Post on 13-Jun-2015
OLEH :
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
2009
WIJAYA
S T A T I S T I K A
email : zeamays_hibrida@yahoo.com
III. TEKNIK SAMPLING
Sampling (Penarikan Contoh) = proses pemilihan objek–objek
tertentu dari sekian banyak objek yang ada.
Unit Sampling = objek yang dipilih dalam sampling.
Kerangka Sampling = daftar unit sampling beserta pelungnya.
Populasi Sasaran = populasi yang menjadi ruang lingkup generalisasi
kesimpulan suatu penelitian.
Rencana Sampling = langkah–langkah menentukan unit sampling,
banyaknya unit sampling yang akan dipilih dan cara memilih unit–
unit tersebut ke dalam sampel.
Rancangan Sampling = rencana sampling ditambah dengan
analisisnya.
3.1 Alasan Sampling
1. Ukuran Populasi tak hingga atau terhingga tetapi n besar
III. TEKNIK SAMPLING
2. Keterbatasan Sumberdaya (biaya, tenaga, waktu).
3. Masalah Ketelitian
4. Faktor Ekonomis : Kegunaan x Sumberdaya
3.2 Cara Sampling
A. Sampling Peluang
1. Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
2. Sampling Sistematik
3. Sampling Berstrata
4. Sampling Kluster
B. Sampling Non Peluang
1. Sampling Seadanya
2. Sampling Pertimbangan
3. Sampling Kuota
4. Snow Ball Sampling
Setiap anggota populasi mempunyai peluang (kesempatan) yang
sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
A. Sampling Peluang
1. Sampling Acak Sederhana
unit sampling mempunyai peluang yang sama
untuk dipilih.
dapat dilakukan dengan cara (a) undian dan (b)
daftar angka acak.
cocok diterapkan untuk populasi yang homogen.
Apabila populasinya heterogen maka dilakukan
dengan :
A. Sampling Peluang
1. Sampling Acak Sederhana
Misal Populasi Tanaman per Petak 40 tanaman, diambil sampel
sebanyak 20 % atau 8 tanaman.
1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31 32
33 34 35 36 37 38 39 40
A. Sampling Peluang
1. Sampling Acak Sederhana
Misal Populasi Petani 300 orang, diambil sampel sebanyak 75
orang.
No Nama Petani Lahan (ha) Alamat Ket
001
002
003
.
.
096
.
.
300
A. Sampling Peluang
2. Sampling Sistematik
unit sampling diambil dari populasi pada jarak
interval waktu, ruang atau urutan yang uniform.
pengambilan anggota pertama dilakukan secara
acak.
pengambilan unit sampel : (a) N kelipatan dari n
N/n, dan (b) N/n pecahan pembulatan.
A. Sampling Peluang
2. Sampling Sistematik
Misal N = 300 diambil n = 75 N/n = 4.
No Nama Petani Lahan (ha) Alamat Ket
001
002
…
006
…
010
.
098
.
.
300
Acak
A. Sampling Peluang
3. Sampling Berstrata
Misal N = 300 n = 75, Luas lahan : 0,14 ha – 2,00 ha
Interval Luas Lahan = (2,00 – 0,14)/3 = 0,62 ha
No Strata Lahan (Ha) Ni ni ni
1 0,14 – 0,76 160 40 25
2 0,77 – 1,38 80 20 25
3 1,39 – 2,00 60 15 25
Jumlah 300 75 75
Unproporsional
Proporsional
A. Sampling Peluang
4. Sampling Kluster = Sampling Wilayah
Prov. Jawa Barat
Kab. Garut Bandung
Kec. Kec-1
Kec-3
Kec-2 Kec-1
Kec-3
Kec-2
Ds.
B. Sampling Non Peluang
1. Sampling Seadanya
Sampling Seadanya (Aksidental) : berdasarkan seadanya
data dan kemudahannya mendapatkan data.
Misalnya mengumpulkan pendapat tentang sesuatu dari
orang–orang lewat.
2. Sampling Pertimbangan
Berdasarkan pertimbangan peneliti.
Ketelitian dan kerepresentatifan sampel non peluang tidak
dapat ditaksir, akibatnya tidak mungkin menyimpulkan hasil
sampel terhadap populasi dengan derajat keyakinan tertentu.
B. Sampling Non Peluang
3. Sampling Kuota
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan. Misal ada 5 peneliti dengan ukuran sampel 100
orang, maka setiap peneliti dapat memilih secara bebas
sebanyak 20 orang.
3. Sampling Snow Ball
Biasanya digunakan apabila populasi target tidak diketahui
secara jelas identitasnya.
3.3 Ukuran Sampel
Ukuran sampel yang diambil dalam sampling tergantung dari
tingkat keragaman dan ukuran populasi.
Semakin besar tingkat keragaman dan ukuran populasi, akan
semakin besar pula ukuran sampelnya agar diperoleh derajat
kepercayaan yang tinggi.
Taro Yamane (1967) dalam Jalaluddin Rakhmat (1999),
ukuran sampel dapat ditentukan dengan formula :
Nn =
Nd2 + 1
n = ukuran sampel ; N = ukuran populasi ; d = 0,1