggunakan additif "accelators" pada vulkanisasi karet tersebut diatas,
kegunaannya bukan hanya "mempercepat" terjadinya reaksi penggumpalan darikaretnya, akan tetapi additifnya juga (seperti DPG dan DTC additif tersebut)
berfungsi sebagai "activators", yang dapat membuat hasil akhir/barang-barangkaretnya menjadi lebih elastis ("high modulus") dan menjadi lebih tahan terhadap
udara panas atau uap panas.
L2. Dan lain-lain lagi additil (seperti yang dipergunakan pada industri pertanian dan
perkebunan, yaitu additif "pesticides" (indecticide, herbicide, fungi side).
5.2.2 Cara-cara/Proses Pembuatan "Additif '
Pada umumnya bahan additif itu terbuat atau terbentuk dari senyawa-senyawakimia (dengan reaksi-reaksi kimia) yang bahan penyusunnya dapat berupa bahan organik(seperti senyawa: Olefin, poly olefin, aromatik, phenol amina, ester, asam organik,alkohol dan senyawa polimer yang mempunyai BM (Berat Molekul) tinggi dan bahan
senyawa Organik dan Anorganik (seperti: phosphat organik, senyawa nitrogen, sulfonatlogam, senyawa khlorin, senyawa sulfur, polymer silikon, dan asam-asam), sebagai
berikut:
1. Additif "Anti Oxidant".a). Untuk minyak pelumas, "Additif anti oksidasi" yang biasa dipakai dewasa ini
ialah senyawaZDTP (Zinc Dialkyl Dithiophosphates). Additif golongan ini pada
dasarnya dapat dibuat melalui reaksi "alkohol" atau "alkyl phenol" dengan
"phosphor penta sulfida", dengan tingkatan reaksinya sebagai berikut:
l) Reaksi pembentukan asam:
4 ROH + P2S5------> RO-tr),f-sH+H2s(alkohol) RO/ S
(asam)
2). Reaksi neuteralisasi (pembentukan) ZDTP
SSRO:- ll ROr ll ll z-OR2 >P-SH+ZnO---> )P-S-Zn-S-P( +
RO,- RO-- \ ORHzO
t78
DTP dipasaran dibedakan atas gugusan
struktur molekul senyawa-senyawa garam
sebagai ZDTP adalah sebagai berikut:
"alkyl" yang dimilikinya dan
"Zrr" yang umum digunakan
f-IIIItIt-
Senyawa/ZnDTP
----------islrulturisu?::::1iill^3
i
1. Secondary Alkyl HOC --4.,4'-I
crI3
2. Primary Alkyl O HrC
-'
.r
-
3. Aryl O --CeHs - R
Ketiga jenis DTP diatas tersebut memberikan unjuk kerja/daya guna yang
berbeda-beda dan dapat dilihat terhadap karakteristik setiap jenis DTP dalam
tabel dibawah inilsebagai berikut:
Sifat dan Fungsi AlkylSekunder
AlkylPrimer
Gugus Aryl
I Penshambat Oksidasi Bagus Bagus Basus
2. Proteksi EP/ Proteksi gesekan Basus Bagus Baik/Sedane
J. Stabilitas Thermal Cukup Baik/Basus Basus
4. Stabilitas Hidrolitik Baeus Bagus Baik/Sedanp
5. Uniuk keria oada mesin benstn Bazus Bagus Baik/Sedane
6 Unjuk kerja pada mesin Baik/Sedang Baik/Bagus Bagus
Oleh karena itu, senyawa ZDPT tersebut mempunyai banyak kegunaan
atau multi fungsi, disamping digunakan sebagai bahan additif "anti oxidant",
dapat juga dipakai sebagai: additif "inhibitor/anti korosi" dan additif "proteksi
EP/anti wear" pada pelumasar/ dengan minyak pelumas.
b) Untuk "vulkanisasi karet".Jenis additif "antioxidant" yang dipakai pada vulkanisasi karet adalah:
Alkyl-phenol, styrenephenol dan phenyl B-napthylamine' Jenis/senyawa phenyl
B-napthylamine, disamping dipakai sebagai anti oksidasi pada vulkanisasi karet,
dapat juga dipakai sebagai anti oxidasi pacia industri lain/pada pelumasan/industri
-CI
Hz
179
pelumasan dengan minyak pelumas. Pada industri/vulkanisasi karet, additif anti
oksidasi ini ditambahkan/dicampurkan kepada "latex blending tank' pada saat
sebelum terj adi "coagulation/reaksi penggumpalan karet".Additif anti oksidasi ini (senyawa phenyl B-napthylamine dapat
dibuat/dibentuk dari reaksi pembentukan antara "aniline" dengan "B-naphthol",sebagai berikut:
OH
(B-naphthol) (phenyl B-naphthyl-amine)
2. Additif "detergent-dispersant".a). Senyawa kalsium sulfonat adalah aditif "detegent" logam yang paling banyak
digunakan. Senyawa ini diproduksi dari asam sulfonat "mahogany" yang larutdalam minyak pelumas. Asam sulfonat ini dapat diperoleh dari pengilangan
minyak dasar (base oil) dan sulfonasi alkyl benzene syntetik. Anggota palingsederhana dari additif "detergent" logam adalah "alkyl benzene sulfonat" netralyang gugus "allqrl-nya" mempunyai atom C antara 18 sampai 20 atat R = Crs -
Cro, sehingga b.m. (berat molekulnya) mencapai 450 atau lebih, dengan reaksi
pembentukannya reaksi alkylasi antara "benzene" dengan "propylene tetramer",sebagai berikut:
NHz
,1-
U(aniline)
H
0. ftQll
-
CHz --------+
(benzene) (propylenetetramer)
HzSOI---------+NaOH
+ HzO
R-H2CCH2 (alkyl benzene sulfonat)
Sulfonat-sulfonat lain yang umum dipakai sebagaisulfonat sedikit basa dan sulfonat basa.
Sebagai tambahan dari additif "detergent" logam
Q'o'*'RCH2CH2
RCHzCHz
(alkylbenzene)
additif "detergent" adalah
(seperti sulfonat netral di
7-
180
atas), formula pelumas modern mengandung senyawa "Logam sulfonat
basa".Manfaat dari additif "detergent" jenis di atas ini adalah menetralkan asam,
melindungi korosi akibat serangan asam serta menghambat oksidasi.
b) Additif "dispersant/ashless dispersant".
Banyak dipakai untuk mengendalikan pembentukan endapan, struktur molekul
utamanya memiliki "ekor" yang larut dalam minyak pelumas dan "kepala" yang
bersifat polar. "Ekor" tersebut terbuat dariltersusun atas "polybutena" dengan b.m'
antara700-3000 sedangkan "kepalanya" terbuat dari polyamina atau polyol. Ada 3
(tiga) macam tipe additif "dispersant" yang banyak digunakan saat ini, yaitu:
1) Suksinimida2) Suksinat dan
3) Alkyl phenolmina, dengan reaksi-reaksi pembuatan masing-masing, sebagai
berikut:a) Reaksi pembuatan Suksinimida.
o,n-ru/ll )"ar-aoo
CHz -
CHzI
-C-CHz
+ H2N {CH2 CHzNH} H
(Polyamina)
b)
(maleic anhydride)
CHT T CH;] CHz
\l ll llcs.-)c-.l_ cH; - c -]- cH, - c - cH2 -cH -",/ I - I I -
llcH{ L cHrl x cH: -
(suksinimida), harga x: ll - 52.
Reaksi pembuatan suksinat:
+ C [CH2 OH]a
(Polyol)
CH:
cr,)cCH{
7
ite)
CHz
ov\o
\oanhydri
rrl
' -]-,
,r-1"
.27
\an
]H:
C
lHr
]H-C.t\l.t]H.C\
maleic at
CH
)Hz- C
CH
CH
llCH
(mr
CH-I
cHz- C-- O-CHr-\o
-l/
-r'o'€*[r^,.",*J,g-" L Jx
^/oL\ -oH
(suksinat), harga X : ll - 52
C (CHzoH):
181
c) Reaksi pembentukan alkyl phenol amina.Dengan menggunakan "Reaksi Mannich"dehyde" dengan poly alkylen dan polyamina,
dibentuk antara "formalsebagai berikut:
oHg- + H - 3 -
" + H2N -(cHz - cH2- *,I* H-------+V
R (formal-dehyde)(polyol)
(polyamina)
OHH/-rrr, -,,l,- (cH: - cH2 NH)'HV
R(alkylphenol - amina)
3. Additif "Viscosity index improver".Untuk meningkatkan "viscosity index" minyak pelumas, digunakan "viscosity indeximprover" dan minyak pelumas tersebut disebutkan "multiviscosity" atau "viskositas
tinggi". Pelumas "multiviscosity" dibuat dengan menambahkan bahan polymer pada
pelumas viskositas rendah, sehingga viskositas minyak pelumas tersebut akan naik.
Besarnya kenaikan viskositas hasil penambahan polymer tersebut berbeda antara suhu
tinggi dan suhu rendah.
Additif "Viscosity index improver" adalah polymer dengan b.m. antara 200.000
hingga 1.000.000, terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu:a) "Viscosity index improver non-dispersant" Dibuat hanya khusus untuk mengurangi
perubahan harga viskositas akibat perubahan suhu)
b) "Viscosity index improver dispersant" Selain untuk mengurangi perubahan harga
viskositas juga dibuat untuk memadukan manfaat dari nitrogen (Nz) dalam "amina"
dan "pyrolidin", sebagai penambah sifat "dispersant" polymer yang ditambahkan
itu. Dibawah ini ada beberapa contoh "struktur molekul" dari jenis "Viscosityindex improver nondispersant" yaitu dengan type polymer "alkylmetha crylate":
-[E .I o* .isobutyrene', +8]L cooR__l* L c__l*
dan jenis "Viscosity index improver dispersant" dengan struktur molekul: typepolymernya "aminated ethylene-propylene" dengan struktur:
LamineI
+c-c-c-g -c-c-c-g-c-c-c-g-c-c-c 91t- C C C .J
r82
dan "mixed alkyl metha crylate-vinyl pyrolidone" dengan struktur:
-f.S I ic.q-+L .;r _i. L U),
4. Additif "Pour Point Depressant"Meskipun telah diolah melalui proses "MEK Dewaxing", minyak dasar pelumas
masih mengandung sedikit Wax parafinik yang mudah mengkristal di daerah dinginsehingga pelumas tidak dapat mengalir. Untuk itu additif "pour point depressant" akan
memodifikasi perkembangan struktur "lattice" dari kristal wax, sehingga pelumas
akan tetap mampu mengalir meskipun pada suhu rendah. Additif "pour pointdepresant" yang umum digunakan adalah jenis polymer dari Alkyl metha crylate,vinyl ester dan alkyl styrene, yang salah satu (untuk alkyl styrene/reaksipembuatannya, sebagai berikut:
Dengan reaksi alkylasi:
at\CH = cHrtt\-/RCHz - CHz
(Akyl styrene)
CH : CHZ
+ RCH = CHz ---+(propylene-tetramer)
5.
o(Styrene)
Additif "Anti foam".Additif ini berfungsi dengan baik pada konsentrasi 1 sampai 50 ppm. Pada konsentrasitinggi additif ini dapat menyebabkan timbulnya busa yang lebih banyak lagi, serta
menambah udara yang terjebak didalam busa. Additif yang umum dipakai sebagai"anti foam" adalah polysiloksan (silikon), poly akrylat, ester asam lemak dankopolimer organik.Rangkuman "sifat-sifat dan fungsi/karakteristik" berbagai additif untuk minyakpelumas dapat dilihat pada Tabel V-5, sedangkan rangkuman 'spenggunaan additifdalam berbagai minyak pelumas" dapat dilihat pada Tabel V-6.
Additif "Plasticizer".Seperti sudah dijelaskan sebeluflrnya, additif ini banyak digunakan pada "prosesindustri plastik" atau pada "technology plastic processing" dan dari beberapa additifyang ada dewasa ini, yang paling banyak digunakan ialah senyawa "phthalic ester"yang dapat dibuat dari hasil reaksi "phthalic anhydride" dengan "alkohol", sebagaiberikut:
6.
183
O:: +o2....>O(0-Xylene)
,11U+c-'-
\0
(phthalic ester)
7. Additif "Vulcanization accelerators,,.seperti juga sudah dijelaskan didepan, untuk mendapatkan, ..unjuk kerja,, atau ,.dayaguna" pada "proses vulkanisasi kaiet,, yang lebih meningkat, disamping ditambahkanadditif "accelerators", perlu juga diiambahkan additi"f ..activators,, , yang reaksipembuatannya, sebagai berikut:a) Additif "Accelerators", yaitu ',thia zore accelerators (MBT atau MBTS),,, reaksipembentukannya dengan oksidasi:
IIHo-/,\
( -l +cSz+s ----*->
\?(Aniline)
' e()" ..!1r..' O} ;;,,:,'<lOb) Additif "Activators",. yaity DpG yang berfungsi sebagai ,,activator,,
untuk .,thiazole accelerators" pada vurkanisasikar"et, yang dapat dibuat dari reaksi berikut
.,llXI;;;;O-0(DPG)
^ =40:>o +H:ou\o
(phthalic anhydride)
ROH -------+(alkohol)
0
lrC- OH
c\-oR\n
azs +(\z*-i- ,,\Ar/
(MBr )
(aniline)
r84
5.3 PRODUK KHUSUS "METANOL'' SEBAGAI BAHAN BAKAR MOBILLISTRIK "FUEL CELL"
Sampai sekarang ini penelitian tentang metanol sebagai bahan bakar mobil listrik"direct methanol fuel cell vehicles (DMFCVs)" atau yang lebih dikenal dengan sebutan"fuel cell vehicles (FCVs) sudah sangat maju. Metanol yang selama ini hanya digunakansebagai bahan baku untuk berbagai macam produk petrokimia, bahan sintetis kimia dandan bahan bakar mesin pembakaran internal (sebagai produk khusus methmix). Sekarangmetanol akan mulai diterapkan sebagai bahan bakar mobil listrik fuell cell (DMFC)
5.3.1 Prinsip Kerja DMFC (Direct Methanol Fuel Cell):
Sesuai dengan "Artikel Harian Kompas - Jakarta terbitan 24 Agustus 2OO2 tentang"Ilmu Pengetahuan dan Inspirasi" menjelaskan bahwa: Mesin FCVs dapat merubahsecara langsung metanol menjadi energi listrik melalui suatu reaksi kimia. Prinsipkerjanya lihat pada Gambar V-3 terlampir, sbb:
(1) Dengan mengalirkan secara langsung bahan bakar metanol (dengan kadar campuran977o metanol dan air 37o)ke kumparan "anoda", maka pada "anoda" metanol dan airbereaksi menghasilkan karbondioksida (CO:), proton dan elektron.
(2) Selanjutnya proton berpindah melalui elektrolit polimer menuju "katoda" lalubereaksi dengan oksigen (Oz) dari udara dan menghasilkan air (HzO), sementara itu"elektron" mengalir dari "anoda" ke "katoda" menghasilkan "listrik".
(3) Pada umumnya DMFC beroperasi pada suhu sekitar 80"C dengan efisiensi sekitar40-507o.
5.3.2 Tinjauan Ekonomis Penggunaan DMFC
Sampai sekarang masih terdapat berbagai kelemahan penggunaan DMFC, baik darisegi biaya produksi maupun dari segi teknik sebagai berikut:
(1) Berdasarkan data tahun 1999, biaya pembangkitan listrik DMFC per-lKw masihsekitar 550 US$. Ongkos produksi yang tinggi ini terus ditekan agar mencapai harga50 US$ atau lebih kecil lagi dari itu sehingga cukup kompetitif dengan mesinpembakaran internal ICE (= Internal Combustion Engine) diharapkan pada kurunwaktu antara tahun 2000-2003 akhir, akan dapat mencapai nilai 50 uS$ per kw.
(2) Kelemahan teknis yang masih menjadi kendala ialah adanya "metanol" yungmelintas melalui "polimer elektrolit" menuju "katoda", yang secara langsung akanmenurunkan efisiensi dan unjuk kerja DMFC.
(3) Untuk mengurangi kelemahan teknis ini, penelitian dan pengembangan sekarangsedang difokuskan untuk mendapatkan bahan penghalang yang lebih maju untukmembendung "metanol" yang melintas menuju katoda.
(1)
2)
185
5.3.3 Perbandingan Emisi Gas Kendaraan "Fuel cell" dengan LEV (-LowEmission Vehicle) Standar: (lihat pada Tabel V'7), sbb:
FCVs merupakan mobil masa depan yang sangat menjanjikan dengan berbagai
keunggulan dibanding dengan mobil konvensional ICE.
Dari hasil penelitian California Air Resources Board (CARB), mobil FCVs sangat
ramah lingkungan, karena sangat sedikit melepaskan gas karbon oksida (CO),
NMOG (=Non Methane Organic Gases) dan NOx ke lingkungannya. Hasil ini
menunjukkan mobil "fuel cell" jauh lebih baik dibandingkan dengan jenis mobil ICE yang khusus didesain dengan emisi sangat rendah, seperti TLEV (=Tcital Low
Emission Vehicle), LEV (=16'ev Emission Vehicle), ULEV (=t}ltra Low Emission
Vehicle) dan SIILEV (=Super Ultra Low Emission Vehicle)' -
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Argone National Laboratory, diperkirakan
bahwa mobil "fuel cell" mempunyai efisiensi energi 2,I-2,6 kali lebih besar dari
mobil ICE sedangkan data menurut "The Pembina Institute" diperkirakan I,76 kalilebih besar dari sistem ICE (4) Biaya operasional mobil "fuel cell" lebih murah
dibandingkan dengan mobil bensin. Sebagai gambaran untuk menempuh 1 mil 1=1,6
km), MFCVs cukup membutuhkan biaya 3,65 Sen US$, sementara untuk mesin ICE
dengan bahan bakar bensin memerlukan biaya 4,21 Sen US$. Hal ini berarti bahwa
MFCVs lebih ekonomis dalam penggunaan bahan bakar dibanding dengan mobil
bensin ICE.
5.3.4 Proyeksi Penjualan FCVs
(1) Seperti terlihat pada Gambar V-5, Departemen Energi Amerika Serikat (DOE)
mernperkirakan bahwa penjualan FCVs akan berjumlah sekitar I,37o dari jurnlah
pasarmobil baru pada tahun 2010 dan8,24Vo pada tahun 202O. Japanese Institute ofEnergy Economics memperkirakan bahwa pangsa pasar mobil baru FCVs di Jepang,
akan naik secara cepat dari O,IVo pada tahun 2010 menjadi 33,5Vo pada tahun 2020.
Diperkirakan untuk pertamakalinya FCVs akan diluncurkan kepasaran sekitar tahun
2004 dengan jumlah sekitar 9.950 unit atau sekitar 0,02Vo dari seluruh penjualan
mobil baru tahun tersebut (60 Juta unit). Proyeksi penjualan mobil FCVs tahun 2010
sekitar 500.000 unit dan pada tahun 2020 sekitar 1,5 Juta unit. Dengan dimulainyapenjualan FCVs diperkirakan jumlah mobil diseluruh dunia akan naik dari 600 Juta
saat ini menjadi I milyar pada sekitar tahun2015-202O.
(2) Jika diasumsikan masing-masing FCVs menempuh perjalanan 12.000 mil tiap tahun
dengan mengkonsumsi metanol sekitar 436 gallon, maka pada tahun 2010 (penjualan
FCVs = 500.000 unit), akan ada peningkatan kebutuhan metanol dunia sebesar 218
Juta gallon (lihat pada Gambar V-4) atau sekitar 2Vo dad, kapasitas produksi saat ini(=12,5 milyar gallon). Sepuluh tahun kemudian (ahun 2020) perrnrntaan itu akan
meningkat menjadi 4,883 milyar gallon atau sekitar 33Vo dat', produksi tahun 2000.
Hal ini berarti jurnlah kebutuhan metanol untuk seluruh FCVs sampai dengan tahun
(3)
(3)
(4)
186
2010 adalah 230,186 Juta gallon dan pada tahun 2020 akan mencapai 34,175 milyargallon atau hampir 3 kali lebih besar dari kapasitas produksi metanol dunia saat ini.
Pada masa depan metanol akan mempunyai peranan yang sangat penting dan posisiyang strategis seperti halnya minyak bumi saat ini.
Pada era mobil listrik "fuel cell" tidak ada lagi pengelompokan mobil denganmerujuk volume mesin bakar seperti 1800 cc, 2OO0 cc, 4000 cc, dan tidak lagidikenal istilah seperti "karburator","efi" (electronic fuel injection), "piston", "ring"dan "oli mesin". Kita tidak akan mendengarkan lagi "deru mesin mobil" dan "asaphitam" yang mengepul di udara.
Kendaraan bermotor FCVs mengesampingkan itu semua. Pengelompokan mobilakan didasarkan pada besarnya "daya listrik" yang dibangkitkan oleh mesin DMFCseperti 2HP,4bP,5HP 1=66.." power = teng;9a kuda) dan seterusnya.
5.4 PRODUK KHUSUS "POLTMER EMULST'
Usaha penanggulangan banjir dan tanah longsor di Tanah Air Kita tidak henti-hentinya dilakukan pemerintah hampir sepanjang tahun, silih berganti antara daerah yangsatu dengan daerah lainnya terjadi tanah longsor yang disebabkan oleh turunnya hujandan banjir. Dibeberapa daerah usaha penanggulangan banjir yang sudah dilakukan olehPemda (Pemerintah Daerah) setempat ialah dengan membangun tanggul semen disekitartebing-tebing yang mengalami banjir. Usaha penanggulangan ini, selain akanmemerlukan biaya yang sangat besar, juga akan memerlukan waku pekerjaan yangcukup lama. Usaha penanggulangan lainnya, dengan menanam pohon-pohon di pinggir-pinggir tanggul sungai, juga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk memetik hasilnya.Polimer emulsi salah satu produk polimer berbentuk cairan yang dapat disemprotkanuntuk penanggulangannya dan sekaligus yang dapat memberikan solusi yang tepat dancerdas terhadap masalah banjir dan tanah longsor ini.
5.4.1 Proses Pembuatan Polimer Emulsi
Sesuai dengan artikel Harian Kompas - Jakarta, terbitan 3 Mei 2003 tentang "IlmuPengetahuan dan Inspirasi" menjelaskan bahwa:
(1) Proses pembuatan polimer emulsi pertarna kali dilakukan pada saat Perang Dunia ke-
2. Terancamnya pasokan karet alam dari negara-negara ke-3 (dari negara-negara
penghasil karet alam, seperti Indonesia, Malaysia, dll) mengakibatkan beberapa
negara seperti Amerika dan sekutunya serta Jepang berlomba-lomba untuk membuatkaret alam sintetis.
(2) Polimer emulsi yang pertama kali disintetis oleh manusia adalah poli (1.3 butadieneyang berkopolimerisasi dengan styrene (monomer-l), membentuk karet sintetis yang
(s)
187
mirip dengan getah karet (latex), sehingga dipasaran dunia produk polimer-polimeremulsi sering juga dikenal dengan sebutan "latex" yaitu produk polimer yang sifat-sifatnya "elastomer"/yang bersifat elastis seperti karet dan merupakan substansi
polimer berdiameter antara 0,05u - 5u atau I d = 0,05 - 5 mikron ].
(3) Proses pembuatan polimer emulsi adalah dengan polimerisasi radikal bebas.
Komponen-komponen yang terlibat dalam polirirerisasi emulsi, adalah "monomer,inisiator, air, surfaktan dan aditif'.
(4) Dewasa ini produk-produk polimer emulsi banyak digunakan sebagai: "lem perekat(adhesive)", "penge-cat (coating)" dan untuk "bahan pencampur/pewarna pada
tekstil yang berfungsi sebagai pengeras (hardener)".
(5) Disamping penggunaan tersebut, fungsi utama dari polimer emulsi adalah sebagai
"pengikat (binder)". Partikel-partikel tanah pada dasarnya tidak terikat dengan kuat
antara satu dan lainnya. Akar dari tanaman akan meningkatkan ikatan dari partikel-partikel tersebut.
(6) Hilangnya pohon dari tanaman akibat penebangan liar atau sebab yang lainmengakibatkan partikel-partikel tanah menjadi sangat rentan dan mudah untukdipisahkan. Apalagi jika tanah yang rentan tersebut dikenai oleh beban yang sangat
besar (misalnya aliran sungai yang sangat deras) atau hujan yang sangat lebat.
(7) Aliran air akan dengan sangat mudah merusak dan menghancurkan ikatan partikel-partikel tanah, yang mengakibatkan akan terjadi tanah longsor atau erosi.
5.4.2 Efektivitas Penggunaan Ikatan Partikel-Partikel Polimer Emulsi DenganTanah
Dapat kita lihat pada Gambar V-6 dengan penjelasan, sbb:
Polimer emulsi, terutama dari jenis poli (vinil acetate yang berkopolimerisasi dengan
acrylic) atau poli (vinil acetate yang berkopolimerisasi dengan veona), dapatberfungsi sebagai "soil stabrlizer (yaitu tanah yang cukup stabil yang dapat berfungsrsebagai pencegah banjir). Polimer emulsi jenis ini akan meningkatkan ikatanpartikel-partikel tanah sehingga akan mencegah pergerakan dari partikel-partikeltersebut serta akan mencegah "terdispersenya"lterurainya partikel-partikel tanah olehair dan udara.
Material-material lain yang dapat berfungsi sebagai "soil stabilizet'' adalah "garam-garam chlorin, resin emulsi organik, minyak emulsi organik, petroleum resin emulsi,liqnin sulfonate dan enzym-enzyrrf'. Akan tetapi, material-material tersebutmempunyai banyak kelemahan jika dibanding dengan polimer emulsi, kelemahan-kelemahan tersebut antara lain bersifat korosip terhadap logam, tanah menjadi licinjika basah, ikatan antara padkel tidak kuat, menjadikan tanah dan air tanah menjadihangat, lapisan menjadi mudah patah ("britle") jika kering, lapisan tanah memilikibau yang menyengat, mudah terlarut dan proses aplikasinya yang sulit.
(1)
(2)
188
(3) Keunggulan-keunggulan dari "polimer emulsi" jika dibandingkan dengan materialyang lain, antara lain adalah: menciptakan lapisan yang "flexible", aman terhadap
lingkungan, tidak korosif, tidak mudah terlarut, tanah tidak licin jika basah, tahan air("water proof'), tidak mudah terbakar (non-flammable), tidak menimbulkan bau,
mengikat partikel-partikel tanah dengan kuat, aplikasinya yang singkat dan mudah,
tahan terhadap sinar matahari (sinar ultraviolet) dan alkali, serta biayanya yang
murah.
5.4.3 Metode Penggunaan "Polimer Emulsi":
Lihat pada Gambar V-7 dan V-8 dengan penjelasan, sbb
(1) Polimer emulsi jenis poli (vinyl acetate ber-kopolimerisasi dengan acrylic) atau poli(vinyl acetate ber-kopolimerisasi dengan veona) sebagai "soil stabilizer" sudah
dilakukan di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Belum lama juga diuji-cobakan di Malaysia dan Thailand dan menunjukkan hasil yang menggembirakan..
(2) Polimer emulsi ini berbentuk cairan berwarna putih susu ("milky white"), memilikipH yang sesuai dengan pH tanah dan memiliki viskasitas yang rendah.
(3) Metode/cara penggunaannya adalah dengan menyemprotkan cairan polimer pada
tanah-tanah yang rentan terhadap erosi seperti pinggiran sungai, tanah-tanah gundul,
daerah pertambangan, dan lain-lain. Cara penyemprotannya dapat melalui: "selang","mobil truk" atau "helikopter".
(4) Polimer emulsi yang telah disemprotkan akan "berdifusi"/berbaur" kedalam tanah
sampai kedalaman 2 (dua) cm dan akan mengikat setiap partikel tanah dengan kuat.
(5) Polimer ini akan membentuk "fiIm" dalam waktu antara 2hingga 16 jam tergantung
darijenis tanahnya.
(6) Setelah kering dan membentuk "lapisan fiIm", maka tanah akan menjadi terlindungdari "erosi" dan "longsor" terutama erosi yang disebabkan "hujan deras" dan"banjir" (7) Lapisan '.film" dari polimer emulsi ini tidak akan merusak bibit-bibit("seeds") tanaman, bahkan akan mencegah terlarutnya atau hilangnya pupuk daritanah. Kedalaman "fikn" yang hanya 2 (dua) cm dari permukaan tanah tidak akan
menggangu unsur-unsur hara didalam tanah dan air tanah (8) Struktur polimer yang
mempunyai gugusan fungsi yang "hidrofob" akan mengakibatkan tanah tahan
terhadap air, sehingga tidak menjadi licin jika basah.
5.4.4 Penggunaan Lain Dari Polimer Emulsi:
(1) Polimer emulsi jenis poli (vinyl acetate yang ber-kopolimerisasi dengan acrylic) atau
poli (vinyl acetate yang ber-kopolimerisasi dengan veona) dapat pula digunakan
sebagai "dust polluatlve". EPA (Environmental Protection Agency) menyatakan
bahwa "debu (dust) mengandung 108 bahan berbahaya, diantaranya dapat
189
menyebabkan penyakit asma, kanker, alergi dan penyakit karena virus.
(2) EPA memperkirakan setiap tahun terjadi "emisi debu" sebanyak 25 m ton. Polimer
emulsi yang disemprotkan kedalam tanah, akan mencegah terjadinya polusi yang
disebabkan oleh debu (dust pollution), karena pol emulsi akan mencegah
terdispersinya partikel-partikel tanah oleh udara.
(3) Dengan demikian selain dapat diaplikasikan di pinggir-pinggir sungai sebagai
material pencegah erosi, polimer emulsi juga dapat diaplikasikan pada daerah
perkotaan seperti "taman kota", tanah lapang, daerah pertambangan, daerah
pertanian, pinggir jalan raya, landasan pesawat terbang, dll. untuk menghindar dari
berbagai jenis penyakit.
5.5 PRODUK KHUSUS POLIMER "POLISILOKSAI\T' UNTUK KULITSINTETIK (KULIT BUATAN) DAN OPERASI PLASTIK
Polisiloksan adalah produk polimer sejenis kulit buatan yang sifat-sifatnya mirip
dengan kulit manusia asli. Produk polimer ini adalah perpaduan antara kopolimer
"polieter dan poliestet'' yang mengandung unsur kimia sebagai pengikat yaitu unsur
silikon (Si), Oksigen (Oz) dan gugus alkil (=p;, dengan struktur molekulnya (yang berat
molekulnya terendah) yaitu: R2SiO, dimana gugus alkil (R) biasa dihargai = CHr, tetapi
dalam struktur "polisiloksan" ini harga alkilnya (R) bisa juga H atau = C2H5 atau = CoHs
(siklis), sehingga strukturnya bisa-bisa lebih kompleks lagi seperti tabel berikut:
No:(n) Nama Polimer/sebutannya Struktur formulanya
I
2
3
n
Mono-siloksan
Disiloksan
Trisiloksan
Poli organosiloksan:poli methylsiloksan
R2SiO * H:SiO
H3Si-O-SiH3
H3Si-O-SiH2-O-SiH3
[.rsio],*[o - {t - o - it - o - pl,
Akan tetapi yang terpenting diingat bahwa "polisiloksan" mempunyai B.M (=Benat Molekul) yang tinggi, sehingga komposisi strukturnya dapat ditulis: (R2SiO)n
seperti diatas. Ini adalah "poliorganosiloksan" atau "polimethyl siloksan", yang
mempunyai ikatan atom antara silikon (Si) dengan Oksigen (O2) (seperti tabel diatas),
yaitu dengan ikatan valensi atom silikon (Si) yang terbuka dapat bergabung atau tarik
menarik dengan hydrokarbon (R) grup, atau ada juga perubahan sebaliknya yang
190
bergabung antara silikon (Si) dengan oksigen (Oz) pada perubahan yang kedua kali dan
seterus mengakibatkan terjadinya kopolimerisasi dari "poliether" dan poliester(Penggabungan antara atom silikon (Si) dengan R grup, dimana harga R = CzHs atau =C6H, akan terbentuk "poliester" sedangkan penggabungan antara methyloksid ( RzO- )dengan hydroksil ( OH- ) akan terbentuk "polieter", sehingga terjadi perpaduan antara
kopolimer "poliether dan poliester").
5.5.1 Proses/Reaksi Pembentukan "Polisiloksan".
(1) Pertama-tama mempersiapkan "larutan sintetik silikon surfaktan" yaitu larutansilikon yang mempunyai 2 (dua) permukaan yang aktif berdaya tarik menarik yaitudengan reaksi radikal langsung antara silikon (Si) dengan Methyl Chloride (CH3 Cl)menghasilkan "4 macam campuran larutan methyl chlorosilane" yang belum stabilbentuknya, yang terdiri dari:
(a) (CH3)z Si Cl2 G757o);(c) CH3 HSi Clz(XBVo);
(b) CH3 Si Clr(+ I27o);
(d) (CHr)r Si Cl (t57o).
dan pada saat kondisi ini perubahan reaksi berhenti.
(2) Kemudian dengan proses distilasi dan hidrolisa dengan H2O, campuran larutan
terse.birt diatas dipisahkan, menghasilkan "silanol (SiOH)" yang kemudianberkondensasi menjadi "siloksane", dengan reaksi-reaksi sbb:
2-Si-Cl +2HrO+ zHCl+ 2- Si- OH*I l(silanol)
l1kondensasi -Si-O-Si- +H2O
t fsiloksane)
(3) Selanjutnya di "kohidrolisis" campuran larutan "chlorosilane" yang terbentukdengan larutan "siloksane" yang berat molekulnya rendah dari ikatan siklis (dari"dichlorosilane"). Campuran larutan tersebut pada reaksi keseimbangan dipanaskanpada suhu 100'C dengan menggunakan katalist asam, apabila "silanol" sudah selesaimengalami kondensasi dan hubungan/sambungan ikatan antara Si - O - Si sudahputus, hal ini berarti reaksi pembentukan "siloksane" telah terbentuk dan reaksinyasudah stabil, sbb:
19r
( CH: h Si Cl + nCl2 Si, .# Cst )r-'l
(cH,):,,"(i;iL-T'"F"l(4) Selanjutnya jalan alternatif lain yang umum dipakai pada reaksi pembentukan
"siloksan polimer blok" adalah:
cr{"\sict\ + (cHt'}r sict"r
1", o, I n,o+tcH3si (oEt)3 * [{cnry, sio]o (sikris)
i KOH katalis
7l(CH)z SiO l* OEtcH3 si ([ (cHr)z sio ]y oEt
'[ (cHr)z sio ], oEt
(5) "Ethoxy ( E O- )" mengahiri reaksi terbentuknya "dimethyl polisiloksan") yang
selanjutnya bereaksi dengan hydroksil ( OH- ) membentuk "polyether" sebagai hasilakhir terbentuknya surfaktan "polisiloksan/polimer siloksan" tersebut sbb:
a) Tidak terhidrolisa ( Si - C ):
Si-H+CHz:CH-CH2ORsi (cH2)3 oR
yang disebut "polisiloksan"
9H,si - cH3CH:
b) Dapat terhidrolisa ( Si - O - C ):
Si - OE + R - OH --------- Si - O - R + E, OH,
c) Sehingga struktur "surfaktan silikon"dipakai sbb:
9H, l9r,l [9r, IcH,-si-o+si-ol- I si-o- *' tr, L .r, -ln I pori"rt.rl*
yang lazim
t92
(6) Sfruktur "surfaktansilikon polimer" (yang disebut dalam istilah petrokimia produkjadi yang terbentuk inilah yang disebut "polisiloksan", yang mempunyai sifat-sifatseperti "kulit sintetiK' lainnya, yaitu sifat lembut, elastis dan kenyal/kuat serta tahanterhadap pemanasan suhu tinggi.
5.5.2 Jenis-jenis Polimer untuk pembuatan Kulit Sintetik
Sesuai dengan "Artikel Harian Kompas - Jakarta terbitan 24 luni 2003 tentang"Ilmu Pengetahuan dan Inspirasi" menjelaskan bahwa (Lihat pada Gambar V-9 terlampir:
(1) Polimer-polimer yang digunakan sebagai "contoh pilihan" atau matriks" harusmempunyai sifat "bio compatible" yaitu sifat yang dapat diterima oleh sistembiologis tubuh. Matrik polimer yang paling banyak digunakan adalah "kopolimerdari poliester dan poliether serta polimer poli-L-laktida.
(2) Pengujian sifat "bio compatible" polimer tersebut dilakukan dengan c:ra penanaman(implantasi) matrik polimer pada binatang.
(3) Sebelum proses implementasi dilakukan, terlebih dahulu proses pembedahandilakukan pada jaringan kulit binatang percobaan.
(4) Setelah implementasi dilakukan pengamatan kemungkinan terjadinya reaksi-reaksiyang tidak diinginkan pada matrik polimer. Baik poli (ether kopolimer ester)maupun poli-L-laktida tidak menunjukkan pengaruh yang negatif pada binatang,sehingga matriks polimer tersebut memungkinkan digunakan pada manusia.
(5) Penelitian-penelitian terus dilanjutkan untuk mendapatkan matriks polimer yanglebih sesuai baik itu dari "polimer alam (seperti selulosa)" maupun "polimer sintetik(seperti polisiloksan)". Para peneliti di MIT telah menemukan kopolimer "Collagenglycosaminoglycan" dan peneliti di NAS Washington, DC juga telah menemukan"polimer sintetik polisiloksan", sedangkan peneliti di Virginia telah menelitipenggunaan "selulosa-polimer alam" yang sangat melimpah di dunia untuk membuatkulit buatan.
(6) Selain sifat "biocompatible", kekuatan ("strength") adalah sifat penting lainnya yangharus diperhatikan dalam memilih matriks polimer.
5.5.3 Efektifitas Penggunaan Kulit Sintetik:
(1) Seperti sudah dijelaskan diatas, kulit sintetik "polisiloksan" adalah produk polimeryang mengandung unsur-unsur silikon (Si), oksigen (OJ, dan gugusan alkil (R).
Polimer sejenis ini memberikan sifat lembut, elastis dan kenyal. Oleh karena sifat-sifat kelembutannya tersebut, sebelumnya silikon (Si) banyak digunakan sebagaisenyawa untuk memperbesar dan mempercantik payudara serta identik dengansebutan yang dinamakan Operasi Plastik.
(2) Sekarang ini kulit sintetik banyak digunakan untuk penyembuhan korban luka bakar
(3)
(4)
(s)
(6)
t93
yang hebat dan untuk mereka yang ingin mempercantik diri dengan caramempermak bagian-bagian tubuhnya yang kurang indah (hal ini dapat kita aihat padaGambar V-10 terlampir).
Dalam kasus luka bakar, jika tidak ditangani dengan cepat, maka tubuh akanberusaha menutup luka bakar tersebut dengan .uru .,p"ng"rutan". Hal ini dapatmengakibatkan rasa sakit dan dapat mengakibat ,,cacat,, pada kulit. penderitanyajuga akan semakin tidak nyaman bila luka bakar ini terjadi &wajah.Sel-sel kulit manusia yang asli tidak selalu tersedia untuk proses pencangkokan("'grafting") dan proses penyembuhan sel-sel tersebut harus ditumbuhkan dari sel-selkulit sipasien itu sendiri yang sudah barang tentu membutuhkan waktu lama.Kulit sintetik dapat digunakan sebagai pembalut (..bandege',) interaktif yangmenutupi luka sampai proses pencangkokan kulit yang asli beihasil menutupi iukalKulit sintetik akan "berinteraksi" dengan jaringan tubuh agar proses tumbuhnya ,.sel-
sel kulit baru" dapat berlangsung dengan cepat dan ."*p,r*u.Dalam waktu 7-14 hari akan tumbuh sel-sel kulit baru yang asli dan akan menutupiluka secara utuh. Setelah jaringan fungsional kulit tumbuh d"ngun sempurna makapembalut dapat dihilangkan dan penyembuhan kulit luka bikar teriebut telahberjalan dengan sempurna..
19.i
(iamhar 1'-.1 !'r'in-sip Krrja "Direct \4etitantrl Fuel Ceil"S,.rmher: ilanln Kompt.-r -'lir;ru
Pe iisetahuan dan Inspirasi" 2:l Agustus 2002t
195
Tabel V-7. Perbandingan Emisi Cas
KENDARAAN..FUEL CELL', DENGAITI LEV STAN.DAR
Sumber: Harian Kornpas "llmu Pengetahuan dan Inspirasi" 24 Agustus 2002
TIPEHB{D.q8.LqNBERMOIOR
zuiSItE/il{)
HMffi ttt l\Ti}f
X" TLET rl 156 4,2 rl6
+ LH,T ililq ,{'f 0,1
i. IILEV r'l r'155 JI ilil/
+ SLTLETJ IIIII 1 Iil t./
+ I'r{FCV ililtl#1 Iil ilh il ilil./1
X. Dh4FCV 0.0u01 0 0
t96
UNTUK FCVs fiuta galon)
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0
Gambar Y-4. Proyeksi Kebutuhan Metanol untuk FCVsSumber: Harian Kompas "Ilmu Pengetahuan dan Inspirasi" 24 Agustus 2002
r97
Gambar V-5. Proyeksi Penjualan FCVsSumber: Harian Kompas "Ilmu Pengetahuan dan Inspirasi" 24 Agusnrs 2002
198
@/
@@
1VeoVa
@9@l_/
IProtected
vinyl acetate
@@q\)
Polymerchain
Gambar V-6. Efektivitas penggunaan ikatan partikel-partikel "polimeremulsi"dengan tanah proyek percontohan
Sumber: Harian Kompas "Ilmu Pengetahuan dan Inspirasi" 03 Mei 2003
t99
Gambar Y-7. Penyemprotan "tanah-tanah tanggul" cairan "polimer emulsi" dengan alat penyemprot
menggunakan "mobil truk"Sumber: Harian Kompas "Ilmu Pengetahuan dan Inspirasi" 03 Mei 2003
200
Gambar Y-8. Penyemprotan "tanah-tanah yang rentan terhadap erosi" dengan menyemprotkan cairan"polimer emulsi" melalui "selang penyemprot"
Sumber: Harian Kompas " Ilmu Pengetahuan dan Inspirasi" 03 Mei 2003
€002 Iunf ?z .,ls?rldsul u?p uBngBleSuod nurll, s?duro) u?LEH :reqruns
Iuetuls trlny uulnluaqrued BpBd tIIn) rnD{ruls uP8uep lelullod slHl"htr BrBlIre uu8unqnH '6'A rBqrue9
IOZ
202
Gambar V-10. Aplikasi Penggunaan Kulit Sintetik dan Operasi PlastikSumber: Harian Kompas "Ilmu Pengetahuan dan Inspirasi" 24 Jwi2003
)03
Tabel V-5. Karakteristik Berbagai Additif Pelumas (Sumber: PERTAMINA-PDN)
Tipe Fungsi Senyawa
Dispersant, Detergents Menghindarkan lumpur, deposit karbondan deposit-deposit awal lainnya yang
terlarut dalam pelumas
Suksinimida, Sulfonat [,ogamNetral. Detergen Polimerik.Senvawa Amina
Corrosion Inhibitor Menetralisasi Asam. Menghindarkankorosi karena serangan asam
Sulfonat I-ogam Sangat Basa
Oxidation Inhibitor Menghindarkan dan mengendalikanoksidasi pelumas, pembentukanvamish, lumpur, dan senyawa korosiflainnya, serta membatasi kenaikanviskositas
ZDTP, Amina Aromatik
Extreem Pressure/Antiwear
Membentuk lapisan film pelindungpada mesin, mengurangi wear,menehindarkan lecet/ goresan
ZDTP, T i- cr esyl Phosphat,Phosphat Organik, Senyawa Klorin,dan Senvawa Sulfur
Friction Modifiers Mengurangi/memodifikasi gesekan,menaikkan ekonomi konsumsi bahanbakar
Senyawa polar rantai panjang
misalnya Amida, Phosphat,Phosohit. dan Asam
Rust Inhibitor Menghindarkan pembentukan rust padapermukaan logam melaluipembentukan lapisan film ataumenetralisasi asam
Additif Basa Tinggi, Sulfonat,Phosphat, Asam Organik/ Ester,
dan Amina
VI Improver Mengurangi besamya perubahan viskositas akibat perubahan suhu,mengurangi konsumsi bahan bakar,mengurangi penguapan pelumas, danmenambah kemudahan penyalaanmesin pada suhu rendah
Poliisobutilen, Metacrylat, PolimerAcrylat, Kopolimer Olefin, dapatbergabung dengan gugus dispersant
Metal Deactivators Membentuk lapisan hlm sehinggapermukaan logam tidak menjadi katalisterhadao oksidasi oelumas
ZDTP, Phenat t ogarn, SenyawaNitrogen Organik
Pour Point Depressant Menurunkan titik tuane pelumas Metacrvlat BM Rendah
Antifoamants Mengurangi foam pada crankcase Polimer Silikon
Tab
el V
-6.
Pen
ggun
aan
Add
itild
alam
Ber
baga
i P
eium
as (
Sum
bcr:
PE
RT
AM
INA
-PD
N)
Tip
e P
elum
asA
nti
Oks
idan
Det
ergc
ntD
ispe
rsan
tV
IIm
prov
erP
our
Poi
ntD
epre
ssan
tE
xtrc
me
Pre
ssur
e
Oitl
ines
Age
ntR
ush
Inhi
bito
rA
nti
Foa
min
gE
mul
si-ll
er
Spi
ndle
Oil
,r
Ref
iiser
ator
O
il
Dyn
ar r
o O
il
Tur
hine
C)il
Mar
inc
Die
sel
Eng
ine
Oil
Gas
olin
e E
ngin
e O
ili<
Die
sel E
ngin
e O
il
Gea
r O
il*
Cut
tinc
Oil
Airc
ratl
Rec
ioro
catin
s E
nein
e O
il
Hid
raul
ic O
il
Com
ori-'
ssor
Oil
Inst
rum
ent
Oil
*
I'J J\
BAB VI
MASALAH LINGKUNGAN INDUSTRI PETROKIMIA
Seiring dengan kemajuan teknologi dalam sektor industri pada umumnya dan
dalam industri petrokimia pada khususnya, serta dengan cukup tersedianya sumber daya
alam berupa minyak dan gas bumi, maka pengembangan industri petrokimia di Indonesia
perlu ditingkatkan lagi. Manfaat yang dapat diharapkan dengan dikembangkannya suatu
industri petrokimia antara lain adalah:
1. Memberi kesempatan kerja yang lebih luas kepada para calon tenaga kerja, sehingga
dapat membantu pemerintah memecahkan masalah pengangguran.
2. Dapatmenaikkan taraf hidup masyarakat di sekitar lokasi industri.
3. Dapat menambah jumlah tenaga terampil yang berarti makin meningkatnya
kemampuan tenaga berteknologi tinggi.
4. Secara Nasional dapat menambah devisa untuk pembangunan negara.
Namun di samping manfaat-manfaat tersebut, ada kalanya kehadiran sesuatu
industri dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungannya. Dampak negatif
tersebut akan terasa lebih parah lagi apabila dari industri tersebut dikeluarkan bahan-
bahan buangan pencemar atau limbah pencemar tanpa dilakukan pengolahan limbah
terlebih dahulu.Industri petrokimia di Indonesia yang kini telah mulai berkembang merupakan
salah satu tulang punggung dalam mengisi dan menunjang pertumbuhan industri-industri
lainnya, juga perlu memperhatikan masalah-masalah dampak negatif lingkungan yang
ditimbulkannya.
6.1 LIMBAH PETROKIMIA DAN ST]MBERNYA
6.1.1 Jenis Limbah Petrokimia
Pada umumnya industri petrokimia mempunyai 3 jenis limbah buangan yang dapat
menimbulkan pencem,uan terhadap lingkungannya. Ketiga jenis limbah pencemar akibat
industri petrokimia tersebut adalah:
1. Limbah pencemar gas atau limbah gas, yaitu gas-gas buangan proses, seperti gas CO2,
CO, HzS, SOx, NOx, dan jelaga/partikel-partikel.
2. Limbah pencemar cair atau limbah cair, yaitu air buangan atau air yang berbentuk
206
larutan buangan proses.
3. Limbah pencemar padat atau limbah padat, yaitu limbah padat buangan atau yang
berbentuk larutan buangan proses, seperti plastik-plastik dan resin-resin buanganproses, logamJogam berat dan katalis buangan proses (seperti: Pb, Hg, Cd, Fe, Cu,Ba, Se, Zn, dll.), garam-garaman anorganik yang terbuang dan lumpur organik padat
buangan proses.
6.1.2 Sifat-sifat dan Karakteristik Limbah Petrokimia
Ada beberapa sifat dan karakteristik atau ciri khas yang menjadi latarbelakangpengendalian dampak lingkungan hidup industri petrokimia antara lain:
1. Industri petrokimia (industri petrokimia hulu) di dalam operasinya menggunakanhidrokarbon atau migas sebagai bahan bakunya, yang pada pengolahan selanjutnya(yang disebut juga industri petrokimia hilir) akan menghasilkan produk-produkpetrokimia berupa produk dasar atau produk primer, produk antara atau produksetengah jadi atau produk intermediate dan produk akhir atau produk jadi.
2. Di samping itu, industri petrokimia ini mempunyai sifat dan karakteristik yang lainlagi, yaitu bahan bakunya yang berupa hidrokarbon beberapa kali mengalamiperubahan bentuk mulai dari produk dasar menjadi produk antara, yang akhirnyaberubah menjadi produk akhir/produk jadi. Pada saat setiap tahapan proses produksidiperlukan:a) Proses dasar yang berlainan.b) Bahan pelarut kimia serta bahan katalis yang berlainan.c) Air dalam jumlah yang relatif besar dengan jumlah yang berbeda pada setiap
tahapan proses, sehingga "limbah buangan proses" atau "limbah petrokimia"berupa bahan-bahan kimia pencemar yang dihasilkan, jumlah dan macamnyasangat banyak (lihat Tabel VI-l).
3. Besarnya pencemaran yang disebabkan suatu industri petrokimia sulit ditentukanmengingat proses produksi, bahan baku dan cara pengoperasiannya sangat beragam.
Namun demikian, pengukuran BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemicaloxygen demand) dapat menunjukkan besarnya zat pencemar organik dalam air limbahatau sungai pembuang. (Lihat Tabel VI-2). Cara yang terbaik adalah mengukur semuajunrlah zatpencemar yang ada serta debit air limbah dan sungai pembuang.
6.2 ASPEK LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PENGOPERASIAN DAN PEMAN.FAATAN PRODUK.PRODUK PETROKIMIA
6.2.1 Rona Lingkungan Industri Petrokima
Sama halnya seperti Rona Lingkungan lndustri, maka dengan Rona LingkunganPetrokimia dimaksudkan: "Bagaimana cara membangun proyek industri petrokimia yang
207
berwawasan lingkungan sejak awal". Gambaran ini meliputi aspek fisik, kimia, biologis,sosial ekonomi dan sosial budaya manusia yang potensial berada di sekitar proyek dan
dalam suatu wilayah yang secara ekonomis relevan dengan kegiatan proyek. Materi yang
dibahas terutama dititik-beratkan pada parameter-parameter yang cukup penting dan
diperkirakan memberikan dampak lingkungan yang dominan.
6.2. l. 1 Keadaan Lingkungan Fisika-Kimia
l.IklimGambaran mengenai iklim dapat diperoleh dari data hasil pemantauan stasiun
meteorologi yang terdekat. Stasiun meteorologi ini mencatat dan mengumpulkan data
antara lain mengenai temperatur udara, temperatur tanah, kecepatan dan arah angin,
kelembaban udara, curah hujan, penguapan, penyinaran matahari serta keadaan udara.
2. Kwalitas UdaraPenentuan kwalitas udara dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang batasan
konsentrasi dari limbah gas-gas di atas kawasan proyek dan sekitarnya sebagai akibat
enrisi kegiatan suatu proyek ataupun sumber-sumber yang lain. Hasil penentuan kwalitasudara ini kemudian dibandingkan dengan Kep. Men. KLH Nomor KEP-02ilIENKLlyYt988 (Lihat Tabel VI-3 dan Tabel VI-4).
3. KebisinganKebisingan merupakan parameter yang harus diamati di lapangan. Penyebaran
kebisingan dipengaruhi oleh sejumlah faktor fisik yang mengakibatkan penerusan dan
pengurangan kebisingan. Faktor yang berpengaruh antara lain adalah meteorologi, suhu
dan karakteristik permukaan tanah yang bersama-sama akan mengabsorbsi atau
meneruskan suara. Arah angin yang dominan yang akan mempengaruhi pola penyebaran
kebisingan pada jarak tertentu. Suhu mempunyai pengaruh yang sama, apabila penurunan
suhu berlangsung secara lambat, maka gelombang suara akan ke atas.
4. FisiografiGambaran mengenai fisiografi ini antara lain menampilkan topografi lokasi dan
morfologi proyek tersebut. Dari sini dapat diketahui apakah wilayah proyek tersebut
merupakan daerah dataran tinggi, rendah atau pantai, jarak wilayah dengan pantai,
ketinggiannya dari permukaan laut dan kemiringan tanahnya.
5. GeologiGambaran mengenai geologi daerah di mana proyek akan didirikan dan daerah
sekitarnya, secara umum meliputi jenis-jenis formasi bantuan, jenis jenis tanah dan
gerakan-gerakan tanah. Keadaan geologi ini dalam penampilannya dilengkapi dengan
peta geologi untuk memberikan gambaran formasi lateral yang ada di sekitar wilayahlokasi dan juga stratigrafi kolom yang menggambarkan urutan-urutan vertikal kelompokbatuan sebagai hasil evaluasi pemboran sumur dan studi geologi permukaan.
208
6. HidrologiUraian tentang hidrologi dapat ditekankan pada kelakuan fisik keadaan hidrologi
setempat (sungai, danau, laut dsb). Kelakuan fisik ini antara lain meliputi penyebaran airtanah, pola aliran sungai, daerah resapan air permukaan dan air tanah, sifat aliran,fluktuasi pasang surut, perkiraan debit drainase, sedimentasi dan erosi, sumber air bersihuntuk mandi, cuci, dan keperluan lainnya serta karakteristik air tanah untuk mengetahuipotensinya. Keadaan hidrologi dapat diperjelas dengan menampilkan peta hidrologi, petapenyebaran air tanah atau peta daerah aliran sungai.
7. Hidro-oceanografiPola hidrodinamika laut dapat ditampilkan melalui pengukuran parameter seperti
pasang surut, gelombang dan arus, interaksi pola hidrodinamika dengan cuaca, interaksipola hidrodinamika dengan sedimentasi dan erosi.
8. Kualitas air
a) Kualitas air permukaanPP 20 tahun 1990 golongan B merupakan dasar untuk penilaian terhadap
kualitas air permukaan (sungai). Penggunaan baku mutu golongan B dalam analisis inikarena fungsi sungai di daerah belum ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa setiap sungai yangbelum ditetapkan fungsinya oleh pemerintah, secara otomatis diatur oleh PP tersebut.Kualitas air permukaan dianalisis berdasarkan sifat fisik-kimia serta logam berat yangterkandung di dalamnya. Sifat fisik air ini meliputi temperatur, warna, kekeruhan,daya hantar listrik, salinitas dan muatan padatan tersuspensi. Parameter tersebut secaraumum digunakan untuk menentukan status kualitas iir suatu perairan. Semua sifatfisik ini merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi sifat fisikdan kimia perairan serta fungsi fisiologis dalam organisme perairan.
Sifat kimia air ini meliputi: pH, CO2 bebas, alkalinitas total, kesadahan - Ca -Mg - total, DO, nitrat, amonia, ortofosfat, silikat, sulfat, sulfida, BOD-j, detergen,fenol, HC-total, pestisida. Sifat kimia ini mencakup parameter-parameter yangmempengaruhi nilai daya guna air bagi kehidupan organisme, rumah tangga,perikanan dan pertanian. Parameter-parameter ini dapat berupa gas-gas yang terlarut,padatan tersuspensi, garam-garam organik atau anorganik. LogamJogam berat yangdianalisis meliputi Ca, Mg, K, Na, Fe, Cd, Cr, Mn, Zn,Pb, dan Hg.
b) Kualitas air lautPenilaian terhadap kualitas air laut (pantai, muara sungai, perairan pantai)
didasarkan pada Baku Mutu Air Laut menurut Keputusan Menteri Negara KLHNomor KEP-02A4ENKLI{/F/1988 untuk biota laut. Kualitas air laut untuk biota lautdianalisis berdasarkan sifat fisik kimia serta logam berat yang terkandung didalamnya. Sifat fisik meliputi temperatur, warna, kekeruhan, daya hantar listrik,salinitas dan muatan padatan tersuspensi. Sifat kimia meliputi: pH, Co2 bebas, Do
209
kesadahan total, nitrat, ortofosfat, silikat, nitrit, amonia, sulfida, sulfat, BOD-5, COD,
detergen, fenol, HC-total. Logam-logam berat yang dianalisis meliputi Ca, Mg, K, Na,
Fe, Cd, Mn, Ni, Zn, Cv, Pb dan Hg.
c). Kualitas air tanahPenilaian terhadap kualitas air tanah didasarkan pada Baku Mutu Air menurut
PP. 20 tahun 1990 golongan B. Parameter-parameter yang dianalisis baik untuk sifatfisik-kimia maupun unsur logam berat adalah sama dengan parameter-parameter
kualitas air permukaan.
d) Kualitas air limhahPenilalan terhadap kualitas air limbah didasarkan pada Keputusan Menteri
Negara KLH Nomor KEP-2/IVIEN.KLIilI/1988 mengenai Baku Mutu Air Limbah(Lihat Tabel VI-5) dan KEP-3/IvIEN.Kl-HllJ/lggl mengenai Baku Mutu Limbah Cairbagi Kegiatan Proyek yang Sudah Beroperasi (Lihat Lampiran 2).
6.2. 1 .2 Keadaan Lingkungan Biologi
1. FloraUntuk setiap pembangunan proyek, pada awalnya harus diketahui keadaan daerah
yang akan dijadikan lokasi proyek dan peruntukan daerah tersebut. Bila daerah hutan,
harus diketahui dengan jelas, hutan tersebut hutan apa. Apakah hutan lindung, hutanproduksi, hutan suaka alam atau taman nasional.
Apabila hutan tersebut merupakan hutan primer, maka harus diinventarisasi dulujenis-jenis pohon dan tumbuhannya yang ada, apakah terdapat tumbuhan khusus/langkayang sudah dilindungi, untuk dapat menyelamatkan tumbuhan tersebut.
Apabila daerah tepi pantai banyak tanaman bakau (mangrove), maka tanaman
bakau ini harus dilestarikan. Fungsi tanaman bakau ini merupakan komponen yang
penting untuk biologi di daerah pantai, antara lain memberikan kestabilan daratandaratanlumpur dan saluran-saluran pasang surut, tempat cari makan dan bertelur bagi ikan/biotalaut serta tempat perlindungan terhadap organisme akuatik dan darat terutama perikanan
yang mempunyai nilai ekonomis yang penting. Di samping itu, tanaman bakau ini juga
merupakan pelindung pantai.
2. tr'aunaDi samping flora yang tersebut di atas, perlu diinventarisasi pula hewan-hewan
yang ada di lokasi dan sekitar wilayah proyek. Apakah pada lokasi yang akan dipakaiproyek tersebut merupakan tempat berkembang biak, tempat mencari makan, tempatperlindungan bagi hewan-hewan tersebut. Hal ini sangat penting untuk mempersiapkantempat perpindahan lingkungan tersebut pada tempat/lokasil daerah yang dapat menjaminkelangsungan generasinya. Selain hewan-hewan tersebut perlu diinventarisasi organismeyang ada di perairan, antara lain mikro organisme (phyloplankton, zooplankton) dan
makro benthos.
2t0
6.2.2 Dampak Lingkungan Hidup
Pengoperasian proyek industri petrokimia, yaitu pengolahan atau penggunaanbahan baku hidrokarbon/"minyak dan gas bumi", dapat menimbulkan dampak negatif.
6.2.2.1 Dampak Negatif yang Timbul
Pemanfaatan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar dalam industri petrokimiaakan menimbulkan emisi bahan buangan limbah berupa co2, co, cI{. Nox, HzS, soxdan jelag : (partikel) yang dapat mempengaruhi kualitas udara sekirarnya. Tetapi apabilakita perhatikan spesifikasi atau karakteristiknya, maka minyak dan gas bumi Indonesiatermasuk jenis yang cukup rendah kandungan belerangnya, sehingga pencemaran olehgas SOx dan HzS tidak perlu dikhawatirkan.
Selain limbah gas pencemar tersebut, limbah cair pencemar seperti air buanganaiau cairan berbentuk larutan buangan proses dan limbah pada pencemar sebagai akibatLuangan proses seperti resin-resin/plastik-plastik, logam-logam berat, garam-garamo.'ganik dan sisa-sisa katalis, baik yang dihasilkan dari Industri petrokimia hulu maupundari industri petrokimia hilir dapat mempengaruhilmencemari kualitas kehidupan disekitamya. Begitu juga ceceran-ceceran minyak dalam pabrik dapat menaikkan suhuperairan yang dijadikan tempat pembuangan limbah cair tersebut. Ini semua akanmengakibatkan/mengganggu kehidupan beberapa jenis flora dan fauna yang ada disekitarnya.
6.2.2.2 Dampak Negatif Umum lang Timbul
1. Fisika - Kimia
a) Iklim MikroPerubahan iklim mikro dapat terjadi akibat perubahan habitat hutan-hutan
primer/sekunder yang menjadi lokasi proyek, lahan pemukiman pegawai./karyawanmaupun untuk pertanian akibat adanya migrasi, serta pembuangan bahan berbentukgas lewat cerobong yang dibakar sehingga memancarkan panas ke sekeliling tempatproyelc/ tapak proyek.
b) Kualitas UdaraPencemaran udara adalah suatu keadaan udara yang mengandung senyawa
kimia dalam konsentrasi yang cukup .tinggi (di atas normal/ambient) sehinggaberpengaruh terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya.Pencemaran udara dapat merusak tanah, air, hasil pertanian, tanaman lain, hewan-hewan maupun benda-benda yang berada di sekitar kawasan sumber pencemar. Disamping itu, pencemaran udara dapat mengurangi kenyamanan hidup. sertamengganggu kesehatan manusia. Dengan beroperasinya proyek industri petrokimiatersebut, maka akan terjadi emisi bahan buangan limbah gas dan partikel dari prosestersebut. Emisi dari proses pembakaran adalah so2, co, HC, HzS, coz dan jelagapartikel-partikel.
ztt
c) KebisinganKebisingan ini timbul sebagai akibat bunyi mesin-mesin pembangkit listrik,
pompa-pompa, kompressor, dan sebagainya. Apalagi bila nilai ambang batas
kebisingan telah terlewati, maka kebisingan dapat menimbulkan gangguan kesehatan
kepada pekerja/ pegawai./karyawan atau penduduk setempat dan bahkan mengusik
satwa-satwa yang hidup di sekitar proyek.
d) Kualitas Air Permukaan/Air LautTerjadinya pencemaran air permukaanlair laut sebagai akibat pembuangan
limbah cair dan panas yang dapat mencemari dan menaikkan suhu air permukaan dan
air laut sehingga mengganggu kehidupan beberapa jenis flora dan fauna perairan yang
tidak tahan terhadap suhu tinggi maupun polutan. Di samping limbah cair dari proyekindustri petrokimia, air permukaan atau air laut juga dapat tercemar oleh limbahdomestik atau buangan penduduk setempat, rumah-rumah pegawai/karyawan, juga
oleh adanya ceceran minyak/oli bekas dari proyek industri petrokimia tersebut.
e) Air TanahApabila proyek menggunakan air tanah sebagai sumber air kebutuhan proyek,
maka dalam penggunaan air tanah harus diperhitungkan kemampuan alam dalampenyediaan air tanah untuk proyek industri petrokimia tersebut.
2. Biologis
a) FloraPembukaan lahan untuk proyek dapat menimbulkan hilangnya vegetasi langka
atau hilangnya fungsi hutan (sebagai hutan wisata, hutan produksi, suaka
margasatwa./suaka alam, taman nasional). Begitu juga dengan adanya polutan yang
dihasilkan oleh proyek dapat mengurangi vegetasi tertentu yang tidak tahan terhadap
pclutan.
b) FaunaPencemaran air dapat mengakibatkan kematian atau menurunnya populasi biota
air. Pembukaan daerah pantai yang kaya akan tanaman bakau (mangrove), dapat
mengakibatkan biota air maupun darat tertentu kehilangan tempat tinggal, tempat
berlindung, tempat mencari makan, tempat berkembang biak dan sebagainya
3. Sosial - Ekonomi - Budaya
Pembebasan lahan akan mengakibatkan perubahan tataguna dan kepemilikanlahan. Hal ini sering menimbulkan konflik antar pernrakarsa proyek dan masyarakat.
a) Banyaknya pendatang baru yang mempunyai keahlian lebih dari pada masyarakat
setempat dan pada umulnnya memiliki tingkat kehidupannya lebih tinggi dapatmenyebabkan terj adinya perbedaan sosial.
b) Kecemburuan sosial dapat timbul apabila penduduk setempat tidak ikutmenggunakan/merasakan manfaat adanya proyek.
212
Dengan adanya pendatang baru yang mempunyai keanekaragaman sifat dan adatistiadat dapat mengakibatkan kemungkinan timbulnya perkelahian, pencurian/kejahatanyang menyebabkan keamanan penduduk terusik.
6.3 CARA PENGEI\DALIAN DAN PENANGGULANGAN PENCEMARANLINGKUNGAN LIMBAH PETROKIMIA
Ca-a yang paling baik melakukan pencegahan pencemaran limbah Industripetrokimia adalah melakukan pencegahan pencemaran pada "sumber-sumber pencemar"di dalam area pabrik, seperti:1. Penyempurnaan metode proses serta peralatan yang dipakai.2. Menlaga kebersihan dari tumpahan/ceceran bahan kimia sdrta ceceran lainnya.3. Menambah unit pemanfaatan hasil samping.4 ' Penggunaan kembali air buangan proses (daur ulang) serta usaha-usaha lain yang tidak
menimbulkan gangguan terhadap peralatan, manusia./karyawan serta lingkungannya.
6.3.1 contoh cara Penanggulangan Pencemaran Akibat Limbah Gas
Pencemaran akibat buangan gas d6pat diatasi dengan cara absorbsi (lihat GambarVI-l) yaitu dengan menggunakan garam sitrat sebagai penyerap/absorber. Cara kerjanyaadalah sebagai berikut:
Steam/uap panas dipompakan ke dalam kolom stripper/kolom absorber, sehinggagas pencemar (gas-gas SO2) akan terserap dan bereaksi dengan garam sitrat sehinggaterbentuk garam sulfat dan asam sitrat sebagai hasil samping (by product) yang tidakmenimbulkan masalah pencemaran lagi. Kedua hasil samping ini dapat dipergunakanuntuk keperluan lain.
6.3.2 contoh cara Penanggulangan.Pencemaran Akibat Limbah zat Cair
Ada beberapa cara penanggulangan pencemaran akibat buangan limbah organikcair, yaitu antara lain:
1. Secara fisika, seperti dengari sedimentasi, yaitu berupa pemisahan secara gravitasi(seperti pemisahan air berminyak), flotasi, penguraian (stripping), absorbsi, ekstrasidan lain-lain.
a) Absorbsi. Dalam cara ini digunakan karbon aktif yang sering dipakai untukmenanggulangi limbah yang mengandung zat kimia organik, seperti pestisida,benzena, fenol dan hidrokarbon yang telah mengalami klorinasi (chlorinatedhydrocarbon).
b) Ekstrasi. Dalam cara ini digunakan pelarut yang cocok untuk bahan pencemaryang akan dipisahkan.
zt3
2. Secara kimia. Cara penanggulangan pencemaran ini dipakai secara luas dalammengolah air buangan industri, yaitu dengan cara netralisasi, koagulasi, presipitasi danoksidasi.a) Netralisasi. Cara ini dipakai untuk menanggulangi bahan-bahan pencemar akibat
pencucian bahan-bahan buangan asam atau basa dari proses-proses alkilasi,sulfonasi, nitrasi dan pembuangan katalis yang bersifat asam.
b) Koagulasi. Cara ini dipakai untuk menanggulangi buangan bahan pencemar berupaair bercampur minyak, emulsi atau logam berat dengan bantuan kapur danferosulfat sebagai bahan koagulan.
c) Oksidasi. Oksigen (udara) atau bahan kimia pengoksidasi digunakan dengan atautanpa katalis untuk menanggulangi COD. Salah satu contoh proses oksidasi yangbanyak diketemukan adalah pengolahan buangan domestik secara "air stripping".
3. Secara biologis
a) Secara anerobik (tanpa udara). Proses ini dilakukan di dalam suatu reaktor dimana bakteri anerobik akan mengubah bahan limbah cair organik menjadi gas
metana (CH+) atau bio-gas. Gas metana atau bio-gas yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas untuk pembangkit listrik. Untuk jelasnyadapat dilihat pada Gambar VI-2.
b) Secara erobik (dengan adanya udara). Proses ini dilakukan di dalam suatu reaktordi mana limbah organik cair akan teroksidasi oleh pertolongan bakteri erobik danpemanasan dari luar, sehingga diolah menjadi air (HrO) (dan CO/CO, dengan
meirgalirkan udara ke dalam reaktor (lihat Gambar YI-Z).
Penanggulangan secara biologis dengan pertolongan bakteri telah berkembangdengan pesat dan telah banyak digunakan untuk mengolah limbah buangan yang mudahterurai secara biologis.
6.3.3 Contoh Cara Penanggulangan Pencemaran Akibat Limbah ZatPadat
Ada beberapa cara pengendalian/penanggulangan pencemaran akibat buanganlimbah pencemar zat padat (seperti bahan pencemar botol-botol minuman bekas plastikdan resin-resin/plastik-plastik lain) yaitu dengan proses recycling (daur ulang) dan prosespirolisa (pembakaran).
1. Proses daur ulang dapat dilakukan terhadap bahan botol-botol plastik bekas sepertiPVC dan PET (Polietilen tereftalat) dan sekaligus memanfaatkan bahan bekas botolplastik tersebut menjadi bahan berguna yaitu dengan proses penambahan bahankimia/reduksi sehingga dapat diolah menjadi produk-produk petrokimia dalam bentukcair yaitu bahan baku botol plastik (lihat Gambar VI-3) dan sekaligus mengatasimasalah pencemaran lingkungan.
2. Proses pirolisa dapat dilakukan terhadap limbah buangan plastik bekas atau limbahpolimer bekas dengan cara mengolah limbah polimer bekas tersebut menjadi
2t4
"fueloil"/bahan bakar minyak (lihat Gambar VI-4) dan sekaligus mengatasi masalahpencemaran lingkungan.
6.3.4 Kualitas Air Limbah (Lihat juga Tabel VI-2 dan Tabel VI-5)
Untuk mengetahui jumlah limbah pencemaran di dalam air atau di dalam sungaipenampungannya, dapat diukur dengan methoda/cara, sebagai berikut:1. B.O.D = Biological Oxigen Demand (= mg/l)
= Kebutuhan oxigen secara biologi kehidupan.
2. C.O.D = Chemical Oxigen Demand (= mg/l)= Kebutuhan oxigen secara kimia.
3. T.O.C = Total Organic Carbon.
= Jumlah carbon organik, sebagai berikut:. Limbah dalam air dikeringkan, kemudian dibakar pada suhu tinggi. Kadar CO,
yang terbentuk dari hasil pembakaran tersebut dianalisa dengan sinar inframerah,didapat harga T.O.C nya.
. Reaksi penguraian senyawa karbon dalam air dapat berlangsung dengan cara:
a) Aerob (= dgn 02) dan
b) Anaerob (= tanPa Oz).
Yaitu dengan pertolongan bakteri, sebagai berikut:
Bakteri Aerob Bakteri Anaerob
Reaksi Hasil Reaksi Hasil
C)N)P)S)
CO/COz
HN03
H3PO4
H2SO4
C)N)P)S)
CHa @io-gas)
NH3
PH:
HzS
. Penguraiafl secara Anaerob dapat menyebabkan/mengeluarkan bau busuk yangmerangsang (= bau busuk H2S, bau NH3), dan apabila air tercemar sampai bau
busuk, maka didalam air tersebuj kadar O2-nya sudah tidak adalagi/aimya sudah
cukup tercemar (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran-l Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air).
6.4 KESIMPULAN DAN SARAN
6.4.1 Kesimpulan
1. Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan industri pada umumnya dan kegiatan
pembangunan industri petrokimia pada khususnya, yang sudah banyak dilakukan oleh
2.
3.
215
para pengusaha swasta belakang ini, maka pembangunan proyek-proyek industripetrokimia di Indonesia sudah semakin harus memperhatikan dampak-dampaknyaterhadap lingkungan di sekitarnya.
Pengendalian limbah pencemar industri petrokimia mudah ditangani dan tidak akan
menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap lingkungan hidup di sekitarnya,asalkan dari semula dampak negatif yang akan ditimbulkannya dapat diwaspadai atau
dengan perkataan lain kalau dari semula para petugas yang menanganinl'a di lapangansudah tanggap terhadap permasalahan dampak lingkungan hidup yang akan
ditimbulkannya.
Untuk menanggulangi permasalahan lingkungan hidup secara menyeluruh dan terpadu
di masyarakat, diperlukan daya dukung lingkungan hidup seperti:a) Koordinasi antara instansi yang terkait dalam upaya mencegah dan menangani
berbagai masalah lingkungan hidup perlu ditingkatkan.b) Perlu ada kelembagaan hukum untuk menangani lingkungan hidup. Dengan adanya
U.U.L.H (Undang-Undang Lingkungan Hidup) maka diperlukan lebih banyakperaturan guna mengatur penanganan limbah pencerulr beserta sangsinya.
c) Sumber daya manusia merupakan sisi penting dalam menangani dan mencegah
kerusakan lingkungan. Untuk itu perlu adanya ahli teknis lingkungan untukmembuktikan adanya pencemaran lingkungan. Guna menyidiki kerusakan ling-kungan diperlukan polisi lingkungan yang handal, begitujuga diperlukanjaksa dan
hakim yang tahu banyak persoalan lingkungan hidup, sehingga untuk masa-masa
mendatang persoalan kerusakan lingkungan hidup diharapkan sudah dapat diatasi.
6.4.2 Saran-saran
1. Dari contoh-contoh cara pengendalian/penanggulangan pencemaran limbahpetrokimia tersebut di atas, bahan pencemaran air merupakan bahan buangan yangpaling penting untuk ditanggulangi dari seluruh bahan buangan Industri petrokimia.Maka untuk menanggulangi hal semacam ini, sebaiknya setiap industri petrokimiadilengkapi dengan Unit-Unit Pengolahan Air Buangan maupun Unit-unitPengendalian/Penanggulangan buangan pencemar/limbah lainnya.
2. Meskipun untuk melengkapi sarana pengolahan limbah tersebut memerlukantambahan biaya investasi yang cukup tinggi, akan tetapi hal tersebut tidak akan
menjadi hambatan bagi para pengusaha, sebab tambahan biaya tersebut dapat
dimasukkan ke dalam harga jual produknya. Apalagi belakangan ini pihak konsumensudah mulai sadar tentang kelestarian lingkungan, dengan kata lain, konsumen sudah
mau membeli berapapun harga suatu produk yang ditawarkan, asal proses
pembuatannya sudah bersahabat dengan lingkungan.
216
Tabel VI-l. Jenis Limbah Petrokimia dan Sumber Asalnya
Nama Proses Sumber Polutan J enis Li mtrah,/Poluta n
I Alkilasi benzena Alkilasi etil benzena . Tar, asam hidroklorik, kaustiksoda. fuel oil/ minvak baka
2. Produksi NH3 . Demineralisasi. Regenerasi dan proses
kondensasi
' Dapur pembakaran
. Berbagaijenis garam asam dan
basa.. Amonia (NH3)
CO, dan CO.)_ Produksi aromatik Ekstraksi air
Pemurnian pelarutHidrokarbon aromatikPelarut SO, dan dietllen glikol.
4. Catalytic cracking . Regenerasi katalls Katalis yang terbuang, sisa-sisa
katalis (silika, alumina,hidrokarbon, nitrogenmonoksida dan oksida).
5. Cataiytic reformin . Zat-zat kondensat . Katalis (seperti: Pt, Mo),hidrokarbon aromatik. H,S
6. Proses pengolahan minyakbumi
Pencucian pengolahan
minyak bumi
. Garam-garam anorganik,
tumpahan minyak, cairan
minyak.
7. Produksi sianida . Air buangannya/ "water
slops"
. Hidrogen sianida (HCN) dan
bahan yang tidak larut dalamhidrokarbon..
8. Dehidrogenasi. Produksi butadiena dari
n-butana dan butilena. Produk keton. Produk stirena dad etii
benzena
Air buangan proses /"quench waters"Zat-zat distllat I"distillation slop"Katalis kondensat darikolum pemisah
. Gas residu, tar, tumpahan
minyak dan larutan hidrokarbon. Polimer hidrokarbon.
hidrokalbon yrng terchlorinasi.gliserol dan NaCl.
. Sisa katalis (Fe, Mg, K, Cu, Cr,ZnO).
. Hidrokarbon aromatik, stirena.
etil benzena dan tar
9. Desulfurisasi . H,S dan merkaptan.
10. Ekstraksi dan pemurnian:. Isobutilena. Butilena. Stirena. Absorpsi butadiena
. Asam dan sisa NaOH
. Larutan dan pencuciNaOH
. Logam dasar/ "Stillbottoms"
. Lan-rlan
' H2S0a, Ca - hidrokarbon, NaOH.. Aseton, oil, Ca - hidrokarbon.. Tar fraksi berat.. "Copper amonium acetate", Ca-
hidrokarbon. oil.
l1 Distilasi ekstraktif Larutan Furfural, Ca - hidrokarbon
12. Halogenasi,/klorinasi. Penambahan untuk
olefin. Subtitusi. Hipoklorinasi. Hidroklorinasi
Pemisah/separator
HCI absorber, scrubber
DehidrohalogenasiHidrolisa tar"Surge tank"
. Sisa NaOH.
. Klorin, HCI, sisa hidrokarbon,hasil-hasil klorinasi dan oil.
. Polutan larutan garam.
. CaCl2, garam-garam organikyang terlarut,
. Sisa katalis. alkilhalida.
2t7
Tabel VI-l. (lanjutan)
Nama Proses Sumber Polutan Jenis Limbah./Polutan
l3 Hidrokarboksilasi . "Still sloos" Larutan hidrokarbon. aldehida
t4. Hidrokarboksilasi lprosesoxo)
. "Still slops" . Larutan
15. Hidrosianasi (untuk
acrylonitrile adipic acid, dll)
. Yang mempengaruhi
proses/ "process
effluents"
. Garam-garam sianida, organikdan anorganik.
t6. Isomerisasi/Nitrasi:. Parafin. Aromatik
. Sisa-sisa proses/
"process wastes"
. Hidrokarbon, alifatik, aromatik
dan derivat tar.. Hasil samping dari keton
aldehida, asam-asam, alkohol,
olefin, CO2. H,SO". HNO" dan aromatik.
17. Oksidasi:. Etilen oksida & produk
glikol. Aldehida" alkohol &
asam-asam darihidrokarbon
. Asam & anhidrida darioksidasi aromatik
. Fenol & aseton darioksidasi aromatik
. Produksi carbon black
. Buanganproses/'process slop"
. Buangan proses
. Kondensat buangan
logam/still slop. Sisa-sisa
proses/"decanter". Air pendingin proses
dan air pencuci produk
. CaCl2, polimer hidrokarbon,etilen oksida, glikol diklorida.
. Aseton, formaldehida,asetaldehida, metanol dan asam
organik tinggi.. Anhidrida aromatik dan asam-
asam.. Bubur-kue/'pitch". Asam formiat. hidrokarbon. Carbon black, partikel-partikel
zat Dadat terlarut
18. Polimerisasi dan alkilasi . Buangan katalis . Sisa asam katalis (sisa H3PO4)
AICI1.
19. Polimerisasi polietilena:. Butyl rubber
' Copoiymer rubber. Nilon-66
. Buangan katalis
. Buangan/sisa-sisa proses
. Buangan/sisa-sisa proses
. Buangan/sisa-sisa proses
. Cr, Ni, Co, Mo.
. Oil dan hidrokarbon ringan.
. Butadiena, stiren4 lumpurlunak.
. Produk oksidasi sikloheksan4asam suksinat, asam adipat,
asam glutarat, heksametilen4diamin, adiponitril, aseton, metil
etil keton (MEK).
20. Sufonasi olefin . Buangan proses . Alkohol, polimer hidrokarbon,Na2S0a, dll.
21. Sulfonasi aromatik . Air pencuci NaOH . Sisa-sisa NaOH
22. Thermal cracking olehntermasuk fraksinasi danpurifikasi
. Buangan dari dapurpembakaran dan
pencucian denganNaOH
. Asam-asam, H2S, merkaptan,
larutan hidrok arbonl zat- zat y ang
terlarut, hasil-hasil polimer sisa-
sisa NaOH, produk fenolik, gas-
sas residu. tar dan minvak berat.
23. Utilities . Boilerpecah, coolingsistem pecah dan airjemih.
. Garam-garam fosfat, lignin, uap
panas, sejunrlah zx padat yang
terlarut, kromat, algisida CaCl,. H,SO, dan H,COI
r-
218
.abel VI-2. Karakteristik dan kualitas Air Limbah Perrokimia
No. Produk-produk DasarBOD COD SS a(mg/l) (men) (mgn) (mg/det)
Phtalic anhydride, maleic anhydride plasticizers 2@ 24 0,002
2. Gas kimia untuk perang plat chrom 200 1 100 0,001
3. Terephalic acid (TPA), isophthelic acid, dimethylterephthalate (DMT)
9800 i0600 5,36
4. B rtadiene, styrene, polyethylene, olefins 1,68
5. Phenol, ethylene 300 1200 300 2,0
6. Acrylonitrile tzffi 239 o3a2
7. Fatty acids, esters, glyserol 10000 14000 0.10
8. Regenerated cellulose 1.41
9. Acetylene
10. Dyes, pigments, inks 227 93 0,452
1i Azo & Anthraquinine dyes 352 1760 152 0,94
12. Anthraquinine 300 I 160 5,0
t3. Ethylene, alcohols, phenol 1700 3600 610 5,9
14. Benzene, enthylene, butylrubber, butadiene,xylene isoprene
91 273 14,7
15. Acrylonitrile, acetonitrile, hydrogen cyanida 830 t06 0,335
t6 Terephtalic acid (TPA) 2810 4160 0,49
17. Glycerine, various glycols 31m 0.075
18. Methyl & ethyl parathion tt46 50000 80 0,543
19. Methyl isocyanate, phosgene diphenol 105 3420 0,65
20. Urea, NH3, HNO3, dan NH4NO3 5630 t40 r.38
21. Butadiene, stryrene, polyolefin, adipic acid 1870 r230 225 2,0
22. Butadiene, maleicacid, fumenic acidtetrahydrophathalic anhydride
959 t525 3,605
23. Diphenol carbonate, D-nitro phenol, benzenequinolin, H2SO4, tear gas, dithitrobenzoic acid
650 1380 0.098
24. Organo phosphates, esters, resins, phosphorous
chlorides845 20r',0 322 1,2
25. Phenols 6600 t3200, 0,215
26. 500 different products 360 500 673 3,2
27. Organic & inorganic chemicals r00 2,1
28. Additives for lubricatin oils 46s 1050 250 0,20
219
Tabel YI-2 (lanjutan)
No. Produk-produk DasarBOD COD SS a(mg/l) (men) (mgn) (mdde0
29. Polyethylene, ethylene oxide, ethane,
polypropylene
1385 2842 2,1
30. Acrylates, insecitisides, enzymes, formal dehydes,
amines
1960 2660 80 1,06
31. Ethylene, propylene, butadiene, benzene, toluene 500 0,228
32. Acids, formaldehyde, acetone, methanol, ketones,
HNO3, nylon acetate, acetaldehyde
530 10130 160 3.46
JJ. Isocyanates, urethane foam 421 1200 50 0,57
34. Acetaldehyde 20000 s(n(n 2N I,t5
35. Produk Petrokimia lainnya
Keterangan:l. BOD ( Biologicat Oxygen Dernand ) = Kebutuhan Oksigen secara Biologis (=mg/I)
2. COD ( Chemical Oxygen Demand ) = Kebutuhan Oksigen secara Kimia (=mdD
3. SS ( = Suspended Solids) = Zat Padat tersuspensi (=mgi/I)
4. Q ( = DebirAlir ) - Kecepatan alir air limbah (=mdde0
220
Tabel VI-3. Baku Mutu U@ra Emisi untuk Sumber Tak Bergerak
(Sumber: SK Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.: Kep.02l MENKLfyylg8STanggal 19 Januari 1988)
Keterangan A = baku mutu ketatB = baku mutu sedangC = baku mutu ringan
No PARAMETER BAKU MLiTLJ EMISIKETERANGAN
A B C
I Kabut asam sulfat atau sulfurtrioksida atau keduanya
0,20 0.25 0.30 l. gm S03/Nm3 dari buangangas
2. buangan gas yang bebasdari kabut vans oersisten.
2. Oksida nitrogen (NO-) t,70 4,60 4,60 buangan gas yang tidakberwama s/Nm3
3. Karbon monoksida CO 1,00 1,00 1.00 gm/I.{m3
4. Partikel padat (operasilainnva)
0,40 0,50 0.60 gmlNm3
5. Hidrogen sulhda (H,S) 5,00 5.00 6.25 ppm (v/v)
6. Metil merkaotan (CH"SH) 0,002 0,0r ppm
7 Amonia (NH") I 5 ppm
8. Gas Klorin 0.20 0,25 0,30 gmHCI/Nm3
9. Hidrogen Klorida (HCI) 0,40 0,50 0,60 em HCYNm3
10. Fluor, asam hidrofluoridaatau senyawa organik fluor
0.02 o,o2 0,02 gm asam hidro fluorida / Nm3gas buansan
ll Timah hitam (Pb) 0.025 0,025 0.04 srr/Nm3
12. Gas-gas asam 3,50 6.00 7.50 gm/l.lm3
13. Sene (Zn) 0,10 0.10 0.15 sr/Nm314. Air raksa (He) 0,01 0,0r 0.02 gm/llIm3
15. Cadmium (Cd) 0.015 0.015 0,025 smlNm3
16. Arsen (As) 0,025 0,025 0.04 gm/l',Im3
17. Antimon (Sb) 0,025 0.025 0.04 smlNm3
18. Radio nuklida
19. Asap * * * = Rinslemann no.2
221
Tabel VI-4. Baku Mutu Udara Ambien
(Sumber: SK Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.: Kep.02i MENKLfyyl988Tanggal 19 Januari 1988)
Keterangan:
* Yang dimaksud dengan "Waktu Pengukuran" adalah waktu perataan ("Averaging time"), dan untukpengukuran tiap jam yang dilakukan perhitungan secara "geometrical mean".
* Standar H2S tidak berlaku untuk daerah yang mengandung H2S secara alami.
, +) : yang dianjurkan* NDIR : Non - dispersive infrared{. Hi - Vol : High Volume Sampling Method* AAS : Atomic Absorption Spectrophotometer.i. GC : Gas Chromatograph
No. Parameter WaktuPengukuran
Baku Mutu Metoda Analisis*) Peralatan*)
Sulfur dioksida (S02) 24 jam 0,10 ppm
260 us/m3
Pararosanilin Spectrophoto-meter
2. Karbon monoksida(so)
6 jam 20 ppm
2.260 us/m3
NDIR NDIRAnalyzer
J. Oksida nitrogen (NO2) 24 jam 0,05 ppm
92,50 us/m3
Saltzman Spectrophoto-meter
4. Ozon (O3) I jam 0,10 ppm
2OO us/m3
Chemilumines-cence
Spectrophoto-meter
5. Debu 24 iam 0,26 us/m3 Gravimetric Hi - Vol
6. Timah hitam (Pb) 24 jNn 0,06 ug/m3 Gravimetric
Ekstraktilnensabuan
Hi-Voh AAS
7. Hidrogen sulfida (H2S) 30 menit 0,03 ppm
52 ug/m3
Mercurythiocy-anate
Spectrophoto-meter
8. Amonia (NH3) 24 jam 2 ppm
1.360 us/m3
Nessler Spectrophoto-meter
9. Hidrokarbon 3 jam 0,24 ppm
160 us/m3
Flame ionization G.C
222
Tabel VI-5. Bl*u Mutu Air Limbah
(Sumber: SK Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.: Kep.02l MENKL1Vy1988Tanggal 19 Januari 1988)
NO. PARAMETER SATUANCOLONCAN BAKU MUTU AIR
LIMBAH
I II III T\/
1.
2.
3.
l.2.
3.
1.
5.
6.1
8.
9.
10.
11.
t2.13.
14.
r5.16.
1',7.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.25.
26.
27.
28.29.
30.
31.
FISIKATemperaturZat padat terlarutZat padat tersuspensi (S S)
KIMIApHBcsi terlarut (Fe)
Mangan terlarut (Mn)Barium (Ba)Tembaga (Cu)Seng (Zn)Khrom Heksavalen (Cr6+)Khrom total (Cr)Cadmium (Cd)Raksa (Hg)Timbal(Pb)Stanum (Sn)
Arsen (As)
Selenium (Se)
Nikel (Ni)Kobalt (Co)Sianida (Cn)Sulfida (H2S)
Fluorida (F)Klorin bebas (CI2)
Amoniak bebas (NH3-N)
Nitrat (N03-N)
Nitrit (N02-N)
Kebutuhan oksigen biologik (BOD)Kebutuhan oksigen kimia (COD)Senyawa aktif biru metilenFenolMinyak nabatiMinyak mineralRadioaktivitasPestisida termasuk PCB
.C
mg/Lmg/L
mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/l-mC/L
mg/l,m-e/L
mg/Lmg/LmglLmg/Lmg/Lmg/Lmgll-mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
rng/Lmg/LmC/Lmg/Lmg/LmglLmg/LmglL
35
1.500100
6-9
I
0,5
1
1
2
0,05
0,1
0.010,001
0,03
I
0,05
0,01
0.1o)0,02
0,01
1,5
0,5
0.02
t00.06
I20 I40 1
0.s I
o.or Ill
1I
-.r 6
2.000200
6-9
5
2
2
2
5
0,1
0,5
0,0s0,0420.1
2
0,r0,05o)0,4
0,05
0,05
2
1
I20
I50100
5
0,5
5
10
404.000200
6-9
10
5
J
3
10
0,5
1
0,1
0,005
I3
0.5
0.5
0,5
0,60.5
0,rJ
2
5
30
J
150
300l0I10
50
45
5.000500
5-9
20
i05
5
l51
2o50,0r2
5
1
1
I
1
I
I5
5
20
50
5
30060015
2
20100
Ste
am S
O
Abs
orbe
nt
Flu
e G
asC
ompr
esso
r
Pre
scru
ber
Pur
geA
bsor
ber
Str
ippe
r
Mak
eup
reag
ent
Sod
ium
sul
fate
te h
eat
Exc
hang
erIJ t.J
Gam
bar
VI-
1. B
agan
alir
ala
t lin
dung
an l
ingk
unga
n tc
rhad
ap c
mis
i gas
den
gan
mcn
ggun
akan
ca
ra a
bttr
si
Sta
biliz
ed s
ludg
e
Bas
is:
100
kg C
OD
influ
ent
10 k
g C
OD
100
kg C
OD
lnflu
ent
(2oo
c)ln
fluen
l(2
0oc)
Effl
uent
Met
hane
3't
m3
Ele
ctric
al p
ower
(for
aer
atio
n)
Aer
obic
tre
atm
ent
Ana
erob
ic t
reat
men
t
N)
N) 5
Gam
bar
VI-
2. P
engo
laha
n lim
bah
seca
ra b
iolo
gis
(ero
bik
dan
aner
obik
)
$te
enr
Pol
yeth
ylen
eS
ulfu
ricac
id.-
;*-
- ;-
_-t
tere
phflr
alat
ei'c
rvcl
nyle
ne I
reac
tor
lert
;f;hl
haia
lei
r---
-n[n
ttle:
. t-
-*/
I \
-.r-
|l i j
VV
ii,-,
r I
t--.
-=l/
--.-
+ -
- -r
-'-ri
i- o
Atr
rr)o
lriitt
-,.t
I ,
--}_
_-*-
-_).
1
Rot
ary
drum
filt
erA
cidi
ficat
ion
reac
tor
--)-
---_
_rj
ilyci
roxi
de I
rn,a
kr:u
n I
,Il+
-
lmpu
ritie
s
t.--
Cai
r;iir
nr h
vdro
xide
___1
Gyp
sum
filt
er
N)
I\) (Jl
(la,r
bar
vI-3
. P
cngo
laha
n irr
nhah
h.k
rl pl
astik
bck
as d
cnga
n pr
.scs
dau
r-ul
ang
Flu
idiz
ing
air
blow
erA
tmos
pher
ic e
xhau
st
Con
dens
er
Was
te p
last
ic
Cle
an s
and
disc
ard
Pre
ssur
e co
ntro
l
Rea
ctio
n co
il
Pre
heat
ed c
ombu
stio
n ai
r
Fue
l gas
fro
mco
nden
sor
Hea
vyhy
droc
arbo
ns
Fla
shdi
stila
tion
Gam
bar
VI.4
. P
engo
laha
n lim
bah
plas
tik b
ekas
den
gan
cara
piro
lisis
N)
NJ o\
BAB VII
EVALUASI
7.1 PENGANTAR
Proses Belajar Mengajar tidak hanya terbatas di lingkungan sekolah atau kampussaja, akan tetapi di luar kampus pun proses ini akan tetap berlangsung.
Pada Proses Belajar Mengajar mutlak dilakukan evaluasi, dengan tujuan untukmengetahui keberhasilan Proses Belajar Mengajar itu pada suatu periode tertentu. Untukmengevaluasi sesuatu Program Pengajaran, perlu adanya alat evaluasi dan salah satubentuknya adalah soal-soal latihan/soal-soal ujian.
Tidak selamanya evaluasi harus dilakukan oleh guru atau dosgn, bahkanmahasiswa itu sendiri pun dapat melakukan evaluasi Proses Belajar Mengajar. Terdorongoleh permasalahan itu semua maka sebagai dosen dalam "Ilmu Petrokimia" kamimemandang perlu adanya alat evaluasi yang tidak hanya dipakai oleh guru atau dosen,melainkan dapat pula dipakai oleh para mahasiswa dan para orang tua mahasiswa itusendiri. Oleh karena itu, kami menyajikan "Evaluasi Petrokimia" ini dalam satu "BabKhusus yaitu "Bab VII" guna membantu para mahasiswa terutama para orang tuamahasiswa itu sendiri dalam mengevaluasi Proses Belajar Mengajar tersebut.
7.2 CARA MENGEVALUASI
Evaluasi petrokimia ini dibagi dalam 2 (dua) kelompok utama menurut materi yangberurutan tiaptiap Bab, dan (2)Latihan soal-soal ujian semester/kenaikan tingkat.
Semoga Evaluasi Petrokimia ini bermanfaat bagi kita semua demi memajukanPembangunan Nusa dan Bangsa.
7.2.I Latihan Soal-soal Pokok Bahasan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan/soal-soal berikut ini dengan baik dan benar.
Bab-I: Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud dengan "bahan/produk petrokimia" dan berikan contoh-contohdari bahan/produk petrokimia itu?
2. Apa pula yang dimaksud dengan "bahan/produk polimer" dan jelaskan juga perbedaan
228
beserta contoh-contohnya antara produk polimer buatan alam dengan produk polimer
buatan manusia itu?
3. Coba Saudarajelaskan dan berikanjuga contoh-contohnyajawaban Saudara, mengapa
dengan kemajuan/perkembangan teknologi pemanfaatan produk petrokimia plastik-
plastik yang sangat pesat kemajuannya, sehingga sudah menggeser kedudukan
penggunaan pemakaian bahan-bahan plat logam oleh industri belakangan ini!
Bab-II: Bahan Baku Petrokimia
4. Apa yang dimaksud dengan "bahan baku" petrokimia itu dan sebutkan 2 sumber asal
pengelompokan bahan baku tersebut beserta dengan contoh-contohnya?
5. Bagaimana cara-cara mendapatkan bahan baku petrokimia itu dan sebutkan dengan
contoh-contoh serla dengan penggunaan bahan baku petrokimia tersebut untuk
keperluan apa saja?
Bab-III: Produk-Produk Petrokimia
6. Produk Petrokimia/Industri Petrokimia dapat dibagi atas 2 bagian besar, sebutkan
dan jelaskan mengapa demikian?
7. Apakah yang disebut: (a) produk dasar, (b) produk antara, (c) produk akhir (d)
produk jadi? Berikan (paling sedikit 5 macam produk) contoh-contoh produk
petrokimia tersebut!
8. Proses pembuatan produk petrokimia yang lebih ekonomis dapat ditempuh dengan 3
jalur lintasan utama, sebutkan dan jelaskan/ dengan contoh-contoh pembentukan
produk-produk dasar dari setiap jalur/lintasan utama tersebut!
9. Dengan jalur gas sintetik, akan didapat "produk hulu" atau "produk dasar" apa saja
dan "produk hilir" atau "produk akhir/produk jadi" apa saja, sebutkanlah nama-nama
dan tulislah rumus molekul/struktur molekul produk-produk petrokimia tersebut
beserta dengan reaksi-reaksi pembentukan produknya, coba jelaskan!
i0. Sama dengan soal no.9 diatas, dengan jalur Olefin (alur Olefin Senter), sebutkanlah
nama-nama dan tuliskanlah rumus molekul/ struktur molekul produk-produk
petrokimia tersebut besefta dengan reaksi-reaksi pembentukan produknya, coba
jelaskan !
11. Sama dengan soal no.9 dan no.10 di atas, dengan jalur Aromatik (alur AromatikSenter), sebutkanlah nama-nama dan tuliskanlah rumus molekul/struktur molekul
produk-produk petrokimia tersebut beserta reaksi-reaksi pembentukan produknya,
coba jelaskan!
12. Pada pembuatan/pabrikasi pupuk Urea dari gas alam, di samping proses/reaksi
"Steam reforming" untuk pembentukan amonia, dikenal juga proses/reaksi "total
recycle" atau "proses daur ulang secara keseluruhan" untuk pembentukan Urea,
13.
229
selanjutnya dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:a) Coba dijelaskan cara kerja "Proses Total Recycle" tersebut!b) Apakah yang disebut "Larutan Carbamate" itu dan untuk apa kita
mengontroUmenjaga agar konsentrasi pelarutan tersebut tetap dijaga maksimumsebesar 757o Urea?
c) Tuliskan berbagai macam penggunaan Urea atau penggunaan pupuk Urea!
Pada pabrikasi/pembentukan Metanol dari gas alam, dikenal ada 2 macamproses/reaksi yang dipakai untuk menghasilkan produknya, selanjutnya jawablahpertanyaan-pertanyaan berikut:a) Sebutkanlah nama-nama proses pembuatan Metanol tersebutb) Apa untung-ruginya kita mengetahui (dari semula) komposisi/ kandungan gas
CO2 dari gas alam yang dimanfaatkan untuk menghasilkan Metanol pada suatu
lokasi Pabrik Metanol?Bandingkan dengan lokasi Pabrik Metanol di pulau Bunyu pada saatberoperasinya pabrik (sudah beroperasi./berproduksi sejak tahun 1986) yangternyata belum bisa berproduksi penuh l00Vo sampai sekarang ini, cobadijelaskan di mana letak ketidaksempurnaan pengoperasian Pabrik Metanoltersebut dan mengapa sampai terjadi hal-hal sedemikian?
c) Jelaskan batas-batas kandungan gas CO, dari gas alam tersebut di atas yang
efektif dan efisien dipakai untuk proses reaksi/menghasilkan produk Metanol I
d) Tuliskan reaksi-reaksi pembentukan Metanol yang sesuai dengan pemilihankedua proses tersebut di atas!
Dalam industri, urea dan metanol banyak dimanfaatkan sebagai bahan pelarut ataubahan pencampur, sehubungan dengan itu jawablah dengan jelas pertanyaan-pertanyaan berikut:a) Tuliskanlah contoh-contoh reaksi penggunaan/pemanfaatan urea dan metanol itu!b) Jelaskan penggunaan-penggunaan produk hilir/produk akhir hasil reaksi-reaksi
tersebut di atas!
a) Dalam industri Petrokimia, coba jelaskan pengertian tentang Carbon black (C.b)itu dan juga dalam hal ini coba jelaskan perbedaan-perbedaannya dengan Carbonaktif (C.a) yang diproduksi dari biomasa!b) Sesuai dengan teknologi/proses pembuatannya, C.b dapat digolongkan atas 3
jenis/tipe, sebutkan masing-masing tipe tersebut !
Khusus dalam penggunaan C.b dalam industri ban dan otomotif, jenis atau tipeC.b yang mana yang paling baik/ paling cocok dipakai dan jelaskan alasannyamengapa jenis atau tipe C.b tersebut yang terbaildpaling cocok?
Acetylene black [C2H2], termasuk tipe C.b yangmana?
Tuliskan reaksi-reaksi pembentukannya dari tipe C.b di atas!Dibanding dengan penggunaan C.b tipe yang lainnya, C.b Acetylene inimempunyai penggunaan untuk hal-hal yang khusus, coba sebutkan penggunaan-
14,
15.
c)
a)
b)c)
16,
t7.
230
penggunaan untuk hal-hal khusus tersebut!
Untuk mendapatkan bahan polimer/produk hilir plastik-plastik di bawah ini,proses/teknologi apa yang dipergunakan dan jelaskan cara-cara pembentukan
masing-masing bahan polimer/produk hilir plastik-plastik tersebut serta penggunaan
masing-masing jenis plastik tersebut dalam kehidupan sehari-hari:
a) LDPE (Low Desinty Polyethylene) dan HDPE (Hight Desinty Polyethylene)
b) PP (Poly Propylene)c) PBR (Poly Butadiene Rubber)d) PVC (Poly Vinyl Chloride)e) PS (Polystyrene)
Di dalam proses pembuatan bahan baku plastik:a) PP pada kilang-kilang minyak, gas propilen yang dihasilkan dari "Cracked gas C3
dan C+ - Olefin", selain dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan polimer/PP
dapat juga dimanfaatkan untuk menghasilkan "propilen tetramer" dan selanjutnya
untuk keperluan pembuatan apa dipergunakan "propilen tetramer" tersebut serta
jelaskan pula dampak positif yang ditimbulkan atas penggunaan "propilentetramer" tersebut terhadap lingkungannya !
b) Begitu juga di dalam proses pembentukan bahan plastik PP sebagai hasil reaksi"polimerisasi" dari bahan baku "propilena", dijumpai juga reaksi "kopo-
limerisasi" dari bahan baku "etilena", sehingga sering terjadi reaksi samping yang
tidak diinginkan yang dapat membentuk "atactic polymer" dan "isotactic
polymer". Dalam proses pembentukan bahan plastik PP tersebut di atas, cobajelaskan apayang dimaksud dengan "atactic polymer" dan "isotactic polymer"!
Coba jelaskan proses/reaksi apa yang dipakai untuk mendapatkan produk hilir"melaic anhydride" dari jalur aromatik senter (BTX) dan selanjutnya coba jelaskan
berbagai keperluan/penggunaan produk "anhidrida melaik" tersebut beserta reaksi-
reaksi pembentukannya!
20. a) Apa yang Saudara ketahui tentang "detergen" dan jenis/ tipenya ada 2 macam,
coba sebutkan/jelaskan !
b) Apakah perbedaan antara "sabun detergen" dengan "sabun biasa (soap)"? Coba
sebutkan/j elaskan !
c) Sampai sekarang ini, jenis detergen apakah yang terbanyak dipakai/dikonsumsi di
Indonesia?d) Coba jelaskan proses dasar yang dipakai untuk meramu dan untuk mendapatkan
detergen yang berkualitas baik!e) LangkahJangkah awal apa yang harus ditempuh untuk menanggulangi dampak
negatif yang disebabkan pembuangan air limbah detergen yang terpusat di satu
daerah/di satu lokasi tertentu sehingga tidak mencemari lingkungan di sekitarnya?
21. "Epoxy-resin" atau "phenolic resin" dalam penggunaan sehari-hari disebut sebagai
"lem-plastik", selanjutnya coba jawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
18.
t9.
231
a) Dibuat dan diramu dari bahan dasar-bahan dasar apa sajakah "epoxy-resin" atau"lem-plastik" itu?
b) Jelaskan bagaimana cara-cara meramunya beserta dengan reaksi-reaksipembuatannya!
22. Dalam dunia perdagangan ada 3 (tiga) kelompok besar jenis serat-serat sintetis/serat-serat sintetis industri tekstil.a) Coba tuliskan ketiga macam jenis serat sintetis tersebut beserta jenrs-jenis bahan
baku apa yang dipakai untuk menghasilkan serat-serat sintetis tersebut!b) Dari tiga macam serat sintetis tersebut, jenis serat sintetis apa yang paling banyak
dipakai untuk industri tekstil di Indonesia?c) Coba gambarkan sket bagan Industri Tekstil di Indonesia!
23. Dalam industri serat sintetis, dapat dijumpai beberapa macam proses pembuatan/pembentukan serat sintetis yang satu sama lainnya berbeda-beda proses atau reaksipembentukannya. Dari beberapa macam proses pembentukan tersebut, cobadituliskan proses pembuatan dari serat-serat sintetis di bawah ini:a) untuk serat Arcylic dan penggunaannya untuk apa?
b) untuk serat Nylon dan penggunaannyac) untuk serat Polyester dan penggunaannya.
24. a) Coba jelaskan mengenai Serat-serat Nylon atau Polyamede Fibers !
b) Apa perbedaan antara Nylon-6 dengan Nylon-66A{ylon-616 dan sebutkan peng-gunaan-penggunaan beserta keunggulan-keunggulan masing-masing serat-seratnylon tersebut!
Bab-IV: Penggunaan/Pemanfaatan Produk-Produk Petrokimia
25. a) Apa dan bagaimana pengertian Saudara tentang "Industri Petrokimia Hulu" dan"Industri Petrokimia Hilir" ?
b) Apa pula yang disebut "produk antara" atau "intermediate produk" itu?c) Sesuai dengan kebutuhan/komoditi industri di dalam negeri, dapat dibagi atas
berapa sektorkah penggunaan dan pemanfaatan produk-produk petrokimia untukIndustri di Indonesia? Sebutkan juga nama-nama Sektor Industri tersebut!
d) Berikan juga contoh-contoh penggunaan/pemanfaatan produk-produk petrokimiatersebut pada setiap sektor/unit industri tersebut di atas!
26. Jelaskan cara-cara kerja/prosedur kerja yang ditempuh pada "Industri PemrosesanPlastik-Plastik untuk mendapatkan produk akhir/produk jadi plastik-plastik yangberkwalitas tinggi!
27. Jelaskan apa yang Saudara ketahui tentang Teknologi Pemerosesan Plastik-Plastikberikut ini:. proses extrusion/proses ektrusi;. proses injection molding;
232
. proses blow molding dano proses calendering.
28. Berikan juga contoh-contoh "proses pembuatannya" (dalam blok diagram) masing-masing dengan menggunakan keempat proses dalam soal (27) di atas!
Bab V: Produk-Produk Khusus Petrokimia dan Penggunaannya
29. a) Apa dan bagaimana pengertian Saudara tentang produk khusus "methmix" dan
"air demin"?b) Coba dijelaskan prosedur penggunaan dan penyaluran/ pengisian "methmix" ke
pesawat udara!c) Untuk dapat dipergunakan dan disalurkan ke pengisian pesawat udara tersebut,
maka "methmix" itu harus memenuhi spesifikasi seperti apa?
30. a) Apa dan bagaimana pengertian Saudara tentang produk khusus "additif/minyakpelumas" itu dan di dalam industri apa saja dipergunakan bahan "additif/minyakpelumas" tersebut serta berikan contoh narna-narna bahan additif/minyak pelumas
dan penggunaannya dalam setiap industri tersebut di atas!
b) Ada salah satu jenis "bahan additif' yang mempunyai "multi fungsi" pada
pelumasan mesin-mesin industri, sebutkan!c) Sebutkan jenis fungsi-fungsi yang dapat dilakukan oleh bahan additif tersebut di
atas!
d) Tuliskan serta jelaskan cara-cara pembentukan/pembuatan bahan additif tersebutdi atas!
Bab VI: Masalah Lingkungan Industri Petrokimia
31. Apa yang Saudara ketahui tentang "Rona lingkungan" dan untuk keperluan apa
digunakan rona lingkungan itu?
32. Limbah pencemar Petrokimia menurut jenisnya ada beberapa jenis dan sebutkan
sumber terjadinya masing-masing jenis Limbah pencemar tersebut!
33. Jelaskan dengan contoh:pontoh (masing-masing jenis limbah dengan satu contohskets/gambar) cara pengolahan dan perlindungan lingkungan yang disebabkanlimbah buangan industri !
34. a) Jelaskan 3 cara"/metode pengukuran yang terpenting mengenai "kualitas airlimbah" yang disebabkan oleh Industri!
b) Tuliskan juga reaksi-reaksi perubahan/penguraian yang disebabkan oleh"bakterinya" sehingga dapat dipastikan/dibuktikan bahwa" air buangannyalairsungai penampungannya sudah tercemar!
35. Apakah "Baku Mutu Lingkungan" itu dan kriteria-kriteria apa saja yang dipakaiuntuk mengukur sesuatu bahan apakah sudah cukup tercemar?
)33
7.2.2 Contoh Latihan Soal-Soal Ujian Semester "AKAMIGAS"
7.2.2.1 Latihan Soal Ujian "AKAMIGAS" Semester - IIMatakuliahJur./Tkt.Hari/tanggalWaktuDosen
PetrokimiaTeknik Pengolahan Industri / IIJumat, 18 Pebruari 19948.00 - 11.00 wIB (3 jam)Ir. M. Pandjaitan, Dipl.Ing.Petro.
1. Lapangan Gas Walongan/Sulawesi Selatan memproduksi Gas Alam dengankarakteristik sebagai berikut:Komposisi (7o mol): Nz=0, CO:-O, C1=Q{,$9, Cz=3,47, Cz=0,82, C+=0,81 dan C5
+=0,01, S.g=0,5779 serta Hv= + 1000 Btu/SCF, dengan pertanyaan-pertanyaansebagai berikut:a) Selaku Saudara seorang perencana yang ahli dibidangnya ingin mendirikan/
membuat Pabrik Methanol dengan memanfaatkan bahan baku gas alam produksilapangan Walonga/Sulawesi Selatan tersebut, proses apa yang hendak Saudarapilih digunakan untuk menghasilkan Methanol tersebut?
b) Jelaskan reaksi-reaksi pembentukannya beserta keunggulan-keunggulan ataupunkerugian-kerugian proses di atasjika ada!
c) Tuliskan contoh-contoh reaksi penggunaanlpemanfaatan methanol dan jelaskanpenggunaan-penggunaan produk akhir hasil reaksi-reaksi tersebut !
2. a) Coba jelaskan apa yang Saudara ketahui mengenai Carbon black serta jelaskanpenggunaannya dalam Industri !
b) Jelaskan pengenalan khusus/karakteristik dari masing-masing tipe Carbon-blackyang Saudara ketahui beserta proses-proses, apa bahan baku-bahan baku yangdipakai untuk memproduksi Carbon-black tersebut?
c) Acetylene (C2H) black termasuk jenis Carbon black yang bagaimana?Tuliskan reaksi-reaksi pembentukannya, sertajelaskan penggunaan Carbon-blackini!
3. a) Apa yang Saudara ketahui mengenai Aromatik Senter atau Pabrik Aromatic/BTX?
b) Bahan baku "NAPTHA" adalah bahan baku Petrokimia yang baik dipakai padaproses/Unit Catalytic Reforming ataupun pada proses/Unit Platforming, karenadapat menghasilkan "Bahan Petrokimia Aromatik/BTX" ataupun "bahan bakarGasoline" dengan kadar oktane yang lebih tinggi.Selaku Saudara seorang yang ahli dibidangnya, bahan baku "NAPTHA" yangbagaimana yang Saudara pilih untuk menghasilkan "Bahan PetrokimiaAromatik/BTX" pada proses/unit reforming tersebut?
c) Sebutkan reaksi-reaksi pembentukan yang terjadi pada proses/Unit Reformingdan tuliskan reaksi-reaksi beserta nama reaksi pembentukan masing-masing BTX
234
MatakuliahJur./Tkt.HariiTanggalWaktuDosen
tersebut!d) Tuliskan "salah satu" contoh reaksi penggunaan/pemanfaatan/pernakaian B
(Bezene), T (Toluene) dan X (o. m, p, Xylene) dalam industri serta jelaskan
penggunaan produk akhir dari hasil reaksi tersebut!
4. a) Limbah pencemar Petrokimia menurut jenisnya ada beberapa jenis dan sebutkan
sumber terjadinya masing-masing jenis Limbah Petrokimia tersebut!
b) Jelaskan contoh-contoh (masing-rnasing jenis limbah dengan satu contoh) cara
pencegahan dan perlindungan lingkungan yang disebabkan Limbah Petrokimiatersebut!
c) Jelaskan 3 cara./metode pengukuran yang terpenting mengenai kualitas air limbahyang disebabkan oleh Industri Petrokimial
7.2.2.2 l-atihan Soal Uiian "AKAMIGAS" Semester - IIPetrokimiaTeknik Pengolahan Industri / IIIJumat. 24 Pebrtari 1995
8.15-11.15 wIB (3 jam)
Ir. M. Pandlaitan, Dipl.Ing.Petro.
Selaku Saudara seorang perencana dan pelaksana yang ahli di bidangnya, inginmembuat/mendirikan Pabrik Petrokimia beserta Lab. Unit kontrolnya di Indonesia. maka
untuk itu terlebih dahulu Saudara dipersilahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan
dibawah ini dengan baik:
1. Apa yang dimaksud den-ean bahan baku Petrokimia/industri petrokimia, bal-ran
petrokimia dan bagaimana cara-cara mendapatkan bahan baku petrokimia tersebut
beserta dengan contoh-contohnya?
2. Berdasarkan proses pembentukannya, "Bahan Polimer" terbagi atas 2 bagian besar,
sebutkan beserta contoh-contohnya serta keunggulan-keunggulan masing-masingpolimer tersebut kalau ada. Selanjutnya bahan polimer sentetis sesuai dengan sifat-sifatnya terbagi atas 3 kelompok besar, sebutkan ke 3 kelompok tersebut besarta
contoh-contohnya.
3. Apa yang Saudara ketahui mengenai bahan-bahan polimer dan sebutkan penggunaan
masing-masing "bahan-bahan polimer" di bawah ini:a. LDPE DAN HDPEb. PP/Polytamc. SBRd. PVCe. PS
f. TPA/PTA dan DMT
235
g. Coprolactam, dan
h. Acrylonitrile ?
4. Lapangan Gas Alam Kangean-ARBNVJawa Timur dan Walonga/Sulawesi Selatan
memproduksi Gas Alam dengan karakteristik (komposisi) dalam 7o molr sebagai
berikut:
Komposisi Lap. Kangean-ARBNI Lap. Walonga/Sulsel
co" 2,68
N, 1,80
88,19 94,89
3,BB 3,47
2,13 0,82
0,93 0,81
C, 0,39 0,01
C^+ 0 0
S.g 0,6480 0,5779
Hv(BTU/SCF) t1 057 t1100
a) Kalau Saudara ingin rnembuat/mendirikan Pabrik Methanol di masing-masing/di
kedua lokasi dengan memanfaatkan bahan baku gas alam tersebut, proses apa
yang lebih tepat Saudara pilih untuk menghasilkan methanol?
b) Jelaskan reaksi-reaksi pembentukannya beserta keunggulan keunggulan atau
kerugian-kerugian prosesnya jikalau ada !
c) Tuliskan contoh-contoh reaksi-reaksi penggunaan/pemanfaatan methanol serta
jelaskan penggunaan-penggunaan produk akhir hasil reaksi-reaksi tersebut !
a) Tuliskan/jelaskan pengenalan khusus/karakteristik dari masing-masing tipe
Carbon-black yang Saudara ketahui, beserta proses-proses apa/bahan baku-bahan
baku apa yang dipakai untuk memproduksi Carbon-black tersebut?
b) Acetylene (C:H:) black termasuk jenis Carbon-black yang bagaimana?
Tuliskan reaksi-reaksi pembentukan dari jenis carbon-black ini !
a) Bahan baku "Naphtha" adalah bahan baku Petrokimia yang baik dipakai pada
proses Catalytic Reforming ataupun pada proses Platforming, karena dapat
menghasilkan "produk petrokimia aromatik/BTX" ataupun "produk bahan bakar
Gasoline" dengan kadar oktan yang lebih tinggi. Untuk proses Reforming
tersebut, jenis bahan baku "Naptha" yang bagaimana yang hendak Saudara pilihuntuk dipergunakan?
b) Tuliskan contoh reaksi penggunaan/pemanfaatan/pemakaian B (Bezene), T(Toluene) dan X (o, m, p, Xylene) dalam industri serta jelaskan penggunaan
produk akhir dari hasil reaksi-reaksi tersebut!
5.
6.
236
7. a) Apakah yang Saudara ketahui tentang "Methmix" (Methanol mixture) dan untukkeperluan apa dipergunakan Methmix tersebut?
b) Jelaskan secara singkat "Prosedur" pengisian "Methmix" ke pesawat udara!
8. a) Ada salah satu jenis "bahan additif' yang mempunyai "multi fungsi" padapelumasan mesin, apa nama jenis bahan additif tersebut dan sebutkan jenisfungsi-fungsi yang dapat dilakukan oleh bahan additif tersebut!
b) Tuliskan/j el askan car a-car a pembentukan/pembuatan additif tersebut !
9. a) Apakah yang saudara ketahui tentang "deterjen/detergent"? Ada z macamdeterj en, sebutkan/j elaskan !
b) Langkah-langkah awal apa yang harus kita tempuh untuk menanggulangipermasalahan dampak lingkungan negatif yang disebabkan pembuangan airlimbah deterjen yang terpusat di satu daerah atau di satu tempat?
10. a) Cara-cara kerja/prosedur kerja apa yang ditempuh terhadap bahan baku plastikpada industri pemrosesan plastik untuk mendapatkan produk akhir/produk jadiplastik-plastik yang berkualitas ringgi? Jelaskan!
b) Jelaskan apa yang Saudara ketahui tentang Teknologi Pemrosesan Plastik-Plastikberikut ini;
. Proses ExtrusionlProses Ektrusi
. Proses Injection Molding
. Proses Blow Molding, dan
. Proses Calendering ?
7.2.2.3 Latihan Soal Ujian "AKAMIGAS" Semester - IIPetrokimiaTeknik Pengolahan Industri / IIIJumat, 24Pebruari 19958.15-11.15 WIB (3 jam)Ir. M. Pandjaitan, Dipl.Ing.Petro.
Selaku Saudara seorang perencana dan pelaksana yang ahli di bidangnya, inginmembuat/mendirikan Pabrik Petrokimia di Indonesia, maka untuk itu Saudara terlebihdahulu dipersilahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan baik:
1. Apa yang dimaksud dengan (1) bahan baku petrokimia; (2) bahan petrokimia dan;(3) bagaimana cara-cara mendapatkan bahan baku petrokimia tersebut besertadengan contoh-contohnya?
2. Untuk mendapatkan "bahan petrokimia/polimer di bawah ini, proses atau teknologiapa yang dipergunakan dan sebutkan penggunaan dari masing-masing bahan-bahanpetrokimia/polimer tersebut :
a. TPA/PTA dan DMT
MatakuliahJur./Tkt.Hari/TanggalWaktuDosen
J.
237
b. Coprolactumc. Acrylonitriled. LDPE dan HDPEe. PP/Polytamf. SBRg. PVCh. PS!
Lapangan Gas Alam PTSVSumatra Selatan dan
ARBNVJawa Timur memproduksi Gas Alam dengandalam 7o mol. sebagai berikut:
Kangean/ Pangerungan-karakteristik (komposisi)
a)
b)
okasi LapanganPTSI-Sum-Sel
Kangean/Pangeruan-ARBN|Jatim
CO,
N,
c,
c,
c,
co
cu
cr+
6,09
0,51
85,53
4,88
1,59
0,84
o,:u
2,68
1,90
88,19
3,88
2,13
0,93
0,39
Jumlah 100,0 100,0
S.g
Hv(BTU/SCF)
0,7220
xl077
0,6480
tl057
Kalau Saudara ingin membuat/mendirikan Pabrik Methanol di kedua lokasi yang
berdekatan dengan I apangan Gas Alam tersebut, proses apa yang lebih tepatSaudara pilih untuk menghasilkan methanol?Apa untung-ruginya kita mengetahui kandungan gas CO2 pada Gas Alam yang
dimanfaatkan untuk menghasilkan methanol seperti pada lokasi tersebut di atas
dan jelaskan batas-batas kandungan gas COz yang efektif dipergunakankatalisatornya untuk menghasilkan methanol !
Khusus untuk penggunaan dalam industri dan otomotif, jenis atau tipe Carbonblack mana yang paling baik dipakai dan jelaskan alasannya mengapa jenis/tipeCarbon black tersebut yang paling baik!Begitu juga untu! penggunaan dalam industri ban pesawat terbang dan
penyimpan bahan tahan apilbahan isolasi, jenis atau tipe Carbon black mana yangpaling baik dipakai dan jelaskan alasan-alasannya mengapa jenis atau tipe Carbonblack tersebut yang terbaik untuk penggunaan tersebut!
4. a)
b)
l
238
5. a) Apa yang Saudara ketahui mengenai Aromatik Senter/Pabrik AromatiVBTX itudan jelaskan persyaratan-persyaratan/ karakteristik bahan baku "Naptha" yangdipilih/dipergunakan untuk menghasilkan Aromatilc/BTX tersebut!
b) Sebutkan (masing-masing paling sedikit satu contoh) penggunaan/pemanfaatan/penggunaan produk petrokimia Aromatik B (Benzene), T (Toluene) dan X (o, m,p, Xylene) dalam industri!
6. a) Limbah pencenur Petrokimia menurut jenisnya ada beberapa jenis dan sebutkansumber terjadinya masing-masing jenis limbah Petrokimia tersebut!
b) Tuliskan/jelaskan (dengan Skets/dengan gambar skema./secara ringkas masing-masing jenis limbah dengan satu contoh) , cara-cara, pencegahan dan perlindunganlingkungan yang disebabkan limbah buangan Industri petrokimia!
c) Tuliskan/jelaskan secara ringkas, ada 3 caralmetode pengukuran yang terpentingterhadap "kualitas air limbah" yang disebabkan oleh limbah buangan IndustriPetrokimia!
LAMPIRAN 1
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHT]N 1990
TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hidup orang banyak,
sehingga perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya'
b. bahwa agar air dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang
diinginkan perlu dilakukan pengendalian pencemaran air;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dipandang perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah Tentang Pengendalian Pencemaran Air;
Mengingat: 1. Pasal 5 ayat(2) Undang-undangDasar !945;2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang: Pokok-pokok Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1960 Nornor 131, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2063);3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene (Lembaran Negara
Tahun 1966 Nomor 22,Tambahan Lembaran Negara Nomor 2084);
4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara
Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046);
5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1971 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3037);6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1981 tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Tahun 1981 Nomor Z2,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);
8. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Tahun 1985 Nomor 46. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air(Lembaran Negara Tahun 1982 tentang: Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara
Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225);
l0.Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai
Menetapkan:
240
Dampak Lingkungan (Irmbaran Negara Tahun 1986 Nomor 42, Tambahanlrmbaran Negara Nomor 3338);
MEMUTUSKAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANGPENGENDALIAN PENCEMARAN AIR.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:l. Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber air, dan terdapat di
atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini adalah air yang terdapat di bawahpermukaan tanah dan air laut;
2. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan ataukomponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampaiketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya;
3. Pengendalian adalah upaya pencegahan dan atau penanggulangan dan atau pemulihan4' Baku mutu air adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat energ| atau komponen lain yang ada
atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam air pada sumber airtertentu sesuai dengan peruntukannya;
5. Beban pencemaran adalah jumlah suatu pararneter pencemaran yang terkandung dalamsejurnlah air atau limbah;
6. Daya tarilpung beban perrcemaran adalah kemampuan air pada sumber air menerirna bebanpelrcemaran linabah tanpa mengakibatkan turunnya kualitas air sehingga melewati baku mutuair yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya;
7. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang ditenggang adanyadalam limbah cair untuk dibuang dari suatu jenis kegiatan tertentu;
8. Menteri adalah Menteri yang ditugasi mengelola lingkungan hidup.
BAB IIINVENTARISASI KUALITAS DAN KUALITAS AIR
Pasal2
Gubernur menunit'k instansi teknis di daerah untuk melakukan inventarisasi kualitas dan kuantitasair untuk kepentingan pengendalian pencemaran air.
241
Pasal 3
(1) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, menetapkan prioritas pelaksanaan inventarisasi kualitas
dan kuantitas air(2) Apabila sumber air berada atau mengalir melalui atau merupakan batas dari dua atau lebih
Propinsi Daerah Tingkat I, prioritas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I di bawah koordinasi Menteri.
Pasal 4
(1) Pada kualitas dan kuantitas air disusun dan didokumentasikan pada instansi teknis yang
bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup di daerah.
(2)Data kualitas dan kuantitas air sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) diolah oleh instansi
teknis yang bersangkutan dan laporannya disampaikan kepada Menteri dan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I yang bersangkutan, sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Pasal 5
(1) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengidentifikasi surnber-sumber pencemaran air.
(2) Berdasarkan hasil identifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Gubemur Kepala Daerah
Tingkat I yang bersangkutan menetapkan tindak lanjut pengendaliannya'
Pasal 6
Data kualitas dan kuantitas air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dipakai sebagai:
a. dasar pertirnbangan penetapan peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air yang
bersangkutan;b. dasar perhitungan daya tarnpung beban pencemaran air pada sumber air yang telah ditetapkan;
c. dasar pe.nilaian tingkat pencemaran air.
BAB IIIPENGGOLONGAN AIR
(l) Penggolongan air menurut peruntukannya ditetapkan sebagai berikut:Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minurn secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu;Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum;Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan petemakan;
GolonganD : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan
untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.(2) Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan perluasan pemanfaatan air di luar penggo-
longan air sebagaimana yang telah ditetapkan dalam ayat (1).
242
Pasal 8
(1) Ketetapan tentang baku mutu air untuk golongan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini.
(2) Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan penambahan parameter dan baku mutu untukparameter tersebut dalam baku mutu air sebagaimana dimaksud dalam ayat (l).
(3) Penilaian kualitas air yani menyangkut parameter yang belum tercantum dalam baku mutu airsebagaimana dimaksud dalarn ayat (1) dilakukan dengan merujuk kepada fungsi dan guna airserta atau kepada ilmu pengetahuan.
Pasal 9
Metode analisis untuk setiap parameter baku mutu air dan baku mutu limbah cair ditetapkan olehMenteri.
Pasal 10
(1) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I rnenetapkan:a. Peruntukan air sesuai dengan penggolongan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(l), kecuali kemudian ditentukan lain oleh Menteri;b. Baku mutu air untuk peruntukan air menurut penggolongan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a.
(2) Peruntukan air dan baku mutu air yang berada atau mengalir melalui atau merupakan batas daridua atau lebih Propinsi Daerah Tingkat I ditetapkan oleh para Gubernur Kepala DaerahTingkat I yang bersangkutan di bawah koordinasi Menteri.
(3) Peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air yang berada di bawah wewenangpengelolaan suatu badan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 11
Tahun 1974 tentang Pengairan ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidangpengairan setelah berkonsultasi dengan Menteri.
Pasal I I
Apabila kualitas air lebih rendah dari kualitas air menurut golongan yang telah ditetapkan,Gubemur, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menetapkan program peningkatan kualitas air.
Pasal 12
Apabila kualitas air telah memenuhi kualitas menurut penggolongan sesuai yang telah ditetapkan,Gubernur kepala Daerah Tingkat I menetapkan program peningkatan penggolonganperuntukannya.
243
BAB IVUPAYAPENGENDALIAN
Pasal 13
(l) Pengendalian pencemaran air di daerah dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.(2) Pengendalian pencemaran air pada sumber air yang berada di atau mengalir melalui wilayah
lebih dari satu Propinsi Daerah Tingkat I dilakukan oleh para Gubernur Kepala Daerah TingkalI yang bersangkutan setelah berkonsultasi dengan Menteri.
Pasal 14
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menentukan daya tampung pencemaran.
Pasal 15
(I) Menteri setelah berkonsultasi dengan Menteri lain dan atau Pimpinan lembaga pemerintah non-departemen yang bersangkutan menetapkan baku mutu limbah cair.
(2) Untuk melindungi kualitas air, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah berkonsultasi denganMenteri dapat menetapkan baku mutu limbah cair lebih ketat dari baku mutu limbah cairsebagaimana dimaksud dalam ayat (l).
Pasal 16
Baku mutu air, daya tampung beban pencemaran dan baku mutu limbah cair ditinjau secaraberkala sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun.
Pasal 17
(l)Setiap orang atau badan yang membuang limbah cair wajib menaati baku mutu limbah cairsebagaimana ditentukan dalam izin pembuangan limbah cair yang ditetapkan baginya.
(2) Setiap orang atau badan yang membuang limbah cair sebagaimana ditetapkan dalam izinpernbuangannya, dilarang melakukan pengenceran.
Pasal 18
Pembuangan limbah dengan kandungan bahan radioaktif diatur oleh Pimpinan lembagapemerintah yang bertanggung jawab di bidang tenaga atom setelah berkonsultasi dengan Menteri.
Pasal 19
Pembuangan limbah cair ke tanah dapat dilakukan dengan izin Menteri berdasarkan hasilpenelitian.
e{
244
Pasal 20
Penanggung jawab kegiatan wajib membuat saluran pembuangan limbah cair sedemikian rupa,
sehingga memudahkan pengambilan contoh dan pengukuran limbah cair di luar areal kegiatan.
- Pasal 21
(l)Pembuangan limbah cair ke dalam air dikenakan pembayaran retribusi.
(Z)Tatacara dan jumlah retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat I.
Pasal22
Dalam hal Pemerintah Daerah menyediakan Tempat dan atau sarana pembuangan dan pengolahan
limbah cair, Pemerintah Daerah dapat memungut retribusi.
Pasal23
Upaya pengendalian pencemaran air yang disebabkan oleh masuknya limbah cair atau bahan lain
tidak melalui sarana yang dibuat khusus untuk itu dan atau yang bukan berupa sumber yang
tertentu titik masuknya ke dalam air pada sumber air diatur oleh Menteri atau Pimpinan lembaga
pemerintah non departemen yang bersangkutan setelah berkonsultasi dengan Menteri.
Pasal24
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menetapkan dan mengumumkan sumber air dan salurannya
yang dinilai tercemar dan membahayakan keselamatan umum.
BAB VPERIZINAN
Pasal 25
Baku mutu limbah cair yang diizinkan dibuang kedalam air oleh suatu kegiatan ditetapkan oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I berdasarkan baku mutu limbah cair sebagaimana dimaksud
dalamPasal 15.
Pasal26
(l)Pembuangan limbah cair ke dalam air dilakukan dengan izinyarrg diberikan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I.(2)Izinsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicantumkan dalam izin Ordonansi Gangguan.
(3) Izin pembuangan limbah cair yang dicantumkan dalam izin Ordonansi Gangguan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) harus menyebutkan:
a. jenis produksi, volume produksi dan kebutuhan air untuk produksi;
b. kualitas dan kuantitas limbah cair dan atau bahan lain yang diizinkan untuk dibuang ke
245
dalam air serta frekuensi pembuangannya;c. tata letak saluran pembuangan limbah cair;d. sumber dari air yang digunakan dalam proses produksi atau untuk menyelenggarakan
kegiatannya, sertajumlah dan kualitas air tersebut;e. larangan untuk melakukan pengenceran limbah cair;f. sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat.
Pasal2T
(l)Pembuangan limbah rumah tangga diatur dengan peraturan Daerah.(2) Pembuangan limbah cair ke laut diatur dengan peraturan tersendiri.
Pasal 28
(l)Untuk kegiatan yang wajib membuat analisis mengenai dampak lingkungan berdasarkanPeraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,maka persyaratan dan kewajiban yang tercantum dalam rencana pengelolaan lingkungan danrencana pemantauan lingkungan bagi kegiatan tersebut wajib dicantumkan sebagai syarat dan
kewajiban dalam izin Ordonansi Gangguan bagi kegiatan yang bersangkutan.(2) Apabila analisis mengenai dampak lingkungan bagi suatu kegiatan mensyaratkan baku mutu
limbah cair yang lebih ketat dari baku mutu limbah cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
maka untuk kegiatan tersebut ditetapkan baku mutu limbah cair sebagaimana disyaratkan olehAnilisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Bab VIPENGAWASAN DAN PEMANTAUAN
Pasal29
(l)Setiap orang yang mengetahui atau menduga terjadinya pencemaran air, berhak melaporkankepada:
a. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atau aparat Pemerintah Daerah terdekat, atau
b. Kepala Kepolisian Resort atau aparat Kepolisian terdekat.(2) Aparat Pemerintah Daerah terdekat yang menerima laporan tentang terjadinya pencemaran air
wajib segera meneruskan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan.(3) Aparat Kepolisian terdekat yang menerima laporan tentang terjadinya pencemaran air wajib
segera melaporkan kepada kepala Kepolisian Resort yang bersangkutan untuk keperluanpenyidikan.
(4) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I segera melakukan penelitian tentang laporan terjadinyapencemaran air.
(5) Apabila hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) membuktikan terjadinyapencemaran air, Gubernur Kepada Daerah Tingkat I segera melakukan atau memerintahkandilakukannya tindakan penanggulangan dan atau pencegahan meluasnya pencemaran.
t246
Pasal 30
(l)Pengawasan kualitas air dilakukan oleh Gubenur Kepala Daerah Tingkat I.(2) Dalam melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I dapat menunjuk sebuah instansi di daerah.(3) Tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. pemantauan dan evaluasi baku mutu limbah cair pada tempat yang ditentukanb. pemantauan dan evaluasi perubahan kualitas air;c. pengumpulan dan evaluasi data yang berhubungan dengan pencemaran air;d. evaluasi laporan tentang pembuangan limbah cair dan analisisnya yang dilakukan oleh
penanggungj awab kegiatan.(4) Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu-waktu apabila dipandang
perlu.(5) Apabila hasil pengawasan menunjukkan terjadinya pencemaran air, Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I memerintahkan dilakukannya penanggulangan dan atau pencegahan meluasnyapencemaran.
(6) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I melaporkan hasil pengawasan kualitas air kepada Menteridan Menteri lain yang terkait.
(7) Gubenur Kepala Daerah Tingkat I menetapkan tata lakunya pengawasan di daerah.
Pasal 3l
(l)Dalam rangka melaksanakan tugasnya, petugas dari instansi sebagaimana dimaksud dalamPasal 30 ayat(2) berwenang:a. memasuki lingkungan sumber pencemaran;
b. memeriksa bekerjanya peralatan pengolahan limbah dan atau peralatan lain yang diperlukanuntuk mencegah pencemaran lingkungan;
c. mengambil contoh limbah;d meminta keterangan yang diperlukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas limbah yang
dibuang, termasuk proses pengolahannya.(2) Setiap penanggungjawab kegiatan wajib:
a. mengizinkan petugas sebagaimana dimaksud ayat (l) untuk memasuki lingkungan kerjanyadan membantu terlaksananya tugas petugas tersebut;
b. memberikan keterangan dengan benar, baik secara lisan maupun tertulis, apabila hal itudiminta.
Pasal 32
(l)Setiap penanggungjawab kegiatan wajib menyampaikan kepada Gubernur Kepada DaerahTingkat I:a. laporan tentang pembuangan limbah cair dan hasil analisisnya sekurang-kurangnya sekali
dalam 6 (enam) bulan.b. pernyataan bahwa laporan yang telah disampaikan adalah benar mewakiii kualitas limbah
cair yang sebenarnya dibuang.(2) Pedoman dan tata cara pelaporan ditetapkan oleh Gubenur Kepala Daerah Tingkat I atau
instansi yang dituniuk untuk itu.
241
Pasal 33
(1) Apabila pembuangan limbah cair melanggar ketentuan baku mutu limbah cair yang telah
ditetapkan dalam Pasai 15, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengeluarkan surat peringatan
kepada penanggunglawab kegiatan untuk memenuhi persyaratan baku mutu limbah cair dalam
waktu yang ditetapkan.(2) Apabila pada akhir waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), pembuangan
limbah dau belum mencapai persyaratan baku mutu limbah maka Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I mencabut izin pembuangan limbah cair.
Pasal 3.1
(1) Menteri menunjuk laboratorium tingkat pusat dalam rangka pengendalian pencemaran air.
(2) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menunjuk laboratorium di daerah untuk melakukan analisis
kualitas air dan kualitas limbah cair dalam rangka pengawasan dan pemantauan pcncemaran
air.
BAB VIIPEMBIAYAAN
Pasal 35
(i) Pembiayaan inventarisasi kualitas dan kuantitas air sebagaimana
dibebankan pada anggaran daerah yang bersangkutan.(2) Pembiayaan pengawasan pcncemaran air dibebankan pada anggaran
dimaksud dalam Pasal 2
daerah masing-masing.
Pasal 36
(1) Biaya pencegahan, penangguiangan dan pemulihan pencemaran air akibat suatu kegiatan
dibebankan kepada penanggung-jawab kegiatan yang bersangkutan'
(2) Apabila penanggungjawab kegiatan lalai melaksanakan penanggulangan pencemaran air
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau melaksanakan tidak sebagaimana mestinya, maka
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dapat melakukan atau memerintahkan untuk melakukan
penanggulangan pencemaran air tersebut atas beban pembiayaan penanggurig jawab kegiatan
yang bersangkutan.(3) Apabila dipandang perlu Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, atas nama
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, dapat mengambil tindakan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) atas beban pembiayaan penanggunglawab kegiatan yang bersangkutan.
fr''I
(l)Barang siapa melanggar ketentuanPemerintah ini dikenakan tindakan
BAB VIIISANKSI
Pasal 37
dalam Pasal 17, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 32 peraturan
administratif oleh Bupati/lValikotamadya Kepala DaerahTingkat II.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak menutupkemungkinan dikenakan tindakan hukum lainnya.
BAB IXKETENTUAN PERALIHAN
Pasal 38
Apabila untuk suatu jenis kegiatan belum ditentukan baku mutu limbah cairnya sebagaimanadimaksud dalam Pasal 15, maka baku mutu lirnbah cair yang boleh dibuang ke dalam air olehkegiatan tersebut ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah berkonsultasi denganMenteri.
Pasal 39
Apabila pada saat diundangkannya Peraturan Pemerintah ini telah ditetapkan baku mutu limbahyang dibuang ke dalam air oleh suatu kegiatan lebih ketat dibandingkan dengan perhitunganmenurut baku mutu limbah cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, maka untuk kegiatantersebut tetap berlaku baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan itu.
Pasal 40
Apabila pada saat diundangkannya Peraturan Pemerintah ini telah ditetapkan baku mutu cair yangdibuang ke dalam air oleh suatu kegiatan lebih longgar dibandingkan dengan perhitungan menurutbaku mutu limbah cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, maka baku mutu limbah cairkegiatan tersebut wajib disesuaikan dengan baku mutu limbah cair sebagaimana dimaksud denganPasal 16 dalam jangka waktu selambat-lambatnya satu tahun terhitung sejak diundangkannyaPeraturan Pemerintah ini.
pasat +t
Bagi kegiatan yang sudah beroperasi, maka dalam waktu satu tahun setelah dikeluarkannyaPeraturan Pemerintah ini, harus sudah memperoleh izin pembuangan limbah cair dari GubernurKepala Daerah Tingkat I.
249
Pasal42
(l)Apabila pada saat diundangkannya Peraturan Pemerintah ini penggolongan air menurut
peruntukannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah ini belum
ditetapkan, maka golongan air pada badan air tersebut dinyatakan sebagai air golongan B
sampai ada penetapan lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sesuai dengan
ketentuan Pasal 10 Peraturan Pemerintah ini dinyatakan sebagai air golongan B sampai ada
penetapan lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sesuai dengan ketentuan Pasal
l0 Peraturan Pemerintah ini.(2) Air pada badan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini ditetapkan sebagai
golongan A, apabila:a. memenuhi kualitas air golongan A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan
Pemerintah ini, ataub. berada di kawasan hutan lindung, atau
c. berada di sekitar sumber mata air.
BAB XKETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 5 Juni 1990
PRESIDEN REPUBLIKINDONESIAttdSOEHARTO
4
FZ-/YVI
250
Diundangkan di Jakartapada tanggal 5 Juni 1990MENTERYSEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIArrd.
MOERDIONO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIATAHUN 1990 NOMOR 24
Salinan sesuai dengan asiinyaSEKRETARiAT KABINET RI
Kepala Biro Hukum dan Perundang-undanganub.
Kepala B agian Administrasi Perundang-undangan,
H.R. Silitonga S.H.
PENJELASANATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 20 TAHIIN 1990
TENTANGPENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
UMUM
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu
dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan mendatang.
Agar air dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan, maka
pengendalian pencemaran air menjadi sangat penting. Pengendalian pencemaran air merupakan
salah satu segi pengelolaan lingkungan hidup.
1. Pencemaran air selalu berarti turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Hal ini berarti
bahwa perlu ditetapkan baku mutu air yang berfungsi sebagai tolok ukur untuk menentukan
telah terjadinya pencemaran, dan peruntukan air itu sendiri. Dalam pengertian pencemaran air,
baku mutu air akan selalu terkait dengan peruntukan air. Baku mutu air di satu pihak
merupakan suatu tingkat mutu air yang dikehendaki bagi suatu peruntukan, dan di lain pihak
merupakan arahan dan pedoman bagi pengendalian pencemaran air.
Dengan ditetapkannya baku mutu arr untuk setiap peruntukan dan memperhatikan kondisi
airnya akan dapat dihitung berapa beban zat pencemar yang dapat ditenggang adanya oleh air
penerima sehingga air dapat tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Beban pencemaran
ini merupakan daya tampung beban pencemaran bagi air penerima yang telah ditetapkan
peruntukannya.
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup menetapkan hahwa perlindungan lingkungan hidup dilakukan berdasarkan
baku mutu lingkungan yang diatur dengan peraturan perundang-undangan. Baku mutu
lingkungan ini dapat berbeda untuk setiap lingkungan, wilayah atau waktu mengingat akan
perbedaan tata gunanya.
Selanjutnya Undang-undang Nomor: 4 Tahun 1982 menetapkan kewajiban setiap orang untuk
memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan
pencemarannya disamping hak setiap prang atas lingkungan hidup yang balk dan sehat.
A
252
Undang-undang' Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian menetapkan lebih lanjutkewajiban-kewajiban bagi perusahaan industri untuk melaksanakan upaya keseimbangan dan
kelestarian sumberdaya alam serta melakukan pencegahan timbulnya kerusakan dan
pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan industri pada suatu tempat dapat berupa
gangguan kerusakan dan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan masyarakat disekelilingnya antara lain oleh pencemaran air. Tercemarnya air akan dapat menimbulkan
akibat negatif terhadap derajat kesehatan anggota masyarakat. Undang-undang Nomor 9 Tahun
1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan menetapkan hak setiap warga negara untuk memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini berarti pula bahwa lingkungan hidup harus
memenuhi syarat kesehatan. Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan untuk melaksanakan
tujuan yang tercantum dalam perundang-undangan tersebut. Di samping itu, Peraturan
Pemerintah ini berkaitan sangat erat pula dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1980 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
3. Pengendalian pencemaran air merupakan kegiatan yang mencakup:
a. inventarisasi kualitas dan kuantitas air pada sumber air menurut sistem wilayah tata
pengairan;
b. penetapan golongan air menurut peruntukannya, baku mutu air dan baku beban pencemaran
untuk golongan air tersebut, serta baku mutu limbah cair untuk setiap jenis kegiatan;
c. penetapan mutu limbah cair yang boleh dibuang oleh setiap kegiatan ke dalam air pada
sumber air, dan pemberian izin pembuangannya;
d pemantauan perubahan kualitas air pada sumber air dan mengevaluasi hasilnya;
e. pengawasan terhadap penataan peraturan pengendalian pencemaran air, termasuk penataan
mutu limbah cair, serta penegakan hukumnya.
PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Istilah yang dirumuskan dalam pasal ini dimaksudkan agar terdapat keseragaman pengertian atas
Peraturan Pemerintah ini dan peraturan pelaksanaannya lebih lanjut.
1. Rumusan ini diturunkan dari pengertian air sebagaimana dirumuskan dalam Pasal I angka 3
Undang-undang Nomor 1l Tahun 1974 terftang Pengairan. Dalam Peraturan Pemerintah inipengertian "air" dibatasi pada air yang terdapat di atas permukaan tanah. Hr* ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa pendeka@n pengendalian pencemaran air yang terdapat di atas
permukaan tanah adalah berbeda dengan pengendalian pencemaran air yang terdapat di bawah
permukaan tanah dan air laut.
2. Rumusan ini diturunkan dari pengertian pencemaran lingkungan sebagaimana dirumuskan
dalam Pasal 1 angka 7 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Cukupjelas.
253
4. Rumusan ini diturunkan dari pengertian baku mutu lingkungan sebagaimana dirumuskandalam pasal I angka 6 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.Yang dimaksud dengan "ditenggang adanya" dalam rumusan pengertian ini adalah batas atau
kadar parameter pencemaran dalam air secara alami dan dinilai berdasarkan ilmu pengetahuan
masih dapat difungsikan sesuai dengan peruntukannya.
Baku mutu air merupakan dasar bagi perlindungan air dan sebagai kriteria pencemaran air se-
bagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan penjelasan Pasal l5 Undang-undang Nomor 4 Tahun1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Beban pencemaran dinyatakan dalam satuan, jumlah parameter penerimaan biasanya sebagai
satuan berat, atau untuk aliran air atau limbah dinyatakan dalam satuan jumlah parameter
pencemaran per satuan waktu.
Beban pencemaran dapat ditentukan dengan mengukur kadar parameter pencemaran dan
volume atau debit aliran air atau limbah yang bersangkutan. Nilai beban pencemaran tersebut
dihitung dengan perkalian antara kadar dan volume atau debit aliran setelah satuan volumenya
disesuaikan.
Contoh perhitungan:
Dari pengukuran didapat konsentrasi padatan tersuspensi adalah I mg/liter dan debit aliranlimbah sebesar 10 meter kubik/menit.Debit aliran limbah setelah penyesuaian satuan volume adalah: l0 x 1000 liter/menit (karena
lm3 = 1000liter)Maka beban pencemaran padatan tersuspensi dari limbah tersebut adalah:
= l0 x 1000 (literimenit) x I (mg/liter)
= 10.000 mg/menit.
6. Daya tampung beban pencemaran ditentukan dengan teknik dan metode tertentu
berdasarkankan data kondisi kualitas dan kuantitas air serta baku mutu air pada suatu sumber
air tertentu.
Daya tampung beban pencemaran dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalamperizinan pembuangan limbah-limbah cair ke sumber air yang bersangkutan; jika beban
pencemaran dari limbah-limbah yang dibuang melebihi daya tampung beban pencemaran airpada sumber air tersebut maka besar kemungkinannya air tersebut akan mengalami
pencemaran.
7. Yang dimaksud dengan "ditenggang adanya" dalam rumusan pengertian ini adalah secara
administratif dan berdasarkan perhitungan rasional.
8. Cukupjelas.
Pasal 2
Yang dimaksud dengan instansi teknis dalam pasal ini adalah yang ditetapkan berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku.Inventarisasi kualitas dan kuantitas air diperlukan untuk mengetahui kondisi air dan kecen-derungan berubahnya pada sumber air dalam rangka pengolahan kualitas air dan pengendalian
254
pencemaran arr.
Yang dimaksud dengan kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, atau energi,
atau komponen lain dalam air. Kualitas air dinyatakan sebagai parameter kualitas air, misalnya pH,
warna temperatur, hantaran listrik, konsentrasi zat kimia, konsentrasi bakteri, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan kuantitas air adalah jumlah atau debit aliran air pada sumber air.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan sumber air dalam ayat ini adalah sama dengan pengertian sumber air
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentatg Pengairan, yang
dapat berupa antara lain sungai, danau, dan rawa.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Laporan yang disampaikan merupakan hasil pengolahan data yang dilakukan oleh instansi
teknis yang isi laporan meliputi analisis data kondisi dan kecenderungan kualitas dan kualrtitas
air, sumber-sumber pencemaran, kesimpulan dan saran.
Pasal 5
Ayat (l)Yang dimaksud dengan identifikasi sumber-sumber pencemaran adalah untuk mengetahui
kegiatan-kegiatan yang berpotensi mencemarkan air serta kemungkinan jenis dan besaran
pgncemarannya.
Ayat (2)
Tindak lanjut pengendalian bertujuan agar pembuangan limbah dari sumber-sumber
pencemaran termasuk memenuhi kebutuhan baku mutu limbahnya sehingga air penerima
limbah yang bersangkutan memenuhi baku mutu air yang diinginkan.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Ayat (l)Cukup jelas
255
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan perluasan pemanfaatan golongan air adalah pemanfaatan air di luar
dari penggolongan air seperti yang ditetapkan pada Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Rujukan kepada ilmu pengetahuan diperlukan bila diduga ada parameter yang tidak atau belum
tercakup dalam baku mutu air.
Pasal 9
Penetapan metode analisis dimaksudkan untuk menggunakan rujukan yang sama dalam
pengukuran rujukan yang sama dalam pengukuran dan penilaian parameter pencemaran dalam
baku mutu air baku mutu limbah cair termaksud.
Pasal 10
Ayat (1)
Karena peruntukan air dan baku mutu air menyangkut kepentingan umum maka untuk setiap
air pada sumber air perlu ditetapkan peruntukan dan golongannya oleh Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I.
Dalam hal kondisi mutu air tidak memenuhi kriteria mutu untuk peruntukan yang seharusnya,
tidak boleh kemudian golongannya ditetapkan sesuai dengan kondisi mutu tersebut yang
diperlukan adalah program agar kondisi mutu air tersebut dapat memenuhi kriteria mutu untuk
peruntukan yang seharusnya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dalam ayat ini adalah wewenang suatu badan pengelola seperti otorita dan
sebagainya.
Pasal 1 1
Program peningkatan tersebut bertujuan agar kualitas air tersebut mencapai tingkat sesuai dengan
penggolongan peruntukannya dalam jangka waktu tertentu atau bahkan menaikkan sampai kualitas
yang lebih baik lagi.
)
256
Pasal 12
Yang dimaksud dengan peningkatan penggolongan peruntukannya adalah agar air yang
bersangkutan dapat ditetapkan sebagai golongan air dengan tingkat kualitas air yang lebih baik.
Pasal l3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Dalam hal sumber air menjadi batas propinsi atau mengalir melalui dua atau lebih propinsi,
para Gubernur yang bersangkutan perlu berkonsultasi terlebih dahuiu dengan Menteri sebelum
menetapkan pengendalian pencemarannya agar dapat ditempuh keterpanduannya/pengendalian
pencemaran terhadap sumber air tersebut.
Pasal 14
l)aya tampung beban pencemaran digunakan sebagai
perizinan pembangunan iimbah cair ke sumber air.
Informasi tentang daya tampung beban pencemaran ini
orang"
salah satu dasar pertimbangan dalanr
bersifat terbuka untuk diketahui setiap
Pasal l5
A)'at (1)
Baku mutu limbah cair ditetapkan untuk setiap jenis kegiatan. rnisalnva baku mutu limbah cair
untuk industri pupuk. tapioka, kelapa sawit dan set egaini,a. Baku mutu limbah cair tersebut
dilengkapi dengan pedoman penerapannya.
Ayut ll)Mengingat kondisi air pada sumber air dan tingkat teknologi pengolahan limbah ditiap daerah
dapat berbeda, maka Gubernur delam rangka pengen<lalian pencem&ran air dapat menetapkan
baku mutu limbah cair yang lebih ketat bagi daerahnye.
Pasal l6
Baku mutu air dipengaruhi oleh perkemhangan keadaan. Baku mutu lirnbah criir yang antara hinijidas:rrkan pada tingkat kemarnpuan teknologi i,ang dapat berubah ciengrn perkembangan rvaktu.
Seriangkan Caya tampung beban pencemaran dipen-earr:hi oieh bal<u mlitu air yang ciitetapkan dan
l.ondisi :iir peda sumber lir i'ang bersangkutan. K;rrenr" itu. baku nruirr lir, d;-1,a tari.ipur:g beban
pencemaran. dan baku niutu limbah cair periu ditiniau secara berkalrr. Iangila urlk-tu lirna tahun
i.liparrdang selraga,i ll'aktu yang lryak untuk melakukan penin-i:luirn kembaii ter"sebut.
257
Pasal l7
Ayat (1)
Baku mutu limbah cair membatasi kadar dan beban pencemaran yang dibuang ke air pada
sumber air.
Baku mutu limbah cair tersebut berlaku untuk pernbuangan limbah cair ke dalam air dan ke air
taut.
Ayat (2)
Pengenceran limbah cair tidak mengurangi beban pencemaran, tetapi hanya memperbesar
volume limbah cair sehingga mengecilkan kadarnfa.
Pengenceran disini termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran
pembuangan limbah cair.
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Pembuangan limbah cair ke tanah dapat menimbulkan pencemaran tanah dan pencemaran air
tanah. Namun dengan teknologi tertentu limbah cair dapat diolah dengan cara menempatkan
limbah cair di tanah, sebagai contoh adalah antara lain yang dikenal dengan cara "spray
irrigation", tetapi untuk penerapannya perlu penelitian agar tidak menimbulkan pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
Pasal 20
Tempat pengambilan contoh harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang memudahkan pihak-
pihak yang berkepentingan untuk pengambilan contoh dari saluran limbah dan pengukuran debit
limbahnya.
Fasilitas yang dimaksud misalnya tersedianya sarana jalan, sarana bak kontrol, karangan bagi
aliran limbah bertekanan dan sebagainya.
Pasal 21
Ayat (l)Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
I
158
Pasal22
Pungutan retribusi oleh Pemerintah Daerah hanya dikenakan terhadap pemakai sarana pengolahan
limbah cair yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Adapun besarnya pemungutan retribusi
ditentukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pembuangan atau pengolahan limbah, dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah sendiri dapat
diserahkan kepada pihak swasta.
Pasal23
Yang dimaksud dalam pasal ini dengan pencemaran air oleh masuknya limbah cair atau bahan lain
tidak melalui sarana yang dibuat khusus untuk itu adalah misalnya pencemaran air yang
diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar ke dalam air karena misalnya terbawa oleh air hujan,
erosi, atau penggerusan; contohnya adalah masuknya sisa bahan pestisida dan pupuk dari lahan
pertanian ke dalam air.
Pasal24
Yang dimaksud dengan sumber air yang membahayakan keselamatan umum adalah antara lain air
yang mengandung misalnya bahan kimia yang berbahaya dan beracun seperti logam beracun.
Pengumuman ini dimaksudkan untuk mencegah penggunaan sumber air tersebut yang dapat
membahayakan keselamatan, termasuk kesehatan, penggunaannya sementara upaya pengendalian
dilakukan.
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal26
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Izin ordonansi gangguan yang diberikan harus mengacu kepada izin pembuangan limbah cair
/ang dikeluarkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan dimana terjadi kesalahan dalam proses
operasi sehingga menimbulkan beban pencemaran yang jauh lebih besar dari keadaan normal.
Untuk itu penanggung jawab kegiatan harus menyediakan sarana dan menyusun prosedur
untuk keadaan tersebut, misalnya sarana penampuirgan sementara limbah cair yang dihasilkan
pada keadaan darurat tersebut untuk selanjutnya diolah sehingga limbah cair yang dibuang
tetap memenuhi baku mutu limbah sebagaimana ditentukan dalam izinnya.
259
Pasal2T
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Dari studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dapat diketahui tingkat mutu limbah cair
suatu kegiatan yang bila dibuang tidak mencemarkan air penerimanya. Bisa terjadi dari hasil
studi tersebut didapatkan bahwa kegiatan tersebut mampu mencapai tingkat mutu limbah cair
yang lebih baik dari baku mutu yang Iebih ketat dari peraturan baku mutu limbah cair yang
ditetapkan.
. Pasal29
Ayat (1)
Ketentuan ayat ini dimaksudkan untuk memberikan kejelasan bahwa setiap orang dapat
melaporkan tentang terjadinya pencemaran lingkungan, dan mengetahui tata laksananya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Tugas pejabat kepolisian sebagai pejabat penyidik untuk melakukan penyelidikan tentang
adanya unsur pidana dalam kasus pencemaran air yang dilaporkan padanya.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Bentuk tindakan tersebut antara lain dengan menghentikan masuknya limbah cair ke tempat
tersebut dari sumbernya dan atau melokalisir pencemaran.
Pasal 30
Ayat (l)Cukup jelas
Ayat (2)
Jika pada saat Peraturan Pemerintah ini ditetapkan belum ada instansi teknis di daerah yang
khusus bertugas untuk itu, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dapat menunjuk instansi lain di
Daerah.
Ayat (3)
,l
260
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Tata laksana yang akan ditetapkan oleh Gubernur meliputi antara lain tanda pengenal, surat
tugas pengawasan dan sebagainya.
Pasal 31
Ayat (1)
Petugas yang memasuki areal kegiatan sumber pencemaran bertugas memeriksa antara lain
bekerjanya peralatan pengolahan limbah, mengambil contoh limbah dan memeriksa saluran
pembuangan limbah.
Ayat (2)
Penanggung jawab kegiatan yang menghalangi atau tidak mengizinkan petugas menjalankan
tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dapat dikenakan ketentuan pidana
yang antara lain diatur dalam Pasal 216 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Memasuki
lingkungan kerja harus diartikan sedemikian rupa bahwa petugas harus dapat segera menuju ke
tempat sasaran tugasnya.
Pasal32
Ayat (1)
Pernyataan tentang kebenaran laporan harus ditandatangani oleh penanggungjawab kegiatan
dan atau diketahui oleh pemilik atau penanggungiawab perusahaan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas
261
Ayat (2)
Penunjukan satu laboratorium oleh Gubernuranalisis kualitas dan kuantitas limbah.
dimaksudkan agar terdapat kepastian data hasil
Ayat (l)Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 35
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3;
Yang dimaksud dengan "dipandang perru" adarah keadaan yang mengharuskan diambiltindakan segera untuk mencegah meluasnya pencemaran.
pasal 37
Ayat (1)
Bentuk tindakan administratif yang dimaksud dalam ayat ini antara lain dapat berupapencabutan izin pembuangan limbah, penghentian sementara kegiatan, penyegelan semuasaluran pembuangan limbah cair atau berupa tindakan lainnya yang ditentukan dalam izin.Ayat (2)
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
262
Pasal 42
Ayat (l)Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3409.
263
LAMPIRANPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 20 TAHUN 1990
TANGGAL 5 JUNI 1990
I. DAFTAR KRITERIA KUALITAS AIR GOLONGAN A
PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN
FISIKA
i. BauJumlah zat padat
tertarut (TDS)
2. Kekeruhan3. Rasa
4. Suhu5. Warna
KIMIA
a. KIMIA ANORGANIK
l. Air raksa2. Aluminium3. Arsen4. Barium5. Besi6. Fluorida7. Kadmium8. Kesadahan CaC039. Klorida
10. Kromium, valensi 6
11. Mangan12. Natrium13. Nitrat, sebagai N14. Nitrit, sebagai N15. Perak16. pH
17. Selenium18. Seng19. Signida20. Sulfat21. Sulfida, sebagai H2S
22. Tembaga23. Timbal
Tidak berbau
10005
Tidak berasa
Suhuudarat3"C15
mg/LSkala NTU
oc
Skala TCU
mg/Lmgll-mgll-mgI,mg[-mgll-mcfi-mgll-mg/LmglI,mg/I-mg/Lmgll-ffiglLmS/L
mgll-mgll-mgll-mClLmgllmgll-mg/|,
0,0010,20,051,0
0,3o50,005
5002500,050,1
200l01,00,056,5 - 8,5
0,01
5
0,1
4000,05
1,00,05
Merupakan Batasminimum danmaksimum
/
264
PARAMETER SATUAN KADARMAKSIMUM KETERANGAN
b. KIMIA ORGANIK
Aldrin dan dieldrinBenzenaBenzo (a) pyreneChlordane (total Isomer)Chloroform2,4 -DDDTDetergen1,2-Dichloro-ethane1 , 1-Dichloro-ethenaHeptachlor danHeptachlor epoxideHexachlorobenzeneLindaneMethoxychlorPentachlorophenolPestisida total2, 4,6 TrichlorophenolZatorganik (KMNO+)
mgllmgll-mgll-mg/I-mgll-mgll-mgll-mgLmgll-mC/L
mgll-mgll-mgll-mgll-mglLmgll-mg/LmglL
0.00070,0 r
0,000010,00030,030,100,030,50,0r0,0003
0.0030,000010,040,030,010,10,01IO
12.t3.14.15.
16.
17.18.
MIKROBIOLOGIK
1. Koliform tinja2. Totalkoliform
Jumlah per 100 mlJumlah per 100 ml
RADIOAKTIVITAS
l. Aktivitas Alpha (GrossAlpha Activity) BCfi-
2. Aktivitas Beta (GrossBeta activity) Bq/L
0,1
1,0
Keterangan:mg = miiigrammL = mililiterL = literBq = BequerelNTU = Nephelometric Turbidity UnitsTCU = True Colour UnitsLogam berat merupakan logam terlarut
265
2. DAFTAR KRITERIA KUALITAS AIR GOLONGAN B
NO PARAMETE,R SATUAN KADARMAKSIMUM KETERANGAN
06mgll-
1.
2.
FISIKA
SuhuZatpadat terlarut
KIMIA
a. KIMIA ANORGANIK
1. Air raksa2. Amoniak bebas
3. Arsen4. Barium-5. Besi6. Fluorida7. Kadmium8. Klorida9. Kromium, valensi 6
I0. Mangan11. Nitrat, sebagai N12. Nitrit, sebagai N13. Oksigen terlarut (DO)
14. pH15. Selenium16. Seng1'l . Sianida18. Sulfat19. Sulfida, sebagaiH2S20. Tembaga21. Timbal
b. KIMIA ORGANIK
1. Aldrin dan dieldrin2. Chlordane3. DDT4. Endrine5. Fenol6. Heptachlor dan
heptachlor epoxide1. Karbon kloroform ekstrak
Suhu air normal1000
0,0170,0030,0420,0010,002
0,0180,5
0,0010,50,051
5
1,5
0,01600
0,050,5
l0I* * Air permukaan di-
anjurkan lebihbesar atau sama
dengan 6
5-90,0160,1
4000,11
0,1
mg/l-mg/I-mg/Lmgll,mClLmgfi-rngll,mgll-mgll-mgll-mgll-rngll-mgll-
mgfi-mg/l-mgll-mgll-mg/I-
mgll,mgll-mg/l-mClLmg/l-mgfi-mgll-
mgll-mg/I-
-/
266
NO. PARAMETER SATUAN KADARMAKSIMUM KETERANGAN
8. Lindane9. Methoxychlor
10. Minyak dan lemak11. Organofosfat & carbamate12. PCD13. Senyawa aktif biru metilen
(surfaktan)14. Toxaphene
l.
t.
MIKROBIOLOGIK
Koliform tinja
Total koliform
RADIOAKTIVITAS
Aktivitas Alpha(Gross Alpha Activity)Aktivitas Beta(Gross Beta Activity)
mglLmgll-mgll-mg[,mgll-mgll-
mgL
0,0560,035
nihil0,1
nihil0,5
0.005
2.
2.
Jumlah per
Jumlah per
Bqll,
BqlI-
2000100 mL
10.000100 ml
0,1
1.0
Keterangan:mg = miligrammL = mililiterL = literBq = BequerelNTU = Nephelometric Turbidity UnitsTCU = True Colour UnitsLogam berat merupakan logam terlarut
267
3. DAFTAR KRITERIA KUALITAS AIR GOLONGAN C
NO PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN
FISIKA
1. Suhu2. Zatpadat terlarut
KIMIAWI
a. KIMIA ANORGANIK
1. Air raksa2. Amoniak bebas
3. Arsen4. Fluorida5. Kadmium6. Klorin bebas
7. Kromium, valensi 68. Nitrit, sebagai N9. Oksigen terlarut (DO)
10. pH11. Selenium12. Seng13. Sianida14. Sulfida, sebagai H2S
15. Tembaga16. Timbal
b. KIMIA ORGANIK
1. BHC2. DDT3. Endrine4. Fenol5. Minyak dan lemak6. Organofosfat tiara
carbamate7 . Senyawa aktif biru
metilen (surfaktan)
Suhu air normal + 3"C1000
0,2r0,0020,0040,00rI0,1
0.2
0,0020,021
1,5
0,010,0030,050,06
'< * Disyaratkan lebihbesar dari 3
6-90,050,020,020,002
o,o20,03
0gmgll-
mgll-mgll-mgll-mgll-mgllmgll-mgll-mgll-mgll-
mgfi'mg/|,mg/I-mgll-mgll-mClL
mgll-mgll-mgll-mgll-mgfi-mgll-
mgll-
/
268
NO. PARAMETER SATUAN KADARMAKSIMUM KETERANGAN
RADIOAKTIVITAS
1. Aktivitas Alpha BqlI-(Gross Alpha Activity)
2. Aktivitas Beta BqlI-(Gross Beta Activity)
0,1
1.0
Keterangan:mg = miligrammL = mililiterL = literBq = BequerelNTU = Nephelometric Turbidity UnitsTCU = True Colour UnitsLogam berat merupakan logam terlarut
4. DAFTAR KRITERIA KUALITAS AIR GOLONGAN D
NO. PARAMETER SATUAN KADARMAKSIMUM KETERANGAN
FISIKA
l. Daya hantar listrik mhos/cm 2250 Tergantung dengan
Q50 q jenis tanaman. Kadarmaksimum tersebutuntuk tanaman yangtidak peka.
2. Suhu 0 g Suhu air Sesuai dengannormal kondisi setempat.
3. Zatpadat terlarut mgll- 2000 Tergantung denganjenis tanaman. Kadarmaksimum tersebutuntuk tanaman yangtidak peka.
KIMIA
a. KIMIAANORGANIK
1. Air raksa mg/L 0,0052. Arsen mgll l
269
NO. PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN
3. Boron4. Kadmium5. Kobalt6. Kromium, valensi 67. Mangan8. Na (garam alkali)9. Nikel
10. pH11. Selenium12. Seng13. Sodium Absorption Ratio
(sAR)
14. Tembaga15. Timbal
mglT-mgll-mgllmg/I-mglL
Vo
mgfi-
1
0,010,2I2
600,55 -90,052
18
0,2I
mg/l-mg[-
mglLrngll-
Tergantung denganjenis tanaman.
Kadar maksimum tsb
untuk tanaman yangkurang peka.
Keterangan:mg = miligrammL = mililiterL = literBq = BequerelNTU = Nephelometric Turbidity UnitsTCU = True Colour UnitsLogam berat merupakan logam terlarut
/
LAMPIRAN 2
KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR: KEP-034{ENKL[YIV1991
TENTANG
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN YANG SUDAH BEROPERASI
MENTERI NEGARA KEPENDUDIIKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Menimbang: a. bahwa air sebagai sumberdaya alam harus dapat dimanfaatkan untuk memenuhihajat hidup orang banyak, oleh karenanya perlu dipelihara kualitasnya agar tetapbermanfaat bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya;
b. bahwa untuk menjamin terpeliharanya kualitas air tersebut maka perlu dilakukanpengendalian terhadap pembuangan limbah cair;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup tentang BakuMutu Limbah Cair bagi kegiatan yang sudah beroperasi.
Mengingat: l. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara
Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan PokokPengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1984 tentang Perindustrian;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 42, TambahanLembaran Negara Nomor 3338);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran
Air (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3409);
6. Keputusan Presiden RI Nomor 25 Tahun 1983 tentang kedudukan, Tugas Pokok,Fungsi dan Tata Kerja Menteri Negara Serta Susunan Organisasi Staf MenteriNegara;
7. Keputusan Presiden Rl Nomor 64llVI Tahun 1988 Tentang Pembentukan KabinetPembangunan V;
271
MEMI-NUSKAN
MCNCTAPKAN : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DAN
LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MI.]TU LIMBAH CAIR BAGI
KEGIATAN YANG SUDAH BEROPERASI.
Pasal I1) Baku mutu limbah cair untuk industri:
a. Soda kostik adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran I;
b. Pelapisan logam adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran II;c. Penyamakan kulit adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran III;d. Pengilangan minyak adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran IV;
e. Minyak sawit adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran V;
f. Pulp dan kertas adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran VI;g. Karet adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran VII;h. Gula adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran VIII;i. Tapioka adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran IX;j. Tekstil adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran X;k. Pupuk Urea adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran XI;l. Ethanol adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran XII;m. Mono Sodium Glutamate adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran XIII;n. Kayu lapis adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran XIV;
Z) Untuk parameter yang belum tercantum dalam buku mutu limbah cair sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), Gubemur Kepala Daerah Tingkat I dapat menetapkan parameter tersebut dan
kadar maksimumnya setelah mendapat persetujuan dari Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup.
Pasal2
l) Dalam pembuangan limbah cair atau dalam memberikan izin pembuangan limbah cair,
ditetapkan kadar maksimum setiap parameter dan debit limbah cair maksimum yang tidak
boleh dilampaui, kecuali memenuhi persyaratan pada ayat 2 pasal ini.
2) Kadar maksimum setiap parameter atau debit limbah cair maksimum hanya diperbolehkan
dilampaui, sepanjang beban pencemaran maksimum tidak dilampaui.
3) Penetapan debit limbah cair maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan
pada produksi bulanan senyatanya dari industri yang bersangkutan.
4) Penjelasan tentang perhitungan debit limbah cair maksimum dan beban pencemaran
maksimum adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XVI.
Pasal 3
1) Pengambilan contoh dan pemeriksaan kualitas limbah cair dilakukan secara periodik oleh
laboratorium yang ditunjuk oleh Pemerintah, sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan,
/
F.7
272
atas biaya penanggung jawab kegiatan.
2) Hasil pemeriksaan kualitas limbah cair sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikankepada instansi yang bertanggungjawab di bidang pemantauan lingkungan.
Pasal 4
Apabila dipandang perlu, instansi yang bertanggung jawab di bidang pemantauan lingkunganmelakukan pemantauan kualitas dan debit limbah dari setiap jenis industri.
Pasal 5
1) Setiap penanggung jawab kegiatan diwajibkan memasang peralatan pengukuran debit aliranpembuangan limbah cair, dan melakukan pencatatan debit aliran pembuangan limbah cairharian.
2) Catatan debit aliran pembuangan limbah cair sebagaimana dimaksud dalam ayat (l)disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang pemantauan kualitaslingkungan sekurang-kurangnya satu kali dalam enam bulan.
Pasal 6
Pemerintah dapat membantu kegiatan industri rumah tangga dalam upaya memenuhi ketentuanmutu limbah cair ini.
Pasal 7
1) Dengan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup akan ditetapkanlebih lanjut baku mutu limbah cair bagi industri yang belum disebut dalam ketentuan pasal 1
ayat (l) Keputusan ini.2) Untuk industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku pedoman sebagai
berikut:1. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menetapkan baku mutu limbah cair dengan
berpedoman pilihan alternatif baku mutu limbah cair sebagaimana dimaksud dalamLampiran XV keputusan ini.
2. Baku mutu limbah cair sebagaimana dimaksud dalam butir 1 ayat ini ditetapkan denganmemperhitungkan beban maksimum yang dapat diterima air pada sumber air.
3. Untuk setiap kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini yang membuang limbahcair kedalam air pada sumber air ditetapkan mutu limbah cairnya dengan pengaturan:a. mutu limbah cair yang dibuang ke dalam air pada sumber air tidak melampaui baku
limbah cair yang telah ditetapkan, dan
b. tidak mengakibatkan turunnya kualitas air pada sumber air penerima limbah tersebut.
273
Pasal 8
Setiap penanggung jawab kegiatan wajib memasang peralatan pengukuran debit aliran
pembuangan limbah cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 selambat-lambatnya tiga bulan
sejak tanggal ditetapkannya keputusan ini.
Pasal 9
Baku mutu limbah cair ini berlaku bagi kegiatan yang sudah beroperasi yaitu kegiatan yang pada
saat ditetapkannya keputusan ini telah mempunyai izin tetap. Ketentuan tentang baku mutu limbah
cair bagi kegiatan baru akan ditetapkan kemudian.
Pasal 10
Bagi kegiatan yang melakukan perluasan lebih dari 3OVo dari kapasitas semula, dikenakan
ketentuan tentang baku mutu limbah cair yang baru.
Pasal I 1
Bagi kegiatan yang telah ditetapkan baku mutu limbah cairnya sebelum keputusan ini berlaku,
diberlakukan ketentuan baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan tersebut.
Pasal 12
Baku mutu limbah cair ini berlaku secara umum dan dalam pelaksanaannya Gubernur dapat
menetapkan ketentuan yang lebih ketat dengan dasar pertimbangan untuk pengendalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Pasal 13
Untuk mencegah pembuangan kejutan (shock loading) pada sistem pengolahan limbah atau kepada
sumber air, setiap pabrik harus mengadakan suatu sistem untuk mencegah agar beban pencemaran
limbah tidak boleh lebih tinggi lOOTo daribeban pencemaran limbah cair rata-rata setiap bulan.
Pasal l4
Dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 24,Tambahan Lembaran Negara Nomor
3409), ketentuan dalam Bab II serta Lampiran I dan Lampiran II Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep-02/NIENKL}VIU198S tentang Pedoman
Penetapan Baku Mutu Lingkungan tertanggal 19 Januari 1988 dinyatakan dicabut.
^/
v
274
Pasal 15
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 1 Pebruari 1991
Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan hidup
EMIL SALIM
275
LAMPIRANI : SLTRAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DANLINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-03/lvfENKLfYIYl99lTANGGAL : lPebruari 1991
BAKU MT]"TU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI SODA KOSTIK
Catatan:1. Kecuali pH, kadar maksimum untuk setiap pararneter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
p.fameter per liter air limbah.2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam Kg atau gram
parameter per ton produk Soda Kostik.
Debit Limbah Maksimum sebesar 10 M3 per ton produk Soda Kostik
PARAMETER
PROSES RAKSA (Hg) PROSES MEMBRAN/ DIAFRAGMA
KADARMAKSIMUM
BEBANPENCEMARAN
MAKSIMUM
KADARMAKSIMUM
BEBANPENCEMARAN
MAKSIMUM
COD
Padatantersuspensi Total
Hg (Raksa)
Cu (Tembaga)
Pb (Timbal)
Zn (Seng)
pH
150 mg/L
50 mg/L
0,005 mgll-
6-9
1,5 kg/ton
0,5 kglton
0,05 gram/ton
150 mg/L
50 mg/L
3,0mglL
0,3 mglL
2,0mg/l-
6-9
1,5 kg/ton
0,5 kg/ton
0,03 kglton
0,003 kg/ton
0,02 kg/ton
.1
'r-
276
LAMPIRANII: SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DAN
LINGKLINGAN HIDUPNOMOR : KEP-03/MENKL}YIV1991TANGGAL : l Pebruari 1991
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM
Catatan:1. Kecuali pH, kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam gram
parameter per Mz produk pelapisan logam.
Debit Limbah Maksimum sebesar 19 y3 per ton produk Pelapisan Logam
PARAMETERPELAPISAN TEMBAGA (CU) PELAPISAN NIKEL (Ni)
KADARMAKSIMUM
BEBANPENCEMARANMAKSIMUM
KADARMAKSIMUM
BEBANPENCEMARAN
MAKSIMUM
Padatan Tersus-pensi TotalCd (Kadmium)
CN (Sianida)
Metal (logam)TotalCu (Tembaga)
Ni (Nikel)pH
60mglL
0,05 mg/L0,5 mg/L8,0 mgll-
3,0 mg/L
6-9
6,0 grarn/ M2
0,005 gram/ M20,05 gram/ M2,
0,8gran/ M2
0,3 gram/ M2
60 mg/L
0,05 mg/L0,5 mg/L8,0 mg/L
5,0 mgtL6-9
6,0 graml M2
0,005 gram/ M20,05 gram/ M20,8 gram/ M2
0,5 grarnl M2
Debit Limbah Maksimum sebesar 16 pt3 per ton produk Pelapisan Logam
PARAMETER
PELAPISAN KROM (Cr) PELAPISAN & GALVANISASI SENG(zn)
KADARMAKSIMUM
BEBANPENCEMARAN
MAKSIMUM
KADARMAKSIMUM
BEBANPENCEMARAN
MAKSIMUM
Padatan Tersus-pensi TotalCd (Kadmium)
CN (Sianida)
Metal (logam)TotalCr(Krom) Total
Cr+6 (Kromheksavalen)Zn (Seng)
pH
60 mg/L
0,05 mg/L0,5 mg/L8,0 mg/L
2,0mg/L0,3 mg/L
2,0 mgll-6-9
6,0 granl M2
0,005 gram/ M20,05 gram/ M20,Sgram/ M2
0,2 grarn/ M2O,O3 grarnt M2
0,2 Erarn/ MZ
60 mglL
0,05 mg/L0,5 mg/L8,0 mg/L
6-9
6,0 grarn/ M2
0,005 gram/ M20,05 gram/ M20,8 gram/ M2
277
LAMPIRAN III : STIRAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDT]DUKAN DANLINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-03/]\{ENKL}VIU1991TANGGAL : lPebruari 1991
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
Catatan:1. Kecuali pH, kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam Kg parameter
per ton bahan baku kulit.
Debit Limbah Maksimum sebesar 70 M3 per ton bahan baku kulit
PARAMETER KADARMAKSIMUM BEBAN PENCEMARANMAKSIMUM
BOD5
COD
Padatan Tersuspensi Total
Sulfida (H2S)
Cr (Krom) Total
Minyak dan Lemak
NH: - N (AmoniaTotal)
pH
150 mg/L
300 mg/L
150 mgll-
1,0 mg/L
2,0 mgll-
5.0 mglL
10,0 mg/L
6-9
10,5 kg/ton
21,0 kg/ton
10,5 kglton
0,07 kg/ton
0,14 kg/ton
0,35 kg/ton
0,70 kg/ton
)
278
LAMPIRANIV: SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DANLINGKUNGAN HIDTIP
NOMOR : KEP-03/IvIENKL[VIUI99ITANGGAL : lPebruaril99l
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PENGILANGAN MINYAK
Catatan:l. Kecuaii pH, kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam gram
pararneter per M3 bahan baku minyak.
Debit Limbah Maksimum sebesar 1200 M3 oer 1000 M3 bahan baku minvak
PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARANMAKSIMUM
BOD5
COD
Minyak dan Irmak
Sulfida (HzS)
Phenol Total
6.+6 (krom Heksavalen)
NH3 - N (AmoniaTotal)
pH
100 mgll-
200 mg/l-
25 mgll,
l,0mgtL
l,0mglL
0,5 mg/L
10.0 mg/L
6-9
120 granr/M3
240 gram/M3
30 gram/M3
1,2 grun/M3
1,2 gram/M3
0,6 grarnlM3
l2,O grun/M3
279
LAMPIRANV : SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DANLINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-03/IvIENKLFVIYI99ITANGGAL : lPebruari 1991
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI MINYAK SAWIT
Catatan:l. Kecuali pH, kadar maksimum untuk setup parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter fada tabet di atas dinyatakan dalam kg parameter
per ton produk minyak sawit.
Debit Limbah Maksimum sebesar 6143 per ton produk
PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARANMAKSIMUM
BOD5
COD
Padatan Tersuspensi Total
Minyak dan l,emak
NH3 - N (AmoniaTotal)
pH
250mg|I,
500 mg/L
300 mg/L
30 mg/L
2OmglL
6-9
1,5 kg/ton
3,0 kglton
1,8 kg/ton
0,18 kg/ton
O,l2kglton
./
7'
280
LAMPIRAN VI : SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DANLINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-03/IMENKLI{/IU1991TANGGAL : lPebruaril99l
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PULP DAN KERTAS
Catatan:l. Kecuali pH, kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada label di atas dinyatakan dalam Kg parameter
per ton produk pulp dan kertas kering udara.3. Khusus untuk kertas tipis, debit limbah maksimum 200 M3/ton procluk kertas.
Parameter
Pabrik Pulp Pabrik Kertas Pabrik Pulp dan Kertas
KadarMaksimum
Bebanpencemaran
maksimum
KadarMaksimum
Behanpencemaran
maksimum
KadarMaksimum
Bebanpencemaran
maksimum
BOD5
COD
Padatan TersuspensiTotal
pH
150 mg/L
350 mg/L
200 mg/l-
6-9
15 kg/ton
35 kg/ton
20 kg/ton
125 mgL
250 mg/L
125 mg/l-
6-9
10 kgil2OkglL
l0 kg/L
150 mg/L
350 mg/L
150 mg/L
6-9
25,5 kg/ton
59,5 kg/ton
25,5 kg/ton
Debit LimbahMaksimum Sebesar
100 M3 per ton pulp kerin;udara
56 143 per ton produkkertas kering udara
170 M3 per ton produk kerrakering udara
28t
LAMPIRANVII : SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DAN
LINGKLINGAN HIDUP
NOMOR : KEP-03i]vIENKLIVIV1991
TANGGAL : lPebruari1991
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI KARET
Catatan:1. Kecuali pH, kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.2. beban p"ni.1n*un maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam Kg parameter
per ton produk karet.
Debit Limbah Maksimum sebesar 40 M3 per ton produk karet
PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARANMAKSIMUM
BOD5
COD
Padatan Tersuspensi Total
NH3-N (Amonia Total)
pH
150 mg/L
300 mg/L
150 mg/L
10 mgil
6-9
6,0 kg/ton
t2,0 kg/ton
6,0 kg/ton
0,4 kg/ton
,-82
LAMPIRAN VIII : SI]RAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DANLINGKUNGAN HIDLIP
NOMOR : KEP-03/IVIENKLI{/IU1991TANGGAL : lPebruari1991
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI GULA
Catatan:1. Kecuali pH, kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam Kg parameter
per ton produk gula.
Debit Limbah Maksimum sebesar 40 M3 per ton produk gula
PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARANMAKSIMUM
BOD5
COD
Padatan Tersuspensi Total
Sulfida (H2S)
pH
100 mgll-
250 mg/L
175 mg/L
1,0 mg/L
6-9
4,0 kg/ton
10,0 kg/ton
7,0 kg/ton
0,04 kg/ton
283
LAMPIRANIX : SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DANLINGKLTNGAN HIDUP
NOMOR : KEP.O3/IVIENKLII/IUI991
TANGGAL : lPebruari1991
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI TAPIOKA
Catatan:l. Kecuali pH, kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam Kg parameter
per ton produk tapioka.
Debit Limbah Maksimum sebesar 66 \il3 per ton produk
PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARANMAKSIMUM
BODs
COD
Padatan Tersuspensi Total
CN (Sianida)
pH
200mglL
400 mgll,
150 mg/L
0,5 mglL
6-9
12,0 kg/ton produk
24,0kglton produk
9,0 kg/ton produk
0,03 kg/ton produk
.1
,T
284
LAMPIRANX: SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DANLINGKUNGANHIDUP
NOMOR : KEP-03/MENKLI{/IYI991TANGGAL : lPebruari1991
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI TEKSTIL
Catatan:l. Kecuali pH, kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
pararneter per liter air limbah.2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam Kg parameter
per ton produk tekstil.
Debit Limbah Maksimum sebesar 150 M3 per ton produk Tekstil
PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARANMAKSIMUM
BOD5
COD
Padatan Tersuspensi Total
Phenol Total
Cr (Krom) Total
Minyak dan Lemak
nH
85 mg/L
25Omg/L
60 mg/L
1,0 mg/L
2,0 mg/L
5,0 mg/L
6-9
I2,75 kg/ton
37,5 kg/ton
9,0 kg/ton
0,15 kg/ton
0,30 kg/ton
0,75 kg/ton
285
LAMPIRANXI: SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DANLINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-O3/IvIENKL}VIU1991
TANGGAL : lPebruari 1991
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PUPUK UREA
Catatan:l. Kecuali pH, kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.2. Beban pencenuran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam Kg parameter
per ton produk pupuk urea.
Debit Limbah Maksimum sebesar 15 143 per ton produk pupuk Urea
PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARANMAKSIMUM
BOD5
COD
Padatan Tersuspensi Total
Minyak dan kmak
NH3-N (Amonia Total)
pH
100 mg/L
25OmglL
100 mgll-
25 mgll-
50 mg/L
6-9
1,5 kg/ton
3,75 kg/ton
1,5 kg/ton
0,4 ky'ton
0,75 kg/ton
,r286
LAMPIRANXII: SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DANLINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-O3/IVIENKLWIU1991
TANGGAL : lPebruaril99l
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI ETHANOL
Catatan:l. Kecuali pH, kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam Kg parameter
per ton produk Ethanol.
Debit Limbah Maksimum sebesar 79 143 per ton produk Ethanol
PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARANMAKSIMUM
BOD5
Padatan Tersuspensi Total
pH
150 mg/L
4OOmgtL
6-9
10,5 kg/ton
28,0 kg/ton
287
LAMPIRAN XIII : SI.]RAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DANLINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-03/MENKLWIYI99ITANGGAL : lPebruari 1991
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI MONO SODIUM GLI]-TAMAT (MSG)
Catatan:1. Kec.uali pH, kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam Kg parameter
per ton produk produk MSG.
Debit Limbah Maksimum sebesar 120 M3 per ton produk MSG
PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARANMAKSIMUM
BOD5
COD
Padatan Tersuspensi Total
pH
lO0 mg/L
250 mglL
100 mg/L
6-9
12 kglton produk MSG
30 kg/ton produk MSG
12kgtonproduk MSG
v
t_
288
LAMPIRAN XIV : SI]RAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DANLINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP.O3i]V1ENKL}YIUI99ITANGGAL : lPebruaril99l
BAKU MUTULIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI KAYU LAPIS
Catatan:l. Kecuali pH, kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.2. Beban pencemzuan maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam Kg atau gram
parameter per M3 produk kayu lapis.
3. 1000 M2 produk = 3,6 M3 produk dengan ketebalan 3,6 milimeter.4. 2,8 M3 air limbah per M3 produk = 10 M3 air limbah per 3,6 fy[3 produk dengan keteba]an 3,6
milimeter.
Debit Limbah Maksimum sebesar 2,8 M3 air limbah per M3 produk kayu lapis
PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBANPENCEMARANMAKSIMUM
BOD5
COD
Padatan Tersuspensi Total
Phenol Total
pH
100 mg/L
25OmgtL
100 mg/L
l,0mgtL
6-9
0,28 kg/ M3
0,70 kg/ M3
0,28 kg/ M3
2,8kgM3
't
289
LAMPIRAN XV: STIRAT KEPUTUSAN MENTERILINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-03/IvIENKLII/IV199l
TANGGAL : lPebruaril99l
BAKU MUTU AIRLIMBAH *)
NEGARA KEPENDUDUKAN DAN
No.
Urut
PARAMETER SATUAN COLONCAN BAKU MUTU AIR LIMBAHIII III IV
1.
2.
J.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
t2.13.
t4.15.
16.
17.18.
19.
20.
2t.22.
23.
24.
06
mg/Lmg/L
mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lng/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L
mg/LmglLmg/LmglLmg/Lmg/L
mglLmg/LmglLmg/Lmg/Lmg/L
mglLmg/L
mg/L
6-9
1
0,5
1
I2
0,05
0,1
0,01
0,001
0,03
I0,05
0,01
0,1
0,2
0,020,01
1,5
0,5
0,02
t00,06
20
40
0,5
0,01
FISIKA
Temperatur
Zat padat terlarut
Zat padat tersuspensi
KIMIA
pH
Besi terlarut
Mangan terlarut
Barium
Tembaga
Sen_s
Krom Heksavalen
Krom total
Cadmium
Raksa
Timbal
Stanum
Arsen
Selenium
NikelKobaltSianidaSulfida
FluoridaKlorin bebas
Amoniak bebas
NitratNitritBOD5
COD
35 38 40 45
1500 2000 4000 5000
100 200 400 500
Senyawa aktif biru metilen
Fenol
6-9 6-9
5 10
2523235 l00,1 0,5
0,5 I
0,05 0,I0,002 0,005
0,1 1
230,1 0.5
0,05 0,5
0,2 0,5
0,4 0,6
0,05 0,50,05 0,I
23t215
20 30
l350 150
r00 300
5100.5 I
(Fe)
(Mn)(Ba)
(Cu)
(zn)(C16+1
(Cr)
(cd)(He)
(Pb)
(sn)(As)
(Se)
(Ni)(co)(CN)(Hzs)
(F)(clz)
(NH3-N)(No3-N)(No2-N)
5-9
20
10
5
5
15
1
2
0,5
0,0r
2
5
1
II1
II
5
5
20
50
5
300
600
15
2
25.
26.
27.
/
290
No.
Urut
PARAMETER SATUAN GOLONGAN BAKU MUTU AIR LIMBAHII ilI tV
28.29.
30.
31.
Minyak nabati
Minyak mineral
Radioaktivitas*+)
Pestisida termasuk PCB***)
mgLmglL
5
l010
50
20
100
Catatan:*) Kadar bahan limbah yang memenuhi persyaratan baku mutu air limbah tersebut tidak diperbolehkan
dengan cara pengenceran yang airnya secara langsung diambil dari sumber air. Kadar bahan limbah
tersebut adalah kadar maksimal yang diperbolehkan kecuali pH yang meliputi juga kadar yang minimal.**) Kadar radioaktifitas mengikuti peraturan yang berlaku.**) Limbah pestisida yang berasal dari industri yang memformulasi atau memproduksi dan dari konsumen
yang mempergunakan untuk pertanian dan lain-lain tidak boleh menyebabkan pencemaran air yang
mengganggu pemanfaatannya.
LAMPIRANXVI : SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DANLINGKI-INGAN HIDUP
NOMORTANGGAL
: KEP-O3/MENKLFVIV199l: I Pebruari l99l
PENJELASAN TENTANG PERHITUNGANBAHAN PENCEMARAN MAKSIMUM
1. DebitLimbah Cair Maksimum
DEBIT LIMBAH CAIR MAKSIMUM DAN
Penetapan Baku Mutu Limbah Cair pada pembuangan limbah cair melalui penetapan DebitLimbah Maksimum, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I s/d XIV untuk masing-masingindustri, didasarkan pada tingkat produksi bulanan yang sebenarnya. Untuk itu digunakanperhitungan sebagai berikut:
DM=DmxPb
Keterangan:DM = debit limbah cair maksimum yang dibolehkan bagi industri yang bersangkutan,
dinyatakan dalam M3/bulan.Dm = debit limbah cair maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan pada Lampiran I
s/d XIV yang sesuai dengan industri yang bersangkutan, dinyatakan dalam M3 limbahcair per satuan produk.
Pb = produksi sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan produk yang sesuai
dengan yang tercantum dalam Lampiran I s/d XIV untuk industri yang bersangkutan.
29r
Debit Limbah Cair yang sebenarnya dihitung dengan cara berikut:
DA=DpxH
Keterangan:DA = debit limbah cair sebenarnya, dinyatakan dalam M3/bulan.Dp = hasil pengukuran debit limbah cair, dinyatakan dalam M3/hari.H = jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan.
Dengan demikian penilaian debit adalah:
- DA tidak boleh lebih besar dari DM
2. Beban Pencemaran
Penerapan Baku Mutu Limbah Cair pada pembuangan limbah cair melalui penetapan BebanPencemaran Maksimum sebagaimana tercantum dalam Lampiran I s/d XIV untuk masing-masingindustri didasarkan pada jumlah unsur pencemar yang terkandung dalam aliran limbah cair. Untukitu digunakan perhitungan sebagai berikut:
a. BPM = (CM)j x Dm x fKeterangan:BPM = Beban Pencemaran Maksimum per satuan produk, dinyatakan dalam Kg parameter
per satuan produk.(Cm)j = Kadar maksimum unsur pencemar j, dinyatakan dalam mg/I.Dm = debit limbah cair maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan pada
Lampiran I s/d XIV yang sesuai dengan industri yang bersangkutan, dinyatakan
dalam m3 hmbah cair per satuan produk.
f - faktorkonversi = 10001 x 1Kg
M3 1.000.000 mg
= 1/1000
Beban pencemaran sebenarnya dihitung dengan cara berikut
BPA = (CA)jxDA/Pbxf
Keterangan:BPA = beban pencemaran sebenarnya, dinyatakan dalam Kg parameter per satuan produk"(CA)j = kadar sebenarnya unsur pencemar j, dinyatakan dalam mg/I.
DA = debit limbah cair sebenamya, dinyatakan dalam M3/bulan.Pb = produksi sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan produk yang sesuai
dengan yang tercantum dalam Lampiran I s/d XIV untuk industri yang bersang-kutan.
f - faktor konversi = 1/1000
292
b. BPMi = BPM x Pb/I{
Keterangan:BPMi = Beban Pencemaran Maksimum perhari yang dibolehkan bagi industri yang
bersangkutan, dinyatakan dalam Kg parameter per hari.Pb - produk sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan produk yang sesuai
dengan yang tercantum dalam l,ampiran I s/d XIV untuk industri yang bersang-kutan.
H = jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan.
Beban Pencemaran Maksimum yang sebenarnya dihitung dengan cara berikut:
BPAi=(CA)jxDpxf
Keterangan:BPAi = Beban pencemaran per hari yang sebenarnya, dinyatakan dalam Kg parameter per
hari.CA)j = kadar sebenarnya unsur pencemarj, dinyatakan dalam mg/lDp = hasil pengukuran debit limbah cair, dinyatakan dalam M3/harif - faktor konversi = l/1000.
Dengan demikian penilaian beban pencemaran adalah:
- BPA tidak boleh lebih besar dari BPM.- BPAi tidak boleh lebih besar dari BPMi.
i
>.
\
DAFTAR PUSTAKA
Albert V. Hahn, The Petrochemical Industry, Market and Economics, Mc. Graw HillBook Company. N.Y., 1970.
Anonymous, Artikel-artikel tentang "Pembangunan Ekonomi dan Industri di Indonesia
yang diterbitkan oleh Harian Suara Perubaruan dan Bisnis Indonesia, Jakarta,
Tahun 1992,1993, 1994, 1995 dan 1996.Anonymous, Artikel-artikel tentang "Ilmu Pengetahuan dan InspirasT" yang diterbitkan
oleh "Harian Kompas" Jakarta, Tahun 1991, 1998,1999,2000,2001,2002 dan
2003Anonymous, Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia, Jakarta 1995, tentang Produksi dan
Distribusi/Pemasaran Pupuk Nasional.Anonymous, Laporan Rapat Kerja Depar-tement Peftamben. beserta BUMN-nya, Dit. Jen.
Minyak dan Gas Bumi. Jakarta 1992 dan 1993.
Anonymous, Mendorong Tumbuhnya Industri Petrokimia Hilir, Symposium Badan
Kej uruan Kirni a P. I. I. Proceeding Symposium, Jakart a, 1982 -
Anonymous, Pokok-pokok Pikiran Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Tahap-II (PJPT-II). GBHN-1993 dan Repelita-Vl Sektor Pertambangan dan
Energi, Jakarta 1991.
Anonymous , PVC and Heolth. A Background Statement Issued by the Society of Plastics
Industry Irc. N.Y.. April 1976.
Anonymous, Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup,
Nomor Kep.O2/Men.KLFVV1988 tentang Baku Emisi Mutu Lingkungan.
Anonymous, The Republic of Indonesia Survey Report, on Petrochemical Industry
Development. JICA/UNICO International Corpo r ation., 197 4.
Arthur and Elizabeth Rose, "The Condensed Chemical Dictionary", Reinhold Publishing
Corporation, New York 1968.
Arthur M. Brownstein, US-Petrochemicals, The Petroleum Publishing Company, N'Y.,t972.
Conway R.A. & Richard D Ross, "Hand Book of Industrial Waste Disposal", Van
Nostrand Reinhold Coy, New York - Toronto - London, 1980.
David S. Gubrud. Blctwing Agent Alteruotiyes for Sprayed Polyurethane Foctru, ICIPolyurethanes, New Jersey, USA, 1987.
F. Gunarwan Suratmo. Analisis Mengenai Dantpak Lingkungan, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, 1998.
Gotham K.V. and Hitch. M.J. Design Consideration for Fatique in Unplasticised PVC
Pressure Pipe, Pipes and Pipelines, USA, Feb 1975.
/,/
294
Harry Du Bois, Y. and Frederick. W. lobn, Plastics. Van Nostrand Reinhold PublishingCompany, N.Y., 1974.
Herbert R. Simonds and James M. Church, A Consise Guide to Plastics, Van NostrandReinhold Publishing Company, N.Y., 1973.
Johnston C.W., Encyclopaedia of PVC, Marcel Dekkers s, N.Y., 1976.Pandjaitan, Maraudin, Industri Petrokimia. untuk Jurusan Pengolahan Tingkat I, tr dan III
AKAMIGAS Pola Berjenjang, PPT. Migas-Cepu, 1994.Pandjaitan, Maraudin, Petrokimia. Museum Minyak dan Gas Bumi Graha Widya Patra
TMII, Jakarta 1998.Plumb, J.B. and Atherton, "Copolymers containing Polysiloxane-block", kr Allport D.C.
and Janes, W.H, "Block Copolymess" Applied Science, Publishing Ltd., 306-30,Washington D.C.,1973.
Prepelka D.J. and Metzger H.5., Advances in Reaction Injection Molding, Adyances inUrethanes Science and Technology,Technomic Publishing, USA, 1976.
Richard Greene, Process Technology and Flowsheet Volume II/ Chentical Engineering,Mc.Graw Hill Publications Co. N.Y., 1983.
Robert V. Milby, Plastics Technology, Van Nostrand Reinhold Publishing Company,N.Y., tgg3.
Waiter E. Becker, Developments in the Use of Urethane Polymers in the TransportIndustry, Mobay Chem. Corporation, USA., 1977.
Woods G. The ICI Polyurethane Book, John Wiley & Sons, N.Y, 1987.
oooOOOooo
TENTANG PENULIS
Ir. Maraudin Pandjaitan, Dipl.Ing.Petro. dilahirkan diTornagodang - Tapanuli Utara pada tanggal 25 Desembet 1939.
Setelah pada bulan Agustus 1959 lulus SMA bagian B Negeri
Soposurung di Balige, ia melanjutkan kuliah di Fakultas TeknikUGM Yogyakarta dan pada bulan Juni 1965 lulus sebagai Sarjana
Teknik Kimia (S1), dari bulan Desember 1965 sampai dengan Juni
1972 ia bekerja sebagai Staff Ahli Teknik pada Dit' Jen. Minyakdan Gas Bumi, Departemen Pertambangan dan Energi.
Dalam kurun waktu inilah ia mendapat tugas belajar(Program UNESCO) pada Institute Petroleum E.N.I., Milan - Italy,
dan pada bulan Juli 1968 meraih gelar kesarjanaan 52 yaitu Dipl. lng. on Petrochemical
Engineering. Dari bulan Juni 1972 s/d Februari 1979 ia diangkat sebagai Kepala Seksi
Petrokimia pada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Selanjutnya dalam bulan
Februari 1979 sld Desember 1992 ia dipromosikan menjadi kepala Sub Direktorat Bina
Usaha./Energi Pedesaan pada Dit. Jen. Listrik dan Pengembangan Energi, Dep.
Pertambangan dan Energi. Kemudian sejak Januari 1993, menjadi Tenaga
Dosen/Widyaiswara pada AKAMIGAS/PusaI Pengembangan Tenaga Perminyakan Gas
Bumi di Cepu dan mengajar mata ajaran "Petrokimia dan Analisis Dampak Lingkungan".
Selama masa kerjanya ia telah diangkat sebagai konsultan pada berbagai proyek,
mengikuti seminar dan konferensi baik di dalam maupun di luar negeri serta telah
mengikuti berbagai training di luar negeri terutama di Italia, Australia dan Amerika
Serikat. Selain itu ia telah menulis beberapa buku dan karya tulis ilmiah yang bertemakan
Petrokimia.Atas darmabakti dan kesetiaannya sebagai pegawai negeri selama 30 tahun, maka
pada tanggal 17 Agustus 1996 Presiden Republik Indonesia telah menganugerahkan
"Bintang Penghargaan Kelas Satu" kepadanya.