Post on 12-Jul-2016
Analgesia dan Anestesia Obstetrik
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
Definisi
Analgesia adalah hilangnya atau perubahan modus dari persepsi nyeri yang dapat bersifat:
– lokal dan meliputi sebagian kecil dari area tubuh; – regional dan meliputi bagian yang lebih besar; – sistemik
Anestesia adalah kehilangan persepsi sensorik secara total dan mungkin disertai dengan kehilangan kesadaran
Nyeri Obstetrik
respons dari stimulus iritatif organ reproduksi yang diterjemahkan oleh reseptor sensorik sebagai rasa tidak nyaman atau nyeri sensasi nyeri dan reaksi yang timbul mempunyai kisaran yang sangat lebar dan bersifat individual tugas klinisi adalah mengendalikan nyeri secara tepat dan adekuat sehingga nyeri dapat ditoleransi selama persalinan/melahirkan bayi
Analgesia Tanpa Medikamentosa
Mengubah modus nyeri secara disosiatif atau pengalihan sensasi nyeri dengan jalan:
– Psikoprofilaksis – Hipnosis – Komunikasi alih nyeri atau verbokain
Hal-hal penting yang harus diperhatikan
Kesiapan mental dan fisik mengurangi kebutuhan analgesia atau anestesia Kebutuhan perhatian, dukungan dan obat pengendali nyeri adalah sangat individual Kenali jenis obat, cara pemberian, keuntungan, keamanan, takaran dosis, efek samping dan komplikasi Semua analgesia melewati berier plasenta, pemberian sistemik berefek lebih besar dibandingkan regional atau lokal Obat yang menguntungkan ibu dapat berdampak negatif terhadap bayi. Obat yang baik akan memberi kenyamanan bagi ibu dan tidak menimbulkan efek depresif pada bayi
Aspek Farmakologik
• Cara Pemberian • Aspek Fisik dan Kimiawi • Transfer pada Sawar Uri (Placental Barrier) • Distribusi pada Jaringan Tubuh Bayi
Jenis Analgesia, Amnesia & Anestesia
• Analgesia dan Anestesia Inhalasi • Sedatifa dan Hipnotika • Tranqulizer dan Amnestika • Analgesia Narkotika • Thiobarbiturate • Ketamine • Potensiasi Analgesia & Anesthesia (Phenothiazine)
Anestesia Regional
• Blokade epidural lumbal • Blokade epidural kaudal • Blokade sub-arachnoid (spinal) • Blokade pudendal • Blokade paraservikal
Pengendalian Nyeri Kala I Persalinan Fase 1 atau tahap dini persalinan • komunikasi alih nyeri atau verbokain • blokade epidural (memasuki fase aktif) Fase 2 (fase aktif dengan kontraksi >4 x/10 menit dan lama >detik) • blokade segmental epidural + dukungan moril, hipnotika & sedativa Fase 3 (fase aktif dengan maximal slope Friedman,s Curve) • blokade segmental kaudalis + analgesik & penenang • blokade epidural kaudalis.
Pengendalian Nyeri Kala II Persalinan
• Blokade Epidural • Blokade Subarachnoid • Blokade Pudendal
Anestesia Seksio Sesaria
Anestesia Lokal • Infiltrasi lidokain 1% lapis demi lapis Anestesia Regional • Blokade Epidural Lumbalis • Blokade Subarachnoid Anestesia Umum • Persiapan Pasien • Prosedur
Anestesia Epidural
Anestesia Spinal
Masalah nyeri pada persalinan
• Nyeri transmisi melalui syaraf spinal Thorakal 10 sampai L1 pada kala 1; sedangkan pada kala 2 nyeri transmisi melalui Sakral 2- S4.
• Nyeri dapat dikurangi dengan psikoprofilaksis
Analgesia
• Obat oral : fenyl butazon • Tramadol 50-100 mg, oral
atau supp, i.m. atau iv
• Opioid – pethidin diberikan dengan dosis 25-50 mg/i.m tiap 2 jam
• Fentanil – bekerja cepat 30 menit, dosis 50-100 ug/iv/im –
• Risiko depresi nafas pada bayi. Antidotum : nalokson dosis 0.01 mg/kg dapat diulang 5 menit.
Ketamin
• Ketamin mempunyai kemanan yang tinggi
• Dosis : 1-2 mg/kg BB • Indikasi : analgesi
intravena pada seksio emergensi
• Dosis 50 mg i.v perlahan + drip 100 mg/500 ml RL 20tts/mn
Analgesi Infiltrasi
• Sikap : aspirasi sebelum infiltrasi–cegah intravasasi (bahan anestesi masuk sirkulasi)
• Dapat diberikan secara tunggal/kombinasi pada seksio sesarea emergensi
• Lidokain 0.5% - 30-40 cc • Infiltrasi
(intra/subkutan) dan sub peritoneal
• Lokal : episiotomi, dosis 1% -10 ml
Anestesi Spinal
• Indikasi : seksio sesarea • Teknik : menggunakan jarum tumpul
atau tajam no 27-29 • Cairan hiperbarik bupivakain 0.25%- 25
mg atau lidokain1% • Kombinasi bupivacain 0.5% 12.5 mg +
fentanyl 10 ug. - cukup 2 jam
Komplikasi
• Hipotensi pada seksio sesarea – pencegahan ibu tidur miring ke kiri 30/punggung diganjal.
• Terapi : infus 300-500 ml RL.
• Muntah : terapi primperan atau ondansetron
• Bradikardia – terapi sulfas atropin 1 mg
• Takikardia – terapi bretilium 5mg/kg
• Kejang – terapi diazepam 5 mg/iv
• Jaga pernafasan – resusitasi (ABC) intubasi bila perlu
Rekam Medik
• Pencatatan tiap 10-15 menit : T/N/nafas – jumlah cairan masuk-keluar
• Produksi urin /jam • Komplikasi : nyeri,
perdarahan, muntah, menggigil dsb.
• Pasca bedah : pengawasan dan pencatatan tiap 15 menit
Anaesthesia Complications • In spite of an increase in the number of CS, the
incidence of anaesthetic-related complications remains low.
• General anaesthesia is associated with a 17-fold increase in complications (failed endotracheal intubation, aspiration of gastric contents and hypoxia) compared to regional anaesthesia (spinal or epidural anaesthesia)
• General anaesthesia at risk patients (e. g. morbidly obese, hypertension, placenta praevia) should be identified as such by the obstetricians and referred to the anaesthetic department at an early stage.
• Pre-operative failure of regional anaesthesia included body mass index, number of previous Caesareans, and indication for Caesarean of acute fetal distress or maternal medical condition.
• Inadequacy of pre-operative anaesthetic block and duration of surgery were important risk factors for intra-operative failure.
• For spinal anaesthesia, use of a spinal opioid was associated with less pre-operative failure.
• For epidural top-up anaesthesia, lower epidural top-up volume was associated with less pre-operative failure, and use of adrenaline was associated with both less pre-operative and intra-operative failure.